Uploaded by Firra Wiji astuti

-economic-value-added-eva-makalah-akuntansi-manajemen

advertisement
MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN
“ ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) ”
OLEH
KELOMPOK 2 :
ANDI MUH. NUR JIHAD K.
(B1C114162)
NIRMALA PERMATASARI
(B1C117189)
NUR ANNISA
(B1C117191)
SARLI
(B1C117201)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul
“ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) ”
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan
kritik sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah “ECONOMIC VALUE
ADDED (EVA) ” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca.
Kendari, 18 Mei 2019
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................
2.1 Definisi ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) .........................................................
2.2 Tujuan dan Manfaat Penerapan Economic Value Added (EVA)..................................
2.3 Metode Perhitungan Economic Value Added..............................................................
2.4 Keunggulan Economic Value Added (EVA) ....................................................................
2.5 Kelemahan Economic Value Added (EVA)..................................................................
BAB III PEMBAHASAN ..........................................................................................................
3.1 Kinerja keuangan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Panakkukang berdasarkan
metode Economic Value Added (EVA) periode tahun 2013-2016............................
BAB IV PENUTUP .....................................................................................................................
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................
4.2 Saran ..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi nasional didukung tersedianya kesempatan berusaha yang cukup
terbuka sehingga mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya dunia usaha di berbagai sektor.
Memerlukan Keberadaan perusahaan, baik perusahaan negara maupun perusahaan swasta
semakin memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi, perusahaan dalam
menjalankan kegiatannya akan selalu diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut, perusahaan
memerlukan suatu strategi yang tepat yang kemudian akan menjadi prestasi bagi pihak
manajemen apabila tujuan tersebut dapat dicapai, dan prestasi itu ditunjukan dengan kinerja
perusahaan.
Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan
keuangan perusahaan. laporan keuangan perusahaan merupakan informasi yang penting selain
informasi lainnya dengan megukur kinerja keuangan. Penilaian kinerja merupakan suatu
kebutuhan dan keharusan bagi organisasi/perusahaan. pengukuran kinerja tersebut digunakan
untuk menilai keberhasilan perusahaan dan juga untuk mengevaluasi kelemahannya.
Untuk mengukur kinerja perusahaan, investor biasanya melihat inerja yang tercermin dari
berbagai macam rasio keuangan. Kelebihan dari analisis rasio keuangan adalah dapat dilakukan
perbandingan kinerja dan kondisi keuangan secara tepat. Adapun kelemahan dari alat analisis ini
diantaranya yaitu alat analisis ini belum dapat memuaskan pihak manajemen, khususnya bagi
para penyandang dana. Selama ini pengukuran kerja manajerial jarang menggunakan pendekatan
perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan. Dengan keterbatasan rasio
itulah maka muncul konsep/pendekatan yang dinamakan Economic Value Added (EVA) yang di
Indonesia lebih dikenal dengan istilah konsep nilai tambah ekonomi (NITAMI). EVA dilandasi
oleh konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan harus dengan dalil
mempertimbangkan harapan sistem penyedia dana (Kreditur, pemegang saham), dan karyawan
serta manajer.
Tujuan perusahaan hanya untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya sudah kurang
relevandimasa sekarang karena tanggung jawab perusahaan tidak hanya untuk para pemilik saja.
Pada perusahaan publik nilai perusahaan dikaitkan dengan nilai saham yang beredar di pasar,
penetapan tujuan yang benar akan berpengaruh pada proses penilaian kinerja nantinya, karena
kesalahan pengukuran kinerja akan mengakibatkan kesalahan dalam memberi imbalan atas
prestasi yang ada.
PT. Aneka Tambang, Tbk, merupakan gabungan dari tujuh perusahaan. pada awalnya PT.
Aneka Tambang, Tbk, merupakan perusahaan negara yang kemudian berubah menjadi Perseroan
Terbatas (PT). pada sisi financial perusahaan memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Pada
tahun 2005 pergerakan saham PT. Antam, Tbk, memcatat kenaikan yang cukup signifikan
sebesar 107 %. Posisi ini merupakan pencapaian harga tertinggi sepanjang pencatatan saham PT.
Antam, Tbk, di BEJ seiring dengan keterkaitan investor terhadap Antam. Nilai harian rata-rata
perdagangan PT. Antam, Tbk, tercatat meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, kami membahas Peneraoan Economic Value Added (EVA)
untuk melihat kinerja PT. Antam, Tbk.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kinerja keuangan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Panakkukang berdasarkan
metode Economic Value Added (EVA) periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2016
1.3. Tujuan Penelitian
1. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui keadaan kinerja
PT. Aneka Tambang, Tbk, diukr dengan pendekatan Economic Value Added.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Pengertian Economic Value Added (EVA) Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh
Stewart & Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993.
Model EVA menawarkan parameter yang cukup objektif karena berangkat dari konsep biaya
modal (cost of capital) yakni mengurangi laba dengan beban biaya modal, dimana beban biaya
modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Beban biaya modal ini juga mencerminkan
tingkat kompensasi atau return yang diharapkan ivestor atas sejumlah investasi yang ditanamkan
di perusahaan. Hasil perhitungan EVA yang positif merefleksikan tingkat return yang lebih
tinggi daripada tingkat biaya modal.
Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi).
EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu
perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan
mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal,2001).
Perhitungan EVA pada suatu perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu
karena perusahaan harus menentukan biaya modalnya terlebih dahulu. Peningkatan EVA dan
penciptaan nilai dapat terjadi ketika suatu perusahaan dapat mencapai yang berikut (Young &
O’Bryne, 2001:62) :
a. Meningkatnya pengembalian atas modal yang ada. Jika NOPAT meningkat sedangkan
WACC dan modal yang diinvestasikan tetap maka EVA akan meningkat.
b. Pertumbuhan yang menguntungkan, nilai diciptakan ketika pertumbuhan NOPAT melebihi
WACC.
c. Pelepasan dari aktiva yang memusnahkan nilai. Jika pengurangan modal lebih mengganti
kerugian dengan peningkatan perbedaan NOPAT dan WACC, EVA meningkat.
d. Periode lebih panjang dimana diharapkan NOPAT lebih tinggi dibandingkan WACC.
e. Pengurangan biaya modal.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penerapan Economic Value Added (EVA)
Menurut Abdullah (2003:142) tujuan penerapan metode EVA adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Penerapan Model EVA
Dengan perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis
perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh EVA dihitung berdasarkan perhitungan
biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kreditur terutama
pemegang saham dan bukan menggunakan nilai buku yang bersifat historis. Perhitungan EVA
juga diharapkan mendukung penyajian laporan keuangan yang akan mempermudah pengguna
laporan keuangan seperti investor, kreditur, karyawan, pemerintah, pelanggan dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan lainnya.
2. Manfaat Penerapan Model EVA
Manfaat yang diperoleh dalam penerapan model EVA bagi suatu perusahaan adalah :
a. Penerapan model EVA sangat bermanfaat sebagai alat ukur kinerja perusahaan dimana
fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation).
b. Penilaian kinerja keuangan dengan menerapkan model EVA menyebabkan perhatian
manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan
bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang dapat
memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga
nilai perusahan dapat dimaksimalkan.
c. EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modalnya.
d. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang
memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan
nilai dari proyek tersebut dengan demikian sebaiknya diambil, begitu juga sebaliknya.
Menurut Tunggal (2001) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara
lain:
a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri sendiri tanpa
memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan
sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend)
b. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan
biaya modal yang rendah.
1.3 Metode Perhitungan Economic Value Added
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA.
Apabila dalam struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan modal sendiri, secara
matematis EVA dapat ditentukan sebagai berikut (Brigham & Houston: 2006) :
EVA = NOPAT – (ie x E)
di mana :
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes
Ie
= Opportunity cost of equity
Namun, manakala dalam struktur perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara
matematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (WACC x TA)
di mana :
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes
WACC = Weighted Average Cost of Capital
TA = Total Asset (Total Modal)
Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut:
a. Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
b. Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
c. Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan untuk
membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.
1.4 Keunggulan Economic Value Added (EVA)
Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai
penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA yang lain adalah:
a. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungan beban sebagai konsekuensi
investasi .
b. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam
pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana
derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman
pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
c. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti
standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama
pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan
stakeholders satisfaction concepts.
e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis,
mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam
mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
1.5 Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Selain berbagai keunggulan, konsep EVA juga memiliki kelemahankelemahan. Kelemahan- kelemahan
tersebut antara lain
a. Secara konseptual, EVA memang lebih unggul dari pada pengukur tradisional akuntansi, namun
secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah.
b. EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapaisasaran
perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertenru untuk mencapai sasaran perusahaan.
c. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada satu tahun tertentu.
d. Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak di
pasar modal).
e. Selain itu EVA dianggap dipandang bukanlah tolok ukur kinerja keuangan perusahaan dan kurang
memperhatikan aspek non-keuangan sehingga tidak komprehensif. EVA juga hanya mengukur nilai
akhir (outcome) dan tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentunya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kinerja keuangan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Panakkukang berdasarkan metode
Economic Value Added (EVA) periode tahun 2013-2016.
Tujuan didirikannnya Pegadaian tetap sama yaitu membantu pemerintah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah dengan memberikan pelayanan
pinjaman atas dasar hukum gadai dan fidusia. Namun demikian pelaksanaan tugas tersebut tidak
lantas mengorbankan prinsip bisnis dalam menjalan kan aktivitas usaha pegadaian, apalagi
sebagai Badan Usaha Milik Negara sesuai UU 19/2003 pegadaian harus beroperasi
menguntungkan. Pegadaian sebagai pelaku di industri perkreditan dengan usaha utama
memberikan pinjaman atas dasar hukum gadai, menghadapi peluang pasar yang sangat luas
mengembangkan sayap bisnisnya ke dalam indusrtri pembiayaan untuk masyarakat golongan
menengah kebawah dan usaha mikro kecil.
Analisis Economic Value Added (EVA)
1). Analisis Net Operating Profit After Tax(NOPAT)
Adapun tujuan menganalisis Net Operating Profit After Tax(NOPAT) yaitu untuk mengetahui
seberapa besar peningkatan laba bersih yang diperoleh laba operasi perusahaan setelah dikurangi
pajak penghasilan. Dimana kita dapat melihat berdasarkan laporan keuangan khususnya laba
sebelum pajak dan pajak penghasilan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Panakkukang Makassar
untuk tahun 2013-2016, maka NOPAT diperoleh sebagai berikut :
Berdasarkan tabel 2 hasil analisis Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dalam 4
tahun terakhir dapat di lihat mengalami fluktuasi. Pada tahun 2013 sebesar Rp.1.904.782.566.
Kemudian pada tahun 2014 menurun sebesar Rp. 460.117.660, hal ini di sebabkan jumlah
pendapatan sewa modal berkurang, pada tahun 2015 meningkat sebesar Rp.1.444.674.906 dan
terus meningkat pada tahun 2016 sebesar Rp. 1.897.303.559 hal ini disebabkan karena realisasi
penggunaan total aktiva mengalami peningkatan.
2) Analisis Invested Capital
Adapun cara untuk menghitung Invested Capital yaitu: Invested Capital = Total Hutang dan
Ekuitas – Hutang Jangka Pendek (tanpa bunga) Dari rumus diatas kita dapat melihat data laporan
keuangan khususnya total hutang dan ekuitas dan hutang jangka pendek (tanpa bunga) dapat
disajikan dalam bentuk table berikut ini:
Berdasarkan table 3, terlihat bahwa total modal yang diinvestasikan dari tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016 mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah
pinjaman maupun ekuitas. Pada tahun 2013 total modal yang dihasilkan sebesar
Rp.8.520.964.710. Pada tahun 2014 sebesar Rp.10.019.850.717. Dan pada tahun 2015 dan 2016
meningkat sebesar Rp.10.591.405.805 dan Rp.15.839.822.154.
3) Analisis Struktur Modal
Biaya penggunaaan modal atau biaya modal adalah merupakan konsep yang sangat penting
dalam pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya
biaya secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh danadari suatu sumber.
Biaya modal dapat dihitung berdasarkaan biaya untuk masing-masing sumber dana atau disebut
biaya modal individual. Biaya modal individual tersebut dihitung satu persatu untuk tiap jenis
modal. Namun apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal
yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost Of Capital
disingkat WACC) dari seluruh modal yang digunakan. Biaya modal dimaksudkan untuk
menentukan besarnya biaya nyata (riil) dari penggunaan dan dari masing-masing sumber dana.
Dari biaya modal secara individual tersebut digunakan untuk menentukan biaya modal rata-rata.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan, terlebih
dahulu akan dikemukakan data berupa beban bunga yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan tabel 4. mengenai besarnya jumlah beban bunga dari tahun 2013 s/d tahun
2016 pada PT. Pegadaian (Persero) “Cabang Panakkukang” Makassar. Nampak bahwa pada
tahun 2013 sebesar Rp.107.997.747. Kemudian pada tahun 2014 meningkat sebesar
Rp.118.899.913. Tahun 2015 sebesar Rp.141.680.196 dan pada tahun 2016 meningkat sebesar
Rp.150.290.553. Berdasarkan data mengenai jumlah beban bunga dari tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016 maka selanjutnya disajikan data struktur modal yang diperoleh dari laporan
keuangan dari PT. Pegadaian (Persero) “Cabang Panakkukang” Makassar. Tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016 disajikan dalam tabel berikut ini:
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat penggunaan struktur modal selama periode 4 tahun
terakhir (2013-2016) Adapun rata-rata proporsi penggunaan modal kerja sendiri yaitu sebesar
20,23% lebih besar dari rata-rata proporsi penggunaan modal pinjaman yaitu sebesar 79,80%.
Artinya PT. Pegadaian (Persero) “Cabang Panakkukang” lebih banyak menggunakan modal
pinjaman dari pada modal sendiri untuk mengelolah Pegadaian.
Berdasarkan data mengenai jumlah beban bunga dan struktur modal dari tahun 2013 s/d
2016 maka selanjutnya akan disajikan perhitungan biaya modal. 1. Penentuan Biaya Modal Dari
Hutang (Kd) Besarnya penentuan biaya modal dari hutang selama tahun 2013-2016 dapat
ditentukan sebagai berikut :
1) Tahun 2013
Adapun Besarnya penentuan biaya modal dari hutang pada PT. Pegadaian (Persero)
untuk tahun 2013 dapat dilihat melalui perhitungan sebagai berikut:
Biaya hutang setelah pajak = 0,005 (1 – 0,26) = 0,37%
2) Tahun 2014
Adapun besarnya perhitungan biaya modal dari hutang untuk tahun 2014 dapat ditenukan
sebagai berikut:
3) Tahun 2015
Adapun besarnya perhitungan biaya modal dari hutang untuk tahun 2015 dapat
ditentukan sebagai berikut:
Biaya hutang setelah pajak = 0,006 (1 – 0,26) = 0,444%
4) Tahun 2016
Adapun besarnya perhitungan biaya modal dari hutang untuk tahun 2016 dapat ditenukan
sebagai berikut:
Biaya hutang setelah pajak = 0,007 (1 – 0,26) = 0,51 %
2. Perhitungan Biaya Modal Sendiri (Ke) Untuk menghitung besarnya biaya modal sendiri pada
PT. Pegadaian (Persero) selama tahun 2013 s/d tahun 2016 dapat ditentukan sebagai berikut:
a) Tahun 2013
Besarnya biaya modal (Ke) untuk tahun 2013 dapat dihitung sebagai berikut:
b) Tahun 2014
Besarnya biaya modal sendiri (Ke) untuk tahun 2014 dapat dihitung sebagai berikut :
d) Tahun 2016
Besarnya biaya modal sendiri (Ke) untuk tahun 2016 dapat dihitung sebagai berikut:
Dari perhitungan Biaya Modal Sendiri (Ke) dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
Berdasarkan hasil analisis biaya hutang (kd) dan biaya modal sendiri (Ke) maka besarnya
biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dapat dilihat ,melalui perhitungan berikut:
1) Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) Tahun 2013
Perhitungan besarnya Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) untuk tahun 2013 dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
WACC (Ka) = Ke x We + Kd (1-T) x Wd
Dimana :
WACC (Ka) = Weighted Average Cost of Capital
Ke = Cost of Equity
We = Persentase Ekuitas
Kd = Cost of Debt
Wd = Persentase Hutang
T = Pajak
Dari rumus tersebut di atas maka biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dapat
dihitung sebagai berikut :
WACC
= (0,46x 0,16)+( 0,0037 x 0,84)
= 0,077 atau 7,7%
2) Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) tahun 2014
Adapun besarnya perhitungan WACC untuk tahun 2014 dapat ditentukan sebagai berikut :
WACC = (0,10 x 0,16) +( 0,0075 x 0,84)
= 0,022 atau 2,23%
3) Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) tahun 2015
Adapun besarnyaperhitungan WACC untuk tahun 2015 dapat ditentukan sebagai berikut:
WACC = (0,26 x 0,18 + 0,0044 x 0,82)
= 0,0504atau 5%
4) Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) Tahun 2016
dapun besarnya perhitungan WACC untuk tahun 2016 dapat ditentukan sebagai berikut :
WACC = (0,18 x 0,30 + 0,0051 x 0,70)
= 0,05757atau 5,7%
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat disajikan hasil perhitungan biaya
modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 berikut ini:
Berdasarkan perhitungan WACC pada tabel 7, terlihat bahwa pada tahun 2013 sampai
dengan 2016 mengalami fluktuasi dengan rata-rata Weighted Average Cost of Capital (WACC)
sebesar 5.125% dan rata-rata hutang setelah pajak (Kd) sebesar 0.5175 % serta rata-rata biaya
modal sendiri (Ke) sebesar 25,525%.
Dari perhitungan Net Operating Profit After Tax (NOPAT), modal yang diinvestasikan
(Invested Capital) dan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) maka analisis Economic
Value Added (EVA) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
Berdasarkan rumus tersebut maka dapat dihitung Economic Value Added (EVA) sebagai
berikut:
1) Tahun 2013
Besarnya nilai EVA untuk tahun 2013 dapat ditentukan sebagai berikut:
EVA
= Rp1.904.782.566– (7,6% x 8.520.964.710)
= Rp 1.904.782.566– 647.593.318
= Rp 1.257.189.248
2) Tahun 2014
Besarnya nilai EVA untuk tahun 2014 dapat ditentukan sebagai berikut :
EVA = Rp 460.117.660 – (2,2% x 10.019.850.717)
= Rp 460.117.660–220.436.716
= Rp239.680.944
3) Tahun 2015
Besarnya nilai EVA untuk tahun 2015 dapat ditentukan sebagai berikut :
EVA
= Rp1.444.674.906– (5 % x 10.591.405.805)
= Rp 1.444.674.906 – Rp.529.520.290
= Rp 915.154.616
4) Tahun 2016
EVA
= Rp 1.897.303.559 – (5,7% x 15.839.822.154)
= Rp 1.897.303.559– Rp.902.869.863
= Rp 994.433.696
Dari perhitungan tersebut maka disajikan tabel hasil perhitungan EVA pada PT.
Pegadaian (Persero) “Cabang Panakkukang” Makassar berikut ini:
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 8, bahwa Economic Value Added (EVA) pada PT.
Pegadaian (Persero) “Cabang Panakkukang” Makassar pada tahun 2013 sampai dengan 2016
mengalami fluktuasi. Kinerja keuangan Yang di hasilkan Pada tahun 2013 s/d tahun 2016 (EVA
> 0) artinya terjadi proses nilai tambah ekonomis atau perusahaan mampu menghasilkan tingkat
kembalian operasi yang melebihi biaya modal, dengan kata lain perusahaan berhasil menciptakan
nilai (create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan kinerja keuangan yang baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja keuangan
padaPT. Pegadaian (Persero) “Cabang Panakkukang” Makassar periode tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016 yang dianalisis dengan menggunakan metode Economic Value added (EVA)
atau nilai tambah ekonomis secara keseluruhan mengalami perkembangan. Kinerja keuangan
pada PT. Pegadaian (Persero) “Cabang Panakkukang” Makassaryang dihasilkan pada tahun 2013
s/d tahun 2016 bernilai positif (EVA > 0), maka menunjukan terjadi proses nilai tambah
ekonomis (NITAMI) bagi perusahaan, hal ini disebabkan karena tingkat biaya modal lebih
rendah dibanding tingkat pengembalian laba operasi perusahaan.
4.2 Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan EVA sendiri perlu dilakukan
penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar penerapan EVA dapat
berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan perusahaan tidak hanya untuk
jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen :
Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
Hansen D.R dan Maryanne M. Mowen. “Akuntansi Manajemen edisi 4 jilid 1”. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Prof. Drs.H.Lili M. Sadeli, M.Pd. dan Drs. H. Bedjo Siswanto,M.Si., “Akuntansi Manajemen”, (Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2004)
Download