Komputasi Geofisika 1: Pemodelan dan Prosesing Geofisika dengan Octave/Matlab Editor: Agus Abdullah Mohammad Heriyanto Hardianto Rizky Prabusetyo Judul Artikel: Forward Modeling Metode Magnetik Imam Nugroho, M. Taufiq Akbar, Lutfi F. Erwin, Fitrah Tedi Ismunanto, Jakfar Husin Almuhdar, dan Richo Oxa Riandikha GitHub: https://github.com/Metkom/OSGPUP Homepage: https://sites.google.com/site/metkomup University: https://universitaspertamina.ac.id Contact Us: metkom.up@gmail.com Program Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi Universitas Pertamina Jakarta | Maret 2018 Komputasi Geofisika 1 | © 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina Forward Modeling Metode Magnetik Imam Nugroho*), M. Taufiq Akbar, Lutfi F. Erwin, Fitrah Tedi Ismunanto, Jakfar Husin Almuhdar, dan Richo Oxa Riandikha Proyek Pemograman - GP2103 Metode Komputasi Program Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi, Universitas Pertamina Jl. Teuku Nyak Arif, Simprug, Jakarta Selatan, Indonesia, 12220 *) imam07n@gmail.com (corresponding author) Abstrak Forward modeling adalah salah satu metode yang digunakan untuk menggambarkan bentuk di bawah permukaan bumi. Metode ini memanfaatkan bentuk sederhana (simple geometry) untuk menentukan perhitungan yang diperlukan untuk mendekati bentuk bawah permukaan bumi. Proyek pemograman ini menganalogikan bentuk anomaly dyke, slope, dan resevoir dengan bentuk yang sederhana seperti kotak, dan jajaran genjan. Dalam aplikasinya secara kasar seperti mencocokkan data magnetik yang didapat dari lapangan dengan data yang didapat dari forward modeling yang dibentuk, dengan seperti itu akan diketahui model mana yang mendekati data lapangan tersebut. tetapi pembaca juga harus tahu bahwa metode ini hanya pendekatan. Jadi harus dikombinasikan dengan pendekatan metode geofisika yang lain agar model yang didapat lebih akurat. Kata-kata kunci: Forward modeling, magnetik, simple geometry Tersedia online 2 Maret 2018 • Lisensi kode: MIT License • Bahasa: Indonesia Kutip artikel ini sebagai berikut: Imam Nugroho, M. Taufiq Akbar, Lutfi F. Erwin, Fitrah Tedi Ismunanto, Jakfar Husin Almuhdar, & Richo Oxa Riandikha. (2018). https://doi.org/10.6084/m9.figshare.5946721 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metode magnetik merupakan salah satu dari bagian metode geofisika yang diterapkan dalam kegiatan eksplorasi. Penggunaan metode magnetik ini dilakukan berdasarkan karena adanya anomali medan magnet bumi akibat sifat kemagnetan batuan yang berbeda satu terhadap lainnya. Ada beberapa tipe bijih seperti magnetit, ilmenit, dan phirotit yang dibawa oleh bijih sulfida menghasilkan distorsi dalam magnet kerak bumi, dan dapat digunakan untuk melokalisir sebaran bijih. Disamping aplikasi langsung tersebut, metoda magnetik dapat juga digunakan untuk survei prospeksi untuk mendeteksi formasi-formasi pembawa bijih dan gejala-gejala geologi lainnya seperti sesar, kontak intrusi, dan lain-lain. Dalam metode magnetik yang dihasilkan berupa grafik dimana grafik tersebut belum bisa menjelaskan bentuk yang menyebabkan anomali kemagnetan bawah permukaan. Sehingga dilakaukan pendekatan untuk mengetahui bentuk dari anomali yang didapatkan sampai menyerupai bentuk aslinya di bawah permukaan bumi. Teknik yang paling tepat untuk melakukan pemodelan bawah permukaan adalah menggunakan forward modeling. 1.2. Manfaat Forward modeling magnetik dilakukan untuk mengetahui bentuk dari anomali bawah permukaan yang didapatkan pada saat melakukan pengambilan data. Pendekatan yang dilakukan dengan forward modeling menggunakan bentuk bangun 2D sederhana seerti persegi, persegui panjang, jajar genjang, dan lain-lain. Forward Modeling Metode Magnetik DOI: 10.6084/m9.figshare.5946721 60 Komputasi Geofisika 1 | © 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina 1.3. Tujuan Menjelaskan anomali yang didapat pada metode magnetik menggunakan forward modeling magnetik. 2. METODOLOGI 2.1. Konsep Magnetik Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi (suseptibilitas). Variasi yang terukur (anomali) berada dalam latar belakang medan yang relatif besar. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin. Metode magnetik memiliki latar belakang fisika berdasarkan kepada teori potensial, Sehingga sering disebut sebagai metoda potensial. Dalam metode magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukan sifat residual yang kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu jauh lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi. 2.1.1. Gaya Magnetik Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulumb, antara dua kutub magnetik m1 dan m2 (e.m.u) yang berjarak r (cm) dalam bentuk: ๐ ๐ ๐นโ = 1 22 ๐โ (1) ๐0 ๐ Konstanta µ0 adalah permeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak berdimensi dan berharga satu yang besarnya dalam SI adalah 4π x 10-7 newton/ampere2. 2.1.2. Kuat Medan Magnetik ฬ ) ialah besarnya medan magnet pada suatu titik dalam ruangan yang timbul Kuat medan magnetik (๐ป ฬ ) sebagai akibat adanya kuat kutub yang berada sejauh r dari titik m tersebut. Kuat medan magnet (๐ป didefinisikan sebagai gaya persatuan kuat kutub magnet. ฬ = ๐น = ๐12 ๐ฬ1 ๐ป (2) ๐2 ๐0 ๐ Satuan untuk kuat medan magnet H adalah Oersted (1 Oersted = 1 dyne / unit kutub) (cgts) atau A/m (SI). 2.1.3. Intensitas Kemagnetan Sejumlah benda-benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan benda magnetik. Apabila benda magnet tersebut diletakkan dalam medan luar, benda tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi. Dengan demikian, intensitas kemagnetan dapat didefinisikan sebagai tingkat kemampuan menyearahkan momenmomen magnetik dalam medan magnetik luar dapat pula dinyatakan sebagai momen magnetik persatuan volume. โโโ ๐ ๐๐๐ฬ ๐ผโ = = (3) ๐ ๐ Satuan magnetisasi dalam cgs adalah gauss atau emu. Cm3 dalam satuan SI adalam Am-1. 2.1.4. Susceptibilitas Kemagnetan Kemudahan suatu benda magnetik untuk dimagnetisasi ditentukan oleh suseptibitas kemagnetan k yang dirumuskan dengan persamaan : ๐ผ=๐๐ป (4) Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang digunakan dalam metode magnetik. Nilai suseptibilitas magnetik dalam ruang hampa sama dengan nol karena hanya benda berwujud yang dapat termagnetisasi. Suseptibilitas magnetik dapat diartikan sebagai derajat kemgntan suatu benda. Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang Forward Modeling Metode Magnetik DOI: 10.6084/m9.figshare.5946721 61 Komputasi Geofisika 1 | © 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina bersifat magnetik. Berdasarkan harga suseptibilitas k, benda-benda magnetik dapat dikategorikan sebagai diamagnetik, paramagnetik, dan ferromagnetik. Diamagnetik adalah benda yang mempunyai niai k kecil dan negatif. Paramagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai k kecil dan positif. Sedangkan ferromagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai k positif dan besar. 2.1.4. Metode Awal Forward modeling magnetik didasarkan pada hukum Coulomb tentang Gauss-Jordan dalam magnetik. Hukum tersebut menjelaskan bahwa besarnya gaya tarikmenarik atau tolak-menolak antara dua benda bermuatan listrik (yang kemudian disebut gaya Coulomb) berbanding lurus dengan muatan masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda tersebut. ๐น= ๐ ๐1 ๐2 1 (5) ๐ 2 4๐๐0 dimana: F = gaya tarik-menarik atau tolak-menolak/gaya Coulomb (Newton) K = bilangan konstanta = 9. 109N m2/C2 q1,q2 = kutub kemangnetan (Coulomb/C) r = jarak pisah antara kedua benda (m) Konstanta proposionalitas K awalnya didefinisikan tidak berdimensi dengan kesatuan, analog hukum kekuatan elektrostatik. Hal tersebut memberi dimensi kekuatan kutub. Dalam Magnetic Modelling, yang dimodelkan adalah gambaran keadaan bawah tanah dengan menggunakan bentuk yang sederhana dengan parameter kontras kemagnetan batuan. Dalam forward modelling magnetic yang dibuat berupa 3 bentuk gambaran yaitu 1. Slope Rumus slope adalah ๐ โ๐ โ๐ต๐ง (๐ฅ, ๐ง) = 0 ๐ง [(๐1 − ๐2 ) − (๐3 − ๐4 )] ๐1 = ๐ก๐๐−1 ( (๐ฅ−๐ฅ0 )+๐ ๐ง1 ); ๐2 = ๐ก๐๐−1 ( 4๐๐0 (๐ฅ−๐ฅ0 )−๐ (๐ฅ−๐ฅ0 )+๐ ๐ง1 ๐ง2 ); ๐3 = ๐ก๐๐−1 ( ); ๐4 = ๐ก๐๐−1 ( (6) (๐ฅ−๐ฅ0 )−๐ ๐ง2 ) Gambar 1. Model slope 2. Dyke Rumus dyke adalah โ๐(๐) = ๐ (๐ฅ(๐)−๐ฅ0 )๐ ๐๐๐+๐๐๐๐ ๐ (7) (๐ฅ(๐)−๐ฅ0 )2 +๐ 2 Gambar 2. Model dyke Forward Modeling Metode Magnetik DOI: 10.6084/m9.figshare.5946721 62 Komputasi Geofisika 1 | © 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina 3. Reservoir Rumus reservoir adalah โ๐(๐) = ๐ (๐ฅ(๐)−๐ฅ0 )๐ ๐๐๐+๐๐๐๐ ๐ (8) (๐ฅ(๐)−๐ฅ0 )2 +๐ 2 Gambar 3. Model analogi reservoir 2.2. Flowchart Pemograman Gambar 4. Flowchart pemograman forward modeling magnetik Forward Modeling Metode Magnetik DOI: 10.6084/m9.figshare.5946721 63 Komputasi Geofisika 1 | © 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina 3. HASIL PEMOGRAMAN DENGAN OCTAVE Gambar 5. Hasil forward modeling reservoir Gambar 6. Hasil forward modeling dyke tipis Forward Modeling Metode Magnetik DOI: 10.6084/m9.figshare.5946721 64 Komputasi Geofisika 1 | © 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina Gambar 7. Perbandingan hasil forward modeling dyke tipis dengan parameter yang berbeda 4. DISKUSI Dalam melakukan forward modeling metode magnetik untuk ketiga bentuk tersebut sebenarnya memiliki alur yang sama. Alur pemikirannya sama seperti yang tertera pada flowchart diatas. Perbedaan dalam pembuatan dari ketiga bentuk tersebut ialah : ๏ท Rumus disetiap titik pengamatan. ๏ท Konstanta dan parameter yang ditentukan. ๏ท Pemodelan bentuk didalam permukaan bumi. Melalui pernyataan diatas diketahui kunci utama dalam forward modeling ini adalah menemukan rumus yang tepat, seperti yang sudah tertera diatas. Untuk pemodelan juga memiliki cara yang berbeda menurut bentuk apa yang akan dibentuk. Teori dasar dari pembentukan model bawah permukaan yaitu menentukan titik batas yaitu diambil dari titik-titik sudut setiap bentuk yang akan dibuat. Titik-titik tersebut pun akan diatur dengan titik X dan Y melalui parameter yang ditentukan. Jika penentuan rumus dan pemodelan bawah tanah sudah selesai bisa dibilang proyek sudah melalui tahap sulitnya karena selanjutnya hanya akan memplot nilai dari looping kedalam grafik dengan program yang sudah ada diatas. 5. KESIMPULAN Bahwa pada saat intepretasi kita tidak bisa mengetahui dengan tepat apa yang ada di bawah permukaan sehingga cara terbaik untuk mengetahui adalah dengan cara pendekatan menggunakan forward modeling. Pendekatan dengan forward modeling menggunakan rumus yang nantinya akan menghasilkan grafik dari bidang sederhana seperti persegi, persegi panjang, lingkaran, dan lain–lain. Dari grafik yang dibentuk bidang sederhana tersebut, kita dapat memilih grafik yang paling mendekati dengan bentuk anomali bawah permukaan. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melancarkan tugas akhir metode komputasi ini dengan memberikan kesempatan dan kesehatan selama proses pengerjaan proyek ini. Forward Modeling Metode Magnetik DOI: 10.6084/m9.figshare.5946721 65 Komputasi Geofisika 1 | © 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina Tidak luput juga rasa terima kasih penulis kepada dosen dan asisten dosen yaitu bapak Agus Abdullah selaku dosen metode komputasi dan Mohammad Heriyanto & Hardianto Rizky Prabusetyo selaku asisten dosen Universitas Pertamina yang telah meluangkan waktu dan ilmunya untuk membantu proses pengerjaan proyek ini. Tidak lupa dengan teman-teman yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penyelesaian proyek ini. REFERENSI 1. 2. 3. 4. H.V.R. Babu., V. Vijayakumar., and D.A. Rao. 1986. A simple method for the analysis of magnetic anomalies over di~e.like bodies. Geophysics, 51(5), 1119-1126. H.V.R. Babu., V. Vijayakumar., and D.A. Rao. 1985. Inversion of gravity and magnetic anomlies over bodies of simple geometric shape. Pure and Applied Geophysics, 123 (2), 239-249. L. William. 2006. Fundamental of Geophysics. Cambridge University Press. Heriyanto, Mohammad (2017): Latihan Pemodelan Sederhana Metode Magnetik. figshare. https://doi.org/10.6084/m9.figshare.5579644.v1 LAMPIRAN Model Dyke Tipis clear; clc;close; %Konstanta k = 1; %Kontras Kemagnetan(Tkm/H) To = 1; %Intensitas magnet bumi %Parameter yang ditentukan a = 10; %sudut dip slip (0-90 derajat) b = 45; %sudut inklinasi (0-90 derajat) c = 45; %sudut strike azimuth (0-90 derajat) x = -100:100; %Rentang Pengamatan (km) m = 20; %Lebar lapisan (km) Xo = 5; %Lokasi Objek z = 10; %Kedalaman (km) %Rumus magnetik Io=atand(b); Q=Io-a; P=(2*k*To*m*(1-(cosd(b))^2*(sind(c))^2)^0.5); for i=1:length(x); M(i)=P*((x(i)-Xo)*sind(Q)+z*cosd(Q))/((x(i)-Xo)^2+z^2); end %Kurva Medan Magnetik figure(1) subplot(5,1,[1 2]) plot (x,M,'.','color','b','markersize',15); xlim([min(x) max(x)]); xlabel('\bf\fontsize{12}\fontname{times}posisi(km)'); ylabel('\bf\fontsize{12}\fontname{times}\delta B (nT)'); title('\bf\fontsize{12}\fontname{times}Modeling Magnetik-Dyke'); %Gambar Objek dibawah tanah X=[Xo+m/2,Xo+50/tand(a)+m/2,Xo+50/tand(a)-m/2,Xo-m/2]; Y=[z,z+50,z+50,z]; subplot(5,1,[4 5]) fill(X,Y,'b'); xlim([x(1) x(end)]); Forward Modeling Metode Magnetik DOI: 10.6084/m9.figshare.5946721 66 Komputasi Geofisika 1 | © 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina ylim([0 (z+50)]); set(gca,'ydir','reverse'); xlabel('\bf\fontsize{12}\fontname{times}posisi(km)'); ylabel('\bf\fontsize{12}\fontname{times}Kedalaman (km)'); title('\bf\fontsize{12}\fontname{times}Modeling Magnetik-Dyke'); Model Block clear; clc; close; %Konstanta Uo = 1.26*10^3; % Permeabilitas magnet di ruang hampa (H/km) phi = 3.14; %Parameter yang ditentukan Mz = 1; % kontras magnetisasi (TKm/H) z1 = 2.5; % kedalaman terhadap sisi atas obyek (km) z2 = 10; % kedalaman terhadap sisi bawah obyek (km) x = -100:100; %rentang Pengamatan (km) m = 25; %lebar lapisan (km) Xo = 10; %lokasi objek (km) %Rumus magnetik diberbagai titik for i = 1:length(x) a1 = atan((x(i)-Xo+m)/z1); a2 = atan((x(i)-Xo-m)/z1); a3 = atan((x(i)-Xo+m)/z2); a4 = atan((x(i)-Xo-m)/z2); Bz(i) = Uo*Mz*((a1-a2)-(a3-a4))/(2*phi); end %Kurva medan magnetik figure(1) subplot(5,1,[1 2]) plot(x,Bz,'.','color','b','markersize',15); xlim([min(x) max(x)]); xlabel('\bf\fontsize{12}\fontname{times}Posisi (km)'); ylabel('\bf\fontsize{12}\fontname{times}\delta B (nT)'); title('\bf\fontsize{12}\fontname{times}Modeling Magnetik-Block'); %Gambar objek dibawah tanah X = [Xo-m,Xo+m,Xo+m,Xo-m]; Y = [z1,z1,z2,z2]; subplot(5,1,[4 5]) fill(X,Y,'b'); xlim([x(1) x(end)]); ylim([0 30]); set(gca,'ydir','reverse'); xlabel('\bf\fontsize{12}\fontname{times}Posisi (km)'); ylabel('\bf\fontsize{12}\fontname{times}Kedalaman (km)'); title('\bf\fontsize{12}\fontname{times}Modeling Magnetik-Block'); Forward Modeling Metode Magnetik DOI: 10.6084/m9.figshare.5946721 67