LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR HUKUM OHM DAN DAYA LISTRIK Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Fisika Dasar Disusun oleh: Kelompok VII (A3) T. Maimul Fidar NIM. 180140089 Ava Komala Sari NIM. 180140101 Mutia Hidayatillah NIM. 180140107 Monika Ramazela NIM. 180140108 Diana Putri Batubara NIM. 180140110 LABORATURIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE 2019 ABSTRAK Massa jenis atau densitas atau kerapatan adalah pengukuran massa setiap satuan vlume benda. Tujuan percobaan ini adalah menentukan massa jenis zat padat beraturan. Alat yang digunakan untuk percobaan ini timbangan digital, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Dengan objek pengukuran yaitu kelereng, silinder, berlubang dan balok kayu. Setiap objek ditimbang untuk mengetahui massa dari masing-masing objek. Setiap objek akan dilakukan pengukuran sebanyak lima kali pengukuran. Dengan mikrometer sekrup untuk mengukur diameter kelereng, jangka sorong untuk mengukur balok kayu dari panjang, lebar dan tinggi dan begitu juga dengan silinder berlubang diukur menggunakan jangka sorong dari tinggi dan diameternya. Sehingga didapatlah masing-masing volume objek tersebut. Volume yang didapat untuk kelereng yaitu 1,965 cm3, sehingga massa jenis kelereng ialah 2,305 gram/cm3.volume dari silinder berlubang yaitu 34,836 cm3, sehingga massa jenis silinder ialah 0,801 gr/cm3. Volume yang didapat untuk balok kayu yaitu 164,83 cm3, sehingga massa jenis balo kayu ialah 2,305 gr/cm3. Sehingga kesimpulan yang didapat yaitu semakin besar massa benda maka akan semakin kecil massa jenis dari benda tersebut. Kata Kunci: Massa benda, Massa jenis, Panjang, Tinggi, Volume, dan Zat padat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Praktikum : Hukum Ohm dan Daya Listrik 1.2 Tanggal Praktikum : 11 Desember 2019 1.3 Pelaksana Praktikum : 1. T. Maimul Fidar NIM. 180140089 : 2. Ava Komala Sari NIM. 180140101 : 3. Mutia Hidayatillah NIM. 180140107 : 4. Monika Ramazela NIM. 180140108 : 5. Diana Putri Batubara NIM. 180140110 1.4 Tujuan Praktikum : 1.4.1 Hukum Ohm a. Memepelajari cara pemanasan Voltmeter dan Amperemeter b. Mempelajari beberapa tegangan diantara ujung-ujung hambatan. 1.4.2 Daya Listrik a. Mempelajari prinsip tegangan dan arus pada rangkaian seri dan paralel. b.Menghitung dan membandingkan besar daya pada rangkaian seri dan paralel. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hukum ohm adalah suatu perynataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah pengantar selalu akan berbanding lurus dengan tegangan yang diterapkan kepadanya. Sedangkan daya listrik sebagai laju hantaran energi listrik dalam rangaian listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang mengalir per satuan waktu (joule/detik). 2.1 Hukum Ohm Hukum Ohm berbunyi sebagai berikut “besarnya kuat arus yang timbul pada suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan antara kedua ujung penghantar tersebut” ( Sihombing, 2011). Beda tegangan V, pada ujung-ujung resistor berbanding lurus terhadap kuat arus listrik I, pada suhu yang tetap mengikuti persamaan : V I = R atau V= I.R (2.1) Keterangan: V = Beda tegangan (Volt) I = Kuat arus (Ampere) R = Hambatan (Ω) Untuk material nonohmik, perbandingan V/I bergantung pada arus, sehingga arus tidak sebanding dengan beda potensial. Untuk nonohmik, resistansi R bergantung pada arus I. Hukum Ohm bukan hukum fundamental alam seperti hukum Newton atau hukum Termodinamika tetapi merupakan deskripsi empirik dari sifat yang dimiliki banyak material (Sihombing, 2011). Dalam kandungan logam, elektron-elektron bebas bergerak ke segala arah. Dalam elektrolit, pembawa muatan listrik ialah ion-ion positif dan ion-ion negatif. Bila di dalam suatu konduktor diberi medan listrik, maka muatan positif akan bergerak searah dengan arah medan muatan negatif dan berlawanan dengan arah medan sehingga terjadilah arus listrik jika ada arus netto. Untuk mendefinisikan arus listrik (selanjutnya disebut arus), perhatikan suatu penghantar dengan luas penampang A yang dialiri muatan listrik. Jika ΔQ adalah muatan positif netto yang melalui penampang tersebut, dalam selang waktu Δt, maka arus dapat didefinisikan dengan : I= ΔQ Δt (2.2) Bila ada arus yang tetap dalam sebuah rangkaian tertutup, muatan listrik dalam tiap potongan konduktor tetap konstan. Jadi, jika kita teliti sepotong konduktor yang dibatasi oleh dua penampang, maka banyaknya muatan yang mengalir masuk ke dalam potongan ini di salah satu ujungnya sama dengan banyaknya muatan yang mengalir keluar dari potongan ini. Dengan kata lain, arus itu sama di semua penampang melintang. Setiap bahan mempunyai resistivitas tertentu, yaitu suatu parameter yang bergantung pada sifat-sifat material bahan tersebut dan terlihat bahwa tahanan suatu bahan bergantung pada bentuk geometri dan resistivitas bahan. Konduktor yang baik mempunyai resistivitas yang sangat rendah (atau konduktivitas tinggi) dan isolator yang baik mempunyai resistivitas yang sangat tinggi (atau konduktivitas rendah) (Guntoro, 2013). Bahan yang bersifat ohmik, seperti tembaga mempunyai hubungan persamaan arus tegangan yang linear, sedangkan bahan yang tidak bersifat ohmik mempunyai hubungan arus yang tidak linear. Tegangan linear adalah tegangan yang keluaran selalu lebih kecil daripada tegangan masukan. Tegangan linear ada dua macam, yaitu jenis series dan stunt. Tegangan series, pengatur arus kebeban diseri bebannya, sedangkan jenis stunt pengatur arus kebebannya. Jadi jika tidak ada beban yang tersambung pada tegangan series, maka arus yang mengalir pada pengatur arus adalah nol. Sedangkan pada tegangan shunt, jika tidak ada beban yang tersambung arus yang mengalir ke pengatur arus adalah arus meksimal yang mungkin dialirkan kebebannya. Beda potensial V= Va-Vb dipertahankan di ujungujung bagian kawat tersebut, sehingga menghasilkan kuat medan listrik dan arus konstan di dalam kawat (Anistardi, 1998). 2.2 Arus Arus lisrik adalah muatan listrik. Jika dalam selang waktu, jumlah muatan listrik yang mengalir adalah banyaknya aliran muatan listrik per selang waktu. Muatan listrik dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain karena adanya beda potensial. Tempat yang memiliki potensial tinggi melepaskan muatan ke tempat yang memiliki potensial rendah. Besarnya arus yang mengalir berbanding lurus dengan beda potensial antara dua tempat. Gerak partikel bermuatan bebas dalam sebuah konduktor sangat berbeda dan gerak partikel dalam ruang hampa. Sesudah mengalami percepatan sesaat, partikel itu membuat benturan inelastik dengan salah satu partikel diam dalam konduktor ; lalu kecepatan yang berada pun diperolehnya dalam arah gaya dorong dengan kecepatan rata-rata yang disebut kecepatan hanyut (drift velocity). Benturan inelastik terhadap partikel diam mengakibatkan pemindahan energi yang akan menambah energi getarannya dan menyebabkan kenaikan temperatur jika konduktor terisolasi secara termal atau menyebabkan panas mengalir dari konduktor ke kelilingnya jika tidak terisolasi. Arus melalui suatu daerah secara kuantitatif didefinisikan sebagai muatan netto yang melalui daerah tersebut persatuan waktu.Arus berdasarkan definisnya merupakan besaran skalar dan karena itu tidak tepat jika kita mengatakan “arah arus. Namun ungkapan ini demi keringkasan sering diucapkan sedangkan yang dimaksud ialah arah rapat arus vektor J. Arah kecepatan vektor V menyangkut muatan positif sama dengan arah medan listrik ϵ dan arah kecepatan pengangkut muatan positif dan negatif berlawanan dengan arah ϵ tiap-tiap arahnya negatif (Suryatmo,1999). 2.3 Tahanan Listrik (Resistansi) Setiap bahan mempunyai sifat resistansi tertentu, yaitu suatu parameter yang bergantung pada sifat-sifat material bahan tersebut bahkan tahanan suatu bahan bergantung pada bentuk geometri resistansi bahan. Konduktor yang baik mempunyai resistivitas yang sangat rendah atau konduktivitas yang tinggi dan isolator yang baik mempunyai resistivitas yang sangat tinggi atau konduktivitas yang rendah. Rapat arus J dalam sebuah konduktor bergantung pada intensitas listrik ϵ dan kepada sifat alami konduktor itu. Dalam hubungan ini ada suatu sifat konduktor yang disebut daya hambat jenis ρ, yaitu perbandingan intensitas listrik terhadap rapat arus. ρ= ϵ J (2.3) Artinya, tahanan jenis ialah intensitas listrik persatuan rapat arus. Makin besar tahan jenis, maka makin besar intensitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan arus tertentu. Tahanan jenis tak berhingga adalah konduktor sempurna. Logam dan logam campuran terendah tahanan jenisnya dan merupakan konduktor terbaik. Tahanan jenis isolator melebihi tahanan jenis logam sebesar kira-kira 1022 (Abdullah, 2016). 2.4 Ampermeter dan Voltmeter Jenis amperemeter dan voltmeter yang paling umum adalah galvanometer kumparan berputar. Pada galvanometer ini sebuah kumparan kawat berporos yang mengangkut arus dibelokkan (didefleksi) oleh interaksi kemagnetan antara arus ini dengan medan magnet sebuah medan permanen. Untuk sementara perhatian kita kepada instrument ini hanya sebagai sebuah unsur rangkaian. Daya hambat kumparan alat ini (jenis biasa) kira-kira antara 10 sampai 100 Ω dan arus yang hanya kira-kira beberapa miliampere sudah akan menyebabkan defleksi pebuh. Defleksi ini berbandingan (proportional) dengan arus dalam kumparan tetapi karena kumparan itu merupakan konduktor linear, maka arus itu berbandingan dengan perbedaan potensial antara terminal kumparan dan defleksinya juga berbandingan dengan perbedaan potensial itu. Perbedaan potensial yang disesuiakan adalah: Vab = I.R (2.4) Amperemeter yang disempurnakan haruslah nol daya hambatnya pada rangakaian tersebut. Guna voltmeter adalah mengukur perbedaan potensial antara dua titik untuk itu kedua terminalnya harus dihubungkan pada titik ini. Untuk mencari hambatan kita bisa menggunakan potensiometer. Potensiometer tersebut dapat digunakan sendiri dengan menggeser knob sehingga diperoleh nilai hambatan yang diinginkan. Dapat pula diseri atau diparalelkan dengan hambatan lain dan mengatur knob sehingga diperoleh hambatan total sesuai dengan yang diinginkan. (Abdullah, 2016) BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-Alat Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1. Voltmeter 1 unit 2. Power supply 1 unit 3. Kabel penghubung 1 unit 4. Papan rangkaian 1 unit 5. Resistor 1 unit 3.1.2 Bahan-Bahan Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Baterai besar 1,5 V 1 Unit 2. Baterai kecil 1,5 V 1 Unit 3.2 Prosedur Kerja 3.2.1 Hukum Ohm Pada Baterai Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah : 1. Dipersiapkan alat rangkaian yaitu baterai dan voltmeter kemudian rangkai alat tersebut.. 2. Setelah itu besarnya tegangan pada baterai diukur dengan meletakkan kabel merah pada voltmeter ke kutub positif (+), sedangkan kabel hitam ditempatkan pada kutub negatif (-). 3. Kemudian pengukuran besarnya hambatan pada baterai diukur dengan meletakkan kabel merah pada voltmeter ke kutub negatif (-), sedangkan kabel hitam ditempatkan pada kutub positif (+) atau berbanding terbalik dengan tegangan. 4. Kuat arus dihitung dengan menggunakan hokum ohm. 5. Ulangi langkah 1 sampai dengan 4 menggunakan baterai kecil. 3.2.2 Hukum Ohm Pada Rangkaian Seri Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut: 1. Dirangkai resistor secara seri dipapan rangkaian. 2. Pada tegangan power supply diatur bervariasi dari 7V, 11V, 15V, 19V, dan 23V. 3. Dihubungkan power supply dengan tegangan tertentu ke papan rangkaian menggunakan kabel penghubung. 4. Besarnya tegangan dapat diukur dengan menghubungkan rangkaian dengan kabel penghubung ke voltmeter, kabel merah di letakkan ke tanda positif (+), dan kabel hitam ke tanda negatif (-). 5. Besarnya hambatan dapat diukur dengan menggunakan rangkaian dengan kabel penghubung ke voltmeter, kabel merah diletakkan ke tanda yang negatif (-) dan kabel hitam ke tanda positif (+). 6. Besar kuat arus yang dihasilkan dari rumus hokum ohm dicatat. 3.2.3 Daya Listrik Pada Rangkaian Paralel Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah : 1. Resistor dirangkai secara paralel dipapan rangkaian. 2. Pada tegangan power supply diatur bervariasi dari 7V, 11V, 15V, 19V, dan 23V. 3. Dihubungkan power supply dengan tegangan tertentu ke papan rangkaian menggunakan kabel penghubung. 4. Besarnya tegangan dapat diukur dengan menghubungkan rangkaian dengan kabel penghubung ke voltmeter, kabel merah diletakkan ke tanda positif (+) dan kabel hitam ke tanda negatif (-). 5. Besarnya hambatan dapat diukur dengan menggunakan rangkaian dengan kabel penghubung ke voltmeter, kabel merah diletakkan ke tanda yang negatif (-) sedangkan kabel hitam ke tanda positif (+). 6. Besar kuat arus yang dihasilkan dari rumus hokum ohm dicatat. 7. Kemudian daya dihitung dengan menggunakan rumus dan dicatat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Adapun hasil dari praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Tabel 4.1 Percobaan menggunakan baterai Jenis Baterai Volt (V) R (Hambatan) Ω Baterai besar 1,602 8,94 Baterai kecil 1,584 8,69 I (Kuat Arus/A) 0,179 0,182 Tabel 4.2 Percobaan hukum ohm pada rangkaian seri Volt (V) Volt Ukur R (Hambatan) Ω 5 5,07 16,82 10 10,04 16,79 15 14,93 16,80 21 21,05 16,82 27 27,06 16,83 I (Kuat Arus/A) 0,301 0,597 0,888 1,251 1,607 Tabel 4.3 Daya listrik / rangkaian paralel Volt (V) Volt Ukur R (Hambatan) Ω 5 5,04 16,89 10 10,02 16,88 15 15,09 16,87 21 21,05 16,84 27 27,05 16,86 4.2 I (Kuat Arus/A) P (watt) 0,298 0,593 0,894 1,25 1,604 1,49 5,93 13,41 26,25 43,308 Pembahasan 4.2.1 Hukum Ohm Pada Baterai Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah baterai besar dan baterai kecil. Pada baterai kecil 1,5V tegangan yang diperoleh adalah sebesar 1,602 volt dan hambatannya yaitu 8,94 Ω sehingga diperoleh kuat arus pada baterai ini sebesar 0,179 A. Sedangkan pada percobaan menggunakan baterai besar 1,5 V tegangan yang diperoleh adalah sebesar 1,584 volt dan hambatannya yaitu 8,69 Ω dimana semakin besar luas penampang maka hambatannya semakin kecil dan semakin kecil luas penampang maka hambatannya semakin besar, dan kuat arus yang diperoleh pada baterai besar ini sebesar 0,682 A. Maka dari itu kita lihat bahwa baterai besar dan baterai kecil berbeda kuat arus yang dihasilkan dikarenakan adanya beda potensial atau tegangan pada media penghantar antara dua titik. Semakin besar nilai tegangan antara kedua titik maka akan semakin besar pula nilai arus yang mengalir pada kedua titik tersebut (Sukmono, 2006). 4.2.2 Hukum Ohm pada Rangkaian Seri Pada percobaan ini alat yang digunakan adalah power supply. Percobaan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Pada percobaan pertama tegangan yang diberikan 10 volt dan hambatannya 16,82 Ω sehingga diperoleh kuat arusnya yaitu 0,301 A. Pada percobaan kedua tegangan yang diberikan sebesar 10 volt dan hambatannya 16,79 Ω sehingga diperoleh kuat arus yaitu 0,597 A. Pada percobaan ketiga tegangan yang diberikan sebesar 15 volt dan hambatannya yaitu 16,80 Ω sehingga diperoleh kuat arus sebesar 0,888 A. Pada percobaan keempat tegangan yang diberikan sebesar 21 volt dan hambatannya 16,82 Ω sehingga diperoleh kuat arus yaitu 1,251 A. Kemudian pada percobaan kelima tegangan yang diberikan sebesar 27 volt dan hambatannya 16,83 Ω sehingga diperoleh kuat arus yaitu sebesar 1,607 A. Didalam hukum ohm ini terminal-terminal material penghantar berbanding lurus terhadap arus yang mengalir pada material ini. Secara matematika hal ini dirumuskan sebagai : V= I.R Keterangan : V = Tegangan (Volt) I = Kuat Arus (Ampere) R = Hambatan (Ω) Dimana konstan R disebut satuan untuk ohm dan bisa disingkat dengan huruf besar omega (Ω). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar nilai tegangan maka akan semakin besar pula kuat arusnya dan apabila kuat arusnya besar maka akan semakin kecil hambatannya. Begitu juga sebaliknya semakin kecil nilai tegangannya maka semakin kecil pula kuat arusnya dan akan semakin besar hambatannya (Guntoro, 2013). Berikut adalah Gambar 4.1 hubungan antara kuat arus dan tegangan. 3,5 1,584 Kuat Arus (Ampere) 3 2,5 2 1,602 1,5 Ряд2 Ряд1 1 0,5 0,182 0,18 0 1 2 Tegangan Listrik (Volt) Gambar 4.1 Hubungan Antara Kuat Arus Dan Tegangan. Berikut adalah Gambar 4.2 hubungan antara tegangan terhadap kuat arus. 30 27 Kuat Arus (Ampere) 25 21 20 15 15 Tegangan 10 10 Kuat Arus 5 5 0,301 0,597 0,888 1,251 1,607 1 2 3 4 5 0 Tegangan Listrik (Volt) Gambar 4.2 Hubungan Antara Tegangan Terhadap Kuat Arus. 4.2.3 Daya Listrik Pada Rangkaian Paralel Adapun hasil yang didapat pada rangkaian paralel adalah pada percobaan pertama tegangan yang diberikan sebesar 5 volt dan hambatannya sebesar 16,89 Ω sehingga diperoleh kuat arus sebesar 0,298 A dan daya 1,49 W. Pada percobaan kedua tegangan yang diberikan 10 volt dan hambatannya sebesar 16,88 Ω sehingga diperoleh kuat arus sebesar 0,593 A dan dayanya 5,93 W. Pada percobaan ketiga tegangan yang diberikan sebesar 15 volt dan hambatannya 16,87 Ω sehingga diperoleh kuat arus sebesar 1,129 A dan daya 13,41 W. Pada percobaan keempat tegangan yang diberikan sebesar 21 volt dan hambatannya sebesar 16,84 Ω sehingga di peroleh kuat arus sebesar 1,25 A dan daya 26,25 W. Pada percobaan kelima tegangan yang diberikan sebesar 27 volt dan hambatannya sebesar 16,86 Ω sehingga diperoleh kuat arus 1,604 A dan daya 31,28 W. Hasil percobaan ini dapat dilihat dari gambar 4.3 hubungan antara tegangan listrik terhadap daya listrik . 50 43,398 45 Daya Listrik (Watt) 40 35 30 26,25 27 25 Rangkaian Paralel 20 15 15 0 Rangkaian Seri 10 10 5 21 13,41 5 5,93 1,49 1 2 3 4 5 Tegangan Listrik (Volt) Gambar 4.3 Hubungan Antara Tegangan Terhadap Kuat Arus. Berdasarkan data grafik diatas rangkaian paralel menghasilkan hambatan yang lebih kecil karena daya berpengaruh terhadap hambatan karena ada beda potensial bergantung pada kuat arus dan hambatannya. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Apabila luas penampangnya semakin besar maka hambatannya semakin kecil seperti pada data pengamatan, yang mana baterai besar menghasilkan hambatannya 8,94 Ω. 2. Apabila tegangan semakin besar maka semakin besar pula kuat arus, seperti pada data pengamatan yaitu tegangan 23 volt menghasilkan kuat arus sebesar 1,36 A. 3. Rangkaian paralel menghasilkan hambatan yang lebih besar dari pada rangkaian seri pada data pengamatan, pada rangkaian paralel hambatannya yaitu 16,83 Ω dan pada rangkaian seri hambatannya yaitu 16,80 Ω. 4. Semakin besar hambatan maka dayanya semakin kecil dan apabila semakin kecil hambatan maka semakin besar daya karena daya berpengaruh pada hambatan. Seperti pada data pengamatan apabila hambatannya 16,83 Ω maka daya yang diperoleh yaitu 2,87 W dan apabila hambatannya 16,80 Ω maka daya yang diperoleh yaitu 31,28 W. 5.2 Saran Adapun saran untuk praktikum ini adalah, pada percobaan ini tidak hanya menggunakan baterai saja akan tetapi bisa dengan menggunakan bola lampu dan selanjutnya agar lebih teliti dalam pemilihan resistor agar tidak terjadi kesalahan pada hasil yang diperoleh. DAFTAR PUSTAKA Abdullah. 2016.Diktat Kuliah Fisika Dasar II Tahap Persiapan Bersama ITB. Bandung: ITB. Anistardi, 1998.Fisika Dasar. Jakarta: Erlangga. F. Suryamono, 1999. Teknik Listrik Arus. Jakarta: Rineka Cipta. Guntoro, A. Nanang. 2013. Fisika Terapan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sihombing, Edi dkk. 2011. Fisika Terapan. Bandung: PT. Remaja.