KLASIFIKASI KELELAHAN MASINIS PT KERETA API INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN SUSTAINED ATTENTION TEST (SAT) TUGAS SARJANA Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Bandung Disusun oleh: DIVA ANDARA RAHAYU MORIANTI 13418118 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2022 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ........................................................................................................... i DAFTAR TABEL .................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 Latar Belakang ..............................................................................................1 Rumusan Masalah .........................................................................................4 Tujuan dan Manfaat ......................................................................................4 Batasan dan Asumsi ......................................................................................5 Sistematika Penulisan ...................................................................................5 BAB II STUDI LITERATUR .................................................................................7 Kelelahan ......................................................................................................7 Kelelahan dan Kewaspadaan ........................................................................7 Durasi dan Shift Kerja ...................................................................................8 Fitness for Duty.............................................................................................8 Sustained Attention Test (SAT) ....................................................................9 Receiver Operating Characteristic (ROC) .................................................10 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11 DAFTAR TABEL No table of figures entries found. ii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kereta api merupakan alat transportasi massal yang bergerak di atas rel dan dapat mengangkut barang maupun penumpang (Dwiatmoko, 2019). Badan Pusat Statistik (2020) mencatat penggunaan kereta api dalam pengangkutan barang mengalami kenaikan hingga 8,65% dibandingkan tahun 2019 dengan total pengangkutan sebanyak 4,55 juta ton. Penggunaan alat transportasi, khususnya kereta api memiliki risiko mengalami kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data Direktorat Keselamatan Perkeretaapian dari tahun 2015 hingga 2020 terjadi 128 kecelakaan yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sarana, prasarana, SDM operator, eksternal, dan alam. Faktor sarana meliputi kereta, lokomotif, dan gerbong menyumbang tiga puluh kecelakaan. Faktor prasarana meliputi jembatan, jalan, dan persimpangan rel menyebabkan 68 kecelakaan. Faktor eksternal menyebabkan sembilan kecelakaan. Faktor alam, seperti banjir dan tanah longsor menyebabkan tujuh kecelakaan. Faktor SDM operator dalam hal ini adalah masinis, menyebabkan empat belas kecelakaan atau 10,9% dari total kecelakaan. Faktor masinis dapat disebabkan dari human error yang memiliki proporsi tinggi sebagai penyebab kecelakaan pada sistem yang kompleks dan dinamis (Stanton, dkk., 2005). Berdasarkan data PT Kereta Api Indonesia (KAI), masinis merupakan operator yang bertugas untuk menjalankan kereta api sesuai dengan sinyal kereta api yang dijalankan. Masinis berada pada sistem yang dinamis dan kompleks karena perlu memerhatikan lingkungan sekitar yang berubah-ubah dan memiliki banyak komponen saat mengoperasikan kereta api. Hal ini meningkatkan kemungkinan human error sebesar 70% yang menyebabkan kecelakaan (Dekker, 2002). Human error dipengaruhi oleh beberapa faktor internal manusia, seperti kelelahan, stress, beban kerja, dan motivasi yang memengaruhi kemungkinan manusia melakukan kesalahan (Gregoriades, 2001). Definisi kelelahan menurut Phillips (2015) adalah kondisi psikofisiologis yang tidak optimal disebabkan oleh pengerahan tenaga dalam melakukan kegiatan. Kelelahan juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan sosial ekonomi yang memengaruhi pikiran dan tubuh manusia (Brown, 1994). Berdasarkan data National Transportation Safety Board Washington, DC (1995), 58% dari 107 kecelakaan truk berat disebabkan oleh kelelahan pengemudi. Kelelahan memberikan efek, seperti respon melambat, kegagalan dalam memberikan atensi, dan kesalahan dalam menentukan strategi yang menyebabkan kecelakaan (Mitler dkk., 1988). Kelelahan memiliki hubungan yang kuat dengan peningkatan risiko kecelakaan (Williamson dkk., 2011). Risiko kecelakaan yang disebabkan oleh kelelahan pengemudi dapat dikurangi dengan melakukan manajemen risiko kelelahan. Manajemen risiko kelelahan memiliki tiga tujuan, yaitu mengurangi kelelahan, mengurangi bahaya yang disebabkan oleh kelelahan dan mengidentifikasi kelelahan (Reason & Hobbs, 2003). Tindakan preventif pada kesiapan dinasan dapat menjadi salah satu cara untuk mengidentifikasi kelelahan. Kesiapan dinasan atau fitness for duty (FFD) adalah kapasitas pekerja untuk melakukan tugasnya dengan aman dan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan (Piechowski dan Albert, 2011). FFD biasa diuji sebelum pekerja memulai pekerjaanya. FFD dapat digunakan untuk menentukan tingkat kewaspadaan dari pekerja untuk bekerja selama shift (Dawson dkk., 2014). Pengujian FFD memiliki dua pendekatan berdasarkan, yaitu neurobehavioral performance dan pupillometry (Dawson dkk., 2014). Neurobehavioral performance menilai fungsi kognitif dan motorik, serta gangguan sensorik melalui neurobehavioral task (Baron dkk., 2008). Tes neurobehavioral performance yang dapat digunakan adalah Sustained Attention Test (SAT). 2 SAT menguji kewaspadaan dan kemampuan ingatan (working memory) dari 1.266 masinis dengan cara mengingat urutan angka dan mengidentifikasi angka yang hilang (De Valck dkk., 2015). Urutan angka ini muncul pada layar yang akan memberikan stimulus visual kepada masinis. Penelitian untuk mengevaluasi tingkat kelelahan masinis menggunakan SAT sudah pernah dilakukan oleh oleh De Valck dkk. (2015) di Belgia. Penelitian ini menemukan perbedaan nilai SAT yang signifikan antara masinis yang dianggap fit dan unfit. Pemeriksaan psikologis juga dilakukan pada penelitian ini dan memberikan hasil yang sesuai dengan SAT. Namun, pada penelitian ini belum ditentukan klasifikasi kelelahan masinis berdasarkan hasil penilaian SAT. Penelitian yang dilakukan De Valck dkk. pada tahun 2015 hanya mengkaji perubahan parameter saja. Kebutuhan untuk mendeteksi kelelahan secara real-time diperlukan saat mengemudi (Dawson dkk., 2014). Deteksi kapan kelelahan terjadi secara real-time dan kapan kelelahan dapat membahayakan pengemudi hingga menyebabkan kecelakaan masih sulit untuk dilakukan. Klasifikasi kelelahan yang dapat dilakukan adalah pengujian FFD untuk menentukan apakah masinis dalam kondisi aman atau tidak untuk mengemudi kereta. Klasifikasi ini dapat mengurangi risiko kecelakaan dengan mengidentifikasi kelelahan masinis. Masinis yang termasuk ke dalam klasifikasi lelah tidak diperbolehkan untuk mengemudi karena dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Klasifikasi kelelahan memerlukan tingkat akurasi dari nilai pisah batas (cutoff) yang dapat membagi kondisi lelah (Liang dkk., 2019). Salah satu model yang dapat digunakan untuk menentukan cutoff adalah Receiver Operating Characteristics (ROC). ROC digunakan untuk mengestimasi error dalam berbagai nilai cutoff. Akurasi dari nilai cutoff bergantung pada kekuatan sinyal yang terdeteksi dan sensitivitas pengukuran (Tuzlukov dan Vyacheslav, 2001). Kurva ROC dibuat untuk menentukan nilai cutoff yang optimal (Yovanoff dan Jane, 2006). ROC dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi lelah dan tidak lelah untuk masinis sebelum mengemudi. Penelitian ini mengkaji klasifikasi kelelahan pada masinis PT KAI yang dapat menjadi salah satu cara dalam manajemen risiko kelelahan untuk mengurangi risiko kecelakaan yang disebabkan oleh kelalahan masinis. Klasifikasi ditentukan dengan mencari nilai cutoff lelah dan tidak lelah dengan model ROC. Kurva ROC dibuat dengan menggunakan hasil SAT pada pengujian FFD sebelum masinis bekerja. SAT dapat mengevaluasi masinis dengan menguji tingkat kewaspadaan. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana klasifikasi tingkat kelelahan masinis kereta? 2. Apakah alat ukur berupa Sustained Attention Test (SAT) dapat dimanfaatkan pengujian kesiapan dinas masinis? Tujuan dan Manfaat Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengklasifikasi tingkat kelelahan masinis kereta dan menentukan penggunakan SAT dalam pengujian kesiapan dinas. Adapun manfaat yang diharapkan dapat membantu perusahaan sebagai berikut. 1. Membantu mengevaluasi tingkat kelelahan masinis sebelum bekerja. 2. Rekomendasi dapat membantu PT KAI untuk mengurangi risiko kecelakaan kereta api akibat faktor SDM. 4 Batasan dan Asumsi Dalam pelaksanaan penelitian, ada beberapa batasan yang diterapkan sebagai berikut. 1. Aspek yang ditinjau adalah tingkat kelelahan masinis 2. Kegiatan masinis sebelum dievaluasi tidak dipertimbangkan dalam faktor yang memengaruhi kelelahan. Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut. 1. Parameter yang ditinjau melalui SAT sudah merepresentasikan kelelahan 2. Pelatihan yang diberikan kepada masinis sebelum dilakukan pengumpulan data dianggap cukup Sistematika Penulisan Penulisan laporan tugas akhir disusun dalam enam bab sebagai berikut. BAB I – PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan dan asumsi yang digunakan selama penelitian serta sistematika penulisan laporan. BAB II – LANDASAN TEORI Bab ini memuat seluruh teori yang digunakan di dalam penelitian. Seluruh literatur yang digunakan dapat mendukung validitas teori-teori tersebut. Teori yang dicantumkan berhubungan dengan eksperimen, perhitungan, dan analisis hubungan beban kerja dengan indikator mata. BAB III – METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah dilakukannya penelitian mulai dari studi pendahuluan, pengumpulan data dari partisipan, pengolahan data, analisis hingga menentukan kesimpulan BAB IV – PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini terdiri dari metode pengumpulan data dan hasil dari pengumpulan data tersebut yang diolah dengan uji statistik. BAB V – ANALISIS Bab ini memuat hasil analisis dan pembahasan dari data yang telah diolah. Analisis yang dilakukan berkaitan dengan beban kerja yang dialami masinis hingga rekomendasi yang perlu diberikan serta implikasi manajerial. BAB VI – KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian dan berisi saran untuk PT KAI. 6 BAB II STUDI LITERATUR Kelelahan Kelelahan diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab kecelakaan, cedera, bahkan kematian. Penelitian Williamson, dkk. (2011) menyatakan terdapat bukti hubungan antara kelelahan dan keselamatan. Orang yang lelah cenderung melakukan aktivitas dan kinerja dalam kondisi yang tidak aman (Williamson dkk., 2011). Menurut Brown (1994), kelelahan merupahan bagian dari aspek kinerja di mana kondisinya tidak mampu mencapai target pekerjaan. Kelelahan memberikan efek, seperti respon melambat, gagal dalam memberikan atensi, dan melakukan kegiatan yang tidak aman sehingga meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan (Mitler dkk., 1988). Menurut Williamson dkk. (2011), kelelahan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu time of day, time/s awake, dan task-related factors. Time of day berhubungan dengan siklus sirkadian pada tubuh manusia di mana tubuh memiliki waktu untuk tidur dan bekerja. Williamson, dkk. menyatakan bahwa titik terendah sirkadian manusia terjadi pada pukul 06.00 dan risiko kecelakaan tertinggi berada di pukul 14.00-15.00. Time/s awake menyatakan kuantitas dan kualitas tidur seseorang. Corner, dkk. (2002) menyatakan kecelakaan berat disebabkan oleh pengemudi yang tidur hanya lima jam dalam 24 jam terakhir sebelum kecelakaan terjadi. Taskrelated factors dipengaruhi oleh time on task atau waktu bertugas dilakukan. Time on task dianggap menyebabkan kelelahan fisik dan mental, termasuk kognitif dan afektif di tempat kerja. Kelelahan dan Kewaspadaan Warm dkk. (2008) mendefinisikan kewaspadaan sebagai kemampuan manusia untuk mempertahankan fokus dan perhatiannya terhadap rangsangan eksternal dalam waktu yang lama. Kelelahan menunjukkan berkurangnya kemampuan invididu untuk mengemudi dengan menurunnya kewaspadaan sebagai kemampuan untuk mempertahankan perhatian (Thiffault & Bergeron, 2003b). Kegiatan mengemudi sangat sensitive terhadap kelelahan dan membutuhkan kewaspadaan yang berkaitan dengan reaksi psikomotorik (Dinges dan Mallis, 1998). Durasi dan Shift Kerja Durasi kerja menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kelelahan dalam bekerja. Penelitian yang dilakukan Ting dkk. (2008) menyatakan bahwa durasi mengemudi yang panjang dapat menurunkan kinerja pengemudi. Peningkatan durasi mengemudi dapat menurukan kinerja pengemudi secara signifikan (Gastaldi dkk., 2014). Durasi kerja selama 12 jam sehari dapat meningkatkan risiko kecelakaan sebesar 37% (Dembe dkk., 2005). Soccolich dkk. (2013) menyebutkan bahwa durasi kerja perlu melibatkan waktu istirahat dan waktu sebelum bekerja, bukan hanya waktu saat melakukan pekerjaan saja. Shift kerja sangat dipengaruhi oleh kecukupan tidur sehingga pengaturan shift kerja perlu memerhatikan aktivitas tidur dari pekerja (Boivin dan Bodroen (2014). Folkard dan Lombardi (2006) menyatakan bahwa kecelakaan lebih berisiko terjadi pada shift malam dibandingkan shift pagi atau siang. Shift malam juga menyebabkan efek negatif pada kinerja psikomotor pekerja dengan adanya penuruan tingkat kewaspadaan dan kecepatan reaksi (Akerstedt dan Wright, 2009). Fitness for Duty Fitness for duty (FFD) merupakan bagian dari manajemen risiko kelelahan untuk mencegah kelelahan dengan menggunakan teknologi (Gander dkk., 2011). FFD mendeteksi kelelahan dengan teknologi sebelum memulai pekerjaan. FFD juga dapat berupa pengurangan durasi kerja dan pengaturan shift kerja (Gander dkk., 2011). 8 Pengujian FFD diperlukan untuk memastikan seluruh pekerja dalam kondisi yang aman untuk bekerja dan tidak membahayakan siapapun (Palmer dan Brown, 2013). FFD biasanya menguji nilai kinerja neuro-behavioral task, khususnya kewaspadaan dan koordinasi mata serta tangan (Dawson dkk., 2014). Kewaspadaan menunjukkan tingkat kesiapan individu dalam memberikan respon terhadap rangsangan (Dorrian, dkk., 2007). Pada penelitian De Valck dkk. (2015), pengujian FFD menggunakan SAT pada pengemudi kereta di Belgia. Sustained Attention Test (SAT) Pada penelitian De Vallck dkk. (2015), SAT digunakan untuk menguji kewaspadaan dan kemampuan ingatan (working memory), terutama pada pengujian short-term memory karena dilakukan pada interval waktu tertentu. Penelitian ini menguji fitness for duty pada 1.266 masinis kereta di Belgia selama 27 menit. SAT memberikan stimulus visual secara monoton berupa urutan angka dari 0-9 dengan kemunculan selama 2,5 detik pada layar komputer. 1.266 masinis diminta untuk memberikan respon setiap muncul angka yang tidak sesuai urutannya dengan menekan tombol enter/space bar secepat mungkin. Parameter yang didapatkan dari SAT pada penelitian De Valck dkk. (2015) adalah number of missed target (%miss), number of delayed responses, mean reaction time (mean RT), mean of the slowest 10% reaction time, dan standar deviasi. Semakin kecil number of missed target dan number of delayed responses menunjukkan semakin kecil kapasitas memori dalam otak. Skor penilaian untuk setiap parameter yang tinggi skor penilaian mengindikasikan perfomansi buruk pada kondisi yang monoton. Mean of the slowest 10% reaction time tinggi menunjukkan hilangnya kemampuan partisipan untuk memberikan respon yang cepat. Standar deviasi tinggi menunjukkan ketidakstabilan partisipan dan mengurangi reabilitas dari atensi partisipan. Receiver Operating Characteristic (ROC) ROC sudah mulai dikembangkan sejak perang dunia 2. ROC merupakan salah satu model untuk meminimalkan kesalahan dalam pengambilan keputusan dengan menentukan nilai cutoff (Yovanoff dan Jane, 2006). ROC digunakan untuk mengestimasi error dalam berbagai nilai cutoff. Akurasi dari nilai cutoff bergantung pada kekuatan sinyal yang terdeteksi dan sensitivitas pengukuran (Tuzlukov dan Vyacheslav, 2001). Analisis ROC digunakan untuk mengetahui keakuratan diagnosis suatu masalah (Hajian-Tilaki, 2013). Kurva ROC dibuat menggunakan skala separasi dengan kriteria yang dipertimbangkan, seperti False Positive Fraction (FPF) dan True Positive Fraction (TPF) (Hajian-Tilaki, 2013). Kurva ROC juga dibuat untuk menentukan nilai cutoff yang optimal (Yovanoff dan Jane, 2006). Menurut Hajian-Tilaki (2012) area di bawah kurva menunjukkan tingkat akurasi dari parameter dengan klasifikasi, sebagai berikut. 1. 0,90-1,00 (baik sekali) 2. 0,80-0,90 (baik) 3. 0,70-0,80 (cukup baik) 4. 0,60-0,70 (buruk) 5. 0,50-0,60 (gagal) 10 DAFTAR PUSTAKA Akestedt, T., & Wright, K. P. (2009). Sleep Loss and Fatigue In Shift Work and Shift Work Disorder. Sleep Med Clin, 257-271. Baron, Monika Meyer, dkk. (2008). The impact of solvent mixtures on neurobehavioral performance—Conclusions from epidemiological data. 29(3), 0–360 Benedetto, Simone, dkk. (2011). Driver Workload and Eye Blink Duration. Transportation Research Part f, 14 (3), 0-208 Boivin, D.B. dan Boudreau, P. (2014). Impact of shift work on sleep and circadian rythms, Phatologie Biologie, 62, 292-301. Brown, I.D. (1994). Driver fatigue, Human Factors, 36(2), 298-314. BPS. (2020). BPS: Kereta Barang Tumbuh 8,65 Persen, Jumlah Penumpang Merosot. Diakses pada 28 September 2021. https://ekonomi.bisnis.com/read/20200504/98/1235986/bps-kereta-barangtumbuh-865-persen-jumlah-penumpang-merosot, Dawson. D, Searle. A.K., Paterson. J. L. (2014). Look before you (s)leep: Evaluating the use of fatigue detection technologies within a fatigue risk management system for the road transport industry. Sleep Medicine Review, 18, 141-152. De Valck, E., Smeekens, L., dan Vantrappen, L. (2015): Periodic psychological examination of train driver’ fitness in Belgium: Deficit observed and efficacy of the screening procedure, Journal of Occupational and Environmental Medicine, 0(0), 1-8. Dekker, Sidney W. A. 2002. The re-Invention of Human Error. Sweden: Lund University School of Aviation Dembe, A.E, Erickson, J.B., Delbos, R.G., dan Banks, S.M. (2005). The impact of overtime and long hours on occupational injuries and illnesses : new evidence from the United States, Occupational Environment Medicine, 62, 588-597. Dinges, D.F. dan Mallis, M.M. (1998) Managing fatigue by drowsiness detection:Can technological promises be realized? Managing Fatigue in Transportation. Ed. Hartley, L., Pergamon, Kidlington, 209-229. Dorrian, J., Roach, G.D., Fletcher, A., dan Dawson, D. (2007). Simulated train driving: Fatigue, self-awareness and cognitive disengagement, Applied Ergonomics, 38, 155-166. Dwiatmoko, Hermanto. (2019). Peran Infrastruktur Perkeretaapian bagi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah. Jurnal Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas – Vol.3, No.2 Folkard, S., dan Lombardi, D.A. (2006). Modeling the impact of the components of long work hours on injuries and ‘‘Accidents’’, American Journal of Industrial Medicine, 49, 953-963. Gander, P., Hartley, L., Powell, D., Cabon, P., Hitchcock, E., Mills, A., & Popkin, S. (2011). Fatigue risk management: Organizational factors at the regulatory and industry/company level. Accident Analysis and Prevention, 573-590. Gastaldi, M., Rossi, R., dan Gecchele, G. (2014). Effects of driver task related fatigue on driving performance, Procedia - Social and Behavioral Sciences, 111, 955 – 964. Gregoriades, Andreas. (2001). Human Error Assessment in Complex SocioTechnical Systems-System Dynamics versus Bayesian Belief Network. Manchester: UMIST University Hajian-Tilaki, K. (2013). Receiver Operating Characteristics (ROC) Curve Analysis for Medical Diagnostic Test Evaluation. Caspian Journal of Internal Medicine, 4, 2, 627-635 Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 2020. Buku Statistik Bidang Perkeretaapiaan. Diakses pada 28 September 2021. https://djka.dephub.go.id/uploads/202104/Buku_Statistik_DJKA_Thn_202 0_FINAL.pdf 12 Liang, Y., Horrey, W. J., Howard, M. E., Lee, M. L., Anderson, C., Shreeve, M., O’Brien, C. S., Czeisler, C. A. (2019). Prediction of drowsiness events in night shift workers during morning driving. Accident Analysis and Prevention, 126, 105-114 Mitler, M.M., Carskadon, M.A., Czeisler, C.A., Dement, W.C., Dinges, D.F., Graeber, R.C., 1988. Catastrophes, sleep, and public policy: Consensus report. Sleep 11 (1), 100–109 National Transportation Safety Board, 1995. Safety Study: Factors that affect fatigue in heavy truck accidents. Vol. 1: Analysis (NTSB/SS-95/01). NTSB, Washington, DC. Palmer, K. T., & Brown, I. (2013). A general framework for assessing fitness for fitness for work. Fitness for Work: The Medical Aspects, 1-20. Phillips, R. O. (2015) : A review of definitions of fatigue – And a step towards a whole definition. Transportation Research Part F, 29, 48–56 Piechowski, L. D., & Drukteinis, A. M. (2011). Fitness for duty. In E. Y. Drogin, F. M. Dattilio, R. L. Sadoff, & T. G. Gutheil (Eds.), Handbook of forensic assessment: Psychological and psychiatric perspectives (pp. 571–591). John Wiley & Sons, Inc. PT KAI. Job Profile. Diakses pada 28 September 2021. https://recruitment.kai.id/job-profile Reason, J., & Hobbs, A. (2003). Managing maintenance error: A practical guide. Ashgate: Aldershot Soccolich, S.A, Blanco, M., Hanowski, R.J, Olson, R.L., Morgam, J.F., Guo, F., dan Wu, S. (2013). An analysis of driving and working hour on commercial motor vehicle driver safety using naturalistic data collection, Accident Analysis and Prevention, 58, 249-258. Stanton, N. A., Salmon, P. M., Walker G. H., Baber, C. dan Jenkins, D. P. (2005). Human Factors Methods A Practical Guide for Engineering and Design. Aldershot : Ashgate Thiffault, P. dan Bergeron, J. (2003b). Monotony of road environment and driver fatigue: a simulator study, Accident Analysis and Prevention, 35, 381-391. Ting, P.H., Hwang, J.R., Doong, J.L., dan Jeng, M.C. (2008): Driver fatigue and highway driving: A simulator study, Physiology and Behavior, 94, 448-453. Tuzlukov, & Vyacheslav, P. (2001). Signal detection theory. New York: Springer Verlag. Warm, J.S., Parasuraman, R., Matthews, G. (2008). Vigilance Requires Hard Mental Work and Is Stressful. Human Factors, 50, 433–441. Williamson, A., Lombardi, D. A., Folkard, S., Stutts, J., Courtney, T. K., & Connor, J. L. (2011). The Link Between Fatigue and Safety. Accident Analysis and Prevention, 498-515. Yovanoff, P. dan Jane Squires. (2006). Determining Cutoff Scores on a Developmental Screening Measure: Use of Receiver Operating Characteristics and Item Response Theory. Journal of Early Intervention, 29(1), 48–62. 14