ICT DAN GERAKAN GURU CERDAS (GARUDAS) MAKALAH KELOMPOK Disusun untuk memenuhi tugas Kelompok, dalam matakuliah “TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN” Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Sekolah Pascasarjana Universitas Islam “45” Kota Bekasi Dosen : Dr.H. Aprilliantoni, ME, Sy Kelompok 10 Lusiana (41189901200002) Yudhita Omayra(41189901200014) MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM “45” (UNISMA) BEKASI KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohiim,Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kelompok yang mengangkat tema “ICT dan Gerakan Guru Cerdas (Garudas)”. Dengan harapan makalah ini dapat memenuhi tugas kelompok dalam mengikuti Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, pada Sekolah Pasca Sarjana (S2) Universitas Islam “45” (UNISMA) Bekasi. Makalah ini disusun dengan tujuan memberikan wawasan dan tuntunan bagi pembaca untuk mempelajari tentang ICT dan Gerakan Guru Cerdas. Demi penyempurnaan makalah ini , penulis sangat mengharapkan kritik,saran dan gagasan pembaca khususnya dari teman-teman profesi dalam bidang pendidikan. Billaahit Taufiq wal Hidaayah, Bekasi, 18 Mei 2021. Penyaji Makalah, Lusiana & Yudhita Omayra i DAFTAR ISI Kata Pengantar…………………………………………………………… i Daftar Isi………………………………………………………………….. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang…………………………………………… 1 1.2. Rumusan Masalah……………………………………….. 2 1.3. Tujuan Penulisan………………………………………… 3 1.4. Metodelogi Penulisan……………………………………. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kompetensi Guru Profesional………………………….. 2.1.1 2.2 Kompetensi TIK………………………………… 4 5 Gerakan Guru Cerdas 2.2.1 Kondisi Guru di Indonesia……………………….. 8 2.2.2 Gerakan Guru Cerdas (Garudas)………………… 9 KESIMPULAN………………………………………………………….... 12 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 13 ii BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Adanya disrupsi yang terjadi secara global, dan di segala bidang terutama dalam bidang teknologi, yang mana ini merupakan dampak dari pandemi virus covid-19, akhirnya berdampak pula pada semua sektor, termasuk pada sektor pendidikan. Perubahan yang besar dan mendasar ini memberi peluang sekaligus tantangan bagi tenaga kependidikan terutama guru. Guru harus mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut, harus bisa mempersiapkan anak didiknya agar mereka nantinya mampu menjawab tantangan zaman yang akan terus mengalami perubahan yang sangat pesat. Sebagai dampak kemajuan yang pesat di bidang teknologi, cara bekerja masa depan pun akan sangat berbeda dengan masa kini. Tipe pekerjaan baru akan banyak muncul untuk mengakomodasi manusia dan teknologi yang berubah dengan sangat cepat. Teknologi menyederhanakan pekerjaan manusia, serta mampu memberikan pemahaman/ info yang lebih baik tentang segala sesuatu. Pandemi virus covid-19 telah mendorong terjadinya perubahan yang sangat pesat. Sekolahsekolah di seluruh dunia harus cepat beradaptasi dengan system digital untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itulah, mau tidak mau, seorang guru yang cerdas harus bisa menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian diharapkan, kegiatan belajar mengajar dengan metode baru ini mampu melahirkan SDM yang unggul, yakni sebagaimana wacana dari visi Pendidikan Indonesia 2035, yaitu “Membangun rakyat Indonesia menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila” (Kemendikbud). 1 2 Saat ini, keberadaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, seiring dengan era masyarakat informasi (information society). Pendidikan menjadi bagian dari sektor yang menjadikan TIK sebagai tulang punggung kemajuan pendidikan, sekaligus sebagai daya ungkit (leverage) peningkatan mutu pendidikan. Setidaknya TIK dalam pendidikan berfungsi sebagai alat bantu (as a tools), sebagai bahan ajar (as a learning resources) dan sebagai sistem pendukung (as a support system). Guru menjadi ujung tombak pemanfaatan TIK dalam pendidikan, karena guru berada pada posisi front end yang langsung bersentuhan dengan end user pendidikan yaitu siswa. Keberadaan TIK di masyarakat yang begitu terbuka (open access) sangat memungkinkan siswa bisa lebih mengakses informasi secara cepat, dan jika guru tidak mengimbangi maka bisa terjadi knowledge capacity siswa lebih tinggi dibandingkan guru. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan TIK yang memadai, bahkan tidak hanya cukup dengan ICT literacy tapi harus beranjak menjadi ICT fluence. Luasnya kebutuhan kemampuan TIK bagi guru saat ini dipandang perlu adanya parameter dan kerangka apa saja yang menjadi bingkai kompetensi guru dalam penguasaan TIK. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan tema dari makalah ini, yakni “ TIK dan Gerakan Guru Cerdas”, maka kami merumuskan masalah di sini dengan mengangkat permasalahan yang kerap muncul dalam penerapan TIK di dunia Pendidikan, di antaranya: 1. Parameter dan kerangka apa saja jika merujuk pada kerangka kerja kompetensi TIK untuk guru yang dikembangkan oleh UNESCO (UNESCO ICT Competency Framework for Teachers)? 3 2. Mengapa Program Gerakan Guru Cerdas diluncurkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta 3. Bagaimana Gerakan Guru Cerdas meningkatkan kompetensi guru agar dapat menguasai TIK sehingga sistem pendidikan Indonessia bisa beradaptasi terhadap dampak dari disrupsi teknologi? 3. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui Kerangka Kompetensi TIK bagi guru berdasarkan standart UNESCO. 2. Untuk mengetahui latarbelakang munculnya Gerakan Guru Cerdas. 3. Untuk mengetahui Program Gerakan Guru Cerdas yang bertujuan meningkatkan kompetensi TIK guru-guru di DKI Jakarta. 4. Metodelogi Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research). Metode ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan-bahan yang terdiri dari bukubuku, jurnal, dan lain-lain, yang terkait dengan masalah yang dibahas. BAB II PEMBAHASAN 1. Kompetensi Guru Profesional Kompetensi menurut Saepudin (2012) adalah satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang terkait dengan profesi tertentu yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu. Menurut Siswandari dan Susilaningsih (2013), kompetensi dimaknai sebagai kemampuan atau kecakapan yang biasanya diasosiasikan dengan performansi profesional yang tinggi di dunia pendidikan. Selanjutnya Siswandari dan Susilaningsih meyakini bahwa ada korelasi antara kompetensi profesional guru dengan performansi peserta didik, yang ditunjukkan dari hasil prestasi belajar peserta didik. Dengan demikian, kompetensi guru adalah satu kesatuan dari ke empat kompetensi (pedagogik, kepribadian, social, dan profesional) yang harus dimiliki dan diterapkan guru secara penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator pembelajaran.1 Di samping keempat kompetensi ini, seorang guru menurut Rahman (2013) harus menjadi suri tauladan dan pemimpin untuk dirinya dan orang lain. Dalam hal ini, guru harus memiliki tujuh karakter, yaitu;2 1. leadership character; 2. leadership responsibilities; 3. leadership strategy; 4. leadership and execution; 5. leadership and change; 6. leadership influence; dan 7. leadership and the team. Selain berkompeten dan menjadi suri teladan, guru juga harus memiliki kreativitas dalam membelajarkan dan memotivasi peserta didik belajar sehingga mampu 1 Rahmi Rivalina , Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran, Jurnal Teknodik Vol. 18 - Nomor 2, Agustus 2014,167 2 Ibid.,167 4 5 menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreatifitas guru, akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Mengacu pada pemikiran tersebut di atas, dan pengakuan masyarakat terhadap guru sebagai sosok yang “digugu dan ditiru”, maka peranan guru sangat strategis dalam menunjang peningkatan mutu pendidikan. Kemampuan atau kompetensi guru diperoleh melalui pendidikan profesi dan berbagai pelatihan (inservice teacher training). Di era kemajuan TIK guru harus dapat memanfaatkan TIK tidak hanya untuk pengembangan potensi dirinya tetapi juga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang diampunya dengan mengintegrasikan TIK di dalam kegiatan pembelajaran. 1.1 Kompetensi TIK Guru Seiring dengan kemajuan TIK, suka atau tidak, guru dituntut untuk menguasai dan memanfaatkan TIK dalam membelajarkan peserta didiknya. Tingkat penguasaan TIK ini hendaknya dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, baik melalui usaha sendiri (otodidak) maupun melalui pelatihan yang diselenggarakan institusi lain yang berkompeten di bidang TIK untuk pendidikan/pembelajaran. Oleh karena itu, guru di samping memiliki kemampuan mengajar di kelas juga harus mampu mengintegrasikan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Warsihna (2011) yang merujuk pada “Naskah Akademik TIK untuk Guru” menyatakan bahwa ada 4 jenjang kompetensi TIK, yaitu: 1. menguasai dasar-dasar TIK (ICT Literacy); 2. mendalami pengetahuan (akuisisi dan rekayasa pengetahuannya) melalui TIK (Knowledge deepening) 3. mempunyai kemampuan untuk mengkreasi pengetahuan dengan TIK; dan berbagi ilmu dengan menggunakan TIK atau tentang TIK, baik kepada siswa maupun guru lainnya. (Knowledge Creationing) 6 Kemudian, kompetensi TIK guru dikelompokkan oleh UNESCO dalam Kristanto (2014) ke dalam enam aspek (ranah/ kawasan), yaitu:3 1. Aspek pemahaman TIK (Understanding ICT In Education), dalam pendidikan meliputi pemahaman guru terhadap kebijakan pemerintah dalam pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan, sehingga guru mampu menerjemahkan kebijakan tersebut ke dalam praktek aktivitas pembelajaran. 2. Aspek kurikulum dan penilaian (Curricullum and Assessment) yang meliputi kompetensi guru dalam pemanfaatan TIK dalam hal pengembangan kurikulum, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan pengalaman belajar siswa, penilaian dan pengukuran, serta pemanfaatan TIK untuk peserta didik berkebutuhan khusus. 3. Aspek pedagogi (Pedagogy)yang meliputi pemanfaatan TIK dalam hal perencanaan dan penyusunan strategi pembelajaran, pengembangan pembelajaran aneka sumber, pembelajaran berbasis masalah, serta komunikasi dan kolaborasi. 4. Aspek teknologi informasi dan komunikasi (Application of digital skills) yang meliputi kompetensi guru dalam penggunaan piranti TIK, baik pemanfaatan multimedia, internet, media audio visual untuk pembelajaran ataupun TIK sebagai penunjang administrasi pembelajaran. 5. Aspek organisasi dan administrasi (Organization and Administration) yang meliputi integrasi TIK dalam pembelajaran, pengelolaan pembelajaran berbantuan TIK, serta pemahaman tentang etika dalam pemanfaatan TIK. 6. Aspek pembelajaran guru profesional (Teacher Profesional Learning) yang meliputi kemampuan guru dalam memanfaatkan TIK untuk pengembangan diri, partisipasi dan kontribusi dalam forum profesi, serta memanfaatkan TIK sebagai sarana riset dan pengembangan professional. 3 UNESCO, ICT Competency Framework For Teachers, by the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization 7, place de Fontenoy, 75352 PARIS 07 SP 7 2. TIK & Gerakan Guru Cerdas 2.1 Kondisi Guru di Indonesia Berdasar hasil survei tahun 2018 yang dilakukan Pustekkom , KEPALA Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Gatot Suhartowo menyebut saat ini dari total guru yang ada di Indonesia, baru 40 persen yang melek dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Selebihnya, masih 60 persen guru masih gagap dengan kemajuan di era digital ini. 8 Jika total umum guru di Indonesia mencapai tiga juta orang, berarti baru 1,2 juta yang melek dengan teknologi informasi komunisasi. Sisanya sebanyak 1,8 juta guru masih gagap alias tidak siap dengan kemajuan zaman. Menurut British Educational Communications and Technology (BECTA)dalam kutipan Siahaan, beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kompetensi guru dalam menggunakan TIK adalah:4 1. Kurangnya rasa percaya diri guru terhadap kemampuannya dalam menggunakan komputer, 2. Penguasaan guru terhadap perangkan dan software TIK yang rendah, 3. Keterbatasan guru dalam mengikuti pelatihan di bidang TIK, baik yang disebabkan oleh keterbatasan waktu, substansi di bidang pedagogik dan keterampilan, maupun keterbatasan atau kurangnya kesempatan mempelajari TIK sewaktu guru masih berstatus mahasiswa, 4. Keterbatasan akses terhadap sumber daya, baik yang mencakup perangkat keras yang berkualitas rendah maupun perangkat lunak yang kurang sesuai, pengorganisasian sumber daya yang kurang baik, dan keterbatasan akses guru secara pribadi, 5. Kekhawatiran guru akan melakukan kesalahan selama memanfaatkan TIK untuk membelajarkan peserta didiknya, 6. Keterbatasan guru untuk memperoleh dukungan yang bersifat teknis, 7. Keengganan atau penolakan guru untuk melakukan perubahan model dan pendekatan pembelajaran Sehubungan dengan besarnya pengaruh TIK dalam meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah telah merencanakan TIK sebagai salah satu sumber belajar di Indonesia. Agar tujuan ini dapat dicapai dengan baik maka diperlukan kerjasama yang sinergis antara pemerintah, sekolah, guru, organisasi profesi, dan masyarakat.5 4 Siahaan, S. (2015). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran: Peluang, Tantangan, Dan Harapan. Jurnal Teknodik, 19(3), 321–332. 5 Delila Sari Batubara (2017), Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru SD/MI (Potret, Faktor-faktor, dan Upaya Meningkatkannya), Muallimuna , Jurnal Madrasah Ibtidayah, 3(1), 48-65 9 Salah satu Program yang diadakan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk meningkatkan kompetensi TIK guru adalah dengan mengajakan Gerakan Guru Cerdas (Garudas) 2.2 Gerakan Guru Cerdas (Garudas) Diera kemajuan TIK guru harus dapat memanfaatkan TIK tidak hanya untuk pengembangan potensi dirinya tetapi juga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang diampunya dengan mengintegrasikan TIK di dalam kegiatan pembelajaran. Guru di samping memiliki kemampuan mengajar di kelas juga harus mampu mengintegrasikan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Pada halaman sebelumnya sudah dijelaskan defenisi dari kompetensi, TIK, kompetensi guru professional, serta kompetensi TIK guru yang sudah ditetapkan oleh UNESCO. Setelah kita mengetahui secara detil hal-hal tersebut, selanjutnya kita akan melihat, apa saja program dari GARUDAS ini dalam rangka meningkatkan kompetensi TIK guru Indonesia, agar bisa mencapai standar UNESCO. Selama pandemic ini, dunia pendidikan harus beradaptasi dengan kondisi yang ada, dan hal ini merubah secara total segala aktivitas yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar, yang biasanya tata muka, menjadi pembealajaran jarak jauh yang harus didukung oleh teknologi. Berangkat dari evaluasi terhadap pembelajaran secara daring yang telah berlangsung sejak April 2020, ternyata di lapangan para guru di Indonesia mendapati kendala besar dalam pelaksanaannya, terutama dalam hal media yang digunakan. Pembelajaran secara daring ini sangat tergantung pada pemanfaatan TIK. Keterbatas guru dalam penguasaan TIK berdampak besar atas kesuksesan dalam menjalankan KBM secara daring. Akhirnya, tingkat ketercapaian target pendidikan sangat menurun. Melihat realitas di lapangan, bahwa pandemi belum berakhir yang akhirnya keluarlah SKB 4 Menteri, lalu mengevaluasi hasil pendidikan secara daring selama hampir setahun, ini memaksa pihak yang terkait dengan dunia pendidikan untuk mencari solusi terbaik. Yakni solusi yang mampu menjawab bagaimana mutu pendidikan di Indonesia bisa meningkat walaupun dengan model pembelajaran secara daring. 10 Dalam hal ini, ternyata ada salah satu pakar pendidikan yaitu Indra Charismiadi mengajukan idenya terkait Gerakan Guru Cerdas kepada Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta, yang akhirnya disambut baik oleh Kepala Dinas Pendidikan DKI Nahdiana. Selanjutnya, peluncuran gerakan guru cerdas (garudas) secara daring oleh kepala dinas pendidikan DKI Nahdiana, di Jakarta pada 8 April 2021, adalah langkah awal yang diambil secara mandiri oleh pihak dinas pendidikan pemprov DKI. Dalam peluncurannya, Nahdiana menjelaskan bahwa garudas ini merupakan langkah cepat tanggap dari pemprov DKI dalam menyikapi keluarnya SKB 4 Mentri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di masa pandemi covid-19 yang ditetapkan di Jakarta pada 7 Agustus 2021. Gerakan ini diinisiasi dan merupakan kolaborasi dari Center for Education Regulations & Development Analysis (CERDAS), Vox Populi Institute Indonesia, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta, yang didukung oleh mitra-mitra seperti Epson, Microsoft, Link Net, Rumah Juara, dan Pandi.id. 11 Adapun langkah pertama yang diambil garudas adalah dengan memberikan pelatihan online selama 96 Jam bagi para guru baik negeri maupun swasta tentang pembelajaran secara online selama masa pandemi Covid-19. Pelatihan ini dimulai April 2021 hingga Agustus 2021. Pakar pendidikan Indra Charismiadi sangat optimis dengan program Garudas ini dengan mengatakan, “Jika di DKI sukses, maka akan diimplimentasikan di daerah-daerah lainnya.” Gerakan Guru Cerdas yang akan segera berjalan ini merupakan bentuk kepedulian bersama yang bertujuan untuk membekali para pendidik di wilayah provinsi DKI Jakarta untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan paradigma baru yaitu pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran dengan paradigm baru ini tentunya dengan memanfaatkan TIK secara maksimal. Pembelajaran dengan paradigm baru yang diusung garudas, sudah pasti sejalan dengan program pemerintah yang telah berupaya untuk memanfaatkan TIK bagi kepentingan pendidikan melalui ragam program di antaranya adalah: (1) melaksanakan pelatihan untuk guru dan kepala sekolah; (2) mengembangkan kerjasama dengan pengembang perangkat lunak; (3) membuat kebijakan, langkah-langkah operasional agar pengintegrasian TIK ke dalam Sistem Pendidikan Nasional dapat berjalan efektif.6 6 Rahmi Rivalina, KOMPETENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI GURU DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN, Jurnal Teknodik Vol. 18 - Nomor 2, Agustus 2014, 168 KESIMPULAN Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam dunia pendidikan sangatlah penting, karena saat ini setiap praktisi pendidikan dapat mengambil manfaat sangat besar dari kemajuan TIK tersebut. Dengan demikian, peningkatan literasi TIK bagi para pendidik merupakan salah satu aspek mendasar dalam menyiapkan SDM pendidik yang mampu mendayagunakan TIK untuk optimalisasi proses pendidikan di lapangan. Kompetensi ini diyakini dapat membantu guru dalam banyak hal seperti dalam penyiapan bahan ajar, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, serta dalam membangun komunitas profesi yang juga bisa dilakukan dengan berbasis TIK. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) telah membuat suatu kerangka kompetensi TIK dalam proses belajar mengajar. Menurut UNCESO memandang bahwa dengan adanya TIK proses pembelajaran akan semakin mudah dan cepat berkembang. Di samping itu dapat menggabungkan pendidikan formal dan pendidikan informal, serta memberikan harapan bahwasannya guru dapat menggunakan model dan variasi yang lebih banyak pada pelaksanaan proses belajar mengajarnya. UNESCO bekerjasama dengan CISCO, Intel, dan Microsoft, serta para ahli pendidikan melakukan konsultasi intensif untuk mengidentifikasi kompetensi TIK guru yang dimilikinya agar dapat menguasai materi dan kelas secara efektif dan efisien. Dari hasil kerjasama menghasilkan buku kerangka kerja UNESCO mengenai kompetensi TIK bagi guru profesional yang diterbitkan pada tahun 2008, yaitu: Kerangka Kebijakan yang menjelaskan mengenai alasan, struktur dan pendekatan kegiatan ICT-CFT (ICT Competency Framework for Teachers project). Selain itu untuk meningkatkan kompetensi TIK guru di DKI Jakarta, Dinas Pendidikan Jakarta, melakukan Gerakan Guru Cerdas (Garudas). Gerakan ini diinisiasi dan merupakan kolaborasi dari Center for Education Regulations & Development Analysis (CERDAS), Vox Populi Institute Indonesia, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta, yang didukung oleh mitra-mitra seperti Epson, Microsoft, Link Net, Rumah Juara, dan Pandi.id. 12 DAFTAR PUSTAKA Delila Sari Batubara, Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru SD/MI (Potret, Faktor-faktor, dan Upaya Meningkatkannya), Muallimuna , Jurnal Madrasah Ibtidayah, Vol.3 No. 1, 2017, 48-65 Rahmi Rivalina, Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran., Jurnal Teknodik, Vol.18 No. 2, 2014, 165-176. Saepudin, Asep. 2012. “Hubungan Persepsi Kompetensi Instruktur dalam Penggunaan Media Belajar Dengan Prestasi Belajar” Artikel Jurnal Teknodik, Jakarta: Pustekkom Kemdikbud No. 4/XVI/Teknodik/ Desember 2012. Siahaan, S. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran: Peluang, Tantangan, Dan Harapan. Jurnal Teknodik, Vol.19 No. 3, 2015, 321–332. Siswandari dan Susilaningsih. 2013. Dampak Sertifikasi Guru Terhadap peningkatan Kualitas Pembelajaran Peserta Didik. Artikel Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Kemdikbud No. 4/19/ 4 Desember 2013. UNESCO. (2011). UNESCO ICT Competency Framework for Teacher. UNESCO and Microsoft. France: UNESCO and Microsoft. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415 324.004 13