Uploaded by Lusiana Faizal

Kel 10, TIK dan Gerakan Guru Cerdas (Lusi & Yudhita)

advertisement
ICT DAN GERAKAN GURU CERDAS (GARUDAS)
MAKALAH KELOMPOK
Disusun untuk memenuhi tugas Kelompok, dalam matakuliah
“TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN”
Program Magister Manajemen Pendidikan Islam,
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam “45” Kota Bekasi
Dosen : Dr.H. Aprilliantoni, ME, Sy
Kelompok 10
Lusiana (41189901200002)
Yudhita Omayra(41189901200014)
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM “45” (UNISMA)
BEKASI
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim,Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kelompok yang mengangkat
tema “ICT dan Gerakan Guru Cerdas (Garudas)”. Dengan harapan makalah ini dapat
memenuhi tugas kelompok dalam mengikuti Program Magister Manajemen Pendidikan Islam,
pada Sekolah Pasca Sarjana (S2) Universitas Islam “45” (UNISMA) Bekasi.
Makalah ini disusun dengan tujuan memberikan wawasan dan tuntunan bagi pembaca untuk
mempelajari tentang ICT dan Gerakan Guru Cerdas.
Demi penyempurnaan makalah ini , penulis sangat mengharapkan kritik,saran dan gagasan
pembaca khususnya dari teman-teman profesi dalam bidang pendidikan.
Billaahit Taufiq wal Hidaayah,
Bekasi, 18 Mei 2021.
Penyaji Makalah,
Lusiana & Yudhita Omayra
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………
i
Daftar Isi…………………………………………………………………..
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang……………………………………………
1
1.2.
Rumusan Masalah………………………………………..
2
1.3.
Tujuan Penulisan…………………………………………
3
1.4.
Metodelogi Penulisan…………………………………….
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Kompetensi Guru Profesional…………………………..
2.1.1
2.2
Kompetensi TIK…………………………………
4
5
Gerakan Guru Cerdas
2.2.1
Kondisi Guru di Indonesia………………………..
8
2.2.2
Gerakan Guru Cerdas (Garudas)…………………
9
KESIMPULAN…………………………………………………………....
12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Adanya disrupsi yang terjadi secara global, dan di segala bidang terutama dalam bidang
teknologi, yang mana ini merupakan dampak dari pandemi virus covid-19, akhirnya berdampak
pula pada semua sektor, termasuk pada sektor pendidikan. Perubahan yang besar dan mendasar
ini memberi peluang sekaligus tantangan bagi tenaga kependidikan terutama guru.
Guru harus mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut, harus bisa mempersiapkan
anak didiknya agar mereka nantinya mampu menjawab tantangan zaman yang akan terus
mengalami perubahan yang sangat pesat. Sebagai dampak kemajuan yang pesat di bidang
teknologi, cara bekerja masa depan pun akan sangat berbeda dengan masa kini. Tipe pekerjaan
baru akan banyak muncul untuk mengakomodasi manusia dan teknologi yang berubah dengan
sangat cepat. Teknologi menyederhanakan pekerjaan manusia, serta mampu memberikan
pemahaman/ info yang lebih baik tentang segala sesuatu.
Pandemi virus covid-19 telah mendorong terjadinya perubahan yang sangat pesat. Sekolahsekolah di seluruh dunia harus cepat beradaptasi dengan system digital untuk memfasilitasi
pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itulah, mau tidak mau, seorang guru yang cerdas harus
bisa menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian diharapkan, kegiatan
belajar mengajar dengan metode baru ini mampu melahirkan SDM yang unggul, yakni
sebagaimana wacana dari visi Pendidikan Indonesia 2035, yaitu “Membangun rakyat
Indonesia menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera dan
berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila”
(Kemendikbud).
1
2
Saat ini, keberadaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah menjadi bagian
penting dalam kehidupan manusia, seiring dengan era masyarakat informasi (information
society). Pendidikan menjadi bagian dari sektor yang menjadikan TIK sebagai tulang
punggung kemajuan pendidikan, sekaligus sebagai daya ungkit (leverage) peningkatan mutu
pendidikan. Setidaknya TIK dalam pendidikan berfungsi sebagai alat bantu (as a tools),
sebagai bahan ajar (as a learning resources) dan sebagai sistem pendukung (as a support
system).
Guru menjadi ujung tombak pemanfaatan TIK dalam pendidikan, karena guru berada pada
posisi front end yang langsung bersentuhan dengan end user pendidikan yaitu siswa.
Keberadaan TIK di masyarakat yang begitu terbuka (open access) sangat memungkinkan siswa
bisa lebih mengakses informasi secara cepat, dan jika guru tidak mengimbangi maka bisa
terjadi knowledge capacity siswa lebih tinggi dibandingkan guru. Oleh karena itu guru dituntut
untuk memiliki kemampuan TIK yang memadai, bahkan tidak hanya cukup dengan ICT
literacy tapi harus beranjak menjadi ICT fluence. Luasnya kebutuhan kemampuan TIK bagi
guru saat ini dipandang perlu adanya parameter dan kerangka apa saja yang menjadi bingkai
kompetensi guru dalam penguasaan TIK.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan tema dari makalah ini, yakni “ TIK dan Gerakan Guru Cerdas”, maka kami
merumuskan masalah di sini dengan mengangkat permasalahan yang kerap muncul dalam
penerapan TIK di dunia Pendidikan, di antaranya:
1. Parameter dan kerangka apa saja jika merujuk pada kerangka kerja kompetensi TIK
untuk guru yang dikembangkan oleh UNESCO (UNESCO ICT Competency
Framework for Teachers)?
3
2. Mengapa Program Gerakan Guru Cerdas diluncurkan oleh Dinas Pendidikan DKI
Jakarta
3. Bagaimana Gerakan Guru Cerdas meningkatkan kompetensi guru agar dapat
menguasai TIK sehingga sistem pendidikan Indonessia bisa beradaptasi terhadap
dampak dari disrupsi teknologi?
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Kerangka Kompetensi TIK bagi guru berdasarkan standart
UNESCO.
2. Untuk mengetahui latarbelakang munculnya Gerakan Guru Cerdas.
3. Untuk mengetahui Program Gerakan Guru Cerdas yang bertujuan meningkatkan
kompetensi TIK guru-guru di DKI Jakarta.
4. Metodelogi Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research). Metode ini
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan-bahan yang terdiri dari bukubuku, jurnal, dan lain-lain, yang terkait dengan masalah yang dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kompetensi Guru Profesional
Kompetensi menurut Saepudin (2012) adalah satu kesatuan yang utuh yang
menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang terkait dengan
profesi tertentu yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau
kinerja untuk menjalankan profesi tertentu.
Menurut Siswandari dan Susilaningsih (2013), kompetensi dimaknai sebagai
kemampuan atau kecakapan yang biasanya diasosiasikan dengan performansi profesional
yang tinggi di dunia pendidikan. Selanjutnya Siswandari dan Susilaningsih meyakini
bahwa ada korelasi antara kompetensi profesional guru dengan performansi peserta didik,
yang ditunjukkan dari hasil prestasi belajar peserta didik.
Dengan demikian, kompetensi guru adalah satu kesatuan dari ke empat kompetensi
(pedagogik, kepribadian, social, dan profesional) yang harus dimiliki dan diterapkan guru
secara penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator
pembelajaran.1
Di samping keempat kompetensi ini, seorang guru menurut Rahman (2013) harus
menjadi suri tauladan dan pemimpin untuk dirinya dan orang lain. Dalam hal ini, guru harus
memiliki tujuh karakter, yaitu;2
1. leadership character;
2. leadership responsibilities;
3. leadership strategy;
4. leadership and execution;
5. leadership and change;
6. leadership influence; dan
7. leadership and the team.
Selain berkompeten dan menjadi suri teladan, guru juga harus memiliki kreativitas
dalam membelajarkan dan memotivasi peserta didik belajar sehingga mampu
1
Rahmi Rivalina , Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru dalam Peningkatan Kualitas
Pembelajaran, Jurnal Teknodik Vol. 18 - Nomor 2, Agustus 2014,167
2
Ibid.,167
4
5
menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang
fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreatifitas guru, akan membuat peserta didik
lebih mudah mencapai target belajar. Mengacu pada pemikiran tersebut di atas, dan
pengakuan masyarakat terhadap guru sebagai sosok yang “digugu dan ditiru”, maka
peranan guru sangat strategis dalam menunjang peningkatan mutu pendidikan.
Kemampuan atau kompetensi guru diperoleh melalui pendidikan profesi dan berbagai
pelatihan (inservice teacher training). Di era kemajuan TIK guru harus dapat memanfaatkan
TIK tidak hanya untuk pengembangan potensi dirinya tetapi juga untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yang diampunya dengan mengintegrasikan TIK di dalam kegiatan
pembelajaran.
1.1 Kompetensi TIK
Guru Seiring dengan kemajuan TIK, suka atau tidak, guru dituntut untuk menguasai
dan memanfaatkan TIK dalam membelajarkan peserta didiknya. Tingkat penguasaan TIK
ini hendaknya dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, baik melalui usaha sendiri
(otodidak) maupun melalui pelatihan yang diselenggarakan institusi lain yang berkompeten
di bidang TIK untuk pendidikan/pembelajaran. Oleh karena itu, guru di samping memiliki
kemampuan mengajar di kelas juga harus mampu mengintegrasikan pemanfaatan TIK
dalam pembelajaran.
Warsihna (2011) yang merujuk pada “Naskah Akademik TIK untuk Guru” menyatakan
bahwa ada 4 jenjang kompetensi TIK, yaitu:
1. menguasai dasar-dasar TIK (ICT Literacy);
2. mendalami pengetahuan (akuisisi dan rekayasa pengetahuannya) melalui TIK
(Knowledge deepening)
3. mempunyai kemampuan untuk mengkreasi pengetahuan dengan TIK; dan berbagi ilmu
dengan menggunakan TIK atau tentang TIK, baik kepada siswa maupun guru lainnya.
(Knowledge Creationing)
6
Kemudian, kompetensi TIK guru dikelompokkan oleh UNESCO dalam Kristanto (2014)
ke dalam enam aspek (ranah/ kawasan), yaitu:3
1. Aspek pemahaman TIK (Understanding ICT In Education), dalam pendidikan meliputi
pemahaman guru terhadap kebijakan pemerintah dalam pendayagunaan teknologi
informasi dan komunikasi untuk pendidikan, sehingga guru mampu menerjemahkan
kebijakan tersebut ke dalam praktek aktivitas pembelajaran.
2. Aspek kurikulum dan penilaian (Curricullum and Assessment) yang meliputi
kompetensi guru dalam pemanfaatan TIK dalam hal pengembangan kurikulum,
pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan pengalaman belajar siswa, penilaian dan
pengukuran, serta pemanfaatan TIK untuk peserta didik berkebutuhan khusus.
3. Aspek pedagogi (Pedagogy)yang meliputi pemanfaatan TIK dalam hal perencanaan
dan penyusunan strategi pembelajaran, pengembangan pembelajaran aneka sumber,
pembelajaran berbasis masalah, serta komunikasi dan kolaborasi.
4. Aspek teknologi informasi dan komunikasi (Application of digital skills) yang meliputi
kompetensi guru dalam penggunaan piranti TIK, baik pemanfaatan multimedia,
internet, media audio visual untuk pembelajaran ataupun TIK sebagai penunjang
administrasi pembelajaran.
5. Aspek organisasi dan administrasi (Organization and Administration) yang meliputi
integrasi TIK dalam pembelajaran, pengelolaan pembelajaran berbantuan TIK, serta
pemahaman tentang etika dalam pemanfaatan TIK.
6. Aspek pembelajaran guru profesional (Teacher Profesional Learning) yang meliputi
kemampuan guru dalam memanfaatkan TIK untuk pengembangan diri, partisipasi dan
kontribusi dalam forum profesi, serta memanfaatkan TIK sebagai sarana riset dan
pengembangan professional.
3
UNESCO, ICT Competency Framework For Teachers, by the United Nations Educational, Scientific
and Cultural Organization 7, place de Fontenoy, 75352 PARIS 07 SP
7
2. TIK & Gerakan Guru Cerdas
2.1 Kondisi Guru di Indonesia
Berdasar hasil survei tahun 2018 yang dilakukan Pustekkom , KEPALA Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Gatot Suhartowo menyebut saat
ini dari total guru yang ada di Indonesia, baru 40 persen yang melek dengan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Selebihnya, masih 60 persen guru masih gagap dengan
kemajuan di era digital ini.
8
Jika total umum guru di Indonesia mencapai tiga juta orang, berarti baru 1,2 juta yang
melek dengan teknologi informasi komunisasi. Sisanya sebanyak 1,8 juta guru masih gagap
alias tidak siap dengan kemajuan zaman.
Menurut British Educational Communications and Technology (BECTA)dalam
kutipan Siahaan, beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kompetensi guru dalam
menggunakan TIK adalah:4
1. Kurangnya rasa percaya diri guru terhadap kemampuannya dalam menggunakan
komputer,
2. Penguasaan guru terhadap perangkan dan software TIK yang rendah,
3. Keterbatasan guru dalam mengikuti pelatihan di bidang TIK, baik yang disebabkan
oleh keterbatasan waktu, substansi di bidang pedagogik dan keterampilan, maupun
keterbatasan atau kurangnya kesempatan mempelajari TIK sewaktu guru masih
berstatus mahasiswa,
4. Keterbatasan akses terhadap sumber daya, baik yang mencakup perangkat keras
yang berkualitas rendah maupun perangkat lunak yang kurang sesuai,
pengorganisasian sumber daya yang kurang baik, dan keterbatasan akses guru
secara pribadi,
5. Kekhawatiran guru akan melakukan kesalahan selama memanfaatkan TIK untuk
membelajarkan peserta didiknya,
6. Keterbatasan guru untuk memperoleh dukungan yang bersifat teknis,
7. Keengganan atau penolakan guru untuk melakukan perubahan model dan
pendekatan pembelajaran
Sehubungan dengan besarnya pengaruh TIK dalam meningkatkan kualitas pendidikan,
pemerintah telah merencanakan TIK sebagai salah satu sumber belajar di Indonesia. Agar
tujuan ini dapat dicapai dengan baik maka diperlukan kerjasama yang sinergis antara
pemerintah, sekolah, guru, organisasi profesi, dan masyarakat.5
4
Siahaan, S. (2015). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran: Peluang,
Tantangan, Dan Harapan. Jurnal Teknodik, 19(3), 321–332.
5
Delila Sari Batubara (2017), Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru SD/MI (Potret,
Faktor-faktor, dan Upaya Meningkatkannya), Muallimuna , Jurnal Madrasah Ibtidayah, 3(1), 48-65
9
Salah satu Program yang diadakan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk meningkatkan
kompetensi TIK guru adalah dengan mengajakan Gerakan Guru Cerdas (Garudas)
2.2 Gerakan Guru Cerdas (Garudas)
Diera kemajuan TIK guru harus dapat memanfaatkan TIK tidak hanya untuk
pengembangan potensi dirinya tetapi juga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
diampunya dengan mengintegrasikan TIK di dalam kegiatan pembelajaran. Guru di
samping memiliki kemampuan mengajar di kelas juga harus mampu mengintegrasikan
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran.
Pada halaman sebelumnya sudah dijelaskan defenisi dari kompetensi, TIK, kompetensi
guru professional, serta kompetensi TIK guru yang sudah ditetapkan oleh UNESCO.
Setelah kita mengetahui secara detil hal-hal tersebut, selanjutnya kita akan melihat, apa saja
program dari GARUDAS ini dalam rangka meningkatkan kompetensi TIK guru Indonesia,
agar bisa mencapai standar UNESCO.
Selama pandemic ini, dunia pendidikan harus beradaptasi dengan kondisi yang ada, dan
hal ini merubah secara total segala aktivitas yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Salah
satunya adalah kegiatan belajar mengajar, yang biasanya tata muka, menjadi pembealajaran
jarak jauh yang harus didukung oleh teknologi.
Berangkat dari evaluasi terhadap pembelajaran secara daring yang telah berlangsung
sejak April 2020, ternyata di lapangan para guru di Indonesia mendapati kendala besar
dalam pelaksanaannya, terutama dalam hal media yang digunakan. Pembelajaran secara
daring ini sangat tergantung pada pemanfaatan TIK. Keterbatas guru dalam penguasaan
TIK berdampak besar atas kesuksesan dalam menjalankan KBM secara daring. Akhirnya,
tingkat ketercapaian target pendidikan sangat menurun. Melihat realitas di lapangan, bahwa
pandemi belum berakhir yang akhirnya keluarlah SKB 4 Menteri, lalu mengevaluasi hasil
pendidikan secara daring selama hampir setahun, ini memaksa pihak yang terkait dengan
dunia pendidikan untuk mencari solusi terbaik. Yakni solusi yang mampu menjawab
bagaimana mutu pendidikan di Indonesia bisa meningkat walaupun dengan model
pembelajaran secara daring.
10
Dalam hal ini, ternyata ada salah satu pakar pendidikan yaitu Indra Charismiadi
mengajukan idenya terkait Gerakan Guru Cerdas kepada Dinas Pendidikan Pemprov DKI
Jakarta, yang akhirnya disambut baik oleh Kepala Dinas Pendidikan DKI Nahdiana.
Selanjutnya, peluncuran gerakan guru cerdas (garudas) secara daring oleh kepala dinas
pendidikan DKI Nahdiana, di Jakarta pada 8 April 2021, adalah langkah awal yang diambil
secara mandiri oleh pihak dinas pendidikan pemprov DKI. Dalam peluncurannya,
Nahdiana menjelaskan bahwa garudas ini merupakan langkah cepat tanggap dari pemprov
DKI dalam menyikapi keluarnya SKB 4 Mentri tentang Panduan Penyelenggaraan
Pembelajaran di masa pandemi covid-19 yang ditetapkan di Jakarta pada 7 Agustus 2021.
Gerakan ini diinisiasi dan merupakan kolaborasi dari Center for Education Regulations
&
Development
Analysis
(CERDAS),
Vox
Populi
Institute
Indonesia,
Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI
Jakarta, yang didukung oleh mitra-mitra seperti Epson, Microsoft, Link Net, Rumah Juara,
dan Pandi.id.
11
Adapun langkah pertama yang diambil garudas adalah dengan memberikan pelatihan
online selama 96 Jam bagi para guru baik negeri maupun swasta tentang pembelajaran
secara online selama masa pandemi Covid-19. Pelatihan ini dimulai April 2021 hingga
Agustus 2021. Pakar pendidikan Indra Charismiadi sangat optimis dengan program
Garudas ini dengan mengatakan, “Jika di DKI sukses, maka akan diimplimentasikan di
daerah-daerah lainnya.” Gerakan Guru Cerdas yang akan segera berjalan ini merupakan
bentuk kepedulian bersama yang bertujuan untuk membekali para pendidik di wilayah
provinsi DKI Jakarta untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan paradigma baru
yaitu pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran dengan paradigm baru ini tentunya
dengan memanfaatkan TIK secara maksimal.
Pembelajaran dengan paradigm baru yang diusung garudas, sudah pasti sejalan dengan
program pemerintah yang telah berupaya untuk memanfaatkan TIK bagi kepentingan
pendidikan melalui ragam program di antaranya adalah: (1) melaksanakan pelatihan untuk
guru dan kepala sekolah; (2) mengembangkan kerjasama dengan pengembang perangkat
lunak; (3) membuat kebijakan, langkah-langkah operasional agar pengintegrasian TIK ke
dalam Sistem Pendidikan Nasional dapat berjalan efektif.6
6
Rahmi Rivalina, KOMPETENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI GURU DALAM
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN, Jurnal Teknodik Vol. 18 - Nomor 2, Agustus 2014, 168
KESIMPULAN
Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam dunia pendidikan sangatlah penting,
karena saat ini setiap praktisi pendidikan dapat mengambil manfaat sangat besar dari kemajuan
TIK tersebut. Dengan demikian, peningkatan literasi TIK bagi para pendidik merupakan salah
satu aspek mendasar dalam menyiapkan SDM pendidik yang mampu mendayagunakan TIK
untuk optimalisasi proses pendidikan di lapangan.
Kompetensi ini diyakini dapat membantu guru dalam banyak hal seperti dalam penyiapan
bahan ajar, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, serta dalam membangun komunitas
profesi yang juga bisa dilakukan dengan berbasis TIK.
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) telah membuat
suatu kerangka kompetensi TIK dalam proses belajar mengajar. Menurut UNCESO
memandang bahwa dengan adanya TIK proses pembelajaran akan semakin mudah dan cepat
berkembang. Di samping itu dapat menggabungkan pendidikan formal dan pendidikan
informal, serta memberikan harapan bahwasannya guru dapat menggunakan model dan variasi
yang lebih banyak pada pelaksanaan proses belajar mengajarnya.
UNESCO bekerjasama dengan CISCO, Intel, dan Microsoft, serta para ahli pendidikan
melakukan konsultasi intensif untuk mengidentifikasi kompetensi TIK guru yang dimilikinya
agar dapat menguasai materi dan kelas secara efektif dan efisien. Dari hasil kerjasama
menghasilkan buku kerangka kerja UNESCO mengenai kompetensi TIK bagi guru profesional
yang diterbitkan pada tahun 2008, yaitu: Kerangka Kebijakan yang menjelaskan mengenai
alasan, struktur dan pendekatan kegiatan ICT-CFT (ICT Competency Framework for Teachers
project).
Selain itu untuk meningkatkan kompetensi TIK guru di DKI Jakarta, Dinas Pendidikan
Jakarta, melakukan Gerakan Guru Cerdas (Garudas). Gerakan ini diinisiasi dan merupakan
kolaborasi dari Center for Education Regulations & Development Analysis (CERDAS), Vox
Populi Institute Indonesia, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, dan Kantor Wilayah
Kementerian Agama DKI Jakarta, yang didukung oleh mitra-mitra seperti Epson, Microsoft,
Link Net, Rumah Juara, dan Pandi.id.
12
DAFTAR PUSTAKA
Delila Sari Batubara, Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru SD/MI (Potret,
Faktor-faktor, dan Upaya Meningkatkannya), Muallimuna , Jurnal Madrasah Ibtidayah,
Vol.3 No. 1, 2017, 48-65
Rahmi Rivalina, Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru dalam Peningkatan
Kualitas Pembelajaran., Jurnal Teknodik, Vol.18 No. 2, 2014, 165-176.
Saepudin, Asep. 2012. “Hubungan Persepsi Kompetensi Instruktur dalam Penggunaan Media
Belajar Dengan Prestasi Belajar” Artikel Jurnal Teknodik, Jakarta: Pustekkom Kemdikbud
No. 4/XVI/Teknodik/ Desember 2012.
Siahaan, S. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran: Peluang,
Tantangan, Dan Harapan. Jurnal Teknodik, Vol.19 No. 3, 2015, 321–332.
Siswandari dan Susilaningsih. 2013. Dampak Sertifikasi Guru Terhadap peningkatan Kualitas
Pembelajaran Peserta Didik. Artikel Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang
Kemdikbud No. 4/19/ 4 Desember 2013.
UNESCO. (2011). UNESCO ICT Competency Framework for Teacher. UNESCO and
Microsoft. France: UNESCO and Microsoft. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415
324.004
13
Download