Selesaikan soal-soal kasus di bawah ini. Soal Kasus I: KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis waralaba masih sanggup mencatatkan pertumbuhan tinggi di saat pandemi Covid-19. Pertumbuhan sektor ini bersaing dengan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang juga masih tumbuh positif. Menurut catatan Kementerian Perdagangan, industri waralaba dalam negeri saat ini masih sanggup mencatatkan pertumbuhan sebesar 3% Ketua Komite Tetap Kadin Indonesia bidang Franchise, Lisensi & Networking Marketing Levita G Supit mengatakan, kondisi bisnis waralaba di Indonesia mulai mengalami pemulihan. Mengingat tahun lalu kondisi waralaba sempat lesu dihantam pandemi Covid-19. Pemulihan sektor waralaba di tahun ini tak lepas dari mulai terkendalinya kasus terkonfirmasi dan juga masyarakat yang sudah mulai berani mengunjungi pusat perbelanjaan, mall, restoran dan cafe. "Kami optimis bahwa tahun depan akan lebih cepat pulih lagi bisnis waralaba ini, tahun 2021 ini ada sekitar 25% bisnis waralaba ini sudah kembali kalau sudah pulih," kata Levita kepada Kontan.co.id, Jumat (3/12). Melihat prospek bisnis waralaba yang kian membaik, Levita menilai, tahun depan sektor food and beverage (F&B) masih menjadi sektor waralaba yang moncer. Makanan dan minuman memang menjadi sektor yang favorit di bisnis waralaba bahkan sebelum pandemi. Hal tersebut lantaran makanan dan minuman termasuk kebutuhan pokok yang tak bisa dikesampingkan oleh masyarakat. Melihat F&B yang masih akan cemerlang di tahun depan, Levita juga menilai bahwa waralaba kopi masih akan memiliki prospek cerah. Sebab, kopi sudah menjadi gaya hidup masyarakat di Indonesia. "Istilahnya kan masyarakat boleh enggak belanja macam-macam tapi kan mereka yang namanya urusan perut tetap nomor satu," imbuhnya. Levita menjelaskan sektor F&B di bisnis waralaba menduduki porsi 40% lebih dibandingkan sektor lainnya. Selain F&B prospek waralaba lainnya yang akan cemerlang di tahun depan ialah ritel dan jasa. Namun, Levita mengingatkan meski waralaba akan semakin bangkit di tahun depan, digitalisasi tetap perlu dilakukan oleh pengusaha. Diketahui selama pandemi perilaku masyarakat telah beralih dari offline menjadi online, termasuk dalam berbelanja. Maka pengoptimalan pasar digital tetap harus dilakukan meski nantinya pandemi telah dinyatakan selesai. "Digitalisasi itu memberikan kenyamanan bagi masyarakat. Jadi online itu akan tetap berjalan walaupun nanti pandemi istilahnya sudah berkurang atau bahkan hilang, gaya hidup atau kebiasaan orang untuk berbelanja online tetap ada," ujarnya. Senada dengan Levita, Konsultan usaha Erwin Halim juga menilai F&B masih menjadi sektor waralaba yang banyak dicari tahun depan. Selain itu jasa terutama di bidang pendidikan juga masih akan bertahan menjadi bisnis waralaba yang menarik. "Yang pasti sejauh ini waralaba bidang pendidikan masih bertahan, dan waralaba kuliner mulai bergerak membaik. Minuman kopi mulai bergeliat juga bergerak. Mulai pulih waralaba, sudah banyak yang mulai buka waralaba-waralaba kecil. Kalau yang besar kan terus bertahan semasa pandemi ini," kata Erwin. Namun yang perlu menjadi perhatian ialah adanya isu varian baru Covid-19 yang dikhawatirkan akan membuat pemerintah kembali melakukan pembatasan pergerakan masyarakat. Maka Erwin menilai pelaku bisnis waralaba terutama yang baru akan memulai, harus tetap mengoptimalkan penjualan secara digital. "Yang mau mulai bisnis waralaba sebaiknya tetap memanfaatkan layanan logistik dan penjualan secara online lewat marketplace," kata Erwin. Pemulihan bisnis waralaba juga diamini oleh M. Al Ghazali pemilik brand Dr Koffie asal Lampung. Penjualan di Dr Koffie mulai mengalami kenaikan sejak September lalu bahkan kini Al menyebut penjualan sudah melampaui kondisi normal. "Oktober itu baru masuk ke normal 100%. Nah sekarang November kita naik sudah 130% penjualan kita dari kondisi normal. Rata-rata kita sekarang itu sekitar 200-500 cup, kalau weekend 500 cup, hari biasa 200 cup," kata Al Tahun depan Al optimis bisnis waralaba besutannya dapat semakin cemerlang. Terlebih jika pandemi nantinya akan semakin terkendali. Namun tahun depan Al akan fokus pada pengembangan dua brand yaitu Dr Koffie dan Dr Tea. Ia menargetkan Dr Tea dapat menggaet hingga 100 outlet dan Dr Koffie 20 outlet tambahan di 2022. Optimisme juga dipegang oleh Rosie Pakpahan pemilik Tahu Jeletot Taisi. Kini Tahu Jeletot Taisi telah memiliki 531 outlet dengan 5 milik pribadi. "Mitra masih bertambah, kemarin buka di ITC, terus besok kita mau buka di Gambir," ujar Rosie. Meski peningkatan mitra terus terjadi di tahun ini, namun Rosie mengakui bahwa penjualan produknya baru mencapai 50% dari kondisi sebelum pandemi. "Tahun depan kami mau meluncur ke Kalimantan dan Bali dan harapannya bisa tambah 500 outlet lagi," harap Rosie. Pertanyaan: Berdasarkan kasus di atas, waralaba F&B diprediksi masih jadi waralaba yang paling diminati di tahun 2022. Agar bisnis waralaba tersebut sukses, para pewaralaba harus menyesuaikan strategi mereka untuk menghadapi pasar baru, tantangan dan menangkap peluang. Sebelum menyususn strategi bisnisnya, terlebih dulu harus dilakukan analisis lingkungan pemasaran. 1. Bobot nilai 50%. Berikan salah satu perusahaan waralaba F & B yang terkenal di sekitar Anda. Lakukan analisis lingkungan pemasaran sbb: a. Lingkungan demografis Sejak tahun 2014, sektor restoran dan waralaba makanan Indonesia (Lihat Thirst Quenching: Industri Makanan & Minuman Indonesia) secara konsisten mencatat pertumbuhan yang luar biasa didukung oleh peningkatan pendapatan per kapita negara dan kemajuan teknologi yang mendukung perubahan gaya hidup. Menurut Jakarta Dining Index yang diteliti oleh Qraved.com, jumlah restoran kelas atas telah tumbuh 250% dari 2009 hingga 2014. Pada tahun 2013 saja, penduduk Jakarta mengunjungi restoran 380 juta kali dan menghabiskan $1,5 miliar USD untuk makan di luar. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa makan di luar telah menjadi bagian dari kegiatan sosial rutin di kalangan masyarakat Indonesia dimana mereka bersosialisasi dan berkumpul dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan mitra bisnis untuk membina hubungan. Tren ini diprediksi akan terus naik 30% dalam jangka pendek dan menengah. Perubahan gaya hidup lain yang mendukung pertumbuhan bisnis restoran dan waralaba makanan di Indonesia adalah tren yang berkembang di kalangan pekerja di kota-kota besar untuk bekerja berjam-jam baik karena kewajiban atau hanya untuk menghindari kemacetan. Bagi orang-orang ini, satu-satunya pilihan praktis saat merasa lapar di malam hari adalah memesan makanan dari restoran. Akibatnya, kelas menengah Indonesia makan lebih sedikit di rumah mereka dan lebih banyak makan di luar. Tren ini telah dikonfirmasi oleh penelitian lebih lanjut; Sebuah studi oleh Nielsen menunjukkan bahwa 11% warga Indonesia makan di luar setidaknya sekali sehari. Ini lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 9%. McDonald's Indonesia contohnya mendefinisikan segmentasi demografisnya dengan mengambil variabel seperti usia, ukuran keluarga, dan gaya hidup keluarga dan mengaitkannya dengan kebutuhan konsumen. Perusahaan berhasil menyegmentasikan konsumennya ke Anak-anak (3 sampai 7 tahun), keluarga, pelajar, dan orang dewasa yang bekerja: McDonald's meluncurkan kampanye dan merancang produk dan pengaturan yang berbeda bagi konsumen mereka untuk menargetkan segmen yang menarik tersebut. McDonald's berlokasi strategis bagi generasi millennial dan Gen Z, yang menghabiskan sebagian besar hari mereka di sekolah dan bekerja, tempat kedua (Tempat Pertama adalah rumah), untuk berkumpul dan menghabiskan waktu dengan anggaran terbatas sebelum bekerja, selama istirahat makan siang, dan sebelum mereka pulang. Sebagai hasil dari mendapatkan loyalitas pelanggan dari ibu rumah tangga dengan anak-anak dengan taman bermain dan tambahan Happy Meals selama waktu senggang setelah waktu kelas dan jam kerja dimulai, anak-anak hingga tahun-tahun awal sekolah dasar bahkan berbicara tentang impian mereka untuk mengadakan pesta ulang tahun di McDonald's . B. Lingkungan Ekonomi. Mc-Donald menciptakan lingkungan ekonomi berupa Cross-selling, menyarankan item menu yang ingin dipesan lebih banyak oleh pelanggan atau saat mereka membeli di lain waktu, millennial (mereka yang lahir setelah 1981 dan memasuki usia dewasa setelah tahun 2000 dan di awal 20-an hingga akhir 30-an) dan Gen Z (remaja hingga awal 20-an lahir pada tahun). pertengahan 1990-an dan setelahnya). Karena mereka terintegrasi ke dalam gaya hidup (orang-orang seusia mereka). Konsep kuadran arus kas, seperti yang diusulkan dalam "Rich Dad Poor Dad" Robert Kiyosaki, adalah bahwa ada dua cara menghasilkan uang di dunia: pendapatan tenaga kerja dan pendapatan hak, di mana karyawan dan wiraswasta menghasilkan pendapatan tenaga kerja dengan menjual dari waktu mereka sendiri, pemilik bisnis menggunakan waktu orang lain, dan investor membuat hak pendapatan dengan memindahkan uang orang lain. Sama seperti konsep ekonomi terkenal lainnya, McDonald's telah membangun model bisnis selama hampir 30 tahun yang menarik generasi milenial. dan Gen Z ke lokasi yang dekat dengan tempat kedua untuk meningkatkan loyalitas pelanggan. Namun, mulai September 2020, dengan kelas online dan kerja jarak jauh kembali diamanatkan di bawah PSBB2, dan Jakarta sekali lagi melarang makanan dan minuman di toko, penjualan pada kuartal pertama turun 65% dari tahun lalu, dan lebih dari 200 restoran McDonald's di sekitar dunia telah ditutup tahun ini. McDonald's sedang mengubah model bisnisnya dari yang berbasis makan di dalam toko ke yang berbasis pemesanan online dan Web Order System (WOS). REFERENSI D, Dilip & Sinha, Rupesh & Wei, Ooi & Kee, Daisy & Leei, Oh & Shuang, Pua & En, Teoh & Permatasari, Velia & Sin, Liem & Boadu, Eugene & Saifi, Junaid. (2021). Effective/Differentiating Marketing Strategies of McDonald’s in Malaysia And Indonesia. Journal of The Community Development in Asia. 4. 16-33. 10.32535/jcda.v4i1.995.