LAPORAN MODUL III ANALISIS REGRESI DAN KORELASI Disusun oleh : KELOMPOK 2.2 Siagian, Jevandra Vablo Gloria 2009036002 Desi Mariati Roben 2009036055 LABORATORIUM TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2021 BAB IV ANALISIS REGRESI DAN KORELASI 4.1 Pengumpulan Data PT Maju Mundur adalah sebuah perusahaan fashion yang bergerak di bidang produksi, distribusi, pemasaran dan promosi dari produk Sepatu. Pada tahun 2020, manajer bidang produksi membuat kebijakan berupa strategi peningkatan mutu produk sepatu yaitu quality control (QC) agar meningkatkan tingkat penjualan produk dibanding tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan karena setelah dianalisis kualitas atau mutu dari produk berpengaruh terhadap tingkat permintaan penjualan produk sepatu. Tahun ini manajer memiliki rencana untuk tetap melakukan quality control tersebut. Pada tahun lalu, untuk menganalisis kebijakan manajer yaitu meningkatkan tingkat penjualan produk dengan peningkatan mutu produk sepatu, manajer memutuskan untuk memerintahkan tenaga ahli untuk menganalisa pola tersebut. Ia ingin menduga besarnya tingkat penjualan yang seharusnya didapatkan oleh PT Maju Mundur setiap bulan dengan mengasumsi biaya kualitas (quality cost) sebagai faktor independen dari tingkat penjualan, dan untuk jumlah waktu kontrol produk serta jumlah staff quality control sebagai faktor independen dari biaya kualitas (quality cost). Manajer menginginkan data analisa disajikan menggunakan statistik, maka buatlah Model Regresi untuk Regresi sederhana dan Regresi Berganda! Berapa nilai penduga untuk tingkat penjualan jika terdapat 50 jam untuk quality control (QC) dan 10 orang tenaga kontrol kualitas? bandingkan dengan rata-rata tingkat penjualan produk sebelum diperlakukan kebijakan dari menejer! Lakukan juga analisis Korelasi terhadap Model Regresi tersebut! Berikut adalah tabel tingkat penjualan produk sepatu pada PT Maju Mundur sebelum dan sesudah kebijakan manajer dilakukan: Tabel 4.1 Data tingkat penjualan sepatu sebelum kebijakan manajer BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tingkat Penjualan (pasang) 30 25 32 35 27 20 26 30 25 24 32 22 Tabel 4.2 Data Tingkat Penjualan Sepatu Setelah Kebijakan Manajer Bulan Tingkat Penjualan (pasang) Biaya QC (puluhan ribuan) Jumlah Waktu QC (jam) Jumlah Tenaga Kontrol (orang) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 75 65 80 72 60 55 72 65 60 62 70 82 250 200 250 275 250 200 265 200 215 220 250 245 52 46 48 52 54 44 45 50 55 54 50 50 10 8 10 12 12 9 10 9 10 12 10 8 4.2 Pengolahan Data Berdasarkan data tingkat penjualan sebelum dan sesudah kebijakan manajer diberlakukan, selanjutnya akan dihitung secara manual dan komputerisasi data-data terebut untuk mengetahui nilai penduga untuk tingkat penjualan jika terdapat 50 jam untuk quality control (QC) dan 10 orang tenaga kontrol kualitas dengan menggunakan metode regresi dan korelasi sebagai berikut. 4.2.1 Pengolahan Data Secara Manual Pada pengolahan data secara manual yang digunakan untuk mengetahui nilai penduga untuk tingkat penjualan jika terdapat 50 jam untuk quality control dan 10 orang tenaga kontrol kualitas dengan menggunakan metode regresi dan korelasi sebagai berikut. 1. Menurut Waryanto (2019), analisis regresi adalah prosedur yang berfungsi untuk melihat hubungan linear antara satu variabel yang diidentifikasi sebagai variabel independen atau bebas dengan variabel lain yang diidentifikasi sebagai variabel dependen atau tergantung. Regresi dibagi menjadi dua, yaitu analisis linier sederhana dan analisis linier berganda. Analisis regresi linier adalah jika hubungan persamaan antara variabel bebas (X) dan variabel (Y) searah dan membentuk sebuah pola garis lurus. Jadi, jika nilai variabel (X) meningkat, maka nilai variabel (Y) juga meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika antara (X) dan (Y) mengalami hubungan yang negatif. Dalam memahami regresi linear secara manual kita perlu memahami hal-hal berikut ini. Populasi (parameter) : Y’ = α+βX+ε ................................................................. (4.1) Sampel : Y’ = a+bX+e ................................................................. (4.2) Keterangan Y’ = Variabel tergantung atau dependen atau disebut juga variabel kriteria, yaitu variable yang nilainya akan diprediksi. a = Titik potong garis regresi pada sumbu vertikal (Y) atau disebut intersep atau kosntanta, yaitu nilai Y yang diprediksikan bila nilai X = 0 b = Tingkat kemiringan garis regresi atau koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan nilai Y’ bila nilai X berubah sebesar satu satuan. X = Variabel bebas atau independen atau disebut juga sebagai prediktor, Yaitu variabel yang digunakan untuk memprediksi nilai Y. e = Epsilon atau error pada garis regrresi, merupakan selisih nilai Y yang di prediksikan dengan nilai Y yang diperoleh atau disebut juga sebagai residual (Y’-Yo) Pada koefisien regresi pun dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji-t dengan langkah pertama yaitu dengan merumuskan hipotesis. Untuk pengujian satu sisi : H0 : β = βo (Variabel X tidak berpengaruh terhadap variabel Y secara signifikan) H1 : β ≠ βo (Variabel X berpengaruh terhadap variabel Y secara signifikan) Sedangkan untuk pengujian dua sisi yaitu : H0 : β = βo (Variabel X tidak berpengaruh terhadap variabel Y secara signifikan) H1 : β > βo (Variabel X berpengaruh terhadap variabel Y secara positif) H1 : β < βo (Variabel X berpengaruh terhadap variabel Y secara negatif) 2. Menurut Waryanto (2019), korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi atau hubungan (measures of association). Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel tersebut disebut independen. Kuat lemah hubungan diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefisien korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefisien korelasi negatif, korelasi tersebut tidak searah. Yang dimaksud dengan koefisien korelasi ialah suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika koefisien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat hubungan antara dua variabel tersebut. Jika koefisien korelasi diketemukan +1, maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna sengan kemiringan (slope) positif. Sebaliknya, jika koefisien korelasi diketemukan -1, maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif. Menurut Bertan (2016), kegunaan uji korelasi untuk mencari hubungan antara variabel bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi suatu objek konstruksi dan variabel terikat (Y) yang dipengaruhi oleh variabel (X) rumus untuk mencari koefisien korelasi adalah: r= n Σ XY-(Σ X)(Σ Y) √[n Σ X2-(ΣX)2][n Σ Y2-n (ΣY)2] ................................................................ (4.3) 3. Menurut Handerson (1993) dalam Susilowati (2016), Handerson menyatakan bahwa salah satu sendi terpenting dari Analisa Ekonomi adalah konsep permintaan. Ketika ekonomi mengacu pada permintaan, mereka biasanya tidak hanya berpikir tentang jumlah tunggal yang diminta, tapi tentang kurva permintaan. Hukum ekonomi yang paling terkenal dan paling dipercaya adalah hukum permintaan (The Law of Demand). Di atas dasar hukum ini didirikan hampir semua bangunan besar teori ekonomi hukum permintaan menyatakan “ketika harga barang naik, jumlah yang diminta akan turun, dan jika harga barang turun, jumlah yang diminta akan naik” Menurut Douglas (1995) dalam susilowati (2016), Douglas mendefinisikan “The law of demand states that as the price is raised the consumer demands progressively less of the product and conversely, as the price is reduced the consumer demands progressively more of the product cateris paribus”. Hukum ini adalah hukum empiris, artinya hal ini umum terjadi dalam praktek. Hampir semua komoditi tunduk pada hukum permintaan dengan kemiringan negative (Downwar-Sloping Demand). Menurut Fahmi (2016) Widarto (2018), dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal konsumen meliputi tentang persepsi konsumen, reaksi konsumen, kepribadian, karakter, logika berfikir, gaya hidup, motivasi, dan latar belakang pendidikan konsumen, sedangkan Faktor eksternal konsumen meliputi diluar dari faktor internal, seperti situasional dan berbagai lingkungan eksternal lainnya yang telah ikut mendorong pembentukan perilaku konsumen. 4. Menurut Pondaag (2018), Produk yang dihasilkan dan diciptakan, tidak akan berhasil tanpa respon dari pasar sasaran dalam hal ini konsumen, mengingat penerimaan yang kurang baik dari konsumen atas produk yang ditawarkan akan berdampak negatif, terutama dapat menghambat pencapaian tujuan dan sasaran bagi kelangsungan oprasional suatu perusahaan. Di dalam perusahaan, strategi merupakan proses yang memegang peranan penting terhadap perusahaan yang memasarkan barang dan jasa kepada konsumen. Karena setiap perusahaan memiliki peluang yang sama dalam memproduksi dan memasarkan barang atau jasa. Sehingga dapat terjadi persaingan antara perusahaan dengan kompetitor dalam merebut pasar. Dalam mempromosikan produknya perusahaan tentunya memerlukan strategi. Strategi promosi akan bisa berjalan dengan optimal apabila di susun dengan perencanaan yang terstuktur dan di evaluasi pada setiap tahunnya. Menurut Kotler dan Keller (2008) dalam Pondaag (2018), mendefinisikan “Promotion includes all the activities the company undertakes to communicate and promote its product the target market”. Promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Menurut Kismono (2011) dalam Pondaag (2018), Promosi adalah cara yang di tempuh oleh perusahaan dalam usaha memberikan informasi tentang produk atau jasa perusahaan, untuk mempengaruhi konsumen potensial melalukan pembelian, dan membuat konsumen tetap ingat atau setia kepada produk yang ditawarkan perusahaan. Setiap perusahaan akan berbeda-beda dalam merancang bauran promosinya tergantung pada tujuan perusahaan, strategi promosi, karakteristik produk dan karakteristik pasar sasarannya. Manajemen perusahaan mempertahankan keunggulan bersaing perusahaan dengan 3P yaitu portofolio, people, dan public contribution. Dan perusahaan juga menekankan pada pemberian nilai tambah bagi pelanggan yang di kukuhkan yang berorientasi pada peningkatan efesiensi dan efektivitas kerja dari perusahaan kepada pelanggan. Adapun unsur 3P adalah people (SDM), physical evidence. Oleh karena itu bauran pemasaran dianggap sebagai salah satu unsur strategi yang paling potensial di dalam memasarkan produk. 5. Perhitungan regresi linear berganda dan linear sederhana dengan berdasarkan data tingkat penjualan yang telah disediakan setelah kebijakan manajer PT Maju Mundur diberlakukan dapat dilihat pada Tabel 4.3. a. Regresi Linear Berganda Pada perhitungan regresi linear berganda data tingkat penjualan setelah kebijakan manajer diberlakukan dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata-Rata Y X1 X2 X12 Regresi Linear Berganda X22 250 52 10 2704 100 200 46 8 2116 64 250 48 10 2304 100 275 52 12 2704 144 250 54 12 2916 144 200 44 9 1936 81 265 45 10 2025 100 200 50 9 2500 81 215 55 10 3025 100 220 54 12 2916 144 250 50 10 2500 100 245 50 8 2500 64 2820 600 120 30146 1222 235 50 10 2512,167 101,8333 dengan Y Y2 X1Y X2Y X1X2 62500 13000 2500 520 40000 9200 1600 368 62500 12000 2500 480 75625 14300 3300 624 62500 13500 3000 648 40000 8800 1800 396 70225 11925 2650 450 40000 10000 1800 450 46225 11825 2150 550 48400 11880 2640 648 62500 12500 2500 500 60025 12250 1960 400 670500 141180 28400 6034 55875 11765 2366,667 502,8333 = biaya QC (puluhan ribuan) X1 = jumlah waktu QC (jam) X2 = jumalah tenaga kontrol (orang) Berdasarkan data yang terdapat di dalam Tabel 4.3 tersebut, di dapat nilai-nilai dari perhitungan yang dijabarkan pada poin di bawah ini. 1) Nilai A Nilai A dapat dicari dengan menggunakan perhitungan berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.3 di atas sebagai berikut. A = n x (∑X1Y) – (∑X1)(∑Y)................................................................ (4.4) = (12)( 141180) – (600)( 2820) = 2160 Setelah menghitung nilai A berdasarkan hasil data pada Tabel 4.3 di atas dihasilkan nilai A sebesar 2160, selanjutnya adalah mencari nilai B sebagai berikut 2) Nilai B Nilai B dapat dicari dengan menggunakan perhitungan berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.3 di atas sebagai berikut. B = n x (∑X22) – (∑X2)2 ........................................................................ (4.5) = (12)(1222) – (120)2 = 264 Setelah menghitung nilai B berdasarkan hasil data pada Tabel 4.3 di atas dihasilkan nilai B sebesar 264, selanjutnya adalah mencari nilai C sebagai berikut. 3) Nilai C Nilai C dapat dicari dengan menggunakan perhitungan berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.3 di atas sebagai berikut. C = n x (∑X1X2) – (∑X1)(∑X2) ............................................................ (4.6) = (12)(6034) – (600)(120) = 408 Setelah menghitung nilai C berdasarkan hasil data pada Tabel 4.3 di atas dihasilkan nilai C sebesar 408, selanjutnya adalah mencari nilai D sebagai berikut. 4) Nilai D Nilai D dapat dicari dengan menggunakan perhitungan berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.3 di atas sebagai berikut: D = n x (∑X2Y) – (∑X2)(∑Y) ............................................................... (4.7) = (12)(28400) – (120)(2820) = 2400 Setelah menghitung nilai D berdasarkan hasil data pada Tabel 4.3 di atas dihasilkan nilai D sebesar 2400, selanjutnya adalah mencari nilai E sebagai berikut. 5) Nilai E Nilai E dapat dicari dengan menggunakan perhitungan berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.3 di atas sebagai berikut: E = n x (∑X12) – (∑X1)2 ...................................................................... (4.8) = (12)(30146) – (600)2 = 1752 Setelah menghitung nilai E berdasarkan hasil data pada Tabel 4.3 di atas dihasilkan nilai E sebesar 1752, selanjutnya adalah mencari nilai F sebagai berikut. 6) Nilai F Nilai F dapat dicari dengan menggunakan perhitungan berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.3 di atas sebagai berikut: F = EB – C2 ........................................................................................... (4.9) = (1752)(264) – (408)2 = 296064 Setelah menghitung nilai F berdasarkan hasil data pada Tabel 4.3 di atas dihasilkan nilai F sebesar 296064 Selanjutnya adalah mencari nilai dari b1, b2, dan a dibawah ini dengan menggunakan data yang sudah diketahui sebelumnya dan dengan menggunakan model regresi linear berganda sebagai berikut. AB - CD b1 = b1 = b1 = -1,3813 F ............................................................................(4.10) (2160)(264)-(408)(2400) 296064 Setelah mendapatkan nilai dari b1 selanjutnya dapat dihitung nilai b2 dengan menggunakan perhitungan seperti dibawah ini. DE-AC b2 = b2 = b2 = 11,2257 F ............................................................................(4.11) (2400)(1752)-(2160)(408) 296064 Berdasarkan nilai b2 yang didapat maka selanjutnya dihitung nilai a, cara mencari nilai a seperti berikut ini. ∑Y -b1 ∑X1-b2∑X2 A = a = a = 191,8093 n ..........................................................(4.12) (2820 -(-1,3813)) (600 - 11,2257)(120) 12 Melalui nilai b1, b2, dan a yang di dapat seperti pada perhitungan di atas maka dapat digunakan persamaan sebagai berikut ini. Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + …. + bnXn ........................................(4.13) = 191,8093 + -1,3813X1 + 11,2257X2 Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dihasilkan nilai a, b1, dan b2 dari perhitungan di atas dan dihasilkan nilai a, b1, dan b2 sebagai berikut. 1) Nilai a = 191,8093 Besarnya upah apabila tanpa X1 (waktu QC) dan X2 (banyak tenaga kontrol) maka besarnya Y adalah 191,8093 menjadi Rp. 1918.093,2) Nilai b1 = -1,3813 Besarnya upah apabila tanpa X1 (waktu QC) dan X2 (banyak tenaga kontrol) maka besarnya Y adalah -1,3813 menjadi Rp. 13.8133) Nilai b2 = 11,2257 Besarnya upah apabila tanpa X1 (waktu QC) dan X2 (banyak tenaga kontrol) maka besarnya Y adalah 11,2257 menjadi Rp. 112.257,4) Biaya QC yang dikeluarkan perusahaan Sebelum memasuki perhitungan diketahui nilai X1 dan X2 sebagai berikut. X1 (jumlah QC) = 50 X2 (jumlah tenaga kerja) = 10 Y = a + b1 X1 + b2 X2 ......................................(4.14) Y = 1.918.093 + -13.813X1 + 112.257X2 = 1.918.093 + -13.813 (50) + 112.257 (10) = 1.918.093 + (-690.650) + 1.122.570 = 2.350.013 Berdasarkan perhitungan diatas maka biaya quality control yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp. 2.350.013,b. Regresi Linier Sederhana Di bawah ini merupakan perhitungan dari regresi linear sederhana dengan Tabel 4.4 dengan X adalah upah (puluhan ribu), dan Y adalah tingkat penjualan (pasang) dari percobaan di atas sebagai berikut. Tabel 4.4 Regresi Linear Sederhana BULAN X Y X2 Y2 XY Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-Rata 250 200 250 275 250 200 265 200 215 220 250 245 2820 235 75 65 80 72 60 55 72 65 60 62 70 82 818 68,1667 62500 40000 62500 75625 62500 40000 70225 40000 46225 48400 62500 60025 670500 55875 5625 4225 6400 5184 3600 3025 5184 4225 3600 3844 4900 6724 56536 4711,3333 18750 13000 20000 19800 15000 11000 19080 13000 12900 13640 17500 20090 193760 16146,6667 dengan X = biaya QC (puluhan ribuan) Y = tingkat penjualan (pasang) Berdasarkan perhitungan dan data yang dihasilkan pada Tabel 4.4 di atas dapat dihitung nilai dari b, a, dan Ŷ sebagai berikut. B = n (ΣXY)-(ΣX)(ΣY) n(Σx2 )-(ΣX)2 ...........................................................(4.15) = 12 (193760) – (2820) (818) 12 (670500)-(2820)2 = 0,1962 Jadi berdasarkan hasil perhitungan b (koefisien regresi) pada regresi linear sederhana yaitu 0,1962. Berdasarkan hasil perhitungan b di atas maka dapat dihitung persamaan seperti pada perhitungan di bawah ini. a = = (ΣY)- b(ΣX) n ...................................................................(4.16) 818 - 0,1962 (2820) 12 = 22,0705 Jadi, berdasarkan hasil a yang di dapatpada regresi linear sederhana di dapatkan hasil 22,0705. Setelah mendapatkan nilai a dan b pada perhitungan di atas, di dapat hasil a 22,0705 dan nilai b 0,1962 selanjutnya dicari nilai Ŷ sebagai berikut ini. Ŷ = a + bx ................................................................................(4.17) Ŷ = (22,0705) + (0,1962)(X) Berdasarkan nilai a dan b yang telah dihitung maka di dapat persamaan di atas untuk mengetahui tingkat penjualan perusahaan. Persamaan regresi sederhana di atas apabila di jabarkan maka di hasilkan nilai a, b, dan tingkat penjualan sebagai berikut. 1) Nilai a = 22,0705 Nilai tingkat penjualan (Y) tanpa adanya biaya quality control (X) adalah sebesar 22,0705 pasang ≈ 22 pasang. 2) Nilai b = 0,1962 Hubungan antara X (biaya QC) dengan Y (tingkat penjualan) adalah positif atau setiap kenaikan upah sebesar puluhan ribu, maka tingkat penjualan akan meningkat sebesar 0,1962 pasang.. 3) Tingkat penjualan yang didapatkan perusahaan Sebelum memasuki perhitungan diketahui nilai X1 dan X2 sebagai berikut. X = 235,0193 Y = a + bX Y = 22,0705 + 0,1962 (235) = 68,1775 ≈ 68 Berdasarkan perhitungan diatas maka tingkat penjualan yang di dapat perusahaan adalah sebesar 68 pasang. 6. Perbandingan Antara Rata-Rata Tingkat Penjualan Pada perbandingan rata-rata tingkat penjualan sebelum dan sesudah kebijakan manajer terdapat perbedaan diantara tingkat penjualan sebelum dan sesudah kebijakan,seperti yang terlihat pada Tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Perbandingan rata-rata sebelum dan sesudah Bulan Tingkat Penjualan Sebelum Kebijakan (pasang) Tingkat Penjualan Sesudah Kebijakan (pasang) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah 30 25 32 35 27 20 26 30 25 24 32 22 328 75 65 80 72 60 55 72 65 60 62 70 82 818 Berdasarkan data di atas dapat dihitung nilai-nilai dari rata-rata tingkat penjualan baik sesudah ataupun sebelum ditetapkan kebijakan dari manajer serta selisih tingkat penjualan sebagai berikut ini. a. Rata-rata Tingkat Penjualan Sebelum Y1 = 328 12 = 27,3333 ≈ 27 Berdasarkan data tingkat penjualan sebelum kebijakan seperti pada Tabel 4.5 di atas didapat hasil yaitu 27 pasang. b. Rata-rata Tingkat Penjualan Sesudah Y2 = 818 12 = 68,1667 ≈ 68 Berdasarkan data tingkat penjualan sebelum dan sesudah ditetapkan kebijakan manajer seperti pada Tabel 4.5 di atas maka dihasilkan yaitu 68 pasang. c. Selisih Tingkat Penjualan Y = Y2 - Y1 ..............................................................................(4.18) = 68,1667– 27,3333 = 40,8333 ≈ 41 Berdasarkan hasil perhitungan perselisihan tingkat penjualan sesudah dan sebelum ditetapkannya kebijakan manajer maka hasil perhitungan adalah 41 pasang. 7. Analisis Korelasi Model Regresi Linear Sederhana dan Berganda Perhitungan dari analisis korelasi model regresi linier sederhana dan berganda dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini. a. Regresi linier sederhana Pada regresi linier sederhana dapat dicari perhitungan korelasi X dan Y dan regresi sederhana melalui perhitungan seperti pada rumus di bawah ini. r n ΣXY- ΣX ΣY = 2 √(n ΣX r -(ΣX)2 (n 2 ΣY ........................................(4.19) -(ΣY)2 ) 12 (193760) - (2820)(818) = √(12 (670500) - (2820)2 (12 (56536) - (818)2 ) r = 0,622023174 Berdasarkan perhitungan regresi linier sederhana seperti pada perhitungan di atas di hasilkan nilai regresi linier yaitu 0,6220. Dapat dilihat bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif karena 0 < r < +1. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya biaya variabel maka semakin meningkat pula tingkat penjualannya. = (0,6220)2 x 100 %r = 38,6913% Sehingga dapat disimpulkam nilai pengaruh X (biaya quality control) dan Y (tingkat penjualan) adalah 38,6913%, sedangkan 61,3087% dipengaruhi oleh variabel lain. b. Regresi linear berganda Pada perhitungan regresi linear berganda dapat dihitung korelasi X1 dan Y, korelasi X2 dan Y, dan korelasi X1 dan X2 sebagai berikut. 1) Korelasi X1 dan Y r = r n ΣX1Y- ΣX1 ΣY √(n ΣX12 -(ΣX1)2 (n ΣY2 -(ΣY)2 ) ...............................................(4.20) 12 (141180) - (600)(2820) = √12 (30146) - (600)2 (12 (670500) - (2820)2 r = 0,1687 Berdasarkan perhitungan regresi linier berganda seperti pada perhitungan di atas di hasilkan nilai regresi linier yaitu 0,1687. Dapat dilihat bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif karena 0 < r < +1. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya waktu quality control maka semkain meningkat pula tingkat penjualannya. = (0,1687)2 x 100 %r = 2,85% Sehingga dapat disimpulkam nilai pengaruh X1 (waktu QC) dan Y (tingkat penjualan) adalah 2,85%, sedangkan 97,15% dipengaruhi oleh variabel lain. 2) Korelasi X2 dan Y n ΣX2Y- ΣX2 ΣY r = 2 √(n ΣX2 -(ΣX2)2 (n 2 ΣY .................................................(4.21) -(ΣY)2 ) 12 (28400) - (120)(2820) r = √12 (1222) - (120)2 (12 (670500) - (2820)2 r = 0,4828 Berdasarkan perhitungan regresi linier berganda seperti pada perhitungan di atas di hasilkan nilai regresi linier yaitu 0,4828. Dapat dilihat bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif karena 0 < r < +1. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya jumlah QC maka semkain meningkat pula tingkat penjualannya. = (0,4828)2 x 100 %r = 23,31% Sehingga dapat disimpulkam nilai pengaruh X1 (jumlah QC) dan Y (tingkat penjualan) adalah 23,31%, sedangkan 76,69% dipengaruhi oleh variabel lain. 3) Korelasi X1 dan X2 r = n ΣX1X2- ΣX1 ΣX2 2 √(n ΣX1 -(ΣX1)2 (n ΣX22 -(ΣX2)2 ) .......................................... (4.22) r 12 (6034) - (600)(120) = √12 (30146) - (600)2 (12 (1222) - (120)2 ) r = 0,5999 Berdasarkan perhitungan regresi linier sederhana seperti pada perhitungan di atas di hasilkan nilai regresi linier yaitu 0,5999. Dapat dilihat bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif karena 0 < r < +1. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya waktu quality control maka semakin meningkat pula jumlah pekerja yang bekerja. %r = (0,5999)2 x 100 = 35,99% Sehingga dapat disimpulkam nilai pengaruh X1 (waktu quality control) dan X2 (jumlah pekerja) adalah 35,99%, sedangkan 64,01% dipengaruhi oleh variabel lainnya. 4.2.2 Pengolahan Data Secara Komputerisasi Pengolahan data secara komputerisasi dilakukan dengan menggunakan software Statisticsal Package for the Social Sciences (SPSS) 23. Pada pengolahan data secara komputerisasi untuk metode analisis regresi dan korelasi dijelaskan pada langkahlangkah berikut ini. 1. Dibuka software Statisticsal Package for the Social Sciences (SPSS) 23, 2. Diklik bagian variabel view, 1. Diketik “JWQ” pada kolom Name baris pertama, 2. Diketik “Jumlah Waktu QC” pada kolom label baris pertama, 3. Diketik “JTQ” pada kolom Name baris kedua, 4. Diketik “Jumlah Tenaga QC ” pada kolom label baris kedua, 5. Diketik BQ” pada kolom Name baris ketiga, 6. Diketik “Biaya QC” pada kolom label baris ketiga, 7. Diketik “TP” pada kolom Name baris keempat, 8. Diketik “Tingkat Penjualan” pada kolom label baris keempat, 9. Diklik Data View bagian kiri bawah, 10. Dimasukkan data “Jumlah Waktu QC” yang berasal dari soal Tugas Pendahuluan, 11. Dimasukkan data “Jumlah Tenaga QC ” yang berasal dari soal Tugas Pendahuluan, 12. Dimasukkan data “Biaya QC” yang berasal dari soal Tugas Pendahuluan, 13. Dimasukkan data “Tingkat Penjualan” yang berasal dari soal Tugas Pendahuluan, 14. Langkah untuk menganalisis Regresi Linear Berganda dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. a. Diklik “Analyze”, b. Dipilih “Regression”, c. Dipilih “Linear”, d. Dimasukkan biaya QC dalam “Dependent”, e. Dimasukkan Jumlah Waktu QC dan Jumlah Tenaga QC di ”Independent”, f. Diklik “Statistics’, g. Dicentang “Estimates” dan dicentang “Model fit”,“Part and partial correlations”, dan ”Collinearity diagnostics” pada tampilan “Regression Coefficients” digunakan untuk mengetahui pengaruh besarnya variabel dependent terhadap independent, h. Diklik “Continue”, i. Diklik “Plots”, digunakan untuk menampilkan diagram hasil analisi regresi, j. Dimasukkan SDRESID pada Y, k. Dimasukkan ZPRED pada X, l. Dicentang “Normal Probability Plots” Tampilan “Standardized Residual Plots”, m. Diklik “Continue”, n. Diklik “Save”, digunakan untuk menyimpan dan membuat file baru dari nilainilai prediksi dari data statistiknya , o. Dicentang “Unstandardized”, “Standaridized”, “Studentized”, “Deleted”, dan “Studentized Deleted” pada tampilan “Residuals”. p. Diklik “Continue”, dan q. Diklik “OK”, kemudian Output akan muncul. 15. Langkah untuk Analisis Regresi Linear Sederhana dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. a. Diklik “Analyze”, b. Diklik “Regression”, c. Diklik “Linear”, d. Dikeluarkan Biaya QC dalam “Dependent”, e. Dimasukkan Tingkat Penjualan dalam “Dependent”, f. Dikeluarkan Jumlah Waktu QC dan Jumlah Tenaga quality control dalam ”Independent”, 4.3 g. Dimasukkan Biaya QC dalam “Independent”, dan h. Diklik “OK” maka output akan keluar. Uji-uji Uji-uji yang dilakukan dalam regresi linear sederhana dan regresi linear berganda diantaranya adalah uji Analysis of Variance (ANOVA), uji korelasi, uji Konstanta Regresi, Koefisien Variabel, dan uji T. 4.3.1 Uji-uji Regresi Berganda Uji-uji dalam regresi berganda dapat dilakukan dengan melihat hasil pengumpulan data dan pengolahan data dari program SPSS 23. Uji-uji yang dilakukan dalam regresi linear berganda diantaranya adalah uji Analysis of Variance (ANOVA), uji Konstanta Regresi, uji Koefisien Variabel, dan uji T. Berdasakan hasil uji tersebut hasil yang diperoleh antara perhitungan regresi berganda dan regresi sederhana akan berbeda. 1. Uji Analysis of Variance (ANOVA) Uji ANOVA dilakukan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari independent variable terhadap dependent variable. Pada pengujian ANOVA dari regresi berganda dilakukan sebagai berikut. a. Hipotesis Pada hipotesis ditentukan dua hipotesis yaitu hipotesis awal (Ho) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut. H0 : Jumlah waktu QC (X1) dan jumlah tenaga quality control (X2) tidak mempengaruhi biaya QC (Y). H1 : Jumlah waktu QC (X1) dan jumlah tenaga quality control (X2) mempengaruhi jumlah biaya QC (Y). b. Tingkat Signifikasi Pada nilai tingkat signifikan yang dipergunakan dalam metode uji ini adalah sebesar 5%. c. Daerah kritis Pada daerah kritis terdapat pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yakni mengenai diterima dan ditolaknya Ho. Fhitung > Ftabel, H0 ditolak, Fhitung < Ftabel, H0 diterima, Asymsig > α, H0 diterima, dan Asymsig < α, H0 ditolak. d. Statistik Uji Berikut ini adalah nilai-nilai statistik uji yang akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. e. db1 =2 db2 =9 Ftabel = 4,26 Fhitung = 1,548 Asymsig = 0,264 Keputusan Berikut ini adalah pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yang berupa sebuah keputusan. 1,548 < 4,26 atau Fhitung < Ftabel sehingga H0 diterima. 0,264 ˃ 0,05 atau Asymsig ˃ α sehingga H0 diterima. f. Kesimpulan Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis ANOVA dapat dilihat bahwa Fhitung < Ftabel dengan nilai 1,548 < 4,26 sesuai daerah kritis dapat dilihat bahwa Ho diterima. Berdasarkan uji menggunakan Asymsig dengan tingkat signifikan 5% dapat dilihat bahwa Asymsig ˃ α dengan nilai 0,264 ˃ 0,05 sesuai sesuai daerah kritis dapat dilihat bahwa Ho diterima. Berdasarkan keputusan ini maka disimpulkan bahwa jumlah waktu quality control (X1) dan jumlah tenaga quality control (X2) tidak mempengaruhi biaya QC (Y). 2. Konstanta Regresi Pengujian perhitungan konstanta regresi dari regresi linear berganda yang akan dilakukan dengan tahapan menghitung sebagai berikut: a. Hipotesis H0 : Konstanta regresi tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya QC (dependent variable). H1 : Konstanta regresi berpengaruh signifikan terhadap biaya QC (dependent variable). b. Daerah Kritis Asymsig > , H0 diterima Asymsig < , H0 ditolak c. Statistik Uji α = 0,05 Asymsig = 0,104 d. Keputusan Asymsig > α = 0,104 > 0,05, maka H0 diterima. e. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, sehingga konstanta regresi tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya QC (dependent variable). 3. Koefesien Variabel Pengujian perhitungan koefisien variabel dari regresi linear berganda yang akan dilakukan terdiri atas dua koefisien, yaitu JWQ dan JTQ yang dapat dihitung dengan tahapan sebagai berikut: a. Koefisien Jumlah Waktu QC (JWQ) Berikut adalah perhitungan koefisien jumlah waktu QC dapat dihitung dengan tahapan seperti di bawah ini: 1) Hipotesis H0 : Koefisien variabel jumlah waktu QC tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya QC H1 : Koefisien variabel jumlah waktu penawaran berpengaruh signifikan terhadap biaya QC. 2) Daerah Kritis Asymsig > , H0 diterima Asymsig < , H0 ditolak 3) Statistik Uji = 0,05 Asymsig = 0,612 4) Keputusan Asymsig ˃ α = 0,612 ˃ 0,05, maka H0 diterima. 5) Kesimpulan Berdasarkan hasil dari perhitungan uji koefisien variabel yang telah dilakukan, maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, sehingga koefisien variabel jumlah waktu QC tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya QC. b. Koefisien Jumlah Tenaga Quality Control (JTQ) Berikut adalah perhitungan koefisien jumlah tenaga quality control yang dapat dihitung dengan tahapan seperti di bawah ini: 1) Hipotesis H0 : Koefisien variabel jumlah tenaga quality control tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya QC. H1: Koefisien variabel jumlah tenaga quality control berpengaruh signifikan terhadap biaya QC. 2) Daerah Kritis Asymsig > , H0 diterima Asymsig < , H0 ditolak 3) Statistik Uji = 0,05 Asymsig = 0,132 4) Keputusan Asymsig > α = 0,132 > 0,05, maka H0 diterima. 5) Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan uji koefisien variabel yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, sehingga koefisien variabel jumlah tenaga quality control tidak berpengaruh terhadap biaya QC. 4. Uji-t Uji-t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan antara variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 23 sebagai berikut. a. Uji-t untuk X1 (Jumlah Waktu Quality Control) Uji-t untuk X1 (jumlah waktu quality control) dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan antara X1 (jumlah waktu quality control) dengan (Y) biaya quality control. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut. 1) Hipotesis Pada hipotesis ditentukan dua hipotesis yaitu hipotesis awal (Ho) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut. H0 : Koefisien variabel (X1) jumlah waktu QC tidak berpengaruh terhadap variabel (Y) biaya quality control. H1 : Koefisien variabel (X1) jumlah waktu QC berpengaruh terhadap variabel (Y) biaya quality control. 2) Tingkat Signifikansi Nilai tingkat signifikansi yang dipergunakan dalam metode uji-t sebagai berikut ini. α = 0,025. 2 3) Daerah Kritis Pada daerah kritis terdapat pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yakni mengenai diterima dan ditolaknya Ho. thitung > ttabel, H0 ditolak thitung < ttabel, H0 diterima 4) Statistik Uji Pada statistik uji nilai-nilai yang akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut ini. α = 0,025 2 n = 12 k =3 v =9 ttabel = 2,262 thitung = -0,526 5) Keputusan Berdasarkan hasil perhitungan pada statistik uji dapat diambil keputusan tentang diterima atau ditolaknya Ho sebagai berikut ini. -0,526 < 2,262 atau thitung < ttabel, maka H0 diterima. 6) Kesimpulan Berdasarkan perhitungan uji-t dapat diambil keputusan yaitu H0 ditolak dengan nilai -0,526 < 2,262 atau thitung < ttabel, sehingga Koefisien variabel (X1) jumlah waktu QC tidak berpengaruh terhadap koefisien variabel (Y) biaya QC. b. Uji-t untuk X2 (Jumlah Tenaga Quality Control) Uji-t untuk X2 (jumlah tenaga quality control) dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan antara (X2) jumlah tenaga quality control dengan (Y) biaya QC. 1) Hipotesis Berikut ini adalah dua pernyataan hipotesis yakni hipotesis utama (H0) dan hipotesis lawan (H1). H0 : Koefisien variabel (X2) jumlah tenaga quality control tidak berpengaruh terhadap koefisien variabel (Y) biaya QC. H1 : Koefisien variabel (X2) jumlah tenaga quality berpengaruh terhadap koefisien variabel (Y) biaya QC. control 2) Tingkat Signifikansi Nilai tingkat signifikansi yang dipergunakan dalam metode uji-t sebagai berikut ini. α = 0,025. 2 3) Daerah Kritis Berikut ini adalah pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yakni mengenai diterima dan ditolaknya Ho. thitung > ttabel, H0 ditolak thitung < ttabel, H0 diterima 4) Statistik Uji Berikut ini adalah nilai-nilai statistik uji yang akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. α = 0,025 2 N = 12 k =3 v =9 ttabel = 2,262 thitung = 1,659 5) Keputusan Berikut ini adalah pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yang berupa sebuah keputusan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan software SPSS. 1,659 < 2,262 atau thitung < ttabel, maka H0 diterima 6) Kesimpulan Berdasarkan perhitungan uji-t yang telah dilakukan diatas dengan menggunakan data-data yang telah diketahui sebelumnya, dapat diambil keputusan yaitu H0 diterima dengan nilai 1,659 < 2,262 atau thitung < ttabel, sehingga koefisien variabel (X2) jumlah tenaga quality control tidak berpengaruh terhadap koefisien variabel (Y) biaya QC. 4.3.2 Uji-uji Regresi Sederhana Uji-uji dalam regresi sederhana dapat dilakukan dengan melihat hasil pengumpulan data dan pengolahan data dari program SPSS 23. Uji-uji yang dilakukan dalam regresi linear berganda diantaranya adalah uji Analysis of Variance (ANOVA), uji Konstanta Regresi, uji Koefisien Variabel, dan uji T. Berdasakan hasil uji tersebut hasil yang diperoleh antara perhitungan regresi berganda dan regresi sederhana akan berbeda. 1. Uji Analysis of Variance (ANOVA) Uji ANOVA dilakukan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari independent variable terhadap dependent variable. Pada pengujian ANOVA dari regresi sederhana dilakukan sebagai berikut. a. Hipotesis Pada hipotesis ditentukan dua hipotesis yaitu hipotesis awal (Ho) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut. H0 : Variabel bebas (X) biaya QC tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y) tingkat penjualan. H1 : Variabel bebas (X) biaya QC berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) tingkat penjualan. b. Tingkat Signifikasi Pada nilai tingkat signifikan yang dipergunakan dalam metode uji ini adalah sebesar 5%. c. Daerah kritis Pada daerah kritis terdapat pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yakni mengenai diterima dan ditolaknya Ho. Fhitung > Ftabel, H0 ditolak, Fhitung < Ftabel, H0 diterima, Asymsig > α, H0 diterima, dan Asymsig < α, H0 ditolak. d. Statistik Uji Berikut ini adalah nilai-nilai statistik uji yang akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. e. db1 =1 db2 = 10 Ftabel = 4,96 Fhitung = 6,311 Asymsig = 0,031 Keputusan Berikut ini adalah pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yang berupa sebuah keputusan. 6,311 ˃ 4,96 atau Fhitung ˃ Ftabel sehingga H0 ditolak 0,031 < 0,05 atau Asymsig < α sehingga H0 ditolak f. Kesimpulan Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis ANOVA dapat dilihat bahwa Fhitung ˃ Ftabel dengan nilai 6,311 ˃ 4,96 sesuai daerah kritis dapat dilihat bahwa Ho ditolak. Berdasarkan uji menggunakan Asymsig dengan tingkat signifikan 5% dapat dilihat bahwa Asymsig < α dengan nilai 0,031 < 0,05 sesuai sesuai daerah kritis dapat dilihat bahwa Ho ditolak. Berdasarkan keputusan ini dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (X) biaya QC berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y) tingkat penjualan. 2. Uji Kontanta Regresi Uji konstanta regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh kontanta regresi terhadap tingkat penjualan. Pada uji kontanta menggunakan software SPSS 23 dengan urutan langkah sebagai berikut. a. Hipotesis Pada hipotesis ditentukan dua hipotesis yaitu hipotesis awal (Ho) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut. H0 : Konstanta regresi tidak mempengaruhi tingkat penjualan sebagai variabel terikat. H1 : Konstanta regresi mempengaruhi tingkat penjualan sebagai variabel terikat b. Daerah Kritis Pada daerah kritis terdapat pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yakni mengenai diterima dan ditolaknya Ho. Asymsig > α, H0 diterima Asymsig < α, H0 ditolak c. Statistik Uji Berikut ini adalah nilai-nilai statistik uji yang akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. d. α = 0,05 Asymsig = 0,259 Keputusan Berikut ini adalah pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yang berupa sebuah keputusan. 0,259 > 0,05 atau Asymsig > α, maka H0 diterima. e. Kesimpulan Berdasarkan perhitungan menggunakan uji konstanta regresi dapat diambil keputusan Ho diterima dengan nilai 0,906 > 0,05 atau Asymsig > α, sehingga konstanta regresi tidak mempengaruhi tingkat penjualan sebagai variabel terikat. 3. Uji Koefisien Variabel Uji koefisien variabel dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari biaya QC sebagai koefisien variabel bebas terhadap tingkat penjualan sebagai variabel terikat. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 23 sebagai berikut. a. Hipotesis Pada hipotesis ditentukan dua hipotesis yaitu hipotesis awal (Ho) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut. Ho : Koefisien variabel biaya QC sebagai variabel bebas tidak berpengaruh terhadap (Y) tingkat penjualan sebagai variabel terikat. H1 : Koefisien variabel biaya QC sebagai variabel bebas berpengaruh terhadap (Y) tingkat penjualan sebagai variabel terikat. b. Daerah Kritis Pada daerah kritis terdapat pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yakni mengenai diterima dan ditolaknya Ho. Asymsig > α, H0 diterima Asymsig < α, H0 ditolak c. Statistik Uji Berikut ini adalah nilai-nilai statistik uji yang akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. d. α = 0,05 Asymsig = 0,031 Keputusan Berikut ini adalah pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yang berupa sebuah keputusan. 0,031 < 0,05 atau Asymsig < α, maka H0 ditolak e. Kesimpulan Berdasarkan perhitungan uji koefisien variabel dapat diambil keputusan yaitu H0 diterima dengan nilai 0,031 < 0,05 atau Asymsig < α, sehingga koefisien variabel biaya QC sebagai variabel bebas berpengaruh terhadap (Y) tingkat penjualan sebagai variabel terikat 4. Uji-t Uji-t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan antara variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 23 sebagai berikut. a. Hipotesis Pada hipotesis ditentukan dua hipotesis yaitu hipotesis awal (Ho) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut. Ho : Koefisien variabel biaya QC sebagai variabel bebas tidak berpengaruh terhadap tingkat penjualan sebagai variabel terikat. H1 : Koefisien variabel biaya QC sebagai variabel bebas berpengaruh terhadap tingkat penjualan sebagai variabel terikat. b. Tingkat Signifikansi Nilai tingkat signifikansi yang dipergunakan dalam metode uji-t sebagai berikut ini. α 2 c. = 0,025. Daerah Kritis Pada daerah kritis terdapat pernyataan mengenai hasil dari perhitungan daerah kritis yakni mengenai diterima dan ditolaknya Ho. thitung > ttabel, H0 ditolak dan signifikan thitung < ttabel, H0 diterima dan tidak signifikan d. Statistik Uji Pada statistik uji nilai-nilai yang akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut ini. α = 0,025 2 e. n = 12 k =2 v = 10 ttabel = 2,228 thitung = 2,512 Keputusan Berdasarkan hasil perhitungan pada statistik uji dapat diambil keputusan tentang diterima atau ditolaknya Ho sebagai berikut ini. 2,512 ˃ 2,228 atau thitung ˃ ttabel, maka H0 ditolak dan signifikan f. Kesimpulan Berdasarkan perhitungan uji-t dapat diambil keputusan yaitu H0 diterima dan tidak signifikan dengan nilai 2,512 ˃ 2,228 atau thitung ˃ ttabel, sehingga koefisien variabel biaya QC sebagai variabel bebas berpengaruh terhadap (Y) tingkat penjualan sebagai variabel terikat. 4.4 Analisa dan Pembahasan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan cara manual ataupun komputerisasi maka dari hasil perhitungan tersebut dapat dilakukan tahap selanjutnya yaitu dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data-data perhitungan yang telah diperoleh untuk analisis regresi berganda dan analisis regresi sederhana sebagai berikut ini. 4.4.1 Analisa Regresi Berganda Pengujian analisis regresi berganda dilakukan untuk variabel jumlah waktu QC dan tenaga kerja quality control terhadap biaya QC. Pada analisis regresi linier berganda terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis, diantaranya adalah faktor dari kelayakan model regresi, model summary, multikolinearitas, dan juga interpretasi grafik yang dihasilkan pada output hasil pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan software SPSS 23, analisa dari berbagai hasil tersebut dijelaskan sebagai berikut ini. 1. Kelayakan Model Regresi Berdasarkan hasil pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan software SPSS 23 didapatkan nilai standard deviation dan nilai standard error of estimate dari biaya QC yaitu sebesar 26,62876 untuk nilai standard deviation dan untuk nilai standard error of estimate sebesar 25,39357. Berdasarkan masingmasing nilai dapat dilihat bahwa nilai standard deviation ≥ nilai standard error of estimate dengan nilai 26,62876 > 25,39357, sehingga model regresi linear berganda dapat dikatakan layak. 2. Model Summary Berdasarkan hasil pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan software SPSS 23 didapatkan nilai R sebesar 0,506. Hal ini berarti ada korelasi atau hubungan antara dua variabel bebas yaitu jumlah tenaga QC dan jumlah waktu QC dengan variabel bebas yaitu biaya QC. Korelasi yang terjadi yaitu korelasi positif dengan interpretasi yang tinggi karena nilai yang diperoleh berada di atas 0,5. Pada nilai R square pada hasil SPSS diperoleh nilai sebesar 0,256 sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel bebas yaitu jumlah waktu QC dan jumlah tenaga quality control ada yang berpengaruh dan ada yang tidak berpengaruh terhadap biaya QC. 3. Multikolinearitas Multikoliniearitas yaitu suatu keadaan dimana terjadi korelasi antar variabel bebas dalam regresi linear berganda dengan nilai yang sangat tinggi atau sangat rendah. Nilai-nilai yang digunakan untuk mengujinya adalah nilai VIF (variance inflation factor). Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai dari tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas, karena VIF = 1/tolerance. Jika VIF < 10 maka tolerance > 0,1 semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance. Berdasarkan hasil dari pengolahan data secara komputerisasi, nilai VIF sebesar 1,562 dan tolerance sebesar 0,640. Hal ini menunjukan nilai dari VIF < 10 sehingga dapat dikatakan bahwa pada regresi linear berganda terbebas dari multikolinearitas dan analisis regresi berganda layak digunakan. 4. Interpretasi Grafik Interprestasi grafik berguna untuk membantu melihat penyebaran data secara distributif dan membantu dalam menganalisis penyebaran data. Pada interpretasi grafik dapat dibagi menjadi dua penjelasn yaitu grafik Normal Probability Plot dan Grafik Scatterplot yang dijelaskan sebagai berikut ini. a. Grafik Normal Probability Plot Pada grafik normal probability plot terdapat sebaran data-data hasil output perhitungan SPSS lalu disajikan dalam bentuk grafik normal probability plot. Hasil perhitungan komputerisasi data yang ada dengan menggunakan SPSS dan disajikan dalam bentuk grafik probability plot dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini. Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot Pada Analisis Regresi Berganda Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila dalam suatu grafik data yang ada mendekati garis normal yang didalamnya terdapat simetris sempurna, ciriciri data yang mempunyai distribusi normal ialah data yang memiliki kurva frekuensi normal menunjukkan frekuensi tertinggi berada di tengah-tengah, yaitu berada pada rata-rata (mean) nilai distribusi dengan kurva sejajar dan tepat sama pada bagian sisi kiri dan kanannya. Pada Gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa grafik membentuk pola yang tersebar, namun titik-titik tersebut mendekati garis normal yang diagonal. Pola dan arah titik-titik tersebut menunjukkan hubungan yang searah yang positif dan data yang memiliki distribusi normal sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi layak digunakan. b. Grafik Scatterplot Pada uji multikolinearitas yang telah dilakukan dapat dilihat output dari uji tersebut yang berasal dari SPSS dan output dari uji tersebut dapat dilihat pada grafik scatterplot untuk variabel bebas yang disajikan pads Gambar 4.2 berikut Gambar 4.2 Grafik Data Scatterplot Pada Analisis Regresi Berganda Homoskedastisitas merupakan deskripsi data dimana varian batas kesalahan (error estimate) kelihatan konstan diluar jangkauan dari nilai-nilai variabel bebas tertentu, yang dimana asumsi kesamaan varian kesalahan populasi ε atau error kritis jika diaplikasikan pada regresi linier yang benar, dan saat batas kesalahan mempunyai varian yang semakin besar atau banyak maka data tersebut dapat dikatakan bersifat heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas akan terjadi jika titik-titik yang ada membentuk pola yang teratur seperti bergelombang, menyebar kemudian menyempit atau membuat pola corong, maka dapat dikatakan bahwa telah terjadinya heteroskedastisitas. Berdasarkan grafik scatterplot yang disajikan pada Gambar 4.2 menunjukan hubungan antara Regression Studentized Deleted Residual dan Regression Standarized Predicted Value dengan dependent variable yaitu biaya QC. Apabila dilihat dari pola titiktitik pada grafik tersebut tersebar acak dan tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa pada grafik tersebut tidak terjadi gejala heteroskedastisitas sehingga regresi berganda layak untuk digunakan. 4.4.2 Analisis Regresi Sederhana Pengujian analisis regresi sederhana dilakukan untuk variabel biaya QC terhadap tingkat penjualan. Pada analisis regresi linier sederhana terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis, diantaranya adalah faktor dari kelayakan model regresi, model summary, multikolinearitas, dan juga interpretasi grafik yang dihasilkan pada output hasil pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan software SPSS 23, analisa dari berbagai hasil tersebut dijelaskan sebagai berikut ini. 1. Kelayakan Model Regresi Berdasarkan hasil pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan software SPSS 23 didapatkan nilai standard deviation dan nilai standard error of estimate dari tingkat penjualan yaitu sebesar 8,39733 untuk nilai standard deviation dan untuk nilai standard error of estimate sebesar 6,89602. Berdasarkan masingmasing nilai dapat dilihat bahwa nilai standard deviation ≥ nilai standard error of estimate dengan nilai 8,39733 > 6,89602, sehingga model regresi linear berganda dapat dikatakan layak. 2. Model Summary Berdasarkan hasil pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan software SPSS 23 didapatkan nilai R sebesar 0,622. Hal ini berarti ada korelasi atau hubungan antara dua variabel bebas yaitu tingkat penjualan dengan variabel bebas yaitu biaya QC. Korelasi yang terjadi yaitu korelasi positif dengan interpretasi yang tinggi karena nilai yang diperoleh berada di atas 0,5. Pada nilai R square pada hasil SPSS diperoleh nilai sebesar 0,387 sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel bebas yaitu tingkat penjualan tidak berpengaruh terhadap biaya QC sebagai variabel terikat. 3. Multikolinearitas Multikoliniearitas yaitu suatu keadaan dimana terjadi korelasi antara variabel bebas dalam regresi linear berganda dengan nilai yang sangat tinggi atau sangat rendah. Nilai-nilai yang digunakan untuk mengujinya adalah nilai VIF (variance inflation factor). Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai dari tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas, karena VIF = 1/tolerance. Jika VIF < 10 maka tolerance > 0,1 semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance. Berdasarkan hasil dari pengolahan data secara komputerisasi regresi sederhana, nilai VIF sebesar 1 dan tolerance sebesar 1. Hal ini menunjukan nilai dari VIF < 10 sehingga dapat dikatakan bahwa pada regresi linear sedrhana terbebas dari multikolinearitas dan analisis regresi sederhana layak digunakan. 4. Interpretasi Grafik Interprestasi grafik berguna untuk membantu melihat penyebaran data secara distributif dan membantu dalam menganalisis penyebaran data. Pada interpretasi grafik dapat dibagi menjadi dua penjelasn yaitu grafik Normal Probability Plot dan Grafik Scatterplot yang dijelaskan sebagai berikut ini. a. Grafik Normal Probability Plot Grafik Normal Probability Plot membantu dalam melihat peluang penyebaran peluang data dan penyebaran data secara distributif. Pada grafik normal probability plot terdapat sebaran data-data hasil output perhitungan SPSS lalu disajikan dalam bentuk grafik normal probability plot. Hasil perhitungan komputerisasi data yang ada dengan menggunakan SPSS dan disajikan dalam bentuk grafik probability plot dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini. Gambar 4.3 Grafik Normal Probability Plot Pada Analisis Regresi Sederhana Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila dalam suatu grafik data yang ada mendekati garis normal yang didalamnya terdapat simetris sempurna, ciriciri data yang mempunyai distribusi normal ialah data yang memiliki kurva frekuensi normal menunjukkan frekuensi tertinggi berada di tengah-tengah, yaitu berada pada rata-rata (mean) nilai distribusi dengan kurva sejajar dan tepat sama pada bagian sisi kiri dan kanannya. pada grafik membentuk pola yang tersebar, namun titik-titik tersebut mendekati garis normal yang diagonal. Grafik yang ada terlihat bahwa terdapat titik-titik yang merupakan hasil dari perhitungan data dengan pola-pola yang tersebar namun tetap mengikuti pola pada garis normal. Titik-titik yang berada pada garis normal disebut data error. Semakin jauh titiktitik tersebut dari garis normal maka semakin besar pula nilai errornya. Pola dan arah titik-titik tersebut menunjukkan hubungan yang searah yang positif dan data yang memiliki distribusi normal, sehingga dapat dikatakan bahwa layak digunakan. b. Grafik Scatterplot Pada uji multikolinearitas yang telah dilakukan dapat dilihat output dari uji tersebut yang berasal dari SPSS dan output dari uji tersebut dapat dilihat pada grafik Scatterplot untuk variabel bebas yang disajikan pads Gambar 4.4 berikut. Gambar 4.4 Grafik Scatterplot Pada Analisis Regresi Sederhana Homoskedastisitas merupakan deskripsi data dimana varian batas kesalahan (error estimate) kelihatan konstan diluar jangkauan dari nilai-nilai variabel bebas tertentu, yang dimana asumsi kesamaan varian kesalahan populasi ε atau error kritis jika diaplikasikan pada regresi linier yang benar, dan saat batas kesalahan mempunyai varian yang semakin besar atau banyak maka data tersebut dapat dikatakan bersifat heteroskedastisitas. Berdasarkan grafik scatterplot yang disajikan pada Gambar 4.4 menunjukan hubungan antara Regression Studentized Deleted Residual dan Regression Standarized Predicted Value dengan dependent variable yaitu tingkat penjualan. Pola titik-titik pada grafik tersebut tersebar acak dan tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa pada grafik tersebut tidak terjadi gejala heteroskedastisitas sehingga regresi berganda layak untuk digunakan. 4.5 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi dapat diambil kesimpulan yang dijelaskan di bawah ini. 1. Analisis regresi adalah prosedur yang berfungsi untuk melihat hubungan linear antara satu variabel yang diidentifikasi sebagai variabel independen atau bebas dengan variabel lain yang diidentifikasi sebagai variabel dependen atau tergantung. Regresi dibagi menjadi dua, yaitu analisis linier sederhana dan analisis linier berganda. Analisis regresi linier adalah jika hubungan persamaan antara variabel bebas (X) dan variabel (Y) searah dan membentuk sebuah pola garis lurus. Jadi, jika nilai variabel (X) meningkat, maka nilai variabel (Y) juga meningkat. Berdasarkan perhitungan manual yang telah dilakukan tingkat penjualan produk sebelum diberlakukan kebijakan sebesar 27 pasang dan rata-rata tingkat penjualan produk setelah diberlakukan kebijakan adalah sebesar 68 pasang, selisih tingkat penjualan antara setelah dan sebelum kebijakan diterapkan adalah sebesar 41 pasang, yang berarti dengan diberlakukannya kebijakan baru, maka perusahaan mengalami peningkatan keuntungan, 2. Koefisien korelasi ialah suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika koefisien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat hubungan antara dua variabel tersebut. Jika koefisien korelasi diketemukan +1, maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna sengan kemiringan (slope) positif. Sebaliknya, jika koefisien korelasi diketemukan -1, maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif. Korelasi antara tingkat penjualan dan biaya QC Berdasarkan perhitungan regresi linier sederhana seperti pada perhitungan sebelumnya di hasilkan nilai regresi linier yaitu 0,1687. Dapat dilihat bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif karena 0 < r < +1. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya waktu quality control maka semkain meningkat pula tingkat penjualannya. Sehingga dapat disimpulkam nilai pengaruh X1 (waktu QC) dan Y (tingkat penjualan) adalah 2,85%, sedangkan 97,15% dipengaruhi oleh variabel lain. 3. Pada korelasi regresi linear berganda jumlah waktu QC dan biaya QC berdasarkan perhitungan regresi linier berganda seperti pada perhitungan sebelumnya di hasilkan nilai regresi linier yaitu 0,1687. Dapat dilihat bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif karena 0 < r < +1. Oleh karena itu semakin meningkatnya waktu quality control maka semkain meningkat pula tingkat penjualannya. Sehingga dapat disimpulkam nilai pengaruh X1 (waktu QC) dan Y (tingkat penjualan) adalah 2,85%, sedangkan 97,15% dipengaruhi oleh variabel lain. Pada korelasi jumlah tenaga QC dengan biaya QC berdasarkan perhitungan regresi linier berganda seperti pada perhitungan sebelumnya di hasilkan nilai regresi linier yaitu 0,4828. Dapat dilihat bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif karena 0 < r < +1. Karena itu semakin meningkatnya jumlah QC maka semkain meningkat pula tingkat penjualannya. Sehingga dapat disimpulkam nilai pengaruh X1 (jumlah QC) dan Y (tingkat penjualan) adalah 23,31%, sedangkan 76,69% dipengaruhi oleh variabel lain. Pada korelasi hubungan jumlah waktu QC dan jumlah tenaga QC berdasarkan perhitungan regresi linier sederhana seperti pada perhitungan sebelumnya di hasilkan nilai regresi linier yaitu 0,5999. Dapat dilihat bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif karena 0 < r < +1. Oleh karena itu semakin meningkatnya waktu quality control maka semakin meningkat pula jumlah pekerja yang bekerja. Sehingga dapat disimpulkam nilai pengaruh X1 (waktu quality control) dan X2 (jumlah pekerja) adalah 35,99%, sedangkan 64,01% dipengaruhi oleh variabel lainnya. 4. Berdasarkan hasil pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan software SPSS 23 didapatkan nilai R sebesar 0,506. Hal ini berarti ada korelasi atau hubungan antara dua variabel bebas yaitu jumlah tenaga QC dan jumlah waktu QC dengan variabel bebas yaitu biaya QC. Korelasi yang terjadi yaitu korelasi positif dengan interpretasi yang tinggi karena nilai yang diperoleh berada di atas 0,5. Pada nilai R square pada hasil SPSS diperoleh nilai sebesar 0,256 sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel bebas yaitu jumlah waktu QC dan jumlah tenaga quality control ada yang berpengaruh dan ada yang tidak berpengaruh terhadap biaya QC, dan 5. Berdasarkan hasil pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan software SPSS 23 didapatkan nilai R sebesar 0,622. Hal ini berarti ada korelasi atau hubungan antara dua variabel bebas yaitu tingkat penjualan dengan variabel bebas yaitu biaya QC. Korelasi yang terjadi yaitu korelasi positif dengan interpretasi yang tinggi karena nilai yang diperoleh berada di atas 0,5. Pada nilai R square pada hasil SPSS diperoleh nilai sebesar 0,387 sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel bebas yaitu tingkat penjualan tidak berpengaruh terhadap biaya QC sebagai variabel terikat. .