PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AKADEMI KIMIA ANALISIS Jilid 2 Disusun oleh: Hepi Andi Bastoni, MA 0 Pengantar Alhamdulillah. Shalawat dan salam untuk Rasulullah saw, keluarga, para shahabat dan orang-orang yang mengikuti ajarannya hingga Hari Akhir nanti. Sebagai mana di banyak perguruan tinggi umum lainnya, Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam wajib diberikan kepada semua mahasiswa Muslim. Ini adalah hak para mahasiswa dan kewajiban lembaga penyelenggara pendidikan. Tak terkecuali Kampus Politeknik Akademi Kimia Analisis yang berdomisili di Bogor. Karena memang bukan lembaga pendidikan kejuruan keagamaan, maka Mata Kuliah Agama Islam hanya diberikan kepada mahasiswa dalam satu semester tahun ajaran yang terdiri dari 14 kali tatap muka. Sebanyak tujuh kali pertemuan sebelum Ujian Tengah Semester dan tujuh kali pertemuan setelahnya. Setelah itu, tidak ada lagi Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam secara formal. Dalam kurun waktu yang sangat singkat tersebut, maka tidak mungkin bisa memberikan materi secara maksimal. Karena itu, materi yang diberikan betul-betul harus efektif yang mampu merangkum materi secara teori dan praktik. Karena itu, ada tiga target utama pada perkuliahan Agama Islam ini. Pertama, mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman yang baik tentang Islam dan mempunyai keyakinan tentang kebenaran ajaran Islam. Hal ini ditandai dengan lurusnya akidah dan Tauhid mereka. Dengan mengikuti mata kuliah ini, para mahasiswa diharapkan tidak ada yang tersusupi pemikiran-pemikiran sesat yang mungkin saja merebak di dalam kampus. Mata kuliah ini dimaksudkan untuk membentengi akidah mahasiswa dengan kuat dan kokoh. Kedua, mahasiswa diharapkan memiliki semangat dalam melaksanakan ibadah. Ini inti terpenting dari mata kuliah ini. Bahwa, beragama tak hanya secara teori tapi juga dipraktikkan secara nyata dalam keseharian. Utamanya ibadah-ibadah mahdhah yang harus dilaksanakan setiap hari, seperti shalat lima waktu, shaum di bulan Ramadhan, terlibat dalam kegiatan pelaksanaan ibadah qurban dan lainnya. Ketiga, mahasiswa diharapkan memiliki moral dan akhlak yang baik. Sebab, akidah yang lurus dan ibadah yang baik, akan melahirkan orang-orang yang berakhlak al-karimah. Bagian ini menjadi penting untuk ditargetkan mengingat betapa kondisi generasi muda hari ini yang sangat jauh dari akhlak mulia. Untuk itu, ada program penunjang yaitu mentoring. Progam ini merupakan bagian dari penugasan pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang akan mempengaruhi penilaian akhir. Diharapkan, program mentoring ini bisa menjadi penunjang Mata Kuliah Agama Islam yang diberikan di kelas. Para mahasiswa yang melakukan mentoring dengan cara melakukan pertemuan setiap pekan dengan para seniornya, akan bisa menjaga dari ancamanan kemungkinan merebaknya aliran sesat di kampus mereka, sekaligus untuk saling mengontrol ibadah harian masing-masing. Selain itu, program mentoring juga bisa membantu pengkondisian pergaulan mahasiswa. Sehingga tidak ditemukan di antara mereka yang terjerat Narkoba, pergaulan bebas atau tindak amoral lainnya. Karenanya, materi yang disampaikan pada proses mentoring semestinya mendukung materi perkuliahan. Dukungan itu bukan hanya dari sisi penyempurnaan pembahasan materi kuliah tapi motivasi dan semangat. Buku ini berasal dari diktat hasil diskusi dengan mahasiswa, catatan-catatan saat berlangsung proses belajar mengajar dan acuan dari pihak Kampus. Karenanya, seiring dengan kebutuhan dan perkembangan kondisi, buku ini sangat memungkinkan mengalami 1 revisi atau perbaikan. Untuk itu, saran dan kritik Anda untuk perbaikan karya ini, sangat dinanti. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyempurnaan karya ini. Semoga Allah meridhai langkah kita. Amin. Penyusun, Hepi Andi Bastoni, MA 2 Materi VIII AKHLAK, ETIKA DAN MORAL I. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral a. Akhlak Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang berarti at-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama). Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang dikenal pakar bidang akhlak terkemuka secara singkat mengatakan: akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang dikenal hujjatul Islam (pembela Islam), mengatakan: akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macammacam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; 1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. 2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. 3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. 4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. 5. Sejalan dengan cirri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian. b. Etika Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Adapun arti etika dari segi istilah, dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai sudut pandangnya. Menurut Ahmad Amin, etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh 3 manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Dari definisi etika tersebut, dapat diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. 1. Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. 2. Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolut dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. 3. Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. 4. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasulkan oleh akal manusia. c. Moral Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat atau kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral dalam istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengatakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia, selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. II. Perbedaan Moral dan Etika 4 Kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat. Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada. Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu’ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal. Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua, kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga, kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan. Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan, moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat yang dikenal dengan tradisi. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar. III. Persamaan dan Perbedaan Etika, Moral, dan Akhlak a. Persamaan: • Persamaan ketiganya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk. • Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal: 1. Objek: yaitu perbuatan manusia 2. Ukuran: yaitu baik dan buruk 3. Tujuan: membentuk kepribadian manusia b. Perbedaan 1. Sumber atau acuan: - Etika sumber acuannya adalah akal - Moral sumbernya norma atau adat istiadat - Akhlak bersumber dari wahyu 2. - Sifat Pemikiran: Etika bersifat filososfis Moral bersifat empiris Akhlak merupakan perpaduan antara wahyu dan akal 5 3. - Proses munculnya perbuatan: Etika muncul ketika ada ide Moral muncul karena pertimbangan suasana Akhlak muncul secara spontan atau tanpa pertimbangan IV. Akhlak dalam Ajaran Islam Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak Islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilainilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai bersifat local dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu dipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesame manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral. Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesame makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). V. Kesimpulan Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriyah. Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur’an dan al-hadis. Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan. Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dan 6 susila berasala dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan. Etika Islam terhadap Diri Sendiri (Menurut Abu Bakar al-Jazairi) Kebahagiaannya di dunia dan di akhirat sangat ditentukan oleh sejauh mana pembinaan terhadap dirinya, perbaikan, dan penyucian dirinya. Selain itu, ia meyakini bahwa kecelakaan dirinya sangat ditentukan oleh sejauh mana kerusakan dirinya. Itu semua karena dalil-dalil berikut, Firman Allah, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menjiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS asy-Syams: 9-10) “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk syurga, hingga unta masuk ke lubang jarum, demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan diatas mereka ada selimut (api neraka), demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zhalim. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal didalamnya,” ( QS Al-A’raaf: 40-42). “ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-‘ashr 1-3). Sabda Rasulullah saw., dan kalian masuk surga, kecuali orang-orang yang tidak mau.” Para sahabat bertanya,”Siapa yang tidak mau masuk surga, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. bersabda,” Barangsiapa taat kepadaku, ia masuk surga. Dan barangsiapa bermaksiat kepadaku, ia tidak mau ( masuk surga ).” (HR Bukhari). “Semua manusia beramal, dan menjual dirinya memperbaiki dirinya, atau membinasakannya.” (HR Muslim). Muslim meyakini bahwa sesuatu yang bisa membersihkan dirinya, dan menyucikan ialah iman yang baik dan amal shalih. Ia juga meyakini, bahwa sesuatu yang mengotori dirinya, dan merusaknya ialah keburukan kekafiran dan kemaksiatan, berdasarkan dalil-dalil berikut: Firman Allah Ta’ala, “ Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Huud:114) “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifin:14) Sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya jika seorang Mukmin mengerjakan dosa, maka ada noda hitam di hatinya. Jika ia bertaubat, berhenti ( dari dosa tersebut), dan beristigfar, maka hatinya bersih. Jika dosanya bertambah, bertambah pula noda hitam dihatinya, hingga menutupi hatinya.” ( HR An-Nasai dan At-Tirmidzi. At-Tirmidzi berkata bahwa hadist ini adalah shahih). Noda hitam tersebut tidaklah lain adalah tutupan hati yang disebutkan Allah Ta’ala dalam surah Al-Muthaffifin di atas. 7 “Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, serta bergaulah dengan manusia dengan akhlak baik.” ( At-Tirmidzi dan Al- Hakim). Oleh karena itulah, oarng muslim tidak henti-hentinya membina dirinya, menyucikannya, dan membersihkannya. Sebab, ia orang yang paling layak membinanya, kemudian ia memperbaikinya dengan etika-etika yang membersihkannya, dan membersihkan kotoran-kotorannya. Ia menjauhkan diri dan apa saja yang mengotorinya, dan merusaknya seperti keyakinan-keyakinan yang rusak, ucapan-ucapan yang rusak, dan amal perbuatan yang rusak. Ia melawan dirinya siang malam, mengevaluasi setiap saat, membawanya kepada perbuatan-perbuatan yang baik, mendorongnya kepada ketaatan, menjauhkan dari segala keburukan dan kerusakan. Adab ma’a nafsi ( etika terhadap diri sendiri). Ada empat upaya yang perlu diperhatikan yakni : 1) Taubat, yakni melepaskan diri dari semua dosa dan perbuatan maksiat, menyesali semua dosa-dosa di masa lalunya, dan bertekad tidak kembali lagi kepada dosa-dosa tersebut di sisa umurnya. 2) Muraqabah yakni keyakinan senantiasa ( hati kita ) diawasi (oleh Allah), diketahui ( hati kita oleh Allah) dan diperhatikan hati kita oleh Allah. 3) Muhasabah yakni proses introspeksi diri kita sendiri. 4) Mujahadah yakni upaya kerja keras untuk meraih yang kita cita-citakan. 5) Muaaqabah yakni mengganti kesalahan yang dilakukan dengan amalan lain. Pengertian Tasawuf Secara bahasa tasawuf diartikan sebagai sufisme adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun diri lahir dan batin, untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf adalah ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui penyucian rohnya. Hubungan Antara Tasawuf dan Akhlak Ilmu tasawuf pada umumnya dibagi menjadi tiga : a. Tasawuf falsafi, yakni tasawuf yang mengunakan pendekatan rasio atau akal pikiran, tasawuf model ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran dari para tasawuf, baik menyangkut filsafat tentang Tuhan manusia dan sebagainya. b. Tasawuf Akhlaki, yakni tasawuf yang menggunakan pendekatan Akhlak. Tahapan-tahapannya terdiri dari Takhalli ( mengosongkan diri dari Akhlak yang buruk), Tahalli ( menghiasinya dengan akhlak yang terpuji), Tajalli (terbukanya dinding penghalang atau hijab yang membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga Nur Illahi tampak jelas padanya). c. Tasawuf Amali, yakni tasawuf yang menggunakan pendekatan amaliyah atau wirid, kemudian hal itu muncul dalam tharikat. Sebenarnya, tiga macam tasawuf tadi punya tuhuan yang sama yaitu sama-sama mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang terpuji (Al-Akhlaq Al-Mahmudah), karena itu untuk menuju wilayah tasawuf sesorang harus mempunyai akhlak yang mulia berdasarkan kesadarannya sendiri. 8 Jadi akhlak merupakan bagian dari tasawuf akhlaki, yang merupakan salah satu ajaran dari tasawuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawuf akhlaki adalah mengisi qolbu (hati) dengan sifat khauf yaitu merasa khawatir terhadap siksaan Allah. Kemudian, dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari dalam tasawuf amali, ada dua macam hal yang disebut ilmu lahir dan ilmu batin yang terdiri dari empat kelompok, yaitu syariat, tharikat, hakikat, dan ma’rifat. 9 Materi IX JENIS–JENIS AKHLAK 1. AKHLAK MAHMUDAH (AKHLAK TERPUJI) Akhlak terpuji merupakan terjemahan dari bahasa Arab, akhlaq mahmudah. Mahmudah merupakan bentuk maf’ul dari kata hamida yang berarti “dipuji”. Akhlak terpuji disebut pula dengan akhlaqul karimah (akhlak mulia), atau makarim al-akhlaq (akhlaq mulia), atau akhlaq al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya). Berikut penjelasan akhlak terpuji menurut beberapa ulama: a. Menurut Imam al-Ghazali, akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah sehingga mempelajari dan mengamalkannya merupakan kewajiban setiap muslim. b. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, pangkal akhlak terpuji adalah ketundukan dan keinginan yang tinggi. Sifat-sifat terpuji, menurutnya berpangkal dari kedua hal itu. Ia memberikan gambaran tentang bumi yang tunduk pada ketentuan Allah. Ketika air turun menimpanya, bumi merespons dengan kesuburan dan menumbuhkan tanamtanaman yang indah. Demikian pula manusia tatkala diliputi rasa ketundukan kepada Allah SWT. Ia akan meresponnya dengan sifat-sifat terpuji. c. Menurut Imam Abu Dawud, akhlak terpuji merupakan perbuatan-perbuatan yang disenangi, sedangkan akhlak tercela adalah perbuatan-perbuatan yang harus dihindari. A. Jenis Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji) Adapun macam-macam akhlak terpuji dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian: 1. Akhlak Terhadap Allah SWT a) Ikhlas Sifat ikhlas ialah menumpukan niat bagi setiap ibadah atau kerja yang dilakukan sematamata karena Allah SWT dan diniatkan untuk menjunjung perintah semata-mata serta membersihkan hati dari riya’, ujub atau pujian manusia. Firman Allah SWT dalam Al-Quran, “Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah SWT dengan mengikhlaskan ibadah kepadanya, lagi tetap teguh di atas tauhid dan supaya mereka mendirikan sembahyang dan memberi zakat dan yang demikian itulah agama yang benar,” (QS al-Bayyinah: 5). Setiap pekerjaan yang dilakukan hendaklah dibersihkan dari tujuan selain taat kepada Allah. Hendaklah dibersihkan niat dari sebab-sebab yang lain dari sifat-sifat yang keji seperti riya’, ujub, inginkan kemasyhuran dan lain-lain. Dalam meninggalkan larangan Allah SWT hendaklah diniatkan untuk taat semata-mata bukan kerana malu kepada makhluk atau sebagainya. b) Wara’ Wara’ bisa diartikan bersikap dan berlaku hati-hati terhadap hal-hal yang makruh dan hal-hal yang syubhat. Hal-hal yang makruh adalah sesuatu yang jika ditinggalkan oleh seseorang maka ia akan mendapat pahala dan jika dilakukan maka tidak ada dosa atau pun pahala baginya. Jadi, hal-hal yang makruh adalah sesuatu yang lebih baik untuk ditinggalkan dari pada dilakukan. Sedangkan, hal-hal yang syubhat adalah segala sesuatu yang belum 10 jelas hukumnya, sesuatu yang belum jelas antara halal dan haramnya, baik yang berupa makanan, pakaian, tempat, dan lain sebagainya. Jadi, wara' adalah berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum Islam. Menghindari hal-hal yang makruh dan menjauhi segala sesuatu yang syubhat. Berlaku wira'i merupakan rahasia diri agar seseorang terhindar dari sesuatu yang haram. Orang yang wira'i (berhati-hati) berarti orang yang menjaga dirinya dari sesuatu yang membuatnya tergoda oleh bujukan setan. Selalu mengingat akan kebesaran Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Rasulullah saw menjelaskan tentang pentingnya berlaku wara’ dalam kehidupan seharihari, sebagaimana sabda Nabi saw: ُّ ن التَّقَى ال ن َوقِ َُع ُْ َو َم, ُض ُِه َو ِد ْينِ ِه ُ ِ ت فَقَُ ُِد ا ْستَب َْرأُ ِل ِع ْر ُِ شب َها ُْ اس فَ َم ُ ِ َّلَ َي ْعلَم َها ِمنَُ الن ُ ُ َوبَ ْينَه َما ام ْورُ م ْشت َ ِب َهات. ُا َ ْل َحالَلُ بَيْنُ َُو ْال َح َرامُ بَيْن ُّ فَى ال ن يَقَ َُع فِ ْي ُِه ُْ َ ل ْال ِح َمى ي ْو ِشكُ ا َُ َالرا ِعى َح ْو َُ ت َواقِعُ ْال َح َر ُِ شب َها َّ ك, ام Artinya: "(Barang yang) haram dan yang halal sudah sangat jelas, tetapi di antara keduanya ada barang-barang yang menyerupai (samar-samar), tidak diperhatikan oleh umumnya manusia maka orang yang memelihara dirinya dari syubhat, berarti bersih agama dan kehormatannya. Sedangkan yang terjerumus ke dalam syubhat, berarti terjerumus pula dalam haram, seperti orang menggembala domba di sekeliling tempat larangan, mungkin lama-lama ia akan melanggar larangan tersebut." c) Taubat Taubat yaitu kembali daripada keburukan kepada kebaikan dengan beberapa syarat yang tertentu. Firman Allah yang bermaksud, “Dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani,” (QS al-Muzammil: 20). Syarat-syarat taubat adalah seperti berikut: 1. Meninggalkan maksiat atau perkara dosa tersebut. 2. Menyesal atas maksiat atau dosa yang telah dilakukan. 3. Bercita-cita tidak akan mengulanginya lagi. 4. Mengembalikan hak-hak makhluk yang dizalimi atau dia ambil. Setiap manusia tidak dapat mengelakkan dirinya daripada tersalah dan terlupa, melainkan manusia yang Ma’asum (terpelihara daripada dosa) seperti rasul-rasul dan nabinabi. Seseorang itu hendaklah bersungguh-sungguh memelihara diri daripada dosa iaitu dengan memelihara seluruh anggota daripada melakukan perkara-perkara yang ditegah oleh agama. Beberapa faedah dan hikmah taubat yaitu: 1. Menghidupkan jiwa yang resah karena dosa 2. Mendekatkan diri kepada Allah SWT 3. Meningkatkan ketaqwaan diri 4. Membenteras tipu daya setan yang selama ini memerangkap manusia dengan berbuat dosa dan maksiat 5. Memperolehi kemuliaan dan anugerah Allah SWT dalam hidup di dunia dan akhirat. d) Zuhud Zuhud artinya meninggalkan dunia melainkan kadar yang patut. Zuhud yang sempurna ialah meninggalkan perkara lain selain Allah SWT. Dunia ialah tiap-tiap perkara yang tidak dituntut oleh syarak dan ianya sebagai tempat bercucuk-tanam (berbuat kebaikan dan amalan shalih) untuk akhirat yang kekal abadi selama-lamanya. 11 Setiap manusia berkehendak kepada beberapa perkara bagi meneruskan hidup yang mana manusia berkehendak kepada makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain lagi. Oleh yang demikian, sifat zuhud itu adalah mencari keperluan hidup sekadar yang boleh membantu ia untuk beribadah kepada Allah SWT. e) Sabar Sabar yaitu menahan diri daripada keluh kesah pada sesuatu yang tidak disukai. Sifat sabar perlu ketika punya untuk menghadapi tiga hal berikut: 1. Menahan diri daripada keluh kesah dan menahan diri daripada mengadu kepada yang lain daripada Allah ketika berlaku sesuatu bala atau bencana. 2. Menahan diri dalam mengerjakan segala perintah Allah. 3. Menahan diri dalam meninggalkan segala larangan Allah. Orang yang beriman kepada Allah mengetahui bahawa segala perkara yang berlaku ke atas drinya adalah kehendak Allah yang tidak dapat dielak lagi. Begitulah juga orang yang taat, tidak akan merasa susah dalam mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. f) Syukur Syukur yaitu mengaku dan memuji Allah atas nikmat yang diberi dan menggunakan segala nikmat itu untuk berbuat taat kepada Allah. Tiap-tiap nikmat yang diberi oleh Allah kepada makhluk-Nya adalah dengan limpah kurniaNya semata-mata, seperti nikmat kesihatan, kekayaan, kepandaian dan sebagainya. Oleh yang demikian, bersyukur dan berterima kasih atas nikmat-nikmat tersebut merupakan suatu kewajipan kepada Allah. Setiap nikmat juga hendaklah disyukuri karena orang yang tidak berterima kasih adalah orang yang tidak mengenang budi. Karena itu, hendaklah digunakan nikmat-nikmat Allah itu untuk menambahkan ibadah kepada Allah dan sangatlah keji dan hina menggunakan nikmatnikmat itu untuk menderhakai Tuhan yang memberi nikmat. g) Tawakal Tawakal yaitu menetapkan hati dan berserah kepada Allah pada segala perkara yang berlaku serta jazam (putus) pada i`tiqad bahwa Allah yang mengadakan dan memerintahkan tiap-tiap sesuatu. Berserah kepada Allah pada segala perkara itu hendaklah disertakan dengan ikhtiar dan usaha kerana Allah menjadikan sesuatu mengikut sebab-sebabnya, seperti dijadikan pandai kerana belajar, dijadikan kaya kerana rajin berusaha atau berjimat cermat dan sebagainya. 2. Akhlak Terhadap Nabi dan Rasul Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, “Sungguh, dalam kisah-kisah para nabi bersama umat mereka ada berbagai pelajaran yang baik bagi orang-orang yang berakal. Dikisahkan di dalamnya orang yang baik dan buruk. Barang siapa melakukan seperti yang mereka perbuat, niscaya dia akan mendapatkan balasan sebagaimana yang mereka dapatkan, kemuliaan (bagi orang yang mengamalkan kebaikan) ataukah kehinaan (bagi orang yang mengamalkan kejelekan). Mereka juga bisa mendapat pelajaran dari berbagai sifat Allah yang sempurna dan hikmah yang agung; yang tidak sepantasnya ada yang diibadahi selain Allah , tidak ada sekutu bagi-Nya.” Berbagai hal gaib yang Allah sebutkan kepada kita dalam al-Qur’an bukanlah berita yang mengada-ada atau dusta. 12 Di antara pelajaran yang sangat mulia dan berharga adalah akhlak luhur yang telah disebutkan contohnya oleh kitab-Nya atau sunnah Rasul-Nya. Berikut ini beberapa di antaranya. a. Ikhlas dalam Berdakwah Dalam surat asy-Syu’ara, Allah mengisahkan dakwah beberapa nabi kepada umat mereka, seperti Nuh, Hud, Shalih, Luth, dan Syu’aib yang menggambarkan keikhlasan dakwah para nabi. Asy-Syaikh as-Sa’di menjelaskan tentang kisah dakwah Nabi Hud kepada kaum ‘Ad di dalam tafsirnya, “Kabilah ‘Ad mendustakan seorang rasul yang diutus kepada mereka, Hud. Konsekuensinya, mereka mendustakan para rasul yang lainnya karena dakwahnya sama. Tatkala saudara mereka, Hud, berkata dengan lemah lembut dan baik, ‘Mengapa kalian tidak bertakwa kepada Allah sehingga meninggalkan syirik dan peribadahan yang ditujukan kepada selain-Nya? Sebab, aku adalah rasul yang tepercaya bagi kalian. Allah mengutusku sebagai bukti kasih sayang dan perhatian-Nya kepada kalian. Aku adalah orang tepercaya yang kalian telah mengetahui hal itu. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.’ Maknanya ‘Tunaikanlah hak Allah, yaitu takwa. Tunaikanlah hakku, yaitu menaatiku semua hal yang aku perintahkan dan yang aku larang. Jadi, ini mengharuskan kalian untuk mengikuti dan menaatiku’. Tidak ada satu penghalang pun yang menghalangi kalian untuk beriman. Aku tidak meminta upah kepada kalian dengan dakwah dan nasihatku ini, yang kalau aku meminta upah tentu kalian berat menanggung utang. Hanya saja balasan (amalku ini) menjadi tanggungan Allah, Dzat yang memelihara mereka dengan nikmat-Nya, yang mencurahkan keutamaan serta kedermawanan-Nya kepada mereka, terkhusus para wali dan nabi. b. Kasih sayang terhadap umat Allah berfirman tentang Nabi Muhammad di dalam kitab-Nya, َُل َر ْح َمةُ ِل ْل َعالَ ِمين ُ َّ َاك ِإ َُ س ْلن َ َو َما أ َ ْر “Dan tiadalah Kami mengutusmu kecuali untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (AlAnbiya: 107). Al-Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “Allah mengutus beliau sebagai bukti kasih sayang (rahmat)-Nya kepada mereka semua. Siapa yang mau menerima rahmat ini dan mensyukurinya, niscaya dia akan bahagia di dunia dan di akhirat. Namun, siapa yang menolak dan menentangnya, dia akan rugi di dunia dan di akhirat.” Di antara contoh yang menunjukkan rahmat para nabi terhadap umatnya adalah sebagai berikut: 1. Kasih sayang Nabi Nuh terhadap anaknya Allah menceritakan dialog mereka, ُ َسآ ِوي ِإل ى َُ ل تَكن َّم َُع ْال َكافِ ِرينَُ )( َقا ُ َ ار َكب َّم َعنَا َو َُّ ََونَادَىُ نوحُ ا ْبنَهُ َو َكانَُ ِفي َم ْع ِزلُ َيا بن ْ ي َ ل ُِ ل بَ ْينَ ُه َما ْال َِم ْو ج َِ ّل َمن َر هح َِم ِۚ َو َحا َِ اّلل هإ ِن أ َ ْم ُِر َه ُْ اص َُم ْاليَ ْو َُم ِم َُ ل َُ اء ُۚ قَا ُِ صم ِني ِمنَُ ْال َم ِ ع َ ل ِ َج َبلُ يَ ْع َِفَ َكانَِ همنَِ ْال ُم ْغ َر هقين Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata, “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab 13 Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orangorang yang ditenggelamkan. (QS Hud: 42-43). 2. Kasih sayang Nabi Ibrahim terhadap ayahnya Allah menceritakan, ِّل َي ْس َم ُِع َو َّل َِ ت هل َِم ت َ ْعبُ ِد ُ َما ِل هِل َ هبي هِه َيا أ َ َب ه َِ صدهيقًا نَ هبيًّا )( هإ ِْذ قَا َِ ب هإب َْرا هه َِوا ْذ ُك ِْر هفي ْال هكتَا ه يم ِۚ هإنَ ِهُ َكانَِ ه ش ْيئًا َِ ع َِ ْص ُِر َو َ نك َ ّل يُ ْغ هني يُب ه Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al- Qur’an) ini. Sesungguhnya ia seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, “Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?” (QS Maryam: 41—42). 3. Belas kasih sayang Nabi Musa terhadap orang-orang yang lemah. Allah berfirman, ل َما َِ ان ِۚ قَا ِْن تَذُودَ ه ِاس يَ ْسقُونَِ َو َو َج ِدَ همن دُونه هه ُِم ْام َرأَتَي ه ِ علَ ْي هِه أ ُ َم ِةً همنَِ النَ ه َ ََولَ َما َو َر ِدَ َما َِء َم ْديَنَِ َو َج ِد ْ خ سقَىِ لَ ُه َما ث َُِم ت َ َولَىِ هإلَى َِ صد َِ َطبُ ُك َما ِۚ قَالَتَا َ عا ُِء ِۚ َوأَبُونَا ْ ُّل نَ ْس هقي َحتَىِ ي َ الر َ َشيْخِ َك هبيرِ )( ف هر ه ِن َخيْرِ فَ هقير ِْ ي هم َِ َت هإل َِ ب هإنهي هل َما أَنزَ ْل ِل َر ه َِ ل فَقَا ِالظ ه ه Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab, “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum penggembalapenggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, “Ya Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS al- Qashash: 23-24) c. Kesabaran Para nabi adalah suri teladan kita dalam menghadapi berbagai problem, baik yang berkaitan dengan dunia maupun agama. Allah memerintahkan bersabar sebagaimana kesabaran para rasul. ِس هل ُ الر ْ فَا ُّ َِصبَ َِر أُولُو ْال َع ْز هِم همن َ صبه ِْر َك َما “Maka bersabarlah kamu seperti rasul-rasul yang mempunyai keteguhan hati.” (QS al-Ahqaf: 35). Mereka bersabar saat berbuat taat kepada Allah dan menahan diri dari berbagai hal yang dilarang-Nya. Berikut ini sebagian contoh yang menggambarkan kesabaran mereka. a. Kesabaran Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih anak lelaki satu-satunya saat itu, yang dicintainya, Isma’il ‘Alaihissalam. Demikian pula kesabaran Nabi Isma’il membantu ayahnya berbuat taat kepada Allah. Allah menceritakan peristiwa tersebut dalam firman-Nya, ِين فَلَ َما أ َ ْسلَ َما َوتَلَ ِهُ هل ْل َج هب ه “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).” (QS ash-Shaffat: 103) 14 Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, “Isma’il menginjak masa dewasa. Umumnya, usia dewasa lebih disenangi oleh kedua orang tuanya. Sungguh, masa susah mengasuh dan mengawasi telah berlalu. Telah datang masa sang anak memberi manfaat. Ibrahim sebagai ayahnya berkata, ‘Sungguh aku melihat dalam mimpiku aku menyembelihmu.’ Maknanya, adalah Allah memerintahku untuk menyembelihmu (karena mimpi para nabi adalah wahyu). Pikirkanlah, apa pendapatmu? Karena perintah Allah harus dilaksanakan, Isma’il menjawab dengan sabar dan mengharapkan pahala serta rela terhadap perintah Allah, sekaligus dalam rangka berbuat baik kepada ayahnya. Ia katakan, ‘Wahai ayahanda, tunaikanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Engkau akan mendapati diriku, insya Allah, termasuk orang-orang yang sabar’.” b. Kesabaran Nabi Yusuf tatkala menghadapi godaan dan makar istri pembesar. Firman Allah, ْ ابِ َوقَا َل ُاّللهِ ِۚ هإنَ ِه َِ ك ِۚ قَا َِ َْت ل َِ تِ َهي عن نَ ْف هس هِه َوغَلَقَ ه َ َل َم َعا ِذ َ تِ ْاِلَب َْو َ َو َر َاودَتْ ِهُ الَتهي ُه َِو فهي بَ ْي هت َها َ ح َِالظا هل ُمون ُِ ّل يُ ْف هل َِ ُاي ِۚ إهنَ ِه َِ سنَِ َمثْ َو َ َربهي أَ ْح Wanita (istri pembesar) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, “Marilah ke sini.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. (QS Yusuf: 23). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Kesabaran Nabi Yusuf menghadapi godaan istri pembesar dalam berbagai keadaan itu lebih sempurna daripada kesabarannya menghadapi makar saudara-saudaranya yang memasukkannya ke dalam sumur, menjualnya (sebagai budak), dan memisahkannya dengan ayahnya. Sebab, dia tidak mampu mengelak menghadapi cobaan dari saudar-saudaranya. Jadi, pada keadaan tersebut, seorang hamba tidak memiliki pilihan selain sikap sabar. Adapun kesabarannya terhadap maksiat adalah karena pilihan, keridhaan, dan kewajiban memerangi hawa nafsu. Padahal, banyak faktor yang mendukungnya bermaksiat itu: (1) Syahwat sebagai seorang pemuda yang lazimnya memiliki nafsu kuat; (2) seorang lajang yang tidak memiliki tempat untuk menyalurkan syahwatnya; (3) seorang asing di negeri itu; orang asing biasanya tidak malu melakukan sesuatu yang menyebabkan malu kalau dilakukan di depan teman, kenalan, dan keluarganya; (4) statusnya sebagai budak; status budak biasanya tidak menjadi penghalang untuk melakukan perbuatan itu, berbeda halnya dengan orang merdeka; (5) istri si pembesar adalah wanita yang cantik, berkedudukan, sekaligus sebagai tuannya, dalam keadaan para pelayan yang lain tidak ada; (6) wanita itu juga yang mengajaknya bermaksiat, dalam keadaan sangat bernafsu; (7) wanita itu mengancam beliau q dengan penjara dan hinaan apabila tidak mau menurutinya. Meski demikian, Yusufq memilih bersabar. Beliau lebih memilih apa yang ada di sisi Allah. (Madarijus Salikin, 2/156). c. Kesabaran Nabi Musa dan Harun menghadapi para penguasa yang zalim, seperti Fir’aun, Qarun, dan Haman. Allah berfirman, ن هعن هدنَا قَالُوا ا ْقتُلُوا ِْ ق هم ِاحرِ َكذَابِ )( فَلَ َما َجا َء ُهم به ْال َح ه س ه ُ َع ْونَِ َوهَا َمانَِ َوق َ إلَىِ فه ْر َ ارونَِ فَقَالُوا ِض ََلل َِ سا َء ُه ِْم ِۚ َو َما َك ْي ِد ُ ْال َكا هف هرينَِ هإ َ ّل هفي َ أ َ ْبنَا َِء الَذهينَِ آ َمنُوا َم َع ِهُ َوا ْست َ ْحيُوا هن Kepada Firaun, Haman, dan Qarun; mereka berkata, “(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.” Tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata, “Bunuhlah anak-anak orang yang beriman bersamanya dan biarkanlah 15 hidup wanita-wanita mereka.” Tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka). (QS Ghafir: 24-25). d. Kesabaran Nabi Ya’qub menghadapi dan menasihati anakanaknya yang berbuat zalim terhadap saudara mereka, Yusuf. Allah berfirman, ِس ُك ْم ِْ َس َول ِْ ل َب َِ صا هدقُونَِ )( قَا َِ ل ْالقَ ْريَ ِةَ الَتهي ُكنَا فهي َها َو ْال هع َِواسْأ َ ه ُ ُت لَ ُك ِْم أَنف َ ل َ َير الَتهي أ َ ْقبَ ْلنَا فهي َها ِۚ َوإهنَا ل اّللُ أَن يَأ ْ هتيَ هني هب هه ِْم َج هميعًا ِۚ هإنَ ِهُ ُه َِو ْالعَ هلي ُِم ْال َح هِكي ُِم )( َوتَ َولَىِ َع ْن ُه ِْم َِ سى َ ِۚ ِصبْرِ َج هميل َ ع َ َأ َ ْم ًرا ِۚ ف ِن فَ ُه َِو َك هظيم ِع ْينَاِهُ همنَِ ْال ُح ْز ه ِْ ف َوا ْب َيض َِ س َِ َوقَا ُ علَىِ يُو َ َت َ ِسفَى َ َ ل َيا أ Tanyalah (penduduk) negeri yang kami berada di situ, dan kafilah yang kami datang bersamanya, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar. Ya’qub berkata, “Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Semoga Allah mendatangkan mereka semua kepadaku; sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” Ya’qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, “Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf,” dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). (QS Yusuf: 82-84). d. Rasa Syukur Allah Yang Maha Bijaksana tidaklah mengaruniakan satu nikmat pun kecuali agar hamba bersyukur kepada-Nya dan semakin menyempurnakan keimanan serta ketakwaan kepadaNya. Suri teladan kita adalah Nabi Sulaiman dan Rasulullah Muhammad saw. Allah berfirman tentang Nabi Sulaiman yang meminta kepada para pembesar di kerajaan untuk mendatangkan singgasana Ratu Saba. َ ْك ِك ِۚ فَلَ َما َرآِهُ ُم ْست َ هق ًّرا هعندَِهُ قَا َل َِ ُط ْرف َِ ل أَن َي ْرت َ ِدَ هإلَي َِ يك هب هِه قَ ْب َِ ب أَنَا آته ِل الَذهي هعندَِهُ هع ْلمِ همنَِ ْال هكتَا ه َِ قَا ن َربهي َِ ش َك َِر فَإهنَ َما يَ ْش ُك ُِر هلنَ ْف هس هِه ِۚ َو َمن َكفَ َِر فَإ ه ِض ه َ ل َربهي هل َي ْبلُ َو هني أَأ َ ْش ُك ُِر أ َ ِْم أ َ ْكفُ ُِر ِۚ َو َمن ْ ََهذَا همن ف َ ِغنهيِ َك هريم Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Barang siapa ingkar, sesungguhnya Rabbku Mahakaya lagi Mahamulia.” (QS an-Naml: 40). Asy-Syaikh as-Sa’di menjelaskan, “Sulaiman tidak tertipu (menjadi sombong dan angkuh) dengan kekayaan dan kekuasaannya. Beliau justru sadar bahwa hal itu adalah ujian dari Rabbnya sehingga khawatir kalau beliau tidak mensyukuri nikmat itu. Kemudian beliau menjelaskan bahwa rasa syukur hamba itu tidak memberikan manfaat bagi Allah, tetapi bagi pelakunya.” Ibadah Rasulullah Saw yang sempurna menunjukkan rasa syukurnya yang sempurna kepada Allah. Dari ‘Aisyah, beliau berkata, “Suatu malam, Nabi Saw berdiri shalat dengan lama hingga kedua tumitnya pecah-pecah dan berdarah. Aku berkata, ‘Mengapa engkau melakukan hal ini, wahai Rasulullah? Padahal telah diampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?’ Beliau Saw menjawab, ‘Tidak pantaskah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?’” (HR. al-Bukhari dan Muslim) e. Kejujuran Kejujuran baik dalam hal ucapan, perbuatan, dan keyakinan diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya Saw dalam kitab-Nya dan Sunnahnya. Allah memerintahkan, 16 َِصا هد هقين ََِ َيا أَيُّ َها ِالَذهينَِ آ َمنُوا اتَقُوا َ اّلل َو ُكونُوا َم َِع ال “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (at-Taubah: 119) Rasulullah Saw bersabda yang artinya, “Sesungguhnya kejujuran itu akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menuntun ke dalam jannah.” (Muttafaqun alaih dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu). Berikut ini kisah beberapa nabi yang menunjukkan kejujuran mereka. a. Kejujuran Isa bin Maryam Allah berfirman, ِاّلل ِۚ قَا َل ُِون َه ِْن همن د ه ِي هإ َل َهي ه َِ اس ات َ هخذُونهي َوأ ُ هم ِ ت هللنَ ه َِ نت قُ ْل َِ َ سى ابْنَِ َم ْر َي َِم أَأ َِ ل َِ َو هإ ِْذ َقا َ اّللُ َيا هعي ع هل ْمت َ ِهُ ِۚ تَ ْعلَ ُِم َما فهي نَ ْف هسي ِ ْس هلي هب َح َِ ل َما لَي َِ ن أَقُو ِْ َ ون هلي أ ُِ َك َما َي ُك َِ س ْب َحان ُ َ ق ِۚ هإن ُكنتُِ قُ ْلت ُ ِهُ فَقَ ِْد َِ ن ا ْعبُدُوا ِّل َما أ َ َم ْرتَ هني به هِه أ َ ه َِ ب )( َما قُ ْلتُِ لَ ُه ِْم إه ِع ََل ُِم ْالغُيُو ه َِ َ ك أ َِ َك ِۚ إهن َِ ّل أ َ ْعلَ ُِم َما فهي نَ ْف هس َِ َو َ نت َاّلل ِۚ علَِ ْي هه ِْم َِ الر هق َِ َنت أ َِ ش ههيدًا َما د ُْمتُِ هفي هه ِْم ِۚ فَلَ َما تَ َوفَ ْيت َ هني ُك َ علَ ْي هه ِْم َ نت َ يب َ َُِر هبي َو َربَ ُك ِْم ِۚ َو ُكنت ِش ههيد ِعلَىِ ُك ه َِ َ َوأ َ ِش ْيء َ ل َ نت Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’.” Isa menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui urusan yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku yaitu, ‘Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu,’ dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu’.” (QS al-Maidah: 116-117). b. Kejujuran Adam dan Hawa. Mereka berdua dilarang oleh Rabbnya makan dari sebuah pohon. Setelah itu, keduanya sadar dari tipu daya iblis yang menghasut mereka berdua sehingga melanggar larangan-Nya. Allah mengisahkan pengakuan keduanya, َ س ْوآت ُ ُه َما َو َ فَدَ َّل ُه َما بهغُ ُرورِ ِۚ فَلَ َما ذَاقَا ال ِق ْال َجنَ هة ِعلَ ْي هه َما همن َو َر ه ِصفَ ه ِْ َش َج َرِة َ بَد َ ان ط هفقَا َي ْخ ه َ ت لَ ُه َما َ ش ْي َ ن ال َ عن ته ْل ُك َما ال ِعد ُوِ ُّم هبين َِ طانَِ لَ ُك َما َِ ش َج َرةهِ َوأَقُل لَ ُك َما هإ َ ِۚ َونَادَا ُه َما َربُّ ُه َما أَلَ ِْم أ َ ْن َه ُك َما Setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasakan buah pohon itu, tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Rabb mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu, ‘Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?’.” (QS alA’raf: 22). 3. Akhlak terhadap Manusia a) Husnuzhan Husnuzhan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berpikir dan berprasangka baik kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif, dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas. Nilai dan manfaat dari sikap husnuzan kepada manusia adalah: 17 • Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik. • Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama. • Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain. b) Dermawan Dermawan adalah suatu perilaku sesorang yang selalu berusaha ingin menolong dan meringankan bebang orang lain yang membutuhkan bantuan, baik diminta maupun tidak, baik berupa harta, tenaga, pikiran, dan lain-lain dengan penuh kasih sayang dan hati yang ikhlas. Manfaat Dermawan: • Membagi kegembiraan kepada orang lain • Lebih disukai orang lain yang ada di sekitarnya • Menghilangkan kesenjangan sosial di lingkungannya Allah SWT berfirman pada surat Al-Maidah [5] / 2: “Hendaklah kamu tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan dan takwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran” Sungguh besar balasan dari Allah SWT bagi orang yang dermawan: “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT adalah serupa dengan 1 benih yang menumbuhkan 7 butir, pada tiap-tiap butir seratus biji (1x7x100 = 700), Allah swt. melipat gandakan/pahala bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah SWT Maha luas / karunia- Nya lagi maha mengetahui” (Al Baqarah : 261). c) Tawadhu’ Ini lawan dari kata sombong. Sikap tawadhu’ tampak ada perilaku rendah hati seseorang, baik ucapan maupun perbuatan. Orang yang tawadhu’ akan mendapatkan beberapa hikmah: • Dihormati orang lain • Lebih mudah mendapatkan ilmu 2. Akhlak Madzmumah (Akhlak Tercela) Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak mahmudah Jenis Akhlak Mazmumah (Akhlak Tercela) Adapun macam-macam akhlak tercela dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian sebagai berikut: a. Akhlak Mazmumah terhadap Allah SWT • Syirik (Mempersekutukan Sesuatu dengan Allah) Syirik merupakan bahaya yang terbesar dan penyakit yang paling berbahaya. pembahasan syirik dalam pembahasan penyakit hati ini karena sumber kesyirikan bermula dari keyakinan (i’tiqad) yang ada di dalam hati. Perlu pembaca ketahui bahwa ulama membagi jenis syirik menjadi dua bagian: a) Syirik Akbar (besar) 18 Syirik akbar merupakan dosa yang terbesar yang tidak akan diampuni oleh Allah apabila tidak bertaubat. Diharamkan baginya Surga, kekal di dalam neraka dan membatalkan semua amalan-amalan yang lalu. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ : 48). b) Syirik Ashghar (kecil) Di bawah kehendak Allah. Kalau Allah mengampuni pelakunya maka tidak diadzab dan kalau tidak diampuni, pelakunya masuk terlebih dahulu di neraka meskipun setelah itu dimasukkan ke dalam Surga, tidak kekal dalam neraka (kalau dia dimasukkan ke dalam neraka), tidak membatalkan semua amalan tetapi sebatas yang dilakukan dan tidak diharamkan baginya Surga. • Takabbur (sombong) Takabbur yaitu membesarkan diri atau berkelakuan sombong dan bongkak. Orang yang takabbur itu memandang dirinya lebih mulia dan lebih tinggi pangkatnya daripada orang lain serta memandang orang lain itu hina dan rendah pangkat. Sifat takabbur ini tiada sebarang faedah malah membawa kepada kebencian Allah dan juga manusia dan kadangkala membawa kepada keluar daripada agama kerana enggan tunduk kepada kebenaran. • ‘Ujub (bangga diri) ‘Ujub yaitu merasa atau menyangka dirinya lebih sempurna. Orang yang bersifat ‘ujub adalah orang yang timbul dalam hatinya sangkaan bahwa dia lebih sempurna dari semua sisi. Dengan demikian, maka timbullah perasaan menghina dan memperkecil-kecilkan orang lain dan lupa bahwa tiap-tiap sesuatu itu ada kelebihannya. • Hasad (dengki) Hasad yaitu menginginkan nikmat yang diperolehi oleh orang lain hilang atau berpindah kepadanya. Seseorang yang bersifat dengki tidak ingin melihat orang lain mendapat nikmat atau tidak ingin melihat orang lain menyerupai atau lebih daripadanya dalam sesuatu perkara yang baik. Orang yang bersifat demikian seolah-olah membangkang kepada Allah kerana mengurniakan sesuatu nikmat kepada orang lain. Orang yang berperangai seperti itu juga senantiasa dalam keadaan berdukacita dan iri hati kepada orang lain yang akhirnya menimbulkan fitnah dan hasutan yang membawa kepada bencana dan kerusakan. • Hubbud dunya (cinta dunia) Yang dimaksud cinta dunia yaitu mencintai perkara-perkara yang berbentuk keduniaan yang tidak membawa kebaikan untuk akhirat. Banyak kesenangan dan kemewahan dunia yang diingini manusia. Di antara perkara-perkara tersebut ada yang tidak dituntut oleh agama dan tidak menjadi kebajikan di akhirat. Karena itu, cintailah dunia sekadarnya. Seandainya kita harus mengambil kebaikan dunia, kita harus pastikan bahwa hal itu ada manfaatnya untuk akhirat. Jadikan dunia untuk menanam kebaikan di akhirat. • Nifaq Nifaq menurut syara’ (terminologi) berarti menampakkan keIslaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena dia masuk pada 19 syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Karena itu Allah memperingatkan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu mereka adalah orang-orang yang fasiq.” (QS At-Taubah: 67). Menurut al-Hafizh Ibnu Katsir mereka adalah orang-orang yang keluar dari jalan kebenaran masuk ke jalan kesesatan. Allah menjadikan orang-orang munafiq lebih jelek dari orang-orang kafir. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari Neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS an-Nisaa’: 145). Nifaq ada dua jenis: a. Nifaq I’tiqadi (Keyakinan) Yaitu nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan keIslaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan pelakunya keluar dari agama dan dia berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok dan mencaci agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafiq jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk ke dalam agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap agama dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi, juga agar mereka bisa hidup bersama ummat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka. Karena itu, seorang munafiq menampakkan keimanannya kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya dan Hari Akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat macam, yaitu: • Mendustakan Rasulullah saw atau mendustakan sebagian dari apa yang beliau bawa. • Membenci Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau membenci sebagian apa yang beliau bawa. • Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam. • Tidak senang dengan kemenangan Islam b. Nifaq ‘Amali (Perbuatan) Yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama, tetapi merupakan wasilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifaq. Lalu jika perbuatan nifaqnya banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia ke dalam nifaq sesungguhnya, berdasarkan sabda Nabi saw: ٌاق َحّت ٌِ َو َم ٌْن ََكن َتٌْ ِف ْي ٌِه خ َْص ٌَل ِمْنْ ُنٌ ََكن َتٌْ ِف ْي ٌِه خ َْص َلٌ ِم ٌَن النِِّ َف،َأ ْربَعٌ َم ٌْن ُكنٌ ِف ْي ٌِه ََك ٌَن ُمنَا ِفقاٌ خَا ِلصا .َاصٌ فَ َج ٌَر ٌَ َوا َذا َحد، ا َذا ْاؤتُ ِم ٌَن خ ََان،يَدَ َعهَا َ َ َوا َذا خ، َوا َذا عَاهَدٌَ غَدَ َر،ث َك َذ َب ِ ِ ِ ِ “Ada empat hal yang jika terdapat pada diri seseorang, maka ia menjadi seorang munafiq sejati, dan jika terdapat padanya salah satu dari sifat tersebut, maka ia memiliki satu karakter kemunafikan hingga ia meninggalkannya: 1) jika dipercaya ia berkhianat, 2) jika berbicara ia berdusta, 3) jika berjanji ia memungkiri, dan 4) jika bertengkar ia melewati batas.” 20 Terkadang pada diri seorang hamba terkumpul kebiasaan-kebiasaan baik dan kebiasaankebiasaan buruk, perbuatan iman dan perbuatan kufur dan nifaq. Karena itu, ia mendapatkan pahala dan siksa sesuai konsekuensi dari apa yang ia lakukan, seperti malas dalam melakukan shalat berjama’ah di masjid. Ini adalah di antara sifat orang-orang munafik. Sifat nifaq adalah sesuatu yang buruk dan sangat berbahaya, sehingga para Sahabat Radhiyallahu anhum begitu sangat takutnya kalau-kalau dirinya terjerumus ke dalam nifaq. c. Akhlak Mazmumah terhadap Manusia • Al-Ghibah Yaitu menggunjing atau mengumpat. Menggunjing adalah mengatakan keadaan orang lain dibelakangnya dengan celaan kepada orang-orang yang ada dimukanya, dengan tujuan untuk menjatuhkan nama orang tersebut atau tujuan lain, meskipun memang sebenarnya keburukan itu ada pada orang yang digunjingnya. Bila tidak ada, hal itu merupakan fitnah. Firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 12 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sebagian kecurigaan itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang, dan janganlah mempergunjingkan orang satu sama lain.” • Al-Bukhlu Yaitu kikir. Orang yang kikir, tidak mau membelanjakan hartanya, baik untuk dirinya, misalnya biar makan tidak baik dan bergizi, padahal uang ada, baik untuk kepentingan keluarganya, maupun untuk kepentingan orang banyak, yang merupakan zakat, infak atau sadakah. Bagi orang yang kikir, mendengar istilah-istilah tersebut bagaikan petir di siang hari. Sifat kikir ini dapat mempersempit pergaulan, sering menuduh orang tama’ (ingin diberi). Kemudian orang yang kikir itu apabila hartanya telah berkumpul, ia merasa kaya dan tidak lagi memerlukan bantuan orang lain yang juga lupa kepada pemberinya. Allah berfirman dalam surat al-Lail ayat 8-10 yang artinya, “Tetapi orang yang kikir dan merasa dirinya serba cukup, dan mendustakan yang baik, akan kami mudahkan baginya (jalan) kesukaran.” • Ghadab Ghadhab (pemarah) berarti sifat pemarah, yaitu marah yang bukan pada menyeru kebaikan atau mendekati kejahatan. Sifat pemarah adalah senjata bagi yang menjaga hak dan kebenaran. Oleh karena itu, seseorang yang tidak mempunyai sifat pemarah akan dizalimi dan akan dicerobohi hak-haknya. Sifat pemarah yang dicela ialah marah yang bukan pada tempatnya dan tidak dengan sesuatu sebab yang benar. • al-Ananiah Yaitu sifat egois, tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Manusia sebagai makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial. Oleh karenanya, dalam mengejar kepentingan pribadi, hendaknya memperhatikan kepentingan orang lain janganlah boros dan juga kikir, namun hendaknya berada di antaranya yaitu pemurah. Firman Allah Swt dalam surat Al-Isra ayat 29 yang artinya: “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu ke kuduk, dan janganlah pula engkau kembangkan seluasluasnya, nanti engkau duduk tercela dan sengsara.” 21 Nabi Terjaga dari Dosa, tapi Banyak Beristigfar Perlu diingat selalu, bahwa Nabi kita Muhammad , pemimpinnya anak manusia, menggucapkannya istigfar lebih banyak dari 70 kali di dalam sehari. ِاّلل ِل َه َِ سو َ َيقُو ُلِ « َو- صلى هللا عليه وسلم- اّلل ُ س هم ْعتُِ َر َ َ عن أَبُي ُه َري َْرِة َ َ ِاّللِه هإ هنى ِل َ ْستَ ْغ هف ُر » ً س ْب هعينَِ َم َرِة ِْ وب هإلَ ْي هِه هِفى ْال َي ْو هِم أَ ْكث َ َِر هم ُِ ُ َوأَت َ ن Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar beristighfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya, lebih banyak dari 70 kali dalam sehari.” (HR. Bukhari). Perlu diingat selalu, bahwa Rasulullah yang selalu diberi petunjuk, jika mendapati sesuatu menghalau di dalam hatinya, beliau mengucapkannya sebanyak 100 kali dalam sehari. ِل « هإنَ ِهُ لَيُغَا ُن َِ قَا-صلى هللا عليه وسلم- اّلل ِل َه َِ سو َِ َ أ- ِص ْح َبة ِْ َو َكان- ى ِن اِلَغ هَرِ ْال ُمزَ نه ه ِع ه ُ ن َر ُ َُت لَ ِه َ ْ ْ َ َ ِاّلل فهى اليَ ْو هِم همائ َ ِة َم َرة ََِ علَى قَل هبى َو هإنهى ِل ْستَ ْغ هف ُِر َ Artinya: “Al-Agharr Al-Muzani, beliau memiliki pershahabatan dengan Rasulullah saw, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya benar-benar terhalang atas hatiku dan sungguh aku benar-benar berisatighfar kepada Allah di dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim) Lalu bagaimanakah dengan kita yang hatinya tidak selalu terjaga dan tidak selalu mendapat petunjuk? Bukankah lebih harus banyak beristighfar? Perlu diingat selalu, bahwa Rasulullah seorang yang diampuni dosa yang telah lalu dan yang akan datang, beliau mengucapkannya setiap kali duduk bermajelis sebanyak 100 kali. « ِاح هِد همائ َ ِةَ َم َرة ِ فهى ْال َم ْج هل ه-صلى هللا عليه وسلم- اّلل ِل َه ِسو ه ِْ ل هإ َِ ع َم َِر قَا ِن اب ه ِع ه س ْال َو ه ُ ْن ُ ن ُكنَا لَنَعُ ِدُّ هل َر َ .» الر هحي ُِم ُِ ت الت َ َو َِ ك أ َ ْن َِ َى هإن َِ َعل َِر ه َ اب َ ِْب ا ْغ هف ِْر هلى َوتُب Artinya: “Abdullah bin Umar berkata: “Sungguh kami dulu benar-benar menghitung dari Rasulullah di dalam satu majelis sebanyak 100 kali beliau mengucapkan: Rabbighfir lii wa tub ‘alayya, innaka Anta at-tawwabu ar-rahim.” (HR Abu Daud). 22 Materi X ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh ibadahnya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahkan di dalam al-Quran sendiri Allah menyatakan bahwa hanya orang yang berilmulah yang benar-benar takut kepada Allah. Dialog antara Allah dengan malaikat ketika Allah akan menciptakan manusia, dan malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, Allah membuktikan keunggulan manusia daripada malaikat dengan kemampuan manusia menguasai ilmu melalui kemampuan menyebutkan nama-nama. Seni Islam murni melahirkan bentuk praktik yang dapat membuat manusia merenungkan keesaan Ilahi. Begitu pula dengan semua ilmu yang bersifat Islami menunjukkan kesatupaduan dan saling berhubungan dari segala yang ada. Kedua hal ini, seni dan ilmu pengetahuan yang bersifat Islami, menjadikan manusia dapat menuju ke arah perenungan keagungan dan keesaan Ilahi. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam praktek mampu mengangkat harkat dan martabat manusia karena malalui ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, manusia mampu melakukan eksplorasi kekayaan alam yang disediakan oleh Allah. Karena itu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, nilai-nilai Islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia. Perbedaan antara Ilmu dan Pengetahuan Banyak orang menganggap bahwa antara ilmu dan pengetahuan adalah dua hal yang sama, padahal sebenarnya antara keduanya berbeda. Ditinjau dari segi pengertiannya, Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta, baik itu yang bersifat natural maupun sosial yang berlaku umum dan sistematis atau pengetahuan yang sudah diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematis. Sedangkan, pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh Pengertian dan Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan seseorang/kelompok dan belum dapat dipelajari oleh umum. Pengetahuan bisa menjadi ilmu apabila telah dikaji dan diuji sehingga bisa tersedia untuk umum. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Berdasarkan sudut pandang filsafat ilmu, Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui pancaindra. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun, diklasifikasikan, dan diverifikasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam Al-Quran ilmu digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Jadi, antara ilmu dan pengetahuan tidak dapat disamakan. Secara garis perbedaan antara ilmu dan pengetahuan adalah sebagai berikut: a) Ilmu bersifat umum, sedangkan pengetahuan bersifat individual atau kelompok Guru dari suatu ilmu adalah ilmu itu sendiri, orang yang berperan dalam penyampaian ilmu hanyalah pengajar/pengampu, sedangkan guru dari pengetahuan adalah orang yang memiliki pengetahuan itu. b) Ilmu telah diuji dan dikaji, sedangkan pengetahuan belum. 23 Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku umum, sedangkan pengetahuan belum disusun secara sistematis karena belum dicoba dan diuji. Fungsi Kemajuan Teknologi Kemajuan IPTEK yang telah dicapai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Dampak positif dan dampak negative dari perkembangan teknologi dilihat dari berbagai bidang: 1. Bidang Informasi dan komunikasi Dalam bidang informasi dan komunikasi telah terjadi kemajuan yang sangat pesat. Dari kemajuan dapat kita rasakan dampak positifnya antara lain: • Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui internet • Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya dengan melalui handphone • Kita mendapatkan layanan bank yang dengan sangat mudah. Disamping keuntungan-keuntungan yang kita peroleh ternyata kemajuan kemajuan teknologi tersebut dimanfaatkan juga untuk hal-hal yang negatif, antara lain: • Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas). • Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang bisa disalah gunakan fihak tertentu untuk tujuan tertentu. • Kerahasiaan alat tes semakin terancam Melalui internet kita dapat memperoleh informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi secara langsung dari internet. • Kecemasan teknologi. 2. Bidang Ekonomi dan Industri Dalam bidang ekonomi teknologi berkembang sangat pesat. Dari kemajuan teknologi dapat kita rasakan manfaat positifnya antara lain: • Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi • Terjadinya industrialisasi • Produktifitas dunia industri semakin meningkat. • Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki. • Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi. Meskipun demikian, ada pula dampak negatifnya antara lain: 1. Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental “instant”. 3. Bidang Sosial dan Budaya. 24 Akibat kemajuan teknologi bisa kita lihat: a) Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. b) Meningkatnya rasa percaya diri. Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik. c) Tekanan, kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalis. 4. Bidang Pendidikan Teknologi mempunyai peran yang sangat penting dalam bidang pendidikan antara lain: a) Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. b) Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. c) Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. 5. Bidang politik • Timbulnya kelas menengah baru Pertumbuhan teknologi dan ekonomi di kawasan ini akan mendorong munculnya kelas menengah baru. • Proses regenerasi kepemimpinan. • Di bidang politik internasional, juga terdapat kecenderungan tumbuh berkembangnya regionalisme. Bukti Kejayaan Umat Islam di Bidang Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam zaman Daulah Abbasiyah, masa meranumlah kesusasteraan dan ilmu pengetahuan, disalin ke dalam bahasa Arab, ilmu-ilmu purbakala. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Zaman ini adalah zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya tentang Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaan. Dalam zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam, dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Masa Daulah Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam mengembangkan ilmu pengetahuan, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah.Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan merefleksikan terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada alam pemikiran Islam pada abad ke-8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan kebudayaan Yunani dan Persia. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. 25 Kegemilangan Iptek di Masa Kejayaan Islam Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M/132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah alMutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam. Di era ini, lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia. Antara lain: • Al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma). • Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu udara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat. • Al-Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun bunga dan tidak pernah 7 atau 9. • Ar-Razi. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi dikenali Rhazes di dunia barat, seorang pakar sains Iran (864 – 930), Lahir di Rayy, Teheran. Sejak muda mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Ia dipercaya memimpin rumah sakit di Rayy lalu Muqtadari di Baghdad. Diketahui sebagai ilmuwan serbabisa. • Az-Zahrawi. Abu Qasim az-Zahrawi (1000 M) (Menemukan teori pembedahan) atTashrif Liman ajiza at-Ta’lif terdiri 30 jilid, berasal Spanyol. Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama "El Zahrawi". Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. • Jabir Ibnu Hayyan (815 M). Seorang ilmuwan yang dianggap paling pantas menyandang gelar ahli kimia Arab pada masa awal perkembangannya. Abu Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kufi as-Sufi adalah nama lengkap Jabir Ibnu Hayyan. Ia lahir pada tahun 721 dan dibesarkan dalam keluarga dokter. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Jabir adalah keturunan Yunani yang memeluk agama Islam. • Ibnu Rusyd adalah seorang ilmuwan muslim yang cerdas dan menguasai banyak bidang ilmu, seperti al-Quran, fisika, kedokteran, biologi, filsafat, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir pada tahun 1198 di Kordoba, Spanyol. Di Barat, ia dikenal dengan nama Averroes. Ayah Ibnu Rusyd adalah seorang ahli hukum yang cukup berpengaruh di Kordoba. Sementara itu, banyak saudaranya menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang keluarganya itulah yang sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat intelektualitas Ibnu Rusyd di kemudian hari. Ibnu Rusyd adalah seorang tokoh perintis ilmu jaringan tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar. • Al-Kindi (pengarang 270 buku, ahli music, farmasi dll). Hidup pada masa penerjemahan besar-besaran karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Di samping menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya. Karena keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di istana dan menjadi guru putra Khalifah al-Mu’tasim, Ahmad. 26 • Biri Rais nama aslinya Muhyidin Rais (1465-1555 M). Membuat peta dunia terlengkap dan menemukan benua Amerika. Columbus juga menemukan benua Amerika tahun 1492 M. Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur Masjid Agung Cordoba, Blue Mosque di Istanbul, menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Ada tiga inti ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga inti ajaran itu terintegrasi di dalam sebuah sistem ajaran yang disubut Dienul Islam. Dalam Al-Qur’an surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu, dan amal atau akidah, syariah dan akhlak dengan menganalogkan bangunan Dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Iman diidentikan dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahandahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon identik dengan teknologi dan seni. Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal saleh apabila perbuatan baik tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Iptek yang lepas dan keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia. Keutamaan Orang yang Berilmu dan Beriman Allah Ta’ala menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang berilmu dan beriman kepada-Nya. Hal ini senada dengan surat al-Mujaadilah ayat 11. ْ سحواُ ِف َّ ِسح ُُۖو ِإذَاُ ِقي َلُانشزوا َُّ ََياُأَيُّ َهاُالَّذِينَ ُآ َمنواُ ِإذَاُ ِقي َلُلَك ْمُتَف َ سحواُ َي ْف َ يُال َم َجا ِل ِسُفَا ْف َ ُُاَّللُلَك ْم ْ ُوالَّذِينَ ُأوت َّ ُو َّ ِفَانشزواُيَ ْرفَع ُاَّللُ ِب َماُتَ ْع َملونَ ُ َخ ِبير ِ ُاَّللُالَّذِينَ ُآ َمن َ ُواُال ِع ْل َمُدَ َر َجات َ واُمنك ْم “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: ‘Berilah kelapangan dalam majelis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Mujaadilah: 11] Betapa banyak manusia yang tergiur, silau dan terlena dengan harta, meraihnya tanpa pernah merasa puas, ketika seseorang merasa kekurangan, maka ia mencarinya dan setelah tercukupi ia akan terus menuntutnya sampai tiba ajalnya. Begitulah karakter dari 27 sebuah kehidupan dunia yang menawarkan kegemerlapan dan kemewahan yang tak berujung kepuasan. Makanya ada sebuah untaian doa yang indah “Ya Allah aku berlindung dari (mengikuti) ajakan nafsu yang sejatinya tidak akan pernah memuaskan.” Harta benda yang selalu ditumpuk oleh seseorang, pasti akan meninggalkannya cepat atau lambat dan membiarkan pemiliknya masuk ke dalam liang lahat. Sedangkan para pencari ilmu, ia akan selalu di jalan Allah Ta’ala dan menemaninya ketika di dunia sampai dihantarkannya ke dalam kubur serta membawanya kepada tempat yang dirindukan yaitu Surga. Di antara keutamaan manusia berilmu sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan sunnah: 1. Dimudahkan jalan menuju surga Rasulullah saw memuji para penuntut ilmu di dalam sabdanya: َ ُُُاَّللُلَه َ ُسلَ َك َّ س َّه َل ُط ِريقاُإِلَىُال َجنَّ ِة َ ُط ِريقاُيَ ْلت َ ِمسُفِي ِهُ ِع ْلما َ َُم ْن “Barang siapa menempuh jalan guna mencari Ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim) 2. Disejajarkan dalam persaksian dengan para malaikat Allah berfirman: ْ ُال َع ِزيز ْ ْطُ َُلُ ِإلَهَُ ِإ َّلُه َو ْ ُوأول َّ َش ِهد ُُال َح ِكيم َُ ُاَّللُأَنَّه َُلُ ِإلَهَُ ِإ َّلُه َو َ ِ وُال ِع ْل ِمُقَا ِئماُ ِب ْالُِقس َ ُو ْال َم َال ِئ َكة “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,” (QS: Ali Imran ayat 18) 3. Menjadi juru bicara untuk membantah para pendosa “Sesungguhnya kehinaan dan azab hari ini ditimpakan atas orang-orang yang kafir”, (QS: An Nahl ayat 27). “dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; “Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)”. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; Maka Inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya).” (QS: Ar Ruum ayat 55-56) 4. Dibukakan pikiran dan mata hati “dan orang-orang yang berusaha untuk (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan mereka dapat melemahkan (menggagalkan azab kami), mereka itu memperoleh azab, Yaitu (jenis) azab yang pedih. dan orang-orang yang diberi ilmu (ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu Itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS: Saba’ ayat 5-6) 5. Lebih utama dari ahli ibadah Rasulullah saw pernah bersabda: “Keutamaan orang alim atas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah dari kalian” (HR. Tirmidzi) Dalam riwayat lain disebutkan: “Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang-bintang.” [Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Hibban, dan itu sepotong dari hadits Abu Darda’] 28 6. Didoakan seluruh penduduk langit dan bumi Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia.” (HR atTirmidzi dan Ath-Thabrani). 7. Takut kepada Allah “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS: Faathir ayat 28) 8. Mengetahui hakikat kehidupan yang beragam “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS: ar-Ruum ayat 22). 9. Orang Yang Berilmu Dikecualikan dari Laknat Allah Imam at-Tirmidzi (wafat th. 249 H) meriwayatkan dari Abu Hurairah (wafat th. 57 H), ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, .ُُو َعاُِلـمُأ َ ْوُمت َ َع ِلم َ اُو َاله َ ُو َم َ ِأَلَُ ِإ َّنُالدُّ ْن َياُ َم ْلع ْونَةُ َم ْلع ْونُ َماُ ِف ْي َهاُ ِإ َّلُ ِذ ْكرُهللا “Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu.’” 10. Menuntut Ilmu dan Mengajarkannya Lebih Utama Daripada Ibadah Sunnah dan Wajib Kifayah Nabi bersabda: ْ ُو َخيْرُ ِد ْينِكم ْ ض ِل ْ فَضْل .ُُال َو َرع ْ َُم ْنُف ِ ُال ِع ْل ِمُ َخيْر َ ُِال ِعبَادَة “Keutamaan ilmu lebih baik daripada keutamaan ibadah, dan agama kalian yang paling baik adalah al-wara’ (ketakwaan).” Ali bin Abi Thalib berkata, “Orang yang berilmu lebih besar ganjaran pahalanya daripada orang yang puasa, shalat, dan berjihad di jalan Allah.” Abu Hurairah berkata, “Sungguh, aku mengetahui satu bab ilmu tentang perintah dan larangan lebih aku sukai daripada tujuh puluh kali melakukan jihad di jalan Allah.” Aku (Ibnul Qayyim) katakan, “Ini -jika shahih- maknanya adalah: lebih aku sukai daripada jihad tanpa ilmu, karena amal tanpa ilmu kerusakannya lebih banyak daripada baiknya.” 29 Al-Hasan rahimahullaah berkata, “Orang yang berilmu lebih baik daripada orang yang zuhud terhadap dunia dan orang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah.” Sufyan ats-Tsauri (wafat th. 161 H) rahimahullaah mengatakan, “Aku tidak mengetahui satu ibadah pun yang lebih baik daripada mengajarkan ilmu kepada manusia.” Imam asy-Syafi’i (wafat th. 204 H) rahimahullaah mengatakan, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih baik setelah berbagai kewajiban syari’at daripada menuntut ilmu syar’i.” Pendapat Imam Al-Ghazali tentang Keutamaan orang berilmu dari Hukum menuntut Ilmu Dalam Ihya Ulumuddin al-Ghazali menguraikan secara mendalam pentingnya memahami konsep ilmu dengan baik. Hujjatul Islam imam al-Ghazali pernah mengatakan, orang yang menuntut ilmu itu ada tiga macam: • Orang yang menuntut ilmu semata-mata karena ingin mendapatkan bekal pulang menuju akhirat. • Orang yang belajar dengan niat mencari sesuatu untuk menopang kehidupan duniawi, dan memperoleh kemuliaan serta jabatan hormat. • Orang yang menjadikan ilmunya sebagai sarana memperbanyak harta, bermegahmegahan dengan kedudukan, berbangga-banggahan dengan banyaknya pengikut, mengaku ulama dan tidak merasa perlu bertaubat, karena menganggap dirinya muhsinun (orang-orang baik). Golongan pertama adalah golongan orang-orang yang memahami konsep ilmu dengan benar. Sehingga tujuan mencari ilmu pun tidak pernah kosong dari niat untuk menghilangkan kebodohan dalam diri dan mencari ridha Ilahi. Golongan kedua dan ketiga adalah kelompok penuntut ilmu yang materialis, mencari ilmu untuk duniawi. Ilmu dan ilmuan dalam hal ini menjadi prioritas paling utama. Karena sebagaimana dalam hadis: ”Dua macam golongan dari umatku (yang memegang peran penting). Bila mereka baik, maka baiklah umat manusia, dan bila mereka rusak maka rusakklah umat manusia. Ingatlah, mereka adalah pemimpin pemerintah dan ulama (HR. Ibn Abdil Barr dalam Ihya Ulum al-Din). Imam Hasan al-Bashri mengatakan: ”Barang siapa yang bertambah ilmunya, kemudian bertambah pula ketamakan kepada dunia, maka tiada yang bertambah kecuali bertambah jauh dari Allah.” Imam al-Ghazali membagi hukum menuntut ilmu itu ada dua: fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Fardhu ain adalah ilmu yang kita gunakan untuk menyembah Allah, seperti tata cara wudhu, shalat, membaca Qur’an dan tata cara haji dan umrah. Adapun yang fardhu kifayah seperti ilmu kedokteran, fisika, kimia dan lainnya. Karena itu, di antara umat Islam harus ada yang mendalami ilmu tertentu. Ketika masyarakat kagum dengan ilmu umum, harus ada di antara kaum Muslimin yang mendalami agama. Hal ini diisyaratkan Allah dalam al-Qur’an: ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk 30 memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS at-Taubah: 122) Tanggung Jawab Ilmuan terhadap Lingkungan Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai ‘abdun (hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab kepada diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Khalifah/wakil Allah di muka bumi, ia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan. Karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukuplah atau para ilmuwan dan para intelektual yang sanggup mengeksplorasi sumber alam ini. Ilmuan merupakan sosok manusia yang diberikan kelebihan oleh Tuhan dalam menguasai sebuah ilmu pengetahuan. Dari kelebihannya ini maka Tuhan mengangkat harkat dan martabat ilmuan tersebut di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan Negara sehingga mereka disanjung dan dihormati serta menjadi sumber solusi dari situasi-dan kondisi lingkungan hidup manusia.Karena ilmuwan tersebut telah diberi penghargaan oleh Tuhan maka peanaghargaan tersebut membawasa kedalam posisi yang tinggi disbanding dengan manusia yang lain. Dialah menjadi wakil Tuhan di bumi untuk menjadikan lingkungan hidup manusia terpelihara dan membawa kebaikan kepada manusia itu sendiri. Dengan demikian dapta diartikan bahwa ilmuan dijadikan Tuhan sebagai pemimmpin kelangsungan lingkungan hidup manusia di muka bumi ini. SENI DALAM PANDANGAN ISLAM Islam memandang seni dengan cara pandang yang bijak. Hal ini dikarenakan seni masuk dalam kategori muamalah. Oleh karena itu berlaku kaidah atau aturan ‘setiap bentuk muamalah pada dasarnya adalah boleh, sampai ada dalil yang melarangnya’. Aturan inilah yang harus kita junjung tinggi dalam penilaian kita tentang seni. Seni dalam Islam bukanlah sesuatu yang diharamkan secara mutlak. Tapi ada beberapa seni yang mendapat larangan langsung dari Rasulullah SAW. Seni yang dimaksud adalah seni musik. Hal ini didasarkan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya. Selain itu juga ada pelarangan seni rupa yang menggambarkan mahluk-mahluk hidup. Rasulullah mengabarkan orang-orang yang menggambar mahluk hidup akan dimasukkan ke dalam neraka sebelum masuknya pelaku syirik. SENI YANG DIBOLEHKAN DALAM ISLAM: • Seni Membaca al-Qur’an (Tilawatil atau Qiro’atil Qur’an) • Seni Kaligrafi/Tulis • Seni Beladiri • Seni Melipat Kertas • Seni Arsitektur • Seni Berpidato 31 • • Seni Sastra Seni Merajut SENI YANG DILARANG DALAM ISLAM Ada beberapa seni berikut yang dilarang dalam Islam tetapi tidak seluruhnya haram, tetapi haram dalam kasus-kasus tertentu. • Seni Rupa • Menyanyi. Sebagian ulama mengharamkan secara mutlak. • Musik. Sebagian ulama ada yang membolehkan dengan syarat yang sangat ketat. • Tarian. • Vandalisme • Seni Patung • Tindik (Body Piercing) • Operet (Seni Pertunjukan). Sebagian ada yang membolehkan dengan syarat tertentu. Batasan Seni dalam Islam Seni dalam Islam terutama yang berkaitan dengan musik, nyanyian, maupun lagu tidaklah selalu mutlak bahwa itu haram. Dengan catatan, tujuannya untuk kebaikan, misalnya mengajak jihad fi sabilillah, dan menentang kemungkaran, atau menjauhi zina. Syair hendaknya berisi tentang pujian-pujian terhadap Allah dan Rasul-Nya, menyemangati untuk amar ma’ruf nahi munkar, dan tidak bertentangan dengan prinsip tauhid dan syara’. Begitu pula dengan bentuk kesenian lain seperti karya sastra dan arsitektur. Selama tidak bertentangan dengan syariat dan mengagungkan Allah SWT maka itu diperbolehkan. Seni menjadi haram jika membuat pelaku maupun penikmatnya menjadi rusak moralnya dan semakin jauh dari Allah SWT. Misal tari-tarian yang mengumbar aurat dan membangkitkan syahwat lawan jenis yang bukan mahramnya, atau seni ritual yang terdapat unsur syirik, yakni menyekutukan Allah SWT. Seni seperti ini jelas tidak dibolehkan. 32 Materi XI KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah sikap saling pengertian dan menghargai tanpa diskriminasi, khususnya masalah agama. Menurut Syekh Salim bin Hilali, toleransi memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan 2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan 3. Kelemah lembutan karena kemudahan 4. Muka yang ceria karena kegembiraan 5. Rendah diri di hadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan 6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian 7. Menggampangkan dalam berdakwah ke jalan Allah tanpa basa basi 8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah tanpa ada rasa keberatan. Kerukunan adalah istilah yang memiliki muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985: 850). Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal yang didambakan oleh masyarakat manusia. A. Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Firman Allah, َُلَّ َر ْح َمةُ ِل ْلعالَ ِمين ُ ِناك إ َُ س ْل َ َوما أ َ ْر “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107). Rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad saw adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia. Fungsi Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam tidak tergantung pada penerimaan atau penilaian manusia. Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam tersebut adalah: 1. Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar 2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan Allah secara bertanggung jawab. 3. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah, baik muslim maupun non muslim. 4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional. 5. Islam menghormati kondisi spesifik individu dan memberikan perlakuan yang spesifik pula. B. Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah 33 Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung masalah ukhuwah, yaitu di antaranya: 1) Ukhuwah ‘ubudiyah, yaitu saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah. 2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. 3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan. 4) Ukhuwah fi din Al-Islam, yaitu persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah saw bersabda: انتم اصحابي اخوانناُالذين يأتون بعدى “Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)-ku.” 1. Makna Ukhuwah Islamiyah Kata Ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya perasaan simpati atau empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama, baik suka maupun duka. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan. Ukhuwah dan persaudaraan yang berlaku bagi sesama muslim disebut ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi oleh keluarga, suku, bangsa, dan warna kulit, namun karena perasaan seaqidah dan sekeyakinan. Nabi mengibaratkan antara satu muslim dengan muslim lainnya ibaratkan satu tubuh. Apabila ada satu bagian yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Rasulullah SAW juga bersabda: ” tidak sempurna iman salah seorang kamu, sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri “. Hadis di atas berarti, seorang muslim harus dapat merasakan penderitaan dan kesusahan saudara yang lainnya. Ia harus selalu menempatkan dirinya pada posisi saudaranya. Antara sesama muslim tidak ada sikap saling permusuhan, dilarang mengolok-olok saudaranya yang muslim. Tidak boleh berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain (QS al-Hujurat: 11-12) Sejarah telah membuktikan bagaimana keintiman persahabatan dan lezatnya persaudaraan antara kaum muhajirin dan kaum anshar. Kaum muhajirin rela meninggalkan segala harta, kekayaan, dan keluarganya di kampung halaman. Demikian juga kaum anshar dengan penuh keikhlasan menyambut dan menjadikan kaum Muhajirin sebagai saudara. Peristiwa inilah awal bersatunya dua hati dalam bentuk yang teorisentrik dan universal sebagai hasil dari sebuah persaudaraan yang dibangun Nabi atas dasar kesamaan aqidah. Dapat disimpulkan bahwa ukhuwah Islamiyah merupakan hal yang pokok dan mendasar yang harus ditegakkan demi kelangsungan kejayaan umat Islam, maka dari Umat Islam harus selalu meningkatkan dakwah Islamiah dan Amar Makruf Nahi Mungkar, agar persatuan dan kesatuan dikalangan umat dapat ditegakkan. Sekaligus umat Islam harus senantiasa menyadari akan pentingnya Ukhuwah Islamiyah sebagai modal menuju kemenangan cita-cita Islam. Kemenangan itu tidak akan tercapai tanpa adanya kekuatan. Dan kekuatan tidak akan terwujud tanpa adanya persatuan. Sedangkan persatuan tidak akan mungkin tercapai tanpa adanya Ukhuwah Islamiyah. 34 2. Makna Ukhuwah Insaniyah Persaudaraan sesama manusia disebut ukhuwah insaniyah. Persaudaraan ini dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Perbedaan keyakinan dan agama juga merupakan kebebasan pilihan yang diberikan Allah. Hal ini harus dihargai dan dihormati. Persaudaraan dengan seluruh umat manusia (Ukhuwah Insaniyah) mengandung arti bahwa seluruh umat manusia adalah saudara karena mereka berasal dari seorang ayah dan ibu. Manusia mempunyai motivasi dalam menciptakan iklim persaudaraan hakiki yang tumbuh dan berkembang atas dasar rasa kemanusiaan yang bersifat universal. Seluruh manusia di dunia adalah saudara. Tata hubungan dalam Ukhuwah Insaniyah menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan martabat kemanusiaan untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, adil dan damai. Ukhuwah Insaniyah bersifat solidaritas kemanusiaan. Sedangkan Ukhuwah Wathaniyah yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan. Pada diri manusia perlu ditumbuhkan persaudaraan yang berdasarkan atas kesadaran berbangsa dan bernegara. Seluruh bangsa Indonesia adalah saudara. Tata hubungan Ukhuwah Wathaniyah menyangkut hal-hal yang bersifat sosial budaya. Ukhuwah Wathaniyah merupakan spirit bagi kesejahteraan kehidupan bersama serta instrumen penting bagi proses kesadaran sebuah bangsa dalam mewujudkan kesamaan derajat dan tanggung jawab. C. Tri Kerukunan Umat Beragama Pemerintah RI melalui Departemen Agama RI, menteri Agama RI, H. Alamsya Ratu Perwira Negara telah membentuk Wadah Musyawarah Antar Umat Beragama (WMAUB) dengan SK. MENAG RI No. 35 tahun 1980 tanggal 30 Juni 1980 setelah 13 tahun diadakan musyawarah antar umat beragama yang pertama tahun 1967. Dalam terminologi yang digunakan pemerintah secara resmi, konsep kerukunan hidup beragama mencakup 3 kerukunan (Tri Kerukunan), yang terdiri dari: 1. Kerukunan intern umat beragama 2. Kerukunan antar umat berbeda agama 3. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern umat beragama dan antar umat beragama disebabkan oleh: 1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau misi. 2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain. Arti keberagamannya lebih kepada sikap fanatisme dan kepicikan (sekadar ikut-ikutan). 3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang rendah agama lain. 4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. 5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama maupun antar umat beragama. 6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat. Dalam pergaulan antar agama, semakin hari kita merasakan intensnya pertemuan agama-agama itu. Walaupun kita juga semakin menyadari bahwa pertemuan itu kurang diisi segi-segi dialogis antar imannya. 35 Dalam pembinaan umat Beragama, para pemimpin dan tokoh agama mempunyai peranan yang besar, yaitu: 1. Menterjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama ke dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh masyarakat. 3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan. 4. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam usaha pembangunan. 5. Meredamkan api-api konflik yang ada dan berusaha mencari titik temu dan solusi. Untuk menghindari perpecahan di kalangan umat Islam dan memantapkan ukhuwah Islamiyah para ahli menetapkan tiga konsep, yaitu: 1. Konsep tanawwul al ’ibadah (keragaman cara beribadah). Konsep ini mengakui adanya keragaman yang dipraktekkan Nabi dalam pengamalan agama yang mengantarkan kepada pengakuan akan kebenaran semua praktek keagamaan selama merujuk kepada Rasulullah. Keragaman cara beribadah merupakan hasil dari interpretasi terhadap perilaku Rasul yang ditemukan dalam riwayat (hadits). 2. Konsep al-mukhtiu fi al-ijtihadi lahu ajrun (yang salah dalam berijtihad pun mendapatkan ganjaran). Konsep ini mengandung arti bahwa selama seseorang mengikuti pendapat seorang ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi ganjaran oleh Allah, walaupun hasil ijtihad yang diamalkannya itu keliru. Di sini perlu dicatat bahwa wewenang untuk menentukan yang benar dan salah bukan manusia, melainkan Allah SWT yang baru akan kita ketahui di hari akhir. Kendati pun demikian, perlu pula diperhatikan orrang yang mengemukakan ijtihad maupun orang yang pendapatnya diikuti, haruslah orang yang memiliki otoritaskeilmuan yang disampaikannya setelah melalui ijtihad. 3. Konsep la hukma lillah qabla ijtihadi al-mujtahid (Allah belum menetapkan suatu hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan seorang mujtahid). Konsep ini dapat kita pahami bahwa pada persoalan-persoalan yang belum ditetapkan hukumnya secara pasti, baik dalam al-quran maupun sunnah Rasul, maka Allah belum menetapkan hukumnya. Oleh karena itu umat Islam, khususnya para mujtahid, dituntut untuk menetapkannya melalui ijtihad. Hasil dari ijtihad yang dilakukan itu merupakan hukum Allah bagi masing-masing mujtahid, walaupun hasil ijtihad itu berbeda-beda. D. Hal yang Tidak Boleh Dilakukan dalam Bekerjasama Antar Umat Berbeda Agama Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah (contoh : menikah dengan bukan muslim). Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicamputi pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja sama yang baik. Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial antar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama dalam bidang- 36 bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan. Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan agama terkait dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud memerlukan 3 konsep yaitu : 1. Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masingmasing sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut. 2. Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya. 3. Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai bukan untuk saling menghancurkan. E. Kerja sama antar umat beragama Memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat tidak selalu hanya dapat diharapkan dalam kalangan masyarakat muslim. Islam dapat diaplikasikan dalam masyarakat manapun, sebab secara esensial ia merupakan nilai yang bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami bahwa Islam yang hakiki hanya dirujukkan kepada konsep al-quran dan As-sunnah, tetapi dampak sosial yanag lahir dari pelaksanaan ajaran isalam secara konsekwen ddapat dirasakan oleh manusia secara keseluruhan. Demikian pula pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan antar bangsa, nilai-nilai ajaran Islam menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna menyatukan umat manusia dalam suatu kesatuan kebenaran dan keadilan. Dominasi salah satu etnis atau negara merupakan pengingkaran terhadap makna Islam, sebab ia hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat universal. Universalisme Islam dapat dibuktikan antara lain dari segi, dan sosiologi. Dari segi agama, ajaran Islam menunjukkan universalisme dengan doktrin monoteisme dan prinsip kesatuan alamnya. Selain itu tiap manusia, tanpa perbedaan diminta untuk bersama-sama menerima satu dogma yang sederhana dan dengan itu ia termasuk ke dalam suatu masyarakat yang homogin hanya denga tindakan yang sangat mudah, yakni membaca syahadat. Jika ia tidak ingin masuk Islam, tidak ada paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap diterima dan menikmati segala macam hak kecuali yang merugikan umat Islam. Ditinjau dari segi sosiologi, universalisme Islam ditampakkan bahwa wahyu ditujukan kepada semua manusia agar mereka menganut agama Islam, dan dalam tingkat yang lain ditujukan kepada umat Islam secara khususu untuk menunjukan peraturan-peraturan yang harus mereka ikuti. Karena itu maka pembentukan masyarakat yang terpisah merupakan suatu akibat wajar dari ajaran Al-Qur’an tanpa mengurangi universalisme Islam. Melihat Universalisme Islam di atas tampak bahwa esensi ajaran Islam terletak pada penghargaan kepada kemanusiaan secara univarsal yang berpihak kepada kebenaran, kebaikan, dan keadilan dengan mengedepankan kedamaian, menghindari pertentangan dan perselisian, baik ke dalam intern umat Islam maupun ke luar. Dengan demikian tampak bahwa nilai-nilai ajaran Islam menjadi dasar bagi hubungan antar umat manusia secara universal dengan tidak mengenal suku, bangsa dan agama. Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain. 37 • • • Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian dari sikap saling menghormati. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya. 38 Materi XII Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat A. Konsep Masyarakat Madani Masyarakat madani memiliki banyak pengertian yang dikemukakan oleh beberapa pakar di berbagai negara yang mengaji dan mempelajari tentang fenomena masyarakat madani, antaranya: Pertama, definisi yang dikemukakan oleh Zbigniew Rau dengan latar belakang kajiannya pada kawasan Eropa Timur dan Uni Soviet. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud masyarakat madani merupakan suatu masyarakat yang berkembang dari sejarah, yang mengandalkan ruang di mana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini. Kedua, yang digambarkan oleh Han Sung-joo yang belatar belakang kasus Korea Selatan. Ia mengatakan bahwa masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang terbebas dari Negara, suatu ruang publik yang mampu mengartikulasi isu-isu politik, gerakan warga Negara yang mampu mengendalikan diri dan independen, yang secara bersama-sama mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk serta pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalam civil society ini. Ketiga, definisi yang dikemukakan oleh Kim Sunhyuk, juga dalam konteks Korea Selatan. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam masyarakat yang secara relative otonom dari Negara, yang merupakan satuan-satuan dasar dari (re) produksi dan masyarakat politik yang mampu melakukan kegiatan politik dalam suatu ruang public, guna menyatakan kepedulian mereka dan memajukankepentingan–kepentingan mereka menurut prinsip-prinsip pluralisme dan pengelolaan yang mandiri. Masyarakat madani diistilahkan pertama kali oleh mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbanganan taraf kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba‟ ayat 15: ُۚ ُق َر ِبك ُْم َوا ْشكروا لَه ُِ ن ِر ْز ُْ ۚ كلوا ِم ُۖ ُن يَ ِمينُ َو ِش َمال ُْ ع ُِ َ ۚ َجنَّت ُۖ ُسبَإُ فِي َم ْس َكنِ ِه ُْم آيَة َ ان َ لَقَ ُْد َكانَُ ِل َ ُبَ ْلدَة ُط ِيبَةُ َو َربُ غَفور “Sesungguhnya bagi kaum Saba´ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern. 39 Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278). Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya. Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Jelasnya: Civil Society hanya berlandaskan pada sisi kemanusiaan. Standar kemajuannya hanya bersifat materi. Sedangkan masyarakat madani berlandaskan pada konsep wahyu. Dengan demikian, standar kemajuannya bukan hanya materi tapi juga spiritual. Dari alasan ini Syafii Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84). Ada dua masyarakat contoh madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani, yaitu: 1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman. Keadaan masyarakat saba’ mendiami negri yang baik, subur, dan nyaman. Di tempat itu terdapat kebun dengan tanamannya yang subur, yang menyediakan rizki, memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Negeri yang indah itu merupakan wujud dai kasih sayang Allah yang disediakan bagi masyarakat tersebut. Allah juga maha pengampun apabila terjadi kealpaan pada masyarakat tersebut. Karena itu, Allah memerintahkan masyarakat Saba’ untuk bersyukur kepada Allah yang telah menyediakan kebutuhan hidup mereka. Kisah keadaan masyarakat Saba’ ini sangat populer dengan ungkapan Al-Qur’an Baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafuur. 2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. B. Karakteristik Masyarakat Madani 40 Terdapat empat empat ciri utama dari masyarakat madani yaitu : 1. Kesukarelaan Artinya suatu masyarakat madani bukanlah merupakan suatu masyarakat paksanan atau karena indokrinasi. Keanggotaan masyarakat madani adalah keanggotaan dari pribadi yang bebas, yang secara sukarela membentuk suatu kehidupan bersama dan oleh sebab itu mempunyai komitmen bersama yang sangat besar untuk mewujudkan sita-cita bersama. Dengan sendirinya tanggungjawab pribadi sangat kuat karena diikat oleh keinginan bersama untuk mewujudkan keinginan tersebut. Karena itu, di zaman Nabi saw sebagian besar mereka yang diberikan sanksi, bukan karena laporan orang lain tapi dirinya sendiri yang melapor dan minta dihukum. 2. Keswasembadaan Seperti kita lihat keanggotaan yang suka rela untuk hidup bersama tentunya tidak akan menggantungkan kehidupannya kepada orang lain. Dia tidak tergantung kepada negara, juga tidak tergantung kepada lembaga-lembaga atau organisasi. Setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi, yang percaya akan kemampuan sendiri untuk berdiri sendiri bahkan untuk dapat membantu yang berkekurangan. Keanggotaan yang penuh percaya diri tersebut adalah anggota yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyarakatnya. 3. Kemandirian tinggi terhadap Negara Berkaitan dengan ciri yang kedua tadi, para anggota masyarakat madani adalah manusia-manusia yang percaya diri sehingga tidak tergantung kepada perintah orang lain termasuk negara. Bagi mereka, negara adalah kesepakatan bersama sehingga tanggung jawab yang lahir dari kesepakatan tersebut adalah juga tuntutan dan tanggung jawab dari masing-masing anggota. Inillah negara yang berkedaulatan rakyat. 4. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama Hal ini berarti suatu masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang berdasarkan hukum dan bukan negara kekuasaan. Dengan demikian, masyarakat disebut ideal jika perilaku masyarakatnya sama persis dengan ideologi yang mereka anut. Secara umum masyarakat yang beradab berciri; 1. Kemanusiaan 2. Saling menghargai sesama manusia 3. Sebagai makhluk Ilahi dalam kehidupan bersama dalam masyarakat yang warga (civitasnya) pluralistic 4. Memiliki berbagai perbedaan, akan tetapi mengembangkan kehidupan individu yang demokratis 5. Pemimpin yang mengayomi warga 6. Masyarakat merasa dilindungi oleh sesama warga karena penghargaan hak-hak dan kewajiban masing-masing. Masyarakat ideal menurut Islam adalah masyarakat yang taat pada aturan Ilahi yang hidup dengan damai dan tenteram yang tercukupi kebutuhan hidupnya. Dalam Al-Qur’an kondisi masyarakat seperti itu digambarkan dengan “baldatun Tayyibatun Warabbun Gafur.” Negara yang baik, yang berada dalam lindungan ampunan-Nya. Realisasi dari masyarakat 41 ideal tersebut pada masa Nabi Muhammad saw. dicontohkan pada masa kehidupan rasul di kota Madinah, dimana masyarakatnya memberikan kepercayaan dan mewujudkan ketaatan pada kepemimpinan Rasulullah saw. Hidup dalam kebersamaan dan Al-Qur’an sebagai landasan hidupnya. Masyarakat madani dalam pandangan Islam adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang maju dalam penguasaan iptek. Karena itu dalam sejarah filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat Islam dikenal istilah Madinah atau polis yang berarti kota yaitu masyarakat yang berperadaban. Masyarakat madani yang menjadi sentral idealisme yang diharapkan oleh masyarakat seperti yang tercantum dalam QS. Saba’/34:15. Masyarakat yang sejahtera, bahagia itulah yang oleh Allah dijadikan negara ideal bagi ummat Islam dimana pun dan yang hidup di abad mana pun, mempunyai cita-cita untuk hidup dalam negara yang baik dan sejahtera, bertaqwa kepada Allah swt. Piagam Madinah sebagai rujukan pembinaan masyarakat madani, yang merupakan perjanjian antara Rasul beserta ummat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan kaum aus dan khazraj yang beragama watsani. Perjanjian Madinah ini berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling tolong-menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan rasul sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusannya dan memberi kebebasan bagi penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Istilah “Civil Society” bisa disepadankan dengan istilah “masyarakat madani”, acuan nya adalah masyarakat demokratis di Madinah pada masa Nabi Muhammad Saw yang diatur dalam Piagam Madinah. Menurut Sukidi yang dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:160) terdapat sepuluh prinsip dasar yang tercantum dalam Piagam Madinah, yaitu : 1.Prinsip kebebasan beragama 2. Prinsip persaudaraan seagama 3. Prinsip persatuan politik dalam meraih cita-cita bersama 4. Prinsip saling membantu yatu setiap orang mempunyai keududkan yang sama sebagaiangoota masyarakat 5. Prinsip persamaan hak dan kewajiban warga negara terhadap negara 6. Prinsip persamaan di depan hukum bagi setiap warga negara 7. Prinsip penegakan hukum demi tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu 8. Prinsip pemberlakuan hukum adat yang tetap berpedoman pada keadilan dan kebenaran 9. Prinsip perdamaian dan kedamaian. Hal ini berarti pelaksanaan prinsip-prinsip masyarakat madaniah tersebut tidak boleh mengorbankan keadilan dan kebenaran 10. Prinsip pengakuan hak atas setiap orang atau individu. Prinsip ini adalah pengakuan terhadap penghormatan atas hak asasi setiap manusia. Masyarakat Madani sebagai masyarakat yang paling ideal memiliki identitas khusus yaitu; bertuhan, damai, tolong menolong, toleran, keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial, berpandangan tinggi dan berakhlak mulia. C. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani 42 Mewujudkan masyarakat madani merupakan cita-cita yang amat mulia untuk dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat. Model masyarakat madani pernah dicontohkan pada masa Rasullullah SAW di Madinah. Pada masa itu kota Madinah dipimpin oleh Rosullullah SAW setelah terjadi perjanjian yang disebut Piagam Madinah. Piagam Madinah adalah kesepakatan antara Rosullullah SAW dan umat muslim lainnya beserta penduduk Yahudi. Di dalam perjanjian tersebut berisi untuk setiap masyarakat untuk saling tolongmenolong dan menciptakan kedamaian dalam kehidupan social, menjadikan Al-Quran sebagai landasan konstitusi, mengangkat Rosullullah menjadi peminpin, dan juga dalam piagam tersebut memberikan kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah dengan kepercayaan mereka masing-masing. Dalam kepemimpinan Rosullullah SAW, masyarakat madinah yang sebelumnya sering terjadi konflik berubah menjadi masyarakat yang damai dan saling tolong-menolong satu sama lain. - - - Umat Islam di Indonesia merupakan komponen mayoritas bangsa Indonesia. Sebagai komponen terbesar penyusun bangsa ini, umat Islam dituntut untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bernegara ini. Umat Islam di Indonesia yang sebagai mayoritas bertanggung jawab atau berperan sangat besar dalam mewujudkan masyarakat madani. Di negeri ini akan tergantung oleh bagaimana cara umat Islam dalam menjalani kehidupannya. Maka dari itu umat Islam memiliki tiga peran yang nyata yaitu ; Sebagai Warga Negara sebagai warga Negara hendaknya umat Islam memenuhi kewajibannya sesuai pada peraturan-peraturan nagara yang telah dibuat. Sebagai Pengembang Kehidupan Bangsa Dalam hal ini, umat Islam diharapkan dapat menawarkan dirinya sebagai sumber pengembangan dalam segala aspek kehidupan seperti, ekonomi, sosial, pendidikan, politik dan budaya.Dalam melaksanakan perannya, segala tindakan harus didasari pada nilai-nilai yang Islami. Sebagai Penata Kehidupan Bangsa dan Negara Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk karena Negara ini memiliki berbagai macam ras, suku, agama, etnik dan lain-lain. Maka umat Islah harus bener-benar pandai menerapkan gagasan Islami yang ke-Indonesia-an. Hal ini karena untuk terciptannya kedamaian dan ketentraman, seperti yang diajarkan oleh Rasullullah SAW bahwa umat muslim adalah umat yang penuh kasih sayang, keadilan, dan kearifan yang sesuai dengan perintah Allah SWT. Dasar-dasar inilah yang dijadikan oleh umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Jika setiap orang memiliki rasa toleransi dan menghormati, maka kehidupan masyarakat madani akan tercapai. Dalam melakukan perannya hendaknya umat Islam didasari pada pengetahuan dan wawasan yang meliputi: a) Wawasan KeIslaman b) Wawasan atau pemahaan secara utuh tentang ajaran-ajaran Islam c) Wawasan Kebangsaan d) Merupakan peningkatan rasa nasionalisme. e) Wawasan Kecendikian f) Peningkatan dalam kualitas kecendikian. g) Wawasan Kepemimpinan 43 Meliputi usaha dalam peningkatan dan pengembangan jati diri dan kepemimpinan umat serta wawasan kesejahteraan guna meningkatkan kegiatan ekonomi kerakyatan. Banyak yang sudah dilakukan umat Islam dalam menunjukan perannya dalam membangun masyarakat madani. Tapi akhir-akhir ini pandangan Islam buruk karena banyak umat Islam di Indonesia yang bersikap dan bertindak tanpa wawasan keIslaman yang benar. Mereka bertindak atas nama umat Islam, oleh karena ini yang memperburuk pandangan masyarakan tentang Islam. D. Ekonomi Islam ❖ Definisi Ekonomi Islam Sisi terpenting untuk mewujudkan masyarakat Madani adalah sisi ekonomi. Ahli memberi definisi Ekonomi Islam adalah merupakan madzhab ekonomi Islam, yang terjelma di dalamnya bagaimana cara Islam mengatur kehidupan perekonomian, dengan apa yang dimiliki dan ditujukan oleh madzhab ini tentang ketelitian cara berfikir yang terdiri dari nilainilai moral Islam dan nilai-nilai ilmu ekonomi, atau nilai-nilai sejarah yang ada hubungannya dengan masalah-masalah siasat perekonomian maupun yang ada hubungannya dengan uraian sejarah masyarakat manusia. Sebagian lagi lainnya berpendapat bahwa ekonomi Islam merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang kita simpulkan dari Al-Quran dan As-Sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan masa. Sementara lainnya mendefinisikan sebagai ilmu yang mengarahkan kegiatan ekonomi dan mengaturnya, sesuai dengan dasar-dasar dan siasat ekonomi Islam. Ekonomi Islam terdiri dari dua bagian: salah satu diantaranya tetap, sedang yang lain dapat berubah-ubah. Yang pertama adalah yang diistilahkan dengan “sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari Al-Quran dan As-Sunnah”, yang ada hubungannya dengan urusanurusan ekonomi. Yang kedua “bangunan perekonomian yang kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan masa”. ❖ Tujuan Ekonomi Islam Adapun tujuan Ekonomi Islam berpedoman pada: Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat. Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu: 1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya. 2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.[10] 3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa masalah yang menjad puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar: 4. keselamatan keyakinan agama ( al din) 44 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. kesalamatan jiwa (al nafs) keselamatan akal (al aql) keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl) keselamatan harta benda (al mal) ❖ Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar: Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada manusia. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab) Islam melarang riba dalam segala bentuk. Banyak pihak beranggapan mewujudkan cita-cita kesejahteraan masyarakat sebagai manusia yang saling bersaudara dan sama-sama diciptakan oleh satu Tuhan, saat ini, hanyalah sebuah impian. Hal itu terjadi karena adanya penolakan menggunakan mekanisme filter yang disediakan oleh penilaian berbasis moral, di samping makin melemahnya perasaan sosial yang diserukan agama. Peningkatan moral dan solidaritas sosial tidak mungkin dapat dilakukan tanpa adanya kesakralan moral yang diberikan oleh agama. Para ahli mengakui, bahwa agama-agama cenderung memperkuat rasa kewajiban sosial dalam diri pemeluknya daripada menghancurkan. Sepanjang sejarah umat manusia tidak ditemukan contoh signifikan yang menunjukkan, bahwa suatu masyarakat yang berhasil memelihara kehidupan moral tanpa bantuanagama. Ajaran ekonomi yang dilandaskan nilai-nilai agama akan menjadikan tujuan kesejahteraan kehidupan yang meningkatkan jiwa dan rohani manusia menuju kepada Tuhannya. Menurut Yusuf Qardhawi (1994), sesungguhnya manusia jika kebutuhan hidup pribadi dan keluarganya telah terpenuhi serta merta merasa aman terhadap diri dan rezekinya, maka mereka akan hidup dengan penuh ketenangan, beribadah dengan khusyu’ kepada Tuhannya yang telah memberi mereka makan, sehingga terbebas dari kelaparan dan memberi keamanan kepada mereka dari rasa takut. Dibutuhkan sebuah kesadaran, bahwa manusia diciptakan bukan untuk keperluan ekonomi, tetapi sebaliknya masalah ekonomi yang diciptakan untuk kepentingan manusia. Islam, sebagai ajaran universal, sesungguhnya ingin mendirikan suatu pasar yang manusiawi, di mana orang yang besar mengasihi orang kecil, orang yang kuat membimbing yang lemah, orang yang bodoh belajar dari yang pintar, dan orang-orang bebas menegur orang yang nakal dan zalim sebagaimana nilai-nilai utama yang diberikan Allah kepada umat manusia berdasarkan Al Qur’an Surah al-Anbiyaa ayat 107. Berbeda dengan pasar yang Islami, menurut Qardhawi (1994), pasar yang berada di bawah naungan peradaban materialisme mencerminkan sebuah miniatur hutan rimba, di mana orang yang kuat memangsa yang lemah, orang yang besar menginjak-injak yang kecil. 45 Orang yang bisa bertahan dan menang hanyalah orang yang paling kuat dan kejam, bukan orang yang paling baik dan ideal. Dengan demikian sulit membayangkan bahwa kesejahteraan akan dapat diperoleh dari sistem pasar dalam peradaban materialisme. Untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi yang berkeadilan harus ada suatu sistem pasar yang sehat. Pasar itu sebenarnya adalah sebuah mekanisme yang canggih, namun gampang dirusak, untuk menata kehidupan ekonomi, sehingga setiap pribadi memberikan sumbangannya bagi keseluruhan dan juga memenuhi kebutuhannnya sendiri dengan kebebasan penuh untuk melakukan pilihan pribadinya. Pasar yang sehat menggalakkan keragaman, prakarsa dan kreativitas pribadi, dan upaya-upaya yang produktif (Korten, 2002). Pasar yang sehat sangat tergantung pada kesadaran para pesertanya, sehingga harus ada persyaratan agar masyarakat umum menjatuhkan sanksi terhadap orang yang tidak menghormati hak dan kebutuhan orang lain, serta mengekang secara sukarela dorongan pribadi mereka untuk melampaui batas. Apabila tidak ada suatu budaya etika dan aturanaturan publik yang memadai, maka pasar gampang sekali dirusak. Pasar yang sehat, tidak berfungsi dengan paham individualisme ekstrem dan kerakusan kapitalisme yang semenamena, dan juga tidak berfungsi lewat penindasan oleh hierarki dan yang tidak mementingkan diri sama sekali, seperti dalam komunisme. Kedua faham tersebut merupakan penyakit yang amat parah. Kesejahteraan dalam pembangunan sosial ekonomi, tidak dapat didefinisikan hanya berdasarkan konsep materialis dan hedonis, tetapi juga memasukkan tujuan-tujuan kemanusiaan dan keruhanian. Tujuan-tujuan tersebut tidak hanya mencakup masalah kesejahteraan ekonomi, melainkan juga mencakup permasalahan persaudaraan manusia dan keadilan sosial-ekonomi, kesucian kehidupan, kehormatan individu, kehormatan harta, kedamaian jiwa dan kebahagiaan, serta keharmonisan kehidupan keluarga dan masyarakat. Ajaran Islam, sama sekali, tidak pernah melupakan unsur materi dalam kehidupan dunia. Materi penting bagi kemakmuran, kemajuan umat manusia, realisasi kehidupan yang baik bagi setiap manuisa, dan membantu manusia melaksanakan kewajibannya kepada Tuhan. Namun demikian, walaupun kehidupan ekonomi yang baik merupakan tujuan Islam yang dicita-citakan, bukan merupakan tujuan akhir. Kehidupan ekonomi yang baik, pada hakikatnya merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar dan lebih jauh. Hal ini merupakan perbedaan yang sangat esensial antara ajaran Islam dengan faham materialisme yang dianut oleh kaum Komunis ataupun para Sekuleristik. Menurut Qardhawi, ideologi-ideologi materialisme bertumbuh kepada pemenuhan nafsu yang tidak terlepas dari ruang lingkup kepentingan ekonomi yang rendah. Kesenangan materi menjadi tujuan akhir dan merupakan surga yang dicita-citakan. Berbeda dengan ekonomi yang dilandasi moral agama, kesejahteraan kehidupan menjadikan tujuan untuk meningkatkan jiwa dan ruhani manusia menuju Tuhannya. Materi digunakan untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan yang lebih baik dan lebih kekal. Ajaran Islam mengakui kebebasan pemilikan. Hak milik pribadi menjadi landasan pembangunan ekonomi, namun harus diperoleh dengan jalan yang telah ditentukan oleh Allah. Pemilikan harus melalui jalan halal yang telah disyariahkan. Demikian pula mengembangkan kepemilikan harus dengan cara-cara yang dihalalkan dan tidak dilarang oleh syariah. Islam melarang pemilik harta menggunakan kepemilikannya untuk membuat kerusakan di muka bumi atau melakukan sesuatu yang membahayakan manusia. Di samping itu dilarang pula mengembangkan kepemilikan dengan cara merusak nilai dan moral (akhlak), misalnya dengan menjual-belikan benda-benda yang diharamkan dan segala yang 46 merusak kesehatan manusia baik akal, agama maupun akhlaknya. Dengan demikian, sebuah pasar yang sehat berlandaskan nilai-nilai moralitas keagamaan sangat diperlukan dalam sebuah sistem distribusi kepemilikan. ❖ Etos Kerja Islam Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sedangkan kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Lebih lanjut dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT. Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman seseorang. Menurut Geertz Etos adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup. Etos adalaha aspek evaluatif yang bersifat menilai. Maka dalam hal ini bisa dinyatakan apakah kerja, dalam hal yang lebih khusus, usaha komersial, dianggap sebagai suatu keharusan demi hidup, atau sesuatu imperatif dari diri, ataukah sesuatu yang terikat pada identitas diri yang telah bersifat syakral? Identitas diri dalam hal ini adalah suatu yang telah diberikan oleh agama. Sehingga dapat dikatakan bahwa ethos kerja seorang muslim ialah semangat menapaki jalan lurus, mengharapkan ridha Allah SWT. berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi mereka karena Al-Qur’an dan Al-Hadits mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash:77). “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.” (QS:Ar-Ra’d : 11) Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Etika kerja dalam Islam yang perlu diperhatikan adalah: a) Adanya keterkaitan individu terhadap Allah sehingga menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. 47 b) Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. c) Tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar. d) Tidak melakukan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah. e) Professionalisme dalam setiap pekerjaan. Berikut ini merupakan penjelasan tentang ciri-ciri etos kerja muslim tersebut adalah kutipan dari buku Memperdayakan Etos Kerja Islam yang ditulis oleh K.H.Toto Tasmara. Ada 25 ciri etos kerja Islam itu adalah sebagai berikut: 1. Mereka kecanduan terhadap waktu 2. Mereka memiliki moralitas yang bersih (ikhlas) 3. Mereka kecanduan kejujuran 4. Mereka memiliki komitmen 5. Istiqomah Kuat Pendirian 6. Mereka kecanduan disiplin 7. Konsekuan dan berani menghadapi tantangan 8. Mereka memiliki sikap percaya diri 9. Mereka orang yang kreatif 10. Mereka tipe orang yang bertanggung jawab 11. Mereka bahagia karena melayani 12. Mereka memiliki harga diri 13. Memiliki jiwa kepemimpinan 14. Mereka berorientasi ke masa depan 15. Hidup berhemat dan efisien 16. Memiliki jiwa wiraswasta 17. Memiliki insting bertanding 18. Keinginan untuk mandiri 19. Mereka kecanduan belajar dan haus ilmu 20. Memiliki semangat perantauan 21. Mempertahankan kesehatan dan gizi 22. Tangguh dan pantang menyerah 23. Berorientasi pada produktivitas 24. Memperkaya jaringan silaturahmi 25. Mereka memiliki semangat perubahan E. Pandangan Islam Terhadap Harta Islam mempunyai pandangan yang jelas mengenai harta dan kegiatan ekonomi. Pandangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, termasuk harta benda adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya (QS.al-Hadid: 7). Kedua, status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut: 48 1. Harta sebagai amanah atau titipan dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karna memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada. 2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki kecendrungan yang kuat untuk memiliki, menguasai, dan menikmati harta. (QS Al-imran : 14). 3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam ataukah tidak (QS Al-anfal:28). 4. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan muamalah diantara sesama manusia, melalui kegiatan zakat, infak, dan sedekah (QS At-taubah:41) Ketiga, pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui usaha (a`mal) atau mata pencaharian (ma`isyah) yang halal dan sesuai dengan aturan. (QS Al-Mulk: 15) Keempat, dilarang mencari harta, berusaha, atau bekerja yang dapat melupakan kematian (QS At-Takaatsur: 1-2), melupakan dzikrullah ( tidak ingat kepada Allah SWT dengan segala ketentuan-Nya) (Qs Al-Munafiquun : 9), melupakan solat dan zakat (QS AnNur : 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja (QS AlHasyr:7). Kelima, dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui riba (QS Al-Baqarah: 273-281), perjudian, berjual beli barang yang dialarang atau haram (QS Al-Maidah: 90-91), mencuri, merampok, penggasaban, curang dalam takaran dan timbangan, melalui cara-cara yang bathil dan merugikan, dan melalui suap-menyuap ( HR. Imam Ahmad). F. Mengapa Umat Islam Tidak Boleh Miskin? Dalam paradigma Islam, kekayaan merupakan suatu cobaan, bahkan suatu bencana yang hanya dengan pertolongan Allah ia dapat dihindari, demikian pendapat Dr. Yusuf alQardhawi dalam bukunya Musykilatul Faqri wa kaifa ‘Aalajahal Islam. Dalam buku itu, beliau juga menegaskan bahwa kemikiskinan merupakan persoalan yang harus dapat diatasi karena kemiskinan dapat membawa dampak pengaruh yang negatif dan amat berbahaya, baik bagi si miskin sendiri maupun bagi masyarakatnya. Selanjutnya beliau membeberkan sekurang-kurangnya lima pengaruh negatif atau bahaya dari kemiskinan itu: Pertama, خطر على العقيدة Bahaya kemiskinan terhadap aqidah, yakni dapat membuat manusia ragu akan keadilan Allah apabila dia hanya melihat orang yang kaya raya, apalagi kalau orang itu sombong dengan kekayaan yang dimilikinya. Dalam kehidupan kita tidak sedikit orang yang keluar dari aqidah Islam yang benar lalu memilih agama lain yang bathil karena kemiskinan yang menghimpun dirinya. Karena begitu bahaya kemiskinan terhadap aqidah, maka Rasulullah mengajarkan kepada kita disamping dengan usaha yang maksimal untuk mengatasi kemiskinan itu, juga mengajarkan dengan do'a memohon perlindungan kepada Allah dari kondisi yang demikian. Doa' itu berbunyi : ”Ya Tuhanku, aku berlindung kepadamu dari kekufuran dan kemelaratan” (HR. Abu Daud). 49 Kedua, خطر على األخالق والسلوك Kedua yang menjadi bahaya dari kemiskinan adalah terhadap etika dan moral, pengaruh terhadap etika dan moral ini sebenarnya seiring dengan pengaruh terhadap aqidah, hal ini nampak dengan banyaknya kasus-kasus kerusakan moral yang terjadi pada mereka yang didera oleh kemiskinan; mulai dari berbicara yang bohong sampai pada pembunuhan terhadap manusia, begitulah memang yang selama ini banyak terjadi padahal itu merupakan sesuatu yang selama ini dianggap sebagai tidak mungkin dilakukan olehnya, misalnya anak membunuh orang tua, orang tua membunuh anak dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda: ”Ketahuilah, manakala seseorang itu ditekan oleh utang, maka apabila berkata ia berdusta dan apabila berjanji ia mengingkari” (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa'i) . Ketiga: خطر على الفكر اإلنساني Bahaya kemiskinan yang ketiga adalah terhadap pemikiran, hal ini karena orang yang didera oleh kemiskinan amat sulit berfikir secara sehat, apalagi bila tetangga atau orang yang berada di sekitarnya memperlihatkan kemewahan hidup atau membicarakannya. Oleh karena itu, Imam Abu Hanifah pernah menyatakan: ”Janganlah kalian minta fatwa kepada orang yang di dalam rumahnya tidak ada gandum”. Apa yang dikatakan Abu Hanifah itu benar, karena orang yang kekurangan membuat fikiranya tidak menentu, bingung dengan urusan ”dapurnya” dan ini dapat mengakibatkan fatwa atau pendapat yang tidak lurus dan tidak tepat. Dari kondisi yang kepepet itu, seringkali seseorang yang dilanda kemiskinan itu mengakibatkan emosi yang tidak terkendali. Keempat, خطر على األسرة Bahaya kemiskinan yang keempat adalah terhadap rumah tangga, ini merupakan sesuatu yang sudah banyak terjadi, misalnya begitu banyak pemuda yang takut untuk menikah atau memasuki jenjang kehidupan rumah tangga, karena takut tidak mampu memikul tanggung jawab ekonomi sesudah menikah, disamping itu orang tua dari wanita yang hendak dinikahinya juga tidak mau menikahkan anaknya, karena pemuda yang hendak menikahinya belum memiliki kemapanan dari segi ekonomi, padahal sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi karena nanti Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka. Disamping itu dalam kaitan bahaya terhadap kehidupan keluarga, kemiskinan juga seringkali menjadi salah satu faktor utama terjadinya perceraian antara suami dan isteri, baik karena isteri tidak diberi nafkah secara wajar sehingga mengajukan gugatan cerai dan hakim agama memutuskan perceraian itu, atau karena suami menghalalkan segala cara dalam mencari nafkah dengan sebab kesulitannya itu sehingga dia ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara yang membuat isteri minta cerai, atau juga karena isteri tidak sanggup menghadapi kemiskinan yang menderanya sehingga dia mencari harta dengan cara melacur dan suaminya marah hingga menceraikannya, dan sebagainya. Kemudian kemiskinan juga dapat menimbulkan noda dalam kehidupan rumah tangga dalam bentuk pembunuhan terhadap anak, karena orang tua takut tidak bisa memberi makan kepada mereka, dan begitulah yang pernah terjadi pada masyarakat jahiliyah yang bisa jadi sekarang inipun masih banyak terjadi dengan corak yang yang lain, karenanya Allah SWT melarang keras hal ini dalam firman-Nya: ”Janganlah kamu sekalian membunuh anakanak kamu karena takut kemiskinan, Kamilah yang akan memberikan rezeki kepadamu dan kepada mereka” (QS. Al-An’am: 151). Kelima: خطر على المجتمع واستقراره 50 Bahaya Kelima dari kemiskinan adalah terhadap masyarakat dalam arti sangat sulit terciptanya keamanan dan stabilitas yang terkendali dalam suatu masyarakat, karenanya kenyataan menunjukan sulitnya orang-orang yang dilanda kemiskinan untuk mengendalikan dirinya karena tuntutan perut, apalagi kalau kemiskinan itu disebabkan oleh ketidakadilan penguasa, perampasan hak manusia, konglomerasi sekelompok kecil masyarakat dengan mengeksploitir sebagian besar masyarakat dan sebagainya. Kondisi semacam itu sangat besar menjadi penyebab timbulnya kecemburuan sosial yang mengakibatkan gejolak sosial hingga tindakan-tindakan kriminal yang mengerikan. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengatasi kemiskinan secara nyata karena dengan itu kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat dapat berlangsung secara baik. Kita berharap agar saudara-saudara kita yang masih dilanda kemiskinan untuk terus memperkokoh kesabaran karena hal itu merupakan ujian dari Allah SWT yang harus dihadapi secara baik sehingga kemiskinan dan kesulitan hidup tidak membuat kita putus asa hingga menghalalkan segala cara, apalagi harus kita sadari bahwa kemiskinan dan kesulitan hidup yang kita alami tidak pernah sesulit yang dialami oleh generasi terdahulu. Kiat Islam Mengatasi Kemiskinan Kemiskinan dan kehidupan dibawah garis kemiskinan merupakan sesuatu yang masih begitu banyak terjadi di sekitar kita.Yang satu berhasil mengatasi kemiskinan, tetapi muncul lagi penduduk miskin yang baru dengan sebab-sebab tertentu.Karena itu kepedulian kita terhadap upaya mengatasi kemiskinan merupakan sesuatu yang sangat penting. Islam merupakan agama yang amat menekankan kepada kita untuk bisa mengatasi kemiskinan, bahkan ada banyak petunjuknya di dalam Al Qur'an dan hadits-hadits, bahkan para ulama terus mencurahkan kemampuan berfikir untuk menggali ajaran Islam dalam konteks mengatasi kemiskinan, sementara kaum muslimin juga terus berusaha dari tahun ke tahun dengan usaha yang maksimal guna mengatasi kemiskinan. Salah seorang ulama yang terus mencurahkan pemikirannya dalam masalah ini adalah Dr. Yusuf Qardhawi yang dalam kitabnya Musykilatul Faqri Wa Kaifa 'Aalajahal Islam menyebutkan kiat-kiat Islam dalam mengatasi kemiskinan. Menurut beliau sekurangkurangnya ada enam kiat yang bisa kita lakukan dalam upaya mengatasi kemiskinan berdasarkan petunjuk Al Qur'an dan Hadits. Pertama adalah bekerja yang merupakan keharusan bagi setiap muslim agar memperoleh rezeki yang Allah sediakan, bahkan kalau perlu seorang muslim berjalan di muka bumi ini hingga ke penjuru dunia guna meraih rezeki yang halal. Allah berfirman: "Dialah yang menjadikan buni itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya (QS. 67:15). Karena itu seorang muslim harus memiliki ilmu yang banyak dan ketrampilan yang bervariasi agar bisa bekerja dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain, hal ini karena bekerja merupakan sesuatu yang sangat mulia dalam pandangan Islam, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang menjadi payah pada sore hari karena kerja tangannya, maka terampuni dosanya (HR. Thabrani). Kedua yang harus dilakukan adalah dengan mencukupi keluarga yang lemah, mereka tidak bisa bekerja bukan karena malas, tapi karena mereka lemah dan kaum muslimin memang harus memenuhi kebutuhannya. Mereka itu misalnya janda yang ditinggal mati suaminya tanpa harta, anak-anak yatim yang masih kecil sehingga belum bisa mandiri, orang 51 yang lanjut usia, orang yang berpenyakit menahun, orang yang cacat dan sebagainya. Keharusan keluarga yang lain untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya yang lemah telah difirmankan oleh Allah: "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan: dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudaranya syaitan dan syaitan adalah sangat ingkar kepada Tuhannya (QS. 17: 2627) Ketiga yang merupakan upaya untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan menunaikan kewajiban zakat. Apalagi zakat itu merupakan kewajiban yang kedudukannya sama dengan kewajiban menunaikan shalat, karenanya dalam banyak ayat dan hadits, perintah shalat dirangkai dengan perintah zakat, misalnya dalam firman Allah: "Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku (QS. 2: 43) Karena zakat merupakan upaya mengatasi kemiskinan, maka sedapat mungkin dana zakat itu tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya konsumtif bagi fakir kecuali zakat fitrah, karena kalau demikian dikhawatirkan mereka hanya menggantungkan harapannya dari zakat yang membuat mereka tambah malas untuk berusaha. Maka dana zakat bisa digunakan untuk orang miskin seperti biaya pendidikan (beasiswa), modal usaha dan sebagainya. Meskipun demikian, kebutuhan awal untuk makan tetap harus dipenuhi, apalagi bagi mereka yang berpenyakit menahun, cacat dan sebagainya. Karena itu, bagi yang tidak menunaikan zakat; bukan hanya tidak sempurna keIslamannya, tapi termasuk orang yang tidak beruntung, tidak baik dan tidak menunjukkan kebajikan dan ketaqwaan, sama saja dengan orang-orang musyrik, tidak memperoleh rahmat Allah, bahkan tidak berhak memperoleh pertolongan-Nya. Keempat untuk bisa mengatasi kemiskinan menurut DR. Yusuf Qardhawi adalah melalui dana bantuan perbendaharaan Islam yang diperoleh dari berbagai sumber dana oleh Baitul Maal. Karena itu kekayaan umum pada suatu negara harus diarahkan kepada upaya mengatasi kemiskinan dan karenanya jangan sampai hal itu dikuasai oleh satu atau sekelompok orang. Disamping itu aset negara, dana perbendaharaan Islam juga bisa diperoleh dari ghanimah (harta rampasan perang), fa'i (harta yang ditinggal musuh) dan sebagainya. Karena itu seluruh potensi negara semestinya dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kemiskinan dengan berbagai cara dan negara kita termasuk negara yang masih memiliki penduduk miskin dalam jumlah yang banyak, mereka tidak boleh kita biarkan saja tanpa ada usaha yang sungguh-sungguh untuk mengatasi kemiskinan mereka. Kelima yang merupakan upaya untuk bisa mengatasi kemiskinan adalah dengan keharusan memenuhi hak-hak selain zakat yang harus diperoleh seorang muslim dari muslim lainnya. Hak-hak yang dapat diperoleh itu misalnya dari tetangga yang mampu, karena itu orang yang beriman bisa dianggap tidak beriman apabila dia kenyang sementara tetangganya lapar, hal lainnya adalah qurban yang juga untuk fakir miskin, kafarat dari seorang muslim yang melanggar sumpah, fidyah, hadiah dan sebagaainya. Keenam yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemiskinan menurut beliau adalah dengan shadaqah suka rela dan kebajikan individu, ini merupakan rangsangan yang diberikan Allah kepada kaum muslimin yang memiliki kemampuan untuk ditunaikannya, diantara bentuknya adalah waqaf dan hibah terhadap harta yang dimilikinya seperti rumah, tanah, kendaraan dan sebagainya. Rangsangan dari Allah yang akan diberikan kepadanya 52 adalah dengan memperoleh pahal yang terus menerus mengalir meskipun dia telah meninggal. Akhirnya harus kita sadari bahwa kemiskinan memang selalu menghantui kita sepanjang zaman, kemiskinan bisa saja akan terus terjadi, meskipun usaha mengatasinya terus kita lakukan. Kemiskinan bisa datang secara tiba-tiba, terhadap orang kaya sekalipun, misalnya dengan terjadinya bencana, peperangan dan sebagainya. Karena itu selagi kita kaya dan berkecukupan, maka Islam menghendaki agar kita ingat pada yang miskin sehingga pada saat membutuhkan bantuan orang lain, insya Allah kita akan memperoleh bantuan yang kita butuhkan itu. G. Urgensi Bisnis dalam Islam Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bisnis merupakan amaliyah yang memiliki banyak keutamaan. Begitu besar keutamaan bisnis ini, hingga Allah SWT ketika menggambarkan tentang keutamaan kehidupan akhirat, Allah SWT menggambarkannya dengan bisnis (QS. As-Shaf/ 61: 10 – 13): ُاَّلل َو َرسو ِل ِه َُِّ عذَابُ أ َ ِليمُ *تؤْ ِمنونَُ ِب ُْ ارةُ ت ْن ِجيك ُْم ِم ُْ َياأَيُّ َها الَّذِينَُ َءا َمنوا ه َ ن َ َل أَدلُّك ُْم َ علَى ِت َج ن ك ْنت ُْم ت َ ْع َلمونَُ * َي ْغ ِف ُْر لَك ُْم ذنو َبك ُْم ُْ اَّللِ ِبأ َ ْم َوا ِلك ُْم َوأَ ْنفسِكُ ُْم ذَ ِلك ُْم َخيْرُ لَك ُْم ِإ َُّ ل ُِ س ِبي َ َوت َجا ِهدونَُ فِي َ َُسا ِكن * ُك ْالفَ ْوزُ ْال َع ِظيم َُ عدْنُ ذَ ِل ُِ ط ِي َبةُ فِي َجنَّا ُْ َويد ِْخ ْلك ُْم َجنَّاتُ ت َ ْج ِري ِم َ ت َ ن ت َ ْح ِت َها ْاْل َ ْن َهارُ َو َم *َُِر ْالمؤْ ِمنِين ُِ اَّللِ َوفَتْحُ قَ ِريبُ َوبَش َُّ َُصرُ ِمن ْ ََوأ ْخ َرى ت ِحبُّو َن َها ن “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan (bisnis) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya. niscaya Allah akan mengampuni dosadosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” Selain keutamaan binsis sebagaimana dalam gambaran di atas, bisnis juga memiliki keutamaan lain, diantaranya adalah: (1) Bisinis merupakan pekerjaan yang paling mulia. Dalam hadits diriwayatkan: ل ِبيَ ِد ُِه )رواه ُِ الرج َُ ب فَقَا ُِ ل ْال َك ْس ُِ ض ُْ ع َُّ صلَّى ُُّ ل النَّ ِب َُ ِسئ َّ ُل بَيْعُ َمبْرورُ َو َع َمل َ ن أ َ ْف َ سلَّ َُم َ اَّلل َ علَ ْي ُِه َو َ ي (أحمد Dari Hani' bin Nayar bin Amru ra berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai pekerjaan yang paling mulia. Beliau menjawab, 'Jual beli (bisnis) yang mabrur (sesuai syariat dan tidak mengandung unsur tipuan dan dosa) dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan kedua tangannya." (HR. Ahmad) (2) Mendatangkan keberkahan. Artinya cara mencari rizki dengan berbisnis merupakan cara yang mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda; 53 ُار َما لَ ْم ُِ ان ِب ْال ِخ َي ُِ ل ْال َب ِي َع َُ سلَّ َُم قَا َُّ صلَّى ُْ ع َُّ ي َُ ض ُِ ن َح ِكيمُ ب ُْ ع َ اَّلل َ ُع ْنه َ اَّلل ِ ْن ِحزَ امُ َر َ َ علَ ْي ُِه َو َ ِ ُن النَّ ِبي َ ت بَ َر َكةُ َُب ْي ِع ِه َما (رواه ُْ َن َكذَبَا َو َكتَ َما م ِحق ُْ ك له َما فِي َب ْي ِع ِه َما َو ِإ َُ ور ُْ ِ يَتَفَ َّرقَا فَإ َ ن ِ صدَقَا َوبَيَّنَا ب )البخاري ومسلم Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda; "Penjual dan pembeli keduanya bebas memilih selagi keduanya belum berpisah. Maka jika keduanya jujur dan saling menjelaskan dengan benar, maka akan diberkahi pada bisnis keduanya. Namun jika menyembunyikan cacat dan dusta, maka terhapuslah keberkahan jual beli tersebut. (HR. Bukhari – Muslim) 3. Pelaku bisnis yang jujur dan amanah akan dikumpulkan kelak di akhirat bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada'. Sedang mereka semua di akhirat tidak memiliki tempat melainkan di surga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda: َّ صلَّى َُصدوقُ اْْل َ ِمينُ َم َعُ النَّ ِب ِيين َُ سلَّ َُم قَا ُْ ع ُْ ع َّ اج ُر ال َ ُاَّلل َ ُس ِعيد َ َ علَ ْي ِهُ َو َ ن أ َ ِبي ِ َّ ل الت َ ِ ُن النَّ ِبي ُّ الصدِي ِقينَُ َوال (اء )رواه الترمذي ُِ َش َهد ِ َو Dari Abu Sa'id ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, maka ia akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada'. (HR. Turmudzi) (4) Dalam beberapa kitab sirah nabawiyah bahkan digambarkan bahwa masyarakat Mekah tidak dianggap sebagai orang yang terhormat dan memiliki "mahabah' (baca ; kewibawaan), kecuali jika ia merupakan seorang pebisnis. (5) Banyak ulama yang mengatakan, bahwa orang yang berbisnis lebih dapat mengatur waktu dan kehidupannya secara baik. Seperti lebih dapat meluangkan waktu untuk berda'wah, mengarahkan umat dsb. Oleh karenanya tidak heran jika ulama-ulama besar umat ini, mereka juga adalah pengusaha besar. Sebut saja nama Imam Malik, Imam AlKhattabi dsb. Beginilah Rasulullah Berbisnis 1. Jujur di dalam Bisnisnya, Kejujuran adalah syarat fundamental dalam berbisnis yang dilakukkan oleh RasullAllah Muhammad SAW. Beliau pernah melarang para pedagang untuk meletakkan barang Busuk/jelek di dalam dagangannya. dan beliau selalu memberikan barang sesuai dengan seadannya dan terbaik bagi Konsumennya. 2. Berprinsip pada nilai Illahi, Bisnis yang di lakukkan tidak terlepas dari pengawasan Tuhan. Dan menyadarkan manusia sebagai makluk Illahiyah (berTuhan). 3. Prinsip kebebasan Individu yang bertanggung Jawab, Bukan bisnis hasil dari Paksaan atau Riba. Yang menjerat kebebasan Individu. 4. Bertanggung Jawab, Bertanggung Jawab moral kepada Tuhan atas perilaku Bisnisnya maupun Orang lain/Partner Bisnisnya maupun Konsumennya. 5. Keadilan dan Keseimbangan, Keadilan dan keseimbangan sosial, bukan hanya keuntungan semata tetapi Kemitraan/bantu membantu di dalam bisnisnya (Win-WinSolution) 54 6. Tidak hanya mengejar keuntungan, dan berorientasi untuk menolong orang lain, Atau WIN Win Solution. 7. Berniat baik di Bisnisnya, berniat baik adalah Aset Paling berharga oleh pelaku Bisnis selain untuk menjadi terbaik tapi bermanfaat bagi orang lain. 8. Berani mewujudkan Mimpi, RasullAllah dari seorang penggembala Kambing, berniat untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik lagi, menjadi pedagang, lalu Manager hingga beliau mewujudkan cita-citanya menjadi Owner (Pemilik perusahaan) dengan menikahi Siti Khadijah. Beliau adalah Enterprenur Cerdas. 9. Branding/Menjaga nama baik, RasullAllah selalu menggunakan cara ini sebagai Modal Utama, Track Record sebagai orang Terpercaya (Al Amin), Justru paling di cari dan siapapun ingin bekerja sama dengannya. (Lebih detil, cek di buku Beginilah Rasulullah Berbisnis karya Hepi Andi Bastoni, Pustaka al-Bustan). Cara Merintis Bisnis: • Fokus dan Konsentrasi, RasulAllah selalu Fokus terhadap bisnis yang beliau tekuni, Tidak mengerjakan bisnis yang satu ke satunya lagi sebelum beliau menyelesaikannya... • Mempunyai Goal dan rencana yang jelas • Merintis Bisnis Dari NOL, kesuksesan beliau tidak datang dalam satu malam walaupun seorang RasullAllah, tetapi harus dimulai dari langkah-langkah kecil. Dari seorang Karyawan/Salles hingga jadi Owner. Dan semua tanpa ada praktek KKN. • Tidak Mudah Putus Asa, beliau berkata: Janganlah kamu berdua putus asa dari rizky selama kepalamu masih bergerak. Karena manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan merahtidak mempunyai baju, Kemudian Allah SWTmemberikan rizky kepadanya (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya) • Berusaha Menjadi Trend Center • Inovatif, Semua barang yang di Jual Rasul selalu berbeda dari kompetitornya, dengan harga murah tetapi Hight Quality. • Memahami kondisi dan analisa Pasar • Kemampuan merespon strategi Pesaingnya • Belajar menguasai pasar, Dikisahkan Ketika beliau di Mekkah para pedagang dari kaum Quraisy yang ingin menjatuhkan Bisnisnya, dengan menjatuhkan Harga dengan tidak Wajar. Tetapi beliau menerapkan Hukum Suply&Demand, beliau menyiasati dan bersabar. Hingga semua dagangan para Kompetitornya habis semua. Rasul baru menjual dagangannya karena Rasul percaya kalau jumlah Permintaan (Demand) jauh lebih tinggi dari jumlah Penawaran (Supply) di Kota itu. Tak lama kemudian Rakyat Kota tersebut membeli Barang Dagangan Rasul dengan Harga Normal, ketika rombongan Pedagang itu pulang Mekkah gempar. Semua pedagang Rugi akibat banting harga kecuali Nabi Muhammad SAW yang untung besar. Itulah kejelian melihat, menganalisis, dan memahami Pasar. Hingga menguasai Pasar yang ada. • Mampu Memanagement Organisasi secara Efektif • Bisa menghilangkan Mental Blocking, Atau juga yang di sebut dengan Ketakutan yang Berlebihan dalam menghadapi kegagalan usaha. Rasul selalu bisa mengalahkan diri sendiri dari hal-hal Negatif (mujahadah). 55 • Mampu menarik dan meyakinkan pemilik Modal untuk ikut serta dalam bisnis yang dilaksanakannya. Cara Menjalankan Bisnisnya : 1. Bekerja Sama (bersinergi), Beliau bersabda "Keberkahan sesungguhnya berada dalam Jamaah. Dan, tangan Allah sesungguhnya bersama Jamaah" 2. Kerja Pintar, Kreatif dan Visioner 3. Menerapkan kesepakatan Win-Win-Solution (Saling menguntungkan, dan tidak ada yang dirugikan) 4. Bekerja dengan Prioritas 5. Tidak melakukan Monopoli 6. Selalu berusaha dan Tawakal 7. Tepat Waktu 8. Berani ambil Resiko 9. Tidak menimbun barang dagangan (ihtikar), Rasul melarang Keras pelaku Bisnis dan menyimpan barang pada massa tertentu, hanya untuk keuntungan semata. Rasul bersabda bahwa pedagang yang mau menjual barang dagangannya dengan spontan akan di beri kemudahan. Tapi penjual yang sering menimbun dagangannya akan mendapat kesusahan (Dalam HR Ibnu Majah dan Thusiy). 10. Profesional di Bisnis yang Di kelolannya 11. Selalu Bersyukur di Segala Kondisi 12. Berusaha dengan Mandiri, Tekun dan Tawakal 13. Menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan, dan kemuliaan dalam proses interaksi bisnis 14. Melakukan bisnis berdasarkan Cinta (Passion). 15. Tidak MenZhalimi (Merugikan Orang lain) 16. Rajin Bersedekah Cara memasarkan Produk : 1. Memasarkan Produk yang Halal dan Suci 2. Tidak melakukan Sumpah Palsu, 3. Tidak merpura-pura menawar dengan harga tinggi, Agar orang lain tertarik 4. Melakukan timbangan dengan benar 5. Tidak menjelekkan bisnis Orang lain, Beliau bersabda " Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain" (HR. Muttafaq ‘alaih) 6. Pintar beriklan/Promosi, Rasul hafal betul dimana ada Bazaar di suatu tempat tertentu. Sehingga makin banyak orang mengenal beliau dan barang dagangannya. 7. Transparansi (keterbukaan), Beliau bersabda "Tidak dibenarkan seorang Muslimin menjual satu-satu jualannya yang mempunyai aib, sebelum dia menjelaskan aibnya" (HR. Al-Quzuwaini) 8. Mengutamakan pelanggan (Customer Satisfaction) 9. Networking (Jejaring) di wilayah lain 10. Cakap dalam berkomunikasi dan bernegosiasi (tabligh) 11. Tidak mengambil Untung yang berlebihan 12. Mengutamakan penawar pertama 13. Menawar dengan harga yang di inginkan 56 14. Melakukan perniagaan sepagi mungkin, RasulAllah mendoakan orang-orang yang pagi-pagi dalam bekerja. "Ya Allah, berkahilah umatku dalam berpagi-paginya mereka" (HR.Shahr Al Ghamidi) 15. Menjaga Kepercayaan pelanggan 16. Mewujudkan Win-Win Solution 17. Barang Niaga harus bermutu, Murah, Bermanfaat, Mutakhir dan Berkualitas 18. Kemudahan dalam hal transaksi dan pelayanan 19. Menentukan Harga dengan jelas ketika akad (Deal) Cara berhubungan dengan Karyawan : 1. Berbagi perhatian kepada karyawan, Tidak memilih-milih karyawan Istimewa semua sama. 2. Bermitra Bisnis, Karyawan dan Majikan seperti hubungan kekeluargan yang kental. Bukan seperti Tuan dan Budak. 3. Memberi gaji yang Cukup kepada Karyawannya 4. Memberi gaji tepat Waktu kepada Karyawannya, Sebelum keringat karyawan kering 5. Tidak membebani Karyawan dengan tugas diluar kemampuannya 6. Karyawan di Wajibkan kerja sungguh-sungguh dengan seluruh kekuatannya 7. Sering memberikan Bonus-bonus tambahan di luar gaji pokok 8. Contoh di Atas adalah sebagian kecil dari sifat-sifat Suri tauladan Rasul Allah Muhammad SAW yang bisa kita Contoh dalam membangun Kerajaan Bisnis Kita, jauh lebih Sukses, berakhlak dan membantu terhadap sesamanya. H. Peran Zakat dalam Islam • • • • • • Zakat merupakan ibadah wajib dengan ketentuan yang telah ditetapkan syariah, sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Taubah (9:60) Zakat mewujudkan keseimbangan antara pemilik harta yang berlebih dengan mereka yang membutuhkan (DHU’AFA) Zakat membantu kehidupan mereka yang kekurangan (lemah secara ekonomi) untuk bertahan hidup dan menjadi lebih berdaya dengan program pengembangan zakat secara produktif. Zakat digunakan sebagai sumber dana untuk program-program pmbangunan ekonomi, sosial, pertahanan keamanan, pnyebaran fikrah Islam, dan programprogram pembangunan lainnya sesuai kebutuhan negara. Zakat menumbuhkan rasa kemanusiaan yang tinggi. Kesadaran untuk berbagi teradap mereka yang membutuhkan akan membentuk rasa kepedulian sosial yang tinggi, sehingga dengan sendirinya peran zakat dalam pembangunan masyarakat dapat berjalan. Zakat dapat digunakan untuk menjalankan program-program produktif yang dapat mengubah tingkat ekonomi seseorang menjadi lebih baik, seperti zakat untuk program pemberdayaan ekonomi. I. Managemen Zakat dan Wakaf Manajemen zakat 57 Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Nisab adalah ukuran tertentu dari harta yang dimiliki yang mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan haul adalah berjalan genap satu tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap pemeluk Islam yang mempunyai harta cukup banyaknya menurut ketentuan (nisab) zakat, wajiblah membersihkan hartanya itu dengan mengeluarkan zakatnya. Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Segala sesuatu yang bertambah disebut zakat. Menurut istilah fikih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada yang berhak. Orang yang wajib zakat disebut “muzakki”, sedangkan orang yang berhak menerima zakat disebut ”mustahiq”.Zakat merupakan pengikat solidaritas dalam masyarakat dan mendidik jiwa untuk mengalahkan kelemahan dan mempraktikan pengorbanan diri serta kemurahan hati. Zakat ada dua macam yaitu zakat mal dan zakat fitrah. Zakat mal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan kepada mustahiknya setelah mencapai nisab zakat, dan setelah dimiliki selama jangka tertentu pula. Sedangkan zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan atas setiap orang muslim, laki-laki, perempuan, budak atau merdeka, pada akhir puasa Ramadahan (Yusuf al-Qaradhawi). Zakat bentuk distribusi dari si kaya kepada si miskin agar tidak terjadi jurang pemisah antara keduanya. Pengelolaan diatur berdasarkan prinsip-prinsip yang baik dan benar. Jelas akan lebih baik meningkatkan manfaat yang nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan pengelolaan zakat yang kurang optimal. Pada tanggal 23 september 1999 ppresiden RI BJ Habibie mengesahkan UU No. 38 tahun 1999 tentang zakat untuk melaksanakan UU tersebut Mentri Agama RI menetapkan KPTS Mentri Agama RI No.581 tahun 1999. Berhasilnya pengelolaan zakat tidak hanya bergantung pada banyaknya zakat yang terkumpul tetapi sangat bergantung pada dampak dan pngelolaan zakat tersebut dalam masyarakat dan zakat tersebut benar-benar dapat mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat. Keadaan demikian sangat bergantung dari manajemen yang diterapkan oleh BAZ (Badan Amal Zakat) dan dari pemerintah. Mustahiq Zakat ada delapan sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya: ُ ُ ُ ُ . ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat (amil), para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekaan) budak, orang yang terbelit utang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS at-Taubah: 60). Manajemen wakaf Wakaf adalah salah satu bentuk dari lembaga ekonomi Islam.Ia merupakan lembaga Islam yang satu sisi berfungsi sebagai ibadah kepada Allah, sedangkan di sisi lain wakaf juga berfungsi sosial. Wakaf muncul dari satu pernyataan dan perasaan iman yang mantap dan solidaritas yang tinggi antara sesama manusia. Dalam fungsinya sebagai ibadah ia 58 diharapkan akan menjadi bekal bagi si wakif di kemudian hari, karena ia merupakan suatu bentuk amalan yang pahalanya akan terus menerus mengalir selama harta wakaf itu dimanfaatkan. Sedangkan dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset amat bernilai dalam pembangunan umat. Istilah wakaf beradal dari “waqf” artinya menahan. Menurut H. Moh. Anwar disebutkan bahwa wakaf ialah menahan sesuatu barang daripada dijual-belikan atau diberikan atau dipinjamkan oleh yang empunya, guna dijadikan manfaat untuk kepentingan sesuatu yang diperbolehkan oleh Syara’ serta tetap bentuknya dan boleh dipergunakan diambil manfaatnya oleh orang yang ditentukan (yang menerima wakafan), perorangan atau umum. 59 Materi XIII KEBUDAYAAN DAN PERADABAN ISLAM Secara harfiah "kebudayaan" berasal dari kata "budi" dan "daya" ditambah awalan "ke" dan akhiran "an". Budi berarti akal dan daya berarti kekuatan. Dengan demikian kebudayaan Islam berarti segala sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan akal manusia. Sedangkan peradaban berasal dari kata arab "adab" berarti bernilai tinggi. Dengan demikian peradaban Islam adalah kebudayaan Islam yang bernilai tinggi. Jadi, peradaban Islam adalah “sekumpulan pandangan tentang kehidupan menurut sudut pandang Islam”. Atau dengan pengertian yang lain, peradaban Islam adalah pencapaian hasil budi kaum muslimin dalam sejarah. Istilah peradaban ini sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya yang berwujud unsur-unsur budaya yang halus, indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi. Dilihat dari pengertian dari “Kebudayaan” dan “Peradaban” secara umum maka keduanya adalah hampir mirip akan tetapi sebenarnya memiliki makna berbeda. Kebudayaan melahirkan peradaban dan peradaban lahir dari kebudayaan, dan tidak ada manusia yang tidak berbudaya karena tidak ada manusia yang hidup sendirian. Karena itulah maka sekelompok manusia yang membentuk masyarakat pasti melahirkan sebuah kebudayaan yang berkembang menjadi peradaban. Adapun yang menjadi orientasi kebudayaan di dunia Islam adalah perbedaan antara alam kosmis, transendental, tatanan keduniaan, serta kemungkinan untuk mengatasi ketegangan yang inheren dalam perbedaan ini berdasarkan ketaatan sepenuhnya pada Tuhan dan kegiatan keduniaan –terutama sekali, kegiatan politik dan militer; unsur universirtas yang kuat dalam definisi tentang komunitas Islam; pemberian akses otonom bagi seluruh warga komunitas untuk memperoleh atribut-atribut tatanan transendental dean keselamatan (salvation) melaljui ketaatan terhadap Tuhan; cita-cita ummah, komunitas politik-keagamaan dari setiap pemeluknya, dan gambaran mengenai penguasa sebagai penegak cita-cita Islam, mengenai kemurnian ummah, dan kehidupan komunitas. Berangkat dari pengertian “peradaban Islam” di atas maka berbeda dengan Islam yang skaral, tetap dan abadi, peradaban Islam betapapun besar dan hebatnya, adalah bersifat profan, berkembang dan tidaklah suci. Peradaban Islam, tetaplah seperti peradaban lain, yakni tidak bebas dari kelemahan. Namun demikian, seiring dengan pasang surutnya sebuah peradaban, peradaban Islam pun pernah mengalami masa-masa kejayaan meskipun kemudian mengalami masa kemunduran. Jika pada zaman Abbasiyah umat Islam mampu menjadi sumber ilmu pengetahuan serta menjadi kiblat dunia, termasuk Barat, maka saat ini umat Islam hanya menjadi konsumen dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan masyarakat Barat. Peradaban Baratlah yang saat ini memberikan kontribusi besar bagi kehidupan manusia secara umum dan bahkan cenderung menghegemoni peradaban lainnya, termasuk Islam. A. PUNCAK KEJAYAAN ISLAM Seorang pemikir Prancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan, “Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan 60 yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain.” Masa kerasulan Muhammad saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak (kulminasi) peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi trendsetter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Tongkat kepemimpinan bergantian dipegang oleh Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, dan seterusnya. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Perluasan wilayah menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya penyebarluasan Islam ke seluruh penjuru dunia. Pembebasan (futuhat) wilayah-wilayah, adalah sebagai bagian dari upaya untuk menyebarkan Islam, bukan menjajahnya. Itu sebabnya, banyak orang yang kemudian tertarik kepada Islam. Satu contoh menarik adalah tentang Futuh Makkah (Pembebasan Makkah), Rasulullah saw dan sekitar 10 ribu pasukannya memasuki kota Makkah. Kaum Quraisy menyerah dan berdiri di bawah kedua kakinya di pintu Ka’bah. Mereka menunggu hukuman Rasul setelah mereka menentangnya selama 21 tahun. Namun, ternyata Rasulullah justru memaafkan mereka. Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam. Ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah. Perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Perpustakaan alAhkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan lainnya. Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan Tartar ketika mereka menyerang Islam. Itu sebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’nya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam. Umat Islam menghidupkan ilmu, mengadakan penyelidikan-penyelidikan. Fakta sejarah menjelaskan antara lain, bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam memiliki tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun di bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi. 61 PERIODESASI KEJAYAAN ISLAM 1. Masa Nabi saw era Madinah 622 M - 632 M (10 th) 2. Masa Khulafaur Rasyidin 632M- 661 M (30 th) 3. Masa Bani Umayyah 661 M - 750 M (90 th). Selain berpusat di Damaskus, Bani Ummayah juga sempat jaya di Spanyol. 4. Masa Bani Abbasiyah 750 M - 1258 M (508 th) yang berpusat di Baghdad dan sempat juga melanjutkan pemerintahannya di Mesir. 5. Masa Turki Utsmani 1258 M – 1924 (666 th) berpusat di Istanbul, Turki. Jadi, total masa kejayaan Islam sekitar 13 abad 1. Era Rasulullah saw (622-632M) dan Khulafaur Rasyidin (632-661 M) Kesuksesan Rasulullah Muhammad Saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun, 13 tahun langkah persiapan pada periode Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madienah (Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, dimana beliau Saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia dan Mesir. Generasi masa itu merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Alloh Swt:“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh”. (QS. Ali Imran ayat 110). 2. Periode Daulat Umayyah (661-750M) Awal berlangsungya periode Daulat Umayyah lebih memprioritaskan pada perluasan wilayah kekuasaan. Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah. Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Pada bidang pengembangan keilmuan.Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.Peradaban Islam telah menguasai dunia perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M). 3. Periode Daulat Abbasiyah (132H/750M s.d. 656H/1258 M) Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun. Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam.Masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan) peradaban Islam.Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M). Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan 62 muslim yang mashur dan berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Periode Setelah Daulat Abbasiyah Sampai Tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani Pada masa Khilafah Utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman Khalifah Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang pada masanya telah jauh meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer, sains dan politik. Menyimak betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Kejayaan Islam Masa Dinasti Abbasiyah Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat (negara) Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia. Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak kejayaan. Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam. Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui dunia di antaranya: 1) Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. AlRazi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina; 2) Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan; 3) Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae; 4) Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri). Bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya 63 diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa. Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab. Dunia Barat sekarang sejatinya berterima kasih kepada umat Islam. Akan tetapi pada kenyataannya pihak Barat (non-Muslim) telah sengaja menutup-nutupi peran besar atas jasa para pejuang dan ilmuwan muslim tersebut yang pada akhirnya terabaikan bahkan sampai terlupakan. 1. Keruntuhan Kejayaan Islam Setelah berhasil membangun kejayaan selama 14 abad lebih, akhirnya peradaban Islam jatuh tersungkur. Serangan pemikiran dan militer dari Barat bertubi-tubi menguncang Islam. Akibatnya, kaum muslimin mulai goyah. Puncaknya, adalah tergusurnya Khilafah Islamiyah di Turki dari pentas perpolitikan dunia. Berikut adalah faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah: 1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah. 2. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi. 3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Di samping itu, ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. 1. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. 2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. B. MENGAPA UMAT ISLAM KINI TERTINGGAL? Tidak dapat dipungkiri bahwa era sekarang adalah Era Amerika Serikat. Nyaris seluruh dunia memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap AS, Israel dan sekutunya. AS dan Eropa yang beragama Nashrani dan Israel yang Yahudi sangat kuat mencengkeram dunia Islam. Bahkan sebagiannya dibawah kendali langsung mereka seperti Arab Saudi, Kuwait, Mesir, Irak dan lain-lain. Realitas yang buruk ini telah diprediksikan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya: Dari Said Al-Khudri, dari Nabi saw bersabda:" Kamu pasti akan mengikuti sunah perjalanan orang sebelummu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga walaupun mereka masuk lubang biawak kamu akan mengikutinya". Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah saw apakah mereka Yahudi dan Nashrani". Rasul saw menjawab, "Siapa lagi!" (H.R. Bukhari dan Muslim) Beginilah nasib dunia Islam di akhir zaman yang diprediksikan Rasulullah saw. Mereka akan mengikuti apa saja yang datang dari Yahudi dan Nashrani, kecuali sedikit diantara 64 mereka yang sadar. Prediksi tersebut sekarang benar-benar menimpa sebagian besar umat Islam dan dunia Islam. 1. Segi sosial Dari segi kehidupan sosial, sebagian besar umat Islam hampir sama dengan mereka. Hiburan yang disukai, mode pakaian yang dipakai, makanan yang dinikmati, film-film yang ditonton, bebasnya hubungan lawan jenis dan lain-lain. Pola hidup sosial Yahudi dan Nashrani melanda kehidupan umat Islam dengan dipandu media massa khususnya televisi. 2. Segi Ekonomi Dalam kehidupan ekonomi, sistem bunga atau riba mendominasi persendian ekonomi dunia dimana dunia Islam secara terpaksa atau sukarela harus mengikutinya. Riba' yang sangat zhalim dan merusak telah begitu kuat mewarnai ekonomi dunia, termasuk dunia Islam. Lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF, Bank Dunia, WTO dll mendikte semua laju perekonomian di dunia Islam. Akibatnya krisis ekonomi dan keuangan disebabkan utang dan korupsi menimpa sebagian besar dunia Islam. 3. Segi Politik Begitu juga pengekoran umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani terjadi dalam kehidupan politik. Politik dibangun atas dasar nilai-nilai sekuler, mencampakkan agama dan moral dalam dunia politik, bahkan siapa yang membawa agama dalam politik dianggap mempolitisasi agama. Begitu buruknya kehidupan politik umat Islam, sampai departemen yang mestinya mencerminkan nilai-nilai Islam, yaitu departemen agama, menjadi departemen yang paling buruk dan sarang korupsi. Buruknya realitas sosial politik umat Islam di akhir zaman disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw., beliau bersabda: Dari Tsauban berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kamu, seperti kelompok orang lapar siap melahap makanan". Berkata seorang sahabat, "Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu?" Rasul saw. menjawab, "Jumlah kalian pada saat itu banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan. Allah mencabut rasa takut dari musuh terhadap kalian, dan memasukkan kedalam hati kalian penyakit Wahn". Berkata seorang sahabat, "Wahai Rasulullah saw., apa itu Wahn?" Rasul saw. berkata, "Cinta dunia dan takut mati." (H.R. Ahmad dan Abu Daud) Inilah sebab utama dari realitas umat Islam, yaitu wahn. Penyakit cinta dunia dan takut mati sudah menghinggapi mayoritas umat Islam, sehingga mereka tidak ditakuti lagi oleh musuh, bahkan menjadi bulan-bulanan orang kafir. Banyak umat Islam yang berkhianat dan menjadi kaki-tangan musuh Islam, hanya karena iming-iming dunia. Bangsa Amerika, Israel dan sekutunya menjadi kuat di negeri muslim, karena di setiap negeri muslim banyak agen dan boneka AS dan Israel. Bahkan yang lebih parah dari itu, bahwa agen AS dan Israel itu adalah para penguasa negeri muslim sendiri atau kelompok yang dekat dengan penguasa. Dunia dengan segala isinya seperti harta, tahta dan wanita sudah sedemikian kuatnya memperbudak sebagian umat Islam sehingga mereka menjadi budak para penjajah, baik AS Nashrani dan Israel Yahudi. Dan pada saat mereka begitu kuatnya mencintai dunia dan diperbudak oleh dunia, maka pada saat yang sama mereka takut mati. Takut mati karena takut berpisah dengan dunia dan takut mati karena banyak dosa. Demikianlah para penguasa dunia Islam diam, pada saat AS membantai rakyat muslim Irak, dan Israel membantai rakyat muslim Palestina. Kecenderungan yang kuat terhadap dunia atau wahn, 65 menyebabkan umat Islam mengekor dan tunduk patuh kepada dunia barat yang notabenenya dikuasi Yahudi dan Nashrani. Dan ketika umat Islam mengikuti Yahudi dan Nashrani, maka banyak sekali kemiripan dengan meraka. C. FUNGSI MASJID DI MASA RASULULLAH SAW Ketika Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid kecil yang berlantaikan tanah, dan beratapkan pelepah kurma. Dari sana beliau membangun masjid yang besar, membangun dunia ini, sehingga kota tempat beliau membangun itu benar-benar menjadi Madinah, (seperti namanya) yang arti harfiahnya adalah 'tempat peradaban', atau paling tidak, dari tempat tersebut lahir benih peradaban baru umat manusia. Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw adalah Masjid Quba', kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa (QS Al-Tawbah [9]: 108), yang jelas bahwa keduanya--Masjid Quba dan Masjid Nabawi-- dibangun atas dasar ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan samph dan bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni ketakwaan. Al-Quran melukiskan bangunan kaum munafik itu sebagai berikut, Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang Mukmin) dan karena kekafiran-(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin, serta menunggu/mengamat-amati kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu (QS Al-Tawbah [9]: 107). Masjid Nabawi di Madinah telah menjabarkan fungsinya sehingga lahir peranan masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepuluh peranan yang telah diemban oleh Masjid Nabawi, yaitu sebagai: 1) Tempat ibadah (shalat, zikir). 2) Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya). 3) Tempat pendidikan. 4) Tempat santunan sosial. 5) Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya. 6) Tempat pengobatan para korban perang. 7) Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa. 8) Aula dan tempat menerima tamu. 9) Tempat menawan tahanan, dan 10) Pusat penerangan atau pembelaan agama. Agaknya masjid pada masa silam mampu berperan sedemikian luas, disebabkan antara lain oleh: 1) Keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang teguh kepada nilai, norma, dan jiwa agama. 2) Kemampuan pembina-pembina masjid menghubungkan kondisisosial dan kebutuhan masyarakat dengan uraian dan kegiatan masjid. 66 Manifestasi pemerintahan terlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi-pribadi pemimpin pemerintahan yang menjadi imam/khatib maupun di dalam ruangan-ruangan masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan pemerintahan dan syura (musyawarah). Bersamaan dengan perkembangan zaman, terjadi ekses-ekses dimana bisnis dan urusan duniawi lebih dominan dalam pikiran dibanding ibadah meski di dalam masjid, dan hal ini memberikan inspirasi kepada Umar bin Chattab untuk membangun fasilitas di dekat masjid, dimana masjid lebih diutamakan untuk hal-hal yang jelas makna ukhrawinya, sementara untuk berbicara tentang hal-hal yang lebih berdimensi duniawi, Umar membuat ruang khusus di samping masjid. Itulah asal usulnya sehingga pada masa sejarah Islam klassik (hingga sekarang), pasar dan sekolahan selalu berada di dekat masjid. Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria, wanita, yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya dan miskin. Di dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada 1975, hal ini telah didiskusikan dan disepakati, bahwa suatu masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik apabila memiliki ruangan, dan peralatan yang memadai untuk: 1) Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. 2) Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa bercampur dengan pria baik digunakan untuk shalat, maupun untuk Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK). 3) Ruang pertemuan dan perpustakaan. 4) Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan mengkafankan mayat. 5) Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja. Semua hal di atas harus diwarnai oleh kesederhanaan fisik bangunan, namun harus tetap menunjang peranan masjid ideal termaktub. Teori Masuknya Islam ke Indonesia 1. Gujarat – Abad 12. Pendapat ini dibantah karena pada 1297 raja Samudera Pasai wafat, sedangkan Gujarat masih Hindu. 2. Bangladesh- Bangladesh bermazhab Hanafi. Indonesia mayoritas Syafii. 3. India. Islam datang ke Indonesia abad 13. Padahal banyak bukti, Islam sudah ada sebelum abad 13. 4. Persia. Persia beraliran Syiah, Indonesia Sunni. 5. China. Ditemukan makam keluarga Saad bin Abi Waqqash di Ghuang Zho Cina. 6. Jazirah Arab- Abad 7. Banyak bukti sisa pelayaran bangsa Arab ke Nusantara. D. KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di seluruh dunia. Muslim di Indonesia juga dikenal dengan sifatnya yang moderat dan toleran. Sejarah awal penyebaran Islam di sejumlah daerah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia sangatlah beragam. Penyebaran Islam di tanah Jawa sebagian besar dilakukan oleh walisongo (sembilan wali). Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. 67 Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. ❖ TEKNOLOGI DALAM PERADABAN ISLAM Dengan rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, Kekhilafahan Abbasiyahmampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam.Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia.Sebut saja, al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma).Ada Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu udara.Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat.Tak ketinggalan al-Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun bunga dan tidak pernah 7 atau 9. Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Lain lagi pada masa pemerintahan dinasti Usmaniyah, kekuatan militer laut Usmaniyah sangat ditakuti Barat saat itu, apalagi mereka menguasai Laut Tengah. Kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18. Umat Islam mulai merasa tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi setelah masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir.Saat itu Napoleon masuk dengan membawa mesin-mesin dan peralatan cetak, ditambah tenaga ahli. Dinasti Abbasiyah jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahannya diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Di sisi lain, tradisi keilmuan itu kurang berkembang pada kekhalifahan Usmaniyah. Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam dalam Pengetahuan dan Teknologi a. Eksternal Kondisi dan citra ummat dan ilmuwan Muslim saat ini sama sekali berbeda jauh dengan zaman keemasan Islam dulu. Hal ini merupakan perwujudan dari proses eksternal dan buah kelemahan internal yang cukup kompleks yang sampai saat ini masih sering diseminarkan. 68 Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah setelah tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan revolusi industri di Inggris. b. Internal Banyak ilmuwan, pakar sains dan teknologi Islam mencoba untuk mencari akar permasalahan kemunduran sains ummat ini dan kemudian mencoba untuk mencari solusi. Diantaranya, Prof. Dr. Abdus Salam, Ilmuwan Muslim yang mendapatkan Nobel pada tahun 1978, mengutarakan bahwa umat Islam tertinggal dalam bidang sains dan teknologi karena beberapa faktor diantaranya: a. Tidak mempunyai komitmen terhadap sains, baik sains terapan maupun sains murni. b. Tidak memiliki hasrat yang kuat untuk mengusahakan tercapainya kemandirian sains dan teknologi (self reliance). c. Tidak membangunkan kerangka institutional dan legal yang cukup untuk mendukung perkembangan sains. d. Menerapkan cara yang tidak tepat dalam menjalankan manajemen kegiatan di bidang sains dan teknologi. Langkah-langkah menuju kebangkitan sains dan teknologi umat: a. Reorientasi Motivasi b. Integrasi sains dan Islam c. Dukungan Pemerintah dan masyarakat d. Kolaborasi dan soliditas e. Intensif menterjemahkan rujukan untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para saintis muslim f. Upaya serius menciptakan stabilitas ekonomi dan politik yang lebih baik. g. Bila ilmu diamalkan, maka Allah akan beri lagi dia bermacam-macam ilmu yang dia belum ketahui. Sabda Rasulullah saw: Barang siapa yang mengamalkan apa yang dia tahu niscaya Allah akan berikan ilmu yang dia tidak tahu... (Riwayat Abu Naim). Ada tiga upaya konkret yang bisa dilakukan umat untuk mengembalikan kejayaan Islam di masa lampau. Yang pertama adalah merapatkan barisan. Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 103 yang isinya “Dan berpeganglah kalian semuanya dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai.” Kedua, upaya lainnya adalah kembali kepada tradisi keilmuan dalam agama Islam. Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu ‘ain adalah Al-Quran, hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan cabang-cabangnya. Sedangkan yang masuk ilmu fardhu kifayah adalah kedokteran, matematika, psikologi, dan cabang sains lainnya. Sementara upaya ketiga adalah dengan mewujudkan sistem yang berdasarkan syariah Islam. 69 ❖ BENTUK BUDAYA ISLAM YANG MASUK KE BUDAYA INDONESIA Menurut para ahli kebudayaan, cakupan budaya adalah spiritual (pengalaman rohani), intelektual (wawasan keilmuan), sikap artistik (rasa keindahan) yang dihasilkan oleh masyarakat, termasuk tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukum dan hubungan sosial. Dari pemaparan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan Islam adalah spiritual, intelektual, sikap artistik, tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukum, dan hubungan sosial yang dihasilkan oleh Nabi Muhammad saw. dan masyarakat Islam dari waktu ke waktu. Dari uraian tersebut jika kita bahasakan dalam istilah sehari-hari yang sudah biasa kita kenal, maka bentuk atau wujud kebudayaan Islam itu dapat berupa sebagai berikut. 1. Bidang politik dan pemerintahan Pola kepemimpinan dalam Islam baik ketika rasulullah masih hidup maupun ketika beliau sudah meninggal terus berkembang, hal ini melandasi dasar keimanan seseorang terhadap Allah dan rasulnya. Corak kepemimpinan pada masa Khullafaaurrasyidin, pasti berbeda dengan corak kepemimpinan pada masa Dinasti Bani Ummayyah, dan pada masa Dinasti Abbasiyah. 2. Bidang sosial dan ekonomi Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Ekonomi adalah modal dasar untuk membangun umat agar tetap melanjutkan nilai-nilai perjuangan menegakkan syariat Islam. Rasulullah adalah seorang pedagang yang jujur, beliau telah mencontohkan kepada kita bagaimana cara mengembangkan wawasan perekonomian pada waktu di Mekkah dan Madinah. 3. Bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan Rasulullah mengajarkan bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi lakilaki dan perempuan, dalam Islam pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Masa keemasan pada Dinasti Abbasiyah telah menunjukkan betapa Islam telah mampu memberikan sumbangan berharga untuk kemajuan pengetahuan peradaban manusia. 4. Bidang seni (seni suara, seni musik, seni tari, seni rupa, dan seni arsitektur). Kebudayaan manusia akan terus berkembang dari waktu ke waktu, bukan dalam bidang seni membaca Al-Qur’an saja yang masuk dalam kategori seni suara, seni musik pun berkembang pesat seperti rebana, kasidah, nasid. Seni tari seperti tara ala Sufi, tari Saman dan seni rupa seperti kaligrafi Al-Qur’an dan seni arsitektur atau seni bangunan. 70 Materi XIV Sistem Politik dalam Islam A. Pengertian Politik Perkataan politik berasal dari bahasa Latin, politicus dan bahasa Yunani politicos, artinya (sesuatu yang) berhubungan dengan warga negara atau warga kota. Kedua kata itu berasal dari kata polis maknanya kota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), pengertian politik sebagai kata benda ada tiga. Jika dikaitkan dengan ilmu artinya (1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan), (2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan atau terhadap negara lain; dan (3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah). B. Politik dalam Islam Dalam Islam kekuasaan politik kait mengait dengan al-hukm, perkataan al-hukm dan kata-kata yang terbentuk dari kata tersebut dipergunakan 210 kali dalam Al-Qur’an. Dalam bahasa Indonesia, perkataan al-hukm yang telah-dialih bahasakan menjadi hukum intinya adalah peraturan, undang-undang, patokan atau kaidah, dan keputusan atau vonis (pengadilan). C. Politik Islam = Fiqh Siyasah Secara bahasa, Fiqh adalah mengetahui hukum-hukum Islam yang bersifat amali melalui dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan Siyasah secara harfiyah, dapat diartikan dengan: mengurus, mengendali atau memimpin sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Adapun Bani Israil dipimpin oleh para nabi mereka.” Dalam Islam, bukan masalah ubudiyah dan Ilahiyah saja yang dibahas, tetapi tentang kemaslahatan umat juga dibahas dan diatur dalam Islam, dalam kajian ini salah satunya adalah Politik Islam yang dalam bahasa agamanya disebut Fiqh Siyasah. Fiqh Siyasah dalam koteks terjemahan diartikan sebagai materi yang membahas mengenai ketatanegaraan Islam (Politik Islam). Sedangkan Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengartikan fiqh siyasah adalah segala perbuatan yang membawa manusia lebih dekat kepada kemaslahatan dan lebih jauh dari kemudharatan, sekalipun Rasulullah tidak menetapkannya dan bahkan Allah menetapkannya pula. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Fiqh Siyasah adalah hukum yang mengatur hubungan penguasa dengan rakyatnya. Pembahasan di atas dapat diartikan bahwa Politik Islam dalam kajian Islam disebut Fiqh Siyasah. D. Bagian-bagian Fiqh Siyasah Setelah kita mengetahui tentang pengertian dan penamaan Politik Islam dalam Islam adalah Fiqh Siyasah, maka dalam kajian kali ini akan dibahas mengenai bidang-bidang Fiqh Siyasah. Fiqh Siyasah ini menurut Pulungan (2002, hal: 39) terbagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Siyasah Dusturiyah Siyasah Dusturiyah menurut tata bahasanya terdiri dari dua suku kata yaitu Siyasah itu sendiri serta Dusturiyah. Arti Siyasah dapat kita lihat di pembahasan di atas. Sedangkan 71 Dusturiyah adalah undang-undang atau peraturan. Secara pengertian umum Siyasah Dusturiyah adalah keputusan kepala negara dalam mengambil keputusan atau undangundang bagi kemaslahatan umat. Sedangkan menurut Pulungan (2002, hal: 39) Siyasah Dusturiyah adalah hal yang mengatur atau kebijakan yang diambil oleh kepala negara atau pemerintah dalam mengatur warga negaranya. Hal ini berarti Siyasah Dusturiyah adalah kajian terpenting dlam suatu negara, karena hal ini menyangkut hal-hal yang mendasar dari suatu negara. Yaitu keharmonisan antara warga negara dengan kepala negaranya. Fiqih Siyasah Dusturiyah mencakup bidang kehidupan yang sangat luas dan kompleks, secara umum meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Persoalan dan ruang lingkup (pembahasan) Membahas tentang imam, rakyat, hak dan kewajibanya, permasalahan Bai‟at, Waliyul Ahdi, perwakilan dan persoalan Ahlul Halli Wal Aqdi. b) Persoalan imamah, hak dan kewajibannya. Imamah atau imam dalam Al-Qur’an pada umumnya, kata-kata imam menunjukan kepada bimbingan kepada kebaikan. Firman Allah: Artinya: dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” c) Persoalan rakyat, statusnya dan hak-haknya Rakyat terdiri dari Muslim dan non Muslim, adapun hak-hak rakyat, Abu A‟la alMaududi menyebutkan bahwa hak-hak rakyat adalah sebagai berikut: 1) Perlindungan terhadap hidupnya, hartanya dan kehormatannya. 2) Perlindungan terhadap kebebasan pribadi. 3) Kebebasan menyatakan pendapat dan keyakinan. 4) Terjamin kebutuhan pokok hidupnya, dengan tidak membedakan kelas dan kepercayaan. Abdul Qadir Audah menyebutkan dua hak, yaitu: hak persamaan dan hak kebebasan, beraqidah, berbicara, berpendidikan dan memiliki. Sedangkan kewajiban rakyat adalah taat dan membantu serta berperan serta dalam program-program yang digariskan untuk kemaslahatan bersama. Apabila kita sebut hak imam adalah ditaati dan mendapatkan bantuan serta partisipasi secara sadar dari rakyat, maka kewajiban dari rakyat untuk taat dan membantu serta dalam program-program yang digariskan untuk kemaslahatan bersama. d) Persoalan Bai’at Bai’at (Mubaya’ah), pengakuan mematuhi dan mentaati imam yang dilakukan oleh Ahl Al-Hall Wa Al-Aqd dan dilaksanakan sesudah permusyawaratan. Diaudin Rais mengutip pendapat Ibnu Khaldun tentang bai‟at ini, dan menjelaskan: “Adalah mereka apabila membai’atkan seseorang amir dan mengikat perjanjian, mereka meletakkan tangan-tangannya untuk menguatkan perjanjian e) Persoalan Waliyul Ahdi Imamah itu dapat terjadi dengan salah satu cara dari dua cara: Pertama dengan pemilihan Ahl Al-Hall Wa Al-Aqdi dan Kedua dengan janji (penyerahan kekuasaan) imam yang sebelumnya. Cara yang kedua yang dapat dimaksudkan dengan waliyul ahdi. Hal ini didasarkan pada: Abu Bakar yang menunjuk Umar. 72 Yang kemudian kaum Muslimin menetapkan Umar dengan penunjukan Abu Bakar. f) Persoalan perwakilan dan Ahlul Halli Wal Aqdi g) Persoalan Wuzarah (Kementerian) dan Perbandinganya Ulama mengambil dasar-dasar adanya kementerian (Wuzarah) dengan dua alasan, Pertama: firman Allah dalam surat At-Thaha 29-32, “Dan jadikanlah untukku seorang wazir dari keluargaku, yaiut harun, saudaraku. Teguhkanlah kekuatanku dengan dia, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku.” 2. Siyasah Maliyah Arti kata Maliyah bermakna harta benda, kekayaan, dan harta. Karena itu Siyasah Maliyah secara umum yaitu pemerintahan yang mengatur mengenai keuangan negara. Djazuli (2003) mengatakan bahwa Siyasah Maliyah adalah hak dan kewajiban kepala negara untuk mengatur dan mengurus keungan negara guna kepentingan warga negaranya serta kemaslahatan umat. Lain halnya dengan Pulungan (2002, hal: 40) yang mengatakan bahwa Siyasah Maliyah meliputi hal-hal yang menyangkut harta benda negara (kas negara), pajak, serta Baitul Mal. Dari pembahasan di atas dapat kita lihat bahwa siyasah maliyah adalah hal-hal yang menyangkut kas negara serta keuangan negara yang berasal dari pajak, zakat baitul mal serta pendapatan negara yang tidak bertentangan dengan syari‟at Islam. Dasar-Dasar Fiqih Siyasah Maliyah, di antaranya sebagai berikut: a) Beberapa prinsip tentang harta, antara lain: ➢ Masyarakat tidak boleh menggangu dan melarang pemilikan mamfaat selama tidak merugikan orang lain atau masyarakat itu sendiri. ➢ Karena pemilikan mamfaat berhubungan dengan hartanya, maka boleh bagi pemilik memindahkan hak miliknya kepada pihak lain, misalnya dengan jalan menjualnya, mewasiatkannya, menghibahkannya, dan sebagainya. ➢ Pada pokoknya pemilikan mamfaat itu kekal tidak terikat oleh waktu. b) Dasar-dasar keadilan sosial Diantara landasan yang menjadi landasan keadilan social di dalam Islam: a. Kebebasan rohani yang mutlak. Yakni kebebasan rohania yang di dasarkan kepada kebebasan rohania manusia dari tidak beribadah kecuali kepada Allah, tidak ada yang kuasa kecuali daripada Allah. b. Persamaan kemanusian yang sempurna. Yakni prinsip-prinsip persamaan di dalam Islam yang di dasarkan kepada kesatuan jenis manusia di dalam kejadiannya dan di dalam tempat kembalinya, di dalam kehidupannya, di dalam matinya, di dalam hak dan kewajibannya di hadapan undang-undang, di hadapn allah, di dunia dan di akhirat. c) Tanggung jawab sosial yang kokoh Di antaranya meliputi: ➢ Tanggung jawab terhadap diri sendiri. ➢ Tanggung jawab terhadap keluarganya. ➢ Tanggung jawab individu terhadap masyarakat dan sebaliknya. 73 d) Hak milik Islam telah menetapkan adanya hak milik perseorangan terhadap harta yang di hasilkan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum syara‟. Hanya Islam memberikan batasanbatasan tentang hak milik perseorangan ini agar manusia mendapat kemaslahatan dalam pengembangan harta dalam menafkahkan dan dalam perputarannya. 1) Bahwa hakikatnya harta itu adalah milik Allah. 2) Harta kekayaan jangan sampai hanya ada/dimiliki oleh segolongan kecil masyarakat. 3) Ada barang-barang yang untuk kepentingan masyarakat seluruhnya, seperti jalan-jalan, irigasi, tempat-tempat peribadatan. e) Zakat Beberapa bentuk zakat, di antaranya: 1) Zakat hasil bumi (Usyur) 2) Zakat emas, ternak, dan zakat fitrah. 3) Kanz dan harta karun f) Jizyah Adalah iuran Negara (Dharibah) yang diwajibkan atas orangorang ahli kitab sebagai imbangan bagi usaha membela mereka dan melindungi mereka atau sebagai imbangan bahwa mereka memperoleh apa yang di peroleh orang-orang Islam sendiri, baik dalam kemerdekaan diri, pemeliharan harta, kehormatan. 3. Siyasah Dauliyah Dauliyah bermakna tentang daulat, kerajaan, kekuasaan, wewenang, serta kekuasaan. Sedangkan Siyasah Dauliyah bermakna sebagai kekuasaan kepala negara untuk mengatur negara dalam hal hubungan internasional, masalh territorial, nasionalitas, ekstradisi tahanan, pengasingan tawanan politik, pengusiran warga negara asing. Selain itu juga mengurusi masalah kaum Dzimi, perbedaan agama, akad timbal balik dan sepihak dengan kaum Dzimi, hudud, dan qishash (Pulungan, 2002. hal: 41). Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa Siyasah Dauliyah lebih mengarah pada pengaturan masalah kenegaraan yang bersifat luar negeri, serta kedaulatan negara. Hal ini sangat penting guna kedaulatan negara untuk pengakuan dari negara lain. Dasar-dasar Siyasah Dauliyah, di antaranya sebagai berikut: 1) Kesatuan umat manusia Meskipun manusia ini berbeda suku berbangsa-bangsa, berbeda warna kulit, berbeda tanah air bahkan berbeda agama, akan tetapi merupakan satu kesatuan manusia karena sama-sama makhluk Allah, sama bertempat tinggal di muka bumi ini. 2) Al-Adalah (Keadilan) Ajaran Islam mewajibkan penegakan keadilan baik terhadap diri sendiri, keluarga, tetangga, bahkan terhadap musuh sekalipun kita wajib bertindak adil. Banyak ayat-ayat yang berbicara tentang keadilan antara lain: Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan 74 permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(QS. An-Nisa : 135). 3) Al-Musawah (persamaan) Manusia memiliki hal-hal kemanusian yang sama, untuk mewujudkan keadilan adalah mutlak mempersamakan manusia dihadapan hokum kerjasama internasional sulit dilaksanakan apabila tidak di dalam kesederajatan antar Negara dan antar Bangsa. 4) Karomah Insaniyah (Kehormatan Manusia) Karena kehormatan manusia inilah, maka manusia tidak boleh merendahkan manusia lainnya. Kehormatan manusia ini berkembang menjadi kehormatan terhadap satu kaum atau komunitas dan bisa di kembangkan menjadi suatu kehormatan suatu bangsa atau negara. 5) Tasamuh (Toleransi) Dasar ini tidak mengandung arti harus menyerah kepada kejahatan atau memberi peluang kepada kejahatan. Allah mewajibkan menolak permusuhan dengan tindakan yang lebih baik, penolakan dengan lebih baik ini akan menimbulkan persahabatan bila dilakukan pada tempatnya setidaknya akan menetralisir ketegangan. Hal-hal yang diperhatikan dalam fiqih siyasah dauliyah meliputi; a. Persoalan internasional. b. Persoalan teritorial. c. Persoalan nasionality dalam fiqih Islam. d. Masalah penyerahan penjahat. e. Masalah pengasingan dan pengusiran. f. Masalah perwakilan, tamu-tamu Negara, orang-orang dzimi Hubungan Internasional dibagi menjadi dua yaitu hubungan Internasional dalam waktu damai yang di dalamnya mengenai politik, ekonomi, kebudayaan, dan kemasyarakata, dan hubungan internasional dalam waktu perang. Hubungan internasional dalam waktu damai: a. Damai adalah asas hubungan internasional yaitu perang hanya bila keadaan darurat, segera berhenti perang jika cenderung damai, dan memperlakukan tawanan secara manusiawi. b. Kewajiban suatu Negara terhadap Negara lain, yakni tentang menghormati hak-hak negara lain yang bertetangga dengan negara yang di tempati. c. Mengadakan perjanjian-perjanjian Internasional. Hubungan internasional dalam waktu perang Sebab terjadinya perang: a. Memepertahankan diri b. Dalam rangkah dakwah Etika perang dalam Islam: a. Dilarang membunuh anak. b. Dilarang membunuh wanita yang tidak berperang. c. Dilarang membunuh orang tua yang tidak ikut perang. d. Tidak memotong dan merusak tanaman. e. Tidak membunuh binatang ternak. 75 f. g. h. i. j. Tidakmenghancurkan tempat ibadah. Dilarang mencincang mayat musuh. Dilarang membunuh pendeta dan pekerja. Bersabar, berani dan ikhlas. Tidak melampaui batas. 4. Siyasah Harbiyah Harbiyah bermakna perang, secara kamus Harbiyah adalah perang, keadaan darurat atau genting. Sedangkan makna Siyasah Harbiyah adalah wewenang atau kekuasaan serta peraturan pemerintah dalam keadaan perang atau darurat. Dalam kajian Fiqh Siyasah, Siyasah Harbiyah adalah pemerintah atau kepala negara mengatur dan mengurusi hala-hal yang berkaitan dengan perang, kaidah perang, mobilisasi umum, hak dan jaminan keamanan perang, perlakuan tawanan perang, harta rampasan perang, dan masalah perdamaian (Pulungan, 2002. hal: 41). Konsekuensi dari asas bahwa hubungan Internasional dalam Islam adalah perdamaian saling membantu dalam kebaikan, maka: 1. Perang tidak dilakukan kecuali dalam keadaan darurat. Sesuai dengan persyaratan darurat hanya dilakukan seperlunya. 2. Orang yang tidak ikut berperang tidak boleh diperlakukan sebagai musuh. 3. Segera menghentikan perang apabila salah satu pihak cenderung kepda damai. 4. Memperlakukan tawanan perang dengan cara manusiawi. E. Kontribusi Umat Islam Terhadap Kehidupan Politik dan Kekuasaan di Indonesia Islam sebagai sebuah ajaran yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kehidupan politik di Indonesia. Sebagaimana di bidang lain, kaum Muslimin telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi Indonesia, tak terkecuali di bidang politik. 1. Di era kerajaan-kerajaan Islam Ditandai dengan berdirinya berbagai macam kesultanan di berbagai wilayah Indonesia, antara lain: • Di Sumatera ada Kesultanan Perlak (abad ke-9 s/d abad ke-13), Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13 - abad ke-16), Kesultanan Malaka (abad ke-14 - abad ke-17) dan Kerajaan Melayu Jambi. • Di Jawa: Kesultanan Demak (1500 - 1550), Kesultanan Banten (1524 -1813), Kesultanan Pajang (1568 - 1618), Kesultanan Mataram (1586 - 1755), Kesultanan Cirebon (sekitar abad ke-16). • Di Kalimantan: Kesultanan Pasir (1516), Kesultanan Banjar (1526-1905), Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Kesultanan Berau (1400), Kesultanan Pontianak (1771), Kerajaan Tidung, Kesultanan Bulungan (1731). • Di Maluku: Kesultanan Ternate (1257 - 1583), Kesultanan Tidore (1110 - 1947) Kesultanan Jailolo, Kesultanan Bacan, Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682). • Di Sulawesi: Kesultanan Gowa (awal abad ke-16 - 1667), Kesultanan Buton (1332 1911) dan Kesultanan Bone (abad 17). 2. Di era kolonialisme atau masa penjajahan 76 Hal ini ditandai dengan perjuangan para santri melawan penjajah. Terdapat nama seperti Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Si Singamangaraja, Cut Nyak Dhien dan lainnya. Umat Islamlah yang sangat berperan dalam mempertahankan negeri ini dari kungkungan penjajah. Ironisnya, kita lebih kenal dengan RA Kartini daripada Cut Nyak Dhien. Padahal, peran Cut Nyak Dhien jauh lebih besar, baik secara fisik maupun non fisik. 3. Di era setelah kemerdekaan di Masa Orde Lama Hal ini ditandai dengan munculnya partai-partai berasaskan Islam serta partai nasionalis berbasis umat Islam dan kedua dengan ditandai sikap pro aktif tokohtokoh politik Islam dan umat Islam terhadap keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, sejak proses awal kemerdekaan sampai jaman reformasi. Berkaitan dengan keutuhan negara, misalnya Muhammad Natsir pernah menyerukan umat Islam agar tidak mempertentangkan Pancasila dengan Islam. Mosi Integral yang digagas M Natsir menyelamatkan NKRI dari pecah belah. 4. Di era Orde Baru Ditandai dengan keterlibatan umat Islam dalam berpolitik melalui berbagai partai. Meski di era 1970-awal 1990, peran umat Islam sedikit termarjinalkan oleh Orde Baru, tapi berbagai prestasi sudah ditorehkan dengan lahirnya berbagai kebijakan yang berpihak pada penerapan nilai-nilai Islam. 5. Di era Reformasi Tumbangnya Orde Baru tak mungkin dilepaskan dengan kontribusi umat Islam. Kaum Musliminlah yang menarik gerbong reformasi. Hadirnya berbagai tokoh dari kalangan Islam menandai hal itu. Selain dari ormas besar seperti Amin Rais (Muhammadiyah) dan Abdurahman Wahid (NU), juga dari kalangan anak-anak muda seperti KAMMI, BEM-BEM berbagai Perguruan Tinggi yang mayoritas digerakkan oleh aktivis-aktivis Islam. Sulit dibayangkan reformasi akan bergulir jika tidak didukung umat Islam. F. Mengapa Umat Islam Menerima Pancasila? Dalam pandangan Islam, perumusan Pancasila bukan merupakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Qur’an, karena nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila juga merupakan bagian dari nilai-nilai yang sebagian terdapat dalam Qur’an. Pascakemerdekaan, demi keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa, umat Islam rela menghilangkan tujuh kata dari sila pertama pancasila yaitu kata-kata “kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi para pemeluknya.” Umat Islam Indonesia dapat menyetujui Pancasila dan UUD 1945, selain menjaga keutuhan bangsa, setidak-tidaknya atas dua pertimbangan: Pertama, nilai-nilai Pancasila dianggap tidak bertentangan dengan ajaran Islam secara umum. Kedua, fungsinya sebagai nuktah-nuktah kesepakatan antar berbagai golongan untuk mewujudkan kesatuan politik bersama. Umat Islam mengedepankan keutuhan NKRI dan tak menginginkan perpecahan. Meskipun demikian, dalam perjalanannya banyak kalangan yang salah menafsirkan Pancasila sehingga dianggap bertentangan dengan Islam. 77 MAKALAH ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam Diampu oleh Hepi Andi Bastoni, MA. Oleh Kelompok 1 : Adiskha Dwi Putri 2140128 Anna Pratiwi Nur Hasanah 2140137 Dila Siti Aisyah 2140140 Maelani Samudra 2140150 Mochammad Ilham Prihandika 2140154 Muhamad Noviar Ramadhan 2140157 Muhammad Arrafi 2140158 Muhammad Hilmi Fadillah 2140160 Nindita Eluavita Artanti 2140164 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK AKA BOGOR PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA 2021 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 1 KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 3 A. Latar Belakang .............................................................................................................. 3 B. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 3 C. Tujuan ........................................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 5 A. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak............................................................................... 5 B. Karakteristik Etika Islam (Akhlak)................................................................................. 8 C. Pengertian Tasawuf .......................................................................................................10 D. Hubungan Antara Tasawuf dan Islam............................................................................11 E. Etika Islam Terhadap Diri Sendiri (Menurut Abu Bakar al-Jazairi) ...............................12 BAB III SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................................15 A. Simpulan ......................................................................................................................15 B. Saran ............................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................17 1 KATA PENGANTAR Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa dipraktikkan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Bogor, Juni 2021 Penyusun 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menentukan corak hidup manusia. Akhlak, moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menyadari bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu. B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Konsep Etika, Moral dan Akhlak 2) Karakteristik Etika Islam (Akhlak) 3) Hubungan Tasawuf dengan Akhlak 4) Etika dan penerapannya untuk diri sendiri 3 C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan dari Etika, Moral dan Akhlak 2) Untuk mengetahui karakteristik Etika, Moral dan Akhlak 3) Untuk mengetahui hubungan Tasawuf dengan Akhlak 4) Untuk mengetahui penerapan etika untuk diri sendiri 4 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak 1. Pengertian Akhlak Kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni jama‟ dari “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan. Kata akhlak juga berasal dari kata khalaqa atau khalaqun artinya kejadian, serta erat hubungan dengan “Khaliq'' yang artinya menciptakan, tindakan, atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata al-khaliq yang artinya pencipta dan makhluq yang artinya diciptakan. Akhlak terdiri dari akhlaqul karimah (akhlak yang baik) dan akhlaqul mazmumah (akhlak yang buruk). Maka dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat bawaan dari manusia apakah dia baik atau tidak baik. Akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh sesuatu keinginan secara mendasar untuk melakukan suatu perbuatan. Semua definisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dengan lima ciri akhlak, yaitu sebagai berikut. 1) Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2) Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan perbuatan, orang yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. 3) Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan. 4) Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara, perbuatan yang dilakukan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan pujian. 2. Pengertian Etika Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tentang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu 5 pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral).Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Menurut para ulama‟ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Obyektivisme Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif, terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau karena sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu. 2) Subyektivisme Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu.Subyek disini bisa saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja subyek Tuhan. Macam-Macam Etika 1) Etika deskriptif Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat. 2) Etika Normatif Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari hari. Selanjutnya Hamzah Mahmud yang merujuk kepada beberapa pendapat para ahli menyebutkan pengertian etika secara terminologis. 1) Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang disistematisasi tentang tindakan moral yang betul. 2) Etika merupakan bagian dari filsafat yang mengembangkan teori tentang tindakan, hujah-hujahnya dan tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan. 3) Etika merupakan ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia tetapi tentang idenya, karena itu bukan ilmu positif tetapi ilmu yang formatif. 4) Ilmu tentang moral atau prinsip-prinsip kaidah moral tentang tindakan dan kelakuan 6 3. Pengertian Moral Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin “mores” yaitu jamak dari kata “mos” yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Apabila moral diartikan sebagai tindakan baik atau buruk dengan ukuran adat, konsep moral berhubungan pula dengan konsep adat yang dibagi pada dua macam adat, yaitu: 1) Adat Shahihah, yaitu adat yang merupakan moral masyarakat yang sudah lama dilaksanakan secara turun temurun dari berbagai generasi, nilai-nilainya telah disepakati secara normatif dan tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran yang berasal dari agama Islam, yaitu Alquran dan As-Sunnah; 2) Adat fasidah, yaitu kebiasaan yang telah lama dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya kebiasaan melakukan kemusyrikan, yaitu memberi sesajen di atas. Moralitas manusia dibagi menjadi dua, yaitu moralitas yang baik dan moralitas yang buruk.Contohnya moralitas yang berkaitan dengan pola makan yang dianjurkan Al Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 168. Ayat tersebut adalah perintah yang hukumnya wajib bagi seluruh umat Islam untuk memakan harta yang halal dan bergizi. Pada ayat di atas terdapat kalimat: Ayat itu adalah larangan maka haram hukumnya bagi orang yang beriman mengikuti pola hidup dengan sistem yang dibangun dan dibentuk oleh setan. Kaitannya dengan makanan yang dimaksud dengan pola hidup setan adalah menikmati harta benda hasil korupsi, manipulasi, hasil menipu, merampok, dan bentuk kejahatan lainnya. 4. Perbedaan antara Etika, Moral, dan Akhlak Akhlak Etika Moral Menggunakan akal dan agama (Wahyu) Menggunakan penilaian akal Menggunakan penilaian (filsafat) akal sehat (daerah sekitar) Bersifat mutlak universal Tidak mutlak dan universal 7 Bersifat lokal Menjurus pada praktek Menjurus kepada teori Menjurus kepada praktek Bagaimana seharusnya dan adanya Membicarakan bagaimana seharusnya Bagaimana adanya Objeknya manusia dan Tuhan Objeknya sesama manusia Objeknya sesama manusia B. Karakteristik Etika Islam (Akhlak) Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji atau tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran, dan perbuatan manusia lahir batin. Akhlak secara substansial adalah sifat hati, bisa baik bisa buruk yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya baik yang muncul adalah perilaku yang baik (akhlaq al-mahmudah) dan jika sifat hatinya buruk, yang akan muncul adalah perilaku buruk (al-akhlaq al-madzmumah). Menurut Ibnu Arabi, di dalam diri manusia ada tiga nafsu, yaitu: 1) Nafsu Syahwaniyah, ialah nafsu yang ada pada manusia dan binatang. Nafsu ini cenderung kepada kelezatan jasmaniyah, misalnya makan, minum dan nafsu seksual. 2) Nafsu Ghodlobiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan binatang, yaitu nafsu yang cenderung pada amarah, merusak, dan senang menguasai serta mengalahkan yang lain. 3) Nafsu Nathiqah, ialah nafsu yang membedakan manusia dan hewan. Dengan nafsu ini manusia mampu berpikir dengan baik, berdzikir, mengambil hikmah, dan memahami fenomena alam. Apabila manusia dapat mengoptimalkan nafsu nathiqah untuk mengendalikan nafsu syahwaniyah dan nafsu ghodlobiyah, manusia akan dapat menjadi lebih unggul dan mulia. Pada akhirnya lahirlah manusia-manusia yang berakhlak al karimah. Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam islam sehingga Al-Qur‟an bukan hanya memuat ayat-ayat tentang akhlak secara spesifik, melainkan selalu mengaitkan ayat-ayat yang berbicara tentang hukum dengan masalah akhlak pada ujung ayat. Ayat-ayat yang berbicara tentang shalat, puasa, haji, zakat, dan muamalah selalu dikaitkan dan diakhiri dengan pesan-pesan perbaikan akhlak. (Al-Baqarah: 183, 197). Seorang Muslim memiliki keterkaitan terhadap hukum Allah, karena Islam melalui sumber Al Qur‟an dan Hadis mengatur secara global semua hal dan perbuatan yang berkaitan dengan perbuatan manusia. Allah telah menjadikan Islam agama yang memiliki ajaran secara sempurna, berskala internasional, manusiawi dan autentik. Kepatuhan terhadap ikatan hukum syara‟ tersebut dapat mendatangkan rahmatan lil‟alamin, kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan dunia dan di akhirat (Haris, 2010). 8 Sebaliknya, sifat yang menentang syara‟ dapat mendatangkan laknat, siksaan dan azab Allah, seperti kerusakan (individu dan sosial), kegelisahan bathin dan berbagai kerugian lainnya. Untuk mencari kebahagiaan dan tujuan-tujuan baik lainnya, harus menggunakan jalan baik dan benar, yaitu jalan yang hanya ditempuh manusia dengan mengikuti aturanaturan dan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh Allah, aturan-aturan tersebut sesuai dengan akal manusia, dan tidak berlawanan dengannya, karena akal turut menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan. Menurut Al-Ghazali, “Perbuatan yang disebut baik apabila sesuai dengan akal dan syara‟, perbuatan yang tidak baik apabila bertentangan dengan akal dan syara‟.” Menurut ajaran Islam yang menentukan baik dan buruknya perbuatan pertama kali adalah nash, yaitu Al-Qur‟an yang berisi aturan dan ketentuan Allah, kemudian hadis Nabi yang berfungsi sebagai penjelas, akal yang mendapat bimbingan Allah dan niat baik seseorang dalam melakukannya Lima karakter etika Islam yang dapat membedakannya dengan etika lain. Karakteristik etika Islam yang dimaksud, yaitu: 1) Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk. 2) Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran Allah SWT, yaitu ajaran yang berasal dari AlQur‟an dan al-Hadis. 3) Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat. 4) Ajaran-ajarannya yang praktis dan tepat, cocok dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran manusia (manusiawi), maka etika Islam dapat dijadikan pedoman oleh seluruh manusia. 5) Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran petunjuk Allah SWT menuju keridhaan-Nya. Selain karakteristiknya, etika Islam dapat dinyatakan dengan membuat aksioma atau menyatakannya dengan berbagai indikator kehidupan, diantaranya: 1) Etika Islam bersifat unitas, yaitu berkaitan dengan konsep tauhid atau ketuhanan. 2) Etika Islam bersifat equilibrium dengan konsep „adl (keadilan) merupakan suasana keseimbangan di antara berbagai aspek kehidupan manusia. 3) Etika Islam bersifat kehendak bebas. 4) Etika Islam bersifat tanggung jawab. 5) Etika Islam bersifat ihsan yang merupakan suatu tindakan yang menguntungkan orang lain. 9 Dari karakteristik dan aksioma etika Islam ini, dapat membantu kita dalam memahami bagaimana konsep etika Islam. Untuk itu sumber etika dalam Islam juga dapat membentuk manusia insan kamil. C. Pengertian Tasawuf Tasawuf secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu tashawwafa, yatashawwafu, tashawwufan. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuf yang berarti bulu domba, maksudnya adalah bahwa para penganut tasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi pakaian sutra dan memakai kain dari bulu domba yang kasar. Kata tasawuf juga berasal dari kata shaff, yaitu barisan, yang makna ini dinisbahkan kepada para jamaah yang selalu berada di barisan terdepan ketika sholat. Tasawuf juga berasal dari kata shafa, yaitu jernih, bersih, atau suci. Adapun tasawuf berasal dari kata shuffah, yaitu serambi Masjid Nabawi yang ditempati sebagian sahabat Rasulullah. Tasawuf secara terminologi terdapat pengertian tasawuf menurut beberapa ahli. Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalwat, riyadh, taubat, dan ikhlas. Karena banyaknya definisi tentang tasawuf yang dirumuskan oleh para ahli menyebabkan tasawuf tersebut sulit didefinisikan secara lengkap, sehingga untuk mengetahui seseorang sedang bertasawuf, dapat dilihat dari ciri umum yang dirumuskan oleh seorang peneliti tasawuf yaitu Abu Al-Wafa‟ Al-Ghanimi At-Taftazani dalam bukunya Madkhal Ila at-Tasawwuf al-Islam yang menyebutkan lima ciri umum tasawuf: 1) Memiliki nilai-nilai moral. 2) Pemenuhan fana dalam realitas mutlak 3) Pengetahuan intuitif langsung 4) Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah SWT dalam diri sufi karena tercapainya maqamat atau yang biasa disebut tingkatan, dan 5) Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya mengandung pengertian harfiah dan tersirat. Pengertian tasawuf secara umum dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk mensucikan dirinya dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan yang bersifat duniawi dan akan memusatkan seluruh perhatiannya kepada Allah. Tasawuf terbagi atas tiga bagian, yaitu: 1. Tasawuf akhlaki 10 2. 3. Tasawuf akhlaki merupakan ajaran tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang dirumuskan pada pengaturan sikap mental dan kedisiplinan perilaku yang ketat sehingga mencapai kebahagiaan yang optimum. Tasawuf amali Tasawuf amali merupakan ajaran tasawuf yang lebih menekankan amalan-amalan rohaniah dibandingkan teori. Tasawuf falsafi Tasawuf falsafi adalah ajaran tasawuf yang memadukan antara visi mistis dan rasional dengan penggagasnya. D. Hubungan Antara Tasawuf dan Islam Islam sangat luas cakupannya dan semua itu memiliki hubungan dengan tasawuf. Muara dari semua tujuan itu tidak lain adalah menjadi hamba Allah yang mulia di sisi-Nya. Islam mengantarkan pada pemahaman yang komprehensif menuju manusia seutuhnya sebagai hamba-Nya sedangkan tasawuf penghambaan yang murni dengan kesucian hati. Tidak ada penghambaan yang murni tanpa pemahaman agama yang baik, dan belum dikatakan baik pemahaman keagamaan bila belum menghambakan diri dengan cara yang baik, di sinilah hubungan antar keduanya. Tasawuf identik dengan sikap rohani suci yang selalu ingin dekat dengan Tuhan. Apabila dihubungkan dengan agama Islam khususnya dalam bidang syari‟at, maka harus meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, baik melalui hablum minallah, hablum minannas, maupun hablum minal „alam, mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai kemaslahatan dunia dan akhirat dalam arti hakiki harus sepadan, simultan dengan tujuan tasawuf, yaitu melaksanakan hakikat ubudiyah guna memperoleh tauhid yang haqqul yaqin dan makrifatullah yang tahqiq. Untuk mencapai tujuan tasawuf, seluruh aktivitas syari‟at harus digerakkan oleh hati nurani yang suci. Pendidikan Islam menjadi salah satu perantara pemahaman hati memberi kontribusi besar terhadap realisasi ajaran tasawuf. Syari‟at dilaksanakan oleh anggota tubuh manusia melalui ketentuan-ketentuan yang berlaku, sedangkan kekuatannya melalui rohani batin yang datang langsung dari Allah SWT. Persis kalau dicontohkan ibarat listrik, kabel adalah syariat-syariat lahirnya yang dikenalkan melalui Agama Islam, sedangkan setrum adalah power melewati kabel yang bersumber dari central dynamo dan tidak bisa dilihat dengan pandangan mata yang zhahir namun bisa dirasakan keberadaannya. Dengan mengetahui dan menyadari adanya korelasi antara tasawuf dan Islam, diharapkan tidak ada upaya untuk memisahkan secara paksa antar masing-masing disiplin ilmu itu. Baik tasawuf, Islam sama-sama memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia. Diberikannya pendidikan agama Islam adalah untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian mulia. Tasawuf juga memiliki tujuan sama yaitu menjadi manusia yang 11 mulia di sisi-Nya. Kemuliaan itu, tidak akan pernah tercapai kalau tidak membumikan pesan-pesan moral yang ada dalam pendidikan agama Islam. Maka diperlukan kejernihan hati untuk mengamalkan semua itu. Sehingga dapat disimpulkan hubungan antara tasawuf dan islam sebagai berikut: 1. Sebagai metode atau jalan untuk mendapatkan kelezatan dalam beribadah, karena tasawuf dipandang sebagai salah satu metode untuk mendapatkan hal tersebut. 2. Sebagai metode untuk mencapai derajat ihsan, karena tasawuf mempunyai sumber dan landasan yang kokoh, kuat dari ajaran Islam. 3. Tasawuf sebagai sarana memperkuat mental, ketabahan dalam beribadah. 4. Tasawuf sebagai landasan dalam mengaplikasikan rasa syukur baik syukur secara lisan, tingkah laku atau kemantapan hati dalam melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. 5. Tasawuf sebagai ruang untuk menilai dan mempelajari serta menelaah kelemahan diri didalam melaksanakan kewajiban atau perbuatan baik dan kesukaran dalam menjauhi serta meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Islam. E. Etika Islam Terhadap Diri Sendiri (Menurut Abu Bakar al-Jazairi) Seorang muslim meyakini kebahagiaannya ada di dunia dan di akhirat sangat ditentukan oleh sejauh mana pembinaan terhadap dirinya, perbaikan, dan penyucian dirinya. Selain itu, ia meyakini bahwa kecelakaan dirinya sangat ditentukan oleh sejauh mana kerusakan dirinya. Itu semua karena dalil-dalil berikut, Firman Allah, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS asy-Syams: 9-10). “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum, demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan diatas mereka ada selimut (api neraka), demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya,” (QS Al-A‟raaf: 40-42). “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-„ashr 1-3). Sabda Rasulullah saw., “dan kalian masuk surga, kecuali orang-orang yang tidak mau.” Para sahabat bertanya,”Siapa yang tidak mau masuk surga, wahai Rasulullah?” 12 Rasulullah saw. bersabda, ”Barangsiapa taat kepadaku, ia masuk surga. Dan barangsiapa bermaksiat kepadaku, ia tidak mau (masuk surga).” (HR Bukhari). “Semua manusia beramal, dan menjual dirinya memperbaiki dirinya, atau membinasakannya.” (HR Muslim). Muslim meyakini bahwa sesuatu yang bisa membersihkan dirinya, dan mensucikan ialah iman yang baik dan amal shaleh. Ia juga meyakini, bahwa sesuatu yang mengotori dirinya, dan merusaknya ialah keburukan kekafiran dan kemaksiatan, berdasarkan dalildalil berikut: 1) Firman Allah Ta‟ala, “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatanperbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS Huud:114). 2) “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (QS Al-Muthaffifin:14). 3) Sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya jika seorang Mukmin mengerjakan dosa, maka ada noda hitam di hatinya. Jika ia bertaubat, berhenti (dari dosa tersebut), dan beristighfar, maka hatinya bersih. Jika dosanya bertambah, bertambah pula noda hitam dihatinya, hingga menutupi hatinya.” (HR An-Nasa'i dan At-Tirmidzi. At-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini adalah shahih). 4) Noda hitam tersebut tidaklah lain adalah tutupan hati yang disebutkan Allah Ta‟ala dalam surah Al-Muthaffifin di atas. 5) “Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan tindak lanjutilah kesalahan dengan kebaikan niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, serta bergaulah dengan manusia dengan akhlak baik.” ( At-Tirmidzi dan Al- Hakim). Oleh karena itulah, orang muslim tidak henti-hentinya membina dirinya, menyucikannya, dan membersihkannya. Sebab, ia orang yang paling layak membinanya, kemudian ia memperbaikinya dengan etika-etika yang membersihkannya, dan membersihkan kotoran-kotorannya. Ia menjauhkan diri dari apa saja yang mengotorinya, dan merusaknya seperti keyakinan-keyakinan yang rusak, ucapan-ucapan yang rusak, dan amal perbuatan yang rusak. Ia melawan dirinya siang malam, mengevaluasi setiap saat, membawanya kepada perbuatan-perbuatan yang baik, mendorongnya kepada ketaatan, menjauhkan dari segala keburukan dan kerusakan. Adab ma‟a nafsi (etika terhadap diri sendiri). Ada empat upaya yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki dan mendidiknya agar dia menjadi suci dan bersih, yakni: 1. Taubat, yakni melepaskan diri dari semua dosa dan perbuatan maksiat, menyesali semua dosa-dosa di masa lalunya, dan bertekad tidak kembali lagi kepada dosa-dosa tersebut di sisa umurnya. 2. Muraqabah yakni keyakinan senantiasa (hati kita) diawasi (oleh Allah), diketahui (hati kita oleh Allah) dan diperhatikan hati kita oleh Allah. 3. Muhasabah yakni proses introspeksi diri kita sendiri. 13 4. 5. Mujahadah yakni upaya kerja keras untuk meraih yang kita cita-citakan. Muaaqabah yakni mengganti kesalahan yang dilakukan dengan amalan lain. 14 BAB III SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menentukan corak hidup manusia. Akhlak, moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh sesuatu keinginan secara mendasar untuk melakukan suatu perbuatan. Kemudian, etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tentang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Sedangkan, moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Etika dalam Islam dapat dibedakan menjadi lima karakter, yaitu etika dalam bertingkah laku, etika didasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadis, bersifat universal dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat, ajarannya manusiawi, serta etika mengatur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah petunjuk Allah SWT. Adapun pengertian tasawuf secara umum yaitu suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk mensucikan dirinya dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan yang bersifat duniawi dan akan memusatkan seluruh perhatiannya kepada Allah SWT. Tasawuf identik dengan sikap rohani suci yang selalu ingin dekat dengan Tuhan. Apabila dihubungkan dengan agama Islam khususnya dalam bidang syari‟at, maka harus meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia, baik melalui hablum minallah, hablum minannas, maupun hablum minal „alam, mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Seorang muslim meyakini kebahagiaannya ada di dunia dan di akhirat sangat ditentukan oleh sejauh mana pembinaan terhadap dirinya, perbaikan, dan penyucian dirinya. Selain itu, ia meyakini bahwa kecelakaan dirinya sangat ditentukan oleh sejauh mana kerusakan dirinya. Muslim meyakini bahwa sesuatu yang bisa membersihkan dirinya, dan mensucikan ialah iman yang baik dan amal shaleh. Ia juga meyakini, bahwa sesuatu yang mengotori dirinya, dan merusaknya ialah keburukan kekafiran dan kemaksiatan 15 B. Saran Hendaknya kita sebagai muslim dapat menerapkan etika, moral, dan akhlak ke dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan syariat islam. Agar hidup kita aman, tentram, bahagia di dunia maupun akhirat. 16 DAFTAR PUSTAKA Alba, Cecep. 2012. Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Amin, Samsul Munir. 2012. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah. Haris, Abd. 2010. Etika Hamka Konstruksi Berbasis Rasional Religius. Yogyakarta: LkiS Kartanegara, Mulyadi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Penerbit Erlangga. Maulina, I. et al. 2019. “Makalah Etika, Moral, dan Akhlak I”. Makalah. https://www. researchgate.net/publication/335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_DAN_AKHLAK . Diakses pada 26 Juni 2021 pukul 14.50 WIB. Permadi. 2004. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: Rineka Cipta. Rochmat, Shobirin. 2020. Hubungan Tasawuf Dengan Pendidikan Agama Islam. TIMES Indonesia. 17 MAKALAH JENIS-JENIS AKHLAK Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam Dosen Bidang Studi Hepi Andi Bastoni, MA. Disusun oleh Kelompok 2 : Adinda Siti Nuralfi Syahrina 2140127 Bintang Rizki Ramadan 2140139 Indhira Oliffia Prameswari 2140144 Muhammad Grage Aurell Sanu 2140159 Muhammad Satrianur Arfandi 2140155 Nada Diani Khairunnisa 2140161 Rafi’ud Darojat 2140172 Salwa Zahira 2140179 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK AKA BOGOR PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA 2021/2022 KATA PENGANTAR Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat limpahan karunia nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Jenis-Jenis Akhlak” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Pelajaran Agama Islam yang diampu oleh Pak Hepi Andi Bastoni, MA. Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini. Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya. Kelompok 2 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan 3 3 3 3 BAB II PEMBAHASAN Akhlak Mahmudah Akhlak Mahmudah Para Nabi dan Rasul Akhlak Mahmudah Terhadap Manusia Akhlak Mazmumah Akhlak Mazmumah Terhadap Allah Akhlak Madzmumah Terhadap Manusia Nabi saw orang yang terjaga dari dosa, tapi berapa kali beliau beristighfar? 4 4 8 13 14 14 18 19 BAB III PENUTUP Kesimpulan 21 21 Saran DAFTAR PUSTAKA 21 22 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara historis dan teologis, akhlak dapat memandu perjalanan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat. Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak. Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain. B. Rumusan Masalah 1. Jenis-jenis akhlak 2. Pengertian akhlak mahmudah dan jenisnya 3. Pengertian akhlak mazmumah dan jenisnya 4. Nabi saw orang yang terjaga dari dosa, tapi berapa kali beliau beristighfar? C. Tujuan 1. Dapat mengetahui jenis-jenis akhlak 2. Dapat mengimplementasikan akhlak mahmudah 3. Dapat menghindari akhlak mazmumah 4. Dapat mengetahui berapa kali Nabi Muhammad SAW beristighfar 3 BAB II PEMBAHASAN A. Akhlak Mahmudah Akhlak mahmudah yaitu segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang biasa juga dinamakan “fadilah” (kelebihan). Menurut Imam al- Ghazali, akhlak yang baik adalah yang menurut atau sesuai dengan akal dan syara. Menurut Zulkarnain dalam “Transformasi Nilai - Nilai Pendidikan Islam” menjelaskan bahwa akhlak terpuji yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai - nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat. Adapun akhlak yang harus dimiliki oleh seorang kaum muslimin terhadap Allah SWT, yaitu: 1. Taubat Secara etimologi taubat merupakan masdar dari تاب- يتابyang bermakna kembali. Taubat secara terminologi syariat adalah menyesal dengan sepenuh hati atas dosa yang telah lalu, memohon ampunan (istighfar) dengan lisan, menghentikan kemaksiatan dari badan, bertekad untuk tidak mengulangi lagi di masa depan. Secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allâh, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali dari amalnya. Sayyidina ‘Ali menuturkan bahwa taubat itu terhimpun dari enam unsur, yaitu: ● Penyesalan terhadap dosa di masa lalu atau melaksanakan hal-hal yang fardhu (jika taubat dari meninggalkan fardhu), ● Mengembalikan harta benda yang dizalimi pada pemiliknya ● Meminta maaf pada pihak yang dizalimi ● Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi ● Berkomitmen untuk mendidik nafsu dalam ketaatan pada Allah sebagaimana pernah menggiring nafsu pada kemaksiatan. Dalam al-Qur’an disebutkan dalam surah An-Nahl ayat 119: ك ِم ۢ ْن َ َّك َواَصْ لَح ُْٓوا اِ َّن َرب َ ِك لِلَّ ِذي َْن َع ِملُوا الس ۤ ُّْو َء بِ َجهَالَ ٍة ثُ َّم تَاب ُْوا ِم ۢ ْن بَ ْع ِد ٰذل َ َّثُ َّم اِ َّن َرب ١١٩ - ࣖ َّح ْي ٌم ِ بَ ْع ِدهَا لَ َغفُ ْو ٌر ر 4 “Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang”. 2. Syukur Syukur berasal dari bahasa arab dengan kata dasar “syakara” yang artinya berterima kasih. Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya. Syukur kepada Allah adalah memuji Allah atas nikmat dengan mengakui dalam hati, memuji dengan lisan, serta memanfaatkan nikmat untuk beribadah dan bukan untuk bermaksiat. Dalam al-Qur’an disebutkan dalam surah An Naml Ayat 40: ك فَلَ َّما َر ٰاهُ ُم ْستَقِ ًّرا َ ۗ ُك طَرْ ف َ ك بِ ٖه قَ ْب َل اَ ْن يَّرْ تَ َّد اِلَ ْي َ ب اَنَ ۠ا ٰاتِ ْي ِ قَا َل الَّ ِذيْ ِع ْن َد ٗه ِع ْل ٌم ِّم َن ْال ِك ٰت ِع ْن َد ٗه قَا َل ٰه َذا ِم ْن فَضْ ِل َرب ۗ ِّْي لِيَ ْبلُ َونِ ْٓي َءاَ ْش ُك ُر اَ ْم اَ ْكفُ ۗ ُر َو َم ْن َش َك َر فَاِنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ٖ ۚه ٤٠ - َو َم ْن َكفَ َر فَاِ َّن َرب ِّْي َغنِ ٌّي َك ِر ْي ٌم “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."" 3. Ikhlas Secara etimologi makna ikhlas adalah jujur, tulus dan rela. Dalam bahasa Arab, kata ikhlas merupakan bentuk mashdar dari “akhlasa” berasal dari akar kata “khalasha”. Kata khalasha mengandung beberapa makna sesuai dengan konteks kalimatnya. Ia biasa berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai) dan I’tazala (memisahkan diri). Atau berarti perbaikan dan pembersihan sesuatu. Ikhlas adalah menyengajakan suatu perbuatan karena Allah SWT dan 5 mengharapkan ridha-Nya serta memurnikan dari segala macam kotoran dan godaan seperti keinginan terhadap popularitas, simpati orang lain, kemewahan, kedudukan, harta, pemuasan hawa nafsu dan penyakit hati lainnya. Dalam al-Qur’an disebutkan dalam surah Al-An'am Ayat 162: ي َو َم َماتِ ْي هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِمي ۙ َْن َ صاَل تِ ْي َونُ ُس ِك ْي َو َمحْ يَا َ قُلْ اِ َّن “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” 4. Sabar Sabar, yang menurut Al-Naisaburi Al-Qusyairi artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetap tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi. Quraish Shihab, dalam Tafsir Al-Mishbah, menjelaskan bahwa sabar artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Selain itu, ia menjelaskan bahwa kesabaran secara umum dibagi menjadi dua. Pertama, sabar jasmani yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh seperti sabar dalam menunaikan ibadah haji yang menyebabkan keletihan. Termasuk pula, sabar dalam menerima cobaan jasmaniyah seperti penyakit, penganiayaan dan sebagainya. Kedua, sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan semisal sabar dalam menahan marah, atau menahan nafsu seksual yang bukan pada tempatnya. Dalam al-Qur’an disebutkan dalam surah Al-Baqarah Ayat 45: ۟ َُوٱ ْستَ ِعين َّ صب ِْر َوٱل َّ وا بِٱل ين َ صلَ ٰو ِة ۚ َوِإنَّهَا لَ َكبِي َرةٌ ِإاَّل َعلَى ْٱل ٰ َخ ِش ِع " Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu." 5. Tawakal Dalam pengertian yang sederhana, tawakal artinya “mewakilkan”, sedangkan secara lebih luas, tawakal artinya menyerahkan segala permasalahan kepada Allah swt. Dengan sepenuh hati dan berpegang teguh kepada-Nya serta tetap berusaha semaksimal mungkin sehingga tidak merasa sedih dan kecewa terhadap apapun 6 keputusan yang diberikan-Nya. Menurut Imam al-Ghazali Tawakal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram. Dalam al-Qur’an disebutkan dalam surah Ath-Thalaq ayat 3: َُو َم ْن يَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ فَهُ َو َح ْسبُه “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” 6. Zuhud Secara etimologis, zuhud berarti ragaba ‘an syai’in wa tarakahu, artinya tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Sedangkan Zahada fi al-dunya, berarti mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk hal ibadah. Orang yang melakukan zuhud disebut zahid, zuhhad atau zahidun. Zuhud secara terminologis, maka tidak bisa dilepaskan dari dua hal. Pertama, zuhud sebagai ajaran tasawuf. Kedua, zuhud sebagai moral (akhlak) Islam. Zuhud sebagai ajaran tasawuf adalah adanya kesadaran dan komunikasi langsung antara manusia dengan Tuhan sebagai perwujudan ihsan dan merupakan suatu tahapan (maqam) menuju ma’rifat kepada Allah SWT. Kemudian, zuhud sebagai akhlak Islam yaitu sikap hidup yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim dalam memahami dan menyikapi urusan dunia. Imam al-Ghazali mengartikan zuhud adalah sebagai maqam orang orang yang menempuh jalan akhirat. Orang tersebut tidak tertarik dengan sifat duniawi, dan lebih tertarik dengan kepentingan akhirat. Dalam al-Qur’an disebutkan dalam surah Al-Hadid ayat 20: ال َواَْأل ْوالَ ِد ِ ا ْعلَ ُموا َأنَّ َما ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا لَ ِعبُُ َولَ ْه ُُو َو ِزينَةٌ َوتَفَا ُخ ُُر بَ ْينَ ُك ْم َوتَ َكاثُ ُُر فِي اَْأل ْم َو ُ ب ْال ُكفَّا َر نَبَاتُهُ ثُ َّم يَ ِهي ُج فَتَ َراهُ ُمصْ فَ ًّرا ثُ َّم يَ ُك ون ُحطَا ًما َوفِي اَْأل ِخ َر ِة ٍ َك َمثَ ِل َغ ْي َ ث َأ ْع َج ُُ َع َذابُُ َش ِدي ُُد َو َم ْغفِ َرةٌ ِّم َن هللاِ َورضْ َو ْ ان َو َم ُ اال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَآ ِإالَّ َمتَا ُور ِ ِ ع ْال ُغر “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, ajang berbangga-banggaan di antara kamu dan ajang berbanyak-banyakan dalam harta dan anak. Laksana hujan yang tanam-tanamannya membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering, dan kamu lihat 7 warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ada ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” 7. Wara Wara’ berasal dari bahasa arab yang memiliki arti shaleh atau menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Dalam kamus munawir wara’ artinya menjauhkan diri dari dosa, maksiat dan perkara syubhat. Dalam istilah wara’ adalah menjauhi perkara yang syubhat karena takut terjatuh dalam perkara yang haram. syubhat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: ● Sesuatu yang asalnya haram kemudian timbul keraguan mengenai sebab kehalalannya. ● Sesuatu yang asalnya halal kemudian timbul keraguan mengenai sebab keharamannya. ● Sesuatu yang tidak jelas asalnya. Ibnul Qayyim berkata bahwa Nabi SAW telah merangkum pengertian wara’ dalam satu kalimat di sebuah hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi yaitu : ِم ْن ُحس ِْن ِإ ْسالَ ِم ْال َمرْ ِء تَرْ ُكهُ َما الَ يَ ْعنِ ْي ِه Artinya : “Dari baiknya keislaman seseorang itu adalah meninggalkan apa yang bukan urusannya (dikuasainya).” (HR. at-Tirmidzi). B. Akhlak Mahmudah Para Nabi dan Rasul 1. Teladan dari Nabi Nuh AS. Nabi Nuh adalah salah satu Nabi yang masuk dalam golongan Ulul Azmi, artinya memiliki ketegaran. Sifat terpuji Nabi Nuh merupakan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, yaitu fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana, dan sabar dalam segala tindakannya ketika melaksanakan tugas dari Allah. Beliau penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani, tapi juga tegas dengan kata-kata yang tajam menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala. 8 Selama berdakwah, Nabi Nuh menerima banyak tantangan dan penolakan. Dakwah tauhid Nabi Nuh banyak ditentang oleh kaumnya. Namun, beliau tetap berjuang untuk mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT. bukan patung berhala walaupun hanya sedikit saja kaumnya yang mengikuti jejaknya. Selama 950 tahun, Nabi Nuh tetap bersabar dalam menyebarkan dakwahnya. Beliau telah berdakwah siang dan malam secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, beliau terus berdakwah tanpa merasa bosan dan penat, menghadapi tulinya telinga dan kerasnya hati mereka. Allah lalu mewahyukan pada beliau : ٰ ك اِاَّل َم ْن قَ ْد ٰا َم َن فَاَل تَ ْبتَ ِٕىسْ بِ َما َكانُ ْوا يَ ْف َعلُ ْو ۖ َن َ ح اَنَّهٗ لَ ْن يُّْؤ ِم َن ِم ْن قَ ْو ِم ٍ َواُ ْو ِح َي اِلى نُ ْو "Diwahyukan kepada Nuh, 'Ketahuilah, tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar beriman (saja), sebab itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat," [QS. Hud (11) : 36]. 2. Teladan dari Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim merupakan salah satu Nabi yang kisahnya banyak diceritakan dalam Al-Qur’an. Ada tiga sifat Nabi Ibrahim yang bisa kita tiru. Terlebih bagi orang yang ditimpa musibah dan mengharap jalan keluar dari Allah, termasuk juga bagi yang berharap memiliki keturunan namun tak kunjung diberi, seperti kisah Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim begitu menanti memiliki seorang anak. Ketika malaikat datang kepadanya untuk mengabarkan akan kelahiran putranya, Ishaq, ia begitu kaget. Begitu pula dengan istrinya, karena istrinya sudah divonis mandul sedangkan Nabi Ibrahim pun sudah tua. Allah lantas menyifati Ibrahim dengan tiga sifat sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut : ٌِإ َّن ِإ ْب َرا ِهي َم لَ َحلِي ٌم َأ َّواهٌ ُمنِيب “Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan suka kembali kepada Allah.” [QS. Hud (11) : 75]. Sifat Nabi Ibrahim yang dimaksud dalam ayat tersebut dan patut ditiru adalah : 1. Beliau sangat berakhlak mulia dan begitu berlapang dada. Beliau tidak marah ketika menghadapi orang-orang yang tidak tahu, bahkan beliau ingin agar hukuman yang menimpa suatu kaum bisa ditunda (Kaum Luth). 2. Beliau begitu sangat tunduk pada Rabbnya dengan tak pernah putus dalam beribadah dan berdo’a. 9 3. Beliau juga seorang hamba yang terus ingin bertaubat kepada Allah dengan mengenal dan mencintai Allah serta berpaling dari selain Allah. 3. Teladan Nabi Musa AS. Kisah-kisah di dalam Al-Qur'an mempunyai tujuan pendidikan, yaitu membentuk individu-individu atau masyarakat manusia dengan nilai keislaman. Salah satunya, kisah Nabi Musa yang dapat dijadikan teladan. Misalnya, sikap kepemimpinan, kesabaran, tegas, tanggung jawab serta kejujuran yang dapat diambil nilai-nilainya berdasarkan dialog dalam kisah Nabi Musa AS yang termaktub pada Al-Qur'an. Selain itu, dalam kisah Nabi Musa AS terdapat banyak ayat-ayat yang mengandung nilai pendidikan keimanan, yang menjelaskan tentang sifat-sifat kesempurnaan Allah SWT, sebagai Tuhan Semesta Alam. 4. Teladan Nabi Isa AS. Berkenaan dengan sebagian keutamaan akhlak dan ucapan Nabi Isa a.s. terdapat banyak riwayat yang dinukil melalui jalur Ahlul Bait a.s., di antaranya dapat kita sebutkan sebagai berikut: 1) Zuhud Tentang kezuhudan Nabi Isa a.s. ini, Imam Ali a.s. dalam Nahjul Balaghah berkata, “Isa putra Maryam a.s. menggunakan sebongkah batu untuk bantalnya, memakai pakaian kasar dan memakan makanan kasar, bumbunya adalah lapar, lampunya di malam hari adalah bulan, tempat berteduhnya di musim dingin hanyalah hamparan bumi timur dan barat, buah-buahan dan bunga-bunganya hanyalah yang tumbuh dari bumi bagi ternak. Ia tidak mempunyai istri untuk menggodanya dan tidak pula putra untuk memberikan kepedihan kepadanya. Tidak ada kekayaan untuk memalingkan (perhatiannya) dan tidak ada keserakahan untuk menghinakannya. Kedua kakinya adalah kendaraannya dan kedua tangannya adalah pelayannya. 2) Seimbang dalam ‘takut dan berharap’ Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin adalah rasa takut terhadap azab Ilahi dan mengharapkan rahmat Allah. Sebagian hamba Allah yang mukhlis senantiasa merasa takut karena keimanan penuh mereka terhadap neraka dan azab Ilahi, namun di antara mereka tedapat orang-orang yang lebih tinggi kedudukannya, yaitu orang-orang yang seimbang dalam rasa takut dan harapan. 10 3) Berkhidmat kepada makhluk Dalam hal ini diriwayatkan bahwa dalam suatu perjalanan ketika Nabi Isa a.s. bersama hawariyun sampai di pantai, beliau melemparkan sepotong roti ke laut. Salah seorang sahabat bertanya kepada beliau, “Wahai Ruhullah! Kenapa Anda berbuat demikian? Roti tersebut adalah makanan Anda.” “Potongan roti itu aku lemparkan ke laut untuk santapan salah satu binatang laut. Pahala perbuatan tersebut sangat besar,” jawab Nabi Isa a.s 4) Mengetahui dampak sifat tercela Para nabi utusan Allah swt. bertugas memberikan petunjuk kepada umat manusia. Salah satu tugas mereka adalah menjelaskan dampak negatif dari sifat tercela dan perbuatan buruk. Berkenaan dengan hal ini, sebuah riwayat dinukil dari Nabi Isa a.s., “Barangsiapa banyak bersedih, badannya akan sakit, barangsiapa akhlaknya buruk, ia menyiksa diri sendiri, barangsiapa banyak berbicara, kesalahannya akan banyak, barangsiapa banyak berdusta, tidak akan nilai, dan barangsiapa yang suka cekcok, kewibawaannya akan lenyap.” 5) Mengenal hakikat dunia Kebanyakan manusia hanya melihat lahiriah dunia saja dan melalaikan hakikatnya. Nabi Isa a.s. menjelaskan batin (hakikat) dunia kepada hawariyun tentang dunia, “Dunia adalah jembatan, maka jadikanlah tempat berlalu, bukan tempat tinggal tetap yang harus dimakmurkan.”[6] 6) Mengenal karakter sahabat Salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap seseorang adalah keberadaan orang-orang yang bergaul dengannya. Ketika hawariyun bertanya kepada beliau, “Dengan siapa kita harus bergaul?” Nabi Isa a.s. menjawab, “Bergaullah dengan orang yang bila kalian melihatnya akan mengingatkan kepada Tuhan, pembicaraannya akan menambah ilmu kalian dan perbuatannya akan mendorong kalian beramal untuk akhirat.” 7) Tentang banyak bicara Ulama senantiasa memberikan dampak negatif dari banyak bicara. Dalam hal ini, Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata, “Nabi Isa a.s. selalu berkata, “Jangan berbicara selain untuk mengingat Allah swt. Orang-orang yang banyak berbicara, hati mereka akan mengeras, namun mereka tidak sadar.” 11 5. Teladan dari Nabi Muhammad SAW. Rasulullah adalah sosok yang sangat penyayang. Kepada putra-putrinya Rasulullah tidak segan dalam menunjukkan cinta kasihnya, Pun kepada cucu-cucunya. Hasan dan Husein. Pernah suatu hari Rasulullah menjadi imam shalat. Saat itu para makmum heran karena sujud beliau jauh lebih lama daripada biasanya. Mereka mengira tengah terjadi sesuatu kepada Rasulullah , ternyata alasan beliau tidak segera menyudahi sujudnya itu karena keberadaan salah satu cucunya di punggung Rasulullah. Beliau tidak menurunkan atau menyingkirkannya, tapi justru membiarkan sang cucu mau turun sendiri. Akhlak mulia lain yang dimiliki Rasulullah, di antaranya adalah beliau bukanlah sosok yang tamak. Kita pasti mengetahui bahwa Rasulullah menikah dengan Khadijah, saudagar yang kaya raya pada masa itu. Di mana harta itu kemudian Khadijah berikan pada Rasulullah untuk dikelola. Akan tetapi meski sudah menjadi sosok yang kaya. Rasulullah tetap rajin dan tekun bekerja. Beliau mengelola harta khadijah dengan sebaik-baiknya hingga berkembang pesat. Beliau tidak pernah menggunakan harta itu untuk berfoya-foya atau melakukan hal yang merugikan Rasulullah juga memiliki jiwa penolong yang tinggi. Ketika beliau melihat orang lain kesulitan, Rasulullah akan cepat-cepat membantunya. Diceritakan, suatu hari Rasulullah pergi ke pasar dengan membawa delapan dirham. Tiba-tiba di sudut pasar beliau melihat seorang wanita sedang menangis, karena kehilangan uang. Maka tanpa segan Rasulullah pun memberikan dua dirham uangnya untuk menolong wanita tersebut.Selain beberapa sikap yang sudah dipaparkan, tentu saja masih banyak akhlak mulia Rasulullah yang patut kita teladani. Seperti akhkal Rasulullah yang selalu pemaaf, selalu sabar dalam berdakwah, selalu bersikap adil dan lain sebagainya. Dikutip dalam buku "Keagungan Mukjizat Nabi Muhammad" oleh Syaikh Said Abdul Azhim disebutkan bahwa sifat-sifat Nabi Muhammad SAW, antara lain yaitu: 1) Dia sangat elok, 12 2) Dia sebagai manusia paling mulia, 3) Kata-kata yang lembut dan fasih selalu menghiasi bibirnya, 4) Dia diberkati oleh Allah SWT selama-lamanya, 5) Mengikatkan pedang pada pinggangnya, 6) Tubuhnya sangat kuat, 7) Benar, jujur dan amanah, 8) Tangan kanannya yang menakjubkan, 9) jatuhnya bangsa-bangsa di bawah kekuasaannya, 10) Sangat menyenangi kebaikan dan membenci kefasikan, 11) Di antara keturunannya menjadi pemimpin bangsa-bangsa, 12) Namanya selalu disebut-sebut untuk seterusnya dan selamanya, 13) Bangsa-bangsa selalu memujinya untuk selama-lamanya. C. Akhlak Mahmudah Terhadap Manusia 1. Husnuzhan Husnuzan adalah salah satu perilaku mulia, yakni berbaik sangka. Sikap ini merupakan cara pandang seseorang melihat sesuatu secara positif sehingga hati dan pikirannya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenarannya. Husnuzan kepada sesama adalah sifat terpuji yang harus diterapkan dengan lahir dan batin, ucapan dan sikap, agar apa yang kita jalani selalu diridhoi oleh Allah. Karena sikap suudzon itu ibarat “manusia yang memakan daging manusia yang sudah meninggal”.Sebagaimana firman Allah : [QS. Al-Hujurat (49) : 12] 2. Dermawan Sifat dermawan adalah akhlak terpuji dan sangat mulia. Orang yang dermawan ialah orang yang senantiasa mencurahkan kebaikan kepada siapa pun yang membutuhkan uluran tangannya tanpa ada niat untuk mencari atau mendapatkan sesuatu apapun dari manusia, bahkan tidak berharap sekalipun untuk mendapatkan ucapan terima kasih dari orang yang telah ditolongnya. Allah SWT. berfirman : [QS. Al-Insan (76) : 8-9] 13 3. Tawadhu Salah satu akhlak terpuji yang diajarkan di dalam Islam dan harus dimiliki adalah tawadhu. Tawadhu adalah bentuk sikap rendah hati, namun tanpa merasa dirinya hina dan rendah. Orang yang bertawadhu menyadari bahwa dirinya adalah manusia biasa sekalipun ia memiliki kelebihan. D. Akhlak Mazmumah Akhlak Mazmumah adalah segala bentuk perbuatan yang dapat mendatangkan kemudharatan bagi diri sendiri dan orang lain, serta membahayakan iman dan dapat mendatangkan dosa. Selain menjaga akhlak mahmudah, seorang muslim juga harus menghindari akhlak mazmumah (akhlak tercela). Akhlak mazmumah meliputi meliputi tergesa-gesa, riya (melakukan sesuatu dengan tujuan ingin menunjukkan kepada orang lain), dengki, takabur (membesarkan diri), ujub (kagum dengan diri sendiri), bakhil (menahan apa yang seharusnya tidak ditahan), buruk sangka, tamak, pemarah, dan akhlak tercela lainnya. Akhlak mazmumah terbagi menjadi dua, yaitu Akhlak Madzmumah terhadap Allah SWT dan Akhlak Madzmumah terhadap manusia. E. Akhlak Mazmumah Terhadap Allah 1. Syirik Kebanyakkan manusia di dunia ini bertuhan lebih dari satu. Al-Qur’an menamakan mereka ini musyrik, yaitu orang yang syirik. Kata syirik ini berasal dari "syaraka" yang berarti mencampurkan dua atau lebih benda, hal yang tidak sama seolah-olah sama. Syirik dalam arti mempersekutukan Tuhan dengan menjadikan sesuatu, sebagai objek pemujaan, dan atau tempat menggantungkan harapan dan dambaan termasuk dalam kategori kufr. Sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi: [Qs. an-Nisa (4) : 48] 2. Takabur Takabur adalah salah satu sifat yang dibenci oleh Allah SWT. Secara bahasa, takabur berasal dari kata kabura yang berarti besar. Hal ini dapat diartikan jika orang yang takabur adalah orang yang merasa dirinya besar atau lebih dari segala-galanya dari orang lain. Sifat takabur sangat dibenci dalam Islam karena, membuat seseorang berkeinginan untuk terus menampakkan dirinya di hadapan orang lain sebagai orang 14 yang paling hebat dibandingkan lainnya dan memandang derajat orang lebih rendah. Allah SWT pernah berfirman: [Q.S Luqman (31): 18]. 3. Ujub Dalam Islam, sifat ujub adalah sifat yang senang membanggakan diri sendiri. Sifat ini termasuk sifat tercela dan merupakan penyakit hati yang harus dihindari oleh umat Islam. Sebab, ujub dapat memunculkan sifat riya dan sombong. Imam Al Ghazali menyebutkan, ujub adalah kecintaan seseorang akan suatu karunia yang merasa hanya dirinya yang memiliki tersebut, serta melupakan bahwa karunia tersebut adalah pemberian Allah SWT. Allah SWT. berfirman : [Ali-Imran (3) : 109] 4. Nifaq Munāfiq atau Munafik adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakui dalam hatinya. Munafik adalah orang yang nifaq. Nifaq menurut syara’ (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena dia masuk pada syariat dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Karena itu Allah memperingatkan dengan firman-Nya: ون َ ُاسق َ ِِإ َّن ْال ُمنَافِق ِ َين هُ ُم ْالف “Sesungguhnya orang-orang munafik itu mereka adalah orang-orang yang fasik.” [At-Taubah: 67] Yaitu mereka adalah orang-orang yang keluar dari syari’at. Menurut al-Hafizh Ibnu Katsir mereka adalah orang-orang yang keluar dari jalan kebenaran masuk ke jalan kesesatan. Allah menjadikan orang-orang munafik lebih jelek dari orang-orang kafir. Allah berfirman: صيرًا َ ِِإ َّن ْال ُمنَافِق ِ َار َولَن تَ ِج َد لَهُ ْم ن ِ َّين فِي ال َّدرْ ِك اَأْل ْسفَ ِل ِم َن الن “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari Neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” [An-Nisa’: 145] a. Jenis Nifaq ● Nifaq I’tiqadi (Keyakinan) 15 Yaitu nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan pelakunya keluar dari agama dan dia berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok dan mencela agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Nifaq jenis ini ada empat macam, yaitu: 1) Mendustakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau mendustakan sebagian dari apa yang beliau bawa. 2) Membenci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau membenci sebagian apa yang beliau bawa. 3) Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam. 4) Tidak senang dengan kemenangan Islam. ● Nifaq ‘Amali (Perbuatan) Yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafik, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama, tetapi merupakan wasilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifaq. Lalu jika perbuatan nifaqnya banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia ke dalam nifaq sesungguhnya, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ْ َ َو َم ْن َكان،ان ُمنَافِقا ً َخالِصًا ت فِ ْي ِه خَصْ لَةٌ ِم ْنه َُّن َ َأرْ بَ ٌع َم ْن ُك َّن فِ ْي ِه َك ْ ََكان َ َوِإ َذا َح َّد،ان ،ب َ ِإ َذا اْؤ تُ ِم َن َخ،اق َحتَّى يَ َد َعهَا َ ث َك َذ ِ َت فِ ْي ِه خَصْ لَةٌ ِم َن النِّف ص َم فَ َج َر َ َوِإ َذا َخا،َوِإ َذا َعاهَ َد َغ َد َر “Ada empat hal yang jika terdapat pada diri seseorang, maka ia menjadi seorang munafik sejati, dan jika terdapat padanya salah satu dari sifat tersebut, maka ia memiliki satu karakter kemunafikan hingga ia meninggalkannya: 1) jika dipercaya ia berkhianat, 2) jika berbicara ia berdusta, 3) jika berjanji dia memungkiri, dan 4) jika bertengkar ia melewati batas.” 16 b. Perbedaan Nifaq besar dan Nifaq kecil ● Nifaq besar mengeluarkan pelakunya dari agama, sedangkan nifaq kecil tidak mengeluarkannya dari agama. ● Nifaq besar adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal keyakinan, sedangkan nifaq kecil adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal perbuatan bukan dalam hal keyakinan. ● Nifaq besar tidak terjadi dari seorang Mukmin, sedangkan nifaq kecil bisa terjadi dari seorang Mukmin. ● Pada umumnya, pelaku nifaq besar tidak bertaubat, seandainya pun bertaubat, maka ada perbedaan pendapat tentang diterimanya taubatnya di hadapan hakim. Lain halnya dengan nifaq kecil, pelakunya terkadang bertaubat kepada Allah, sehingga Allah menerima taubatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ُون ُ َ ي فَهُ ْم اَل يَرْ ِجع ٌ ص ٌّم بُ ْك ٌم ُع ْم “Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” [Al-Baqarah: 18] Juga firman-Nya: ُون َ ُون َواَل هُ ْم يَ َّذ َّكر َ ون فِي ُكلِّ َع ٍام َّم َّرةً َأ ْو َم َّرتَي ِْن ثُ َّم اَل يَتُوب َ َُأ َواَل يَ َر ْو َن َأنَّهُ ْم يُ ْفتَن “Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran” [At-Taubah: 126] 5. Hasad Kata hasad berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah iri hati, atau dengki. Iri dengki adalah sebuah emosi yang timbul karena merasa kurang senang, kurang bersyukur dengan apa yang dimilikinya dan cemburu dengan apa yang didapatkan atau dimiliki oleh orang lain karena dianggap hal tersebut lebih dari apa yang dimilikinya. Iri dengki merupakan sebuah sifat yang termasuk kedalam salah satu penyakit hati menurut Islam. Dalam sebuah ayat, Allah SWT berfirman : 17 َّ ََواَل تَتَ َمنَّ ْوا َما ف ۖ صيبٌ ِم َّما ا ْكتَ َسبُوا َ ض َل هَّللا ُ بِ ِه بَ ْع ِ َال ن ِ ْض ۚ لِلرِّ َج ٍ ض ُك ْم َعلَ ٰى بَع ِّان بِ ُكل َ صيبٌ ِم َّما ا ْكتَ َسب َْن ۚ َوا ْسَألُوا هَّللا َ ِم ْن فَضْ لِ ِه ۗ ِإ َّن هَّللا َ َك ِ ََولِلنِّ َسا ِء ن َش ْي ٍء َعلِي ًما “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS. An-Nisa (4) : 32] 6. Cinta dunia Salah satu hal yang paling dirisaukan oleh Rasulullah SAW adalah ketika umat Islam sudah terjebak ke dalam cinta berlebih-lebihan kepada dunia. Dalam kamus Islam, kondisi ini dikenal dengan istilah hubbud dunya atau gila dunia. Ketika seseorang menjadikan dunia ini sebagai tujuan, maka cintanya kepada dunia akan melebihi cintanya kepada Allah. Dia bakal lalai mengingat Allah. Padahal, dalam prinsip aqidah Mukmin, dunia ini bukanlah tujuan. Melainkan hanya alat untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak. Dalam Alquran Allah SWT berfirman : ك ِم َن ال ُّد ْنيَا ۖ َوَأحْ ِس ْن َ َصيب َ َوا ْبتَ ِغ فِي َما آتَا َ ك هَّللا ُ ال َّدا َر اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن ِ َس ن ُّض ۖ ِإ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحب َ َك َما َأحْ َس َن هَّللا ُ ِإلَ ْي ِ ْك ۖ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اَأْلر ين َ ْال ُم ْف ِس ِد “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” [QS al-Qashash (28) : 77] F. Akhlak Madzmumah Terhadap Manusia 1. Mudah marah (Al-Ghadhab) : Yaitu kondisi emosi yang tidak bisa terkontrol yang mengakibatkan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain. 18 2. Iri Hati atau dengki (Al-Hasadu) : Yaitu sikap seseorang yang ingin menghilangkan kebahagian / kenikmatan orang lain dan rasa ingin menggagalkan kebaikan orang lain karena berhasil menjadi lebih baik dan sukses. 3. Mengumpat (Al-Ghiiba) : Yaitu perilaku seseorang yang menghasut orang lain untuk tidak suka kepada seseorang dan membicarakan keburukannya. 4. Berbuat aniaya (Al-Zhulmu) : Yaitu perbuatan yang akan merugikan orang lain baik materi maupun non-materi. Dan sebagian mengatakan, seseorang yang mengambil hak orang lain. 5. Kikir (Al-bukhlu) : Yaitu sikap seseorang yang tidak mau membantu orang lain, baik dalam hal jasa maupun materi. G. Nabi saw orang yang terjaga dari dosa, tapi berapa kali beliau beristighfar? - Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertobat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali.” (H.R. Al-Bukhari) - Di dalam riwayat lain disebutkan tidak hanya 70, tetapi 100 kali dalam sehari Nabi saw. membaca istighfar. « إنه: أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال: عن األغر المزني رضي هللا عنه رواه مسلم. » وإني ألستغفر هللا في اليوم مائة مرة، ليغان على قلبي. Dari Al-Aghar Al-Muzanni r.a. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya hatiku tidak pernah lalai dari dzikir kepada Allah, sesungguhnya Aku beristighfar seratus kali dalam sehari.” (H.R. Muslim) - Adapun salah satu bacaan istighfar yang diucapkan Nabi saw. adalah sebagaimana di dalam hadis berikut. « إن كنا لنعد لرسول هللا صلى هللا عليه وسلم في: عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال رواه أبو. » إنك أنت التواب الرحيم، رب اغفر لي وتب علي: المجلس الواحد مائة مرة داود والترمذي. Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata, “Sungguh kami telah menghitung ucapan Rasulullah saw. dalam satu majelis sebanyak seratus kali : rabbighfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwaburrahiim (Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku, 19 sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang)”. (H.R. Abu Daud dan At-Tirmidzi). 20 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dapat mengetahui jenis-jenis akhlak 2. Dapat mengimplementasikan akhlak mahmudah 3. Dapat menghindari akhlak mazmumah 4. Dapat mengetahui berapa kali Nabi Muhammad SAW beristighfar B. Saran Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kritik atau saran silahkan sampaikan kepada kami. Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tidak luput dari salah khilaf dan lupa. 21 DAFTAR PUSTAKA - https://moslemlifestyle.com/id/article/sifat-terpuji-nabi-nuh.html https://rumaysho.com/12855-3-sifat-nabi-ibrahim-yang-patut-ditiru.html https://news.detik.com/berita/d-5365977/hikmah-dan-manfaat-husnuzan-kepada-allah -beserta-contohnya https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akhlak/ https://www.rbs.or.id/2019/06/hikmah-menjadi-dermawan.html https://kumparan.com/berita-hari-ini/tawadhu-pengertian-ciri-ciri-dan-keutamaannyabagi-umat-islam-1v8YUW2TZPF/full https://www.merdeka.com/jatim/syirik-adalah-perbuatan-menyekutukan-tuhan-yangwajib-dihindari-ini-lengkapnya-kln.html?page=all https://www.merdeka.com/trending/takabur-adalah-sifat-yang-harus-dihindari-ini-cara nya-kln.html?page=all https://www.popbela.com/career/inspiration/niken-ari/pengertian-ujub-dalam-islam/3 https://www.merdeka.com/jatim/nifaq-adalah-sifat-munafik-pahami-pengertiannya-da lam-agama-islam-kln.html?page=all https://dalamislam.com/akhlaq/iri-dengki-dalam-islam https://bincangmuslimah.com/ibadah/berapa-kali-sehari-rasulullah-mengucapkan-istig hfar-30272/ https://www.republika.co.id/berita/n6l0zd/hubbud-dunya https://almanhaj.or.id/3164-nifaq-definisi-dan-jenisnya.html 22 MAKALAH ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ISLAM Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Diampu oleh Hepi Andi Bastoni, MA. Oleh : Kelompok 3 1. Andieni Maharani Tandi 2140136 2. Kadri R Lawa 2140147 3. Maudi Rahim 2140151 4. Mishbah Nurul Fajri Surgani 2140153 5. Muh.Alfath Alfathair Hasanuddin 2140156 6. Natasya Widyaningtyas 2140162 7. Nur Hikmah Ramadhani Basri 2140165 8. Nur Wulan Ramadhany Darman 2140166 9. Nurfizaky Tazkiyah Umar 2140167 PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA POLITEKNIK AKA BOGOR 2021 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas dari bapak Hepi Andi Bastoni MA. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Islam bagi para pembaca dan penulis. Semoga makalah yang kami buat ini bisa menambah pengetahuan kita mengenai Tauhid menjadi lebih luas lagi. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Hepi Andi Bastoni MA. Selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menggali dan menambah pengetahuan serta wawasan. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan rekan-rekan yang telah membantu serta membagi ilmunya kepada kami. Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Makassar, Juni 2021 Kelompok 3 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2 C. Tujuan Pembahasan ....................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3 A. Perbedaan antara Ilmu dan Pengetahuan ....................................................... 3 B. Fungsi Kemajuan Teknologi ......................................................................... 4 C. Bukti Kejayaan Umat Islam di Bidang Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ....................................................................................................... 6 D. Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kemajuan Ilmu Pengetahun .......... 9 E. Keutamaan Orang yang Berilmu dan Beriman ............................................ 11 F. Pendapat Imam Al-Ghazali tentang Keutamaan orang berilmu dari Hukum menuntut Ilmu .............................................................................................. 15 G. Tanggung Jawab Ilmuan terhadap Lingkungan ........................................... 16 H. SENI DALAM PANDANGAN ISLAM ..................................................... 17 I. Batasan Seni dalam Islam ............................................................................ 18 BAB III SIMPULAN ............................................................................................ 19 A. Kesimpulan .................................................................................................. 19 B. Saran ............................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh ibadahnya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahkan di dalam alQuran sendiri Allah menyatakan bahwa hanya orang yang berilmulah yang benarbenar takut kepada Allah. Dialog antara Allah dengan malaikat ketika Allah akan menciptakan manusia, dan malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, Allah membuktikan keunggulan manusia daripada malaikat dengan kemampuan manusia menguasai ilmu melalui kemampuan menyebutkan nama-nama. Seni Islam murni melahirkan bentuk praktik yang dapat membuat manusia merenungkan keesaan Ilahi. Begitu pula dengan semua ilmu yang bersifat Islami menunjukkan kesatupaduan dan saling berhubungan dari segala yang ada. Kedua hal ini, seni dan ilmu pengetahuan yang bersifat Islami, menjadikan manusia dapat menuju ke arah perenungan keagungan dan keesaan Ilahi. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam praktek mampu mengangkat harkat dan martabat manusia karena malalui ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, manusia mampu melakukan eksplorasi kekayaan alam yang disediakan oleh Allah. Karena itu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, nilai-nilai Islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia. 1 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa perbedaan ilmu dan pengetahuan ? 2. Apa fungsi kemajuan teknologi ? 3. Apa saja bukti dalam sejarah tentang kejayaan umat Islam di bidang kemajuan teknologi ? 4. Apa perbedaan iman, Islam dan Ihsan dalam kemajuan ilmu pengetahuan? 5. Apa saja keutamaan orang berilmu dan beriman beserta dalilnya? 6. Apa pendapat Imam al-Ghazali tentang keutamaan orang berilmu dan hukum menuntut ilmu? 7. Apa tanggung jawab ilmuan terhadap lingkungan? 8. Bagaimana Islam memandang kesenian? 9. Apa saja batasan seni dalam Islam? C. Tujuan Pembahasan Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui perbedaan ilmu dan pengetahuan 2. Untuk mengetahui fungsi kemajuan teknologi 3. Untuk mengetahui apa saja bukti dalam sejarah tentang kejayaan umat Islam di bidang kemajuan teknologi 4. Untuk mengetahui perbedaan iman, Islam dan Ihsan dalam kemajuan ilmu pengetahuan 5. Untuk mengetahui apa saja keutamaan orang berilmu dan beriman beserta dalilnya 6. Untuk mengetahui pendapat Imam al-Ghazali tentang keutamaan orang berilmu dan hukum menuntut ilmu 7. Untuk mengetahui apa tanggung jawab ilmuan terhadap lingkungan? 8. Untuk mengetahui bagaimana Islam memandang kesenian? 9. Untuk mengetahui apa saja batasan seni dalam Islam? 2 BAB II PEMBAHASAN A. Perbedaan antara Ilmu dan Pengetahuan Banyak orang menganggap bahwa antara ilmu dan pengetahuan adalah dua hal yang sama, padahal sebenarnya antara keduanya berbeda. Ditinjau dari segi pengertiannya, Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta, baik itu yang bersifat natural maupun sosial yang berlaku umum dan sistematis atau pengetahuan yang sudah diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematis. Sedangkan, pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh Pengertian dan Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan seseorang/kelompok dan belum dapat dipelajari oleh umum. Pengetahuan bisa menjadi ilmu apabila telah dikaji dan diuji sehingga bisa tersedia untuk umum. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Berdasarkan sudut pandang filsafat ilmu, Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui pancaindra. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun, diklasifikasikan, dan diverifikasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam AlQuran ilmu digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Jadi, antara ilmu dan pengetahuan tidak dapat disamakan. Secara garis perbedaan antara ilmu dan pengetahuan adalah sebagai berikut: 1. Ilmu bersifat umum, sedangkan pengetahuan bersifat individual atau kelompok Guru dari suatu ilmu adalah ilmu itu sendiri, orang yang berperan sedangkan dalam penyampaian guru dari ilmu hanyalah pengetahuan adalah pengajar/pengampu, orang yang memiliki pengetahuan itu. 2. Ilmu telah diuji dan dikaji, sedangkan pengetahuan belum. 3 Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku umum, sedangkan pengetahuan belum disusun secara sistematis karena belum dicoba dan diuji. B. Fungsi Kemajuan Teknologi Kemajuan IPTEK yang telah dicapai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Dampak positif dan dampak negative dari perkembangan teknologi dilihat dari berbagai bidang: 1. Bidang Informasi dan komunikasi Dalam bidang informasi dan komunikasi telah terjadi kemajuan yang sangat pesat. Dari kemajuan dapat kita rasakan dampak positifnya antara lain: a. Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui internet. b. Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya dengan melalui handphone. c. Kita mendapatkan layanan bank yang dengan sangat mudah. Disamping keuntungan-keuntungan yang kita peroleh ternyata kemajuan kemajuan teknologi tersebut dimanfaatkan juga untuk hal-hal yang negatif, antara lain: a. Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas). b. Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang bisa disalah gunakan fihak tertentu untuk tujuan tertentu. c. Kerahasiaan alat tes semakin terancam melalui internet kita dapat memperoleh informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi secara langsung dari internet. d. Kecemasan teknologi. 4 2. Bidang Ekonomi dan Industri Dalam bidang ekonomi teknologi berkembang sangat pesat. Dari kemajuan teknologi dapat kita rasakan manfaat positifnya antara lain: a. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi b. Terjadinya industrialisasi c. Produktifitas dunia industri semakin meningkat. d. Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki. e. Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi. Meskipun demikian, ada pula dampak negatifnya antara lain: a. Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan. b. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental “instant”. c. Bidang Sosial dan Budaya. Akibat kemajuan teknologi bisa kita lihat: a. Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. b. Meningkatnya rasa percaya diri. Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik. c. Tekanan, kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalis. 3. Bidang Pendidikan Teknologi mempunyai peran yang sangat penting dalam bidang pendidikan antara lain: 5 a. Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. b. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. c. Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. 4. Bidang politik a. Timbulnya kelas menengah baru Pertumbuhan teknologi dan ekonomi di kawasan ini akan mendorong munculnya kelas menengah baru. b. Proses regenerasi kepemimpinan. c. Di bidang politik internasional, juga terdapat kecenderungan tumbuh berkembangnya regionalisme. 5. Bidang Kesehatan Manfaat teknologi informasi yang pertama bisa kamu rasakan dalam bidang kesehatan. Bisa dibilang teknologi amat sangat berjasa dalam perbaikan manajemen di klinik atau rumah sakit. Jika dulu pencatatan riwayat kesehatan pasien hanya ditulis dalam sebuah berkas, sekarang pencatatan juga dilakukan dan diarsipkan di komputer. Hal ini akan sangat memudahkan petugas untuk mengetahui rekam medis pasien dengan cepat. Rekam medis berbasis komputer ini meliputi data klinis pasien dari hasil pemeriksaan dokter ataupun hasil laboratorium. C. Bukti Kejayaan Umat Islam di Bidang Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam zaman Daulah Abbasiyah, masa meranumlah kesusasteraan dan ilmu pengetahuan, disalin ke dalam bahasa Arab, ilmu-ilmu purbakala. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Zaman ini adalah zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya tentang Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaan. 6 Dalam zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam, dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Masa Daulah Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam mengembangkan ilmu pengetahuan, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah.Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan merefleksikan terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada alam pemikiran Islam pada abad ke-8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan kebudayaan Yunani dan Persia. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga Kegemilangan Iptek di Masa Kejayaan Islam Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 7501517 M/132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750754) dan diakhiri Khalifah alMutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam. Di era ini, lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia. Antara lain: a. Al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma). b. Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu udara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat. 7 c. Al-Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun bunga dan tidak pernah 7 atau 9. d. Ar-Razi. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi dikenali Rhazes di dunia barat, seorang pakar sains Iran (864 – 930), Lahir di Rayy, Teheran. Sejak muda mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Ia dipercaya memimpin rumah sakit di Rayy lalu Muqtadari di Baghdad. Diketahui sebagai ilmuwan serbabisa. • AzZahrawi. Abu Qasim az-Zahrawi (1000 M) (Menemukan teori pembedahan) atTashrif Liman ajiza at-Ta’lif terdiri 30 jilid, berasal Spanyol. Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama "El Zahrawi". Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. e. Jabir Ibnu Hayyan (815 M). Seorang ilmuwan yang dianggap paling pantas menyandang gelar ahli kimia Arab pada masa awal perkembangannya. Abu Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kufi as-Sufi adalah nama lengkap Jabir Ibnu Hayyan. Ia lahir pada tahun 721 dan dibesarkan dalam keluarga dokter. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Jabir adalah keturunan Yunani yang memeluk agama Islam. f. Ibnu Rusyd adalah seorang ilmuwan muslim yang cerdas dan menguasai banyak bidang ilmu, seperti al-Quran, fisika, kedokteran, biologi, filsafat, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir pada tahun 1198 di Kordoba, Spanyol. Di Barat, ia dikenal dengan nama Averroes. Ayah Ibnu Rusyd adalah seorang ahli hukum yang cukup berpengaruh di Kordoba. Sementara itu, banyak saudaranya menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang keluarganya itulah yang sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat intelektualitas Ibnu Rusyd di kemudian hari. Ibnu Rusyd adalah seorang tokoh perintis ilmu jaringan tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar. 8 g. Al-Kindi (pengarang 270 buku, ahli music, farmasi dll). Hidup pada masa penerjemahan besar-besaran karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Di samping menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya. Karena keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di istana dan menjadi guru putra Khalifah al-Mu’tasim, Ahmad h. Biri Rais nama aslinya Muhyidin Rais (1465-1555 M). Membuat peta dunia terlengkap dan menemukan benua Amerika. Columbus juga menemukan benua Amerika tahun 1492 M. Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur Masjid Agung Cordoba, Blue Mosque di Istanbul, menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. D. Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kemajuan Ilmu Pengetahun Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Ada tiga inti ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga inti ajaran itu terintegrasi di dalam sebuah sistem ajaran yang disubut Dienul Islam. Dalam Al-Qur’an surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal. Ayat tersebut 9 menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu, dan amal atau akidah, syariah dan akhlak dengan menganalogkan bangunan Dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Iman diidentikan dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahandahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon identik dengan teknologi dan seni. Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal saleh apabila perbuatan baik tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Iptek yang lepas dan keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia. Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan identitas masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan dalam hati. Islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.Sedangkan Ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur tipis atau tebal iman dan islamnya. Iman dan islam bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya. Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum daripada Islam. Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia mengandung makna iman. Seorang hamba tidak akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan ihsan lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman. Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhsin. 10 E. Keutamaan Orang yang Berilmu dan Beriman Allah Ta’ala menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang berilmu dan beriman kepada-Nya. Hal ini senada dengan surat al-Mujaadilah ayat 11. “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: ‘Berilah kelapangan dalam majelis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS alMujaadilah: 11] Betapa banyak manusia yang tergiur, silau dan terlena dengan harta, meraihnya tanpa pernah merasa puas, ketika seseorang merasa kekurangan, maka ia mencarinya dan setelah tercukupi ia akan terus menuntutnya sampai tiba ajalnya. Begitulah karakter dari 28 sebuah kehidupan dunia yang menawarkan kegemerlapan dan kemewahan yang tak berujung kepuasan. Makanya ada sebuah untaian doa yang indah “Ya Allah aku berlindung dari (mengikuti) ajakan nafsu yang sejatinya tidak akan pernah memuaskan.” Harta benda yang selalu ditumpuk oleh seseorang, pasti akan meninggalkannya cepat atau lambat dan membiarkan pemiliknya masuk ke dalam liang lahat. Sedangkan para pencari ilmu, ia akan selalu di jalan Allah Ta’ala dan menemaninya ketika di dunia sampai dihantarkannya ke dalam kubur serta membawanya kepada tempat yang dirindukan yaitu Surga. 11 Di antara keutamaan manusia berilmu sesuai dengan petunjuk alQur’an dan sunnah: 1. Dimudahkan jalan menuju surga Rasulullah saw memuji para penuntut ilmu di dalam sabdanya: “Barang siapa menempuh jalan guna mencari Ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim). 2. Disejajarkan dalam persaksiandengan para malaikat Allah berfirman: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orangorang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,” (QS: Ali Imran ayat 18) 3. Menjadi juru bicara untuk membantah para pendosa “Sesungguhnya kehinaan dan azab hari ini ditimpakan atas orangorang yang kafir”, (QS: An Nahl ayat 27). “dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; “Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)”. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orangorang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; Maka Inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya).” (QS: Ar Ruum ayat 55-56) 4. Dibukakan pikiran dan mata hati “dan orang-orang yang berusaha untuk (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan mereka dapat melemahkan (menggagalkan azab kami), mereka itu memperoleh azab, Yaitu (jenis) azab yang pedih. dan orang-orang yang diberi ilmu (ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan 12 kepadamu dari Tuhanmu Itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS: Saba’ ayat 5-6) 5. Lebih utama dari ahli ibadah Rasulullah saw pernah bersabda: “Keutamaan orang alim atas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah dari kalian” (HR. Tirmidzi) Dalam riwayat lain disebutkan: “Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang-bintang.” [Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Hibban, dan itu sepotong dari hadits Abu Darda’]29 6. Didoakan seluruh penduduk langit dan bumi Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia.” (HR at-Tirmidzi dan Ath-Thabrani). 7. Takut kepada Allah “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS: Faathir ayat 28) 8. Mengetahui hakikat kehidupan yang beragam “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS: ar-Ruum ayat 22). 9. Orang Yang Berilmu Dikecualikan dari Laknat Allah Imam at-Tirmidzi (wafat th. 249 H) meriwayatkan dari Abu Hurairah (wafat th. 57 H), ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, “ 13 Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu.’” 10. Menuntut Ilmu dan Mengajarkannya Lebih Utama Daripada Ibadah Sunnah dan Wajib Kifayah Nabi bersabda: “Keutamaan ilmu lebih baik daripada keutamaan ibadah, dan agama kalian yang paling baik adalah al-wara’ (ketakwaan).” Ali bin Abi Thalib berkata, “Orang yang berilmu lebih besar ganjaran pahalanya daripada orang yang puasa, shalat, dan berjihad di jalan Allah.” Abu Hurairah berkata, “Sungguh, aku mengetahui satu bab ilmu tentang perintah dan larangan lebih aku sukai daripada tujuh puluh kali melakukan jihad di jalan Allah.” Aku (Ibnul Qayyim) katakan, “Ini -jika shahih- maknanya adalah: lebih aku sukai daripada jihad tanpa ilmu, karena amal tanpa ilmu kerusakannya lebih banyak daripada baiknya.” Al-Hasan rahimahullaah berkata, “Orang yang berilmu lebih baik daripada orang yang zuhud terhadap dunia dan orang yang bersungguhsungguh dalam beribadah.” Sufyan ats-Tsauri (wafat th. 161 H) rahimahullaah mengatakan, “Aku tidak mengetahui satu ibadah pun yang lebih baik daripada mengajarkan ilmu kepada manusia.” Imam asy-Syafi’i (wafat th. 204 H) rahimahullaah mengatakan, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih baik setelah berbagai kewajiban syari’at daripada menuntut ilmu syar’i.” 14 F. Pendapat Imam Al-Ghazali tentang Keutamaan orang berilmu dari Hukum menuntut Ilmu Dalam Ihya Ulumuddin al-Ghazali menguraikan secara mendalam pentingnya memahami konsep ilmu dengan baik. Hujjatul Islam imam alGhazali pernah mengatakan, orang yang menuntut ilmu itu ada tiga macam: 1. Orang yang menuntut ilmu semata-mata karena ingin mendapatkan bekal pulang menuju akhirat. 2. Orang yang belajar dengan niat mencari sesuatu untuk menopang kehidupan duniawi, dan memperoleh kemuliaan serta jabatan hormat. 3. Orang yang menjadikan ilmunya sebagai sarana memperbanyak harta, bermegah-megahan dengan kedudukan, berbangga-banggahan dengan banyaknya pengikut, mengaku ulama dan tidak merasa perlu bertaubat, karena menganggap dirinya muhsinun (orang-orang baik). Golongan pertama adalah golongan orang-orang yang memahami konsep ilmu dengan benar. Sehingga tujuan mencari ilmu pun tidak pernah kosong dari niat untuk menghilangkan kebodohan dalam diri dan mencari ridha Ilahi. Golongan kedua dan ketiga adalah kelompok penuntut ilmu yang materialis, mencari ilmu untuk duniawi. Ilmu dan ilmuan dalam hal ini menjadi prioritas paling utama. Karena sebagaimana dalam hadis: ”Dua macam golongan dari umatku (yang memegang peran penting). Bila mereka baik, maka baiklah umat manusia, dan bila mereka rusak maka rusakklah umat manusia. Ingatlah, mereka adalah pemimpin pemerintah dan ulama (HR. Ibn Abdil Barr dalam Ihya Ulum al-Din). Imam Hasan al-Bashri mengatakan: ”Barang siapa yang bertambah ilmunya, kemudian bertambah pula ketamakan kepada dunia, maka tiada yang bertambah kecuali bertambah jauh dari Allah.” Imam al-Ghazali membagi hukum menuntut ilmu itu ada dua: fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Fardhu ain adalah ilmu yang kita gunakan untuk menyembah Allah, seperti tata cara wudhu, shalat, membaca Qur’an dan tata cara haji dan umrah. Adapun yang fardhu kifayah seperti ilmu kedokteran, fisika, kimia dan lainnya. 15 Karena itu, di antara umat Islam harus ada yang mendalami ilmu tertentu. Ketika masyarakat kagum dengan ilmu umum, harus ada di antara kaum Muslimin yang mendalami agama. Hal ini diisyaratkan Allah dalam al-Qur’an: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untukmemperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS at-Taubah: 122). G. Tanggung Jawab Ilmuan terhadap Lingkungan Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai ‘abdun (hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab kepada diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Khalifah/wakil Allah di muka bumi, ia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan. Karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukuplah atau para ilmuwan dan para intelektual yang sanggup mengeksplorasi sumber alam ini. Ilmuan merupakan sosok manusia yang diberikan kelebihan oleh Tuhan dalam menguasai sebuah ilmu pengetahuan. Dari kelebihannya ini maka Tuhan mengangkat harkat dan martabat ilmuan tersebut di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan Negara sehingga mereka disanjung dan dihormati serta menjadi sumber solusi dari situasi-dan kondisi lingkungan hidup manusia.Karena ilmuwan 16 tersebut telah diberi penghargaan oleh Tuhan maka peanaghargaan tersebut membawasa kedalam posisi yang tinggi disbanding dengan manusia yang lain. Dialah menjadi wakil Tuhan di bumi untuk menjadikan lingkungan hidup manusia terpelihara dan membawa kebaikan kepada manusia itu sendiri. Dengan demikian dapta diartikan bahwa ilmuan dijadikan Tuhan sebagai pemimmpin kelangsungan lingkungan hidup manusia di muka bumi ini. H. SENI DALAM PANDANGAN ISLAM Islam memandang seni dengan cara pandang yang bijak. Hal ini dikarenakan seni masuk dalam kategori muamalah. Oleh karena itu berlaku kaidah atau aturan ‘setiap bentuk muamalah pada dasarnya adalah boleh, sampai ada dalil yang melarangnya’. Aturan inilah yang harus kita junjung tinggi dalam penilaian kita tentang seni. Seni dalam Islam bukanlah sesuatu yang diharamkan secara mutlak. Tapi ada beberapa seni yang mendapat larangan langsung dari Rasulullah SAW. Seni yang dimaksud adalah seni musik. Hal ini didasarkan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya. Selain itu juga ada pelarangan seni rupa yang menggambarkan mahluk-mahluk hidup. Rasulullah mengabarkan orang-orang yang menggambar mahluk hidup akan dimasukkan ke dalam neraka sebelum masuknya pelaku syirik. SENI YANG DIBOLEHKAN DALAM ISLAM: 1. Seni Membaca al-Qur’an (Tilawatil atau Qiro’atil Qur’an) 2. Seni Kaligrafi/Tulis 3. Seni Beladiri 4. Seni Melipat Kertas 5. Seni Arsitektur 6. Seni Berpidato 7. Seni Sastra 8. Seni Merajut 17 SENI YANG DILARANG DALAM ISLAM Ada beberapa seni berikut yang dilarang dalam Islam tetapi tidak seluruhnya haram, tetapi haram dalam kasus-kasus tertentu. 1. Seni Rupa 2. Menyanyi. Sebagian ulama mengharamkan secara mutlak. 3. Musik. Sebagian ulama ada yang membolehkan dengan syarat yang sangat ketat. 4. Tarian. 5. Vandalisme 6. Seni Patung 7. Tindik (Body Piercing) 8. Operet (Seni Pertunjukan). Sebagian ada yang membolehkan dengan syarat tertentu. I. Batasan Seni dalam Islam Seni dalam Islam terutama yang berkaitan dengan musik, nyanyian, maupun lagu tidaklah selalu mutlak bahwa itu haram. Dengan catatan, tujuannya untuk kebaikan, misalnya mengajak jihad fi sabilillah, dan menentang kemungkaran, atau menjauhi zina. Syair hendaknya berisi tentang pujian-pujian terhadap Allah dan Rasul-Nya, menyemangati untuk amar ma’ruf nahi munkar, dan tidak bertentangan dengan prinsip tauhid dan syara’. Begitu pula dengan bentuk kesenian lain seperti karya sastra dan arsitektur. Selama tidak bertentangan dengan syariat dan mengagungkan Allah SWT maka itu diperbolehkan. Seni menjadi haram jika membuat pelaku maupun penikmatnya menjadi rusak moralnya dan semakin jauh dari Allah SWT. Misal tari-tarian yang mengumbar aurat dan membangkitkan syahwat lawan jenis yang bukan mahramnya, atau seni ritual yang terdapat unsur syirik, yakni menyekutukan Allah SWT. Seni seperti ini jelas tidak dibolehkan. 18 BAB III SIMPULAN A. Kesimpulan Ilmu dan pengetahuan merupakan dua hal yang berbeda. Ilmu merupakan pengetahuan tentang fakta sedangkan pengetahuan bisa menjadi ilmu apabila telah dikaji dan diuji sehingga bisa tersedia untuk umumtetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Adanya kemajuan teknologi benar-benar memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia dari berbagai bidang, salah satu contohnya ialah kita lebih cepat memperoleh informasi yang terbaru dan akurat, tetapi juga memiliki dampak negative yaitu bila adanya peretasan informasi secara illegal, hal ini biasa disebut penyalahgunaan informasi. Tidak hanya perkembangan informasi, tetapi majunya ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat membuktikan bahwa umat islam mengalami kejayaan olehnya. Salah satu bukti kejayaan umat islam ialah lahirnya ilmuan-ilmuan islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia baik dalam bidang kesehatan, sains, tanaman serta makhluk hidup, kimia, filsafat dan lain-lain dimana karya-karyanya dikenal seluruh dunia dan terus dikembangkan hingga sekarang. Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan dalam hati. Islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.Sedangkan Ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur tipis atau tebal iman dan islamnya. Berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah terdapat beberapa keutamaan manusia berilmu, diantaranya yaitu dimudahkan jalan menuju surga, disejajarkan dalam persaksian dengan para malaikat, dan dibukakan pikiran dan mata hati. Imam al-Ghazali membagi hukum menuntut ilmu itu ada dua: fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Fardhu ain adalah ilmu yang kita gunakan untuk menyembah Allah, seperti tata cara wudhu, shalat, membaca Qur’an dan tata cara haji dan umrah. Adapun yang fardhu kifayah seperti ilmu kedokteran, fisika, kimia dan lainnya. 19 Seni dalam Islam bukanlah sesuatu yang diharamkan secara mutlak sebab islam memandang seni dengan cara pandang yang bijak. Terdapat beberapa seni yang dilarang adapun seni yang diperbolehkan. B. Saran Kita sebagai generasi masa kini hendaklah memperhatikan dan memahami perkembangan teknologi dari berbagai sisi, serta lebih meningkatkan pengetahuan mengenai ilmu islam agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif. Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kritik atau saran silahkan sampaikan kepada kami. Apabila terdapat kesalahan mohon dapat dimaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tidak luput dari salah dan lupa. 20 DAFTAR PUSTAKA Hepi Andi Bastoni.Materi X Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Islam.Modul Pendidikan Agama Islam Akademi Kimia Analisis Jilid 2 : Hal 24 - 33 https://m.merdeka.com/jabar/manfaat-teknologi-informasi-di-berbagai bidang- memudahkan-kehidupan-manusia-kln.html https://www.kompasiana.com/merinda91176/5fa3ba3df5f3295f142a8a03/perbeda n-pengetahuan-dan-ilmu-pengetahuan?page=2 https://paudit.alhasanah.sch.id/tahukah-anda/apa-perbedaan-islam-iman-danihsan/ https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/islamfutura/article/view/3049 https://m-republika-coid.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/q78uid320?amp_js_v=a6 &amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#aoh=16 253196386593&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&a mp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.republik a.co.id%2Fberita%2Fq78uid320%2Fpesanpesan-bijak-al-ghazali-bagipara-penuntut-ilmu https://unimus.ac.id/?p=8226 http://ngampusbarengimron.blogspot.com/2017/05/iman-islam-danihsan.html?m=1 21 MAKALAH KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Oleh Kelompok 4 : 1. Afifah Harni 2140129 2. Afniyuastuti Samde Putri 2140130 3. Alief Nur Jannah 2140134 4. Alim Haq Ilham 2140135 5. Nurhidayah 2140169 6. Putri Aliah 2140170 7. Raihan Achmad Hidayat 2140173 8. Riska Adira 2140177 9. Zakia Mega Fikrah 2140187 POLITEKNIK AKA BOGOR MARTIKULASI AKSELERASI 2021 KATA PENGANTAR Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa dipraktikkan oleh pembaca dalam kehidupan sehari- hari. Penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Bogor, Juli 2021 Kelompok IV BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama. Masyarakat Indonesia merupakan dari beragam agama. Kemajemukan masyarakat majemuk yang terdiri yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja kerena keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Chu. Dari agama-agama masing- masing masyarakat tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri antar umat beragama yang yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong. B. Rumusan Masalah 1. Apa maksud Islam rahmatan lil alamin QS 21: 107? 2. Apa maksud ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah? 3. Bagaimana tahapan ukhuwah yang dijalin oleh Nabi saw ketika berada di Madinah? 4. Berikan beberapa contoh bentuk ukhuwah! 5. Apa yang dimaksud tri kerukunan umat beragama? 6. Dalam hal apa saja kita boleh bekerja sama dengan antar sesama manusia berbeda agama? 7. C. Dalam hal apa saja kita tidak boleh bekerja sama antar umat berbeda agama? Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dan makna dari kerukunan hidup antar umat beragama 2. Untuk mengetahui maksud dari Islam rahmatan lil alamin QS 21: 107 3. Untuk mengetahui maksud ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah beserta contohnya 4. Untuk mengetahui definisi tri kerukunan umat beragama 5. Untuk mengetahui hal apa saja yg boleh dan tidak boleh kita kerjakan bersama antar umat berbeda agama. BAB II PEMBAHASAN Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah sikap saling pengertian dan menghargai tanpa diskriminasi, khususnya masalah agama. Menurut Syekh Salim bin Hilali, toleransi memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan 2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan 3. Kelemah lembutan karena kemudahan 4. Muka yang ceria karena kegembiraan 5. Rendah diri di hadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan 6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian 7. Menggampangkan dalam berdakwah ke jalan Allah tanpa basa basi 8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah tanpa ada rasa keberatan. Kerukunan adalah istilah yang memiliki muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985: 850). Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal yang didambakan oleh masyarakat manusia. A. Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Firman Allah, رمحة للعالمين إل و ما رأسلناك “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107). Rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad saw adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia. Fungsi Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam tidak tergantung pada penerimaan atau penilaian manusia. Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam tersebut adalah: 1. Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar 2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan Allah secara bertanggung jawab. 3. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah, baik muslim maupun non muslim. 4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional. 5. Islam menghormati kondisi spesifik individu dan memberikan perlakuan yang spesifik pula. B. Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwa Insaniya Dalam Al-Qur‟an banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung masalah ukhuwah, yaitu di antaranya: 1. 2. Ukhuwah „ubudiyah, yaitu saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah. Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. 3. Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan. 4. Ukhuwah fi din Al-Islam, yaitu persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah saw bersabda: نتم اصحا ي ب اخوان انالذين يأتون د عبى “Kalian adalah (wafat)-ku.” sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah 1. Makna Ukhuwah Islamiyah Kata Ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya perasaan simpati atau empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama, baik suka maupun duka. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan. Ukhuwah dan persaudaraan yang berlaku bagi sesama muslim disebut ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi oleh keluarga, suku, bangsa, dan warna kulit, namun karena perasaan seaqidah dan sekeyakinan. Nabi mengibaratkan antara satu muslim dengan muslim lainnya ibaratkan satu tubuh. Apabila ada satu bagian yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Rasulullah SAW juga bersabda: ” tidak sempurna iman salah seorang kamu, sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri “. Hadis di atas berarti, seorang muslim harus dapat merasakan penderitaan dan kesusahan saudara yang lainnya. Ia harus selalu menempatkan dirinya pada posisi saudaranya. Antara sesama muslim tidak ada sikap saling permusuhan, dilarang mengolok-olok saudaranya yang muslim. Tidak boleh berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain (QS al-Hujurat: 11-12) Sejarah telah membuktikan bagaimana keintiman persahabatan dan lezatnya persaudaraan antara kaum muhajirin dan kaum anshar. Kaum muhajirin rela meninggalkan segala harta, kekayaan, dan keluarganya di kampung halaman. Demikian juga kaum anshar dengan penuh keikhlasan menyambut dan menjadikan kaum Muhajirin sebagai saudara. Peristiwa inilah awal bersatunya dua hati dalam bentuk yang teorisentrik dan universal sebagai hasil dari sebuah persaudaraan yang dibangun Nabi atas dasar kesamaan aqidah. Dapat disimpulkan bahwa ukhuwah Islamiyah merupakan hal yang pokok dan mendasar yang harus ditegakkan demi kelangsungan kejayaan umat Islam, maka dari Umat Islam harus selalu meningkatkan dakwah Islamiah dan Amar Makruf Nahi Mungkar, agar persatuan dan kesatuan dikalangan umat dapat ditegakkan. Sekaligus umat Islam harus senantiasa menyadari akan pentingnya Ukhuwah Islamiyah sebagai modal menuju kemenangan cita-cita Islam. Kemenangan itu tidak akan tercapai tanpa adanya kekuatan. Dan kekuatan tidak akan terwujud tanpa adanya persatuan. Sedangkan persatuan tidak akan mungkin tercapai tanpa adanya Ukhuwah Islamiyah. 2. Makna Ukhuwah Insaniyah Persaudaraan sesama manusia disebut ukhuwah insaniyah. Persaudaraan ini dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Perbedaan keyakinan dan agama juga merupakan kebebasan pilihan yang diberikan Allah. Hal ini harus dihargai dan dihormati. Persaudaraan dengan seluruh umat manusia (Ukhuwah Insaniyah) mengandung arti bahwa seluruh umat manusia adalah saudara karena mereka berasal dari seorang ayah dan ibu. Manusia mempunyai motivasi dalam menciptakan iklim persaudaraan hakiki yang tumbuh dan berkembang atas dasar rasa kemanusiaan yang bersifat universal. Seluruh manusia di dunia adalah saudara. Tata hubungan dalam Ukhuwah Insaniyah menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan martabat kemanusiaan untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, adil dan damai. Ukhuwah Insaniyah bersifat solidaritas kemanusiaan. Sedangkan Ukhuwah Wathaniyah yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan. Pada diri manusia perlu ditumbuhkan persaudaraan yang berdasarkan atas kesadaran berbangsa dan Seluruh bangsa Indonesia adalah saudara. Tata hubungan bernegara. Ukhuwah Wathaniyah menyangkut hal-hal yang bersifat sosial budaya. Ukhuwah Wathaniyah merupakan spirit bagi kesejahteraan kehidupan bersama serta instrumen penting bagi proses kesadaran sebuah bangsa dalam mewujudkan kesamaan derajat dan tanggung jawab. C. Tahapan Ukhuwah yg dijalin Oleh Nabi SAW ketika berada Dimadinah Senin, 22 September 622 M menjadi hari yang bersejarah bagi umat Islam. Hari dimana Rasulullah tiba di Madinah dalam rangka hijrah, setelah menempuh perjalanan berpuluh hari dari Makkah. Bak kedatangan „sang juru selamat‟, Masyarakat Madinah menyambut Rasulullah dengan penuh suka cita. Maklum, Madinah dihuni masyarakat yang beragam. Mulai dari beda suku, etnis, hingga agama. Sehingga mereka kerap kali berperang. Kedatangan Rasulullah di Madinah diharapkan bisa menjadi penengah atau pemersatu diantara mereka. Sebagaimana diuraikan dalam buku Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad saw., setidaknya ada tiga hal dasar yang dilakukan Rasulullah pada fase Madinah. Tiga hal dasar itu sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Madinah sehingga mereka hidup aman, tenteram, saling menghargai, dan dalam kesejahteraan. Pertama, menjadikan masjid sebagai pusat semua kegiatan (center of activities). Usai tiba di Madinah, Rasulullah membangun sebuah masjid, Masjid Nabi (Nabawi). Masjid ini memiliki bangunan yang sangat sederhana; atapnya dari daun pohon kurma, pilarnya dari batang pohon kurma, lantainya kerikil dan berpasir, dan bangunannya dari batu bata. Akan tetapi, bangunan itu bukan sekedar bangunan biasa. Sebuah bangunan yang menjadi penanda kebangkitan peradaban Islam. Karena Rasulullah memfungsikan masjid ini untuk semua kegiatan. Mulai dari mengajarkan ajaran Islam, hikmah, proses belajar mengajar baca-tulis hingga menyusun strategi perang atau politik. Semua diadakan di Masjid Nabi, bukan hanya untuk shalat saja. Singkatnya, Rasulullah menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan dan pembinaan umat. Kedua, membangun persaudaraan antar sesama Muslim (ukhuwah islamiyah). Pada fase Madinah, ada dua kelompok umat Islam yakni kaum Muhajirin (umat Islam Makkah yang hijrah ke Madinah) dan kaum Anshar (umat Islam yang asli penduduk Madinah). Rasulullah mempersaudarakan mereka satu persatu, satu Muhajirin dengan satu Anshar. Rasulullah juga selalu menegaskan bahwa sesama Muslim itu bersaudara. Tidak lain, ini dilakukan Rasulullah untuk memperkuat solidaritas dan kohesivitas sosial antar sesama umat Islam. Sehingga mereka tidak mudah bertikai dan berperang, sebagaimana watak Arab Jahiliyah. Bagi seorang Muslim, persaudaraan bukan saja didasarkan pada darah, tapi juga keimanan yang sama. Ketiga, membangun persaudaraan dengan umat agama lain (ukhuwan insaniyah). Rasulullah sadar betul bahwa Madinah memiliki masyarakat yang majemuk. Ada umat Islam, ada umat Nasrani, ada umat Yahudi, dan yang lainnya. Untuk membangun sebuah kota yang kuat dan damai, tidak ada jalan bagi Rasulullah kecuali „mempersatukan‟ masyarakat yang berbeda itu. Akhirnya Rasulullah mencetuskan sebuah kesepakatan bersama, Piagam Madinah (Constitution of Medina). Piagam ini menjadi titik temu (kalimatun sawa‟) bagi masyarakat Madinah yang beragam. Dengan Piagam Madinah, Rasulullah berhasil mempersatukan masyarakat Madinah yang selama itu tidak mungkin dipersatukan. Piagam Madinah menjadi konstitusi pertama dalam membangun masyarakat yang bhineka berdasarkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan bersama. Tiga pondasi dasar itulah yang dilakukan Rasulullah selama fase Madinah. Sehingga Madinah menjadi sebuah kota yang berperadaban dan diperhitungkan di jazirah Arab pada saat itu. (A Muchlishon Rochmat) D. Beberapa Contoh Bentuk Ukhuwah Berikut beberapa contoh ukhuwah: 1. Ikut Serta Kegiatan Gotong-royong Kegiatan gotong royong merupakan contoh sikap ukhuwah akan membuat persaudaraan semakin kuat. Karena gotong royong membuat orang berkumpul bersama untuk menyelesaikan sebuah kebutuhan yang tidak bisa dilakukan sendiri. Misalnya saja membersihkan selokan. Kegiatan ini sudah jarang ditemukan di kota. Namun, untuk masyarakat pedesaan masih banyak yang melakukannya. Kebanyakan orang yang melakukan kegiatan ini adalah mereka yang mempunyai rasa empati dan ukhuwah yang kuat. 2. Menjenguk Kerabat yang Sakit Saat Anda menjenguk orang yang sakit tidak ada jaminan orang tersebut sembuh. Namun, orang sakit ini akan merasa puas dan bahagia melihat Anda memperhatikannya. Hal sepele ini akan membuat persaudaraan akan bertambah kuat. Jika orang sakit tersebut tidak memiliki uang yang cukup, maka bantulah. Dengan membantu, akan memberikan sedikit keringanan namun mempunyai manfaat yang besar. Orang sakit cenderung membutuhkan perawatan yang lebih. 3. Saling Menghormati Sesama umat muslim ataupun non muslim tentunya harus saling menghormati. Hal ini akan menciptakan sebuah hubungan yang harmonis dan langgeng. Tidak ada kriminalisai, diskriminalisasi dan hal lain yang dapat merugikan. Saling menghormati tentunya harus Anda lakukan kapan saja dan dimana saja. Apalagi kalau orang tersebut lebih tua. Perlu kiranya menjaga sopan santun. Namun, jangan semena-mena dengan orang yang lebih kecil. 4. Membantu Orang Lain Kesulitan hidup merupakan contoh masalah yang sering dihadapi manusia. Baik berupa hutang ataupun susah mencari uang. Dengan membantunya, akan menimbulkan rasa kasih sayang yang membuat ukhuwah semakin kuat. Dengan meringankan beban orang lain, berarti Anda telah melakukan salah satu contoh ukhuwah dalam kehidupan. Membantu tidak harus dengan hal yang berat, bisa juga melalui hal yang kecil. Hal kecil inilah yang mengakibatkan menguatnya nilai ukhuwah dalam masyarakat. 5. Ikut Melakukan Donasi Sumbangan Jika ada pembangunan di tempat Anda, tentunya harus menyisihkan sebagian hartanya. Dalam Islam semakin banyak bersedekah maka semakin banyak pula rezeki yang didapatkan. Jangan perhitungan dengan harta yang dimiliki. Karena sesungguhnya harta yang dimiliki adalah titipan dari Allah dan semua itu akan kembali kepada-Nya. Selain melakukan donasi juga harus melakukan zakat apabila telah melebihi nasab yang ditentukan. 6. Ikut Serta Pembangunan Masjid Membangun masjid merupakan penerapan contoh menjalin ukhuwah Islamiyah dan merupakan perbuatan yang mulia. Membangun sebuah masjid tidak harus mengeluarkan uang, namun bisa dengan tenaga ataupun memberikan makanan kepada orang yang bekerja disana. Karena membangun masjid merupakan amal yang tidak akan terputus sampai akhir zaman. Anda harus ikhlas saat melakukan pembangunan masjid. Jangan sampai ada rasa riya‟ ataupun memberitahu apa saja yang dilakukan kepada orang lain. 7. Menjaga Silaturahmi Antar Tetangga Tetangga merupakan orang terdekat dalam kehidupan. Oleh karena itu, penting kiranya menjaga hubungan agar tetap harmonis. Jika mereka dalam kesulitan, maka tolonglah. Nanti saat Anda kesusahan mereka akan memberi pertolongan. Contoh ukhuwah ini bisa dilakukan untuk menumbuhkan rasa ukhuwah yang baik dengan tetangga. Misalnya saja Anda memberikan makanan walaupun dengan jumlah yang tidak pantas. Hal kecil ini akan menimbulkan rasa sayang yang lebih. 8. Mendamaikan Saudara yang Berselisih Contoh ukhuwah persaudaraan berikutnya adalah mendamaikan saudara. Saat melihat saudara yang sedang berselisih. Tentunya jangan dibiarkan saja. Anda harus mendamaikannya. Dengan begitu tidak ada perselisihan diantara hubungan tersebut. Persaudaraanpun akan tetap terjaga. Dengan persudaraan yang kuat akan menimbulkan sebuah kekompakan dalam melakukan kebaikan. Saat Anda mengalami kesudahan tentunya orang tersebut akan setia menolong dengan ikhlas. E. Tri Kerukunan Umat Beragama Pemerintah RI melalui Departemen Agama RI, menteri Agama RI, H. Alamsya Ratu Perwira Negara telah membentuk Wadah Musyawarah Antar Umat Beragama (WMAUB) dengan SK. MENAG RI No. 35 tahun 1980 tanggal 30 Juni 1980 setelah 13 tahun diadakan musyawarah antar umat beragama yang pertama tahun 1967. Dalam terminologi yang digunakan pemerintah secara resmi, konsep kerukunan hidup beragama mencakup 3 kerukunan (Tri Kerukunan), yang terdiri dari: 1. Kerukunan intern umat beragama 2. Kerukunan antar umat berbeda agama 3. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern umat beragama dan antar umat beragama disebabkan oleh: 1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau misi. 2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain. Arti keberagamannya lebih kepada sikap fanatisme dan kepicikan (sekadar ikut-ikutan). 3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang rendah agama lain. 4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. 5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama maupun antar umat beragama. 6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat. Dalam pergaulan antar agama, semakin hari kita merasakan intensnya pertemuan agamaagama itu. Walaupun kita juga semakin menyadari bahwa pertemuan itu kurang diisi segi-segi dialogis antar imannya Dalam pembinaan umat Beragama, para pemimpin dan tokoh agama mempunyai peranan yang besar, yaitu: 1. Menterjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama ke dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh masyarakat. 3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara- cara yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan. 4. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam usaha pembangunan. 5. Meredamkan api-api konflik yang ada dan berusaha mencari titik temu dan solusi. Untuk menghindari perpecahan di kalangan umat Islam dan memantapkan ukhuwah Islamiyah para ahli menetapkan tiga konsep, yaitu: 1. Konsep tanawwul ’ibadah al (keragaman cara beribadah). Konsep ini mengakui adanya keragaman yang dipraktekkan Nabi dalam pengamalan agama yang mengantarkan kepada keagamaan selama merupakan pengakuan akan merujuk kepada kebenaran Rasulullah. Keragaman semua praktek cara beribadah hasil dari interpretasi terhadap perilaku Rasul yang ditemukan dalam riwayat (hadits). 2. Konsep al-mukhtiu pun mendapatkan fi ganjaran). seseorang mengikuti tetap itu diberi ganjaran keliru. benar dan al-ijtihadi pendapat oleh Di sini perlu lahu Konsep seorang Allah, dicatat ajrun ini salah mengandung ulama, walaupun bahwa (yang ia tidak hasil wewenang dalam berijtihad arti bahwa selama akan berdosa, bahkan ijtihad untuk yang diamalkannya menentukan yang salah bukan manusia, melainkan Allah SWT yang baru akan kita ketahui di hari akhir. Kendati pun demikian, perlu pula diperhatikan orrang yang mengemukakan ijtihad maupun orang 3. yang pendapatnya orang yang Konsep la hukma lillah qabla ijtihadi al-mujtahid diikuti, haruslah memiliki otoritaskeilmuan yang disampaikannya setelah melalui ijtihad. (Allah belum menetapkan suatu hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan seorang mujtahid). Konsep ini dapat kita pahami bahwa hukumnya secara pada pasti, baik persoalan-persoalan dalam Allah belum menetapkan hukumnya. al-quran Oleh karena yang maupun itu belum sunnah umat ditetapkan Rasul, Islam, maka khususnya para mujtahid, dituntut untuk menetapkannya melalui ijtihad. Hasil dari ijtihad yang dilakukan itu merupakan hukum Allah bagi masing-masing mujtahid, walaupun hasil ijtihad itu berbeda-beda. F. Hal yang Tidak Boleh Dilakukan dalam Bekerjasama Antar Umat Berbeda Agama Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah (contoh : menikah dengan bukan muslim). Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicamputi pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja sama yang baik. Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial antar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan. Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan agama terkait dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud memerlukan 3 konsep yaitu : 1. Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing-masing sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut. 2. Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya. 3. Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai bukan untuk saling menghancurkan. G. Kerja Sama Antar Umat Beragama Memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat tidak selalu hanya dapat diharapkan dalam kalangan masyarakat muslim. Islam dapat diaplikasikan dalam masyarakat manapun, sebab secara esensial ia merupakan nilai yang bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami bahwa Islam yang hakiki hanya dirujukkan kepada konsep al-quran dan As-sunnah, tetapi dampak sosial yanag lahir dari pelaksanaan ajaran islam secara konsekwen didapat dirasakan oleh manusia secara keseluruhan. Demikian pula pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan antar bangsa, nilai-nilai ajaran Islam menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna menyatukan umat manusia dalam suatu kesatuan kebenaran dan keadilan. Dominasi salah satu etnis atau negara merupakan pengingkaran terhadap makna Islam, sebab ia hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat universal. Universalisme Islam dapat dibuktikan antara lain dari segi, dan sosiologi. Dari segi agama, ajaran Islam menunjukkan universalisme dengan doktrin monoteisme dan prinsip kesatuan alamnya. Selain itu tiap manusia, tanpa perbedaan diminta untuk bersama-sama menerima satu dogma yang sederhana dan dengan itu ia termasuk ke dalam suatu masyarakat yang homogin hanya denga tindakan yang sangat mudah, yakni membaca syahadat. Jika ia tidak ingin masuk Islam, tidak ada paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap diterima dan menikmati segala macam hak kecuali yang merugikan umat Islam. Ditinjau dari segi sosiologi, universalisme Islam ditampakkan bahwa wahyu ditujukan kepada semua manusia agar mereka menganut agama Islam, dan dalam tingkat yang lain ditujukan kepada umat Islam secara khususu untuk menunjukan peraturan-peraturan yang harus mereka ikuti. Karena itu maka pembentukan masyarakat yang terpisah merupakan suatu akibat wajar dari ajaran Al-Qur‟an tanpa mengurangi universalisme Islam. Melihat Universalisme Islam di atas tampak bahwa esensi ajaran Islam terletak pada penghargaan kepada kemanusiaan secara univarsal yang berpihak kepada kebenaran, kebaikan, dan keadilan dengan mengedepankan kedamaian, menghindari pertentangan dan perselisian, baik ke dalam intern umat Islam maupun ke luar. Dengan demikian tampak bahwa nilai-nilai ajaran Islam menjadi dasar bagi hubungan antar umat manusia secara universal dengan tidak mengenal suku, bangsa dan agama. H. Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain. • Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme. • Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian dari sikap saling menghormati. • Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya sama masyarakat dan bernegara. berbagai dalam kehidupan yang dihadapi dalam antar menghadapi umat beragama di Indonesia ada beberapa sebab, antara lain; rendahnya sikap toleransi, kepentingan menghadapinya, adalah menanamkan kerja macam bahasan mengenai kerukunan umat beragama, yaitu: Kendala-kendala kerukunan dan politik dan sikap fanatisme. Adapun dengan melak:ukan dialog antar pemeluk solusi untuk agama dan sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama. B. SARAN Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita bicarakan, tapi persamaanlah yang seharusnya kita earl karena dari persamaanlah hidup ini akan saling menghargai, menghormati jalin persaudaraan dan mempererat tali silahturahim, dengan begitu akan tercipta kerukunan dengan sendirinya. dan selaras. Lewat persamaan kita bisa DAFTAR PUSTAKA Dr. Ali Masrur, M.Ag.,2004,Problem dan Prospek Dialog Antaragama. Artikel. Cfm Koran bali post cetak 29/12/2003. Ansari, Zafar Ishaq & John L. Esposito, eds., 2001, Muslims and the West: Encounter and Dialogue, Islamabad & Washington DC., Islamic Research Institute, International Islamic University & Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University Koran bali post cetak 29/12/2003/. Him 3 Dr. Ali Masrur, M.Ag.Problem dan Prospek Dialog Antaragama. Artikel. Islamic University & Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University. Him 57-58 Dr. Ali Masrur, M.Ag. Op. Cit. Ash-Shiddiqieqy, Hasbi TM, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997. Al-Faruqi, Ismail. Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilan, Cet. III, Mizan : Bandung, 2001. Cuolson, N.J. A. History Oflslamic Law. Edinburg_: Edinburg University, Press. 1994. MAKALAH MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT Disusun untuk memenuhi tugas pada bidang studi Agama Islam Dosen Bidang Studi Hepi Andri Bastoni, MA. Disusun Oleh Kelompok 5 : Akmal Dzaki 2140133 Annisa Nurjanati 2140138 Faratusyah 2140141 Felli Ladesra Zulmi 2140142 Fithri Annisa 2140143 M. Khernanda Nukhza 2140150 M. Ilham Ramadhan 2140148 Meli Puspita Sari 2140152 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK AKA BOGOR PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA 2021/2022 KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul "Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat." Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hepi Andi Bastoni, MA selaku Dosen Mata Kuliah Agama Islam yang telah membantu penulis dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada temanteman yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang masyarakat madani dan kesejahteraan umat. Padang, 07 Juli 2021 Kelompok 5 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2 C. Tujuan ............................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3 A. Apa yang Dimaksud dengan Masyarakat Madani (QS 34 : 15) dan Civil Society? Dan Apa Perbedaan Keduannya? ..................... 3 B. Karakteristik Masyarakat Madani .................................................. 4 C. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani ......... 8 D. Apa yang Dimaksud dengan Ekonomi Islam? ............................... 8 E. Pandangan Islam Terhadap Harta .................................................. 10 F. Mengapa Umat Islam Tak Boleh Miskin? ..................................... 12 G. Apa Saja Urgensi Bisnis dalam Islam? Bagaimana Rasulullah Berbisnis? ....................................................................................... 15 H. Peran Zakat dalam Islam ................................................................ 18 I. Manajemen Zakat dan Wakaf ........................................................ 20 BAB III PENUTUP ........................................................................................ 25 A. Kesimpulan .................................................................................... 25 B. Saran ............................................................................................... 26 DAFTAR KEPUSTAKAAN ......................................................................... 27 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini sering muncul ungkapan dari sebagian pejabat pemerintah, politisi, cendekiawan, dan tokoh-tokoh masyarakat tentang masyarakat madani. Tampaknya, semua potensi bangsa Indonesia dipersiapkan dan diberdayakan untuk menuju masyarakat madani yang merupakan cita-cita dari bangsa ini. Masyarakat madani diprediski sebagai masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan agama. Bangsa Indonesia pada era reformasi ini diarahkan untuk menuju masyarakat madani, untuk itu kehidupan manusia Indonesia akan mengalami perubahan yang fundamental yang tentu akan berbeda dengan kehidupan masayakat pada era orde baru. Masyarakat madani merupakan konsep yang mengalami proses yang sangat panjang. Masyarakat madani muncul bersamaan dengan adanya proses modernisasi, terutama pada saat transformasi menuju masyarakat modern. Dalam mendefinisikan masyarakat madani ini sangat bergantung pada kondisi sosiokultural suatu bangsa. Dalam islam masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang taat pada aturan Allah SWT, hidup dengan damai dan tentram, dan yang tercukupi kebutuhan hidupnya. Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan muncul, seperti demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Namun masih banyak permasalahan bagi bangsa Indonesia, permasalahan yang timbul tersebut mengakibatkan banyaknya konflik ataupun kekacauan yang terjadi dimasyarakat. Permaalahan ini tidak bisa dibiarkan lebih lanjut karena akan sangat berakibat buruk bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Masih adanya budaya KKN dan budaya malas mungkin menjadi masalah yang utama di negeri ini. 1 Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat madani asalkan semua potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan berkembang dan dikembangkan. Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan yang harus dilalui. Untuk itu perlu adanya strategi peningkatan peran dan fungsi masyarakat dalam mengangkat martabat manusia menuju masyarakat madani itu sendiri. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat madani (QS 34: 15) dan civil society? Apa beda keduanya? 2. Sebutkan karakteristik masyarakat madani 3. Apa saja peran umat Islam dalam mewujudkan masyarakat madani 4. Apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam? 5. Pandangan Islam terhadap harta? 6. Mengapa umat Islam tak boleh miskin? Jelaskan berdasarkan ayat dan hadits serta logika! 7. Apa saja urgensi bisnis dalam Islam? Bagaimana Rasulullah Berbisnis? 8. Apa saja peran zakat dalam Islam? 9. Jelaskan manajemen zakat dan wakaf? C. Tujuan 1. Untuk memahami masyarakat madani (QS 34: 15) dan civil societys serta perbedaan antara keduanya 2. Untuk memahami karakteristik masyarakat madani 3. Untuk memahami peran umat Islam dalam mewujudkan masyarakat madani 4. Untuk memahami yang dimaksud dengan ekonomi Islam 5. Untuk memahami pandangan Islam terhadap harta 6. Untuk memahami mengapa umat Islam tak boleh miskin? 7. Untuk memahami apa saja urgensi bisnis dalam Islam dab bagaimana Rasulullah berbisnis 8. Untuk memahami apa saja peran zakat dalam Islam 9. Untuk memahami manajemen zakat dan wakaf 2 BAB II PEMBAHASAN A. Apa yang Dimaksud dengan Masyarakat Madani (QS 34 : 15) dan Civil Society? Dan Apa Perbedaan Keduannya? Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba' ayat 15 yang berbunyi “ Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Perbedaan konsep masyarakat Madani dan civil society. Civil society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah gerakan Renaisans. Yaitu, gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egaliter, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral 3 transendental yang bersumber dari wahyu Allah. Konsep masyarakat madani atau disepadankan dengan istilah civil society menurut Nurcholish Madjid dapat dirunut dari makna Madinah berarti kota. Seakar dengan Madaniyah dan Tamaddun yang berarti peradaban (civilization). Maka, secara harfiyah Madinah adalah tempat peradaban, atau lingkungan hidup yang beradab (kesopanan/civility), dan tidak liar. Padanan kata Madaniyah dalam Bahasa Arab adalah “hadlarah” yang berarti pola hidup menetap di suatu tempat (sedentary). Pengertian ini amat erat kaitannya dengan istilah tsaqāfah, suatu padanan dalam bahasa Arab untuk budaya (culture), tapi sesungguhnya juga mengisyaratkan pola kehidupan yang menetap di suatu tempat tertentu. Menurut perspektif Islam, civil society mengacu pada penciptaan peradaban. Kata al-din (agama) memiliki kaitan dengan makna al-tamaddun (peradaban). Kedua kata ini menyatu dalam pengertian al-Madinah (kota). Makna civil society diterjemahkan sebagai masyarakat madani, mengandung tiga hal yakni agama, peradaban, dan perkotaan. Konsep ini dapat dipahami bahwa masyarakat madani berlandaskan agama sebagai sumbernya, peradaban sebagai prosesnya dan masyarakat kota adalah hasilnya. B. Karakteristik Masyarakat Madani Masyarakat Madani yang dikehendaki al-Qur‟an memiliki beberapa karakteristik, di antaranya adalah (1) ketaatan kepada Allah (ummah muslimah), (2) Persaudaraan, (3) Demokratis, (4) toleransi, (5) Pluralisme, (6) Keadilan, dan (7) Beretika. Ketujuh pointers ini sesung-guhnya relevan dengan karakteristik yang telah dikemukakan pada kajian teoritis dimuka. Untuk memudahkan pemahaman pembaca di dalam ka-jian bab ini akan dipaparkan berikut secara detail : 1. Ketaatan kepada Allah (Ummah Muslimah) Masyarakan Madani adalah suatu masyarakat yang secara sub-stansial patuh dan tunduk kepada Allah, hal ini ditegaskan al-Qur‟an, surat alBaqarah: 128 ber-bunyi: : “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami 4 umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami caracara dan tempat ibadah haji kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Baqarah : 128).” 2. Persaudaraan (ukhuwwah) Persaudaraan dalam konteks masyarakat madani sangat diuta-makan, dan bahkan diikat dengan ikatan yang kokoh. Ikatan format ini yang membedakannya dengan masyarakat lain, dimana dalam hal apapun kepentingan ikatan persaudaraan sangat diprioritaskan. Per-saudaraan model ini dalam bahasa Islam adalah persaudaraan sesama muslim atau persaudaraan seagama. Konteks ini ditegaskan dalam al-Qur‟an, surat alHujurat: 10 ber-bunyi : “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. al-Hujarat : 10).” 3. Demokrasi Demokrasi adalah salah satu karakteristik masayarakat madani, berbicara tentang demokrasi, maka sadar atau tidak, kita selalu mengaitkannya dengan keterbukaan atau pun pembaharuan politik. Upaya menghubungkan demokrasi dengan keterbukaan politik yang lebih besar dan akselarasi pembaharuan politik yang lebih cepat, tentu saja tidak ada salahnya. Sebab bagaimana pun pembaharuan dan keterbukaan politik itu merupakan watak dari demokrasi. Rasulullah, ketika membangun masyarakat Madinah dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang mun-cul melalui proses demokratis. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur‟an (Surat Ali Imran: 159) ber-bunyi : “Maka disebabkan rahmat dari Allah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras, niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, ma‟afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (tertentu). Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, berta-wakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” (Ali Imran: 159).” 5 Ayat di atas dari segi redaksional ditujukan kepada Nabi Muham-mad Saw. Agar memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengan sahabat atau anggota masyarakatnya. 4. Toleransi salah satu karakteristik masyarakat madani adalah eksisnya toleransi. Toleransi dimaksud suatu sikap menghargai, mem-biarkan, membolehkan pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, tingkahlaku yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri, sehingga terwujud suatu masyarakat yang penuh ke-damaian, keadilan dan sejahtera, merupakan masyarakat ideal sesuai de-ngan isyarat al-Qur‟an. Hal ini ditegaskan Allah dalam al-Qur‟an, surat (al-Maidah: 2) ber-bunyi : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat sisksa-Nya, (QS. al-Maidah : 2).” 5. Pluralisme Kemajemukan (pluralitas) adalah sunnatullah yang tidak mungkin dapat dielakkan manusia. Diciptakannya manusia dari berbagai suku bangsa, dengan berbagai ragam ras dan warna kulitnya, mengandung hik-mah yang sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Yaitu agar mereka mengenal sesamanya. Faktualitas eksisnya pluralitas ini dite-gaskan Allah dalam Al Qur‟an, surat al-Hujurat: 13 yang ber-bunyi : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- 63 bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal”. (QS. alHujurat: 13).” Mencermati ayat di atas bahwa Allah menciptakan manusia dalam kelompok-kelompok suku dengan tendensi keragaman suku dan bangsa dimaksud manusia dapat saling mengenal dan saling membutuhkan. Sungguh pun manusia terdiri dari berbagai suku dan bangsa, berbicara dengan berbagai bahasa, dengan warna kulit yang berbeda, mereka semua pada hakikatnya berasal dari sumber yang satu, jiwa yang satu (nafs wahidah). Inilah salah satu 6 dari format toleransi dalam tatanan masyarakat madani, sebagaimana yang telah disinggung dimuka dalam konteks mu‟amalat. 6. Keadilan Karakteristik masyarakat madani berikutnya adalah keadilan. Keadilan adalah kata jadian dari bahasa Arab “adl” yang berarti “sama”. Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat imma-terial. Persamaan yang merupakan makna asal kata “adil” itulah yang menjadikan pelakunya “tidak berpihak”, dan pada dasarnya pula seorang yang adil “berpihak kepada yang benar”, karena baik yang benar maupun yang salah sama-sama harus memperoleh haknya. Konteks keadilan dalam al-Qur.an amat beragam, tidak hanya pada proses penetapan hukum atau terhadap pihak yang berselisih, melainkan al-Qur‟an juga menuntut keadilan terhadap diri sendiri-baik ketika berucap, menulis dan bersikap bathin. Ketiga term keadilan di atas dapat dikonkritkan oleh alQur‟an berikut ini. “Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan (kebajikan)”. (QS. al-Nahl: 90). “Katakanlah,Tuhanku memerintahkan menjalankan keadilan”. (QS. al-A‟raf: 29). “Dan langit ditegakkan dan Dia menetapkan neraca (keadilan)”. (al-Rahman: 7). 7. Beretika (Berakhlak) Terminologis Akhlak (etika) tidak dijumpai dalam al-Qur‟an. Yang ditemukan hanyalah format tunggal kata tersebut yaitu “khuluq” yang tercantum dalam surat al-Qalam ayat: 4. Ayat dimaksud nilai sebagai konsideran pengangkatan nabi Muham-mad Saw sebagai Rasulullah. “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung”. (QS. al-Qalam: 4). Ayat al-Qur‟an ini dipertegas hadits Rasul yang sangat populer sebagai berikut : “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Malik). Mencermati ayat dan hadits Rasul di atas, dapat dipahami bahwa dalam konteks masyarakat madani harus memiliki etika atau akhlak karena ia merupakan salah satu dari kandungan Islam yang harus diaktua-lisasikan dalam kehidupan masyarakat yang mengaktualisasikan nilai-nilai agamis. 7 C. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani Peranan umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani adalah dengan menerapkan lima prinsip dasar yaitu muakkah, ikatan iman, ikatan cinta, persamaan si kaya dan si miskin dan toleransi umat beragama : 1. Muakhah atau persaudaran, yaitu mmemandang seluruh orang muslim sebagai suadara, sebagaimana perintah ALLAH dalam surah al hujurat ayat 10. Dimana telah dicontohkan Rasulullah dengan memepersaudarakan orang-orang muhajirin dan orang-orang anshor. 2. Ikatan iman, yaitu menjadikan ikatan keimanan sebagai dasar yang paling kuat dalam membentuk keharmonisan dalam masyarakat. Sehingga setipa warga negara diikat oleh kalimat yang sama yaitu kalimat syahadat, bahkan diharamkan darah , harta dan menganggu kehormatan diantara orang-orang islam. 3. Ikatan cinta, yaitu memupukkan paham nasionalisme, dimana kepahaman akan cinta tanah air merupakan bagian dari iman. Maka setiap warga masyarakat punya ras memiliki terhadapat masayrakat tersebut. sebagaimana Rasulullah memimpin madinah berlandaskan cinta dan rasa tolong – menolong 4. Persamaan si kaya dan si miskin, yaitu menyempitkan jurang pembatas antara si kaya dan si miskin, berdasrkan ikatan iman dengan cara menerapkan zakat, sehingga masyarakat menjadi sejahtera karena harta tiap orang dapt digunakan untuk orang lain yang membutuhkan. 5. Toleransi umat beragama, yaitu menerapkan hukum islam sebagai landasan toleransi, dimana rasulullah begitu menekankan untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak melawan atau dalam perlindungan negara, bahkan memberi ancaman yang berat bagi orangorang islam yang mendzolimi orang kafir. D. Apa yang Dimaksud dengan Ekonomi Islam? Ekonomi adalah kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan manusia untuk bisa hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari, tanpa adanya ekonomi maka aktivitas dan proses kehidupan manusia akan terganggu. Ekonomi islam 8 yaitu suatu ilmu pengetahuan sosial yang didalamnya mempelajari tentang masalah-masalah ekonomi masyarakat yang berbasis islam dan didasari empat pengetahua yaitu Al-qur‟an,sunnah,ijmak,dan qiyas.maka dari itu masyarakat akan di kendalikan bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan menggunakannya sesuai dengan ajaran islam. Islam adalah salah satu agama yang mengajari manusia untuk melakukan kebaikan dan berbuat adi. Prinsip inilah yang diterapkan islam dalam hal ekonomi. Islam juga mengatur tentang ekonomi diantaranya yaitu: 1. Kewajiban zakat,infaq, dan shodaqoh 2. Larangan berjudi dan mengundi nasib dengan panah 3. Membayar pajak 4. Dan lain sebagainya. Ekonomi islam bertujuan agar dapat terpenuhinya semua kebutuuhan manusia, bukan hanya satu orang melainkan semua umat manusia di muka bumi ini,agar supaya mencapai kesejahteraan sosial.norma-norma seperti ini sangat berkaitan dengan tanggung jawab manusia terhadap allah SWT. Maka dari itu umat manusia dianjurkan untuk jujur dengan sesama dan saling menjaga sehingga tercipta keadilan dalam umat manusia, dalam hal ini posisi islam dalam ekonomi yaitu untuk memenah kebutuhan dasar anggota masyarakat dan masyarakat tidak boleh berlebih-lebihan atau pemborosan baik individu ataupun masyarakat karena dilarang oleh islam, islam juga memberikan jaminan sosial yang didasarkan pada dua basis doktrin ekonomi islam yang pertama yaitu wajibnya timbal balik masyarakat dan yang kedua yaitu hak manusia terhadap sumber daya yang meliputi kekayaan yang dikuasai negara. Negara sendiri memiliki fungsi dalam mengaplikasikan prinsip kewajiban timbal balik dengan cara mengatur warganya supaya mematuhi hukum-hukum yang sudah diatur oleh islam sehingga terciptanya kesejahteraan bagi umat manusia. Ekonomi islam juga mempunyai tujuan yang mengarahkan pada sistem individu dan kolektif sehingga tercapai tujuan-tujuan yang menyeluruh, tujuantujuan tersebut diantaranya yaitu: 1. Menyediakan dan menciptakan peluang peluang bagi semua orang dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. 9 2. Memberantas kemiskinan dan memenuhi kebutuhan dasar bagi semua individu umat manusia 3. Meningkatkan kesejateraan ekonomi islam. Dengan pemaparan diatas akan terciptanya pertumbuhan ekonomi islam secara cepat karena teciptanya lapangan kerja serta adanya kejujuran dan keadilan dalam setiap individu masyarakat,sehingga masyarakat bisa hidup sejahtera. E. Pandangan Islam Terhadap Harta Kedudukan manusia sebagai khalifah Allah dalam harta, pada hakikatnya menunjukan bahwa manusia merupakan wakil atau petugas yang bekerja kepada Allah. Oleh karena itu, menjadi kewajiban manusia sebagai khalifah Allah untuk merasa terikat dengan perintah-perintah dan ajaran-ajaran Allah tentang harta. Inilah landasan syariat yang mengatur harta, hak dan kepemilikan. Kesemuanya harus sesuai dengan aturan yang memiliki harta tersebut, yaitu aturan Allah (AlAssal, 1999, p. 44). Pandangan Islam terhadap harta adalah pandangan yang tegas dan bijaksana, karena Allah menjadikan harta sebagai hak milik-Nya, kemudian harta ini diberikan kepada orang yang dikehendakinya untuk dibelanjakan pada jalan Allah. Oleh karena itu, Islam mempunyai pandangan yang pasti tentang harta. Pandangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Mengenai kepemilikan mutlak harta/segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah milik Allah. Kepemilikan oleh manusia adalah hanya bersifat relatif, sebatas untuk menjalankan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya (Mardani, 2013, p. 61). Firman Allah dalam QS. Toha ayat 6: “Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya, dan semua yang di bawah tanah.” (QS. Toha [20]: 6) 2. Status harta yang dimiliki manusia adalah: a. Harta merupakan amanah (titipan) dari Allah. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mewujudkan harta dari yang tidak ada. Dalam bahasa Enstein, manusia itu tidak mampu menciptakan energi, tetapi yang mampu manusia lakukan adalah 10 mengubah dari suatu bentuk ke bentuk energi lain. Penciptaan awal dari segala energi adalah Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. alMaidah ayat 18: “... Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).” (QS. alMaidah [5]: 18) b. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia dapat menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia mempunyai kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai, dan menikmati harta. Firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 14: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran [3]: 14) Namun, terkait dengan fungsi harta sebagai perhiasan dalam kehidupan manusia, seringkali manusia terlupa akan kedudukan harta untuk mendekatkan diri semata kepada Allah. Oleh karena itu, sering harta ini membuat manusia menjadi sombong dan berbangga diri, sehingga lupa kepada Allah sebagai pemberi harta tersebut. c. Harta sebagai ujian keimanan (Antonio, 2015, p. 9). Hal ini terutama menyangkut tentang cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. Hal ini sesuai frman Allah dalam QS. al-Anfal ayat 28: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anakanakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. al-Anfal [8]: 28) d. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan muamalah di antara sesama manusia, melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah. Hal ini sesuai firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 134: “Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema‟afkan (kesalahan) orang. Allah 11 menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran [3]: 134) e. Cara memperoleh harta juga diatur sedemikian rupa, sehingga ada beberapa etika dan hukum yang patut diperhatikan di saat mencari nafkah ataupun bekerja. Pemilikan harta dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain melalui usaha (amal) atau mata pencaharian (ma‟isyah) yang halal dan sesuai dengan aturan Allah (Djamil, 2013, pp. 183–184). Sebagaimana firman Allah dalam QS. alMulk ayat 15: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. al-Mulk [67]: 15) Dari uraian di atas, seharusnya harta itu diperoleh melalui cara halal yang telah diatur secara jelas di berbagai ayat-ayat dalam al-Quran. Demikian pula dalam menggunakan atau membelanjakan harta harus pula dengan cara yang baik demi memperoleh ridha Allah serta tercapainya distribusi kekayaan yang adil di tengah-tengah masyarakat. Penggunaan atau pembelanjaan harta wajib dibatasi pada sesuatu yang halal dan sesuai syariah. Dengan demikian, harta itu jangan sampai digunakan untuk perjudian, membeli minuman keras dan barang-barang yang diharamkan, atau apa saja yang dilarang oleh syariah. F. Mengapa Umat Islam Tak Boleh Miskin? Bila kita kaji lebih dalam, meski agama tidak mencela atau menghina orang orang miskin, namun Islam mendorong ummatnya untuk memiliki harta yang memadai (kaya). Hal ini dapat dilihat dari : 1. Islam memerintahkan memperhatikan keluarga (ahli waris) yang akan ditinggalkan, supaya mereka jangan sampai hidup melarat yang menadahkan tangannya kepada manusia. Kita perhatikan sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam : “Sesungguhnya engkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya (cukup) lebih baik daripada engkau 12 tinggalkan mereka hidup melarat/miskin yang menadahkan tangan-tangan mereka kepada manusia (meminta-minta)”. (Hadits Riwayat Bukhari 3:186 dan Muslim 5:71 dan lain-lain). Hadits ini menyatakan bahwa meninggalkan ahli waris dalam kondisi yang kaya adalah lebih baik bila dibandingkan dengan kondisi yang miskin. Dengan demikian, hadist ini memotivasi kita untuk produktif dalam mencari nafkah, sehingga ahli waris kita dapat ditinggali dengan harta warisan yang memadai. 2. Dalam Al-Qur‟an, Allah SWT. Memotivasi hambanya untuk mencari rezeki dan melarang hambanya untuk meninggalkan keturunan dalam keadaan dhoif (miskin/lemah). Salah satu perintah mencari rezeki, termaktub dalam QS Al-Jumu‟ah ayat 10 yang ber-bunyi : “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Jumu‟ah: 10). Dalam ayat diatas, Allah SWT tidak hanya memerintahkan hambanya untuk mendirikan sholat, namun juga umat Islam harus berusaha dan bekerja mencari karunia (rezeki) dari Allah SWT. Perintah Sholat disejajarkan dalam ayat yang sama tentang perintah mencari rezeki, karena itu sebagai muslim hendaknya kita menyadari bahwa orang Islam sangat tidak diperbolehkan hidup miskin. 3. Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa ta‟ala dari hidup dalam kefakiran dan kelaparan a. Dari Aisyah (ia berkata) : Bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam biasa berdo‟a dengan do‟a-doa ini : Allahumma … (Ya Allah, sesungguh-nya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah neraka dan azab neraka, dan dari fitnah kubur dan azab kubur, dan dari kejahatan fitnah (cobaan) kekayaan, dan dari kejahatan fitnah (cobaan) kefakiran ….” (Shahih Riwayat Bukhari 7/159, 161. Muslim 8/75 dan ini lafadznya, Abu Dawud No. 1543, Ibnu Majah No. 3838, Ahmad 6/57, 207. Tirmidzi, Nasa‟i, Hakim 1/541 dan Baihaqi 7/12). b. Hadits Abi Hurairah : “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berdo‟a : Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kefakiran, dan aku memohon perlindungan kepada-Mu 13 dari kekurangan dan kehinaan, dan aku memohon perlindungan kepadaMu dari menganiaya atau dianiaya”. (Shahih Riwayat Abu Dawud No. 1544, Ahmad 3/305,325. Nasa‟i, Ibnu Hibban No. 2443. Baihaqi 7/12). Dua hadits di atas, menunjukkan bahwa kefakiran adalah hal yang kurang baik. Karena merupakan hal yang kurang baik, maka Rasulullah memohon perlindungan dari Allah SWT. Karena do‟a di atas juga merupakan suatu keteladanan yang perlu kita ikuti, maka secara esensi pun, berlindung (menghindari) dari kefakiran adalah hal yang perlu kita lakukan sebagai pengamalan kita atas keteladanan Rasulullah SAW. 4. Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam pernah mendo‟akan Anas bin Malik :“Ya Allah ! Banyakkanlah hartanya dan anak-anaknya serta berikanlah keberkahan apa yang Engkau telah berikan kepadanya“. (Hadits Riwayat Bukhari 7/152, 154,161-162. dan lain-lain). Pada hadits ini Rasulullah SAW mendo‟akan agar sahabatnya memiliki harta yang banyak. Bila memiliki harta yang banyak suatu hal yang kurang baik, maka tentu Rasulullah SAW tidak akan mendo‟akan seperti itu. 5. Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam pernah bersabda kepada sahabatnya Hakim bin Hizaam :“Wahai Hakim! Sesungguhnya harta ini indah (dan) manis, maka barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang baik, niscaya mendapat keberkahan, dan barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang tamak, niscaya tidak mendapat keberkahan, dan ia seperti orang yang makan tetapi tidak pernah kenyang, dan tangan yang di atas (yang memberi) lebih baik dari tangan yang di bawah (yang meminta)”. (Hadits Riwayat Bukhari 7/176 dan Muslim 3/94). Hadits ini termasuk memotivasi untuk memiliki harta yang memadai. Pertama karena dinyatakan bahwa harta itu indah dan manis, serta dinyatakan bahwa tangan di atas (memberi) lebih baik dari tangan yang di bawah (menerima bantuan). Meski untuk menjadi dermawan tidak harus kaya raya dan belum tentu juga orang yang kaya raya otomatis dermawan, namun dengan menjadi kaya maka bila orang tersebut dermawan akan banyak harta yang dapat ia dermakan. Dengan demikian, menjadi orang kaya akan memiliki 14 kesempatan yang lebih besar untuk beramal dan memberi manfaat bagi orang lain dengan hartanya. Sebenarnya, dalam mencari harta, sudah banyak yang termotivasi untuk melakukannya. Namun dalil-dalil di atas perlu dikemukakan untuk lebih memahamkan kita, bahwa ibadah (agama) dan mencari harta bukan sesuatu yang terpisah. Agama pun memotivasi untuk melakukan itu. Hanya saja, Islam memberikan tuntunan mencari harta dan mengelola harta yang benar. Untuk itu, pada tulisan-tulisan selanjutnya kita akan membahas tentang bagaimana kita mengelola harta kita berlandaskan Islam. Kajian terutama pada pokok bahasan yang menurut penulis sering disalahfahami sehingga seolah kita tidak diperkenankan kaya seperti tentang zuhud, qonaah, tawakal dan sebagainya. G. Apa Saja Urgensi Bisnis dalam Islam? Bagaimana Rasulullah Berbisnis? Pada dasarnya ajaran Islam yang tertuang dalam Al - Qur‟an dan As-Sunnah juga ijma‟ lama banyak mengajarkan tentang kehidupan yang serba terarah dan teratur. Dalam pelaksanaan shalat yang menjadi icon paling sakral dalam Islam merupakan contoh konkrit adanya manajemen yang mengarah kepada keteraturan. Puasa, haji dan amaliyah lainnya merupakan pelaksanaan manajemen yang monomintal. Rasul Muhammad SAW Sebegai interpretasiriil Al - Qur‟an adalah sosok manajer yang handal, mengimplementasikan nilainilai manajemen modern dalam kehidupan dan praktik bisnis yang mendahului masanya. Jauh sebelum para ahli bisnis modern seperti Frederick W. Taylor dan Henry Fayol pada abad ke-19 mengangkat prinsip manajemen sebagai sebuah disiplin ilmu, Berdasarkan prinsip-prinsip manajemen modern, Rasulullah SAW telah dengan sangat baik mengelola proses transaksi dan hubungan bisnis dengan seluruh elemen bisnis serta pihak yang terlihat di dalamnya. Sebelum Dunia Barat menyebarkan ilmu manajemen yang mereka temukan terlebih dahulu Islam sudah menjelaskan manajemen bisnis yang baik yang telah diimplementasikan oleh baginda Rasullullah. Kesuksesan Rasulullah SAW itu sudah banyak dibahas dan diulas oleh para ahli sejarah Islam maupun Barat. Padahal manajemen bisnis yang dijalankan Rasulullah SAW hingga kini maupun di masa mendatang akan selalu relevan diterapkan dalam bisnis modern. 15 Setelah kakeknya yang merawat Muhammad SAW sejak bayi wafat, seorang pamannya yang bernama Abu Thalib lalu merawatnya. Abu Thalib yang sangat menyayangi Muhammad SAW sebagaimana anaknya sendiri adalah seorang pedagang. Tidak heran jika beliau telah pandai berdagang sejak berusia belasan tahun. Kesuksesan Rasulullah SAW dalam bisnis tidak terlepas dari kejujuran yang mendarah daging dalam sosoknya. Selain itu, Muhammad SAW juga dikenal sangat teguh memegang kepercayaan (amanah) dan tidak pernah sekali-kali mengkhianati kepercayaan itu. Menurut sejarah, telah tercatat bahwa Muhammad SAW melakukan lawatan bisnis ke luar negeri sebanyak 6 kali di antaranya ke Syam (Suriah). Teori dan konsep manajemen yang digunakan saat ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam perspektif Islam. Manajemen itu telah ada paling tidak ketika Allah menciptakan alam beserta isinya. Unsur-unsur manajemen dalam pembuatan alam serta makhluk- makhluknya lainnya tidak terlepas dengan manajemen langit. Ketika Nabi Adam sebagai khalifah memimpin alam raya ini telah melaksanakan unsur-unsur manajemen tersebut. Bisnis dalam Islam bertujuan untuk mencapai empat hal utama yaitu : 1. Target hasil: profit-materi dan benefit-nonmateri, artinya bahwa bisnis tidak hanya untuk mencari profit (qimahmadiyah atau nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat) nonmateri kepada internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian sosial dan sebagainya. 2. Benefit, yang dimaksudkan tidaklah semata memberikan manfaat kebendaan, tetapi juga dapat bersifat nonmateri. Islam memandang bahwa tujuan suatu amal perbuatan tidak hanya berorientasi pada qimahmadiyah. Masih ada tiga orientasi lainnya, yakni qimahinsaniyah, qimahkhuluqiyah, dan qimahruhiyah Dengan qimahinsaniyah, berarti pengelola berusaha memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah), dan bantuan lainnya. Qimahkhuluqiyah, mengandung pengertian bahwa nilai-nilai akhlak mulia menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalam setiap aktivitas bisnis sehingga 16 tercipta hubungan persaudaraan yang Islami, bukan sekedar hubungan fungsional atau profesional. Sementara itu qimahruhiyah berarti aktivitas dijadikan sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. 3. Pertumbuhan, jika profit materi dan profit non materi telah diraih, perusahaan harus berupaya menjaga pertumbuhan agar selalu meningkat. Upaya peningkatan ini juga harus selalu dalam koridor syariah, bukan menghalalkan segala cara. Keberlangsungan, target yang telah dicapai dengan pertumbuhan setiap tahunnya harus dijaga keberlangsungannya agar perusahaan dapat exis dalam kurun waktu yang lama. 4. Keberkahan, semua tujuan yang telah tercapai tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada keberkahan di dalamnya. Maka bisnis Islam menempatkan berkah sebagai tujuan inti, karena ia merupakan bentuk dari diterimanya segala aktivitas manusia. Keberkahan ini menjadi bukti bahwa bisnis yang dilakukan oleh pengusaha muslim telah mendapat ridla dari Allah Swt., dan bernilai ibadah. Konsep bisnis dalam Islam banyak dijelaskan dalam al-Qur‟an dengan menggunakan beberapa terma, seperti; tijarah, al-bai, isytara dan tadayantum. Dari kesemua term tersebut menunjukkan bahwa bisnis dalam perspektif Islam pada hakikatnya tidak semata-mata bersifat material yang tujuannya hanya semata-mata bersifat immaterial yang mencari tujuannya keuntungan duniawi, mencari tetapi keuntungan juga dan kebahagiaan ukhrawi. Untuk itu bisnis dalam Islam disamping harus dilakukan dengan cara profesional yang melibatkan ketelitian dan kecermatan dalam proses manajemen dan administrasi agar terhindar dari kerugian, ia juga harus terbebas dari unsurunsur penipuan (gharar), kebohongan, riba dan praktek-praktek lain yang dilarang oleh syariah. Karena pada dasarnya aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan antar sesame manusia tetapi juga dilakukan antara manusia dengan Allah. Dalam konteks inilah al-Qur‟an menawarkan keuntungan dengan suatu bisnis yang tidak pernah mengenal kerugian yang oleh al-Qur‟an diistilahkan dengan “tijaratan lan 17 tabura”. Karena walaupun seandainya secara material pelaku bisnis Muslim merugi, tetapi pada hakikatnya ia tetap beruntung karena mendapatkan pahala atas komitmenya dalam menjalankan bisnis yang sesuai dengan syariah. H. Peran Zakat dalam Islam Dalam pengertian Bahasa Arab, zakat berarti kebersihan, perkembangan dan berkah. Dengan kata lain kalimat zakat bisa diartikan bersih, bisa bertambah, bisa bertambah, dan juga bisa diartikan diberkahi. Makna-makna tersebut diakui dan dikehendaki dalam Islam. Oleh karena itu barangsiapa yang mengeluarkan zakat berarti ia membersihkan dirinya dan mensucikan hartanya, sehingga diharapkan pahalanya bertambah dan hartanya diberkahi.1 Menurut Sayyid Sabiq kata zakat merupakan nama dari sesuatu hak Allah yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat dikarenakan mengandung harapan untuk mendapatkan berkah, membersihkan dan memupuk jiwa dengan berbagai kebaikan2 . Adapun asal makna kata zakat itu adalah tumbuh, suci, dan berkah.3 Allah SWT berfirman, “ambillah (sebagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat), dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka…”(QS 9:103). Menurut Imam An Nawawi zakat mengandung makna kesuburan. Kata zakat dipakai untuk dua arti : subur dan suci. Zakat digunakan untuk sedekah yang wajib, sedekah sunat, nafakah, kemaafan dan kebenaran. Demikianlah Ibnul „Arabi menjelaskan pengertian kata zakat. Abu Muhammad Ibnu Qutaibah mengatakan, bahwa: “lafadh zakat diambil dari kata zakah- yang berarti “kesuburan dan penambahan”. Harta yang dikeluarkan disebut zakat, karena menjadi sebab bagi kesuburan harta. Abul Hasan Al Wahidi mengatakan bahwa zakat mensucikan harta dan memperbaikinya, serta menyuburkannya, menurut pendapat yang lebih nyata, zakat itu bermakna kesuburan dan penambahan serta perbaikan. Asal maknanya, penambahan kebajikan. Zakat itu memiliki banyak hikmah dan pengaruh-pengaruh positif yang jelas, baik bagi harta yang dizakati, bagi orang yang mengeluarkannya, dan bagi 18 masyarakat Islam. Dengan berzakat berarti seseorang telah mensyukuri nikmat harta yang telah diberikan oleh Allah SWT. Difardlukan zakat terhadap harta-harta orang kaya, tidak saja untuk mewujudkan belas kasihan kepada orang fakir, tetapi juga untuk melindungi dari bencana kelaparan dan kepaan. Menumpuk-numpuk kekayan oleh orang-orang hartawan denagn tidak memikirkan nasib peruntungan kaum fuqara, adalah peran yang besar sekali dalam menanam benih-benih yang mengganggu keamanan dalam hidup masyarakat. Zakat adalah faktor yang terbesar untuk memerangi kefakiran yang menjadi sumber segala rupa malapetaka, baik perseorangan maupun masyarakat. Kefakiran yang diakui oleh salah seorang hukama‟, pokok segala bencana, pokok kebencian orang menjadi sumber tindakan jahat dan buruk sangka. Yang menjadi musuh masyarakat banyak ialah kefakiran dan kerakusan serta kebakhilan yang mengeluarkan harta pada jalan Allah SWT. Sekiranya orang-orang kaya mengeluarkan zakat yang difardlukan atas mereka yang diurusi zakat itu oleh badan yang ahli dan cakap, tentulah zakat dapat menanggulangi kemiskinan. Bagi harta yang dikeluarkan zakatnya, bisa menjadikannya bersih, berkembang penuh dengan berkah, terjaga dari berbagai bencana, dan dilindungi oleh Allah dari kerusakan, keterlantaran, dan kesia-siaan. Apabila kesadaran umat Islam untuk menunaikan zakat semakin besar. Maka zakat kini tidak dipandang sebagai suatu bentuk ibadah ritual semata, tetapi lebih dari itu, zakat juga merupakan institusi yang akan menjamin terciptanya keadilan ekonomi bagi masyarakat secara keseluruhan. Jadi dimensi zakat tidak hanya bersifat ibadah ritual saja, tetapi mencakup juga dimensi sosial, ekonomi, keadilan dan kesejahteraan. Zakat juga merupakan institusi yang menjamin adanya distribusi kekayaan dari golongan atas kepada golongan bawah. Kekhawatiran dan ketakutan bahwa zakat akan mengecilkan dan mereduksi capital formation masyarakat sangat tidak beralasan.7 Dengan adanya zakat dapat mengurangi pengangguran dan menambah lapangan pekerjaan. Contohnya apabila seseorang yang menerima zakat tidak memiliki pekerjaan, setelah ia menerima zakat ia kelola untuk masa yang akan datang dengan 19 membuka usaha baru. Sehingga ia nantinya tidak akan tergantung lagi kepada orang lain. I. Manajemen Zakat dan Wakaf Pelaksanaan zakat didasarkan pada firman Allâh SWT yang terdapat dalam al-Qur`ân surat at-Taubah ayat 60 yang menjelaskan tentang kelompok yang berhak menerimanya (mustahiq) dan ayat 103 yang menjelaskan tentang pentingnya zakat untuk diambil (dijemput) oleh para petugas (amil) zakat. Demikian pula petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Muadz Ibn Jabal ketika diutus ke Yaman, beliau mengatakan: “.....jika mereka telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan melaksanakan salat, maka beritahukanlah bahwasanya Allâh SWT telah mewajibkan zakat yang diambil dari harta mereka dan diberikan kepada orangorang fakirnya....” Seperti telah dikemukakan di atas dan juga berdasarkan petunjuk al-Qur`ân, hadis Nabi dan pelaksanaannya di zaman Khulafa‟ al-Rasyidin, bahwa pelaksanaan zakat bukanlah sekedar amal karitatif (kedermawanan), tetapi merupakan kewajiban bersifat otoritatif (ijbari). Jadi zakat tidaklah seperti shalat, shaum, dan ibadah haji yang pelaksanaannya diserahkan kepada individu masing-masing (sering disebut sebagai masalah dayyani), tetapi juga disertai keterlibatan aktif dari para petugas yang amanat, jujur, terbuka, dan profesional yang disebut amil zakat (sering disebut sebagai masalah qadha‟i). Pengelolaan zakat melalui lembaga amil zakat, menurut Didin (2002), didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat. Kedua, menjaga perasaan rendah diri para mustahiq apabila berhadapan langsung untuk menerima haknya dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisiensi, efektifitas, dan sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada di suatu tempat. Misalnya, apakah disalur-kan dalam bentuk konsumtif ataukah dalam bentuk produktif untuk meningkatkan kegiatan usaha para mustahiq. Keempat, untuk memperlihatkan syi‟ar Islam dan semangat penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang Islami. Sebaliknya, jika penyelenggaraan zakat itu 20 begitu saja diserahkan kepada para muzzaki, maka nasib dan hak-hak orang miskin dan para mustahiq lainnya terhadap orang-orang kaya tidak memperoleh jaminan yang pasti. Asas operasional dan pelaksanaan zakat seperti dikemukakan di atas tidak mengabaikan sifat dan kedudukan zakat itu sendiri sebagai ibadah mahdhah yang harus dilaksanakan atas dasar kesadaran, keikhlasan, dan ketaqwaan seseorang kepada Allâh SWT. Manajemen Zakat Sejarah Pelaksanaan Zakat di Indonesia Sejak Islam memasuki Indonesia, zakat, infak, dan sedekah merupakan sumber-sumber dana untuk pengembangan ajaran Islam. Pemerintah Belanda khawatir dana tersebut akan digunakan untuk melawan mereka jika masalah zakat tidak diatur. Pada tanggal 4 Agustus 1938 pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan zakat dan fitrah yang dilakukan oleh penghulu atau naib. Untuk melemahkan kekuatan rakyat yang bersumber dari zakat itu, pemerintah Belanda melarang semua pegawai dan priyai pribumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat. Hal itu memberikan dampak yang sangat negatif bagi pelakasanaan zakat di kalangan umat Islam. Hal inilah yang tampaknya diinginkan Pemerintah Belanda. Setelah Indonesia merdeka, di Aceh satu-satunya badan resmi yang mengurus masalah zakat. Pada masa orde baru barulah perhatian pemerintah terfokus pada masalah zakat, yang berawal dari anjuran Presiden Soeharto untuk melaksanakan zakat secara efektif dan efisien serta mengembangkannya dengan cara-cara yang lebih luas dengan pengarahan yang lebih tepat. Anjuran presiden inilah yang mendorong dibentuknya badan amil di berbagai provinsi. Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif Sehubungan pengelolaan zakat yang kurang optimal, sebagian masyarakat yang tergerak hatinya untuk memikirkan pengelolaan zakat secara produktif, Pada tahun 1990-an, beberapa perusahaan dan masyarakat membentuk Baitul Mal atau lembaga yang bertugas mengelola zakat, infak dan sedekah dari karyawan 21 perusahaan yang bersangkutan dan masyarakat. Sementara pemerintah juga membentuk Badan Amil Zakat Nasional. Dalam pengelolaan zakat diperlukan beberapa prinsip, antara lain: a. Pengelolaan harus berlandasakn al Quran dan as Sunnah. b. Keterbukaan. c. Menggunakan manajemen dan administrasi yang tepat. d. Badan/lembaga amil zakat harus mengelolah zakat dengan sebaik-baiknya. Dan amil harus berpegang teguh pada tujuan pengelolaan zakat, yaitu: a. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan dan penderitaan. b. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh para mustahik c. Menjembatani antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat. d. Meningkatkan syiar Islam e. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara. f. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat. Manajemen Wakaf Wakaf di satu sisi berfungsi sebagai ibadah kepada Allah, sedangkan di sisi lain wakaf juga berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai ibadah ia diharapkan akan menjadi bekal bagi si wakif di kemudian hari, sedangkan dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset amat bernilai dalam pembangunan umat. Pengertian Wakaf Istilah wakaf beradal dari “waqb” artinya menahan. Sedangkan menurut istilah wakaf ialah memberikan sesuatu barang guna dijadikan manfaat untuk kepentingan yng disahkan syara‟ serta tetap bentuknya dan boleh dipergunakan diambil manfaatnya oleh orang yang ditentukan (yang meneriman wakaf). Sebagaimana hadits: Abu Hurairah r.a. menceritakan, bahwa Rasullullah SAW bersabda, “Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah masa ia melanjutkan amal, kecuali mengenai tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (waqafnya) 22 selama masih dipergunakan, ilmunya yang dimanfaatkan masyarakat, dan anak salehnya yang mendo‟akannya.” (Riwayat Muslim). Rukun Wakaf a. Yang berwakaf, syaratnya: berhak berbuat kebaikan dan kehendak sendiri b. Sesuatu yang diwakafkan, syaratnya: kekal dan milik sendiri. c. Tempat berwakaf (yang berhak menerima hasil wakaf itu). d. Lafadz wakaf. Syarat Wakaf a. Ta‟bid, yaitu untuk selama-lamanya/tidak terbatas waktunya. b. Tanjiz, yaitu diberikan waktu ijab kabul. c. Imkan-Tamlik, yaitu dapat diserahkan waktu itu juga. Hukum Wakaf Pemberian wakaf tidak dapat ditarik kembali sesudah diamalkannya. Dan pemberian harta wakaf yang ikhlas karena Allah akan mendapatkan ganjaran terus-menerus selagi benda itu dapat dimanfaatkan oleh umum. Jika dilihat secara historis, para penguasa Dinasti Abbasiyah kerap mendorong pengembangan wakaf sebagai sumber pendapatan dan sekaligus pembiayaan untuk pembangunan, seperti biaya pendidikan. Cara inilah yang tetap abadi, karena tetap dilanjutkan oleh negara-negara Islam saat ini, seperti Saudi Arabia, Mesir, Turki dan Yordania, melalui lembagalembaga wakafnya. Wakaf bagi negara ini, tidak saja untuk biaya pendidikan, dan kesehatan masyarakat, melainkan juga dapat membangkitkan ekonomi masyarakat, karena menurut hemat mereka wakaf dapat dikelola dalam bentuk saham, usaha-usaha produktif, seperti real estate, pertanian, dsbnya, yang dikelola oleh lembaga-lembaga ekonomi yang profesional. (Budi Setyanto, 2003). Hanya saja di samping dikelola oleh lembaga yang amanah, menurut Didin (2004), kerjasama dengan Lembaga Keuangan Syariah, seperti Bank Syariah merupakan suatu keniscayaan. Bagaikan yang terdapat pada negara Mesir. Badan 23 Wakaf yang dibentuk oleh pemerintah Mesir, ,emitipkan hasil harta wakaf di bankbank islam. Bahkan Badan Wakaf turut berpartisipasi mendirikan bank-bank Islam, bekerja sama dengan beberapa perusahaan, membeli saham dan obligasi perusahaan penting, di samping juga memanfaatkan lahan kosong agar produktif. Hasil pengembangan wakaf dimanfaatkan untuk membantu kehidupan masyarakat miskin, anak yatim, mengangkat kehidupan pedagang kecil dan kaum dhuafa. Dana hasil pengembangan wakaf digunakan juga untuk mendirikan masjid, sekolah dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaikan juga di negara Bangladesh, menurut Budi, wakaf dikelola oleh lembaga keuangan syariah, yakni melalui Social Investment Bank Ltd. (SIBL), dengan mengembangkan Pasar Modal Sosial (the Voluntary Capital Market). Walaupun sangat disadari bahwa pemahaman umumnya masyarakat tentang wakaf mempengaruhi terhadap kelambanan terbentuknya lembaga wakaf ini secara konkrit. Dalam pemahaman umat yang telah terpatri bertahun-tahun, wakaf hanyalah berbentuk tanah dan hanya diperuntukkan untuk rumah ibadah atau lembaga-lembaga sosial. Untuk itu suatu hal yang sangat perlu dan mendesak (urgen) dalam pemahaman yang sama adalah, peningkatan kekuatan ekonomi umat melalui manajemen zakat dan wakaf yang baik akan terjadi, bila dilakukan secara sinergis dan koordinatif antara lembaga yang dimiliki umat. Zakat dan wakaf dapat pula dimanfaatkan untuk kepentingan peningkatan SDM, seperti pemberian beasiswa bagi para pelajar, santri, dan mahasiswa dalam hal orang tua mereka termasuk dalam kategori mustahiq zakat. Singkatnya, para pengelola zakat dan wakaf harus memiliki program dan skala prioritas yang jelas. Demikian pula pelaporan (pemasukan dan pengeluaran) harus disampaikan secara terang dan jelas agar kepercayaan muzakki dan waqif akan semakin bertambah. 24 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat madani merupakan systems sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbanganan taraf kebebasan individu dengan kesetabilan masyarakat. Masyarakatat madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia membutuhkan unsur-unsur sosial yang menjadi prasyarat terwujudnya tatanan masyarakat madani. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan menjadi karakter khas masyarakat madani. Karakteristik dari masayarakat madani yaitu Wilayah Pubilik yang Bebas, Demokrasi, Toleransi, Pliralisme, Keadilan. Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidangbidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain. Tujuan-tujuan tersebut tidak hanya mencakup masalah kesejahteraan ekonomi, melainkan juga mencakup permasalahan persaudaraan manusia manusia dan keadilan sosial-ekonomi, kesucian kehidupan, kehormatan individu, kehormatan harta, kedaimanan jiwa dan kebagiaan, serta keharmonisan kehidupan keluarga dan masyarakat. Ajaran Islam, sama sekali tidak pernah melupakan unsur materi dalam kehidupan dunia. Materi penting dalam kemakmuran, kemajuan umat islam, realisasi kehidupan yang baik bagi setiap manusia, dan membantu manusia melaksanakan kewajibannya kepada Tuhan. Manajemen zakat yang baik adalah suatu keniscayaan. Dalam UndangUndang (UU) No.38 Tahun 1999 dinyatakan bahwa “Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat”. Kualitas manajemen suatu lembaga pengelola zakat harus dapat diukur. Untuk itu, ada tiga kata kunci yang dapat dijadikan sebagai alat ukurnya. Pertama, amanah. Sifat 25 amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah semua sitem yang dibangun. Kedua, sikap profesional. Sifat amanah belumlah cukup. Harus diimbangi dengan profesionalitas pengelolaannya. Ketiga, transparan. Dengan transparannya pengelolaan zakat, maka kita menciptakan suatu sistem kontrol yang baik, karena tidak hanya melibatkan pihak intern organisasi saja, tetapi juga akan melibatkan pihak eksternal. Dan dengan transparansi inilah rasa curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat diminimalisasi. wakaf adalah menyediakan suatu harta benda yang dipergunakan hasilnya untuk kemasalahatan umum (Abdoerraoef,1986: 146). Harta yang dijadikan wakaf tidak habis karena dipakai , dengan arti biarpun faedah harta itu diambil, tubuh benda itu masih tetap ada (Abdoerraoef, 1986: 147). B. Saran Untuk mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat, maka berusahalah untuk mewujudkan karakteristik masyarakat madani dan kesejahteraan umat yang telah disebutkan di atas. Selain itu, kita juga harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan prinsip-prinsip yang ditekankan dalam kesejahteraan umat. 26 DAFTAR KEPUSTAKAAN Efendy, Bahtiar. 2001. Masyarakat Agama dan Pluralisme keagamaan. Yogyakarta : Galang Pres. Furqan, Arief. 2002. Islam untuk Disiplin Ilmu Ekonomi. Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Furqan, Arief. 2002. Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum. Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Kahf,Monzer. 1979. Ekonomi Islam (telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Lubis,Suhrawardi K. 2000. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta : Sinar Grafika. TIM ICCE UIN. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani. Jakarta : Prenada Media. TIM ICCE UIN. 2010. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madani. Jakarta : Prenada Media. Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika Offset. http://ebookbrowse.com/7-masyarakat-madani-dan-kesejahteraan-umat makalahpdf-d245510227 (Diakses pada tanggal 07 Juli 2021). Padang http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=16&aid=97&pid=arabicid (Diakses pada tanggal 07 Juli 2021). Padang 27 MAKALAH “Kebudayaan dan Peradaban dalam Islam” Diampu oleh Ust. Hepi Andi Bastoni, MA Disusun Oleh : KELOMPOK VI 1. Naufal Ikram Z.S 2140163 2. Nurhafiz Syahputra 2140168 3. Rani Ramadhani 2140175 4. Rejmi Fanesha 2140176 5. Salsabilla Pramesti Rahayu 2140178 6. Siltiva Herdiana 2140181 7. Stevany Oktavia Burhan 2140182 8. Syifa Mardhatillah 2140183 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK AKA BOGOR MATRIKULASI AKSELERASI 2021 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tanpa kendala yang berarti. Sholawat dan salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan sampai alam yang bersinar terang seperti yang dirasakan sekarang. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Bapak Hepi Andi Bastoni selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Disamping itu, juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan bagaimana kebudayaan dan peradaban dalam islam, runtuh dan jayanya peradaban, akulturasi serta budaya Islam dan sebagainya. . Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Padang, Juli 2021 Kelompok VI I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1 1.3 Tujuan ............................................................................................... 2 1.4 Manfaat ............................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3 2.1 Pengertian Kebudayaan dan Peradaban dalam Islam ....................... 3 2.2 Puncak Kejayaan Islam dalam Peradaban ........................................ 4 2.3 Faktor Runtuhnya Kejayaan Islam ................................................... 10 2.4 Para Ilmuan dan Karyanya dalam Peradaban Islam ......................... 12 2.5 Alasan Umat Islam Tertinggal dalam Teknologi dan Peradaban ..... 14 2.6 Fungsi Masjid pada Zaman Rasulullah SAW................................... 16 2.7 Bentuk Budaya Islam di Indonesia................................................... 18 2.8 Proses Akulturasi Islam Terhadap Kebudayaan Indonesia .............. 20 BAB III PENUTUP ........................................................................................ 24 3.1 Kesimpulan....................................................................................... 24 3.2 Saran ................................................................................................. 24 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25 II BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna. Hal tersebut dikarenakan yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, maka kebudayaan yang ditimbulkan dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Perkembangan Islam ke berbagai penjuru dunia dapat meninggalkan sejarah kebudayaan dan peradaban seperti perkembangan kebudayaan di Indonesia. Kedatangan Islam ke Nusantara membawa aspek-aspek peradaban dalam dimensi yang sangat luas, mulai dari sistem politik, ekonomi, budaya, bahasa, sampai sistem aksara. Mengikuti pendapat Koentjaraningrat, yang diikuti pula oleh Badri Yatim, peradaban sering dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju, kompleks dan terus berkembang. Peradaban Islam adalah peradaban umat Islam yang lahir dari ajaran Islam dan mewujud dalam berbagai bentuk. Landasan peradaban Islam adalah kebudayaan Islam, terutama wujud idealnya, sehingga aspek-aspek yang dijangkau oleh peradaban Islam pun meliputi tujuh aspek kebudayaan. Ketujuh aspek tersebut ialah sistem religi, sistem ilmu pengetahuan, organisasi kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan dan peradaban dalam Islam? 2. Kapan puncak kejayaan Islam dalam peradaban? 3. Apa faktor runtuhnya kejayaan Islam? 4. Siapa saja ilmuan dan apa karyanya dalam peradaban Islam? 5. Apa alasan umat Islam tertinggal dalam teknologi dan peradaban? 6. Apa saja fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW? 7. Apa saja bentuk budaya Islam di Indonesia? 8. Bagaimana proses akulturasi Islam terhadap kebudayaan Indonesia? 1 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini, antara lain : 1. Mengetahui apa itu kebudayaan dan peradaban dalam Islam 2. Mengetahui kapan puncak kejayaan Islam dalam peradaban 3. Mengetahui faktor runtuhnya kejayaan Islam 4. Mengetahui para ilmuan dan apa karyanya dalam peradaban Islam 5. Mengetahui alasan umat Islam tertinggal dalam teknologi dan peradaban 6. Mengetahui fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW 7. Mengetahui bentuk budaya Islam di Indonesia 8. Memahami proses akulturasi Islam terhadap kebudayaan Indonesia 1.4 Manfaat Adapun tujuan dari makalah ini, antara lain : 1. Dapat mengaplikasikan pemahaman terkait kebudayaan dan peradaban Islam dalam kehidupan sehari-hari 2. Dapat berbagi ilmu dan pengetahuan tentang kebudayaan dan peradaban Islam kepada oranglain. 3. Dapat mengingatkan segala sesuatu tentang kebaikan sesama manusia. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kebudayaan dan Peradaban dalam Islam Islam dalam arti sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia merupakan suatu peradaban yang sempurna. Hal tersebut dikarenakan yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, maka kebudayaan yang ditimbulkan dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Istilah mengenai ‘kebudayaan’ dan‘peradaban’ merupakan sesuatu yang tidak asing lagi dalam sejarah manusia. Kebudayaan dapat diartikan sebagai segala tentang masyarakat yang mengacu pada pengetahuan dan ciri-ciri kelompok orang tertentu yang tinggal di suatu wilayah. Di sisi lain, peradaban adalah terobosan dari manusia yang berarti bahwa peradaban adalah tingkat lanjutan dari perkembangan manusiauntuk lebih maju. Meskipun peradaban itu sendiri bukan budaya, objek dari setiap peradaban mungkin memiliki aspek budaya. Budaya saja tidak dapat menemukan ekspresi tanpa media, dan peradaban menjadi medium ekspresinya. Beberapa pengertian dari kebudayaan dan peradaban menurut para ahli : 1. Abion Small Menurutnya peradaban adalah kemampuan manusia dalam mengendalikan dorongan dasar kemanusiaannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sementara itu, kebudayaan mengacu pada kemampuan manusia dalam mengendalikan alam yang melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Alfred Weber Menurutnya pengertian peradabaan adalah mengacu pada pengetahuan praktis dan intelektual, serta sekumpulan cara yang bersifat teknis yang digunakan untuk mengendalikan alam. Adapun kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai, prinsip, normative dan ide yang bersifat unik. 3. Dr. Koentjaningrat Menurutnya peradabaan mengacu pada pengetahuan praktis dan intelektual, serta sekumpulan cara bersifat teknis yang digunakan untuk mengendalikan alam. Adapun kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai, prinsip, normative dan ide yang bersifat unik. 3 Kebudayaan Islam adalah kebiasaaan sekelompok orang yang menjadi hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan dari syariat Islam. Sedangkan Peradaban Islam adalah kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa silam yang diabadikan di mana pada saat itu Islam merupakan pokok kekuatan dan sebab timbulnya suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni,ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks. Agama Islam tidak lahir dari peradaban atau kebudayaan tetapi membentuk dan menciptakan peradaban yang berbasis wahyu. Dengan kata lain sejarah peradaban islam adalah keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam dari satu waktu ke waktu lain, sejak zaman lahirnya Islam sampai sekarang. 2.2 Puncak Kejayaan Islam dalam Peradaban Berbicara tentang peradaban, Islam pernah mencapai puncak kejayaannya. Ada empat kronologis penting dalam perkembangan Islam, yaitu pada masa Rasulullah pada era Madinah, masa Khulafaur Rayidin, masa Bani Umayyah, dan Bani Abbassiyah. A. Masa Rasulullah pada Era Madinah (622-632 M) Nabi Muhammad Saw. telah melaksanakan dakwah di Mekkah selama kurang lebih 13 tahun, akan tetapi yang beriman di antara mereka hanya beberapa saja. Beberapa tempat pernah dicoba untuk berhijrah, dan ternyata Yatsrib (Madinah) merupakan alternatif yang paling baik untuk dijadikan pusat kegiatan dakwah Islam. Nabi Muhammad Saw. tiba di kota Madinah pada tanggal 16 Rabi’ul Awwal, bertepatan dengan 2 Juli 622 M. Nabi dan pengikutnya disambut baik oleh para penduduk Madinah. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan penduduk Madinah mudah menerima Rasulullah dan agama Islam yaitu : 1. Bangsa Madinah telah lebih dulu memahami agama-agama ketuhanan, karena mereka sering mendengar tentang Allah, wahyu, alam kubur, hari berbangkit, surga dan neraka dan lain-lain. 2. Sering terjadi peperangan di antara penduduk Madinah menyebabkan hubungan antar masyarakat kurang harmonis. 3. Penduduk Madinah memerlukan seorang pemimpin mempersatukan suku-suku yang saling bermusuhan. 4 yang mampu Seiring dengan hijrah Nabi Muhammad Saw. ke Madinah, perkembangan Islam dan peradaban mengalami kemajuan. Kesuksesan Nabi Saw. dalam mengembangkan Islam dan peradaban di Madinah, meliputi : 1. Nabi Muhammad Saw. mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan Anshar, karena ia senantiasa menganjurkan persaudaraan antara kedua kaumnya itu sehingga menjadi kesatuan yang kokoh. 2. Membentuk sistem pemerintahan untuk mengatur tatanan kota Madinah. 3. Meletakkan dasar-dasar politik dan tatanan sosial masyarakat Nabi juga mempersatukan antara golongan Yahudi dari Bani Qoinuqo, Bani Nadhir dan Bani Quraidah. Terhadap golongan Yahudi, Nabi membentuk suatu perjanjian yang melindungi hak-hak azasi manusia, yang dikenal dengan piagam Madinah. 4. Di Madinah Rasulullah Saw. banyak mendirikan Masjid. Tujuan membangun masjid adalah sebagai tempat ibadah, belajar, pertemuan, memecahkan masalahmasalah yang berhubungan dengan masyarakat strategi dakwah. 5. Menciptakan kesejahteraan umum. Nabi Muhammad Saw. selalu menganjurkan kepada pengikutnya bekerja dengan tekun untuk meningkatkan taraf hidupnya yang lebih sejahtera. Di bidang sosial Nabi Muhammad Saw. mewajibkan orang kaya agar mengeluarkan zakat untuk diberikan kepada fakir miskin, agar kaum muslimin saling menolong dan membantu. 6. Mengembangkan pendidikan dan dakwah. Dalam melaksanakan syiar Islam dibutuhkan orang-orang yang pandai membaca dan menulis. Oleh karena itu Nabi Muhammad Saw. sangat memperhatikan masalah pendidikan. Masa perkembangan Islam di Madinah berlangsung lebih kurang 10 tahun (622632 M). Pada tahun terakhir dakwah beliau di Madinah yaitu 632 M, beliau wafat dan menyisakan kesedihan yang mendalam bagi seluruh umatnya di dunia. B. Masa Khulafaur Rayidin (632-661 M) Pada masa dipenghujung peradaban Islam yang mulai maju, setelah sepeninggal Rasulullah, ada empat pengganti beliau dalam mengurus pengembangan dakwah dan penyiaran agama Islam telah dipimpin oleh pemimpin yang adil dan benar. Dalam perkembangan dan pemerintahan Agama Islam dipimpin oleh empat sahabat terdekat selama 30 tahun. 5 Dalam bidang pemerintahan, 4 Khalifah ini telah memberikan suatu pengaruh yang besar bagi perkembangan peradaban Agama Islam. Kemajuan dan perkembangan Agama Islam yang pesat ini ditandainya dengan perluasan dan penyebaran Agama Islam hingga mencapai keseluruh wilayah negara Islam. Dalam perjalanannya dijalan Allah untuk menegakkan Agama Islam, keempat khalifah ini bisa dibilang telah berhasil dalam menorehkan tinta emas didalam perjuanganya. Kepemimpinan tersebut adalah periode empat Khalifah atau disebut sebagai alKhulafa al-Rasyidun, yaitu : 1. Abu Bakar Ash-Shiddiq 11-13 H/632-634 M Khalifah Abu Bakar, dalam perjuangannya yang telah memberikan perubahan besar bagi Agama Islam, ia juga telah berhasil menetralisir keadaan dikalangan yang hampir bersitegang dalam perihal pengganti Rasulullah. 2. Umar Bin Khaththab 13-23 H/634-644 M Khalifah Umar bin Khattab dalam perjuanganya telah berhasil mengembalikan stabilitas pemerintahan Islam yang bahkan penguatan negara hingga disemenanjung jazirah Arabia, telah berhasil mengubah komunitas marginal padang pasir menjadi pejuang yang gigih sehingga membuat imperium Persia dan Byzantium menyerah. 3. Utsman Bin Affan 23-36 H/644-656 M Khalifah Utsman bin Affan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan Agama Islam dan perluasaan Agama Islam. Perkembangan agama Islam pada masa Khalifah Utsman salah satu bentuk kemajuan peradaban Islam, dalam kebijakan perkembangannya langkah yang diambil oleh Khalifah Utsman adalah untuk menuju peradaban Agama Islam yang lebih maju. 4. Ali Bin Abi Thalib 36-41 H/656-661 M Ali bin Abu Thalib adalah seorang perwira yang tangkas, cerdas, tegas teguh pendirian dan pemberani. Tak ada yang meragukan keperwiraannya. Berkat keperwiraannya tersebut Ali mendapatkan julukan Asadullah, yang artinya singa Allah. Karena ketegasannya, ia tidak segan-segan menggati pejabat gubernur yang tidak becus mengurusi kepentingan umat Islam. Ia juga tidak segan-segan memerangi mereka yang melakukan pemberontakan. Di antara peperangan itu adalah Perang Jamal dan Perang Siffin. 6 C. Masa Daulah Umayyah (661-750 M) Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar tahun 650‒1250. Periode ini disebut Periode Klasik. Pada kurun waktu itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah. Bani umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa khulafaur rasyidin yang memerintah dari 661-750 M di jazirah Arab yang berpusat di Damaskus, Syiria yang berkuasa selama 91 tahun. Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan yang merupakan Gubenur Syam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Ada 14 khalifah yang memerintah selama dinasti bani Umayyah. Kemajuan Dinasti Umayyah terdapat di masa Muawiyyah bin abi Sofyan sampai pemerintahannya Hisyam bin Abdul Malik 661 M/ 41 H. Pusat pemerintahanya berpusat di Damaskus, hal ini di maksudkan agar lebih mudah dalam memerintah, karena Muawiyyah sudah begitu lama berkuasa di wilayah tersebut serta ekspansi teritorial sudah begitu luas. Adapun kemajuan yang dicapai pada masa Bani Umayyah ini adalah, : 1. Puncak kejayaannya yaitu berhasil menguasai hampir seluruh wilayah andalusia (semenanjung liberia) ,sekarang portugis dan spanyol dan menaklukkan berbagai kota dan daerah di bagian selatan prancis. 2. Bidang astronomis : yaitu pembagian kekuasaan wilayah dalam 10 provinsi, yaitu : Syiria dan Palestina, Kuffah dan Irak, Basrah, Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Najd dan Yamamah, Arenia, Hijaz, Karman dan India. 3. Bidang ekonomi keuangan : berpusat pada baitulmaal yang asetnya diperoleh dari pajak tanah, perorangan bagi non muslim. Pencetakan uang dilakukan pada masa khalifah Abdul Malik ibn Marwan. 4. Bidang politik dan militer : mengganti sistem pemerintahan menjadi kerajaan, membentuk dewan, bidang militer mewajibkan laki-laki dewasa menjadi tentara. 5. Bidang sosial : pembangunan masjid dan fasilitas umum lain, perubahan Katedral St. Jhon menjadi masjid, perbaikan masjidil haram dan nabawi. 6. Bidang budaya : membuka aktivitas kontak antar bangsa Arab dan negeri takluan sehingga umayyah mulai memproduksi kertas dan kompas. 7. Bidang seni dan arsitektur : berdirinya Masjid Damaskus yang dindingnya penuh ukiran halus dan batu warna-warni. 7 8. Bidang pendidikan : a. Ilmu agama, seperti : al-Qur’an, Hadits, dan Fiqih. Proses pembukuan hadits terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz ( 99-10 H ) sejak saat itulah hadits mengalami perkembangan pesat. b. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat Ubaid ibn Syariyah Al- Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah. c. Ilmu pengetahuan di bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dll. d. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran. Daulah Umayyah berkembang selama lebih kurang 91 tahun. Kemunduran Dinasti Umayyah berawal dari menurunnya akhlak para pemimpin Dinasti Bani Umayyah. Empat pengganti khalifah setelah Muawiyah dan Abd. Malik kecuali Marwan yang menjadi khalifah terakhir terbukti tidak cakap atau bisa dikatakan tidak bermoral. Bahkan para khalifah sebelum Hisyam pun, yang dimulai oleh Yazid I lebih suka berburu, pesta minum, tenggelam dalam alunan musik dan puisi ketimbang membaca Alquran atau mengurus persoalan Negara. . C. Masa Daulah Abbasiyah (750-1258 M) Daulah Abbasiyah didirikan oleh abu Abbas as-saffah pada tahun 750 M atau 132 H setelah memenggal keturunan terakhir dari bani Umayyah yaitu khalifah Marwan bin Muhammad bin Marwan. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik para sejarawan membagi masa pemerintahan daulah Abbasiyah menjadi lima periode : 1. Periode Pertama (132 H / 750 M-232 H / 847 M) Persia Pertama 2. Periode Kedua (232 H / 847 M-334 H / 945 M) Turki Pertama 3. Periode Ketiga (334 H / 945 M-447 H /1055 M) Bani Wuaihi Persia Pertama 4. Periode Keempat (447 H / 1055 M-590 H / 1194 M) Turki Kedua 5. Periode Kelima (590 H / 1194 M-656 H / 1258 M) masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain. 8 Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaaan saat dipimpin oleh 5 khalifah : 1. Abu Abbas As-Saffah Abu Abbas As-Saffah merubah Selat Hormuz menjadi Bandar Abbas yang merupakan kota yang terletak di sebelah selatan Iran yang kini penduduknya berjumlah 352000 jiwa dan termasuk pelabuhan paling sibuk hingga hari ini. 2. Abu Ja'far Al-Mansur Abu Ja'far Al-Mansur memiliki pemikiran ‘sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya’ sehingga dirinya bebas membuat seperti apa wilayah kekuasaannya. Abu Ja'far Al-Mansur menggeser pusat pemerintahan dari Damaskus (Suriah) ke Baghdad (Irak) dan membangun Istana dengan nama Madinahtussalam di tepi barat sungai Tigris tidak jauh dari kanal barat saringan saluran air yang menghubungkan Tigris dan sungai Eufrat sungai sepanjang 2870 KM yang memanjang dari anatolia Turki ke teluk Persia melewati 3 negara yaitu Turki, Suriah dan Irak karena itu cukup dalam untuk mengakomodasi lalu lintas kembar sial meramalkan bahwa ibukota barunya akan diposisikan dengan sempurna untuk mengeksploitasi Tigris dan Eufrat. 3. Harun ar-rasyid Pada masa pemerintahan Harun ar-rasyid, Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya. Karyanya yang paling dikenang adalah mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, tempat penelitian, lembaga penerjemah dan perpustakaan yang memiliki 10.000 koleksi. Di masa ini juga dikenal dengan kisah 1001 Malam dan kisah Abu Nawas, serta menunjuk abu Yusuf menulis kitab Al kharaj yaitu kitab yang membahas mekanisme pajak tanah dengan sistem seadil-adilnya 4. Al Makmun Pada masa Al Makmun banyak bermunculan ilmuwan terkenal untuk saling berbagi informasi pandangan dan budaya di Baitul hikmah. Dengan latar belakang Persia maupun Kristen yang ikut ambil bagian pada penelitian dan pendidikan di lembaga ini, selain menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab para ilmuwan juga banyak membuat kontribusi asli yang besar di berbagai bidang meliputi matematika (Al-khwarizmi), kedokteran (Ibnu Sina), media (Al-Zahwari), kimia, astronomi, biologi, geografi dan kartografi. 9 5. Al mu'tashim Al Muntasir membangun dan memindahkan ibu kota Bani Abbasiyah di Baghdad ke sebuah kota indah yang dikenal dengan nama Sarromanroa yang artinya menggembirakan orang yang melihatnya, atau dikenal dengan nama samaran. Alasan dipindahkannya ibukota adalah keberadaan pasukan militer di dalam jumlah yang sangat besar. Kota Samara berada 125 km Utara Baghdad di kota ini mereka mendirikan kota besar yang membentang 50 km di sepanjang sungai Tigris dengan meliputi daerah seluas 150 km2. Di kota baru ini terdapat sejumlah istana megah, jalan raya besar, taman rindang, juga Masjid Agung Samaroh yang kala itu merupakan masjid terbesar di dunia. Walaupun sudah berdiri lama yaitu lebih kurang lima abad (500 tahun), Daulah Abbasiyah pada tahun 1258 M mengalami kemunduran karena kekhalifahan sudah mulai melemah, kekuasaan sudah terbagi menjadi dinasti-dinasti kecil sehingga dengan mudah diserang oleh bangsa Mongolia. 2.3 Faktor Runtuhnya Kejayaan Islam Penyerangan Kota Baghdad oleh Bangsa Mongolia yang dipimpin oleh Hulaghu Khan, merupakan awal kemunduran peradaban Islam. Setelah menakhlukan Baghdad, Bangsa Mongolia juga menakhlukan kerajaan Islam lainnya, seperti Nablus, Gaza, Syria, dan wilayah lainnya. Ibnu Khaldun, pakar sejarahdan sosiologi klasik menjelaskan bahwa kemunduran peradaban Islam disebabkanoleh faktor internal dan eksternaldi pemerintahan Islam : 1. Faktor internal muncul dari menguatnya materialisme, yaitu kegemaran penguasa untuk menerapkan gaya hidup bermewah-mewahan, perebutan kekuasaan, perenutan kekuasaan adanya konflik keagamaan, terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme, dan dekadensi moral tumbuh subur di badan pemerintahan. 2. Faktor eksternal muncul seperti pemberontakan terhadap pemerintahan oleh bangsa lain, tingginya invansi kristen di Eropa khususnya Spanyol. Ada juga ketidakpuasan tokoh dan intelektual di negaranya. Akibatnya, mereka yang punya kapabilitas dan integritas pindah ke negara lain (braindrain) yang mengurangi SDM terampil di negara Islam. 10 Kemunduran dapat diakibatkan juga dari orang yang mengisi posisi pemerintahan bukanlah orang yang mampu dan menyebabkan menurunnya produktivitas. Jangka panjangnya, pengembangan sistem politik dan pengetahuan juga turut menurun. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda sebagai berikut: Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan kemunduran adalah karena umat Islam mulai meninggalkan ajara nIslam, larut dalam kesenangan duniawi. Dari para elite sampai masyarakat tenggalam dalam kubangan syahwat hedonisme dan materialisme. Pelanggaran terhadap syariat Islam menjadi sesuatu yang lumrah sehingga membuka pintu merebaknya aliran sesat, bid’ah, syirik, dan khurafat. Oleh sebab maksiat dan pelanggaran syariat Islam yang merajalela, loyalitas kepada Allah, lalu berubah menjadi disloyalitas. Efek fondasi peradaban dari semua sebab dan akibat diatas adalah runtuhnya fondasi peradaban, sehingga kemudian goncangan yang datang dari eksternal secepatnya mampu merobohkan sisa-sisa peradaban Islam yang memang pada awalnya dibangun atas fondasi syariat Islam. Kondisi seperti itu, persis seperti diingatkan Rasulullah saw dalam satu hadis, “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya. Maka seseorang bertanya: Apakah karena sedikitnya jumlah kita? Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Da nAllah telah menanamka ndalam hati kalian penyakit al- wahan. Seseorang bertanya: YaRasulullah, apakahal-wahanitu? Nabisaw bersabda: (Wahan itu adalah) Cinta dunia dan takut akan kematian.”(HR. Abu Dawud). 11 2.4 Para Ilmuan dan Karyanya dalam Peradaban Islam Adapun berikut para Ilmuan dalam peradaban Islam dan karyanya : a. IbnuSina Dia adalah seorang filsuf yang terkenal di dunia medis. Dia bahkan dijuluki sebagai bapak Kedokteran Modern. Dua karyanya yang paling berpengaruh adalah ensiklopedia filsafat Kitab al-Shifa (The Book of Healing) dan The Canon of Medicine. Keduanya kini dipakai sebagai rujukan standar ilmu medis di seluruh dunia. b. Al – Zahrawi Sama seperti Ibnu Sina, Al – Zahrawi juga berkutat dibidang medis. Dia adalah Bapak ilmu bedah modern. Dia berhasil mengenalkan catgut (benang) sebagai alat untuk menutup luka. Selain itu, dia juga menyusun buku At-Tasrif liman Ajiza an at-Ta’lif yang menjadi rujukan para dokter hingga sekarang. Di dalamnya, Al – Zahrawi menuliskan hal-hal yang terkait tentang bedah, penyakit, dan temuan-temuannya berupa alat kedokteran. c. Al – Khawarizmi Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi adalah ahli matematika Islam yang dikenal sebagai penemu aljabar. Selain itu, ilmuwan asal Persia ini juga menemukan algoritma dan sistem penomoran. Al-Khawarizmi juga dikenal ahli di berbagai bidang, seperti astrologi dan astronomi. d. Abbas ibn Firnas Selama ini mungkin kita hanya mengenal Wright bersaudara sebagai orang pertama penemu pesawat terbang dan manusia pertama yang berhasil terbang. Padahal pada 9 Masehi, Abbas ibn Firnas sudah berhasil mendesain alat yang memiliki sayap untuk terbang. Pada waktu percobaannya, ia berhasil terbang cukup jauh hingga kemudian jatuh dan mematahkan tulang belakangnya. Ia kemudian menginspirasi ilmuwan barat untuk mengembangkan pesawat. e. Ibnu Al Haytham Ia dikenal sebagai Bapak Optik Modern. Karyanya yang terkenal adalah Kitab al-Manazir (Book of Optics) yang hingga kini diakui sebagai rujukan ilmu optik. Al Haytham berhasil menjelaskan bagaimana cara kerja optik mata manusia dalam menangkap gambar secara detail. 12 f. Jabir ibn Hayyan Jabir Ibn Hayyan adalah seorang ahli kimia yang berasal dari Iran. Ia berhasil melarutkan emas dan menemukan asam kuat seperti asam sulfat, hidroklorik dan nitrat. Untuk menetralisir “monster” yang ia ciptakan, yaitu asam, ia kemudian memproduksi alkali. Karya-karyanya yang berupa buku adalah Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab’een, Kitab Al-Rahmah, dan lain-lain g. Ahmad ibn Tulun Ia adalah orang pertama yang mencetuskan perawatan medis modern berupa rumah sakit Al - Fustat di Kairo, Mesir. Tulun yang saat itu menjabat sebagai gubernur menyediakan layanan kesehatan yang gratis untuk semua orang membutuhkannya.Rumah sakit yang dibangun pada abad ke-9 tersebut sudah memiliki manajemen perawatan yang modern, rinci, dan maju. Al- Fustat juga menyediakan perawatan untuk pasien gangguan jiwa. h. Al – Battani Al – Battani merupakan seorang astronom yang berhasil menemukan hitungan dalam satu tahun terdapat 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Al-Harrani as-Sabi al-Battani ini juga menemukan sejumlah persamaan trigonometri. i. Ibnu Khaldun Dia merupakan salah satu ilmuan islam popular di dunia yang berasal dari Tunisia. Dia dikenal sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi, dan ekonomi. Adapun karya-karyanya yang paling dikenal yaitu Muqadimmah. Terlebih, dia sudah hafal Al-Quran sejak dini. Pemikiran- pemikiran Ibnu Khaldun tentang teori ekonomi yang logis dan realistis sudah ada lebih dulu, sebelum Adam Smith dan David Ricardo mengemukaakan teori-teori ekonominya. Ketika usia remaja, tulisan-tulisan Ibnu Khaldun dengan studi dan pengamatan yang sangat mendalam, sudah menyebar ke mana-mana. j. Al-Jazari Abu al-Iz ibn Ismail ibn al-Razaz al-Jazari ilmuan penulis buku Pengetahuan Ilmu Mekanik tahun 1206, dimana ia menjelaskan lima puluh peralatan mekanik berikut instruksi tentang bagaimana cara merakitnya. Dia mendapat julukan sebagai bapak Modern Engineering berkat temuannya yang banyak mempengaruhi rancangan mesin modern seperti combustion engine. 13 2.5 Alasan Umat Islam Tertinggal dalam Teknologi dan Peradaban Salah satu unsur kejayaan peradaban Islam adalah sains dan teknologi.Bidang ini mengalami beberapa fase, mulai dari kemunculannya, penyebaran, kemajuan, hingga kemunduran.Untuk menunjukkan kemajuan sains dan teknologi Islam pada masa keemasannya, cukuplah kiranya menyebut nama-nama, seperti Jabir bin Hayyan, alKindi, al-Khawarizmi, ar-Razi, al-Farabi, at-Tabari, al-Biruni, Ibnu Sina, dan Umar Khayyam.Tak seorang pun yang meragukan kualitas keilmuan mereka. Alasan umat Islam tertinggal dalam teknologi dan peradaban saat ini adalah : 1. Kritik dari Al Ghazali yang menentang pengaruh dari filsafat Yunani yang menjunjung tinggi logika dan penalaran ilmu dalam peradaban dunia islam. Kendati Ibnu rus bersikeras bahwa tidak ada kontradiksi antara filsafat avisena dan al-farabi dengan ajaran agama. Namun, Al Ghazali tetap menyatakan perang terhadap pengaruh filsafat Yunani dan menginginkan ke pemurnian ajaran agama Islam. Sejak perubahan filosofi itulah zaman keemasan Islam mengalami kemunduran danjarang ilmuwan besar muncul. 2. Karakteristik pendidikan masyarakat muslim yang yang kurang tanggap terhadap perkembangan zaman membuat umat muslim sangat sukar mengembangkan sains. Akibat dari pendidikan yang terbelakang ini ialah kualitas pendidikannya yang juga lebih rendah yang pada gilirannya menghasilkan sumber daya manusia yang kurang dan ditambah dengan ketidakpedulian pemerintah dan masyarakat muslim pada perkembangan pendidikan. Peningkatan sains di negara-negara muslim sudah bukan prioritas utama lagi karena kualitas pendidikan yang memprihatinkan ini menjadi tugas besar bagi umat muslim sebab belum ada upaya berkesinambungan untul mengatasi tujuan tersebut. 3. Pintu ijtihad yang kebanyakan tertutup pengaruh negatif tarekat dan kurangnya perhatian terhadap ilmu pengetahuan. 4. Produksi-produksi sains di tengah umat muslim cuma diperuntukan dalam tingkatan elit saja. Orang di dalam kelompok eksklusif cuma segelintir saja dibandingkan umat yang banyak. Padahal jika ingin lebih cepat maju seharusnya semua muslim kompak dan bersatu memajukan sains tanpa memperdulikan sekat elitis. 14 5. Adanya perbedaan hak kaum hawa dalam menuntut ilmu yang tidak setara dengan laki-laki ikut membuat perkembangan ilmu pengetahuan di kalangan muslim rendah. Hal itu dikarenakan wanita-wanita juga tiang umat dan juga pemberi pendidikan anak-anak mereka yang pertama dan utama. Di sinilah letak kelemahan alasan kemunduran itu ada. Banyak cendekiawan Islam yang mencoba untuk “mengingatkan” kembali bahwa peradaban dunia modern saat ini sebetulnya berhutang banyak terhadap era emas peradaban Islam sehingga jangan melupakan kontribusi era emas peradaban Islam.dengan mengetahui pemicu jatuh-bangunnya sebuah era emas, kita bisa banyak belajar untuk membangun kembali hal yang sama serta belajar dari kesalahan masa lalu untuk tidak mengulanginya kembali. Upaya agar Islam kembali menguasai Ilmu Teknologi dan Peradaban ialah sebagai berikut : 1. Melakukan evaluasi sekaligus refleksi terhadap apa yang selama ini menjadi faktor kemunduran teknologi dan peradapan dalam Islam. salah satunya adalah karena kita jauh dari moral pengetahuan dan ke-Islam-an yang dianjurkan oleh Alquran dan sunah Nabi. Ini sebagai modal utama. 2. Menghilangkan pertentangan-pertentangan ideologis dan politik di antara sesama manusia dari berbagai bangsa dan negara. 3. Mengembangkan tradisi berpikir, bebas, dan independen. Tradisi ini bisa memicu orang untuk mencari dan menggali informasi dalam rangka membentuk ilmu pengetahuan yang kita kehendaki. 4. Mengembangkan ilmu agama dengan berijtihad, ilmu pengetahuan umum dengan mempelajarai ilmu filsafat Yunani. Maka, pada saat itu banyak bermunculan ulama fiqh, tauhid (kalam), tafsir, hadis, ulama bidang sains (ilmu kedokteran, matematika, optik, kimia, fisika, geografi), dan lain-lain 5. Membangun integritas pendidikan (ilmu yangmapan) di umat islam dengan pemerintah yang berpihak pada ilmu pengetahuan dan meningkatkan riset penelitian terutama riset teknologi sehingga umat muslim dapat kembali meraih masa keemasan dengan menguasai teknologi. 15 Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (Swt) : ﻋﻠﻢ اﻹﻧﺴﺎن، اﻟﺬي ﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﻘﻠﻢ، اﻗﺮأ ورﺑﻚ اﻷﻛﺮم، ﺧﻠﻖ اﻹﻧﺴﺎن ﻣﻦ ﻋﻠﻖ، اﻗﺮأ ﺑﺎﺳﻢ رﺑﻚ اﻟﺬي ﺧﻠﻖ ﻣﺎ ﻟﻢ ﯾﻌﻠﻢ “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(QS.Al-Alaq [96]: 1). 6. Membangun iman yang mendalam dan Membangun ukhuwah yang kokoh Dengan iman, kehadiran manusia di dunia menjadi sesuatu yang bermakna. Yaitu menyembah kepada Allah dan menjadi wakil-Nya dalam mengurus kehidupan dunia dan tanpa membangun persaudaraan akan menambah krisis terhadap umat islam dan membuat umat islam bertikai. Allah berfirman: واﻋﺘﺼﻤﻮا ﺑﺤﺒﻞ ﷲ ﺟﻤﯿﻌﺎ وﻻ ﺗﻔﺮﻗﻮا واذﻛﺮوا ﻧﻌﻤﺖ ﷲ ﻋﻠﯿﻜﻢ إذ ﻛﻨﺘﻢ أﻋﺪاء ﻓﺄﻟﻒ ﺑﯿﻦ ﻗﻠﻮﺑﻜﻢ ﻓﺄﺻﺒﺤﺘﻢ ﺑﻨﻌﻤﺘﮫ إﺧﻮاﻧﺎ وﻛﻨﺘﻢ ﻋﻠﻰ ﺷﻔﺎ ﺣﻔﺮة ﻣﻦ اﻟﻨﺎر ﻓﺄﻧﻘﺬﻛﻢ ﻣﻨﮭﺎ ﻛﺬﻟﻚ ﯾﺒﯿﻦ ﷲ ﻟﻜﻢ آﯾﺎﺗﮫ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﮭﺘﺪون “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayatayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS.Ali Imran [3]: 103) 2.6 Fungsi Masjid pada Zaman Rasulullah SAW Fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW adalah bukan hanya sebagai pusat ibadah melainkan juga sebagai tempat untuk bermusyawarah, tempat Rasulullah SAW mempersatukan umat, tempat umat muslim mengkaji ilmu serta berfungsi sebagai pusat pemerintahan di Madinah ketika Rasulullah SAW terpilih menjadi pemimpin. Masjid juga dibangun tak jauh dari lokasi aktivitas sosial umat. Masjid di samping tempat menyelesaikan berbagai persoalan umat juga menjadi pusat pemberdayaan masyarakat. 16 Masjid digunakan sebagai tempat membangun ekonomi dan kesejahteraan melalui baitulmal, dari masjid dikembangkan berbagai kegiatan yang mengarah pada terwujudnya masyarakat madani. Singkatnya, masjid difungsikan sebagai pusat segala kegiatan yang bermanfaat dan berfaedah bagi manusia. Adapun fungsi masjid zaman Rasulullah SAW dirincikan sebagai berikut: 1. Sebagai tempat berlangsungnya ibadah umat muslim. Ibadah yang dimaksud adalah shalat, dzikir dan lain sebagainya. 2. Sebagai tempat dalam menuntut ilmu baik ilmu agama maupun ilmu yang sifatnya umum. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengajar dalam bentuk halaqah, di mana para sahabat mengelilinginya sambil memberikan pengajaran. 3. Masjid di zaman rasulullah SAW juga berfungsi selayaknya asrama. Terdapat ruangan bernama Al-Suffah tempat di mana sahabat yang miskin dan tak mempunyai rumah tinggal. 4. Sebagai tempat memerikan fatwa. Umat muslim akan datang ke masjid dan mengadukan masalahnya ke Rasulullah SAW lalu diberikan ketatapan atas masalah tersebut. 5. Masjid berfungsi sebagai tempat menerima tamu. 6. Masjid berfungsi sebagai tempat berlangsungnya pernikahan. 7. Sebagai tempat layanan sosial, hal ini terlihat ketika Madinah banjir dan mereka yang kehilangan tempat tinggal pun menempati wilayah masjid yang dinamakan Ashabush-Shuffah. 8. Sebagai tempat berlangsungnya latihan perang. 9. Sebagai tempat pelayanan medis juga kesehatan. 10. Sebagai tempat beristirahat. 11. Sebagai tempat tahanan bagi kaum musyrikin, dengan tujuan agar mereka mendapat hidayah keislaman Pada intinya masjid bukan sekedar tempat beribadah melainkan juga ramai dengan urusan duniawi. Masjid adalah pusat seluruh kehidupan umat di zaman Rasulullah SAW. 17 2.7 Bentuk Budaya Islam di Indonesia Seni budaya, adat, dan tradisi yang bernapaskan Islam tumbuh dan berkembang di Nusantara. Tradisi ini sangat bermanfaat bagi penyebaran Islam di Nusantara. Untuk itulah, kita sebagai generasi muda Islam harus mampu merawat, melestarikan, mengembangkan dan menghargai hasil karya para ulama terdahulu Para ulama dan wali pada zaman dahulu tentu telah mempertimbangkan tradisitradisi tersebut dengan sangat matang baik dari segi madharatmafsadat maupun halalharamnya. Mereka sangat paham hukum agama, sehingga tidak mungkin mereka menciptakan tradisi tanpa pertimbanganpertimbangan tersebut.Banyak sekali tradisi atau budaya Islam yang berkembang hingga saat ini. Semuanya mencerminkan kekhasan daerah atau tempat masingmasing. Berikut ini adalah beberapa tradisi atau budaya Islam dimaksud : 1. Tradisi Halal Bihalal Halal bihalal dilakukan pada Bulan Syawal, berupa acara saling bermaafmaafan. Setelah umat Islam selesai puasa ramadhan sebulan penuh maka dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah Swt. Namun, dosa kepada sesama manusia belum akan diampuni Allah Swt. jika belum mendapat kehalalan atau dimaafkan oleh orang tersebut. Oleh karena itu tradisi halal bihalal dilakukan dalam rangka saling memaafkan atas dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan agar kembali kepada !trah (kesucian). Tradisi ini erat kaitannya dengan perayaan Idul Fitri. Tujuan halal bihalal selain saling bermaafan adalah untuk menjalin tali silaturahim dan mempererat tali persaudaraan. Bahkan acara halal bihalal sudah menjadi tradisi nasional yang bernafaskan Islam. 2. Tradisi Tabot atau Tabuik Tabot atau Tabuik, adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad saw. Kedua cucu Rasulullah saw. ini gugur dalam peperangan di Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M). Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syaikh Burhanuddin yang dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharram (berdasar kalendar Islam) setiap tahun. 18 3. Tradisi Kupatan (Bakdo Kupat) Di Pulau Jawa bahkan sudah berkembang ke daerah-daerah lain terdapat tradisi kupatan. Tradisi membuat kupat ini biasanya dilakukan seminggu setelah hari raya Idul Fitri. Biasanya masyarakat berkumpul di suatu tempat seperti mushala dan masjid untuk mengadakan selamatan dengan hidangan yang didominasi kupat (ketupat). Kupat ialah makanan yang terbuat dari beras dan dibungkus anyaman (longsong) dari janur kuning (daun kelapa yang masih muda). Sampai saat ini ketupat menjadi maskot Hari Raya Idul Fitri. Tradisi membuat kupat itu dijadikan sebagai sarana untuk syiar agama. 4. Tradisi Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta Tradisi Sekaten dilaksanakan setiap tahun di Keraton Surakarta Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta. Tradisi ini dilaksanakan dan dilestarikan sebagai wujud mengenang jasa-jasa para Walisongo yang telah berhasil menyebarkan Islam di tanah Jawa. Peringatan yang lazim dinamai Maulud Nabi itu, oleh para wali disebut Sekaten, yang berasal dari kata Syahadatain (dua kalimat Syahadat). 5. Tradisi Grebeg Tradisi untuk mengiringi para raja atau pembesar kerajaan. Grebeg pertama kali diselenggarakan oleh keraton Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwono ke-1. Grebeg dilaksanakan saat Sultan memiliki hajat dalem berupa menikahkan putra mahkotanya. Grebek di Yogyakarta di selenggarakan 3 tahun sekali yaitu tanggal 1 Syawal bertujuan untuk menghormati Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr, tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan hari raya kurban dan tanggal 12 Rabiul awwal untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad saw. Selain kota Yogyakarta yang menyelenggarakan pesta grebeg adalah kota Solo, Cirebon dan Demak. 6. Tradisi Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado Di kawasan Kedaton Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, juga diselenggarakan tradisi yang dinamakan Kerobok Maulid. Istilah Kerobok berasal dari Bahasa Kutai yang artinya berkerubun atau berkerumun oleh orang banyak. Tradisi Kerobok Maulid dipusatkan di halaman Masjid Jami’ Hasanuddin, Tenggarong. Tradisi ini untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. yang mana dilaksanakan tanggal 12 Rabiul Awal. 19 7. Tradisi Dugderan di Semarang Tradisi dugderan merupakan tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat Semarang, Jawa Tengah. Tradisi Dugderan dilakukan untuk menyambut datangnya bulan puasa. Dugderan biasanya diawali dengan pemberangkatan peserta karnaval dari Balaikota Semarang. 8. Tradisi atau Budaya Tumpeng Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut. Nasi tumpeng umumnya berupa nasi kuning, atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini khas Jawa atau masyarakat Betawi keturunan Jawa, dan biasanya dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting. 2.8 Proses Akulturasi Islam Terhadap Budaya Indonesia Secara etimologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu.7 Secara terminologi, pengertian akulturasi banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya: Menurut Diaz dan Greiner dalam Nugroho dan Suryaningtyas, “akulturasi merupakan suatu tingkat dimana seorang individu mengadopsi nilai, kepercayaan, budaya dan praktik-praktik tertentu dalam budaya baru”. Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya bermacammacam, antara lain sebagai berikut. a. Kontak sosial pada semua lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau bahkan antar individu dalam dua masyarakat. b. Kontak budaya dalam situasi bersahabat atau situasi bermusuhan. c. Kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam seluruh unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa. teknologi. kemasyarakatan. agama, kesenian, maupun ilmu pengetahuan. d. Kontak budaya antara masyarakat yang jumlah warganya banyak atau sedikit. e. Kontak budaya baik antara sistem budaya, sistem sosial, maupun unsur budaya fisik. 20 Kedatangan Islam di Indonesia telah membawa tamaddun (kemajuan) dan kecerdasan. Islam telah banyak mengubah kehidupan-kehidupan sosial budaya dan tradisi kerohanian di masyarakat Indonesia. Dengan pengaruh ajaran Islam, Indonesia menjadi lebih maju dalam bidang perdagangan terutama dalam hubungannya dengan perdagangan internasional dengan Timur Tengah. Khususnya bangsa Arab, Persia, Gujarat, India dan lainnya. Datangnya para pedagang Timur Tengah mengakibatkan terjadinya akulturasi atau pencampuran budaya dengan Indonesia, sehingga budaya Islam tersebut banyak berkembang di Indonesia sampai saai ini. Pada perkembangan budaya Islam di Indonesia, terjadi akulturasi budaya dalam berbagai bentuk seperti berikut : 1. Seni bangunan Perpaduan antara seni budaya Indonesia dan budaya Islam dalam bangunan dapat dilihat melalui bangunan masjid, makam dan bangunan yang lainnya. a. Masjid Dapat dilihat dari sudut arsitekturnya, masjid-masjid yang terdapat di Indonesia terutama pada masjid-masjid kuno berbeda dengan masjid di negara lain. Khususnya gaya arsitektur ini terlihat dari bentuk atapnya yang bertingkat, denahnya bujur sangkar dan biasanya ditambah dengan bangunan serambi di depan maupun di samping, pondasinya sangat kuat dan agak tinggi di bagian depan, seperti Masjid Demak. b. Makam Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari: 1. Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang tinggi. 2. Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu. 3. Diatas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup. 4. Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. 5. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja, seperti makam Sendang Duwur di Tuban. 21 2. Tradisi daerah Akulturasi lainnya adalah adanya kesenian yang bertujuan menyampaikan ajaran Islam. Kesenian tersebut, misalnya sebagai berikut : a. Permainan debus, yaitu tarian yang pada puncak acara para penari menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran dan salawat nabi. Seudati, sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dan kata syaidati yang artinya permainan orang-orang besar. Seudati sering disebut saman artinya delapan. Tarian ini aslinya dimainkan oleh delapan orang penari. Para pemain menyanyikan lagu yang isinya antara lain salawat nabi. b. Wayang, termasuk wayang kulit, Pertunjukan wayang sudah berkembang sejak zaman Hindu, akan tetapi, pada zaman Islam terus dikembangkan Kemudian berdasarkan cerita Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang golek. 3. Seni Aksara Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang digunakan untuk menulis bahasa Arab mulai digunakan di Indonesia. Bahkan huruf Arab digunakan di bidang seni ukir. Berkaitan dengan itu berkembang seni kaligrafi. 3. Seni Sastra Akulturasi antara sastra Islam dengan sastra di zaman Islam terutama berkembang di Melayu dan Jawa dilihat dan corak dan isinya, ada beberapa jenis seni sastra seperti berikut : a. Hikayat : merupakan karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng yang kadang tidak masuk akal. Contohnya : Hikayat Sultan Zulkarnain, Hikayat 1001 Malam, Hikayat Raja Pasai, Hikayat Si Miskin dan sebagainya. b. Babad : hampir sama dengan hikayat, tetapi isinya kadang tidak sesuai dengan kejadian. Contohnya : Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon. c. Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa sajaksajak yang terdiri atas empat baris setiap baitnya. Contoh syair sangat tua adalah syair yang tertulis pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh. 22 4. Sistem Pemerintah atau Politik Pada zaman awal, budaya yang kental adalah budaya kerajaan dimana rakyat menghormati raja. Kemudian masuk beberapa agama seperti hindu dan budha, sehingga rakyat juga menghormati brahmana dan juga biksu. Juga menganggap raja adalah titisan atau reinkarnasi dewa. Sehingga harus diakamkan di candi atau pura. Selanjutnya muncul ajaran agama islam, yang juga mempengaruhi budaya kerajaan. Dimana raja dan para pejabat kerajaan tidak boleh disembah, hanya boleh di hormati saja.Ketika meninggal maka dikubur berdasarkan cara islam. Kemudian zaman kerajaan runtuh, digantikan oleh sistem pemerintahan republik. Dimana pemimpinnya adalah presiden, hal ini terjadi setelah adanya pengaruh budaya eropa setelah masa penjajahan. 5. Sistem Penanggalan atau Kalender Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, beliau berusaha membenahi kalender Islam. Perhitungan tahun yang dipakai atas dasar peredaran bulan (komariyah). Umar menetapkan tahun 1 H bertepatan dengan tanggal 14 September 622 M, sehingga sekarang kita mengenal tahun Hijriyah. Sistem kalender itu juga berpengaruh di Nusantara. Bukti perkembangan sistem penanggalan (kalender) yang paling nyata adalah sistem kalender yang diciptakan oleh Sultan Agung.Ia melakukan sedikit perubahan, mengenai nama-nama bulan pada tahun Saka. Misalnya bulan Muharam diganti dengan Sura dan Ramadan diganti dengan Pasa. Kalender tersebut dimulai tanggal 1 Muharam tahun 1043 H. Kalender Sultan Agung dimulai tanggal 1 Sura tahun 1555 Jawa (8 Agustus 1633). 6. Bidang Ekonomi Islam sangat memiliki pengaruh dalam sistem perekonomian Indonesia. Para pedagang Islam kala itu memasarkan dagagannya di tepi laut atau pantai. Sehingga, menarik perhatian para masyarakat untuk berdagang, dan mempelajari kemaritiman. Contoh perubahannya sata ini masyarakat Indonesia gencar mendalami ekonomi maritim dan perdagangan dalam meningkatkan pendapatan nasional. Juga penerapan ekonomi banyak menggunakan tata cara Islam, seperti kesesuaian takaran, pembayaran zakat, dan sebagainya. 23 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Islam dalam arti sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia merupakan suatu peradaban yang sempurna. Hal tersebut dikarenakan yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, maka kebudayaan yang ditimbulkan dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. 2. Ada empat kronologis penting dalam perkembangan peradaban Islam, yaitu pada masa Rasulullah pada era Madinah (10 tahun), masa Khulafaur Rayidin (30 tahun), masa Daulah Umayyah di Damaskus (91 tahun), dan Daulah Abbassiyah. Dimana (500 tahun). 3. Puncak kejayaan Islam terjadi pada masa Daulah Umayyah dan Abbassiyah. 4. Akulturasi budaya Islam dengan Indonesia terjadi diberbagai bidang yaitu seni bangunan, seni sastra, aksara, tradisi daerah, sistem pemerintahan dan juga sistem penanggalan. 3.2 Saran Peradaban Islam haruslah diperjuangkan kembali setelah mengalami kemunduran yang cukup lama agar Islam seolah tidak tertinggal lagi dari ilmu pengetahuan dan teknologi. 24 DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Wahid dkk. 2003. Menjelajahi Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.2006. Al-’Usairy, Ahmad. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana Hasan, Ibrahim. 2006. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia Jamil, A. dkk. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: CV. Toha Putra Nasution,Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya . Jakarta: UI Press. Sya’labi, Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam I. Jakarta: Pustaka al-Husna. 1979. Wakhid, Achmadi dkk. 2008. Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XII. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/bukupaiarab/buku_ski_MA_10_siswa.pdf (diakses pada 12 Juli 2021 pukul 17.00 WIB) https://mpikelasa.files.wordpress.com/2018/05/s-p-i-dinasti-umayyah.pdf (diakses pada 12 Juli 2021 pukul 17.15 WIB) https://www.bacaanmadani.com/2018/02/10-contoh-tradisi-islam-di-nusantara.html (diakses pada 12 Juli 2021 pukul 20.00 WIB) 25