Uploaded by Arya Fadjar

TUGAS KELOMPOK MAKALAH PENGANTAR BISNIS

advertisement
MAKALAH PENGANTAR BISNIS
MENILAI KONDISI EKONOMI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. FETRIAWATI
(A021211063)
2. APRILYA NUR KINANTI
(A021211173)
3. ARYA FADJAR
(A011211069)
4. FIRMANSYAH
(A011211017)
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
telah memberikan kita Kesehatan jasmani maupun rohani sehingga kita masih
menghirup udara segar dan banyak lagi nikmat lain yang tak terhitung nilainya.
Makalah ini disusun agar pembaca memperoleh banyak informasi yang
diambil dari beberapa sumber mengenai materi Motif dan Fundi Bisnis. Makalah ini
disusun dari informasi yang diambil dari beberapa sumber sehingga lebih banyak
ilmu yang dapat disajikan kepada pembaca. Didalam makalah ini penyusun
menyadari
banyak
sekali
kekurangan,maka
dari
itu
penyusun
sangat
mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Selanjutnya, kami berharap agar makalah ini berguna bagi pembaca
meskipun terdapat banyak kesalahan didalamnya. Akhir kata kami sebagai
penyusun meminta maaf sebesar-besarnya kepada pembaca dan pengoreksi jika
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Makassar, 27 Februari 2022
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………..………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………..……………….………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………….……….……………1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………..…………………………………….……..…………………….1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………….2
A.
Factor makroekonomi yang mempengaruhi kinerja bisnis.............………………………..3
B.
Proses pembentukan harga pasar……..……………………………………….………………………….6
C.
Cara pemerintah mempengaruhi kondis ekonomi…..…………………….………………………7
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………12
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………….13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kita belum memiliki disiplin ilmu dalam bisnis yang terintegrasi. Akan tetapi kita
tahu apa itu bisnis dan apa yang menjadi kunci baginya. Kita memahami fungsi dari
profit (keuntungan) dan hal-hal yang dibutuhkan dalam meningkatkan produktifitas.
Semua bisnis apapun membutuhkan untuk berfikir mengenai jawaban atas pertanyaan
“What is our business and what should it be?” Karena dari definisi tersebut misi dan
tujuan dirumuskan, suatu bisnis hendaklah menjabarkan objek-objeknya pada beberapa
area penting, dan menyeimbangkan objek-objek tersebut antara satu dengan yang lain
dan terhadap tuntutan kompetisi untuk hari ini dan yang akan datang. Suatu bisnis juga
membutuhkan untuk merubah objek-objek pada strategi yang nyata dan konsentrasi
pada sumber-sumber yang ada pada mereka. Pada akhirnya, yang demikian itu
membutuhkan untuk pemikiran mengenai strategi perencanaan, karena keputusan hari
ini akan membentuk pola bisnis pada waktu yang akan datang.
1.2
RUMUSAN MASALAH

Apa yang dimaksud dengan konsep kinerja bisnis?

Apa yang dimaksud dengan konsep harga pasar?
 apa faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi kinerja bisnis?
 bagaimana harga pasar ditentukan?
 bagaimana pemerintah mempengaruhi kondisi ekonomi?
1.3
TUJUAN
Mahasiswa mengetahui konsep kinerja bisnis, harga pasar, dan kondisi
ekonomi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
FAKTOR-FAKTOR MAKROEKONOMI YANG MEMPENGARUHI
KINERJA BISNIS
1.1
pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional.Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila
jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun
tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan
ekonomi harus mengarah standar hidup yang lebih tinggi nyata dan kerja meningkat.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat
pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh
pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi
memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya.
Dengan
demikian
perkembangan
ekonomi
adalah
lebih
lambat
dari
potensinya.(Sadono Sukirno, 1994;10).
Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi kinerja bisnis dikarenakan ketika
eknomi bertumbuh dengan baik maka bisa diartikan bahwa kondisi ekonomi
membaik. Ketika kondisi ekonomi yang membaik menaikkan pendapatan nasional
sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi dan juga permintaan akan barang dan
jasa,
Contoh kasus adalah ketika pandemi dalam masa yang paling sulit, resesi
ekonomi menghantam Indonesia pada 2020 sebagai dampak dari merosotnya
perekonomian selama wabah merebak. Ekonomi pun anjlok, membuat penjualan
mobil terseok-seok. Daya beli masyarakat terjun bebas karena pandemi COVID-19.
Pabrik otomotif sempat tutup sementara begitu juga dengan pameran mobil yang
3
bahkan batal karena pembatasan sosial untuk menghindari penularan wabah.
Alhasil, penjualan mobil sepanjang tahun 2020 pun turun.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
(GAIKINDO), penjualan mobil secara wholesales(distribusi dari pabrik ke dealer)
sepanjang 2020 hanya 532.027 unit. Padahal, tahun 2019 penjualan mobil
1.030.126 unit. Ktia itu rata-rata per bulan pabrikan otomotif yang terdaftar dalam
anggota Gaikindo bisa menjual 80 ribu sampai 90 ribu unit.
Namun situasi 2020 sangat berbeda. Membandingkan dengan data 2019,
penjualan mobil pada 2020 turun 48,35 persen. Penjualan mobil di Indonesia pada
2020 mulai anjlok drastis pada April 2020. Saat itu, industri otomotif hanya mampu
mengirim 7.868 unit mobil baru, padahal sebelumnya mampu menjual 80-90 ribu
unit per bulan.
Angka penjualan terendah terjadi pada Mei 2020 dengan penjualan hanya
3.551 unit. Selepas itu, penjualan mobil terus bangkit. Desember 2020 menjadi
puncak penjualan mobil selama pandemi dengan angka sebanyak 57.129 unit dan
menutup tahun 2020 dengan total penjualan sebanyak 532.027 unit.
GAIKINDO pada awal pandemi merevisi target penjualan mobil turun 40
persen dari 1,1 juta unit menjadi 600 ribu unit. Jelang akhir tahun, GAIKINDO lagilagi terpaksa merevisi target penjualan mobil hanya 525 ribu. Kini, target tersebut
terealisasi di angka 532.027 unit. Adapun penjualan mobil pada 2020 didominasi
oleh kendaraan penumpang sebanyak 388.886 unit atau 73,1 persen. Sisanya
sebesar 26,9 persen atau 143.141 unit mobil jenis niaga (komersial).
1.2
Tingkat suku bunga
Suku bunga adalah biaya atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman
yang diberikan atau, biasanya dinyatakan dalam presentase (Purnomo &
Widyawati, 2013). Tingkat suku bunga dapat dijadikan sebagai ukuran pendapatan
yang ditentukan atau diterima oleh para pemilik modal (Noerirawan, 2012). Suku
bunga yang meningkat menyebabkan terjadinya peningkatan biaya modal
4
perusahaan yang pada akhirnya akan mengurangi profitabilitas yang diperoleh
perusahaan, karena adanya beban bunga yang meningkat yang harus dibayar
perusahaan.
Menurut (Weston dan Brigham, 1990:84) bahwa Suku Bunga mempengaruhi
laba perusahaan dalam dua cara : (1) karena bunga merupakan biaya, maka makin
tinggi tingkat Suku Bunga maka makin rendah laba perusahaan apabila hal-hal lain
dianggap konstan; dan (2) Suku Bunga mempengaruhi tingkat aktivitas ekonomi,
karena itu mempengaruhi laba perusahaan. Suku Bunga tidak diragukan lagi
mempengaruhi investasi portofolio karena pengaruhnya terhadap laba, tetapi yang
terpenting adalah Suku Bunga berpengaruh karena adanya persaingan di pasar
modal antara saham dan obligasi. Suku Bunga yang tinggi di satu sisi akan
meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah dana
perbankan akan meningkat. Sementara itu, di sisi lain Suku Bunga yang tinggi akan
meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan
penurunan kegiatan produksi di dalam negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya
akan menurunkan pula kebutuhan dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat
permintaan terhadap kredit perbankan juga menurun sehingga dalam kondisi Suku
Bunga yang tinggi, yang menjadi persoalan adalah ke mana dana itu akan
disalurkan.
1.3
Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga dari satu atau dua barang dalam waktu yang
singkat. Secara umum dan sederhana inflasi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu
inflasi yang timbul karena adanya permintaan masyarakat yang berlebih dan inflasi
yang terjadi karena adanya 105 kenaikan biaya produksi (Boediono, 1992 : 162).
Menurut Putong (2008:133) inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum
secara terus menerus. Kenaikan harga dari satu barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan) sebagian
besar dari harga barang-barang lainnya. Inflasi merupakan suatu variabel ekonomi
makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan.
Pada dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena
5
akan meningkatkan biaya produksi.Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun
negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat
merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak
perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat di simpulkan bahwa inflasi yang
tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat
rendah akan berakibat pada pertumbuhan ekonomi akan menjadi sangat lamban,
dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit
adalah menciptakan tingkat inflai yang dapat menggerakkan dunia usaha menjadi
semarak, pertumbuhan ekonomi akan dapat menutupi pengangguran, perusahan
memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham di pasar bergerak
normal.
Inflasi yang tinggi memiliki efek yang berbahaya bagi stabilitas ekonomi,
termasuk juga mengancam keuangan perusahaan. Meningkatnya inflasi dapat
menyebabkan harga input atau bahan baku yang tinggi, pendapatan dan laba
menurun, daya beli konsumen rendah, dan perekonomian melambat.
B.
PROSES PEMBENTUKAN HARGA PASAR
Setiap calon pembeli datang ke pasar sama-sama didorong oleh kebutuhan
tertentu dan boleh jadi memiliki kebutuhan yang sama, namun berbeda dalam
kemampuan transaksinya. Secara umum, pembeli dapat dikelompokkan menjadi tiga:
1. pembeli supermarginal, yaitu pembeli yang daya belinya di atas harga pasar;
2. pembeli marginal, yaitu pembeli yang daya belinya sama dengan harga pasar;
3. pembeli submarginal, yaitu pembeli yang daya belinya di bawah harga pasar.
Sama halnya dengan pembeli, penjual pun dapat dikelompokkan menjadi sebagai
berikut:
 penjual supermarginal, yaitu penjual yang harga pokoknya di bawah harga
pasar;
 penjual marginal, yaitu penjual yang harga pokoknya sama dengan harga
pasar
6
 penjual submarginal, yaitu penjual yang harga pokoknya di atas harga pasar.
Pertemuan antara pembeli dan penjual atau antara permintaan dan penawaran
menimbulkan proses tawar-menawar tentang harga dan kuantitas barang. Jika telah
mencapai kesepakatan maka terjadilah transaksi. Harga yang terbentuk sebagai hasil
kesepakatan antara penjual dan pembeli disebut harga keseimbangan. Adapun jumlah
yang disepakati disebut jumlah keseimbangan.
Terbentuknya harga dan kuantitas keseimbangan di pasar merupakan hasil
kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) di mana kuantitas
yang diminta dan yang ditawarkan sama besarnya.
Jika keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan
bertahan lama dan menjadi patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam
menentukan harga.
Kurva Keseimbangan Pasar
Jika digambarkan dengan kurva adalah sebagai berikut:
Gambar: Kurva Keseimbangan Pasar
7
Berdasarkan gambar kurva tersebut, keseimbangan pasar terjadi pada saat titik
E, yaitu pada tingkat harga P0 dan jumlah barang sebesar Q0. Harga keseimbangan
dapat berubah seiring perubahan permintaan dan penawaran.
C.
CARA PEMERINTAH MEMPENGARUHI KONDISI EKONOMI
1.1 KEBIJAKAN MONETER
1.1.1 Pengertian kebijakan moneter
Kebijakan moneter adalah langkah-langkah yang diambil penguasa moneter
(bank Indonesia) untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan daya beli
uang. Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan
oleh bank sentral atau Bank Indonesia untuk dapat mengubah penawaran uang atau
mengubah suku bunga yang ada, dengan tujuan untuk memengaruhi pengeluaran
dalam perekonomian.
1.1.2. Tujuan dan peran kebijakan moneter
Tujuannya adalah untuk mensejahterahkan rakyat dengan cara
menaikan
perekonomian
Indonesia,
meminimalisirkan
pengangguran
serta
mengatur mata uang dalam satu negara. Tetapi tidak selalu terpaku dengan satu
tujuan karena tujuan kebijakan moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena
selalu disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian suatu negara. Jika dibentuk
menjadi poin, tujuan kebijakan moneter antara lain;

Menjaga stabilitas ekonomi

Menjaga stabilitas harga

Meningkatkan kesempatan kerja

Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan pembayaran
1.1.3. Instrument kebijakan moneter
Kebijakan moneter dibagi menjadi dua jenis, yaitu tight money policy
(mengurangi jumlah uang beredar) dan easy money policy (menambah jumlah uang
beredar). Instrument kebijakan moneter antara lain :

Kebijakan operasi pasar terbuka, yaitu suatu kebijakan dari bank
sentral dengan cara memperjual-belikan surat-surat berharga di pasar
8

uang, yaitu berupa obligasi, sertifikat bank Indonesia, dan surat
berharga pasar uang.

Kebijakan diskonto, yaitu menambah dan menurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara meningkatkan atau menurunkan suku bunga oleh
bank sentral.

Kebijakan cadangan kas, yaitu menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan
cadangan kas minimum yang dimiliki bank-bank umum.

Kebijakan kredit ketat, yaitu mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan memperketat syarat pemberian kredit.

Kebijakan dorongan moral, yaitu mempengaruhi jumlah uang yang
beredar dengan mengeluarkan pidato, himbauan, atau pengumuman
pada bank umum atau pelaku ekonomi lainnya.
1.2 KEBIJAKAN FISKAL
1.2.1 pengertian kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran dan
penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Kebijakan fiskal
adalah konsep pengelolaan ekonomi diperkenalkan oleh John Maynard Keynes,
yang kemudian umum dipakai dunia sejak peristiwa Depresiasi Besar (Great
Depression) terjadi pasca Perang Dunia I tahun 1929. Menurut Keynes, pemerintah
suatu negara sebenarnya punya hak mengatur pengeluaran dan pemasukan
sebuah negara dengan menetapkan pajak dan membuat kebijakan demi ekonomi
makro negara.
1.2.2. Tujuan dan peran kebijakan fiskal
Kebijakan
fiskal
bertujuan
untuk
memperbaiki
keadaan
ekonomi,
mengusahakan kesempatan kerja, dan menjaga kestabilan harga-harga. Kebijakan
fiskal
mengusahakan
peningkatan
kemampuan
pemerintah
dalam
rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara menyesuaikan pengeluaran dan
penerimaanpemerintah.
9
1. Menjaga dan Mengembangkan Perekonomian Negara
Poin pertama tujuan kebijakan fiskal adalah demi menjaga stabilitas
sekaligus mengembangkan kondisi ekonomi negara. Penerapan kebijakan
fiskal diharapkan mampu mempengaruhi seluruh sektor ekonomi negara dan
memperbaiki masalah di dalamnya, mulai dari sektor korporat, perbankan,
hingga usaha mikro.
2. Meningkatkan Kualitas SDM
Tujuan kebijakan fiskal salah satunya adalah meningkatkan kualitas SDM
masyarakat, terutama dari segi teknologi dan perekonomian. Apabila
kualitas SDM meningkat, harapannya SDM tersebut punya kapabilitas
bersaing di dunia kerja nasional dan internasional, sehingga bisa meningkat
kesejahteraan hidupnya.
3. Menjaga Stabilitas Harga Barang
Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga barang dalam pasar, mulai
dari faktor positif seperti meningkatnya demand sampai faktor negatif seperti
terjadinya penimbunan dan monopoli. Salah satu tujuan kebijakan fiskal di
Indonesia adalah demi menjaga harga barang tetap terjangkau bagi
masyarakat
dan
terhindar
dari
fluktuasi
karena
pihak
tidak
bertanggungjawab.
4. Mendorong Investasi
Tujuan kebijakan fiskal yang terakhir adalah untuk menciptakan iklim
investasi lebih baik bagi pelaku pasar modal, utamanya investor. Sehingga
negara bisa memperoleh lebih banyak pendapatan dari pajak usaha.
10
1.2.3. Instrument dan fungsi kebijakan fiskal
Instrument kebijakan fiskal antara lain :

Sistem perpajakan, dengan menaikkan pajak, maka pemerintah dapat
menguatkan kas negara. Menurunkan pajak akan menggiatkan
investasi dan meningkatkan konsumsi.

Politik anggaran, pemerintah dapat menetapkan anggaran berimbang
atau anggaran tidak berimbang (surplus atau defisit).
Fungsi kebijakan fiskal :

Fungsi alokasi, merupakan fungsi kebijakan yang mengalokasikan
barangbarang produksi agar lancer dan tepat sasaran sehingga
kebutuhan masyarakat akan terpenuhi.

Fungsi distribusi, yaitu untuk mendistribusikan pembagian pendapatan
nasional secara merata bagi semua kalangan.

Fungsi stabilisasi, yaitu untuk memelihara keseimbangan ekonomi
terutama berupa kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga barang
pokok relative stabil, dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
memadai.
 Fungsi pembangunan, yakni menentukan arah dan tujuan, bidikan,
prioritas pembangunan bangsa atau pembangunan nasional, dan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal
11
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Bagi Perusahaan hendaknya memperhatikan kondisi ekonomi makro sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
membuat
keputusan-keputusan
strategis
guna
mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin
dari peningkatan nilai perusahaan.Bagi investor diharapkan dapat lebih cermat
dalam melihat faktor makro ekonomi khususnya nilai tukar yang dominan
mempengaruhi return saham.
Peraturan Pemerintah di tingkat negara memiliki dampak besar terhadap
bagaimana perusahaan beroperasi di indonesia. Untuk mengelola kegiatan usaha
dalam masyarakat yang kompleks dan untuk membantu menanggapi perubahan
kebutuhan masyarakat, pemerintah di semua tingkat telah menciptakan berbagai
lembaga
regulator. Meskipun tugas dan fungsi setiap
lembaga
bervariasi,
mempengaruhi semua kegiatan bisnis sehari-hari yang terjadi di indonesia. Bisnis
yang mengambil proaktif sikap terhadap pemahaman dan sesuai dengan badan
pengatur federal akan mengurangi kesempatan mereka denda, penuntutan, atau
peraturan pelaksana lain. Oleh karena itu, demi kepentingan terbaik dari bisnis
untuk menjaga hubungan yang sehat pemerintah harus berhati-hati membuat
kebijakan baik itu fiscal ataupun moneter.
12
DAFTAR PENGANTAR
Hotmauli Sitanggang, S. (2018). PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN NILAI
TUKAR TERHADAP RETURN.
madura, j. (2010). introduction to business. south-western.
Weston, J. Fred dan Brigham, Eugene F. (1990).“Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”.
Jilid I. Edisi Kesembilan. Jakarta. Erlangga.
Sukirno.(2004). “Makro Ekonomi Suatu Pengantar”, Edisi ketiga, cetakan keenambelas,
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
13
Download