MAKALAH PENDALAMAN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH DISUSUN OLEH: KELOMPOK 9 1. LAILA SAPNI (4213151018) 2. AFIFAH WARDAH (4213151003) 3. DEWI SARTIKA N (4213351013) KELAS PIPA 2021 A DOSEN PENGAMPU: ELYA SISKA ANGGRAINI, S. Sn., M. A. PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN FEBRUARI 2022 0 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Profesi Kependidikan. Kami mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Elya Siska Anggraini sebagai dosenpengampu mata kuliah ini ,yang telah memberikan tugas kepada kami guna untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Penyusunan makalah ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah Profesi Kependidikan. Kami menyusun makalah ini berdasarkan sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna,maka kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun untuk menambah wawasan serta meningkatkan cara penulisan. Akhir kata,kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan semua anggota kelompok kami yang telah bekerja sama untuk menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai media yang telah menyediakan informasinya sebagai sumber dalam pembuatan makalah ini.Semoga materi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca. Medan, Januari 2022 Kelompok 9 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...............................................................................................................1 DAFTAR ISI .............................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................3 A. Latar Belakang .................................................................................................................3 B. Rumusan Masalah ............................................................................................................4 C. Tujuan Makalah................................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................5 2.1 Pengertian Bimbingan Konseling .......................................................................................5 2.2 Tujuan dan Fungsi Bimbingan Konseling ..........................................................................5 2.3 Landasan Bimbingan dan Konseling ..................................................................................9 2.4 Jenis-Jenis Layanan Kegiatan Bimbingan Konseling ..........................................................9 2.5 Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling................................................................... 11 2.6 Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah..................................... 12 2.7 Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah .......................... 13 2.8 Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan........................................ 14 BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15 3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 15 3.2 Saran ............................................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, murid harus berkembang secara optimal dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab, dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan harus membantu bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektualnya, tetapi juga kemampuan mengatasi masalah yang ditemuinya dalam interaksinya dengan lingkungan. Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruan kepribadian anak. Oleh karena itu, guru harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif. Untuk itu sebagai calon guru kita perlu mengetahui wawasan dan pemahaman tentang layanan dan konseling di sekolah. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hamba tan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan petensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moralspiritual). 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapat dirumuskan suatu pokok rumusan masalah yang mencakup sebagai berikut: 1. Apa pengertian bimbingan konseling? 2. Bagaimana tujuan dan fungsi dari bimbingan konseling di sekolah? 3. Bagaimana orientasi layanan bimbingan konseling di sekolah? 4. Bagaimana landasan bimbingan konseling? 5. Apa saja jenis-jenis layanan bimbingan konseling di sekolah? 6. Bagaimana peranan guru dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah 7. Apa saja tugas dan peran serta guru dalam pemberian layanan bimbingan konseling kepada para siswa? C. Tujuan Makalah Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah profesi kependidikan. 2. Untuk mengetahui apa itu bimbingan konseling. 3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi bimbingan konseling di sekolah. 4. Untuk mengetahui landasan dari bimbingan konseling. 5. Untuk mengetahui orientasi layanan bimbingan konseling di sekolah. 6. Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan konseling di sekolah. 7. Untuk mengetahui bagaimana peranana guru dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah. 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Bimbingan Konseling Menurut Prayitno (2004), bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku. Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (ABKIN, 2007). Oleh karena itu, bimbingan dan konseling merupakan layanan ahli oleh konselor (guru bimbingan dan konseling). Konselor adalah salah sa tu kuali fikasi pendidikan, yaitu tenaga kependidikan, yaitu tenaga kependidikan yang memiliki kekhususan pada bidang bimbingan dan konseling, yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan Pendidikan. 2.2 Tujuan dan Fungsi Bimbingan Konseling Layanan bimbingan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar siswa dapat mencapai tujuan perkembangan disegala aspek, baik aspek pribadi, aspek sosial, aspek belajar dan aspek karir. Tujuan dari Bimbingan pribadi-sosial merupakan untuk mencapai tujuan dan 5 tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri dan bertanggung jawab. Adapun tujuan dari BK secara umum yaitu: 1) Mampu menyesuaikan diri; 2) Mampu menyelesaikan masalah; 3) Mengembangkan life skills 4) mengembangkn sikap positif: 5) Memiliki rasa tanggung jawab 6) Mampu Merencanakan masa depan; 7) Dapat mencapai tugas perkembangan; dan 8) Mampu meraih life welfare. Tujuan pemberian layanan bimbingan menurut Achmad Juntika Nurihsan (2006:8) adalah sebagai berikut: a) Agar individu dapat merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir, dan kehidupannya pada masayang akan dating; b )Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin: c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat dan lingkungan kerjanya; d) Mampu mengatasi apapun masalah berupa hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan pendidikan , penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat ataupun lingkungan kerja. Fungsi Bimbingan dan Konseling Uman Suherman yang dikutip oleh Sudrajat (2008) mengemukakan sepuluh fungsi bimbingan dan konseling, yaitu: 1) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif; 6 2) Fungsi Preventif, yai tu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex); 3) Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsifungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya 449 H. Kamaluddin, Bimbingan dan Konseling Sekolah membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata; 4) Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching; 5) Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan; 6) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang 7 memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembela jaran, maupun menyusun bahan pela jaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseling; 7) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif; 8) Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif; 9) Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli; dan 10) Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseling. 10) Fungsi Pemeliharaan, Dalam fungsi ini berupaya untuk menjaga kestabilan kondisi yang sudah dicapai oleh konseli kaitannya dengan permasalahan yang pernah dihadapi.Tujuannya agar tidak terjadi kasus yang sama yang bisa mengakibatkan permasalahan timbul dan menjadi lebih parah. Fungsi yang dikemukakan di atas dapat di singkat sebagai berikut: 1) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi membantu peserta memahami diri dan lingkungan; 2) Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindari diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya; 3) Fungsi Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang didalamnya; 4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memlihara dan menumbuhkembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya; 5) Fungsi 8 Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian. 2.3 Landasan Bimbingan dan Konseling Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu didasarkan atas landasan-landasan utama atau prinsip-prinsip dasar. Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut: 1. Bimbingan selalu memperhatikan pekerjaan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang 2. Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu 3. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan yang dibimbing 4. Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing sebagai manusia yang memiliki hak-hak asasi 5. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidangbidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis 6. Pelayanan ditunjukkan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah saja. 7. Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak. Prinsip-prinsip dasar atau landasan tersebut merupakan dasar filosofis dalam layanan bimbingan dan konseling. Sebagai suatu kegiatan professional. (Soetjipto & Raflis ,2007:69-70). 2.4 Jenis-Jenis Layanan Kegiatan Bimbingan Konseling Menurut Sukardi (2008: 60), ada sejumlah layanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah diantaranya sebagai berikut: a. Layanan orientasi 9 Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak – pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini. b. Layanan Informasi Layanan Informasi yakni layanan bimbingan yang memungkinkan peserta peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik terutama orang tua dalam menerima dan memahami informasi seperti informasi Pendidikan dan informasi jabatan yang dipergunakan sebagai bahandan pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. c. Layanan Penempatan dan Penyaluran Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi, program pilihan, kegiatan ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadinya. d. Layanan Bimbingan Belajar Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian. e. Layanan Bimbingan dan Konseling Perseorangan Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendaptkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing/konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya. 10 f. Layanan Bimbingan Kelompok Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu terutama dari pembimbing atau konselor yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar anggota keluarga dan masyarakat serta pertimbangan dalam pengambilan keputusan. g. Layanan Konseling Kelompok Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengetasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. 2.5 Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan dan konseling menekankan pada orientasi-orientasi berikut: a. Orientasi Individual Pada hakikatnya setiap individu itu memiliki perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki dan sebagainya. Perbedaan latar belakang individu ini dapat mempengaruhinya dalam cara berpikir, cara berperasaan, dan cara menganalisis masalah. Dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar. b. Orientasi Perkembangan Masing-masing individu berbeda pada usia perkembangannya. Dalam setiap tahap usia perkembangan, individu yang bersangkutan hendaknya mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangannya itu. Pencapaian tugas perkembangan disuatu tahap perkembangan akan mempengaruhi perkembangan berikutnya (Ratna Asmara Pane, 1988). Pencapaian atau perwujudan tugas-tugas perkembangan setiap tahap atau periode merupakan salah satu tolak ukur dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi klien atau siswa. Penyimpangan tingkah laku dan pola pikirdapat diketahui dari pencapaian tugas-tugas perkembangannya. 11 c. Orientasi Masalah Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak dari masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hal ini disebut dengan asas kekinian (Prayitno, 1985).Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien. Oleh karena itu, konselor harus arif dan bijaksana dalam menanggapi pembicaraan klien. Konselor harus selalu sadar akan arah sasaran yang akan dituju untuk memecahkan masalah klien. 2.6 Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial. Bimbingan dan Konseling menangani masalah- masalah atau hal-hal diluar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran disekolah. Bimbingan dan Konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya disekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti yang dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro (1982) sebagai berikut: 1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam waktu sekitar 6 jam hidupnya berada disekolah. 2. Para siswa yang usianya relatif muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagi macam kesulitan. Kehadiran konselor disekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chamely yang dikutip oleh Belkin,1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru dalam hal: 12 1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru. 2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar-mengajar. 3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif. 4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya. Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sekolah. 2.7 Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Guru harus mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu. Perilaku guru juga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana belajar yang tegang sehingga menyebabkan hubungan guru dan siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas dan sebagainya. Oleh karena itu guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-mengajar. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu: 1. Perlakuan terhadap siswa berlandaskan keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri. 2. Bersikap positif dan wajar kepada siswa. 3. Perlakukan siswa secara hangat, ramah, rendah hati, dan menyenangkan. 4. Pemahaman siswa secara empatik. 13 5. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu. 6. Tidak berpura-pura didepan siswa. 7. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus. 2.8 Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru dan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan disekolah perlu dukungan arau bantuan guru. Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut. Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan: 1. Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa 2. Keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk layanan seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu, dan sebagainya. Didalam menangani kasus-kasus tertentu, konselor perlu menghadirkan guru atau pihakpihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Kegiatan semacam ini disebut dengan koferensi kasus. Bila guru menemui masalah yang berada diluar batas kewenangannya, guru dapat mengalihtangankan masalah siswa tersebut kepada konselor. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan disekolah, dikoordinasikan oleh konselor, dengan demikian pelaksanaan kegiatan bimbingan oleh para guru tidak lepas begitu saja, tetapi dipantau oleh konselor. 14 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Bimbingan dan konseling di sekolah sebagai layanan profesional yang bertujuan untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang seringkali dihadapi siswa. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan bersama, semua personel sekolah (guru, konselor, dan lain-lain) mempunyai peran masing-masing dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Terlepas dari peranan personel pendidikan lain disekolah, guru mempunyai peranan amat penting dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah. Hal ini disebabkan oleh posisi guru yang memungkinkannya bergaul lebih banyak dengan siswa sehingga mempunyai kesempatan tatap muka lebih banyak dibandingkan dengan personel sekolah lainnya. Bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenalkan lingkungan serta merencanakan masa depan merupakan bentuk dari bimbingan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah, guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksanaan pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana pelayanan bimbingan pendidikan di sekolah, di tuntut dan diharapkan memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah. Tujuan khusus dari layanan bimbingan konseling merupakan untuk membantu siswa agar mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek-aspek antara lain: pribadi, sosial, belajar, dan karir. Adapun fungsi pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah fungsi prevetif, fungsi kuratif dan korektif, fungsi presevatif, fungsi terapi, fungsi developmental, fungsi penyaluran dan fungsi pelaksanaan. 3.2 Saran Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah, guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksanaan pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana pelayanan bimbingan pendidikan di sekolah, di tuntut dan diharapkan memiliki wawasan yang memadai 15 terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah. Jadi, sudah seharusnya setiap sekolah mempunyai layanan bimbingan konseling demi menunjang aktifitas pendidikan dan pembelajaran yang dicita-citakan. 16 DAFTAR PUSTAKA Prayitno. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, departemen Pendidikan Nasional, 2004 Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor. Naskah Akademik ABKIN Soetjipto; Raflis Kosasi. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta Dewa Ketut Sukardi. 1988. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Bina Aksara Kamaluddin. 2011. Bimbingan dan Konseling Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 17 No 4. Nurihsan, Achmad Juntika. 2011. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditam Masdudi. 2015. Bimbingan dan Konseling Persfektif Sekolah. Cirebon: Nurjati Press Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Prayitno. 2004b. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, departemen Pendidikan Nasional. 17