Uploaded by atharfatih08

BAB III-unlocked

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan (Research and
Development). Penelitian dan pengembangan adalah proses penelitian yang
digunakan dalam mengembangkan produk atau untuk menvalidasi suatu model
pendidikan (Barg and Gall, 1983). Penelitian ini sesuai dengan namanya yakni
penelitian dan pengembangan, sehingga langkah yang pertama dilakukan adalah
tahap analisis kebutuhan, pada tahap ini peneliti mencari kondisi yang sedang
terjadi dan dibandingkan dengan kondisi idealnya, setelah dianalisis hasil
penelitian
yang
didapatkan
maka
langkah
yang
selanjutnya
adalah
mengembangkan kebutuhan yang seharusnya sesuai dengan kebutuhan di
lapangan agar menghasilkan produk yang ideal (Gall et al., 2003).
Produk yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Inquiry Social Complexity (ISC) untuk memberdayakan Critical
and Creative Thinking Skills. Wujud produk secara nyata yang akan dihasilkan
dalam penelitian ini: 1).Buku model pembelajaran Inquiry Social Complexity
(ISC), 2).Contoh modul yang telah disesuaikan dengan model Inquiry Social
Complexity (ISC), 3).Video contoh dalam menggunakan model Inquiry Social
Complexity (ISC).
B. Prosedur Penelitian
Adapun desain penelitian dan pengembangan dapat disederhanakan menjadi
empat tahap, yaitu (1) Tahap study pendahuluan, (2) tahap pengembangan produk,
(3) tahap pengujian keampuhan produk dan (4) tahap diseminasi dan
implementasi model (Budiyono, 2017). Empat tahap tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Gambar 3.1 Bagan Alir Proses Penelitian Pengembangan (Modifikasi
Budiyono, 2017)
1. Tahap Studi Pendahuluan
a. Penelitian awal
Pada
tahap
ini
peneliti melakukan analisis lapangan untuk
to user
memperkirakan penyebabcommit
rendahnya
prestasi belajar peserta didik MA di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Kota Surakarta, melakukan pengumpulan data empirik seperti model
pembelajaran, media, model penilaian dan sebagainya yang digunakan
oleh guru, kemudian melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru
dan peserta didik, kemudian data yang didapatkan di analisis dan
diidentifikasi untuk dipilih penyebab yang paling mungkin dan paling
penting untuk diselesaikan. Pada tahap ini peneliti menemukan bahwa
model pembelajaran yang kurang tepat pada pelajaran kimia yang
menjadi masalah utama dalam rendahnya prestasi pelajaran tersebut. Hal
tersebut mendorong peneliti untuk melanjutkan penelitian ini bertjuan
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara tuntas.
b. Analisis Kebutuhan
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kebutuhan yang dibutuhkan
oleh calon pemakai produk. Pada tahap ini ditemukan bahwa guru dan
peserta didik membutuhkan produk berupa model pembelajaran yang
sesuai untuk pelajaran kimia, model pembelajaran yang memfasilitasi
peserta didik dan guru untuk dapat saling bertukar pikiran dalam
menemukan konsep pembelajaran, dan pada tahap ini dimungkinkan
untuk dilaksanakan pengembangan produk yang diinginkan oleh guru
dan peserta didik.
Pada tahap ini digunakan sebanyak 560 siswa untuk mengetahui
kebutuhan dan level of inquiry-nya. Pada tahap ini instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi yang diberikan kepada 12 guru dan
560 peserta didik untuk mengetahui kebutuhan dilapangan. Instrumen
lain yang digunakan pada tahap ini adalah angket konsepsi keterampilan
berpikir dan rubrik level inquiry peserta didik. Kemudian untuk
mengetahui kemampuan awal keterampilan berpikir kritis dan berpikir
kreatif digunakan tes soal yang mewakili aspek dari keterampilan
tersebut berjumlah 7 soal uraian yang diberikan kepada 180 peserta didik
di MA kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Analisis hasil dari lembar observasi yang digunakan dalam mengetahui
kebutuhan guru dan siswa menggunakan skala likert dengan kriteria :
Tabel 3.1 Skala Likert untuk penilaian lembar observasi
Nilai Skala
4
3
2
1
Penilaian
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
(Riduwan, 2013)
Analisis instrumen yang digunakan untuk konsepsi berpikir peserta didik
menggunakan skala likert:
Tabel 3.2 Skala Likert untuk penilaian konsepsi berpikir peserta didik
Nilai Skala
5
4
3
2
1
Penilaian
Sangat Perlu
Perlu
Ragu-ragu
Tidak perlu
Sangat tidak perlu
(Budiyono, 2017)
Analisis yang digunakan untuk instrumen level of inquiry menggunakan
skala kriteria:
Tabel 3.3 Skala kriteria rubrik Level of Inquiry (LoI)
Nilai Skala
LoI > 70%
30% < LoI ï‚Ģ 70%
LoI ï‚Ģ 30%
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
(Budiyono, 2017)
Analisis yang digunakan untuk instrumen kemampuan awal berpikir
kritis dan berpikir kreatif siswa digunakan kriteria:
Nilai Siswa =
Jumlah Perolehan Skor
ð‘Ĩ 100
Skor Maksimal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Keterangan skor akhir
Tabel 3.4 Skala kriteria CCT Skills
Skala
Presentase
86% - 100%
76% - 85%
60% - 75%
55% - 59%
≤54%
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
(Purwanto, 2009)
c. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan kajian teoritis dan praktis terhadap produk yang
akan dikembangkan. Pada tahap ini produk yang akan dikembangkan
berupa model pembelajaran yang dapat memberdayakan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif peserta didik, sehingga hasil belajar akan
menjadi sesuai tujuan pembelajaran.
2. Tahap Pengembangan Produk
Pada tahap ini dibagi menjadi 3 fase, 1) perencanaan, 2)
Pengembangan awal (pembuatan prototipe), 3) uji coba dan revisi
produk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat penjelasannya dibawah ini :
a. Perencanaan pengembangan produk
Pada fase ini peneliti merumuskan tujuan pengembangan produk :
1) Model
pembelajaran
pembelajaran
Inquiry
yang
dikembangkan
Social
Complexity
berupa
model
(ISC)
untuk
memberdayakan Critical and Creative Thinking Skills
2) Model dikembangkan berdasarkan paradigma model Inquiry lesson
dan Social Complexity
3) Model
pembelajaran
dikembangkan
dengan
harapan
memberdayakan keterampilan berpikir kritis dan kreatif peserta
didik
4) Model dikembangkan dengan mengacu kurikulum 2013 dan untuk
melaksanakan model pembelajaran dilengkapi dengan silabus,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
RPP, buku guru, buku siwa dan lembar kerja peserta didik sesuai
dengan model pembelajaran yang dikembangkan.
b. Pengembangan produk awal
Pada tahap pengembangan prototipe model diperlukan sebuah proses
design instructional pengembangan, pada tahap ini digunakan model
Dick & Carey (Dick, Carey, & Carey, 2009).
Adapun langkah pengembangannya dapat dilihat pada Gambar 3.2
Identify
Instructional Goal
Analyze Learners
and Contexts
Conduct Instructional
Analysis
Write Performance
Objective
Develop
Assessment
Instruments
Revise
Instruction
Develop Instruction
Strategy
Develop and Select
Instructional Material
Prototipe Model
Gambar 3.2. Design instruksional pengembangan model
Dick & Carrey (Modifikasi Dick, Carey & Carey, 2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
1). Identify Instructional Goal
Langkah pertama adalah mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan
menulis tujuan instruksional. Kebutuhan instruksional mengacu pada
keadaan saat ini dibandingkan dengan keadaan yang diharapkan atau
seharusnya. Hal ini mengacu pada langkah sebelumnya yang sudah
dilakukan analisis kebutuhan dan studi literatur yang sesuai dengan
keadaan seharusnya. Pada tahap ini berpedoman pada Kompetensi Inti
yang harus dimiliki peserta didik SMA/MA menurut Kurikulum 2013
yang digunakan pada penelitian yakni:
a) Kompetensi sikap spiritual
Kompetensi sikap spiritual meliputi tentang bagaimana siswa harus
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
b) Kompetensi sikap sosial
Kompetensi sikap sosial yang harus dimiliki oleh siswa yakni
menunjukkan perilaku jujur, displin, tanggung jawab, peduli,
santun, respontif dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas
berbagai masalah dalam berinteraksi secara efektif.
c) Kompetensi Pengetahuan
Kompetensi pengetahuan yang harus dimiliki siswa yakni mampu
memahami dan menerapkan ilmu pengetahuan sesuai dengan
bidang yang dikaji
serta
sesuai dengan minatnya
untuk
memecahkan masalah sebuah fenomena tentang ilmu pengetahuan.
d) Kompetensi Keterampilan
Kompetensi keterampilan meliputi tentang bagaimana siswa dapat
mengolah dan menalar serta menyajikan dalam ranah konkret
terkait dengan yang dipelajarinya disekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif untuk menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
2). Conduct Instructional Analisys
Pada langkah selanjutnya yakni melakukan analisis pembelajaran,
langkah ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan-keterampilan
yang harus dikuasai oleh siswa (Dick, Carey, & Carey, 2009). Model
pembelajaran
Inquiry
Social
Complexity
(ISC)
yang
akan
dikembangkan pada sekolah SMA/MA pada mata pelajaran Kimia yang
akan menjadi mata pelajaran pada tahap ujicoba. Analisis instruksional
harus berdasarkan pada langkah pertama yakni standar kompetensi
spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Cara untuk
menganalisisnya pada matapelajaran kimia materi hidrolisis garam dan
asam basa dengan pendekatan hierarki sebagai berikut:
commit
to user
Gambar 3.3
Hierarki
Analisis Instruksional
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
3). Analyze Learners and Context
Pada tahap yang selanjutnya yakni menganalisis perilaku dan
karakteristik peserta didik untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki
oleh peserta didik serta dapat memilih metode atau cara yang cocok
untuk menerapkan pembelajaran sesuai dengan karakter peserta didik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengetahui kemampuan dan
karakteristik dalam proses desain pembelajaran menurut Suparman
(2012) adalah: a). Motivasi belajar, b). Akses terhadap sumber belajar
yang relevan dengan materi pembelajaran, c). Kebiasaan belajar
mandiri dan disiplin dalam waktu mengatur belajar, d). Akses terhadap
saluran komunikasi dan media teknologi informasi, e). Kebiasaan dan
kemampuan belajar dan berpikir tentang penerapan materi yang
dipelajarinya, f). Tempat tinggal bila diukur dengan jarak tempuh
kepusat kegiatan belajar.
Hasil wawancara terhadap peserta didik dan guru mata pelajaran kimia
SMA/MA di MA Kota Surakarta diperoleh bahwa peserta didik
mempunyai motivasi yang tergolong tinggi untuk mempelajari
fenomena pada pelajaran kimia, kebiasaan yang digunakan dalam
pembelajaran adalah model yang kurang relevan dengan kemampuan
siswa karena menunut siswa secara mandiri untuk mengkonstruk
pengetahuan, sehingga diperlukan sebuah inovasi yang dapat mengubah
paradigma bahwa pembelajaran secara kognitif individu akan berimbas
kurang baik bagi peserta didik.
4). Write Perfomance Objectives
Pada langkah menulis tujuan instruksional ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yakni: a). Mendeskripsikan sesuatu yang dikerjakan oleh
peserta didik; b). Menyebutkan kondisi dan memberikan kondisi syarat
peserta didik; c). Kriteria yang digunakan dalam penliaian.
Pengembangan model pembelajaran inquiry social complexity (ISC)
pada matapelajaran kimia materi hidrolisis garam dan asam basa
to usersebagai berikut:
dirumuskan capaian dancommit
indikatornya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
a). Menjelaskan konsep asam dan basa serta kekuatannya dan
kesetimbangan pegionnya dalam larutan
i. Mengobservasi
dan
menginterpretasikan
fenomena
tentang
indikator asam basa dari bahan alam
ii. Menganalisis berbagai konsep asam basa, sifat asam basa dan teori
asam basa
iii. Menganalisis derajat keasaman (pH) dan reaksi asam basa
iv. Menganalisis tentang titrasi asam basa
v. Menghitung nilai Ka larutan asam lemah atau Kb larutan basa lemah
yang diketahui konsentrasi dan pHnya.
vi. Mengukur pH berbagai larutan asam lemah, asam kuat, basa lemah,
dan basa kuat yang konsentrasinya sama dengan menggunakan
indikator universal atau pH meter
vii. Menghubungkan larutan asam basa dengan beberapa indikator.
viii. Menyimpulkan perbedaan asam kuat dengan asam lemah serta basa
kuat dengan basa lemah
ix. Mengverifikasikan hasil pengamatan investigasi dengan literatur
x. Menilai pengetahuan tentang konsep asam basa dan titrasi asam
basa dalam kehidupan sehari-hari
b). Menganalisis trayek perubahan pH beberapa indikator yang
diektrak dari bahan alam melalui percobaan
i. Melakukan percobaan untuk membuat indikator asam basa dari
bahan alam dan melaporkannya
ii. Mengkomunikasikan hasil data percobaan asam basa dari bahan
alam dengan tepat
iii. Melakukan percobaan titrasi asam basa dan melaporkan hasil
percobaan
iv. Mengkomunikasikan titik ekivalen titrasi , membuat kurva titrasi
serta memilih indikator yang tepat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
v. Mengkomunikasikan konsentrasi pentiter atau zat yang dititrasi
dengan tepat
c). Menganalisis kesetimbangan ion dalam larutan garam dan
menghubungkan pH-nya
i. Mengobservasi
dan
menginterpretasikan
fenomena
tentang
kesetimbangan ion dalam larutan garam
ii. Menganalisis perubahan warna indikator lakmus merah dan lakmus
biru dalam beberapa larutan garam
iii. Meganalisis jenis-jenis garam yang mengalami hidrolisis
iv. Menghubungkan kesetimbangan ion dalam larutan garam dengan
pH larutan garam
v. Menyimpulkan sifat asam-basa dari suatu larutan garam
vi. Mengverifikasikan hasil pengamatan investigasi dengan literatur
vii. Menilai pengetahuan tentang konsep kesetimbangan ion/ tetapan
hirolisis (Kh) larutan garam dalam kehidupan sehari-hari
d). Melaporkan percobaan tentang sifat asam basa berbagai larutan
garam
i. Melakukan percobaan untuk memprediksi pH larutan garam
dengan menggunakan kertas lakmus/indikator universal/pH meter
dengan cermat
ii. Mengkomunikasikan hasil data percobaan sifat asam basa berbagai
larutan garam dengan tepat
iii. Mengkomunikasikan reaksi kesetimbangan ion dalam larutan
garam
iv. Mengkomunikasikan tentang derajat keasaman (pH) larutan garam
yang terhidrolisis dengan tepat
5). Develop Assesment Instruction
Pada langkah selanjutnya yakni menyusun alat penilaian hasil belajar
yang berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah kita susun pada
langkah sebelumnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Pada proses penyusunan alat tes keterampilan berpikir kritis dan berpikir
kreatif menggunakan langkah sebagai berikut (Budiyono, 2017):
a. Menyusun konstruk (Konsep) variabel yang diukur, menyusun
definisi operasional variabel, sub variabel dan menentukan
indikator-indikator pengukurannya. Pada langkah pertama ini juga
menggunakan test yang mengukur keterampilan berpikir kritis dan
berpikir kreatif.
b. Berdasarkan pada konstruk, definisi operasional dan indikator
maka dilakukan penyusunan kisi-kisi instrumen yang bertujuan
untuk mengukur konstruk keterampilan berpikir kritis dan berpikir
kreatif peserta didik. Pada tes keterampilan berpikir kritis dan
kreatif menggunakan instrument pada materi asam basa dan
hidrolisis garam pada 180 peserta didik untuk mengetahui indikator
konstruk yang telah disusun apakah dapat terukur dengan
instrumen yang telah dirumuskan.
c. Menyusun butir-butir instrumen berdasarkan indikator yang
ditetapkan pada penelitian pengembangan model pembelajaran
Inquiry social complexity (ISC) untuk memberdayakan critical and
creative thinking (CCT) skills.
d. Melakukan validitas isi (Content Validity) terkait dengan kisi-kisi
dan butir-butir instrumen kepada ahli (Expert) yang terkait hingga
disetujuinya kisi-kisi dan butir-butir instrument tersebut. Pada
tahap ini di berikan kepada 1 ahli evaluasi pembelajaran yakni : Dr.
Sri Yamtinah, S.Pd.,M.Pd.
Tabel 3.5. Kriteria validasi ahli didasarkan pada
perhitungan rumus:
No
Skor Siswa
Kategori
Ė…
1
Sangat Baik
𝑋 ≥ 𝑋 + 1. 𝑆ðĩ𝑖
2
Baik
𝑋Ė… + 1. 𝑆𝑏𝑖 > 𝑋 ≥ 𝑋Ė…
3
Cukup Baik
𝑋Ė… > 𝑋 ≥ 𝑋Ė… − 1. 𝑆ðĩ𝑖
4
Kurang Baik
𝑋 < 𝑋Ė… − 1. 𝑆ðĩ𝑖
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Keterangan :
X : Perolehan Skor
1
𝑋Ė… :rerata ideal = 2 (𝑠𝑘𝑜𝑟 max 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 + 𝑠𝑘𝑜𝑟 min 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙)
1
𝑆ðĩ𝑖:Simpangan baku ideal= 6 (𝑠𝑘𝑜𝑟 max 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 min 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙)
Skor max ideal: Skor max x jumlah butir penilaian
Skor min ideal: Skor min x jumlah butir penilaian
(Djemari Mardapi, 2012)
e. Melakukan uji coba terhadap butir-butir instrumen untuk melihat
kelayakan butir. Pada tahap ini digunakan 180 siswa MA kota
Surakarta untuk diketahui butir-butir yang layak digunakan sebagai
instrumen penelitian.
f. Melakukan analisis terhadap butir instrumen untuk mendapatkan
butir-butir yang baik. Pada tahap ini untuk tes keterampilan
berpikir kritis dan berpikir kreatif.
g. Melakukan revisi terhadap butir yang dinilai kurang baik pada
langkah sebelumnya, kemudian mengujicobakan kembali hasil
revisi dari instrumen tersebut hingga memenuhi kriteria untuk
mewakili keseluruhan indikator yang ditetapkan pada penelitian
tersebut.
h. Menetapkan instrumen (yang terdiri dari butir-butir instrumen yang
memenuhi kriteria).
i. Setelah menetapkan instrument yang memenuhi kriteria menurut
ahli maka selanjutnya menganalisis daya beda instrumen
penelitian. Suatu butir soal memiliki daya beda yang baik jika
kelompok peserta didik kelompok atas menjawab benar butir soal
lebih banyak dari pada kelompok peserta didik yang kelompok
rendah. Dengan demikian daya beda butir soal dapat digunakan
untuk membedakan peserta didik yang pandai dan tidak pandai.
Terdapat beberapa cara untuk mengukur daya beda, namun dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
penelitian ini untuk mengetahui daya pembedanya dapat digunakan
rumus cara korelasi biserial titik :
𝐷 = 𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 =
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√(𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 )(𝑛 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2 )
dengan:
rpbis
n
X
Y
: indeks daya pembeda
: banyaknya subyek yang dikenai tes
: skor untuk butir
: total skor
(Budiyono, 2017)
Setelah dilakukan uji analisis terhadap daya beda butir soal maka
selanjutnya dilakukan uji analisis terhadap tingkat kesukaran.
Tingkat kesukaran butir soal menyatakan proporsi banyaknya
peserta yang menjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh
peserta tes. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
P=
S
S maks
Keterangan:
P = indeks tingkat kesulitan
SĖ… = rerata untuk skor butir
Smaks = skor maksimum untuk butir tersebut
(Budiyono, 2017)
j. Mengestimasi koefisien reliabilitas instrumen yang ditetapkan
menurut patokan ahli yakni 0,70.
Reliabilitas tes uraian diukur menggunakan rumus Cronbach
alpha sebagai berikut:
ïƒĶ n ïƒķïƒĶ R (n − R) ïƒķ
r11 = 

 1 −
nst2 ïƒļ
ïƒĻ n −1 ïƒļ ïƒĻ
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
dengan :
r11 = koefisien reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
R = rerata skor total
st2 = variansi skor total
(Budiyono, 2017)
Jika, instrumen tidak memenuhi kriteria koefesian reliabilitas yang
ditetapkan maka butir-butir instrumen harus dilakukan penyusunan
kembali agar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Namun jika
instrumen telah memnuhi kriteria reliabilitas maka dilanjutkan
untuk validasi konstruk.
k. Melakukan validasi konstruks menggunakan software Lisrel untuk
mengetahui sejauh mana data empirik dilapangan mendukung
konstruk teoritis yang telah didefinisikan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah konstruk telah terpenuhi ataukah memang data
dilapangan tidak mendukung konstruk teoritis. Kriteria yang
digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan
sesuai dengan data lapangan apabila nilai : p ≥ α, nilai α = 0,05,
kemudian nilai goodness of fit indices(GFI) ≥ 0,90, kemudian nilai
adjusted goodness of fit index (AGFI) ≥ 0,90 dan nilai root mean
square error of approximation (RMSEA) ≤ 0,08 (Budiyono, 2019).
Pada uji statistik menggunakan chi-square susunan hipotesisinya
menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya adalah
sebagai berikut :
H0: model fit (cocok) dengan data empirik dilapangan
H1: model tidak fit (tidak cocok) dengan data empirik dilapangan
Jika memenuhi kriteria di atas maka artinya menerima hipotesis nol
dan sebaliknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
6). Develop Instructional Strategy
Pada langkah ini tentang menyusunan strategi pembelajaran dalam
mencapai sebuah pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Strategi
instruksional merupakan cara penyampaian, cara mengurutkan dan
mengelompokan isi materi pembelajaran, mendeskripsikan komponen
yang akan dimasukan dalam proses pembelajaran, penentuan kelompok
peserta didik menurut sebuah cara yang telah dipilih, membuat urutan
pembelajaran dan memilih media yang digunakan untuk menyampaikan
dalam pembelajaran (Dick, Carey, & Carey, 2009).
Ada 5 tahap komponen belajar yang merupakan strategi instruksional
secara lengkap menurut Dick et al (2009) yakni :
a. Tahap awal pembelajaran
b. Penyajian isi
c. Partisipasi peserta didik
d. Penilaian
e. Kegiatan tindak lanjut
Kelima
tahap
tersebut
merupakan satu
kesatuan
dari
strategi
pembelajaran. Pada tahap awal pembelajaran terdiri dari menarik
perhatian, mengingatkan keterampilan prasyarat dan menjelaskan,
kemudian untuk tahap presentasi isi terdiri dari memberikan bimbingan
belajar dan menjelaskan isi. Pada tahap ke-3 yakni partisipasi peserta
didik yang meliputi umpan balik dan latihan, setelah tahap ini maka
lanjut pada tahap penilaian yang meliputi tentang tes keterampilan awal,
tes awal dan tes akhir. Pada tahap terakhir yakni tahap kegiatan tindak
lanjut yang berisi tentang pengulasan kembali materi yang sudah dilalui
dan diberikan contoh untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
terkait materi yang sudah dipelajarinya (Suparman, 2012).
Pada tahap develop instructional strategy ini dilakukan pengembangan
penyusunan sintaks model Inquiry Social Complexity (ISC) yang
merupakan produk model pembelajaran yang dikembangkan melalui
commit teori
to useryang sesuai dengan paradigma
tahapan sebelumnya, kajian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
pembelajaran dan analisis masalah dan kebutuhan yang dilakukan pada
tahapan sebelumnya. Dalam pengembangan model pembelajaran terdapat
beberapa unsur pembelajaran yang tidak boleh ditinggalkan menurut
(Joyce, Weil, & Calhoun (2016);
(1). Syntax; langkah-langkah operasioal dalam pembelajaran;
(2). Social system; suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran;
(3). Principles of Reaction; memberi gambaran kepada guru tentang
bagaimana memandang dan merespon pertanyaan siswa;
(4). Support system; Sarana dan prasarana serta lingkungan belajar yang
mendukung model pembelajaran tersebut;
(5). Instructional and nurturent effects; hasil pengiring atau hasil yang
akan dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.
Pada penyusunan model pembelajaran inquiry social complexity (ISC)
menggunakan panduan menurut Joyce et al (2009) yang harus memuat
ke-5 unsur yang di usulkannya agar model pembelajaran yang
dikembangkan dapat menjadi sebuah model yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Setelah dilakukan penyusunan sintaks dan aktivitas belajar peserta didik
maka dilakukan validasi kepada pakar ahli model pembelajaran, pada
tahap ini ahli yang terlibat adalah Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd.
Kriteria validasi ahli yang digunakan yakni pada Tabel 3.5.
7). Develop and Select Instructional Materials
Pada pengembangan model inquiry social complexity (ISC) merupakan
pengembangan bahan instuksional kompilasi yang merupakan sistem
pembelajaran tatap muka. Pada sistem ini dimaksudkan adalah kompilasi
antara bahan isntruksional dengan pengajar yang saling mengisi/ yang
tidak ada pada bahan instuksional maka diisi oleh pengajar.
Segala kekurangan yang ada pada bahan instruksional diisi oleh pengajar,
oleh karena itu kompleks tidaknya kegiatan pengajar tergantung pada
commit
to telah
user disusun sebelumnya.
relevansi bahan instruksional
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Berikut adalah langkah yang digunakan pendesain instruksional dalam
mengembangkan bahan kompilasi menurut Suparman (2012):
a) Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang kebetulan ada
dilapangan dan relevan dengan strategi instuksional. Bahan dapat
berupa media cetak, media non cetak atau kombinasi keduanya.
b) Menyusun bahan tersebut sesuai dengan tujuan urutan instruksional
dan urutan tahapan instruksional yang terdapat dalam strategi
instruksional.
c) Mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak dapat diperoleh dari
lapangan, untuk diatasi dengan menyediakan bahan penyajian
mengajar misalnya, dalam bentuk powerpoint atau video.
d) Menyusun program pengajaran
e) Menyusun petunjuk cara mempelajari bahan instruksional yang
dibagikan kepada peserta didik.
f) Menyusun bahan lain, bila masih diperlukan pengajar yang berupa
bahan presentasi gambar, bagan dan semacamnya.
g) menyusun bahan penilaian hasil belajar dan kunci jawabannya.
Setelah mengembangkan bahan instruksional yang berbentuk kompilasi
maka dikembangkan 2 macam pedoman yakni: panduan peserta didik
dan panduan pengajar. Pada panduan peserta didik berisi tentang cara
penggunaan bahan belajar dan daftar kegiatan yang harus dilakukan
secara berurutan setiap unit pelajaran atau pertemuan yang berupa
program pengajaran yang diterima pada awal pembelajaran. Kemudian
untuk panduan pengajar berisi tentang : petunjuk memberikan motivasi,
petunjuk cara membimbing peserta didik dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya, petunjuk menggunakan bahan instruksional, petunjuk
memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam menyelasaikan setiap
latihan dan cara menyelenggarakan tes awal, test selama proses
instruksional dan test akhir. Pada tahapan ini dilakukan validasi ahli
kepada ahli materi dan ahli design grafis untuk mengetahui kecocokan
commit to userdan kemenarikan produk terhadap
magteri dengan produk pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
praktisi. Ahli yang terlibat sebagai ahli materi adalah Prof. Drs. Sulistyo
Saputro, M.Si.,Ph.D. sedangkan ahli design grafis yang terlibat pada
tahap ini adalah Dr. M. Masykuri, M.Si. Kriteria validasi ahli yang
digunakan yakni pada Tabel 3.5.
8). Revise Instruction
Langkah Revise Instruction dimaksudkan untuk melakukan revisi pada
instruksional apabila terdapat ketidaksesuaian pada salah satu tahap yang
telah dilakukan dalam penyusunan instruksional. Tahap revisi dapat
dilakukan
jika
data
wawancara
tidak
sesuai
dengan
bahan
pembelajaranyang dikembangkan menurut praktisi yakni pengajar atau
peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar kesesuaian bahan pembelajaran
yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ada dilapangan,
kemudian setelah dilakukan revisi maka dilakukan penyusunan prototipe
produk.
Setelah dilakukan penyusunan prototipe produkmaka dilakukan validasi
yang dilakukan oleh pakar (experts judgment), para pakar memberikan
masukan dan saran yang menjadi bahan revisi peneliti untuk digunakan
uji awalnya, pada tahap ini diberikan instrumen penilaian untuk
mengetahui seberapa jauh prototipe produk dapat dilanjutkan pada tahap
selanjutnya, hasil revisi dari prototipe produk ini yang akan menjadi
produk awal yang akan dilakukan ujicoba terhadap pengguna produk.
Pada tahap ini dilakukan validasi Bahasa terhadap ahli Bahasa untuk
mengetahui
kesesuaian
Bahasa
yang
digunakan
dalam
produk
pengembangan, pada tahap ini ahli yang terlibat adalah Prof. Dr. Suyitno,
M.Pd. Kriteria validasi ahli yang digunakan yakni pada Tabel 3.5. Setelah
validasi isi telah selesai dilakukan sesuai dengan prosedur dan
revisinyamaka dilanjutkan dengan uji coba produk.
c. Uji coba dan revisi produk
Pada tahap ini Barg and Gall (1983) membedakan uji coba kedalam uji
to user
coba terbatas, uji coba commit
skala luas
dan uji coba kelayakan, namun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
adakalanya sebelum dilakukan uji coba terbatas dilakukan uji coba
perorangan.
Pada uji coba perorangan prototipe produk di ujicobakan kepada beberapa
peserta didik untuk mempelajari produk yang dibuat dan mengetahui
kepraktisan produk hasil pengembangan, dan dilakukan wawancara
terhadap peserta didik sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan
produk. Pada uji coba perorangan akan didapatkan masukan atau revisi
mengenai produk yang dikembangkan oleh karena itu dilakukan revisi
terhadap produk pengembangan. Pada tahap ini juga dilakukan analisis
deskriptif apakah produk layak untuk digunakan pada tahap selanjutnya.
Pada uji coba perorangan dilakukan pada 20 orang siswa kelas XI MA
Kota Surakarta pada bulan Februari 2019.
Analisis respon peserta didik dan guru berbentuk cheklist untuk
mengetahui kepraktisan model yang di kembangkan dengan masingmasing kriteria menurut (Riduwan, 2013) yaitu:
Tabel 3.9 Kategori Penilaian Kepraktisan Model
Presentase Skor
0≤Ps<21
21≤Ps<41
41≤Ps<61
61≤Ps<81
81≤Ps<100
𝑃𝑠(%) =
Kategori
Tidak baik
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat baik
ð―ð‘Ē𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ð‘Ē𝑚𝑝ð‘Ē𝑙𝑎𝑛 ð‘‘ð‘Žð‘Ąð‘Ž
ð‘Ĩ100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 ð‘˜ð‘Ÿð‘–ð‘Ąð‘’ð‘Ÿð‘–ð‘Ž
Keterangan :
Ps
= Presentase sub variabel
Kriteria
= skor tertinggi x jumlah aspek x jumlah responden
Setelah dilakukan revisi berdasarkan masukan dan hasil dari uji coba
perorangan maka kemudian dilakukan uji skala luas, pada uji ini dilakukan
kepada satu kelas untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan
commit to user
sudah sesuai dengan spesifikasi
di penelitian awal pengembangan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
kemudian dilakukan analisis terhadap keterlaksaan sintaks model
pembelajaran ISC, pengukuran social complexity dan keefektifannya
dalam memberdayakan CCT skills, dan pada tahap ini juga dilakukan
analisis deskriptif dengan kriteria apakah produk yang dikembangkan
layak untuk digunakan pada tahap selanjutnya.. Pada uji coba skala luas ini
juga
digunakan
instrumen
untuk
mengukur
seberapa
signifikan
memberdayakan kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik yang
menjadi pokok tujuan pengembangan, dilakukan menggunakan soal
pretets dan postest, yang kemudian di analisis menggunakan uji-t. Jika
didapat nilai yang signifikan maka dapat dilanjutkan ketahap selanjutnya,
namun jika dirasa belum maksimal maka dapat dilakukan refleksi kembali
sampai pada tujuan yang diinginkan peneliti, sehingga kesempurnaan
produk akan didapat dan dapat dilanjutkan pada tahap selanjutnya.
Analisis keterlaksaan sintaks model pembelajaran ISC berbentuk cheklist
dengan kriteria menurut (Riduwan, 2013) yaitu:
Tabel 3.10 Kategori Penilaian Keterlaksanaan sintaks ISC
Perolehan Skor
0≤ Ė…
𝑋≤1
1< 𝑋Ė… ≤ 2
2< 𝑋Ė… ≤ 3
3< 𝑋Ė… ≤ 4
Kriteria
Tidak efektif
Kurang efektif
Efektif
Sangat efektif
Keterangan :
𝑋Ė… = Rerata skor penilaian keterlaksanaan sintaks
Kemudian untuk analisis pengukuran social complexity peserta didik selama
pembelajaran menggunakan penilaian teman sebaya yang berupa angket
checklist dengan kriteria menurut (Ridwan 2013) yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Tabel 3.11 Kategori Penilaian Social Complexity
Perolehan Skor
Ė…≤1
0≤ 𝑋
1< 𝑋Ė… ≤ 2
2< 𝑋Ė… ≤ 3
3< 𝑋Ė… ≤ 4
Kriteria
Tidak Baik
Kurang Baik
Baik
Sangat Baik
Keterangan :
𝑋Ė… = Rerata skor penilaian social complexity
Pada uji coba skala luas juga dilakukan analisis menggunakan uji-t
berpasangan (paired t-test) untuk melihat apakah model pembelajaran ISC
produk pengembangan efektif memberdayakan CCT skills. Uji coba skala
skala luas dilakukan pada sekolah MAN 2 kelas XI pada bulan februari
2019 menggunakan 1 kelas pada uji coba skala luas.
Perlakuan
pada
tahap
ini
seperti
penelitian eksperimental
yakni
menggunakan eksperimen, dimana pada kelas eksperimen menggunakan
model hasil pengembangan dan diberikan pretest sebelum menggunakan
produk kemudian diberikan posttest setelah menggunakan produk untuk
melihat dampak yang terjadi setelah pembelajaran menggunakan produk
hasil pengembangan yakni model pembelajaran ISC. Berikut rancangan
perlakuan pada tahap uji coba skala luas:
Tabel 3.12. Rancangan one group pretest-postest design
Test Awal (Pretest)
Perlakuan
Test Akhir (Postest)
T1
X
T2
T1 = Pretest (test awal)
X = Perlakuan model ISC
T2 = Postest (Test Akhir)
(Budiyono, 2017)
Analisis data yang digunakan untuk melihat efektivitas penggunaan model
ISC untuk memberdayakan CCT skilss peserta didik yang diukur dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
menggunakan pretest dan postest di gunakan uji t, tetapi sebelum diuji t harus
diuji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas dan homogeitas.
a). Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau
tidak. Pada peneltian ini uji normalitas menggunakan PASW Statistics 16.
Hasil uji normalitas menggunakan hasil pada kolmogorov-smirnova. Caranya
adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : data berdistribusi secara normal
H1 : data tidak berdistribusi secara normal
Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai p yang diperoleh lebih besar
dari α = 0,05 (p > 0,05) sehingga Ho diterima.
b). Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan variansi data.
Pada peneltian ini uji homogenitas menggunakan PASW Statistics 16.
Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : variansi data homogen
H1 : variansi data tidak homogen
Data dikatakan homogen jika nilai p yang diperoleh lebih besar dari α =
0,05 (p > 0,05) sehingga Ho diterima.
c). Uji-t
ð‘Ą=
Ė…Ė…Ė…1 − Ė…Ė…Ė…
(𝑋
𝑋2 ) − 𝑑0
𝑠𝑑 /√𝑛
~ð‘Ą(𝑛 − 1)
Keterangan:
Ė…Ė…Ė…
𝑋1 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis/berpikir kreatif sampel postest
Ė…Ė…Ė…
𝑋2 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis/berpikir kreatif sampel pretest
𝑑0 = selisih rata-rata keterampilan berpikir kritis/berpikir kreatif
sd= deviasi baku pada sampel
𝑛
= Jumlah sampel
Dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : 𝜇2 ≤ 𝜇1 (nilai postest tidak
lebihtobaik
commit
userdari nilai pretest)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
H1 : 𝜇2 > 𝜇1 (nilai posttest lebih baik dari nilai pretest)
(Budiyono, 2016).
3. Tahap pengujian keampuhan produk
Pada tahap ini dapat digambarkan bagaimana produk yang dibuatnya
di akui keunggulannya dibandingkan produk yang sudah ada dan biasa
digunakan di tempat penelitian yakni model discovery learning.
Perlakuan pada tahap ini seperti penelitian eksperimental yakni
menggunakan kelas kontrol dan eksperimen, dimana pada kelas
eksperimen menggunakan model hasil pengembangan dan pada kelas
kontrol menggunakan model yang sudah ada yakni discovery learning,
kemudian dibandingkan apakah ketrampilan berpikir kritis dan kreatifnya
lebih baik kelas eksperimen atau kelas kontrol.
Dapat digunakan design penelitian pretest-postest control group
design yang disajikan pada Tabel 3.13 berikut.
Tabel 3.13. Rancangan pengujian model
Kelompok
Tes awal
Perlakukan
Tes akhir
R
T1
X
T2
R
T3
T4
Keterangan:
R
: kelompok eksperimen dan kontrol yang diambil secara cluster
random
T1,T3 : pretest
X
: perlakuan produk baru
T2,T4 : postest
(Budiyono, 2017)
Pada uji keampuhan produk populasinya adalah seluruh siswa Kelas XI
IPA MA Kota Surakarta yang di ambil menggunakan cluster random
sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang akan
digunakan dalam uji keampuhan produk. Uji keampuhan produk dilakukan
di MAN 2, MA Al- Islam, MA Al-Muayad Kota Surakarta pada Bulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Maret-Mei 2019 untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti
hingga kesempurnaan produk pengembangan.
Instrumen yang digunakan pada tahap uji keampuhan produk:
1). Tes critical and creative thinking (CCT) skills
Metode tes critical and creative thinking (CCT) skills digunakan untuk
mengukur seberapa diberdayakan critical and creative thinking (CCT) skills
peserta
didik
sebelum
dan
sesudah
menggunakan
produk
hasil
pengembangan. Soal yang digunakan dalam tes meliputi 11 soal uraian untuk
mengukur critical and creative thinking (CCT) skills siswa pada materi asam
basa, sedangkan pada materi hidrolisis garam digunakan 11 soal uraian untuk
mengukur critical and creative thinking (CCT) skills siswa.
Analisis data critical and creative thinking (CCT) skills peserta didik
yang diukur dengan menggunakan pretest dan postest. Untuk melihat
keunggulan penggunaan model maka di gunakan uji t, tetapi sebelum diuji t
harus diuji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas dan homogeitas.
a). Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau
tidak. Pada peneltian ini uji normalitas menggunakan PASW Statistics 16.
Hasil uji normalitas menggunakan hasil pada kolmogorov-smirnova. Caranya
adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : data berdistribusi secara normal
H1 : data tidak berdistribusi secara normal
Data dikatakan normal jika nilai p yang diperoleh lebih besar dari α = 0,05
(p > 0,05) sehingga Ho diterima.
b). Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan variansi data.
Pada peneltian ini uji homogenitas menggunakan PASW Statistics 16.
Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : variansi data homogen
commit to user
H1 : variansi data tidak homogen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Data dikatakan homogen jika nilai p yang diperoleh lebih besar dari α =
0,05 (p > 0,05) sehingga Ho diterima.
c). Uji-t
t=
(X
1
sp
s 2p =
− X 2 ) − d0
1 1
+
n1 n2
~ t ( n1 + n2 − 2 )
( n1 − 1) s12 + ( n2 − 1) s22
n1 + n2 − 2
dengan keterangan:
Ė…Ė…Ė…
𝑋1 = Rata-rata critical and creative thinking (CCT) skills sampel ke-1
Ė…Ė…Ė…
𝑋2 = Rata-rata critical and creative thinking (CCT) skills sampel ke-2
𝑠12 = varians sampel ke-1
𝑠22 = varians sampel ke-2
𝑛1 = Jumlah sampel ke-1
𝑛2 = Jumlah sampel ke-2
Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2 (Rerata CCT yang menggunakan model ISC tidak lebih baik
dari pada model DL)
H1 : 𝜇1 > 𝜇2 (Rerata CCT yang menggunakan model ISC lebih baik dari
pada model DL)
(Budiyono, 2016).
2). Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan pada saat pengumpulan data dengan
mengambil dari dokumen-dokumen yang telah ada, pada penelitian ini di ambil
dari nilai ujian harian peserta didik dan juga hasil UN pada materi kimia.
Dokumentasi juga diambil sebagai bukti penelitian dan juga dibuat video pada
saat
melakukan
pembelajaran
menggunakan
model
hasil
produk
pengembangan sebagai bahan referensi cara penggunaan model hasil
pengembangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
4. Tahap diseminasi dan implementasi
Tahap terakhir dari penelitian pengembangan ini adalah mempublikasikan
hasil pengembangan secara ilmiah dan melalui publikasi di jurnal ilmiah.
Harapan dari tahapan ini yaitu produk yang dikembangkan dapat digunakan
dalam keadaan riil dengan menawarkan produk yang telah dihasilkan kepada
pengguna, peneliti juga dapat memonitor penggunaan produk yang dihasilkan
dan juga digunakan sebagai bahan perbaikan untuk dimasa mendatang
(Budiyono, 2017).
commit to user
Download