MAKALAH “KEPAILITAN” DISUSUN OLEH : DELLA PUTRI SARI 19134024 FALKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020/2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita rahmat hidayah serta nikmatnya sehingga kita masih setia dijalanya. Serta salam dan shalawat tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang senantiasa membimbing kita kejalan kebenaran. Dan tak lupa kami hantarkan rasa syukur karena masih diberikan kesempatan untuk menyusun sebuah tugas kuliah yang berbentuk makalah yaitu “KEPAILITAN”. Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk mengetahui Tentang Aspek Hukum dalam bisnis penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang saya perbuat, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritikan dan masukan untuk menyempurnakan tugas atau makalah ini. Demikian tugas ini saya buat semoga bermamfaat bagi kita semua khusunya saya pribadi dalam menyelesaikan tugas dan mata kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis. Penulis Padang, 22 Desember 2020 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….1 DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..2 BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..3 A. Latar Belakang………………………………………………………………….3 B. Rumusan masalah…………………………………………………………….3 C. Tujuan penelitian………………………………………………………………4 BAB II PEMAHASAN……………………………………………………………………………5 A. B. C. D. E. F. G. Pengertian dan Dasar Hukum Kepailitan……………..…………..5 Prosedur Pengajuan Kepailitan…………………………………………6 Akibat Hukum Penyataan Pailit………………………………………..6 Kurator……………………………………………………………………………..7 Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang……………………….7 Pengadilan Niaga……………………………………………………………...8 Kasasi dan Peninjauan Kembali……………………………………..….8 BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………9 A. KESIMPULAN……………………………………………………………………..9 B. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..10 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kepailitan merupakan sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas. Kepailitan sering dikaitkan dengan masalah utang piutang antara pihak yang disebut sebagai debitor yang memiliki piutang dengan pihak yang disebut kreditor. Adapun permasalahan yang dimaksud adalah adanya ketidakmampuan debitor dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar utangnya kepada kreditor. Dalam Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Nomor 37 Tahun 2004 (UUKPKPU), dijelaskan mengenai pengertian kreditor dan debitor Debitor pada dasarnya, adalah “orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan”. Sedangkan pengertian kreditor adalah “orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undangundang yang dapat di tagih dimuka pengadilan”. Dalam kepailitan, terdapat beberapa pengertian terkait definisi dari utang itu sendiri. Dalam UUKPKPU utang didefinisikan sebagai kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor. Putusan pailit dapat dijatuhkan kepada debitor apabila tidak mampu membayar satu atau lebih utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Jumlah kreditor dari si debitor sendiri minimal dua orang dan bisa lebih. Apabila jumlah kreditor hanya satu orang dan kemudian terjadi sengketa, maka sengketa perjanjian utang-piutang tersebut dapat diselesaikan dengan gugatan wanprestasi terhadap debitor melalui jalur peradilan. Hal tersebut yang membedakan antara gugatan wanprestasi dan permohonan paili. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian dan Dasar Hukum Kepailitan? 2. Bagaimana Prosedur Pengajuan Kepailitan? 3. Apa yang dimaksud dengan Akibat Hukum Penyataan Pailit? 4. Apa yang dimaksud dengan Kurator? 5. Apa yang dimaksud dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang? 6. Apa yang dimaksud dengan Pengadilan Niaga? 7. Apa yang dimaksud dengan Kasasi dan Peninjauan Kembali? C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengertian dan Hukum Kepalitan 2. Untuk mengetahui bagaimana Prosedur Pengajuan Kepailitan 3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Akibat Hukum Penyataan Pailit 4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan curator 5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengadilan Niaga 7. Untuk mengerahui apa yang dimaksud dengan Peninjauan Kembali BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Dasar Hukum Kepailitan 1. PENGERTIAN KEPALITAN Pailit dapat diartikan debitor dalam keadaan berhenti membayar hutang karena tidak mampu. Kata Pailit dapat juga diartikan sebagai Bankcrupt. Kata Bankrupt sendiri mengandung arti Banca Ruta, dimana kata tersebut bermaksud memporak-porandakan kursi-kursi, adapun sejarahnya mengapa dikatakan demikian adalah karena dahulu suatu peristiwa dimana terdapat seorang debitor yang tidak dapat membayar hutangnya kepada kreditor, karena marah sang kreditor mengamuk dan menghancurkan seluruh kursi-kursi yang terdapat di tempat debitor. Menurut Siti Soemarti Hartono Pailit adalah mogok melakukan pembayaran. Sedangkan Pengertian Kepailitan berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004 adalah sita umum terhadap semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh seorang kurator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana yang diatur oleh Undang-undang. Kartono sendiri memberikan pengertian bahwa kepailitan adalah sita umum dan eksekusi terhadap semua kekayaan debitor untuk kepentingan semua kreditornya. 2. DASAR HUKUM KEPALITAN Hukum Kepailitan adalah suatu bidang ilmu Hukum yang khusus diadakan sebagai salah satu sarana hukum untuk penyelesaian utang piutang. Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (biasa disebut “UU Kepailitan“), Kepailitan adalah Sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas. Dasar-dasar hukum: Faillissements Verordening stbl 1905: 217 jo. Stbl 1906: 348. Undang Undang Kepailitan No . 4 Tahun 1998 Undang Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 Undang Undang Perseroan Terbatas Undang Undang Pasar Modal Undang Undang Hak Tanggungan B. Prosedur Pengajuan Kepailitan Prosedur pengajuan permohonan pailit diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 10 UU K-PKPU, kemudian mengenai prosedur Upaya Hukum setelah putusan dijatuhkan, diatur dalam Pasal 11 sampai dengan pasal 14 UU K-PKPU. Keterangan: 1. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan; 2. Panitera mendaftarkan permohonan pernyataan pailit pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan, dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran. 3. Panitera wajib menolak pendaftaran permohonan pernyataan pailit bagi institusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) UU K-PKPU jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut; 4. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan paling lambat 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan; 5. Pengadilan mempelajari permohonan dan menetapkan hari sidang; 6. Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan; 7. Atas permohonan Debitor dan berdasarkan alasan yang cukup, Pengadilan dapat menunda penyelenggaraan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sampai dengan paling lambat 25 (dua puluh lima) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Permohonan pengajuan permohonan pailit tersebut harus diajukan oleh seorang advokat kecuali dalam hal permohonan diajukan oleh Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, dan Menteri Keuangan. C. Akibat Hukum Penyataan Pailit 1. Kompensasi Utang dapat dilakukan asalkan dengan tidak baik dan transaksi yg menimbulkan utang terjadi sebelum Debitur dinyatakan pailit; 2. Kontrak timbal balik antara Kreditur dengan Debitur Pailit yg dibuat sebelum keputusan pailit dapat dilanjutkan, sebaliknya kontrak yg dibuat setelah keputusan pailit tidak dapat dilanjutkan; 3. Pembatalan tindakan Debitur yang akan mengakibatkan merugikan Kreditur. 4. Berlaku sitaan umum terhadap harta Debitur Pailit; 5. Kepailitan berlaku thd suami atau istri yang menikah atas dasar persatuan harta; 6. Debitur kehilangan Hak untuk mengurus hartanya; 7. Karyawan dapat di PHK 8. Debitur Pailit dpt disandera kena dan paksaan badan; 9. Penyaderaan dan pencekalan berlaku juga untuk Direksi Perusahaan yg dinyatakan pailit; 10. Perkara pengadilan ditangguhkan atau diambil alih oleh Kurator 11. Gugatan Hukum harus dilakukan oleh atau terhadap Kurator. D. Kurator Yang dapat menjadi curator adalah: 1. Perseorangan atau Persekutuan Perdata yg berdomisili di Indonesia, memiliki keahlian khusus yg dibutuhkan dlm rangka mengurus atau membereskan harta pailit; dan telah terdaftar pada kementerian yg lingkup dan tentang jawabnya di bid. Hukum dan peraturan perundang-undangan. 2. Balai Harta Peninggalan: Dalam hal Debitor, Kreditor, atau pihak yang berwenang mengajukan permohonan pernyataan pailit tidak mengajukan usul pengangkatan Kurator kepada Pengadilan. Tugas kurator: 1. Melakukan pengurusan atau pemberesan harta pailit (boedel pailit); 2. Melakukan perhitungan utang debitur dan jika dirasakan mampu melakukan pembayaran utang debitur pailit; 3. Melakukan penyegelan thd harta pailit dengan seizin Hakim Pengawas. E. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU pada Pasal 222 ayat (2) disebutkan bahwa,“Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.” Meski tak dijabarkan secara jelas dalam Undang-Undang, namun PKPU dapat dipahami sebagai suatu upaya untuk mencapai kata mufakat antara debitur dengan kreditor berkenaan dengan penyelesaian utang-piutang. PKPU dapat pula dipahami sebagai suatu periode waktu tertentu yang diberikan kepada debitur dan kreditor yang ditetapkan melalui putusan pengadilan niaga guna membuat kesepakatan bersama terkait dengan cara pembayaran atau penyelesaian permasalahan utang-piutang diantara para pihak, baik seluruh atau sebagian utang juga kemungkinan dilakukannya restrukturisasi utang tersebut. Secara lebih sederhana, PKPU juga dapat diartikan sebagai moratorium legal yakni penundaan pembayaran utang yang diperkenankan oleh peraturan perundang-undangan guna mencegah terjadinya krisis keuangan yang semakin parah. Penundaan kewajiban pembayaran utang: Merupakan suatu masa yg diberikan UU melalui putusan hakim niaga di mana dlm masa tsb. Kpd pihak Kreditur dan Debitur diberi kesempatan utk memusyawarahkan cara-cara pembayaran utangnya dengan memberikan rencana pembayaran seluruh atau sebagian utangnya, termasuk jika perlu merestrukturisasi utangnya. Permohonan PKPU dpt diajukan oleh Debitur atau Kreditur utk kepentingan Debitur. F. Pengadilan Niaga Pengadilan Niaga adalah Pengadilan Khusus yang dibentuk di lingkungan peradilan umum yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perkara kepailitan dan penundaan kewajiban dan pembayaran utang. Pengadilan niaga di Indonesia merupakan alternatif penyelesaian sengketa di luar badan arbitrase. Fokus utama penanganan perkara seputar pembuktian, verifikasi utang, actio pauliana, penundaan utang, hak kekayaan intelektual (HaKI), dan sengketa kepailitan. Proses penyelesaian perkara melalui sistem peradilan niaga dinilai lebih adil, cepat, dan efektif. Pengadilan dapat memutuskan perkara pada tingkat pertama oleh hakim majelis. Adapun hukum acara yang digunakan selama pemeriksaan perkara yakni ketentuan Herziene Indonesisch Reglement/ Rechtsreglement Buitengewesten (HIR/R.BG). G. Kasasi dan Peninjauan Kembali Kasasi adalah pembatalan atas keputusan Pengadilan-pengadilan yang lain yang dilakukan pada tingkat peradilan terakhir dan di mana menetapkan perbuatan Pengadilanpengadilan lain dan para hakim yang bertentangan dengan hukum, kecuali keputusan Pengadilan dalam perkara pidana yang mengandung pembebasan terdakwa dari segala tuduhan, hal ini sebagaimana ditentukan dalam Pasal 16 UU No. 1 Tahun 1950 jo. Pasal 244 UU No. 8 Tahun 1981 dan UU No. 14 Tahun 1985 jo. UU No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Sebagaimana yang tertera di Pasal 20 ayat (2) UU No.48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, kasasi merupakan wewenang dari Mahkamah Agung Republik Indonesia. Kasasi lebih tepat diartikan "naik banding" ketimbang "banding". Bila Anda tidak puas dengan vonis dari Pengadilan Negeri, Anda bisa mengajukan kasasi ke Pengadilan Tinggi. Bila masih tidak puas dengan vonis dari Pengadilan Tinggi, dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Mahkamah Agung sebagai badan terakhir bagi kita untuk memperoleh keadilan. Peninjauan kembali atau disingkat PK adalah suatu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana (orang yang dikenai hukuman) dalam suatu kasus hukum terhadap suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dalam sistem peradilan di Indonesia. Putusan pengadilan yang disebut mempunyai kekuatan hukum tetap ialah putusan Pengadilan Negeri yang tidak diajukan upaya banding, putusan Pengadilan Tinggi yang tidak diajukan kasasi (upaya hukum di tingkat Mahkamah Agung), atau putusan kasasi Mahkamah Agung (MA). PK tidak dapat ditempuh terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap apabila putusan tersebut menyatakan bahwa terdakwa bebas. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Kepailitan berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004 adalah sita umum terhadap semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh seorang kurator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana yang diatur oleh Undang-undang. Kartono sendiri memberikan pengertian bahwa kepailitan adalah sita umum dan eksekusi terhadap semua kekayaan debitor untuk kepentingan semua kreditornya. Kepailitan merupakan sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas. Kepailitan sering dikaitkan dengan masalah utang piutang antara pihak yang disebut sebagai debitor yang memiliki piutang dengan pihak yang disebut kreditor. Adapun permasalahan yang dimaksud adalah adanya ketidakmampuan debitor dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar utangnya kepada kreditor. Hukum Kepailitan adalah suatu bidang ilmu Hukum yang khusus diadakan sebagai salah satu sarana hukum untuk penyelesaian utang piutang. DAFTAR PUSTAKA M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, Kencana, Jakarta, 2008 Wijanarto, Dampak Implementasi Undang-Undang Kepalitan Terhadap Sektor Perbankan, Jurnal Hukum Bisnis, Jurnal Hukum Bisnis, Yayasan pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 1999.