DISKUSI KASUS STASE MPI Sirosis Hepatitis e.c Hepatitis B Kronis Disusun oleh: dr. Hilyati Ajrina Amalina Pembimbing: Dr. dr. Umi Solekhah Intansari, M,Kes., Sp.PK (K) PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2021 I. KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. SS Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Lahir : 25-08-1958 (63 tahun) Alamat : DIY No RM : 01741075 Bangsal : Dahlia 2 Tgl Masuk RS : 12 September 2021 B. KELUHAN UTAMA BAB hitam HMRS C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien mengeluhkan BAB hitam pada HMRS. BAB hitam > 4x encer (+) seperti aspal, sekali BAB sekitar 1 gelas belimbing, nyeri perut (-) lendir (-) mual (-) muntah darah (-) mata kuning (-) perut semakin membesar (-) penurunan berat badan (-) D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU - Pasien penderita hepatitis B sejak 6 tahun yang lalu, terapi rutin Tenovofir 1x300 mg di RSS. Pasien terakhir melakukan Fibroscan pada Juni 2021 dengan hasil 53.9, sesuai metavir F4 (sirosis hati). - Riw HT (+) dengan Amlodipin 1x10 mg. - Dislipidemia (+) dengan Simvastatin 1x20 mg. - Riwayat alcohol (-) penggunaan jarum suntik (-) sex bebas (-) keluarga sakit kuning (-) konsumsi obat penghilang rasa sakit (-) - Riwayat BAB hitam sebelumnya (+) terakhir tahun 2019 dilakukan endoskopi didapatkan varises esofagus E. PEMERIKSAAN FISIK 1 Kondisi Umum : Baik, compos mentis Tanda Vital Tekanan Darah : 155/71 mmHg Nadi : 60 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36.2 ⁰ C, suhu aksila Sp O2 : 98 % GCS : E4V5M6 BB : 50 kg TB : 155 cm IMT : kg/m2 Pemeriksaan Organ Kepala : Inspeksi: sklera ikterik (-/-) konjungtiva pucat (+/+) sianotik (-) terpasang NGT dengan residu warna kehitaman (+) Leher : Inspeksi: tekanan vena jugular tak meningkat Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tak teraba massa Paru-paru : Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), retraksi (-), Palpasi: krepitasi (-) Perkusi: sonor (+) Auskultasi: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-) Jantung : Inspeksi: ictus cordis tak tampak Palpasi: ictus cordis teraba di spatium intercostalis 5 linea midclavicula sinistra Perkusi: kardiomegali (-) Auskultasi: S1, S2 tunggal Abdomen : Inspeksi: Cembung, distensi vena abdomen (-) Auskultasi: peristaltic (+) normal Perkusi: timpani di seluruh regio Palpasi: nyeri tekan (-), supel, hepar dan lien tidak teraba Ekstremitas : Inspeksi: edema (-), atrofi (-) 2 Palpasi: akral hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak edem CRT < 2 detik Rectal Toucher: tak tampak massa, tonus sfingter ani normal, tak teraba masa rectum, mukosa rectum licin, melena (+) F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium tanggal 12/9/2021 Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Hb 8.4 g/dl 12-15 AL 17.27 /µL 4.5-11.5 MCV 79.0 fL 80-94 MCH 27.1 Pg 26-32 SGOT/AST 36 U/L 15 - 37 SGPT/ALT 18 U/L 14 - 59 PPT 19.7 Detik 11.5-14.8 K 14.8 Detik APTT 34.8 Detik K 31.2 Detik INR 1.39 0.9-1.1 Kalium 2.79 Mmol/L 3.5-5.1 25.1-36.5 Pemeriksaan Laboratorium tanggal 06/09/2021 Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan SGOT/AST 45 U/L 15-37 SGPT/ALT 37 U/L 14-59 HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi Log IU/mL Tidak terdeteksi HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi Copies/mL Tidak terdeteksi HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi IU/mL Tidak terdeteksi Pemeriksaan Laboratorium Kimia tanggal 05/08/2020 Parameter Hasil Satuan 3 Nilai Rujukan HBsAg Reaktif Non Reaktif HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi Log IU/mL Tidak terdeteksi HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi Copies/mL Tidak terdeteksi HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi IU/mL Tidak terdeteksi Pemeriksaan Laboratorium tanggal 15/07/2019 Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan SGOT/AST 45 U/L 15-37 SGPT/ALT 37 U/L 14-59 HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi Log IU/mL Tidak terdeteksi HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi Copies/mL Tidak terdeteksi HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi IU/mL Tidak terdeteksi Pemeriksaan Laboratorium tanggal 17/04/2011 Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan HBV DNA Kuantitatif Hasil terpisah Log IU/mL Tidak terdeteksi HBV DNA Kuantitatif Hasil terpisah Copies/mL Tidak terdeteksi HBV DNA Kuantitatif Hasil terpisah IU/mL Tidak terdeteksi Pemeriksaan Laboratorium tanggal 23/10/2015 Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan SGOT/AST 45 U/L 15-37 SGPT/ALT 37 U/L 14-59 HBsAg Reaktif Gamma GT 226 U/L 7-64 Fosfatase Alkali 171 U/L 35-105 HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi Log IU/mL Tidak terdeteksi HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi Copies/mL Tidak terdeteksi HBV DNA Kuantitatif Tidak Terdeteksi IU/mL Tidak terdeteksi Non Reaktif Radiologi 4 USG Abdomen (21/04/21) - Tanda tanda fibrotik parenkim hepar tingkat sedang sampai precirrhotic - Tak tampak kelainanan pada vesica felea, lien, pancreas, kedua ren, vesica urinaria, maupun uterus. Tak tampak gambaran metastasis - Tak tampak limphadenopathy paraaorta USG Abdomen (14/02/17) - Tak tampak kelainan pada hepar, lien, pancreas, kedua ren, vesica urinaria maupun uterus. Tak tampak metastasis pada organ organ tersebut - Tak tampak limfadenopati paraaorta G. DIAGNOSIS AKHIR - Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas ec suspek rupture varises esofagus dengan problems : Anemia mikrositik hipokromik, Hipokalemia sedang - Sirosis Hepatis Child Pugh B ec Hepatitis B Kronik dalam terapi - Hipertensi Stage I belum terkontrol H. PENATALAKSANAAN Terapi - Infus NaCl 0.9% 20 tpm: Aminofluid 1:1 20 tpm - Inj PPI 2A dilanjutkan 1A/ 8 jam - Inj Cefotaxime 1gr/ 8 jam - Infus Premix KCl 50 mEq habis dalam 8 jam - Tab Tenofovir 1x300 mg - Tab Simvastatin 1x20 mg - Tab Amlodipin 1x10 mg - Tab Propranolol 3x10 mg Plan - Pemasangan NGT (evaluasi produk NGT) - Pemeriksaan MDT, Status Besi - Target Hb 8-9 gr/dl 5 - Diit cair bertahap : air gula >> susu >> bubur lunak (apabila produk NGT jernih) - Cukupi kebutuhan cairan 30cc per kg BB per hari - Monitor UOP 0.5-1cc per kg BB per jam II. PEMBAHASAN Hepatitis B Hepatitis adalah peradangan sel-sel hati, biasanya disebabkan infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak berlebih, dan penyakit autoimun. Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai virus seperti virus hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV), dan hepatitis E (HEV). Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui darah (penerima produk darah, pasien hemodialisa, pekerja kesehatan atau terpapar darah). Virus hepatiitis B ditemukan di cairan tubuh yang memiliki konsentrasi virus hepatitis B yang tinggi seperti semen, sekret servikovaginal, saliva, dan cairan tubuh lainnya sehingga cara transmisi hepatitis B yaitu transmisi seksual. Cara transmisi lainnya melalui penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa yaitu alat-alat yang tercemar virus hepatitis B seperti sisir, pisau cukur, alat makan, sikat gigi, tato, akupuntur, tindik, alat kedokteran, dan lain-lain. Cara transmisi lainnya yaitu transmisi maternal-neonatal, maternal-infant, akan tetapi tidak ada bukti penyebaran fekaloral. Occult Hepatitis B Infection (OBI) adalah suatu keadaan ditemukannya deoxyribose-nucleic acid (DNA) HBV pada pemeriksaan HbsAg negatif. Virus hepatitis B cenderung mengalami mutasi karena tidak memiliki sistem koreksi saat replikasi karena tidak adanya 3’,5’ exonuclease untuk mengkoreksi kesalahan insersi nukleotida saat transkripsi balik. Mutasi pada gen HBV dapat terjadi pada gen S, gen precore, gen core, dan gen polymerase. Pemeriksaan DNA-HBV dengan nested polymerase chain reaction (PRC) merupakan pemeriksaan gold standar OBI.1 6 Etiologi Virus hepatitis B adalah virus DNA berselubung ganda berukuran 42 nm memiliki lapisan permukaan dan bagian inti dengan masa inkubasi sekitar 60 sampai 90 hari. Terdapat 3 jenis partikel virus yaitu : (1) Sferis dengan diameter 17 – 25 nm dan terdiri dari komponen selubung saja dan jumlahnya lebih banyak dari partikel lain. (2) Tubular atau filamen, dengan diameter 22 – 220 nm dan terdiri dari komponen selubung. (3) Partikel virion lengkap atau partikel Dane terdiri dari genom HBV dan berselubung, diameter 42 nm. 1 Protein yang dibuat oleh virus ini bersifat antigenik serta memberi gambaran tentang keadaan penyakit (pertanda serologi khas) adalah : (1) Surface antigen atau HBsAg yang berasal dari selubung, yang positif kira-kira 2 minggu sebelum terjadinya gejala klinis. (2) Core antigen atau HBcAg yang merupakan nukleokapsid virus hepatitis B. (3) E antigen atau HBeAg yang berhubungan erat dengan jumlah partikel virus yang merupakan antigen spesifik untuk hepatitis B. 1 Setelah terinfeksi VHB, penanda virologis pertama yang terdeteksi dalam serum adalah HBsAg. HBsAg dalam sirkulasi mendahului peningkatan aktivitas aminotransferase serum dan gejala-gejala klinis dan tetap terdeteksi selama keseluruhan fase ikterus atau simtomatis dari hepatitis B akut atau sesudahnya. Pada kasus yang khas HBsAg tidak terdeteksi dalam 1 hingga 2 bulan setelah timbulnya ikterus dan jarang menetap lebih dari 6 bulan. Setelah HBsAg hilang, antibodi terhadap HBsAg (Anti-HBs) terdeteksi dalam serum dan tetap terdeteksi sampai waktu yang tidak terbatas sesudahnya. 1 Karena HBcAg terpencil dalam mantel HBsAg, maka HBcAg tidak terdeteksi secara rutin dalam serum pasien dengan infeksi VHB. Di lain pihak, antibodi terhadap HBcAg (anti-HBC) dengan cepat terdeteksi dalam serum, dimulai dalam 1 hingga 2 minggu pertama setelah timbulnya HBsAg dan mendahului terdeteksinya kadar anti-HBs dalam beberapa bulan. Karena terdapat variasi dalam waktu timbulnya anti-HBs setelah infeksi, kadang terdapat suatu tenggang waktu beberapa minggu atau lebih yang memisahkan hilangnya HBsAg dan timbulnya anti-HBs. Selama “periode jendela” (window period) ini, anti-HBc dapat menjadi 7 bukti serologi pada infeksi VHB yang sedang berlangsung, dan darah yang mengandung anti-HBc tanpa adanya HBsAg dan anti-HBs telah terlibat pada perkembangan hepatitis B akibat transfusi. Perbedaan antara infeksi VHB yang sekarang dengan yang terjadi di masa lalu dapat diketahui melalui penentuan kelas imunoglobulin dari anti-HBc. Anti- HBC dari kelas IgM (IgM anti-HBc) terdeteksi selama 6 bulan pertama setelah infeksi akut. Oleh karena itu, pasien yang menderita hepatitis B akut yang baru terjadi, termasuk mereka yang terdeteksi anti-HBc dalam periode jendela memilik IgM anti-HBc dalam serumnya. Pada pasien yang menderita VHB kronik, anti- HBc terutama dari kelas IgG yang terdapat dalam serum. Umumnya orang yang telah sembuh dari hepatitis B, anti-HBs dan anti-HBc nya menetap untuk waktu yang tidak terbatas. Gejala Klinis Gejala hepatitis B amat bervariasi dari tanpa gejala sampai gejala yang berat seperti muntah darah dan koma. Infeksi kronik ditandai oleh persistensi HBsAg dan anti HBc dan serum HBV DNA dapat terdeteksi lebih dari 6 bulan dengan menggunakan pemeriksaan non PCR. Pada hepatitis kronik B ada 3 fase yaitu fase imunotoleran, fase replikatif, dan fase integrasi. Pada fase imunotoleran akan didapatkan HBsAg serta HBeAg di dalam serum serta titer HBV DNA nya tinggi akan tetapi ALT normal. Pada fase ini gejala bisa timbul dan terjadi peningkatan aminotransferase yang nantinya akan diikuti dengan terdapatnya anti-HBe (serokonversi). Pada fase non replikatif akan ditemukan HBV DNA yang rendah dan anti-HBe positif. Fase non replikatif ini sering pula disebut dengan keadaan pengidap tidak aktif dan dapat pula terjadi pada keadaan ini resolusi hepatitis B sehingga HBsAg tidak terdeteksi lagi. Pada beberapa pasien dapat pula ditemukan serokonversi HBeAg yang diakibatkan oleh karena mutasi dari virus. Pada kelompok pasien ini mungkin pula akan ditemukan peningkatan kadar HBV DNA yang disertai pula peninggian ALT. Laboratorium 8 (dikutip dari Current Medical Diagnose and Treatment) Pada hepatitis B akut simptomatik pola serologisnya, HbsAg mulai timbul pada akhir masa inkubasi kira-kira 2-5 minggu sebelum ada gejala klinik dan titernya akan meningkat setelah tampak gejala klinis dan menetap selama 1-5 bulan. Selanjutnya titer HBsAg akan menurun dan hilang dengan berkurangnya gejala-gejala klinik. Menetapnya HBsAg sesudah 6 bulan menandakan proses akan menjadi kronis. Anti-HBs baru timbul pada stadium konvalesensi yaitu beberapa saat setelah menghilangnya HBsAg, sehingga terdapat masa jendela (window period) yaitu masa menghilangnya HBsAg sampai mulai timbulnya antiHBs. Anti-HBs akan menetap lama, 90% akan menetap lebih dari 5 tahun sehingga dapat menentukan stadium penyembuhan dan imunitas penderita. Pada masa jendela, Anti-HBC merupakan pertanda yang penting dari hepatitis B akut. Anti-HBC mula-mula terdiri dari IgM dan sedikit IgG. IgM akan menurun dan menghilang dalam 6-12 bulan sesudah sembuh, sedangkan IgG akan menetap lama dan dapat dideteksi dalam 5 tahun setelah sembuh. 1 HBeAg timbul bersama-sama atau segera sesudah HBsAg. Ditemukannya HBeAg menunjukkan jumlah virus yang banyak. Jangka waktu HBeAg positif lebih singkat daripada HBsAg. Bila HBeAg masih ada lebih dari 10 minggu sesudah timbulnya gejala klinik, menunjukkan penyakit berkembang menjadi 9 kronis. Serokonversi dari HBeAg menjadi anti-HBe merupakan prognosis yang baik yang akan diikuti dengan penyembuhan penyakitnya. Pada infeksi hepatitis B asimtomatik, pemeriksaan serologis menunjukkan kadar HBsAg dan HbeAg yang rendah untuk waktu singkat, bahkan seringkali HBsAg tidak terdeteksi. Menghilangnya HBsAg segera diikuti dengan timbulnya anti-HBs dengan titer yang tinggi dan lama dipertahakan. Anti-HBc dan anti-Hbe juga timbul tetapi tidak setinggi titer anti-HBs. Lima sampai sepulu persen yang menderita hepatitis B akut akan berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Pada tipe ini HBsAg timbul pada akhir masa inkubasi dengan titer yang tinggi yang akan menetap dan dipertahankan lama dan dapat sampai puluhan tahun atau seumur hidup. Anti-HBs tidak akan timbul pada pengidap HBsAg, tetapi sebaliknya antiHBc yang terdiri dari IgM dan IgG anti-HBc akan dapat dideteksi dan menetap selama lebih dari 2 tahun. Kehamilan tidak langsung berpengaruh terhadap VHB. Perubahan viral load dan enzim hati disebabkan perubahan sistem imun, yaitu: perubahan keseimbangan Th1 dan Th2, serta menurunkan respons imun terhadap infeksi hepatitis B. Tujuan perubahan adalah mencegah penolakan fetus terhadap sistem imun tubuh ibu. Hal ini menyebabkan peningkatan DNA VHB dan penurunan ALT. Setelah melahirkan, sistem imun akan kembali dan menyebabkan peningkatan ALT dan penurunan DNA VHB. 6 Risiko menjadi hepatitis B kronik berhubungan erat dengan faktor usia pertama terinfeksi; bervariasi: 90% pada bayi, 50% pada balita, dan 10% pada dewasa immunocompromised HIV, kemoterapi, dan resipien transplan. Risiko MTCT (mother to child transmission) berhubungan dengan HBeAg ibu; 70–90% transmisi 10 pada HBeAg ibu positif, 10–40% pada HBeAg ibu negatif. Transmisi lebih tinggi pada ibu dengan HBeAg positif daripada HBsAg positif, karena HBeAg dapat melewati plasenta dan menginduksi toleransi T-sel di uterus, infeksi VHB intrauterine (mekanismenya belum jelas), menyebabkan immunoprophylaxis tidak berhasil pada 3–13% anak.7 Tingginya kadar serum DNA VHB pada wanita hamil juga merupakan risiko infeksi intrauterine, karena DNA VHB dan titer HBsAg darah umbilikal berhubungan. Risiko terinfeksi VHB pada bayi yang dilahirkan dengan operasi Caesar tidak berbeda signifikan dibandingkan persalinan normal. Berdasarkan data Beijing tahun 2007 – 2011, pada 1409 bayi lahir dari ibu HBsAg positif dan mendapat immunoprophylaxis saat lahir, risiko MTCT 1,4% pada Caesar elektif, 3,4% pada persalinan per vaginam, dan 4,2% pada urgent caesarean delivery. Walaupun virus dijumpai dalam ASI, insidens transmisi tidak berbeda dibandingkan pemberian susu formula. Menyusui harus dihindari apabila puting ibu luka atau berdarah. Ibu terinfeksi VHB bukan kontraindikasi untuk menyusui. Tatalaksana The American Congress of Obstetrics and Gynecology (ACOG) merekomendasikan skrining VHB pada wanita hamil.5 Nilai HBsAg dan antibodi harus diperiksa pada pemeriksaan prenatal. Apabila HBsAg dan anti-HBsAg negatif, vaksin VHB dapat diberikan pada pasien risiko tinggi. Jika hasil pemeriksaan HBsAg positif, maka harus dilakukan pemeriksaan VHB DNA kuantitatif pada minggu ke-28. ACOG merekomendasikan untuk merujuk pasien jika titer virus >20.000 IU/mL, ALT > 19 IU/mL, atau HbeAg positif. Apabila DNA VHB lebih dari 1 juta kopi (200.000 IU/mL), terapi antiviral direkomendasikan pada usia kehamilan 28 – 32 minggu. Apabila titer virus < 200.000 IU/ml terapi antiviral dapat diberikan jika memiliki gejala hepatitis B virus aktif dan sirosis.5-7 Tujuan utama terapi antiviral pasien hamil adalah untuk mengurangi risiko transmisi virus secara vertikal. Anti-virus lini pertama yang direkomendasikan adalah yang resistensinya rendah (contoh: tenofovir and entecavir). Antivirus yang aman, namun resistensi tinggi (contoh: lamivudine dan telbivudine), dapat menyebabkan reaksi resisten dengan obat lain. American College of Gastroenterology (ACG) dan AASLD merekomendasikan inisiasi antiviral dengan 11 tenofovir dan entecavir pada pasien indeks viremik tinggi saat usia kehamilan 28– 32 minggu. 4 Pencegahan Semua wanita hamil wajib diperiksa HBsAg saat pemeriksaan setiap kehamilan trimester pertama, walaupun pernah mendapat vaksinasi untuk mendapat informasi status HBsAg ibu dan menentukan saat profilaksis untuk bayi. Semua wanita hamil dengan HBsAg positif wajib diperiksa nilai DNA VHB, untuk menentukan terapi antiviral. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual lebih dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi.4 DAFTAR PUSTAKA 1. Pyrsopoulos N, Hepatitis B, [dikutip 7 Februari 2012], URL : http;//www. emedicine.com/ped/topic982.htm 2. Denton CP, Khanna D. Systemic sclerosis. Lancet. 2017;390(10103):1685-1699. doi:10.1016/S01406736(17)30933-9 2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan analisis hepatitis. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI; 2014 3. World Health Organization (WHO). Hepatitis B [Internet]. 2019. [cited 2019 Juli 18] Available from: https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/hepatitis-b 4. Schillie S, Vellozzi C, Reingold A, et al. Prevention of hepatitis B virus infection in the United States: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices. MMWR Recomm Rep. 2018;67(No. RR-1):1–31. 5. Ayoub WS, Cohen E. Hepatitis B management in the pregnant patient: An update. J Clin Transplant Hepatol. 2016;4:241 – 7. 6. Borgia G, Carleo MA, Gaeta GB, Gentile I. Hepatitis B in pregnancy. World J Gastroenterol. 2012;18(34):4677 – 83. 7. Tran TT. Hepatitis B in pregnancy. CID. 2016;62(4):314–7. 1 3. 8. Batten, R.L, et all. 2015. False-Positive Hepatitis B Serology Due to Suspected Cross-Reactivity in a Patient with Rheumatoid Arthritis. Rheumatology, Volume 54, Page i50. doi.org/10.1093/rheumatology/kev088.001 12 9. Hepatitis B Surface Antigen. University of Iowa Diagnostic Laboratories (UIDL) Test Directory. 2019. https://www.healthcare.uiowa.edu/path_handbook/ rhandbook/test1001.html 10. Ocana, Sara, et all. 2011. Diagnostic strategy for occult hepatitis B virus infection. World J Gastroenterol 2011 March 28; 17(12): 1553-1557. doi:10.3748/wjg.v17.i12.1553 11. Occult HBV Infection in Pregnant Women in Northern Benin , 2019 https://clinmedjournals.org/articles/ijva/international-journal-of-virologyand-aids-ijva-6-053.php?jid=ijva 13