“PELESTARIAN ALAT MUSIK GAMELAN YANG SEIRING WAKTU HAMPIR TERLUPKAN ZAMAN” VALERINA EMMA HASIAN GULTOM 1. PENDAHULUAN Alat musik tradisional gamelan memiliki sejarah yang panjang. Sebagian besar orang meyakini sebelum pengaruh Hindu datang, masyarakat Jawa telah mengenal 10 keahlian utama. Dua diantara keahlian itu adalah kemampuan untuk membuat dan memainkan wayang serta kesenian gamelan. Alat musik sejenis gamelan memang banyak ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Seperti misalnya di Bali, Madura, dan Lombok. Namun istilah gamelan Jawa mengacu secara umum pada gamelan di Jawa Tengah. Alat musik ini diduga sudah ada di Jawa sejak tahun 404 Masehi, dilihat dari adanya penggambaran masa lalu di relief Candi Borobudur dan Prambanan. Gamelan Jawa dengan irama lembut ini biasanya dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan pertunjukan tari. Namun dalam perkembangannya, gamelan Jawa bisa berdiri sendiri sebagai sebuah pertunjukan musik yang lengkap dengan penyanyi atau sinden. Sama seperti kebudayaan lain, seni gamelan juga mengalami perubahan seiring berkembangnya zaman. Perubahan ini terjadi pada cara pembuatan, maupun cara memainkannya yang saat ini juga dikolaborasikan dengan aliran musik modern. Dan seiring perkembangan zaman pula, sudah jarang pula orang-orang yang membuat alat musik gamelan ini apalagi secara tradisional. 2. Pembahasan Tidak banyak orang yang mengetahui bagaimana orang-orang terdahulu membuat gamelan. Proses pembuatan gamelan ternyata tidak semudah yang dibayangkan, karena harus melewati berbagai tahapan yang rumit dan melalui proses ritual. Mengutip artikel Ganug Nugroho Adi berjudul ‘Forging gamelan in Central Java’ bahwa terdapat ritual yang dilakukan ahli pembuat gamelan sebelum membuat gamelan. Para ahli pembuat gamelan yang dimaksud adalah pembuat gamelan yang berbahan dasar logam, dalam hal ini adalah gamelan perunggu di Desa Wirun, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian tentang ritual sebelum pembuatan gamelan penting dilaksanakan untuk mengetahui pandangan hidup para ahli pembuat gamelan sebagai orang Jawa dan kaitan pandangan hidup tersebut dengan proses pembuatan gamelan yang memerlukan ritual sehingga proses pembuatan gamelan ini tidak hanya dilihat sebagai proses profan semata tetapi juga suatu proses spiritual. Ritual yang dilaksanakan para ahli pembuat gamelan tidak sama dan tergantung oleh pandangan dunia setiap pembuat gamelan dan keyakinan akan ritual mana yang dapat menjamin keberhasilan proses pembuatan gamelan. Pelaksanaan ritual tidak hanya dianggap sebagai proses menciptakan alat musik semata, melainkan ada nilai lain yang dapat dipelajari. Karena melalui banyak proses baik secara pembuatan maupun dalam proses ritual sehingga tidak banyak orang yang melakukan pembuatannya. Hanya orang-orang tertentu yang bisa membuatnya yakni seperti orang-orang tua saja. Generasi muda penerus pembuat sudah jarang kita temui. Bahkan di era teknologi yang super canggih seperti sekarang ini ada gamelan yang bisa kita mainkan melalui gawai, ada pula yang mengganti bahan dasar gamelan yang semula dari logam menjadi plastik. Dan juga biasanya generasi muda sudah jarang yang mau memainkan alat musik tradisional seperti gamelan, mereka lebih bangga belajar alat musik modern seperti piano, biola, gitar dan lainnya. Mereka yang memandang seperti itu sebenarnya salah, bahwa alat musik tradisional pun bisa menjadi keren indah dengan terus berlatih mengembangkan kemampuan untuk bisa menggunakan alat musik tradisional dan sebagai generasi muda seharusnya bisa menginovasikan alat musik tradisional terutama gamelan menjadi lebih keren dan indah sesuai keinginan mereka sekreatif mereka. Dengan begitu alat musik peninggalan nenek moyang kita tidak akan mudah hilang atau tergerus oleh alat musik modern. 3. Kesimpulan dan Saran Sekarang ini karena sudah jarang yang menginginkan atau berminat memainkan alat musik gamelan, pembuatan alat musiknya pun sudah hampir tidak ada yang memproduksi itu karena harus melalui banyak proses baik secara pembuatan maupun proses ritual. Sehingga berkuranglah minat generasi sekarang ini sehingga para pembuat gamelan berfikir untuk apa membuat jika tidak ada konsumen mereka hanya akan rugi biaya juga tenaga untuk pembuatannya. Jika masih ada yang masih memproduksi alat musik gamelan, itu hanya orang-orang yang sudah tua yang masih mau melestarikannya. Dan itu biasanya ada di sebuah pedesaanpedesaan terpencil yang kebudayaan tradisionalnya masih kental. Untuk itu kita sebagai generasi muda harus mampu melestarikan dan mau untuk belajar bagaimana cara membuat juga menggunakan alat musik gamelan tersebut agar tidak hilang atau tergeser oleh alat musik yang lebih modern yang banyak diminati oleh orang.