Uploaded by Ferdi Sarwoko

10. Proposal skripsi Ferdi Sarwoko 2113353116 (1)

advertisement
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP
KADAR KALIUM PLASMA PADA WHOLE BLOOD
DI UTD DINAS KESEHATAN MESUJI
OLEH:
FERDI SARWOKO
NIM: 2113353116
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022
i
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP
KADAR KALIUM PLASMA PADA WHOLE BLOOD
DI UTD DINAS KESEHATAN MESUJI
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Pada
Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis
OLEH:
FERDI SARWOKO
NIM: 2113353116
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap
Kadar Kalium Plasma Pada Whole Blood
di UTD Dinas Kesehatan Mesuji
Penulis
Ferdi Sarwoko/2113353116
Telah diperiksa dan disetujui Tim Pembimbing Skripsi
Program Studi Sarjana Terapan Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Bandar Lampung, Januari 2022
Tim Pembimbing Skripsi
Pembimbing Utama
dr. Aditya, M.Biomed
Pembimbing Pendamping
Filia Yuniza, SST., M.Biomed
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmannirohim
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul “Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Kalium Plasma Pada
Whole Blood Di UTD Dinas Kesehatan Mesuji” yang disusun sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Alih Jenjang Diploma IV pada Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Ahli Teknologi Laboratorium Medis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini:
1. Bapak Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
2. Ibu Dra. Eka Sulistianingsih, M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
3. Bapak dr. Aditya, M.Biomed selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Filia Yuniza, SST., M.Biomed selaku pembimbing pendamping yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini .
5. Semua teman yang yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis tidak dapat memberikan sesuatu apapun yang bernilai atas bantuan
yang telah mereka diberikan, hanya doa yang tulus semoga Allah SWT
menggantinya dengan yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga
proposal skripsi ini dapat dilanjutkan ke tahap penelitian, Aamiin.
Bandar Lampung, Januari 2022
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR
HALAMAN SAMPUL DALAM
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Ruang Lingkup penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Teori
1.Tranfusi Darah
2.Produk Darah
3.Whole Blood
4.Penyimpanan Darah
5.Pemeriksaan Pre-Tranfusi
6.Efek Metabolic Yang Merugikan Dari Tranfusi
7.UTD Dinas Kesehatan Mesuji
B. Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
BAB III METODA PENELITIAN
A. Jenis dan desain Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Variabel dan Definisi Operasional
E. Pengumpulan Data
F. Pengolahan dan Analisis Data
G. Etical Cleareance
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
Halaman
i
ii
iii
iv
v
vi
1
3
3
4
4
5
5
6
6
7
10
11
12
13
13
13
14
14
14
15
15
16
16
17
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
Tabel 2.1
Kriteria umum pendonor
7
Tabel 2.2
Lesi penyimpanan
9
Table 2.3
Definisi Operasional
15
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Transfusi darah saat ini telah menjadi salah satu komponen penting
dalam pengobatan pasien pada kondisi tertentu. Tranfusi darah biasanya
digunakan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan
menyediakan
hemostasis
yang
memadai.
Setiap
tahun,
Indonesia
diperkirakan membutuhkan 5,1 juta kantong darah untuk ditransfusikan.
Angka ini berasal dari standar minimal kebutuhan darah yang ditetapkan
oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization), yaitu
sebesar 2% dari jumlah penduduk (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).
Di Indonesia, pelayanan transfusi darah dilakukan pada Unit Transfusi
Darah (UTD). Unit Tranfusi Darah merupakan fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan darah, mulai dari penyadapan darah, penyimpanan,
crossmatch, dan pendistribusian darah. Pada tahun 2020, terdapat 460 UTD
yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Palang
Merah Indonesia (PMI). Di Provinsi Lampung, terdapat 11 UTD yang
tersebar di seluruh Kabupaten dan Kotamadya, termasuk Kabupaten Mesuji
(Kemenkes RI 2021). Unit transfusi darah Dinas Kesehatan Mesuji
termasuk
kategori
UTD
Pratama
dengan
izin
operasional
No.
440/01/UTD/IV.14/MSJ/2020. Unit transfusi ini dapat melayani transfusi
dua produk darah, yaitu whole blood dan Packed Red Cell (PRC).
Darah merupakan produk terapeutik yang harus terpelihara dengan
baik, sesuai dengan standar manajemen mutu yang telah ditetapkan. Hal ini
bertujuan untuk menjamin mutu dan keamanannya, serta meminimalkan
potensi kontaminasi bakteri (Kemenkes RI 2015). Darah biasanya disimpan
dalam kantong darah yang berisi antikoagulan Citrate Phosphate Dextrose
Adenine-1 (CPDA-1), yang tersedia dalam ukuran 350mL dan 450mL
(Mukherjee 2016).
Darah dengan anti koagulan CPDA-1 pada suhu penyimpanan 2-6 ºC,
dapat bertahan hingga 35 hari. Lamanya masa penyimpanan, dapat
1
2
menimbulkan efek pada kualitas darah. Pada darah yang disimpan, akan
terjadi
serangkaian
perubahan
biokimia
yang
dapat
mengurangi
kelangsungan hidup atau penurunan fungsi sel nya. Selain itu, penyimpanan
juga menyebabkan perubahan pada integritas membran eritrosit. Hal ini
menyebabkan kebocoran membran sel, sehingga beberapa elektrolit, seperti
kalium, dapat keluar dari sel eritrosit. Akibatnya, terjadi peningkatan kadar
kalium dalam plasma (Andriyani, Btari, and Sepvianti 2018).
Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan hal ini. Penelitian
Asryani dkk. (2018) di bank darah RSUP Dr. M. Djamil Padang,
menunjukan bahwa kadar kalium pada PRC yang disimpan selama lebih
dari 14 hari, lebih tinggi secara signifikan bila dibandingkan dengan kadar
kalium pada PRC yang disimpan kurang dari 14 hari. Penelitian lain
menunjukan bahwa kadar kalium pada darah CPDA1 yang disimpan pada
suhu 2-6 ºC, mengalami peningkatan secara progresif dari waktu ke waktu
selama 35 hari
penyimpanan (Marabi, Musyoki, and Amayo 2021).
Penelitian lain di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tentang pengaruh tranfusi
sel darah merah pada pasien thalassemia mayor menemukan bahwa kadar
kalium setelah transfusi mengalami peningkatan sebesar 2,6% (Larasati and
Riza 2020).
Tranfusi whole blood ataupun PRC memiliki beberapa dampak negatif
dan berpotensi menimbulkan efek samping yang tidak menguntungkan.
Salah satunya adalah hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan komplikasi
yang seringkali terjadi pada tranfusi darah simpan. Tranfusi dengan
hiperkalemi dapat menyebabkan henti jantung pada resipien (Asryani,
Yaswir, and Rofinda 2018). Hiperkalemia sering terjadi pada pasien dengan
penyakit kardiovaskular, seperti heart failure, hipertensi, dan penyakit arteri
koroner, khususnya bila dikombinasikan dengan gangguan fungsi ginjal,
diabetes, dan usia lanjut. Hiperkalemia bertanggung jawab atas aritmia
jantung yang menyebabkan henti jantung dan kematian, dengan tingkat
kematian yang dihasilkan hingga 30% (Rosano et al. 2018).
Saat ini, kebutuhan kantong darah per hari di UTD Dinas Kesehatan
Mesuji masih tergolong rendah, yaitu <10 kantong. Meskipun demikian,
3
permintaan pelayanan darah, baik whole blood maupun komponen darah
seperti PRC, masih tetap ada. Pada beberapa kasus kegawatdaruratan medis
dengan perdarahan aktif, seperti kecelakaan lalu lintas (laka lantas), korban
tindak kriminal dengan senjata tajam, perdarahan pasca persalinan/operasi
caesar, dan pasien yang menderita gagal ginjal, tetap membutuhkan
transfusi whole blood maupun PRC untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah dan volume plasma dalam waktu yang bersamaan (Murphy 2017).
Kondisi tersebut menyebabkan UTD Dinas Kesehatan Mesuji masih
menyiapkan stok whole blood maupun PRC untuk semua jenis golongan
darah, meskipun memungkinkan penyimpanan hingga 35 hari. Hingga saat
ini, belum ada penelitian tentang kadar kalium plasma pada darah simpan di
UTD Dinas Kesehatan Mesuji. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium
plasma pada whole blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: “Adakah pengaruh lama penyimpanan terhadap
kadar kalium plasma pada whole blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji?”.
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium
plasma pada whole blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui
rerata
kadar
kalium
whole
blood
sebelum
penyimpanan.
b. Mengetahui rerata kadar kalium whole blood setelah peyimpanan 7,
14, 21, 28, 35 hari.
c. Mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium
plasma pada whole blood.
4
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh lama
penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada Whole Blood.
2.
Manfaat Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam
penerapan ilmu teknologi laboratorium medis khususnya pengaruh
lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada Whole
Blood.
b. Bagi UTD Dinas Kesehatan Mesuji
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan dasar
monitoring penyimpanan darah whole blood dan komponen darah.
c. Bagi Poltekkes Tanjungkarang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
sumber kepustakaan baru yang bermanfaat khususnya tentang
pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada
Whole Blood.
E.
Ruang Lingkup Penelitian
Bidang kajian penelitian ini adalah imunohematologi. Jenis penelitian
ini adalah observasional dengan desain penelitian analitik cross sectional.
Variabel bebas penelitian ini adalah lama penyimpanan.Variable terikat
penelitian ini adalah kadar kalium whole blood. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua kantong whole blood yang diperoleh dari pendonor sehat
dan disimpan pada suhu 2-6ºC di UTD Dinas Kesehatan Mesuji. Sampel
yang digunakan adalah 4 kantong whole blood. Darah akan diambil dari
pendonor dengan kantong CPDA-1 volume 350cc, kemudian disimpan pada
refrigerator suhu 2-6 ºC. Kadar kalium plasma akan diukur sebanyak 6 kali,
yaitu pada awal sebelum penyimpanan dan pada penyimpanan hari ke 7,14,
21,28, dan 35. Pemeriksaan menggunakan alat otomatis metode ISE.
Adapun waktu pelaksanaannya akan dilakukan pada bulan Februari-Maret
2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teori
1.
Tranfusi Darah
Transfusi darah adalah pemberian darah atau komponen darah
dari donor yang sehat ke resipien yang membutuhkan (Irawaty, AM,
and Arif 2018). Transfusi darah diperlukan untuk mempertahankan
kecukupan oksigenasi jaringan, mengobati perdarahan dan gangguan
koagulasi,
memperbaiki
defisiensi
imunologis
atau
untuk
mempertahankan volume darah (Rao 2006). Transfusi darah
merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan modern.
Beberapa kasus perdarahan yang membutuhkan tranfusi, yaitu trauma
senjata api, cedera kendaraan, operasi bedah, dan pasien dengan
kondisi medis tertentu seperti hemoglobinopati, talasemia, dan anemia
hemolitik (Murphy 2017). Hari ini darah manusia ditransfusikan pada
banyak kasus yang berbeda-beda dan bertindak sebagai obat untuk
menyembuhkan sejumlah penyakit (Mukherjee 2016).
Pendarahan adalah kondisi darurat medis yang memerlukan
intervensi segera. Intervensi yang dilakukan bertujuan untuk
mengurangi dampak syok hemoragik dan koagulopati, untuk
meningkatkan kelangsungan hidup dan mengurangi morbiditas.
Perdarahan mayor sering terjadi pada trauma, komplikasi operasi
besar, penyakit gastrointestinal, dan obstetric (Hagen et al. 2021).
Whole blood adalah produk pilihan utama untuk resusitasi
perdarahan traumatis yang parah. Whole blood berisi semua elemen
darah yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan hemostasis,
dalam rasio dan konsentrasi yang hampir fisiologis (Cap et al. 2018).
Whole blood memberikan plasma dan sel darah dengan rasio yang
seimbang dan telah banyak dilakukan di seluruh dunia (Hagen et al.
2021).
Pada praktek transfusi klinis, ada beberapa hal yang menjadi
prioritas utama, yaitu menghindari transfusi yang tidak perlu,
5
6
mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan darah yang baik, serta
menghindari kesalahan transfusi yang tidak perlu. Hal ini diperlukan
untuk memastikan terselenggaranya praktik transfusi yang aman dan
penggunaan darah yang tepat (Booth and Allard 2017).
2.
Produk Darah
Darah dan produk darah dapat dianggap obat karena digunakan
untuk mengobati penyakit tertentu. Transfusi darah juga merupakan
transplantasi, karena sel-sel harus bertahan hidup dan berfungsi
setelah transfusi agar memiliki efek terapeutik. Cara terapi darah yang
tepat adalah transfusi produk darah spesifik yang dibutuhkan pasien.
Transfusi dengan produk darah spesifik, dapat mengoptimalkan
penggunaan darah dari setiap pendonor (Harmening 2019).
Pemisahan
komponen
darah
dilakukan
dengan
metode
sentrifugasi pada suhu dan waktu tertentu. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan gravitasi, gaya sentrifugal, waktu dan suhu yang berbeda
dari setiap komponen darah.
Produk darah diantaranya yaitu :
a. Whole blood/ darah lengkap
b. Packed red cell/ komponen sel darah merah
c. Komponen trombosit
d. Plasma
e. Cryoprecipitate (Mukherjee 2016).
3.
Whole Blood
Whole Blood awalnya digunakan dalam pengobatan resusitasi
trauma pada pasien sipil di seluruh Amerika Serikat (Jackson,
Murphy, and Fontaine 2020). Saat ini, transfusi whole blood telah
diakui sebagai metode sebagai metode penyelamatan yang aman dan
efektif untuk orang dewasa dengan pendarahan besar yang
mengancam jiwa dan penyalkit lain seperti methaemoglobinemia
(Singh et al. 2020; Cruciani et al. 2021).
Seluruh darah dikumpulkan dengan pungsi vena dari orang
dewasa yang sehat ke dalam kantong plastic mengandung larutan
7
pengawet antikoagulan cair. Salah satu yang di rekomendasikan oleh
Food and Drug Administration (FDA) adalah kantong yang
mengandung CPDA-1 (McCullough 2021).
Whole Blood adalah komponen yang tidak dimodifikasi, diambil
langsung dari donor, yang terdiri dari eritrosit, leukosit, trombosit, dan
protein plasma dengan larutan antikoagulan-pengawet. Whole Blood
biasanya digunakan untuk pasien yang mengalami perdarahan aktif
dan kehilangan darah lebih dari 25% dari volume darah mereka.
Seluruh darah disiapkan secara aseptik dengan perbandingan 14 mL
antikoagulan larutan pengawet per 100 mL darah lengkap (Blaney and
Howard 2016).
Sebelum diambil darahnya, pendonor akan diseleksi terlebih
dahulu. Seleksi dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan pengkajian
kuesioner kesehatan yang harus dilengkapi sebelumnya. Beberapa
kriteria umum seleksi pendonor, disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Kriteria Umum Pendonor.
KRITERIA
Usia
Berat badan
Tekanan darah
Denyut nadi
Suhu tubuh
Interval waktu sejak
penyumbangan terakhir
Volume maksimum
PERSYARATAN
≥17 tahun
≥45 Kg untuk penyumbangan 350 ml
≥55 Kg untuk penyumbangan 450 ml
Sistolik 90-160 mmHg
Diastolic 60-100 mmHg
Dan perbedaan antara sistolik dengan
diastolic >20 mmHg
50-100 kali per menit dan teratur
36,5-37,5 ºC
L: 2 bulan
P: 2 bulan
350 ±10% diluar anti koagulan
450 ±10% diluar anti koagulan
Sumber: (Kemenkes RI 2015)
4.
Penyimpanan Darah
Aspek penting dalam menjaga kualitas produk darah dan
komponennya adalah transportasi dan penyimpanan yang sesuai
standar. Proses ini untuk memastikan produk darah dan komponennya
dapat berfungsi dengan baik yaitu untuk meningkatkan status
hematologis penerima (Hardwick 2020).
8
Whole blood dapat disimpan selama beberapa waktu dalam anti
koagulan tertentu. Berdasarkan jenis penyimpanan nya, ada dua jenis
whole blood, yaitu fresh whole blood (FWB) dan stored whole blood
(SWB). Fresh whole blood dapat digunakan pada suhu kamar, sampai
24 jam sejak saat pengumpulan atau 8 jam pada suhu dingin. Setelah
itu darah akan menjadi stored whole blood (SWB). Fresh whole blood
tidak direkomedasikan untuk digunakan karena tidak melalui
penapisan penyakit infeksi menular lewat transfusi sebelumnya.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa SWB memberi
efek hemostatik yang serupa dengan FWB. Oleh karena itu, saat ini
penggunaan SWB lebih sering digunakan. SWB bisa disimpan hingga
21 hari pada suhu 1-6° C dalam antikoagulan Sitrat Fosfat Dekstrosa,
atau selama 35 hari pada 1-6° C dalam CPDA-1 (Weymouth et al.
2019).
Penyimpanan darah pada suhu pada suhu 4°C, akan menyebabkan
perubahan dalam sifat biokimia dan mekanik sel darah merah. Hal ini
disebabkan oleh kondisi penyimpanan, yang disebut sebagai lesi
penyimpanan. Sel darah merah kehilangan viabilitasnya selama
beberapa waktu, bahkan setelah menyimpan darah dalam CPDA-1.
Perubahan dapat disebabkan oleh hemolisis spontan atau kerusakan
viabilitas sel darah merah (Upadya, Seema, and Motakapalli 2018).
Lesi penyimpanan berkembang ketika komponen seluler berubah
selama penyimpanan untuk periode waktu tertentu, bahan yang
digunakan untuk penyimpanan dapat menyebabkan efek fisiologis,
atau perubahan biokimia (Harmening 2019).
9
Beberapa perubahan yang terjadi selama penyimpanan disajikan
pada table dibawah ini.
Tabel 2.2 Lesi penyimpanan.
Perubahan Biokimia
Perubahan Morfologi
↓ Glukosa
Perubahan morfologi yang tidak dapat
↓ ATP ⇒ ↑ daya ikat Hb-O2
diubah ⇒ ↓ Deformabilitas
pembentukan mikrovesikel
↓ 2,3-DPG ⇒ ↑ daya ikat Hb-O2
↑ Kerapuhan osmotik
↑ pH ⇒ ↓ daya ikat Hb-O2
↓ S-nitrosylation of Hb ⇒ vasodilatasi
hipoksia
Aliran Na+/K+ ⇒ hilangnya K+
intraseluler ke dalam supernatan
↑ Ca2+ intraseluler ⇒ aktivasi protease
yang mengarah ke rusaknya eritrosit.
↓ NO ⇒ vasodilatasi hipoksia
ATP = adenosine triphosphate; 2,3-DPG = 2,3 diphosphoglycerate;
Hb = hemoglobin; NO = nitric oxide
Sumber: (Harmening 2019)
Elektrolit memainkan peran utama dalam mempertahankan
homeostasis di dalam sel. Kalium adalah kation ekstraseluler
terpenting yang bertanggung jawab untuk pemeliharaan integritas sel.
Penyimpanan darah yang lama dan tidak tepat menyebabkan
kebocoran elektrolit, sehingga mengubah morfologi sel. Hal ini dapat
mempengaruhi kondisi pasien yang menerima darah tersebut
(Namjoshi et al. 2021).
Pada whole blood yang disimpan, terjadi perubahan pada kadar
elektrolit nya. Sebuah penelitian menunjukkan adanya penurunan
konsentrasi natrium dan klorida yang signifikan, sedangkan kadar
kalium meningkat signifikan bila dibandingkan dengan kadar nya
sebelum penyimpanan (Adetola et al. 2020).
Perubahan kadar elektrolit pada whole blood dapat terjadi akibat
dua hal. Pertama, adanya kerusakan pada membran sel eritrosit. Pada
darah yang disimpan, akan terjadi penurunan kadar adenosin trifosfat
(ATP) setiap harinya. Penurunan ATP ini, menyebabkan membran sel
akan kehilangan lipid nya, sehingga membran sel menjadi kaku.
Akibatnya kalium akan berdifusi keluar dari sel sedangkan natrium
akan masuk ke dalam sel (Arviananta et al., 2020). Kedua, adanya
gangguan pada aktivitas pompa Na+/K+ATPase. Aktivitas pompa
10
Na+/K+ATPase sangat dipengaruhi oleh suhu dan pH. Pompa akan
menjadi inaktif pada suhu 4°C, yang menjadi suhu penyimpanan
whole blood. Hal ini mengakibatkan kalium berdifusi keluar dari sel
dan natrium masuk ke dalam sel. Selain itu, adanya asam laktat
sebagai hasil glikolisis sel yang terus menumpuk dalam kantong darah
dapat menurunkan pH. Penurunan pH akan semakin menghambat
aktivitas pompa Na+/K+ATPase, sehingga kalium yang keluar dari sel
akan semakin meningkat, sebanding dengan lamanya waktu
penyimpanan (Arsyani, Yaswir dan Rofinda, 2018).
5.
Pemeriksaan Pre-Tranfusi
Adapun pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sebelum
tranfusi yaitu:
a. Pemeriksaan Golongan Darah dan kadar Hb.
Setiap penyumbangan darah harus dilakukan pemeriksaan
serologi golongan darah dan rhesus. Pemeriksaan ini penting
karena hanya darah donor yang cocok dan serasi dengan darah
pasien yang dapat ditranfusikan. Pemeriksan golongan darah dapat
dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kadar Hb.
b. Pemeriksaan Uji Silang Serasi/Crossmatch.
Pemeriksaan
crossmatch
yaitu
serangkaian
prosedur
pemeriksaan mencocokkan darah resipien dan darah donor.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan ada tidaknya
aloantibodi pada darah resipien yang akan bereaksi dengan darah
donor bila ditransfusikan dan/ atau sebaliknya. Uji silang serasi
dapat dilakukan dengan metode tabung atau metode gel test.
c. Pemeriksaan IMLTD.
Darah donor yang akan di transfusikan kepada pasien harus
terjamin aman dengan melakukan uji saring infeksi menular lewat
tranfusi darah. Pengujian wajib dilakukan untuk setiap kantong
darah terhadap hepatitis B, hepatitis C, HIV dan sifilis. Metode
standar pemeriksaan uji saring adalah enzyme immune assay
(EIA), Chemiluminescence Immuno Assay (ChLIA), dan Nucleic
11
Acid Amplification Test (NAT), namun jika tidak memungkinkan
diperbolehkan menggunakan metode rapid test yang memenuhi
persyaratan sensitifitas dan spesifitasnya (Permenkes RI No.91)
6.
Efek Metabolik Yang Merugikan Dari Transfusi
Efek metabolik utama dari transfusi melibatkan toksisitas sitrat
dan hiperkalemia (peningkatan kalium). Sodium sitrat adalah
komponen utama dari seluruh antikoagulan yang digunakan untuk
mengawetkan sel darah merah. Sitrat mengikat kalsium dan
magnesium untuk mencegah aktivasi faktor koagulasi. Biasanya, sitrat
dengan cepat dimetabolisme di hati setelah transfusi. Namun, jumlah
sitrat yang berlebihan dapat masuk ke sirkulasi dalam transfusi masif
atau pada pasien dengan penyakit hati. Toksisitas sitrat menyebabkan
hipokalsemia dan hipomagnesemia. Selain itu, alkalosis metabolik
dapat berkembang dari bikarbonat yang dihasilkan dari metabolisme
sitrat. Selama penyimpanan sel darah merah, kalium intraseluler
perlahan bocor dari penuaan sel darah merah, menyebabkan
peningkatan kalium dalam supernatan. Hiperkalemia dapat terjadi
pada transfusi masif orang dewasa, dan terutama transfusi neonates
pada bayi prematur. Peningkatan kalium dapat menyebabkan
gangguan neuromuscular dan berefek pada jantung
(Harmening
2019).
Hiperkalemia, didefinisikan sebagai peningkatan konsentrasi
kalium serum (Kþ) lebih besar dari 5,0 atau lebih besar dari 5,5
mEq/L (mmol/L). Hiperkalemia merupakan kelainan elektrolit yang
berpotensi mengancam jiwa. Risiko hiperkalemia meningkat pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD), diabetes, dan gagal
jantung (HF) dan pada individu menerima renin-angiotensinaldosterone system inhibitors (RAASis). Homeostasis kalium
sebagian
besar
dipertahankan
oleh
ginjal,
meskipun
saluran
pencernaan dan sistem lain juga terlibat dalam yang lebih rendah
luasnya. Hiperkalemia memiliki efek depolarisasi pada jantung,
12
menyebabkan pemendekan potensial aksi dan meningkatkan risiko
aritmia (Palmer et al. 2021).
Hiperkalemia adalah masalah yang mengancam jiwa yang sering
dijumpai pada pasien gagal jantung (Sidhu, Sanjanwala, and Zieroth
2020). Hiperkalemia sering terjadi pada pasien dengan penyakit
kardiovaskular (misalnya HF, hipertensi arteri, dan penyakit arteri
koroner), khususnya bila dikombinasikan dengan gangguan fungsi
ginjal, diabetes, dan usia lanjut. Hiperkalemia mungkin bertanggung
jawab atas aritmia jantung yang menyebabkan henti jantung dan
kematian, dengan tingkat kematian hingga 30% (Rosano et al. 2018).
7. UTD Dinas Kesehatan Mesuji
Kebutuhan pelayanan darah di Kabupaten Mesuji sejalan dengan
Peraturan Pemerintah No.7 tahum 2011 tentang Pelayanan Darah,
Permenkes RI No.83 tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah, Bank
Darah Rumah Sakit dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah, serta
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Program Kerja Sama Antara Puskesmas, Unit
Transfusi Darah, dan Rumah Sakit Dalam Pelayanan Darah Untuk
Menurunkan Angka Kematian Ibu. Selain itu, dalam memberikan
pelayanan darah, UTD Dinas Kesehatan Mesuji mengacu pada
Permenkes RI No.91 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi
Darah.
UTD Dinas Kesehatan Mesuji termasuk kategori UTD Pratama
dengan izin operasional No. 440/01/UTD/IV.14/MSJ/2020. Adapun
sebagai pelaksana harian adalah tenaga ATLM terlatih ada 2 orang,
dan belum terlatih ada 1 orang. Produk darah yang tersedia saat ini
berupa Whole blood dan Packed Red Cell. Permintaan darah yang
utama berasal dari RSUD Ragab Begawe Caram, namun ada juga
yang berasal dari RS Puri Husadatama, RS Penawar Medika dan RS
Mutiara Bunda. Pada saat ini di RSUD RBC telah tersedia layanan
pemeriksaan dokter Spesialis Bedah, Spesialis Kandungan, Spesialis
Dalam, Spesialis Anak, Spesialis THT dan Poliklinik Dokter Umum.
13
B.
Kerangka Teori
Penyimpanan Whole Blood
Suhu ↓
ATP ↓
Asam Laktat ↑
pH ↓
Gangguan Pompa
Na+/K+/ATPase
Kalium Plasma ↑
C.
Kerangka Konsep
Independen
Waktu penyimpanan
hari ke-0, 7,14, 21, 28,35
D.
Dependen
Kadar kalium plasma
whole blood
Hipotesis
Hₒ: tidak ada pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma
pada whole blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji.
H₁: ada pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada
whole blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji.
B III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan desain penelitian analitik
cross sectional.
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret tahun 2022 di UTD
Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji.
C.
Populasi dan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kantong whole blood yang
diperoleh dari pendonor sehat dan disimpan pada suhu 2-6ºC di UTD Dinas
Kesehatan Mesuji. Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kantong whole blood
yang diperoleh dari pendonor yang sehat, lolos uji IMLTD, dan disimpan
pada suhu 2-6ºC. Kriteria eksklusi adalah kantong whole blood yang rusak
atau mengalami hemolisis dengan pengamatan secara visual yang dicirikan
dengan terjadinya perubahan warna kemerahan pada plasma darah dalam
kantong darah. Sampel dalam penelitian ini adalah 4 kantong whole blood
yang diperoleh dari pendonor sehat dan dilakukan penyimpanan pada suhu
2-6ºC.
Jumlah sampel tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus Federer,
yaitu (t-1)(n-1) ≥ 15.
Keterangan :
t=jumlah perlakuan
n=jumlah pengulangan/jumlah sampel
(t-1)(n-1) ≥ 15
(6-1)(n-1) ) ≥ 15
5(n-1) ≥ 15
5n-5 ≥ 15
5n ≥ 15+5
5n ≥ 20
n≥4
14
15
D.
Variable dan Definisi Operasional
Variabel bebas (independen variable) penelitian ini adalah lama
penyimpanan. Variable terikat (dependen variable) penelitian ini adalah
kadar kalium plasma. Definisi operasional sebagai berikut :
No
1
Variabel
Lama
penyimpanan
Definisi
Durasi waktu
penyimpanan
Cara Ukur
Observasi
Hasil Ukur
hari ke 0, 7, 14,
21, 28, 35
Skala
Rasio
2
Kadar kalium
plasma
Kadar kalium
plasma WB
CPDA1 pada
Dengan alat
otomatis
metode ISE
mmol/L
Rasio
2⁰C -6⁰C
E.
Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data penelitian dilakukan
a.
Mempersiapkan izin penelitian
b.
Mempersiapkan alat dan bahan kerja
c.
Melakukan pengukuran kadar kalium pada hari ke-0, dan mencatat
hasilnya.
d.
Menyimpan whole blood pada refrigerator suhu 2-6 ºC.
e.
Melakukan pengukuran kadar kalium pada hari ke- 7, 14, 21, 28, 35
dan mencatat hasilnya.
2. Pemeriksaan Kalium Menggunakan Easy Lite Otomatis Analyzer
a.
Menghidupkan Alat
 Hubungkan kabel dengan instrument
 Konfirmasi tanggal dan waktu
 Muncul tampilan di layar
b.
Kalibrasi
 Pilih YES pada menu “Calibrate Now?”
 Alat akan mengkalibrasi secara otomatis tiap 8 jam sekali
c.
Analisa QC
 Pilih YES pada Analyze Blood
 Letakkan Sampel ±200μL pada sample probe , Pilih YES pada
“Sample In Probe”
16
d.
Analisa Sampel
 Pilih YES pada Analyze Blood
 Letakkan Sampel ±200μL pada sample probe , Pilih YES pada
“Sample In Probe”
 Akan muncul Analyzyng, lalu hasil akan keluar secara otomatis.
e.
Run Daily Cleaner
 Pilih YES pada Daily Cleaner
 Letakkan daily cleaner pada sample probe , Pilih YES pada
“Sample In Probe”
 Alat akan dibersihkan secara otomatis
F.
Pengolahan dan Analisa Data
Data Akan dianalisis dengan Univariat dan Bivariat
1. Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dari
variabel penelitian yaitu Kadar kalium plasma whole blood
sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan pada hari ke- 7,
14,21, 28, dan 35. Tren perubahan kadar kalium disajikan dalam
bentuk diagram garis.
2. Bivariat
Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata
kadar kalium sebelum penyimpanan dengan kadar kalium pada
setiap minggu pengamatan menggunakan uji Anova.
G.
Ethical Clearance
Penelitian yang akan dilakukan ini atas izin komisi etik. Penelitian ini
tidak akan menimbulkan bahaya bagi lingkungan. Limbah yang dihasilkan
dari proses penelitian ini akan dikumpulkan dan dimusnahkan dalam
penanganan limbah. Subyek penelitian akan dirahasiakan. Seluruh biaya
yang diperlukan dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Adetola, Amballi Adebayo et al. 2020. “Assessment Of Biochemical And
Haematological Changes That Occur In Blood Stored With Cpda-1 As An
Anticoagulant In A Tertiary Hospital In Nigeria.” 19(December): 13–22.
Almoshary, May, Eman Al Mussaed, and Maria Arab-Din. 2019. “Biochemical
Profile Changes in Stored Donor Blood for Transfusion.” Pakistan Journal of
Medical Sciences 35(6): 1697–1700.
Andriyani, Yuni, Serafica Btari, and Wiwit Sepvianti. 2018. “Gambaran Jumlah
Eritrosit Pada Whole Blood Selama 30 Hari Penyimpanan Di PMI
Kabupaten Sleman Yogyakarta.” d: 463–67.
Asryani, Tuti, Rismawati Yaswir, and Zelly Dia Rofinda. 2018. “Perbandingan
Kadar Kalium Packed Red Cell Berdasarkan Lama Penyimpanan Di Bank
Darah RSUP Dr. M. Djamil Padang.” Jurnal Kesehatan Andalas 7: 10.
Blaney, Kathy D, and Paula R Howard. 2016. Basic Concepts of Blood Banking
and Transfusion Practices Blood Component Preparation and Therapy.
Elsevier Health Sciences.
Booth, Catherine, and Shubha Allard. 2017. “Blood Transfusion.” Medicine
(United Kingdom) 45(4): 244–50.
Cap, Andrew P. et al. 2018. “Whole Blood Transfusion.” Military Medicine
183(1): 44–51.
Cruciani, Mario et al. 2021. “The Use of Whole Blood in Traumatic Bleeding: A
Systematic Review.” Internal and Emergency Medicine 16(1): 209–20.
Hagen, Kristin Gjerde et al. 2021. “A Whole Blood Based Resuscitation Strategy
in Civilian Medical Services: Experience from a Norwegian Hospital in the
Period 2017–2020.” Transfusion 61(S1): S22–31.
Hardwick, Jonathan. 2020. “Blood Storage and Transportation.” ISBT Science
Series 15(S1): 232–54.
Harmening, Denise M. 2019. Modern Blood Banking and Transfusion Practices
Seventh Edition. 7th ed. ed. Harmening Denise. USA: F. A. Davis Company.
Irawaty, Irawaty, Rachmawati AM, and Mansyur Arif. 2018. “Characteristics Of
Crossmatch Types In Compatibility Testing On Diagnosis And Blood Types
Using Gel Method (Ciri Inkompatibilitas Uji Cocok Serasi Metode Gel
Terhadap Diagnosis Dan Golongan Darah).” Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory 23(1): 36.
17
Jackson, Bryon, Colin Murphy, and Magali J. Fontaine. 2020. “Current State of
Whole Blood Transfusion for Civilian Trauma Resuscitation.” Transfusion
60(S3): S45–52.
Kemenkes RI. 2015. “Permenkes RI No. 91 Tahun 2015.” : 275.
—. 2021. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Profil Kesehatan
Indonesia 2020.
Keohane, Elaine M., Catherine N. Otto, and Jeanine M. Walenga. 2019. “Rodak’s
Hematology, 6 Ed” ed. Elaine M Keohane. Journal of Petrology 369(1): 425–
29.
Larasati, Sacharissa Ardelia, and Muhammad Riza. 2020. “Pengaruh Transfusi
Sel Darah Merah Terhadap Perubahan Kadar Kalium Pada Pasien
Thalassemia Mayor.” Sari Pediatri 21(4): 241.
Marabi, Phidelis M., Stanslaus Musyoki, and Angela Amayo. 2021. “Biochemical
Changes in Whole Blood Stored for Transfusion at Bungoma County
Referral Hospital, Kenya.” African Journal of Laboratory Medicine 9(1): 1–
5.
McCullough, Jeffrey. 2021. Transfusion Medicine FIFTH EDITION. FIFTH
EDIT. ed. Jeffrey McCullough. John Wiley & Sons Ltd.
Mukherjee, Bibekananda. 2016. Technical Manual of Blood Components
Preparation Technical Manual of Blood Components Preparation. Jaypee
Brothers Medical Publishers.
Murphy, Michael F. 2017. Medicine Practical Transfusion Medicine. Fifth Edit.
ed. Michael F. Murphy. USA: John Wiley & Sons Ltd All.
Namjoshi, Abha, Geeta M Bhatia, Aparna S Chaudhari, and Sangeeta Trimbake.
2021. “Effect of Blood Storage on Electrolyte Levels.” International Journal
of Research in Medical Sciences 9(2): 438.
Oyet, Caesar, Benson Okongo, Richard Apecu Onyuthi, and Enoch Muwanguzi.
2018. “Biochemical Changes in Stored Donor Units: Implications on the
Efficacy of Blood Transfusion.” Journal of Blood Medicine 9: 111–15.
Palmer, Biff F. et al. 2021. “Clinical Management of Hyperkalemia.” Mayo Clinic
Proceedings 96(3): 744–62.
Pusdatin Kemenkes RI. 2018. “Infodatin Pelayanan Darah Di Indonesia.” : 156.
Rao, Gundu HR. 2006. “Handbook of Blood Banking and Transfusion Medicine”
ed. Gundu HR Rao. : 366.
18
Rosano, Giuseppe M.C. et al. 2018. “Expert Consensus Document on the
Management of Hyperkalaemia in Patients with Cardiovascular Disease
Treated with Renin Angiotensin Aldosterone System Inhibitors: Coordinated
by the Working Group on Cardiovascular Pharmacotherapy of the European
Society O.” European Heart Journal - Cardiovascular Pharmacotherapy 4(3):
180–88.
Sidhu, Kiran, Rohan Sanjanwala, and Shelley Zieroth. 2020. “Hyperkalemia in
Heart Failure.” Current Opinion in Cardiology 35(2): 150–55.
Singh, Pawan et al. 2020. “Therapeutic Whole Blood Exchange in the
Management of Methaemoglobinemia: Case Series and Systematic Review of
Literature.” Transfusion Medicine 30(3): 231–39.
Upadya, Ujwal B., H. S. Seema, and Kaviraj Motakapalli. 2018. “Effect of Blood
Storage on Biochemical Parameters Assessed at Periodic Intervals in
CPDA1 Blood Bags.” Journal of Clinical and Diagnostic Research 12(10):
EC05–7.
Weymouth, Wells, Brit Long, Alex Koyfman, and Christopher Winckler. 2019.
“Whole Blood in Trauma: A Review for Emergency Clinicians.” Journal of
Emergency Medicine 56(5): 491–98.
19
Download