PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR KALIUM PLASMA PADA WHOLE BLOOD DI UTD DINAS KESEHATAN MESUJI OLEH: FERDI SARWOKO NIM: 2113353116 POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TAHUN 2022 i PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR KALIUM PLASMA PADA WHOLE BLOOD DI UTD DINAS KESEHATAN MESUJI Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis OLEH: FERDI SARWOKO NIM: 2113353116 POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TAHUN 2022 ii HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Kalium Plasma Pada Whole Blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji Penulis Ferdi Sarwoko/2113353116 Telah diperiksa dan disetujui Tim Pembimbing Skripsi Program Studi Sarjana Terapan Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Bandar Lampung, Januari 2022 Tim Pembimbing Skripsi Pembimbing Utama dr. Aditya, M.Biomed Pembimbing Pendamping Filia Yuniza, SST., M.Biomed iii KATA PENGANTAR Bismillahirohmannirohim Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Kalium Plasma Pada Whole Blood Di UTD Dinas Kesehatan Mesuji” yang disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Alih Jenjang Diploma IV pada Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Ahli Teknologi Laboratorium Medis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini: 1. Bapak Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. 2. Ibu Dra. Eka Sulistianingsih, M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. 3. Bapak dr. Aditya, M.Biomed selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Filia Yuniza, SST., M.Biomed selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini . 5. Semua teman yang yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis tidak dapat memberikan sesuatu apapun yang bernilai atas bantuan yang telah mereka diberikan, hanya doa yang tulus semoga Allah SWT menggantinya dengan yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat dilanjutkan ke tahap penelitian, Aamiin. Bandar Lampung, Januari 2022 Penulis iv DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Ruang Lingkup penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teori 1.Tranfusi Darah 2.Produk Darah 3.Whole Blood 4.Penyimpanan Darah 5.Pemeriksaan Pre-Tranfusi 6.Efek Metabolic Yang Merugikan Dari Tranfusi 7.UTD Dinas Kesehatan Mesuji B. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep D. Hipotesis BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan desain Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Variabel dan Definisi Operasional E. Pengumpulan Data F. Pengolahan dan Analisis Data G. Etical Cleareance DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v Halaman i ii iii iv v vi 1 3 3 4 4 5 5 6 6 7 10 11 12 13 13 13 14 14 14 15 15 16 16 17 DAFTAR TABEL Nomor Tabel Halaman Tabel 2.1 Kriteria umum pendonor 7 Tabel 2.2 Lesi penyimpanan 9 Table 2.3 Definisi Operasional 15 vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transfusi darah saat ini telah menjadi salah satu komponen penting dalam pengobatan pasien pada kondisi tertentu. Tranfusi darah biasanya digunakan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan menyediakan hemostasis yang memadai. Setiap tahun, Indonesia diperkirakan membutuhkan 5,1 juta kantong darah untuk ditransfusikan. Angka ini berasal dari standar minimal kebutuhan darah yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization), yaitu sebesar 2% dari jumlah penduduk (Pusdatin Kemenkes RI, 2018). Di Indonesia, pelayanan transfusi darah dilakukan pada Unit Transfusi Darah (UTD). Unit Tranfusi Darah merupakan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan darah, mulai dari penyadapan darah, penyimpanan, crossmatch, dan pendistribusian darah. Pada tahun 2020, terdapat 460 UTD yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Palang Merah Indonesia (PMI). Di Provinsi Lampung, terdapat 11 UTD yang tersebar di seluruh Kabupaten dan Kotamadya, termasuk Kabupaten Mesuji (Kemenkes RI 2021). Unit transfusi darah Dinas Kesehatan Mesuji termasuk kategori UTD Pratama dengan izin operasional No. 440/01/UTD/IV.14/MSJ/2020. Unit transfusi ini dapat melayani transfusi dua produk darah, yaitu whole blood dan Packed Red Cell (PRC). Darah merupakan produk terapeutik yang harus terpelihara dengan baik, sesuai dengan standar manajemen mutu yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk menjamin mutu dan keamanannya, serta meminimalkan potensi kontaminasi bakteri (Kemenkes RI 2015). Darah biasanya disimpan dalam kantong darah yang berisi antikoagulan Citrate Phosphate Dextrose Adenine-1 (CPDA-1), yang tersedia dalam ukuran 350mL dan 450mL (Mukherjee 2016). Darah dengan anti koagulan CPDA-1 pada suhu penyimpanan 2-6 ºC, dapat bertahan hingga 35 hari. Lamanya masa penyimpanan, dapat 1 2 menimbulkan efek pada kualitas darah. Pada darah yang disimpan, akan terjadi serangkaian perubahan biokimia yang dapat mengurangi kelangsungan hidup atau penurunan fungsi sel nya. Selain itu, penyimpanan juga menyebabkan perubahan pada integritas membran eritrosit. Hal ini menyebabkan kebocoran membran sel, sehingga beberapa elektrolit, seperti kalium, dapat keluar dari sel eritrosit. Akibatnya, terjadi peningkatan kadar kalium dalam plasma (Andriyani, Btari, and Sepvianti 2018). Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan hal ini. Penelitian Asryani dkk. (2018) di bank darah RSUP Dr. M. Djamil Padang, menunjukan bahwa kadar kalium pada PRC yang disimpan selama lebih dari 14 hari, lebih tinggi secara signifikan bila dibandingkan dengan kadar kalium pada PRC yang disimpan kurang dari 14 hari. Penelitian lain menunjukan bahwa kadar kalium pada darah CPDA1 yang disimpan pada suhu 2-6 ºC, mengalami peningkatan secara progresif dari waktu ke waktu selama 35 hari penyimpanan (Marabi, Musyoki, and Amayo 2021). Penelitian lain di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tentang pengaruh tranfusi sel darah merah pada pasien thalassemia mayor menemukan bahwa kadar kalium setelah transfusi mengalami peningkatan sebesar 2,6% (Larasati and Riza 2020). Tranfusi whole blood ataupun PRC memiliki beberapa dampak negatif dan berpotensi menimbulkan efek samping yang tidak menguntungkan. Salah satunya adalah hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan komplikasi yang seringkali terjadi pada tranfusi darah simpan. Tranfusi dengan hiperkalemi dapat menyebabkan henti jantung pada resipien (Asryani, Yaswir, and Rofinda 2018). Hiperkalemia sering terjadi pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, seperti heart failure, hipertensi, dan penyakit arteri koroner, khususnya bila dikombinasikan dengan gangguan fungsi ginjal, diabetes, dan usia lanjut. Hiperkalemia bertanggung jawab atas aritmia jantung yang menyebabkan henti jantung dan kematian, dengan tingkat kematian yang dihasilkan hingga 30% (Rosano et al. 2018). Saat ini, kebutuhan kantong darah per hari di UTD Dinas Kesehatan Mesuji masih tergolong rendah, yaitu <10 kantong. Meskipun demikian, 3 permintaan pelayanan darah, baik whole blood maupun komponen darah seperti PRC, masih tetap ada. Pada beberapa kasus kegawatdaruratan medis dengan perdarahan aktif, seperti kecelakaan lalu lintas (laka lantas), korban tindak kriminal dengan senjata tajam, perdarahan pasca persalinan/operasi caesar, dan pasien yang menderita gagal ginjal, tetap membutuhkan transfusi whole blood maupun PRC untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan volume plasma dalam waktu yang bersamaan (Murphy 2017). Kondisi tersebut menyebabkan UTD Dinas Kesehatan Mesuji masih menyiapkan stok whole blood maupun PRC untuk semua jenis golongan darah, meskipun memungkinkan penyimpanan hingga 35 hari. Hingga saat ini, belum ada penelitian tentang kadar kalium plasma pada darah simpan di UTD Dinas Kesehatan Mesuji. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada whole blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Adakah pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada whole blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada whole blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui rerata kadar kalium whole blood sebelum penyimpanan. b. Mengetahui rerata kadar kalium whole blood setelah peyimpanan 7, 14, 21, 28, 35 hari. c. Mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada whole blood. 4 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada Whole Blood. 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam penerapan ilmu teknologi laboratorium medis khususnya pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada Whole Blood. b. Bagi UTD Dinas Kesehatan Mesuji Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar monitoring penyimpanan darah whole blood dan komponen darah. c. Bagi Poltekkes Tanjungkarang Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan sumber kepustakaan baru yang bermanfaat khususnya tentang pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada Whole Blood. E. Ruang Lingkup Penelitian Bidang kajian penelitian ini adalah imunohematologi. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain penelitian analitik cross sectional. Variabel bebas penelitian ini adalah lama penyimpanan.Variable terikat penelitian ini adalah kadar kalium whole blood. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kantong whole blood yang diperoleh dari pendonor sehat dan disimpan pada suhu 2-6ºC di UTD Dinas Kesehatan Mesuji. Sampel yang digunakan adalah 4 kantong whole blood. Darah akan diambil dari pendonor dengan kantong CPDA-1 volume 350cc, kemudian disimpan pada refrigerator suhu 2-6 ºC. Kadar kalium plasma akan diukur sebanyak 6 kali, yaitu pada awal sebelum penyimpanan dan pada penyimpanan hari ke 7,14, 21,28, dan 35. Pemeriksaan menggunakan alat otomatis metode ISE. Adapun waktu pelaksanaannya akan dilakukan pada bulan Februari-Maret 2022. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Tranfusi Darah Transfusi darah adalah pemberian darah atau komponen darah dari donor yang sehat ke resipien yang membutuhkan (Irawaty, AM, and Arif 2018). Transfusi darah diperlukan untuk mempertahankan kecukupan oksigenasi jaringan, mengobati perdarahan dan gangguan koagulasi, memperbaiki defisiensi imunologis atau untuk mempertahankan volume darah (Rao 2006). Transfusi darah merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan modern. Beberapa kasus perdarahan yang membutuhkan tranfusi, yaitu trauma senjata api, cedera kendaraan, operasi bedah, dan pasien dengan kondisi medis tertentu seperti hemoglobinopati, talasemia, dan anemia hemolitik (Murphy 2017). Hari ini darah manusia ditransfusikan pada banyak kasus yang berbeda-beda dan bertindak sebagai obat untuk menyembuhkan sejumlah penyakit (Mukherjee 2016). Pendarahan adalah kondisi darurat medis yang memerlukan intervensi segera. Intervensi yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi dampak syok hemoragik dan koagulopati, untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan mengurangi morbiditas. Perdarahan mayor sering terjadi pada trauma, komplikasi operasi besar, penyakit gastrointestinal, dan obstetric (Hagen et al. 2021). Whole blood adalah produk pilihan utama untuk resusitasi perdarahan traumatis yang parah. Whole blood berisi semua elemen darah yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan hemostasis, dalam rasio dan konsentrasi yang hampir fisiologis (Cap et al. 2018). Whole blood memberikan plasma dan sel darah dengan rasio yang seimbang dan telah banyak dilakukan di seluruh dunia (Hagen et al. 2021). Pada praktek transfusi klinis, ada beberapa hal yang menjadi prioritas utama, yaitu menghindari transfusi yang tidak perlu, 5 6 mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan darah yang baik, serta menghindari kesalahan transfusi yang tidak perlu. Hal ini diperlukan untuk memastikan terselenggaranya praktik transfusi yang aman dan penggunaan darah yang tepat (Booth and Allard 2017). 2. Produk Darah Darah dan produk darah dapat dianggap obat karena digunakan untuk mengobati penyakit tertentu. Transfusi darah juga merupakan transplantasi, karena sel-sel harus bertahan hidup dan berfungsi setelah transfusi agar memiliki efek terapeutik. Cara terapi darah yang tepat adalah transfusi produk darah spesifik yang dibutuhkan pasien. Transfusi dengan produk darah spesifik, dapat mengoptimalkan penggunaan darah dari setiap pendonor (Harmening 2019). Pemisahan komponen darah dilakukan dengan metode sentrifugasi pada suhu dan waktu tertentu. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan gravitasi, gaya sentrifugal, waktu dan suhu yang berbeda dari setiap komponen darah. Produk darah diantaranya yaitu : a. Whole blood/ darah lengkap b. Packed red cell/ komponen sel darah merah c. Komponen trombosit d. Plasma e. Cryoprecipitate (Mukherjee 2016). 3. Whole Blood Whole Blood awalnya digunakan dalam pengobatan resusitasi trauma pada pasien sipil di seluruh Amerika Serikat (Jackson, Murphy, and Fontaine 2020). Saat ini, transfusi whole blood telah diakui sebagai metode sebagai metode penyelamatan yang aman dan efektif untuk orang dewasa dengan pendarahan besar yang mengancam jiwa dan penyalkit lain seperti methaemoglobinemia (Singh et al. 2020; Cruciani et al. 2021). Seluruh darah dikumpulkan dengan pungsi vena dari orang dewasa yang sehat ke dalam kantong plastic mengandung larutan 7 pengawet antikoagulan cair. Salah satu yang di rekomendasikan oleh Food and Drug Administration (FDA) adalah kantong yang mengandung CPDA-1 (McCullough 2021). Whole Blood adalah komponen yang tidak dimodifikasi, diambil langsung dari donor, yang terdiri dari eritrosit, leukosit, trombosit, dan protein plasma dengan larutan antikoagulan-pengawet. Whole Blood biasanya digunakan untuk pasien yang mengalami perdarahan aktif dan kehilangan darah lebih dari 25% dari volume darah mereka. Seluruh darah disiapkan secara aseptik dengan perbandingan 14 mL antikoagulan larutan pengawet per 100 mL darah lengkap (Blaney and Howard 2016). Sebelum diambil darahnya, pendonor akan diseleksi terlebih dahulu. Seleksi dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan pengkajian kuesioner kesehatan yang harus dilengkapi sebelumnya. Beberapa kriteria umum seleksi pendonor, disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Kriteria Umum Pendonor. KRITERIA Usia Berat badan Tekanan darah Denyut nadi Suhu tubuh Interval waktu sejak penyumbangan terakhir Volume maksimum PERSYARATAN ≥17 tahun ≥45 Kg untuk penyumbangan 350 ml ≥55 Kg untuk penyumbangan 450 ml Sistolik 90-160 mmHg Diastolic 60-100 mmHg Dan perbedaan antara sistolik dengan diastolic >20 mmHg 50-100 kali per menit dan teratur 36,5-37,5 ºC L: 2 bulan P: 2 bulan 350 ±10% diluar anti koagulan 450 ±10% diluar anti koagulan Sumber: (Kemenkes RI 2015) 4. Penyimpanan Darah Aspek penting dalam menjaga kualitas produk darah dan komponennya adalah transportasi dan penyimpanan yang sesuai standar. Proses ini untuk memastikan produk darah dan komponennya dapat berfungsi dengan baik yaitu untuk meningkatkan status hematologis penerima (Hardwick 2020). 8 Whole blood dapat disimpan selama beberapa waktu dalam anti koagulan tertentu. Berdasarkan jenis penyimpanan nya, ada dua jenis whole blood, yaitu fresh whole blood (FWB) dan stored whole blood (SWB). Fresh whole blood dapat digunakan pada suhu kamar, sampai 24 jam sejak saat pengumpulan atau 8 jam pada suhu dingin. Setelah itu darah akan menjadi stored whole blood (SWB). Fresh whole blood tidak direkomedasikan untuk digunakan karena tidak melalui penapisan penyakit infeksi menular lewat transfusi sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa SWB memberi efek hemostatik yang serupa dengan FWB. Oleh karena itu, saat ini penggunaan SWB lebih sering digunakan. SWB bisa disimpan hingga 21 hari pada suhu 1-6° C dalam antikoagulan Sitrat Fosfat Dekstrosa, atau selama 35 hari pada 1-6° C dalam CPDA-1 (Weymouth et al. 2019). Penyimpanan darah pada suhu pada suhu 4°C, akan menyebabkan perubahan dalam sifat biokimia dan mekanik sel darah merah. Hal ini disebabkan oleh kondisi penyimpanan, yang disebut sebagai lesi penyimpanan. Sel darah merah kehilangan viabilitasnya selama beberapa waktu, bahkan setelah menyimpan darah dalam CPDA-1. Perubahan dapat disebabkan oleh hemolisis spontan atau kerusakan viabilitas sel darah merah (Upadya, Seema, and Motakapalli 2018). Lesi penyimpanan berkembang ketika komponen seluler berubah selama penyimpanan untuk periode waktu tertentu, bahan yang digunakan untuk penyimpanan dapat menyebabkan efek fisiologis, atau perubahan biokimia (Harmening 2019). 9 Beberapa perubahan yang terjadi selama penyimpanan disajikan pada table dibawah ini. Tabel 2.2 Lesi penyimpanan. Perubahan Biokimia Perubahan Morfologi ↓ Glukosa Perubahan morfologi yang tidak dapat ↓ ATP ⇒ ↑ daya ikat Hb-O2 diubah ⇒ ↓ Deformabilitas pembentukan mikrovesikel ↓ 2,3-DPG ⇒ ↑ daya ikat Hb-O2 ↑ Kerapuhan osmotik ↑ pH ⇒ ↓ daya ikat Hb-O2 ↓ S-nitrosylation of Hb ⇒ vasodilatasi hipoksia Aliran Na+/K+ ⇒ hilangnya K+ intraseluler ke dalam supernatan ↑ Ca2+ intraseluler ⇒ aktivasi protease yang mengarah ke rusaknya eritrosit. ↓ NO ⇒ vasodilatasi hipoksia ATP = adenosine triphosphate; 2,3-DPG = 2,3 diphosphoglycerate; Hb = hemoglobin; NO = nitric oxide Sumber: (Harmening 2019) Elektrolit memainkan peran utama dalam mempertahankan homeostasis di dalam sel. Kalium adalah kation ekstraseluler terpenting yang bertanggung jawab untuk pemeliharaan integritas sel. Penyimpanan darah yang lama dan tidak tepat menyebabkan kebocoran elektrolit, sehingga mengubah morfologi sel. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi pasien yang menerima darah tersebut (Namjoshi et al. 2021). Pada whole blood yang disimpan, terjadi perubahan pada kadar elektrolit nya. Sebuah penelitian menunjukkan adanya penurunan konsentrasi natrium dan klorida yang signifikan, sedangkan kadar kalium meningkat signifikan bila dibandingkan dengan kadar nya sebelum penyimpanan (Adetola et al. 2020). Perubahan kadar elektrolit pada whole blood dapat terjadi akibat dua hal. Pertama, adanya kerusakan pada membran sel eritrosit. Pada darah yang disimpan, akan terjadi penurunan kadar adenosin trifosfat (ATP) setiap harinya. Penurunan ATP ini, menyebabkan membran sel akan kehilangan lipid nya, sehingga membran sel menjadi kaku. Akibatnya kalium akan berdifusi keluar dari sel sedangkan natrium akan masuk ke dalam sel (Arviananta et al., 2020). Kedua, adanya gangguan pada aktivitas pompa Na+/K+ATPase. Aktivitas pompa 10 Na+/K+ATPase sangat dipengaruhi oleh suhu dan pH. Pompa akan menjadi inaktif pada suhu 4°C, yang menjadi suhu penyimpanan whole blood. Hal ini mengakibatkan kalium berdifusi keluar dari sel dan natrium masuk ke dalam sel. Selain itu, adanya asam laktat sebagai hasil glikolisis sel yang terus menumpuk dalam kantong darah dapat menurunkan pH. Penurunan pH akan semakin menghambat aktivitas pompa Na+/K+ATPase, sehingga kalium yang keluar dari sel akan semakin meningkat, sebanding dengan lamanya waktu penyimpanan (Arsyani, Yaswir dan Rofinda, 2018). 5. Pemeriksaan Pre-Tranfusi Adapun pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sebelum tranfusi yaitu: a. Pemeriksaan Golongan Darah dan kadar Hb. Setiap penyumbangan darah harus dilakukan pemeriksaan serologi golongan darah dan rhesus. Pemeriksaan ini penting karena hanya darah donor yang cocok dan serasi dengan darah pasien yang dapat ditranfusikan. Pemeriksan golongan darah dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kadar Hb. b. Pemeriksaan Uji Silang Serasi/Crossmatch. Pemeriksaan crossmatch yaitu serangkaian prosedur pemeriksaan mencocokkan darah resipien dan darah donor. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan ada tidaknya aloantibodi pada darah resipien yang akan bereaksi dengan darah donor bila ditransfusikan dan/ atau sebaliknya. Uji silang serasi dapat dilakukan dengan metode tabung atau metode gel test. c. Pemeriksaan IMLTD. Darah donor yang akan di transfusikan kepada pasien harus terjamin aman dengan melakukan uji saring infeksi menular lewat tranfusi darah. Pengujian wajib dilakukan untuk setiap kantong darah terhadap hepatitis B, hepatitis C, HIV dan sifilis. Metode standar pemeriksaan uji saring adalah enzyme immune assay (EIA), Chemiluminescence Immuno Assay (ChLIA), dan Nucleic 11 Acid Amplification Test (NAT), namun jika tidak memungkinkan diperbolehkan menggunakan metode rapid test yang memenuhi persyaratan sensitifitas dan spesifitasnya (Permenkes RI No.91) 6. Efek Metabolik Yang Merugikan Dari Transfusi Efek metabolik utama dari transfusi melibatkan toksisitas sitrat dan hiperkalemia (peningkatan kalium). Sodium sitrat adalah komponen utama dari seluruh antikoagulan yang digunakan untuk mengawetkan sel darah merah. Sitrat mengikat kalsium dan magnesium untuk mencegah aktivasi faktor koagulasi. Biasanya, sitrat dengan cepat dimetabolisme di hati setelah transfusi. Namun, jumlah sitrat yang berlebihan dapat masuk ke sirkulasi dalam transfusi masif atau pada pasien dengan penyakit hati. Toksisitas sitrat menyebabkan hipokalsemia dan hipomagnesemia. Selain itu, alkalosis metabolik dapat berkembang dari bikarbonat yang dihasilkan dari metabolisme sitrat. Selama penyimpanan sel darah merah, kalium intraseluler perlahan bocor dari penuaan sel darah merah, menyebabkan peningkatan kalium dalam supernatan. Hiperkalemia dapat terjadi pada transfusi masif orang dewasa, dan terutama transfusi neonates pada bayi prematur. Peningkatan kalium dapat menyebabkan gangguan neuromuscular dan berefek pada jantung (Harmening 2019). Hiperkalemia, didefinisikan sebagai peningkatan konsentrasi kalium serum (Kþ) lebih besar dari 5,0 atau lebih besar dari 5,5 mEq/L (mmol/L). Hiperkalemia merupakan kelainan elektrolit yang berpotensi mengancam jiwa. Risiko hiperkalemia meningkat pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD), diabetes, dan gagal jantung (HF) dan pada individu menerima renin-angiotensinaldosterone system inhibitors (RAASis). Homeostasis kalium sebagian besar dipertahankan oleh ginjal, meskipun saluran pencernaan dan sistem lain juga terlibat dalam yang lebih rendah luasnya. Hiperkalemia memiliki efek depolarisasi pada jantung, 12 menyebabkan pemendekan potensial aksi dan meningkatkan risiko aritmia (Palmer et al. 2021). Hiperkalemia adalah masalah yang mengancam jiwa yang sering dijumpai pada pasien gagal jantung (Sidhu, Sanjanwala, and Zieroth 2020). Hiperkalemia sering terjadi pada pasien dengan penyakit kardiovaskular (misalnya HF, hipertensi arteri, dan penyakit arteri koroner), khususnya bila dikombinasikan dengan gangguan fungsi ginjal, diabetes, dan usia lanjut. Hiperkalemia mungkin bertanggung jawab atas aritmia jantung yang menyebabkan henti jantung dan kematian, dengan tingkat kematian hingga 30% (Rosano et al. 2018). 7. UTD Dinas Kesehatan Mesuji Kebutuhan pelayanan darah di Kabupaten Mesuji sejalan dengan Peraturan Pemerintah No.7 tahum 2011 tentang Pelayanan Darah, Permenkes RI No.83 tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah, serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Kerja Sama Antara Puskesmas, Unit Transfusi Darah, dan Rumah Sakit Dalam Pelayanan Darah Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu. Selain itu, dalam memberikan pelayanan darah, UTD Dinas Kesehatan Mesuji mengacu pada Permenkes RI No.91 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah. UTD Dinas Kesehatan Mesuji termasuk kategori UTD Pratama dengan izin operasional No. 440/01/UTD/IV.14/MSJ/2020. Adapun sebagai pelaksana harian adalah tenaga ATLM terlatih ada 2 orang, dan belum terlatih ada 1 orang. Produk darah yang tersedia saat ini berupa Whole blood dan Packed Red Cell. Permintaan darah yang utama berasal dari RSUD Ragab Begawe Caram, namun ada juga yang berasal dari RS Puri Husadatama, RS Penawar Medika dan RS Mutiara Bunda. Pada saat ini di RSUD RBC telah tersedia layanan pemeriksaan dokter Spesialis Bedah, Spesialis Kandungan, Spesialis Dalam, Spesialis Anak, Spesialis THT dan Poliklinik Dokter Umum. 13 B. Kerangka Teori Penyimpanan Whole Blood Suhu ↓ ATP ↓ Asam Laktat ↑ pH ↓ Gangguan Pompa Na+/K+/ATPase Kalium Plasma ↑ C. Kerangka Konsep Independen Waktu penyimpanan hari ke-0, 7,14, 21, 28,35 D. Dependen Kadar kalium plasma whole blood Hipotesis Hₒ: tidak ada pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada whole blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji. H₁: ada pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar kalium plasma pada whole blood di UTD Dinas Kesehatan Mesuji. B III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan desain penelitian analitik cross sectional. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret tahun 2022 di UTD Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji. C. Populasi dan Sample Populasi dalam penelitian ini adalah semua kantong whole blood yang diperoleh dari pendonor sehat dan disimpan pada suhu 2-6ºC di UTD Dinas Kesehatan Mesuji. Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kantong whole blood yang diperoleh dari pendonor yang sehat, lolos uji IMLTD, dan disimpan pada suhu 2-6ºC. Kriteria eksklusi adalah kantong whole blood yang rusak atau mengalami hemolisis dengan pengamatan secara visual yang dicirikan dengan terjadinya perubahan warna kemerahan pada plasma darah dalam kantong darah. Sampel dalam penelitian ini adalah 4 kantong whole blood yang diperoleh dari pendonor sehat dan dilakukan penyimpanan pada suhu 2-6ºC. Jumlah sampel tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus Federer, yaitu (t-1)(n-1) ≥ 15. Keterangan : t=jumlah perlakuan n=jumlah pengulangan/jumlah sampel (t-1)(n-1) ≥ 15 (6-1)(n-1) ) ≥ 15 5(n-1) ≥ 15 5n-5 ≥ 15 5n ≥ 15+5 5n ≥ 20 n≥4 14 15 D. Variable dan Definisi Operasional Variabel bebas (independen variable) penelitian ini adalah lama penyimpanan. Variable terikat (dependen variable) penelitian ini adalah kadar kalium plasma. Definisi operasional sebagai berikut : No 1 Variabel Lama penyimpanan Definisi Durasi waktu penyimpanan Cara Ukur Observasi Hasil Ukur hari ke 0, 7, 14, 21, 28, 35 Skala Rasio 2 Kadar kalium plasma Kadar kalium plasma WB CPDA1 pada Dengan alat otomatis metode ISE mmol/L Rasio 2⁰C -6⁰C E. Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data penelitian dilakukan a. Mempersiapkan izin penelitian b. Mempersiapkan alat dan bahan kerja c. Melakukan pengukuran kadar kalium pada hari ke-0, dan mencatat hasilnya. d. Menyimpan whole blood pada refrigerator suhu 2-6 ºC. e. Melakukan pengukuran kadar kalium pada hari ke- 7, 14, 21, 28, 35 dan mencatat hasilnya. 2. Pemeriksaan Kalium Menggunakan Easy Lite Otomatis Analyzer a. Menghidupkan Alat Hubungkan kabel dengan instrument Konfirmasi tanggal dan waktu Muncul tampilan di layar b. Kalibrasi Pilih YES pada menu “Calibrate Now?” Alat akan mengkalibrasi secara otomatis tiap 8 jam sekali c. Analisa QC Pilih YES pada Analyze Blood Letakkan Sampel ±200μL pada sample probe , Pilih YES pada “Sample In Probe” 16 d. Analisa Sampel Pilih YES pada Analyze Blood Letakkan Sampel ±200μL pada sample probe , Pilih YES pada “Sample In Probe” Akan muncul Analyzyng, lalu hasil akan keluar secara otomatis. e. Run Daily Cleaner Pilih YES pada Daily Cleaner Letakkan daily cleaner pada sample probe , Pilih YES pada “Sample In Probe” Alat akan dibersihkan secara otomatis F. Pengolahan dan Analisa Data Data Akan dianalisis dengan Univariat dan Bivariat 1. Univariat Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dari variabel penelitian yaitu Kadar kalium plasma whole blood sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan pada hari ke- 7, 14,21, 28, dan 35. Tren perubahan kadar kalium disajikan dalam bentuk diagram garis. 2. Bivariat Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata kadar kalium sebelum penyimpanan dengan kadar kalium pada setiap minggu pengamatan menggunakan uji Anova. G. Ethical Clearance Penelitian yang akan dilakukan ini atas izin komisi etik. Penelitian ini tidak akan menimbulkan bahaya bagi lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari proses penelitian ini akan dikumpulkan dan dimusnahkan dalam penanganan limbah. Subyek penelitian akan dirahasiakan. Seluruh biaya yang diperlukan dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti. DAFTAR PUSTAKA Adetola, Amballi Adebayo et al. 2020. “Assessment Of Biochemical And Haematological Changes That Occur In Blood Stored With Cpda-1 As An Anticoagulant In A Tertiary Hospital In Nigeria.” 19(December): 13–22. Almoshary, May, Eman Al Mussaed, and Maria Arab-Din. 2019. “Biochemical Profile Changes in Stored Donor Blood for Transfusion.” Pakistan Journal of Medical Sciences 35(6): 1697–1700. Andriyani, Yuni, Serafica Btari, and Wiwit Sepvianti. 2018. “Gambaran Jumlah Eritrosit Pada Whole Blood Selama 30 Hari Penyimpanan Di PMI Kabupaten Sleman Yogyakarta.” d: 463–67. Asryani, Tuti, Rismawati Yaswir, and Zelly Dia Rofinda. 2018. “Perbandingan Kadar Kalium Packed Red Cell Berdasarkan Lama Penyimpanan Di Bank Darah RSUP Dr. M. Djamil Padang.” Jurnal Kesehatan Andalas 7: 10. Blaney, Kathy D, and Paula R Howard. 2016. Basic Concepts of Blood Banking and Transfusion Practices Blood Component Preparation and Therapy. Elsevier Health Sciences. Booth, Catherine, and Shubha Allard. 2017. “Blood Transfusion.” Medicine (United Kingdom) 45(4): 244–50. Cap, Andrew P. et al. 2018. “Whole Blood Transfusion.” Military Medicine 183(1): 44–51. Cruciani, Mario et al. 2021. “The Use of Whole Blood in Traumatic Bleeding: A Systematic Review.” Internal and Emergency Medicine 16(1): 209–20. Hagen, Kristin Gjerde et al. 2021. “A Whole Blood Based Resuscitation Strategy in Civilian Medical Services: Experience from a Norwegian Hospital in the Period 2017–2020.” Transfusion 61(S1): S22–31. Hardwick, Jonathan. 2020. “Blood Storage and Transportation.” ISBT Science Series 15(S1): 232–54. Harmening, Denise M. 2019. Modern Blood Banking and Transfusion Practices Seventh Edition. 7th ed. ed. Harmening Denise. USA: F. A. Davis Company. Irawaty, Irawaty, Rachmawati AM, and Mansyur Arif. 2018. “Characteristics Of Crossmatch Types In Compatibility Testing On Diagnosis And Blood Types Using Gel Method (Ciri Inkompatibilitas Uji Cocok Serasi Metode Gel Terhadap Diagnosis Dan Golongan Darah).” Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory 23(1): 36. 17 Jackson, Bryon, Colin Murphy, and Magali J. Fontaine. 2020. “Current State of Whole Blood Transfusion for Civilian Trauma Resuscitation.” Transfusion 60(S3): S45–52. Kemenkes RI. 2015. “Permenkes RI No. 91 Tahun 2015.” : 275. —. 2021. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Profil Kesehatan Indonesia 2020. Keohane, Elaine M., Catherine N. Otto, and Jeanine M. Walenga. 2019. “Rodak’s Hematology, 6 Ed” ed. Elaine M Keohane. Journal of Petrology 369(1): 425– 29. Larasati, Sacharissa Ardelia, and Muhammad Riza. 2020. “Pengaruh Transfusi Sel Darah Merah Terhadap Perubahan Kadar Kalium Pada Pasien Thalassemia Mayor.” Sari Pediatri 21(4): 241. Marabi, Phidelis M., Stanslaus Musyoki, and Angela Amayo. 2021. “Biochemical Changes in Whole Blood Stored for Transfusion at Bungoma County Referral Hospital, Kenya.” African Journal of Laboratory Medicine 9(1): 1– 5. McCullough, Jeffrey. 2021. Transfusion Medicine FIFTH EDITION. FIFTH EDIT. ed. Jeffrey McCullough. John Wiley & Sons Ltd. Mukherjee, Bibekananda. 2016. Technical Manual of Blood Components Preparation Technical Manual of Blood Components Preparation. Jaypee Brothers Medical Publishers. Murphy, Michael F. 2017. Medicine Practical Transfusion Medicine. Fifth Edit. ed. Michael F. Murphy. USA: John Wiley & Sons Ltd All. Namjoshi, Abha, Geeta M Bhatia, Aparna S Chaudhari, and Sangeeta Trimbake. 2021. “Effect of Blood Storage on Electrolyte Levels.” International Journal of Research in Medical Sciences 9(2): 438. Oyet, Caesar, Benson Okongo, Richard Apecu Onyuthi, and Enoch Muwanguzi. 2018. “Biochemical Changes in Stored Donor Units: Implications on the Efficacy of Blood Transfusion.” Journal of Blood Medicine 9: 111–15. Palmer, Biff F. et al. 2021. “Clinical Management of Hyperkalemia.” Mayo Clinic Proceedings 96(3): 744–62. Pusdatin Kemenkes RI. 2018. “Infodatin Pelayanan Darah Di Indonesia.” : 156. Rao, Gundu HR. 2006. “Handbook of Blood Banking and Transfusion Medicine” ed. Gundu HR Rao. : 366. 18 Rosano, Giuseppe M.C. et al. 2018. “Expert Consensus Document on the Management of Hyperkalaemia in Patients with Cardiovascular Disease Treated with Renin Angiotensin Aldosterone System Inhibitors: Coordinated by the Working Group on Cardiovascular Pharmacotherapy of the European Society O.” European Heart Journal - Cardiovascular Pharmacotherapy 4(3): 180–88. Sidhu, Kiran, Rohan Sanjanwala, and Shelley Zieroth. 2020. “Hyperkalemia in Heart Failure.” Current Opinion in Cardiology 35(2): 150–55. Singh, Pawan et al. 2020. “Therapeutic Whole Blood Exchange in the Management of Methaemoglobinemia: Case Series and Systematic Review of Literature.” Transfusion Medicine 30(3): 231–39. Upadya, Ujwal B., H. S. Seema, and Kaviraj Motakapalli. 2018. “Effect of Blood Storage on Biochemical Parameters Assessed at Periodic Intervals in CPDA1 Blood Bags.” Journal of Clinical and Diagnostic Research 12(10): EC05–7. Weymouth, Wells, Brit Long, Alex Koyfman, and Christopher Winckler. 2019. “Whole Blood in Trauma: A Review for Emergency Clinicians.” Journal of Emergency Medicine 56(5): 491–98. 19