UNIVERSITAS INDONESIA RESUME PSAK 13, 16, 19 dan CASE REVALUASI TANAH DAN PERSEDIAAN Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pelaporan Korporat yang diampu oleh Dr. Taufik Hidayat S.E., Ak., M.M. Disusun oleh: Kelompok 4 Kelas PK F212 Elyada Ahastari Liunome 2106804303 Ismail Saleh 2006500630 Lady Cinthya Purba 2106803704 PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA 2022 STATEMENT OF AUTHORSHIP We, member of Group 4, the undersigned declare to the best of our ability that the paper/assignment herewith is an authentic writing carried out by ourselves. No other authors or works of other authors have been used without any reference to its sources. This paper/assignment has never been presented or used as paper’ assignment for other courses except if we clearly stated otherwise. We fully understand that this assignment can be reproduced and/or communicated for the purpose of detecting plagiarism. Name : Elyada Ahastari Liunome Student’s ID Number : 2106804303 Signature : Name : Ismail Saleh Student’s ID Number : 2006500630 Signature : Name : Lady Cinthya Purba Student’s ID Number : 2106803704 Signature : Course : Pelaporan Korporat Assignment Title : RESUME PSAK 13, 16, 19 dan CASE Revaluasi Tanah Dan Persediaan Date : February 18, 2022 Lecturer : Dr. Taufik Hidayat S.E., Ak., M.M. DAFTAR ISI STATEMENT OF AUTHORSHIP ..................................................................................................... 2 PSAK 13 – PROPERTI INVESTASI ................................................................................................ 4 Definisi ............................................................................................................................................. 4 Pengakuan ......................................................................................................................................... 4 Pengukuran saat pengakuan .............................................................................................................. 4 Pengukuran setelah pengakuan ......................................................................................................... 4 Pengalihan ........................................................................................................................................ 5 Pelepasan .......................................................................................................................................... 5 Pengungkapan ................................................................................................................................... 5 PSAK 16 – ASET TETAP .................................................................................................................. 7 Definisi ............................................................................................................................................. 7 Pengakuan ......................................................................................................................................... 7 Pengukuran Saat Pengakuan ............................................................................................................. 7 Pengukuran Setelah Pengakuan ........................................................................................................ 8 Penyusutan ........................................................................................................................................ 8 Penghentian Pengakuan .................................................................................................................... 8 Pengungkapan ................................................................................................................................... 9 PSAK 19 – ASET TAK BERWUJUD ............................................................................................. 10 Definisi ........................................................................................................................................... 10 Ruang Lingkup ............................................................................................................................... 10 Pengakuan dan Pengukuran ............................................................................................................ 10 Pengakuan Beban............................................................................................................................ 12 Pengukuran Setelah Pengakuan ...................................................................................................... 12 Umur Manfaat ................................................................................................................................. 12 Aset Tak Berwujud Dengan Umur Manfaat Terbatas ..................................................................... 13 Aset Tak Berwujud Dengan Umur Manfaat Tidak Terbatas ........................................................... 13 Keterpulihan Jumlah Tercatat-Rugi Penurunan Nilai ...................................................................... 13 Penghentian Dan Pelepasan ............................................................................................................ 14 Pengungkapan ................................................................................................................................. 14 CASE ................................................................................................................................................. 16 PSAK 13 – PROPERTI INVESTASI Definisi Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau keduaduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk: a. digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif; atau b. dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari, Berikut adalah contoh properti investasi: a. tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk dijual angka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari; b. tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum ditentukan. (Jika entitas belum menentukan penggunaan tanah sebagai properti yang digunakan sendiri atau akan dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari, maka tanah tersebut sebagai tanah yang dimiliki dalam rangka kenaikan nilai) c. bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas melalui sewa pembiayaan) dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi d. bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi; e. properti dalam proses pembangunan atau pengembangan yang di masa depan digunakan sebagai properti investasi. Pengakuan Properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika: a. besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan properti investasi akan mengalir ke entitas; dan b. biaya perolehan properti investasi dapat diukur secara andal. Entitas mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan atas seluruh biaya perolehan properti investasi pada saat terjadinya. Biaya perolehan termasuk biaya yang terjadi pada saat memperoleh properti investasi dan biaya yang terjadi setelahnya untuk menambah, mengganti bagian properti, atau memperbaiki properti. Pengukuran saat pengakuan Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya transaksi termasuk dalam pengukuran awal tersebut. Biaya perolehan properti investasi yang dibeli meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung. Pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung termasuk, sebagai contoh, biaya jasa hukum, pajak pengalihan properti, dan biaya transaksi lain. Pengukuran setelah pengakuan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan menetapkan bahwa perubahan kebijakan akuntansi secara sukarela dilakukan hanya jika perubahan tersebut akan menghasilkan laporan keuangan yang menyediakan informasi yang andal dan lebih relevan mengenai dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lain terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas entitas. Hal yang sulit untuk dipahari bahwa perubahan dari model nilai wajar ke model biaya dapat menghasilkan penyajian yang lebih relevan. Pernyataan ini mensyaratkan seluruh entitas untuk mengukur nilai wajar properti investasi, baik untuk tujuan pengukuran (jika menggunakan model nilai wajar) maupun pengungkapan (ilka menggunakan model biaya). Entitas dianjurkan, tetapi tidak disyaratkan, untuk mengukur nilai wajar properti investasi berdasarkan penilaian oleh penilai independen yang memiliki kualifikasi profesional yang telah diakui dan relevan serta memiliki pengalaman terkini di lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai. Entitas dapat: a. memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti investasi yang menjadi agunan liabilitas yang membayar imbal hasil dikaitkan secara langsung dengan nilai wajar dari, atau imbal hasil dari, aset tertentu yang mencakup properti investasi tersebut; dan b. memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti investasi lain, tapa memperhatikan pilihan sebagaimana dimaksud di huruf (a). Pengalihan Pengalihan ke, atau dari, properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan yang dibuktikan dengan: a. dimulainya penggunaan oleh pemilik, dialihkan dari properti investasi menjadi properti yang digunakan sendiri; b. dimulainya pengembangan untuk dijual, dialihkan dari properti investasi menjadi persediaan; c. berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dialihkan dari properti yang digunakan sendiri menjadi properti investasi; atau d. dimulainya sewa operasi kepada pihak lain, dialihkan dari persediaan menjadi properti investasi. Untuk properti investasi yang dicatat pada nilai wajar dan kemudian dialihkan menjadi properti yang digunakan sendiri atau persediaan, akuntansi selanjutnya mengacu pada PSAK 16: Aset Tetap atau PSAK 14: Persediaan yang mana biaya perolehan bawaan (deemed cost) merupakan nilai wajar pada tanggal perubahan penggunaan. Jika properti yang digunakan sendiri oleh pemilik berubah menjadi properti investasi dan akan dicatat dengan menggunakan nilai wajar, entitas menerapkan PSAK 16: Aset Tetap sampai dengan saat tanggal terakhir perubahaan penggunaannya. Entitas memperlakukan perbedaan antara jumlah tercatat berdasarkan PSAK I6 dan nilai wajar dengan cara yang sama sebagaimana revaluasi berdasarkan PSAK 16. Pelepasan Properti investasi dihentikan pengakuannya (dieliminasi dari laporan posisi keuangan) pada saat dilepaskan atau ketika properti investasi tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomik masa depan yang diharapkan dari pelepasannya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi ditentukan dari selisih antara hasil neto pelapasan dan jumlah tercatat aset dan diakui dalam laba rugi (kecuali jika PSAK 30: Sewa mensyaratkan lain dalam jual dan sewa-balik) pada periode terjadinya penghentian atau pelepasan. Kompensasi dari pihak ketiga yang diberikan sehubungan dengan penurunan nilai, kehilangan atau penyerahan properti investasi diakui dalam laba rugi ketika kompensasi tersebut menjadi piutang. Pengungkapan Entitas mengungkapkan: a. apakah entitas menerapkan model nilai wajar tau model biaya; b. jika menerapkan model nilai wajar, apakah, dan dalam keadaan bagaimana, hak atas properti yang dimiliki dalam sewa operasi diklasifikasikan dan dicatat sebagai properti investasi; c. jika pengklasifikasian sulit dilakukan (lihat paragraf 14), kriterla yang digunakan untuk membedakan properti investasi dari properti yang digunakon sendiri dengan properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hart; d. sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi (yang diukur atau diungkapkan dalam laporan kenangan) didasarkan pada penilaian oleh penilai independen yang memiliki kualifikasi e. f. g. profesional yang telah diakui dan relevan serta memiliki pengalaman terkini di lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai. Jika tidak ada penilaian tersebut, maka hal ini diungkapkan; jumlah yang diakui dalam laba rugi untuk: • penghasilan rental dari properti investasi; • beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul dari properti investasi yang menghasilkan penghasilan rental selama periode: • beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul dari properti investasi yang tidak menghasilkan pendapatan rental selama periode; dan • perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laba rugi atas penjualan properti investasi dari sekelompok set yang menggunakan model biaya ke kelompok yang menggunakan model nilai wajar (lihat paragraf 32C): keberadaan dan jumlah pembatasan atas kemampuan realisasi dari properti investasi atau atas pengiriman penghasilan dan hasil pelepasan; kewaliban kontraktual untuk membell, membangun atau mengembangkan atau untuk memperbaiki, memelihara, atau meningkatkan properti investasi. PSAK 16 – ASET TETAP Definisi Definisi aset tetap adalah aset yang berwujud yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; b. Diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Pengakuan Aset tetap bersifat tangible dan mempunyai masa manfaat jangka panjang atau lebih dari 1 tahun, dan biasanya disusutkan. Aset tetap digunakan untuk keperluan penunjang operasional. Biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya jika: a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari asset tersebut; b. Biaya perolehan dapat diukur secara andal. Entitas merevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap seluruh biaya perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya tersebut termasuk biaya awal untuk memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti bagian atau memperbaikinya. Pengukuran Saat Pengakuan Evaluasi prinsip pengakuan aset tetap yaitu: a. Biaya awal memperoleh aset Aset tetap yang memenuhi kualifikasi pengakuan sebagai aset diukur pada biaya perolehan. Biaya perolehan merupakan seluruh biaya terkait aset yang memiliki manfaat di masa mendatang, yang meliputi: • Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan lain; • Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung; • Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap. b. Biaya selanjutnya untuk menambah, mengganti memperbaiki. Biaya selanjutnya atau biaya setelah perolehan awal, yaitu: • Biaya pemeliharaan dan perbaikan (diakui beban di laporan laba rugi periode berjalan); • Penggantian aset, menambah aset jika memenuhi kriteria tetap dan komponen yang diganti tidak lagi dicatat sebagai aset. • Inspeksi yang signifikan diakui sebagai jumlah tercatat aset jika memenuhi kriteria aset tetap dan nilai penilaian terdahulu dihentikan pencatatannya. Contoh biaya yang dapat diatribusikan langsung; a. Biaya imbalan kerja yang timbul scr langsung dari konstruksi atau perolehan aset tetap b. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik c. Biaya penanganan dan penyerahan awal d. Biaya perakitan dan instalasi e. Biaya pengujian aset f. fee professional Contoh biaya yang tidak dapat diatribusikan langsung: a. Biaya pembukaan fasilitas baru b. Biaya pengenalan produk baru c. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru termasuk biaya pelatihan staf d. Administrasi dan overhead umum e. Biaya saat alat belum beroperasi penuh f. g. h. i. Kerugian awal operasi Biaya relokasi dan reorganisasi operasi entitas. Hasil dari aset sebelum dimanfaatkan (hasil parkir dari lahan yang belum digunakan). Laba internal jika aset tersebut merupakan persediaan perusahaan. Pengukuran Setelah Pengakuan Model pengukuran aset tetap yaitu: a. Model biaya Aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai b. Model revaluasi Nilai wajar pada tanggal revaluasian dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelas yang sama direvaluasi. Contoh: • Tanah • Tanah dan bangunan • Mesin • Kapal • Pesawat udara • Kendaraan bermotor • Perabotan • Peralatan kantor Penyusutan Setiap periode aset tetap akan disusutkan dengan beberapa metode, yang nilai penyusutannya harus diakui dalam laporan laba rugi. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap digunakan atau pada saat aset berada di lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen Metode penyusutan antara lain: a. Garis lurus – straight line adalah menghasilkan pembebanan yang tetap sepanjang umur manfaat selagi nilai residu tidak berubah; b. Saldo menurun – declining balance adalah menghasilkan pembebanan yang menurun sepanjang umur manfaat; c. Jumlah unit – total unit adalah menghasilkan pembebanan berdasarkan penggunaan Penurunan nilai atas aset tetap terjadi jika nilai tercatat aset lebih tinggi dibandingkan nilai Recoverable Amount, yaitu nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan dengan nilai kini penggunaan aset. Penurunan nilai dijelaskan lebih lanjut di PSAK 48. Penghentian Pengakuan Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat: a. Pada saat pelepasan b. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali transaksi jual-sewa balik), namun tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan. Penghentian pengakuan pada saat penggantian sebagian aset tetap, yaitu ketika: a. Entitas mengakui biaya perolehan dari penggantian dalam jumlah tercatat aset. b. Kemudian menghentikan pengakuan jumlah tercatat bagian yang digantikan tanpa memperhatikan bagian yang digantikan telah disusutkan secara terpisah. Jika tidak praktis, biaya perolehan penggantian = biaya perolehan yang digantikan. Perhitungan dan penentuan laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap, yaitu perbedaan antara: a. Jumlah neto hasil pelepasan (jika ada), dan b. Jumlah tercatat dari aset. Pengungkapan • Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto • Metode penyusutan yang digunakan • Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan • Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode. • Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode • Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik karena penjaminan utang • Jumlah pengeluaran yang diakui dalam pembangunan • Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan • Jumlah kompensasi pihak ketiga untuk aset yang mengalami penurunan nilai, hilang / dihentikan. • Pemilihan metode akuntansi • Perubahan estimasi PSAK 19 – ASET TAK BERWUJUD Definisi Aset takberwujud adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Ruang Lingkup Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk aset tidak berwujud, kecuali: a) aset tidak berwujud yang diatur oleh pernyataan lain b) aset keuangan seperti yang didefinisikan dalam PSAK 50: Instrumen Keuangan: penyajian; c) Pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi. d) Pengeluaran atas pengembangan dan ekstraksi mineral, minyak, gas alam, dan sumber daya tidak dapat diperbarui lain. Pengakuan dan Pengukuran Aset tak berwujud diakui jika dan hanya jika : a) Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut. b) Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat masa depan, entitas menggunakan asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang umur manfaat aset tersebut. Perolehan Terpisah Aset tak berwujud pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tak berwujud terdiri dari : a. Harga beli, termasuk bea masuk dan pajak pembelian yang tidak dapat direstitusi, setelah dikurangi diskon dan rabat. b. Semua biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan. Akuisisi sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis Sesuai dengan PSAK 22: Kombinasi Bisnis, jika aset tidak berwujud diperoleh dalam kombinasi bisnis, maka biaya perolehan aset tak berwujud adalah nilai wajar aset pada tanggal akuisisi. Pihak pengakuisisi mengakui pada tanggal akuisisi, aset tak berwujud pihak yang diakuisisi secara terpisah dari goodwill, terlepas apakah aset telah diakui atau tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi sebelum kombinasi bisnis. Aset Tak Berwujud yang Diperoleh dalam Kombinasi Bisnis Jika aset tak berwujud dihasilkan dari kombinasi bisnis dapat dipisahkan atau muncul dari hak kontraktual atau hak legal lain, maka tersedia informasi yang memadai untuk mengukur nilai wajar aset secara wajar. Jika pada saat mengukur nilai wajar aset tak berwujud terdapat berbagai kemungkinan atas hasil dengan probabilitas berbeda, maka ketidakpastian tersebut dimasukkan dalam perhitungan nilai wajar aset tak berwujud. Akuisisi dengan hibah pemerintah Aset tak berwujud dapat diperoleh melalui hibah pemerintah apabila pemerintah mengalihkan aset tak berwujud ke entitas. Entitas dapat memilih mengakui aset tak berwujud pada awalnya dengan nilai wajar dengan mengakui nilai nominal ditambah dengan segala pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung dalam menyiapkan aset tersebut agar dapat digunakan sesuai dengan maksud penggunaannya. Pertukaran aset Aset tak berwujud diukur dengan nilai wajar, kecuali : a. Transaksi pertukaran tersebut tidak memiliki substansi komersial b. Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Jika aset yang diperoleh tidak diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat aset yang diserahkan. Nilai wajar aset tak berwujud dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar sejenis jika : a. Veriabilitas rentang estimasi nilai wajar untuk aset tersebut adalah tidak signifikan. b. Probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional dan digunakan dalam menentukan nilai wajar. Goodwill yang dihasilkan secara internal Entitas yang melakukan pengeluaran untuk menghasilkan manfaat ekonomi dimasa depan, tetapi pengeluaran tersebut tidak berakibat pada timbulnya aset tak berwujud yang dapat diakui dianggap memberikan kontribusi terhadap timbulnya goodwill yang dihasilkan secara internal. Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak diakui sebagai aset karena goodwill tersebut bukan merupakan suatu sumber daya teridentifikasi (tidak dapat dipisahkan dan tidak timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain) yang dikendalikan oleh entitas dan dapat diukur secara andal biaya perolehannya. Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal Dalam menentukan apakah suatu aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal memenuhi syarat untuk diakui, entitas mengelompokkan proses dihasilkannya aset tak berwujud menjadi tahap penelitian (tahap riset) dan tahap pengembangan a. Tahap Penelitian Entitas tidak mengakui aset tak berwujud yang timbul dari penelitian. Dalam tahap penelitian proyek internal, entitas tidak dapat menunjukkan bahwa aset tak berwujud yang ada akan memberikan kemungkinan besar manfaat ekonomi di masa depan. Dengan demikian, pengeluaran untuk penelitian diakui sebagai beban pada saat terjadinya. b. Tahap Pengembangan Aset tak berwujud yang timbul dari pengembangan diakui jika, dan hanya jika, entitas dapat menunjukkan semua hal berikut : • kelayakan teknis penyelesaian aset tak berwujud sehingga dapat digunakan atau dijual. • niat untuk menyelesaikan aset tak berwujud tersebut dan menggunakannya atau menjualnya. • kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tak berwujud tersebut. • Bagaimana aset tak berwujud tersebut akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan. Antara lain entitas mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran aset tak berwujud tersebut atau apabila digunakan secara internal, entitas mampu menunjukkan kegunaan aset tak berwujud tersebut. • Tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lain untuk menyelesaikan pengembangan aset tak berwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut, dan • Kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak berwujud selama pengembangannya. Pengeluaran untuk menghasilkan merk, kepala surat kabar, judul publisitas, daftar pelanggan dan hal yang secara substansi serupa yang dihasilkan secara internal tidak dapat dibedakan dengan biaya untuk mengembangkan usaha secara keseluruhan. Oleh karena itu, hal tersebut tidak diakui sebagai aset tak berwujud. Biaya perolehan aset tak berwujud yang Dihasilkan secara internal Biaya perolehan aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal adalah jumlah pengeluaran yang terjadi sejak tanggal aset tak berwujud pertama kali memenuhi kriteria pengukuran. Biaya perolehan aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal terdiri atas seluruh biaya yang dibutuhkan yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membuat, menghasilkan, dan mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Pengakuan Beban Pengeluaran untuk aset tak berwujud diakui sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali : a. Pengeluaran itu merupakan bagian dari biaya perolehan aset tak berwujud yang memenuhi kriteria pengakuan. b. Sesuatu yang diperoleh melalui kombinasi bisnis dan tidak dapat diakui sebagai aset tak berwujud. Jika demikian halnya, maka pengeluaran tersebut merupakan bagian dari goodwill pada tanggal akuisisi. Beban Masa Lalu Tidak Boleh Diakui sebagai Aset Pengeluaran atas pos aset tak berwujud yang awalnya diakui oleh entitas sebagai beban tidak diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset tak berwujud di kemudian hari. Pengukuran Setelah Pengakuan Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya. Jika aset tidak berwujud dicatat dengan menggunakan model revaluasi, maka semua aset lain dalam kelompok tersebut diperlakukan dengan menggunakan model yang sama, kecuali tidak ada pasar aktif untuk aset tersebut. Model Biaya Setelah pengakuan awal, aset takberwujud dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Model Revaluasi Setelah pengakuan awal, aset tak berwujud dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasian dikurangi akumulasi amortisasi selanjutnya dan akumulasi rugi penurunan nilai aset selanjutnya. Untuk tujuan revaluasian, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan referensi dari nilai pasar aktif. Revaluasi dilakukan secara rutin sehingga pada akhir tiap periode pelaporan jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut tidak memiliki perbedaan yang material dengan nilai wajarnya. Model revaluasian tidak mengizinkan: a. Revaluasian aset tak berwujud yang sebelumnya belum pernah diakui sebagai aset. b. Pengakuan awal aset tak berwujud pada jumlah tertentu selain biaya perolehannya. Umur Manfaat Entitas menilai apakah umur manfaat aset tak berwujud terbatas atau tidak terbatas dan jika terbatas, jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit serupa yang dihasilkan selama umur manfaat. Aset tak berwujud dianggap oleh entitas memiliki umur manfaat tidak terbatas jika, berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan tidak ada batas yang terlihat pada saat ini atas periode mana aset diharapkan menghasilkan arus kas neto. Umur manfaat aset tak berwujud yang timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain tidak lebih lama dari masa hak kontraktual atau hak legal lain tersebut, tapi dapat lebih singkat tergantung periode kapan aset dapat digunakan entitas. Jika hak kontraktual atau hak legal lain memiliki batasan yang dapat diperbaharui , maka umur manfaat dari aset tak berwujud termasuk periode pembaharuan hanya jika terdapat bukti yang mendukung pembaruan umur manfaat tidak menimbulkan biaya yang signifikan. Umur manfaat hak yang diperoleh kembali sebagai aset tak berwujud dalam kombinasi bisnis adalah sisa periode kontraktual hak tersebut diberikan dan tidak termasuk periode pembaruan. Aset Tak Berwujud Dengan Umur Manfaat Terbatas Periode Amortisasi dan Metode Amortisasi Jumlah tersusutkan aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas dialokasikan secara sistematis selama umur manfaatnya. Amortisasi dimulai ketika aset tersedia untuk digunakan, yakni ketika aset berada pada lokasi dan dalam kondisi untuk beroperasi sesuai dengan cara yang diintensikan oleh manajemen. Amortisasi dihentikan pada tanggal yang lebih awal antara ketika aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan dan tanggal ketika aset dientikan pengakuannya. Nilai Residu Nilai residu aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas diasumsikan sama dengan nol, kecuali: a. Ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset tak berwujud tersebut pada akhir umur manfaatnya, atau b. Ada pasar aktif untuk aset tak berwujud tersebut dan: i. Nilai residu aset tak berwujud dapat ditentukan dengan mengacu pada harga berlaku di pasar tersebut, dan ii. Terdapat kemungkinan besar bahwa pasar akan tetap tersedia sampai akhir umur manfaat aset tersebut. Penelaahan Periode Amortisasi dan Metode Amortisasi Periode amortisasi dan metode amortisasi aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas ditelaah setidaknya setiap akhir tahun buku. Jika perkiraan umur manfaat aset berbeda secara signifikan dalam perkiraan pola konsumsi manfaat ekonomi aset, maka metode amortisasi diubah untuk mencerminkan pola yang berubah tersebut. Perlakuannya sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai PSAK 25 (revisi 2009) : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Aset Tak Berwujud Dengan Umur Manfaat Tidak Terbatas Sesuai dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset, entitas disyaratkan untuk menguji aset takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas untuk penurunan nilai dengan membandingkan jumlah terpulihkan dengan jumlah tercatatnya. a) Setiap tahun; dan b) Kapanpun terdapat indikasi bahwa aset takberwujud mengalami penurunan nilai Penelaahan Penilaian Umur Manfaat Umur manfaat aset tak berwujud yang tidak diamortisasi ditelaah setiap periode untuk menentukan apakah peristiwa dan kondisi dapat terus mendukung penilaian bahwa umur manfaat tetap tidak terbatas. Jika tidak, maka perubahan umur manfaat yang muncul tidak terbatas menjadi terbatas diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Keterpulihan Jumlah Tercatat-Rugi Penurunan Nilai Untuk menentukan apakah aset takberwujud mengalami penurunan nilai, entitas menerapkan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset, PSAK 48 menjelaskan kapan entitas menelaah jumlah tercatat aset, bagaimana menentukan jumlah terpulihkan dari aset, dan kapan entitas mengakui atau membalik rugi penurunan nilai. Penghentian Dan Pelepasan Aset tak berwujud dihentikan pengakuannya jika : a) Dilepas b) Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tak berwujud merupakan perbedaan antara nilai neto pelepasan dan jumlah tercatat aset. Keuntungan dan kerugian diakui dalam laporan laba rugi pada saat penghentian pengakuan. Kecuali PSAK 30 (revisi 2007): sewa mensyaratkan sebaliknya dalam jual dan sewa balik, keuntungan tidak diakui sebagai pendapatan. Pengungkapan Entitas mengungkapkan hal berikut untuk setiap kelompok aset takberwujud, dipisahkan antara aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset tak berwujud lain: a) Umur manfaat tidak terbatas atau terbatas dan, jika umur manfaat terbatas diungkapkan, tingkat amortisasi yang digunakan atau umur manfaatnya. b) Metode amortisasi yang digunakan untuk aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas. c) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (secara agregat dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode. d) Pos dalam laporan laba rugi komprehensif yang mana amortisasi aset tak berwujud termasuk didalamnya. e) Rekonsiliasi atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan : i. Penambahan, yang secara terpisah mengindikasikan aset tak berwujud dari pengembangan internal, diperoleh secara terpisah, dan diperoleh melalui kombinasi bisnis. ii. Aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi 2009), Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi Yang Dihentikan, dan pelepasan lain. iii. Peningkatan atau penurunan selama periode yang berasal dari revaluasi dan dari pengakuan rugi penurunan nilai atau pembalikan di pendapatan komprehensif lain sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset, jika ada. iv. Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode sesuai PSAK 48 (revisi 2009). v. Rugi penurunan nilai yang dibalik dalam laporan laba rugi selama periode sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009). vi. Setiap amortisasi yang diakui selama periode. vii. Selisih kurs neto yang timbul dari nilai penjabaran laporan keuangan ke mata uang penyajian, dan penjabaran operasi luar negeri ke mata uang penyajian yang digunakan entitas, dan viii. Perubahan nilai pada jumlah tercatat aset tersebut selama periode. Entitas juga mengungkapkan : a) Untuk aset tak berwujud yang dinilai dengan umur manfaat tidak terbatas, jumlah tercatat aset dan alasan yang mendukung penilaian umur manfaat tidak terbatas tersebut. Dalam memberi alasan, entitas menjelaskan faktor signifikan dalam menentukan aset yang dimiliki memiliki umur tak terbatas. b) Penjelasan, jumlah tercatat, dan sisa periode amortisasi dari setiap aset tak berwujud yang material terhadap laporan keuangan entitas. c) Untuk aset tak berujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan awalnya diakui pada nilai wajar: i. Nilai wajar pada pengakuan awal atas aset tersebut ii. Jumlah tercatatnya, dan iii. Aset tersebut diukur setelah pengakuan awal dengan model biaya atau model revaluasi. d) Keberadaan dan jumlah tercatat aset tak berwujud yang kepemilikannya dibatasi dan jumlah tercatat aset tak berwujud yang menjadi jaminan untuk liabilitas. e) Nilai komitmen kontraktual untuk akuisisi aset tak berwujud. Jika aset tak berwujud dicatat pada nilai revaluasian, maka entitas mengungkapkan hal-hal berikut: a) Berdasarkan kelompok aset tak berwujud : i. Tanggal efektif revaluasi ii. Jumlah tercatat aset tak berwujud yang direvaluasi iii. Jumlah tercatat yang akan diakui jika aset tak berwujud diukur dengan model biaya setelah pengakuan awal b) Jumlah surplus revaluasi aset tak berwujud pada awal dan akhir periode, mengindikasikan perubahan selama periode dan pembatasan apapun dalam pendistribusian saldo (surplus) kepada pemegang saham, dan c) Dikosongkan. CASE CASE 1 – Asset Part 1 You are an audit senior in an accounting firm, KAP Bertha & Rekan. It is February 2022 and you are currently reviewing the draft of financial statements of the PT Juri which has recently become a client of your firm. The shares of PT Juri is listed on the Indonesia stock exchange. There was an issue that arisen in respect of the audit of PT Juri for the year ended 31 December 2021. The audit manager, Mr. Oyo, has requested that you review these issues and send him a memorandum with your observations and recommendations. Issue 1 - Revaluation of land PT Juri purchased one lot of land for Rp25 billion in 2019 for storage of the building supplies. In 2020 the area adjacent to the land was identified as the development site for a new shopping center. PT Juri revalued the land to Rp90 billion at 31 December 2020 due to its newly acquired development potential. Ignore the deferred tax effect on this transaction. During 2021 a protest campaign by local residents resulted in the local council withdrawing permission for the commercial development, and at 31 December 2021 the land was revalued to Rp50 Billion. At that time, most of the area was being utilized for storage, with small section being fenced off for parking by personnel. Required: 1. 2. 3. Explain the correct accounting treatment of the land since its purchased in 2019 Set out the journal entries required to reflect your recommended accounting treatment What if the asset was revalued to Rp20 billion in 2020 and Rp50 billion in 2021? Prepare the necessary journal entries. Issue 2 – Inventory Leather is a primary material used by PT Juri for the manufacture of shoes. Leather inventory at 31 December 2021 had cost Rp50 million to purchase, but only had a net realizable value of Rp30 million. On the basis that PT Juri does not intend to dispose of the leather, the inventory has been included in the financial statements at a value Rp35 million. It is believed that this partially reflects the fall in value of the leather, but also takes account of the intention to retain the inventory for use in the production process. It is expected that the finished shoes, into which the leather will be incorporated, can be sold at reasonable profit margin. Required: 1. 2. Advice correct accounting treatment of the leather inventory of the company at 31 December 2021. Explain. Provide relevant journal entries. Isu 1: Revaluasi Tanah 1. Perlakuan akuntansi tanah sejak dibeli pada tahun 2019 Pengakuan Paragraph 07 Biaya perolehan diakui sebagai aset jika dan hanya jika a kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut. b Biaya perolehannya dapat diukur secara andal Dari paragrapf 7 tersebut dapat diakui bahwa tanah PT Juri untuk peyimpanan bahan bangunan dapat diakui sebesar sebesar biaya perolehannya. Pengukuran saat pengakuan Paragraf 16, Biaya perolehan meliputi a Harga perolehan b Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung c Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restotari lokasi aset tetap. Berdasarkan paragraph 16 tersebut tanah PT Juri diukur hanya diukur menggunakan harga perolehan di tahun 2019 sebesar Rp. 25 miliar Pengukuran setelah pengakuan Paragraph 41, Surplus aset tetap yang termasuk dalam ekuitas dapat dialihkan langsung ke saldo laba ketika aset tersebut dihentikan pengakuannya Beradasarkan paragraf 41 tersebut pada 31 Desember 2020, PT PT Juri mengakui surplus tanah sebesar Rp.65 miliar yang termasuk dalam ekuitas, dengan nilai revaluasi sebesar Rp.90 miliar. Laba atas revaluasi tersebut hanya dapat diakui apabila dihentikan pengakuannya. Dalam Kompensasi untuk penurunan nilai paragraph 66 penurunan nilai atau kerugian aset tetap, klaim atas atau pembayaran kompensasi dari pihak ketiga, dan setiap pembelian atau Konstruksi selanjutnya dari penggantian aset adalah peristiwa ekonomik terpisah dan dicatat secara terpisah sebagai berikut. c kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau di hentikan dimasukkan ke dalam laba rugi pada saat kompensasi menjadi piutang; dan d biaya perolehan aset tetap yang diperbaiki, dibeli, atau dikontruksi sebagai penggantian ditentukan dengan pernyataan ini Pada paragraph 66 bagian c dan d dapat diketahui bahwa revaluasi tanah pada 31 Desember 2021 menjadi Rp. 50 miliar karena merupakan akibat dari pencabutan izin untuk pengembangan komersial di daerah setempat, yang mengakibatkan kerugian atas penurunan nilai aset, dan mendapat kompensasi dari pihak ketiga atas kerugian tersebut. Pengungkapan Paragraf 77. Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapan sebagai tambahan pengungkapan yang disyaratkan oleh PSAK68: pengukuran nilai wajar: tanggal efektif revaluasi, apakah melibatkan penilai independen, untuk setiap kelas aset tetap yang direvaluasi, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat dengan model surplus revaluasi, yang mengindikasikan perubahan selama periode dan setiap pembatasan distribusi kepada pemegang saham. 2. Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencerminkan perlakuan akuntansi yang direkomendasikan 2019 Tanah Kas (Pembelian atas tanah) Rp 25 Miliar Rp 25 Miliar 2020 Tanah Rp 65 Miliar Surplus Revaluasi Rp 65 Miliar (Pencatatan atas nilai revaluasi tanah di 2020) 2021 Surplus Revaluasi Rp 40 Miliar Tanah Rp 40 Miliar (Pencatatan atas nilai revaluasi tanah di 2021) *nilai tanah pada 31 desember 2021 adalah 25 + (65-40) = 50 miliar. 3. Aset tersebut direvaluasi menjadi Rp20 miliar pada tahun 2020 dan Rp50 miliar pada tahun 2021. Entri jurnal yang diperlukan. 2020 Rugi Revaluasi Rp 5 Miliar Tanah Rp 5 Miliar (Pencatatan kerugian atas nilai revaluasi tanah di 2020) 2021 Tanah Rp 30 Miliar Laba Revaluasi Rp 5 Miliar Surplus Revaluasi Rp 25 Miliar (Pencatatan keuntungan atas nilai revaluasi tanah di 2021) *nilai tanah pada 31 desember 2021 adalah 25 + (-5+30) = 50 miliar. Isu 2 : Persediaan 1. Perlakuan akuntansi yang benar dari persediaan kulit perusahaan pada tanggal 31 Desember 2021. Pengukuran Persediaan • Penurunan yang terjadi langsung dibebankan beban periode berjalan / menambah beban persedian. • Pemulihan nilai akan diakui sebagai pengurang jumlah beban persediaan • Nilai realisasi bersih yang telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap periode berikutnya. Pengakuan Sebagai Beban Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya, menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Pengungkapan Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan 2. Entri jurnal yang relevan. Kerugian penurunan nilai persediaan Rp 15 juta Penyisihan penurunan nilai persediaan Rp 15 Juta (Jurnal pencatatan kerugian penurunan nilai persediaan berdasarkan pencatatan PT Juri) Jurnal Penyesuaian: Kerugian penurunan nilai persediaan Rp 5 juta Penyisihan penurunan nilai persediaan Rp 5 Juta (Jurnal penyesuaian atas penyisihan penurunan nilai persediaan PT Juri)