Uploaded by Mutia Ayu Syafitri

makalah mutia (Autosaved)

advertisement
1
MOTIVASI KELOMPOK WANITA TANI TERHADAP KEBERLANJUTAN
PROGRAM BUDIDAYA PISANG SEBAGAI SEKTOR UNGGULAN PADA LAHAN
PEKARANGAN DI DESA JAMBIDAN KECAMATAN BANGUNTAPAN
KABUPATEN BANTUL 1
Mutia Ayu Syafitri 2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu komoditi hortikultura yang mampu mendukung berdirinya beberapa
industri adalah pisang (Musa paradisiaca L.). Pisang sangat banyak dimanfaatkan untuk
bahan baku industri pangan dan non pangan, pisang juga bisa sebagai konsumsi rumah
tangga (Makarawung, 2017). Menurut FAO (2014), kini pisang menjadi tanaman pangan
paling penting nomor 8 di dunia dan nomor 4 di negara berkembang. Asia menyumbang
produksi pisang sebesar 56,4% dari total pisang dunia. Indonesia menjadikan pisang salah
satu komoditas unggulan yang dimiliki karena potensi produksi dan luas panen yang relatif
besar dibandingkan dengan komoditas buah lainnya serta berlangsung tanpa mengenal
musim.
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu sentra komoditas pisang di
Indonesia yang pada tahun 2013 tercatat produksi pisang yang dihasilkan sebesar 56.850
ton. Kabupaten Bantul berdasarkan potensi wilayah yang ada berkomitmen meningkatkan
kemandirian pangan dengan percepatan diversifikasi konsumsi pangan. Hal ini didukung
pula dari Instruksi Bupati Bantul No. 2 tahun 2016 tentang optimalisasi pemanfaatan
pekarangan telah mendorong masyarakat desa diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten
Bantul mengembangkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal dengan
segala potensi yang dimiliki. Salah satu potensi yang ada di kabupaten ini adalah pisang dan
oleh Bupati Bantul ditetapkan sebagai buah unggulan Kabupaten Bantul. Desa Jambidan
memiliki luas pekarangan yang tidak dimanfaatkan seluas 116,66 Ha (BPP Banguntapan,
2019).
Berdasarkan jumlah populasi tanaman pisang di Kabupaten Bantul pada tahun
2016-2017 yang mencapai 157.955 rumpun tanaman pisang dengan produksi per tahun
60.959 kuintal, salah satu penyumbang produksi nomor dua tersebut adalah Kecamatan
Banguntapan yang memiliki 25.610 rumpun tanaman pisang dengan produktivitas 3.150
kuintal per tahun. Ini sangat tertinggal jauh dengan Kecamatan Bambanglipuro yang
memiliki 26.790 rumpun yang memiliki produktivitas 27.940 kuintal per tahun. (Dinas
Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul, 2018). Melihat jumlah rumpun yang
hampir sama dengan produktivitas yang berbebeda dan tertinggal jauh, maka Kecamatan
Banguntapan dipilih sebagai salah satu kecamatan yang mendapat program pelatihan
budidaya pisang sebagai produk unggulan dari Dinas Kabupaten Bantul untuk memperbaiki
pengembangan budidaya pisang agar mendapatkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan
jumlah rumpun yang ada.
Menurut Profil Penyuluh Berprestasi BPP Kecamatan Banguntapan Tahun 2019,
Kecamatan Banguntapan memiliki 25.718 rumpun tanaman pisang dan Desa Jambidan
memiliki jumlah tanaman pisang sebanyak 12.409 rumpun, sehingga 48,25 % rumpun
tanaman pisang berada di Desa Jambidan. Tanaman pisang ini memang dapat terlihat banyak
di pinggiran jalan dan juga pekarangan kosong dengan keadaan tanaman pisang ini tidak
terawat. Maka dari itu Desa Jambidan memberikan pelatihan budidaya pisang kepada
kelompok wanita tani tingkat desa untuk memanfaatkan lahan pekarangan dengan budidaya
pisang mengacu pada Standart Operational Procedures (SOP) Pisang yang ditetapkan.
1) Makalah Seminar Proposal disampaikan pada Selasa, 18 Februari 2020, dibimbing oleh Ir. Rika
Nalinda, MP. Dan Asih Farmia, SP.,M. Agr.Sc.
2) Mahasiswa tingkat IV Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik
Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang Jurusan Pertanian.
2
Di Desa Jambidan pada tahun 2019 mengadakan Pelatihan Budidaya Pisang untuk
kelompok wanita tani yang bersumber dari dana Desa Jambidan. Kegiatan ini telah
terlaksana di kelompok wanita tani tingkat desa yang melakukan kegiatan demonstrasi plot
budidaya pisang. Dalam pelatihan yang terlaksana diberikan materi mengenai pembuatan
pupuk organik dan juga pestisida nabati untuk tanaman pisang. Saat ini anggota kelompok
wanita tani masih mengelola area demonstrasi plot seluas kurang lebih 1 ha pada 3 titik yang
berbeda. Namun, kelompok wanita tani dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini mempelajari
budidaya belum sesuai dengan SOP yang berlaku, sehingga belum mengetahui penanganan
dan juga penanggulangan ketika tanaman pisang terserang hama dan penyakit. Dengan
kegiatan ini pemerintah Desa Jambidan mengharapkan terdapat keberlanjutan budidaya
pisang yang sesuai dengan SOP tanaman pisang.
Berdasarkan hasil wawancara pada anggota kelompok wanita tani tingkat Desa
Jambidan adanya beberapa masalah yang muncul, diantaranya wanita tani mengalami
kejenuhan akan budidaya seperti kegiatan yang monoton yang harus dilakukan terusmenerus, sarana dan prasarana yang terbatas ketika program ini telah selesai dilakukan oleh
wanita tani, munculnya hama tanaman serta biaya tambahan dalam berbudidaya pisang dan
pupuk yang dapat mengendorkan minat wanita tani di Desa Jambidan Kecamatan
Banguntapan terhadap budidaya pisang. Harapannya dengan selesainya kegiatan program
wanita tani tetap memiliki dorongan akan budidaya pisang pada lahan pekarangan dan
program ini akan berjalan secara berkelanjutan.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Motivasi Fisiologis kelompok wanita tani dalam keberlanjutan program
budidaya pisang sebagai sektor unggulan di Desa Jambidan Kecamatan
Banguntapan?
2. Bagaimana Motivasi Sosiologi kelompok wanita tani dalam keberlanjutan program
budidaya pisang sebagai sektor unggulan di Desa Jambidan Kecamatan
Banguntapan?
3. Bagaimana Motivasi Aktualisasi Diri kelompok wanita tani dalam keberlanjutan
program budidaya pisang sebagai sektor unggulan di Desa Jambidan Kecamatan
Banguntapan?
Batasan Masalah
Batasan masalah pada kajian ini yaitu terbatas pada anggota dan motivasi KWT yang
dipengaruhi oleh faktor motivasi fisiologi, sosiologi dan aktualisasi diri terhadap
keberlanjutan program budidaya pisang sebagai sektor unggulan di Desa Jambidan
Kecamatan Banguntapan.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah sebagai berikut ;
1. Untuk mengetahui Motivasi Fisiologis KWT terhadap keberlanjutan program
budidaya pisang sebagai sektor unggulan di Desa Jambidan Kecamatan
Banguntapan.
2. Untuk mengetahui Motivasi Sosiologi KWT terhadap keberlanjutan program
budidaya pisang sebagai sektor unggulan di Desa Jambidan Kecamatan
Banguntapan.
3. Untuk mengetahui Motivasi Aktualisasi Diri KWT terhadap keberlanjutan program
budidaya pisang sebagai sektor unggulan di Desa Jambidan Kecamatan
Banguntapan.
3
Manfaat
1. Bagi pemerintah atau instansi terkait, kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan utnuk menentukan kebijakan khususnya di bidang penyuluhan
pertanian.
2. Bagi kelompok wanita tani, dapat dijadikan sebagai bahan infromasi dalam
pelaksanaan pemafataan lahan pekarangan.
3. Bagi mahasiswa, kajian ini adalah bagian dari proses belajar yang harus dilakukan
sebagai integrasi pengetahuan dan keterampilan dalam memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjanan terapan di Politeknik Pembangunan Pertanian
Yogyakarta Magelang.
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Teori
Motivasi
Motivasi adalah suatu bentuk dorongan yang mengarahkan seseorang untuk
melakukan sesuatu guna mencapai tujuannya. Motivasi merupakan suatu dorongan yang
membuat orang bertindak atau berperilaku dengan cara-cara motivasi yang mengacu pada
sebab munculnya sebuah perilaku, seperti faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi dapat diartikan sebagai kehendak untuk
mencapai status, kekuasaan dan pengakuan yang lebih tinggi bagi setiap individu. Motivasi
justru dapat dilihat sebagai basis untuk mencapai sukses pada berbagai segi kehidupan
melalui peningkatan kemampuan dan kemauan. Selain itu motivasi juga dapat diartikan
sebagai keadaan yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau moves, mengarah dan
menyalurkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi
ketidakseimbangan (Uno dalam Febriana, 2010).
Menurut Mayasari et al (2015) menyatakan bahwa setiap petani mempunyai motivasi
yang berbeda sebagai pendorong dalam melakukan suatu kegiatan usaha tani. Menurut hasil
kajian yang dilakukan Mayasari dan teman-temannya, variabel yang digunakan untuk
mengukur motivasi petani ada 3 yaitu sebagai berikut :
a) Motivasi fisiologi
Motivasi fisiologi yaitu kondisi yang mendorong petani untuk cenderung
memenuhi kebutuhan ekonomi. Pengukuran motivasi ekonomi dilakukan dengan lima
indikator yaitu kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, kebutuhan untuk
memperoleh pendapatan yang lebih baik, kebutuhan untuk memiliki dan meningkatkan
tabungan, serta kebutuhan untuk hidup lebih sejahtera atau hidup lebih baik. Pada
hakikatnya, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi seperti makan, tempat tinggal,
kebutuhan sekolah anak, dan kebutuhan hidup sehari-hari lainnya. Hasil yang lebih akan
ditabung dalam bentuk tabungan atau dipergunakan untuk menambah modal usahatani.
Menurut Syafrudin (2008) dalam Mayasari et al, (2015), motivasi sangat dipengaruhi
oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapaan yang akan diperolehnya.
b) Motivasi sosiologi
Kebutuhan sosiologi tercermin pada sifat dasar manusia sebagai insan sosial
dimana setiap orang ingin mengaitkan keberadaan dengan orang lain dan
lingkungannya. Maslow (1994) dalam Mayasari et al (2015), motivasi sosiologi
merupakan motif yang muncul terutama berasal dari hubungan kekerabatan antara
manusia satu dengan yang lainnya. Misal kebutuhan memiliki, cinta, kasih sayang dan
kebutuhan penerimaan. Indikator dalam mengetahui motivasi sosiologi antara lain
kebutuhan untuk menambah relasi atau teman, kebutuhan untuk bekerjasama dengan
orang lain, kebutuhan untuk mempererat kerukunan antar sesama, kebutuhan untuk
4
bertukar pendapat dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan dari pihak lain. Kebutuhan
sosial menurut Maslow (1994) dalam Mayasari et al (2015) adalah kebutuhan akan rasa
cinta, kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu masyarakat dan
diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang,
dalam hal ini diwujudkan dengan keikutsertaan petani menjadi bagian atau anggota
kelompok tani.
c) Motivasi aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan pengembangan diri, dalam hal
ini yaitu kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
mendorong petani untuk mengembangkan pertanian. Motivasi aktualisasi diri
ditunjukkan dengan beberapa indikator, meliputi keinginan memperoleh pengetahuan
dan wawasan di perkotaan, keinginan mengembangkan pertanian di perkotaan agar
semakin maju, keinginan menambah pengalaman dalam bidang pertanian
Kelompok Wanita Tani
Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan salah satu betuk kelembagaan petani
yang anggotanya terdiri dari para wanita yang berkecimpung dalam kegiatan pertanian.
Berbeda dengan kelompok tani yang lain, Kelompok Wanita Tani dalam pembinaannya
diarahkan untuk mempunyai suatu usaha produktif yang memanfaatkan atau mengolah hasilhasil pertanian maupun perikan sehingga dapat menambah penghasilan keluarga. (Kurniyati
dkk, 2014)
Budidaya Pisang
Pedoman ASEAN-GAP diturunkan dalam SOP, bersumber dari Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Buah Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Tahun 2014
terkait penyediaan bibit sebagai berikut:
1. Dalam rangka menyediakan bibit yang produksi dan kualitasnya tinggi, terjamin
kemurnian (jenis, varietas), bersertifikat/berlabel dan memiliki peluang pasar besar,
sehat/bebas dari hama penyakit serta dalam jumlah cukup dan pada waktu tepat
2. Tujuan untuk mendapatkan bibit pisang bebas hama penyakit serta mendapatkan
varietas yang memberikan produksi tinggi dan mutu prima
3. Prosedur pelaksanaan terdiri dari
a) Perbanyakan bibit pisang dari anakan. Cara pembibitan melalui tahapan sebagai
berikut : 1) Bibit pisang sebaiknya dipilih dari pohon induk dengan varietas jelas
(bersertifikasi) pada kawasan dan rumpun yang baik dan sehat, 2) Anakan diambil
dari pohon induk yang telah berproduksi 1 tandan minimal 8 sisir (kecuali pisang
tanduk), 3) Anakan pisang dibongkar dengan menggunakan cangkul atau dodos,
4) Bibit dikumpulkan di tempat teduh, akar dibersihkan dari tanah, daun
dikurangi, 5) Bibit dikelompokkan menurut tinggi dan ukuran bonggol
b) Perbanyakan bibit pisang dari bonggol. Cara perbanyakan bibit pisang melalui
bonggol yaitu 1) Memilih bonggol dari tanaman dewasa, sehat dan bebas dari
hama penyakit, 2) Membersihkan bonggol dan membuang akar tetapi tidak
merusak mata tunas, 3) Bonggol dibelah menurut ukuran mata tunas dengan
ukuran 10x10x10 cm, 4) Bonggol sehat apabila dibelah berwarna putih, 5) Guna
mengendalikan nematoda maka diberi desinfektan bibit atau rendam air hangat
dengan suhu 55°C selama 10-15 menit, 6) Menyiapkan media tumbuh berupa
campuran tanah dengan pupuk kandang (1:1) dalam polibag ukuran 30x30 cm
atau bedengan, 7) Sebelum media digunakan maka perlu disterilkan dengan cara
dikukus selama 2 jam sejak air mendidih, 8) Persemaian sebaiknya dilakukan di
tempat yang ternaungi, 9) Persemaian diperlihara dengan disiram dan diberi
5
pupuk organik. Bibit yang tidak baik/ tidak sesuai varietas langsung disortir, 10)
Bibit yang siap tanam setelah berumur 3-4 bulan.
Pencelupan bibit (Dipping) merupakan upaya untuk menghasilkan bibit bebas hama
dan penyakit. Perendaman dengan larutan Pseudomonas fluorences / Corino bacterium.
Cara dipping sebagai berikut: 1) Potong daun yang ada pada anakan terpilih dengan
menggunakan pisau/golok yang telah disterilkan hingga tersisa batang semu dengan tinggi
berkisar 50 cm, 2) Bersihkan bonggol dari tanah dan anakan yang tidak diperlukan, 3)
Direndam dalam larutan agensia hayati selama 20-30 menit, 4) Ditiriskan dan diletakkan di
tempat yang telah disediakan.
Lahan Pekarangan
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekeliling rumah,
dengan batas-batas yang jelas (boleh berpagar dan boleh tidak) dan ditanami dengan
berbagai jenis tanaman serta masih mempunyai hubungan kepemilikan/fungsional dengan
penghuninya. Setelah semakin disadari pentingnya fungsi produksi pekarangan, terutama
sebagai sumber gizi keluarga (vitamin dan mineral), maka dewasa ini pengusahaan
pekarangan mulai dilakukan dengan menerapkan intensifikasi. Berbagai jenis tanaman bisa
ditanam di pekarangan salah satunya tanaman-tanaman hortikultura (Zulkarnain, 2014).
Kerangka Pikir
Motivasi anggota kelompok wanita tani sangat dibutuhkan untuk mendukung
keberhasilan kelompok wanita tani dalam keberlanjutan program budidaya pisang sebagai
sektor unggulan pada lahan pekarangan di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara rinci kerangka pemikiran studi kasus ini disajikan
dalam Gambar 2.1
6
Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2016) definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat
yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi Operasional dari
kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Motivasi ini merupakan dorongan yang melatarbelakangi petani untuk melakukan
budidaya pisang. Kajian ini memiliki variabel berikut:
a. Motivasi Fisiologi merupakan kondisi yang mendorong petani untuk cenderung
memenuhi kebutuhan ekonomi.
b. Motivasi Sosiologi merupakan motif yang muncul terutama berasal dari hubungan
kekerabatan antar manusia satu dengan yang lainnya.
c. Motivasi Aktualisasi Diri merupakan motif yang muncul karena kebutuhan
pengembangan diri, dalam hal ini yaitu kebutuhan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yangmendorong wanita tani untuk budidaya pisang
pada lahan pekarangan.
2. Motivasi terhadap budidaya pisang. Tingkatan motivasi dibagi menjadi 3 kriteria :
1) Tinggi
: 77,78% - 100%
2) Sedang
: 55,55% - 77,77%
3) Rendah
: 33,33% - 55,54%
3. Lahan pekarangan sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekeliling rumah,
dengan batas-batas yang jelas (boleh berpagar dan boleh tidak) dan ditanami dengan
beragai jenis tanaman serta masih mempunyai hubungan kepemilikan/fugnsional
dengan penghuninya (Zulkarnain, 2014).
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan
(Sugiyono, 2016). Maka dalam penelitan ini diduga bahwa Motivasi Kelompok Wanita Tani
dalam budidaya pisang pada lahan pekarangan di Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan,
Kabupaten Bantul yaitu Motivasi Fisiologi, Motivasi Sosiologi dan Motivasi Aktualisasi
Diri berkategori sedang sehingga keberlanjutan program budidaya pisang sebagai sektor
unggulan juga berkategori sedang.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Kajian dilaksanakan pada Bulan Oktober 2019 sampai bulan Juli 2020 di Desa
Jambidan Banguntapan Bantul.
Jenis Kajian
Kajian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif
adalah yaitu dmaengan mendeskripsikan dan memaknai data dari masing-masing indikator
motivasi.
Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari
sumber yang telah ada. Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau
pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk filefile. Data ini harus dicar melalui narasumber atau istilah teknisnya adalah responden,
yaitu orang yang dijadikan objek penelitian
7
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2016) data sekunder adalah sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder ini merupakan data
yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku , literatur dan bacaan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan kredit pada suatu bank. Data sekunder
adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah
ada. Sumber data sekunder adalah catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi
pemerintah, analisis industri oleh mesia, situs web, internet dan seterusnya.
Teknik Pengumpulan Data
Wawancara dan Kuisoner
Siregar (2014) menyatakan bahwa wawancara adalah proses memperoleh
keterangan atau data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan panduan wawancara. Selanjutnya menurut Sugiyono (2016) menyatakan
secara garis besar ada 2 macam pedoman wawancara yaitu 1) wawancara tidak
terstruktur yaitu wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. 2) wawancara terstruktur. Salah satu teknik pengumpulan data adalah dengan
menggunakan kuisioner atau lebih dikenal sebagai angket. Angket adalah teknik
pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi
sendiri oleh responden.
Pengambilan Sampel
1. Penentuan kabupaten ditentukan secara purposive yaitu Kabupaten Bantul memiliki
program budidaya pisang sebagai sektor unggulan pada lahan pekarangan.
2. Penentuan kecamatan ditentukan dipilh secara purposive yaitu Kecamatan
Banguntapan mendapatkan program budidaya pisang pada lahan pekarangan.
3. Penentuan desa dipih secara purposive yaitu Desa Jambidan yang merupakan desa
yang meerima pelatihan budidaya pisang lahan dan komoditas berprotensi yaitu
pisang.
4. Penentuan kelompok wanita tani sebagai sampel dipilih secara purposive yaitu
memilih kelompok wanita tani yang mengikuti pelatihan budidaya pisang di Desa
Jambidan yaitu KWT tingkat desa Mawar Biru.
5. Menentukan jumlah sampel menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel (Sugiyono, 2018).
Dalam pelatihan budidaya pisang, anggota KWT Mawar Biru yang mengikuti
kegiatan pelatihan seluruh anggota yaitu 25 orang.
Sehingga skema teknik pengambilan sampel untuk motivasi anggota kelompok
wanita tani terhadap keberlanjutan program budidaya pisang sebagai sektor unggulan
pada lahan pekarangan terdapat pada gambar dibawah ini.
8
Teknik Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif. Analisis
deskkriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi variabel penelitian. Statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebgaiamana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono.2016).
Penyajian Data
Penyajian data yang digunakan daam kajian ini menggunakan bentuk tabel.
Pengolahan Data
Pengolahan data bertujuan untuk mengukur tingkat motivasi fisiologi, sosiologi dan
aktualisasi diri kelompok wanita tani dalam budidaya pisang pada lahan pekarangan di Desa
Jambidan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul sebagai berikut :
1. Data dibuat dalam bentuk skor yang didapat dari jawaban kuisioner yang
kemudian ditabulasikan.
2. Data dibuat dalam bentuk skor, dihitung jumlah dan rata-rata setiap
pernyataan/pertanyaan, setiap responden, dan diakumulasi.
3. Mengkategorikan tiap-tiap variabel berdasarkan skor.
4. Merekapitulasi hasil 3 variabel dan menentukan tingkat motivasi yang didapatkan
berdasarkan kategori, sehingga didapatkan pula tingkat keberlanjutan program
budidaya pisang di pekarangan.
Tabel 3.2 Kategori Bobot Nilai Berdasarkan Skor
Fisiologi :
Skor :
Sosiologi :
Skor : Aktualisasi Diri : Skor :
a. Ya
3
a. Ya
3
a. Ya
3
b. Kadang2
b. Kadang2
b. Kadang2
kadang
kadang
kadang
c. Tidak
1
c. Tidak
1
c. Tidak
1
Sumber: Olah data primer tahun 2020
Skala likert digunakan berdasarkan variabel yang akan diukur dan kemudian
dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator tersebut dijadika sebagai tolok ukur
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan ataupun
pertanyaan.
Macam motivasi yang akan dinilai sebagai berikut :
a. Motivasi Fisiologi Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Budidaya Pisang
pada Lahan Pekarangan.
9
Tabel 3.3 Tabulasi pernyataan motivasi fisiologi anggota KWT dalam
budidaya pisang pada pada lahan pekarangan
No
Responden
Skor Tingkat Fisiologi Anggota
KWT dalam Budidaya Pisang
pada Lahan Pekarangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
Jumlah
Ratarata
%
Kategori
3
1
2
...
Sumber: Olah data primer tahun 2020
Nilai skor motivasi fisiologi anggota kelompok wanita tani
dikategorikan menjadi tiga yaitu :
Ya
:3
Kadang-kadang
:2
Tidak
:1
Pencapaian skor untuk responden dirumuskan dalam rumus
interval kelas yaitu :
𝑅
𝑖=
𝑘
Keterangan :
i = besar interval kelas
R = range
k = jumlah interval kelas
Maka interval kelas sebagai berikut :
% 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − % 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑖=
× 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
Nilai Maksimal : 3
Nilai Minimal : 1
Sehingga penentuan kategori motivasi fisiologi anggota kelompok
wanita tani dalam budidaya pisang pada lahan pekarangan yaitu:
a) Tinggi : jika nilai yang didapat antara 77,78% - 100%
b) Sedang : jika skor yang didapat antara 55,56% - 77,77%
c) Rendah : jika skor yang didapat antara 33,33% - 55,55%
b. Motivasi Sosiologi Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Budidaya Pisang
pada Lahan Pekarangan.
Tabel 3.4 Tabulasi pernyataan motivasi sosiologi anggota KWT dalam
budidaya pisang pada pada lahan pekarangan
No
Responden
Skor Tingkat Motivasi Sosiologi
anggota KWT dalam Budidaya
Pisang pada Lahan Pekarangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
1
2
...
Sumber: Olah data primer tahun 2020
2
3
Jumlah
Ratarata
%
Kategori
10
Nilai skor motivasi sosiologi anggota kelompok wanita tani
dalam budidaya pisang pada lahan pekarangan dikategorikan menjadi tiga
yaitu :
Ya
:3
Kadang-kadang
:2
Tidak
:1
Maka interval kelas sebagai berikut :
% 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − % 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑖=
× 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
Nilai Maksimal : 3
Nilai Minimal : 1
Sehingga penentuan kategori sosiologi anggota kelompok wanita
tani dalam budidaya pisang pada lahan pekarangan yaitu:
a) Tinggi : jika nilai yang didapat antara 77,78% - 100%
b) Sedang : jika skor yang didapat antara 55,56% - 77,77%
c) Rendah : jika skor yang didapat antara 33,33% - 55,55%
c. Motivasi Aktualisasi Diri Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Budidaya
Pisang pada Lahan Pekarangan
Tabel 3.5 Tabulasi pernyataan motivasi aktualisasi diri anggota KWT dalam
budidaya pisang pada pada lahan pekarangan
No
Responden
Skor Motivasi Aktualisasi Diri
Anggota KWT dalam Budidaya
Pisang pada Lahan Pekarangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
Jumlah
Ratarata
%
Kategori
3
1
2
...
Sumber: Olah data primer tahun 2020
Nilai skor motivasi aktualisasi diri anggota kelompok wanita tani
dalam budidaya pisang pada lahan pekarangan dikategorikan menjadi tiga
yaitu :
Ya
:3
Kadang-kadang
:2
Tidak
:1
Pencapaian skor untuk responden dirumuskan dalam rumus interval
kelas yaitu :
𝑅
𝑖=
𝑘
Keterangan :
i = besar interval kelas
R = range
k = jumlah interval kelas
Maka interval kelas sebagai berikut :
% 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − % 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑖=
× 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
Nilai Maksimal : 3
Nilai Minimal : 1
11
Sehingga penentuan kategori motivasi aktualisasi diri anggota kelompok
wanita tani dalam budidaya pisang pada lahan pekarangan yaitu:
a) Tinggi : jika nilai yang didapat antara 77,78% - 100%
b) Sedang : jika skor yang didapat antara 55,56% - 77,77%
c) Rendah : jika skor yang didapat antara 33,33% - 55,55%
d. Rekapitulasi pernyataan motivasi Fisiologi, Sosiologi dan Aktualisasi Diri Anggota
Kelompok Wanita Tani dalam Budidaya Pisang pada Lahan Pekarangan
Tabel 3.6 Tabulasi rekapitulasi pernyataan motivasi fisiologi, sosiologi dan aktualisasi diri
anggota KWT dalam budidaya pisang pada pada lahan pekarangan
No
Motivasi Fisiologi
Nilai Nila Nila
Cap
i
i
ai
Mak Min
s
Katego
ri
Motivasi Sosiologi
Nilai Nila Nila
Cap
i
i
ai
Mak Min
s
Katego
ri
Motivasi Aktualisasi Diri
Nilai Nila Nila Katego
Cap
i
i
ri
ai
Mak Min
s
Jumla
h
Total
1
2
...
Jumlah
Total
Ratarata
%
Katego
ri
Sumber: Olah data primer tahun 2020
Maka nilai tingkat motivasi dan juga keberlanjutan budidaya pisang
berdasarkan skor pada kuisioner dikategorikan menjadi tiga yaitu :
a) Tinggi : jika nilai yang didapat antara 77,78% - 100%
b) Sedang : jika skor yang didapat antara 55,56% - 77,77%
c) Rendah : jika skor yang didapat antara 33,33% - 55,55%
DAFTAR PUSTAKA
BPP Banguntapan. 2019. Profil Penyuluh Berprestasi BPP Banguntapan tahun 2019. BPP
Banguntapan. Bantul
BPP Bangnuntapan. 2019. Programa Kecamatan Banguntapan tahun 2019. BPP
Banguntapan. Bantul
Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan. 2018. Bantul Dalam Angka 2018.
https://diperpautkan.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2018/09/Kabupaten%2
0Bantul%20Dalam%20Angka%202018.pdf. Diakses pada 5 Februari pukul 13.00
WIB.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian.
2014. Standard Operating Procedure (SOP) Pisang Raja Talun/ Raja Bulu di
Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jakarta.
FAO. 2014. FAO urges countries to step up action against destructive banana disease.
http://www.fao.org/news/story/en/item/223409/icode/. Diakses pada 6 Februari
14.00 WIB.
Febriana P. 2010. Pemanfataan Lahan Pekarangan sebagai Tambahan Pendapatan Ekonomi
Masyarakat di Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok. Jurnal
Education, Vol. 5 No 1 (hal 12-13).
12
Kurniyati, Y., F, Rahmawati., P, Suryati. (2014). Optimalisasi Pemanfaatan dan
Diversifikasi Olahan Pangan Lokal sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.
Jurnal INOTEK.
Makarawung, V., P.A, Pangemanan., C, Pakasi. 2017. Analisis Nilai Tambah Buah Pisang
Menjadi Keripik Pisang Pada Industri Rumah Tangga Di Desa Dimembe
Kecamatan Dimembe. Jurnal AgriSosioEkonomi UNSRAT. Vol. 13, No. 2A : 83
– 90.
Mayasari K., U, Sente., C, Ammatillah. 2015. Analisis Motivasi Petani dalam
Mengembangkan Pertanian Perkotaan di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Buletin
Pertanian Perkotaan, Vol. 5 No. 1. (hal 18)
Siregar, Syofian. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS. Kencana. Jakarta. (hal 18)
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitattif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Zulkarnain. 2014. Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Yogyakarta.
Download