Uploaded by numpang lewat

Dokumen

advertisement
Naskah Drama Cerita Rakyat Berjudul "Sangkuriang"
Tokoh Drama:
1. Dayang Sumbi
2. Sangkuriang
3.
4.
Tumang/ Anjing sakti
Beberapa tokoh pembantu/ibu-ibu
Narator:
Dikisahkan pada beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja
dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi.
Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang
menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan
pintalan benangnya ke lantai berkali-kali.
Adegan 1
Dayang Sumbi:
(marah) aaahhh! Jatuh lagi! Jatuh lagi! Aku malas mengambilnya lagi!
Aku bersumpah! Siapapun dia jika ada yang mengambilkan pintalan benangku, kalau dia lakilaki, akan kujadikan suami, jika perempuan akan kujadikan saudara.
Narator:
Setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama
Tumang.
Tumang:
Ini pintalan benangnya Tuan Putri!
Dayang sumbi:
(kaget) Haaahhh?? Kenapa se ekor anjing yang harus mengambil pintalan benangku? Berarti
mau tak mau....., aku harus melaksanakan sumpahku dan menikahi anjing ini.
Narator:
Kemudian Dayang Sumbi dan Tumang menikah dan hidup berbahagia hingga mereka
dikaruniai seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti
ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang.
Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuriang selalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang
bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya.
Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Pada suatu hari Dayang Sumbi memanggil putranya Sangkuriang.
Adegan 2
Dayang sumbi:
Nak, bunda akan mengadakan suatu pesta. Pergilah kau berburu rusa di hutan bersama si
Tumang.
Sangkuriang:
Baik, bunda.
Narator:
Tibalah sangkuriang di sebuah hutan.
Adegan 3
Sangkuriang:
Kemana lagi ya, supaya aku bisa mendapatkan seekor rusa? Dari tadi pagi sampai siang,
aku menjelajahi hutan ini tapi tak kutemui se ekor rusapun. Aku lelah sekali. Tapi aku tak
ingin mengecewakan bunda. Aku tidak ingin pulang, kalau pulang tidak membawa hasil.
Maafkan aku Tumang, terpaksa panah ini harus kutujukan padamu.
Narator:
Dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada
Tumang. Dan.....
Tak lama kemudian si Tumangpun sekarat kemudian mati.
Setibanya di rumah, Sangkuriang menyerahkan daging Tumang pada ibunya.
Adegan 4
Sangkuriang:
Bunda, ini daging rusa hasil tangkapanku.
Dayang sumbi:
Terima kasih, sayang. Kau hebat sekali. Bunda sangat gembira, Nak. Kau sudah pintar
berburu rusa.
Narator:
Setelah menerima daging buruan sangkuriang, Dayang Sumbi melanjutkan acara pestanya.
Sesaat setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada si Tumang.
Adegan 5
Dayang sumbi:
Dimana si Tumang ya? Dari kemarin aku tidak melihat dia. Coba kutanyakan pada
Sangkuriang.
Sangkuriang! Sangkuriang!
Sangkuriang:
Ada apa bunda memanggilku?
Dayang sumbi:
Dimana si Tumang, Nak? Dari kemarin bunda tidak melihatnya. Sepertinya hari terakhir
kemarin, dia ada bersamamu. Trus, sekarang kemana dia?
Sangkuriang:
(terdiam dan takut mendengar pertanyaan ibunya).
Tu, Tumang sudah mati bunda.
Dayang Sumbi:
Mati??? Trus Siapa yang membunuhnya?
Sangkuriang:
Kemarin, waktu aku berburu di hutan, sudah kujelajahi seluruh hutan dari pagi sampai siang,
tapi aku tidak menemukan rusa se ekorpun. Aku tidak ingin mengecewakan bunda. Jika aku
pulang tidak membawa hasil buruan. Trus aku arahkan panahku pada si Tumang. Kemudian,
kemudian.... dagingnya aku serahkan pada bunda.
Dayang Sumbi:
Apa???!! Jadi, jadi daging yang kau serahkan pada bunda kemarin itu adalah daging si
Tumang??
Sangkuriang:
Bettul bunda.
Dayang Sumbi:
(marah) Haaaahhhh! Dasar anak tak tau diri! Kau Pembunuh!!!
Narator:
Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia
memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriangpun
terluka.
Sangkuriang:
Aduh!!! Kenapa bunda memukulku? Sedemikian murkanya bunda padaku. Sangkuriang
kecewa pada bunda! Baiklah, untuk menebus kesalahanku, aku akan pergi mengembara.
Dayang Sumbi:
(amarahnya mereda) Sangkuriang! Sangkuriang! Jangan pergi Nak. Bunda menyesal Nak,
sudah melukaimu dan mengatakan kau sebagai pembunuh. Ibu sangat sayang padamu.
Kembalilah, Nak!
Narator:
Tapi sayang, semua sudah terlanjur. Sangkuriang tetap berlalu pergi meninggalkan ibunya.
Dayang Sumbi pun berdoa kepada para dewata agar bisa dipertemukan kembali dengan
putranya. Doanya didengar para dewata penghuni kayangan. Dayang Sumbi diberi
kemudaan dan kecantikan abadi, bahkan lebih cantik dari sebelumnya.
Bertahun-tahun kemudian, Sangkuriang yang telah melanglang buana ke seluruh penjuru
bumi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Sesampainya di sana,
Sangkuriang terkejut karena semuanya sudah berubah. Dia tambah terkejut saat di jalan
bertemu seorang wanita yang tak lain tak bukan adalah Dayang Sumbi. Namun mereka tak
saling mengenali.
Adegan 6
Sangkuriang:
Heemmmm! Siapa gadis cantik itu ya? Aku sungguh sungguh terpesona melihatnya. aku ingin
berkenalan dengannya dan ingin meminangnya jadi istriku.
Dayang Sumbi:
Ehh! siapa ya pemuda tampan di ujung jalan itu. Dari tadi memperhatikanku. Aku jadi ga
karuan dibuatnya. Pemuda itu tampan sekali. Pemuda itu sangat mempesona. Aku mau jadi
istrinya jika dia mau melamarku untuk jadi istrinya.
Sangkuriang:
Hai, kau cantik sekali. Aku sangat terpesona dibuatnya. Aku ingin sekali melamarmu. Maukah
kau jadi istriku?
Dayang Sumbi:
Iya. iya. Tentu saja aku bersedia. Aku bersedia jadi istrimu. Kau tampan sekali.
Narator:
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi
untuk merapikan ikat kepalanya.
Adegan 7
Sangkuriang:
Dinda, aku mau pergi berburu ke hutan. Tolong rapikan ikat kepalaku ya.
Dayang Sumbi:
Iya kanda.(terkejut sambil memperhatikan luka dikepala sangkuriang dan memperhatikan
wajahnya kemudian ketakutan)Haaahhh??? Di kepala calon suamiku ini ada bekas luka. Dan
bekas luka ini persis seperti luka anakku dulu yang telah pergi merantau.
Kanda? Di kepalamu seperti ada bekas luka. Luka karena apa kanda?
Sangkuriang:
Iya betul Dinda. Bekas luka di kepalaku ini, karena dulu pernah dipukul ibuku. ibuku sangat
marah sekali padaku waktu itu. Setelah kejadian itu, kemudian aku pergi. kutinggalkan
ibuku sendiri.
Dayang Sumbi:
(bicara dalam hati) Ooohh! Jadi, jadi, Dia, dia, anakku sangkuriang yang dulu merantau
kini telah kembali berada dihadapanku. Dan, dan, wajahnyapun juga ternyata mirip sekali
dengan anakku sangkuriang. Duuuh gimana ini? Pemuda tampan yang akan menjadi calon
suamiku adalah putraku sendiri. Aku hampir menikahi putraku sendiri. Aku harus
menggagalkan proses peminanganku nanti!
Sangkuriang:
Nah sudah selesai. Sudah beres perlengkapanku berburu. Aku berangkat dulu ya, dinda.
Dayang Sumbi:
Hati-hati Kanda.
Narator:
Dayang Sumbi menjadi bingung.
Dayang Sumbi:
Duuuhhh.., gimana caranya ya supaya aku tidak jadi menikah dengan Sangkuriang?
Sangkuriang kan putraku sendiri. Aku harus cari cara untuk menggagalkan supaya tidak jadi
menikah dengan Sangkuriang.
Narator:
Sepulangnya Sangkuriang dari berburu, Dayang Sumbi mencoba menjelaskan masalahnya.
Adegan 8
Dayang Sumbi:
Sangkuriang, Sangkuriang. Kau, kau adalah putraku, Nak. Yang waktu dulu telah melukai
kepalamu itu adalah aku. Ini Dayang Sumbi ibumu, Nak. Maafkan ibu, Nak. Ibu sangat
menyesal sekali sudah melukaimu. Dulu ibu terlalu emosi. Ibu dulu sediiih sekali saat kau
tinggalkan. Jangan lanjutkan keinginanmu untuk melamarku ya, Nak.
Sangkuriang:
aaaahhhh!!!! Kau Cuma mengarang-ngarang cerita saja. Tidak mungkin! Kau tidak usah
mengada-ngada. Apa yang kau katakan itu bohong! Aku tidak percaya!
Dayang Sumbi:
Dengar anakku! Apa yang bunda ceritakan tadi adalah benar. Kau itu adalah putraku sendiri
yang dulu pernah meninggalkanku. Bunda tidak bisa menikah denganmu, Sangkuriang!
Sangkuriang:
Tidak bisa! Aku tidak peduli kau itu siapa! Pokoknya kita tetap akan menikah. Karena aku
sangat mencintaimu.
Narator:
Setelah Dayang Sumbi menjelaskan tentang dirinya, namun hal itu hanya dianggap angin
lalu oleh Sangkuriang. Dayang Sumbi pun berpikir bagaimana caranya supaya pernikahan
mereka
gagal.
Selama berhari-hari Dayang Sumbi berpikir, akhirnya menemukan juga caranya dia akhirnya
memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh
Sangkuriang.. Dia pun menemui Sangkuriang.
Adegan 9
Dayang Sumbi:
Wahai calon suamiku, Sangkuriang, apakah kamu tetap ingin menikahi aku?
Sangkuriang:
Tentu saja, Dayang Sumbi, calon istriku yang cantik.
Dayang Sumbi:
Kalau begitu, aku hendak mengajukan dua syarat jika kamu tetap ingin menikahiku.
Sangkuriang:
Apa syaratnya?
Dayang Sumbi:
Aku ingin kau membuat bendungan. Untuk membendung sungai Citarum dan membuatkan
sebuah perahu untuk menyeberanginya. Kedua syarat itu harus sudah jadi sebelum fajar
menyingsing.
Sangkuriang:
Baik! Akan aku penuhi syaratmu!
Narator:
Tak lama kemudian, Sangkuriangpun pergi berlalu dari hadapan Dayang Sumbi dan segera
bekerja melaksanakan permintaan Dayang Sumbi
Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk memanggil
jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai
dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar
untuk membuat sebuah perahu.
Adegan 10
Dayang Sumbi:
(cemas) Duuuh gimana ini? Bendungan dan perahu Sangkuriang, sebentar lagi akan segera
jadi. Aku harus cari cara menggagalkan pekerjaan Sangkuriang.
Narator:
Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia
berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat
datangnya pagi.
Dayang Sumbi:
Wahai, ibu-ibu! Bangun, bangun! Hari sudah menjelang pagi. Bangun! Bangun! (sambil
memukul-mukul kentongan).
Narator:
Setelah membangunkan warga, kemudian meminta bantuan masyarakat sekitar agar
menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur dan membangunkan ayam-ayam
jago supaya berkokok. Suasana malampun berubah menjadi suasana fajar.
Sangkuriang:
Haaahh?? Ayam jantan sudah pada mulai berkokok dan awan-awan mulai terlihat kemerahmerahan, tanda fajar telah menyingsing. Tak biasanya matahari terbit lebih cepat dari
biasanya. Ini pasti tipuan Dayang Sumbi.
(marah) Haaaahhhh!!! Ku kutuk kau Dayang Sumbi!
Narator:
Sangkuriang pun menghentikan pekerjaannya karena merasa telah gagal memenuhi syarat
Dayang Sumbi. Dengan sangat marah dan kesal dia mengutuk Dayang Sumbi kemudian
merusak bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Dan Desa-desa pun tenggelam karena air
bendungan. Lalu, Sangkuriang pun menendang perahu buatannya sendiri yang hampir jadi
ke tengah hutan hingga perahu itu berada dalam keadaan terbalik, dan membentuk Gunung
Tangkuban Perahu (perahu yang menelungkub).
Download