Uploaded by Salsabil Putri

Analisis Komparatif Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Model Pembelajaran PJJ dan PTMT di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2021/2022

advertisement
Analisis Komparatif Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Model Pembelajaran PJJ dan PTMT di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo
Tahun Ajaran 2021/2022
Salsabil Putri Hanifah Sari¹, Iftakhu Rohmatin Nisa², Ratih Wijayava, S.Pd., M.Hum³, Eko Wahyudi, S.Pd⁴
Universitas Veteran Bangun Nusantara¹²³, SMK Bina Patria 1 Sukoharjo4
E-mail : salsabilputri17@gmail.com, iftakhu21@gmail.com, ratihwijayava@gmail.com, ekowahyudi.11maret@email.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan sikap siswa saat
Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di SMK Bina
Patria 1 Sukoharjo. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Bina
Patria 1 Sukoharjo. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X TKR 7 yang
berjumlah 32 siswa. Data diperoleh dengan menggunakan wawancara dan
observasi lapangan. Data dianalisis dengan merangkum jawaban dari wawancara
dan observasi lapangan yang telah dilakukan penulis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa siswa kelas X TKR 7 SMK Bina Patria 1 Sukoharjo pada saat PTMT
memiliki sikap yang positif dan terkesan aktif saat pembelajaran Bahasa Inggris,
sedangkan saat PJJ siswa cenderung pasif dan terkesan kurang antusias dikarenakan
penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik.
Kata kunci : PJJ, pembelajaran
ABSTRACT
The purpose of this study was to compare student attitudes during Distance
Learning and Limited Face-to-face Learning at SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. The
population in this study were students of class X SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. The
sample of this research is the students of class X TKR 7, totaling 32 students. Data
were obtained by using interviews and field observations. The data were analyzed
by summarizing the answers from interviews and field observations that have been
carried out by the author. The results showed that the students of class X TKR 7
SMK Bina Patria 1 Sukoharjo at PTMT had a positive attitude and seemed active
when learning English, while during PJJ students tended to be passive and seemed
less enthusiastic due to the use of less interesting learning media.
Keywords : PJJ, learning
1
LATAR BELAKANG
Di masa pandemi saat ini, banyak perubahan yang terjadi, antara lain dalam
bidang-bidang berikut: Bisnis, kesehatan, pendidikan. Tetap saja, pendidikan harus
terus berlanjut Meskipun sistem menghadapi kendala yang sulit bagi guru, siswa,
dan semua orang yang berkecimpung di dunia pendidikan. Ada juga berbagai
hambatan sumber daya manusia, pengaturan organisasi, kurikulum,dan fasilitas
pembelajaran. Komisi X DPR RI perlu mendorong sinergitas berbagai sektor terkait
serta melakukan pengawasan agar pelaksanaan kebijakan belajar dari rumah dapat
berjalan secara optimal (Arifa, 2020).
Pemerintah menerapkan kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR) atau
Pembelajaran Jarak Jauh untuk satuan pendidikan yang berada di wilayah kuning,
oranye, dan merah, melalui Kemdikbud. Sementara untuk satuan pendidikan yang
berada di zona hijau dapat melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
(PTMT) dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Pembelajaran daring dapat diterapkan pada beragam mata pelajaran.
Dengan melalui daring, dapat memberikan fleksibilitas baik tempat maupun waktu
dalam konteks belajar mengajar. Keterbatasan ruang dan waktu pembelajaran
diatasi pada masa pandemi dengan menerapkan pembelajaran online, namun
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas tidak bisa tergantikan begitu saja dengan
pembelajaran online. Siswa tetap memerlukan bimbingan dan langsung penjelasan
tentang materi yang diajarkan oleh guru.
Seperti yang terjadi saat ini, SMK Bina Patria 1 Sukoharjo juga sedang
menerapkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) setelah 2 tahun
sebelumnya menggunakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). SMK Bina Patria 1
Sukoharjo menerapkan PTMT dengan teknis pembelajaran 1 minggu pertama
khusus untuk kelas X, minggu kedua untuk kelas XII, minggu ketiga kelas XII dan
begitu seterusnya, dengan 2 jam pembelajaran mulai pukul 08.00-10.00 WIB.
Menurut Darsono (2000) suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila
seluruh komponen yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran saling
mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Adapun komponen-komponen yang
berpengaruh terhadap proses pembelajaran adalah meliputi siswa, kurikulum, guru,
metodologi, lingkungan dan sarana prasarana. Husdarta dan Saputra (2000) juga
menyatakan belajar dimaknai sebagai proses tingkah laku akibat adanya interaksi
individu-lingkungannya.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk meneliti sikap
siswa saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
(PTMT). Mengingat penulis berlatar belakang Bahasa Inggris, maka penulis
berkeinginan untuk meneliti dengan membandingkan bagaimana sikap siswa
terhadap pembelajaran Bahasa Inggris PJJ dan PTMT, khususnya di SMK Bina
Patria 1 Sukoharjo.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Bahasa Inggris adalah bahasa internasional, yang diucapkan di banyak
negara baik di seluruh dunia sebagai bahasa asli dan bahasa kedua atau asing,
bahasa Inggris diajarkan di sekolah-sekolah di hampir setiap negara di dunia.
Pada pelaksanaan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) maupun PTMT
(Pembelajaran Tatap Muka Terbatas), guru tetap harus mengutamakan tujuan
pembelajaran. Menurut Peraturan Menteri Nomor 7 tahun 2020, PJJ (Pembelajaran
Jarak Jauh) adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui
penggunaan berbagai media komunikasi. PJJ diselenggarakan dengan bantuan
beragam teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan menggunakan sumber
belajar yang berbasis TIK (Anonim, 2020). PTMT (Pembelajaran Tatap Muka
Terbatas) adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara langsung di ruang
kelas maupun lingkungan sekolah.
Robert F. Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi
dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel menyebutkan
bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington menyatakan
bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai
sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran (Akhmad Sudrajat, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran tidak lain yaitu tercapainya
perubahan perilaku dan pemahaman siswa dalam suatu proses pembelajaran sesuai
yang diharapkan (dituliskan), karena menurut Kemp dan David E. Kapel,
perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis (written
plan).
Proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Anonim, 2012).
Selain itu, media pembelajaran dan bahan ajar juga berperan penting dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi
dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat
siswa untuk belajar (Anonim, 2021). Sedangkan, bahan ajar adalah suatu bahan
atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan
siswa dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak
3
tertulis. Simpulan tersebut berdasarkan gabungan dari pendapat beberapa ahli,
yang mana menurut Abdul Majid bahan ajar adalah segala bentuk bahan baik
tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Lalu menurut E. Kosasih , bahan ajar
adalah satuan kegiatan belajar yang terencana dan didesain oleh guru guna
membantu peserta didik di dalam mencapai tujuan pembelajaran. Adapun menurut
Belawati bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran (Irfan
Malik Abdurrohman, 2021).
a. Aspek Sikap Perilaku
Sikap adalah sebuah istilah psikologi yang berhubung dengan persepsi dan
tingkah laku. Dalam Bahasa Inggris "sikap" disebut "attitude." Attitude adalah
cara bereaksi terhadap perangsang. Untuk bereaksi terhadap suatu perangsang
atau situasi yang dihadapi, ada kecenderungan. Ellis (2007) mengemukakan
bahwa sikap melibatkan ada berbagai pengetahuan mengenai sesuatu. namun
aspek yang esensial dalam sikap, ialah perasaan atau emosi, kecenderungan
terhadap perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan. Sikap melibatkan
pengetahuan tentang sesuatu termasuk situasi dari pengertian yang
dikemukakan oleh Ellis. Situasi ini dapat dikenal sebagai suatu objek yang akan
mempengaruhi perasaan atau emosi pada akhirnya, dan kemudian
memungkinkan munculnya reaksi atau respons atau kecenderungan untuk
berbuat.
b. Aspek Sikap Kognitif
Aspek kognitif sebagai indikator dalam pencapaian sebuah prestasi hal
ini,menurut Muhibbin Syah "untuk mengukur prestasi siswa bidang kognitif
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tulis atau tes
lisan.( Syah 2001).
Aspek kognitif dapat dikelompokkan menjadi (enam) tingkatan yaitu;
1) Tingkat pengetahuan (knowledge), tujuan instruksional pada level ini
menuntut siswa untuk mengingat (recall) informasi yang telah diterima
sebelumnya, misalnya fakta, terminologi pemecahan masalah dan
sebagainya.
2) Tingkat pemahaman (comprehensive), kategori pemahaman
dihubungkan dengan kemampuankemampuan untuk menjvelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan katakata sendiri.
Dalam hal ini siswa diharapkan menerjemahkan atau menyebeutkan
kembali apa yang telah didengar dengan kata-kata
3) Tingkat Penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan
untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke
dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang
timbul dalam kehidupan sehari-hari
4
4) Tingkat Analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan dan membiarkan komponen atau
elemen-elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau
kesimpulan dan memeriksa komponenkomponen tersebut untuk melihat
atau tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat
menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut standart prinsip atau prosedur yang
telah dipelajari
5) Tingkat sintesis (syinthesis), Sisntesis diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan
unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang
menyeluruh
6) Tingkat evaluasi (evaluation), Evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang
nilai gagasan metode produk atau benda dengan menggunakan kriteria
tertentu. Jadi evaluasi disini lebih condong berbentuk penilaian biasa
dari pada penilaian evaluasi (Sujana, 2005).
c. Aspek Sikap Emosional
Emosi menjadi salah satu aspek yang memiliki pengaruh besar atas sikap
manusia selama ini. Hal itu dibarengi dengan dua aspek yang lain, yaitu adanya
daya pikir (kognitif) dan psikomotorik (konatif), biasanya emosi sering dikenal
dengan aspek afektif, hal ini merupakan dari penentuan sikap, yang menjadi
salah satu predisposisi dari perilaku manusia. Secara keseluruhan emosi
digolongkan dalam dua golongan, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi
positif ini seperti perasaan bahagia, gembira, senang, dan cinta. Berbanding
terbalik dengan emosi negatif, yang seperti perasaan takut, sedih, cemas, dan
marah (Nandy, 2021).
Pada penelitian ini sikap bahasa merupakan gabungan dari sikap, orientasi
dan minat. Bagian pertama dari sikap bahasa yaitu sikap, digunakan untuk
mengetahui apa yang dipikirkan, apa yang diketahui dan apa yang dipercayai
pembelajar tentang objek yang disikapi. Dalam kaitan ini yang ingin diketahui
adalah sikap pembelajar terhadap penutur asli bahasa Inggris, guru bahasa
Inggris.
5
METODE
Jenis penelitian ini merupakan metode penelitian komparatif yang bertujuan
untuk membandingkan persamaan dan perbedaan 2 atau lebih sifat dan fakta objek
yang diteliti, yang digunakan untk membandingkan antara 2 kelompok atau lebih
suatu variabel tertentu. Menurut (Sugiyono, 2016) penelitian komparatif adalah
penelitian yang membandingkan keadaan satu variable atau lebih pada dua atau
lebih sample yang berbeda, atau dua waktu yang berbeda. Menurut Hasan (2002)
analisis komparasi atau perbandingan adalah prosedur statistik guna menguji
perbedaan diantara dua kelompok data (variabel) atau lebih.
Dalam artikel ini penulis ingin membandingkan sikap siswa SMK Bina
Patria 1 Sukoharjo 2021/2022 pada pembelajaran Bahasa Inggris saat PJJ dan
PTMT dengan melakukan uji komparasi. Uji komparasi diarahkan untuk
mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam
aspek atau variabel yang diteliti, menurut dari Nana Syaedih Sukmadinata (2008).
Populasi yang digunakan dalam studi ini yaitu siswa kelas X SMK Bina
Patria 1 Sukoharjo. Sampel yang digunakan yaitu siswa kelas X TKR 7 yang
berjumlah 32 siswa yang diambil dengan teknik random sampling. Data dalam studi
ini diambil dari wawancara yang terdiri dari 30 item pertanyaan (10 item terkait
perilaku siswa, 10 item terkait kognitif siswa, dan 10 item terkait emosional siswa)
dan observasi kelas.
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi tentang pembelajaran Bahasa Inggris
di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksi makna dalam suatu
topic tertentu ,Esternberg dalam (Sugiyono, 2007).
Peneliti akan mewawancarai subjek penelitian guna mendapatkan
informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan pembelajaran Bahasa
Inggris selama PJJ dan PTMT di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah terjun langsung kelapangan untuk
mengumpulkan data. Observasi dilakukan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap yang tampak pada obyek penelitian.
Teknik observasi dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak
langsung. Pengamatan dan pencatatan yang dimaksud dengan observasi
langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap obyek ditempat
berlangsungnya peristiwa observer (peneliti) berada pada obyek yang
diteliti, sementara observasi tak langsung adalah pengumpulan data yang
6
dilakukan cara mengamati dan mencatat gejala yang diselidiki secara
sistematik (Margono S, 2003).
Sehubungan dengan pernyataan diatas, observasi yang dilakukan adalah
pengamatan terhadap sikap siswa terhadap pembelajaran Bahasa Inggris
saat PJJ dan PTMT di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.
2. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2009) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalm
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang mudah dipahami oleh diri dan orang lain.
Teknik analisis data yang dilakukan peneliti untuk menafsirkan arti terhadap
data yang telah dikumpulkan dengan langkah-langkah :
1) Mengelompokkan data berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian.
2) Reduksi data merupakan proses pemilihan, penyederhaan, pengabstrakan
dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi
merupakan wujud analisis yang menajamkan, mengarahkan dan membuang
data yang tidak berkaitan dengan sikap siswa terhadap pembelajaran Bahasa
Inggris di saat PTMT maupun PJJ.
3) Menyajikan data secara sistematis dalam bentuk rangkuman hasil
wawancara.
4) Penarikan kesimpulan, penarikan makna dari komponen data yang
disajikan. Dalam melakukan penarikan kesimpulan tentang sikap siswa
terhadap pembelajaran Bahasa Inggris di saat PTMT maupun PJJ di SMK
Bina Patria 1 Sukoharjo berdasarkan data yang telah disusun dalam bentuk
rangkuman hasil wawancara.
5) Membandingkan hasil di lapangan. Setelah tahap reduksi data, pemaparan
dan penyimpulan data di lapangan didapatkan, langkah selanjutnya adalah
membandingkan kesimpulan antar item item tersebut.
7
PEMBAHASAN
1. Hasil Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan 32 siswa dan 2 guru Bahasa Ingris
SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. Wawancara ini dilakukan untuk menemukan
aspek sikap perilaku, kognitif dan emosional terhadap pebelajaran Bahasa
Inggris.
a. Aspek Sikap Perilaku Terhadap Pembelajaaran Bahasa Inggris
Pada Saat PJJ dan PTMT
Hampir keseluruhan siswa menunjukkan sikap kurang suka saat sedang
dalam pembelajaran Bahasa Inggris, dibandingkan dengan saat PJJ, lebih
banyak siswa yang memberikan sikap positif dalam Bahasa Inggris saat
PTMT berlangsung. Sesuai hasil wawancara dengan para responden, hal ini
dipicu dengan oleh banyak faktor, seperti lebih menyenangkan belajar
langsung dengan guru di kelas, siswa lebih bisa memahami materi ajar
melalui tatap muka langsung, guru dapat memahami siswa lebih dalam dan
tentu hal ini lebih nyaman untuk pembelajaran. Meskipun tidak semua siswa
menyukai Bahasa Inggris, tetapi mereka selalu bersikap sopan dan
menghormati guru mereka saat di dalam maupun diluar kelas.
b. Aspek Sikap Kognitif Terhadap Pembelajaaran Bahasa Inggris
Pada Saat PJJ dan PTMT
Seperti yang disebutkan sebelumnya, siswa dapat lebih memahami
materi saat PTMT daripada saat PJJ. Selain siswa dapat lebih fokus saat
pembelajaran, PTMT juga memberi kemudahan bagi siswa maupun guru
saat pembelajaran. Karena PJJ membuat siswa menjadi kurang fokus dan
guru juga tidak yakin apakah materi yang diberikan saat PJJ dapat diterima
dan dipahami dengan baik oleh siswa mengingat penggunaan media saat PJJ
hanya menggunakan moodle (website sekolah) dan via WhatsApp saja dan
tidak menggunakan video conference seperti Zoom dan Google Meeting.
Sesuai dari hasil wawancara dengan para responden, hal utama yang
dikeluhkan oleh para siswa yaitu penggunaan kuota yang boros dan susah
sinyal, tanggapan dari para guru pun juga demikian dan juga beberapa
siswanya memang tidak seberuntung seperti siswa lain yang orang tuanya
bisa menunjang kebutuhan untuk PJJ ini. Perbedaan saat PTMT dan PJJ pun
sangatlah kentara dalam aspek ini. Dimana aspek kognitif seperti disebutkan
sebelumnya sangatlah memberikan perbedaan yang menonjol. Dapat
dikatakan saat PJJ sangat sedikit siswa yang mengerjakan tugas dan
memenuhi kriteria yang diharapkan. Sedangkan saat PTMT rata-rata siswa
dapat langsung memenuhi kiteria yang diharapakan mulai dari pemahaman
materi serta tugas yang diberikan.
8
c. Aspek Sikap Emosional terhadap pembelajaaran Bahasa Inggris
Pada Saat PJJ dan PTMT
Dilihat dari jawaban para responden, tidak sedikit yang mengatakan
Bahasa Inggris sulit untuk dipelajari. Siswa beranggapan bahwa lebih
mudah bahasa ibu (Bahasa Jawa dan Indonesia) yang tentu itu bahasa
keseharian mereka. Mereka beranggapan mempelajari Bahasa Inggris tidak
banyak berguna bagi mereka dan banyak dari mereka saaat menemui
pelajaran Bahasa Inggris karena takut dan semacamnya, walaupun saat
PTMT mereka seperti tidak tertarik belajar, namun mereka menunjukkan
reaksi sangat positif disaat dapat berbicara dengan Bahasa Inggris maupun
menjawab dengan benar. Tentu hal tersebut sekaligus menjadi motivasi bagi
mereka untuk belajar lebih banyak. Para guru juga sangat senang jika
melihat siswa belajar seolah mereka bersenang-bersenang, hal ini tidak
luput dari inisiatif para guru untuk ide-ide belajar yang dapat
membangkitkan semangat siswa. Berbeda dengan saat PJJ, siswa tidak
dapat berlatih langsung dari guru karena keterbatasan media pembelajaran.
Guru juga tidak bisa melihat keantusiasan siswa dalam belajar Bahasa
Inggris yang hanya melalui moodle sekolah, sedangkan melalui moodle saja
tidak bisa menarik siswa untuk belajar, ditambah dengan PJJ semakin
terbatas guru dapat berinteraksi dengan siswa yang mungkin sulit untuk
dihubungi atau bahkan sengaja menghindar.
2. Hasil Observasi
Dalam observasi yang telah dilakukan di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo
untuk kelas X TKR 7 dengan jumlah siswa 32, penulis dapat mengatakan bahwa
siswa lebih menyukai PTMT daripada PJJ dengan alasan yang hampir sama.
Banyak dari mereka yang mengatakan belajar dirumah kurang seru karena tidak
dapat bertemu dengan teman-temannya, apalagi ini tahun pertama mereka di
bangku SMK dan baru beberapa minggu dapat merasakan PTMT langsung di
sekolah karena adanya lockdown akibat virus corona kemarin dan tentu
sangatlah membuat mereka antusias untuk itu, meskipun mereka mengatakan
menyenangkan juga untuk belajar dari rumah.
9
KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan, yang
pertama bahwa saat PTMTT siswa kelas X TKR 7 memiliki sikap positif terhadap
pembelajaran Bahasa Inggris, di dalam kelas siswa dapat dikatakan aktif dan sangat
antusias selama pembelajaran, namun terkadang siswa juga merasa takut karena
tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik. Yang kedua, pada saat PJJ siswa
cenderung pasif karena terkesan jarang memberikan feedback, PJJ yang
menggunakan moodle ini seakan kurang efektif karena siswa jarang login untuk
mendownload materi dan mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, meskipun siswa tidak sepenuhnya
tertarik dengan pembelajaran Bahasa Inggris, mereka sangatlah menghargai
kehadiran pengajar/guru saat pembelajaran, mereka selalu berusaha untuk
menjawab pertanyaan guru dan sebaliknya, pengajar/guru selalu berusaha
menghidupkan suasana kelas, menarik perhatian siswa untuk belajar dan sesekali
diselingi dengan permainan yang masih berhubungan dengan Bahasa Inggris
ataupun tidak sekedar agar para siswa tidak terlalu tegang dan dapat bersenangsenang selama pembelajaran. Dengan ini, dapat dilihat bahwa kecenderungan siswa
untuk Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Terbatas lebih besar dari pada
pembelajaran jarak jauh dan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris sendiri, siswa
terlihat lebih antusias dan responsif pada saat Pembelajaran Tatap Muka Terbatas.
REFERENSI
Abdi, H. 2020. Tujuan Pembelajaran, Manfaat, dan Klasifikasinya yang Perlu
Diketahui.
https://hot.liputan6.com/read/4376551/tujuan-pembelajaran-
manfaat-dan-klasifikasinya-yang-perlu-diketahui
Abdurrohman, Irfan Malik. 2021. Bahan Ajar : Pengertian, Jenis-jenis, Fungsi,
Struktur,
Langkah-langkah
dan
Manfaat
Bahan
Ajar.
https://www.pengetahuanku13.net/2021/02/bahan-ajar-pengertian-jenisjenis.html
Anonim. 2012. Pengertian Proses Pembelajaran.
https://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-prosespembelajaran.html
Anonim. 2020. Apa itu pendidikan jarak jauh? https://pjj.ui.ac.id/ufaqs/apa-itupendidikan-jarak-jauh/
Anonim. 2021. Pengertian Media Pembelajaran, Contoh dan Manfaatnya Untuk
Sekolah. https://pintek.id/blog/media-pembelajaran/
10
Arifa, F.N. 2020. Tantangan Pelaksanaan Kebijakan Belajar Dari Rumah Dalam
Masa Darurat Covid-19. Jurnal Masalah-Masalah Sosial 12 (7), 1- 17.
Baker, C. 1992. Attitudes and Language. Clevdon : Multilingual Matters.
Carliner, S. 2004. An Overview of Online Learning. Human Resource
Development.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV.IKIP
Semarang Press
Ellis, Robert S. 2007. Educational Psychology: A Problem Approach. New York:
D. Van Nostrard Co.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Husdarta dan Saputra. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Depdikbud.Dirjen
Dikdasmen. Bagian proyek penataran guru SLTP setara DIII.
Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nandy. 2021. Pengertian Emosi, Macam-Macam Emosi, & Emosi Positif Negatif.
https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-emosi/
Sudrajat, A. 2009. Tujuan Pembelajaran sebagai Komponen Penting dalam
Pembelajaran. https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuanpembelajaran- sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran/
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sujana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajara Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Sukmadinata, Nana Syaedih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Syah, M. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo.
11
Download