Analisis Komparatif Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Model Pembelajaran PJJ dan PTMT di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2021/2022 Salsabil Putri Hanifah Sari¹, Iftakhu Rohmatin Nisa², Ratih Wijayava, S.Pd., M.Hum³, Eko Wahyudi, S.Pd⁴ Universitas Veteran Bangun Nusantara¹²³, SMK Bina Patria 1 Sukoharjo4 E-mail : salsabilputri17@gmail.com, iftakhu21@gmail.com, ratihwijayava@gmail.com, ekowahyudi.11maret@email.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan sikap siswa saat Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X TKR 7 yang berjumlah 32 siswa. Data diperoleh dengan menggunakan wawancara dan observasi lapangan. Data dianalisis dengan merangkum jawaban dari wawancara dan observasi lapangan yang telah dilakukan penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas X TKR 7 SMK Bina Patria 1 Sukoharjo pada saat PTMT memiliki sikap yang positif dan terkesan aktif saat pembelajaran Bahasa Inggris, sedangkan saat PJJ siswa cenderung pasif dan terkesan kurang antusias dikarenakan penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik. Kata kunci : PJJ, pembelajaran ABSTRACT The purpose of this study was to compare student attitudes during Distance Learning and Limited Face-to-face Learning at SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. The population in this study were students of class X SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. The sample of this research is the students of class X TKR 7, totaling 32 students. Data were obtained by using interviews and field observations. The data were analyzed by summarizing the answers from interviews and field observations that have been carried out by the author. The results showed that the students of class X TKR 7 SMK Bina Patria 1 Sukoharjo at PTMT had a positive attitude and seemed active when learning English, while during PJJ students tended to be passive and seemed less enthusiastic due to the use of less interesting learning media. Keywords : PJJ, learning 1 LATAR BELAKANG Di masa pandemi saat ini, banyak perubahan yang terjadi, antara lain dalam bidang-bidang berikut: Bisnis, kesehatan, pendidikan. Tetap saja, pendidikan harus terus berlanjut Meskipun sistem menghadapi kendala yang sulit bagi guru, siswa, dan semua orang yang berkecimpung di dunia pendidikan. Ada juga berbagai hambatan sumber daya manusia, pengaturan organisasi, kurikulum,dan fasilitas pembelajaran. Komisi X DPR RI perlu mendorong sinergitas berbagai sektor terkait serta melakukan pengawasan agar pelaksanaan kebijakan belajar dari rumah dapat berjalan secara optimal (Arifa, 2020). Pemerintah menerapkan kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR) atau Pembelajaran Jarak Jauh untuk satuan pendidikan yang berada di wilayah kuning, oranye, dan merah, melalui Kemdikbud. Sementara untuk satuan pendidikan yang berada di zona hijau dapat melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Pembelajaran daring dapat diterapkan pada beragam mata pelajaran. Dengan melalui daring, dapat memberikan fleksibilitas baik tempat maupun waktu dalam konteks belajar mengajar. Keterbatasan ruang dan waktu pembelajaran diatasi pada masa pandemi dengan menerapkan pembelajaran online, namun Pembelajaran Tatap Muka Terbatas tidak bisa tergantikan begitu saja dengan pembelajaran online. Siswa tetap memerlukan bimbingan dan langsung penjelasan tentang materi yang diajarkan oleh guru. Seperti yang terjadi saat ini, SMK Bina Patria 1 Sukoharjo juga sedang menerapkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) setelah 2 tahun sebelumnya menggunakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). SMK Bina Patria 1 Sukoharjo menerapkan PTMT dengan teknis pembelajaran 1 minggu pertama khusus untuk kelas X, minggu kedua untuk kelas XII, minggu ketiga kelas XII dan begitu seterusnya, dengan 2 jam pembelajaran mulai pukul 08.00-10.00 WIB. Menurut Darsono (2000) suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Adapun komponen-komponen yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran adalah meliputi siswa, kurikulum, guru, metodologi, lingkungan dan sarana prasarana. Husdarta dan Saputra (2000) juga menyatakan belajar dimaknai sebagai proses tingkah laku akibat adanya interaksi individu-lingkungannya. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk meneliti sikap siswa saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Mengingat penulis berlatar belakang Bahasa Inggris, maka penulis berkeinginan untuk meneliti dengan membandingkan bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran Bahasa Inggris PJJ dan PTMT, khususnya di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahasa Inggris adalah bahasa internasional, yang diucapkan di banyak negara baik di seluruh dunia sebagai bahasa asli dan bahasa kedua atau asing, bahasa Inggris diajarkan di sekolah-sekolah di hampir setiap negara di dunia. Pada pelaksanaan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) maupun PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas), guru tetap harus mengutamakan tujuan pembelajaran. Menurut Peraturan Menteri Nomor 7 tahun 2020, PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. PJJ diselenggarakan dengan bantuan beragam teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan menggunakan sumber belajar yang berbasis TIK (Anonim, 2020). PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas) adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara langsung di ruang kelas maupun lingkungan sekolah. Robert F. Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran (Akhmad Sudrajat, 2009). Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran tidak lain yaitu tercapainya perubahan perilaku dan pemahaman siswa dalam suatu proses pembelajaran sesuai yang diharapkan (dituliskan), karena menurut Kemp dan David E. Kapel, perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis (written plan). Proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Anonim, 2012). Selain itu, media pembelajaran dan bahan ajar juga berperan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa untuk belajar (Anonim, 2021). Sedangkan, bahan ajar adalah suatu bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak 3 tertulis. Simpulan tersebut berdasarkan gabungan dari pendapat beberapa ahli, yang mana menurut Abdul Majid bahan ajar adalah segala bentuk bahan baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Lalu menurut E. Kosasih , bahan ajar adalah satuan kegiatan belajar yang terencana dan didesain oleh guru guna membantu peserta didik di dalam mencapai tujuan pembelajaran. Adapun menurut Belawati bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran (Irfan Malik Abdurrohman, 2021). a. Aspek Sikap Perilaku Sikap adalah sebuah istilah psikologi yang berhubung dengan persepsi dan tingkah laku. Dalam Bahasa Inggris "sikap" disebut "attitude." Attitude adalah cara bereaksi terhadap perangsang. Untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi, ada kecenderungan. Ellis (2007) mengemukakan bahwa sikap melibatkan ada berbagai pengetahuan mengenai sesuatu. namun aspek yang esensial dalam sikap, ialah perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan. Sikap melibatkan pengetahuan tentang sesuatu termasuk situasi dari pengertian yang dikemukakan oleh Ellis. Situasi ini dapat dikenal sebagai suatu objek yang akan mempengaruhi perasaan atau emosi pada akhirnya, dan kemudian memungkinkan munculnya reaksi atau respons atau kecenderungan untuk berbuat. b. Aspek Sikap Kognitif Aspek kognitif sebagai indikator dalam pencapaian sebuah prestasi hal ini,menurut Muhibbin Syah "untuk mengukur prestasi siswa bidang kognitif ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tulis atau tes lisan.( Syah 2001). Aspek kognitif dapat dikelompokkan menjadi (enam) tingkatan yaitu; 1) Tingkat pengetahuan (knowledge), tujuan instruksional pada level ini menuntut siswa untuk mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, terminologi pemecahan masalah dan sebagainya. 2) Tingkat pemahaman (comprehensive), kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuankemampuan untuk menjvelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan katakata sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan menerjemahkan atau menyebeutkan kembali apa yang telah didengar dengan kata-kata 3) Tingkat Penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari 4 4) Tingkat Analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membiarkan komponen atau elemen-elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa komponenkomponen tersebut untuk melihat atau tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut standart prinsip atau prosedur yang telah dipelajari 5) Tingkat sintesis (syinthesis), Sisntesis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang menyeluruh 6) Tingkat evaluasi (evaluation), Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai gagasan metode produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi disini lebih condong berbentuk penilaian biasa dari pada penilaian evaluasi (Sujana, 2005). c. Aspek Sikap Emosional Emosi menjadi salah satu aspek yang memiliki pengaruh besar atas sikap manusia selama ini. Hal itu dibarengi dengan dua aspek yang lain, yaitu adanya daya pikir (kognitif) dan psikomotorik (konatif), biasanya emosi sering dikenal dengan aspek afektif, hal ini merupakan dari penentuan sikap, yang menjadi salah satu predisposisi dari perilaku manusia. Secara keseluruhan emosi digolongkan dalam dua golongan, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif ini seperti perasaan bahagia, gembira, senang, dan cinta. Berbanding terbalik dengan emosi negatif, yang seperti perasaan takut, sedih, cemas, dan marah (Nandy, 2021). Pada penelitian ini sikap bahasa merupakan gabungan dari sikap, orientasi dan minat. Bagian pertama dari sikap bahasa yaitu sikap, digunakan untuk mengetahui apa yang dipikirkan, apa yang diketahui dan apa yang dipercayai pembelajar tentang objek yang disikapi. Dalam kaitan ini yang ingin diketahui adalah sikap pembelajar terhadap penutur asli bahasa Inggris, guru bahasa Inggris. 5 METODE Jenis penelitian ini merupakan metode penelitian komparatif yang bertujuan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan 2 atau lebih sifat dan fakta objek yang diteliti, yang digunakan untk membandingkan antara 2 kelompok atau lebih suatu variabel tertentu. Menurut (Sugiyono, 2016) penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keadaan satu variable atau lebih pada dua atau lebih sample yang berbeda, atau dua waktu yang berbeda. Menurut Hasan (2002) analisis komparasi atau perbandingan adalah prosedur statistik guna menguji perbedaan diantara dua kelompok data (variabel) atau lebih. Dalam artikel ini penulis ingin membandingkan sikap siswa SMK Bina Patria 1 Sukoharjo 2021/2022 pada pembelajaran Bahasa Inggris saat PJJ dan PTMT dengan melakukan uji komparasi. Uji komparasi diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti, menurut dari Nana Syaedih Sukmadinata (2008). Populasi yang digunakan dalam studi ini yaitu siswa kelas X SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. Sampel yang digunakan yaitu siswa kelas X TKR 7 yang berjumlah 32 siswa yang diambil dengan teknik random sampling. Data dalam studi ini diambil dari wawancara yang terdiri dari 30 item pertanyaan (10 item terkait perilaku siswa, 10 item terkait kognitif siswa, dan 10 item terkait emosional siswa) dan observasi kelas. 1. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi tentang pembelajaran Bahasa Inggris di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksi makna dalam suatu topic tertentu ,Esternberg dalam (Sugiyono, 2007). Peneliti akan mewawancarai subjek penelitian guna mendapatkan informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan pembelajaran Bahasa Inggris selama PJJ dan PTMT di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. b. Observasi Observasi atau pengamatan adalah terjun langsung kelapangan untuk mengumpulkan data. Observasi dilakukan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap yang tampak pada obyek penelitian. Teknik observasi dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Pengamatan dan pencatatan yang dimaksud dengan observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap obyek ditempat berlangsungnya peristiwa observer (peneliti) berada pada obyek yang diteliti, sementara observasi tak langsung adalah pengumpulan data yang 6 dilakukan cara mengamati dan mencatat gejala yang diselidiki secara sistematik (Margono S, 2003). Sehubungan dengan pernyataan diatas, observasi yang dilakukan adalah pengamatan terhadap sikap siswa terhadap pembelajaran Bahasa Inggris saat PJJ dan PTMT di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. 2. Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2009) analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalm kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh diri dan orang lain. Teknik analisis data yang dilakukan peneliti untuk menafsirkan arti terhadap data yang telah dikumpulkan dengan langkah-langkah : 1) Mengelompokkan data berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. 2) Reduksi data merupakan proses pemilihan, penyederhaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi merupakan wujud analisis yang menajamkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak berkaitan dengan sikap siswa terhadap pembelajaran Bahasa Inggris di saat PTMT maupun PJJ. 3) Menyajikan data secara sistematis dalam bentuk rangkuman hasil wawancara. 4) Penarikan kesimpulan, penarikan makna dari komponen data yang disajikan. Dalam melakukan penarikan kesimpulan tentang sikap siswa terhadap pembelajaran Bahasa Inggris di saat PTMT maupun PJJ di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo berdasarkan data yang telah disusun dalam bentuk rangkuman hasil wawancara. 5) Membandingkan hasil di lapangan. Setelah tahap reduksi data, pemaparan dan penyimpulan data di lapangan didapatkan, langkah selanjutnya adalah membandingkan kesimpulan antar item item tersebut. 7 PEMBAHASAN 1. Hasil Wawancara Penulis melakukan wawancara dengan 32 siswa dan 2 guru Bahasa Ingris SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. Wawancara ini dilakukan untuk menemukan aspek sikap perilaku, kognitif dan emosional terhadap pebelajaran Bahasa Inggris. a. Aspek Sikap Perilaku Terhadap Pembelajaaran Bahasa Inggris Pada Saat PJJ dan PTMT Hampir keseluruhan siswa menunjukkan sikap kurang suka saat sedang dalam pembelajaran Bahasa Inggris, dibandingkan dengan saat PJJ, lebih banyak siswa yang memberikan sikap positif dalam Bahasa Inggris saat PTMT berlangsung. Sesuai hasil wawancara dengan para responden, hal ini dipicu dengan oleh banyak faktor, seperti lebih menyenangkan belajar langsung dengan guru di kelas, siswa lebih bisa memahami materi ajar melalui tatap muka langsung, guru dapat memahami siswa lebih dalam dan tentu hal ini lebih nyaman untuk pembelajaran. Meskipun tidak semua siswa menyukai Bahasa Inggris, tetapi mereka selalu bersikap sopan dan menghormati guru mereka saat di dalam maupun diluar kelas. b. Aspek Sikap Kognitif Terhadap Pembelajaaran Bahasa Inggris Pada Saat PJJ dan PTMT Seperti yang disebutkan sebelumnya, siswa dapat lebih memahami materi saat PTMT daripada saat PJJ. Selain siswa dapat lebih fokus saat pembelajaran, PTMT juga memberi kemudahan bagi siswa maupun guru saat pembelajaran. Karena PJJ membuat siswa menjadi kurang fokus dan guru juga tidak yakin apakah materi yang diberikan saat PJJ dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa mengingat penggunaan media saat PJJ hanya menggunakan moodle (website sekolah) dan via WhatsApp saja dan tidak menggunakan video conference seperti Zoom dan Google Meeting. Sesuai dari hasil wawancara dengan para responden, hal utama yang dikeluhkan oleh para siswa yaitu penggunaan kuota yang boros dan susah sinyal, tanggapan dari para guru pun juga demikian dan juga beberapa siswanya memang tidak seberuntung seperti siswa lain yang orang tuanya bisa menunjang kebutuhan untuk PJJ ini. Perbedaan saat PTMT dan PJJ pun sangatlah kentara dalam aspek ini. Dimana aspek kognitif seperti disebutkan sebelumnya sangatlah memberikan perbedaan yang menonjol. Dapat dikatakan saat PJJ sangat sedikit siswa yang mengerjakan tugas dan memenuhi kriteria yang diharapkan. Sedangkan saat PTMT rata-rata siswa dapat langsung memenuhi kiteria yang diharapakan mulai dari pemahaman materi serta tugas yang diberikan. 8 c. Aspek Sikap Emosional terhadap pembelajaaran Bahasa Inggris Pada Saat PJJ dan PTMT Dilihat dari jawaban para responden, tidak sedikit yang mengatakan Bahasa Inggris sulit untuk dipelajari. Siswa beranggapan bahwa lebih mudah bahasa ibu (Bahasa Jawa dan Indonesia) yang tentu itu bahasa keseharian mereka. Mereka beranggapan mempelajari Bahasa Inggris tidak banyak berguna bagi mereka dan banyak dari mereka saaat menemui pelajaran Bahasa Inggris karena takut dan semacamnya, walaupun saat PTMT mereka seperti tidak tertarik belajar, namun mereka menunjukkan reaksi sangat positif disaat dapat berbicara dengan Bahasa Inggris maupun menjawab dengan benar. Tentu hal tersebut sekaligus menjadi motivasi bagi mereka untuk belajar lebih banyak. Para guru juga sangat senang jika melihat siswa belajar seolah mereka bersenang-bersenang, hal ini tidak luput dari inisiatif para guru untuk ide-ide belajar yang dapat membangkitkan semangat siswa. Berbeda dengan saat PJJ, siswa tidak dapat berlatih langsung dari guru karena keterbatasan media pembelajaran. Guru juga tidak bisa melihat keantusiasan siswa dalam belajar Bahasa Inggris yang hanya melalui moodle sekolah, sedangkan melalui moodle saja tidak bisa menarik siswa untuk belajar, ditambah dengan PJJ semakin terbatas guru dapat berinteraksi dengan siswa yang mungkin sulit untuk dihubungi atau bahkan sengaja menghindar. 2. Hasil Observasi Dalam observasi yang telah dilakukan di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo untuk kelas X TKR 7 dengan jumlah siswa 32, penulis dapat mengatakan bahwa siswa lebih menyukai PTMT daripada PJJ dengan alasan yang hampir sama. Banyak dari mereka yang mengatakan belajar dirumah kurang seru karena tidak dapat bertemu dengan teman-temannya, apalagi ini tahun pertama mereka di bangku SMK dan baru beberapa minggu dapat merasakan PTMT langsung di sekolah karena adanya lockdown akibat virus corona kemarin dan tentu sangatlah membuat mereka antusias untuk itu, meskipun mereka mengatakan menyenangkan juga untuk belajar dari rumah. 9 KESIMPULAN Berdasarkan dari pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan, yang pertama bahwa saat PTMTT siswa kelas X TKR 7 memiliki sikap positif terhadap pembelajaran Bahasa Inggris, di dalam kelas siswa dapat dikatakan aktif dan sangat antusias selama pembelajaran, namun terkadang siswa juga merasa takut karena tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik. Yang kedua, pada saat PJJ siswa cenderung pasif karena terkesan jarang memberikan feedback, PJJ yang menggunakan moodle ini seakan kurang efektif karena siswa jarang login untuk mendownload materi dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, meskipun siswa tidak sepenuhnya tertarik dengan pembelajaran Bahasa Inggris, mereka sangatlah menghargai kehadiran pengajar/guru saat pembelajaran, mereka selalu berusaha untuk menjawab pertanyaan guru dan sebaliknya, pengajar/guru selalu berusaha menghidupkan suasana kelas, menarik perhatian siswa untuk belajar dan sesekali diselingi dengan permainan yang masih berhubungan dengan Bahasa Inggris ataupun tidak sekedar agar para siswa tidak terlalu tegang dan dapat bersenangsenang selama pembelajaran. Dengan ini, dapat dilihat bahwa kecenderungan siswa untuk Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Terbatas lebih besar dari pada pembelajaran jarak jauh dan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris sendiri, siswa terlihat lebih antusias dan responsif pada saat Pembelajaran Tatap Muka Terbatas. REFERENSI Abdi, H. 2020. Tujuan Pembelajaran, Manfaat, dan Klasifikasinya yang Perlu Diketahui. https://hot.liputan6.com/read/4376551/tujuan-pembelajaran- manfaat-dan-klasifikasinya-yang-perlu-diketahui Abdurrohman, Irfan Malik. 2021. Bahan Ajar : Pengertian, Jenis-jenis, Fungsi, Struktur, Langkah-langkah dan Manfaat Bahan Ajar. https://www.pengetahuanku13.net/2021/02/bahan-ajar-pengertian-jenisjenis.html Anonim. 2012. Pengertian Proses Pembelajaran. https://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-prosespembelajaran.html Anonim. 2020. Apa itu pendidikan jarak jauh? https://pjj.ui.ac.id/ufaqs/apa-itupendidikan-jarak-jauh/ Anonim. 2021. Pengertian Media Pembelajaran, Contoh dan Manfaatnya Untuk Sekolah. https://pintek.id/blog/media-pembelajaran/ 10 Arifa, F.N. 2020. Tantangan Pelaksanaan Kebijakan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Covid-19. Jurnal Masalah-Masalah Sosial 12 (7), 1- 17. Baker, C. 1992. Attitudes and Language. Clevdon : Multilingual Matters. Carliner, S. 2004. An Overview of Online Learning. Human Resource Development. Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV.IKIP Semarang Press Ellis, Robert S. 2007. Educational Psychology: A Problem Approach. New York: D. Van Nostrard Co. Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Husdarta dan Saputra. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Depdikbud.Dirjen Dikdasmen. Bagian proyek penataran guru SLTP setara DIII. Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Nandy. 2021. Pengertian Emosi, Macam-Macam Emosi, & Emosi Positif Negatif. https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-emosi/ Sudrajat, A. 2009. Tujuan Pembelajaran sebagai Komponen Penting dalam Pembelajaran. https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuanpembelajaran- sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran/ Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sujana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajara Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sukmadinata, Nana Syaedih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Syah, M. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo. 11