Uploaded by Meta Aulia

Opini Perkembangan Politik Bisnis Internasional

advertisement
Perkembangan Politik Bisnis Internasional Dimasa Pandemi
Ball, McCulloch, Frantz, dan Geringer mendefinisikan bisnis internasional sebagai
aktivitas yang melintasi batas negara termasuk aktivitas perdagangan internasional,
pemanufakturan diluar negeri dan industri dalam berbagai bidang. Perbedaan antara politik
ekonomi internasional dengan politik bisnis internasional terletak pada pelaku yang
menjalankan bisnis internasional. Sementara politik ekonomi internasional menitikberatkan
dalam hubungan ekonomi antara negara.
Politik bisnis internasional berkembang sejak berakhirnya Perang Dunia II dengan
semakin
berkembangnya
usaha
negara-negara
yang
baru
merdeka
membangun
perekonomiannya. Ditambah negara Amerika Serikat dan negra industri Barat lainnya
mempelopori politik ekonomi terbuka. Politik bisnis internasional berkembang dari yang klasik
seperti strategi ekspor-impor menjadi penanaman modal asing secara langsung. Strategi
perusahaan menjadi kunci dalam meningkatkan bisnis internasional. Lingkungan bisnis
internasional tidak terlepas dari kedaulatan nasional, aspek sosial budaya, aspek politik, dan
aspek ekonomi. Begitu pula dengan alasan negara melakukan bisnis internasional yang
mempertimbangkan aspek ekonomi, politik, bahkan militer. Sebuah negara tidak dapat
memenuhi kebutuhan warga negaranya melalui barang atau produk yang dihasilkan oleh
negara itu sendiri.
Oleh karena itu munculnya pandemi COVID-19 sangat berdampak terhadap
perekonomian global. Banyak negara di dunia yang mengeluarkan kebijakan lockdown atau
pembatasan sosial dalam melindungi kesehatan warga negaranya. Kebijakan ini membuat
terbatasnya mobilitas barang dan jasa, ruang gerak penduduk, aktivitas produksi yang membuat
pendapatan perusahaan berkurang, serta membuat sektor pariwisata pun juga berkurang. Pada
Januari 2021, organisasi IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berada diangka
minus 3,5 persen. Sedangkan World bank memperkirakan perekonomian dunia turun hingga
minus 5,2 persen. Perusahaan Multinasional (MNC) yang merupakan aktor dalam politik bisnis
internasional ikut terdampak karena pandemi COVID-19. Operasi perusahaan MNC sangat
dipengaruhi oleh kondisi dan situasi suatu negara. Seperti yang telah dituliskan, pandemi
menyebabkan negara membatasi atau memberhentikan sementara operasi atau aktivitas dari
persusahaan MNC.
Perusahaan multinasional dalam bidang elektronik, Apple Inc, menutup ratusan
tokonya diseluruh dunia akibat pandemi. Apple memiliki 460 toko diseluruh dunia tidak
termasuk di China. Pada tahun 2020, Apple juga sempat menutup tokonya di Italia dan Spanyol.
Pada bulan Februari 2020, Apple Inc menyatakan bahwa perusahaannya mustahil untuk
mencapai target kuartal pada kisaran $US 63 – 67 Miliar. Terdapat catatan dari bloomberg,
saham Apple turun hingga 5,3 persen sepanjang tahun 2020. Begitu pula denan perusahaan
multinasional dibidang busana yaitu H&M. Dikutip dari CNN Indonesia, H&M kehilangan
laba bersih hingga 90 persen sepanjang tahun 2020 akibat pandemi COVID-19. Penjualan turun
sebesaar 20% atau senilai 187 miliar Kronor Swedia. Pasar yang paling terdampak adaah
Prancis, Amerika Serikat, dan Inggris dengan penjualan turun secara berturut 28%, 24%,dan
17%.
Tidak hanya itu, investasi langsung luar negeri atau foreign direct investment (FDI)
turun hingga 15% secara global menurut ekonom PBB. Laporan UNCTAD menunjukkan lebih
dari dua pertiga dari 100 perusahaan multinasional menyatakan bahwa dampak pandemi
terhadap bisnis mereka adalah pelambatan pengeluaran modal didaerah yang terdampak virus
corona. UNCTAD juga menyebutkan bahwa sebanyak 41 perusahaan multinasional telah
memperingatkan tentang masalah laba yang dapat diartikan penghasilan yang diinvetasikan,
yang merupakan komponen utama dari invetasi asing akan lebih rendah. PBB juga telah
memperingatkan bahwa goncangan permintaan negatif dan dampak ekonomi dalam gangguan
rantai pasokan dapat mempengaruhi investasi di negara lain. Contohnya adalah negara China
yang mengalami goncangan permintaan paling serius, seperti penurunan penjualan ke Toyota
yang turun hingga 70% dibulan Februari 2020. China adalah pusat manufaktur utama bagi para
perusahaan multinasional dan sangat berdampak bagi dunia. Sehingga pertumbuhan Gross
Domestic Product dimasa pandemi menjadi turun karena dipengaruh oleh perpindahan barang,
jasa, dan modal yang terbatas ini. Perkembangan politik bisnis internasional dimasa pandemi
COVID-19 ini berjalan dengan lambat dan mengalami pergeseran dikarenakan harus
beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Daftar Pustaka
Pundilaras, Berliana. 2020. Imbas Covid-19 Terhadap Perusahaan Multinasional. Diakses
pada 13 Oktober 2021, dari https://geotimes.id/opini/imbas-covid-19-terhadap-perusahaanmultinasional/
Wirawan, Made. 2020. Perusahaan Mutinasional Dalam Covid-19. Diakses pada 9 Oktober
2021, dari https://student-activity.binus.ac.id/himhi/2020/06/perusahaan-multinasional-dalamcovid-19/
Bisnis.com. 2020. Apple Inc. Tutup Ratusan Toko Diseluruh Dunia Akibat Corona. Diakses
pada 9 Oktober 2021, dari https://bisnis.tempo.co/read/1319560/apple-inc-tutup-ratusan-tokodi-seluruh-dunia-akibat-corona
CNN Indonesia. 2021. Laba H&M Melorot 90 Persen Pada 2020, Ribuan Cabang Ditutup.
Diakses
pada
10
Oktober
2021,
dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210129211940-92-600214/laba-hm-melorot-90persen-pada-2020-ribuan-cabang-ditutup
Pandey, Ashutosh. 2020. Investasi Asing Global Turun Setengahnya. Diakses pada 10 Oktober
2021, dari https://www.dw.com/id/investasi-asing-global-turun-setengahnya/a-53844733
Purwanto, Antonius. 2021. Ekonomi Dunia Pada Masa Pandemi Covid-19: Dari Dampak
Hingga Proyeksi Petumbuhan 2021-2022. Diakses pada 11 Oktober 2021, dari
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/ekonomi-dunia-di-masa-pandemi-covid19-dari-dampak-hingga-proyeksi-pertumbuhan-2021-2022
Download