LAPORAN TUGAS MERANCANG KAPAL BULK CARRIER GENERAL ARRANGEMENT Disusun Oleh MOCHAMMAD HARIS NIM : 1810313008 PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2020 BAB I PENDAHULUAN A. Data Utama Kapal LPP : 138,6 m GT : 11117,65 ton B : 21,9 m Cb : 0,77 H : 12,6 m Cp : 0,78 T : 9,1 m Tipe Kapal Vs : 12,5 knot DWT : 18900 ton : Bulk Carrier Jalur Pelayaran : Balikpapan-Cigading (828 mil laut) B. Definisi Rencana Umum Rencana umum dari sebuah kapal dapat didefinisikan sebagai perancangan di dalam penentuan atau penandaan dari semua ruangan yang dibutuhkan, ruangan yang di maksud sperti ruang muat dan ruang kamar mesin dan akomodasi, dalam hal ini disebut superstructure (bangunan atas). Di samping itu juga direncanakan penempatan peralatan-peralatan dan letak jalanjalan dan beberapa sistem dan perlengkapan lainnya. Ada 4 bagian/ karateristik rencana umum menurut Ship Design and Construction : 1. Penentuan lokasi ruang muat 2. Penentuan batas-batas ruang termasuk kamar pribadi 3. Penentuan dan pemilihan perlengkapan kamar mandi 4. Penentuan jalan atau lintasan yang cukup Langkah pertama yang dihadapi dalam membuat rencana umum adalah penentuan lokasi ruangan dan batas dari lambung kapal dan bangunan atas, ruangan yang di maksud : 1. Ruang kamar mesin 2. Ruang muat 3. Crew, penumpang, ruangan pada crew yang utama 4. Tangki-tangki 5. Beberapa ruangan lainnya Pada saat yang bersamaan juga ditentukan kebutuhan lain seperti : Sekat kedap masing-masing ruangan Stabilitas yang cukup Struktur konstruksi Penyediaan jalan yang cukup Rencana umum adalah suatu proses yang berangsur-angsur di susun dan ini dari percobaan, penelitian, dan masukan dari data-data kapal yang sudah ada (pembanding). Informasi yang mendukung rencana umum : 1. Penentuan besarnya volume ruang muat, type dan jenis muatan yang akan di muat 2. Metode dan sistem bongkar muat 3. Volume ruangan untuk ruangan kamar mesin yang ditentukan dari tipe mesin dan dimensi mesin 4. Penentuan tangki-tangki terutama perhitungan volume seperti tangki untuk minyak, ballast, pelumas mesin 5. Penentuan volume ruangan akomodasi jumlah crew, penumpang, dan standard akomodasi 6. Pembagian sekat melintang 7. Penentuan dimensi kapal 8. Lines Plan Rencana umum dari sebuah kapal merupakan gambaran penyusunan ruanganruangan, peralatan-peralatan serta pintu-pintu yang tepat. Langkah-langkah dalam penyusunan rencana umum dari sebuah kapal antara lain pembagian ruanganruangan utama, pengaturan batas-batas tiap ruangan, penempatan perlengkapanperlengkapan di dalam ruangan serta penyusunan pintu-pintu pada tiap ruangan. Dalam merancang sebuah kapal tidak dapat dihindari adanya berbagai macam kepentingan yang akan saling bertentangan dan itu akan didapatkan pada penyusunan rencana umum ini. Efisiensi dari suatu kapal salah satunya ditentukan oleh penyusunan ruanganruangan yang tepat serta penempatan pintu-pintu yang efektif di antara ruanganruangan tersebut. Dapat dikatakan bahwa penyusunan ruangan-ruangan yang baik akan dapat meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis dari sebuah kapal. Hal ini mempengaruhi pada konstruksi dan biaya operasional kapal tersebut. Langkah pertama untuk pembuatan rencana umum adalah pembagian ruangan-ruangan utama dalam kapal, misalnya pembagian ruangan pada lambung kapal untuk ruang muat, kamar mesin dan tangki-tangki serta pembagian ruanganruangan pada bangunan atas untuk ruangan akomodasi dan lain-lain Selain itu terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana umum, antara lain : 1. Besarnya volume ruang muat didasarkan pada jenis dan jumlah muatan 2. Cara penyimpanan muatan dalam ruang palkah dan sistem penanganan muatan (Cargo Handling) 3. Besarnya volume ruang akomodasi didasarkan pada jumlah anak buah kapal dan penumpang serta standard ruang akomodasi 4. Besarnya volume tangki terutama tangki ballast dan tangki bahan bakar didasarkan pada tipe mesin yang digunakan dan jalur pelayarannya 5. Standard pembagian sekat baik sekat melintang maupun sekat memanjang 6. Ukuran utama kapal 7. Gambar Rencana Garis Permasalahan dalam penyusunan rencana umum biasanya tergantung dari tipe kapal yang direncanakan. Namun pada dasarnya pembuatan rencana umum untuk semua tipe memiliki kesamaan dalam hal-hal tertentu seperti dalam penyusunan ruangan akomodasi dan daya mesin meskipun untuk kapal yang berbeda akan menyebabkan terjadinya perbedaan kapasitas. BAB II PERHITUNGAN JUMLAH CREW A. Jumlah Crew Dengan komposisi sebagai berikut (dari Ship Resistance and Propulsion, hal 168) Dalam penentuan jumlah crew maka dapat di hitung dengan rumus : Z = Cst . {Cdk (LBH . 35/105)1/6 + Ceng (BHP/103)1/5} + Cadets Cst = Coefisien Steward Dept 1,2 – 1,33 Cdk = Coefisien Deck Dept 11,5 – 14,5 Ceng = Coefisien Engine Dept 8,5 – 11,0 Diesel 11,0 – 15 Turbine Single 13,73 – 16,5 Turbine Double Cdet = Cadangan = 1,00 Dari rumus di atas didapatkan Z = Cst . {Cdk (LBH . 35/105)1/6 + Ceng (BHP/103)1/5} + Cadets Z = 1,2 . { 11,5 (91,3 x 21,9 x 12,5 x 35/105)1/6 + 8,5 (8759,269 /103)1/5} + 1 Z = 34,359 = 34 orang B. Pembagian/ susunan Crew Kapal Susunan Crew Kapal Secara garis besar tugas-tugas dari crew kapal dapat dikelompokkan pada: 1) Deck Department, dipimpin oleh Mualim I, bertanggung jawab terhadap navigasi, peralatan geladak, bongkar muat di atas kapal. 2) Engine department, dipimpin oleh Kepala Kamar Mesin (KKM), bertanggung jawab terhadap jalannya mesin induk, mesin bantu, ketel dan seluruh instalasi mesin di atas kapal. 3) Catering department, dipimpin oleh Chief Steward, bertanggung jawab pada kelancaran pelayanan makanan, pelayanan kamar, dan lain-lain pekerjan di atas kapal. Susunan Anak Buah Kapal a. Nahkoda / Captain b. Deck Departement = 1 Orang 1) Mualim = 3 Orang 2) Juru Mudi = 4 Orang 3) Kelasi = 4 Orang 4) Radio Officer = 2 Orang Jumlah = 13 Orang c. Engine Departement 1) Kepala Kamar Mesin (KKM) = 1 Orang 2) Masinis = 2 Orang 3) Electriciant = 2 Orang 4) Pump Man = 2 Orang 5) Oil Man = 2 Orang 6) Engine Crews = 4 Orang 7) Filler = 2 Orang Jumlah = 15 Orang d. Catering Departement 1) Koki = 1 Orang 2) Pembantu Koki = 2 Orang 3) Pelayan = 2 Orang Jumlah = 5 Orang Maka jumlah seluruh anak buah kapal = 34 Orang BAB III PERHITUNGAN DAYA MOTOR INDUK KAPAL Perhitungan tenaga mesin induk kapal diawali dengan menghitung besarnya tahanan kapal. Pada rencana umum kapal ini dalam menghitung atau menentukan besarnya tahanan menggunakan metode Holtrop dengan data-data sebagai berikut : A. Ukuran Utama Kapal Panjang kapal ( Lpp ) : 138,60 m Panjang kapal yang tercelup air ( LWL ) : 142,70 m Lebar kapal ( B ) : 21,90 m Sarat kapal ( T ) : 9,10 m Tinggi sampai Upper Deck ( H ) : 12,80 m Kecepatan Dinas Kapal ( Vs ) : 14,40 knot Data – data berikut diambil dari Kurva Hidrostatik Koefisien Block ( Cb ) : 0,77 Koefisien Prismatic ( Cp ) : 0,78 WSA kapal ( S ) : 4522,618 LCB kapal : 3,076 Volume displacement ( ) : 21398,045 m3 Displacement ( ) : 21932,996 ton Koefisien midship ( CM ) : 0,99 Radius pelayaran (S) mile) : Balikpapan – Cigading (828 nautical Pitch Propeller : 4,523 m Diameter Propeller : 4,488 m m2 m B. Perhitungan Tahanan Total Kapal Perhitungan tahanan kapal ini menggunakan metode holtrop (1984), Dalam menghitung tahanan kapal dengan menggunakan metode holtrop ada beberapa komponen tahanan yang harus kita tentukan. Komponen – komponen tahanan tersebut antara lain menentukan : 1. Tahanan gesek 2. Tahanan gelombang 3. Perhitungan hubungan model dengan kapal (model ship allowance) Tahanan total kapal (RT) ditentukan dari rumus : 𝑅𝑇 = 1. Tahanan Gesek = ½.ρ.V2.Cfo.(1+k).Stot Rv Perhitungan luas permukaan basah total (Stot) STOT = Total luas permukaan basah lambung kapal & appendages STOT = WSA + Sapp WSA = 4522,6184 m2 Sapp = Skemudi + Sboss Skemudi 2 TL B S kemudi 1 25 100 L 2 = 22,165871 m Sboss = 7,7120417 m2 Sapp = 29,877913 m2 STOT = 4692,3375 m2 Perhitungan koefisien tahanan gesek kapal (Cfo). CF = Koefisien frictional menurut ITTC 1957 C F 0,075 log Rn 2 2 VL Rn υ Dimana : Cfo = Koefisien tahanan gesek kapal Rn = Bilangan Reynold = 1,1883E-06 m2/s VT .L ( Menurut ITTC - 1957 ) ν Rn = VT = Kecepatan Percobaan = 1,06 x Vs = 1,06 x 14,4 = 6,784 m/sec L = Panjang kapal yang tercelup air (Lwl) = 142,74 m = density air laut = 1,025 ton/m3 = Koefisien kekentalan kinematis = 1,1883.10-6 m/s (reff : PNA Vol II hal. 58 tabel X untuk suhu air laut 15 o C ) Rn = 6,784 x 100,37 1,1883.106 Rn = 5,19 x 108 CF = 0,075 (log 5,19x108 2)2 = 1,663X10-3 CF = 1,663X10-3 Perhitungan (1+k) 1 + k = 1 + k1 + [1 + k2 – (1 + k1)] Sapp/STOT Di mana : 0,1216 0,3649 1,0681 0,4611 B T L L3 1 k1 0,93 0,4871c 1 C 0,6042 p L L L R Dalam hal ini: c = Koefisien bentuk bagian belakang = 1 + 0,011Cstern Berikut ini harga Cstern berdasarkan pada tabel PNA Vol. II hal. 91 Tabel. II.1 Koefisien Harga Cstern Cstern -25 For pram with gondola Cstern -10 For V-Shaped section Cstern Cstern 0 For normal section shape 10 For U-shaped section with hogner stern Karena bentuk potongan stern normal maka : Cstern = 0 c = 1 LR = {1 – CP +0,06CPLCB/(4CP – 1)} LR = 0,24067 m (B/L)1,0681 = 0,172267 (T/L)0,4611 = 0.308270 (L/LR)0,1216 = 2,071397 (L3/)0,3649 = 0,057272 (1 – CP)-0,6042 = 2,368516 1 + k1 = 0,93727 (1+k2) = Koefisien akibat pengaruh tonjolan pada lambung kapal di bawah permukaan garis air Harga (1+k2) ini ditunjukan oleh tabel.25 PNA Vol. II hal.92 Tabel. II.2 Harga Koefisien (1+k2) Type of appendages Rudder of single srew ship Spade type rudder of twin screw ship Skeg rudder of twin screw ship Value of (1+k2) 1,3 to 1,5 2,8 1,5 to 2,0 Shaft bracket 3,0 Bossing 2,0 Bilge keel 1,4 Stabilizer fins 2,8 Shafts 2,0 Sonar dome 2,7 Karena kapal direncanakan dengan rudder of single srew ship maka diambil harga 1 + k2 = 1,5 Sehingga didapatkan : (1 k ) (1 k1) [(1 k 2) (1 k1)]. Sapp Stot (1+k) = (0,93727)+[(1,5)-( 0,93727)]. 13,848/ 2709,582 1+k = 0,94015 Jadi tahanan gesek kapal : Rv = ½.ρ.V2.Cfo.(1+k).Stot Rv = ½.1,025. (6,4)2.1,663X10-3. 0,94015. 2709,582 Rv = 88,93 kN 2. Tahanan gelombang kapal Selain Tahanan gesek, kapal yang berjalan dengan kecepatan tertentu dilaut juga akan mengalami tahanan gelombang. Dan untuk menghitung tahanan gelombang (Rw), rumus yang dipakai oleh Holtrop menurut pada Havelock (1913) adalah sebagai berikut : RW W C1C 2 C3 e m1 Fn d m2 cos λFn 2 Fn V g.L Fn = 0,20936 Dimana: CA = hubungan model dengan kapal CA = 0,006 (Lwl + 100)-0,16 – 0,00205 CA = 0,000520 Untuk Fn< 0,4, maka : C1 = 2223105C43,7861(T/B)1,0796(90 – iE)-1,3757 B/L = 0,184 maka C4 = B/L C43,7861 = 1,9613x10-3 (T/B)1,0796 = 0,3762 iE = setengah sudut masuk garis air = 200 dari lines plan (90 – iE)-1,3757 = 2,895 x 10-3 C1 = 4,74867 C2 = 1 C3 = 1 – 0,8 (AT/(BTCm)) AT = luasan bagian transom yang tercelup air saat AT = 48,3333 m2 C3 = 0,7178 d = -0,9 L m 1 3 B 0,01404 1,7525 4,7932 L L T 1 C5 C5 = 8,0789CP – 13,8673CP2 + 6,9844CP3 C5 = 1,19620 L/T = 12,834 1/3/L = 0,2275 B/L = 0,19271 m1 = -2,33861 Fnd = 4,08495 e m Fn 7 ,0981 10 1 d 5 3,29 m2 C 60,4e 0,034 Fn Di mana : L3/ = 84,9310 C6 = -1,69385 Fn-3,29 = 171,498 e0,034 Fn 2,9353x103 3,29 m2 = -1,98878x 10-3 = 1,446 CP – 0,03L/B = 0,9433 Cos (Fn-2) = 0,9303 Maka tahanan gelombang didapat: RW m1 Fn m2 cos λFn 2 C1C 2 C3 e W d RW/W = -1,60821 x 10-3 L/B < 12 W = displ x x g W = 104.746,6645 kg W = 104,747 ton Rw=-168,455 3. Sehingga tahanan total adalah R T 12 ρV 2 S TOT C F 1 k CA RW W W RT = 174,8219 kN 4. Perhitungan Daya Efektif EHP = RT x Vs EHP = 174,8219 x 6,425 EHP = 1123,231 kW 1 HP = 735,499 Watt EHP = 1527,1682 HP 5. Perhitungan SHP (Shaft Horse Power) dan DHP (Delivery Horse Power) (Shaft Horse Power) Untuk SHP dengan metode Holtrop harus ditentukan efisiensi propulsinya. SHP = EHP/Pc Pc = Propulsive coefiscient Pc = H x R x O H = Hull efficiency ( diambil dari tabel 6 PNA vol II Hal 161) H = 1,13 O = Open propeller efficiency (efisiensi Propeller) O = 0,928 – 0,0269 L/1/3 = 0,928 – 0,0269 x 96/21,84 = 0,81 (effisiensi badan kapal) R = Relative-rotative efficiency R = R = 0,9733 + 0,111 (Cp – 0,0225LCB) – 0,06325 P/D = 0,9733 + 0,111 (0,76 – (0,0225 x 0,03)) – 0,06325x4,523/4,488 = 0,99 (effisiensi baling-baling di belakang kapal) S = 0,7 (effisiensi poros) T = R.S.O = 0,99 x 0,81 x 0,7 = 0,56133 Setelah masing – masing efisiensi propulsi diketahui maka quasi-propulsive coefficient ( D ) dapat diketahui. Pc = H x O x R = 1,13 x 0,81 x 0,99 Pc = 0,906 Setelah D diketahui maka SHP dapat dihitung dengan cara : SHP = EHP / Pc SHP = 1685,157 hp = 1527,1682 / 0,906 DHP = SHP X 0.98 DHP = 1685,157 X 0.98 DHP = 1651,454 hp 6. Perhitungan BHP (Brake Horse Power) BHP = EHP/T BHP = 1023,85/ 0,5613 BHP = 2720,625 HP BHPmax = 2720,625 + 10% BHP BHPmax= 2747,830 BHP = 3084 Hp C. Pertimbangan Pemilihan Mesin Induk (berdasarkan L. Harrington, Roy, dalam buku Marine Engineering) Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemilihan mesin induk : 1) Maintainability Perawatan maupun perbaikan mesin yang mudah dengan biaya yang murah juga perlu diperhatikan dalam memilih motor penggerak kapal (mesin induk). Hal ini berakibat langsung terhadap biaya operasional kapal dan jumlah crew kapal 2) Reliability Keberadaan permesinan di pasaran dan mudah-tidakNya memperoleh tipe mesin tersebut merupakan faktor yang utama, karena mempengaruhi faktor yang lain: 3) Space and Arrangement Requirement Perencanaan ruangan untuk tipe mesin induk yang dimaksud seharusnya tidak memerlukan tempat yang sangat luas, sehingga dapat mengurangi dimensi kamar mesin. 4) Weigth Requirement Berat permesinan sangat mempengaruhi kapasitas/jumlah muatan (full load) kapal, khususnya pada kapal tanker yang kapasitas cargonya sangat tergantung dengan sarat kapal. 5) Type of Fuel Required Dari berbagai jenis bahan bakar yang dipakai mesin induk (padat, cair maupun gas), yang lebih banyak digunakan adalah cair (petroleum fuels). Selain mudah diperoleh juga murah. Yang penting adalah sesuai dengan mesin sehingga memperpanjang umur mesin tersebut. 6) Fuel Consumption Mesin induk yang dipilih seharusnya memerlukan bahan bakar sehemat mungkin/tidak boros karena bisa mengurangi biaya operasional kapal. 7) Fractional Power and Transient Performance Kemampuan mesin saat beroperasi, baik pada saat kapal di pelabuhan dengan kecepatan rendah maupun saat kapal berlayar dengan kecepatan penuh juga perlu dipertimbangkan. 8) Interrelations with Auxilaries Keberadaan mesin bantu dalam melayani kebutuhan mesin induk, cargo handling, ship handling, dan lain-lain juga harus diperhatikan. 9) Reversing Capability Kemampuan bermanuver dari mesin induk untuk menghentikan kapal maupun membelokkan kapal berpengaruh terhadap olah gerak kapal sehingga mendapat perhatian khusus. Hal ini terkait dengan tipe propeller yang dipakai. 10) Operating Personnel Jumlah maupun crew yang diperlukan untuk mengoperasikan mesin induk dan kemampuan mengoperasikannya merupakan hal yang juga harus diperhatikan. 11) Costs Biaya instalasi mesin maupun biaya operasionalnya merupakan faktor yang sangat penting karena berpengaruh terhadap ekonomis kapal. 12) Rating Limitations Sebagai pertimbangan lainnya, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Engine speed classifications. Specifications Piston Speed [rpm] Shaft Speed [rpm] Low speed 1000 – 1200 100 – 514 Medium speed 1200 – 1800 700 – 1200 High speed 1800 – 3000 1800 – 4000 Tabel 2. Keuntungan dan kerugian mesin putaran rendah dan putaran tinggi. Tinjauan Putaran Rendah Putaran Tinggi Dimensi mesin Besar Kecil Umur pemakaian komponen Lama Cepat Berat mesin Berat Ringan Harga mesin Mahal Murah Irit Boros Biaya operasional Murah Mahal Biaya instalasi mesin Murah Mahal Komsumsi bahan bakar D. Pemilihan Mesin Induk Dari pertimbangan-pertimbangan diatas, maka dapat dipilih mesin yang sesuai dengan daya yang diharapkan, yaitu dari segi efisiensi dan keekonomisan. BHP mesin induk 1500 HP dengan data mesin sebagai berikut : - Type mesin MARINE PROPOULSION ENGINE 3606 - RPM = 900 - BHP = 3084 HP - Berat = 19.000 kg / 19,00 ton - Overall length 5.561 mm / 219 in - Overall width 1.777mm / 68 in - Overall height 2.641 mm / 104 in - bme = SFOC motor induk = 197,324 gram/HPhour BAB IV PERHITUNGAN LWT, DWT, DAN PAYLOAD a) Perhitungan LWT 1) Berat baja kapal (Wst) Rumus : Wst = K x E1,36 Di mana : K = 0,029 0,037 di ambil harga K = 0,035 E = Lpp (B + T) + 0,85 Lpp (H – T) + 0,85 Σ lh Σ lh = (l1 x h1) + (l2 x h2) h1 = tinggi forecastle = 2,4 m l1 = panjang forecastle = 17 m h2 = tinggi poop = 2,4 m l2 = panjang poop = 19 m E = 91,3 (17 + 5,25) + 0,85 . 91,3 . (9 – 5,25) + 0,85 (26 + 38,6) E = 3017,952 ton Maka : Wst = 0,035 x (3017,952)1,36 Wst = 1890,065 Perhitungan di atas untuk kapal dengan Cb = 0,7 yang di ukur pada 0,8H, maka perlu di ukur untuk kapal dengan Cb = 0,7 Sehingga berat baja badan kapal : Wst = Wst (Cb 0,8H) + (1 + 0,5 (Cb (0,8H) – 0,7) Wst = 1890,065+ (1 + 0,5(0,783 – 0,7 Wst = 1891,107 ton 2) Berat outfit dan akomodasi (Woa) Rumus katsoulis (Lectures on ship design and ship theory) Woa = K x L1,3 x B0,8 x H0,3 K = 0,045 untuk Tanker/Bulker K = 0,065 untuk General Cargo/Container Atau dengan menggunakan rumus Woa = 0,4 x Lpp x B Woa = 0,4 x 96 x 18,5 Woa = 710,4 ton 3) Berat instalasi permesinan (Wep) Rumus Watson RINA 1977 Wm = Wme + Wpe Wm = berat total permesinan Wme = berat main engine Wep = berat remainder = 0,56 x BHP0,7 Wm = (0,56 x BHP0,7) + Wme Wm = (0,56 x 30840,7) + 15,68 Wm = 174,084 ton 4) Berat cadangan (Wres) Wres diperlukan untuk menghindari kesalahan perhitungan, dll Wres = (2 3) % LWT LWT = Wst + Woa + Wm LWT = 1891,107 + 710,4 + 174,084 LWT = 2779,591 ton Wres = 2,5 % x 2759,265 Wres = 69,490 ton Maka : LWT total = Wst + Woa + Wep + Wres LWT total = 1891,107 + 710,4 + 155,084 + 69,490 LWT total = 2826,081 ton Dari perhitungan di atas maka kita dapat menentukan DWT kapal, yaitu : DWT = - LWT DWT = 10417,11 – 2826,081 DWT = 7591,029 ton Keterangan : Wst = Berat Baja Kapal (ton) Woa = Berat outfit dan akomodasi (ton) Wep = Berat instalasi permesinan (ton) Wres = Berat cadangan (ton) b) Komponen-komponen DWT 1) Berat Fuel Oil S 6 Wfo Pme bme V 10 1,1 1,3 s Di mana : Pme = BHP motor induk =3084 HP bme = SFOC motor induk = 197,324 gram/HPhour R = Radius pelayaran = 2000 millaut Vs = 12,5 knot = harga tambahan terdiri dari Sisa tangki yang tidak bisa di sedot Cadangan kecepatan percobaan Waktu tunggu = 1,1 1,3 di ambil 1,2 Maka : Wfo = (3084 x 197,324) x (2000/12,5) x 10-6 x 1,2 Wfo = 116,841 ton fo = 0,95 ton/m3 Maka volume tangki bahan bakar (fuel oil tank) dapat dihitung : Vfo = Wfo/fo Vfo = 116,841 /0,95 Vfo = 122,990 m3 Untuk tangki yang diletakkan di dasar ganda di tambah 2 % Vfo = 122,990 + (2% x 122,990) Vfo = 125,450 m3 2). Berat Fuel Oil Auxiliary Engine (Wae) Wae = (0,1 0,2) Wfo Wae = 0,16 x Wfo Wae = 0,16 x 116,841 Wae = 18,695 ton ae = 0,85 ton/m3 Volume Fuel Auxiliary Engine tank : Vae = Wae/ae Vae = 18,695/0,85 Vae = 21,994 m3 3). Berat Lubrication Oil (Wlo) Wlo = (0,02 0,04) Wae Wlo = 0,03 x 18,695 Wlo = 0,561 ton Volume Lubrication Oil Tank : Vlo = Wlo/lo Vlo = 0,561/0,9 Vlo = 0,623 m3 4). Air tawar (Wfw) Wfw = Wat + Wwe Wat = Z x Ca x S/Vs x 1,4 x 1/24 x 10-3 ton Wwe = Cwe x S/Vs x 1,4 x BHP x 10-3 ton Di mana : Wat = berat air tawar untuk keperluan crew Wwe = berat air tawar untuk pendingin mesin Z = jumlah crew = 37 orang Ca = pemakaian untuk crew = 200 kg/orang hari Cwe = pemakaian untuk pendingin mesin = 0,103 kg/HP R = jarak pelayaran = 2000 millaut Vs = 12,5 knot Wat = 37 x 6000 x (2000/12,5) x 1,4 x 1/720 x 10-3 Wat = 69,067 ton Wwe = 0,103 x (2000/12,5) x 1,4 x 3084 x 10-3 Wwe = 71,154 ton Maka berat air tawar total adalah : Wfw = 69,067 + 71,154 Wfw = 140,221 ton Volume tangki air atawar (berat jenis : 1) = 2013,527 m3 5). Provision/Person/ Luggage (Wc) 1. Berat provision = 3 5 kg/orang hari Berat provision = 37 x 3 x (2000/(12,5 x 24)) x 10-3 Berat provision = 0,74 ton 2. Person = 75 kg/orang Person = 37 x 75 x 10-3 Person = 2,775 ton 3. Luggage = 60 kg/orang Luggage = 37 x 60 x 10-3 = 2,22 ton Maka : Wc = 0,74 + 2,775 + 2,22 = 5,375ton Untuk cadangan di tambah 10 % sehingga total berat provision : = 5,375+ (10% x 5,375) = 5,9485 ton 6). Berat cadangan Untuk mengatasi adanya kesalahan-kesalahan dalam perencanaan maka perlu disediakan berat cadangan : Wr = 1% displacement kapal Wr = 0,01 x 10.417,11 Wr = 104,17 ton Maka berat komponen DWT keseluruhannya adalah : Wtotal = Wfo + Wae + Wlo + Wfw + Wc + Wr Wtotal = 116,841 + 18,695 + 0,561 + 140,221 + 5,9485 + 104,17 Wtotal = 386,437 ton Maka besarnya payload adalah : Payload = DWT – Wtotal Payload = 7604,516– 386,437 Payload = 7218,0795 ton Keterangan : Wfo = Berat Fuel Oil Wae = Berat Fuel Oil Auxillary Engine Wlo = Berat Lubrication Oil Wfw = Berat Air Tawar Wc = Berat ABK + Bahan Makanan + Barang Bawaan BAB V PERHITUNGAN KONSTRUKSI A. Penentuan Jarak Gading 1. Jarak gading normal (ao) antara 0,2 L dibelakang FP sampai dengan sekat ceruk buritan ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut ( Ref. BKI vol. II 1989 bab 9.A.1.1.1 ) ao = (L / 500) + 0,48 m dimana: L = 138,6 m ao = (138,6 / 500) + 0,48 m ao = 0,76 m Di ambil jarak gading normal (ao) = 0,76 m 2. Jarak gading didepan sekat tubrukan dan dibelakang sekat ceruk buritan tidak boleh lebih dari 600 mm. 3. Jarak gading dikamar mesin diambil 600 mm. B. Tinggi Dasar Ganda Berdasarkan peraturan BKI vol II tahun 1989 bab 8.B.2.2, tinggi dasar ganda ditentukan dengan rumus: h = 350 + 45.B mm = 350 + 45.21,9 = 1335,5 mm h min = 600 mm diambil tinggi dasar ganda 1400 mm Tinggi double bottom dikamar mesin disesuaikan dengan peletakan untuk pondasi mesin, pondasi mesin direncanakan setinggi 2,45 m. C. Perencanaan Letak Sekat 1. Sekat tubrukan Berdasarkan BKI vol. II tahun 1989 bab 11.2.1.1, letak sekat tubrukan untuk kapal dengan L < 200 m minimum 0,05 L dan maksimum 0,08 diukur dari FP Jarak sekat tubrukan: Minimum : 0,05 L = 0,05 x 138,6 = 6,93 m Maksimum : 0,08 L = 0,08 x 138,6 = 11,088 m Direncanakan letak sekat tubrukan 9,14 m dari FP atau 17 jarak gading . 2. Sekat ceruk buritan Berdasarkan BKI vol. II tahun 1989 bab 11.A.2.2, Sekat ceruk buritan diletakan sekurang-kurangnya 3 jarak gading dari ujung depan boss propeller. Direncanakan sekat ceruk buritan diletakan pada gading no.8 dari AP bila AP disebut sebagai gading no. 0. Jarak sekat ceruk buritan = 8 x 760 mm = 6080 mm dari AP. 3. Sekat depan kamar mesin Panjang kamar mesin disesuaikan dengan kebutuhan permesinan. Panjang mesin 9068 mm, maka direncanakan panjang kamar mesin = 21,28 m atau 27 jarak gading. Sekat depan kamar mesin terletak pada gading no. 36. 4. Sekat Kamar Mesin Panjang ruang muat seluruhnya = 103,36 m. Kapal ini di rencanakan mempunyai 4 ruang muat , ruang muat 1, 2, 3 dan 4. Ruang 1 dan 3 berjarak 24,32 m atau 31 jarak gading. Ruang 2 dan 4 berjarak 27,36 m atau 35 jarak gading. a. Ruang muat no. 4 pada gading no. 36 sampai gading no 72. b. Ruang muat no. 3 pada gading no. 72 sampai gading no 104 c. Ruang muat no. 2 pada gading no. 104 sampai gading no 140 d. Ruang muat no. 1 pada gading no. 140 sampai gading no 172 BAB VI RUANG AKOMODASI A. Ruang Akomodasi Ruang akomodasi meliputi: sleeping room, mess room, sanitary accomodation, hospital direncanakan sesuai dengan Crew Accomodation Convention dari International Labour Organization. B. Sleeping Room Luas lantai didasarkan pada BRT (Bruto Register Tonnage) atau gross tonnage kapal adalah 11117,65 Ton : Persyaratan : 1) Tidak boleh ada hubungan langsung di dalam ruang tidur dan ruang untuk palkah, ruang mesin, dapur, ruang cuci untuk umum, WC, lamp room, paint room, dan drying room( ruang pengering) 2) Ruang tidur harus diletakan diatas garis air muat di tengah atau di belakang kapal. Bila keadaan tak memungkinkan, ruang tidur boleh di letakkan di bagian depan kapal, tetapi tidak di depan sekat tubrukan. 3) Luas lantai untuk ruang tidur per orang : untuk kapal > 3000 BRT yaitu 2,78 m2 4) Tinggi ruangan dalam keadaan bebas adalah 1900 mm. 5) Ruang tidur perwira diusahakan satu kamar untuk satu orang (master, chief officer, chief engineer, chief steward, radio officer). 6) Bintara (petty officer) untuk satu kamar bisa untuk dua orang max. 7) Kelasi dapat satu kamar bisa untuk 3 orang untuk kapal-kapal biasa 8) Ukuran tempat tidur : a. Ukuran minimal : (1900 x 680) mm2 b. Jarak tempat tidur tak boleh di letakan berjajar, sehingga tak ada jarak cukup diantaranya c. tempat tidur tidak boleh lebih dari dua susun, dengan tempat tidur bawah jaraknya minimal 300 mm dari lantai, untuk tempat tidur atas terletak di tengah tempat tidur bawah dan langit-langit d. Tempat tidur tidak boleh di letakan memanjang kapal, apabila tersusun dua di mana side ligth terpasang di situ, jadi hanya boleh satu tempat tidur saja. 9) Sleeping room tidak boleh diletakan memanjang kapal, sleeping room untuk radio officer/ operator, harus mempunyai ruang tidur yang letak dan keadanya sesuai dengan tugasnya di kapal. Bila ada auto alarm, sleeping room untuk radio officer harus cukup dekat dengan radio room dan dapat dicapai dalam waktu 30 detik. Jarak horizontal 50 yard ~ 30 detik, bila ada tangga, Jarak vertical di kalikan 3 (Jarak datarx3) C. Mess Room Persyaratan : 1) Setiap kapal harus punya mess room accommodation yang cukup 2) Kapal berukuran > 1000 BRT harus dilengkapi dengan mess room yang terpisah antara lain : a. Master officer (Perwira) b. Petty officer (bintara) deck department dan engine department c. Tingkatan lain department dan engine department Untuk catering department bisa menggunakan fasilitas mess room tersebut, tetapi untuk kapal > 500 BRT dengan crew Catering department lebih 5 orang harus dipertimbangkan adanya mess room terpisah 3) Mess room harus dilengkapi dengan meja, kursi dan perlengkapan lain yang bisa menampung seseluruh crew kapal pada saat yang bersamaan ( jumlah crew = jumlah kursi ) D. Sanitary Accomodation Ketentuan untuk sanitary accomodation : 1) Setiap kapal harus diperlengkapi dengan sanitary accomodation, minimal 1 toilet, 1 wash basin dan 1 bath tub/shower untuk 8 orang ABK. 2) Untuk kapal 1000 BRT, harus dilengkapi minimal 4 WC. 3) Pada radio room harus terdapat sanitary accomodation. E. Hospital Accomodation Ketentuan dalam merencanakan hospital accommodation : 1) Kapal dengan ABK lebih dari 15 orang dan berlayar lebih dari 3 hari maka harus dilengkapi dengan hospital accomodation. 2) Fasilitas sanitair untuk ruang ini harus disediakan tersendiri. F. Tempat Ibadah ( Musholla ) Pada kapal ini disediakan satu ruangan Musholla untuk sholat berjama’ah yang dapat menampung 4 orang. G. Ruang Navigasi Terdiri dari chart room, wheel house dan radio room yang terletak pada tempat yang tertinggi pada bangunan atas kapal 1) Wheel House Pandangan wheel house ke arah depan dan samping tidak boleh terganggu dan garis pandang ke arah haluan harus memotong garis air tidak boleh 1,25 panjang kapal. 2) Chart Room Diletakan di belakang wheel house Ukurannya tidak boleh 8 x 8 ft ( 2,4 x 2,4 m) Antara chart dengan wheel house dihubungkan sliding door. 3) Radio Room Luasnya tidak boleh 120 sqft = 11,15 m2 Ditempatkan setinggi mungkin di atas kapal, terlindung dari air, tidak ada gangguan suara dan terpisah dari kegiatan lain. Radio room harus dihubungkan dengan wheel house. H. Ruangan lain yang direncanakan : 1) Cargo control room 2) Steering gear compartement 3) ESEP ( Emergency Source Electric Power) pada bridge deck 4) Store (rope store, boatswain store, lamp store, electrical store, paint store) diletakan pada main deck. 5) Dry provision store room, harus diletakkan dekat dengan dapur atau pantry. 6) Cold provosion store room yang terdiri dari : a. Meat room ( max 180F) b. Vegetable room ( max 350F ) Luas provision store room 0,8 – 1 m2 / orang dan untuk cold store room adalah 1/3 –½ darinya. 7) Ship Officer Pada kapal berukuran 3000 BRT harus dilengkapi dengan satu ruangan untuk deck departement dan engine departement. 8) Galley Dengan ketentuan : a. Diletakkan berdekatan dengan mess room, bila jauh harus ada pantry untuk tempat penyimpanan dan memanaskan masakan. b. Harus terhindar dari asap dan debu. c. Harus ada penerangan, sirkulasi udara, perawatan dan perbaikan. d. Tidak boleh ada bukaan ke sleeping room. Luas galley adalah 0,5 m2 / orang, sehingga luasnya = 11m2 9) Pantry, Laundry, CO2 room, Foam Tank room, Library BAB VII PERENCANAAN TANGKI 1. Tangki Fuel Oil Tangki bahan bakar (Fuel oil tank) diletakkan di bagian atas kamar mesin dengan panjang Fuel Oil Tank 2 jarak gading (ao= 0,76 m) [1,52 m], di antara gading no.34 s/d 36. 2. Tangki Fuel Oil Mesin Bantu Tangki bahan bakar mesin bantu (Fuel oil AE tank) diletakkan di bagian atas kamar mesin panjang Fuel Oil AE Tank 2 jarak gading (ao= 0,76 m) [1,52 m], di antara gading no.34 s/d 36. 3. Tangki Minyak Pelumas (Lubricant Oil) Tangki minyak lumas diletakkan di bagian atas kamar mesin sepanjang 2 jarak gading normal (a0) diantara gading no.34 s/d 36. 4. Tangki Air Tawar Tangki air tawar diletakkan di depan tangka ceruk buritan sepanjang 2 jarak gading normal (a0) diantara gading no.6 s/d 8 . 5. Tangki Ballast IV Tangki ballast IV diletakkan di dasar ganda sepanjang 35 jarak gading normal (a0) di antara gading no. 36 s/d 72. 6. Tangki Ballast III Tangki ballast III diletakkan di dasar ganda sepanjang 31 jarak gading normal (a0) di antara gading no. 72 s/d 104. 7. Tangki Ballast II Tangki ballast II diletakkan di dasar ganda sepanjang 35 jarak gading normal (a0) di antara gading no. 104 s/d 140. 8. Tangki Ballast I Tangki ballast I diletakkan di dasar ganda sepanjang 31 jarak gading normal (a0) di antara gading no. 140 s/d 172 BAB VIII PERLENGKAPAN NAVIGASI DAN KOMUNIKASI A. Perlengkapan navigasi 1) Lampu navigasi a. Mast Head Light/lampu tiang Warna putih Sudut penerangan 2250 Diletakkan disisi depan tiang dan harus dapat dilihat jarak 5 mil LetakNya 0.5 Loa < 12 < 100 m Tinggi 15 sampai 40 feet Mast head light ini ada 2 lampu yaitu fore mast light dan after mast head light Sudut sinar 2250 Berfungsi agar tidak terjadi tubrukan pada saat kapal berlayar (untuk mengetahui arah gerakan kapal) b. Anchor Light/lampu jangkar Warna putih Sudut penerangan 3600 Dipasang pada saat lego jangkar (kalau siang dipasang bohlam hitam) LetakNya L ≤ 0.25 Loa atau ≤ 37,325 m Tinggi dari main deck 23 feet = 7 m c. Side Light/lampu samping Sudut penerangan 112.50 Pada sisi kanan kapal (Port side) berwarna merah Pada sisi kiri kapal (starboard) berwarna hijau Diletakkan pada bagian atas geladak whell house Sudut sinar 112,50 Tinggi lampu dari geladak utama (h3) d. Stern Light/lampu buritan Warna putih Sudut penerangan 1350 Diletakkan pada buritan kapal Tingginya kurang dari anchor light e. Morse signal lamp/Lampu morse Lampu yang digunakan untuk mengirin isyarat morse Harus bisa digunakan pada siang atau malam hari. f. Flood light/Lampu pancar Lampu yang terletak pada ujung kapal Arah sinarnya dapat diatur g. Search lamp/Lampu sorot Lampu dengan reflektor yang dipasang pada anjungan kapal yang dipergunakan untuk menerangi suatu objek pada jarang yang jauh pada kapal. h. Boat deck light/Lampu geladag sekoci Lampu yang dipergunakan untuk pada malam hari apabila kapal dalam keadaan darurat. i. Daylight signal lamp/Lampu isyarat siang hari Lampu dikapal yang berfungsi untuk mengirim isyarat pada siang hari. 2) Peralatan navigasi lainnya a. Bell Digunakan sebagai tanda untuk menyatakan waktu pergantian jaga pada crew, kadang-kadang dipakai sebagai peringatan keadaan berbahaya. b. Fog horn/terompet kabut, Biasanya dibunyikan dengan memakai uap, udara atau ditiup. c. Black ball/bola jangkar, Sebagai tanda bahwa kapal sedang turun jangkar yang terlihat pada siang hari dengan menggunakan plat bulat berdiameter 2 feet yang dibuat tegak lurus satu sama lain. d. Bendera isyarat/ signal flag, Bendera nasional/national flag e. Rocket or socket signal 12 bh, Signal code book, Daftar dari kapal-kapal niaga f. Termometer (for sea water), barometer, binocular/teropong, g. Hand lead tidak kurang dari 3,2 kg (berikut tali-talinya tidak boleh kurag dari 46 m), dan deap sea lead tidak kurang dari 12,7 kg ( dan tali-talinya tidak kurang dari 230 m. h. Deep sea sounding machine. i. Sextant/sektan, alat astronomi jinjing yang dipergunakan untuk mengukur sudut dengan bantuan cermin. j. Magnetic kompas, yang diletakkan di geladag navigasi dan posisinya kesemua arah. B. Peralatan Komunikasi 1) Telegraph, Berupa Telegraph kamar mesin, Telegraph rumang kemudi, geladag dan Telegraph jangkar. 2) Voice tube, peralatan ini biasanya terbuat dari pipa yang digalvanis, pipa suara digunakan untuk jarak pendek dengan diameter 38 m/m, sedangkan jarak panjang 50 atau 64 m/m. 3) Telephon dan bel pemanggil (Calling bell) Telephon yang dipakai ummnya sama dengan telephon yang dipakai di darat. Biasanya digunakan pada kapal barang modern. Calling bell umumnya dipasang pada catering service, dimana bell dipencet pada kamar-kamar penumpang, public room, kamar mandi, kamar perwira, dsb. BAB IX PERALATAN TAMBAT A. Jangkar dan Rantai Jangkar Pemilihan perlengkapan kapal seperti jangkar, rantai jangkar dan alatalat tambat lainnya tergantung dari angka penunjuk (equipment number). Menurut BKI volume II 1989 bab 18.B. angka penunjuk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Z D 2 / 3 2hB A 10 dimana: D = Displacement (ton) = 21932,996 ton h = free board + tinggi bangunan atas = (12,5 – 9,1) + (2,4 x 5) =15,4 m A = Luas bidang lateral dari badan dan bangunan atas yang berada di atas garis air - Lambung Kapal = (H – T) x Lwl = (12,5 -9,1) x 142,7 = 485,18 m2 - Bangunan Atas (F’Cle) = 14,40 x 2,4 = 34,56 m2 - Bangunan Atas (Poop) = 21,28 x 2,4 = 51,07 m2 - Geladak Boat = 16,72 x 2,4 = 40,128 m2 - Geladak Compass = 16,72 x 2,4 = 40,128 m2 - Geladak Navigasi = 15,20 x 2,4 = 36,48 m3 Maka: = 687,546 m2 Z = 21932,9962/3 + (2 x 15,4) x 21,9 + (687,546/10) = 1526,822058 m2. Dari BKI volume II 1989 bab 18 tabel 18.2 untuk angka penunjuk Z = 1526,822058 diperoleh: 1) Jangkar Jumlah jangkar 3 buah (Haluan 2 & 1 cadangan) Berat satu jangkar 4590 kg Berdasarkan berat jangkar maka dipilih jangkar berengsel dan tanpa tongkat dari tipe Hall Anchor dengan ukuran sebagai berikut : Merk = Wortelboer Type = Hall Anchor Berat = 4590 kg A = 2784 mm B = 1889 mm C = 780 D = 1384 mm E = 1917 mm mm 2) Rantai jangkar Panjang total : 550 m D1 = 68 mm D2 = 60 mm D3 = 52 mm Dipilih rantai jangkar dengan diameter 60 mm dengan ukuran sebagai berikut Merk : Wortelboer a. Anchor ’D’ endshack A = 492 mm B = 300 mm D = 84 mm Berat = 80 kg b. Kenter joning schackle A = 360 mm B = 251 mm C = 91,2 mm Berat = 32 kg c. Pear Shackle Baldt Type = 6 A = 454 mm B = 313 mm C = 92 mm D = 60 mm E = 76 mm H = 121 mm K = 73 mm L = 89 mm Berat = 49 kg d. Shortlink chaincables T = 92 mm B = 112 mm Berat = 24,5 e. GJW Super swivel A = 102 mm B = 462 mm C = 78 mm D = 762 mm E = 336 mm H = 132 mm K = 84 mm L = 240 mm Berat = 239 kg kg f. Swivel A = 582 mm B = 288 mm C = 128 mm Berat = 90 kg 1. Jangkar a. Jumlah jangkar 3 buah. b. Berat satu jangkar 4590 kg c. Spesifikasi jangkar: Dari “Practical Shipbuilding III B” dipilih jangkar dengan spesifikasi sebagai berikut: Type jangkar: Hall anchor 2. Rantai Jangkar Panjang total: 550 m d 1 = 68 mm d 2 = 60 mm d3 = 52 mm dipilih rantai jangkar dengan diameter 60 mm. 3. Tali Temali Berdasarkan angka penunjuk Z = 1 5 2 6 , 8 2 2 0 5 8 dari BKI vol. II 2006 didapatkan: a. Tali tarik Panjang : 220 m Beban putus : 890 kN b. Tali tambat Jumlah 5 buah Panjang 190 m Beban putus 325 kN 4. Bollard Fungsi bollard ialah sebagai pengikat tali tambat . Ukuran Bollard tergantung dari diametar tali tambat yang digunakan.ukuran bollard berdasarkan JIS F 2001 – 1979 : Diamater nominal : 315 mm Panjang(L) : 1300 mm Lebar(B) : 430 mm Tinggi(H) : 597 mm 5. Capstan 1) Fungsinya untuk menggulung tali tambat 2) Penempatan dibagian belakang poop deck 3) Bisa untuk menggulung tali tambat dari semua arah 4) Digunakan electric capstain tipe B, dengan dimensi sebagai berikut (Practical Ship Building Part B, page 205): Kekuatann tarik = 3.000 kg Daya = 16 HP Berat = 2.000 kg Diameter roller = 400 mm 6. Mesin Jangkar Menurut BKI volume III 2006 bab 14.B.4.11 derek jangkar harus mampu menghasilkan tenaga angkat atau tarik nominal sebesar: Z = 4,25 d2 Dimana: Z = gaya angkat/tarik nominal (kg). d = diameter rantai jangkar = 50 mm maka: Z = 4,25 x 602 = 15300 kg Tenaga penggerak yang dibutuhkan pada kecepatan rata-rata 9 m/menit adalah: E Z v 75 60 η dimana: E = tenaga penggerak yang dibutuhkan (HP) Z = Gaya angkat/tarik nominal (kg) V = Kecepatan rata-rata 9 m/menit. = effisiensi = 0,7 maka: E 15300 9 75600,7 = 43,7143 HP Dari “Practical Shipbuilding III B” untuk diameter rantai jangkar 60 mm diperoleh spesifikasi mesin jangkar sebagai berikut: Type : Electric Windlass type EAH-3 Pulling force : 9025 kg Kecepatan : 7,5 m/menit Motor : 30,357 HP 7. Chain Locker (kotak rantai) Ketentuan-ketentuan dari chain loker a. umumnya didalamnya dilapisi dengan kayu untuk mencegah suara berisik pada saat lego/hibobo jangkar. b. Dasar dari chain locker dibuat berlubang untuk mengeluarkan kotoran yang dibawa jangkar dari dasar laut. Dibawah dasar chain locker dilengkapi dengan bak dasar dari semen dibuat miring supaya kotoran mudah mengalir. c. Disediakan alat pengikat ujung rantai jangkar agar tidak hilang pada waktu lego jangkar. d. Harus ada dinding pemisah antara kotak rantai sebelah kiri dan kanan. Volume kotak rantai ditentukan oleh volume dari rantai jangkar Volume Chain locker (Vc) = d2 x l / 183 d : diameter rantai jangkar = 60 mm = 2,3622 inch l : panjang total rantai = 550 m Panjang rantai tiap 100 fathoms = 183 m Vc = 2,36222 x 550 /183 = 16,77046 m3 Untuk kelonggaran ditambah 10% sehingga Vc = 1,1 x 10,476= 18,4475 m3 Ukuran Chain locker direncanakan : P x l x t : 3 x 2 x 2,5 m 8. Fairlead and Chock Fair lead berfungsi mengarahkan dan memperlancar tali tambat. Tipe dari fair lead ini tergantung dari jumlah roller yang digunakan yaitu antara 1 - 4. Chock berfungsi mengarahkan tali tambat menuju bollard. Ada 2 type yaitu open chock dan close chock. Terbuat dari baja tuang Kadang-kadang antara fair lead dan chock digabung yang disebut fair lead and chock. Ukurannya tergantung dari roller sedang roller itu sendiri tergantung dari hawser yang dipakai. Dari Pratical Ship Building vol B hal. 195 dipakai satu roller dengan diameter bolard 225 mm ukuran sbb : Diameter roller : 150 mm Breaking stress hawser : 29 ton Diameter of fastering bolt : 25 mm Length / L : 1050 m Breath / B : 280 mm b : 260 mm Weight design I : 155 kg Weight design I : 200 kg 9. Open Chock Ukuran tergantung dari diameter tali tambat Dipasang pada sisi-sisi kapal yang berfungsi untuk mengarahkan tali Digunakan Open Chock JIS F 2006 – 1976 dengan ukuran Panjang total (L1) : 800 mm Lebar (B) : 165 mm Tinggi (H) : 160 mm Panjang(L) : 350 mm Bahan : Cast Iron BAB X PERALATAN KESELAMATAN A. Perlengkapan Keselamatan 1. Sekoci Penolong (Life Boats) Merupakan fungsi dari jumlah ABK (Crew) Harus memenuhi persyaratan keselamatan (SOLAS 1974) Life boat dipasang dilambung kiri dan kanan pada geladak sekoci (Boat deck) Ukuran sekoci menurut JIS 2802 – 1980 adalah : Jumlah Crew maximum : 35 orang LxBxD : 7,5 x 2,5 x 1,05 m Sheer : 310 mm (depan) 80 mm(belakang) Capacity : 13,39 m3 Bahan : Steel Penggerak dengan menggunakan propeller dan motor Berat motor : 400 Kg Berat hull : 1950 Kg Berat tanpa muatan (LWT) : 2350 Kg Berat equipment : 390 Kg Berat person : 2550 Kg Full load : 5290 Kg 2. Dewi-dewi (Davits) Dipakai sistem gravity davits dengan persyaratan: Harus dapat mengeluarkan sekoci tanpa menggunakan penggerak manual, elektris, steam atau tenaga lain yang disuplai dari kapal. Harus mampu bekerja pada keadaan oleng 200. Kemampuan menyangga beban (life boat dan perlengkapannya) sebesar 5000 lb. 3. Pelampung Penolong (Lifebuoy) Persyatatan life buoy menurut solas: a. Kapal dengan panjang antara 60 m ~ 122 m jumlah pelampung minimal 12 buah, 6 buah dilambung kanan dan 6 buah dilambung kiri. b. Warnanya mencolok dan mudah dilihat. c. Dilengkapi dengan tali. d. Dilengkapi dengan lampu yang bisa menyala secara otomatis jika jatuh ke laut pada malam hari. e. Diletakan ditempat yang mudah dilihat dan dijangkau. 4. Baju Penolong (Life Jacket) Persyaratan menurut SOLAS: Setiap ABK minimal satu baju penolong. Disimpan ditempat yang mudah dicapai. Dibuat sedemikian rupa sehingga kepala pemakai yang pingsan tetap berada di atas air. Untuk jumlah crew 37 orang minimal harus disediakan 37 life jackets. 5. Pemadam Kebakaran Sistem pemadam kebakaran yang dipakai ada 2 macam : 1) Sistem smothering Menggunakan CO2 yang dialirkan untuk memadamkan api 2) Foam type fire exthinguiser Pemadaman api menggunakan busa, ditempatkan tersebar diseluruh ruangan kapal. BAB XI PERENCANAAN PROPELLER DAN KEMUDI A. Propeller 1) Perhitungan Propeller = (0,045 x T + 0,5 x Dp) Diameter Propeller (Dp) : = (0,045 x 9,1 + 0,5 x 5,46) Dp = 0,6 x T = 3,1395 m Jarak AP sampai bos poros = 0,6 x 9,1 m = 5,46 m Propeller: Diameter bos poros = 0,0266 x Lpp Propeller(Db) : = 0,0266 x 138,6 Db = 1/6 x Dp = 3,68676 m Luas poros Propeller = 1/6 x 5,46 m = 0,91 m = 0,6 x Dp Jarak dasar sampai bos = 0,6 x 5,46 = 3,276 m2 poros Propeller: 2) Rongga propeller a = 0,1 x Dp = 0,1 x 5,46 = 0,819 m e = 0,546 m = 0,18 x 5,46 b = 0,09 x T = 0,09 x 9,1 c = 0,18 x Dp = 0,809 m f = 0,04 x Dp = 0,819 m = 0,04 x 5,46 = 0,17 x Dp = 0,2184 = 0,17 x 5,46 = 0,928 m d = 0,15 x Dp = 0,15 x 5,46 g = 2-5 inch = 4 inch = 4 x 0,0254 m = 0,102 m B. Sepatu kemudi Tinggi sepatu kemudi Panjang sepatu kemudi = 0,09 x T = 0,07 x T = 0,09 x 9,1 = 0,07 x 9,1 = 0,819 m = 0,637 m C. Daun Kemudi 1. Ukuran Kemudi a) Luas daun kemudi: Dari ‘Det Norse Veritas” didapat rumus untuk menghitung luas daun kemudi sebagai berikut: A = C1 x C2 x C3 x C4 x ( 1,75 x L x T /100) dimana: T = Sarat kapal = 9,1 m B = Lebar kapal = 21,9 L = Panjang konstruksi = 96 m C1= 1 (in general) C2= 1 (in general) C3= 1 (for NACA-profiles and plate rudder) C4= 1,5 (for rudder outside the propeller jet) Maka: A = 33,108 m2 b) Luas bagian balansir kemudi (A’) = 23%. A = 23% x 33,108 m = 7,615 m c) Tinggi kemudi (h) h = 0,7 x T = 0,7 x 9,1 = 6,37 m d) Lebar kemudi (b) b = A/h = 33,108/6,37 = 5,1975 m e) Lebar bagian balansir(bi) bi = Ai / h = 7,615 / 5,236 = 1,195 m f) Diameter propeller D = 0,6 x T = 0,6 x 9,1 = 5,46 m g) Diameter poros propeller d = 1/6 x D = 1/6 x 5,46 = 0,91 m h) Tinggi poros (t) t = 0,4 x T = 0,4 x 9,1 = 3,64 m i) Sudut kecondongan propeller (120 – 150). Gaya Kemudi Dari BKI vol II 2006 diperoleh rumus sebagai berikut: CR = 132 x A x v2 x K1s x K2 x K3 x Kt (N) Dimana: A = Luas kemudi total = 33,108 m2 Vo = Kecepatan kapal pada sarat penuh di air tenang. = 14,4 knots K1 = Coefisien, diperoleh dari rumus. K1 = (+ 2)/3 dimana: = b2/At = 5,19752/33,108 = 0,8159 K1 = (0,8159 + 2)/3 = 0,9386 K2 = Coefisien berdasarkan type kemudi untuk tipe kemudi NACA maka: K2 = 1,1 K3 = koefisien berdasarkan letak kemudi untuk kemudi tepat dibelakang propeller K3 = 1 Kt = 1 (normal) maka: CR = 132 x 33,108 x 14,42 x 0,9386 x 1,1 x 1 x 1 = 935678,7317 KN Momen Torsi Kemudi QR = CR x r Dimana: (Nm) r = c ( - kb) (m) c = lebar kemudi = 5,1975 m = 0,33 kb = faktor balance = Af / A = 2,07 / 33,108 = 0,06252 r = 5,1975 (0,33 – 0,06252) = 1,3902 m maka: QR = CR x r = 935678,7317 x 1,3902 = 1300793,903 KNm Diameter Tongkat Kemudi D 4,23 Q k R t Re H 0,75 kr 235 (mm) r 235 0,75 235 1 ReH = tegangan yield material = 235 N/mm2 Dt = 458,4783 = 460 mm2 Steering gear Nm = 1,4.Qr.Nrs/103.Nq Nrs = t/3T Nq ; t = 350 ; T = 25 detik = 0,1 ~ 0,35 diambil harga 0,1 Nm = 87,41335 HP = 88 HP BAB XII PERALATAN PIPA MUAT A. Crane 1) Digunakan untuk keperluan bongkar muat maksimumnya 3 ton 2) Crane diletakkan di atas geladak utama pada daerah midship dan harus berdekatan dengan sekat terdekat, agar beban yang diterimanya dapat diteruskannya ke Bottom. 3) Sehingga dipilih Crane dengan spesifikasi : Merk : PLIMSOL Tipe : DK-40 SWL : 25 ton R max(Outreach) :3,5~22 m Hoist speed : 30 m / min Slewing speed : 1 rpm Luffing time : 46 detik Power : 192 kW Dry wegh : 46,5 ton Dimensi (in mm) : A = 3,2 m B = 8,4 m D = 22 m E = 3,5 m C = 0,45 m B. Sistem Pemasukan Muatan Dilakukan dengan sistem langsung yaitu memasukan muatan secara langsung kedalam ruang muar dengan memperhatikan berat muatan yang diangkut shingga tidak mengubah stabilitas kapal. . C. Sistem pembukaan dan penutupan lubang palkah Sistem pembukaan dan penutupan lubang palkah adalah dengan dibantu Winch deck. Tutup palkah dibuat menjadi beberapa bagian, dimana masing-masing dari 2 bagaian tutup palkah memiliki engsel dan dapat melipat ketika winch deck menarik ujung palkah melalui tali baja. BAB XIII PINTU, JENDELA DAN TANGGA Reff: Practical Shipbuilding III B A. Pintu a. Untuk ke luar lebarnya : 600 ~ 750 mm, direncanakan 700 mm. b. Untuk kabin lebarnya : 640 ~ 660 mm., direncanakan 650 mm c. Tinggi dari deck : 1850 ~ 1950 mm, direncanakan 1900 mm. d. Tinggi ambang untuk kabin : 120 ~ 200 mm, direncanakan 150 mm. e. Tinggi ambang untuk keluar : 300 ~ 450 mm, direncanakan 300 mm B. Jendela a. Jendela boat deck dan navigation deck berbentuk segiempat dengan ukuran 350 x 500 mm. b. Jendela untuk wheel house Berdasarkan simposium on the design of ship bridges; Bagian depan harus membentuk sudut 150 keluar. Sisi bawah jendela harus 1,2 ~ 2 m di atas deck. Jarak antara sesama jendela tidak boleh lebih dari 100 mm c. Jendela pada main deck dan poop deck berbentuk lingkaran dengan diameter 400 mm. C. Tangga a. Lebar tangga di luar bangunan minimal: 750 ~ 900 mm, direncanakan 800 mm. b. Lebar tangga di dalam bangunan minimal 520 mm, direncanakan 700 mm. c. Pegangan di luar bangunan minimal: 950 ~ 1600 mm, direncanakan 1000 mm. d. Tinggi pegangan di dalam bangunan minimal 830 mm, direncanakan 1000 mm. e. Jarak anak tangga 200 mm. f. Ukuran standar tangga menurut Japan Ship Design Standard: Tangga eksterior dan interior Lebar tangga: 500 ~ 700 mm. Kemiringan: 500 ~ 600 Anak tangga: 180 x 10 mm2 ; 180 x 9,5 mm2 Vertikal Ladder - Lebar : 250 ~ 300 mm. - Jarak antar anak tangga : 250 x 350 mm. - Anak tangga: 65 x 9 mm2 Port Gang Way (Accomodation Ladder) - Lebar minimum: 600 mm - Sudut kemiringan 450, diukur pada keadaan ballast waterline. - Sarat kapal kosong (To) = 7,48 m - Panjang port gangway (l) l = H –To/sin 55 o H = Tinggi kapal + tinggi poop = 14,9 m l = 14,9 – 9,1 /sin 55 o = 7,0849 m Dipasang pada sisi kanan lambung kapal menggantung pada poop deck. BAB XIV PERENCANAAN BULWARK DAN RAIL A. Bulwark Berdasarkan peraturan BKI 2006. a. Tinggi bulwark min 1 m. Direncanakan tinggi bulwark 1 m. b. Dipasang di tepi geladak dengan fungsi: Menjamin keselamatan penumpang dan ABK. Mencegah basahnya benda-benda di atas geladak akibat gerakan oleng kapal. B. Rail a. Railing dipasang ditempat dimana pemasangan bulwark tidak begitu penting. b. Berjarak 2 kali jarak gading normal (a0). c. Pada pelat bilah jarak pipa datar 300 mm. d. Ketinggian railing dari atas geladak sebesar 1,07 m. e. Pipa railing teratas lebih besar daripada pipa yang lainnya. BAB XV PERHITUNGAN VOLUME RUANG MUAT Perhitumgan volume ruang muat dilakukan dengan diagram bonjean yaitu menghitung volume kapal sampai dengan upper deck dan dikurangi volume double bottom. A. Volume Ruang Muat I Ruang muat 1 terletak antara gading nomor 38 sampai dengan nomor 62 No. Gading Luasan (A) Fs A x Fs 38 50 62 117,695 178,706 239,069 1 4 1 117,695 714,825 239,069 1072,238 Volume = 1/3 x h x Volume = 2573,37 h= 7,2 m m3 Volume Tanki di bawah RM 1 No. Gading Luasan (A) 38 17,012 50 20,040 62 23,069 Fs 1 4 1 Volume = 1/3 x h x h= Volume = 288,583 m3 A x Fs 17,012 80,162 23,069 120,243 7,2 M Volume double bottom RM I = 288,583 m3 Volume ruang muat I = 2573,37 – 288,583 = 2284,787 m3 B. Volume Ruang Muat II Ruang muat II terletak antara gading nomor 62 sampai dengan nomor 86 No. Gading 62 Luasan (A) 239,717 Fs 1 A x Fs 239,717 74 86 240,091 240,464 Volume = 1/3 x h x Volume = 3457,307 4 1 h= m 1/3 x h x Volume = 336,766 7,2 m 3 Volume Tanki di bawah RM 2 No. Gading Luasan (A) 62 23,069 74 93,546 86 23,704 Volume = 960,363 240,464 1440,545 Fs 1 4 1 A x Fs 23,069 93,546 23,704 140,319 h = 7,2 m m3 Volume double bottom RM II = 336,766 m3 Volume ruang muat II = 3457,307- 336,766 = 3120,5412 m3 C. Volume Ruang Muat III Ruang muat III terletak antara gading nomor 86 sampai dengan nomor 110 No. Gading 86 98 110 Volume = Volume = Luasan (A) 240,464 240,216 239,968 Fs 1 4 1 1/3 x h x 3459,11 A x Fs 240,464 960,864 239,968 1441,296 h= m Volume Tanki di bawah RM 3/ Ballast 3 No. Gading Luasan (A) 86 23,704 98 23,499 110 23,293 7,2 3 Fs 1 4 1 A x Fs 23,704 93,995 23,293 140,992 m Volume = Volume = 1/3 x h x 338,382 h= m 7,2 m 3 Volume double bottom RM III = 338,382 m3 Volume ruang muat III = 3459,11 – 338,382 = 3120,728 m3 D. Volume Ruang Muat IV Ruang muat III terletak antara gading nomor 110 sampai dengan nomor 134 No. Gading 110 122 134 Luasan (A) 239,968 227,839 215,710 Volume = 1/3 x h x Volume = 3280,882 Fs 1 4 1 h= 1/3 x h x Volume = 289,408 7,2 m m3 Volume Tanki di bawah RM 3/ Ballast 3 No. Gading Luasan (A) 110 23,293 122 20,098 134 16,902 Volume = A x Fs 239,968 911,356 215,710 1367,034 Fs 1 4 1 A x Fs 23,293 93,995 16,902 120,586 h= 7,2 m m3 Volume double bottom RM III = 289,408 m3 Volume ruang muat III = 3280,882 – 289,408 = 3120,728 m3 E. Volume Ruang Muat V Ruang muat III terletak antara gading nomor 134 sampai dengan nomor 158 RM 3 No. Gading 134 Luasan (A) 215,710 Fs 1 A x Fs 215,710 146 158 Volume = Volume = 154,769 93,829 4 1 1/3 x h x 2228,681 h= m Volume = Fs 1 4 1 1/3 x h x 139,932 m A x Fs 16,902 38,87 2,533 58,305 h= m 7,2 3 Volume Tanki di bawah RM 3/ Ballast 3 No. Gading Luasan (A) 134 16,902 146 9,717 158 2,533 Volume = 619,078 93,829 92,617 7,2 m 3 Volume double bottom RM III = 139,932 m3 = 2228,681 – 139,932 Volume ruang muat III = 2991,474 m3 Total Volume Ruang muat = 2284,787 + 3120,5412 + 3120,728 + 3120,728 + 2991,474 = 14.638,259 m3 F. Volume Ruang Mesin Ruang muat III terletak antara gading nomor 14 sampai dengan nomor 38 RM 3 No. Gading 14 26 38 Luasan (A) 150,078 143,141 219,447 Volume = 1/3 x h x Volume = 1864,395 Fs 1 4 1 A x Fs 150,078 572,564 219,447 942,089 h= m3 5,937 m