PENDIDIKAN PANCASILA Yudi Ariana, S.H., M.H. BAB I Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa A. PENGANTAR Nilai-nilai Pancasila telah ada sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara. Nilai-nilai tersebut antara lain berupa : 1. Adat istiadat 2. Kebudayaan 3. Nilai-nilai religius Proses perumusan materi Pancasila secara formal dilakukan dalam : 1. Sidang BPUPKI I 2. Sidang Panitia 9 3. Sidang BPUPKI II 4. Disyahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia Pandangan Hidup Bangsa PANCASILA Jiwa dan Kepribadian Perjanjian Luhur Proses Terbentuknya Negara dan Bangsa Indonesia : a. Zaman batu b. Kerajaan-kerajaan abad ke IV c. Kerajaan-kerajaan abad ke V d. Dasar-dasar kebangsaan Indonesia mulai nampak pada abad ke VII, yaitu : 1). Timbulnya kerajaan Sriwijaya 2). Airlangga 3). Majapahit Dasar-dasar Pembentukan Nasionalisme Modern, antara lain : a. Rintisan oleh tokoh pejuang Kebangkitan Nasional 1908 b. Sumpah Pemuda 1928 c. Titik kulminasi 17 Agustus 1945 B. ZAMAN KUTAI Ditemukannya Prasasti 7 Yupa (tiang batu), bahwa raja Mulawarman, keturunan dari raja Aswawarman keturunan dari Kudungga mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana. Yupa tersebut dibangun oleh para Brahmana sebagai tanda terima kasih raja yang dermawan (Bambang Sumadio dalam Kaelan, 2008:29). Masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana. NILAI-NILAI ESSENSIAL DALAM PANCASILA Ketuhanan Kemanusiaan Persatuan Kerakyatan Keadilan C. ZAMAN SRIWIJAYA Negara Kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap, yaitu : 1. Zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (600-1400) yang bercirikan kedatuan 2. Zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan 3. Negara Kebangsaan Modern, yaitu negara Indonesia merdeka Sriwijaya muncul pada abad ke VII di Sumatera Selatan, di bawah kekuasaan wangsa Syailendra, yang merupakan kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya dan merupakan pusat agama Budha di Asia Tenggara. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya yang berbunyi “marvuat vanua Criwijaya siddhayatra subhiksa”, suatu cita-cita negara yang adil dan makmur. D. ZAMAN MAJAPAHIT Pada abad ke VIII kedudukan Sriwijaya digantikan oleh kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang dari semenanjung melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara. Puncak kebesaran Majapahit di bawah pemerintahan raja Hayam Wuruk (1350-1389) dengan Maha Patihnya, Gadjah Mada (13191364). Politik luar negeri Majapahit adalah “politik damai” (Majapahit ingin hidup damai dengan negara-negara tetangganya). Mpu Prapanca dalam bukunya “Negarakertagama” (1365) menyebutkan dengan istilah “Mitreka Satata”, persahabatan yang sederajat. Di dalam negeri, Majapahit pun menjalankan politik perdamaian dalam hidup keagamaan. Mpu Tantular dalam bukunya “Sutasoma” menyebutkan dengan istilah Bhineka Tunggal Ika, tanhana dharma mangriiwa (berbeda-beda namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha. Baik Sriwijaya maupun Majapahit telah mempraktikan apa yang terkandung dalam Sila Pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, ialah toleransi dalam hidup beragama. Kata Pancasila juga terdapat dalam Buku Negarakertagama maupun Buku Sutasoma, mpu Prapanca dan mpu Tantular mengartikan sebagai lima dasar menuju kemajuan. Oleh karena itu, Sriwijaya dan Majapahit dapat dipandang sebagai penjelmaan gagasan tentang Negara Persatuan Indonesia. E. MASA PENJAJAHAN Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama Islam di Indonesia. Bersamaan dengan itu berkembang pula kerajaan Islam seperti kerajaan Demak. Pada abad ini mulailah berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mula-mula datang adalah bangsa Portugis disusul Belanda dan kemudian Inggris. 1. Portugis Pada tahun 1512 berlayar tiga kapal Portugis dari Malaka melalui perairan Indonesia, dipimpin oleh Antonio d’Areu. Pada tahun 1512 tersebut Portugis mulai merebut Ternate, kemudian seluruh Maluku dijajahnya. Rakyat Maluku serentak melawan Portugis, dipimpin Raja Baabullah dan pada tahun 1570 Portugis dapat diusir keluar dari Maluku. 2. Belanda/VOC Tahun 1596 Belanda tiba di Indonesia, kemudian mendirikan persatuan (Verenigde) antara perseroan-perseroan (compagnie) yang berdagang di Indonesia (Oost-Indie), sehingga persatuan tersebut bernama “Verenigde Oost Indische Compagnie” disebut VOC. Dengan VOC, Belanda menjadi kuat, mereka merebut Jayakarta dari tangan Banten yang kemudian namanya giganti menjadi Batavia (1619). Banten berusaha merebut kembali , namun gagal. Kemudian Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung dua kali menyerang Batavia secara besar-besaran, namun juga gagal karena tidak bersatu. Dari Batavia, Belanda meluaskan jajahannya dengan menggunakan taktik “Devide et Impera”, yang berarti cerai beraikan mereka kemudian baru dikuasai. Dengan taktik ini sedikit-sedikit Belanda menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia, sedangkan Indonesia dalam melawan Belanda pun juga cerai-berai, tidak bersatu. Contohnya Raja Gowa Hasanuddin di Sulawesi Selatan bermusuhan dengan Raja Bone Am Palaka, Belanda datang memukul dan menguasainya (1699). 3. Inggris Inggris berhasil merebut Indonesia dari tangan Belanda pada tahun 1811. Gubernur Jenderal Inggris di India mengirimkan Raffles ke Indonesia sebagai Letnan Gubernur. Raffles menginginkan jajahan Indonesia untuk selama-lamanya tapi pada tahun 1916 ia memerintahkan untuk menyerahkan Indonesia kembali pada Belanda, sehingga Indonesia kembali dijajah Belanda. 4. Belanda/Pemerintahan Hindia Belanda VOC telah dibubarkan pada tahun 1800, sehingga Indonesia diperintah langsung dari negeri Belanda, dan membentuk Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. F. KEBANGKITAN NASIONAL Pada abad XX terjadi pergolakan kebangkitan Dunia Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Di Indonesia bergolak kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu kebangkitan nasional (1908). Budi Utomo berdiri pada tanggal 20 Mei 1908, merupakan pelopor pergerakan nasional, dipelopori oleh dr. Sudiro Husodo. Pada tahun 1909, Haji Samanhudi di Surakarta mendirikan Sarekat Dagang Islam, yang pada tahun 1911 menjadi Sarekat Islam di bawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto. Tahun1913 berdiri partai politik, Indische Partij di Bandung, pendirinya adalah dr. Douwes Dekker, dr. Tjipto Mangunkusumo, dan RM Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Tahun 1927, didirikan Partai Nasional Indonesia oleh Ir. Sukarno, yang menuntut satu Indonesia yang merdeka . 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda yang berisi satu Bahasa, satu Bangsa, dan satu tanah air Indonesia. Pada saat ini lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan dan sekaligus sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa. G. ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang pemimpin Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”. 29 April 1945, Jepang memberikan janji berupa kemerdekaan tanpa syarat, dalam janji tersebut bangsa Indonesia diperkenankan untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Sebagai realisasi janji tersebut dibentuklah BPUPKI, badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia. 1. Sidang BPUPKI Pertama a. Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945) 1). Peri Kebangsaan 2). Peri Kemanusiaan 3). Peri Ketuhanan 4). Peri Kerakyatan 5). Kesejahteraan Rakyat b. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945) 1). Persatuan 2). Kekeluargaan 3). Keseimbangan Lahir dan Batin 4). Musyawarah 5). Keadilan Rakyat c. Ir. Sukarno (1 Juni 1945) 1). Kebangsaan 2). Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan 3). Mufakat atau Demokrasi 4). Kesejahteraan Sosial 5). Ketuhanan Yang Maha Esa (dinamakan Pancasila) Setelah selesai sidang I BPUPKI telah dibentuk Panitia Kecil yang bertugas menampung saran, usul, dan konsepsi-konsepsi para anggotanya Pada tanggal 22 Juni 1945 dibentuk Panitia Sembilan karena kebutuhan untuk mencari modus antara apa yang disebut golongan Islam dengan apa yang disebut golongan kebangsaan mengenai soal agama dan negara. Panitia berhasil mencapai modus itu yang diberi bentuk suatu rancangan pembukaan hukum dasar yang kemudian dikenal dengan nama (oeh Yamin) “Piagam Jakarta”. Dalam Piagam Jakarta termaktub konsepsi rumusan dasar negara sebagai berikut : 1. Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat islam bagi pemeluk-pemeluknya 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab LANJUTAN.. 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 2. Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945) Dalam sidang kedua ini dibentuk panitia Perancang Undangundang Dasar. Pada tanggal 11 Juli 1945 panitia tersebut menyetujui isi preambule yang diambil dari Piagam Jakarta. Selanjutnya dibentuk Panitia Kecil Perancang Undang-undang Dasar yang bertugas menyusun UUD-nya sendiri (Batang Tubuh), dua hari kemudian tanggal 13 Juli 1945 Panitia Kecil telah dapat melaporkan hasil kerjanya, kemudian dibentuk pula Panitia Penghalus Bahasa yang bertugas menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan UUD yang telah dibahas. Pada tanggal 14 Juli 1945, Panitia Perancang Undang-undang Dasar melaporkan hasilnya, sebagai berikut : a. Pernyataan Indonesia Merdeka b. Pembukaan Undang-undang Dasar c. Undang-undang Dasar-nya sendiri (Batang Tubuh). Setelah melalui pembahasan yang mendalam dalam rapat-rapat pleno, pada tanggal 16 Juli 1945 Rancangan Undang-undang dasar diterima seluruhnya oleh BPUPKI. H. PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN SIDANG PPKI Dengan selesainya BPUPKI menyusun Rancangan Undang-undang Dasar maka selesailah tugas BPUPKI. Bersamaan dengan keadaan-keadaan perang yang makin memburuk bagi pihak Jepang dan sebelum pihak Jepang menyerah, pemerintah Jepang di Indonesia membubarkan BPUPKI dan pada tanggal 9 Agustus 1945 membentuk PPKI yang beranggotakan 21 orang. Pada tanggal 15 Agustus 1945 bertepatan dengan meyerahnya Jepang kepada Sekutu, anggota PPKI bertambah 6 orang. 1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, kesempatan tersebut dipergunakan sebaik-baiknya pleh para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya dengan sebuah Proklamasi yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, pada hari Jumat Legi, jam 10 pagi WIB. 2. Sidang PPKI a. Sidang Pertama PPKI 18 Agustus 1945, menghasilkan keputusan-keputusan : 1). Mengesahkan UUD 1945, yang meliputi : a). Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian berfungsi sebagai Pembukaan UUD 1945 b). Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945 2). Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama 3). Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia pusat sebagai badan musyawarah darurat. b. Sidang Kedua (19 Agustus 1945) Pada sidang kedua, PPKI berhasil menentukan ketetapan sebagai berikut : 1). Tentang daerah Propisnsi, dengan pembagian : a). Jawa Barat b). Jawa Tengah c). Jawa Timur d). Sumatera e). Borneo f). Sulawesi g). Maluku h). Sunda Kecil LANJUTAN... 2). Untuk sementara waktu kedudukan Kooti (daerah istimewa) dan sebagainya diteruskan seperti sekarang 3). Untuk sementara waktu kedudukan kota dan Gemeente (nama pembagian administratif) diteruskan seperti sekarang c. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945) Pada sidang ini dilakukan pembahasan tentang Badan Penolong Keluarga Korban Perang dan keputusan yang dihasilkan salah satunya membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). d. Sidang Keempat (22 Agustus 1945) Membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional Indonesia, yang berkedudukan di Jakarta. I. MASA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN Proklamasi Kemerdekaan dapat mengandung arti : 1. Secara yuridis, proklamasi merupakan saat tidak berlakunya tertib hukum kolonial, dan saat mulainya tertib hukum nasional. 2. Secara politis ideologis, Proklamasi berarti bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri dalam suatu negara Proklamasi Republik Indonesia. Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia internasional, pemerintah Indonesia mengeluarkan 3 maklumat yang berisi : 1. Memberikan kekuasaan MPR & DPR yang sebelumnya dipegang Presiden kepada KNIP 2. Demokrasi multi partai dengan pembentukan parpol sebanyak-banyaknya 3. Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer PEMBENTUKAN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT KMB di Den Haag 27 Desember 1949 sebagai bentuk pemulihan/pengakuan kedaulatan menghasilkan beberapa keputusan : 1. Menentukan bentuk negara serikat (16 negara bagian) 2. Sifat pemerintahan berdasarkan asas demokrasi liberal (parlemen) 3. Menghapus jiwa, semangat, dan isi Pembukaan UUD 1945, Proklamasi sebagai naskah Proklamasi yang terinci MASA ORDE BARU Tritura : 1. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya 2. Pembersihan Kabiner dari unsur-unsur G 30 S PKI 3. Penurunan harga SUPERSEMAR 11 MARET 1966 1. Memulihkan keamanan 2. Membubarkan PKI dan ormas-ormasnya 3. Mengamankan 15 menteri yang indikasi terlibat G 30 S PKI TERBENTUKNYA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1950 Seluruh negara bagian bersatu dalam negara kesatuan dengan Konstitusi Sementara 1. Sistem multi partai dan kabinet parlementer silih berganti 2. Mukadimah Konstitusi Sementara tidak berhasil mendekati perumusan otentik Pembukaan UUD 45 DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 1. Membubarkan Konstituante 2. Berlaku kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950 3. Dibentuk MPRS dan DPAS Berdasarkan Dekrit Presiden maka UUD 1945 berlaku kembali di Negara Republik Indonesia hingga saat ini. DAFTAR PUSTAKA Kaelan, 2008, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta Kabul Budiyono, 2012, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Alfabeta, Bandung