Nama : Fitra Nur Hidayatulloh NIM : F3419027 Prodi : D3-Perpajakan B 2019 1. Tugas Rangkuman Subjek dan Objek Pajak Subjek dan Objek Pajak A. Subjek pajak Subjek pajak merupakan istilah dalam peraturan perundang-undangan perpajakan untuk perorangan atau kelompok berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Subjek pajak meliputi: orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, badan, dan bentuk usaha tetap. Subjek pajak dapat dibedakan menjadi dua,yaitu: 1. Subjek pajak dalam negeri,meliputi: a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. b. Badan yang didirikan atau bertempat di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peraturan perundangundangan, biayanya bersumber dari APBN/APBD, penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat/daerah, dan pembukuannya dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional negara. c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2. Subjek pajak luar negeri meliputi: a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap. b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang dapat memperoleh penghasilan dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap. Yang tidak termasuk subjek pajak yaitu: a. Kantor perwakilan negara asing. b. Perwakilan diplomatik dari negara asing dan orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima penghasilan di luar pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. c. Organisasi internasional dengan syarat Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan tidak menjalankan usaha lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota. d. Perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. B. Objek pajak objek pajak merupakan sumber pendapatan yang dikenakan wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,meliputi: a. Pendapatan yang dapat dipakai untuk konsumsi/menambah kekayaan yang bersangkutan dalam bentuk apa pun, termasuk imbalan pekerjaan termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini. b. Hadiah dari undian atau pekerjaan dan penghargaan. c. Laba usaha. d. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta kepada perseroan,persekutuan,dan badan lainnya yang diatur dalam peraturan menteri keuangan. e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan tambahan pengembalian pajak. f. Bunga termasuk premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian utang. g. Dividen dalam bentuk apapun, termasuk perusahaan asuransi kepada pemegang polis, pembagian sisa hasil usaha koperasi. h. Royalti atas penggunaan hak sewa. i. Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. Penerimaan pembayaran berkala. k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing. m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. n. Premi asuransi. o. Iuran yang diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang menjalankan usaha. p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah. r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan. s. surplus Bank Indonesia. Yang bukan merupakan objek pajak adalah: a. Bantuan, sumbangan dan hibah yang diterima oleh badan amil zakat/lembaga yang berwenang yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. b. Warisan. c. Harta atau setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal. d. Penggantian sehubungan dengan pekerjaan yang diterima dalam bentuk natura dari e. f. g. h. i. j. k. l. m. Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa. Dividen atau laba yang diterima perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal badan usaha yang didirikan dan bertempat di Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor. Iuran yang diterima dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Laba yang diterima anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif. Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor usaha yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. Beasiswa yang memenuhi persyaratan yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; Sisa lebih yang diterima lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan atau penelitian dan pengembangan dalam jangka waktu paling lama 4 tahun dan ketentuannya diatur lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Bantuan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Referensi: 1. UU No. 36 Tahun 2008 2. https://id.wikipedia.org/wiki/Subjek_pajak 3. https://www.online-pajak.com/objek-dan-subjek-pajak 2. Tugas Artikel Dikirim ke DPR, Ini Usulan Revisi Undang-undang Pajak (Hendra Kusuma – detikFinance.Selasa, 03 Sep 2019 19:30 WIB) Analisis: Pada artikel ini dijelaskan tentang pengambilan keputusan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani tentang susunan rancangan undangundang (RUU) Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan untuk Penguatan Perekonomian. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa nantinya akan mengakomodir semua UU pajak, seperti PPh, PPN, dan KUP dengan penyusunan RUU baru meliputi ketentuan dan fasilitas perpajakan untuk penguatan perekonomian Negara Republik Indonesia. RUU ini nantinya berguna untuk merespon kebutuhan ekonomi yang dinamis dan cepat dari sisi perubahan kebijakan fiskal di berbagai negara. Namun dilain sisi, RUU baru ini tidak akan membuat perekonomian Indonesia mengalami penurunan. Poin-poin penting yang akan masuk dalam RUU baru tersebut,yang pertama adalah penurunan tarif PPh Badan dari 25% menjadi 20% dan penurunan tarif yang lebih rendah 3% bagi perusahaan go public dari 20% menjadi 17% atau setara dengan Singapura serta akan dilakukan bertahap mulai awal tahun 2021. Kemudian dalam RUU baru ini pemerintah menghapuskan PPh atas dividen dari dalam dan luar negeri dengan catatan dividen tersebut diinvestasikan di Indonesia. Rancangan undang-undang baru ini juga mengatur mengenai WP orang pribadi berdasarkan rezim World Wide menjadi territorial, yaitu bagi WNI yang tinggal di luar negeri lebih dari 183 hari maka tidak lagi menjadi subjek pajak Indonesia. Begitu juga bagi WNA yang tinggal lebih dari 183 hari di Indonesia maka tidak wajib melaporkan subjek pajaknya ke negara asal. Selain manfaat tersebut rancangan undang-undang baru ini juga akan menetapkan perusahaan digital asing seperti Amazon dan Google bisa memungut, menyetor, dan melaporkan PPN sebesar 10%. RUU ini tidak akan mengatur soal badan usaha tetap (BUT) bagi perusahaan berbasis digital internasional agar tidak harus hadir perusahaan cabangnya di Indonesia, namun pemerintah tetap mewajibkan pengenaan pajaknya. Rekomendasi: Berdasarkan rancangan undang-undang perpajakan yang akan segera ditetapkan tersebut, banyak keuntungan atau sisi positif yang akan Negara Indonesia peroleh. Disamping akan mendapatkan pemasukan lebih dari perusahaan digital internasional,Indonesia juga dapat mengontrol dengan baik laju perkembangan dan peningkatan pajak, baik pajak penghasilan, pajak pertambahan nila, serta ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Dari segi ekonomi RUU tersebut juga tidak akan membebani setiap individu, kelompok atau perusahaan, baik itu warga negara Indonesia itu sendiri,atau warga negara asing. Disisi lain, dengan diterapkannya RUU tersebut, diharapkan nantinya akan mundur perusahaan-perusahaan local Indonesia yang dapat berkembang dan bersaing dengan perusahaan lain yang sudah mampu bersaing di pasar Global. Jika hal tersebut tercapai, diharapkan nantinya dapat meningkatkan perekonomian Negara Indonesia secara signifikan dan berkelanjutan. Namun, disamping itu juga diperlukan kajian dan riset mengenai rancangan undang-undang tersebut agar nantinya peraturan tersebut bisa berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Perlu dilakukan uji coba secara berkala dan penelitian secara detail untuk mendapatkan hasil yang maksimal, karena hal tersebut berkaitan dengan perekonomian negara Indonesia di masa depan. Perubahan peraturan undangan-undangan yang cukup besar terkait PPh (UU No. 36 Tahun 2008 ), PPN ( UU No. 42 Tahun 2009 ), dan KUP ( UU KUP No. 28 Tahun 2007 ), serta peraturan perundang-undangan lainnya tentunya dapat berdampak besar terhadap tatanan perekonomian negara Indonesia . Semoga dengan berbagai persiapan, kajian dan penelitian, serta pertimbangan langkah-langkah yang sesuai prosedur, dapat membawa dampak yang baik bagi perekonimian negara Indonesia, dan membuat negara kita ini, mampu bersaing dengan negara maju lainnya, baik dalam segi kesejahteraan, perekonomian, dan peningkatan di berbagai bidang lainnya. Referensi: 1. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4692354/dikirim-ke-dpr-ini-usulanrevisi-undang-undang-pajak?_ga=2.243892805.1963865777.1568107318815898348.1568107318