Bagaimana jika Gabriela ingin memotret Gray dan memerintahkan 3 pelayan bodohnya....Apa mereka bisa melakukannya? Apa yang mereka rencanakan? Langsung saja cerita akan dimulai......Happy Reading. Di mansion Aethelweard yang dikelilingi oleh pohon-pohon dan bungabunga yang indah, matahari bersinar terang hingga menembus jendelajendela yang ada di mansion itu. “Aku memanggil kalian bertiga kemari untuk menjalankan tugas khusus.” Ujar seorang gadis yang menyamar sebagai laki-laki karena suatu alasan tertentu, memiliki iris mata safir, rambut berwarna kelabu, kulit putih mulus tanpa cacat sedang duduk dengan angkuh di kursi mejanya. Di atas meja kerjanya terdapat sebuah kamera dan dihadapannya kini ada tiga orang pelayannya, gadis itu bernama Gabriela Aethelweard. “Tugas?”sahut seorang pelayan pria, Arthur. “Khusus?”kaget Lucia yang kelihatannya sangat polos tapi ternyata dia adalah monster yang kuat. “Tugas apa tuan muda?”tanya seorang pelayan lagi, Aria. Namun Gabriela hanya diam. “Kamera yang ada diatas meja itu...... untuk apa tuan muda?”tanya Lucia sembari menujuk kamera yang ada dimeja kerja Gabriela. “Itu tugas kalian, gunakan kamera ini untuk memotret (menghela nafas) Gray.....”jawab Gabriela sembari memain-mainkan lensa kamera itu. “Hanya itu, tuan?”terlihat senyuman lebar pada wajah mereka bertiga. “Ya..... apa kalian bisa melakukannya?”tanya Gabriela. “SANGAT MUDAH!”jawab ketiga pelayan itu mantap. “Kalau begitu ambil kamera ini dan tempat yang akan di datangi Gray adalah ruang tengah....”perintah Gabriela. Ketiga pelayan pun itu mengerti dan segera keluar membawa kamera itu untuk melaksanakan tugas mereka. BLAM!! Suara pintu tertutup. “Sangat mudah, hah? Dasar 3 pelayan bodoh!”ujar Gabriela tersenyum licik namun itu hanya singkat karena...... “Hmm..... apa bisa ya?”kata dia bingung sendiri. Di ruang tengah, terlihat seorang pemuda tampan berambut hitam memakai pakaian serba hitam (jas), iris mata ruby sewarna darah. Sedang berdiri memperhatikan seluruh sudut ruangan tersebut dan nama pemuda itu adalah Gray Michaelis. Dan sementara itu, ketiga pelayan bodoh (Lucia, Arthur dan Aria) sedang bersembunyi untuk siap memotret pemuda itu, Gray. “Itu dia Gray.... cepat ambil gambarnya!”bisik Lucia kepada Arthur yang sudah siap-siap untuk memotret. “1.... 2.... 3....”JPRET!! “Gagal.... sekali lagi....”kata Arthur yang ternyata hasilnya tidak terlihat, ketika Arthur bersiap untuk memotret lagi. “Selesai....”ucap Gray yang telah menyelesaikan tugas bersih-bersihnya. CLEK! BLAM! “Cih! Dia sudah pergi.”gusar Arthur yang ternyata tidak berhasil memotret Gray karena Gray telah pergi dari ruangan itu. (skip). Di ruang makan, “Cepat ambil fotonya....”ujar Aria yang memperhatikan target fotonya, siapa lagi kalau bukan Butler iblis tampan kita, Gray yang sedang mengelap meja makan dengan perlahan. “Iya, iya. Aku juga tahu harus mengambil fotonya, tenanglah”sahu Arthur. “Cepat!”desak Lucia sambil menyenggol-nyenggol bahu Arthur. “Satu.... du-eh.”hitungan Arthur terpotong. “Ada apa?”tanya Lucia heran melihat Arthur dan Aria yang terdiam dengan mata terbelalak melihat ke arah target mereka, Lucia pun mengarahkan pandangannya ke arah target, dan..... “Dia cepat sekali..... itu tidak mungkin kan?”ujar Lucia ketika itu juga, karena hal yang tidak mungkin dilakukan manusia dapat dilakukan targetnya, Gray. Gray bergerak sangat cepat sampai tidak terlihat oleh orang lain untuk membersihkan dan menata ruang tamu, tapi mau di apakan lagi memang dia bukan manusia melainkan iblis. “Selesai.....”ucap Gray. Dalam hitungan beberapa detik dia telah selesai melakukan tugas bersih-bersihnya. Gray pun pergi meninggalkan ruangan itu, sedangkan 3 pelayan bodoh itu masih saja terdiam seperti patung yang disertai wajah kaget di tempat persembunyiannya. (skip) Di ruang kerja Gabriela, “Tuan muda, ini saya bawakan cemilan sore yang manis untuk anda.”ujar Gray sambil membawa troli yang berisi kue-kue dan secangkir teh. “Hmm.... letakkan saja.”sahut Gabriela yang entah kenapa setelah itu dia tersenyum menatap Gray. “Ada apa?”tanya Gray heran dengan sikap gadis yang ada dihadapannya kini. Gabriela mengambil cangkirnya dan meminum teh iut sedikit lalu...... “Tidak apa-apa.”jawab Gabriela. Sementara dari luar jendela, terdapat Lucia yang sedang mengintip sambil membawa kamera. Sedangkan dua temannya, Arthur dan Aria memegangi tangga dari bawah. “Lucia, sudah ketemu belum?”tanya Aria berbisik-bisik. “Itu dia. Aku sudah melihatnya, tunggu aku naik sedikit lagi.”jawab Lucia yang sedang melangkah perlahan ke papan yang hanya 4 cm itu namun..... CRAK! KYAA! BUGH! “Aduhh.....”kata Lucia meringis kesakitan karena dia sukses terjatuh menghantam tanah karean tangganya patah. “Stt.... cepat lari!”ujar Aria yang langsung menarik tangan Lucia untuk pergi, sedangkan Arthur sudah kabur duluan. Kembali ke ruang kerja, “Suara apa itu?” ujar Gray kaget langsung melangkah mendekati jendela, lalu memperhatikan apa ada sesuatu di luar yang menyebabkan keributan tadi. “Mungkin hanya angin.”ujar Gabriela untuk mengalihkan perhatian Gray dengan tanpa menoleh. Gray menutup jendela lalu menoleh ke Gabriela sejenak. Dengan gerakan yang cepat Gray sudah ada dihadapan Gabriela. “Tidak perlu melakukan itu, kan?”ujar Gabriela menatap jenuh Gray. Gray menyeringai, lalu..... semakin dekat, dekat dan dekat lagi..... “Berhenti! Apa yang ingin kau lakukan?”ucap Gabriela yang sedang menahan wajah Gray untuk tidak mendekati wajahnya lagi. Gray langsung menggenggam tangan Gabriela. “Kau lupa ya, kita kan sudah pernah melakukannya. Jadi tidak perlu gugup lagi kan?”ujar Gray tersenyum. “A-apa maksudmu?”ucap Gabriela mulai gugup dan blushing karena mengingat kejadian antara dirinya dan Gray yang secara tidak sengaja mereka berciuman dengan alasan pengobatan. “Hahaha.... wajahmu merah, sayang.”ejek Gray sambil mengelus-ngelus pipi Gabriela. “S-sayang? Jangan panggil aku begitu. Dasar bodoh!”kata Gabriela yanga khirnay emosinya tidak dapat tertahankan lagi dan dia menepis tangan Gray dengan kasar lalu berdiri dari tempat duduknya dan berbalik membelakangi Gray dengan kedua tangan dilipat di depan dada, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. “Kau segera keluar dari sini!”ucap Gabriela dengan nada ketus. Gray hanya tersenyum tipis lalu membungkuk singkat dan pergi meninggalkan Gabriela sendiri di ruang kerjanya. Terdengar suara langkah kaki mendekati Gabriela, “Ku bilang per-gi se...ka...rang eh.”kata Gabriela dengan spontan ia langsung membentak orang itu tanpa melihat dahulu siapa orang itu, lalu.... “Lau! Ran Mao!”sambung Gabriela. “Kau kenapa Gabriela?”tanya Lau yang kaget dan heran dengan sikap Gabriela yang tadi. “Kok wajahmu merah begitu?”tanya Ran Mao yang ikut heran melihat ekspresi Gabriela saat ini. “Ah.... tidak, bukan apa-apa. akau hanya kaget.”elak Gabriela. “Apa ada yang sedang kau pikirkan, Gabriela? Tentang Gray?”tuduhan Ran Mao tepat sasaran, Gabriela terhenyak sejenak, lalu menghela nafas panjang, “Sebenarnay aku menyuruh 3 pelayan bodoh itu untuk mengambil foto Gray, tanpa sepengetahuan dia, tapi ku rasa itu tidak akan berhasil dengan 3 pelayan itu.”kata Gabriela yang pada akhirnya dia menceritakan semuanya kepada Lau dan Ran Mao. “Oh begitu, kalau itu mudah. Aku akan membantumu!”seru Lau dengan mantap tanpa ragu. “Bagaimana caramu membantu Gabriela?”tanya Ran Mao. “I-itu belum aku pikirkan.”jawab Lau polos sedangkan Gabriela dan Ran Mao sweatdrop mendengar itu. “Dasar kau ini!”ucap Gabriela sambil menoleh ke Ran Mao dan terlihatlah Ran Mao yang sedang berfikir, dan...... TRING! Sebuah bohlam menyala di atas kepala Ran Mao. “Kau dapat sesuatu, Ran?”tanya Lau. “Iya aku dapat. Bagaimana kalau kita menjebaknya dengan cara menggunakan Gabriela menjadi umpannya.”ujar Ran Mao. “Maksudmu?”tanya Gabriela tidak mengerti. “Kita harus melakukan.... bla.... bla.... bla....”kata Ran Mao menjelaskan rencananya kepada Gabriela dan Lau. perencanaan pun mulai di buat dengan berkerja sama, apakah mereka bisa berhasil dengan rencana ini? (skip). Malam pun tiba, terlihatlah Gabriela yang sedang berjalan-jalan di halaman mansion. Matanya tampak mencari-cari sesuatu, atau mungkin seseorang. Tepat di depannya ada kebun mawar putih yang sangat terawat dan indah, dia berhenti di situ. Dan di tempat lain, Lau mengkomando Lucia untuk menggunakan kekuatannya pada saat melempar patung yang beratnya kurang lebih 100 kg ke arah Gabriela. “Lucia, kau harus melakukannya. Tenang saja ini permintaan tuan Gabriela sendiri....”ujar Lau yang telah bersiap di tempat persembunyiannya bersama Arthur, Ran Mao dan Aria (di semak-semak di sekitar taman mansion). Lucia mengangguk tanda mengerti dan mulai bersiap dengan melemaslemaskan ototnya dahulu dan mulai memegang patung itu, mengangkat dan 1.... 2.... 3. “Lempar sekarang!”seru Lau memberi kode pada Lucia untuk melempar patung itu, Lucia pun melempar patung itu sekuat tenaga. Kembali ke Gabriela, dia tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya tadi, dia bersiap menerima resiko apa pun yang sedang dihadapinya kini. “Kenapa aku harus melakukan ini? Bodohnya aku!”maki Gabriela kepada dirinya sendiri dan tanpa sadar ia bergerak dari titik aman itu. “Kenapa dia bergerak dari titik aman itu, sekarang dia dalam bahaya!”ujar Lau dari kejauhan yang melihat kejadian itu. “Kita harus kesana, menolong tuan muda.”sahut Arthur. “Itu tidak mungkin, kita sangat jauh darinya. Bagaimana bisa mengejar sedangkan patung itu sudah dekat dengannya.”balas Ran Mao. “Jadi bagaimana? Tuan Gabriela! Tu-“ucap Arthur yang terpotong karena Ran Mao sudah menutup mulut Arthur dengan tangannya. “Stt..... harapan kita sekarang semoga saja dia selamat dan Gray dapat menyelamatkannya.”ujar Lau dan kini dengan sangat ketakutan mereka berharap dan hanay dapat melihat dari kejauhan. Gabriela yang belum menyadari patung itu sudah sangat dekat dengannya mengadahkan kepalanya untuk melihat patung itu dan dia sangat kaget. “Aku tidak bisa menghindar lagi.....”ucap Gabriela yang hanya dapat pasrah dan menutup matanya. BOOM! DUARR! “Gabriela..... buka matamu.”ucap seorang pemuda yang ternyata adalah Gray. Gabriela pun membuka matanya perlahan dan..... “Gray bagaimana bisa kau berada disini?”ujar Gabriela kaget melihat Gray yang telah berada di hadapannya dengan tangan kanannya memeluk pinggang Gabriela dan tangan kirinya menahan patung itu. Jarak diantara mereka sangat dekat. Safir bertemu ruby. PRAKK! Tiba-tiba patung itu hancur terbelah dua, potongan yang di pegang oleh Gray, di lemparnya jauh oleh Gray dengan sangat enteng. “Kenapa kau melakukan ini?”tanya Gray menatap datar Gabriela. “Ini sangat berbahaya untukmu, aku tidak ingin apa pun melukaimu.” Sambung Gray seraya mengelus pipi Gabriela lembut. “Sebenarnya aku hanya ingin.....”kata Gabriela menggantung ucapannya. Gray mengangkat sebelah alisnya menatap Gabriela dengan heran. “Kau ingin apa?”tanya Gray masih heran. “Err..... bukan apa-apa. terima kasih telah menolongku, Gray.”jawab Gabriela memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan kebohongnya. Tanpa disadari oleh Gabriela, Gray sudah mendekatkan wajahnya ke telinga Gabriela. Hembusan nafas Gray terasa di kulit Gabriela. Wajah Gabriela memanas, dia blushing. “Gabriela.....”panggil Gray membuat Gabriela menoleh. “Ap-“belum sempat Gabriela menyelesaikan ucapnnya, Gray telah sukses menyapukan bibirnya ke bibir Gabriela. Gabriela dengan ekspresi kaget namun tidak memberontak, sedangkan Gray sangat menikmati adegan itu. JPRET! “Hore! Kita berhasil!”seru Lucia, Atrhur, dan Aria gembira. “Berhasil! Kita berhasil mendapatkan foto mereka berdua.”seru Lau. “Tapi, dengan adegan seperti itu. Apa tidak apa-apa?”tanya Ran Mao. “Kita akan melihat ekspresi mereka setelah melihat ini, kalian tenang saja aku yang akan bertanggung jawab.”ujar Lau disertai senyuman. “OKE! Tuan Lau!”seru 3 pelayan bodoh itu lagi dengan cengiran khas mereka, sedangkan Ran Mao hanay diam dengan wajah bingung. (skip) Di ruang kerja Gabriela. Tok.... tok.... tok...., “Gabriela, apa kau ingin sesuatu untuk cemilan sebelum tidur!”kata Gray sembari mengetuk pintu ruang kerja Gabriela yang sedikit terbuka. “Gabriela.....”panggil Gray sekali lagi, namun masih tidak mendapatkan jawaban. Gray memutuskan untuk langsung memasuki ruangan tersebut. “Dia tertidur di kursi kerja lagi...”ucapnay dengan ekspresi heran melihat Gabriela menyandarkan kepalanya ke sisi sandaran kursi yang empuk itu, hembusan nafasnya teratur, ekspresi wajahnya yang tenang semakin menambah kemanisan wajah Gabriela saat tidur dan di atas meja kerjanya terdapat sebuat kamera. Gray mendekati Gabriela dengan perlahan tanpa harus membuat Gabriela terbangun dari tidurnya. “Kenapa kau bisa sangat lelah hari ini?”ucap Gray menyentuh dahi Gabriela dia melihat apa yang telah di lihat oleh Gabriela termasuk juga dengan rencana mengambil foto Gray. “Seperti itu rupanya.....”ucap Gray melihat kamera di meja itu, lalu mengarahkan lensa kamera itu menghandap mereka berdua. “Baiklah, jika ini keinginanmu.”kata Gray menyetel timer kamera dan dia mencium pipi Gabriela ketika kamera itu mengambil foto mereka berdua. “Selamat tidur, my lady.”ucap Gray. Keesokkan harinya, “Akhirnya Gray melakukannya juga, mereka berdua sangat manis dan cocok.”komentar Lau yang melihat hasil foto kemarin. Sedangkan Gabriela hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang blushing. “Dasar bodoh!”ucap Gabriela. OWARI Happy ending! Semoga saja readers nggak kecewa baca ceritaku..... Sorry ya, banyak kesalahan, kekurangan, ceritanya yang nggak jelas dan kesalahan pada eja-annya..... P. Vampire (NA- CHAN)