Setahun Pandemi di Negeri Pertiwi : Ancaman dan Potensi Ketahanan Merebaknya virus corona di seluruh penjuru dunia, membuat berbagai negara kelimpungan menghadapi gelombang serangannya. Sejak pertama kali diberitakan muncul di Wuhan, China pada pengujung tahun 2019 lalu, virus ini telah menarik perhatian dunia karena keganasannya. Ketika awal-awal dilaporkan, orang-orang yang terjangkit virus ini nampak berjatuhan di berbagai tempat. Sekejap setelah kemunculan virus baru tersebut, seperti efek domino yang saling merubuhkan, berbagai negara di dunia turut terjangkit Covid-19. Puncaknya ketika World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020 di kantor WHO yang bertempat di Jenewa, Swiss. Semenjak saat itu, hampir seluruh negara di dunia menyatakan, perang pada penjahat kecil ini. Di indonesia sendiri, kasus pertama ditemukan pada salah seorang warga yang beromisili di Depok, Jawa Barat. Berita tersebut juga diumumkan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo. Kasus-kasus lain bermunculan seperti jamur di musim hujan. Pemerintah telah berupaya cepat dengan segera membentuk gugus tugas penanganan Covid19. Sampai saat tulisan ini diketik, jumlah kasus di Indonesia tercatat sebanyak 1.89 juta kasus dengan 1.74 juta orang dinyatakan sembuh dan sebanyak 52.566 orang dinyatakan meninggal. Merebaknya wabah virus ini tentu menjadi sebuah pukulan telak bagi Indonesia, tak berselang lama berbagai sektor terkena dampak pandemi. Katakan saja sektor niaga, pelayanan, jasa, berbagai perusahaan hingga ranah pendidikan turut dipukul ambruk oleh wabah Covid-19. Adanya wabah Covid-19 ini merupakan salah satu ancaman bagi bangsa Indonesia, seperti yang tertuang dalam UU NO 24 tahun 2007 penanggulangan bencana, virus ini termasuk dalam salah satu potensi bencana sebagai ancaman faktual. Penularan dan penyebaran virus corona yang sangat cepat dan masif bisa dikatakan sebagai ancaman (hazard) bagi kepentingan, kondisi stabilitas dan ketertiban nasional. Hal tersebut dikarenakan seperti yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya, bahwa penyebaran corona virus mengganggu jalannya kehidupan rumah tangga multisektor di Indonesia. Belum lagi stressor sosial dan psikologis yang mungkin dihadapi masyarakat, mengingat kapan tuntasnya pandemi ini masih begitu abuabu. Di tengah semua gejolak tersebut, pemerintah sendiri telah melakukan berbagai upaya serta menetapkan bermacam peraturan untuk mencegah penularan covid-19. Mulai dari kebijakan lockdown, PSBB, physical distancing, penerapan 5M new normal, larangan mudik hingga pembatasan mikro. Namun nyatanya sampi detik ini, kasus positif covid terus meningkat. Dalam beberapa hari terakhir, di berbagai daerah traffic tren kasus baru meningkat ssangat signifikan. Ini mencerminkan bahwa strategi pertahanan pemerintah belum membuahkan hasil maksimal seperti yang diharapkan. Di sisi lain ketika korban ‘langsung’ dari wabah ini terus berjatuhan, korban-korban yang secara tidak langsung ikut terdampak juga mulai menggeliat kegerahan. Banyak orang kehilangan pekerjaan, perusahaan gulung tikar, bahkan anak-anak kehilangan hak dan kesempatan untuk belajar dengan baik. Tambahkan nasib para tenaga medis yang terus berjuang mati-matian hampir lima belas bulan terakhir. Ketahanan nasional Indonesia ramai dipertanyakan dalam meghadapi ancaman pandemi ini. Ketahanan nasional sendiri yang dimaknai sebagai kemampuan dinamis suatu bangsa yang dibarengi dengan keuletan dan ketangguhan untuk mengembangkan potensi kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gagasan baik yang datang dari luar dan dalam yang secara langsung dan tidak langsung membahayakn integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa. Dalam konteks dan situasi pandemi ini, ketahanan nasional menjelma sebagai amanat nasional yang harus diperjuangkan bersama oleh segenap komponen bangsa sesuai peran, kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Ketahanan nasional memiliki tiga fungsi yang kiranya bisa dioptimalkan untuk menghadapi ancaman Covid-19 ini. Ketiga fungsi tersebut yang pertama adalah fungsi sebagai daya tangkal. Konsepsi ketahanan nasional sebagai penangkal ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman dan hambatan yang timbul dari pandemi ini. Fungsi kedua yang berupa pengarah potensi kekuatan untuk mengatasi ancaman pandemi juga dapat diterapkan untuk memetakan potensi yang dimiliki bangsa dan kapasitas mana yang paling sesuai dengan masing-masing potensi tersebut. Fungsi yang ketiga sekaligus terakhir adalah fungsi pengarahan untuk menyatukan pola pikir, tindakan serta cara kerja yang diambil pemerintah utnuk dilakukan bersama oleh seluruh warga negara demi kepentingan warga negara itu sendiri. Potensi ketahanan nasional bangsa indonesia sebenarnya cukup besar dan masif. Mengingat ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, ideologi negara (Pancasila) yang selalu dinamis, luwes dan fleksibel dalam mengatasi berbagai iklim perubahan dan ancaman, serta basis masyarakat yang besar. Dalam hal ini, pemerintah hanya perlu melakukan riset, pengkajian mendalam mengenai karakteristik dan potensi masing-masing daerah untuk menentukan kebijakan yang akan diterapkan di berbagai daerah tersebut. Hal ini penting, karena setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda, kondisi geografis dan keterjangkauan yang berbeda dan statistik demografi yang berbeda pula. Misalnya saja, Jakarta yang merupakan megapolitan terbesar di dunia dengan tingkat kepadatan dan mobilitas yang tinggi tentu akan berbeda kondisinya dengan saudara kita di Indonesia timur sana. Hal tersebut perlu menjadi perhatian. Selain itu, ketegasan pemerintah juga sangat perlu untuk ditingkatkan. Instrumen hukum yang jelas, lugas, ‘galak’ fdan mengikat ke berbagai lini perlu dicetuskan. Bila perlu tetapkan sanksi yang benar-benar menimbukan efek jera bagi para pelanggar protokol kesehatan. Satu hal lagi yang tak kalah penting adalah edukasi yang tepat sasaran, masif dan berkesinambungan juga sangat dibutuhkan. Mengingat tingkat literasi masyarakat kita masih sangat rendah, belum lagi maraknya hoax yang beredar tanpa filter pengetahuan yang mumpuni, jelas membuat keadaan semakin tidak terkendali. Mau tak mau pemerintah hendaknya bersifat proaktif menjemput bola, membangun inisiatif pemberian edukasi ke masyarakat melalui kader-kader yang dekat dan langsung berada di tengah masyarakat. Dengan fungsi-fungsi yang telah dipaparkan dan juga potensi yang telah diuraikan, rasanya bangsa ini mampu bangkit dari pandemi. Memang perlu upaya masif, tindakan nyata, aturan tegas dan tekad yang kuat dari berbagai pihak untuk bersama-sama bertahan dari pandemi. Dengan Pancasila yang senantiasa dijiwai, semangat nasionalisme dan kesadaran untuk perlunya kehidupan yang lebih baik, mewujudkan sistem ketahanan nasional yang ulet, tangguh dan dinamis untuk melawan pandemi, bukan hal yang mustahil. Pelan namun pasti, sedikit demi sedikit namum berkesinambungan, dengan segala upaya yang bisa dilakukan, semoga pandemi segera berakhir dan bangsa ini bisa kembali fokus mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.