TUGAS RESUME AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP Dosen Pengampu : Dr. Hidayatullah, M. Ag. Disusun Oleh : Antik Aurellia Noor (2106729543) Kelas Agama Islam-19 Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia A. Pengertian dan Kedudukan Al-Qur’an Al-Qur’an secara bahasa diambil dari kata: ا قر- يقرا- قراة- وقراناyang berarti sesuatu yang dibaca. Alquran juga bentuk mashdar dari القراةyang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Secara istilah al-Qur’an adalah firman Allah, berisi mukjizat yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul (Muhammad Saw), melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dengan surah alFatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas Al Quran memiliki kedudukan yang sangat tinggi dari seluruh ajaran islam. Al Quran sebagai sumber utama dan pertama sehingga semua umat islam menjadikan al quran sebagai pedoman hidup B. Sejarah Turunnya Al-Qur’an Ada dua tahapan proses diturunkannya Alquran: 1. Al-Qur’an diturunkan secara lengkap di malam Lailatulqadar Al-Qur’an diturunkan secara lengkap di malam Lailatulqadar dari Lauh Al-Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia pada bulan Ramadan. Ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Qadr ayat 1 : إِنا ٓ أَنزَ ْل َٰنَهُ فِى لَ ْيلَ ِة ْٱلقَد ِْر Artinya : Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. 2. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah. Usai diturunkan di langit dunia, wahyu Al-Qur’an ini diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW selama kira-kira 23 tahun. Surah Al-Alaq 1-5 adalah ayat yang pertama kali diturunkan. Cara turun Al-Qur’an secara berangsu-angsur mempunyai tujuan agar pesan Allah dapat tertancap kuat di dalam hati (linutsabbita bihi fuadak) sebagaimana disinggung dalam QS. al-Furqan/25:32. Karena turun bertahap sesuai dengan peristiwa-peristiwa dapat memudahkan hafalan dan pemahaman yang menjadi salah satu faktor kemantapan hati. Hikmah penting lainnya adalah kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan tahapan dalam penetapan hukum. Misalnya penerapan larangan minuman keras (khamr). C. Kemashlahatan Islam Kemaslahatan Islam telah dirumuskan oleh para ulama dalam konsep Tujuan Syariat (Maqashidusy Syariah), tujuan akhir dan rahasia-rahasia yang dicanangkan pembuat Syari’at (Syari’) di balik setiap ketentuan hukum yang disyariatkannya. Kemaslahatan bisa dilakukan dengan cara mencegah (ad-daf’u) keburukan agar tidak terjadi, dan mewujudkan kebaikan agar terjadi (al-ijad). Para Ulama telah menjelaskan bentuk-bentuk kemaslahatan yang menjadi tujuan Syariat Islam sehingga menjadi tujuan al-Qur’an di setiap firmannya. Bentuk-bentuk kemaslahatan ini adalah sebagai berikut : 1. Menjaga Agama (Hifdzud Din), 2. Menjaga Jiwa (Hifdzun Nafs), 3. Menjaga Akal (Hifdzul Aqli), 4. Menjaga Keturunan (Hifdzun Nasl), 5. Mnejaga Kehormatan (Hifdzun Irdl), 6. Menjaga Harta (Hifdzul Mal), Selain itu, ada tiga tingkat kemaslahatan manusia berdasarkan tingkat kebutuhan yang dimiliki oleh manusia, yaitu: 1. Kemaslahatan Dlaruriyyah, yaitu pemenuhan kebutuhan primer manusia yang menjadi syarat hidup dengan baik dan layak sehingga tanpanya manusia akan mengalami keburukan, bahaya, bahkan punah, 2. Kemaslahatan Hajiyyah, yaitu pemenuhan kebutuhan sekunder manusia yang dengannya hidup manusia menjadi lebih mudah, 3. Kemaslahatn Tahsiniyyah, yaitu pemenuhan kebutuhan tersier manusia yang dengannya hidup manusia menjadi lebih indah. D. Pemahaman Al-Qur’an Al-Qur’an berisi dirman-firman Allah SWT yang mengatur petunjuk bagi seluruh makhluk. Dimana isinya mengenai pemahaman dan pengetahuan yang tak terbatas, selain itu Al-Qur’an bersifat universal. Penafsiran manusia terhadap Al-Qur’an dapat berbeda-beda. Tidak ada satupun yang tahu kebenarannya karena pengetahuan manusia yang terbatas. Apapun yang disampaikan seseorang mengenai isi dari ayat Al-Qur’an sesungguhnya itu adalah pemahaman mereka terhadap ayat tersebut. Oleh karena itu, Al-Qur’an bersifat mutlak dan universal, tetapi pemahaman manusia tidak. Kita dapat mengkritik pemahaman seseorang atas Al-Qur’an tetapi tidak dengan Al-Qur’an itu sendiri. Beberapa faktor yang dapat memedakan pemahaman seseorang atas Al-Qur’an adalah latar belakang keilmuan, latar belakang ekonomi dan politik, serta latar belakang jenis kelamin. E. Makna Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup Aturan, opini, dan perilaku apa pun tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist. Jika ada perbedaan pendapat di anatar umat Islam, termasuk para ulama, maka mereka harus kembali ke Al-Qur’an dan hadist untuk mencegah umat Islam mengalami perpecahan. Al-Qur’an menggambarkan dengan lengkap aturan hidup manusia yang dapat menciptakan kehidupan yang nyaman, bahagia, dan sejahtera. Aturan yang paling mendasar adalah bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk menjaga keamanan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta bena. Apabila suatu perkara tidak ada dalam Al-Qur’an, maka kita harus bertumpu pada sunah Rasul. Dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an umat muslim tidak akan tersesat selama-lamanya. REFERENSI Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), p.17 Muhammad Ali as-Subhani, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, Beirut, Darul Irsyad, 1970, h. 10 Manna Khalil, Studi Ilmu, h. 156 dan 165. Ahmad ar-Raisuni, Nadhariyatul Maqashid indal Imam asy-Syatibi, al-Ma’hadul Alami lil Fikril Islami, 1990, h. 18 Ibrahim bin Musa asy-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushulisy Syariah, Daru Ibni ‘Affan, 1997, j.2, h.7-8.