Uploaded by adellarizqa45

ZAKAT INVESTASI DAN TABUNGAN HZP TM6

advertisement
Nama
: ADELLA DWITA VARIZQA
NIM
: 042011433079
Rangkuman Hukum Zakat dan Perpajakan TM 6
Hukum dan Perhitungan Zakat Investasi dan Simpanan
A. Hukum dan Perhitungan Simpanan
Menurut Khasmir (2014: 37) Simpanan merupakan dana yang dipercayakan oleh masyarakat
kepada sebuah lembaga berdasarkan perjanjian. Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan
nomor 10 tahun 1998 Simpanan penarikannya hanya bisa dilakukan menurut syaratsyarat tertentu,
tetapi tidak dapat ditarik dengak cek, giro, dan alat lainnya. Syarat-syarat penarikan tersebut
maksudnya sesuai dengan perjanjian antara lembaga keuangan dan penabung.
Jadi, di dalam Islam Zakat Simpanan adalah zakat yang dikeluarkan dari tabungan yang kita miliki
selama tabungan tersebut berupa harta yang memenuhi kriteria zakat. Kriteria pertama adalah
uang, emas, dan perak yang dimiliki pribadi dan secara sempurna. Kriteria kedua adalah harta yang
telah memenuhi nishab dan haul (selama satu tahun). Di satu sisi para ulama juga menyebutkan
bahwa Zakat Simpanan juga disebut sebagai wadiah al mashrifiyyah, yang hakikatnya adalah
utang piutang. Zakat simpanan pada hakikatnya adalah piutang yang termasuk kategori daian
hallan (hutang yang mendesak). Namun terjadi perbedaan pendapat dikalangan fukaha tentang
zakat simpanan atau piutang atas mali badzil sebagaimana dijelaskan oleh Al Ghufaili, dalam hal
ini terbagi menjadi empat pendapat:
a. Wajib zakat padanya walau belum diterima, pendapat oleh Utsman bin Affan, Ibn Umar, dan
Jabir. Ini adalah pendapat Mazhab Syafi’I dan riwayat dari Imam Ahmad.
b. Wajib zakat atas tahun-tahun yang terlewati setelah diterima. Ini adalah pendapat Ali, Aisyah,
dan pendapat Mazhab Hanbali.
c. Wajib zakat padanya untuk satu tahun setelah diterima, Mazhab Maliki dan salah satu riwayat
dalam Mazhab Hanbali
d. Tidak ada kewajiban zakat padanya. Riwayat dalam Mazhab Hanbali dan pendapat Mazhab
Dzahiri.
Apabila untuk orang yang mampu dan tidak menunda pembayaran maka harus dizakati setiap
tahun namun jika piutangnya bagi orang yang menunda-nunda pembayaran dan kesulitan atau
belum jatuh tempo maka tidak mesti untuk zakat setiap tahun, namun menunggu sampai mereka
membayar utang. Oleh karena itu memiliki simpanan wajib zakat apabila telah mencapai nishab
dan haul, meskipun pemiliknya belum mengambil simpanan tersebut, karena itu termasuk kedalam
utang pada mali badzil dan muzaki bisa mengambil simpanan tersebut kapan saja, jika syarat
kepemilikan telah terpenuhi. Dalam hal ini Al Ghufaili mengatakan bahwa simpanan adalah
piutang, maka hukumnya adalah piutang kepada mali badzil yaitu orang mampu untuk melunasi
utang dan tidak menunda dalam pembayarannya.
Nishab dan Haul Zakat Simpanan
Zakat tabungan juga bagian dari zakat harta juga maka harus memperhatikan apakah harta yang
disimpan dalam bentuk tabungan tersebut sudah lewat satu tahun (haul) atau belum. Jika belum
cukup haul maka tidak wajib zakat. Dengan kata lain, bahwa pemilikan yang berada di tangan si
pemilik sudah berlalu masanya dua belas bulan Qomariyah. Menurut Yusuf Al-Qaradhawy,
persyaratan setahun ini dapat dimasukkan harta simpanan seperti tabungan, emas, dan perhiasan.
Harta tersebut yang disimpan di dalam bank, maka wajib dizakati setiap tahun sesuai dengan saldo
yang ada jika mencapai nishab sebesar 2,5% (tahun Hijriyah) atau 2,575% (tahun Masehi).
Contoh untuk Zakat Simpanan
Ibu fulanah memiliki emas seberat 100 gram berupa perhiasan dan emas Batangan, serta perak dan
juga perak seberat 650 gram. Perhiasan emas yang dikenakan oleh ibu fulanah sekitar 10 gram.
Maka zakat bagi ibu fulanah atas simpanan emas dan perak yang dimilikinya sebesar:
Nisab dari emas adalah 85 gram, dan nishab dari perak adalah 595 gram. Ketika akan
mengeluarkan zakat maka berat emas harus dikalikan dengan harga emas sekarang, emas yang
dizakati adalah emas yang disimpan dan bukan emas yang dikenakan begitu juga dengan perak.
Maka perhitungan zakat ibu fulanah adalah: (90x820.000) x 2,5%= 1.845.000 (650x11.200) x
2,5%= 182.000 Jadi zakat yang harus dikeluarkan oleh ibu fulananh setelah satu tahun menyimpan
emas dan perak adalah 2.027.000.
B. Pengertian Zakat Investasi.
Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi.
Diantara bentuk usaha yang masuk investasi adalah bangunan atau kantor yang disewakan, saham,
rental mobil, rumah kontrakan, investasi pada ternak atau tambak,dll.
Dilihat dari karateristik investasi, biasanya modal tidak bergerak dan tidak terpengaruh terhadap
hasil produksi maka zakat investasi lebih dekat ke zakat pertanian.Pendapat ini diikuti oleh ulama
modern seperti Yusuf Qordhowi, Muhammad Abu Zahrah, Abdul Wahab Khalaf, Abdurahman
Hasan, dll.
Dengan demikian zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan sedangkan modal tidak
dikenai zakat.Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 5% atau 10%.5% untuk penghasilan kotor dan
10% untuk penghasilan bersih.
1. Kriteria yang wajib di zakati
Berikut contoh harta yang termasuk investasi ini antara lain:
a. Rumah yang disewakan atau rumah kost. Hotel dan property yang disewakan seperti untuk
kantor, took, showroom, pameran atau ruang pertemuan.
b. Kendaraan seperti angkot, taxi, bajaj, bus, perahu, kapal laut, truk bahkan pesawat terbang.
c. Pabrik dan industry yang memproduksi barang.
d. Lembar-lembar saham yang nilai nya akan bertambah.
e. Sepetak lading yang disewakan.
f. Hewan-hewan yang diambil manfaatnya seperti kuda sebagai penarik, atau domba yang
diambil bulunya.
2. Yang wajib di zakati adalah hasil bukan modal.
Yang waib di keluarkan zakatnya bukan dari nilai investasi itu, tetapi pemasukan hasil dari hasil
investasi itu.Bila berbentuk rumah kontrakan, maka uang sewa kontrakan.Bila kendaraan yang
disewakan, maka uang sewanya.Bila pabrik dan industry, maka nilai produknya.Bila saham, maka
nilai pertambahannya atau keuntungannya.
3. Dikurangi dengan kebutuhan pokok.
Harta investasi yang dikeluarkan zakatnya adalah hasil pemasukan dari investasi itu setelah
dikurangi dengan kebutuhan pokok.Ini adalah salah satu pendapat yang cocok diterapkan kepada
mereka yang pemasukan relative kecil, sedangkan kehidupan yang sangat bergantung pada
investasi ini.Jadi pengeluaran zakat nya bukan pemasukan kotor, tetapi setelah dikurangi dengan
pengeluaran kebutuhan pokoknya.
Dasar Hukum Zakat Investasi.
Investasi adalah penanaman modal atau uang dalam proses produksi dengan pembelian gedung
permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan ongkos, serta perkembangannya. Dengan
demikian, cadangan modal di perbesar sejauh tidak perlu ada modal barang yang harus di
ganti.Demikian menurut ensiklopedia dalam Indonesia.Pada saat ini penanaman modal di
laksankan dalam berbagai bidang usaha seperti perhotelan, perumahan, wisma, pabrik,
transportasi, pertokoan, dll.
Sebagian berpendapat, bahwa penanaman modal dalam berbagai bentuk kegiatan dikenakan
zakatnya. Karena hal itu merupakan kekayaan dan setiap kekayaan ada hak lain di dalamnya.
Pendapat ini dianut oleh ulama-ulama mazhab maliki, hanbali, dan mazhab zaidiyah, ulama-ulama
Muatakhirin, seperti Abu Zahrah, Abd.Wahab Khallaf dan Abd. Rahman Hasan sependapat pula
dengan pendapat ini karena landasannya kita dapat lihat kembali dalil-dalil yang di kemukakan
terdahulu, dalam surah At-Taubah ayat 103:
‘’ ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui’’.
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan
kepada harta benda. zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
Dan selanjutnya surah adz-Dzaariyaat ayat 19:
‘’Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang
tidak mendapat bagian.’’ Maksudnya: Orang miskin yang tidak mendapat bagian Maksudnya ialah
orang miskin yang tidak meminta-minta.
Antara yang berpandangan sempit dan luas.
Pandangan Oleh yang Berpandangan Sempit Mengenai Zakat.
Orang-orang yang berpandangan sempit tentang kekayaan yang wajib zakat berpendapat sebai
berikut:
1.
Rasulullah SAW telah menentukan kekayaan-kekayaan yang wajib zakat, tetapi tidak
memasukkan kedalam nya harta benda yang dieksploitasi atau yang disewakan seperti gedung,
binatang, alat-alat, dan lain-lain. Yang prinsip adalah bahwa pada dsarnya manusia ini bebas
beban, prinsip itu tidak bias dilanggar begitu saja tanpa nash yang benar dari allah dan rasul.
Sedangkan nash seperti itu di dalam masalah ini tidak ada.
2. Hal itu didukung oleh kenyataan bahwa para ulama fikih dalam berbagai masa dan asal tidak pernah
mengatakan bahwa hal itu wajib zakat. Bila mereka pernah mengatakan demikian itu tentu akan
sampai kepada kita.
3.
Bahkan mereka hanya mengatakan sebaliknya, yaitu bahwa rumah tinggal, alat-alat kerja, hewan
tunggangan, dan perabot rumah tangga tidak wajib zakat.
Dari data itu jelas bahwa sebenarnya mereka berpendapat bahwa pabrik tidaklah wajib zakat
bagaimanapun besar produksi nya, bangunan juga demikian bagaimanapun menjulang kelangit,
dan mobil, kapal terbang, dan kapal dagang pun demikian beberapa pun besar pendapatannya yang
di hasilkannya. Bila pendapat dari semua itu disimpan dan sudah bermasa setahun, barulah
dikenakan zakat yaitu zakat uang dengan syarat syarat tertentu. Tetapi bila dalam setahun tidak
cukup senisab atau tidak tersisa sampai senisab, tidak bias dikenakan apa-apa.
Pandangan sempit tentang kekayaan apa saja yang wajib zakat itu sesunguhnya merupakan
pandangan lama yang sudah dikenal semenjak zaman salaf, ditegakkan dan dibela oleh pemuka
mazhab Zahiri terkemuka. Ibnu Hazm, dan dalam zaman modern ini didukung oleh Syaukani dan
Sadik Hasan Khan sehingga sampai berbeda pendapat bahwa kekayaan dagang, buahan, dan
buahan segar tidak wajib zakat. Pernyataan paling tegas tentang bantahan terhadap wajibnya zakat
atas hasil produksi itu dating dari ar-Raudza an-Nadiyya yang mengatakan bahwa pewajiban zakat
atas kekayaan yang diyakini tidak wajib zakat, misalnya rumah, barang tak bergerak, hewan, dan
lain-lain. Semata mata karena disewakan tidak diperdagangkan materinya adalah pendapat yang
tidak pernah kita dengar muncul pada kurun pertama islam yang merupakan kurun terbaik dan
kemudian padakurun berikutnya, apalagi bila hendak didengar landasannya dari kitab dan sunnah.
Pendapat Mereka yang Berpandangan Luas:
Orang-orang yang berpandangan luas tentang kekayaan-kekayaan yang wajib zakat mewajibkan
zakat atas pabrik-pabrik, gedung-gedungan, an lain-lainnya seperti tersebut diatas. Mereka adalah
ulama-ulama mazhab Maliki dan mazhab Hanbali, ulama-ulama Hadawiya dari mazhab Zaidah,
dan juga sebagian dari ulama kurun ini seperti ulama-ulama terkemuka: Abu Zahra, Khalaf dan
Abdur Rahman Hasan, yang akan kita bahas pendapat mereka pada pasal berikut:
1. Allah menegaskan bahwa dalam apa pun kekayaan terdpat kewajiban tertentu yang namanya zakat
atau shadaqah, sebaigaimana firman allah, ‘’ Orang-orang yang di dalam kekayaan mereka
terdapat kewajiban tertentu dan pungutlah dari kekayaan mereka sadaqah.’’ Serta sabda
Rasulullah, ‘’Bayarlah zakat kekayaan kalian, ‘’ tanpa memperbedakan satu kekayaan dari
kekayaan lain.
2. Alasan wajib zakat atas suatu kekayaan adalah logis, yaitu bertumbuh, sesuai dengan pendapat
ulama-ulama fikih yang melakukan pengkajian dan penganalogisan atas hokum, yaitu segenap
ulama islam selain segolongan kecil ulama mazhab-mazhab Zahiri, Mu’tazilah, dan syi’ah
.berdasarkan hal zakat tidaklah wajib atas rumah tinggal, pakaian mewah, perhiasan mahal,
perlatan kerja, dan kuda tunggangan , berdasarkan ijma’.
3.
Maksud syariat zakat, yaitu pembersihan dan penyucian bagi kepentingan pemilik kekayaan
sndiri, penyantunan terhadap fakir miskin, dan keikut sertaan dalam membela islam, Negara, dan
dakwah, mengakibatkan pwajiban zakat itu sangat pantas ditujukan kepada orang-orang yang
mmiliki kekayaan itu supaya mereka bersih dan suci, sedangkan orang miskin memperoleh
bantuan dan terangkatharkat dirinya, dan islam sebagai agama dan Negara menjadi kuat dan maju.
Bagaimana cara Menetapkan Zakat Investasi.
Kekayaan yang mengalami pertumbuhan yang oleh islam diwajibkan zakat ada dua macam.
Pertama kekayaan yang dipungut zakatnya dari pangkal dan pertumbuhannya, yaitu dari modal
dan keuntungan investasi, setelah setahun, seperti yang berlaku pada zakat ternak dan barang
dagang.Hal itu oleh karena hubungan antara modal dengan keuntungan dan hasil investasi itu
sangat jelas.Besar zakatnya adalah 2.5%.dan kedua adalah kekayaan yang di pungut zakatnya dari
hasil investasi dan keuntungan saja pada saat keuntungan itu diperoleh tanpa menunggu masa
setahun, baik modal itu tetap seperti tanah pertanian maupun tidak tetap seperti lebih madu. Besar
zakatnya adalah 10% atau 5%.
Dua Pendapat Lama tentang Zakat Gedung-gedung dan Sejenisnya yang Diinvestasi:
Orang-orang yang banyak berhubungan dengan fikih tetapi tidak sampai mendalaminya benar
barangkali banyak yang merasa bahwa rumah-rumah yang disewakan dan sejenisnya yang
memberikan keuntungan dan pendapatan yang terus menerus setiap tahun atau setiap bulan belum
pernah disinggung-singgung oleh ulama-ulama fikih mengenai zakatnya, oleh karena tidak merata
berlaku dan dikenal manusia dan belum memerlukaan hokum yang pasti.
Perasaan itu ada benarnya, tetapi sesungguhnya terdapat ahli fikih yang sudah mengatakan bahwa
hal itu wajib zakat. Hanya mereka tidak satu pendapat tentang cara memperlaku dan memandang
kekayaan itu, apakah harus diperlakukan sebagai modal perdagangan yang mesti dibuat
perhitungannya setelah setahundan dipungut zakatnya sebesar 2.5% dari seluruhnya ataukah
pandangan dibatasi atas hasil investasi dan keuntungan saja bila nilainya cukup senisab zakat.
Pendapat Pertama: Dinilai dan Disamakan Zakatnya dengan Zakat Dagang:
Menurut pendapat ini pemilik gedung yang diinvestasi, kapal terbang, dan kapal laut dagang dan
sejenisnya diperlakukan seperti pemilik barang dagang.Berdasarkan hal itu gedung harus dinilai
harganya setiap tahun kemudian ditambahkan keuntungannya yang ada, baru dikeluarkan zakatnya
sebesar 2.5% seperti zakat barang dagang.Diantara ulama-ulama fikih sunni dan syi’ah ada yang
berpendapat demikian.
Pendapat Kedua: Dikeluarkan Zakatnya dari Hasil Investasi yang Sudah Diterima, sebagai Zakat
Uang:
Pendapat kedua yang kita temukan dalam kitab-kitab fikih kita investan-investan itu dalam bentuk
lain, yang oleh karena itu zakat tidak dipungut dari total harga setiap tahun, tetapi dipungut dari
keuntungan dan hasil investasi.
Pendapat imam ahmad:
Imam ahmad berpendapat tentang orang-orang yang menyewakan rumahnya dan menerima
sewanya berpendapat bahwa orang itu mengeluarkan zakatnya bila ia mempergunakan hasil sewa
itu. Demikian menurut al-Mughni.
Pendapat sebagian ulama maliki:
Dalam kitab-kitab fikih mazhab Maliki, Syekh Zaruk dalam catatan pinggir ar-Risalah,
mengatakan bahwa dalam mazhab itu terdapat perbedaan pendapat tentang kedudukan zakat
sesuatu yang hasilnya untuk dipergunakan, misalnya rumah sewaan, kambing yang diambil
bulunya, dan lading yang diambil hasilnya. Perbedaan pendapat itu tentang dua hal:
1.
Tentang harga bila bendanya itu dijual.
2.
Tentang hasil bila digunakan.
Nisab Zakat Investasi.
Para ulama yang mengemukakan pendapat terakhir di atas tidak menjelaskan ketentuan tentang
nisab gedung dan pabrik itu, berapa dan bagaimana cara menghitungnya. Nishab zakat investasi
mengikuti nishab zakat pertanian, yaitu setara dengan 653 kg.para ulama berpendapat bahwa zakat
investasi adala jumlah penghasilan bersih selama satu tahun dalam system hijriyah meski
pemasukan itu terjadi setiap waktu.
a.
Masa penghitungan zakat.
Bila nisab mutlak perlu dihitung, oleh karena itu merupakan batas minimal seseorang yang
mempunyai biasa disebut kaya, maka perlu ditentukan bila nisab itu dihitung.Perhitungan tiap
bulan mempunyai keuntungan tersendiri, yaitu kemungkinan mereka yang berpendapatan sedikit
karena perusahaannya kecil yang penghasilannya sebulan tidak cukup senisab, dapat bebas dari
kewajiban zakat, dan hal itu merupakan keringanan bagi pengusaha lemah tersebut.Tetapi
perhitungan berdasarkan tahun lebih menguntungkan fakir miskin dan mereka yang berhak
lainnya, karena memperbesar kemungkinan terkena zakat dan kekayaan yang terkena itu
sendiri.Mengingat dalam keadaan seperti itu kekayaan yang terkena menjadi besar karena
pendapatan bulan demi bulan dijumlahkan sehingga sampai cukup senisab.Perhitungan seperti
inilah agaknya yang lebih benar, oleh karena itu pendapatan seorang, seperti juga pendapatan
Negara, dihitung setiap tahun bukan setiap bulan, dan kebiasaan dahulu orang yang menyewakan
rumahnya pertahun. Oleh karena itulah kita memberikan catatan aras pendapat ulama yang
mengatakan bahwa kekayaan penggunaan wajib zakat bila sudah dipegang ditangan, yaitu bila
disewa gedung itu dalam setahun sudah cukup senisab.
b.
Ongkos-ongkos dan hutang terlebih dahulu dikeluarkan.
Dalam hal ini bahwa zakat hanya dipungut dari penghasilan bersih, artinya setelah ongkos-ongkos
dan biaya-biaya sperti gaji, pajak, ongkos perawatan, dan lain-lain dikeluarkan.Juga dikeluarkan
terlebih dahulu hutang-hutang yang pasti kebenarannya.Pengeluaran biaya-biaya ini sesuai dengan
pendapat atha dan lain-lain tentang hasil pertanian dan buahan.Atha berkata, ‘’Keluarkanlah
terlebih dahulu biasa yang kau keluarkan barulah dikeluarkan zakat sisa.’’Pendapat ini didukuang
dan dipandang oleh ibnu Arabi dalam Syarh at-Turmizi lebih benar.
c.
Membebaskan kebutuhan hidup minimal.
Ada satu persoalan terakhir tentang zakat gedung-gedung ini, yaitu tentang kedudukan biaya hidup
minimal pemilik dan keluarganya bila mereka tidak mempunyai sumber mata pencarian lain,
apakah zakat tetap diwajibkan atas penghasilan bersih tanpa membebaskan suatu jumlah
kebutuhan hidup minimal pemilik dan keluarganya dalam setahun itu sesuai dengan istilah ulamaulama fikih sebagai kebutuhan dasar mereka, ataukah kebutuhan pokok itu dipotong terlebih
dahulu. Sebagaiman diketahui banyak orang yang tidak mempunyai sumber penghidupan yang
lain selain rumah yang disewakan atau pabrik kecil yang dijalankan sendiri atau dengan seorang
pembantunya, dan bahkan kadang-kaadang pabrik atau rumah itu kepunyaan seorang kakek, anak
yatim, atau janda. Dibebaskankah bagi orang-orang itu pendapatan sebesar kebutuhan hidup
mereka dan zakat hanya dikenakan atas penghasilan bersih ataukan tidak dipungut dari seluruh
pendapatan itu?
Yang lebih sesuai denga prinsip keadilan islam adalah bahwa sejumlah minimal biaya hidup itu
dibebaskan dari kewajiban zakat, sesuai dengan besar yang ditetapkan oleh para ahlinya tentang
hal itu, dan bahwa zakat hanya dipungut dari pendapatan bersih selama setahun bila cukup senisab.
Ini hanya berlaku bagi mereka yang tidak mempunyai sumber pendapatan lain selain itu. Alasan
kita atas hal itu adalah sebagai berikut:
1. Para ulama fikih memandang kekayaan yang di butuhkan oleh pemiliknya sebagai kebutuhan
pokok itu berate tidak ada menurut kaca mata agama. Mereka menyamakan kekayaan seperti itu
sama dengan air yang sangat di butuhkan oleh orang yang membolehkan nya bertayaammum
sekalipun air itu ada, oleh karena itu ia deangan kebutuhan yang sangat penting itu dipandang sama
dengan orang yang tidak mempunyai air.
2. Hadis-hadis mengenai hal itu, yang sudah kita turunkan, misalnya mengenai penaksiran buah
kurma dan anggur dengan memberikan keringanan dan kemudahan bagi pemiliknya dan bahwa
Nabi SAW tentang hal itu bersabda:
‘’tinggalkan sepertiga, bila tidak sepertiga seperempat!’’.Artinya sejumlah sepertiga atau
seperempat itu di bebaskan dari zakat, yaitu jumlah yang menjadi kebutuhan mereka.Berdasarkan
hadis itu adalah lebih tepat dan ringan bila sepertiga atau seperempat pendapatan itu dibebaskan
dari zakat.
Cara Perhitungan Zakat Investasi.
Dilihat dari karateristik investasi, biasanya modal tidak bergerak dan tidak terpengaruh terhadap
hasil produksi maka zakat investasi lebih dekat ke zakat pertanian.Pendapat ini dikutip oleh ulama
modern seperti Yusuf Qordhowi, Muhammad Abu Zahrah, Abdul Wahab Khalaf, Abdurrahman
Hasan.Dengan demikian zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan sedangkan modal
tidak dikenai zakat.Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 5% atau 10%.5% untuk penghasilan
kotor dan 10% untuk penghasilan bersih. Berikut salah satu contoh perhitungan zakat investasi
property:
Alamsyah adalah seorang yang kaya raya, ia memiliki rumah kontrakan berjumlah 20 rumah,
dengan tariff sebulan nya seharga Rp.300.000/rumah. Setiap bulannya Alamsyah mengeluarkan
Rp.500.000 untuk biaya perawatan seluruh rumah kontrakannya. Apakah Alamsyah termasuk
yang wajib zakat?berapakah zakatnya?
Penghasilan dari rumah kontrakan dianalogikan dengan zakat pertanian atau hasil tani, yaitu nishab
nya senilai 653 kg beras dengan tariff 5% dari bruto dan 10% dari netto.Setiap bulannya Alamsyah
memiliki penghasilan sebanyak 20 x 300.000-Rp.6.000.000.Ada dua carabmenghitung zakatnya, yaitu:
*. Bruto: hasil investasi x 5% = zakatnya investasi
Rp.6.000.000 x 5% = Rp.300.000,- jadi zakatnya Rp.300.000.*. Netto: ( hasil investasi – biaya yang dikeluarkan ) x 10% = zakat investasi.
( Rp.6.000.000 – 500.000 ) x 10% = Rp.550.000,- jadi zakatnya adalah Rp.550.000
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan.M. 2006. Zakat dan Infaq. Yogyakarta.kencana.
Qordowi Yusuf. 2011. Hukum Zakat. Jakarta. Litera Antar Nusa.
Download