Bocornya Data Pribadi Pengguna electronic Health Allert Card (eHAC) Hukum perlindungan data pribadi berkembang mengikuti perkembangan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi. Rezim perlindungan data mulai hadir akibat dari ketiadaan definisi yang jelas mengenai privasi dan kehidupan pribadi. Perlindungan data pribadi sendiri secara umumnya mengacu pada praktik, perlindungan, dan aturan mengikat yang berfungsi untuk melindungi informasi pribadi dan memastikan bahwa informasinya tetap terkendali. Dalam perkembangannya, khususnya pasca amandemen konstitusi UUD 1945, hak atas privasi termasuk hak konstitusional warga negara. Ketentuan mengenai jaminan atas perlindungan data pribadi dapat ditemukan di pasal 28G ayat 1 UUD 1945. Pemerintah juga menegaskan kewajibannya akan melindungi data pribadi warga negaranya pada UU No 12 tahun 2005. Meski demikian, setidaknya dalam peraturan tingkat menteri, Menteri Komunikasi dan Informatika telah mengeluarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016 Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik. Di dalamnya antara lain memuat ketentuan tentang hak pemilik data pribadi, kewajiban pengguna data pribadi, kewajiban penyelenggara sistem elektronik, dan penyelesaian sengketa. Namun maraknya kasus kebocoran data menunjukan lemahnya proteksi data pribadi di Indonesia, sebagai contoh kasus kebocoran eHAC Data yg bocor diperkirakan sebanyak 1,3 juta Adapun beberapa data yang bocor, antara lain nama, alamat rumah, nomor ID, rumah sakit tempat melakukan tes Covid-19, dan sebagainya. Penyebab data bocor 1. Rentannya sistem keamanan digital negara 2. Infrastruktur keamanan digital pemerintah yang sangat buruk. Dampak data bocor menurut Konsultan keamanan siber dan pendiri Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto. 1. data hasil curian itu dipakai untuk mengajukan kredit sehingga yang harus membayar tagihan adalah pemilik data asli 2. pemilik data juga rentan menjadi korban doxing atau penyebarluasan informasi pribadi ke publik, phising atau penipuan dan jenis kejahatan lain. Pemerintah mengklaim bahwa tidak ada data yg bocor melainkan adanya kerentanan berupa “celah” di dalam sistem untuk dibobol, namun terdapat beberapa hal janggal diantarnya 1. database di Elasticsearch adalah jenis data yang bisa diakses oleh siapapun karena publicly accessible,. 2. Pemerintah menutup “celah” pada 31 Agustus 2021berdasarkan keterangan pada konferensi pers Kemenkes dan BSSN. Sedangkan informasi bahwa basis data pengguna eHAC bisa diakses oleh siapapun sudah tercium oleh peneliti VPN Mentor sejak 15 Juli 2021. Media mengutip penjelasan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, bahwa tidak ada bukti kebocoran data pribadi di aplikasi PeduliLindungi. Yang terjadi adalah penyalahgunaan identitas orang lain untuk mengakses informasi pihak tertentu, bukan kebocoran data. Rincian data bocor 1. Data yg bocor >1.4 jt dan terekspos >1.3 jt 2. Data tes Covid 19 3. Data 226 Rumah Sakit 4. Data passpor dan KTP 5. Biodata diri di eHAC Pihak yg terlibat Kemenkes menduga adanya pihak mitra yang sengaja membocorkan data pribadi. Hal tersebut disebabkan oleh belum adanya UU tentang perlindungan data pribadi. Berbagai aturan dan kebijakan masih tersebar setidaknya di 32 UU dan regulasi yang berbeda. Pemerintah mulai membuat yang Namanya RUU PDP untuk mengatasi masalah tersebut Menurut Rancangan UU Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP), data pribadi adalah setiap data data pribadi adalah setiap data tentang seseorang baik yang teridentifikasi dan atau dapat diidentifikasi secara tersendiri atau dikombinasi dengan informasi lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sistem elektronik dan/atau nonelektronik. Media mengutip penjelasan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, bahwa tidak ada bukti kebocoran data pribadi di aplikasi PeduliLindungi. Yang terjadi adalah penyalahgunaan identitas orang lain untuk mengakses informasi pihak tertentu, bukan kebocoran data. Fakta pembobol pedulilindungi: 1. Melibatkan staf kelurahan 2. Modus operandi 3. Sertifikat tersebut dijual ke publik 4. Puluhan pembeli sertifikat vaksin diburu 5. Dua pembeli sudah ditangkap 6. Para pembelli membeli sertifikat tersebut untuk mobilitas Peringkat BSSN naik Berdasarkan publikasi International Telecommunication Union (ITU) pada 2021 menyebutkan Global Cyber Security Index Indonesia pada 2020 berada pada peringkat ke-24 dari 194 negara, dan mengalami peningkatan dari peringkat ke-41 di tahun 2018. Hal tersebut menunjukkan bahwa BSSN memiliki prestasi yang cukup baik, dan dengan naiknya peringkat tersebut, menyatakan bahwa sistem keamanan ruang siber di Indonesia semakin membaik. Referensi https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-58406164.amp https://blog.netray.id/data-ehac-bocor-mengapa-kasus-serupa-terjadi-berulang-kali/ https://nasional.kompas.com/read/2021/09/08/09210291/kebocoran-data-dan-pentingnya-uuperlindungan-datapribadi?amp=1&page=2&jxconn=1*1f266us*other_jxampid*enFwT09ORTFqeVdiRDdwUFRnREtqR2 1pOG1iaUprTEJleTNxb0hjdzhYanZqbzVSZEFzaHdKeUhpQnppNTE3Qg.. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://law.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/sites/1043/2019/08/Hukum-Perlindungan-Data-Pribadi-di-Indonesia-Wahyudi- Djafar.pdf&ved=2ahUKEwj8lZLs9YDzAhVx7HMBHciHDdwQFnoECAMQAQ&usg=AOvVaw3CnaMFSXg OsYZwUJiyeDhe https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4f235fec78736/dasar-hukum-perlindungandata-pribadi-pengguna-internet/ https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210907150335-185-690926/bssn-indeks-keamanansiber-ri-peringkat-24-dari-194negara/amp#aoh=16317189958031&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20 %251%24s Dasar Hukum Perlindungan Data Pribadi Pengguna Internet - Hukumonline.com