Uploaded by Sayidatun Nuriyah

12IJofEP KaswantoHadiandNakagoshi WaterQualityIndexNo.610.en.id

advertisement
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com
Lihat diskusi, statistik, dan profil penulis untuk publikasi ini di: https://www.researchgate.net/publication/303242796
Indeks kualitas air sebagai indikator sederhana untuk pengelolaan berkelanjutan
lanskap pedesaan di Jawa Barat, Indonesia
Artikel · Januari 2012
KUTIPAN
BACA
17
499
3 penulis:
Regan Leonardus Kaswanto
Hadi Susilo Arifin
Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor
56 PUBLIKASI 164 KUTIPAN
53 PUBLIKASI 318 KUTIPAN
LIHAT PROFIL
Nobukazu Nakagoshi
Universitas Fukuyama
308 PUBLIKASI 5,289 KUTIPAN
LIHAT PROFIL
Beberapa penulis publikasi ini juga mengerjakan proyek terkait ini:
tesis master Lihat proyek
Konsep pengelolaan riparian Lihat proyek
Semua konten yang mengikuti halaman ini diunggah oleh Nobukazu Nakagoshi pada 07 Juni 2016.
Pengguna telah meminta peningkatan file yang diunduh.
LIHAT PROFIL
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
Indeks Kualitas Air sebagai Indikator Sederhana untuk
Pengelolaan Lanskap Pedesaan yang Berkelanjutan
di Jawa Barat, Indonesia
Regan Leonardus Kaswanto#*1, Hadi Susilo Arifin#2, Nobukazu Nakagoshi*3
#
Jurusan Arsitektur Lansekap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Jalan Meranti Kampus
IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
*
Sekolah Pascasarjana untuk Pembangunan dan Kerjasama Internasional (IDEC), Universitas Hiroshima, 1-5-1 Kagamiyama, HigashiHiroshima, 739-8529, Jepang
1kaswanto@ipb.ac.id ;2hsarifin@ipb.ac.id ;3nobu@hiroshima-u.ac.jp
Abstrak- Penelitian kualitas air pada lanskap pedesaan di empat
DAS dilakukan pada periode musim kemarau. Dua puluh empat
desa di bagian barat Pulau Jawa, Indonesia, dipilih sebagai lokasi
penelitian. Sampel air dari mata air, kolam, sawah dan sungai di
setiap desa dianalisis. Hasil indeks kualitas air (WQI)
menunjukkan bahwa sampel air berada pada taraf “baik” dan
“sedang”. Kondisi ini membuktikan bahwa lanskap pedesaan
memiliki kemampuan untuk menyerap dan membersihkan
pencemaran air melalui proses alam. Analisis lebih lanjut
menunjukkan korelasi negatif antara WQI dan TIN (jumlah NH4
-N, TIDAK3-N dan TIDAK2-N), yang menunjukkan penurunan
kualitas air karena efek adiktif dari senyawa nitrogen anorganik.
Selanjutnya, korelasi negatif antara WQI dan oksigen terlarut
(DO) menunjukkan kualitas air masih rendah yang memenuhi
standar. Kesimpulannya, sebagai metode yang berguna untuk
klasifikasi kualitas air, WQI dapat diterapkan secara efektif
untuk penilaian kualitas air di lanskap pedesaan. Selain itu,
hasilnya mudah dipahami oleh publik non-ilmiah dan pengambil
keputusan. WQI cocok untuk penilaian kualitas air untuk
memantau strategi pengendalian polusi, terutama di negara
berkembang dengan anggaran terbatas.
melestarikan tanaman, melestarikan sumber daya air,
memanfaatkan petak pekarangan dan aktivitas sehari-hari
dengan sisa rendah. Namun, kegiatan tersebut biasanya tidak
diketahui secara eksplisit oleh komunitas tersebut. Oleh karena
itu, perlu diketahui kondisi kualitas air terkait dengan
keberlanjutan lanskap pedesaan.
Pendekatan tradisional untuk mengevaluasi dan memantau
kualitas air biasanya didasarkan pada perbandingan nilai
parameter dengan normatif setempat [1]. Meskipun
mengembangkan formula untuk menghitung kualitas air
penting untuk memantau kualitas lanskap, formula yang
diberikan seringkali sulit untuk diimplikasikan dan direalisasikan
oleh masyarakat lokal. Metode yang sederhana dan mudah
harus diperkenalkan dan digunakan di antara para pemangku
kepentingan di tingkat lokal, seperti indeks kualitas air (WQI).
Indeks kualitas air (WQI) telah direkomendasikan sebagai metode
sederhana untuk mengatasi banyak keterbatasan yang ditemukan untuk
pengukuran kualitas air global seperti yang disebutkan sebelumnya.
Selain itu, telah digunakan untuk publik dan pengambil keputusan untuk
menerima informasi kualitas air secara cepat dan akurat
Kata kunci- Lahan pertanian; Lanskap Pedesaan; Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai; Indeks Kualitas Air; DAS Jawa Barat
. WQI adalah rumus matematika yang dihitung dari
transformasi berbagai jenis data karakterisasi air menjadi
tingkat kualitas air[3]. WQI juga memungkinkan untuk menilai
perubahan kualitas air dan mengidentifikasi dinamika air. Ini
umumnya terdiri dari skor sub-indeks yang ditetapkan untuk
setiap parameter dengan membandingkan pengukuran dengan
kurva penilaian variabel-spesifik, nilai rata-rata tertimbang, dan
digabungkan ke dalam indeks yang diusulkan. WQI banyak
digunakan oleh banyak ilmuwan di seluruh dunia. Telah
disebutkan bahwa formula WQI telah dimodifikasi lebih dari 55
jenis penggunaan yang berbeda[4]. Penggunaan WQI dapat
menjadi perhatian khusus bagi negara-negara berkembang,
karena mereka memberikan penilaian kualitas air yang hemat
biaya serta kemungkinan mengevaluasi tren.[2].
[2]
SAYA. PENGANTAR
Lanskap pedesaan di Indonesia adalah contoh yang baik untuk
pembangunan berkelanjutan di banyak sektor. Karena kegiatan
pertanian dominan di lanskap pedesaan, menjadi perhatian yang
sangat baik untuk mempelajari tentang dampak pertanian terhadap
kualitas lanskap dan sekitarnya. Penggunaan pestisida dan pupuk
relatif tinggi di beberapa lanskap pedesaan. Namun, sebagian besar
masyarakat pedesaan yang memiliki kearifan lokal melakukan
kegiatan pertanian mereka secara konservatif dan rendah
kontaminan. Komunitas-komunitas tersebut dimaksudkan untuk
mengembangkan lanskap yang sehat melalui budaya dan perilaku
untuk mengolah lahan pertanian untuk lingkungan yang
Nilai WQI sederhana dan mudah dipahami oleh
masyarakat lokal dan pengambil keputusan. WQI telah
diterapkan untuk memprediksi kondisi air permukaan di
banyak negara, termasuk Argentina[2], Meksiko [5],
Malaysia [6], Chili [7], India [8, 9], Nepal [10], Spanyol [3], Brazil
[11], Irak [12], Turki [13], dan Cina [1].
berkelanjutan. Ide lanskap yang sehat selalu diingat oleh para tetua
masyarakat pedesaan.
Lanskap pedesaan yang sehat telah melindungi kondisi kualitas
air yang telah dikelola oleh masyarakat pedesaan sebagai kearifan
lokal. Kearifan masyarakat pedesaan seringkali mengelola bentang
alam dengan menjaga dan melestarikan kawasan sumber daya air
Dalam penelitian ini, WQI diterapkan untuk mengevaluasi
empat lokasi pemanfaatan air, yaitu mata air, tambak, sawah
melalui pendekatan agama atau tradisi. Kearifan tersebut antara lain
menjaga kawasan hutan, memanfaatkan
- 17 -
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
Daerah penelitian berada dalam empat DAS di
wilayah Jawa Barat, Indonesia, yaitu DAS Ciliwung (CL)
dan Cisadane (CS) di bagian utara (NAs) dan DAS
Cimandiri (CM) dan Cibuni (CB) di bagian selatan
(SAs). ). Daerah aliran sungai ini menggambarkan
kondisi wilayah Jawa Barat berdasarkan orientasinya
di utara dan selatan pulau (Gbr. 1). Luas total, keliling,
panjang sungai utama, kondisi iklim dan orientasi
setiap DAS ditunjukkan pada Gambar. 2 dan Tabel
lapangan dan sungai. Skor yang dihitung digunakan untuk
menunjukkan kondisi kualitas air di lanskap pedesaan
Indonesia. Selain itu, untuk menunjukkan dampak kegiatan
pertanian dan perilaku masyarakat pedesaan terhadap kualitas
air secara keseluruhan di sepanjang hulu hingga hilir daerah
aliran sungai. Selain itu, standar sungai untuk pengendalian
pencemaran dan pengelolaan kualitas air juga dapat ditentukan
dalam WQI[14].
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
kualitas air di lanskap pedesaan dan untuk mengetahui
pengelolaan DAS di sepanjang aliran air. Kualitas air di
lanskap pedesaan dihipotesiskan memiliki tingkat yang baik
sebagai dampak dari kearifan lokal dalam hal pemanfaatan
pertanian dan perilaku masyarakat.
I. Proses delineasi dilakukan dengan menggunakan metode
standar yang dikembangkan dalam analisis DAS [15-19]. Daerah
aliran sungai tersebut digambarkan dalam batas ekologis, tidak
sesuai dengan batas administratif. Oleh karena itu satu DAS
terdiri dari lebih dari dua kabupaten seperti yang ditunjukkan
pada Tabel I. Panjang sungai utama adalah jarak dari lokasi
tertinggi ke bagian terendah mengikuti koridor sungai utama.
II. BAHAN DAN METODE
A. Deskripsi Wilayah Studi dan Desain Pengambilan Sampel
TABEL I KONDISI UMUM EMPAT DAS
Nama Daerah Aliran Sungai (Singkatan)
Cisadane
(CS)
Ciliwung
(CL)
Cimandiri
(CM)
Cibuni
(CB)
Lokasi Administratif
(Daerah)
Luas Total
(Ha)
keliling
(km)
Panjang Sungai Utama
(km)
Kondisi Iklim*
Bogor, Tangerang, Depok
153,485,47
273,50
112,7
A dan B
Bogor, Jakarta, Depok
89.036,33
221,84
82.9
A dan B
Sukabumi, Cianjur
196,947,51
207.05
55.8
B
Sukabumi, Cianjur, Bandung
147.052,32
232.02
34.3
B
* Klasifikasi iklim didasarkan pada Schmidt dan Ferguson [20]
Pulau Jawa
Gambar 1 Wilayah studi empat DAS, dimana dua di antaranya berada di
wilayah utara (NAs), yaitu DAS Cisadane (CS) dan Ciliwung (CL), dan dua
lainnya berada di wilayah selatan (SAs), yaitu Cimandiri (CM)
Gambar 2 Kondisi curah hujan tahunan di wilayah studi menunjukkan bahwa NAs
kondisi iklim lebih lembab daripada SA
dan DAS Cibuni (CB)
- 18 -
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
Kondisi iklim ditentukan oleh klasifikasi Schmidt &
Ferguson. NA memiliki klasifikasi A dan B, sedangkan SA
memiliki tipe B (Gbr. 2). Klasifikasi A berarti daerah sangat
basah, hutan hujan tropis, dan memiliki lebih dari sepuluh
bulan basah (curah hujan bulanan > 100 mm) per tahun.
Klasifikasi B berarti wilayah basah, hutan hujan tropis,
memiliki delapan sampai sembilan bulan basah per tahun.
Secara umum, NAS lebih lembab daripada SA.
air yang sangat tercemar, Ci adalah nilai parameter yang
dinormalisasi dan Pi adalah bobot relatif dari masing-masing
parameter dalam kaitannya dengan perannya bagi air dalam
komunitas lanskap pedesaan. Dalam penelitian ini, seperti penelitian
lain yang ditulis dalam literatur bahwa konstantak tidak
dipertimbangkan agar tidak memperkenalkan evaluasi subjektif [5, 22]
. Selain itu, 288 sampel (96 lokasi dengan desain rangkap tiga) yang
diperiksa di lapangan ternyata memiliki kualitas penampilan yang
baik, oleh karena ituk dapat dihilangkan. Nilai WQI dalam kisaran 025, 26-50, 51-70, 71-90, 91-100 mewakili tingkat kualitas air
untuk masing-masing sangat buruk, buruk, sedang, baik dan
sangat baik.
Beratnya (Pi) dan faktor normalisasi (Ci) dari
parameter diadopsi dari sepuluh literatur [1-3, 8-11, 13, 23, 24]
dan tercantum pada Tabel II. Parameter yang digunakan oleh literatur
tersebut berbeda satu sama lain. Jumlah parameter yang digunakan dan
total parameter dibandingkan dengan literatur juga ditunjukkan pada
Tabel II.
NS Pi nilai telah ditetapkan mulai dari 1 hingga 4 tergantung
pada pendapat ahli kolektif yang diambil dari sepuluh studi
Gambar 3 Prosedur pengambilan sampel untuk menentukan jumlah sampel air
sebelumnya yang berbeda. Nilai rata-rata untuk setiap parameter
Secara total, 96 sampel sampel air telah diukur dengan metode
rangkap tiga. Prosedurnya adalah sebagai berikut: 1) memilih
empat DAS (dua di wilayah selatan (SA) dan dua di wilayah utara
(NA)), 2) memilih tiga aliran di setiap DAS (hulu (UP), tengah (MD),
dan hilir (DW), 3) dipilih dua desa di setiap aliran (V1 dan V2), dan
terakhir 4) di setiap desa, empat lokasi diukur, yaitu mata air
bersama dengan literatur yang digunakan ditunjukkan pada Tabel
II. Selain itu, nilai berat relatif 4 dianggap sebagai yang paling
signifikan (misalnya oksigen terlarut) dan 1 sebagai yang paling
tidak signifikan (misalnya fosfat dari berbagai literatur). Metode ini
juga telah digunakan oleh Alobaidy et al[12] dengan menggunakan
(SP), tambak (PO), sawah (PF) dan sungai (RV)
sepuluh parameter di Danau Dokan di Irak. Nilai rata-rata pada
Tabel II kemudian digunakan untuk rumus WQI pada Tabel
Desain sampling ditentukan berdasarkan wilayah,
orientasi, sungai, desa dan lokasi sampel air. Terdapat
satu wilayah yaitu wilayah Jawa Barat, dan dua
orientasi yaitu wilayah selatan (SAs) dan wilayah utara
(NAs). Orientasi tersebut dibandingkan untuk
mengevaluasi perbedaannya. Tiga aliran yaitu hulu,
tengah dan hilir dipertimbangkan, yang terletak di
dalam dua desa. Di setiap desa, tiga sampel air
diperiksa dari empat lokasi air, yaitu mata air, kolam,
sawah dan sungai (Gbr. 3).
AKU AKU AKU. Analisis korelasi Pearson untuk parameter fisik,
kimia dan biologi sampel air dihitung dengan menggunakan
perangkat lunak PASW 18.
AKU AKU AKU. HASIL DAN DISKUSI
A. Hasil Umum Indeks Kualitas Air (WQI)
Tabel IV menunjukkan hasil analisis korelasi
Pearson antara sebelas parameter. Sebelas parameter
berkorelasi satu sama lain (≤P 0,01 dan p 0,05), kecuali
B. Parameter Indeks Kualitas Air
antara alkalinitas dan fosfat. Parameter tersebut
menunjukkan korelasi positif antara parameter lain
kecuali alkalinitas. Disarankan kesebelas parameter
tersebut cukup representatif untuk perhitungan WQI.
Sebelas parameter dipilih berdasarkan pengalaman
sebelumnya di DAS lain [21]. Parameter tersebut adalah
oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen kimia (COD),
kebutuhan oksigen biologis (BOD), nitrit (NO .).2), nitrat
(NO3), amonium (NH4), fosfat (PO4), alkalinitas, pH, total
Escherichia coli dan Coliform total. Semua parameter ini
diukur dalam sampel rangkap tiga, dan hasilnya
ditampilkan sebagai rata-rata.
DO, COD, BOD, nitrit, nitrat, amoniak dan fosfat
memiliki korelasi positif signifikan (p 0,01) untuk
satu sama lain. Korelasi tersebut menunjukkan
kontaminasi bahan anorganik yang tidak larut dan
biotransformasi nitrogen di antara senyawa anorganik.
Hal ini juga menunjukkan bahwa kontaminasi bahan
organik sering terjadi dengan pemuatan nitrogen di
sumber daya air, terutama di daerah lanskap pedesaan
yang didominasi oleh lahan pertanian. Peningkatan
unsur hara di air permukaan berkorelasi dengan
eutrofikasi, yang terjadi di ekosistem terkait dengan
penambahan zat buatan atau alami melalui pupuk atau
limbah ke sistem perairan.
WQI dalam penelitian ini dihitung berdasarkan formula
WQI sebelumnya yang diajukan oleh Rodriguez de
Bascaroan [2] sebagai berikut:
(1)
di mana k adalah konstanta subjektif dengan nilai maksimum 1 untuk air
yang tampaknya berkualitas baik dan 0,25 untuk tampaknya
- 19 -
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
TABEL II TUGAS NILAI BERAT ADOPSI DARI BEBERAPA LITERATUR
Parameter
Satuan
alkalinitas
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
Escherichia coli*
Total Coliform*
MPN/100ml
MPN/100ml
MELAKUKAN
IKAN KOD
BOD
NO2
NOMOR 3
NH4
PO4
pH
[1]
4
3
2
2
3
1
6
7
tidak ada satuan
Jumlah Parameter yang Dipilih
Parameter Total dalam literatur
[2]
4
3
3
2
2
3
1
1
3
8
20
[3]
4
3
3
2
2
3
1
1
8
11
[8]
4
3
1
4
4
5
9
Literdewasa
[9]
4
3
4
3
1
3
4
3
8
15
[10]
4
3
3
2
2
3
1
1
8
17
[11]
4
3
3
2
2
3
1
1
3
9
26
[13]
4
3
3
2
2
3
1
1
8
17
[23]
4
2
3
2
1
4
6
12
[24]
4
3
1
4
4
5
9
Berarti
Nilai
4.0
3.0
3.0
2.0
2.1
3.0
1.1
1.7
1.9
3.0
3.6
* Bakteri dinyatakan sebagai MPN/100ml (jumlah paling mungkin per 100 ml)
TABEL III BERAT RELATIF (PI) DAN NILAI YANG DINORMALKAN (CI) VARIABEL KUALITAS AIR
Faktor Normalisasi (Ci)
Pi
Parameter
4.0
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
> 7.5
>7
> 6.5
>6
>5
>4
> 3.5
>3
>2
≥1
<1
IKAN KOD
3.0
<5
<10
<20
<30
<40
<50
<60
<80
<100
150
> 150
BOD
3.0
<0,5
<2
<3
<4
<5
<6
<8
<10
<12
15
> 15
NO2-N
2.0
<0,005
<0,008
<0,01
<0,04
<0,075
<0.1
<0,15
<0.2
<0,25
0,5
> 0,5
NO3-N
2.1
<0,5
<2
<4
<6
<8
<10
<15
<20
<40
70
> 70
NH4-N
3.0
<0,01
<0,05
0.1
<0.2
<0,3
<0.4
<0,5
<0,75
<1
1,25
PO4
1.1
<0,025
<0,05
<0.1
<0.2
<0,3
<0,5
<0,75
<1
<1,5
2
alkalinitas
1.7
<20
<40
<60
<80
<100
<120
<140
<160
<180
200
> 200
<4.0;>11.5
MELAKUKAN
> 1,25
>2
pH
1.9
E. coli
3.0
7
<50
6.9-7.5
<500
6.7-7.8
<1000
6.5-8.3
<2000
6.2-8.7
<3000
5.8-9.0
<4000
5.5-9.5
<5000
5.0-10.0
<7000
4,5-10.5
<10000
4.0-11.5
Coliform tinja
3.6
<50
<500
<1000
<2000
<3000
<4000
<5000
<7000
<10000
14000
14000
> 14000
> 14000
* Semua nilai dalam mg/l, kecuali pH (tanpa satuan) dan bakteri (MPN/100ml)
TABEL IV PEARSON'KOEFISIEN KORELASI ANTARA PARAMETER KUALITAS AIR
WQI
MELAKUKAN
IKAN KOD
BOD
WQI
1
MELAKUKAN
- . 778**
1
IKAN KOD
BOD
TIDAK2
TIDAK3
NH4
PO4
alkalinitas
pH
E. coli
Coliform
- . 794**
- . 773**
- . 788**
- . 845**
- . 868**
- . 877**
. 235*
- . 416**
- . 863**
- . 861**
. 988**
. 950**
. 943**
. 925**
. 926**
. 799**
- . 321**
. 430**
. 911**
. 910**
. 977**
. 955**
. 923**
. 932**
. 818**
- . 298**
. 400**
. 912**
. 911**
. 927**
. 882**
. 890**
. 796**
- . 281**
. 378**
. 864**
. 862**
. 939**
. 940**
. 828**
- . 207*
. 365**
. 939**
. 938**
. 966**
. 819**
- . 266**
. 471**
. 979**
. 979**
. 841**
- . 246*
. 428**
. 963**
. 963**
- . 167
. 258*
. 849**
. 846**
- . 628**
- . 205*
- . 204*
1
1
TIDAK2-N
1
TIDAK3-N
NH4-N
1
PO4
alkalinitas
pH
E. coli
Coliform
1
1
1
1
. 377**
1
. 376**
1.000**
1
* * . Korelasi signifikan pada level 0,01 (2-tailed)
* . Korelasi signifikan pada tingkat 0,05 (2-tailed)
bahan organik dan akhirnya menurunkan kualitas air
[25].
Proses eutrofikasi dapat disebabkan oleh manusia atau alami.
Limbah cair yang tidak diolah dan limpasan pertanian yang
membawa pupuk adalah contoh eutrofikasi yang disebabkan oleh
Statistik deskriptif untuk sebelas parameter yang
diperiksa ditunjukkan pada Tabel V dan VI. Ini menunjukkan
minimum, maksimum dan standar deviasi dari setiap
parameter. Untuk menggambarkan situasi kualitas air di
lanskap pedesaan, beberapa hasil dari penentuan
parameter kualitas air dibahas secara singkat di bawah ini.
manusia. Namun, itu juga dapat terjadi secara alami dalam situasi di
mana nutrisi terakumulasi atau di mana mereka mengalir ke sistem
secara sementara. Eutrofikasi umumnya mendorong pertumbuhan
dan pembusukan tanaman yang berlebihan, dan pada saat yang
sama menyebabkan penurunan kualitas air. Dengan demikian,
berikan hasil lebih lanjut dalam peningkatan konsentrasi
- 20 -
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
Kemungkinan sumber nitrogen di lokasi sampel air
terutama dari atmosfer, limpasan permukaan, pembuangan
limbah, pupuk pertanian dan limbah organik. Korelasi
antara WQI dan semua senyawa nitrogen menunjukkan
hubungan negatif yang signifikan (p <0,01).
TABEL V STATISTIK DESKRIPSI UNTUK SEMUA PARAMETER SEBAGAI AIR
KARAKTERISTIK DARI SEMUA
Standar
Deviasi
min.
Maks.
9.60
3.88
29.14
11.44
BOD
0,87
2.87
0.13
6.71
2.28
2.01
5.96
1.66
TIDAK2-N
0,000
0,617
0,138
0,158
TIDAK3-N
0,010
4.670
1,446
1.358
NH4-N
0,000
2.080
0,577
0,542
PO4
0,010
4.683
1.438
1.262
alkalinitas
91.70
223.00
138.04
29.71
pH
6.95
6.00
8.41
7.68
0,42
E. coli
244.00
74.58
62.72
Coliform
6.00
260.00
79,51
66.96
Parameter
MELAKUKAN
IKAN KOD
Berarti
Konsentrasi fosfat yang mencapai kisaran 0,010 – 4,683
mg/l, menunjukkan tingginya akumulasi luapan yang
tercemar dari pupuk pertanian. Selain itu, sumber fosfat
juga termasuk kotoran manusia dan hewan (yaitu kotoran)
dan erosi tanah.
Rata-rata untuk nilai alkalinitas yang diamati
adalah 138,04 mg/l, sedikit lebih tinggi dari tingkat
yang diizinkan oleh WHO. Hal ini menunjukkan nilai
penting untuk menentukan kualitas air kondisi
pedesaan. Namun, korelasi positif antara WQI hanya
milik alkalinitas (p0,05).
* Semua nilai dalam mg/l, kecuali pH (satuan pH) dan bakteri (MPN/100ml)
Hasil pH bervariasi dari 6,95 hingga 8,41, menunjukkan
bahwa sampel air hampir netral hingga sub-basa di alam [12].
PH merupakan faktor penting yang menentukan kesesuaian
sumber daya air untuk berbagai keperluan
Nilai DO, COD dan BOD yang belum pernah mencapai nilai
kritis pada semua sumber daya air menunjukkan kondisi
kualitas air yang baik. Rata-rata yang diamati untuk DO adalah
3,88 mg/l sesuai dengan standar WHO dan juga dianggap cukup
baik untuk konsumsi manusia dan hampir ekosistem perairan.
Perairan yang tidak tercemar cenderung memiliki nilai BOD < 3
mg/l, BOD maksimum yang ditemukan adalah 2,28 mg/l. Hal ini
ditunjukkan dengan aktivitas biologis dalam sistem perairan
yang masih dalam kondisi baik.
[26].
Nilai tersebut juga sesuai dengan nilai yang diketahui dari beberapa
ekosistem perairan.
Nilai yang diamati dari bakteri Escherichia coli dan total
coliform yang sangat rendah, (<300 MPN/100ml), menunjukkan
aktivitas manusia dan biologis yang sedikit mengganggu
kualitas air. Kemungkinan kontaminasi bakteri yang rendah
diperkirakan karena beberapa rumah tangga menggunakan
bahan dengan kandungan fosfat tinggi seperti deterjen dan
cairan pemutih.
Nitrat paling banyak ditemukan dari senyawa nitrogen
(1,446 mg/l), sedangkan nitrit ditemukan dalam jumlah kecil
(0,138 mg/l). Amoniak bervariasi tergantung pada lokasi, dari
nihil hingga 2,080 mg/l dengan rata-rata 0,577 mg/l.
TABEL VI KARAKTERISTIK PARAMETER AIR DI EMPAT DAS
Parameter
MELAKUKAN
IKAN KOD
BOD
TIDAK2-N
TIDAK3-N
NH4-N
PO4
alkalinitas
pH
E. coli
Coliform
Parameter
MELAKUKAN
IKAN KOD
BOD
TIDAK2-N
TIDAK3-N
NH4-N
PO4
alkalinitas
pH
E. coli
Coliform
min.
0.93
3.50
0.17
Nama Daerah Aliran Sungai
CS
Std
1.83
4.90
1.28
Maks.
Berarti
20.30
10.14
0,000
0,013
0,000
0,017
95.00
0,400
4.327
1,860
3.057
215,33
0,115
1.563
0,643
1.138
142.83
0,124
1.493
0,600
0,976
33.64
10.00
198.00
214.00
81.63
87,54
66.01
71.14
6.95
9.00
min.
0,87
2.87
0,23
0,000
0,010
0,000
0,010
96.00
6.98
8.00
8.00
7.67
3.46
4.15
1.83
8.41
7.77
0,46
Std
1.82
5.76
1.62
Maks.
Berarti
23.05
11.53
0,463
3.867
1.753
3.540
223.00
0,131
1,348
0,520
1.377
152,27
0,151
1.286
0,511
1.224
33.50
170.00
179.00
68.21
72.58
53,75
57.09
5.88
8.20
0,000
0,013
0,000
0,017
91.70
6.95
6.00
7,00
CL
3.82
2.37
7.64
0,42
* Semua nilai dalam mg/l, kecuali pH (satuan pH) dan bakteri (MPN/100ml).
- 21 -
min.
1.03
3.93
0.13
0,000
0,013
0,000
0,010
94.70
7.02
6.00
6.00
Std
2.41
7.22
1.81
Maks.
Berarti
29.14
12.47
0,617
4.670
2.080
4.683
174.00
0,186
1.637
0,646
1.720
126.74
0.208
1.543
0,596
1.521
20.56
244.00
260.00
85,54
91,04
80.03
85.34
9.60
4.28
6.27
2.47
8.40
Nama Daerah Aliran Sungai
cm
7.80
min.
0,97
3.07
0.33
7.67
CB
0,40
Std
1.97
5.90
1.88
Maks.
Berarti
25.29
11.63
0,423
3.633
1.357
3.293
185.30
0,121
1.235
0,500
1.517
130.31
0.135
1.118
0,467
1.276
23.20
150.00
158.00
62.96
66.87
47.30
49,95
8.57
6.71
8.33
3.97
2.46
7.63
0,41
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
A
A
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
A
Bagus sekali A
Bagus
B
C
D
Medium
Buruk
Sangat buruk
Gbr. 4 Klasifikasi WQI di tingkat sungai dan lokasi sampel air. Semua nilai WQI berada pada level baik-sedang. Huruf yang berbeda menunjukkan artinya
perbedaan signifikan pada tingkat 0,05
WQI memiliki korelasi negatif untuk semua parameter,
kecuali alkalinitas, yang menunjukkan kemungkinan efek polusi
organik di lanskap pedesaan sangat rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku organisme di dalam ekosistem
berada dalam kondisi keseimbangan. Semua nilai WQI berada di
bawah kualitas air “Baik” dan “Sedang” (Gbr. 4).
B. WQI by Streams
Ada kecenderungan bahwa WQI menurun dari hulu
ke hilir (Gbr. 5). Namun pencemaran di hulu, khususnya
di lahan persawahan, terjadi sebagai dampak dari
penggunaan pestisida dan pupuk. Namun demikian, nilai
WQI tersebut masih dalam taraf “baik” sampai dengan
“sedang” yang artinya tingkat pencemaran dalam
konsentrasi yang diperbolehkan. Di beberapa tempat, air
tanah dan air permukaan menunjukkan perlunya
pemantauan kontaminasi pestisida di permukaan dan air
tanah[27]. Namun, tingkat konsentrasi nitrogen yang
tinggi dapat berasal dari aktivitas manusia[28] atau limbah
domestik rumah tangga [29]. Selain itu, tingginya
konsentrasi beberapa nutrisi dalam air juga dapat
dipengaruhi oleh ternak. Dalam kondisi aliran dasar,
proses di sungai dan/atau riparian memainkan peran
penting dalam mengendalikan nutrisi kimia umum,
terutama di hulu yang dipengaruhi oleh ternak.[30].
Gambar 5 Perbandingan nilai WQI antar muka air di semua DAS
C. WQI berdasarkan Lokasi Sampel
Di antara empat lokasi, nilai WQI tertinggi hingga terendah
masing-masing adalah mata air, tambak, sawah dan sungai
(Gbr. 6). Mata air menyembur dari air bawah tanah yang
memiliki kontaminan rendah karena disaring secara alami oleh
tanah atau lapisan tanah. Namun, pemukiman pedesaan
kemungkinan besar akan dibangun di dekat mata air, oleh
karena itu beberapa kontaminasi ditemukan tetapi dalam
tingkat yang rendah.
Penurunan kualitas air diyakini sebagai dampak dari
beberapa gangguan yang disebabkan oleh perubahan cepat
penggunaan lahan dan tutupan lahan, penggundulan hutan,
penerapan sistem pertanian monokultur dalam pertanian
komersial, urbanisasi, industrialisasi, dan jenis pembangunan
infrastruktur lainnya. [31]. Namun, karena lanskap pedesaan di
antara 24 desa terpilih memiliki tingkat perubahan penggunaan
lahan yang rendah dan tingkat deforestasi yang rendah, hal itu
membuat nilai WQI masih pada tingkat yang diizinkan.
Meskipun hilir DAS CS dan CL berpenduduk dan
urban, lanskap pedesaan berada dalam situasi yang
dikelola dengan baik. pengaruh dari
industrialisasi juga berdampak rendah karena terpusat di dekat
daerah perkotaan. Desa-desa yang dipilih terletak jauh dari
pemukiman penduduk dan terfasilitasinya kawasan urbanisasi,
Gambar 6 Perbandingan nilai WQI antar lokasi sampel air di
sehingga nilai WQI masih dalam taraf yang diperbolehkan.
tingkat aliran
- 22 -
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
Nilai WQI di tambak sangat bervariasi dari 65,51 hingga
Kemunduran tersebut, juga terjadi di daerah yang paling padat
penduduknya dan setelah daerah perkotaan, karena
pembangunan di lanskap pedesaan sebagian besar dekat
dengan daerah yang difasilitasi. [21]. Selain itu, korelasi antara
WQI dan DO juga ditunjukkan pada Gambar 8. Korelasi negatif
menunjukkan nilai DO masih rendah yang memenuhi standar
WQ.
76.16. Hal ini dikarenakan pemanfaatan tambak berbeda-beda. Ada
kolam yang digunakan sebagai kolam ikan, ada yang digunakan
untuk kegiatan sehari-hari rumah tangga dan ada juga yang
keduanya. Perilaku masyarakat pedesaan yang memanfaatkan
tambak untuk menunjang aktivitas sehari-hari berdampak pada
tingkat konsentrasi nitrogen[28]. Pengelolaan tambak, seperti
pemberian pakan, panen dan pembersihan, membuat nitrogen
anorganik meningkat.
E. Keberlanjutan Lanskap Pedesaan
Nilai WQI yang sedikit bervariasi pada lahan sawah (60,91 –
68,08) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk dan pestisida
kimia di semua tingkat aliran adalah sama. Hal ini dikarenakan
masyarakat cenderung meningkatkan produksi dengan
menggunakan teknik intensifikasi. Namun, tidak semua sawah
digarap secara intensif, karena kearifan lokal masyarakat
pedesaan mengajarkan metode rotasi tanaman antara padi dan
palawija. Selain itu, untuk kawasan pertanian, koridor sempadan
sungai sangat penting untuk melindungi keanekaragaman
hayati dan kualitas air[32]. Pada umumnya areal persawahan
sebagian besar berada di luar kawasan pemukiman, yang
dikelilingi oleh sistem agroforestri, seperti kebun campur dan
kebun bambu (talon).
Di lanskap pedesaan, sangat mudah untuk mengidentifikasi
setiap petak batas sistem pertanian. Mosaik pertanian yang
menggunakan kelestarian air relatif mudah dipahami. Namun,
konsep keberlanjutan secara keseluruhan jauh lebih sulit untuk
didefinisikan[33]. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
lanskap pedesaan di setiap DAS lebih berkelanjutan sebagai
sumber daya pemurnian dan penyerapan polutan yang
diidentifikasi oleh nilai WQI.
Selain itu, berbeda dengan komoditas pertanian, jasa
lingkungan di lanskap pedesaan seringkali kurang dipasok
oleh masyarakat karena tidak adanya atau lemahnya sinyal
harga. [34]. Layanan ini mungkin melibatkan perlindungan
keanekaragaman hayati, peningkatan kualitas air, perbaikan
iklim mikro, pemeliharaan warisan budaya dan penyediaan
kesempatan rekreasi dan pemandangan lanskap.[35].
Permintaan masyarakat untuk layanan ini kuat dan
berkembang. Orang-orang mencari lebih dari sekadar
produksi pangan dari lanskap pedesaan[36].
D. Analisis Lebih Lanjut dari Nilai WQI
Analisis lebih lanjut menunjukkan korelasi antara WQI dan
TIN (jumlah NH4-N, TIDAK3-N dan TIDAK2-N konsentrasi dalam
mg/l) (Gbr. 7). Hal ini menunjukkan penurunan kualitas air
karena efek adiktif dari senyawa nitrogen anorganik.
Gambar 7 Diagram regresi antara WQI dan TIN di wilayah studi dinyatakan dengan persamaan linier y = -0,2144x + 16,987 dengan R² = 0,7314 dan/atau eksponensial
persamaan y = -15.28ln(x) + 66,799 dengan R² = 0,7532
Gambar 8 Diagram Regresi antara WQI dan DO dinyatakan dengan persamaan linier y = -3,1422x + 81,36 dengan R² = 0,6053atau persamaan eksponensial y = -12,16ln(x)
+ 83,97 dengan R² = 0,6768
- 23 -
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
Gambar 9 Hubungan antara Escherichia coli dan 10 parameter kualitas air lainnya
Semua parameter menunjukkan korelasi positif terhadap Escherichia coli, kecuali alkalinitas
- 24 -
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
Pencemaran sumber daya air yang paling signifikan berasal
dari saluran pembuangan domestik. Berdasarkan nilai WQI,
penting untuk membuat sistem restorasi di titik aliran air yang
paling sesuai dengan biaya rendah dan input energi rendah.
Menggunakan arang dan tanaman untuk menghilangkan
kontaminasi tersebut telah disarankan[37]. Salah satu praktik
perbaikan air[38] adalah dengan menggunakan skenario prioritas
yang meningkatkan produksi sistem agroforestri dan lanskap
pedesaan yang berkelanjutan. Penelitian lain juga menemukan
bahwa sawah terbengkalai yang tersisa di daerah perkotaan/
pedesaan campuran memiliki potensi signifikan untuk
mengurangi beban nitrogen dan fosfor.[39].
tingkat. Secara keseluruhan, kualitas air lanskap pedesaan
masih dalam batas yang diizinkan. Kondisi tersebut
membuktikan bahwa lanskap pedesaan memiliki kemampuan
untuk menyerap dan membersihkan pencemaran air melalui
proses alam. Namun penggunaan pupuk dan pestisida kimia
harus tetap diwaspadai karena beberapa indikator bahan
anorganik menunjukkan kecenderungan air yang tercemar.
Masyarakat pedesaan dan pemerintah harus menjaga situasi ini
dengan secara bersamaan menyadari nasihat kearifan lokal dari
para tetua.
Kesimpulannya, sebagai metode yang berguna untuk
klasifikasi kualitas air berdasarkan kriteria ilmiah, WQI dapat
diterapkan secara efektif untuk penilaian kualitas air di
lanskap pedesaan. Selain itu, hasilnya mudah dipahami oleh
publik non-ilmiah dan pengambil keputusan. Selain itu,
evaluasi WQI cocok untuk penilaian kualitas air untuk
memantau strategi pengendalian pencemaran, terutama di
negara berkembang dengan anggaran terbatas. Beberapa
strategi dapat diadopsi seperti menggunakan arang dan
tanaman bio-remediasi[37], karbon aktif
Sungai sebagai tempat penimbunan terakhir material air dari
berbagai sumber memiliki peran positif dan negatif. Sebagai peran
positif, sungai dapat membersihkan pencemaran air dengan
menyerap polutan melalui tanaman, tanah dan terkadang hewan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tanaman itu ditemukan
berkontribusi secara signifikan terhadap kapasitas pembersihan diri
sungai[40].
Salah satu pendekatan untuk mencapai pengelolaan sumber
daya air yang berkelanjutan adalah ekohidrologi [41]. Degradasi
ekosistem air tawar dan sumber daya air harus
mempertimbangkan gangguan siklus air dan nutrisi, karena
polusi di lanskap pedesaan dapat dihilangkan secara substansial
dengan bioteknologi. Pengelolaan lanskap pedesaan yang
berhubungan dengan optimalisasi struktur zona ekoton di
seluruh DAS, dan biasanya kurangnya ruang untuk struktur
yang relevan dengan ekohidrologi, dan kurangnya pendanaan,
meskipun ekoton dan elemen biotik struktural lainnya
memberikan dasar untuk pengelolaan lanskap berkelanjutan[42].
disiapkan dari H3PO4
[45],
[4]4
, atau dari haydite dan pasir kuarsa
meningkatkan sistem agroforestri [38], perencanaan desain
vegetasi terpadu [46] dan dengan upaya besar dengan membangun
lahan basah [47].
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini didukung oleh Program Pendidikan
Pemimpin Lingkungan Global (GELs) untuk
Merancang Masyarakat Rendah Karbon (LCS) oleh
Universitas Hiroshima. Survei pendahuluan
merupakan kerja sama antara Universitas Hiroshima
(Jepang) dan Departemen Arsitektur Lansekap,
Institut Pertanian Bogor, Bogor (Indonesia).
Sebuah studi menunjukkan bahwa masyarakat pedesaan secara
intrinsik termotivasi untuk mempraktikkan konservasi oleh faktorfaktor seperti keterikatan mereka pada tanah mereka, bukan oleh
motivasi seperti menerima kompensasi ekonomi. [32]. Disiplin ekologi
REFERENSI
lanskap, sebagai studi tentang hubungan di permukaan bumi dapat
[1] Z. Liu, et al., "Indeks Kualitas Air sebagai Indikator Sederhana
Sumber Air Minum di Sungai Dongjiang, Cina," Jurnal
Internasional Perlindungan Lingkungan vol. 2, hlm. 16-21,
2012.
menangani masalah perencanaan dan pengelolaan dari berbagai
sudut pandang, masing-masing dengan titik fokusnya sendiri.[36],
terutama di lanskap pedesaan. Beberapa studi menunjukkan bahwa
lanskap pedesaan memainkan peran penting melalui pengelolaan
[2] SF Pesce dan DA Wunderlin, “Penggunaan indeks kualitas air
untuk memverifikasi dampak Kota Córdoba (Argentina) pada
Sungai Suquı́a,” Penelitian Air, vol. 34, hlm. 2915-2926, 2000.
lanskap agroforestri[43]. Kemampuan untuk mempertahankan
pengetahuan kearifan lokal untuk menjaga kualitas lingkungan lebih
mungkin merupakan pilihan terbaik untuk mencapai pengelolaan
[3] E. Sánchez, et al., “Penggunaan indeks kualitas air dan defisit
oksigen terlarut sebagai indikator sederhana pencemaran
DAS,” Ecological Indicators, vol. 7, hlm. 315-328, 2007.
berkelanjutan di lanskap pedesaan.
Masyarakat juga cenderung terlibat dalam praktik
konservasi yang membuat lahan tampak terkelola dengan baik.
Selain itu, komunitas dengan motivasi intrinsik yang kuat
kemungkinan akan mengadopsi praktik konservasi yang
melindungi sungai, seperti mempertahankan penyangga
vegetatif berkayu atau mempraktikkan pertanian tanpa
pengolahan. Studi ini menunjukkan bahwa perlindungan lokasi
sumber daya air di DAS pertanian memerlukan strategi
konservasi yang sinergis dengan masyarakat pedesaan untuk
mengakui kearifan lokal mereka.
[4] M. Terrado, et al., "Indeks kualitas air permukaan untuk analisis
data yang dihasilkan oleh jaringan pengambilan sampel
otomatis," Tren TrAC dalam Kimia Analitik, vol. 29, hlm. 40-52,
2010.
[5] AH Hernández-Romero, et al., “Kualitas air dan keberadaan
pestisida di lahan basah pesisir tropis di Meksiko selatan,”
Marine Pollution Bulletin, vol. 48, hlm. 1130-1141,
2004.
[6] AJM Yunus and N. Nakagoshi, “Effects of Seasonality on
Streamflow and Water Quality of the Pinang River in Penang
Island, Malaysia,” Chinese Geographical Science, vol. 14, hlm.
153-161, Juni 2004.
IV. KESIMPULAN
Kualitas air di lanskap pedesaan, khususnya di empat
DAS, dievaluasi dengan indeks kualitas air (WQI). Semua
sampel air terletak di "baik" dan "sedang"
[7] P. Debels, et al., “Evaluasi Kualitas Air di Sungai Chillán
(Cile Tengah) Menggunakan Parameter Fisikokimia dan
- 25 -
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
a Modified Water Quality Index,” Pemantauan dan Penilaian
Lingkungan, vol. 110, hlm. 301-322, 2005.
[23] H. Boyacioglu, “Pengembangan indeks kualitas air
berdasarkan skema klasifikasi Eropa,” Water SA, vol. 33,
hlm. 101-106, 2007.
[8] SL Dwivedi dan V. Pathak, “Penugasan awal indeks
kualitas air untuk sungai Mandakini, Chitrakoot,” Jurnal
Perlindungan Lingkungan India, vol. 27, hlm. 1036-1038,
[24] V. Pathak dan A. Banerjee, “Studi pencemaran air tambang di
Chapha Incline, Umaria Coalfield, Eastern Madhya Pradesh,
India,” Mine Water and the Environment, vol. 11, pp. 27-35,
1992.
2007.
[9] MB Chougule, et al., “Penilaian Indeks Kualitas Air (WQI) untuk
Pemantauan Pencemaran Sungai Panchganga di Ichalkaranji,”
dalam Procedding International Conference on Energy and
Environment, Chandigarh, India, 2009, hlm. 122127. .
[25] M. Vega, et al., "Penilaian efek musiman dan polusi pada
kualitas air sungai dengan analisis data eksplorasi," Water
Research, vol. 32, hlm. 3581-3592, 1998.
[26] M. Ahipathy dan E. Puttaiah, “Karakteristik ekologi Sungai
Vrishabhavathy di Bangalore (India),” Geologi Lingkungan,
vol. 49, hlm. 1217-1222, 2006.
[10] P. Kannel, dkk., “Penerapan Indeks Kualitas Air dan Oksigen
Terlarut sebagai Indikator untuk Klasifikasi Air Sungai dan
Penilaian Dampak Perkotaan,” Pemantauan dan Penilaian
Lingkungan, vol. 132, hlm. 93-110, 2007.
[27] MA Dalvie, et al., "Kontaminasi permukaan pedesaan dan
air tanah oleh endosulfan di daerah pertanian Cape Barat,
Afrika Selatan," Kesehatan Lingkungan: Sumber Ilmu Akses
Global, vol. 2, hlm. 1-15, 20030101 2003.
[11] R. Abrahão, dkk., “Penggunaan analisis indeks untuk
mengevaluasi kualitas air sungai yang menerima limbah
industri,” Water SA, vol. 33, hlm. 459-465, 2007.
[28] K. Harashina, et al., “Nitrogen mengalir karena aktivitas manusia
di daerah aliran sungai Cianjur-Cisokan di tengah DAS Citarum,
Jawa Barat, Indonesia: studi kasus pada skala dusun,”
Agriculture Ecosystems & Environment, jilid 100, hlm. 75-90,
November 2003.
[12] A. Alobaidy, et al., "Penerapan Indeks Kualitas Air untuk
Penilaian Ekosistem Danau Dokan, Wilayah Kurdistan, Irak,"
Jurnal Sumber Daya dan Perlindungan Air, vol. 2, hlm.
792-198, 2010.
[13] N. Karakaya dan F. Evrendilek, “Seri waktu kualitas air untuk
aliran Big Melen (Turki): analisis dekomposisi dan
perbandingannya dengan hulu,” Pemantauan dan Penilaian
Lingkungan, vol. 165, hlm. 125-136, 2010.
[29] HP Jarvie, et al., "Pengaruh penggunaan lahan pedesaan pada
nutrisi air sungai dan signifikansi ekologisnya," Journal of
Hydrology, vol. 350, hal. 21, 2008.
[30] HP Jarvie, et al., "Aliran kimia dan kualitas air di sepanjang kontinum
penggunaan lahan pedesaan dataran tinggi-dataran rendah, barat
daya Inggris," Journal of Hydrology, vol. 350, hal. 17p, 2008.
[14] D. Swaroop Bhargava, “Penggunaan indeks kualitas air untuk
klasifikasi sungai dan zonasi sungai Gangga,” Pencemaran
Lingkungan Seri B, Kimia dan Fisik, vol. 6, hal.51-67,
1983.
[31] HS Arifin dan N. Nakagoshi, “Landscape ecology and urban
biodiversity in tropical Indonesian city,” Landscape and
Ecological Engineering, vol. 7, hlm. 33-43, 2011.
[15] TA Cochrane dan DC Flanagan, "Pengaruh resolusi DEM
dalam prediksi limpasan dan kehilangan tanah dari
model DAS Wepp," Transaksi ASAE, vol. 48, hlm.
109-120, 2005.
[32] RL Ryan, dkk., “Motivasi Petani untuk Mengadopsi
Praktik Konservasi di sepanjang Zona Riparian di DAS
Pertanian Midwestern,” Jurnal Perencanaan &
Pengelolaan Lingkungan, vol. 46, hal. 19p, 2003.
[16] J. Du, et al., "Pengembangan dan pengujian pendekatan perutean
limpasan badai baru berdasarkan varian waktu metode waktu perjalanan
[33] M. Stevenson dan H. Lee, "Indikator keberlanjutan sebagai alat
dalam pembangunan pertanian: partisi proses ilmiah dan
partisipatif," Int. J. Mempertahankan. Dev. Ekologi Dunia, vol.
8, 2001.
terdistribusi secara spasial, " Journal of Hydrology, vol. 369, hal. 44-
54, 2009.
[17] A. Erturk, et al., "Aplikasi Sistem Pemodelan Daerah Aliran
Sungai (WMS) untuk pengelolaan terpadu DAS di Turki,"
Jurnal Ilmu Lingkungan & Kesehatan, vol. 41, hlm.
2045-2056, 2006.
[34] S. Mann dan H. Wüstemann, "Multifungsi dan fokus baru
pada eksternalitas," Journal of Socio-Economics, vol. 37,
hlm. 293-307, 2008.
[18] Y. Gao dan W. Zhang, “Klasifikasi LULC dan koreksi
topografi citra Landsat-7 ETM+ di DAS Sungai Yangjia:
pengaruh resolusi DEM,” Sensor vol. 9, hal. 1980-1995,
2009.
[35] S. Hajkowicz dan K. Collins, "Mengukur manfaat
pengelolaan lingkungan di lanskap pedesaan," Lansekap
dan Perencanaan Kota, vol. 93, 2009.
[36] W. Vos dan H. Meekes, "Tren dalam pengembangan lanskap budaya
Eropa: perspektif untuk masa depan yang berkelanjutan," Lansekap
dan Perencanaan Kota, vol. 46, hlm. 3-14, 1999.
[19] S. Pelacani, et al., "Simulasi erosi tanah dan pengendapan dalam
penggunaan lahan yang berubah: Pendekatan pemodelan untuk
menerapkan faktor praktik pendukung," Geomorfologi, vol. 99, hlm.
329-340, 2008.
[37] PM Outridge dan BN Noller, “Akumulasi Unsur Jejak
Beracun oleh Tanaman Vaskular Air Tawar,” Toksikologi
Kontaminasi Lingkungan, vol. 121, hlm. 1-63, 1991.
[20] FH Schmidt and JH A, “Ferguson, Rainfall types based on wet and
dry period ratios for Indonesia and Western New Guinea,”
Verhandelingen Djawatan Meteorologi dan Geofisik
42, Jakarta, 1951.
[38] C. Coiner, et al., "Implikasi Ekonomi dan Lingkungan
dari Desain Lansekap Alternatif di DAS Walnut Creek di
Iowa, "Ekonomi Ekologis, vol. 38, hal. 119-
[21] Kaswanto, dkk., “Pengelolaan Air Berkelanjutan di Lanskap
Pedesaan DAS Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,
Indonesia,” Journal of International Society for Southeast
Asian Agricultural Sciences (ISSAAS), vol. 14, hlm. 33-45,
2008.
139, 2001.
[39] J. Kogi, dkk., “Potensi Sawah Terbengkalai untuk
Mengurangi Beban Polusi dari Rumah Tangga di Suburban
Tokyo,” Water, vol. 2, hlm. 649-667, 2010.
[40] B. Karrasch, et al., "Pengaruh limbah pabrik pulp dan kertas
pada mikroplankton dan kemampuan pemurnian diri
mikroba dari Sungai Biobio, Chili," Science of the Total
Environment, vol. 359, hlm. 194-208, 20060415 2006.
[22] N. tambuk-Giljanović, “Evaluasi kualitas air berdasarkan indeks di
Dalmatia,” Water Research, vol. 33, hlm. 3423-3440, 1999.
- 26 -
Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan
Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27
[41] M. Zalewski, "Ekohidrologi - Latar Belakang Ilmiah untuk
Menggunakan Properti Ekosistem sebagai Alat Pengelolaan
Menuju Keberlanjutan Sumber Daya Air," Teknik Ekologi,
vol. 16, hlm. 1-8, 2000.
lignin dari kraft black liquor,” Water Research, vol. 38, hlm.
3043-3050, 2004.
[45] L. Hanchao, et al., "Perbandingan tiga sorben untuk
penghilangan polutan organik dalam air minum," Energy
Procedia, vol. 5, hal. 985-990, 2011.
[42] GA Janauer, "Ekohidrologi: Fusing Concepts and Scales,"
Teknik Ekologi, vol. 16, hlm. 9-16, 2000.
[46] J. Ryan, dkk., “Desain vegetasi terpadu untuk meningkatkan
retensi air dan daur ulang dalam agroekosistem,” Ekologi
Lansekap, vol. 25, hlm. 1277-1288, 2010.
[43] F. Saroinsong, et al., "Aplikasi praktis dari sistem informasi
sumber daya lahan untuk perencanaan lanskap pertanian,"
Lansekap dan Perencanaan Kota, vol. 79, hlm. 38-52, 2007.
[47] FJ Díaz, dkk., “Penghilangan polutan pertanian oleh
lahan basah buatan: Implikasi untuk pengelolaan dan
desain air,” Pengelolaan Air Pertanian, vol. 104, hlm. 171-
[44] E. Gonzalez-Serrano, et al., “Penghilangan polutan air
dengan karbon aktif yang dibuat dari aktivasi H3PO4
183, 2012.
- 27 -
Lihat statistik publikasi
Download