Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com Lihat diskusi, statistik, dan profil penulis untuk publikasi ini di: https://www.researchgate.net/publication/303242796 Indeks kualitas air sebagai indikator sederhana untuk pengelolaan berkelanjutan lanskap pedesaan di Jawa Barat, Indonesia Artikel · Januari 2012 KUTIPAN BACA 17 499 3 penulis: Regan Leonardus Kaswanto Hadi Susilo Arifin Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor 56 PUBLIKASI 164 KUTIPAN 53 PUBLIKASI 318 KUTIPAN LIHAT PROFIL Nobukazu Nakagoshi Universitas Fukuyama 308 PUBLIKASI 5,289 KUTIPAN LIHAT PROFIL Beberapa penulis publikasi ini juga mengerjakan proyek terkait ini: tesis master Lihat proyek Konsep pengelolaan riparian Lihat proyek Semua konten yang mengikuti halaman ini diunggah oleh Nobukazu Nakagoshi pada 07 Juni 2016. Pengguna telah meminta peningkatan file yang diunduh. LIHAT PROFIL Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 Indeks Kualitas Air sebagai Indikator Sederhana untuk Pengelolaan Lanskap Pedesaan yang Berkelanjutan di Jawa Barat, Indonesia Regan Leonardus Kaswanto#*1, Hadi Susilo Arifin#2, Nobukazu Nakagoshi*3 # Jurusan Arsitektur Lansekap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Jalan Meranti Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia * Sekolah Pascasarjana untuk Pembangunan dan Kerjasama Internasional (IDEC), Universitas Hiroshima, 1-5-1 Kagamiyama, HigashiHiroshima, 739-8529, Jepang 1kaswanto@ipb.ac.id ;2hsarifin@ipb.ac.id ;3nobu@hiroshima-u.ac.jp Abstrak- Penelitian kualitas air pada lanskap pedesaan di empat DAS dilakukan pada periode musim kemarau. Dua puluh empat desa di bagian barat Pulau Jawa, Indonesia, dipilih sebagai lokasi penelitian. Sampel air dari mata air, kolam, sawah dan sungai di setiap desa dianalisis. Hasil indeks kualitas air (WQI) menunjukkan bahwa sampel air berada pada taraf “baik” dan “sedang”. Kondisi ini membuktikan bahwa lanskap pedesaan memiliki kemampuan untuk menyerap dan membersihkan pencemaran air melalui proses alam. Analisis lebih lanjut menunjukkan korelasi negatif antara WQI dan TIN (jumlah NH4 -N, TIDAK3-N dan TIDAK2-N), yang menunjukkan penurunan kualitas air karena efek adiktif dari senyawa nitrogen anorganik. Selanjutnya, korelasi negatif antara WQI dan oksigen terlarut (DO) menunjukkan kualitas air masih rendah yang memenuhi standar. Kesimpulannya, sebagai metode yang berguna untuk klasifikasi kualitas air, WQI dapat diterapkan secara efektif untuk penilaian kualitas air di lanskap pedesaan. Selain itu, hasilnya mudah dipahami oleh publik non-ilmiah dan pengambil keputusan. WQI cocok untuk penilaian kualitas air untuk memantau strategi pengendalian polusi, terutama di negara berkembang dengan anggaran terbatas. melestarikan tanaman, melestarikan sumber daya air, memanfaatkan petak pekarangan dan aktivitas sehari-hari dengan sisa rendah. Namun, kegiatan tersebut biasanya tidak diketahui secara eksplisit oleh komunitas tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui kondisi kualitas air terkait dengan keberlanjutan lanskap pedesaan. Pendekatan tradisional untuk mengevaluasi dan memantau kualitas air biasanya didasarkan pada perbandingan nilai parameter dengan normatif setempat [1]. Meskipun mengembangkan formula untuk menghitung kualitas air penting untuk memantau kualitas lanskap, formula yang diberikan seringkali sulit untuk diimplikasikan dan direalisasikan oleh masyarakat lokal. Metode yang sederhana dan mudah harus diperkenalkan dan digunakan di antara para pemangku kepentingan di tingkat lokal, seperti indeks kualitas air (WQI). Indeks kualitas air (WQI) telah direkomendasikan sebagai metode sederhana untuk mengatasi banyak keterbatasan yang ditemukan untuk pengukuran kualitas air global seperti yang disebutkan sebelumnya. Selain itu, telah digunakan untuk publik dan pengambil keputusan untuk menerima informasi kualitas air secara cepat dan akurat Kata kunci- Lahan pertanian; Lanskap Pedesaan; Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; Indeks Kualitas Air; DAS Jawa Barat . WQI adalah rumus matematika yang dihitung dari transformasi berbagai jenis data karakterisasi air menjadi tingkat kualitas air[3]. WQI juga memungkinkan untuk menilai perubahan kualitas air dan mengidentifikasi dinamika air. Ini umumnya terdiri dari skor sub-indeks yang ditetapkan untuk setiap parameter dengan membandingkan pengukuran dengan kurva penilaian variabel-spesifik, nilai rata-rata tertimbang, dan digabungkan ke dalam indeks yang diusulkan. WQI banyak digunakan oleh banyak ilmuwan di seluruh dunia. Telah disebutkan bahwa formula WQI telah dimodifikasi lebih dari 55 jenis penggunaan yang berbeda[4]. Penggunaan WQI dapat menjadi perhatian khusus bagi negara-negara berkembang, karena mereka memberikan penilaian kualitas air yang hemat biaya serta kemungkinan mengevaluasi tren.[2]. [2] SAYA. PENGANTAR Lanskap pedesaan di Indonesia adalah contoh yang baik untuk pembangunan berkelanjutan di banyak sektor. Karena kegiatan pertanian dominan di lanskap pedesaan, menjadi perhatian yang sangat baik untuk mempelajari tentang dampak pertanian terhadap kualitas lanskap dan sekitarnya. Penggunaan pestisida dan pupuk relatif tinggi di beberapa lanskap pedesaan. Namun, sebagian besar masyarakat pedesaan yang memiliki kearifan lokal melakukan kegiatan pertanian mereka secara konservatif dan rendah kontaminan. Komunitas-komunitas tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan lanskap yang sehat melalui budaya dan perilaku untuk mengolah lahan pertanian untuk lingkungan yang Nilai WQI sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat lokal dan pengambil keputusan. WQI telah diterapkan untuk memprediksi kondisi air permukaan di banyak negara, termasuk Argentina[2], Meksiko [5], Malaysia [6], Chili [7], India [8, 9], Nepal [10], Spanyol [3], Brazil [11], Irak [12], Turki [13], dan Cina [1]. berkelanjutan. Ide lanskap yang sehat selalu diingat oleh para tetua masyarakat pedesaan. Lanskap pedesaan yang sehat telah melindungi kondisi kualitas air yang telah dikelola oleh masyarakat pedesaan sebagai kearifan lokal. Kearifan masyarakat pedesaan seringkali mengelola bentang alam dengan menjaga dan melestarikan kawasan sumber daya air Dalam penelitian ini, WQI diterapkan untuk mengevaluasi empat lokasi pemanfaatan air, yaitu mata air, tambak, sawah melalui pendekatan agama atau tradisi. Kearifan tersebut antara lain menjaga kawasan hutan, memanfaatkan - 17 - Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 Daerah penelitian berada dalam empat DAS di wilayah Jawa Barat, Indonesia, yaitu DAS Ciliwung (CL) dan Cisadane (CS) di bagian utara (NAs) dan DAS Cimandiri (CM) dan Cibuni (CB) di bagian selatan (SAs). ). Daerah aliran sungai ini menggambarkan kondisi wilayah Jawa Barat berdasarkan orientasinya di utara dan selatan pulau (Gbr. 1). Luas total, keliling, panjang sungai utama, kondisi iklim dan orientasi setiap DAS ditunjukkan pada Gambar. 2 dan Tabel lapangan dan sungai. Skor yang dihitung digunakan untuk menunjukkan kondisi kualitas air di lanskap pedesaan Indonesia. Selain itu, untuk menunjukkan dampak kegiatan pertanian dan perilaku masyarakat pedesaan terhadap kualitas air secara keseluruhan di sepanjang hulu hingga hilir daerah aliran sungai. Selain itu, standar sungai untuk pengendalian pencemaran dan pengelolaan kualitas air juga dapat ditentukan dalam WQI[14]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas air di lanskap pedesaan dan untuk mengetahui pengelolaan DAS di sepanjang aliran air. Kualitas air di lanskap pedesaan dihipotesiskan memiliki tingkat yang baik sebagai dampak dari kearifan lokal dalam hal pemanfaatan pertanian dan perilaku masyarakat. I. Proses delineasi dilakukan dengan menggunakan metode standar yang dikembangkan dalam analisis DAS [15-19]. Daerah aliran sungai tersebut digambarkan dalam batas ekologis, tidak sesuai dengan batas administratif. Oleh karena itu satu DAS terdiri dari lebih dari dua kabupaten seperti yang ditunjukkan pada Tabel I. Panjang sungai utama adalah jarak dari lokasi tertinggi ke bagian terendah mengikuti koridor sungai utama. II. BAHAN DAN METODE A. Deskripsi Wilayah Studi dan Desain Pengambilan Sampel TABEL I KONDISI UMUM EMPAT DAS Nama Daerah Aliran Sungai (Singkatan) Cisadane (CS) Ciliwung (CL) Cimandiri (CM) Cibuni (CB) Lokasi Administratif (Daerah) Luas Total (Ha) keliling (km) Panjang Sungai Utama (km) Kondisi Iklim* Bogor, Tangerang, Depok 153,485,47 273,50 112,7 A dan B Bogor, Jakarta, Depok 89.036,33 221,84 82.9 A dan B Sukabumi, Cianjur 196,947,51 207.05 55.8 B Sukabumi, Cianjur, Bandung 147.052,32 232.02 34.3 B * Klasifikasi iklim didasarkan pada Schmidt dan Ferguson [20] Pulau Jawa Gambar 1 Wilayah studi empat DAS, dimana dua di antaranya berada di wilayah utara (NAs), yaitu DAS Cisadane (CS) dan Ciliwung (CL), dan dua lainnya berada di wilayah selatan (SAs), yaitu Cimandiri (CM) Gambar 2 Kondisi curah hujan tahunan di wilayah studi menunjukkan bahwa NAs kondisi iklim lebih lembab daripada SA dan DAS Cibuni (CB) - 18 - Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 Kondisi iklim ditentukan oleh klasifikasi Schmidt & Ferguson. NA memiliki klasifikasi A dan B, sedangkan SA memiliki tipe B (Gbr. 2). Klasifikasi A berarti daerah sangat basah, hutan hujan tropis, dan memiliki lebih dari sepuluh bulan basah (curah hujan bulanan > 100 mm) per tahun. Klasifikasi B berarti wilayah basah, hutan hujan tropis, memiliki delapan sampai sembilan bulan basah per tahun. Secara umum, NAS lebih lembab daripada SA. air yang sangat tercemar, Ci adalah nilai parameter yang dinormalisasi dan Pi adalah bobot relatif dari masing-masing parameter dalam kaitannya dengan perannya bagi air dalam komunitas lanskap pedesaan. Dalam penelitian ini, seperti penelitian lain yang ditulis dalam literatur bahwa konstantak tidak dipertimbangkan agar tidak memperkenalkan evaluasi subjektif [5, 22] . Selain itu, 288 sampel (96 lokasi dengan desain rangkap tiga) yang diperiksa di lapangan ternyata memiliki kualitas penampilan yang baik, oleh karena ituk dapat dihilangkan. Nilai WQI dalam kisaran 025, 26-50, 51-70, 71-90, 91-100 mewakili tingkat kualitas air untuk masing-masing sangat buruk, buruk, sedang, baik dan sangat baik. Beratnya (Pi) dan faktor normalisasi (Ci) dari parameter diadopsi dari sepuluh literatur [1-3, 8-11, 13, 23, 24] dan tercantum pada Tabel II. Parameter yang digunakan oleh literatur tersebut berbeda satu sama lain. Jumlah parameter yang digunakan dan total parameter dibandingkan dengan literatur juga ditunjukkan pada Tabel II. NS Pi nilai telah ditetapkan mulai dari 1 hingga 4 tergantung pada pendapat ahli kolektif yang diambil dari sepuluh studi Gambar 3 Prosedur pengambilan sampel untuk menentukan jumlah sampel air sebelumnya yang berbeda. Nilai rata-rata untuk setiap parameter Secara total, 96 sampel sampel air telah diukur dengan metode rangkap tiga. Prosedurnya adalah sebagai berikut: 1) memilih empat DAS (dua di wilayah selatan (SA) dan dua di wilayah utara (NA)), 2) memilih tiga aliran di setiap DAS (hulu (UP), tengah (MD), dan hilir (DW), 3) dipilih dua desa di setiap aliran (V1 dan V2), dan terakhir 4) di setiap desa, empat lokasi diukur, yaitu mata air bersama dengan literatur yang digunakan ditunjukkan pada Tabel II. Selain itu, nilai berat relatif 4 dianggap sebagai yang paling signifikan (misalnya oksigen terlarut) dan 1 sebagai yang paling tidak signifikan (misalnya fosfat dari berbagai literatur). Metode ini juga telah digunakan oleh Alobaidy et al[12] dengan menggunakan (SP), tambak (PO), sawah (PF) dan sungai (RV) sepuluh parameter di Danau Dokan di Irak. Nilai rata-rata pada Tabel II kemudian digunakan untuk rumus WQI pada Tabel Desain sampling ditentukan berdasarkan wilayah, orientasi, sungai, desa dan lokasi sampel air. Terdapat satu wilayah yaitu wilayah Jawa Barat, dan dua orientasi yaitu wilayah selatan (SAs) dan wilayah utara (NAs). Orientasi tersebut dibandingkan untuk mengevaluasi perbedaannya. Tiga aliran yaitu hulu, tengah dan hilir dipertimbangkan, yang terletak di dalam dua desa. Di setiap desa, tiga sampel air diperiksa dari empat lokasi air, yaitu mata air, kolam, sawah dan sungai (Gbr. 3). AKU AKU AKU. Analisis korelasi Pearson untuk parameter fisik, kimia dan biologi sampel air dihitung dengan menggunakan perangkat lunak PASW 18. AKU AKU AKU. HASIL DAN DISKUSI A. Hasil Umum Indeks Kualitas Air (WQI) Tabel IV menunjukkan hasil analisis korelasi Pearson antara sebelas parameter. Sebelas parameter berkorelasi satu sama lain (≤P 0,01 dan p 0,05), kecuali B. Parameter Indeks Kualitas Air antara alkalinitas dan fosfat. Parameter tersebut menunjukkan korelasi positif antara parameter lain kecuali alkalinitas. Disarankan kesebelas parameter tersebut cukup representatif untuk perhitungan WQI. Sebelas parameter dipilih berdasarkan pengalaman sebelumnya di DAS lain [21]. Parameter tersebut adalah oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen kimia (COD), kebutuhan oksigen biologis (BOD), nitrit (NO .).2), nitrat (NO3), amonium (NH4), fosfat (PO4), alkalinitas, pH, total Escherichia coli dan Coliform total. Semua parameter ini diukur dalam sampel rangkap tiga, dan hasilnya ditampilkan sebagai rata-rata. DO, COD, BOD, nitrit, nitrat, amoniak dan fosfat memiliki korelasi positif signifikan (p 0,01) untuk satu sama lain. Korelasi tersebut menunjukkan kontaminasi bahan anorganik yang tidak larut dan biotransformasi nitrogen di antara senyawa anorganik. Hal ini juga menunjukkan bahwa kontaminasi bahan organik sering terjadi dengan pemuatan nitrogen di sumber daya air, terutama di daerah lanskap pedesaan yang didominasi oleh lahan pertanian. Peningkatan unsur hara di air permukaan berkorelasi dengan eutrofikasi, yang terjadi di ekosistem terkait dengan penambahan zat buatan atau alami melalui pupuk atau limbah ke sistem perairan. WQI dalam penelitian ini dihitung berdasarkan formula WQI sebelumnya yang diajukan oleh Rodriguez de Bascaroan [2] sebagai berikut: (1) di mana k adalah konstanta subjektif dengan nilai maksimum 1 untuk air yang tampaknya berkualitas baik dan 0,25 untuk tampaknya - 19 - Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 TABEL II TUGAS NILAI BERAT ADOPSI DARI BEBERAPA LITERATUR Parameter Satuan alkalinitas mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l Escherichia coli* Total Coliform* MPN/100ml MPN/100ml MELAKUKAN IKAN KOD BOD NO2 NOMOR 3 NH4 PO4 pH [1] 4 3 2 2 3 1 6 7 tidak ada satuan Jumlah Parameter yang Dipilih Parameter Total dalam literatur [2] 4 3 3 2 2 3 1 1 3 8 20 [3] 4 3 3 2 2 3 1 1 8 11 [8] 4 3 1 4 4 5 9 Literdewasa [9] 4 3 4 3 1 3 4 3 8 15 [10] 4 3 3 2 2 3 1 1 8 17 [11] 4 3 3 2 2 3 1 1 3 9 26 [13] 4 3 3 2 2 3 1 1 8 17 [23] 4 2 3 2 1 4 6 12 [24] 4 3 1 4 4 5 9 Berarti Nilai 4.0 3.0 3.0 2.0 2.1 3.0 1.1 1.7 1.9 3.0 3.6 * Bakteri dinyatakan sebagai MPN/100ml (jumlah paling mungkin per 100 ml) TABEL III BERAT RELATIF (PI) DAN NILAI YANG DINORMALKAN (CI) VARIABEL KUALITAS AIR Faktor Normalisasi (Ci) Pi Parameter 4.0 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 > 7.5 >7 > 6.5 >6 >5 >4 > 3.5 >3 >2 ≥1 <1 IKAN KOD 3.0 <5 <10 <20 <30 <40 <50 <60 <80 <100 150 > 150 BOD 3.0 <0,5 <2 <3 <4 <5 <6 <8 <10 <12 15 > 15 NO2-N 2.0 <0,005 <0,008 <0,01 <0,04 <0,075 <0.1 <0,15 <0.2 <0,25 0,5 > 0,5 NO3-N 2.1 <0,5 <2 <4 <6 <8 <10 <15 <20 <40 70 > 70 NH4-N 3.0 <0,01 <0,05 0.1 <0.2 <0,3 <0.4 <0,5 <0,75 <1 1,25 PO4 1.1 <0,025 <0,05 <0.1 <0.2 <0,3 <0,5 <0,75 <1 <1,5 2 alkalinitas 1.7 <20 <40 <60 <80 <100 <120 <140 <160 <180 200 > 200 <4.0;>11.5 MELAKUKAN > 1,25 >2 pH 1.9 E. coli 3.0 7 <50 6.9-7.5 <500 6.7-7.8 <1000 6.5-8.3 <2000 6.2-8.7 <3000 5.8-9.0 <4000 5.5-9.5 <5000 5.0-10.0 <7000 4,5-10.5 <10000 4.0-11.5 Coliform tinja 3.6 <50 <500 <1000 <2000 <3000 <4000 <5000 <7000 <10000 14000 14000 > 14000 > 14000 * Semua nilai dalam mg/l, kecuali pH (tanpa satuan) dan bakteri (MPN/100ml) TABEL IV PEARSON'KOEFISIEN KORELASI ANTARA PARAMETER KUALITAS AIR WQI MELAKUKAN IKAN KOD BOD WQI 1 MELAKUKAN - . 778** 1 IKAN KOD BOD TIDAK2 TIDAK3 NH4 PO4 alkalinitas pH E. coli Coliform - . 794** - . 773** - . 788** - . 845** - . 868** - . 877** . 235* - . 416** - . 863** - . 861** . 988** . 950** . 943** . 925** . 926** . 799** - . 321** . 430** . 911** . 910** . 977** . 955** . 923** . 932** . 818** - . 298** . 400** . 912** . 911** . 927** . 882** . 890** . 796** - . 281** . 378** . 864** . 862** . 939** . 940** . 828** - . 207* . 365** . 939** . 938** . 966** . 819** - . 266** . 471** . 979** . 979** . 841** - . 246* . 428** . 963** . 963** - . 167 . 258* . 849** . 846** - . 628** - . 205* - . 204* 1 1 TIDAK2-N 1 TIDAK3-N NH4-N 1 PO4 alkalinitas pH E. coli Coliform 1 1 1 1 . 377** 1 . 376** 1.000** 1 * * . Korelasi signifikan pada level 0,01 (2-tailed) * . Korelasi signifikan pada tingkat 0,05 (2-tailed) bahan organik dan akhirnya menurunkan kualitas air [25]. Proses eutrofikasi dapat disebabkan oleh manusia atau alami. Limbah cair yang tidak diolah dan limpasan pertanian yang membawa pupuk adalah contoh eutrofikasi yang disebabkan oleh Statistik deskriptif untuk sebelas parameter yang diperiksa ditunjukkan pada Tabel V dan VI. Ini menunjukkan minimum, maksimum dan standar deviasi dari setiap parameter. Untuk menggambarkan situasi kualitas air di lanskap pedesaan, beberapa hasil dari penentuan parameter kualitas air dibahas secara singkat di bawah ini. manusia. Namun, itu juga dapat terjadi secara alami dalam situasi di mana nutrisi terakumulasi atau di mana mereka mengalir ke sistem secara sementara. Eutrofikasi umumnya mendorong pertumbuhan dan pembusukan tanaman yang berlebihan, dan pada saat yang sama menyebabkan penurunan kualitas air. Dengan demikian, berikan hasil lebih lanjut dalam peningkatan konsentrasi - 20 - Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 Kemungkinan sumber nitrogen di lokasi sampel air terutama dari atmosfer, limpasan permukaan, pembuangan limbah, pupuk pertanian dan limbah organik. Korelasi antara WQI dan semua senyawa nitrogen menunjukkan hubungan negatif yang signifikan (p <0,01). TABEL V STATISTIK DESKRIPSI UNTUK SEMUA PARAMETER SEBAGAI AIR KARAKTERISTIK DARI SEMUA Standar Deviasi min. Maks. 9.60 3.88 29.14 11.44 BOD 0,87 2.87 0.13 6.71 2.28 2.01 5.96 1.66 TIDAK2-N 0,000 0,617 0,138 0,158 TIDAK3-N 0,010 4.670 1,446 1.358 NH4-N 0,000 2.080 0,577 0,542 PO4 0,010 4.683 1.438 1.262 alkalinitas 91.70 223.00 138.04 29.71 pH 6.95 6.00 8.41 7.68 0,42 E. coli 244.00 74.58 62.72 Coliform 6.00 260.00 79,51 66.96 Parameter MELAKUKAN IKAN KOD Berarti Konsentrasi fosfat yang mencapai kisaran 0,010 – 4,683 mg/l, menunjukkan tingginya akumulasi luapan yang tercemar dari pupuk pertanian. Selain itu, sumber fosfat juga termasuk kotoran manusia dan hewan (yaitu kotoran) dan erosi tanah. Rata-rata untuk nilai alkalinitas yang diamati adalah 138,04 mg/l, sedikit lebih tinggi dari tingkat yang diizinkan oleh WHO. Hal ini menunjukkan nilai penting untuk menentukan kualitas air kondisi pedesaan. Namun, korelasi positif antara WQI hanya milik alkalinitas (p0,05). * Semua nilai dalam mg/l, kecuali pH (satuan pH) dan bakteri (MPN/100ml) Hasil pH bervariasi dari 6,95 hingga 8,41, menunjukkan bahwa sampel air hampir netral hingga sub-basa di alam [12]. PH merupakan faktor penting yang menentukan kesesuaian sumber daya air untuk berbagai keperluan Nilai DO, COD dan BOD yang belum pernah mencapai nilai kritis pada semua sumber daya air menunjukkan kondisi kualitas air yang baik. Rata-rata yang diamati untuk DO adalah 3,88 mg/l sesuai dengan standar WHO dan juga dianggap cukup baik untuk konsumsi manusia dan hampir ekosistem perairan. Perairan yang tidak tercemar cenderung memiliki nilai BOD < 3 mg/l, BOD maksimum yang ditemukan adalah 2,28 mg/l. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas biologis dalam sistem perairan yang masih dalam kondisi baik. [26]. Nilai tersebut juga sesuai dengan nilai yang diketahui dari beberapa ekosistem perairan. Nilai yang diamati dari bakteri Escherichia coli dan total coliform yang sangat rendah, (<300 MPN/100ml), menunjukkan aktivitas manusia dan biologis yang sedikit mengganggu kualitas air. Kemungkinan kontaminasi bakteri yang rendah diperkirakan karena beberapa rumah tangga menggunakan bahan dengan kandungan fosfat tinggi seperti deterjen dan cairan pemutih. Nitrat paling banyak ditemukan dari senyawa nitrogen (1,446 mg/l), sedangkan nitrit ditemukan dalam jumlah kecil (0,138 mg/l). Amoniak bervariasi tergantung pada lokasi, dari nihil hingga 2,080 mg/l dengan rata-rata 0,577 mg/l. TABEL VI KARAKTERISTIK PARAMETER AIR DI EMPAT DAS Parameter MELAKUKAN IKAN KOD BOD TIDAK2-N TIDAK3-N NH4-N PO4 alkalinitas pH E. coli Coliform Parameter MELAKUKAN IKAN KOD BOD TIDAK2-N TIDAK3-N NH4-N PO4 alkalinitas pH E. coli Coliform min. 0.93 3.50 0.17 Nama Daerah Aliran Sungai CS Std 1.83 4.90 1.28 Maks. Berarti 20.30 10.14 0,000 0,013 0,000 0,017 95.00 0,400 4.327 1,860 3.057 215,33 0,115 1.563 0,643 1.138 142.83 0,124 1.493 0,600 0,976 33.64 10.00 198.00 214.00 81.63 87,54 66.01 71.14 6.95 9.00 min. 0,87 2.87 0,23 0,000 0,010 0,000 0,010 96.00 6.98 8.00 8.00 7.67 3.46 4.15 1.83 8.41 7.77 0,46 Std 1.82 5.76 1.62 Maks. Berarti 23.05 11.53 0,463 3.867 1.753 3.540 223.00 0,131 1,348 0,520 1.377 152,27 0,151 1.286 0,511 1.224 33.50 170.00 179.00 68.21 72.58 53,75 57.09 5.88 8.20 0,000 0,013 0,000 0,017 91.70 6.95 6.00 7,00 CL 3.82 2.37 7.64 0,42 * Semua nilai dalam mg/l, kecuali pH (satuan pH) dan bakteri (MPN/100ml). - 21 - min. 1.03 3.93 0.13 0,000 0,013 0,000 0,010 94.70 7.02 6.00 6.00 Std 2.41 7.22 1.81 Maks. Berarti 29.14 12.47 0,617 4.670 2.080 4.683 174.00 0,186 1.637 0,646 1.720 126.74 0.208 1.543 0,596 1.521 20.56 244.00 260.00 85,54 91,04 80.03 85.34 9.60 4.28 6.27 2.47 8.40 Nama Daerah Aliran Sungai cm 7.80 min. 0,97 3.07 0.33 7.67 CB 0,40 Std 1.97 5.90 1.88 Maks. Berarti 25.29 11.63 0,423 3.633 1.357 3.293 185.30 0,121 1.235 0,500 1.517 130.31 0.135 1.118 0,467 1.276 23.20 150.00 158.00 62.96 66.87 47.30 49,95 8.57 6.71 8.33 3.97 2.46 7.63 0,41 Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan A A Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 A Bagus sekali A Bagus B C D Medium Buruk Sangat buruk Gbr. 4 Klasifikasi WQI di tingkat sungai dan lokasi sampel air. Semua nilai WQI berada pada level baik-sedang. Huruf yang berbeda menunjukkan artinya perbedaan signifikan pada tingkat 0,05 WQI memiliki korelasi negatif untuk semua parameter, kecuali alkalinitas, yang menunjukkan kemungkinan efek polusi organik di lanskap pedesaan sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku organisme di dalam ekosistem berada dalam kondisi keseimbangan. Semua nilai WQI berada di bawah kualitas air “Baik” dan “Sedang” (Gbr. 4). B. WQI by Streams Ada kecenderungan bahwa WQI menurun dari hulu ke hilir (Gbr. 5). Namun pencemaran di hulu, khususnya di lahan persawahan, terjadi sebagai dampak dari penggunaan pestisida dan pupuk. Namun demikian, nilai WQI tersebut masih dalam taraf “baik” sampai dengan “sedang” yang artinya tingkat pencemaran dalam konsentrasi yang diperbolehkan. Di beberapa tempat, air tanah dan air permukaan menunjukkan perlunya pemantauan kontaminasi pestisida di permukaan dan air tanah[27]. Namun, tingkat konsentrasi nitrogen yang tinggi dapat berasal dari aktivitas manusia[28] atau limbah domestik rumah tangga [29]. Selain itu, tingginya konsentrasi beberapa nutrisi dalam air juga dapat dipengaruhi oleh ternak. Dalam kondisi aliran dasar, proses di sungai dan/atau riparian memainkan peran penting dalam mengendalikan nutrisi kimia umum, terutama di hulu yang dipengaruhi oleh ternak.[30]. Gambar 5 Perbandingan nilai WQI antar muka air di semua DAS C. WQI berdasarkan Lokasi Sampel Di antara empat lokasi, nilai WQI tertinggi hingga terendah masing-masing adalah mata air, tambak, sawah dan sungai (Gbr. 6). Mata air menyembur dari air bawah tanah yang memiliki kontaminan rendah karena disaring secara alami oleh tanah atau lapisan tanah. Namun, pemukiman pedesaan kemungkinan besar akan dibangun di dekat mata air, oleh karena itu beberapa kontaminasi ditemukan tetapi dalam tingkat yang rendah. Penurunan kualitas air diyakini sebagai dampak dari beberapa gangguan yang disebabkan oleh perubahan cepat penggunaan lahan dan tutupan lahan, penggundulan hutan, penerapan sistem pertanian monokultur dalam pertanian komersial, urbanisasi, industrialisasi, dan jenis pembangunan infrastruktur lainnya. [31]. Namun, karena lanskap pedesaan di antara 24 desa terpilih memiliki tingkat perubahan penggunaan lahan yang rendah dan tingkat deforestasi yang rendah, hal itu membuat nilai WQI masih pada tingkat yang diizinkan. Meskipun hilir DAS CS dan CL berpenduduk dan urban, lanskap pedesaan berada dalam situasi yang dikelola dengan baik. pengaruh dari industrialisasi juga berdampak rendah karena terpusat di dekat daerah perkotaan. Desa-desa yang dipilih terletak jauh dari pemukiman penduduk dan terfasilitasinya kawasan urbanisasi, Gambar 6 Perbandingan nilai WQI antar lokasi sampel air di sehingga nilai WQI masih dalam taraf yang diperbolehkan. tingkat aliran - 22 - Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 Nilai WQI di tambak sangat bervariasi dari 65,51 hingga Kemunduran tersebut, juga terjadi di daerah yang paling padat penduduknya dan setelah daerah perkotaan, karena pembangunan di lanskap pedesaan sebagian besar dekat dengan daerah yang difasilitasi. [21]. Selain itu, korelasi antara WQI dan DO juga ditunjukkan pada Gambar 8. Korelasi negatif menunjukkan nilai DO masih rendah yang memenuhi standar WQ. 76.16. Hal ini dikarenakan pemanfaatan tambak berbeda-beda. Ada kolam yang digunakan sebagai kolam ikan, ada yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari rumah tangga dan ada juga yang keduanya. Perilaku masyarakat pedesaan yang memanfaatkan tambak untuk menunjang aktivitas sehari-hari berdampak pada tingkat konsentrasi nitrogen[28]. Pengelolaan tambak, seperti pemberian pakan, panen dan pembersihan, membuat nitrogen anorganik meningkat. E. Keberlanjutan Lanskap Pedesaan Nilai WQI yang sedikit bervariasi pada lahan sawah (60,91 – 68,08) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk dan pestisida kimia di semua tingkat aliran adalah sama. Hal ini dikarenakan masyarakat cenderung meningkatkan produksi dengan menggunakan teknik intensifikasi. Namun, tidak semua sawah digarap secara intensif, karena kearifan lokal masyarakat pedesaan mengajarkan metode rotasi tanaman antara padi dan palawija. Selain itu, untuk kawasan pertanian, koridor sempadan sungai sangat penting untuk melindungi keanekaragaman hayati dan kualitas air[32]. Pada umumnya areal persawahan sebagian besar berada di luar kawasan pemukiman, yang dikelilingi oleh sistem agroforestri, seperti kebun campur dan kebun bambu (talon). Di lanskap pedesaan, sangat mudah untuk mengidentifikasi setiap petak batas sistem pertanian. Mosaik pertanian yang menggunakan kelestarian air relatif mudah dipahami. Namun, konsep keberlanjutan secara keseluruhan jauh lebih sulit untuk didefinisikan[33]. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lanskap pedesaan di setiap DAS lebih berkelanjutan sebagai sumber daya pemurnian dan penyerapan polutan yang diidentifikasi oleh nilai WQI. Selain itu, berbeda dengan komoditas pertanian, jasa lingkungan di lanskap pedesaan seringkali kurang dipasok oleh masyarakat karena tidak adanya atau lemahnya sinyal harga. [34]. Layanan ini mungkin melibatkan perlindungan keanekaragaman hayati, peningkatan kualitas air, perbaikan iklim mikro, pemeliharaan warisan budaya dan penyediaan kesempatan rekreasi dan pemandangan lanskap.[35]. Permintaan masyarakat untuk layanan ini kuat dan berkembang. Orang-orang mencari lebih dari sekadar produksi pangan dari lanskap pedesaan[36]. D. Analisis Lebih Lanjut dari Nilai WQI Analisis lebih lanjut menunjukkan korelasi antara WQI dan TIN (jumlah NH4-N, TIDAK3-N dan TIDAK2-N konsentrasi dalam mg/l) (Gbr. 7). Hal ini menunjukkan penurunan kualitas air karena efek adiktif dari senyawa nitrogen anorganik. Gambar 7 Diagram regresi antara WQI dan TIN di wilayah studi dinyatakan dengan persamaan linier y = -0,2144x + 16,987 dengan R² = 0,7314 dan/atau eksponensial persamaan y = -15.28ln(x) + 66,799 dengan R² = 0,7532 Gambar 8 Diagram Regresi antara WQI dan DO dinyatakan dengan persamaan linier y = -3,1422x + 81,36 dengan R² = 0,6053atau persamaan eksponensial y = -12,16ln(x) + 83,97 dengan R² = 0,6768 - 23 - Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 Gambar 9 Hubungan antara Escherichia coli dan 10 parameter kualitas air lainnya Semua parameter menunjukkan korelasi positif terhadap Escherichia coli, kecuali alkalinitas - 24 - Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 Pencemaran sumber daya air yang paling signifikan berasal dari saluran pembuangan domestik. Berdasarkan nilai WQI, penting untuk membuat sistem restorasi di titik aliran air yang paling sesuai dengan biaya rendah dan input energi rendah. Menggunakan arang dan tanaman untuk menghilangkan kontaminasi tersebut telah disarankan[37]. Salah satu praktik perbaikan air[38] adalah dengan menggunakan skenario prioritas yang meningkatkan produksi sistem agroforestri dan lanskap pedesaan yang berkelanjutan. Penelitian lain juga menemukan bahwa sawah terbengkalai yang tersisa di daerah perkotaan/ pedesaan campuran memiliki potensi signifikan untuk mengurangi beban nitrogen dan fosfor.[39]. tingkat. Secara keseluruhan, kualitas air lanskap pedesaan masih dalam batas yang diizinkan. Kondisi tersebut membuktikan bahwa lanskap pedesaan memiliki kemampuan untuk menyerap dan membersihkan pencemaran air melalui proses alam. Namun penggunaan pupuk dan pestisida kimia harus tetap diwaspadai karena beberapa indikator bahan anorganik menunjukkan kecenderungan air yang tercemar. Masyarakat pedesaan dan pemerintah harus menjaga situasi ini dengan secara bersamaan menyadari nasihat kearifan lokal dari para tetua. Kesimpulannya, sebagai metode yang berguna untuk klasifikasi kualitas air berdasarkan kriteria ilmiah, WQI dapat diterapkan secara efektif untuk penilaian kualitas air di lanskap pedesaan. Selain itu, hasilnya mudah dipahami oleh publik non-ilmiah dan pengambil keputusan. Selain itu, evaluasi WQI cocok untuk penilaian kualitas air untuk memantau strategi pengendalian pencemaran, terutama di negara berkembang dengan anggaran terbatas. Beberapa strategi dapat diadopsi seperti menggunakan arang dan tanaman bio-remediasi[37], karbon aktif Sungai sebagai tempat penimbunan terakhir material air dari berbagai sumber memiliki peran positif dan negatif. Sebagai peran positif, sungai dapat membersihkan pencemaran air dengan menyerap polutan melalui tanaman, tanah dan terkadang hewan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tanaman itu ditemukan berkontribusi secara signifikan terhadap kapasitas pembersihan diri sungai[40]. Salah satu pendekatan untuk mencapai pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan adalah ekohidrologi [41]. Degradasi ekosistem air tawar dan sumber daya air harus mempertimbangkan gangguan siklus air dan nutrisi, karena polusi di lanskap pedesaan dapat dihilangkan secara substansial dengan bioteknologi. Pengelolaan lanskap pedesaan yang berhubungan dengan optimalisasi struktur zona ekoton di seluruh DAS, dan biasanya kurangnya ruang untuk struktur yang relevan dengan ekohidrologi, dan kurangnya pendanaan, meskipun ekoton dan elemen biotik struktural lainnya memberikan dasar untuk pengelolaan lanskap berkelanjutan[42]. disiapkan dari H3PO4 [45], [4]4 , atau dari haydite dan pasir kuarsa meningkatkan sistem agroforestri [38], perencanaan desain vegetasi terpadu [46] dan dengan upaya besar dengan membangun lahan basah [47]. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didukung oleh Program Pendidikan Pemimpin Lingkungan Global (GELs) untuk Merancang Masyarakat Rendah Karbon (LCS) oleh Universitas Hiroshima. Survei pendahuluan merupakan kerja sama antara Universitas Hiroshima (Jepang) dan Departemen Arsitektur Lansekap, Institut Pertanian Bogor, Bogor (Indonesia). Sebuah studi menunjukkan bahwa masyarakat pedesaan secara intrinsik termotivasi untuk mempraktikkan konservasi oleh faktorfaktor seperti keterikatan mereka pada tanah mereka, bukan oleh motivasi seperti menerima kompensasi ekonomi. [32]. Disiplin ekologi REFERENSI lanskap, sebagai studi tentang hubungan di permukaan bumi dapat [1] Z. Liu, et al., "Indeks Kualitas Air sebagai Indikator Sederhana Sumber Air Minum di Sungai Dongjiang, Cina," Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan vol. 2, hlm. 16-21, 2012. menangani masalah perencanaan dan pengelolaan dari berbagai sudut pandang, masing-masing dengan titik fokusnya sendiri.[36], terutama di lanskap pedesaan. Beberapa studi menunjukkan bahwa lanskap pedesaan memainkan peran penting melalui pengelolaan [2] SF Pesce dan DA Wunderlin, “Penggunaan indeks kualitas air untuk memverifikasi dampak Kota Córdoba (Argentina) pada Sungai Suquı́a,” Penelitian Air, vol. 34, hlm. 2915-2926, 2000. lanskap agroforestri[43]. Kemampuan untuk mempertahankan pengetahuan kearifan lokal untuk menjaga kualitas lingkungan lebih mungkin merupakan pilihan terbaik untuk mencapai pengelolaan [3] E. Sánchez, et al., “Penggunaan indeks kualitas air dan defisit oksigen terlarut sebagai indikator sederhana pencemaran DAS,” Ecological Indicators, vol. 7, hlm. 315-328, 2007. berkelanjutan di lanskap pedesaan. Masyarakat juga cenderung terlibat dalam praktik konservasi yang membuat lahan tampak terkelola dengan baik. Selain itu, komunitas dengan motivasi intrinsik yang kuat kemungkinan akan mengadopsi praktik konservasi yang melindungi sungai, seperti mempertahankan penyangga vegetatif berkayu atau mempraktikkan pertanian tanpa pengolahan. Studi ini menunjukkan bahwa perlindungan lokasi sumber daya air di DAS pertanian memerlukan strategi konservasi yang sinergis dengan masyarakat pedesaan untuk mengakui kearifan lokal mereka. [4] M. Terrado, et al., "Indeks kualitas air permukaan untuk analisis data yang dihasilkan oleh jaringan pengambilan sampel otomatis," Tren TrAC dalam Kimia Analitik, vol. 29, hlm. 40-52, 2010. [5] AH Hernández-Romero, et al., “Kualitas air dan keberadaan pestisida di lahan basah pesisir tropis di Meksiko selatan,” Marine Pollution Bulletin, vol. 48, hlm. 1130-1141, 2004. [6] AJM Yunus and N. Nakagoshi, “Effects of Seasonality on Streamflow and Water Quality of the Pinang River in Penang Island, Malaysia,” Chinese Geographical Science, vol. 14, hlm. 153-161, Juni 2004. IV. KESIMPULAN Kualitas air di lanskap pedesaan, khususnya di empat DAS, dievaluasi dengan indeks kualitas air (WQI). Semua sampel air terletak di "baik" dan "sedang" [7] P. Debels, et al., “Evaluasi Kualitas Air di Sungai Chillán (Cile Tengah) Menggunakan Parameter Fisikokimia dan - 25 - Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 a Modified Water Quality Index,” Pemantauan dan Penilaian Lingkungan, vol. 110, hlm. 301-322, 2005. [23] H. Boyacioglu, “Pengembangan indeks kualitas air berdasarkan skema klasifikasi Eropa,” Water SA, vol. 33, hlm. 101-106, 2007. [8] SL Dwivedi dan V. Pathak, “Penugasan awal indeks kualitas air untuk sungai Mandakini, Chitrakoot,” Jurnal Perlindungan Lingkungan India, vol. 27, hlm. 1036-1038, [24] V. Pathak dan A. Banerjee, “Studi pencemaran air tambang di Chapha Incline, Umaria Coalfield, Eastern Madhya Pradesh, India,” Mine Water and the Environment, vol. 11, pp. 27-35, 1992. 2007. [9] MB Chougule, et al., “Penilaian Indeks Kualitas Air (WQI) untuk Pemantauan Pencemaran Sungai Panchganga di Ichalkaranji,” dalam Procedding International Conference on Energy and Environment, Chandigarh, India, 2009, hlm. 122127. . [25] M. Vega, et al., "Penilaian efek musiman dan polusi pada kualitas air sungai dengan analisis data eksplorasi," Water Research, vol. 32, hlm. 3581-3592, 1998. [26] M. Ahipathy dan E. Puttaiah, “Karakteristik ekologi Sungai Vrishabhavathy di Bangalore (India),” Geologi Lingkungan, vol. 49, hlm. 1217-1222, 2006. [10] P. Kannel, dkk., “Penerapan Indeks Kualitas Air dan Oksigen Terlarut sebagai Indikator untuk Klasifikasi Air Sungai dan Penilaian Dampak Perkotaan,” Pemantauan dan Penilaian Lingkungan, vol. 132, hlm. 93-110, 2007. [27] MA Dalvie, et al., "Kontaminasi permukaan pedesaan dan air tanah oleh endosulfan di daerah pertanian Cape Barat, Afrika Selatan," Kesehatan Lingkungan: Sumber Ilmu Akses Global, vol. 2, hlm. 1-15, 20030101 2003. [11] R. Abrahão, dkk., “Penggunaan analisis indeks untuk mengevaluasi kualitas air sungai yang menerima limbah industri,” Water SA, vol. 33, hlm. 459-465, 2007. [28] K. Harashina, et al., “Nitrogen mengalir karena aktivitas manusia di daerah aliran sungai Cianjur-Cisokan di tengah DAS Citarum, Jawa Barat, Indonesia: studi kasus pada skala dusun,” Agriculture Ecosystems & Environment, jilid 100, hlm. 75-90, November 2003. [12] A. Alobaidy, et al., "Penerapan Indeks Kualitas Air untuk Penilaian Ekosistem Danau Dokan, Wilayah Kurdistan, Irak," Jurnal Sumber Daya dan Perlindungan Air, vol. 2, hlm. 792-198, 2010. [13] N. Karakaya dan F. Evrendilek, “Seri waktu kualitas air untuk aliran Big Melen (Turki): analisis dekomposisi dan perbandingannya dengan hulu,” Pemantauan dan Penilaian Lingkungan, vol. 165, hlm. 125-136, 2010. [29] HP Jarvie, et al., "Pengaruh penggunaan lahan pedesaan pada nutrisi air sungai dan signifikansi ekologisnya," Journal of Hydrology, vol. 350, hal. 21, 2008. [30] HP Jarvie, et al., "Aliran kimia dan kualitas air di sepanjang kontinum penggunaan lahan pedesaan dataran tinggi-dataran rendah, barat daya Inggris," Journal of Hydrology, vol. 350, hal. 17p, 2008. [14] D. Swaroop Bhargava, “Penggunaan indeks kualitas air untuk klasifikasi sungai dan zonasi sungai Gangga,” Pencemaran Lingkungan Seri B, Kimia dan Fisik, vol. 6, hal.51-67, 1983. [31] HS Arifin dan N. Nakagoshi, “Landscape ecology and urban biodiversity in tropical Indonesian city,” Landscape and Ecological Engineering, vol. 7, hlm. 33-43, 2011. [15] TA Cochrane dan DC Flanagan, "Pengaruh resolusi DEM dalam prediksi limpasan dan kehilangan tanah dari model DAS Wepp," Transaksi ASAE, vol. 48, hlm. 109-120, 2005. [32] RL Ryan, dkk., “Motivasi Petani untuk Mengadopsi Praktik Konservasi di sepanjang Zona Riparian di DAS Pertanian Midwestern,” Jurnal Perencanaan & Pengelolaan Lingkungan, vol. 46, hal. 19p, 2003. [16] J. Du, et al., "Pengembangan dan pengujian pendekatan perutean limpasan badai baru berdasarkan varian waktu metode waktu perjalanan [33] M. Stevenson dan H. Lee, "Indikator keberlanjutan sebagai alat dalam pembangunan pertanian: partisi proses ilmiah dan partisipatif," Int. J. Mempertahankan. Dev. Ekologi Dunia, vol. 8, 2001. terdistribusi secara spasial, " Journal of Hydrology, vol. 369, hal. 44- 54, 2009. [17] A. Erturk, et al., "Aplikasi Sistem Pemodelan Daerah Aliran Sungai (WMS) untuk pengelolaan terpadu DAS di Turki," Jurnal Ilmu Lingkungan & Kesehatan, vol. 41, hlm. 2045-2056, 2006. [34] S. Mann dan H. Wüstemann, "Multifungsi dan fokus baru pada eksternalitas," Journal of Socio-Economics, vol. 37, hlm. 293-307, 2008. [18] Y. Gao dan W. Zhang, “Klasifikasi LULC dan koreksi topografi citra Landsat-7 ETM+ di DAS Sungai Yangjia: pengaruh resolusi DEM,” Sensor vol. 9, hal. 1980-1995, 2009. [35] S. Hajkowicz dan K. Collins, "Mengukur manfaat pengelolaan lingkungan di lanskap pedesaan," Lansekap dan Perencanaan Kota, vol. 93, 2009. [36] W. Vos dan H. Meekes, "Tren dalam pengembangan lanskap budaya Eropa: perspektif untuk masa depan yang berkelanjutan," Lansekap dan Perencanaan Kota, vol. 46, hlm. 3-14, 1999. [19] S. Pelacani, et al., "Simulasi erosi tanah dan pengendapan dalam penggunaan lahan yang berubah: Pendekatan pemodelan untuk menerapkan faktor praktik pendukung," Geomorfologi, vol. 99, hlm. 329-340, 2008. [37] PM Outridge dan BN Noller, “Akumulasi Unsur Jejak Beracun oleh Tanaman Vaskular Air Tawar,” Toksikologi Kontaminasi Lingkungan, vol. 121, hlm. 1-63, 1991. [20] FH Schmidt and JH A, “Ferguson, Rainfall types based on wet and dry period ratios for Indonesia and Western New Guinea,” Verhandelingen Djawatan Meteorologi dan Geofisik 42, Jakarta, 1951. [38] C. Coiner, et al., "Implikasi Ekonomi dan Lingkungan dari Desain Lansekap Alternatif di DAS Walnut Creek di Iowa, "Ekonomi Ekologis, vol. 38, hal. 119- [21] Kaswanto, dkk., “Pengelolaan Air Berkelanjutan di Lanskap Pedesaan DAS Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia,” Journal of International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences (ISSAAS), vol. 14, hlm. 33-45, 2008. 139, 2001. [39] J. Kogi, dkk., “Potensi Sawah Terbengkalai untuk Mengurangi Beban Polusi dari Rumah Tangga di Suburban Tokyo,” Water, vol. 2, hlm. 649-667, 2010. [40] B. Karrasch, et al., "Pengaruh limbah pabrik pulp dan kertas pada mikroplankton dan kemampuan pemurnian diri mikroba dari Sungai Biobio, Chili," Science of the Total Environment, vol. 359, hlm. 194-208, 20060415 2006. [22] N. tambuk-Giljanović, “Evaluasi kualitas air berdasarkan indeks di Dalmatia,” Water Research, vol. 33, hlm. 3423-3440, 1999. - 26 - Jurnal Internasional Perlindungan Lingkungan Desember 2012, Jil. 2 Edisi 12, hal. 17-27 [41] M. Zalewski, "Ekohidrologi - Latar Belakang Ilmiah untuk Menggunakan Properti Ekosistem sebagai Alat Pengelolaan Menuju Keberlanjutan Sumber Daya Air," Teknik Ekologi, vol. 16, hlm. 1-8, 2000. lignin dari kraft black liquor,” Water Research, vol. 38, hlm. 3043-3050, 2004. [45] L. Hanchao, et al., "Perbandingan tiga sorben untuk penghilangan polutan organik dalam air minum," Energy Procedia, vol. 5, hal. 985-990, 2011. [42] GA Janauer, "Ekohidrologi: Fusing Concepts and Scales," Teknik Ekologi, vol. 16, hlm. 9-16, 2000. [46] J. Ryan, dkk., “Desain vegetasi terpadu untuk meningkatkan retensi air dan daur ulang dalam agroekosistem,” Ekologi Lansekap, vol. 25, hlm. 1277-1288, 2010. [43] F. Saroinsong, et al., "Aplikasi praktis dari sistem informasi sumber daya lahan untuk perencanaan lanskap pertanian," Lansekap dan Perencanaan Kota, vol. 79, hlm. 38-52, 2007. [47] FJ Díaz, dkk., “Penghilangan polutan pertanian oleh lahan basah buatan: Implikasi untuk pengelolaan dan desain air,” Pengelolaan Air Pertanian, vol. 104, hlm. 171- [44] E. Gonzalez-Serrano, et al., “Penghilangan polutan air dengan karbon aktif yang dibuat dari aktivasi H3PO4 183, 2012. - 27 - Lihat statistik publikasi