Uploaded by SALSABELA ALMIRA

TOPIC 3 KELOMPOK 9 MAKALAH FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM TUGAS ETIKA BISNIS PROFESI

advertisement
FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM
TUGAS MATA KULIAH
ETIKA BISNIS DAN PROFESI
Oleh :
SALSABELA ALMIRA
( 200810301069 )
TYAS ROSYDAH
( 200810301114 )
PUTRI AYU A.F.
( 200810301116 )
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang pantas kami panjatkan
kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Filsafat, Agama, Etika, dan Hukum”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Septarina Prita Dania S., S.E., M.SA, Ak. selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis
dan Profesi yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini.
2. Keluarga dan teman–teman yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian
makalah ini
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaiaan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini, oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terimakasih dan semoga
makalah ini bisa memberikan banyak manfaat positif bagi kita semua
Jember, 6 September 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A.
LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1
B.
RUMUSAN MASALAH................................................................................... 2
C.
TUJUAN PENULISAN ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
A.
HAKIKAT FILSAFAT ..................................................................................... 3
B.
HAKIKAT AGAMA.......................................................................................... 4
C.
HAKIKAT ETIKA ............................................................................................ 6
D.
HAKIKAT NILAI ............................................................................................. 7
E.
HUBUNGAN AGAMA,ETIK dan NILAI........................................................... 8
F.
HUKUM, ETIKA, DAN ETIKET ....................................................................... 9
G.
PARADIGMA MANUSIA UTUH ................................................................... 10
1.
Karakter dan Kepribadian .......................................................................... 10
2.
Kecerdasan, Karakter dan Etika ................................................................ 11
3.
Karakter dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual ......................... 12
4.
Karakter dan Paradigma Pribadi Utuh....................................................... 12
5.
Pikiran, Meditasi, dan Gelombang Otak .................................................... 13
6
Model Pembangunan Manusia Utuh.......................................................... 14
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 15
A.
KESIMPULAN .............................................................................................. 15
B.
SARAN ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah filsafat sudah cukup dikenal sejak zaman dahulu. Meski begitu,
untuk mulai mendefinisikannya ternyata bukan perkara mudah, bilah dilihat dari
arti katanya, filsafat berasal dari dua kata yunani philo dan shopia. Philo berarti
cinta, sedangkan shopia berarti bijaksana. Dengan demikian philoshopia berarti
cinta terhadap kebijaksanaan, namun untuk membuka pemahaman lebih lanjut
tentang
filsafat,
ada
baiknya
dimulai
dengan
mengutik
pertanyaan
suryasumantri yang membedakan antara pengetahuan (ilmu) dengan filsafat.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa raguragu, dan filsafat di mulai dari keduanya. Selanjutnya, suryasumantri mengutik
pertanyaan will duranp yang mengumpamakan filsafat sebagai pasukan
mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri (mewakili ilmu
pengetahuan). Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan
keilmuan. Setelah pantai dapat direbut oleh pasukan marinir (filsafat)
sedangkan maka pasukan marinir akan pergi dan selanjutnya tugas pasukan
infanteri (ilmu pengetahuan untuk menyempurnakan tempat yang telah direbut
tersebut. Untuk dapat lebih memperjelas perbedaan filsafat dengan ilmu
pengetahuan, atau untuk membedakan suatu cabang ilmu dengan cabang ilmu
lainnya, dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu (a) objek yang dikaji (ontologis), (b)
prosedur / metode untuk mengkajinya (epistemologis), (c) tujuan penggunaan
filsafat / ilmu itu sendiri (oksiologis).
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan hakikat filsafat?
2. Apakah yang dimaksud dengan hakikat agama?
3. Apakah yang dimaksud dengan hakikat etika?
4. Apakah yang dimaksud dengan hakikat nilai?
5. Bagaimanakah hubungan antara agama, etika, dan etiket?
6. Apakah yang dimaksud dengan hukum, etika, dan etiket?
7. Bagaimanakah paradigma manusia utuh?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hakikat filsafat?
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hakikat agama?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hakikat etika?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hakikat nilai?
5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara agama, etika, dan etiket?
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum, etika, dan etiket?
7. Untuk mengetahui apa bagaimana paradigma manusia utuh?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT FILSAFAT
Filsafat berasal dari dua kata Yunani: philo dan sophio. Philo berarti
cinta, sedangkan sophio berarti sederhana. Dengan demikian, philosophio
berarti cinta terhadap kebijaksanaan. Karakteristik utama berpikir filsafat adalah
sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar dan spekulatif. Sifatnya yang
menyeluruh artinya mempertanyakan hakikat keberadaan dan kebenaran
tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan secara keseluruhan,
bukan dari perspektif bidang per bidang atau sepotong-sepotong.
Menurut Suriasumantri pokok permasalah yang dikaji filsafat mencakup
tiga segi yaitu: apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika),
mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa
yang dianggap indah dan apa yang dianggap jelek (estetika). Itulah sebabnya
filsafat dikatakan sebagai induk dari seluruh cabang ilmu pengetahuan dan
seni. Ilmu pengetahuan merupakan cabang yang sudah terspesialisasi, melihat
hakikat kebenaran dari sudut pandang yang berbedabeda atas suatu objek
keberadaan yang tunggal. Sifatnya yang mendasar berarti bahwa filsafat tidak
begitu saja percaya bahwa ilmu itu adalah benar. Sifatnya yang spekulatif
karena filsafat ingin selalu mencari jawab bukan saja pada suatu yang sudah
diketahui, tetapi juga segala sesuatu yang belum diketahui.
Theo Hujibers (dalam Abdulkadir Muhammad,2006) menjelaskan filsafat
sebagai kegiatan intelektual yang metodis, sistematis dan secara reflektif
menangkap makna hakiki keseluruhan yang ada. Abdulkadir Muhammad
menjelaskan pendapat dengan melihat unsur-unsurnya sebagai berikut:
3
a. Kegiatan intelektual (pemikiran)
b. Mencari makna yang hakiki (interpretasi )
c. Segala fakta dan gejala (objek)
d. Dengan cara refleksi, metodis, dan sistematis (metode)
e. Untuk kebahagiaan manusia (tujuan)
Untuk dapat memperjelas perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan,
atau untuk membedakan suatu cabang ilmu dengan cabang ilmu lainnya, dapat
dilihat dari tiga aspek, yaitu:
1. Objek yang dikaji (ontologis)
FILSAFAT : segala sesuatu yg bersifat fisik dan nonfisik, baik yg dapat direkam
melalui indra maupun tidak
ILMU
: Segala sesuatu yang bersifat fisik dan yang dapat direkam melalui
indra
2.
Prosedur atau metode untuk mengkajinya (epistemologis)
FILSAFAT : Pendekatan yang bersifat reflektif atau rasional – deduktif
ILMU
: Pendekatan ilmiah, menggunakan dua pendekatan yaitu deduktif dan
induktif saling melengkapi
3.
Tujuan penggunaan filsafat atau ilmu itu sendiri (aksiologis)
FILSAFAT : Sangat abstrak, bermanfaat tetapi tidak secara langsung bagi umat
manusia
ILMU
: Sangat konkret, langsung dapat dimanfaatkan bagi kepentingan
umat manusia
B. HAKIKAT AGAMA
Untuk memperoleh pemahaman tentang agama, di bawah ini dikutip
beberapa pengertian dan definisi tentang agama :
1. Agus M.Harjana (2005) megutip pengertian agama dari Ensiklopedi
Indonesia karangan Hassan Shadily. Agama berasal dari bahasa
sansekerta :a berarti tidak, gam berarti pergi, dan a berarti bersifat atau
keadaan. Jadi istilah agama berarti: bersifat tidak pergi, tetap lestari, kekal
dan tidak berubah. Dengan demikian agama adalah pegangan atau
pedoman bagi manusia untuk mencapai hidup kekal.
4
2. Fuad Fahri Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) menjelaskan bahwa
agama adalah satu bentuk terhadap ketetapan ketetapan Illahi yang
mengarahkan mereka yang berakal –dengan pilihan mereka sendiri
terhadap ketetapan Illahi tersebut-kepada kebaikan hidup didunia dan
kebaikan hidup di akhirat.
3. Abdulkadir Muhammad (2006) memberikan dua rumusan agama, yaitu
(a) menyangkut hubungan antara manusia dengan suatu kekuasaan luar
yang laindan lebih dari pada apa yang dialami oleh manusia, dan
(b) apa yang diisyaratkan Allah dengan perantara para nabi-Nya, berupa
perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan
di akhirat.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dirinci rumusan agama
berdasarkan unsur - unsur penting sebagai berikut :
1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transcendental
yang Illahi-Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan dan perintah ) nilainilai dan norma-norma yang diwahyukan langsung oleh Illahi melalui nabinabi.
3.
Untuk kebahagiaan hidup manusia didunia dan hidup kekal diakhirat.
Dalam pengertian agama tercakup unsur-unsur utama sebagai berikut :
1. Ada kitab suci.
2. Kitab suci yang dituliskan oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari
Tuhan.
3.
Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dan
menafsirkan kitab suci bagi kepentingan umatnya.
4. Setiap agam berisi ajaran dan pedoman tentang :
a. Tagwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan
b. Susila, moral atau etika.
C. Ritual, upacara, atau tata cara beribadat
d. Tujuan agama
5
C. HAKIKAT ETIKA
Etika barasal dari kata yunani yaitu berasal dari kata ethos (bentuk
tunggal) yang berarti tempat tinggal, padang, rumput, kadang, kebiasaan, adat,
watak, perasaan, sikap, cara berpikir, bentuk jamaknya adalah ta etha, yang
berarti adat istiadat. Dalam hal ini kata etika sama dengan moral. Moral
berasal dari kata latin: mos ( bentuk tunggal ), atau mores ( bentuk jamak )
yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhalk, cara
hidup, (Kanter, 2001).
Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika , dibawah
ini dikutip beberapa pengertian etika:
1. Ada dua pengertian etika; sebagai praksis dan sebagai refleksi. Sebagai
praksis etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral baik yang diperaktikan
atau justru tidak diperaktekan, walaupun seharusnya diperaktikan. Tidak boleh
dilakukan,
pantas
dilakukan,
dan
sebagainya.
Etika
sebagai
refleksi
adalah pemikiran moral (Bartnes, 2001 ).
2.
Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang
dilakukan, atau tentang adat istiadat yang berkenaan dengan hidup yang baik
dan yang buruk
( kanter,2001 ).
3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam pengertian
sebagai berikut :
a. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
b. Kupulan asas atau nilai yang berkenan dengan akhlak;
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
6
Dari
uraian
diatas,
dapat
diketahui
bahwa
ternyata
etika
mempunyai banyak arti. Namun demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat
dari dua hal berikut:
a. Etika sebagai peraksis; sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok
atau masyarakat.
b. Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral. Etika
sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran
terhadap moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis.
D. HAKIKAT NILAI
Istilah nilai bukan hal yang asing bagi hampir setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi setiap ibu rumah tangga yang berbelanja ke pasar
tahu persis berapa nilai (uang) dari setiap barang yang dibeli di pasar. Dalam
hal ini, nilai barang sama pengertiannya dengan harga barang yang dibayar.
Nilai (uang) harga yang dibayar untuk memperoleh barang tersebut sering
disebut sebagai nilai ekonomis. sesuatu mempunyai nilai ekonomis karena
sesuatu tersebut dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup secara
fisik atau memberi kenikmatan rasa dan fisik atau untuk meningkatkan Citra
atau gengsi para akuntan pelaku bisnis ibu rumah tangga tukang becak paham
betul cara hitung dan melakukan dan melaporkan nilai uang atau nilai ekonomis
dari harta kekayaan yang dimilikinya dari kegiatan bisnis atau dari pekerjaan
yang dilakukan
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih mendalam, dibawah ini
dikutip beberapa definisi tentang nilai.
1. Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga
dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan
sesuatu yang memberi makna dalam hidup, yang berikan titik tolak, isi, dan
tujuan dalam hidup.
2. Faud Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai
standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala
sesuatu. Ada nilai materialis yang berkaitan dengan ukuran harta pada diri
7
kita, ada nilai kesehatan yang mengungkapkan tentang siknifikasi kesehatan
dalam pandangan kita, ada nilai ideal yang mengungkapkan kedudukan
keadilan dan kesetiaan dalam hati kita, serta ada nilai sosiologis yang
menunjukan signifikasi kesuksesan dalam kehidupan praktis, dan nilai-nilai
yang lain.
Dari penjelasan tetang nilai tersebut, sebenarnya dapat disimpulakn
tiga hal, yaitu:
a. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal).
b. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang
sudah cukup dikenal.
c. Gugus-gugus nilai membentuk semacam heararki dari yang terendah
sampai yang tertinggi.
E. HUBUNGAN AGAMA,ETIK dan NILAI
Semua agama melalui kitab sucinya masing-masing mengajarkan
tentang tiga hal pokok yaitu :
1. Hakikat Tuhan (God, Allah, Gusti Allah, Budha, Brahman, Kekuatan yang
tidak terbata, dan lain-lain).
2. Etika, tata susila.
3. Ritual, tata cara beribadat.
Jelas sekali bahwa antara agama dan etika tidak dapat dipisahkan.
Tidak ada agama yang tidak mengajarkan etika/moralitas. Kualitas
keimanan (spiritualitas) seseorang ditentukan bukan saja oleh kualitas
peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi
sia-sia tanpa dilandasi oleh nilai-nilai moral.
Tingkat keyakinan dan kepasrahan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
tingkat/kualitas peribadatan, dan tingkat kualitas moral seseorang akan
menentukan gugus/hierarki nilai kehidupan yang telah dicapai. Tujuan
semua agama adalah untuk merealisasikan nilai tertinggi, yaitu hidup kekal
di akhirat. Dari sudut pandang semua agama, pencapaian nilai-nilai
kehidupan duniawi (nilai-nilai yang lebih rendah) bukan merupakan tujuan
8
akhir, tetapi hanya merupakan tujuan sementara atau tujuan antara, dan
dianggap hanya sebagai media atau alat (means) untuk mendukung
pencapain tujuan akhir (nilai tertinggi kehidupan).
F. HUKUM, ETIKA, DAN ETIKET
Hukum, etika dan etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan dan
mempunyai arti yang hampir sama walaupun terdapat juga perbedaaan.
No
Hukum
1.
Persamaan: sama-sama mengatur prilaku manusia
2.
Perbedaan
A
Sumber hokum:
Sumber etika:
Sumber etiket:
Negara, pemerintah
Masyarakat
Golonganmasyarakat
Sifat pengaturan:
Sifat pengaturan:
Sifat pengaturan :
B
Etika
Etiket
Tertulis berupa undang- Ada
undang,
yang
lisan Lisan
(berupa
Peraturan pemerintah,
dan sebagainya.
adat
kebiasaan)
dan
ada
yang tertulis (berupa
kode etik)
C
Objek yang diatur :
Objek yang diatur:
Objek yang diatur :
Bersifat
Bersifat
Bersifat
(misalnya
warisan,
lahiriah
:
rohaniah,
hokum misalnya: prilaku etis,
hokum (jujur,
tidak
agrarian, hokum tata bertanggung
Negara) dan rohaniah
(misalnya:
pidana)
misalnya:
tata
menipu, berpakaian,
cara
(untuk
jawab) pesta,sekolah,
dan prilaku tidak etis
hokum (korupsi,mencuri,
bersina)
lahiriah,
pertemuan
resmi,berkabung
dan
lain-lain)
cara
tatab
menerima tamu,
tatar
cara berbicara dengan
orang
lain,
sebagainya.
9
dan
G. PARADIGMA MANUSIA UTUH
Perlu dipahami pengertian beberapa konsep dan atau hubungan antar
berbagai konsep penting yang terkait dengan pembangunan manusia
seutuhnya, antara lain: karakter, kepribadian, kecerdasan, etika, gelombang
otak, tujuan hidup, agama, dan meditasi/zikir.
1. Karakter dan Kepribadian
Soedarsono (2002) mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas
kewajiban seseorang yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan
(orang tua, leluhur)dan sisi yang didapat dari pendidikan, pengalaman hidup
serta lingkungannya. Karakter adalah sisi kepribadian yang didapat dari
pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa dikatakan bahwa
karakter adalah bagian dari kepribadian.
Cloud (2007) menegaskan bahwa karakter seseorang akan sangat
menetukan apakah ia akan berhasil dalam menghadapi tuntutan kenyataan
dalam situasi tertentu, sementara tuntutan tersebut sangat banyak dan
beragam. Ezra (2006) mengatakan bahwa karakter adalah cilture untuk
sebuah
kesuksesan
yang
langgeng
dan
tahan
uji.
Lilik
Agung
mendefinisikan karakter sebagai kompetensi yang harus dimiliki seseorang
berkaitan dengan kinerja terbaik agar ia mampu menghadapi tantangan
realita/kenyataan yang selalu berubah dan mampu meraih kesuksesan
yang bersifat langgeng. Dari berbagai definisi karakter tersebut di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Karakter adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang.
Kompetensi ini mencakup pengembangan secara seimbang dan
utuh ketiga lapisan yaitu: fisik (body), pikiran (mind), dan jiwa/roh
(spiritual).
b.
Karakter menentukan keberhasilan seseorang.
c.
Karakter dapat diubah, dibentuk, dipelajari melalui pendidikan,
dan pelatihan tiada henti serta melalui pengalaman hidup.
d. Tingkat keberhasilan seseorang ditentukan olehtingkat kecocokan
karakter yang dimilikinya dengan tuntutan kenyataan.
Chopra
menyebutkan
ada
10
karakter
sel
seharusnya dapat dijadikan sebagai karakter manusia.
10
(10C)
yang
1. Ada maksud yang lebih tinggi
2. Kesatuan (keutuhan)
3. Kesadaran
4. Penerimaan
5. Kreatifitas
6. Keberadaan
7. Efisiensi
8. Pembentukan ikatan
9. Memberi
10. Keabadian
2. Kecerdasan, Karakter dan Etika
Melalui pemahaman Wahyuni Nafis (2006) atas pemikiran/ajaran
tradisional islam dan diinspirasi oleh beberapa pemikiran Stephen R.
Covey, ia menyebut tiga jenis kecerdasan dengan tiga golongan etika, yaitu:
1) psiko etika, 2) sosio etika, dan 3) teo etika. Psiko etika merupakan
masalah aku dengan aku, sosio etika menyangkut masalah aku dengan
orang lain, dan teo etika menyangkut masalah aku dengan Tuhan.
Hubungan antara pemikiran kecerdasan Covey, karakter/sifat-sifat sel, dan
golongan
Empat
Kecerdasan Sepuluh Sifat / karakter sel chopra
Etika Nafis
Covey
PQ

Efisiensi (setiap sel menerima energi/makanan untuk Psiko Etika
mempertahankan
hidup,
tidak
mau
menimbun
makanan/energi)
IQ

Kesadaran (Kemampuan beradaptasi)

Keabadian (Meneruskan pengetahuan dan talenta kepada
Psiko Etika
sel – sel generasi berikutnya)
EQ

Penerimaan (menerima kehadiran dan ketergantungan Sosio Etika
dengan sel – sel lainnya)

Memberi (memberi/membantu integritas sel – sel lainnya)

Pembentukan
ikatan
11
(kesadaran
bahwa
keunikan/perbedaan fungsi setiap sel tidaklah meniadakan
kesamaan identitas mereka)
SQ

Maksud yang lebih tinggi (mengabdi kepada kepentingan Teo Etika
tubuh/sesuatu yang lebih besar, lebih luas, lebih tinggi,
serta tidak mementingkan diri sendiri)

Kesatuan (semua sel menyadari kesatuan/kebersamaan
mereka)

Kreatifitas (menemukan cara – cara baru, tidak berpegang
pada perilaku lama)

Keberadaan (semua sel patuh pada siklus hidup universal)
3. Karakter dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual
Belum banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu
mengkaji ranah spritual melalui pendekatan rasional / ilmiah. Ilmu psikologi
mencoba memasuki ranah kejiwaan, namun dalam perkembanganya ilmu
ini justru membatasi kajianya hanya pada lapisan pikiran (mental/emotional)
dan tidak ada upaya untuk masuk lebih dalam ke ranah roh (kesadaran
spritual/transdental). Sementara ajaran agama yang seharusnya dapat di
jadikan panduan dan pengembangan /olahan batin, dalam perjalananya
sering kali pengajaranya lebih bersifat indoktrinasi, sekedar menjalankan
praktik berbagai ritul, serta kurang mengedepankan pendekatan melalui
proses nalar, pengalaman, dan pengalaman langsung melalui refleksi
diri. Akibatnya, ajaran agama yang mulia itu tiidak mampu memberikan
pencerahan kepada umatnya.
4. Karakter dan Paradigma Pribadi Utuh
Covery telah mengingatkan bahwa untuk membangun manusia
berkarakter, di perlukan pengembangan kompetensi secara utuh dan
seimbang terhadap empat kemampuan manusia yaitu : tubuh (PQ),
intelektual (IQ), hati (EQ), dan jiwa (SQ). Sementara cloud (2007)
mengatakan bahwa kunci pembangunan karakter adalah integritas.
Pemahaman atas integritas tidak sekedar berarti jujur atau mempunyai
prinsip moral, tetapi terkandan juga pengertian : utuh dan tidak terbagi,
menyatu, berkonsentrasi kukuh, serta mempunyai konsistensi.
12
5. Pikiran, Meditasi, dan Gelombang Otak
Olah pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan
keterampilan untuk mengatur gelombang otak manusia yang paling
sesuai dengan aktivitasnya sehingga bisa mencapai hasil optimal
(sentanu, 2007). Otak akan memancarkan gelombang sesuia dengan
tingkat keadaan pikiran/kejiwaan seseorang. Ada empat golongan
gelombang otak, yaitu:
Kognitif, analisis, logika, otak kiri, konsentrasi, prasangka, pikiran
Beta (14 – 100 Hz) sadar, aktif, cemas, was-was, khawatir, stres, fight or flight,
disease, cortisol, norepinephrine
Alpha (8 – 13,9
Hz)
Khusyuk, relaksasi, meditatif, focus-alertness, superlearning,
akses nurani bawah sadar, ikhlas, nyaman, tenang, santai,
istirahat, puas, segar, bahagia, endorphine, serotonin
Sangat khusyuk, deep-meditation, problem solving, mimpi, intuisi,
Theta (4 – 7,9 Hz)
nurani bawah sadar, ikhlas, kreatif, integratif, hening, imajunatif,
catecholamines, AVP
Tidur lelap, non physical state, nurani bawah sadar kolektif, tidak
Delta(0,1 – 3,9 Hz)
ada pikiran dan perasaan, cellular regeneration, HGH
Kunci untuk membangun karakter adalah melatih pikiran untuk
memasuki gelombang alpha. Latihan meditasi, yoga, zikir, retret, dan
sejenisnya sangat efektif untuk memasuki gelombang alpha. Penelitian
ilmiah telah berhasil membutikkan bahwa praktik meditasi dan
sejenisnya mampu membantu melakukan transformasi diri menuju ke
arah pengembangan karakter-karakter positif secara efektif. Meditasi
adalah upaya untuk mendiamkan suara percakapan dalam pikiran dan
menemukan ruang yang tenang (Rodenbeck. 2007).
13
6
Model Pembangunan Manusia Utuh
Berdasarkan konsep yang dibahas sebelumnya dapat dibuat
dua model tentang hakikat keberadaan manusia, yaitu:
a. Model hakikat manusia tidak utuh (paradigma materialisme)
Model ini menjelaskan bahwa tujuan manusia hanya
mengejar kekayaan, kesenangan, dan kekuasaan duniawi.
Kecerdasan yang dikembangkan hanya IQ dan kesehatan fisik
sehingga praktis kurang atau bahkan lupa mengembangkan EQ
dan SQ. Sebagai konsekuensinya, walaupun dengan kemajuan
iptek manusia telah berhasil meningkatkan produksi barang dan
jasa, namun berbagai persoalan muncul sebagai akibat dari
tindakan yang tidak etis atau kealpaan mengembangkan EQ
dan SQ tersebut, antara lain: meluasnya korupsi dan kejahatan,
melebarnya kesenjangan orang kaya dan miskin, meningkatnya
berbagai konflik, kegelisahan, ketakutan, kemarahan, depresi,
anarkisme, dan sebagainya.
b. Model hakikat manusia utuh (paradigma manusia utuh)
Pengembangan model hakikat mansia utuh perlu untuk
mengatasi hal-hal yang terjadi berkaitan dengan hakikat
manusia tidak utuh. Paradigma hakikat manusia seutuhnya
mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis dalam arti luas,
yaitu dengan memadukan dan menyeimbangkan kualitas
kesehatan
fisik,
pengetahuan
intelektual,
kematangan
emosional dan kerukunan sosial, dan kesadaran spiritual.
Meditasi, zikir, retret, dan sejenisnya terbukti dapat melengkapi
praktik keagamaan guna meningkatkan kecerdasan emosional
dan spiritual. Pelatihan dan praktik meditasi, zikir dan retret
akan mengembangkan lapisan emosional dan spiritual serta
melengkapi pengembangan
intelektual melalui iptek
kesehatan fisik melalui olahraga dan makanan sehat.
14
dan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang menempati posisi sebagai
induk pengetahuan. Filsafat juga diartikan mencari sebuah kebenaran,
karakteristik utama berfikir filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat
mendasar, dan spekulatif. Sifatnya menyeluruh artinya mempertanyakan
hahekat keberadaan, dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai
satu kesatuan secara keseluruhan, bukan persektif dari bidang perbidang atau
sepotong-sepotong. Sifatnya yang mendasar berarti bahwa filsafat tidak begitu
saja percaya bahwa ilmu itu benar. Sifatnya yang spekulatif karna filsafat selalu
ingin mencari jawab bukan bukan saja pada suatu hal yang sudah diketahui,
tetapi segalah sesuatu belum diketahui.
Agama adalah satu bentuk ketetapan ilahi yang mengarahkan mereka
yang berakal dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan ilahi itu
tersebut kepada kebaikan hidup didunia dan kabahagian hidup di akhirat.
Agama berdasar unsur-unsur penting sebagai berikut : Hubungan manusia
degan suatu yang tak terbatas, yang transcendental,yang ilahi ( tuhan yang
maha esa ); Berisi pedoman dan tingka laku ( dalam bentuk larangan dan
perintah ),nilai-nilai dan norma-norma yang diwahyukan langsung oleh ilahi
melalui nabi-nabi; Untuk kebahagian hdup manusia di dunia dan hidup kekal di
akhirat.
Etika sama dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos ( bentuk
tunggal ), atau mores ( bentuk jamak ) yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
kelakuan, watak, tabiat, akhalk, cara hidup. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI) terbitan departemen pendidikan dan kebudayaan (1988),
etika dirumuskan dalam pengertian sebagai betrikut :Ilmu tentang apa yang
baik dan yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); Kumpulan
asas atau nilai yang berkenan dengan akhla; Nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat
15
Faud farid ismail dan abdul hamid mutawalli (2003) merumuskan nilai
sebagai standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur
segala sesuatu. Ada nilai materialis yang berkaitan dengan ukuran harta pada
diri kita,
ada nilai kesehatan yang mengungkapkan tentang siknifikasi
kesehatandalam pandangan kita. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda,
orang, hal). Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis)
yang
sudah cukup dikenal. Gugus-gugus nilai membentuk
semacam
heararki dari yang terendah sampai yang tertinggi.
Tidak ada agama yang tidak mengajarkan etika/moralitas. Kualitas
keimanan (spritualitas) seseorang ditentukan bukan saja oleh kualitas
peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan tuhan), tetapi juga oleh
kulaitas moral/etika (kualitas hubungan manusia dangan manusia lain dalam
masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan bahwa niali ibadah menjadi
sia-sia tampa dilandasi oleh nilai-nilai moral.
Tujuan agama untuk merealisasikan nilai tertinggi, yaitu hidup kekal
diakhirat (agama hindu menyebut moksa, agama budha menyebut nirwana).
Dari sudut pandang semua agama, pencapain nilai-nilai kehidupan duniawi
(nilai-nilai yang lebih rendah) bukan merupakan tujuan akhir. Hukum, etika dan
etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan dan mempunyai atri yang
hampir sama walaupun terdapat juga perbedaaan.
B. SARAN
Dengan kita mempelajari filsafat, agama, etika, dan nilai, semoga kita
menjadi orang yang kritis, berpikir yang benar dalam berbagai hal, dan semoga
kita menjadi manusia yang bermoral dan berahlak mulia untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kita kepada tuhan yang maha Esa dan semoga kita
dapat mencapai hakekat kehidupan yang sesungguhnya yaitu surga.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno & I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi
Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba
Empat
Heizer, Jay & Rander, Barry. 2005. Etika bisnis dan profesi Edisi ke 7.
Jakarta. Salembat Embat.
iii
Download