HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Dosen Pengajar: (Nama Dosen) (Nama Dosen) Oleh: (Nama) (NPM) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN 2021 TEORI-TEORI HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Kebijakan Liberalisasi Perdagangan (Trade Liberalization) Caroline Banton menjelaskan bahwa Trade Liberalization sebagai “the removal or reduction of restrictions or barriers on the free exchange of goods between nations. These barriers include tariffs, such as duties and surcharges, and nontariff barriers, such as licensing rules and quotas” yang berarti bahwa Liberalisasi Perdagangan merupakan suatu pengurangan atau pencabutan terhadap larangan atau penghalang dalam pertukaran bebas barang dan jasa antar negara, yang mana halangan yang dimaksud adalah pajak masuk barang serta lisensi dan juga kuota.1 Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan teorinya berkaitan dengan Trade Liberalization, diantaranya adalah: 1. Adam Smith Absolut Advantage Theory Dalam sebuah bukunya yang berjudul “The Wealth of Nations”, Adam Smith yang merupakan seorang ekonom terkemuka dari tanah Britania Raya mengemukakan suatu teori yang disebut sebagai Absolute Advantage Theory atau Teori Keunggulan Absolut. Teori ini menyatakan bahwa keunggulan dari suatu entitas dalam suatu sistem perdagangan adalah ketika dapat memproduksi dalam jumlah yang lebih besar dengan faktor produksi atau input produksi yang lebih mudah dijangkau dan biaya produksi yang lebih kecil.2 Adapun di dalam bukunya Adam Smith memaparkan sebuah contoh mengenai bagaimana pertukaran barang antara penjahit, pembuat sepatu, dan juga seorang petani. Smith kemudian menjelaskan bahwasanya apabila ada suatu negara luar yang dapat menjual suatu komoditas kepada negara kita dengan harga lebih murah dibandingkan jika kita memproduksi sendiri, maka lebih baik untuk membeli komoditas tersebut dari luar dan mengedepankan produksi terhadap komoditas yang memang menjadi keunggulan negara. 2. David Ricardo Comparative Advantage Theory Berbeda dengan konsep dari keunggulan absolut, teori keunggulan komparatif memberikan skenario terburuk apabila membandingkan suatu negara dengan negara lain 1 Caroline Banton, Investopedia, “Trade Liberalization”, https://www.investopedia.com/terms/t/tradeliberalization.asp, 2021, Diakses pada 11 September 2021. 2 Peter Van den Bossche, The Law and Policy of The World Trade Organization: Text, Case, and Materials”, (New York: Cambridge University Press), 2005, hlm. 19. dan salah satu dari negara tersebut tidak unggul dalam komoditas apapun. Namun yang digaris bawahi oleh David Ricardo adalah opportunity cost yang dikeluarkan dalam memproduksi dan memperdagangkan suatu komoditas.3 David Ricardo memaparkan bahwasanya meskipun diantara dua negara tidak terdapat suatu keseimbangan produksi komoditas, dalam hal ini misalnya negara A lebih superior dibandingkan negara B dalam produksi komoditas mesin dan juga roti, maka tidak serta merta perdagangan antar kedua negara tersebut akan berhenti. Menurut David Ricardo, apabila terjadi hal yang demikian maka terdapat perbandingan mengenai komoditas apa yang lebih baik untuk diproduksi. David Ricardo menjelaskan contohnya dengan memberikan gambaran bahwasanya apabila negara A memproduksi mesin dan roti lebih baik dari negara B, maka negara A lebih baik untuk memfokuskan produksinya ke komoditas yang lebih menguntungkan baginya dan tetap membeli komoditas yang lainnya ke negara B untuk mendapatkan efisiensi produksi. 3. Hecksher – Ohlin Sebagai bentuk pengembangan dari teori klasik yang dikemukakan oleh David Ricardo, seorang ekonom Swedia bernama Eli Hecksher dan Berthil Ohlin mengemukakan sebuah model yang menyatakan bahwa arus ekspor-impor dalam perdagangan internasional ditentukan melalui seberapa mudah suatu negara memproduksi suatu komoditas dengan keterjangkauan terhadap faktor produksi dan tinggi-rendahnya suatu biaya produksi. Negara dengan faktor produksi yang lebih besar (lebih mudah dijangkau) dengan biaya produksi yang lebih rendah akan cenderung melakukan ekspor terhadap komoditas tertentu, dan sebaliknya negara dengan faktor produksi yang lebih langka dengan biaya produksi yang lebih tinggi akan cenderung melakukan impor, karena akan jauh lebih mudah dan efisien melakukan impor daripada memproduksi sendiri dengan jumlah komoditas yang lebih kecil.4 3 4 Ibid, hlm. 20. Ibid B. Kebijakan Proteksionisme (Protectionist Trade Policies) Kebijakan proteksionisme adalah gagasan dimana negara-negara mengeluarkan kebijakan untuk melindungi produk buatan dalam negeri dari kompetisi dengan produk asing, dengan penerapan tarif, kuota impor dan pembatasan-pembatasan lainnya. Ada beberapa alasan mengenai mengapa suatu negara menerapkan kebijakan proteksionisme, salah satunya adalah untuk melindungi industry dan tenaga kerja dalam negeri yang mungkin akan tergusur dengan masuknya komoditas asing dengan kualitas lebih baik dan harga murah secara massif. Selain itu, alasan berikutnya adalah untuk melindungi industri-industri baru dalam suatu negara. Pendapat ini telah dikemukakan oleh beberapa tokoh diantaranya Alexander Hamilton pada tahun 1791, Friedrich List pada tahun 1841, dan John Stuart Mill pada tahun 1848. Industriindustri manufaktur di Amerika Serikat dan Jerman dilindungi dari kompetisi impor berdasarkan pada pendapat ini.5 Namun demikian, perlindungan terhadap industry baru dari kompetisi impor tidak serta merta menyelesaikan permasalahan dan menjadi jalan keluar. Lebih jauh, kebijakan mengenai keberhasilan dari perlindungan terhadap industry baru sangat bergantung terhadap penilaian mengenai industry mana yang dapat menjadi kompetitif. Dengan penerapan kebijakan proteksionisme, seringkali membuat investor menjadi enggan untuk masuk ke dalam pasar domestic, lebih jauh hal ini juga dapat membuat suatu negara menjadi “terisolir”. Penerapan kebijakan proteksionisme juga tidak selalu bersifat pasti dan menguntungkan, karena kembali lagi apabila kita menetapkan tolak ukur seperti absolute dan comparative advantage, tidak semua negara dapat dengan mudah menjangkau faktor produksi dan memiliki efisiensi biaya produksi, kebijakan proteksionis yang awalnya dibentuk untuk mengembangkan ekonomi, malah justru menghambat perkembangan perdagangan dan ekonomi domestik secara menyeluruh. 5 Ibid, hlm. 26. DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku: Bossche, P. V. (2005). The Law and Policy of The World Trade Organizatition: Text, Case, and Materials. New York: Cambridge Press. Website: Banton, C. (2021). Investopedia. Retrieved from Investopedia: https://www.investopedia.com/terms/t/trade-liberalization.asp,