Uploaded by Arif Rusyana

tutorialperhitunganstrukturdengansap2000v-160226144014

advertisement
TUTORIAL PERHITUNGAN STRUKTUR DENGAN SAP 2000 V.14
ANALISA STRUKTUR FRAME 2D DENGAN SAP 2000 V.14
Secara garis besar, Tahapan analisis dan desain pada SAP 2000 v.14 terpisah dalam dua tahap yaitu :

Tahap Analisis : berisi pemodelan struktur, Pendefinisian properties materials, dimensi penampang, jenis pembebanan dan kombinasi
sampai pada menganalisis gaya-gaya dalam struktur.

Tahap Design : untuk menentukan parameter Desain (desain beton bertulang, desain baja, desain aluminium dan lain-lain) dan Peraturan yang
menjadi acuan Desain.
1.
Memulai Main Window Untuk SAP 2000 v.14
Untuk memulai input data untuk analisa struktur, berikut adalah langkah-langkahnya :

Buka Program SAP 2000 v.14

Dari main menu, klik File > New Model atau klik icon New Model pada sudut kiri atas main window
1.

Memilih Model Struktur , Mengisi Project Information dan mengedit Grid data
1.
Setelah memilih New Model, akan muncul pop up menu untuk memilih Model strukutr yang diinginkan.
Pilih Input Unit KN,m,C


Isikan Informasi Project yang sedang dikerjakan dengan mengklikModify/Show Info pada sudut kanan atas, setelah itu klik OK.
Pilih 2D frames > Klik OK.


Mengedit Grid data
Setelah memilih 2D Frames, akan tampil kotak isian untuk memilih tipe frame dan dimensi portal.
o
Pada 2D Frame Type, Pilih Portal.
o
o
Pada Portal Frame Dimension, isikan :
Number of Stories : 3
Number of Bays : 2
Story Height
:5
Bay Width
:6
Beri tanda centang pada Use Custom Grid Spacing and Locate Origin, kemudian klik Edit Grid
o
Edit Grid def ault Sap 2000 dengan menempatkan sumbu Global Portal pada koordinat 0,0.
Pada X Grid data, isikan data-data : 0, 6, 8
Pada Y Grid data, biarkan default yaitu : 0
Pada Z Grid data , isikan data-data : 0, 5, 9, 13
Klik OK dua kali untuk menutup kotak dialog Edit Grid data.
Setelah kotak dialog edit grid data tertutup, maka program akan secara otomatis menggambar frame-frame portal berdasarkan koordinat yang telah
dimasukan. Hasil peenggambaran Frame oleh program akan terlihat seperti gambar dibawah ini. Tutup jendela 3D View untuk memaksimalkan view port
window.
o
Memberi Nomor Joint dan Nomor Batang

Dari menu Utama, Klik View > Set Display Options.




Pada kotak dialog
Display Option for Active Window, Beri tanda centang pada Labels (Joints dan Frames/Cables/Tendons) > Klik OK
1.

o
o
o
Penentuan sifat – sifat material dan penampang ( Material Properties and Section)
Mendef inisikan Material Data Beton
Klik Define > Materials
Pada kotak dialog define material, klik Add New Material
Pada kotak dialog Material Property data, isikan :
Nama Material
: Beton 22,5 Mpa
Material Ty pe
: Concrete
Weight per Unit Volume
: 24
Modulus Elasticity, E
: 2,2294057e7
Poison’s Ratio, U
: 0,17
Coef icient Of Thermal Expansion, A
: 1,0e-05
Specif ied Concrete Compressive Strenght : 22500
Klik OK dua kali untuk menutup kotak dialog Material Property Data.

o
o
o
Mendef inisikan Material Data Besi Tulangan
Klik Define > Materials
Pada kotak dialog define material, klik Add New Material
Pada kotak dialog Material Property data, isikan :
Nama Material
: BESI POLOS
Material Ty pe
: Rebar
Minimum Y ield Stress, fy
: 320000
Parameter yang lain, biarkan pada kondisi defaultnya
Klik OK dua kali untuk menutup kotak dialog Material Property Data.

o
o
o
Mendef inisikan Frame Section
Klik Define > Section Properties > Frame Sections
Pada Kotak dialog Frame Properties, klik Add New Property
Pada kotak dialog add section Property, pilih Material type : Concrete, dan klik Rectangular.
o
Pada kotak dialog Rectangular Section, isikan:
Section Name
: K40/40
Pilih material
: BETON 22,5 Mpa
Depth (t3)
: 0,4
Width (t2)
: 0,4
o
Klik Concrete Reinforcement
Pada kotak dialog Reinforcement Data, Rebar Material : Untuk Longitudinal Bars dan Confinement Bars (Ties), pilih BESI POLOS.
Pada Design Ty pe, pilih Column (P-M2-M3 Design)
Pada reinf orcement Configuration, pilih Rectangular
Isikan Clear Cover to Confinement Bars : 0,04
Pada Check/Design :
pilih Reinforcement to be Designed.
Biarkan parameter lain pada kondisi default.
Klik OK dua kali untuk menutup kotak dialog rectangular section.
o
o
Ulangi Langkah 3 untuk mendefinisikan frame section kolom yang lain.
Untuk Frame Balok, caranya sama dengan langkah 3 diatas. Bedanya hanya pada Kotak Dialog Reinforcement data Design Type :
Pilih Beam (M3 Design Only).
1.

o
o
Mendefinisikan Beban dan kombinasi pembebanan (load and combinations)
Def ine Load Patern
Dari menu Utama, klik Define > Load Patterns untuk mendefinisikan jenis-jenis Beban yang akan Bekerja pada Portal.
Pada kotak dialog Define Load Patterns, isikan data-data sebagai berikut :
Load Pattern name Type
BEBAN MATI
DEAD
BEBAN HIDUP
LIVE
Self Weiht Multiplier Auto Lateral Load Pattern
0
0
BEBAN GEMPA


o
o
o
QUAKE 0
None
Klik OK untuk menutup kotak dialog define Load Patterns.
Menentukan Kombinasi Pembebanan
Dari menu Utama, klik Define > Load Combinations
Pada Kotak dialog Define Load Combinations, klik Add New Combo
Isikan data-data sebagai berikut pada kotak dialog Load Combination Data : Load Combinatin Name : KOMBINASI 1
Load Case Name : BEBAN MATI, Scale Factor : 1,2 > klik Add.
Load Case Name : BEBAN HIDUP, Scale Factor : 1,6 > klik Add.
Klik OK untuk menutup kotak dialog Load Combination 1
o
Ulangi langkah Diatas untuk medefinisikan KOMBINASI 2 dan KOMBINASI 3.
Kombinasi 2 : 1,2 Beban Mati + 1,0 Beban Hidup + 1,0 Beban Gempa
Kombinasi 3 : 1,2 Beban Mati + 1,0 Beban Hidup – 1,0 Beban Gempa
Klik OK untuk menutup kotak dialog Define Load Combination
1.

Menentukan Kondisi perletakan
Klik pada Joint Nomor 1 dan 5
Dari menu utama, klik Assign > Joint > Restrain
Pilih Ikon Jepit ( ), klik OK.

Klik pada Joint Nomor 9
Dari menu utama, klik Assign > Joint > Restrain
Pilih Ikon sendi ( ), klik OK.
1.
Menerapkan Jenis Frame pada Frame struktur

Blok Frame 10, 11, 12 dan klik Assign > Frame
> Frame Sections, pilih B30/50 > klik OK.

Blok Frame 13, 14, 15 dan klik Assign > Frame
> Frame Sections, pilih B20/30 > klik OK.

Blok Frame 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan klik Assign > Frame
> Frame Sections, pilih K40/40 > klik OK.

Blok Frame 7, 8, 9 dan klik Assign > Frame
> Frame Sections, pilih K30/30 > klik OK.
1.

o
Memasukan data-data pembebanan pada Frame Struktur
Beban Mati
Blok Frame 10, 11, 12 dan klik Assign > Frame
Loads > Distributed, pilih Load Pattern name : BEBAN MATI. Isikan Uniform Load : 20, klik OK.
o
Blok Frame 13, 14, 15 dan klik Assign > Frame
Loads > Distributed, pilih Load Pattern name : BEBAN MATI. Isikan Uniform Load : 15, klik OK.
o
Klik Joint 4 dan klik Assign > Joint
Loads > Forces, pilih Load Pattern name : BEBAN MATI. Isikan pada Load > Force Global
Z : -30, klik OK.
o
Klik Joint 8 dan klik Assign > Joint
Loads > Forces, pilih Load Pattern name : BEBAN MATI. Isikan pada Load > Force Global
Z : -50, klik OK.
o
Klik Joint 12 dan klik Assign > Joint
Loads > Forces, pilih Load Pattern name : BEBAN MATI. Isikan pada Load > Force Global
Z : -40, klik OK.
o
Blok Frame 10, 11, 12 dan klik Assign > Frame Loads > Point, pilih Load Pattern name : BEBAN MATI.
Isikan pada Point Load > Distance > kolom kedua : 0,5
Isikan pada Point Loads > Load kolom kedua : 40, klik OK.
Setelah Semua Input beban Mati telah selesai, Hasilnya akan menjadi seperti pada gambar dibawah ini :

o
Beban Hidup
Blok Frame 10, 11, 12 dan klik Assign > Frame
Loads > Distributed, pilih Load Pattern name : BEBAN HIDUP. Isikan Uniform Load : 8, klik OK.
o
Blok Frame 13, 14, 15 dan klik Assign > Frame
Loads > Distributed, pilih Load Pattern name : BEBAN HIDUP. Isikan Uniform Load : 6, klik OK.
o
Klik Joint 4 dan klik Assign > Joint
Loads > Forces, pilih Load Pattern name : BEBAN HIDUP. Isikan pada Load > Force Global
Z : -20, klik OK.
o
Klik Joint 8 dan klik Assign > Joint
Loads > Forces, pilih Load Pattern name : BEBAN HIDUP. Isikan pada Load > Force Global
Z : -30, klik OK.
o
Klik Joint 12 dan klik Assign > Joint
Loads > Forces, pilih Load Pattern name : BEBAN HIDUP. Isikan pada Load > Force Global
Z : -15, klik OK.
o
Blok Frame 10, 11, 12 dan klik Assign > Frame Loads > Point, pilih Load Pattern name : BEBAN HIDUP
Isikan pada Point Load > Distance > kolom kedua : 0,5
Isikan pada Point Loads > Load kolom kedua : 25, klik OK.
Setelah Semua Input beban hidup telah selesai, Hasilnya akan menjadi seperti pada gambar dibawah ini :

o
Beban Gempa
Klik Joint 2 dan klik Assign > Joint
Loads > Forces, pilih Load Pattern name : BEBAN GEMPA. Isikan pada Load > Force Global
X : 60, klik OK.
o
Klik Joint 3 dan klik Assign > Joint
Loads > Forces, pilih Load Pattern name : BEBAN GEMPA. Isikan pada Load > Force Global
X : 70, klik OK.
o
Klik Joint 4 dan klik Assign > Joint
Loads > Forces, pilih Load Pattern name : BEBAN GEMPA. Isikan pada Load > Force Global
X : 50, klik OK.

Setelah Semua Input beban gempa telah selesai, Hasilnya akan menjadi seperti pada gambar dibawah ini :
1.
Asumsi – asumsi dan analisa (analysis options)
Dalam analisis struktur untuk mengetahui gaya – gaya betang maupun reaksi yang terjadi maupun dalam hal perencanaan akan terjadi
proses trial and error untuk mencari solusi yang tepat yang dilakukan secara berulang – ulang. Proses ini dapat saja menyebabkan
kerja processor menjadi berat. Pada beberapa kasus, perhitungan yang dilakukan oleh computer tidak perlu menghitung seluruh komponen,
namun hany a beberapa bagian tertentu saja. Untuk mengeset agar perhitungan dilakukan sesuai dengan keperluan maka SAP 2000
meny ediakan fasilitas pilihan – pilihan analisis.
Dalam penyelesaian Portal 2D ini, analisis akan dibatasi hanya pada XZ Plane (DOF arah Sumbu Global X dan Z).

Dari Menu Utama, Klik Analyze > Set Analysis Option.

Klik pada Model Plane Frame > klik OK.

Dari Menu Utama, Klik Analyze > Run Analysis atau tekan tombol F5 pada keyboard atau klik ikon pada toolbar.

Klik Run Now pada new window Select
Load Cases To Run.


Setelah Perintah Run Now pada new window Select
Load Cases To Run, maka Program akan melakukan analisis dan hasilnya akan ditampilkan dalam bentuk deformasi Struktur seperti seperti telihat pada
gambar dibawah ini :
1.


Menampilkan gaya-gaya dalam Struktur
1.
Bidang Momen
Klik Display > Show Forces/Stress > Frames/Cables
Pada new window
Member Forces Diagram For Frames, Case/Combo > Case Combo Namepilih BEBAN MATI. Pada Komponent pilih Moment 3-3,
pada Options Pilih Show Values on Diagram > klik OK.

Untuk berpindah dari diagram Momen beban mati ke diagram momen Beban yang lain dapat dilakukan dengan mengklik ikon .
Salah satu Diagram Momen (akibat Beban Mati) akan terlihat seperti pada gambar dibawah ini :
————TAHAPAN ANALISIS BERAKHIR SAMPAI DISINI————
TAHAPAN DESAIN
1.
Menentukan Peraturan sebagai dasar Acuan Desain Struktur Beton Bertulang dan parameter-parameter desain beton bertulang
y ang lain.


Dari main menu Klik Design > Concrete Frames Design > View/Revise Preferences.
Pada new window Concrete frame Design Preferences, Pilih Design Code : ACI 318-05/IBC2003, biarkan parameter yang lain pada nilai
def aultnya kemudian klik OK.
1.


Menentukan Kombinasi Pembebanan yang Akan Digunakan Untuk desain beton Bertulang.
Dari main mnenu Klik Design > Concrete Frames Design > Select Design Combos.
Pada new window Design Load Combination Selection :
Pilih KOMBINASI 1 > klik Add
Pilih KOMBINASI 2 > klik Add
Pilih KOMBINASI 3 > klik Add

Hilangkan tanda Centang pada Automatically Generate Code-Based Design Load Combinaation, klik OK.
1.
Melakukan Perintah Desain Beton
Dari main mnenu Klik Design > Concrete Frames Design > Start Design/Check of Struktur.
Setelah perintah Start Design/Check of Struktur, akan muncul hasil desain tulangan Struktur. Agar hasilnya dapat terbaca dengan jelas, ubah
satuan desain menjadi KN,mm,C. Hasilnya dalam gambar berikut :
2.
Melihat Detail desain Beton Bertulang
Untuk dapat melihat detail visual hasil desin Beton bertulang oleh Program, dapat dilakukan dengan cara melakukan klik kanan tepat pada
Frame y ang diinginkan.
Dibawah ini adalah hasil desain Beton Bertulang dari Frame 4
Melihat Ringkasan desain Frame 4 dapat dilakukan dengan cara mengklik pada Summary. Hasilnya akan terlihat seperti pada gambar dibawah
ini :
3.




Melihat Hasil dalam bentuk tabulasi
Dari main menu, klik Display > Show Tables
Pilih Jenis-jenis data yang input dan output yang ingin ditampilkan dalam tabulasi data.
Pada Select Load Paterns pilih beban Mati, Hidup, Gempa
Pada Select Load Cases pilih KOMBINASI 1, KOMBINASI 2 dan KOMBINASI 3

Klik OK.

Pada new window Active degree of Freedom klik Done
1.


Membuat Laporan Hasil Analisis dan Desain dalam bentuk File Word
Dari main menu klik File > Create Report.
Dalam kotak dialog Word Rich Text Report tentukan direktori tempat file akan disimpan, Isikan nama File dan klik Open maka Program akan
melakukan tabulasi report data kedalam bentuk File Word.

Beberapa Hasil report SAP 2000 V.14 dalam bentuk File Word
SELESA
CONTOH PERENCANAAN BALOK
BETON BERTULANG
Posted by handoko10 pada 3 Maret 2010
4.5.1 Perencanaan Balok Anak
Pada struktur bangunan
gedung ini direncanakan menggunakan
balok anak dengan dimensi
cm. Untuk mengetahui besaran beban yang ditumpu tiap
balok dan balok anak dalam struktur gedung ini melalui pembagian beban ekuivalen dari plat yang gayanya ditransfer ke balok dan balok anak.
Mutu bahan: – f’c = 25 MPa
– fy = 400 MPa
Denah balok anak dari struktur gedung ini adalah sebagai berikut:
Gambar 4.25 Denah Struktur Balok Anak Lantai 1 s/d 4 dan Pelat Atap
4.5.2 Metode Pembebanan
Pelimpahan beban merata pada balok-balok struktur dilakukan dengan metode amplop. Dengan cara ini, balok-balok struktur tersebut ada yang memikul beban
trapesium dan beban segitiga. Untuk memudahkan perhitungan,
Rumus:
Ø Beban trapesium diubah menjadi beban merata ekuivalen
qek =
Ø Beban segitiga diubah menjadi beban merata ekuivalen
qe =
beban trapesium dan beban segitiga diubah menjadi beban merata ekuivalen (q c ).
Dimana: Lx dan Ly adalah panjang bentang untuk segmen pelat.
4.5.3 Pembebanan Balok Anak
□ Beban Tipe A (Kantor)
1. Beban mati (DL)
2. Beban hidup (LL) = 250 kg/m 2
□ Beban Tipe B (Rumah Tinggal)
1. Beban mati (DL)
2. Beban hidup (LL) = 200 kg/m 2
□ Beban Tipe C (Balkon)
1. Beban mati (DL)
2. Beban hidup (LL) = 300 kg/m 2
□ Beban Tipe D (Aula)
1. Beban mati (DL)
2. Beban hidup (LL) = 400 kg/m 2
□ Beban Tipe E1 (Atap)
1. Beban mati (DL)
2. Beban hidup (LL) = 100 kg/m 2
□ Beban Tipe E2 (Atap)
1. Beban mati (DL)
2. Beban hidup (LL) = 100 kg/m 2
Contoh perhitungan beban dan gaya dalam balok
Balok anak untuk beban A pada Lantai 1 Þ Ba
Dimensi balok adalah
cm
(1A-1A)
Gambar 4.26 Pola Pembebanan Ba (1A-1A)
– Beban mati (DL)
qek =
=
= 1089,25 kg/m
– Beban hidup (LL)
qek =
=
= 732,02 kg/m
Dengan cara yang sama, dilakukan perhitungan terhadap balok anak yang lain dan ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 4.15 Pembebanan Balok Anak Lantai 1
Balok
Panjang
Pembebanan
(m)
B. Mati
B. Hidup
(kg/m)
(kg/m)
BA(1A-1A)
5.45
1089.25
732.02
BA(2A-2A)
5.25
1077.06
723.83
BA(3A-3A)
2.75
682.00
458.33
BA(4A-4A)
2.5
620.00
416.67
BA(5A-5A)
3.5
865.64
581.75
BA(5A-9A-8A) 3.5
847.57
569.60
BA(6A)
3.5
381.27
256.23
BA(2A-3A)
3.35
812.01
545.70
BA(4A-5A)
3.35
794.08
533.65
BA(10E)
1.5
175.00
50.00
BA(10E-11E)
1.5
350.00
100.00
BA(11E)
1.5
175.00
50.00
BA(10E)
4.25
251.60
71.89
BA(11E)
1.75
198.21
56.63
BA(7A)
1.9
235.36
158.17
BA(8A-9A)
1.45
359.60
241.67
BA(9A)
1.65
200.27
134.59
BA(7A-8A)
1.85
443.87
298.30
Tabel 4.16 Pembebanan Balok Anak Lantai 2
Balok
Panjang
Pembebanan
(m)
B. Mati
B. Hidup
(kg/m)
(kg/m)
BA(1B-1B)
5.45
1089.25
585.62
BA(2B-2B)
5.25
1077.06
579.07
BA(12C)
5.25
429.85
346.66
BA(3B-3B)
2.75
682.00
366.67
BA(4B-4B)
2.5
620.00
333.33
BA(5B-5B)
3.5
865.64
465.40
BA(5B-9B-8B) 3.5
847.57
455.68
BA(6B)
3.5
381.27
204.98
Balok
Panjang
Pembebanan
(m)
B. Mati
B. Hidup
(kg/m)
(kg/m)
BA(13C-13C) 2
496.00
400.00
BA(2B-3B)
3.35
812.01
436.56
BA(4B-5B)
3.35
794.08
426.92
BA(13C)
3.35
327.80
264.36
BA(7B)
1.9
235.36
126.54
BA(8B-9B)
1.45
359.60
193.33
BA(9B)
1.65
200.27
107.67
BA(7B-8B)
1.85
443.87
238.64
Tabel 4.17 Pembebanan Balok Anak Lantai 3
Balok
Panjang
Pembebanan
(m)
B. Mati
B. Hidup
(kg/m)
(kg/m)
BA(1B-1B)
5.45
1089.25
585.62
BA(1B-1E1)
5.45
1127.31
439.21
BA(1E1-1E1)
5.45
1165.38
292.81
BA(12C)
5.25
429.85
346.66
BA(2B-2B)
5.25
1077.06
579.07
BA(2B-2E1)
5.25
1127.31
439.21
BA(2E1-2E1)
5.25
1165.38
292.81
BA(3B-3E1)
2.75
705.83
275.00
BA(3E1-3E1)
2.75
729.67
183.33
BA(4B-4E1)
2.5
641.67
250.00
BA(4E1-4E1)
2.5
663.33
166.67
BA(5B-5E1)
3.5
895.89
349.05
BA(5E1-5E1)
3.5
926.14
232.70
BA(5B-9B-8B) 3.5
847.57
455.68
BA(6B)
381.27
204.98
BA(13E2-13E2) 2
466.67
133.33
BA(14E2-14E2) 1.5
350.00
100.00
BA(2B-3B)
3.35
812.01
436.56
BA(2E1-3E1)
3.35
868.76
218.28
BA(4B-5B)
3.35
794.08
426.92
Balok
Panjang
Pembebanan
(m)
B. Mati
B. Hidup
(kg/m)
(kg/m)
BA(4E1-5E1)
3.35
849.58
213.46
BA(13E2)
3.35
308.42
88.12
BA(14E2)
3.35
244.96
69.99
BA(7B)
1.9
235.36
126.54
BA(8B-9B)
1.45
359.60
193.33
BA(9B)
1.65
200.27
107.67
BA(7B-8B)
1.85
443.87
238.64
3.5
Tabel 4.18 Pembebanan Balok Anak Lantai 4
Balok
Panjang
Pembebanan
(m)
B. Mati
B. Hidup
(kg/m)
(kg/m)
BA(1D-1D)
5.45
1089.25
1171.24
BA(1D)
5.45
544.62
585.62
BA(12C)
5.25
429.85
346.66
BA(2D-2D)
5.25
1077.06
1158.13
BA(2B)
5.25
538.53
289.53
BA(3B)
2.75
341.00
183.33
BA(4B)
2.5
310.00
166.67
BA(5B)
3.5
432.82
232.70
BA(5B-9B-8B) 3.5
847.57
455.68
BA(6B)
3.5
381.27
204.98
BA(7B)
1.9
235.36
126.54
BA(8B-9B)
1.45
359.60
193.33
BA(9B)
1.65
200.27
107.67
BA(7B-8B)
1.85
443.87
238.64
Tabel 4.19 Pembebanan Balok Anak Plat Atap
Balok
Panjang
Pembebanan
(m)
B. Mati
B. Hidup
(kg/m)
(kg/m)
BA(1E1)
5.45
582.69
146.40
BA(16E1)
5.45
462.61
116.23
BA(2E1)
5.25
576.17
144.77
BA(12E1)
5.25
459.90
115.55
BA(3E1)
2.75
364.83
91.67
BA(4E1)
2.5
331.67
83.33
BA(5E1)
3.5
463.07
116.35
3.5
906.81
227.84
3.5
926.14
232.70
BA(5E1-9E18E1)
BA(5E1-5E1)
BA(15E1)
3.5
412.89
103.74
BA(14E2-14E2) 1.5
350.00
100.00
BA(14E2)
1.5
175.00
50.00
BA(14E2)
3.35
244.96
69.99
BA(7E1)
1.9
497.61
125.03
BA(8E1-9E1)
1.45
384.73
96.67
BA(9E1)
1.65
433.17
108.84
BA(7E1-8E1)
1.85
474.90
119.32
4.5.1 Perhitungan Tulangan Balok Anak
4.5.5.1 Tulangan Lentur
Contoh perhitungan tulangan lentur balok anak Ba1 lantai 1
M
tump
M
lap
= 6134,4 kgm = 61,344 kNm
= 3067,2 kgm = 30,672 kNm
Tinggi balok (h) = 350 mm
Lebar balok (b) = 250 mm
Penutup beton (p) = 40 mm
Diameter tulangan (D) = 16 mm
Diameter sengkang (ø) = 8 mm
Tinggi efektif (d) = h – p – ø – ½ D
= 350 – 40 – 8 – ½ . 16
= 294 mm
f’c = 25 Mpa
fy = 400 Mpa
Tulangan Tumpuan
Mu = 61,344 kNm
kN/m 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0098
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)
As 1 = ρ.b.d.106
= 0,0098 . 0,250 . 0,294 . 106
= 718,086 mm 2
Dipakai tulangan tekan 2D16 (As terpasang = As 2 = 402 mm 2)
As = As 1 + As 2
= 718,086 + 402
= 718,086 mm 2
Digunakan tulangan tarik 6D16 (As = 1206 mm 2)
Tulangan Lapangan
Mu = 30,672 kNm
kN/m 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0046
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)
As 1 = ρ.b.d.106
= 0,0046 . 0,250 . 0,294 . 106
= 340,792 mm 2
Dipakai tulangan tekan 2D16 (As terpasang = As 2 = 402 mm 2)
As = As 1 + As 2
= 340,792 + 402
= 742,792 mm 2
Digunakan tulangan tarik 4D16 (As = 804 mm 2)
Periksa lebar balok
Maksimal tulangan yang hadir sepenampang adalah 6D16 (dipasang posisi 2 lapis, lapis atas 4D16 dan lapis bawah 2D16).
Jarak minimum tulangan yang disyaratkan adalah 25 mm.
Lebar balok minimum:
Jadi lebar balok sebesar 250 mm cukup memadai.
4.5.5.2 Perhitungan Tulangan Geser Balok Anak
Bidang lintang yang terjadi pada balok digunakan untuk mendesain tulangan geser pada daerah tumpuan dan lapangan. Daerah lapa ngan berjarak 1/5L dari
ujung balok.
Gambar 4.27 Posisi Gaya Lintang
Contoh perhitungan tulangan geser balok anak Ba1 lantai 1
Tulangan Geser Tumpuan
Vu = 6753,463 kg = 67534,63 N
Vn =
N
Vc =
N
Vs = Vn – Vc = 112557,72
– 61250 = 51307,72 N
Periksa vu > fvc :
vu =
MPa
vc =
MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu > fvc Þ perlu tulangan geser
Periksa fvs ≤ fvs
maks :
fvs = vu – fvc
= 0,919 – 0,50
= 0,419 Mpa
f’c = 25 MPa → fvs
maks
= 2,00 (Tabel nilai fvs
maks ,
CUR 1 hal 129)
fvs < fvs
maks
→ OK
Syarat : s < d/2 = 294/2 = 147 mm, diambil s = 125 mm
mm 2
Av =
Dipakai tulangan sengkang ø 8 – 125 (Av = 101 mm 2)
Tulangan Geser Lapangan
Vu = 4052,078 kg = 40520,78 N
Vn =
N
Vc =
N
Vs = Vn – Vc = 67534,633
– 61250 = 6284,633 N
Periksa vu > fvc :
vu =
MPa
vc =
MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu > fvc Þ perlu tulangan geser
Periksa fvs ≤ fvs
maks :
fvs = vu – fvc
= 0,551 – 0,50
= 0,051 Mpa
f’c = 25 MPa → fvs
fvs < fvs
maks
maks
= 2,00 (Tabel nilai fvs
maks ,
CUR 1 hal 129)
→ OK
Syarat : s < d/2 = 294/2 = 147 mm, diambil s = 125 mm
Av =
Dipakai tulangan sengkang ø 8 – 125 (Av = 101 mm 2)
mm2
Gambar 4.28 Penulangan Ba1 Lantai 1
Tabel 4.23 Rekapitulasi Tipe Balok Anak
Tipe Dimensi
Tumpuan
Balok(mm)
Lapangan
B
Tekan
Tarik
Geser Tekan Tarik Geser
BA1 250
350
2
D
16
6
D
16 ø 8 – 125 2 D 16 4 D 16 ø 8 – 125
BA2 250
350
2
D
16
4
D
16 ø 8 – 250 2 D 16 4 D 16 ø 8 – 250
BA3 250
350
2
D
16
6
D
16 ø 8 – 125 2 D 16 4 D 16 ø 8 – 250
BA4 250
350
2
D
16
5
D
16 ø 8 – 125 2 D 16 4 D 16 ø 8 – 250
BA5 250
350
2
D
16
7
D
16 ø 8 – 125 2 D 16 5 D 16 ø 8 – 125
H
Tabel Komposisi Adukan Beton
Sumber: SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh Dept Pekerjaan Umum.
Mutu Beton
Semen
(kg)
Pasir
(kg)
Kerikil
(kg)
Air
(liter)
w/c
ratio
7.4 MPa (K 100)
247
869
999
215
0.87
9.8 MPa (K 125)
276
828
1012
215
0.78
12.2 MPa (K 150)
299
799
1017
215
0.72
14.5 MPa (K 175)
326
760
1029
215
0.66
16.9 MPa (K 200)
352
731
1031
215
0.61
19.3 MPa (K 225)
371
698
1047
215
0.58
21.7 MPa (K 250)
384
692
1039
215
0.56
24.0 MPa (K 275)
406
684
1026
215
0.53
26.4 MPa (K 300)
413
681
1021
215
0.52
28.8 MPa (K 325)
439
670
1006
215
0.49
31.2 MPa (K 350)
448
667
1000
215
0.48
Bagikan :
MPa = Mega Pascal ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2.
Membuat 1 m3 beton mutu f’c = 21,7 MPa (K 250), slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,56
Bahan
Portland cement 384,000 kg
PB 692 kg KR (maksimum 30 mm)
1039 kg Air 215 Liter
Tenaga kerja Pekerja 1,650 OH
Tukang batu 0,275 OH Kepala tukang 0,028
OH Mandor 0,083 OH
...sumber: http://www.ilmusipil.com/perbandingan-campuran-beton-k .
Download