Uploaded by Rizki Fauzi

Pengaruh Kepribadian Big-Five, Perfeksionisme dan Parental Career-Related Behavior Terhadap Kesulitan Pengambilan Keputusan Karier Pada Remaja

advertisement
PENGARUH KEPRIBADIAN BIG-FIVE, PERFEKSIONISME
DAN PARENTAL CAREER-RELATED BEHAVIOR
TERHADAP KESULITAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KARIER PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Oleh:
Fitri Hartini
NIM: 11160700000159
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1441 H / 2020 M
PENGARUH KEPRIBADIAN BIG.FIVE, PERFEKSIONISME
DAN PARENTAL CAREER.RELATED BEHAVIOR
TERHADAP KESULITAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KARIER PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.)
Oleh:
Fitri Hartini
NIM:
11160700000159
Pembimbing
Bahrul Hayat. Ph.D.
NrP. 19s90430 198603 1 016
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNTVERSITAS ISLAM NEGERI SYARTF HIDAYATULLAH
JAKART A 1441HIzOzO M
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Suatu hal baik akan menantimu di masa depan sehingga kamu pun
akan lupa merasakan rasa sakit yang selama ini kamu jalani.
-Ali bin Abi Tahlib-
Learn from yesterday, live for today, hope or tomorrow. The
important hing is not to stop questioning.
-Albert Einstein-
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya,
kakak-kakak saya, adik saya dan sahabat saya yang tercinta.
Terima kasih atas dukungan dan kasih sayangnya
v
ABSTRAK
A)
B)
C)
D)
Fakultas Psikologi
Juli, 2020
Fitri Hartini
Pengaruh Kepribadian Big-Five, Perfeksionisme dan Parental Careerrelated Behavior terhadap Kesulitan Pengambilan Keputusan Karier pada
Remaja
E) xiv + 112 halaman + 25 lampiran
F) Pengambilan keputusan karier menjadi konstruk yang penting diteliti
dikarenakan faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan dalam pengambilan
keputusan karier pada remaja dapat dijadikan pendekatan bagi guru BK
untuk melakukan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam
memutuskan karier. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
kepribadian big-five (extraversion, agreeableness, conscientiousness,
neuroticism, dan openness to experience), perfeksionisme (self-oriented
perfectionism dan socially prescribed perfectionism) dan parental careerrelated behavior (support, interference,dan lack of engagement) terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier. Sampel berjumlah 471 siswa SMA
dan SMK se-Jabodetabek diambil dengan teknik nonprobability sampling.
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan skala adaptasi dari Career Decision Difficulties Quetionnaire
(CDDQ), Mini-International Personality Item Pool (MINI-IPIP), ChildAdolescent Perfectionism Scale-Short Form (CAPS-SF), dan Parental
Career-Related Behavior Instrument. Uji validitas konstruk menggunakan
teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan analisis data menggunakan
teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh kepribadian big-five,
perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier sebesar 24.2% dan 75.8% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian. Secara rinci, dimensi yang berpengaruh
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier yaitu extraversion,
conscientiousness, neuroticism, openness to experience, interference, dan
lack of engagement. Dimensi lainnya yaitu kepribadian agreeableness, selforiented perfectionism, socially prescribed perfectionism, dan support tidak
memiliki pengaruh terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
G) Bahan bacaan: 65 (buku + jurnal + artikel + skripsi)
vi
ABSTRACK
A)
B)
C)
D)
Faculty of Psychology
July, 2020
Fitri Hartini
Effect of Big-Five Personality, Perfectionism and Parental Career Behavior
on the Difficulties of Career Decision Making in Adolescents
E) xiv + 112 pages + 25 attachments
F) Career decision making difficulties is an important construct to study
because factors that influence difficulties in career decision making in
adolescents can be used as an approach for teachers or counsellors to
provide guidance for students who have difficulty in deciding on a career.
This study aims to test the influence of big-five personality (extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism, and openness to
experience), perfectionism (self-oriented perfectionism and socially
prescribed perfectionism) and parental career-related behavior (support,
interference, and lack of engagement) on career decision making
difficulties. The samples of 471 students high school and vocational high
school throughout Jabodetabek were taken with a nonprobability sampling
techniques. The data collection instrument used in this study was an
adaptation scale of Career Decision Difficulties Questionnaire (CDDQ),
Mini-International Personality Item Pool (MINI-IPIP), Child-Adolescent
Perfectionism Scale-Short Form (CAPS-SF), and Parental Career-Related
Behavior Instrument. Test the validity of measuring instrument using
Confirmatory Factor Analysis (CFA) techniques and data analysis using
multiple regression analysis techniques.
The results of this study indicate that there is an influence of big-five
personality, perfectionism and parental career-related behavior on the
difficulty of career decision making by 24.2% and 75.8% influenced by
variables outside the research. In detail, the dimensions that influence career
decision making difficulties are the extraversion, conscientiousness,
neuroticism, openness to experience, interference, and lack of engagement.
Other dimensions, agreeableness, self-oriented perfectionism, socially
prescribed perfectionism, and support do not have an influence on career
decision making difficulties.
G) Reading material: 65 (books + journals + articles + skripsi)
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini sebagai syarat kelulusan. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan baginda Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini dapat peneliti terselesaikan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
baik dalam bentuk sumbangan pikiran, materi, tenaga, dan waktu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D., selaku Wakil
Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, serta seluruh jajaran dekanat lainnya yang telah memfasilitasi dan
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menempuh pendidikan di
Fakultas Psikologi.
2. Bapak Bahrul Hayat, Ph.D. selaku pembimbing skripsi. Penulis sangat
berterima kasih atas bantuannya dalam membimbing, memberikan arahan,
semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Fadhilah Suralaga, M. Si. Dan Ibu Desi Yustari Muchtar, M. Psi.,
Psikolog. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan,
masukan, bimbingan dan nasehat kepada penulis.
4. Ibu Nia Tresniasari, M. Si. dan Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M. Si. selaku
dosen pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan, masukan, dan
perhatian yang telah diberikan dalam menjalani perkuliahan.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah mendidik, mengajar dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk
penulis. Para staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan kemudahan dan bantun bagi penulis dalam setiap
proses administrasi perkuliahan.
6. Seluruh responden yang telah menyediakan waktunya untuk penelitian ini,
serta tidak lupa kepada pihak-pihak yang telah membantu menyebarkan
penelitian ini.
7. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai Ibu Amenah dan Bapak Sopyan.
Ibu dan Bapak terima kasih banyak atas doa yang selalu mengalir, segala
bentuk dukungan, motivasi, cinta dan kasih sayang pada penulis yang tak
akan pernah bisa terbalaskan. Terima kasih telah memberikan kepercayaan
dan keleluasaan dalam mengambil banyak keputusan secara mandiri. Serta
viii
kedua kakak ku Ahmad Yono, Sutrisno, dan adikku Vina Apriyanti, terima
kasih atas dukungannya.
8. Sahabat-sahabat penulis Asma, Iinaas, Yasmin, Lail, Kalsum, Janna, Nisa,
Oci, Cenun, Nurdiana, Nourisa, Zlavia dan Prima. Terima kasih atas segala
kasih kasih saying, kebaikan, kebersamaannya, canda tawa, suka duka yang
telah dilewati bersama, dan bantuannya menyelesaikan skripsi ini. Begitu
juga untuk teman-teman lain yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang berkontribusi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah membalas atas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik
dari segi bahasa maupun dari segi substansi. Oleh karena itu, penulis menerima
segala kritik dan saran yang membangun penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membaca.
Jakarta, 15 Juli 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................ 1-15
1.1
Latar Belakang ..............................................................................1
1.2
Pembatasan dan Perumusan Masalah .........................................10
1.2.1 Pembatasan masalah .......................................................10
1.2.2 Perumusan Masalah ........................................................11
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................13
1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................13
1.3.2 Manfaat Penelitian ..........................................................14
1.4
Sistematika Penulisan .................................................................15
BAB II
LANDASAN TEORI ..................................................................... 16-44
2.1
Kesulitan Pengambilan Keputusan Karier ..................................16
2.1.1 Definisi kesulitan pengambilan keputusan karier ...........16
2.1.2 Dimensi kesulitan pengambilan keputusan karier ..........17
2.1.3 Pengukuran kesulitan pengambilan keputusan karier.....18
2.1.4 Faktor-faktor kesulitan pengambilan keputusan karier ..20
2.2
Kepribadian Big-Five .................................................................24
2.2.1 Definisi kepribadian big-five ..........................................24
2.2.2 Dimensi kepribadian big-five ..........................................25
2.2.3 Pengukuran kepribadian big-five ....................................28
2.3
Perfeksionisme ...........................................................................29
2.3.1 Definisi perfeksionisme ..................................................29
2.3.2 Dimensi perfeksionisme .................................................30
2.3.3 Pengukuran Perfeksionisme............................................32
2.4
Parental Career-related Behavior................................................34
2.4.1 Definisi parental career-related behavior ........................34
2.4.2 Dimensi parental career-related behavior .......................34
2.4.3 Pengukuran parental career-related behavior .................36
2.5
Kerangka Berpikir ......................................................................38
x
2.6
Hipotesis Penelitian ....................................................................43
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 45-70
3.1
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..................45
3.2
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ..............45
3.2.1 Variabel Penelitian..........................................................45
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ........................................46
3.3
Instrumen Pengumpulan Data ....................................................47
3.3.1 Skala kesulitan pengambilan keputusan karier ...............48
3.3.2 Skala kepribadian big-five ..............................................49
3.3.3 Skala perfeksionisme ......................................................50
3.3.4 Skala parental career-related behavior ..........................51
3.4
Uji Validitas Konstruk ................................................................52
3.4.1 Hasil uji validitas konstruk skala kesulitan pengambilan
keputusan karier .............................................................54
3.4.2 Hasil uji validitas konstruk skala kepribadian big-five ..56
3.4.3 Hasil uji validitas konstruk skala perfeksionisme .........61
3.4.4 Hasil uji validitas konstruk skala parental career-related
behavior .........................................................................64
3.5
Teknik Analisis Data ..................................................................67
3.6
Prosedur Penelitian .....................................................................69
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 71-93
4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian ..........................................71
4.2
Analisis Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ........................73
4.3
Kategorisasi Skor Variabel .........................................................74
4.4
Uji Hipotesis Penelitian ..............................................................79
4.5
Pengujian Proporsi Varians ........................................................85
4.6
Analisis Uji Beda Variabel Demografi .......................................88
4.6.1 Variabel jenis kelamin ....................................................89
4.6.2 Variabel jenis Lembaga Pendidikan ...............................90
4.6.3 Variabel Pendidikan akhir orang tua ..............................91
BAB V KESIMPULAN, HASIL DAN SARAN......................................... 94-106
5.1
Kesimpulan .................................................................................94
5.2
Diskusi ........................................................................................95
5.3
Saran .........................................................................................103
5.3.1 Saran Teoritis .................................................................104
5.3.2 Saran Praktis ..................................................................105
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 107
LAMPIRAN ....................................................................................................... 113
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1
Tabel 3. 2
Tabel 3. 3
Tabel 3. 4
Tabel 3. 5
Tabel 3. 6
Tabel 3. 7
Tabel 3. 8
Tabel 3. 9
Tabel 3. 10
Tabel 3. 11
Tabel 3. 12
Tabel 3. 13
Tabel 3. 14
Tabel 3. 15
Tabel 3. 16
Tabel 4. 1
Tabel 4. 2
Tabel 4. 3
Tabel 4. 4
Tabel 4. 5
Tabel 4. 6
Skor pengukuran skala likert
Blueprint skala kesulitan pengambilan keputusan karier
Blueprint skala kepribadian big-five
Blueprint skala perfeksionisme
Blueprint skala parent career-related behavior
Muatan faktor item kesulitan pengambilan keputusan karier
Muatan faktor item extraversion
Muatan faktor item agreeableness
Muatan faktor item conscientiousness
Muatan faktor item neuroticism
Muatan faktor item openness to experience
Muatan faktor item self-oriented perfectionism
Muatan faktor item socially prescribed perfectionism
Muatan faktor item support
Muatan faktor item interference
Muatan faktor item lack of engagement
Gambaran umum subjek penelitian
Hasil analisis deskriptif statistik variabel penelitian
Norma kategorisasi skor variabel penelitian
Kategorisasi skor variabel penelitian
Hasil R Square
Anova pengaruh keseluruhan independent variable terhadap
dependent variable
Tabel 4. 7 Tabel Koefisien regresi
Tabel 4. 8 Proporsi varians kesulitan pengambilan keputusan karier pada setiap
independent variable (IV)
Tabel 4. 9 Hasil uji beda variabel jenis kelamin
Tabel 4. 10 Hasil uji beda variable jenis Lembaga Pendidikan
Tabel 4. 11 Hasil uji beda variabel Pendidikan akhir Ayah
Tabel 4. 12 Hasil uji beda Pendidikan akhir Ibu
xii
DAFTAR GAMBAR
Bagan 2. 1
Bagan kerangka berpikir
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
Format Kuesioner Online/Daring
Syntax Dan Path Diagram Confirmatory Factor Analysis Lisrel
Output Hasil Analisis SPSS
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengambilan keputusan merupakan salah satu kegiatan yang paling mendasar dan
sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang terus-menerus
membuat keputusan, mulai dari keputusan yang tidak terlalu penting sampai yang
sangat penting. Salah satu bidang pengambilan keputusan yang paling menantang
dalam hidup adalah pengambilan keputusan karier (Farnia et al., 2018).
Pengambilan keputusan karier merupakan salah satu topik penelitian yang penting
dalam psikologi karier. Nilsson et al. (2007) telah menganalisis berbagai artikel
penelitian terkait perkembangan karier dalam skala internasional selama 34 tahun
terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa pengambilan keputusan karier termasuk
keraguan-raguan karier, berada di posisi ke sembilan di antara 29 topik utama dalam
penelitian perkembangan karier (Nilsson et al., 2007).
Pengambilan keputusan karier biasanya akan dimulai pada tahap remaja
atau dewasa awal, karena pada tahap perkembangan tersebut individu memiliki
tugas utama yaitu untuk mengeksplorasi, menyeleksi dan berkomitmen pada suatu
karier (Erikson et al., dalam Emmanuelle, 2009). Tugas tersebut sesuai bagi remaja
terutama siswa sekolah menengah kelas 12 yang sudah dihadapkan pada pemilihan
jurusan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau bagi mereka yang
ingin bekerja maka akan dihadapkan dengan bidang pekerjaan yang akan mereka
jalani selanjutnya. Oleh karena itu, pada tahap ini remaja sudah dituntut untuk
mengambil keputusan karier yang tepat untuk dirinya.
1
2
Akan tetapi, proses pengambilan keputusan karier adalah proses yang
kompleks dan rumit, beberapa orang dapat melewati proses ini dengan lancar dan
mudah, namun sebagian lainnya terutama bagi remaja menghadapi kesulitan selama
proses ini (Gati et al., 1996). Kesulitan-kesulitan yang dihadapi tersebut dapat
menghambat proses pengambilan keputusan karier seperti menunda untuk
membuat keputusan, dapat menolak atau berhenti sebelum keputusan dibuat, atau
dapat mengarah pada keputusan yang kurang optimal yang dapat mengakibatkan
kurangnya komitmen atau penyesalan pada saat keputusan telah dibuat (Gati et al.,
1996).
Selama beberapa tahun terakhir, kesulitan pengambilan keputusan karier
menjadi perhatian utama dalam penelitian perkembangan karier selain kematangan
karier. Kesulitan pengambilan keputusan karier terkait erat dengan konsep
kematangan karier. Super dan Jordaan (1973) memandang salah satu aspek
kematangan karier yaitu kemampuan untuk membuat keputusan karier yang
dibutuhkan secara sosial. Oleh karena itu, kesulitan pengambilan keputusan karier
dianggap sebagai masalah perkembangan dalam proses kematangan karier.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kesulitan pengambilan keputusan
karier berfokus mahasiswa (Di Fabio et al., 2012; Gati et al., 1996; Leung et al.,
2011; Mau, 2001; Morgan & Ness, 1996). Namun, apabila melihat hasil penelitian
Albion dan Forgaty (2002) yang melakukan penelitian kesulitan pengambilan
keputusan karier antara kelompok usia dewasa dengan kelompok usia remaja,
menunjukkan hasil bahwa umumnya terdapat perbedaan pola kesulitan
pengambilan keputusan karier pada setiap usia, dengan kelompok usia yang lebih
3
tua menunjukkan kesulitan yang lebih sedikit daripada siswa. Sejalan dengan hasil
tersebut, pada penelitian Di Fabio et al. (2015) menunjukkan bahwa kesulitan
pengambilan keputusan karier akan cenderung menurun dengan bertambahnya usia
saat usia dewasa. Mau (2004) juga menunjukkan hasil bahwa mahasiswa lebih
sedikit kesulitan dalam mengambil keputusan karier dibanding siswa sekolah
menengah. Hal ini berarti, remaja memiliki potensi kesulitan pengambilan
keputusan karier yang lebih besar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan
berfokus pada remaja khususnya siswa menengah kelas 12 karena pada masa
tersebut adalah masa-masa transisi dari remaja ke dewasa awal yang mana remaja
diharapkan sudah memiliki pilihan karir yang tepat.
Biasanya kesulitan-kesulitan pengambilan keputusan karier pada siswa
SMA dan SMK yang akan lulus akan terbagi menjadi sulitnya memilih jurusan
untuk ke perguruan tinggi atau bingung mencari bidang pekerjaan yang tepat. Pada
pendidikan SMA, umumnya akan berfokus pada pembelajaran yang secara umum
terdiri dari berbagai bidang ilmu yang sangat luas (Laturiuw, 2019). Oleh karena
itu, biasanya siswa SMA dipersiapkan untuk ke perguruan tinggi. Namun, karena
banyaknya pilihan jurusan dan sempitnya peluang masuk ke jurusan tertentu justru
akan menimbulkan kebingungan dalam memilih pilihan jurusan yang tepat atau
memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya.
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Youthmanual
selama dua tahun terakhir dengan mendalami profil dan data lebih dari 400.000
siswa dan mahasiswa ditemukan bahwa 92% siswa SMA/SMK sederajat bingung
dan tidak tahu akan menjadi apa kedepannya dan 45% mahasiswa merasa salah
4
mengambil jurusan (Siaran Pers Risetdikti, 2018). Hasil penelitian Indonesia Career
Center Network (ICCN) menunjukkan bahwa sebanyak 87% mahasiswa Indonesia
mengakui bahwa jurusan yang mereka ambil tidak sesuai dengan minatnya atau
dengan kata lain salah jurusan (Esy, 2019).
Sedangkan, pada pendidikan SMK diketahui memiliki hasil orientasi karier
yang berbeda dengan apa yang diharapkan. Pendidikan SMK ditujukan untuk
pembelajaran yang berfokus pada praktik daripada teori, karena SMK
menitikberatkan pada persiapan siswanya menghadapi dunia kerja (Laturiuw,
2019). Namun, pada hasil penelitian Suryadi et al. (2018) diketahui bahwa sebagian
besar yaitu sebayak 68.8% siswa SMK justru ingin melanjutkan ke perguruan tinggi
dan hanya sebagian kecil dari mereka yang ingin mencari pekerjaan atau
melanjutkan membuka bisnis (wirausaha).
Padahal, kapasitas perguruan tinggi dalam menerima siswa baru hanya 30%
dari total populasi lulusan SMA dan SMK, sehingga lulusan SMA dan SMK yang
tidak diterima di perguruan tinggi akan berkontribusi pada meningkatnya jumlah
pengangguran di Indonesia (Suryadi et al., 2018). Hal tersebut dibuktikan dari data
Badan Pusat Statistika (BPS) pada Agustus 2019 menunjukan bahwa tamatan
sekolah menengah masih menempati posisi paling tinggi terkait Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT). Tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
menempati posisi paling tinggi yaitu sebesar 10.42% diikuti oleh tamatan Sekolah
Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 7.92% (Badan Pusat Statistik, 2019).
5
Data-data di atas menunjukkan bahwa siswa SMA dan SMK memiliki
kesulitan dalam mengambil keputusan karier. Hal tersebut sejalan dengan
penjelasan menurut Supriatna (dalam Yunanda, 2018) bahwa masalah yang timbul
pada siswa menengah terkait masalah karier adalah siswa belum menentukan
pilihan jurusan ke perguruan tinggi, tidak memahami cara memilih jurusan yang
sesuai dengan minat, masih bingung ingin apa setelah lulus nanti, jika bekerja siswa
tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup, merasa cemas untuk
mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah, masih kurang mampu memilih
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat, serta belum mengerti tentang
prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, masih
banyaknya siswa SMA dan SMK yang bingung untuk menentukan karier spesifik
yang tepat. Padahal idealnya, siswa SMA dan SMK khususnya kelas 12 sudah
dihadapkan
untuk
menentukan
pilihan
kariernya.
Dengan
demikian,
mengidentifikasi faktor-faktor kesulitan yang menghambat siswa-siswa SMA dan
SMK dalam mengambil keputusan karier menjadi topik penelitian penting
khususnya dalam psikologi karier. Identifikasi kesulitan-kesulitan dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya ini memungkinkan psikolog sekolah atau guru Bimbingan
Konseling (guru BK) untuk menyesuaikan pendekatan dan intervensi mereka
dengan kebutuhan dan karakteristik spesifik dari setiap siswa.
Kesulitan-kesulitan pengambilan keputusan karier awalnya dikembangkan
oleh Gati et al. (1996) dengan menggambarkan kesulitan-kesulitan yang dialami
individu sebelum dan/atau selama proses pengambilan keputusan karier. Kesulitan-
6
kesulitan ini dapat menghambat proses penentuan karier dan dapat menyebabkan
mengambil pilihan karier yang kurang optimal. Gati et al. (1996) membagi
kesulitan pengambilan keputusan karier ini mencakup tiga aspek utama kesulitan:
lack of readiness yaitu kurangnya kesiapan untuk terlibat sebelum proses
pengambilan keputusan karier, lack of information yaitu kurangnya informasi
(tentang diri, tentang langkah-langkah yang terlibat dalam proses, tentang berbagai
alternatif dan sumber informasi tambahan) dan information inconsistence yaitu
informasi yang kurang konsisten (informasi yang tidak dapat diandalkan, konflik
internal dan eksternal).
Terdapat beberapa faktor internal dan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier. Faktor internal yang
mempengaruhi yaitu kepribadian atau five personality factor trait (Chen & Liew,
2015; Di Fabio & Palazzeschi, 2009; Di Fabio et al., 2015; Hou et al., 2013;
Martincin & Stead, 2015; Pečjak, & Košir, 2007), locus of control (Kırdök &
Harman, 2018), efikasi diri (Morgan & Ness, 1996; Sawitri, 2009), perfeksionisme
(Leong & Chervinko, 1996), kecerdasan emosional (Di Fabio et al., 2012).
Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan
karier yaitu ekspektasi orang tua (Leung et al., 2011), pola asuh orang tua (Chen &
Liew, 2015; Sovet & Metz, 2014), parental career-related behavior (Dietrich &
Kracke, 2009), family belongingness (Slaten & Baskin, 2014).
Faktor internal kepribadian memainkan peran penting dalam bagaimana
membentuk suatu karier individu dan menentukan apakah individu akan mengalami
kesulitan pengambilan keputusan karier atau tidak (Costa et al., dalam Martincin &
7
Stead, 2015). Menurut Lounsbury et al. (dalam Gati et al., 2011) model kepribadian
yang paling terkenal dan sering dijadikan variabel dalam sebuah penelitian adalah
model kepribadian big-five atau five factor model karena merupakan model
kepribadian yang paling dapat diterima dan diteliti pada saat ini.
Kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang sangat menentukan
seseorang dapat mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan karier (Albion
& Fogarty, 2002; Di Fabio & Palazzeschi, 2009; Di Fabio et al., 2015; Martincin &
Stead, 2015; Pečjak, & Košir, 2007). Individu yang memiliki emosional lebih stabil
dianggap memiliki kesulitan pengambilan keputusan yang lebih rendah baik
sebelum ataupun selama proses pengambilan keputusan karier (Pečjak, & Košir,
2007).
Sedangkan,
siswa
yang
memiliki
kepribadian
extraversion,
conscientiousness, openness to experience akan menunjukkan lebih banyak
pengendalian diri dan lebih rendah dalam kesulitan pengambilan keputusan karier
(Di Fabio & Palazzeschi, 2009; Martincin & Stead, 2015; Pečjak, & Košir, 2007).
Kepribadian agreeableness juga memiliki hubungan negatif pada kesulitan
pengambilan keputusan karier walaupun dengan hubungan yang terendah di antara
kelima faktor kepribadian tersebut (Martincin & Stead, 2015).
Faktor internal lainnya yang dapet memprediksi kesulitan pengambilan
keputusan karier adalah perfeksionisme. Penelitian dengan topik perfeksionisme
masih jarang dikaitkan dengan subjek remaja atau anak sekolah dan masih jarang
dikaitkan dengan kesulitan pengambilan keputusan karier. Padahal jika dilihat dari
penelitian terdahulu terdapat hasil yang menyatakan bahwa perfeksionisme
berperan dalam pengambilan keputusan karier. Menurut Leong dan Chervinko
8
(1996) dua dari tiga dimensi dalam perfeksionisme dapat memprediksi keraguraguan karier. Dalam penelitiannya, siswa yang merasa bahwa orang lain
menetapkan standar tinggi dan penuh pengharapkan yang tinggi terhadap mereka
(self-oriented perfectionism) cenderung tidak ragu-ragu dan memiliki motivasi
untuk bertindak dalam memilih kariernya yang tepat (Leong & Chervinko, 1996).
Sedangkan, siswa yang mempercayai bahwa dirinya dituntut untuk mencapai
standar yang tinggi dan diharapkan untuk menjadi sempurna dalam segala hal oleh
orang lain (socially prescribed perfectionism) cenderung lebih ragu-ragu dalam
memutuskan kariernya (Leong & Chervinko, 1996).
Sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Leong & Chervinko
(1996), dalam penelitian Lehmann dan Konstam (2011) hanya maladaptif
perfeksionisme merupakan prediktor yang dapat memprediksi keragu-raguan
karier. Istilah maladaptif perfeksionisme sebagai pengganti socially prescribed
prefecionism dan adaptif perfeksionisme sebagai pengganti self-oriented
perfectionism. Maladaptif perfeksionisme lebih dapat memprediksi kesulitan
pengambilan karier dibanding dengan adaptif perfeksionisme (Lehmann &
Konstam, 2011).
Faktor lainnya yang memiliki pengaruh terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karier remaja adalah faktor eksternal yaitu faktor di luar diri individu
seperti orang tua. Peran orang tua dalam keputusan karier remaja sangat penting.
Penelitian yang dilakukan oleh Samosir dan Suharso (2018) terhadap 104 remaja
mengenai persepsi keterkaitan orang tua dalam keputusan karier. Hasilnya,
menunjukkan sebesar 70% remaja menyatakan bahwa orang tua yang bersikap
9
mendukung dan menjadi tempat berdiskusi merupakan faktor penting yang dapat
membantu remaja menjadi yakin dalam mengambil keputusan jurusan kuliah
(Samosir & Suharso, 2018). Namun Dietrich dan Kracke (dalam Hlaďo & Ježek,
2018) mengungkapkan bahwa peran orang tua dalam keterlibatan karier remaja
bukan hanya melalui dukungan dari orang tua, tetapi juga melalui tindakan spesifik
yang dilakukan oleh orang tua dengan tujuan pengembangan karier anak mereka
atau disebut dengan parental career-related behavior.
Dietrich dan Kracke (2009) membedakan tiga bentuk dari perilaku orang
tua yang spesifik terkait karier anak antara lain support (dukungan yang diberikan
oleh orang tua berkaitan dengan perkembangan karier anaknya), interference
(orang tua mengawasi dan memengaruhi melalui intervensi mereka terhadap karier
anaknya), dan lack of engagement (perilaku yang menunjukkan rendahnya
keterlibatan orang tua dalam perkembangan karier anaknya). Dari ketiga peran
orang tua terkait karier anak, interference dan lack of engagement adalah perilaku
yang dapat meningkatkan kesulitan pengambilan keputusan karier pada anak
(Anastiani & Primana, 2019; Dietrich & Kracke, 2009). Sedangkan, support pada
penelitian lainnya diketahui memberikan pengaruh terhadap eksplorasi karier
dimana remaja lebih mengeksplor kariernya karena mendapatkan dukungan karier
dari orang tua, dengan begitu mereka tidak akan mengalami kesulitan yang berarti
dalam mengambil keputusan karier (Dietrich & Kracke, 2009).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas bahwa kesulitan
pengambilan keputusan karier dapat berdampak pada masa yang akan datang
seperti kebingungan dalam pemilihan jurusan pada perguruan tinggi, banyaknya
10
mahasiswa yang menyesal telah memilih jurusan karna tidak sesuai minatnya
ataupun banyak lulusan SMA dan SMK yang menganggur karena tidak tahu mau
kemana saat mereka telah lulus. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mencari
tahu faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi kesulitan pengambilan
keputusan pada remaja, khususnya melalui variabel kepribadian big-five,
perfeksionisme dan parental career-related behavior dan seberapa besar pengaruh
dari variabel-variabel tersebut dapat menjelaskan kesulitan pengambilan keputusan
karier pada remaja. Maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Kepribadian Big-Five, Perfeksionisme dan Parental Career-related Behavior
terhadap Kesulitan Pengambilan Keputusan Karier pada Remaja”.
1.2
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier pada
remaja. Oleh karena itu, penulin akan membatasi masalah kesulitan pengambilan
keputusan karier pada remaja (variabel terikat) yang dipengaruhi oleh kepribadian
big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior (variabel bebas).
Adapun pengertian konsep yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Kesulitan pengambilan keputusan karier dalam penelitian ini dibatasi
sejauh mana hambatan-hambatan yang dialami individu sebelum
dan/atau selama proses pengambilan keputusan karier yang akan
menyebabkan individu kesulitan dalam menentukan pilihan kariernya,
yang terdiri dari lack of readiness, lack of information dan inconsistent
information (Gati et al., 1996).
11
2.
Perfeksionisme dalam penelitian ini dibatasi oleh upaya individu
menetapkan standar kinerja yang sangat tinggi disertai dengan evaluasi
yang sangat kritis ketika standar tersebut tidak terpenuhi, dan selalu
memikirkan
kesalahan
(Hewitt
&
Flett,
1991)
yang
mana
perfeksionisme pada anak dan remaja dibedakan menjadi dua aspek
yaitu self-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism
(Flett et al., 2016).
3.
Kepribadian dalam penelitian ini dibatasi dengan hanya menggunakan
pendekatan
big-five
personality.
Kepribadian
big-five
adalah
pendekatan untuk melihat kepribadian manusia yang tersusun dari lima
faktor
kepribadian
yaitu
extroversion,
agreeableness,
conscientiousness, neuroticism dan openness (McCrae & Costa, 1987).
4.
Parental career-related behavior dalam penelitian dibatasi oleh
persepsi remaja terhadap perilaku spesifik orang tua yang ditandai
dengan sejauh mana orang tua berinvestasi dalam pengembangan karier
anaknya. Perilaku tersebut dibedakan menjadi tiga aspek yaitu support,
interference, dan lack of engagement (Dietrich & Kracke, 2009).
5.
Subjek dalam penelitian ini dibatasi pada siswa-siswi Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas
12 di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
12
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari kepribadian big-five,
perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian extaversion
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian agreeableness
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian constentiousness
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian neuroticism
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian openness to
eperience terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-oriented perfectionism
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan socially prescribed perfectionism
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier?
9. Apakah ada pengaruh yang signifikan support parental career-related
behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier?
10. Apakah ada pengaruh yang signifikan interferences parental-careerrelated behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier?
13
11. Apakah ada pengaruh yang signifikan lack of engagement parental
career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karier?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji pengaruh kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental
career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
2. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian extaversion terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier.
3. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian agreeableness terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier.
4. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian constentiousness terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier.
5. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian neuroticism terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier.
6. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian openness to eperience terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier.
7. Untuk menguji pengaruh self-oriented perfectionism terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier.
8. Untuk menguji pengaruh socially prescribed perfectionism terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier.
14
9. Untuk menguji pengaruh support parental career-related behavior terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier.
10. Untuk menguji pengaruh interferences parental-career-related behavior
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
11. Untuk menguji pengaruh lack of engagement parental career-related
behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis yaitu sebagai
kontribusi bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya tentang perilaku
kejuruan (vocational behavior) mengenai kesulitan pengambilan keputusan
karier bagi remaja, serta menambah pengetahuan data terkait kesulitan
pengambilan keputusan karier dan variabel-variabel yang memengaruhinya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan remaja khususnya Siswa SMA
dapat memahami dirinya sendiri dalam mengambil keputusan karier yang tepat.
Bagi orang tua, diharapkan dapat memberikan perhatian terkait perkembangan
karier anaknya. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi
konselor sekolah dan guru BK dalam menangani masalah masalah keputusan
karier siswanya dengan melihat faktor-faktor internal dan eksternal dalam
penelitian ini.
15
1.4
Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
BAB I
: Pendahuluan
Dalam Bab I meliputi latar
rumusan masalah, tujuan
belakang, pembatasan masalah,
penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II
: Landasan Teori
Dalam Bab II meliputi teori seluruh variabel (definisi, dimensi,
pengukuran), kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
BAB III
: Metode Penelitian
Dalam Bab III meliputi populasi penelitian, sampel dan teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional dari
variabel, instrumen pengumpulan data, blueprint, uji validitas
konstruk, teknik analisa data dan prosedur penelitian.
BAB IV
: Hasil Penelitian
Dalam Bab IV meliputi gambaran subjek penelitian, hasil analisis
deskripstif variabel, kategorisasi skor variabel, uji hipotesis
penelitian, pengujian proporsi varians, uji beda variabel demografi.
BAB V
: Kesimpulan, Hasil dan Saran
Dalam Bab V meliputi kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi
dari hasil penelitian, dan saran penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Kesulitan Pengambilan Keputusan Karier
2.1.1 Definisi kesulitan pengambilan keputusan karier
Kesulitan pengambilan keputusan karier merupakan konstruk yang belum lama ini
dikembangkan oleh Gati et al. (1996). Awalnya, kesulitan-kesulitan yang dialami
oleh seseorang dalam mengambil keputusan karier sering dikaitkan dengan career
indecision atau keragu-raguan dalam memilih karier (Gati et al., 1996). Kemudian,
Gati et al. (1996) mengembangkan penyebab kesulitan-kesulitan tersebut menjadi
sebuah konstruk yang lebih teoristis dan empiris dari teori-teori sebelumnya, yang
disebut dengan taksonomi kesulitan pengambilan keputusan karier atau career
decision making difficulties.
Dalam taksonomi kesulitan pengambilan keputusan karier, awalnya Gati et
al. (1996) mengembangkan sebuah model pembuat keputusan karier yang ideal.
Pembuat keputusan karier yang ideal didefinisikan sebagai kesadaran individu akan
kebutuhan untuk membuat keputusan karier dan dapat membuat keputusan karier
yang didasarkan pada proses tepat dan sesuai dengan kemampuan dan preferensi
individu (Gati et al., 1996). Setiap penyimpangan dari model dari pembuat
keputusan karier yang ideal tersebut dianggap sebagai potensi kesulitan, yang dapat
mempengaruhi
proses
pengambilan
keputusan
individu
sehingga
dapat
mempersulit atau menghambat individu dalam proses pengambilan keputusannya
dan membuat individu memilih keputusan yang tidak optimal (Gati et al., 1996).
Gati et al. (1996) juga mengkategorisasikan kesulitan pengambilan keputusan
16
17
karier yang dialami individu sebelum membuat keputusan dan selama proses
pengambilan keputusan karier.
Dengan demikian, kesulitan pengambilan keputusan karier dalam penelitian
ini adalah hambatan-hambatan yang dialami individu sebelum dan/atau selama
proses pengambilan keputusan karier yang akan menyebabkan individu kesulitan
dalam menentukan pilihan kariernya.
2.1.2 Dimensi kesulitan pengambilan keputusan karier
Berdasarkan taksonomi yang dikembangan oleh Gati et al. (1996) bahwa kesulitan
pengambilan keputusan karier terbagi ke dalam dua fase, yaitu saat sebelum proses
pengambilan keputusan karier dan saat selama proses pengambilan keputusan
karier. Menurut Gati et al. (1996) dalam dua fase ini, fase pertama terdiri dari satu
aspek yaitu kurangnya kesiapan dan fase kedua terdiri dari dua aspek yaitu
kurangnya informasi dan informasi yang tidak konsisten. Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut mengenai tiga aspek dalam kesulitan pengambilan keputusan karier
(Gati & Saka, 2001).
1. Kurangnya kesiapan (lack of readiness)
Kesulitan ini dihadapi individu sebelum proses pengambilan keputusan karier,
yang muncul karena kurangnya motivasi dalam membuat keputusan karier,
keraguan-keraguan umum yang muncul terkait segala jenis keputusan, dan
keyakinan yang disfungsional termasuk pengharapan yang tidak masuk akal
mengenai proses pengambilan keputusan karier (Gati & Saka, 2001).
18
2. Kurangnya informasi (lack of information)
Kesulitan ini dihadapi individu selama proses pengambilan keputusan karier,
yang berasal dari kurangnya pengetahuan tentang langkah-langkah yang terlibat
dalam proses pengambilan keputusan karier, kurangnya informasi tentang diri,
kurangnya informasi mengenai pekerjaan dan kurangnya informasi dalam caracara mendapatkan informasi tambahan (Gati & Saka, 2001).
3. Informasi yang tidak konsisten (inconsistent information)
Kesulitan ini dihadapi individu selama proses pengambilan keputusan karier,
yang muncul akibat dari adanya informasi yang tidak reliabel, konflik internal
dan konflik eksternal (Gati & Saka, 2001).
2.1.3 Pengukuran kesulitan pengambilan keputusan karier
Berikut ini alat ukur yang telah digunakan untuk mengukur kesulitan pengambilan
keputusan karier.
1. Career Decision Scale (CDS)
Career Decision Scale (CDS) dikembangkan oleh Osipow (1979) yang
mencakup 19 item, 18 di antaranya self report dengan skala likert empat poin
mulai dari “tidak sesuai dengan saya” hingga “sangat sesuai dengan saya” dan
satu item merupakan item pertanyaan terbuka (Fuqua et al., 1988). Dua item
pertama CDS merupakan skala kepastian karier lalu 16 item berikutnya
merupakan skala keragu-raguan karier (Fuqua et al., 1988).
2. Career Factor Inventory
Career Factor Inventory dikembangkan oleh Chartrand dan Robbins (1990)
yang terdiri dari 21 item yang dirancang untuk menilai kesiapan individu
19
untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan karier (Simon, 2004).
CFInv terdiri dari 10 item yang dinilai dengan skala Likert 5 poin dari poin
satu (sangat tidak setuju) hingga poin lima (sangat setuju), dengan skor
rendah menunjukkan keragu-raguan karier yang lebih sedikit dan 11 item
yang tersisa dijawab menggunakan skala diferensial semantik (Simon, 2004).
3. Career Decision Difficulties Quetionnaire (CDDQ)
Alat ukur ini dikembangkan oleh Gati et al. (1996) berbeda dengan alat ukur
sebelumnya, alat ukur ini disusun berdasarkan taksonomi kesulitan
pengambilan keputusan karier. Awalnya skala ini terdiri dari 44 item (Gati et
al., 1996) namun kini terdapat revisi dengan merampingkan jumlah item
menjadi 34 item (Gati & Saka, 2001). Subjek diminta untuk memberikan
jawaban berdasarkan skala likert yang terdiri dari 7 pilihan jawaban mulai
dari 1 (sangat tidak menggambarkan saya) hingga 7 (sangat menggambarkan
saya) (Gati & Saka, 2001). Dalam penelitian Gati dan Saka (2001) reliabilitas
cronbach alpha sebesar 0.91 pada siswa kelas 9 dan kelas 10 sekolah
menengah di Israel dan sebesar 0.90 pada siswa akhir SMA di Israel.
Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah Career Decision
Difficulties Quetionnaire (CDDQ) yang telah direvisi oleh Gati dan Saka (2001)
dengan jumlah 34 item. Pemilihan skala ini dikarenakan skala tersebut sesuai
dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini dan skala tersebut juga diteliti
pada siswa sekolah menengah atas yang sangat sesuai dengan subjek penelitian ini
yaitu pada siswa SMA/SMK/sederajat.
20
2.1.4 Faktor-faktor kesulitan pengambilan keputusan karier
Berikut ini beberapa faktor yang dapat memengaruhi kesulitan pengambilan
keputusan karier yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Adapun faktor
internal yang mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan yaitu:
1.
Core self-evaluation
Penelitian yang dilakukan oleh Di Fabio dan Palazzeschi (2012); Di Fabio et
al. (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh core self-evaluation
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Core self-evaluaion pada
dasarnya adalah persepsi tentang dirinya sendiri yang bersifat positif yang
terdiri dari empat faktor: (a) self-esteem, (b) self-efficacy, (c) kecenderungan
memiliki negative cognitive dan explanatory style, serta (d) locus of control
(Judge et al., dalam Di Fabio et al., 2012). Peran core self-evaluation yang
negatif dalam proses pengambilan keputusan karier dapat menyebabkan
kesulitan yang biasanya dihadapi bahkan sebelum proses ini dimulai (Di
Fabio & Palazzeschi, 2012; Di Fabio et al., 2012).
2.
Kepribadian
Kepribadian merupakan Faktor internal yang memainkan peran penting
dalam pengambilan keputusan karier termasuk kesulitan pengambilan
keputusan karier. Beberapa penelitian menemukan peran trait-trait
kepribadian dengan keragu-raguan karier yang sebagian besar menggunakan
model kepribadian five factor atau kepribadian big-five. Penelitian yang
dilakukan oleh Di Fabio dan Palazzeschi (2009) memperlihatkan bahwa
seseorang kepribadian extraversion tinggi dan neuroticism rendah akan
21
kurang merasakan kesulitan pengambilan keputusan karier, begitu pula
dengan kepribadian conscientiousness, agreeableness dan openness to
experiece berperan dalam kesulitan pengambilan karier secara negatif. Pečjak
dan Košir (2007) juga mengatakan bahwa trait kepribadian yang lebih stabil
secara emosional dianggap mengalami kesulitan pengambilan keputusan
yang lebih rendah baik sebelum dan selama proses pengambilan keputusan.
3.
Kecerdasan emosi
Individu dengan kecerdasan emosi yang tinggi memiliki kesadaran yang lebih
besar tentang emosi dan dapat mengintegrasikan pengalaman emosional
dengan pikiran dan tindakan, yang mungkin hal tersebut berperan dalam
proses eksplorasi karier dan pengambilan keputusan karier (Di Fabio &
Palazzeschi, 2009). Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa individu
yang merasakan kesulitan dalam pengambilan keputusan karier yang rendah
menunjukkan kecerdasan emosi yang tinggi, begitu pula sebaliknya (Di Fabio
& Palazzeschi, 2009; Di Fabio et al., 2013).
4.
Locus of control
Kırdök dan Harman (2018) mengungkapkan bahwa individu dengan locus of
control eksternal mungkin melakukan upaya lebih sedikit ketika mereka akan
memutuskan karier atau mengharapkan seseorang disekitarkan membuat
keputusan akan kariernya. Pečjak dan Košir (2007) juga menunjukkan bahwa
siswa dengan pengalaman kontrol personal (internal) lebih sedikit mengalami
kesulitan dalam pengambilan keputusan karier.
22
5.
Efikasi diri
Penelitian yang dilakukan oleh Sawitri (2009) menunjukkan bahwa status
efikasi diri keputusan karier memiliki pengaruh langsung yang negatif dan
bermakna terhadap kesulitan mengambil keputusan karier. Semakin tinggi
tingkat efikasi diri seseorang terkait dengan kayakinan mengenai tujuan
karier, maka semakin besar minat yang diperlihatkan untuk pilihan-pilihan
tertentu dan semakin kuat pula ketekunan mereka untuk mengikuti tujuantujuan karier mereka (Bandura et al., dalam Sidiropoulou-Dimakakou, et al.,
2012).
6.
Perfeksionisme
Penelitian yang dilakukan oleh Leong et al, (1996) menyatakan bahwa
perfeksionisme berpegaruh terhadap keragu-raguan karier, dengan selforiented perfectionism berpengaruh negatif dan socially prescribed
perfectionism berpengaruh secara positif. Sedangkan, Lehmann dan Konstam
(2011) menyatakan bahwa variabel perfeksionisme berkorelasi terhadap
karagu-raguan karier yaitu untuk maladaptif perfeksionisme (socially
prescribed
perfectionism)
tetapi
tidak
berkorelasi
dengan
adaptif
perfeksionisme (self oriented perfectionism) (Lehmann & Konstam, 2011).
Faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan yaitu:
1. Ekspektasi orang tua
Ekspektasi orang tua memiliki dampak pada kesulitan dalam membuat
keputusan dalam karier. Dari tiga komponen pengharapan orang tua, komponen
pencapaian akademis ternyata memiliki pengaruh yang lebih kuat pada
23
kesulitan pengambilan keputusan karier daripada kematangan pribadi dan
komponen dating concern (Leung et al., 2011). Para siswa yang memandang
tingginya pengharapan orang tua akan prestasi akademis merasa bahwa jika
prestasi mereka berada diurutan yang rendah, maka siswa tersebut akan berada
dalam posisi yang paling rentan terhadap kesulitan mengambil keputusan karier
(Leung et al., 2011).
2. Pola asuh orang tua
Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang otoriter (parental authority)
mempunyai hubungan yang positif terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karier (Koumoundourou et al., 2011; Sovet & Metz, 2014). Sedangkan, pola
asuh otoritatif berhubungan secara negatif dengan kesulitan pengambilan
keputusan mengenai karier (Sovet & Metz, 2014).
4. Parental career-related behavior
Parental career-related behavior yaitu perilaku orang tua yang spesifik
mengenai karier anak yang dbedakan menjadi tiga bentuk yaitu support,
interference dan lack of engagement (Dietrich & Kracke, 2009). Dari tiga aspek
parental career-related behavior; kurangnya keterlibatan (lack of engagement)
dan campur tangan orang tua (interference) berkontribusi positif terhadap
kesulitan dalam pengambilan keputusan karier (Anastiani & Primana, 2019).
3. Family belongingness
Penelitian yang dilakukan Slaten dan Baskin (2014) menunjukkan family
belongingness memiliki hubungan yang tidak langsung dengan kesulitan
pengambilan keputusan karier. Dalam penelitiannya, Slaten dan Baskin (2014)
24
juga menguji peer belongingness namun tidak ditemukan pengaruh yang
signifikan. Hal ini membuktikan pentingnya variabel keluarga dibandingkan
dengan teman sebaya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan karier
(Slaten & Baskin, 2014).
2.2
Kepribadian Big-Five
2.2.1 Definisi kepribadian big-five
Kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan Odbert pada
tahun 1930-an, kemudian dilanjutkan oleh Cattell pada tahun 1940-an, dan
dilanjutkan oleh Tupes, Christal dan Norman pada tahun 1960-an (Feist & Feist,
2018).
Menurut Allport kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam individu
sebagai sistem psikofisis untuk menentukan dengan cara yang khas dalam
penyesuaian dirinya dengan lingkungan (Suryabrata, 2003). Psikofisis yang
dimaksud oleh Allport bahwa kepribadian meliputi kerja tubuh dan jiwa (tak
terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian (Suryabrata, 2003).
Sedangkan, Menurut Feist dan Feist (2018) kepribadian merujuk pada pola
trait dan karakteristik yang relatif permanen pada diri individu yang dapat
memberikan konsistensi ataupun individualitas pada perilaku seorang. McCrae dan
Costa (1992) juga mendefinisikan kepribadian sebagai gaya emosional,
interpersonal, eksperimental, objektif, dan motivasional yang dapat menjelaskan
perilaku individu dalam situasi berbeda dan bertahan lama pada diri seseorang.
Berdasarkan pengertian kepribadian di atas, kepribadian mencakup fisik
dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan yang tidak terlihat serta
25
kepribadian memiliki sifat menetap, yang artinya jika individu dihadapkan dalam
situasi yang sama akan memunculkan sikap yang sama walaupun di tempat yng
berbeda.
McCrae dan Costa (1987) kemudian mendefinisikan kepribadian sebagai
suatu karakteristik seseorang yang terdiri dari lima karakter kepribadian yaitu
extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to
experience yang dikenal dengan five factor model kepribadian atau kepribadian bigfive. Sejalan dengan definisi tersebut, Feist dan Feist (2018) juga menjelaskan
bahwa kepribadian big-five adalah sebuah teori kepribadian yang dapat
memprediksi dan menjelaskan suatu perilaku dengan menggunakan analisis faktor
yang terdiri dari model lima faktor yaitu neuroticism, extraversion, opennes to
experiences, agreeableness, dan conscientiousness. Menurut Cervone dan Pervin
(2013) kepribadian big-five adalah kepribadian yang terdiri dari lima faktor yaitu
neuroticism,
extraversion,
opennes
to
experiences,
agreeableness,
dan
conscientiousness.
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan, kepribadian big-five
merupakan suatu teori dalam kepribadian yang terdiri dari lima trait utama yaitu
neuroticism,
extraversion,
opennes
to
experiences,
agreeableness,
dan
conscientiousness.
2.2.2 Dimensi kepribadian big-five
Seperti yang sudah dijelaskan dalam definisi kepribadian big-five sebelumnya,
bahwa kepribadian big-five terdiri dari lima faktor yaitu extraversion,
26
agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experience. Berikut
ini adalah karakteristik pada masing-masing trait kepribadian big-five.
1. Extraversion
Extraversion menunjukkan pendekatan yang energik terhadap dunia sosial dan
fisik yang mencakup sifat-sifat seperti mudah bersosialisasi, menyukai kegiatan
aktivitas, asertif, dan memiliki emosi yang positif (John & Srivastava, 1999).
Seseorang dengan extraversion yang tinggi cenderung penuh kasih sayang,
ceria, senang berbicara, senang berkumpul dan menyenangkan (Feist & Feist,
2018). Sedangkan individu dengan extraversion rendah biasanya tertutup,
pendiam, penyendiri, pasif dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk
mengekspresikan emosi yang kuat (Feist & Feist, 2018).
2. Agreeableness
Agreeableness merupakan mencakup sifat-sifat seperti altruisme, sikap selalu
mengalah, selalu percaya dan sopan (John & Srivastava, 1999). Seseorang
dengan agreeableness yang tinggi cenderung mudah percaya, ramah, murah
hati, mudah menerima, selalu mengalah, tidak enak hati dan memiliki perilaku
yang baik (Feist & Feist, 2018). Individu yang memiliki agreeableness yang
rendah cenderung memiliki karakter yang penuh curiga, pelit, tidak ramah,
mudah kesal dan suka mengkritik orang lain (Feist & Feist, 2018).
3. Conscientiousness
Conscientiousness diidentifikasi sebagai orang-orang yang teratur, terkontrol,
terorganisir, berpikir sebelum bertindak, mengikuti norma dan aturan, ambisius,
fokus pada pencapaian (John & Srivastava, 1999). Individu dengan
27
conscientiousness yang tinggi biasanya pekerja keras, berhati-hati, tepat waktu
dan mampu bertahan (Feist & Feist, 2018). Sebaliknya individu dengan
conscientiousness yang rendah akan cenderung tidak teratur, ceroboh, pemalas,
serta tidak memiliki tujuan dan mudah menyerah saat menghadapi kesulitan
(Feist & Feist, 2018).
4. Neuoroticism
Neuroticism mencakup tempremen emosi yang negatif seperti cemas, gugup,
sedih dan tegang (John & Srivastava, 1999). Seseorang yang memiliki
neuroticism tinggi cenderung penuh kecemasan, tempramental, mengasihani
diri sendiri, sangat sadar akan dirinya sendiri, emosional dan rentan terhadap
gangguan stres (Feist & Feist, 2018). Bagi individu yang memiliki neuroticism
rendah biasanya tenang, tidak tempramental, puas terhadap dirinya sendiri dan
tidak emosional (Feist & Feist, 2018).
5. Openness to experience
Opennes to experience menggambarkan luasnya, dalamnya, dan orisinalitas
serta kompleksitasnya mental dan pengalaman kehidupan seseorang (John &
Srivastava, 1999). Seseorang yang memiliki keterbukaan tinggi biasanya
kreatif, imaginatif, penuh dengan rasa penasaran, cenderung terbuka dan lebih
memilih pada kerbervariasian atau keberagaman (Feist & Feist, 2018).
Sebaliknya, individu dengan keterbukaan yang rendah biasanya konvensional,
rendah hati, konservatif, dan tidak terlalu tertarik pada sesuatu (Feist & Feist,
2018).
28
2.2.3 Pengukuran kepribadian big-five
Terdapat banyak alat ukur untuk mengukur kepribadian big-five yaitu sebagai
berikut.
1. NEO-Personality Inventory Revised (NEO-PI-R)
Awalnya Costa dan McCrae menerbitkan skala NEO-PI dan NEO-FFI (1985,
1989) yang awalnya alat ukur ini digunakan hanya mengukut tiga faktor saja
yaitu neuroticim, extraversion dan openness (Cervone & Pervin, 2013). Skala
ini kemudian di revisi menjadi NEO-PI-R oleh Costa dan McCrae (1992) yang
terdiri dari 240 item (Cervone & Pervin, 2013).
2. Big-five Inventory (BFI)
Alat ukur ini dikembangkan oleh John, Donahue dan Kentle (1991) terdiri dari
44 item dengan skala likert 5 pilihan jawaban “1” (sangat tidak setuju) sampai
“5” (sangat setuju). Skala ini dikembangan dengan menggunakan frasa pendek
berdasarkan sifat-sifat yang dikenal sebagai tanda dari prototipikal big-five
(John & Srivastava, 1999).
3. International Personality Item Pool-Five Factor Inventory (IPIP-FFI)
Alat ukur big-five IPIP-FFI dikembangkan oleh Goldberg (1999) dengan 50
item dan 100 item. IPIP versi 100 item terdiri dari 20 item untuk masing-masing
faktor kepribadian big-five. Pengukuran alat ukur ini menggunakan skala Likert
dengan 5 pilihan jawaban “1” (sangat tidak akurat) sampai “5” (sangat akurat)
yang masing-masing trait kepribadian terdiri dari 10 item.
29
4. Mini-International Personality Item Pool (Mini-IPIP)
Mini-IPIP merupakan versi pendek dari skala IPIP-FFI 50 item milik Goldberg
(1999). Skala Mini-IPIP dikembangkan oleh Donnellan, Oswald, Baird, &
Lucas (2006) yang terdiri dari 20 item dengan empat item pada masing-masing
trait kepribadian. Pengukuran alat ukur ini menggunakan skala Likert dengan 5
pilihan jawaban “1” (sangat tidak setuju) sampai “5” (sangat setuju). Skala ini
memiliki reliabilitas internal sebesar di atas 0.60 dan menunjukkan validitas
konvergen, diskriminan dan kriteria yang dapat diterima (Donnellan et al.,
2006).
Dari alat ukur yang telah disebutkan di atas, maka dalam penelitian akan
menggunakan skala Mini-International Personality Item Pool (Mini-IPIP). Hal
tersebut dikarenakan skala MINI-IPIP memiliki validitas dan konsistensi internal
skala yang sudah teruji secara psikometri (Donnellan et al., 2006). Selain itu,
penulis juga mempertimbangkan efisiensi waktu pengisian kuesioner dengan 20
item dalam skala ini.
2.3
Perfeksionisme
2.3.1 Definisi perfeksionisme
Konsep perfeksionisme merupakan variabel penting perbedaan individu yang
memiliki sejarah panjang baik dalam penelitian klinis (Stöber, 1998). Pada awalnya
perfeksionisme dikonseptulisasikan sebagai konstruk unidimensional (Burns,
1980). Kemudian, perfeksionisme kini muncul dalam bentuk yang berbeda
(multidimensional) dan memiliki dimensi serta aspek yang berbeda satu sama lain
(Enns & Cox dalam Damian et al., 2013). Dua model perfeksionisme yang
30
mendominasi dalam penelitian perfeksionisme dalam dua dekade terakhir yaitu
Frost et al. (1990) dan Hewitt & Flett (1991).
Perfeksionisme didefinisikan sebagai individu yang memiliki standar di luar
jangkauan atau di luar nalar dan yang bereaksi secara kompulsif secara terus
menerus terhadap tujuan yang tidak mungkin (Burns, 1980). Frost et al. (1990) juga
medefinisikan perfeksionisme sebagai kombinasi dari standar pribadi terlalu tinggi
yang tidak masuk akal dan evaluasi diri yang terlalu kritis ketika standar tersebut
tidak terpenuhi.
Hewitt dan Flett (1991) mengidentifikasi bahwa perfeksionisme adalah
konstruksi yang rumit ditandai dengan menetapkan standar pribadi yang tidak
realistis, kecenderungan untuk mengevaluasi diri jika standar tersebut tidak
tercapai, perhatian berlebihan pada kesalahan, keraguan akan kualitas pencapaian
pribadi dan pola pemikiran yang menganggap bahwa kesalahan kecil sebagai
kegagalan.
Dari penjelasan definisi di atas, didapatkan suatu kesimpulan bahwa
perfeksionisme adalah upaya individu menetapkan standar kinerja yang sangat
tinggi disertai dengan evaluasi yang sangat kritis ketika standar tersebut tidak
terpenuhi, dan selalu memikirkan kesalahan. Definisi tersebut sesuai dengan teori
Hewitt dan Flett (1991).
2.3.2 Dimensi perfeksionisme
Model perfeksionisme Hewitt dan Flett (1991) mempertimbangkan aspek personal
dan interpersonal dan memberdakan tiga bentuk yang berbeda yaitu self-oriented
31
perfectionism, other oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism.
Berikut penjelasan lebih lanjut:
1. Self-oriented perfectionism
Perilaku perfeksionis yang diarahkan untuk dirinya sendiri adalah perilaku yang
menetapkan standar tinggi untuk diri sendiri serta mengevaluasi perilakunya
dengan sangat kritis (Hewitt & Flett, 1991). Terkadang seseorang dengan selforiented perfectionism memiliki standar yang tidak realistis, sehingga tidak
sesuai dengan kinerja maupun perilaku dirinya sendiri dan akhirnya menjadi
sebuah hambatan untuk mencapai keinginannya (Hewitt & Flett, 1991)
2. Other-oriented perfectionism
Perilaku perfeksionis yang berorientasi pada orang lain diyakini memiliki
standar yang tidak realistis untuk orang lain, mengutamakan orang lain untuk
menjadi sempurna, dan kritis mengevaluasi kinerja orang lain (Hewitt & Flett,
1991). Perilaku ini pada dasarnya sama dengan perilaku perfeksionis yang
berorientasi pada diri sendiri namun perilaku perfeksionis ini berorientasi keluar
(Hewitt & Flett, 1991). Perfeksionis berorientasi diri akan menimbulkaan selfcriticism atau self-punishment, sedangkan other-oriented perfectionism
mengarahkan pada kesalahan orang lain, kurangnya kepercayaan dan perasaan
permusuhan terhadap orang lain (Hewitt & Flett, 1991).
3. Socially-prescribed perfectionism
Perfeksionisme yang ditetapkan secara sosial mempunyai keyakinan atau
persepsi bahwa orang lain memiliki standar yang tidak realistis untuk dirinya,
32
meyakini bahwa perilakunya akan dievaluasi dengan kritis serta meyakini
bahwa orang lain akan memberikan tekanan pada dirinya untuk menjadi
sempurna (Hewitt & Flett, 1991). Socially-prescribed perfectionism
memberikan dampak negatif, hal tersebut dikarenakan mereka cenderung
menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan jika tidak sanggup
mencapai standar tersebut (Hewitt & Flett, 1991).
Dimensi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tiga dimesi milik
Hewitt dan Flett (1991), namun penulis hanya akan mengambil dua dimensi yaitu
self-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism. Hal tersebut
disesuaikan dengan subjek penelitian ini yaitu siswa SMA/SMK atau remaja.
Menurut Flett et al., (2016) hanya dua dimensi dari tiga dimensi yang dapat
diperuntukkan bagi anak dan remaja, dimensi lainnya yaitu other-oriented
perfectionism belum dimasukkan karena kurangnya informasi mengenai di tahap
perkembangan apa seseorang mulai mengharapkan kesempurnaan dari orang lain.
2.3.3 Pengukuran Perfeksionisme
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat beberapa skala untuk mengukur
perfeksionisme, yaitu:
1. Multidimensional Perfectionism Scale (FMPS)
Multidimensional Perfectionism Scale (FMPS) dikembangkan oleh Frost et al.
(1990). FMPS terdiri dari 35 item dan menggunakan pengukuran skala likert
dengan 5 pilihan jawaban (1 sampai 5). Skala ini dibentuk dengan
mengklasifikasikan perfeksionisme ke dalam enam dimensi yaitu organization,
33
parental expectations, parental criticism, doubts about action, concern about
mistakes dan personal standards.
2. Multidimensional Perfectionism Scale Hewitt dan Flett (HMPS)
Multidimensional Perfectionism Scale Hewitt dan Flett (HMPS) dikembangkan
oleh Hewitt dan Flett (1991). Skala ini terdiri 45 item dan menggunakan
pengukuran skala likert dengan 7 pilihan jawaban (1 hingga 7). Skala ini terbagi
menjadi tiga dimensi yaitu self-oriented perfectionism, other-oriented
perfectionism, dan socially prescribe orientation yang masing-masing
dimensinya terdiri dari 15 item (Hewittt & Flett, 1991). Skala ini juga
menunjukkan reliabilitas dan validitas yang memenuhi serta menunjukkan
dimensi-dimensi ini berhubungan secara berbeda dengan gangguan klinis yang
parah (Hewittt & Flett, 1991).
3. Child-Adolescent Perfectionism Scale (CAPS)
Skala Child-Adolescent Perfectionism Scale (CAPS) yang dikembangkan oleh
Flett et al. (2001) yang terdiri dari 22 item berdasarkan konsep
multidimensional perfeksionisme teori Hewit dan Flett (Flett et al., 2016).
Dimensi dalam CAPS mengukur tingkat self-oriented perfectionsm dan
socially-prescribed perfectionism. Reliabilitas tes-retest skala ini masingmasing 0.74 dan 0.66 serta reliabilitas cronbach alpha sebesar 0.85 untuk
dimensi self-oriented perfectionsm dan 0.81 untuk dimensi socially-prescribed
perfectionism (Flett et al., 2016).
34
4. Child-Adolescent Perfectionism Scale-Short Form (CAPS-SF)
Skala
Child-Adolescent
Perfectionism
Scale-Short
Form
(CAPS-SF)
dikembangkan oleh Bento et al. (2020) yang memperpendek skala CAPS dari
22 item menjadi 9 item, empat item untuk self-oriented perfectionism dan lima
item untuk socially prescribed perfectionism. Analisis psikometri pada skala ini
menunjukkan konsistensi internal yang tinggi yaitu sebesar 0.84 untuk sampel
pertama dan 0.86 untuk sampel kedua (Bento et al., 2020).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala ChildAdolescent Perfectionism Scale-Short Form (CAPS-SF) dari Bento et al. (2020)
dikarenakan sesuai dengan teori dalam penelitian ini yaitu Hewitt dan Flett (1991).
Skala ini juga merupakan skala Multidimensional Perfectionism Scale versi anak
dan remaja dari Hewitt dan Flett (1991) dan merupakan versi singkat dari ChildAdolescent Perfectionism Scale dari Flett et al. (2016). Pemilihan alat ukur CAPSSF menyesuaikan dengan subjek dalam penelitian ini yaitu remaja. Selain itu,
CAPS-SF secara keseluruhan lebih singkat dibanding dengan CAPS asli, namun
tetap dapat mengukur perfeksionisme secara psikometrik dengan reliabilitas yang
lebih tinggi dari CAPS-LF (Bento et al., 2020).
2.4
Parental Career-related Behavior
2.4.1 Definisi parental career-related behavior
Parental career-related behavior merupakan konstruk yang dikembangkan oleh
(Dietrich & Kracke, 2009). Menurutnya sudah banyak variabel terkait dengan orang
tua atau keluarga dan perkembangan karier remaja, seperti kelekatan orang tua, pola
asuh orang tua, iklim keluarga dan disfungsi kelurga, akan tetapi sebagian besar
35
penelitian terdahulu menunjukkan variabel-variabel tersebut memiliki korelasi
yang rendah atau tidak sama sekali terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karier (Dietrich & Kracke, 2009).
Dietrich dan Kracke (2009) kemudian mengembangkan sebuah variabel
baru terkait dengan keterlibatan orang tua secara spesifik dalam perkembangan
karier remaja. Perilaku orang tua didefinisikan sebagai tindakan spesifik yang dapat
dengan mudah diidentifikasi dan diukur (Keller & Whiston, 2008). Menurut
Dietrich dan Kracke (2009), perilaku orang tua terkait karier adalah perilaku
spesifik orang tua yang ditandai dengan sejauh mana orang tua berinvestasi dalam
pengembangan karier anaknya. Dalam variabel tersebut Dietrich dan Kracke (2009)
membedakan tiga aspek dari perilaku orang tua terkait karier anak, yang mana
setiap orang tua mungkin memiliki lebih dari satu bentuk perilaku, namun terdapat
satu bentuk perilaku yang paling dominan pada diri orang tua. Tiga bentuk perilaku
tersebut, antara lain adalah support, interference, dan lack of engagement.
Berdasarkan penjelasan mengenai peran orang tua yang berkaitan dengan
karier remaja maka definisi parental career-related behavior adalah perilaku
spesifik orang tua yang ditandai dengan sejauh mana orang tua berinvestasi dalam
pengembangan karier anaknya. Definisi ini sesuai dengan teori Dietrich dan Kracke
(2009).
2.4.2 Dimensi parental career-related behavior
Menurut Dietrich dan Kracke (2009) terdapat tiga aspek yang setiap orang tua
mempunyai ketiga aspek ini, namun hanya salah satu yang mendominasi pada
perilaku orang tua yaitu:
36
1. Support
Perilaku orang tua yang mendorong dan memberikan nasihat terkait
pengetahuan karier kepada anak mereka, seperti mencari informasi pilihan
karier, informasi peluang karier, dan kegiatan berkaitan dengan karier
(Hlaďo & Ježek, 2018).
2. Inteference
Perilaku orang tua yang cenderung memaksakan ide atau pemikiran mereka
dan memengaruhi pilihan jurusan atau karier anak bahkan orang tua terlalu
terlibat dalam mengambil keputusan karier anak mereka (Hlaďo & Ježek,
2018).
3. Lack of engagement
Perilaku orang tua yang menunjukkan rendahnya keterlibatan orang tua
terkait masalah karier anak atau ketidakpedulian terhadap karier anak
mereka (Hlaďo & Ježek, 2018).
2.4.3 Pengukuran parental career-related behavior
Berikut ini beberapa alat ukur terkait perilaku orang tua yang spesifik terhadap
perkembangan karier anak.
1. Parent Career Behavior Checklist (PCBC)
Parent Career Behavior Checklist (PCBC) dikembangkan oleh Keller dan
Whiston (2008) yang mengkur perilaku spesifik orang tua terkait career. Skala
ini terdiri dari 23 item dengan dua dimensi yaitu support dan action dengan
menggunakan skala likert 5 pilihan jawaban, dari 1 (tidak pernah) hingga 5
(sangat sering) (Keller & Whiston, 2008).
37
2. Parental Career-related Behavior Instrument
Parental Career-related Behavior Instrument dikembangkan oleh Dietrich dan
Kracke (2009) yang terdiri dari 15 item dan menggunakan pengukuran skala
likert dengan 4 pilihan jawaban 1 (sangat tidak sesuai) sampai 4 (sangat sesuai).
Skala ini terbagi menjadi tiga dimensi yaitu support, interference dan lack of
engagement yang masing-masing dimensinya terdiri dari 5 item (Dietrich &
Kracke, 2009). Skala ini menunjukkan reliabilitas cronbach alpha untuk
dimensi support sebesar 0.93 untuk anak perempuan dan 0.84 untuk anak lakilaki, dimensi interference sebesar 0.72 untuk anak perempuan dan 0.78 untuk
anak laki-laki, dan dimensi lack of engagement sebesar 0.68 untuk anak
perempuan dan 0.75 untuk anak laki-laki.
3. Adolescent Parent Career Congruence Scale
Adolescent Parent Career Congruence Scale dikembangkan oleh Sawitri et al.
(2013). Skala ini terdiri dari 12 item dengan tujuh item untuk dimensi
complementary congruence dan lima item untuk dimensi suplementary
congruence. Pengukuran skala ini menggunakan skala likert dengan 6 pilihan
jawaban dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 6 (sangat setuju).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang
dikembangkan oleh Dietrich dan Kracke (2009) yaitu parental career-related
behavior instrument yang terdiri dari 15 item dengan masing-masing aspek akan
terdiri dari lima item. Pemilihan alat ukur ini dikarenakan sesuai dengan teori yang
digunakan dalam penelitian ini dan memiliki reliabilitas internal yang sudah teruji
secara psikometrik (Dietrich & Kracke, 2009).
38
2.5
Kerangka Berpikir
Pengambilan keputusan karier merupakan suatu proses yang akan di alami oleh
remaja khususnya remaja menengah dan remaja akhir. Sebagian remaja mungkin
berhasil melewati proses ini, namun sebagian lainnya sulit untuk mengambil
keputusan yang tepat baginya. Jika remaja mengalami kesulitan dalam mengambil
keputusan karier maka akan menghambat proses pengambilan keputusan,
mencegah atau menunda dalam memulai proses pengambilan keputusan, tidak
dapat membuat keputusan karier, atau mengarah pada keputusan yang kurang
optimal yang dapat mengakibatkan kurangnya komitmen atau penyesalan saat
sudah membuat keputusan karier (Gati et al., 1996).
Penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kesulitan dalam pengambilan keputusan karier khususnya pada remaja. Faktorfaktor ini dapat berguna untuk melewati kesulitan-kesulitan pada remaja terutama
pada anak SMA/SMK/sederajat yang akan segera menentukan pilihan karier
mereka kedepannya. Faktor yang paling sering dikaitkan dalam perkembangan
karier remaja adalah kepribadian. Kepribadian adalah faktor internal yang
memainkan peran penting bagaimana seseorang membentuk suatu karier (Costa et
al., dalam Martincin & Stead, 2015).
Terdapat banyak teori kepribadian, namun yang paling banyak diteliti
adalah teori kepribadian big-five atau model kepribadian five-factor yang terdiri
dari lima faktor kepribadian yang mencakup extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience. Kepribadian
neuroticism adalah kepribadian yang berhubungan dengan emosi yang negatif
39
seperti cemas, gugup, sedih dan tegang serta rendahnya kestabilan emosi dalam
dirinya (John & Srivastava, 1999). Individu yang cenderung memiliki neuroticism
yang tinggi lebih sulit dalam mengambil keputusan kariernya (Albion & Fogarty,
2002; Di Fabio et al., 2015; Pečjak, & Košir, 2007). Sehingga, neuroticism adalah
faktor yang paling dapat memprediksi kesulitan dalam pengambilan keputusan
karier.
Trait kepribadian lainnya yang dapat menentukan seseorang akan lebih
mudah dalam mengambil keputusan adalah kepribadian extraversion (Di Fabio &
Palazzeschi, 2009). Kepribadian extraversion adalah kepribadian dengan emosi
yang lebih positif dan ketertarikan mereka pada dunia luar atau sangat menyukai
bersosialisasi (John & Srivastava, 1999). Dengan demikian, kepribadian
extraversion dapat memudahkan mereka dalam mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan karier ,sehingga berkorelasi negatif dengan kesulitan
pengambilan keputusan karier.
Kepribadian Conscientiousness ditandai dengan seseorang yang tinggi
kompetensinya (John & Srivastava, 1999), sehingga mereka akan berupaya
mencapai tujuan dan dapat mengarahkanmya untuk mengambil keputusan
kariernya dengan penuh pertimbangan yang matang. Oleh karena itu, semakin
rendah conscientiousness seseorang maka semakin sulit seseorang dalam
mengambil keputusan kariernya dan mempengaruhi kesulitan pengambilan
keputusan secara negatif.
Kepribadian openness to experience adalah kepribadian dengan rasa ingin
tahu yang tinggi, penuh penasaran terhadap sesuatu dan tertarik dengan ha-hal yang
40
baru (John & Srivastava, 1999). Seseorang dengan openness to experience yang
tinggi dapat memudahkan seseorang dalam mengumpulkan berbagai jenis pilihan
karier sehingga dapat menghindari salah satu kesulitan dalam keputusan karier
yaitu lack of information. Dengan demikian, kepribadian openness to experience
dapat mempengaruhi kesulitan dalam pengambilan keputusan karier secara negatif.
Trait kepribadian big-five terakhir, yakni agreeableness yang ditandai
dengan sikap altruisme, selalu mengalah dan bersikap simpatis terhadap orang lain
(John & Srivastava, 1999). Agreeableness merupakan faktor yang paling sedikit
pengaruhnya dibandingkan dengan faktor kepribadian lainnya dan berkorelasi
negatif terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier (Martincin & Stead,
2015).
Faktor lainnya yang mempengaruhi kesulitan dalam mengambil keputusan
karier adalah perfeksionisme. Perfeksionisme adalah upaya individu menetapkan
standar kinerja yang sangat tinggi disertai dengan evaluasi yang sangat kritis ketika
standar tersebut tidak terpenuhi, dan selalu memikirkan kesalahan (Hewitt & Flett,
1991). Penelitian terdahulu membahas bahwa perfeksionisme berperan dalam
pengambilan keputusan seseorang (Lehmann & Konstam, 2011; Leong &
Chervinko, 1996). Namun, dalam penelitian ini hanya dua dimensi yang akan
diukur dalam penelitian, karena menyesuaikan hasil penelitian terdahulu yaitu
hanya dua dimensi tersebut yang berperan yaitu self-oriented perfectionism dan
socially prescribed perfectionism (Leong & Chervinko, 1996). Selain itu, variabel
lain other oriented perfeksionism tidak dapat diketahui pada tahap perkembangan
41
apa perfeksionisme ini muncul, sehingga pada anak dan remaja dimensi ini belum
dimasukkan (Flett et al., 2016).
Dimensi self-oriented perfectionism adalah perilaku perfeksionisme dimana
individu mempunyai standar yang tinggi dan sempurna dari dirinya sendiri dalam
memilih pilihan kariernya (Hewitt & Flett, 1991). Individu dengan self-oriented
perfectionism akan terus mencari pilihan karier yang tepat untuk dirinya sehingga
nantinya akan lebih mudah mengendalikan apa keinginannya termasuk pilihan
kariernya. Dengan begitu, self-oriented perfectionism akan berpengaruh negatif
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier remaja.
Sebaliknya, socially prescribed perfectionism merupakan kepercayaan
bahwa orang lain menuntut dirinya untuk menjadi sempurna dengan standar yang
tinggi (Hewitt & Flett, 1991). Tuntutan tersebut bahkan menimbulkan beban yang
pada akhirnya individu tidak dapat memilih kariernya sendiri karena takut akan
konsekuensi negatif dari pengharapan yang tidak dapat dicapai. Dengan demikian,
socially prescribed perfectionism berpengaruh positif terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier.
Faktor terakhir yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perilaku orang
tua terkait karier, penelitian terdahulu menemukan bahwa beberapa bentuk
keterlibatan orangtua dapat menjadi penghambat dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan karier anak (Dietrich & Kracke, 2009; Koumoundourou et
al., 2011). Konstruk parental career-related behavior adalah konstruk yang
mengukur perilaku spesifik orang tua yang ditandai dengan sejauh mana orang tua
berinvestasi dalam pengembangan karier anaknya yang meliputi tiga bentuk
42
perilaku yaitu support, interference dan lack of engagement (Dietrich & Kracke,
2009).
Perilaku orang tua berupa support adalah upaya orang tua mendorong dan
memberikan nasihat terkait pengetahuan karier kepada anak mereka (Hlaďo &
Ježek, 2018). Perilaku support orang tua ini dapat memberikan pengaruh yang
negatif terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier karena anak akan terbantu
oleh bantuan dari orang tua mereka.
Sedangkan perilaku orang tua berupa interference dan engagement akan
berpengaruh positif terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier anak.
Perilaku interference orang tua adalah perilaku orang tua terlalu ikut campur akan
urusan karier anaknya (Hlaďo & Ježek, 2018), sehingga anak akan merasa tidak
nyaman dalam memilih karier dan cenderung akan memilih pilihan karier bukan
berdasarkan minatnya. Perilaku lack of engagement yaitu perilaku dimana orang
tua kurang atau sama sekali tidak terlibat dalam perkembangan karier anaknya
(Hlaďo & Ježek, 2018), sehingga anak merasa tidak dipedulikan oleh orang tuanya
dan akhirnya akan kesulitan mengambil keputusan kariernya.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berhipotesis bahwa kepribadian bigfive, perfeksionisme dan parental career-related behavior dapat mempengaruhi
kesulitan pengambilan keputusan karier pada remaja dengan kerangka berpikir
sebagai berikut:
43
Kepribadian big-five
Extraversion
Agreeableness
Conscientiousness
Neuroticism
Opennes to experience
Perfeksionisme
Kesulitan
pengambilan
keputusan
karier
Self-oriented perfectionism
Socially prescribed
perfectionism
Parental career-related
behavior
Support
Interference
Lack of engagement
Bagan 2. 1 Bagan kerangka berpikir
2.6
Hipotesis Penelitian
H1
: Ada pengaruh yang signifikan kepribadian big-five, perfeksionisme dan
parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karier pada remaja.
44
H2
: Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian extaversion terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier.
H3
: Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian agreeableness terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier.
H4
: Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian conscientiousness terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier.
H5
: Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian neuroticism terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier.
H6
: Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian openness to experience
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
H7
: Ada pengaruh yang signifikan self-oriented perfectionism terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier.
H8
: Ada pengaruh yang signifikan socially prescribed perfectionism terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier.
H9
: Ada pengaruh yang signifikan support parental career-related behavior
terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
H10
: Ada pengaruh yang signifikan interferences parental career-related
behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
H11
:Ada pengaruh yang signifikan lack of engagement parental career-related
behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas 12 SMA/SMK/sederajat
dan bersekolah di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Alasan
penulis kelas 12 dipilih karena pada jenjang tersebut siswa sudah harus menentukan
pilihan kariernya yang tepat. Sampel yang terkumpul dalam penelitian ini adalah
474 sampel, namun yang digunakan sebanyak 471 siswa yang sesuai dengan
kriteria penelitian ini. Pertimbangan pengambilan jumlah sampel berdasarkan teori
Hair et al. (2009) bahwa rasio jumlah sampel dalam analisis regresi berganda
idealnya 15 sampai 20 subjek penelitian per variabel, artinya dalam penelitian ini
seminimalnya adalah 220 responden.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat non probability
sampling, karena penulis tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah populasi
dalam penelitian ini, dengan menggunakan teknik sampling convenience yaitu
dengan pertimbangan kemudahan dalam mengumpulkan sampel dan kesediaan
menjadi responden dalam penelitian ini.
3.2
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat
(dependent variable) dan variabel independen (independent variable). Dependent
variable yaitu kesulitan pengambilan keputusan karier dan independent variable
yang
terdiri
dari
kepribadian
big-five
45
(extraversion,
agreeableness
46
conscientiousness, neuroticism dan openness to experiences), perfeksionisme (selforiented perfectionism dan socially-prescribed perfectionism) dan parental careerrelated behavior (support, lack of engagement dan interference).
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
1. Kesulitan pengambilan keputusan karier adalah kesulitan-kesulitan yang
dialami individu sebelum dan/atau saat menentukan pilihan kariernya yang
muncul karena individu memiliki kurangnya kesiapan karier, kurangnya
informasi tentang karier dan informasi karier yang tidak konsisten (Gati et
al., 1996).
2. Kepribadian adalah perilaku individu dalam situasi berbeda dan bertahan
lama pada diri seseorang yang terdiri dari lima trait kepribadian (McCrae &
Costa, 1992) yaitu:
a. Extraversion yaitu individu yang memiliki sikap mudah bergaul,
menyenangkan, banyak bicara dan aktif dalam setiap kegiatan.
b. Agreeableness yaitu individu yang memiliki sikap memaafkan,
selalu mengalah, altruistik ,sopan, rendah hati dan bersikap simpatis
pada orang lain.
c. Conscieniousnes yaitu individu yang memiliki sikap cenderung
terorganisir, tidak ceroboh, tepat waktu, disiplin dan tidak impulsif.
d. Neuroticism yaitu individu yang memiliki sikap mudah cemas,
mudah marah, depresi, pemalu, impulsif dan rentan.
e. Opennes to experiences yaitu individu yang memiliki keingintahuan
tinggi, imajinatif, artistik, minat yang luas dan tidak konservatif.
47
3. Perfeksionisme yaitu upaya individu untuk menetapkan standar kinerja
yang sangat tinggi, berusaha mencapai standar-standar tinggi tersebut,
namun mengevaluasi perilakunya dengan sangat kritis ketika standar
tersebut tidak terpenuhi, selalu memikirkan kesalahan-kesalah kecil (Hewitt
& Flett, 1991). Flett et al., (2016) berpendapat bahwa perfeksionisme pada
anak dan remaja terdiri dari dua bentuk perfeksionisme yaitu:
a. Self-oriented perfectionism yaitu individu yang terdorong untuk
mencapai standar-standar yang sangat tinggi.
b. Socially prescribed perfectionism yaitu kepercayaan atau persepsi
bahwa orang lain menuntut kesempurnaan dari dirinya.
4. Parental career-related behavior menurut Dietrich & Kracke (2009) adalah
perilaku spesifik orang tua dalam perkembangan karier anaknya yang
terbagi menjadi 3 bentuk parental career-related behavior yaitu:
a. Support yaitu perilaku orang tua dalam mendorong dan memberikan
pengetahuan tentang karier anaknya.
b. Interference yaitu perilaku orang tua yang terlalu terlibat dalam
proses pengambilan keputusan karier anaknya.
c. Lack of engagement yaitu rendahnya perilaku orang tua yang tidak
peduli atau kurang terlibat terhadap karier anaknya.
3.3
Instrumen Pengumpulan Data
Penulis menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner, dengan
bentuk skala Likert yang berisi empat alternatif jawaban. Pilihan jawaban tersebut
terdiri dari sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Subjek
48
diminta untuk memilih salah satu dari empat pilihan jawaban yang paling sesuai
dengan keadaan diri diri subjek melalui kuesioner online pada google form. Setiap
individu memiliki jawaban yang berbeda. Tidak ada jawaban benar atau salah. Item
pada penelitian ini, berbentuk pernyataan dengan item favorable (mendukung) dan
item unfavorable (tidak mendukung). Berikut tabel skor pengukuran skala pada
setiap pernyataan favorable dan unfavorable.
Tabel 3. 1
Skor pengukuran skala likert
Pilihan Jawaban
Sangat Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sangat Tidak Sesuai
Item
Favorable
4
3
2
1
Unfavorable
1
2
3
4
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat
instrumen yaitu skala kesulitan pengambilan keputusan karier, skala kepribadian
big-five, skala perfeksionisme, dan skala parental career-related behavior. Skalaskala tersebut diadaptasi dari alat ukur aslinya dan kemudian dimodifikasi sesuai
dengan subjek penelitian dan situasi keadaan di Indonesia.
3.3.1 Skala kesulitan pengambilan keputusan karier
Dalam penelitian ini, penulis akan mengadaptasi skala kesulitan pengambilan
keputusan karier atau Career Decision Difficulties Quetionnaire (CDDQ) oleh Gati
dan Saka (2001) dengan jumlah item sebanyak 34 item. Namun, hanya 32 item yang
akan diteliti karena 2 item lainnya yaitu item 7 dan item 12 merupakan item
validitas (item 7 diharapkan bernilai tinggi >4 dan item 12 diharapkan bernilai
rendah <5) agar memiliki validitas konstruk dan concurrent yang tinggi (Osipow &
Gati dalam Ali & Shah, 2013). Dimensi dalam pengukuran ini terdiri dari tiga aspek
49
yaitu lack of readiness, lack of information dan inconsistent information.
Reliabilitas cronbach alpha sebesar 0.91 pada siswa SMA di Israel dan sebesar 0.88
pada dewasa awal di Israel (Gati & Saka, 2001).
Tabel 3. 2
Blueprint skala kesulitan pengambilan keputusan karier
Aspek
Lack of
readiness
−
−
−
Lack of
−
information
−
−
−
Inconsistent −
information
−
−
Indikator
Individu kurang termotivasi
untuk membuat keputusan karier
Individu memiliki keraguan saat
akan membuat keputusan karier
Individu memiliki pengharapan
yang tidak masuk akal untuk
membuat keputusan karier
Individu kurang mengetahui
proses dalam membuat keputusan
karier yang tepat
Individu kurang mengetahui
informasi tentang diri saat
mengambil keputusan karier
Individu kurang mengetahui
pekerjaan terkait pilihan karier
Individu kurang mengetahui caracara mendapatkan informasi
lainnya terkait pilihan karier
Individu tidak memiliki informasi
yang reliabel terkait pilihan
karier
Individu memiliki konflik
internal selama proses
pengambilan keputusan karier
Individu memiliki konflik
eksternal selama proses
pengambilan keputusan karier
Jumlah item
Item
1, 2, 3
4, 5, 6
8, 9, 10,
11
13, 14,
15
Contoh item
Jumlah
10
Saya tidak harus
memilih karier
sekarang karena waktu
yang akan membawa
saya ke pilihan karier
yang tepat
12
Saya sulit membuat
keputusan karier karena
saya belum yakin
dengan pilihan karier
saya
10
Saya sulit membuat
keputusan karier karena
ada keluarga atau
teman saya yang tidak
setuju dengan pilihan
karier saya
16, 17,
18, 19
20, 21,
22
23, 24
25, 26,
27
28, 29,
30, 31,
32
33, 34
32
3.3.2 Skala kepribadian big-five
Skala Mini-International Personality Item Pool (Mini-IPIP)ini dikembangkan oleh
Donnellan et al. (2006) yang terdiri dari 20 item dengan empat item pada masingmasing trait kepribadian. Skala ini memiliki reliabilitas internal sebesar di atas 0.60
50
dan skala Mini-IPIP ini juga menunjukkan validitas konvergen, diskriminan dan
kriteria yang dapat diterima (Donnellan et al., 2006).
Tabel 3. 3
Blueprint skala kepribadian big-five
Aspek
Indikator
Extraversion
−
−
−
−
Agreeableness
−
−
Conscientiousness
−
−
−
−
Neuroticism
−
−
−
−
−
Opennes to
experince
−
Menyenangkan
Banyak bicara
Mudah bergaul
Aktif dalam
kegiatan
Simpatis pada
orang lain
Sering membantu
orang lain
Tepat waktu
Disiplin
Teroganisir
Tidak gegabah
dalam bertindak
Emosional
Mudah cemas
Mudah marah
Depresi
Penuh daya
imajinasi
Tertarik pada ideide abstrak
Jumlah item
Item
Jumlah
Contoh item
1
6*
11
16*
4
Saya tidak suka menjadi
pusat perhatian
2, 12
4
Saya bersimpati dengan
perasaan orang lain
3
8*
13
18*
4
Saya segera mengerjakan
tugas yang diberikan
4
9*
14
19*
5, 20*
4
Saya memiliki suasana hati
yang sering berubah-ubah
4
Saya memiliki imajinasi yang
sangat kuat
17*, 7*
10*, 15*
20
Keterangan: *) Reverse item
3.3.3 Skala perfeksionisme
Skala yang digunakan adalah skala Child-Adolescent Perfectionism Scale-Short
Form (CAPS-SF) dikembangkan oleh Bento et al., (2020). Skala ini adalah bentuk
pendek dari skala asli CAPS. Bento et al., (2020) memperpendek item asli CAPS
dari 22 item yang terdiri dari empat item untuk dimensi self-oriented perfectionism
(SOP) dan lima item untuk dimensi socially precribed perfectionism (SPP).
51
Analisis psikometri pada skala ini menunjukkan konsistensi internal yang tinggi
yaitu sebesar 0.84 untuk pertama dan 0.86 untuk sampel kedua. (Bento et al., 2020).
Tabel 3. 4
Blueprint skala perfeksionisme
Aspek
Self-oriented
perfectionism
−
−
Socially
prescribed
perfectionism
−
−
Indikator
Individu terdorong untuk
mencapai standar yang
sangat tinggi
Individu merasa harus
melakukan yang terbaik
sepanjang waktu
Individu memiliki
keyakinan bahwa orang
lain mengharapkan
kesempurnaan darinya
Individu merasa bahwa
orang-orang berharap lebih
pada dirinya
Jumlah Item
Item
1, 3,
5
Jumlah
4
Contoh item
Saya berusaha menjadi
sempurna dalam
segala hal
5
Ada orang-orang yang
mengharapkan saya
menjadi sempurna
7
2, 4,
6, 8
9
9
3.3.4 Skala parental career-related behavior
Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang
dikembangkan oleh Dietrich dan Kracke (2009) yaitu parental career-related
behavior instrument yang terdiri dari 15 item dengan 3 aspek yaitu support,
interference, dan lack of engagement yang masing-masing aspek terdiri dari lima
item. Reliabilitas cronbach alpha dalam penelitian Dietrich dan Kracke (2009)
untuk dimensi support sebesar 0.93 untuk anak perempuan dan 0.84 untuk anak
laki-laki, dimensi interference sebesar 0.72 untuk anak perempuan dan 0.78 untuk
anak laki-laki, dan dimensi lack of engagement sebesar 0.68 untuk anak perempuan
dan 0.75 untuk anak laki-laki.
52
Tabel 3. 5
Blueprint skala parent career-related behavior
Aspek
Support
−
−
Interference
−
−
Lack of
engagement
−
−
−
3.4
Indikator
Individu mendapatkan
dukungan dari orang tua
akan pilihan karier yang
diminati
Individu mendapatkan
pengetahuan tentang
berbagai pilihan karier dari
orang tua
Individu merasa orang
tuanya terlalu memaksakan
pilihan karier mereka di
masa depan
Individu merasa orang
tuanya terlalu ikut campur
akan pilihan karier dirinya
Individu merasa orang
tuanya tidak tertarik
terhadap masa depan dirinya
Individu tidak mendapatkan
kepedulian dari orang tuanya
akan persiapan kariernya
Individu tidak mendapatkan
dukungan dari orang tua
terkait persiapan pemilihan
kariernya
Jumlah item
Item
1, 2, 3
Jumlah
5
Contoh item
Orang tua saya
mendorong saya untuk
mencari informasi
tentang karier yang saya
minati
5
Orang tua saya mencoba
memaksakan pilihan
karier mereka kepada
saya
5
Orang tua saya tidak
terlalu tertarik dengan
masa depan karier saya
4, 5
6, 8, 10
7, 9
11
12
13, 14, 15
15
Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, dilakukan uji validitas konstruk terlebih dahulu
untuk seluruh instrumen yaitu instrumen kesulitan pengambilan keputusan karier,
kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior. Uji
validitas konstruk dilakukan untuk memvalidasi atau mengecek kebenaran empat
instrumen utama dalam penelitian ini, dalam arti apakah sudah tepat mengukur
konstruk yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, uji validitas konstruk
menggunakan teori modern yakni CFA (Confirmatory Factor Analysis) yang akan
53
di analisis menggunakan software LISREL versi 8.8. Adapun logika CFA menurut
Umar (2011) adalah sebagai berikut.
1. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitu pun juga
pada tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya, baik item
maupun subtes bersifat unidimensional.
2. Data yang tersedia digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi antar
item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks
korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks data
empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional)
maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ dengan matriks S atau
bisa juga dinyatakan ∑−S = 0.
3. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan dengaan p > 0.05 maka
hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya, teori unidimensionalitas
tersebut dapat diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya
mengukur satu faktor saja. Tetapi jika Chi-square signifikan ( p < 0.05)
maka dilakukan modifikasi dengan cara membebaskan parameter kesalahan
pengukuran dengan mengkorelasikan antar item tersebut. Hal tersebut
terjadi ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin diukur.
Setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk boleh saling
berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah
yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
54
4. Jika model fit, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah item
signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan melihaat
t-value. Jika hasil t-value > 1.96 berarti item absolute dan tidak perlu didrop
(tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya).
5. Jika hasil t-value tidak signifikan (t < 1.96) dan bernilai negatif maka item
tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, dan item
yang demikian dikeluarkan atau didrop (tidak diikutsertakan dalam analisis
selanjutnya).
Berikut adalah hasil uji validitas konstruk dalam penelitian ini.
3.4.1
Hasil uji validitas konstruk skala kesulitan pengambilan keputusan
karier
Pada konstruk kesulitan pengambilan keputusan karier, penulis menguji 32 item
yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur kesulitan
pengambilan keputusan karier. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chisquare=3564.10
df=464
p-value=0.000
RMSEA=0.119.
Hasil
tersebut
menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA
> 0.05. Setelah model fit dengan hasil chi-square=324.91 df=286 p-value=0.05634
RMSEA=0.017. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA <
0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yakni kesulitan pengambilan keputusan karier.
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
55
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item kesulitan pengambilan keputusan karier yang
disajikan dalam tabel 3.6.
Tabel 3. 6
Muatan faktor item kesulitan pengambilan keputusan karier
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
1
0.51
0.05
11.35
√
2
0.02
0.05
0.41
X
3
0.27
0.05
5.74
√
4
0.61
0.04
13.92
√
5
0.18
0.05
3.73
√
6
0.21
0.05
4.21
√
8
0.22
0.05
4.70
√
9
0.11
0.05
2.26
√
10
-0.12
0.05
-2.42
X
11
-0.06
0.05
-1.17
X
13
0.72
0.04
16.94
√
14
0.70
0.04
16.61
√
15
0.73
0.04
17.67
√
16
0.79
0.04
19.63
√
17
0.79
0.04
19.57
√
18
0.71
0.04
16.36
√
19
0.71
0.04
16.83
√
20
0.64
0.04
14.94
√
21
0.65
0.04
15.40
√
22
0.54
0.05
12.10
√
23
0.71
0.04
16.63
√
24
0.54
0.05
11.95
√
25
0.53
0.04
11.95
√
26
0.48
0.05
10.68
√
27
0.53
0.04
11.97
√
28
0.30
0.05
6.40
√
29
0.40
0.05
8.45
√
30
0.54
0.04
12.02
√
31
0.45
0.05
9.95
√
32
0.68
0.04
15.91
√
33
0.26
0.05
5.56
√
34
0.37
0.05
7.97
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
56
Berdasarkan tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa 29 item valid dengan nilai tvalue > 1.96 dan bernilai positif, namun terdapat 3 item yang tidak valid dimana
item tersebut memiliki t-value < 1.96 dan bernilai negatif. Dengan demikian, item
nomor 2, 10 dan 11 perlu didrop karena kemungkinan mengukur hal lain selain
konstruk kesulitan pengambilan keputusan karier.
3.4.2
1.
Hasil uji validitas konstruk skala kepribadian big-five
Hasil uji validitas konstruk dimensi extraversion
Pada pengujian validitas konstruk extraversion, penulis menguji empat item yang
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk extraversion.
Berdasarkan
hasil
analisis
CFA
didapatkan
chi-square=13.88
df=2
p-
value=0.000097 RMSEA=0.112 . Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak
fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan
modifikasi sebanyak dua kali, diperoleh hasil chi-square=0.00 df =0 p-value=1.000
RMSEA=0.000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA
< 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yakni extraversion.
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item extraversion yang disajikan dalam tabel 3.7.
57
Tabel 3. 7
Muatan faktor item extraversion
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
1
0.76
0.05
13.84
√
6
0.77
0.06
12.94
√
11
0.90
0.06
15.58
√
16
0.42
0.05
8.57
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.7 di atas, diketahui bahwa empat item valid dengan nilai
t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk
extraversion benar hanya mengukur extraversion dan tidak mengukur hal lain.
Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan
tidak ada item yang perlu didrop.
2.
Hasil uji validitas konstruk dimensi agreeableness
Pada konstruk agreeableness, penulis menguji empat item yang bersifat
unidimensional, dalam arti benar hanya mengukur konstruk agreeableness.
Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=70.79 df=2 p-value=0.000
RMSEA=0.271. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan
hasil p-value<0.05 dan RMSEA>0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak dua
kali, diperoleh hasil chi-square=0.00 df=2 p-value=1.000 RMSEA=0.000.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka
model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja
yakni agreeableness.
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
58
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item agreeableness yang disajikan dalam tabel 3.8.
Tabel 3. 8
Muatan faktor item agreeableness
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
2
0.33
0.07
4.92
√
7
0.40
0.08
5.34
√
12
0.14
0.10
1.42
X
17
0.99
0.15
6.45
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8 di atas, diketahui bahwa tiga item valid dengan nilai
t-value > 1.96 dan bernilai positif, namun terdapat satu item yang tidak valid dengan
nilai t-value < 1.96. Dengan demikian, item nomor 12 perlu didrop karena
kemungkinan mengukur hal lain selain konstruk agreeableness.
3.
Hasil uji validitas konstruk dimensi conscientiousness
Pada konstruk conscientiousness, penulis menguji empat item yang bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk conscientiousness.
Berdasarkan
hasil
analisis
CFA
didapatkan
chi-square=22.14
df=2
p-
value=0.000002 RMSEA=0.146. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak
fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan
modifikasi sebanyak satu kali, diperoleh hasil chi-square=2.04 df=1 p-value=0.153
RMSEA=0.047. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA
< 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yakni conscientiousness.
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
59
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item conscientiousness yang disajikan dalam tabel 3.9.
Tabel 3. 9
Muatan faktor item conscientiousness
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
3
0.38
0.07
5.40
√
8
0.40
0.07
5.74
√
13
0.32
0.07
4.74
√
18
0.71
0.10
6.85
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9 di atas, diketahui bahwa empat item valid dengan nilai t-value
> 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk conscientiousness
benar hanya mengukur conscientiousness dan tidak mengukur hal lain. Dengan
demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada
item yang perlu didrop.
4.
Hasil uji validitas konstruk dimensi neuroticism
Pada konstruk neuroticism, penulis menguji empat item yang bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk neuroticism. Berdasarkan
hasil
analisis
CFA
didapatkan
chi-square=43.15
df=2
p-value=0.000
RMSEA=0.209. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan
hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak
satu kali, diperoleh hasil chi-square=0.16 df=1 p-value=0.68866 RMSEA=0.000.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka
model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja
yakni neuroticism.
60
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item neuroticism yang disajikan dalam tabel 3.10.
Tabel 3. 10
Muatan faktor item neuroticism
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
4
0.68
0.05
13.04
√
9
0.51
0.05
9.85
√
14
0.76
0.05
14.06
√
19
0.50
0.05
9.64
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10 di atas, diketahui bahwa empat item valid dengan
nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk
neuroticism benar hanya mengukur neuroticism dan tidak mengukur hal lain.
Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan
tidak ada item yang perlu didrop.
5.
Hasil uji validitas konstruk dimensi openness to experience
Pada konstruk openness to experience, penulis menguji empat item yang bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk openness to experience.
Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=105.75 df=2 pvalue=0.0000 RMSEA =0.332. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit,
dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi
sebanyak satu kali, diperoleh hasil chi-square=0.00 df=1 p-value=0.94867
RMSEA=0.000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA
61
< 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yakni openness to experience.
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item openness to experience yang disajikan dalam tabel
3.11.
Tabel 3. 11
Muatan faktor item openness to experience
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
5
0.73
0.06
12.51
√
10
0.38
0.05
7.30
√
15
0.43
0.05
8.31
√
20
0.76
0.06
12.75
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.11 di atas, diketahui bahwa empat item valid dengan
nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk
openness to experience benar hanya mengukur openness to experience dan tidak
mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis
berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop.
3.4.3
1.
Hasil uji validitas konstruk skala perfeksionisme
Hasil uji validitas konstruk dimensi self-oriented perfectionism
Pada konstruk self-oriented perfectionism, penulis menguji empat item yang
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk self-oriented
perfectionism. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan Chi-square=54.41, df=2,
62
P-value=0.00000, RMSEA=0.236. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak
fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan
modifikasi sebanyak satu kali, diperoleh hasil Chi-square=0.18, df=1, Pvalue=0.66756, RMSEA=0.000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value >
0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item
hanya mengukur satu faktor saja yakni self-oriented perfectionism.
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item self-oriented perfectionism yang disajikan dalam tabel
3.12.
Tabel 3. 12
Muatan faktor item self-oriented perfectionism
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
1
0.69
0.05
14.64
√
3
0.59
0.05
12.29
√
5
0.88
0.05
18.74
√
7
0.64
0.05
13.68
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.12 di atas, diketahui bahwa empat item valid dengan
nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk selforiented perfectionism benar hanya mengukur self-oriented perfectionism dan tidak
mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis
berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop.
63
2.
Hasil uji validitas konstruk dimensi socially prescribed perfectionism
Pada konstruk socially prescribed perfectionism, penulis menguji lima item yang
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk socially
prescribed perfectionism. Berdasarkan hasil analisis CFA chi-square=80.18, df=5,
P-value=0.00000, RMSEA=0.179. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak
fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan
modifikasi sebanyak tiga kali, diperoleh hasil chi-square=3.46, df=2, Pvalue=0.17705, RMSEA=0.039. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value >
0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item
hanya mengukur satu faktor saja yakni socially prescribed perfectionism.
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item socially prescribed perfectionism yang disajikan
dalam tabel 3.13.
Tabel 3. 13
Muatan faktor item socially prescribed perfectionism
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
2
0.79
0.04
19.65
√
4
0.69
0.04
16.38
√
6
0.95
0.04
26.14
√
8
0.81
0.04
20.65
√
9
0.57
0.04
12.95
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.13 di atas, diketahui bahwa lima item valid dengan nilai
t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk socially
64
prescribed perfectionism benar hanya mengukur socially prescribed perfectionism
dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan
dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop.
3.4.4
1.
Hasil uji validitas konstruk skala parental career-related behavior
Hasil uji validitas konstruk dimensi support
Pada konstruk support, penulis menguji lima item yang bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur konstruk support. Berdasarkan hasil analisis CFA
didapatkan chi-square=143.56, df=5, P-value=0.00000, RMSEA=0.243. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan
RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak dua kali, diperoleh hasil
Chi-square=3.95, df=3, P-value=0.26729, RMSEA=0.026. Berdasarkan hasil
tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat
dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni support.
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item support yang disajikan dalam tabel 3.14.
Tabel 3. 14
Muatan faktor item support
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
1
0.83
0.04
19.20
√
2
0.77
0.04
17.50
√
3
0.49
0.05
9.88
√
4
0.70
0.04
15.73
√
5
0.63
0.05
13.60
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
65
Berdasarkan tabel 3.14 di atas, diketahui bahwa lima item valid dengan nilai
t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk support
benar hanya mengukur support dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian,
seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang
perlu didrop.
2.
Hasil uji validitas konstruk dimensi interference
Pada konstruk interference, penulis menguji lima item yang bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk interference. Berdasarkan
hasil analisis CFA didapatkan chi-square=7.28, df=5, P-value=0.20050,
RMSEA=0.031. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA
< 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yakni konstruk interference.
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item interference yang disajikan dalam tabel 3.15.
Tabel 3. 15
Muatan faktor item interference
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
6
0.76
0.04
18.75
√
7
0.82
0.04
20.90
√
8
0.92
0.04
25.18
√
9
0.65
0.04
15.36
√
10
0.77
0.04
19.09
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
66
Berdasarkan tabel 3.15 di atas, diketahui bahwa lima item valid dengan nilai
t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk interference
benar hanya mengukur interference dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian,
seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang
perlu didrop
3.
Hasil uji validitas konstruk dimensi lack of engagement
Pada konstruk lack of engagement, penulis menguji lima item yang bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk lack of engagement.
Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=168.50, df=5, Pvalue=0.00000, RMSEA=0.264. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak
fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan
modifikasi sebanyak tiga kali, diperoleh hasil chi-square=1.56, df=2, Pvalue=0.45855, RMSEA=0.000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value >
0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item
hanya mengukur satu faktor saja yakni dimensi lack of engagement.
Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid
adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut
valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut
koefisien muatan faktor item support yang disajikan dalam tabel 3.16.
67
Tabel 3. 16
Muatan faktor item lack of engagement
Nomor item
Koefisien
Standard Error
T-value
Siginifikan
11
0.67
0.05
14.64
√
12
0.70
0.05
14.66
√
13
0.75
0.05
16.36
√
14
0.83
0.05
18.03
√
15
0.71
0.05
14.68
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.16 di atas, diketahui bahwa lima item valid dengan nilai
t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk lack of
engagement benar hanya mengukur lack of engagement dan tidak mengukur hal
lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan
tidak ada item yang perlu didrop.
3.5
Teknik Analisis Data
Selanjutnya, setelah diketahui mana item yang perlu didrop maka langkah
selanjutnya adalah menguji hipotesis penelitian. Teknik analisia data digunakan
untuk menguji hipotesis dengan menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah
terdapat
pengaruh
yang
signifikan
dari
variabel
kepribadian
big-five,
perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier. Berdasarkan hipotesis pada BAB II, penulis
menggunakan teknik multiple regression analysis atau analisis regresi berganda
yaitu teknik analisis yang melibatkan antara satu variabel dependen dengan lebih
dari satu variabel independen. Berikut persamaan regresi berganda yang digunakan
dalam penelitian ini.
Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + e
68
Keterangan:
Y = Kesulitan pengambilan keputusan karier (dv)
X4 = Neuroticism
a = Intercept (konstan)
X5 = Openness to Experience
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X6 = Self-oriented perfectionism
e = error/residu
X7 = Socially prescribed perfectionism
X1 = Extraversion
X8 = Support
X2 = Agreeableness
X9= Interference
X3 = Conscientiousness
X10= Lack of engagement
Melalui analisis regresi berganda akan didapatkan koefisien determinasi
berganda atau R2. R2 atau proporsi varians berguna untuk mengetahui berapa besar
kemungkinan individu mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan karier
disebabkan oleh kepribadian individu yang diukur melalui kepribadian big-five,
perfeksionisme dan parental career-related behavior. R2 didapatkan dengan rumus:
𝑅2 =
𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑆𝑆𝑦
Penulis juga akan menganalisis apakah pengaruh independent variable yang
diteliti signifikan atau tidak terhadap dependent variable melalui uji F. Untuk dapat
membuktikan hal tersebut, berikut rumus untuk uji F:
𝑅 2⁄
𝑘
𝐹=
(1 − 𝑅 2 )
⁄(𝑁 − 𝑘 − 1)
𝑘 dalam rumus adalah banyaknya jumlah independent varieble yang
dianalisis, dalam penelitian ini terdapat 10 IV, dan 𝑁 adalah banyaknya sampel
69
yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji F, akan diketahui dari
10 IV mana yang signnifikan memengaruhi DV.
Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan dari variabel
kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior
signifikan terhadap kesulitan pengambilan kepuusan karier, maka penulis
melakukan uji T dengan rumus:
𝑡=
𝑏
𝑆𝑏
𝒃 dalam rumus tersebut adalah koefisien regresi, 𝑺𝒃 yang dimaksud adalah stadard
deviasi sampling dari koefisien b. Seluruh perhitungan dalam analisis hipotesis ini
menggunakan software SPSS versi 23.0.
3.6
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah prosedur penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut.
1.
Menentukan masalah penelitian yang nantinya akan dijadikan inti atau
topik dari penelitian ini dan selanjutnya menentukan dependent variabel
yang akan dianalisis. Penulis mengangkat topik keputusan karier pada
remaja dan menentukan kesulitan pengambilan keputusan karier sebagai
dependent variable dalam penelitian ini.
2. Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi masalah dalam penelitian ini.
Penentuan faktor-faktor ini dilakukan dengan cara meninjau penelitianpenelitian terdahulu, selanjutnya dari banyaknya faktor/variabel yang
didapat tentukan beberapa faktor yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini,
70
penulis memilih 3 faktor/variabel yakni variabel kepribadian big-five,
perfeksionisme dan parental career-related behavior.
3. Melakukan kajian teori untuk seluruh variabel dan mulai menentukan teori
utama yang akan digunakan pada masing-masing variabel. Selanjutnya,
menentukan alat ukur yang sesuai dengan teori yang telah dipilih untuk
masing-masing variabel yaitu skala career decision difficulties quetionnaire
(CDDQ) untuk kesulitan pengambilan keputusan karier, mini-international
personality item pool untuk kepribadian big-five, child-adolescent
perfectionism scale-short form untuk perfeksionisme dan parental careerrelated behavior instrument untuk variabel keterlibatan orang tua terkait
karier.
4. Menetukan sampel dan jumlah sampel yaitu siswa SMA/SMK kelas 12 di
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang/Tangerang Selatan dan
Bekasi) dengan target jumlah responden adalah 400 responden.
5. Pengambilan data dilakukan secara online melalui google form melalui link
https://forms.gle/TyYpcbNCmDHnc4FNA yang penulis sebar lewat
berbagai media sosial (Twitter dan Instagram) selama 20 hari dari tanggal
13 Mei 2020 sampai 2 Juni 2020.
6. Setelah data terkumpul, maka dilakukan penskoran data.
7. Mengolah data dengan uji validitas konstruk dan dilanjutkan dengan uji
analisis data dengan teknik analisis regresi berganda.
8. Membuat kesimpulan dan diskusi dari hasil yang telah diperoleh.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 471 siswa kelas 12 SMA/SMK sederajat di
Jabodetabek. Berikut ini adalah gambaran umum subjek penelitian yang disajikan
dalam tabel 4.1.
Tabel 4. 1
Gambaran umum subjek penelitian
Jenis Kelamin
Usia
Wilayah Sekolah
Jenis Lembaga
Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Akhir Ayah
Tingkat Pendidikan
Akhir Ibu
Laki-Laki
Perempuan
15-17 tahun
18-21 tahun
Jakarta
Tangerang/Tangerang Selatan
Depok
Bogor
Bekasi
SMA/MA
SMK/MAK
Tidak bersekolah/Tidak tamat SD/MI
SD/SMP
SMA/MA/SMK
Pendidikan lanjutan
Tidak bersekolah/Tidak tamat SD/MI
SD/SMP
SMA/MA/SMK
Pendidikan lanjutan
Jumlah
N=471
133
338
195
276
214
123
25
30
79
277
194
9
70
184
208
8
103
179
181
%
28.2
71.8
41.4
58.6
45.4
26.1
5.30
6.40
16.8
58.8
41.2
1.90
14.9
39.1
44.2
1.70
21.9
38.0
38.4
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa responden perempuan mendominasi dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 338 orang (71.8%) dan responden laki-laki sebanyak
133 orang (28.2%). Sedangkan, rentang usia responden dibagi berdasarkan rentang
usia remaja menengah yaitu 14-17 tahun dan rentang usia remaja akhir yaitu 18-21
tahun (Steinberg, 2016). Namun dalam penelitian ini usia responden yang mengisi
71
72
dimulai dari 15 tahun sehingga usia remaja menangah dikelompokkan menjadi 1517 tahun. Dari hasil di atas, responden yang mendominasi adalah remaja akhir
dengan rentang usia 18-21 tahun sebanyak 276 orang (58.6%), dan responden
remaja menengah dengan rentang usia 15-17 tahun sebanyak 195 orang (41.4%).
Berdasarkan latar belakang pendidikan responden, responden yang
bersekolah di wilayah Jakarta mendominasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 214
orang (45.4%) dan responden yang paling sedikit adalah responden yang bersekolah
di wilayah depok yaitu sebanyak 25 orang (5.3%). Selanjutnya, jenis lembaga
pendidikan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu SMA/MA/sederajat dan
SMK/MAK/sederajat dengan siswa SMA/MA yang mendominasi yaitu sebanyak
277 orang (58.8%) dan siswa SMK sebanayak 194 orang (41.2%).
Berdasarkan Latar belakang pendidikan orang tua, responden yang ayahnya
memiliki latar belakang pendidikan lanjutan dalam hal ini Diploma, S1, S2 dan S3
mendominasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 208 orang (44.2%), dan yang
paling sedikit adalah responden yang ayahnya memiliki latar pendidikan yang tidak
bersekolah/tidak tamat SD yaitu sebanyak 9 orang (1.9%). Sedangkan, pada tingkat
pendidikan akhir Ibu, reponden yang Ibunya memiliki latar belakang pendidikan
lanjutan yaitu Diploma, S1, S2 dan S3 juga mendominasi dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 181 orang (38.4%), dan yang paling sedikit adalah responden yang Ibunya
memiliki latar pendidikan yang tidak bersekolah/tidak taman SD yaitu sebanyak 8
orang (1.7%).
73
4.2
Analisis Deskriptif Statistik Variabel Penelitian
Pada analisis deskriptif akan disajikan jumlah responden, skor terendah dan
tertinggi, rata-rata serta standar deviasi untuk masing-vasing variabel yang diteliti.
Adapun dalam penelitian ini memakai t-score yang diperoleh dari konversi raw
score. Hal ini dilakukan untuk memperoleh satuan baku dengan meletakkan skor
pada skala yang sama, dengan cara mengonversi raw score menjadi factor score (z
score). Kemudian, untuk menghilangkan skor yang negatif pada factor score (z
score), maka perlu dilakukan perhitungan T-score = (Factor Score × 10) + 50.
Penggunaan rumus ini juga berlaku untuk seluruh variabel dalam penelitian ini.
Berikut ini analisis deskriptif pada masing-masing variabel yang disajikan pada
tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4. 2
Hasil analisis deskriptif statistik variabel penelitian
Variabel
Kesulitan pengambilan
keputusan karier
Extraversion
Agreeableness
Conscientiousness
Nueroticsm
Openness to exprience
Self-oriented perfectionism
Socially prescribed
perfectionism
Support
Interference
Lack of engagement
Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std.
Deviasi
471
21.25
77.11
50.00
9.65323
471
471
471
471
471
471
471
28.10
24.28
23.07
24.33
26.67
25.34
26.67
67.10
65.38
68.10
65.03
68.16
64.07
67.30
50.00
50.00
50.00
50.00
50.00
50.00
50.00
8.90005
9.18656
7.39223
8.20606
8.24870
8.91399
9.34026
471
471
471
471
19.27
36.00
38.05
65.43
73.68
82.06
50.00
50.00
50.00
9.02606
9.33999
9.10950
Berdasarkan pada tabel di atas, terdapat N yang berarti jumlah responden
dalam penelitian ini yaitu 471 orang. Pada variabel dependen yaitu kesulitan
74
pengambilan keputusan karier memiliki skor terendah sebesar 21.25 dan skor
tertingginya sebesar 77.11.
Selanjutnya untuk dimensi extraversion memiliki skor terendah sebesar
28.1 dan skor tertingginya sebesar 67.1. Dimensi agreeableness memiliki skor
terendah sebesar 24.28 dan skor tertingginya sebesar 65.38. Dimensi
conscientiousness memiliki skor terendah sebesar 23.07 dan skor tertingginya
sebesar 68.1. Dimensi nueroticsm memiliki skor terendah sebesar 24.33 dan skor
tertingginya sebesar 65.03. Dimensi openness to exprience memiliki skor terendah
sebesar 26.67 dan skor tertingginya sebesar 68.16. Dimensi self-oriented
perfectionism memiliki skor terendah sebesar 25.34 dan skor tertingginya sebesar
64.07. Dimensi socially prescribed perfectionism memiliki skor terendah sebesar
26.67 dan skor tertingginya sebesar 67.3. Dimensi support memiliki skor terendah
sebesar 19.27 dan skor tertingginya sebesar 65.43. Dimensi interference memiliki
skor terendah sebesar 36 dan skor tertingginya sebesar 73.68. Dimensi lack of
engagement memiliki skor terendah sebesar 38.05 dan skor tertingginya sebesar
82.06.
4.3
Kategorisasi Skor Variabel
Setelah melakukan analisis deskriptif pada masing-masing variabel dalam
penelitian ini, langkah selanjutnya adalah mengkategorikan subjek ke dalam
beberapa kelompok secara berjenjang menurut suatu kontinum tertentu. Penulis
menggunakan true score dan mean untuk menentukan kategori dalam penelitian
ini. Adapun norma yang ditetapkan untuk kategrosasi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
75
Tabel 4. 3
Norma kategorisasi skor variabel penelitian
Kategori
Norma
Rendah
X < M – 1 SD
Sedang
M – 1 SD ≤ X ≤ M + 1 SD
Tinggi
X > M + 1 SD
Uraian mengenai kategori skor masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.4
di bawah ini.
Tabel 4. 4
Kategorisasi skor variabel penelitian
Variabel
Kesulitan pengambilan
keputusan karier
Extraversion
Agreeableness
Conscientiousness
Nueroticsm
Openness to exprience
Self-oriented perfectionism
Socially prescribed
perfectionism
Support
Interference
Lack of engagement
Rendah
64 (13.6%)
73
106
85
60
64
91
81
(15.5%)
(22.5%)
(18.0%)
(12.7%)
(13.6%)
(19.3%)
(17.2%)
65 (13.8%)
71 (15.1%)
103 (21.9%)
Frekuensi
Sedang
340 (72.2%)
Tinggi
67 (14.2%)
325
288
313
340
350
296
313
73
77
73
71
57
84
77
(69.0%)
(61.1%)
(66.5%)
(72.2%)
(74.3%)
(62.8%)
(66.5%)
340 (72.2%)
322 (68.4%)
304 (64.5%)
(15.5%)
(16.3%)
(15.5%)
(15.1%)
(12.1%)
(17.8%)
(16.3%)
66 (14.0%)
78 (16.6%)
64 (13.6%)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa :
1. Pada variabel kesulitan pengambilan keputusan karier sebanyak 64 orang
(13.6%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 340 orang
(72.2%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 67 orang (14.2%)
berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya kesulitan
pengambilan keputusan karier berada pada kategori sedang. Namun, apabila
diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan
kesulitan pengambilan keputusan karier pada kategori tinggi lebih banyak
76
dibanding dengan kesulitan pengambilan keputusan karier pada kategori
rendah.
2. Pada variabel extraversion sebanyak 73 orang (15.5%) berada pada kategori
rendah, sedangkan sebanyak 325 orang (69%) berada pada kategori sedang,
dan sebanyak 73 orang (15.5%) berada pada kategori tinggi. Dengan
demikian, pada umumnya extraversion berada pada kategori sedang.
Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi, keduanya
memiliki jumlah yang sama baik extraversion pada kategori rendah maupun
pada kategori tinggi.
3. Pada variabel agreeableness sebanyak 106 orang (22.5%) berada pada
kategori rendah, sedangkan sebanyak 288 orang (61.1%) berada pada
kategori sedang, dan sebanyak 77 orang (16.3%) berada pada kategori
tinggi. Dengan demikian, pada umumnya agreeableness berada pada
kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan
tinggi terdapat variasi dengan agreeableness pada kategori rendah lebih
banyak dibanding dengan agreeableness pada kategori tinggi.
4. Pada variabel conscientiousness sebanyak 85 orang (18%) berada pada
kategori rendah, sedangkan sebanyak 313 orang (66.5%) berada pada
kategori sedang, dan sebanyak 73 orang (15.5%) berada pada kategori
tinggi. Dengan demikian, pada umumnya conscientiousness berada pada
kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan
tinggi terdapat variasi dengan conscientiousness pada kategori rendah lebih
banyak dibanding dengan conscientiousness pada kategori tinggi.
77
5. Pada variabel neuroticsm sebanyak 60 orang (12.7%) berada pada kategori
rendah, sedangkan sebanyak 340 orang (72.2%) berada pada kategori
sedang, dan sebanyak 71 orang (15.1%) berada pada kategori tinggi.
Dengan demikian, pada umumnya neuroticism berada pada kategori sedang.
Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat
variasi dengan neuroticism pada kategori tinggi lebih banyak dibanding
dengan neuroticism pada kategori rendah.
6. Pada variabel openness to experience sebanyak 64 orang (13.6%) berada
pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 350 orang (74.3%) berada pada
kategori sedang, dan sebanyak 57 orang (12.1%) berada pada kategori.
Dengan demikian, pada umumnya openness to experience berada pada
kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan
tinggi terdapat variasi dengan openness to experience pada kategori rendah
lebih banyak dibanding dengan openness to experience pada kategori tinggi.
7. Pada variabel self-oriented perfectionism sebanyak 91 orang (19.3%)
berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 296 orang (62.8%)
berada pada kategori sedang, dan sebanyak 84 orang (17.8%) berada pada
kategori
tinggi.
Dengan
demikian,
pada
umumnya
self-oriented
perfectionism berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan
pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan self-oriented
perfectionism pada kategori rendah lebih banyak dibanding dengan selforiented perfectionism pada kategori tinggi.
78
8. Pada variabel socially prescribed perfectionism sebanyak 81 orang (17.2%)
berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 313 orang (66.5%)
berada pada kategori sedang, dan sebanyak 77 orang (16.3%) berada pada
kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya socially prescribed
perfectionism berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan
pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan socially prescribed
perfectionism pada kategori rendah lebih banyak dibanding dengan socially
prescribed perfectionism pada kategori tinggi.
9. Pada variabel support sebanyak 65 orang (13.8%) berada pada kategori
rendah, sedangkan sebanyak 340 orang (72.2%) berada pada kategori
sedang, dan sebanyak 66 orang (14%) berada pada kategori tinggi. Dengan
demikian, pada umumnya support berada pada kategori sedang. Namun,
apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan
support pada kategori tinggi lebih banyak dibanding dengan support pada
kategori rendah.
10. Pada variabel interference sebanyak 71 orang (15.1%) berada pada kategori
rendah, sedangkan sebanyak 322 orang (68.4%) berada pada kategori
sedang, dan sebanyak 78 orang (16.6%) berada pada kategori tinggi.
Dengan demikian, pada umumnya interference berada pada kategori
sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi
terdapat variasi dengan interference pada kategori tinggi lebih banyak
dibanding dengan interference pada kategori rendah.
79
11. Pada variabel lack of engagement sebanyak 103 orang (21.9%) berada pada
kategori rendah, sedangkan sebanyak 304 orang (64.5%) berada pada
kategori sedang, dan sebanyak 64 orang (13.6%) berada pada kategori
tinggi. Dengan demikian, pada umumnya lack of engagement berada pada
kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan
tinggi terdapat variasi dengan lack of engagement pada kategori rendah
lebih banyak dibanding dengan lack of engagement pada kategori tinggi.
4.4
Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini, penulis akan menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis
regresi berganda. Semua perhitungan teknik ini menggunakan software SPSS 23.0.
Dalam pengujian ini akan dilihat tiga hal yaitu, pertama untuk melihat seberapa
besar proporsi atau persentase R Square pada dependent variable (DV) yang
dijelaskan oleh independent variable (IV). Kedua, apakah seluruh independent
variable (IV) berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable (DV), dan
yang terakhir untuk melihat signifikansi atau tidaknya koefisien regresi masingmasing independent variable (IV).
Langkah pertama dalam pengujian ini adalah melihat besaran R Square
untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Hasil R
Square dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4. 5
Hasil R Square
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
The Estimate
1
.492a
.242
.226
8.49509
80
Berdasarkan dari tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa hasil R square dalam
penelitian ini sebesar 0.242 atau 24.2%. Hal ini berarti, proporsi dependent variabel
yakni kesulitan pengambilan keputusan karier dapat dijelaskan oleh seluruh
independent variabel yaitu kepribadian big-five (extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness to experience), perfeksionime (selforiented perfectionism dan socially prescribed perfectionism) dan parental careerrelated behavior (support, interference dan lack of engagement) sebesar 24.2%
sedangkan 75.8% lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Langkah selanjutnya, adalah melihat apakah keseluruhan independet
variabel (IV) berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable (DV) dari
hasil uji F pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 6
Anova pengaruh keseluruhan independent variable terhadap dependent
variable
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1 Regression 10600.286
10
1060.029
14.689 .000b
Residual
33196.613
460 72.167
Total
43796.899
470
Berdasarkan hasil uji F di atas, diketahui nilai p dari kolom (sig.) sebesar
0.000 atau nilai p = 0.000 yang berarti bahwa nilai p < 0.05. Hal ini berarti, hipotesis
nihil yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari kepribadian
big-five (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to
experience), perfeksionime (self-oriented perfectionism dan socially prescribed
perfectionism) dan parental career-related behavior (support, interference dan
lack of engagement) terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier ditolak.
81
Dengan demikian, ada pengaruh yang signifikan dari kepribadian big-five
(extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to
experience), perfeksionime (self-oriented perfectionism dan socially prescribed
perfectionism) dan parental career-related behavior (support, interference dan
lack of engagement) terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
Langkah selanjutnya, melihat koefisien regresi untuk masing-masing
independent variable. Jika diperoleh nilai p < 0.05 maka variabel tersebut signifikan
mempengaruhi dependent variable, begitupula sebaliknya. Berikut ini hasil
koefisien regresi untuk masing-masing independent variable yang disajikan pada
tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4. 7
Tabel Koefisien regresi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
57.839
6.803
-.245
.046
-.028
.044
-.202
.059
.261
.050
-.227
.049
Model
1 (Constant)
Extraversion
Agreeableness
Conscientiousness
Neuroticism
Openness to experience
Self-oriented
.006
perfectionism
Socially prescribed
.068
perfectionism
Support
-.035
Interference
.127
Lack of engagement
.118
a. Dependent Variable: CDMD
Standardized
Coefficients
Beta
-.226
-.026
-.155
.222
-.194
t
8.502
-5.367
-.633
-3.440
5.201
-4.639
Sig.
.000
.000
.527
.001
.000
.000
.052
.006
.124
.902
.052
.066
1.307
.192
.051
.047
.051
-.033
.122
.112
-.690
2.708
2.324
.491
.007
.021
Berdasarkan hasil koefisien regresi di atas, dapat dihasilkan persamaan
regresi sebagai berikut.
82
Kesulitan pengambilan keputusan karier = 57.839 – 0.245 (extraversion)* –
0.028 (agreeableness) – 0.202 (conscientiousness)* + 0.261 (neuroticism)* –
0.227 (openness to experience)* + 0.006 (self-oriented perfectionism) + 0.068
(socially prescribed perfectionism) – 0.035 (support) + 0.127 (interference)* +
0.118 (lack of engagement)* + e
Berdasarkan persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa dari
sepuluh independent variable (IV) terdapat enam variabel yang memiliki pengaruh
signifikan yaitu extraversion, conscientiousness, neuroticism, openness to
experience, interference dan lack of engagement. Berikut penjelasan dari koefisien
regresi masing-masing independent variable (IV).
1. Variabel trait kepribadian extraversion memiliki nilai koefisien regresi
sebesar –0.245 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (sig < 0.05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian extraversion ditolak. Hal
ini berarti, variabel trait kepribadian extraversion memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Arah dari nilai
koefisien negatif yang berarti bahwa semakin tinggi trait kepribadian
extraversion maka semakin rendah kesulitan pengambilan keputusan
karier.
2. Variabel trait kepribadian agreeableness memiliki nilai koefisien regresi
sebesar –0.028 dengan nilai signifikansi sebesar 0.527 (sig > 0.05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian agreeableness tidak
83
ditolak. Hal ini berarti, variabel trait kepribadian agreeableness tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karier.
3. Variabel trait kepribadian conscientiousness memiliki nilai koefisien
regresi sebesar –0.202 dengan nilai signifikansi sebesar 0.001 (sig < 0.05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian conscientiousness ditolak.
Hal ini berarti, variabel trait kepribadian conscientiousness memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karier. Arah dari nilai koefisien negatif yang berarti bahwa semakin tinggi
trait kepribadian conscientiousness maka semakin rendah kesulitan
pengambilan keputusan karier.
4. Variabel trait kepribadian nueroticsm memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0.261 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (sig < 0.05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian nueroticsm ditolak. Hal ini
berarti, variabel trait kepribadian nueroticsm memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Arah dari nilai
koefisien positif yang berarti bahwa semakin tinggi trait kepribadian
nueroticsm maka semakin tinggi pula kesulitan pengambilan keputusan
karier.
5. Variabel trait kepribadian openness to exprience memiliki nilai koefisien
regresi sebesar –0.227 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (sig < 0.05).
84
Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian openness to exprience
ditolak. Hal ini berarti, variabel trait kepribadian openness to exprience
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karier. Arah dari nilai koefisien negatif yang berarti bahwa
semakin tinggi trait kepribadian openness to exprience maka semakin
rendah kesulitan pengambilan keputusan karier.
6. Variabel self-oriented perfectionism memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0.006 dengan nilai signifikansi sebesar 0.902 (sig > 0.05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari self-oriented perfectionism diterima. Hal ini
berarti, variabel self-oriented perfectionism tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
7. Variabel socially prescribed perfectionism memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0.068 dengan nilai signifikansi sebesar 0.192 (sig > 0.05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari socially prescribed perfectionism diterima.
Hal ini berarti, variabel socially prescribed perfectionism tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karier.
8. Variabel parental career-related behavior support memiliki nilai koefisien
regresi sebesar –0.035 dengan nilai signifikansi sebesar 0.491 (sig > 0.05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
85
pengaruh yang signifikan dari support diterima. Hal ini berarti, variabel
support tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier.
9. Variabel parental career-related behavior interference memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0.127 dengan nilai signifikansi sebesar 0.07 (sig
< 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan
ada pengaruh yang signifikan dari interference ditolak. Hal ini berarti,
variabel interference tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier. Arah dari nilai koefisien positif
yang berarti bahwa semakin tinggi interference maka semakin tinggi pula
kesulitan pengambilan keputusan karier.
10. Variabel parental career-related behavior lack of engagement memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 0.118 dengan nilai signifikansi sebesar 0.021
(sig < 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari lack of engagement
ditolak. Hal ini berarti, variabel lack of engagement memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Arah
dari nilai koefisien positif yang berarti bahwa semakin tinggi lack of
engagement maka semakin tinggi pula kesulitan pengambilan keputusan
karier.
4.5
Pengujian Proporsi Varians
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui proporsi masing-masing independent
variable (IV) terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Oleh sebab itu,
86
penulis melakukan analisis regresi berganda dengan metode stepwise yaitu
menambahkan satu per satu independent variabel (IV) setiap melakukan regresi.
Pada pengujian ini, akan diperoleh R Square Change untuk masing-masing
independent variable (IV) dan signifikan F Change untuk apakah sumbangan yang
diberikan tiap independent variabel (IV) sudah signifikan atau tidak yang dapat
dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4. 8
Proporsi varians kesulitan pengambilan keputusan karier pada setiap
independent variable (IV)
Model
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
R
.248a
.254b
.323c
.392d
.438e
.440f
.458g
.466h
.483i
.492j
Std.
Adjusted Error of
R
R
the
Square Square Estimate
.062
.060
9.36062
.064
.060
9.35749
.105
.099
9.16369
.154
.147
8.91673
.192
.183
8.72333
.193
.183
8.72607
.210
.198
8.64724
.217
.203
8.61670
.233
.218
8.53552
.242
.226
8.49509
Change Statistics
R
Square
Change
.062
.003
.040
.049
.038
.001
.016
.007
.016
.009
F
Change
30.844
1.314
21.005
27.226
21.892
.709
9.498
4.288
9.829
5.399
df1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sig. F
df2 Change
469
.000
468
.252
467
.000
466
.000
465
.000
464
.400
463
.002
462
.039
461
.002
460
.021
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan penjelasan sebagai berikut.
1. Variabel trait kepribadian extraversion memberikan sumbangan sebesar
6.2% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F
Change sebesar 0.000 (sig < 0.05).
2. Variabel trait kepribadian agreeableness memberikan sumbangan
sebesar 0.3% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier.
87
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig. F
Change sebesar 0.252 (sig > 0.05).
3. Variabel trait kepribadian conscientiousness memberikan sumbangan
sebesar 4% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F
Change sebesar 0.000 (sig < 0.05).
4. Variabel trait kepribadian neuroticism memberikan sumbangan sebesar
4.9% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F
Change sebesar 0.000 (sig < 0.05).
5. Variabel trait kepribadian openness to experience memberikan
sumbangan sebesar 3.8% terhadap varians kesulitan pengambilan
keputusan karier. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
nilai sig. F Change sebesar 0.000 (sig < 0.05).
6. Variabel self-oriented perfectionism memberikan sumbangan sebesar
0.1% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig. F
Change sebesar 0.400 (sig > 0.05).
7. Variabel socially prescribed perfectionism memberikan sumbangan
sebesar 1.6% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F
Change sebesar 0.002 (sig < 0.05).
88
8. Variabel support memberikan sumbangan sebesar 0.7% terhadap
varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar 0.039 (sig
< 0.05).
9. Variabel interference memberikan sumbangan sebesar 1.6% terhadap
varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar 0.002 (sig
< 0.05).
10. Variabel lack of engagement memberikan sumbangan sebesar 0.9%
terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan
tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar
0.021 (sig < 0.05).
4.6
Analisis Uji Beda Variabel Demografi
Analisis ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan kesulitan pengambilan
keputusan karier, kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related
behaviour berdasarkan jenis kelamin dan jenis lembaga pendidikan, sedangkan
untuk latar belakang pendidikan orang tua hanya dilihat dari rata-rata variabel
kesulitan pengambilan keputusan karier dan parental career-related behavior.
Analisis ini adalah analisis tambahan untuk memperkaya hasil penelitian bukan
untuk menjawab masalah penelitian. Pada analisis ini, penulis menggunakan
analisis Independent T-Test untuk 2 kategori dan analisis anova untuk lebih dari 2
kategori. Berikut hasil analisis uji beda dalam penelitian ini.
89
4.6.1 Variabel jenis kelamin
Pada variabel jenis kelamin dilakukan analisis independent t-test untuk mengetahui
apakah ada perbedaan rata-rata dari variabel kesulitan pengambilan keputusan
karier, kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behaviour
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada table 4.9 berikut ini.
Tabel 4. 9
Hasil uji beda variabel jenis kelamin
Kesulitan pengambilan
keputusan karier
Extraversion
Agreeableness
Conscientiousness
Neuroticsm
Openness to exprience
Self-oriented
perfectionism
Socially prescribed
perfectionism
Support
Interference
Lack of engagement
Jenis
Kelamin
N
Mean
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
133
338
133
338
133
338
133
338
133
338
133
338
133
338
133
338
133
338
133
338
133
338
48.6742
50.5217
50.7239
49.7151
49.0852
50.3600
48.9730
50.4041
46.7170
51.2918
49.1806
50.3224
50.3410
49.8658
49.8802
50.0471
49.2223
50.3060
49.4699
50.2086
50.8981
49.6466
Levenes’s Test
Equality of
Variance
0.901
T-tes for
Equality of
Mean Sig.
0.061
0.694
0.269
0.271
0.175
0.367
0.059
0.246
0.000*
0.662
0.177
0.008
0.603
0.021
0.862
0.634
0.241
0.130
0.440
0.351
0.180
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa variabel kepribadian neuroticism
yang memiliki perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dengan nilai
signifikan variabel neuroticism sebesar 0.000 (<0.05) yang berarti ada perbedaan
yang signifikan dengan rata-rata neuroticism pada perempuan lebih tinggi
dibanding dengan rata-rata neuroticism pada laki-laki.
90
4.6.2 Variabel jenis Lembaga Pendidikan
Pada variabel jenis lembaga pendidikan dilakukan analisis independent t-test untuk
mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata dari variabel kesulitan pengambilan
keputusan karier, kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related
behaviour antara siswa SMA dengan siswa SMK. Berikut hasil analisis uji beda
variabel jenis lembaga pendidikan yang disajikan pada tabel 4.10 di bawah ini.
Tabel 4. 10
Hasil uji beda variable jenis Lembaga Pendidikan
Kesulitan pengambilan
keputusan karier
Extraversion
Agreeableness
Conscientiousness
Neuroticsm
Openness to exprience
Self-oriented perfectionism
Socially prescribed
perfectionism
Support
Interference
Lack of engagement
Jenis
Lembaga
Pendidikan
N
Mean
SMA
SMK
SMA
SMK
SMA
SMK
SMA
SMK
SMA
SMK
SMA
SMK
SMA
SMK
SMA
SMK
SMA
SMK
SMA
SMK
SMA
SMK
277
194
277
194
277
194
277
194
277
194
277
194
277
194
277
194
277
194
277
194
277
194
50.5813
49.1699
49.1759
51.1766
49.9871
50.0184
49.5371
50.6610
50.9913
48.5846
49.5753
50.6064
49.1096
51.2713
49.1553
51.2061
50.3689
49.4733
49.8536
50.2091
49.8673
50.1894
Levenes’s
Test
Equality of
Variance
0.033
T-tes for
Equality
of Mean
Sig.
0.118
0.094
0.016*
0.091
0.971
0.555
0.104
0.229
0.002*
0.736
0.182
0.199
0.009*
0.224
0.019*
0.771
0.290
0.057
0.685
0.818
0.706
Berdasarkan tabel 4.10, diperoleh bahwa variabel kepribadian big-five yaitu
extraversion dan neuroticism serta perfeksionisme yaitu self-oriented dan socially
prescribed yang memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai sig < 0.05 antara
siswa SMA dengan siswa SMK. Dengan demikian, ada perbedaan kepribadian
neuroticism, extraversion dengan rata-rata tipe kepribadian neuroticism siswa SMA
91
lebih tinggi dibanding siswa SMK dan rata-rata tipe kepribadian extraversion siswa
SMK lebih tinggi dibanding siswa SMA. Selain itu, terdapat perbedaan
perfeksionisme antara siswa SMA dengan siswa SMK dengan rata-rata
perfeksionisme lebih tinggi pada siswa SMK baik self-oriented maupun socially
prescribed dibanding dengan siswa SMA.
4.6.3 Variabel Pendidikan akhir orang tua
Pada variabel ini, akan dijelaskan berdasarkan latar pendidikan akhir ayah dan ibu,
untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata dari variabel kesulitan
pengambilan keputusan karier dan parental career-related behaviour antara latar
pendidikan
orang
tua
yang
tidak
bersekolah/tamat
SD,
SD/SMP,
SMK/SMA/sederajat dan pendidikan lanjutan (Diploma, S1, S2 atau S3). Berikut
hasil analisis uji beda variabel pendidikan akhir ayah dan ibu dengan uji anova yang
disajikan pada tabel 4.11 dan 4.12 di bawah ini.
92
Tabel 4. 11
Hasil uji beda variabel Pendidikan akhir Ayah
Latar belakang Pendidikan
Ayah
Kesulitan
Tidak sekolah/Tidak tamat SD
pengambilan
SD/SMP
keputusan
SMA/SMK
karier
Pendidikan lanjutan
Support
Tidak sekolah/Tidak tamat SD
SD/SMP
SMA/SMK
Pendidikan lanjutan
Interference
Tidak sekolah/Tidak tamat SD
SD/SMP
SMA/SMK
Pendidikan lanjutan
Lack of
Tidak sekolah/Tidak tamat SD
engagement
SD/SMP
SMA/SMK
Pendidikan lanjutan
N
Mean
9
70
184
208
9
70
184
208
9
70
184
208
9
70
184
208
55,4535
50,7437
49,3083
50,1256
42,3618
48,4420
49,3508
51,4292
49,0298
47,9490
50,2122
50,5445
57,5925
52,1968
50,6019
48,3997
Latar belakang Pendidikan
Ibu
N
Mean
Tidak sekolah/Tidak tamat SD
SD/SMP
SMA/SMK
Pendidikan lanjutan
Tidak sekolah/Tidak tamat SD
SD/SMP
SMA/SMK
Pendidikan lanjutan
Tidak sekolah/Tidak tamat SD
SD/SMP
SMA/SMK
Pendidikan lanjutan
Tidak sekolah/Tidak tamat SD
SD/SMP
SMA/SMK
Pendidikan lanjutan
8
103
179
181
8
103
179
181
8
103
179
181
8
103
179
181
53.7386
49.9516
49.4399
50.4163
45.3722
47.9935
50.0041
51.3423
51.8237
49.0490
49.6124
50.8439
53.4634
52.5450
49.8168
48.5799
Test of
Homogeneity
of Variances
Anova Sig.
0.040
0.234
0.161
0.002*
0.361
0.234
0.165
0.000*
Tabel 4. 12
Hasil uji beda Pendidikan akhir Ibu
Kesulitan
pengambilan
keputusan
karier
Support
Interference
Lack of
engagement
Test of
Homogeneity of
Variances
Anova
Sig.
0.868
0.545
0.820
0.010*
0.022
0.369
0.380
0.000*
Berdasarkan hasil uji beda variabel pendidikan akhir ayah dan ibu,
ditemukan bahwa keduanya memiliki perbedaan pada variabel parental careerrelated support dan parental career-related lack of engagement. Pada kedua
93
variabel terdapat perbedaan yang signifikan pada signifikansi anova < 0.05. Pada
pendidikan lanjutan memiliki rata-rata paling tinggi untuk variabel parental careerrelated support diantara pendidikan lainnya dan latar belakang pendidikan yang
tidak bersekolah atau tidak tamat SD memiliki rata-rata paling tinggi untuk parental
career-related lack of engagement diantara pendidikan lainnya. Dengan demikian,
orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan lanjutan memberikan dukungan
yang lebih tinggi untuk karier anak dibanding latar belakang pendidikan lainnya.
Sementara itu, orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan tidak
bersekolah/tidak tamat SD memberikan kurangnya kepedulian terhadap karier anak
yang tinggi dibanding latar belakang pendidikan lainnya.
BAB V
KESIMPULAN, HASIL DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Pertama-tama dapat disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dari
penelitian ini, terdapat pengaruh yang signifikan dari kepribadian big-five,
perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier pada remaja siswa kelas 12 SMA/SMK/sederajat di
Jabodetabek. Dengan pengaruhnya sebesar 24.2% terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karier, sedangkan sisanya 75.8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan uji hipotesis selanjutnya, diperoleh hasil bahwa dari 10
independent variable terdapat 6 variabel yang signifikan yaitu extraversion,
conscientiousness, neuroticism, openness to experience interference, dan lack of
engagement, sedangkan 4 variabel lainnya yaitu kepribadian agreeableness, selforiented perfectionism, socially prescribed perfectionism, dan support tidak
memiliki pengaruh terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
Selain itu, berdasarkan hasil gambaran umum dari variabel demografi usia,
diketahui bahwa dalam penelitian ini responden perempuan mendominasi dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 71.8% sedangkan laki-laki hanya sebanyak 28.2%.
Siswa SMA juga diketahui paling banyak yaitu 58.8% dan siswa SMK sebesar
41.2%. Selanjutnya, remaja dalam penelitian ini lebih banyak memiliki kesulitan
pengambilan keputusan karier yang tinggi dibanding yang rendah, yaitu sebanyak
94
95
14.2% remaja dalam penelitian ini mengalami kesulitan dalam menentukan
kariernya.
Terakhir, berdasarkan hasil analisis tambahan, diketahui terdapat perbedaan
pada variabel kepribadian neuroticism antara laki-laki dengan perempuan, dengan
perempuan lebih tinggi rata-rata kepribadian neuroticism dibanding laki-laki. Pada
siswa SMA dengan SMK juga memiliki perbedaan pada kepribadian extraversion
dan neuroticism, dengan siswa SMA lebih tinggi rata-rata kepribadian neuroticism
dibanding siswa SMK sedangkan siswa SMK lebih tinggi rata-rata kepribadian
extraversion dibanding siswa SMA. Pada variabel perfeksionisme juga diketahui
terdapat perbedaan perfeksionisme, yaitu siswa SMK lebih perfeksionisme
dibanding siswa SMA. Pada variabel perilaku orang tua terkait karier yaitu untuk
variabel support dan lack of engagement juga diketahui terdapat perbedaan, dengan
orang tua yang berlatar pendidikan lanjutan (Diploma, S1, S2 dan S3) lebih
memiliki perilaku support terhadap karier anaknya dan orang tua yang berlatar
pendidikan tidak bersekolah/tidak tamat SD lebih kurang peduli terhadap karier
anaknya.
5.2
Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari kepribadian big-five,
perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier pada remaja. Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental
career-related behavior memiliki pengaruh terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karier. Hal ini terbukti pada Uji F yang diketahui bahwa nilai p sebesar
96
0.000 (sig < 0.05) yang berarti seluruh independent variable (IV) signifikan
memengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier. Selanjutnya, diketahui
bahwa R Square dalam penelitian ini 0.242 yang berarti proporsi atau persentase
varians kesulitan pengambilan keputusan karier yang dijelaskan oleh seluruh
independent variable (IV) sebesar 24.2%, sisanya 75.8% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan keseluruhan independent variabel (IV) yaitu trait kepribadian
extraversion, trait kepribadian agreeableness, trait kepribadian conscientiousness,
trait kepribadian neuroticism, trait kepribadian openness to experience, selforiented perfectionism, socially prescribed perfectionism, support, interference,
dan lack of engagement. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trait kepribadian
extraversion, trait kepribadian conscientiousness, trait kepribadian neuroticism,
trait kepribadian openness to experience, interference, dan lack of engagement
berpengaruh secara signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
Pada penelitian ini, variabel extraversion dalam kepribadian big-five
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karier. Hal ini berarti, seseorang yang memiliki extraversion tinggi
memiliki hambatan yang rendah dalam mengambil keputusan karier. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pečjak, & Košir (2007) bahwa siswa dengan
extraversion yang tinggi lebih gampang dalam membuat keputusan karier. Sejalan
dengan hasil tersebut, hasil penelitian Martincin dan Stead (2015) juga
menunjukkan bahwa tipe kepribadian extraversion adalah orang yang suka bergaul
dan sosial sehingga memiliki hubungan yang negatif terhadap kesulitan
97
pengambilan keputusan karier. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena tipe
kepribadian extraversion cenderung untuk mengumpulkan informasi mengenai
karier mereka dan mereka tidak takut untuk meminta informasi atau pendapat
kepada orang lain mengenai karier mereka (Stauffer et al., 2013).
Variabel trait kepribadian agreeableness dalam penelitian ini tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karier. Hasil ini mendukung hasil penelitian oleh Di Fabio et al. (2015) bahwa
agreeableness tidak memiliki pengaruh dengan kesulitan pengambilan keputusan
karier. Sejalan dengan hal tersebut, Martincin dan Stead (2015) menyatakan bahwa
di antara lima kepribadian big-five, kepribadian agreeableness memang memiliki
hubungan yang paling rendah dan paling lemah terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karier. Lebih lanjut, tidak berpengaruhnya agreeableness kemungkinan
dikarenakan bahwa seseorang dengan agreeableness adalah tipe individu yang
kooperatif dan dalam mengatasi perencanaan karier mereka mau menerima saran
dari orang terdekatnya, lebih mempercayai informasi terkait karier. Sehingga,
mereka tidak terpengaruh oleh tekanan dalam mengambil keputusan kariernya
terutama jika pilihan mereka didukung oleh orang lain didekatnya (Martincin &
Stead, 2015).
Tipe kepribadian constientiousness dalam kepribadian big-five memiliki
pengaruh negatif yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
Hal ini berarti, seseorang dengan kepribadian constientiousness yang tinggi
memiliki kesulitan pengambilan keputusan yang rendah. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Di Fabio dan Palazzeschi (2009) bahwa individu
98
yang menggambarkan diri mereka sebagai refleksif, teliti, rapi, akurat, dan gigih
tampaknya lebih sedikit merasakan kesulitan. Albion dan Fogarty (2002) juga
menjelaskan bahwa constientiousness adalah faktor penentu dalam pengambilan
keputusan karier. Individu dengan constientiousness adalah seorang yang kompeten
dan memiliki tujuan walaupun mereka cenderung berpikir hati-hati sebelum
bertindak, tingkat ketekunan mereka juga menunjukkan bahwa mereka cenderung
untuk secara aktif mencari informasi dan saran yang diperlukan untuk membuat
keputusan karier. Marcionetti dan Rossier (2017) berpendapat mereka cenderung
berpikir tentang karier masa depan, oleh karena itu mereka menerapkan perilaku
yang mengarah pada keputusan karier yang matang.
Variabel neuroticism dalam kepribadian big-five pada penelitian ini
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karier. Hal ini berarti, seseorang dengan neuroticism yang tinggi akan
memiliki kesulitan dalam pengambilan keputusan karier yang tinggi pula. Diantara
tipe kepribadian lainnya, tipe kepribadian neuroticism adalah yang paling beresiko
pada kesulitan pengambilan keputusan karier. Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh M. J. Albion dan Fogarty (2002; Marcionetti dan Rossier
(2017); Martincin dan Stead (2015); Pečjak, dan Košir (2007) bahwa di antara
kepribadian big-five, kepribadian neuroticism yang memiliki pengaruh dan
hubungan yang positif. Hal ini jelas, karena neuroticism adalah individu yang
ditandai dengan kecemasan, tertekan, suasana hati yang sering berubah-ubah,
impulsif dan rentan yang kemungkinan menimbulkan kekhawatiran akan kariernya
99
di masa depan dan mencegah mereka untuk mengambil tindakan yang diperlukan
dalam membuat pilihan karier.
Variabel kepribadian big-five openness to experience dalam penelitian ini,
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan
keputusan karier. Hal ini berarti, seseorang yang memiliki kepribadian openness to
experience yang tinggi maka semakin rendah tingkat kesulitan dalam mengambil
keputusan karier. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Di Fabio dan Palazzeschi (2009) bahwa individu yang menggambarkan diri
mereka berpengetahuan, tertarik pada dunia luar dan pengalaman baru, kurang
memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan karier. Martincin dan Stead (2015)
juga berpendapatan bahwa seorang yang kreatif, imajinatif, ingin tahu, dan dengan
minat yang luas serta terbuka untuk pengalaman baru dan tertarik dengan budaya
yang berbeda memperlihatkan kesulitan keputusan karier yang kurang.
Pada variabel self-oriented perfectionism dalam penelitian ini tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karier. Sehingga, hasil penelitian ini menjadi pendukung penelitian sebelumnya
bahwa tidak ada pengaruh dari self orietnted perfectionism atau adaptif
perfeksionisme terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Lebih lanjut,
Lehmann dan Konstam (2011) berpendapat bahwa self-oriented perfectionism atau
adaptif perfeksionism kurang dapat memprediksi kesulitan pengambilan keputusan
karier dibanding maladapif perfeksionisme.
100
Selanjutnya, pada variabel socially prescribed perfectionism diketahui tidak
memiliki pengaruh yang signifikan juga terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karier. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian Lehmann dan Konstam (2011);
Leong dan Chervinko (1996) bahwa socially prescribed perfectionism atau
perfeksionisme maladaptif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier. Perbedaan hasil dalam penelitian ini, kemungkinan
dikarenakan bahwa seseorang yang perfeksionisme cenderung akan aktif mencari
karier yang tepat bagi dirinya, terlepas dari apakah individu tersebut perfeksionisme
dari orang lain atau dirinya sendiri. Oleh karena itu, seseorang yang perfeksionis
cenderung akan berusaha untuk membuat pilihan karier yang paling tepat untuk
dirinya dan tidak akan kesulitan dalam mengambil keputusan karier. Kemungkinan
lainnya, perbedaan hasil penelitian ini dikarenakan dalam penelitian sebelumnya
menggunakan sampel mahasiswa sedangkan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berfokus pada remaja.
Variabel selanjutnya adalah variabel eksternal yaitu parental career-related
support yang diketahui tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan
pengambilan keputusan karier. Sehingga, hasil penelitian ini menjadi pendukung
penelitian sebelumnya yaitu dari penelitian Anastiani dan Primana (2019); Dietrich
dan Kracke (2009) bahwa tidak ada pengaruh dari dari variabel parental careerrelated support terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Lebih lanjut,
walaupun
parental
career-related
support
tidak
menentukan
kesulitan
pengambilan keputusan karier, dalam penelitian Dietrich dan Kracke (2009)
lainnya ditemukan hasil bahwa parental career-related support memberikan
101
sumbangan terhadap eksplorasi karier remaja. Hal ini berarti, remaja yang
menganggap orang tua memberikan dukungan untuk melakukan eksplorasi karier
maka mereka akan semakin terlibat dalam eksplorasi karier dan tidak
mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier bagi mereka (Dietrich &
Kracke, 2009).
Variabel berikutnya adalah variabel parental career-related interference
yang dalam penelitian ini memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kesulitan pengambilan keputusan karier. Hal ini berarti, semakin tinggi remaja yang
menganggap orang tuanya interference atau mengganggu dalam pengambilan
keputusan karier maka akan semakin kesulitan bagi remaja untuk mengambil
keputusan karier. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Anastiani dan Primana (2019); Dietrich dan Kracke (2009) bahwa interference
berperan dalam membuat remaja sulit untuk membuat keputusan karier. Menurut
Dietrich dan Kracke (2009) ada kemungkinan bahwa sebenarnya orang tua tidak
berniat untuk mengintervensi pilihan karier anak, namun orang tua melihat masalah
saat anak mereka sedang kesusahan dalam membuat keputusan karier, yang mana
perlakuan ini dianggap sebagai tekanan bagi remaja.
Variabel terakhir adalah parental career-related lack of engagement yang
diketahui memiliki pengaruh positif terhadap kesulitan pengambilan keputusan
karier. Hal ini berarti, remaja yang menganggap orang tuanya kurang terlibat akan
keputusan kariernya maka semakin sulit bagi dirinya dalam membuat keputusan
karier. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anastiani
dan Primana (2019) bahwa orang tua yang kurang terlibat memberikan kontribusi
102
yang buruk terhadap pengambilan keputusan karier anak. Ada beberapa asumsi lain
bahwa orang tua bersikap kurang terlibat dalam karier anak. Pertama,
ketidakpedulian dari orang tua mungkin bertepatan dengan ketidakpedulian orang
tua kepada anaknya (Chope dalam Dietrich & Kracke, 2009). Kedua, remaja dan
orang tua mungkin menganggap tidak penting untuk menyiapkan pilihan karier, hal
ini berarti bahwa remaja sendiri yang kurang aktif dalam mengeksplorasi pilihan
kariernya, sehingga kurang mendapatkan kepedulian atau dukungan dalam memilih
pilihan karier (Dietrich & Kracke, 2009).
Pada uji beda variabel demografi kepribadian neuroticism memiliki
perbedaan antara laki-laki dengan perempuan yang jika dilihat dari rata-ratanya,
neuroticism perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Selain jenis kelamin,
kepribadian neuroticism juga memiliki perbedaan berdasarkan siswa SMA dan
siswa SMK, dengan siswa SMA memiliki rata-rata kepribadian neuroticism yang
lebih tinggi dibanding siswa SMK. Selain itu, untuk kepribadian extraversion juga
memiliki perbedaan, dengan siswa SMK memiliki rata-rata kepribadian
extraversion yang lebih tinggi dibanding siswa SMA. Dengan demikian, siswa
SMA lebih tinggi neuroticism dan lebih rendah extraversion dibanding siswa SMK.
Sedangkan siswa SMK lebih tinggi extraversion dan lebih rendah neuroticism
dibanding siswa SMA.
Sedangkan pada variabel kepribadian, terdapat perbedaan pada varaibel
perfeksionisme antara siswa SMA dengan siswa SMK. Dengan siswa SMK lebih
perfeksionis dibanding siswa SMA baik itu self-oriented perfectionism ataupun
socially prescribed perfectionism. Pada variabel parental career-related behaviour
103
juga ditemukan perbedaan berdasarkan latar belakang pendidikan orang tua, dengan
orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan lanjutan (Diploma, S1, S2 dan
S3) memberikan dukungan (support) yang tinggi pada karier anak dibanding latar
belakang pendidikan lainnya. Sementara itu, untuk latar belakang pendidikan orang
tua yang tidak bersekolah atau tidak tamat SD memberikan kurangnya keterlibatan
(lack of engagement) yang tinggi dibanding dengan latar pendidikan lainnya.
Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu sampel yang
kurang merata dimana dalam penelitian ini penulis memiliki keterbatasan dalam
melakukan pengambilan sampel yang tidak bisa random sampling. Keterbatasan
lainnya yaitu dari kajian teoritis dalam perfeksionisme dimana pada penelitian
terdahulu diketahui bahwa beberapa trait dalam kepribadian big five saling tumpang
tindih dengan perfeksionisme. Menurut Stoeber et al. (2009) dua trait dari
kepribadian big five berperan dalam menghasilkan perfeksionisme dalam diri
individu yaitu constientiousness berperan dalam meningkatkan self-oriented
perfectionism dan neuroticism berhubungan positif dengan socially prescribed
perfectionism. Saling tumpang tindihnya kedua faktor ini, kemungkinan menjadi
penyebab kenapa dua variabel perfeksionisme yaitu self-oriented perfectionism dan
socially prescribed perfectionism tidak memiliki pengaruh langsung yang
signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier.
5.3
Saran
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu,
penulis memberikan saran baik saran teoritis maupun saran praktis. Saran-saran
104
berikut ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.
5.3.1 Saran Teoritis
1. Diharapkan untuk penulis selanjutnya untuk menggunakan variabel lain
selain dalam penelitian ini, karena dalam penelitian ini diperoleh hasil
proporsi varians dari kesulitan pengambilan keputusan karier yang
dijelaskan oleh kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental careerrelated behavior sebesar 24.2% sisanya 75.8% dijelaskan oleh variabel lain
selain dalam penelitian ini. Oleh karena itu, masih cukup banyak variabel
lain yang perlu diteliti agar dapat melihat faktor-faktor lain terhadap
kesulitan
pengambilan
keputusan
karier.
Misalnya,
self-efficacy
pengambilan keputusan, kecerdasan emosional, lokus kendali eksternal atau
variabel lainnya.
2. Diharapkan juga pada penulis selanjutnya, dalam mengumpulkan data
penelitian dapat menyebarkan kuesioner dengan cara tatap muka langsung
baik klasikal maupun individual. Hal ini dilakukan untuk mencegah
responden menjawab yang tidak sesuai dengan dirinya dan agar responden
dapat lebih memahami setiap item dalam kuesioner dan dapat mendapatkan
sampel yang merata.
3. Dapat mengunakan teknik analisis lainnya seperti Structural Equation
Modelling (SEM) agar dapat melihat pengaruh tidak langsung dari variabelvariabel yang tidak berpengaruh dalam penelitian ini.
105
5.3.2 Saran Praktis
1. Penulis menyarankan untuk guru BK dapat memperhatikan profil
kepribadian siswa bahkan saat siswa baru masuk sekolah. Jika melihat hasil
bahwa kepribadian neuroticism memberikan pengaruh positif yang
signifikan, sehingga mengakibatkan siswa dengan neuroticism tinggi lebih
beresiko dalam mengambil keputusan karier. Program yang dapat dilakukan
oleh guru BK setelah mengenali kepribadian siswanya, maka guru BK dapat
mulai mendekati anak yang memiliki kepribadian neuroticism dan dapat
melakukan konseling melalui pendekatan yang sesuai dengan karakteristik
siswanya, dalam upaya meningkatkan self-efficacy dalam pengambilan
keputusan karier dan mengurangi kecemasan. Guru BK juga dapat
melakukan program edukasi karier kepada siswa agar siswa mendapatkan
lebih banyak informasi mengenai berbagai pilihan karier yang ada.
Penerapan dalam konseling berikutnya adalah membantu remaja
dalam melakukan koping yang tepat. Perlu diketahui bahwa kepribadian
neuroticism diidentifikasi oleh kecemasan yang berlebih, penelitian telah
menunjukkan bahwa ketika dihadapkan dengan keragu-raguan, individu
lebih cenderung menggunakan strategi koping yang berfokus pada emosi
seperti penghindaran diri (Dorn & Matthews dalam Albion dan Fogarty,
2002). Oleh karena itu guru BK bisa membantu remaja untuk malakukan
strategi koping yang berfokus pada masalah.
2. Penulis juga menyarankan kepada orang tua untuk membimbing dan peduli
terhadap karier anak namun, tidak terlalu ikut campur dalam urusan karier
106
anak. Hindari perilaku kurang peduli terhadap persiapan karier anak
walaupun mereka tidak mengatakan bahwa mereka membutuhkan bantuan,
yang bisa disebabkan karena mereka tidak dapat mengungkapkan
masalahnya. Akan tetapi, akan lebih baik jika orang tua dapat memberikan
dukungan dan kepedulian seperti bertanya bagaimana persiapan kariernya,
apakah mereka telah membuat pilihan karier ataukah belum yang bisa
disebabkan karena mereka sedang kesusahan. Orang tua bisa bersama-sama
mencari solusi atas karier yang belum dipilih oleh anak.
Untuk guru BK hasil ini bisa dijadikan bahan untuk intervensi atau
pendekatan bahwa jika remaja sedang mengalami kesulitan dalam
menentukan keriernya bisa disebabkan oleh peran orang tuanya yang terlalu
memaksakan pilihannya bukan pilihan si anak dan tidak terlibatnya orang
tua dalam membantu persiapan karier anak. Dalam hasil analisis tambahan
juga ditemukan perbedaan latar belakang pendidikan orang tua terhadap
bentuk perilaku orang tua. Dengan orang tua yang berpendidikan tinggi
lebih tinggi dalam memberikan dukungan karier ke anaknya, sedangkan
orang tua yang berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD kurang
terlibat atau kurang peduli terhadap karier anak. Dengan demikian, untuk
sekolah juga diharapkan dapat melibatkan orang tua dengan cara
memberikan edukasi karier untuk orang tua untuk memberikan dukungan
persiapan karier anak karena pada dasarnya anak membutuhkan dukungan
untuk mengeksplorasi karier mereka.
107
DAFTAR PUSTAKA
Albion, M. J., & Fogarty, G. J. (2002). Factors Influencing Career Decision
Making in Adolescents and Adults. Journal of Career Assessment, 10(1),
91–126. https://doi.org/10.1177/1069072702010001006
Ali, U., & Shah, E. (2013). Career Decision Difficulty as a Predictor of
Environmental Mastery and Self Esteem in College Students. Procedia Social and Behavioral Sciences, 84, 1119–1123.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.06.711
Anastiani, A., & Primana, L. (2019). Masihkah keterlibatan orangtua
berkontribusi dalam pengambilan keputusan karier mahasiswa tingkat akhir?
Inquiry Jurnal Ilmiah Psikologi, 10(1), 57–71.
Badan Pusat Statistik. (2019). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2019.
Badan Pusat Statistik, 1–20.
Bento, C., Pereira, A. T., Azevedo, J., Saraiva, J., Flett, G. L., Hewitt, P. L., &
Macedo, A. (2020). Development and Validation of a Short Form of the
Child–Adolescent Perfectionism Scale. Journal of Psychoeducational
Assessment, 38(1), 26–36. https://doi.org/10.1177/0734282919879834
Burns, D. (1980, November). The perfectionist’s script for self-defeat. Psychology
Today, 34–51.
Chen, L. S., & Liew, S. A. (2015, Desember). Factors Influencing Career
Decision-Making Difficulties among Graduating Students from Malaysian
Private Higher Educational Institutions. Proceedings of 8th Asia-Pacific
Business Research Conference. (Februari). 1-17.
Cervone, D., & Pervin, L. A. (2013). Personality: Theory and research. John
Wiley & Sons.
Damian, L. E., Stoeber, J., Negru, O., & Băban, A. (2013). On the development of
perfectionism in adolescence: Perceived parental expectations predict
longitudinal increases in socially prescribed perfectionism. Personality and
Individual Differences, 55(6), 688-693.
Di Fabio, A., & Palazzeschi, L. (2009). Emotional intelligence , personality traits
and career decision difficulties decision difficulties. International Journal for
Educational and Vocational Guidance, 9(2), 135–146.
https://doi.org/10.1007/s10775-009-9162-3
Di Fabio, A., & Palazzeschi, L. (2012). Incremental variance of the core selfevaluation construct compared to fluid intelligence and personality traits in
aspects of decision-making. Personality and Individual Differences, 53(3),
108
196–201. https://doi.org/10.1016/j.paid.2012.03.012
Di Fabio, A., Palazzeschi, L., Asulin-Peretz, L., & Gati, I. (2013). Career
Indecision Versus Indecisiveness: Associations With Personality Traits and
Emotional Intelligence. Journal of Career Assessment, 21(1), 42–56.
https://doi.org/10.1177/1069072712454698
Di Fabio, A., Palazzeschi, L., & Bar-On, R. (2012). The role of personality traits,
core self-evaluation, and emotional intelligence in career decision-making
difficulties. Journal of Employment Counseling, 49(3), 118–129.
https://doi.org/10.1002/j.2161-1920.2012.00012.x
Di Fabio, A., Palazzeschi, L., Levin, N., & Gati, I. (2015). The Role of
Personality in the Career Decision-Making Difficulties of Italian Young
Adults. Journal of Career Assessment, 23(2), 281–293.
https://doi.org/10.1177/1069072714535031
Dietrich, J., & Kracke, B. (2009). Career-specific parental behaviors in
adolescents’ development. Journal of Vocational Behavior, 75(2), 109–119.
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2009.03.005
Donnellan, M. B., Oswald, F. L., Baird, B. M., & Lucas, R. E. (2006). The MiniIPIP scales: Tiny-yet-effective measures of the Big Five factors of
personality. Psychological Assessment, 18(2), 192–203.
https://doi.org/10.1037/1040-3590.18.2.192
Emmanuelle, V. (2009). Inter-relationships among attachment to mother and
father, self-esteem, and career indecision. Journal of Vocational Behavior,
75(2), 91–99. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2009.04.007
Esy (2019, Februari). Hasil Survei: 87 Persen Mahasiswa Pilih Jurusan Tidak
Sesuai Minat. JPNN.com. https://www.jpnn.com/news/hasil-survei-87persen-mahasiswa-pilih-jurusan-tidak-sesuai-minat. Dipost tanggal 07
Februari 2019. Diakses tanggal 11 November 2019
Farnia, F., Nafukho, F. M., Petrides, K. V, & Dåderman, A. M. (2018). Predicting
Career Decision-Making Difficulties : The Role of Trait Emotional
Intelligence , Positive and Negative Emotions. Frontiers in Psychology,
9(1107), 1–6. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.01107
Feist, J., & Feist, G. J. (2018). Theories of personality 9th Edition. McGraw-Hill.
Flett, G. L., Hewitt, P. L., Besser, A., Su, C., Vaillancourt, T., Boucher, D., …
Gale, O. (2016). The Child–Adolescent Perfectionism Scale: Development,
Psychometric Properties, and Associations With Stress, Distress, and
Psychiatric Symptoms. Journal of Psychoeducational Assessment, 34(7),
634–652. https://doi.org/10.1177/0734282916651381
109
Frost, R. O., & Marten, P. A. (1990). Perfectionism and evaluative threat.
Cognitive Therapy and Research, 14(6), 559-572.
Fuqua, D. R., Newman, J. L., & Seaworth, T. B. (1988). Relation of State and
Trait Anxiety to Different Components of Career Indecision. Journal of
Counseling Psychology, 35(2), 154–158. https://doi.org/10.1037/00220167.35.2.154
Gati, I., Gadassi, R., Saka, N., Hadadi, Y., Ansenberg, N., & Friedmann, R.
(2011). Emotional and Personality-Related Aspects of Career DecisionMaking Difficulties: Facets of Career Indecisiveness. Journal of Career
Assessment, 19(1), 3–20. https://doi.org/10.1177/1069072710382525
Gati, I., Krausz, M., & Osipow, S. H. (1996). A Taxonomy of Difficulties in
Career Decision Making. Journal of Counseling Psychology, 43(4), 510–526.
https://doi.org/10.1037/0022-0167.43.4.510
Gati, I., & Saka, N. (2001). High School Students’ Career-Related DecisionMaking Difficulties. Journal of Counseling & Development, 79(3), 75–84.
https://doi.org/10.1002/j.1556-6676.2001.tb01978.x
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2009). Multivariate
Data Analysis, 7th Edition. Prentice Hall
Hewitt, P. L., & Flett, G. L. (1991). Perfectionism in the Self and Social Contexts:
Conceptualization, Assessment, and Association With Psychopathology.
Journal of Personality and Social Psychology, 60(3), 456–470.
https://doi.org/10.1037/0022-3514.60.3.456
Hlaďo, P., & Ježek, S. (2018). Measurement of career-specific parental behaviors
perceived by Czech adolescents. Studia Paedagogica, 23(2), 101–136.
https://doi.org/10.5817/SP2018-2-7
Hou, C., Wu, L., & Liu, Z. (2013). Decision-Making Difficulties : A Model of
Intellectual-Cultural Orientation and Conscientiousness. Social Behavior and
Personality, 41(8), 1387–1398.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.2224/sbp.2013.41.8.1387
John, O. P., & Srivastava, S. (1999). The Big Five trait taxonomy: History,
measurement, and theoretical perspectives. Handbook of Personality: Theory
and Research, 2(510), 102–138.
Keller, B. K., & Whiston, S. C. (2008). The Role of Parental Influences on Young
Adolescents’ Career Development. Journal of Career Assessment, 16(2), 120. doi:10.1177/1069072707313206
Kırdök, O., & Harman, E. (2018). High school students’ career decision-making
difficulties according to locus of control. Universal Journal of Educational
110
Research, 6(2), 242–248. https://doi.org/10.13189/ujer.2018.060205
Koumoundourou, G., Tsaousis, I., & Kounenou, K. (2011). Parental influences on
Greek adolescents’ career decision-making difficulties: The mediating role of
core self-evaluations. Journal of Career Assessment, 19(2), 165–182.
https://doi.org/10.1177/1069072710385547
Laturiuw, Y (2019, Juni). Mending Masuk SMA, SMK, atau MA?. Zenius.net
https://www.zenius.net/blog/18804/perbedaan-sma-smkma#:~:text=Perbedaan%20yang%20paling%20mencolok%20antara,siswa%2
0untuk%20menghadapi%20dunia%20kerja. Dipost tanggal 12 Juni 2019.
Diakses tanggal 17 Juli 2020
Lehmann, I., & Konstam, V. (2011). Growing Up perfect: Perfectionism,
problematic internet Use, and career indecision in emerging Adults. Journal
of Counseling and Development, 89(2), 155–162.
https://doi.org/10.1002/j.1556-6678.2011.tb00073.x
Leong, F. T. L., & Chervinko, S. (1996). Construct validity of career indecision:
Negative personality traits as predictors of career indecision. Journal of
Career Assessment, 4(3), 315–329.
https://doi.org/10.1177/106907279600400306
Leung, S. A., Hou, Z., Gati, I., & Li, X. (2011). Effects of parental expectations
and cultural-values orientation on career decision-making dif fi culties of
Chinese University students. Journal of Vocational Behavior, 78(1), 11–20.
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2010.08.004
Lichtenstein, G., Loshbaugh, H. G., Claar, B., Chen, H. L., Jackson, K., & S, S.
(2009). An Engineering Major Does Not ( Necessarily ) an Engineer Make :
Career Decision Making. Journal of Engineering Education, 3(2), 227–234.
https://doi.org/10.1002/j.2168-9830.2009.tb01021.x
Marcionetti, J., & Rossier, J. (2017). The Mediating Impact of Parental Support
on the Relationship Between Personality and Career Indecision in
Adolescents. Journal of Career Assessment, 25(4), 601–615.
https://doi.org/10.1177/1069072716652890
Martincin, K. M., & Stead, G. B. (2015). Five-Factor Model and Difficulties in
Career Decision Making : A Meta-Analysis. 23(1), 3–19.
https://doi.org/10.1177/1069072714523081
Mau, W. C. (2001). Assessing Career Decision-Making Difficulties: A CrossCultural Study. Journal of Career Assessment, 9(4), 353–364.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.1177/106907270100900403
Mau, W. C. (2004). Cultural Dimensions of Career Decision-Making Difficulties.
The Career Development Quarterly, 53, 67–77.
111
McCrae, R. R., & Costa, P. T. (1987). Validation of the Five-Factor Model of
Personality Across Instruments and Observers. Journal of Personality and
Social Psychology, 52(1), 81–90. https://doi.org/10.1037/0022-3514.52.1.81
McCrae, R. R., & John, O. P. (1992). An introduction to the five‐factor model and
its applications. Journal of personality, 60(2), 175-215.
Morgan, T., & Ness, D. (1996). Career Decision-Making Difficulties of First-Year
Students. Canadian Journal of Career Development, 2, 33–39.
Nilsson, J. E., Flores, L. Y., Berkel, L. V., Schale, C. L., Linnemeyer, R. M., &
Summer, I. (2007). International career articles: A content analysis of four
journals across 34 years. Journal of Vocational Behavior, 70(3), 602–613.
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2007.01.003
Pečjak, S., & Košir, K. (2007). High School Students’ Career Decision-making
Difficulties According to Locus of Control. Psihologijske Teme, 16(1), 141–
158.
Samosir, J. M., & Suharso, P. L. (2018). Efikasi Diri dalam Pengambilan
Keputusan Karier dan Parental Career-Related Behaviors: Berperankah pada
Komitmen terhadap Pilihan Karier Remaja? TAZKIYA Journal of
Psychology, 6(1), 109–122. https://doi.org/10.15408/tazkiya.v6i1.11000
Sawitri, D. R. (2009). Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karir
Terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir pada Mahasiswa Tahun
Pertama di Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip, 5(2), 1–14.
Sawitri, D. R., Creed, P. A., & Zimmer-Gembeck, M. J. (2013). The adolescent–
parent career congruence scale: Development and initial validation. Journal
of Career Assessment, 21(2), 210-226.
Siaran Pers Risetdikti. (2018, April). Perusahaan Rintisan Inkubasi
Kemenristekdikti “Youthmanual” Bantu Siswa Memilih Jurusan Kuliah
Sesuai Potensi Secara Online. Kemenristekdikti,
https://ristekdikti.go.id/siaran-pers/perusahaan-rintisan-inkubasikemenristekdikti-youthmanual-bantu-siswa-memilih-jurusan-kuliah-sesuaipotensi-secara-online/. Dipost pada 08 April 2018. Diakses tanggal 11
Novemer 2019.
Sidiropoulou-Dimakakou, D., Mylonas, K., Argyropoulou, K., & Tampouri, S.
(2012). Career Decision-making Difficulties , Dysfunctional Thinking and
Generalized Self-Efficacy of University Students in Greece. World Journal
of Education, 2(1), 117–130. https://doi.org/10.5430/wje.v2n1p117
Simon, M. A. (2004). Confirmatory Factor Analysis of the Career Factors
Inventory on a Community College Sample. Journal of Career Assesment,
112
12(3), 255–269. https://doi.org/10.1177/1069072703261538
Slaten, C. D., & Baskin, T. W. (2014). Examining the Impact of Peer and Family
Belongingness on the Career Decision-making Difficulties of Young Adults:
A Path Analytic Approach. Journal of Career Assessment, 22(1), 59–74.
https://doi.org/10.1177/1069072713487857
Sovet, L., & Metz, A. J. (2014). Parenting styles and career decision-making
among French and Korean adolescents. Journal of Vocational Behavior,
84(3), 345–355. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2014.02.002
Stauffer, S. D., Perdrix, S., Masdonati, J., Massoudi, K., & Rossier, J. (2013).
Influence of clients’ personality and individual characteristics on the
effectiveness of a career counselling intervention. Australian Journal of
Career Development, 22(1), 4–13.
https://doi.org/10.1177/1038416213480495
Steinberg, Laurance. (2016). Adolescence. Eleventh Edition. McGraw-Hill
Education
Stöber, J. (1998). The frost multidimensional perfectionism scale revisited: More
perfect with four (instead of six) dimensions. Personality and Individual
Differences, 24(4), 481–491. https://doi.org/10.1016/S0191-8869(97)002079
Stoeber, J., Otto, K., & Dalbert, C. (2009). Perfectionism and the Big Five:
Conscientiousness predicts longitudinal increases in self-oriented
perfectionism. Personality and Individual Differences, 47(4), 363-368.
Super, D. E., & Jordaan, P. (1973). Career Development Theory. British Journal
of Guidance & Counselling, 1(1), 3–16.
https://doi.org/10.1080/03069887308259333
Suryabrata, Sumadi. (2003). Psikologi Kepribadian. Rajawali Pers.
Suryadi, B., Sawitri, D. R., & Hanifa, F. (2018). Career orientation of senior
secondary school students. In SHS Web of Conferences (Vol. 42, p. 00005).
EDP Sciences.
Umar, Jahja (2011). Confirmatory facrot analysis: Bahan ajar perkuliahan.
Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Yunanda, G. M. (2018). Hubungan Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Keluarga
terhadap Pengambilan Keputusan Karir Remaja Etnis Minang. Skripsi:
Universitas Mihammadiyah Surakarta
113
LAMPIRAN
114
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum wr. wb.
Selamat pagi/siang/sore/malam
Salam sejahtera, Perkenalkan saya Fitri Hartini mahasiswa semester akhir Program
Studi S1 Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
rangka tugas akhir kuliah, saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang
pengambilan
keputusan
karier
pada
remaja
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya. Saya mengharapkan Anda untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Anda diminta untuk mengisi setiap pernyataan sesuai dengan
petunjuk pengisian dan yang sesuai dengan keadaan saat ini, bukan menurut
norma sosial atau kondisi yang Anda harapkan. TIDAK ADA JAWABAN
SALAH dalam kuesioner ini. Semua data yang terkumpul pada penelitian ini akan
disimpan dan dijamin KERAHASIANNYA. Data yang Anda berikan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian semata.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Hormat Saya,
Fitri Hartini
115
PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI
Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Nama/Inisial
:
Jenis Kelamin*
: L/P
Usia
:
Lokasi Sekolah*
: Jakarta /Tangerang/Tangerang Selatan/ Depok/ Bogor/
Bekasi
Asal Sekolah**
:
□ SMA/MA/Sederajat
□ SMK/MAK/Sederajat
Akreditasi Sekolah :
Jurusan
:
Pendidikan Terakhir Orang tua** :
Ayah :
□ Tidak Tamat
□ SMA/SMK/MA
SD/Tidak
□ D1/D2/D3
Bersekolah
□ D4/S1
□ SD/MI
□ S2
□ SMP/MTs
□ S3
Ibu :
□ Tidak Tamat
□ SMA/SMK/MA
SD/Tidak
□ D1/D2/D3
Bersekolah
□ D4/S1
□ SD/MI
□ S2
□ SMP/MTs
□ S3
No. Handphone *** :
*) Lingkari yang sesuai
**) Centang yang sesuai
***) Informasi digunakan untuk kepentingan hadiah bagi 5 responden yang beruntung
Responden
( _______________ )
116
Petunjuk Pengisian
Baca dan pahamilah setiap pernyataan yang ada dengan teliti. Pilihlah salah satu
jawaban pada setiap pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan Anda saat ini,
bukan menurut norma sosial atau kondisi yang Anda harapkan. Dalam hal ini, tidak
ada jawaban bear atau salah, seluruh jawaban adalah benar jika itu sesuai dengan
diri Anda.
Adapun pilihan jawaban untuk pada masing-masing skala adalah:
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak Sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
SKALA 1
No
Pernyataan
1
Saya tidak memiliki motivasi untuk
menentukan pilihan karier saya sekarang
Saya tidak terlalu khawatir akan masalah
memilih karier karena pekerjaan bukanlah hal
yang terpenting dalam hidup
Saya tidak harus memilih karier sekarang
karena waktu yang akan membawa saya ke
pilihan karier yang tepat
Saya sulit untuk mengambil keputusan
Setiap keputusan yang saya buat, saya
membutuhkan persetujuan dan dukungan dari
seorang yang profesional atau orang lain yang
saya percayai
Saya takut akan kegagalan
Saya ingin memilih karier yang sekaligus
dapat menyelesaikan masalah pribadi saya
Saya percaya bahwa hanya ada satu karier
yang cocok untuk saya
Saya ingin karier saya dapat memenuhi
semua cita-cita saya
Saya percaya karier yang saya pilih adalah
untuk sekali seumur hidup
2
3
4
5
6
8
9
10
11
Sangat
Tidak
Sesuai
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sangat
Sesuai
117
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Saya sulit membuat keputusan karier karena
saya tidak tahu langkah apa yang harus saya
ambil
Saya sulit membuat keputusan karier karena
saya tidak tahu faktor apa saja yang harus
dipertimbangkan
Saya sulit mengambil keputusan karier karena
saya tidak mengerti bagaimana menyatukan
informasi tentang diri saya dengan pilihan
karier yang ada
Saya sulit membuat keputusan karier karena
saya tidak tahu pekerjaan mana yang saya
minati
Saya sulit membuat keputusan karier karena
saya belum yakin dengan pilihan karier saya
Saya sulit membuat keputusan karier karena
saya kurang mengetahui minat atau bakat
saya
Saya sulit mengambil keputusan karier karena
saya tidak yakin dengan kemampuan saya
dimasa yang akan datang
Saya sulit membuat keputusan karier karena
saya tidak memiliki informasi yang cukup
tentang pilihan karier yang ada
Saya sulit membuat keputusan karier karena
saya kurang memiliki informasi tentang karier
yang saya minati
Saya sulit mengambil keputusan karier karena
saya tidak tahu karier apa yang akan
berkembang di masa depan
Saya sulit mengambil keputusan karier karena
saya tidak tahu apa kelebihan yang saya
miliki
Saya sulit mengambil keputusan karier karena
saya tidak tahu cara memperoleh informasi
karier yang terbaru dan akurat
Saya sulit membuat keputusan karier karena
karier yang saya inginkan selalu berubahubah
Saya sulit mengambil keputusan karier karena
apa yang saya yakini dengan kemampuan
saya, tidak sama dengan apa yang diyakini
oleh orang lain
118
27
28
29
30
31
32
33
34
Saya sulit mengambil keputusan karier karena
saya mendapatkan informasi yang berbedabeda tentang pilihan karier
Saya sulit membuat keputusan karier karena
banyak pilihan karier yang saya minati
Saya sulit mengambil keputusan karier karena
saya tidak menyukai semua pilihan karier
yang ada
Saya sulit membuat keputusan karier karena
pekerjaan yang saya minati mengharuskan
saya untuk menjalani proses yang tidak saya
senangi
Saya sulit mengambil keputusan karier,
karena beberapa pilihan karier yang saya
minati tidak dapat digabungkan menjadi satu
pilihan karier
Saya sulit membuat keputusan karier karena
saya tidak memiliki kemampuan yang sesuai
dengan pilihan karier yang saya minati
Saya sulit membuat keputusan karier karena
ada keluarga atau teman saya yang tidak
setuju dengan pilihan karier saya
Saya sulit mengambil keputusan karier karena
orang terdekat saya merekomendasikan
beberapa karier lain yang berbeda dengan
karier yang saya inginkan
SKALA 2
No
Pernyataan
1
2
3
Saya menghidupkan suasana dalam kelas
Saya bersimpati dengan perasaan orang lain
Saya segera mengerjakan tugas yang
diberikan
Saya memiliki suasana hati yang sering
berubah-ubah
Saya memiliki imajinasi yang sangat kuat
Saya seorang yang tidak banyak bicara
Saya tidak tertarik dengan masalah orang
lain
4
5
6
7
Sangat
Tidak
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sangat
Sesuai
119
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Saya sering lupa meletakkan barang kembali
ke tempatnya
Saya merasa tenang hampir setiap saat
Saya tidak tertarik dengan ide-ide abstrak
Saya suka berinteraksi dengan banyak orang
di kelas
Saya memahami perasaan orang lain
Saya menyukai keteraturan
Saya mudah merasa kesal
Saya sulit memahami ide-ide yang bersifat
abstrak
Saya tidak suka menjadi pusat perhatian
Saya tidak terlalu tertarik dengan kondisi
orang lain
Saya mengacaukan banyak hal
Saya jarang merasa bersedih
Saya tidak memiliki imajinasi yang baik
SKALA 3
No
Pernyataan
1
Saya berusaha menjadi sempurna dalam
segala hal
Ada orang-orang yang mengharapkan saya
menjadi sempurna
Saya ingin menjadi yang terbaik dalam segala
hal
Keluarga saya mengharapkan saya menjadi
sempurna
Ketika saya melakukan sesuatu, hal tersebut
harus sempurna
Orang lain selalu mengharapkan saya menjadi
sempurna
Saya merasa sangat terganggu saat saya tidak
melakukan segalanya yang terbaik setiap saat
Saya merasa sangat terganggu ketika saya
tidak melakukan yang terbaik setiap saat
Orang-orang disekitar saya mengharapkan
saya hebat dalam segala hal
2
3
4
5
6
7
8
9
Sangat
Tidak
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sangat
Sesuai
120
SKALA 4
Sangat
Tidak
Tidak
Sesuai
Sesuai
No
Pernyataan
1
Orang tua saya mendiskusikan dengan saya,
terkait pilihan karier yang sesuai dengan
minat dan bakat saya
Orang tua saya mendorong saya untuk
mencari informasi tentang karier yang saya
minati
Orang tua saya mendukung saya untuk
mendapatkan karier yang saya minati
Orang tua saya memberikan masukan tentang
pilihan karier yang ada
Orang tua saya membicarakan tentang
kesempatan kerja di berbagai pilihan karier
dengan saya
Orang tua saya telah memiliki karier untuk
saya di masa depan dan berusaha untuk
memengaruhi saya sesuai keinginan mereka.
Orang tua saya terlalu sering ikut campur
dalam persiapan karier saya
Orang tua saya mencoba memaksakan pilihan
karier mereka kepada saya
Orang tua saya membicarakan tentang pilihan
karier yang mereka tidak sukai kepada saya
Orang tua saya berusaha untuk mendorong
saya ke arah pilihan karier tertentu
Orang tua saya tidak terlalu tertarik dengan
masa depan karier saya
Orang tua saya tidak peduli dengan persiapan
karier saya
Orang tua saya tidak dapat mendukung
persiapan karier saya, karena mereka kurang
mengetahui tentang berbagai karier yang ada
Orang tua saya tidak dapat mendukung
persiapan karier saya karena terlalu sibuk
Orang tua saya tidak dapat mendukung
persiapan karier saya karena sedang
menghadapi kesulitan di tempat kerjanya
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Terima kasih
Sesuai
Sangat
Sesuai
121
LAMPIRAN 2
FORMAT KUESIONER ONLINE/DARING
Informed consent
122
LAMPIRAN 3
SYNTAX DAN PATH DIAGRAM CONFIRMATORY FACTOR
ANALYSIS LISREL
Kesulitan pengambilan keputusan karier
UJI VALIDITAS KONSTRUK KESULITAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KARIER
DA NI=32 NO=471 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21
ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30
ITEM31 ITEM32 ITEM33 ITEM34
PM SY FI=CDMD.COR
MO NX=32 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CDMD
FR TD 32 31 TD 19 18 TD 21 16 TD 26 23 TD 10 8 TD 3 2 TD 9 7 TD 16 14 TD
22 20 TD 12 11 TD 6 4 TD 25 24 TD 30 27 TD 27 8 TD 22 15 TD 14 13 TD 16
11 TD 15 14 TD 17 6 TD 23 15 TD 29 28 TD 5 4 TD 27 6 TD 32 5 TD 12 1 TD
13 12 TD 13 11
FR TD 31 24 TD 32 24 TD 22 18 TD 22 19 TD 15 7 TD 29 14 TD 17 14 TD 21
17 TD 10 9 TD 28 21 TD 28 27 TD 30 28 TD 29 25 TD 28 25 TD 13 4 TD 31 27
TD 25 20 TD 32 25 TD 26 7 TD 15 4 TD 30 20 TD 28 1 TD 31 21 TD 16 15 TD
18 7 TD 4 2 TD 11 5 TD 11 4 TD 17 16 TD 21 6 TD 16 4 TD 27 15 TD 15 6 TD
23 6 TD 28 11 TD 29 9
FR TD 9 8 TD 26 8 TD 23 8 TD 28 7 TD 28 3 TD 25 22 TD 31 25 TD 11 1 TD
11 9 TD 12 7 TD 20 19 TD 20 18 TD 11 6 TD 13 6 TD 19 12 TD 18 12 TD 19 13
TD 26 13 TD 30 16 TD 20 3 TD 25 18 TD 25 19 TD 20 17 TD 20 15 TD 15 10
TD 20 6 TD 23 20 TD 13 8 TD 11 2 TD 15 11 TD 30 21 TD 30 29 TD 30 23 TD
20 14 TD 24 6 TD 24 23 TD 26 24 TD 31 8 TD 32 13 TD 30 13 TD 17 9 TD 24 7
TD 24 17
FR TD 14 1 TD 31 22 TD 31 7 TD 22 12 TD 26 4 TD 26 11 TD 7 6 TD 22 4 TD
22 6 TD 25 7 TD 25 17 TD 31 2 TD 27 1 TD 8 1 TD 32 1 TD 27 14 TD 27 16 TD
27 5 TD 6 5 TD 12 6 TD 26 6 TD 17 5 TD 32 12 TD 22 17 TD 22 21 TD 17 8 TD
25 23 TD 26 25 TD 27 25 TD 28 6 TD 28 4 TD 13 7 TD 11 7 TD 11 8 TD 12 8
TD 16 8 TD 22 13 TD 9 2 TD 24 9 TD 23 10 TD 26 10 TD 25 2 TD 24 13
FR TD 29 12 TD 29 1 TD 27 7 TD 25 16 TD 18 16 TD 21 18 TD 18 14 TD 21 12
TD 21 11 TD 23 22 TD 24 22 TD 3 1 TD 2 1 TD 31 3 TD 16 13 TD 21 19 TD 12
2 TD 12 3 TD 19 3 TD 32 11 TD 30 11 TD 30 10 TD 10 3 TD 9 3 TD 9 1 TD 21
14 TD 27 4 TD 31 30 TD 29 23
PD
123
OU TV SS MI
Chi-square=324.91, df=286, P-value=0.05634, RMSEA=0.017
124
Extraversion
UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPRIBADIAN EXTRAVERSION
DA NI=4 NO=471 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM6 ITEM11 ITEM16
PM SY FI=EXT.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
EXTRAVERSION
FR TD 4 2 TD 3 2
PD
OU TV SS MI
125
Agreeableness
UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPRIBADIAN AGREEABLENESS
DA NI=4 NO=471 MA=PM
LA
ITEM2 ITEM7 ITEM12 ITEM17
PM SY FI=AGB.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
AGREEABLENESS
FR TD 3 1 TD 4 3
PD
OU TV SS MI
126
Conscientiousness
UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPRIBADIAN CONSCIENTIOUSNES
DA NI=4 NO=471 MA=PM
LA
ITEM3 ITEM8 ITEM13 ITEM18
PM SY FI=CONS.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CONSCIENTIOUSNESS
FR TD 3 1
PD
OU TV SS MI
127
Conscientiousness
UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPRIBADIAN CONSCIENTIOUSNES
DA NI=4 NO=471 MA=PM
LA
ITEM3 ITEM8 ITEM13 ITEM18
PM SY FI=CONS.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CONSCIENTIOUSNESS
FR TD 3 1
PD
OU TV SS MI
128
Neuroticism
UJI VALIDITAS KONSTRUK NEUROTICISM
DA NI=4 NO=471 MA=PM
LA
ITEM4 ITEM9 ITEM14 ITEM19
PM SY FI=NEURO.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
NEUROTICISM
FR TD 4 2
PD
OU TV SS MI
129
Openness to Experience
UJI VALIDITAS KONSTRUK OPENNESS TO EXPERIENCES
DA NI=4 NO=471 MA=PM
LA
ITEM5 ITEM10 ITEM15 ITEM20
PM SY FI=OPN.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
OPENNESS
FR TD 3 2
PD
OU TV SS MI
130
Self-oriented Perfectionism
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF-ORIENTED PERFECTIONISM
DA NI=4 NO=471 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM3 ITEM5 ITEM7
PM SY FI=SOP.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SOP
FR TD 2 1
PD
OU TV SS MI
131
Socially Prescribed Perfectionism
UJI VALIDITAS KONSTRUK SOCIALLY PRESCRIBED PERFECTIONISM
DA NI=5 NO=471 MA=PM
LA
ITEM2 ITEM4 ITEM6 ITEM8 ITEM9
PM SY FI=SPP.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SPP
FR TD 5 4 TD 2 1 TD 5 1
PD
OU TV SS MI
132
Parental Career-related Behavior Support
UJI VALIDITAS KONSTRUK SUPPORT
DA NI=5 NO=471 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=SPRT.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SUPPORT
FR TD 5 4 TD 3 2
PD
OU TV SS MI
133
Parental Career-related Behavior Interference
UJI VALIDITAS KONSTRUK PCB INTERFERENCE
DA NI=5 NO=471 MA=PM
LA
ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
PM SY FI=INT.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
INTERFERNECE
PD
OU TV SS MI
134
Parental Career-related Behavior Lack of Engagment
UJI VALIDITAS KONSTRUK LACK OF ENGAGEMENT
DA NI=5 NO=471 MA=PM
LA
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15
PM SY FI=LACK.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
LACKOFENGAGEMENT
FR TD 5 4 TD 2 1 TD 3 2
PD
OU TV SS MI
135
LAMPIRAN 4
OUTPUT HASIL ANALISIS SPSS
Descriptive Statistics
Std.
N
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
CDMD
471
21.25
77.11
50.0000
9.65323
Extraversion
471
28.10
67.10
50.0000
8.90005
Agreeableness
471
24.28
65.38
50.0000
9.18656
Conscientiousness
471
23.07
68.10
50.0000
7.39223
Neuroticism
471
24.33
65.03
50.0000
8.20606
Openness
471
26.67
68.16
50.0000
8.24870
Selforiented
471
25.34
64.07
50.0000
8.91399
Sociallyprescribed
471
26.67
67.30
50.0000
9.34026
Support
471
19.27
65.43
50.0000
9.02606
Interference
471
36.00
73.68
50.0000
9.33999
Lackofengagement
471
38.05
82.06
50.0000
9.10950
Valid N (listwise)
471
136
Model Summary
Change Statistics
Std. Error
Mod
el
R
1
.492a
Sig. F
R
Adjusted R
of the
R Square
F
Square
Square
Estimate
Change
Change
.242
.226
8.49509
.242
Chang
14.689
df1
df2
10
e
460
.000
a. Predictors: (Constant), Lackofengagement, Selforiented, Extraversion, Openness, Agreeableness,
Interference, Neuroticism, Conscientiousness, Support, Sociallyprescribed
ANOVAa
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
10600.286
10
1060.029
Residual
33196.613
460
72.167
Total
43796.899
470
Sig.
14.689
.000b
a. Dependent Variable: CDMD
b. Predictors: (Constant), Lackofengagement, Selforiented, Extraversion, Openness, Agreeableness,
Interference, Neuroticism, Conscientiousness, Support, Sociallyprescribed
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
57.839
6.803
Extraversion
-.245
.046
Agreeableness
-.028
Conscientiousness
Coefficients
Beta
t
Sig.
8.502
.000
-.226
-5.367
.000
.044
-.026
-.633
.527
-.202
.059
-.155
-3.440
.001
.261
.050
.222
5.201
.000
-.227
.049
-.194
-4.639
.000
Selforiented
.006
.052
.006
.124
.902
Sociallyprescribed
.068
.052
.066
1.307
.192
-.035
.051
-.033
-.690
.491
Interference
.127
.047
.122
2.708
.007
Lackofengagement
.118
.051
.112
2.324
.021
Neuroticism
Openness
Support
a. Dependent Variable: CDMD
137
Model Summary
Change Statistics
Std. Error
Mod
R
Adjusted R
of the
R Square
F
Square
Square
Estimate
Change
Change
Sig. F
el
R
df1
df2
1
.248a
.062
.060
9.36062
.062
30.844
1
469
.000
2
.254b
.064
.060
9.35749
.003
1.314
1
468
.252
3
.323c
.105
.099
9.16369
.040
21.005
1
467
.000
4
.392d
.154
.147
8.91673
.049
27.226
1
466
.000
5
.438e
.192
.183
8.72333
.038
21.892
1
465
.000
6
.440f
.193
.183
8.72607
.001
.709
1
464
.400
7
.458g
.210
.198
8.64724
.016
9.498
1
463
.002
8
.466
h
.217
.203
8.61670
.007
4.288
1
462
.039
9
.483i
.233
.218
8.53552
.016
9.829
1
461
.002
10
.492j
.242
.226
8.49509
.009
5.399
1
460
.021
a. Predictors: (Constant), Extraversion
b. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness
c. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness
d. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism
e. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness
f. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness,
Selforiented
g. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness,
Selforiented, Sociallyprescribed
h. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness,
Selforiented, Sociallyprescribed, Support
i. Predictors: (Constant), Sociallyprescribed, Agreeableness, Neuroticism, Extraversion, Openness,
Conscientiousness, Selforiented, Support, Interference
j. Predictors: (Constant), Sociallyprescribed, Agreeableness, Neuroticism, Extraversion, Openness,
Conscientiousness, Selforiented, Support, Interference, Lackofengagement
Change
Download