PENGARUH KEPRIBADIAN BIG-FIVE, PERFEKSIONISME DAN PARENTAL CAREER-RELATED BEHAVIOR TERHADAP KESULITAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi) Oleh: Fitri Hartini NIM: 11160700000159 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M PENGARUH KEPRIBADIAN BIG.FIVE, PERFEKSIONISME DAN PARENTAL CAREER.RELATED BEHAVIOR TERHADAP KESULITAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.) Oleh: Fitri Hartini NIM: 11160700000159 Pembimbing Bahrul Hayat. Ph.D. NrP. 19s90430 198603 1 016 FAKULTAS PSIKOLOGI UNTVERSITAS ISLAM NEGERI SYARTF HIDAYATULLAH JAKART A 1441HIzOzO M MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Suatu hal baik akan menantimu di masa depan sehingga kamu pun akan lupa merasakan rasa sakit yang selama ini kamu jalani. -Ali bin Abi Tahlib- Learn from yesterday, live for today, hope or tomorrow. The important hing is not to stop questioning. -Albert Einstein- PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, kakak-kakak saya, adik saya dan sahabat saya yang tercinta. Terima kasih atas dukungan dan kasih sayangnya v ABSTRAK A) B) C) D) Fakultas Psikologi Juli, 2020 Fitri Hartini Pengaruh Kepribadian Big-Five, Perfeksionisme dan Parental Careerrelated Behavior terhadap Kesulitan Pengambilan Keputusan Karier pada Remaja E) xiv + 112 halaman + 25 lampiran F) Pengambilan keputusan karier menjadi konstruk yang penting diteliti dikarenakan faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan dalam pengambilan keputusan karier pada remaja dapat dijadikan pendekatan bagi guru BK untuk melakukan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memutuskan karier. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepribadian big-five (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience), perfeksionisme (self-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism) dan parental careerrelated behavior (support, interference,dan lack of engagement) terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Sampel berjumlah 471 siswa SMA dan SMK se-Jabodetabek diambil dengan teknik nonprobability sampling. Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala adaptasi dari Career Decision Difficulties Quetionnaire (CDDQ), Mini-International Personality Item Pool (MINI-IPIP), ChildAdolescent Perfectionism Scale-Short Form (CAPS-SF), dan Parental Career-Related Behavior Instrument. Uji validitas konstruk menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier sebesar 24.2% dan 75.8% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Secara rinci, dimensi yang berpengaruh terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier yaitu extraversion, conscientiousness, neuroticism, openness to experience, interference, dan lack of engagement. Dimensi lainnya yaitu kepribadian agreeableness, selforiented perfectionism, socially prescribed perfectionism, dan support tidak memiliki pengaruh terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. G) Bahan bacaan: 65 (buku + jurnal + artikel + skripsi) vi ABSTRACK A) B) C) D) Faculty of Psychology July, 2020 Fitri Hartini Effect of Big-Five Personality, Perfectionism and Parental Career Behavior on the Difficulties of Career Decision Making in Adolescents E) xiv + 112 pages + 25 attachments F) Career decision making difficulties is an important construct to study because factors that influence difficulties in career decision making in adolescents can be used as an approach for teachers or counsellors to provide guidance for students who have difficulty in deciding on a career. This study aims to test the influence of big-five personality (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, and openness to experience), perfectionism (self-oriented perfectionism and socially prescribed perfectionism) and parental career-related behavior (support, interference, and lack of engagement) on career decision making difficulties. The samples of 471 students high school and vocational high school throughout Jabodetabek were taken with a nonprobability sampling techniques. The data collection instrument used in this study was an adaptation scale of Career Decision Difficulties Questionnaire (CDDQ), Mini-International Personality Item Pool (MINI-IPIP), Child-Adolescent Perfectionism Scale-Short Form (CAPS-SF), and Parental Career-Related Behavior Instrument. Test the validity of measuring instrument using Confirmatory Factor Analysis (CFA) techniques and data analysis using multiple regression analysis techniques. The results of this study indicate that there is an influence of big-five personality, perfectionism and parental career-related behavior on the difficulty of career decision making by 24.2% and 75.8% influenced by variables outside the research. In detail, the dimensions that influence career decision making difficulties are the extraversion, conscientiousness, neuroticism, openness to experience, interference, and lack of engagement. Other dimensions, agreeableness, self-oriented perfectionism, socially prescribed perfectionism, and support do not have an influence on career decision making difficulties. G) Reading material: 65 (books + journals + articles + skripsi) vii KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat kelulusan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan baginda Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini dapat peneliti terselesaikan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik dalam bentuk sumbangan pikiran, materi, tenaga, dan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh jajaran dekanat lainnya yang telah memfasilitasi dan memberikan kesempatan bagi penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi. 2. Bapak Bahrul Hayat, Ph.D. selaku pembimbing skripsi. Penulis sangat berterima kasih atas bantuannya dalam membimbing, memberikan arahan, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Fadhilah Suralaga, M. Si. Dan Ibu Desi Yustari Muchtar, M. Psi., Psikolog. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan, masukan, bimbingan dan nasehat kepada penulis. 4. Ibu Nia Tresniasari, M. Si. dan Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M. Si. selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan, masukan, dan perhatian yang telah diberikan dalam menjalani perkuliahan. 5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik, mengajar dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis. Para staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan kemudahan dan bantun bagi penulis dalam setiap proses administrasi perkuliahan. 6. Seluruh responden yang telah menyediakan waktunya untuk penelitian ini, serta tidak lupa kepada pihak-pihak yang telah membantu menyebarkan penelitian ini. 7. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai Ibu Amenah dan Bapak Sopyan. Ibu dan Bapak terima kasih banyak atas doa yang selalu mengalir, segala bentuk dukungan, motivasi, cinta dan kasih sayang pada penulis yang tak akan pernah bisa terbalaskan. Terima kasih telah memberikan kepercayaan dan keleluasaan dalam mengambil banyak keputusan secara mandiri. Serta viii kedua kakak ku Ahmad Yono, Sutrisno, dan adikku Vina Apriyanti, terima kasih atas dukungannya. 8. Sahabat-sahabat penulis Asma, Iinaas, Yasmin, Lail, Kalsum, Janna, Nisa, Oci, Cenun, Nurdiana, Nourisa, Zlavia dan Prima. Terima kasih atas segala kasih kasih saying, kebaikan, kebersamaannya, canda tawa, suka duka yang telah dilewati bersama, dan bantuannya menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga untuk teman-teman lain yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang berkontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas atas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik dari segi bahasa maupun dari segi substansi. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca. Jakarta, 15 Juli 2020 Penulis ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv ABSTRAK ............................................................................................................ vi ABSTRACK ........................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1-15 1.1 Latar Belakang ..............................................................................1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .........................................10 1.2.1 Pembatasan masalah .......................................................10 1.2.2 Perumusan Masalah ........................................................11 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................13 1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................13 1.3.2 Manfaat Penelitian ..........................................................14 1.4 Sistematika Penulisan .................................................................15 BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 16-44 2.1 Kesulitan Pengambilan Keputusan Karier ..................................16 2.1.1 Definisi kesulitan pengambilan keputusan karier ...........16 2.1.2 Dimensi kesulitan pengambilan keputusan karier ..........17 2.1.3 Pengukuran kesulitan pengambilan keputusan karier.....18 2.1.4 Faktor-faktor kesulitan pengambilan keputusan karier ..20 2.2 Kepribadian Big-Five .................................................................24 2.2.1 Definisi kepribadian big-five ..........................................24 2.2.2 Dimensi kepribadian big-five ..........................................25 2.2.3 Pengukuran kepribadian big-five ....................................28 2.3 Perfeksionisme ...........................................................................29 2.3.1 Definisi perfeksionisme ..................................................29 2.3.2 Dimensi perfeksionisme .................................................30 2.3.3 Pengukuran Perfeksionisme............................................32 2.4 Parental Career-related Behavior................................................34 2.4.1 Definisi parental career-related behavior ........................34 2.4.2 Dimensi parental career-related behavior .......................34 2.4.3 Pengukuran parental career-related behavior .................36 2.5 Kerangka Berpikir ......................................................................38 x 2.6 Hipotesis Penelitian ....................................................................43 BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 45-70 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..................45 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ..............45 3.2.1 Variabel Penelitian..........................................................45 3.2.2 Definisi Operasional Variabel ........................................46 3.3 Instrumen Pengumpulan Data ....................................................47 3.3.1 Skala kesulitan pengambilan keputusan karier ...............48 3.3.2 Skala kepribadian big-five ..............................................49 3.3.3 Skala perfeksionisme ......................................................50 3.3.4 Skala parental career-related behavior ..........................51 3.4 Uji Validitas Konstruk ................................................................52 3.4.1 Hasil uji validitas konstruk skala kesulitan pengambilan keputusan karier .............................................................54 3.4.2 Hasil uji validitas konstruk skala kepribadian big-five ..56 3.4.3 Hasil uji validitas konstruk skala perfeksionisme .........61 3.4.4 Hasil uji validitas konstruk skala parental career-related behavior .........................................................................64 3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................67 3.6 Prosedur Penelitian .....................................................................69 BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 71-93 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ..........................................71 4.2 Analisis Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ........................73 4.3 Kategorisasi Skor Variabel .........................................................74 4.4 Uji Hipotesis Penelitian ..............................................................79 4.5 Pengujian Proporsi Varians ........................................................85 4.6 Analisis Uji Beda Variabel Demografi .......................................88 4.6.1 Variabel jenis kelamin ....................................................89 4.6.2 Variabel jenis Lembaga Pendidikan ...............................90 4.6.3 Variabel Pendidikan akhir orang tua ..............................91 BAB V KESIMPULAN, HASIL DAN SARAN......................................... 94-106 5.1 Kesimpulan .................................................................................94 5.2 Diskusi ........................................................................................95 5.3 Saran .........................................................................................103 5.3.1 Saran Teoritis .................................................................104 5.3.2 Saran Praktis ..................................................................105 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 107 LAMPIRAN ....................................................................................................... 113 xi DAFTAR TABEL Tabel 3. 1 Tabel 3. 2 Tabel 3. 3 Tabel 3. 4 Tabel 3. 5 Tabel 3. 6 Tabel 3. 7 Tabel 3. 8 Tabel 3. 9 Tabel 3. 10 Tabel 3. 11 Tabel 3. 12 Tabel 3. 13 Tabel 3. 14 Tabel 3. 15 Tabel 3. 16 Tabel 4. 1 Tabel 4. 2 Tabel 4. 3 Tabel 4. 4 Tabel 4. 5 Tabel 4. 6 Skor pengukuran skala likert Blueprint skala kesulitan pengambilan keputusan karier Blueprint skala kepribadian big-five Blueprint skala perfeksionisme Blueprint skala parent career-related behavior Muatan faktor item kesulitan pengambilan keputusan karier Muatan faktor item extraversion Muatan faktor item agreeableness Muatan faktor item conscientiousness Muatan faktor item neuroticism Muatan faktor item openness to experience Muatan faktor item self-oriented perfectionism Muatan faktor item socially prescribed perfectionism Muatan faktor item support Muatan faktor item interference Muatan faktor item lack of engagement Gambaran umum subjek penelitian Hasil analisis deskriptif statistik variabel penelitian Norma kategorisasi skor variabel penelitian Kategorisasi skor variabel penelitian Hasil R Square Anova pengaruh keseluruhan independent variable terhadap dependent variable Tabel 4. 7 Tabel Koefisien regresi Tabel 4. 8 Proporsi varians kesulitan pengambilan keputusan karier pada setiap independent variable (IV) Tabel 4. 9 Hasil uji beda variabel jenis kelamin Tabel 4. 10 Hasil uji beda variable jenis Lembaga Pendidikan Tabel 4. 11 Hasil uji beda variabel Pendidikan akhir Ayah Tabel 4. 12 Hasil uji beda Pendidikan akhir Ibu xii DAFTAR GAMBAR Bagan 2. 1 Bagan kerangka berpikir xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Format Kuesioner Online/Daring Syntax Dan Path Diagram Confirmatory Factor Analysis Lisrel Output Hasil Analisis SPSS xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan merupakan salah satu kegiatan yang paling mendasar dan sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang terus-menerus membuat keputusan, mulai dari keputusan yang tidak terlalu penting sampai yang sangat penting. Salah satu bidang pengambilan keputusan yang paling menantang dalam hidup adalah pengambilan keputusan karier (Farnia et al., 2018). Pengambilan keputusan karier merupakan salah satu topik penelitian yang penting dalam psikologi karier. Nilsson et al. (2007) telah menganalisis berbagai artikel penelitian terkait perkembangan karier dalam skala internasional selama 34 tahun terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa pengambilan keputusan karier termasuk keraguan-raguan karier, berada di posisi ke sembilan di antara 29 topik utama dalam penelitian perkembangan karier (Nilsson et al., 2007). Pengambilan keputusan karier biasanya akan dimulai pada tahap remaja atau dewasa awal, karena pada tahap perkembangan tersebut individu memiliki tugas utama yaitu untuk mengeksplorasi, menyeleksi dan berkomitmen pada suatu karier (Erikson et al., dalam Emmanuelle, 2009). Tugas tersebut sesuai bagi remaja terutama siswa sekolah menengah kelas 12 yang sudah dihadapkan pada pemilihan jurusan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau bagi mereka yang ingin bekerja maka akan dihadapkan dengan bidang pekerjaan yang akan mereka jalani selanjutnya. Oleh karena itu, pada tahap ini remaja sudah dituntut untuk mengambil keputusan karier yang tepat untuk dirinya. 1 2 Akan tetapi, proses pengambilan keputusan karier adalah proses yang kompleks dan rumit, beberapa orang dapat melewati proses ini dengan lancar dan mudah, namun sebagian lainnya terutama bagi remaja menghadapi kesulitan selama proses ini (Gati et al., 1996). Kesulitan-kesulitan yang dihadapi tersebut dapat menghambat proses pengambilan keputusan karier seperti menunda untuk membuat keputusan, dapat menolak atau berhenti sebelum keputusan dibuat, atau dapat mengarah pada keputusan yang kurang optimal yang dapat mengakibatkan kurangnya komitmen atau penyesalan pada saat keputusan telah dibuat (Gati et al., 1996). Selama beberapa tahun terakhir, kesulitan pengambilan keputusan karier menjadi perhatian utama dalam penelitian perkembangan karier selain kematangan karier. Kesulitan pengambilan keputusan karier terkait erat dengan konsep kematangan karier. Super dan Jordaan (1973) memandang salah satu aspek kematangan karier yaitu kemampuan untuk membuat keputusan karier yang dibutuhkan secara sosial. Oleh karena itu, kesulitan pengambilan keputusan karier dianggap sebagai masalah perkembangan dalam proses kematangan karier. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kesulitan pengambilan keputusan karier berfokus mahasiswa (Di Fabio et al., 2012; Gati et al., 1996; Leung et al., 2011; Mau, 2001; Morgan & Ness, 1996). Namun, apabila melihat hasil penelitian Albion dan Forgaty (2002) yang melakukan penelitian kesulitan pengambilan keputusan karier antara kelompok usia dewasa dengan kelompok usia remaja, menunjukkan hasil bahwa umumnya terdapat perbedaan pola kesulitan pengambilan keputusan karier pada setiap usia, dengan kelompok usia yang lebih 3 tua menunjukkan kesulitan yang lebih sedikit daripada siswa. Sejalan dengan hasil tersebut, pada penelitian Di Fabio et al. (2015) menunjukkan bahwa kesulitan pengambilan keputusan karier akan cenderung menurun dengan bertambahnya usia saat usia dewasa. Mau (2004) juga menunjukkan hasil bahwa mahasiswa lebih sedikit kesulitan dalam mengambil keputusan karier dibanding siswa sekolah menengah. Hal ini berarti, remaja memiliki potensi kesulitan pengambilan keputusan karier yang lebih besar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan berfokus pada remaja khususnya siswa menengah kelas 12 karena pada masa tersebut adalah masa-masa transisi dari remaja ke dewasa awal yang mana remaja diharapkan sudah memiliki pilihan karir yang tepat. Biasanya kesulitan-kesulitan pengambilan keputusan karier pada siswa SMA dan SMK yang akan lulus akan terbagi menjadi sulitnya memilih jurusan untuk ke perguruan tinggi atau bingung mencari bidang pekerjaan yang tepat. Pada pendidikan SMA, umumnya akan berfokus pada pembelajaran yang secara umum terdiri dari berbagai bidang ilmu yang sangat luas (Laturiuw, 2019). Oleh karena itu, biasanya siswa SMA dipersiapkan untuk ke perguruan tinggi. Namun, karena banyaknya pilihan jurusan dan sempitnya peluang masuk ke jurusan tertentu justru akan menimbulkan kebingungan dalam memilih pilihan jurusan yang tepat atau memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Youthmanual selama dua tahun terakhir dengan mendalami profil dan data lebih dari 400.000 siswa dan mahasiswa ditemukan bahwa 92% siswa SMA/SMK sederajat bingung dan tidak tahu akan menjadi apa kedepannya dan 45% mahasiswa merasa salah 4 mengambil jurusan (Siaran Pers Risetdikti, 2018). Hasil penelitian Indonesia Career Center Network (ICCN) menunjukkan bahwa sebanyak 87% mahasiswa Indonesia mengakui bahwa jurusan yang mereka ambil tidak sesuai dengan minatnya atau dengan kata lain salah jurusan (Esy, 2019). Sedangkan, pada pendidikan SMK diketahui memiliki hasil orientasi karier yang berbeda dengan apa yang diharapkan. Pendidikan SMK ditujukan untuk pembelajaran yang berfokus pada praktik daripada teori, karena SMK menitikberatkan pada persiapan siswanya menghadapi dunia kerja (Laturiuw, 2019). Namun, pada hasil penelitian Suryadi et al. (2018) diketahui bahwa sebagian besar yaitu sebayak 68.8% siswa SMK justru ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dan hanya sebagian kecil dari mereka yang ingin mencari pekerjaan atau melanjutkan membuka bisnis (wirausaha). Padahal, kapasitas perguruan tinggi dalam menerima siswa baru hanya 30% dari total populasi lulusan SMA dan SMK, sehingga lulusan SMA dan SMK yang tidak diterima di perguruan tinggi akan berkontribusi pada meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia (Suryadi et al., 2018). Hal tersebut dibuktikan dari data Badan Pusat Statistika (BPS) pada Agustus 2019 menunjukan bahwa tamatan sekolah menengah masih menempati posisi paling tinggi terkait Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menempati posisi paling tinggi yaitu sebesar 10.42% diikuti oleh tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 7.92% (Badan Pusat Statistik, 2019). 5 Data-data di atas menunjukkan bahwa siswa SMA dan SMK memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan karier. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan menurut Supriatna (dalam Yunanda, 2018) bahwa masalah yang timbul pada siswa menengah terkait masalah karier adalah siswa belum menentukan pilihan jurusan ke perguruan tinggi, tidak memahami cara memilih jurusan yang sesuai dengan minat, masih bingung ingin apa setelah lulus nanti, jika bekerja siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup, merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah, masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat, serta belum mengerti tentang prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, masih banyaknya siswa SMA dan SMK yang bingung untuk menentukan karier spesifik yang tepat. Padahal idealnya, siswa SMA dan SMK khususnya kelas 12 sudah dihadapkan untuk menentukan pilihan kariernya. Dengan demikian, mengidentifikasi faktor-faktor kesulitan yang menghambat siswa-siswa SMA dan SMK dalam mengambil keputusan karier menjadi topik penelitian penting khususnya dalam psikologi karier. Identifikasi kesulitan-kesulitan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ini memungkinkan psikolog sekolah atau guru Bimbingan Konseling (guru BK) untuk menyesuaikan pendekatan dan intervensi mereka dengan kebutuhan dan karakteristik spesifik dari setiap siswa. Kesulitan-kesulitan pengambilan keputusan karier awalnya dikembangkan oleh Gati et al. (1996) dengan menggambarkan kesulitan-kesulitan yang dialami individu sebelum dan/atau selama proses pengambilan keputusan karier. Kesulitan- 6 kesulitan ini dapat menghambat proses penentuan karier dan dapat menyebabkan mengambil pilihan karier yang kurang optimal. Gati et al. (1996) membagi kesulitan pengambilan keputusan karier ini mencakup tiga aspek utama kesulitan: lack of readiness yaitu kurangnya kesiapan untuk terlibat sebelum proses pengambilan keputusan karier, lack of information yaitu kurangnya informasi (tentang diri, tentang langkah-langkah yang terlibat dalam proses, tentang berbagai alternatif dan sumber informasi tambahan) dan information inconsistence yaitu informasi yang kurang konsisten (informasi yang tidak dapat diandalkan, konflik internal dan eksternal). Terdapat beberapa faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu kepribadian atau five personality factor trait (Chen & Liew, 2015; Di Fabio & Palazzeschi, 2009; Di Fabio et al., 2015; Hou et al., 2013; Martincin & Stead, 2015; Pečjak, & Košir, 2007), locus of control (Kırdök & Harman, 2018), efikasi diri (Morgan & Ness, 1996; Sawitri, 2009), perfeksionisme (Leong & Chervinko, 1996), kecerdasan emosional (Di Fabio et al., 2012). Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier yaitu ekspektasi orang tua (Leung et al., 2011), pola asuh orang tua (Chen & Liew, 2015; Sovet & Metz, 2014), parental career-related behavior (Dietrich & Kracke, 2009), family belongingness (Slaten & Baskin, 2014). Faktor internal kepribadian memainkan peran penting dalam bagaimana membentuk suatu karier individu dan menentukan apakah individu akan mengalami kesulitan pengambilan keputusan karier atau tidak (Costa et al., dalam Martincin & 7 Stead, 2015). Menurut Lounsbury et al. (dalam Gati et al., 2011) model kepribadian yang paling terkenal dan sering dijadikan variabel dalam sebuah penelitian adalah model kepribadian big-five atau five factor model karena merupakan model kepribadian yang paling dapat diterima dan diteliti pada saat ini. Kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang sangat menentukan seseorang dapat mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan karier (Albion & Fogarty, 2002; Di Fabio & Palazzeschi, 2009; Di Fabio et al., 2015; Martincin & Stead, 2015; Pečjak, & Košir, 2007). Individu yang memiliki emosional lebih stabil dianggap memiliki kesulitan pengambilan keputusan yang lebih rendah baik sebelum ataupun selama proses pengambilan keputusan karier (Pečjak, & Košir, 2007). Sedangkan, siswa yang memiliki kepribadian extraversion, conscientiousness, openness to experience akan menunjukkan lebih banyak pengendalian diri dan lebih rendah dalam kesulitan pengambilan keputusan karier (Di Fabio & Palazzeschi, 2009; Martincin & Stead, 2015; Pečjak, & Košir, 2007). Kepribadian agreeableness juga memiliki hubungan negatif pada kesulitan pengambilan keputusan karier walaupun dengan hubungan yang terendah di antara kelima faktor kepribadian tersebut (Martincin & Stead, 2015). Faktor internal lainnya yang dapet memprediksi kesulitan pengambilan keputusan karier adalah perfeksionisme. Penelitian dengan topik perfeksionisme masih jarang dikaitkan dengan subjek remaja atau anak sekolah dan masih jarang dikaitkan dengan kesulitan pengambilan keputusan karier. Padahal jika dilihat dari penelitian terdahulu terdapat hasil yang menyatakan bahwa perfeksionisme berperan dalam pengambilan keputusan karier. Menurut Leong dan Chervinko 8 (1996) dua dari tiga dimensi dalam perfeksionisme dapat memprediksi keraguraguan karier. Dalam penelitiannya, siswa yang merasa bahwa orang lain menetapkan standar tinggi dan penuh pengharapkan yang tinggi terhadap mereka (self-oriented perfectionism) cenderung tidak ragu-ragu dan memiliki motivasi untuk bertindak dalam memilih kariernya yang tepat (Leong & Chervinko, 1996). Sedangkan, siswa yang mempercayai bahwa dirinya dituntut untuk mencapai standar yang tinggi dan diharapkan untuk menjadi sempurna dalam segala hal oleh orang lain (socially prescribed perfectionism) cenderung lebih ragu-ragu dalam memutuskan kariernya (Leong & Chervinko, 1996). Sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Leong & Chervinko (1996), dalam penelitian Lehmann dan Konstam (2011) hanya maladaptif perfeksionisme merupakan prediktor yang dapat memprediksi keragu-raguan karier. Istilah maladaptif perfeksionisme sebagai pengganti socially prescribed prefecionism dan adaptif perfeksionisme sebagai pengganti self-oriented perfectionism. Maladaptif perfeksionisme lebih dapat memprediksi kesulitan pengambilan karier dibanding dengan adaptif perfeksionisme (Lehmann & Konstam, 2011). Faktor lainnya yang memiliki pengaruh terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier remaja adalah faktor eksternal yaitu faktor di luar diri individu seperti orang tua. Peran orang tua dalam keputusan karier remaja sangat penting. Penelitian yang dilakukan oleh Samosir dan Suharso (2018) terhadap 104 remaja mengenai persepsi keterkaitan orang tua dalam keputusan karier. Hasilnya, menunjukkan sebesar 70% remaja menyatakan bahwa orang tua yang bersikap 9 mendukung dan menjadi tempat berdiskusi merupakan faktor penting yang dapat membantu remaja menjadi yakin dalam mengambil keputusan jurusan kuliah (Samosir & Suharso, 2018). Namun Dietrich dan Kracke (dalam Hlaďo & Ježek, 2018) mengungkapkan bahwa peran orang tua dalam keterlibatan karier remaja bukan hanya melalui dukungan dari orang tua, tetapi juga melalui tindakan spesifik yang dilakukan oleh orang tua dengan tujuan pengembangan karier anak mereka atau disebut dengan parental career-related behavior. Dietrich dan Kracke (2009) membedakan tiga bentuk dari perilaku orang tua yang spesifik terkait karier anak antara lain support (dukungan yang diberikan oleh orang tua berkaitan dengan perkembangan karier anaknya), interference (orang tua mengawasi dan memengaruhi melalui intervensi mereka terhadap karier anaknya), dan lack of engagement (perilaku yang menunjukkan rendahnya keterlibatan orang tua dalam perkembangan karier anaknya). Dari ketiga peran orang tua terkait karier anak, interference dan lack of engagement adalah perilaku yang dapat meningkatkan kesulitan pengambilan keputusan karier pada anak (Anastiani & Primana, 2019; Dietrich & Kracke, 2009). Sedangkan, support pada penelitian lainnya diketahui memberikan pengaruh terhadap eksplorasi karier dimana remaja lebih mengeksplor kariernya karena mendapatkan dukungan karier dari orang tua, dengan begitu mereka tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam mengambil keputusan karier (Dietrich & Kracke, 2009). Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas bahwa kesulitan pengambilan keputusan karier dapat berdampak pada masa yang akan datang seperti kebingungan dalam pemilihan jurusan pada perguruan tinggi, banyaknya 10 mahasiswa yang menyesal telah memilih jurusan karna tidak sesuai minatnya ataupun banyak lulusan SMA dan SMK yang menganggur karena tidak tahu mau kemana saat mereka telah lulus. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi kesulitan pengambilan keputusan pada remaja, khususnya melalui variabel kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior dan seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel tersebut dapat menjelaskan kesulitan pengambilan keputusan karier pada remaja. Maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepribadian Big-Five, Perfeksionisme dan Parental Career-related Behavior terhadap Kesulitan Pengambilan Keputusan Karier pada Remaja”. 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan masalah Banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier pada remaja. Oleh karena itu, penulin akan membatasi masalah kesulitan pengambilan keputusan karier pada remaja (variabel terikat) yang dipengaruhi oleh kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior (variabel bebas). Adapun pengertian konsep yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Kesulitan pengambilan keputusan karier dalam penelitian ini dibatasi sejauh mana hambatan-hambatan yang dialami individu sebelum dan/atau selama proses pengambilan keputusan karier yang akan menyebabkan individu kesulitan dalam menentukan pilihan kariernya, yang terdiri dari lack of readiness, lack of information dan inconsistent information (Gati et al., 1996). 11 2. Perfeksionisme dalam penelitian ini dibatasi oleh upaya individu menetapkan standar kinerja yang sangat tinggi disertai dengan evaluasi yang sangat kritis ketika standar tersebut tidak terpenuhi, dan selalu memikirkan kesalahan (Hewitt & Flett, 1991) yang mana perfeksionisme pada anak dan remaja dibedakan menjadi dua aspek yaitu self-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism (Flett et al., 2016). 3. Kepribadian dalam penelitian ini dibatasi dengan hanya menggunakan pendekatan big-five personality. Kepribadian big-five adalah pendekatan untuk melihat kepribadian manusia yang tersusun dari lima faktor kepribadian yaitu extroversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness (McCrae & Costa, 1987). 4. Parental career-related behavior dalam penelitian dibatasi oleh persepsi remaja terhadap perilaku spesifik orang tua yang ditandai dengan sejauh mana orang tua berinvestasi dalam pengembangan karier anaknya. Perilaku tersebut dibedakan menjadi tiga aspek yaitu support, interference, dan lack of engagement (Dietrich & Kracke, 2009). 5. Subjek dalam penelitian ini dibatasi pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas 12 di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. 1.2.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 12 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian extaversion terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 3. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian agreeableness terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 4. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian constentiousness terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 5. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian neuroticism terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 6. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian openness to eperience terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 7. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-oriented perfectionism terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 8. Apakah ada pengaruh yang signifikan socially prescribed perfectionism terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 9. Apakah ada pengaruh yang signifikan support parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 10. Apakah ada pengaruh yang signifikan interferences parental-careerrelated behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 13 11. Apakah ada pengaruh yang signifikan lack of engagement parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 2. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian extaversion terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 3. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian agreeableness terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 4. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian constentiousness terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 5. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian neuroticism terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 6. Untuk menguji pengaruh tipe kepribadian openness to eperience terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 7. Untuk menguji pengaruh self-oriented perfectionism terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 8. Untuk menguji pengaruh socially prescribed perfectionism terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 14 9. Untuk menguji pengaruh support parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 10. Untuk menguji pengaruh interferences parental-career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 11. Untuk menguji pengaruh lack of engagement parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis yaitu sebagai kontribusi bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya tentang perilaku kejuruan (vocational behavior) mengenai kesulitan pengambilan keputusan karier bagi remaja, serta menambah pengetahuan data terkait kesulitan pengambilan keputusan karier dan variabel-variabel yang memengaruhinya. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan remaja khususnya Siswa SMA dapat memahami dirinya sendiri dalam mengambil keputusan karier yang tepat. Bagi orang tua, diharapkan dapat memberikan perhatian terkait perkembangan karier anaknya. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi konselor sekolah dan guru BK dalam menangani masalah masalah keputusan karier siswanya dengan melihat faktor-faktor internal dan eksternal dalam penelitian ini. 15 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. BAB I : Pendahuluan Dalam Bab I meliputi latar rumusan masalah, tujuan belakang, pembatasan masalah, penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Dalam Bab II meliputi teori seluruh variabel (definisi, dimensi, pengukuran), kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. BAB III : Metode Penelitian Dalam Bab III meliputi populasi penelitian, sampel dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, instrumen pengumpulan data, blueprint, uji validitas konstruk, teknik analisa data dan prosedur penelitian. BAB IV : Hasil Penelitian Dalam Bab IV meliputi gambaran subjek penelitian, hasil analisis deskripstif variabel, kategorisasi skor variabel, uji hipotesis penelitian, pengujian proporsi varians, uji beda variabel demografi. BAB V : Kesimpulan, Hasil dan Saran Dalam Bab V meliputi kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi dari hasil penelitian, dan saran penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesulitan Pengambilan Keputusan Karier 2.1.1 Definisi kesulitan pengambilan keputusan karier Kesulitan pengambilan keputusan karier merupakan konstruk yang belum lama ini dikembangkan oleh Gati et al. (1996). Awalnya, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh seseorang dalam mengambil keputusan karier sering dikaitkan dengan career indecision atau keragu-raguan dalam memilih karier (Gati et al., 1996). Kemudian, Gati et al. (1996) mengembangkan penyebab kesulitan-kesulitan tersebut menjadi sebuah konstruk yang lebih teoristis dan empiris dari teori-teori sebelumnya, yang disebut dengan taksonomi kesulitan pengambilan keputusan karier atau career decision making difficulties. Dalam taksonomi kesulitan pengambilan keputusan karier, awalnya Gati et al. (1996) mengembangkan sebuah model pembuat keputusan karier yang ideal. Pembuat keputusan karier yang ideal didefinisikan sebagai kesadaran individu akan kebutuhan untuk membuat keputusan karier dan dapat membuat keputusan karier yang didasarkan pada proses tepat dan sesuai dengan kemampuan dan preferensi individu (Gati et al., 1996). Setiap penyimpangan dari model dari pembuat keputusan karier yang ideal tersebut dianggap sebagai potensi kesulitan, yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan individu sehingga dapat mempersulit atau menghambat individu dalam proses pengambilan keputusannya dan membuat individu memilih keputusan yang tidak optimal (Gati et al., 1996). Gati et al. (1996) juga mengkategorisasikan kesulitan pengambilan keputusan 16 17 karier yang dialami individu sebelum membuat keputusan dan selama proses pengambilan keputusan karier. Dengan demikian, kesulitan pengambilan keputusan karier dalam penelitian ini adalah hambatan-hambatan yang dialami individu sebelum dan/atau selama proses pengambilan keputusan karier yang akan menyebabkan individu kesulitan dalam menentukan pilihan kariernya. 2.1.2 Dimensi kesulitan pengambilan keputusan karier Berdasarkan taksonomi yang dikembangan oleh Gati et al. (1996) bahwa kesulitan pengambilan keputusan karier terbagi ke dalam dua fase, yaitu saat sebelum proses pengambilan keputusan karier dan saat selama proses pengambilan keputusan karier. Menurut Gati et al. (1996) dalam dua fase ini, fase pertama terdiri dari satu aspek yaitu kurangnya kesiapan dan fase kedua terdiri dari dua aspek yaitu kurangnya informasi dan informasi yang tidak konsisten. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tiga aspek dalam kesulitan pengambilan keputusan karier (Gati & Saka, 2001). 1. Kurangnya kesiapan (lack of readiness) Kesulitan ini dihadapi individu sebelum proses pengambilan keputusan karier, yang muncul karena kurangnya motivasi dalam membuat keputusan karier, keraguan-keraguan umum yang muncul terkait segala jenis keputusan, dan keyakinan yang disfungsional termasuk pengharapan yang tidak masuk akal mengenai proses pengambilan keputusan karier (Gati & Saka, 2001). 18 2. Kurangnya informasi (lack of information) Kesulitan ini dihadapi individu selama proses pengambilan keputusan karier, yang berasal dari kurangnya pengetahuan tentang langkah-langkah yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan karier, kurangnya informasi tentang diri, kurangnya informasi mengenai pekerjaan dan kurangnya informasi dalam caracara mendapatkan informasi tambahan (Gati & Saka, 2001). 3. Informasi yang tidak konsisten (inconsistent information) Kesulitan ini dihadapi individu selama proses pengambilan keputusan karier, yang muncul akibat dari adanya informasi yang tidak reliabel, konflik internal dan konflik eksternal (Gati & Saka, 2001). 2.1.3 Pengukuran kesulitan pengambilan keputusan karier Berikut ini alat ukur yang telah digunakan untuk mengukur kesulitan pengambilan keputusan karier. 1. Career Decision Scale (CDS) Career Decision Scale (CDS) dikembangkan oleh Osipow (1979) yang mencakup 19 item, 18 di antaranya self report dengan skala likert empat poin mulai dari “tidak sesuai dengan saya” hingga “sangat sesuai dengan saya” dan satu item merupakan item pertanyaan terbuka (Fuqua et al., 1988). Dua item pertama CDS merupakan skala kepastian karier lalu 16 item berikutnya merupakan skala keragu-raguan karier (Fuqua et al., 1988). 2. Career Factor Inventory Career Factor Inventory dikembangkan oleh Chartrand dan Robbins (1990) yang terdiri dari 21 item yang dirancang untuk menilai kesiapan individu 19 untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan karier (Simon, 2004). CFInv terdiri dari 10 item yang dinilai dengan skala Likert 5 poin dari poin satu (sangat tidak setuju) hingga poin lima (sangat setuju), dengan skor rendah menunjukkan keragu-raguan karier yang lebih sedikit dan 11 item yang tersisa dijawab menggunakan skala diferensial semantik (Simon, 2004). 3. Career Decision Difficulties Quetionnaire (CDDQ) Alat ukur ini dikembangkan oleh Gati et al. (1996) berbeda dengan alat ukur sebelumnya, alat ukur ini disusun berdasarkan taksonomi kesulitan pengambilan keputusan karier. Awalnya skala ini terdiri dari 44 item (Gati et al., 1996) namun kini terdapat revisi dengan merampingkan jumlah item menjadi 34 item (Gati & Saka, 2001). Subjek diminta untuk memberikan jawaban berdasarkan skala likert yang terdiri dari 7 pilihan jawaban mulai dari 1 (sangat tidak menggambarkan saya) hingga 7 (sangat menggambarkan saya) (Gati & Saka, 2001). Dalam penelitian Gati dan Saka (2001) reliabilitas cronbach alpha sebesar 0.91 pada siswa kelas 9 dan kelas 10 sekolah menengah di Israel dan sebesar 0.90 pada siswa akhir SMA di Israel. Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah Career Decision Difficulties Quetionnaire (CDDQ) yang telah direvisi oleh Gati dan Saka (2001) dengan jumlah 34 item. Pemilihan skala ini dikarenakan skala tersebut sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini dan skala tersebut juga diteliti pada siswa sekolah menengah atas yang sangat sesuai dengan subjek penelitian ini yaitu pada siswa SMA/SMK/sederajat. 20 2.1.4 Faktor-faktor kesulitan pengambilan keputusan karier Berikut ini beberapa faktor yang dapat memengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan yaitu: 1. Core self-evaluation Penelitian yang dilakukan oleh Di Fabio dan Palazzeschi (2012); Di Fabio et al. (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh core self-evaluation terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Core self-evaluaion pada dasarnya adalah persepsi tentang dirinya sendiri yang bersifat positif yang terdiri dari empat faktor: (a) self-esteem, (b) self-efficacy, (c) kecenderungan memiliki negative cognitive dan explanatory style, serta (d) locus of control (Judge et al., dalam Di Fabio et al., 2012). Peran core self-evaluation yang negatif dalam proses pengambilan keputusan karier dapat menyebabkan kesulitan yang biasanya dihadapi bahkan sebelum proses ini dimulai (Di Fabio & Palazzeschi, 2012; Di Fabio et al., 2012). 2. Kepribadian Kepribadian merupakan Faktor internal yang memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan karier termasuk kesulitan pengambilan keputusan karier. Beberapa penelitian menemukan peran trait-trait kepribadian dengan keragu-raguan karier yang sebagian besar menggunakan model kepribadian five factor atau kepribadian big-five. Penelitian yang dilakukan oleh Di Fabio dan Palazzeschi (2009) memperlihatkan bahwa seseorang kepribadian extraversion tinggi dan neuroticism rendah akan 21 kurang merasakan kesulitan pengambilan keputusan karier, begitu pula dengan kepribadian conscientiousness, agreeableness dan openness to experiece berperan dalam kesulitan pengambilan karier secara negatif. Pečjak dan Košir (2007) juga mengatakan bahwa trait kepribadian yang lebih stabil secara emosional dianggap mengalami kesulitan pengambilan keputusan yang lebih rendah baik sebelum dan selama proses pengambilan keputusan. 3. Kecerdasan emosi Individu dengan kecerdasan emosi yang tinggi memiliki kesadaran yang lebih besar tentang emosi dan dapat mengintegrasikan pengalaman emosional dengan pikiran dan tindakan, yang mungkin hal tersebut berperan dalam proses eksplorasi karier dan pengambilan keputusan karier (Di Fabio & Palazzeschi, 2009). Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa individu yang merasakan kesulitan dalam pengambilan keputusan karier yang rendah menunjukkan kecerdasan emosi yang tinggi, begitu pula sebaliknya (Di Fabio & Palazzeschi, 2009; Di Fabio et al., 2013). 4. Locus of control Kırdök dan Harman (2018) mengungkapkan bahwa individu dengan locus of control eksternal mungkin melakukan upaya lebih sedikit ketika mereka akan memutuskan karier atau mengharapkan seseorang disekitarkan membuat keputusan akan kariernya. Pečjak dan Košir (2007) juga menunjukkan bahwa siswa dengan pengalaman kontrol personal (internal) lebih sedikit mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan karier. 22 5. Efikasi diri Penelitian yang dilakukan oleh Sawitri (2009) menunjukkan bahwa status efikasi diri keputusan karier memiliki pengaruh langsung yang negatif dan bermakna terhadap kesulitan mengambil keputusan karier. Semakin tinggi tingkat efikasi diri seseorang terkait dengan kayakinan mengenai tujuan karier, maka semakin besar minat yang diperlihatkan untuk pilihan-pilihan tertentu dan semakin kuat pula ketekunan mereka untuk mengikuti tujuantujuan karier mereka (Bandura et al., dalam Sidiropoulou-Dimakakou, et al., 2012). 6. Perfeksionisme Penelitian yang dilakukan oleh Leong et al, (1996) menyatakan bahwa perfeksionisme berpegaruh terhadap keragu-raguan karier, dengan selforiented perfectionism berpengaruh negatif dan socially prescribed perfectionism berpengaruh secara positif. Sedangkan, Lehmann dan Konstam (2011) menyatakan bahwa variabel perfeksionisme berkorelasi terhadap karagu-raguan karier yaitu untuk maladaptif perfeksionisme (socially prescribed perfectionism) tetapi tidak berkorelasi dengan adaptif perfeksionisme (self oriented perfectionism) (Lehmann & Konstam, 2011). Faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan yaitu: 1. Ekspektasi orang tua Ekspektasi orang tua memiliki dampak pada kesulitan dalam membuat keputusan dalam karier. Dari tiga komponen pengharapan orang tua, komponen pencapaian akademis ternyata memiliki pengaruh yang lebih kuat pada 23 kesulitan pengambilan keputusan karier daripada kematangan pribadi dan komponen dating concern (Leung et al., 2011). Para siswa yang memandang tingginya pengharapan orang tua akan prestasi akademis merasa bahwa jika prestasi mereka berada diurutan yang rendah, maka siswa tersebut akan berada dalam posisi yang paling rentan terhadap kesulitan mengambil keputusan karier (Leung et al., 2011). 2. Pola asuh orang tua Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang otoriter (parental authority) mempunyai hubungan yang positif terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier (Koumoundourou et al., 2011; Sovet & Metz, 2014). Sedangkan, pola asuh otoritatif berhubungan secara negatif dengan kesulitan pengambilan keputusan mengenai karier (Sovet & Metz, 2014). 4. Parental career-related behavior Parental career-related behavior yaitu perilaku orang tua yang spesifik mengenai karier anak yang dbedakan menjadi tiga bentuk yaitu support, interference dan lack of engagement (Dietrich & Kracke, 2009). Dari tiga aspek parental career-related behavior; kurangnya keterlibatan (lack of engagement) dan campur tangan orang tua (interference) berkontribusi positif terhadap kesulitan dalam pengambilan keputusan karier (Anastiani & Primana, 2019). 3. Family belongingness Penelitian yang dilakukan Slaten dan Baskin (2014) menunjukkan family belongingness memiliki hubungan yang tidak langsung dengan kesulitan pengambilan keputusan karier. Dalam penelitiannya, Slaten dan Baskin (2014) 24 juga menguji peer belongingness namun tidak ditemukan pengaruh yang signifikan. Hal ini membuktikan pentingnya variabel keluarga dibandingkan dengan teman sebaya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan karier (Slaten & Baskin, 2014). 2.2 Kepribadian Big-Five 2.2.1 Definisi kepribadian big-five Kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan Odbert pada tahun 1930-an, kemudian dilanjutkan oleh Cattell pada tahun 1940-an, dan dilanjutkan oleh Tupes, Christal dan Norman pada tahun 1960-an (Feist & Feist, 2018). Menurut Allport kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis untuk menentukan dengan cara yang khas dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungan (Suryabrata, 2003). Psikofisis yang dimaksud oleh Allport bahwa kepribadian meliputi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian (Suryabrata, 2003). Sedangkan, Menurut Feist dan Feist (2018) kepribadian merujuk pada pola trait dan karakteristik yang relatif permanen pada diri individu yang dapat memberikan konsistensi ataupun individualitas pada perilaku seorang. McCrae dan Costa (1992) juga mendefinisikan kepribadian sebagai gaya emosional, interpersonal, eksperimental, objektif, dan motivasional yang dapat menjelaskan perilaku individu dalam situasi berbeda dan bertahan lama pada diri seseorang. Berdasarkan pengertian kepribadian di atas, kepribadian mencakup fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan yang tidak terlihat serta 25 kepribadian memiliki sifat menetap, yang artinya jika individu dihadapkan dalam situasi yang sama akan memunculkan sikap yang sama walaupun di tempat yng berbeda. McCrae dan Costa (1987) kemudian mendefinisikan kepribadian sebagai suatu karakteristik seseorang yang terdiri dari lima karakter kepribadian yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experience yang dikenal dengan five factor model kepribadian atau kepribadian bigfive. Sejalan dengan definisi tersebut, Feist dan Feist (2018) juga menjelaskan bahwa kepribadian big-five adalah sebuah teori kepribadian yang dapat memprediksi dan menjelaskan suatu perilaku dengan menggunakan analisis faktor yang terdiri dari model lima faktor yaitu neuroticism, extraversion, opennes to experiences, agreeableness, dan conscientiousness. Menurut Cervone dan Pervin (2013) kepribadian big-five adalah kepribadian yang terdiri dari lima faktor yaitu neuroticism, extraversion, opennes to experiences, agreeableness, dan conscientiousness. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan, kepribadian big-five merupakan suatu teori dalam kepribadian yang terdiri dari lima trait utama yaitu neuroticism, extraversion, opennes to experiences, agreeableness, dan conscientiousness. 2.2.2 Dimensi kepribadian big-five Seperti yang sudah dijelaskan dalam definisi kepribadian big-five sebelumnya, bahwa kepribadian big-five terdiri dari lima faktor yaitu extraversion, 26 agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experience. Berikut ini adalah karakteristik pada masing-masing trait kepribadian big-five. 1. Extraversion Extraversion menunjukkan pendekatan yang energik terhadap dunia sosial dan fisik yang mencakup sifat-sifat seperti mudah bersosialisasi, menyukai kegiatan aktivitas, asertif, dan memiliki emosi yang positif (John & Srivastava, 1999). Seseorang dengan extraversion yang tinggi cenderung penuh kasih sayang, ceria, senang berbicara, senang berkumpul dan menyenangkan (Feist & Feist, 2018). Sedangkan individu dengan extraversion rendah biasanya tertutup, pendiam, penyendiri, pasif dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat (Feist & Feist, 2018). 2. Agreeableness Agreeableness merupakan mencakup sifat-sifat seperti altruisme, sikap selalu mengalah, selalu percaya dan sopan (John & Srivastava, 1999). Seseorang dengan agreeableness yang tinggi cenderung mudah percaya, ramah, murah hati, mudah menerima, selalu mengalah, tidak enak hati dan memiliki perilaku yang baik (Feist & Feist, 2018). Individu yang memiliki agreeableness yang rendah cenderung memiliki karakter yang penuh curiga, pelit, tidak ramah, mudah kesal dan suka mengkritik orang lain (Feist & Feist, 2018). 3. Conscientiousness Conscientiousness diidentifikasi sebagai orang-orang yang teratur, terkontrol, terorganisir, berpikir sebelum bertindak, mengikuti norma dan aturan, ambisius, fokus pada pencapaian (John & Srivastava, 1999). Individu dengan 27 conscientiousness yang tinggi biasanya pekerja keras, berhati-hati, tepat waktu dan mampu bertahan (Feist & Feist, 2018). Sebaliknya individu dengan conscientiousness yang rendah akan cenderung tidak teratur, ceroboh, pemalas, serta tidak memiliki tujuan dan mudah menyerah saat menghadapi kesulitan (Feist & Feist, 2018). 4. Neuoroticism Neuroticism mencakup tempremen emosi yang negatif seperti cemas, gugup, sedih dan tegang (John & Srivastava, 1999). Seseorang yang memiliki neuroticism tinggi cenderung penuh kecemasan, tempramental, mengasihani diri sendiri, sangat sadar akan dirinya sendiri, emosional dan rentan terhadap gangguan stres (Feist & Feist, 2018). Bagi individu yang memiliki neuroticism rendah biasanya tenang, tidak tempramental, puas terhadap dirinya sendiri dan tidak emosional (Feist & Feist, 2018). 5. Openness to experience Opennes to experience menggambarkan luasnya, dalamnya, dan orisinalitas serta kompleksitasnya mental dan pengalaman kehidupan seseorang (John & Srivastava, 1999). Seseorang yang memiliki keterbukaan tinggi biasanya kreatif, imaginatif, penuh dengan rasa penasaran, cenderung terbuka dan lebih memilih pada kerbervariasian atau keberagaman (Feist & Feist, 2018). Sebaliknya, individu dengan keterbukaan yang rendah biasanya konvensional, rendah hati, konservatif, dan tidak terlalu tertarik pada sesuatu (Feist & Feist, 2018). 28 2.2.3 Pengukuran kepribadian big-five Terdapat banyak alat ukur untuk mengukur kepribadian big-five yaitu sebagai berikut. 1. NEO-Personality Inventory Revised (NEO-PI-R) Awalnya Costa dan McCrae menerbitkan skala NEO-PI dan NEO-FFI (1985, 1989) yang awalnya alat ukur ini digunakan hanya mengukut tiga faktor saja yaitu neuroticim, extraversion dan openness (Cervone & Pervin, 2013). Skala ini kemudian di revisi menjadi NEO-PI-R oleh Costa dan McCrae (1992) yang terdiri dari 240 item (Cervone & Pervin, 2013). 2. Big-five Inventory (BFI) Alat ukur ini dikembangkan oleh John, Donahue dan Kentle (1991) terdiri dari 44 item dengan skala likert 5 pilihan jawaban “1” (sangat tidak setuju) sampai “5” (sangat setuju). Skala ini dikembangan dengan menggunakan frasa pendek berdasarkan sifat-sifat yang dikenal sebagai tanda dari prototipikal big-five (John & Srivastava, 1999). 3. International Personality Item Pool-Five Factor Inventory (IPIP-FFI) Alat ukur big-five IPIP-FFI dikembangkan oleh Goldberg (1999) dengan 50 item dan 100 item. IPIP versi 100 item terdiri dari 20 item untuk masing-masing faktor kepribadian big-five. Pengukuran alat ukur ini menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban “1” (sangat tidak akurat) sampai “5” (sangat akurat) yang masing-masing trait kepribadian terdiri dari 10 item. 29 4. Mini-International Personality Item Pool (Mini-IPIP) Mini-IPIP merupakan versi pendek dari skala IPIP-FFI 50 item milik Goldberg (1999). Skala Mini-IPIP dikembangkan oleh Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas (2006) yang terdiri dari 20 item dengan empat item pada masing-masing trait kepribadian. Pengukuran alat ukur ini menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban “1” (sangat tidak setuju) sampai “5” (sangat setuju). Skala ini memiliki reliabilitas internal sebesar di atas 0.60 dan menunjukkan validitas konvergen, diskriminan dan kriteria yang dapat diterima (Donnellan et al., 2006). Dari alat ukur yang telah disebutkan di atas, maka dalam penelitian akan menggunakan skala Mini-International Personality Item Pool (Mini-IPIP). Hal tersebut dikarenakan skala MINI-IPIP memiliki validitas dan konsistensi internal skala yang sudah teruji secara psikometri (Donnellan et al., 2006). Selain itu, penulis juga mempertimbangkan efisiensi waktu pengisian kuesioner dengan 20 item dalam skala ini. 2.3 Perfeksionisme 2.3.1 Definisi perfeksionisme Konsep perfeksionisme merupakan variabel penting perbedaan individu yang memiliki sejarah panjang baik dalam penelitian klinis (Stöber, 1998). Pada awalnya perfeksionisme dikonseptulisasikan sebagai konstruk unidimensional (Burns, 1980). Kemudian, perfeksionisme kini muncul dalam bentuk yang berbeda (multidimensional) dan memiliki dimensi serta aspek yang berbeda satu sama lain (Enns & Cox dalam Damian et al., 2013). Dua model perfeksionisme yang 30 mendominasi dalam penelitian perfeksionisme dalam dua dekade terakhir yaitu Frost et al. (1990) dan Hewitt & Flett (1991). Perfeksionisme didefinisikan sebagai individu yang memiliki standar di luar jangkauan atau di luar nalar dan yang bereaksi secara kompulsif secara terus menerus terhadap tujuan yang tidak mungkin (Burns, 1980). Frost et al. (1990) juga medefinisikan perfeksionisme sebagai kombinasi dari standar pribadi terlalu tinggi yang tidak masuk akal dan evaluasi diri yang terlalu kritis ketika standar tersebut tidak terpenuhi. Hewitt dan Flett (1991) mengidentifikasi bahwa perfeksionisme adalah konstruksi yang rumit ditandai dengan menetapkan standar pribadi yang tidak realistis, kecenderungan untuk mengevaluasi diri jika standar tersebut tidak tercapai, perhatian berlebihan pada kesalahan, keraguan akan kualitas pencapaian pribadi dan pola pemikiran yang menganggap bahwa kesalahan kecil sebagai kegagalan. Dari penjelasan definisi di atas, didapatkan suatu kesimpulan bahwa perfeksionisme adalah upaya individu menetapkan standar kinerja yang sangat tinggi disertai dengan evaluasi yang sangat kritis ketika standar tersebut tidak terpenuhi, dan selalu memikirkan kesalahan. Definisi tersebut sesuai dengan teori Hewitt dan Flett (1991). 2.3.2 Dimensi perfeksionisme Model perfeksionisme Hewitt dan Flett (1991) mempertimbangkan aspek personal dan interpersonal dan memberdakan tiga bentuk yang berbeda yaitu self-oriented 31 perfectionism, other oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism. Berikut penjelasan lebih lanjut: 1. Self-oriented perfectionism Perilaku perfeksionis yang diarahkan untuk dirinya sendiri adalah perilaku yang menetapkan standar tinggi untuk diri sendiri serta mengevaluasi perilakunya dengan sangat kritis (Hewitt & Flett, 1991). Terkadang seseorang dengan selforiented perfectionism memiliki standar yang tidak realistis, sehingga tidak sesuai dengan kinerja maupun perilaku dirinya sendiri dan akhirnya menjadi sebuah hambatan untuk mencapai keinginannya (Hewitt & Flett, 1991) 2. Other-oriented perfectionism Perilaku perfeksionis yang berorientasi pada orang lain diyakini memiliki standar yang tidak realistis untuk orang lain, mengutamakan orang lain untuk menjadi sempurna, dan kritis mengevaluasi kinerja orang lain (Hewitt & Flett, 1991). Perilaku ini pada dasarnya sama dengan perilaku perfeksionis yang berorientasi pada diri sendiri namun perilaku perfeksionis ini berorientasi keluar (Hewitt & Flett, 1991). Perfeksionis berorientasi diri akan menimbulkaan selfcriticism atau self-punishment, sedangkan other-oriented perfectionism mengarahkan pada kesalahan orang lain, kurangnya kepercayaan dan perasaan permusuhan terhadap orang lain (Hewitt & Flett, 1991). 3. Socially-prescribed perfectionism Perfeksionisme yang ditetapkan secara sosial mempunyai keyakinan atau persepsi bahwa orang lain memiliki standar yang tidak realistis untuk dirinya, 32 meyakini bahwa perilakunya akan dievaluasi dengan kritis serta meyakini bahwa orang lain akan memberikan tekanan pada dirinya untuk menjadi sempurna (Hewitt & Flett, 1991). Socially-prescribed perfectionism memberikan dampak negatif, hal tersebut dikarenakan mereka cenderung menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan jika tidak sanggup mencapai standar tersebut (Hewitt & Flett, 1991). Dimensi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tiga dimesi milik Hewitt dan Flett (1991), namun penulis hanya akan mengambil dua dimensi yaitu self-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism. Hal tersebut disesuaikan dengan subjek penelitian ini yaitu siswa SMA/SMK atau remaja. Menurut Flett et al., (2016) hanya dua dimensi dari tiga dimensi yang dapat diperuntukkan bagi anak dan remaja, dimensi lainnya yaitu other-oriented perfectionism belum dimasukkan karena kurangnya informasi mengenai di tahap perkembangan apa seseorang mulai mengharapkan kesempurnaan dari orang lain. 2.3.3 Pengukuran Perfeksionisme Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat beberapa skala untuk mengukur perfeksionisme, yaitu: 1. Multidimensional Perfectionism Scale (FMPS) Multidimensional Perfectionism Scale (FMPS) dikembangkan oleh Frost et al. (1990). FMPS terdiri dari 35 item dan menggunakan pengukuran skala likert dengan 5 pilihan jawaban (1 sampai 5). Skala ini dibentuk dengan mengklasifikasikan perfeksionisme ke dalam enam dimensi yaitu organization, 33 parental expectations, parental criticism, doubts about action, concern about mistakes dan personal standards. 2. Multidimensional Perfectionism Scale Hewitt dan Flett (HMPS) Multidimensional Perfectionism Scale Hewitt dan Flett (HMPS) dikembangkan oleh Hewitt dan Flett (1991). Skala ini terdiri 45 item dan menggunakan pengukuran skala likert dengan 7 pilihan jawaban (1 hingga 7). Skala ini terbagi menjadi tiga dimensi yaitu self-oriented perfectionism, other-oriented perfectionism, dan socially prescribe orientation yang masing-masing dimensinya terdiri dari 15 item (Hewittt & Flett, 1991). Skala ini juga menunjukkan reliabilitas dan validitas yang memenuhi serta menunjukkan dimensi-dimensi ini berhubungan secara berbeda dengan gangguan klinis yang parah (Hewittt & Flett, 1991). 3. Child-Adolescent Perfectionism Scale (CAPS) Skala Child-Adolescent Perfectionism Scale (CAPS) yang dikembangkan oleh Flett et al. (2001) yang terdiri dari 22 item berdasarkan konsep multidimensional perfeksionisme teori Hewit dan Flett (Flett et al., 2016). Dimensi dalam CAPS mengukur tingkat self-oriented perfectionsm dan socially-prescribed perfectionism. Reliabilitas tes-retest skala ini masingmasing 0.74 dan 0.66 serta reliabilitas cronbach alpha sebesar 0.85 untuk dimensi self-oriented perfectionsm dan 0.81 untuk dimensi socially-prescribed perfectionism (Flett et al., 2016). 34 4. Child-Adolescent Perfectionism Scale-Short Form (CAPS-SF) Skala Child-Adolescent Perfectionism Scale-Short Form (CAPS-SF) dikembangkan oleh Bento et al. (2020) yang memperpendek skala CAPS dari 22 item menjadi 9 item, empat item untuk self-oriented perfectionism dan lima item untuk socially prescribed perfectionism. Analisis psikometri pada skala ini menunjukkan konsistensi internal yang tinggi yaitu sebesar 0.84 untuk sampel pertama dan 0.86 untuk sampel kedua (Bento et al., 2020). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala ChildAdolescent Perfectionism Scale-Short Form (CAPS-SF) dari Bento et al. (2020) dikarenakan sesuai dengan teori dalam penelitian ini yaitu Hewitt dan Flett (1991). Skala ini juga merupakan skala Multidimensional Perfectionism Scale versi anak dan remaja dari Hewitt dan Flett (1991) dan merupakan versi singkat dari ChildAdolescent Perfectionism Scale dari Flett et al. (2016). Pemilihan alat ukur CAPSSF menyesuaikan dengan subjek dalam penelitian ini yaitu remaja. Selain itu, CAPS-SF secara keseluruhan lebih singkat dibanding dengan CAPS asli, namun tetap dapat mengukur perfeksionisme secara psikometrik dengan reliabilitas yang lebih tinggi dari CAPS-LF (Bento et al., 2020). 2.4 Parental Career-related Behavior 2.4.1 Definisi parental career-related behavior Parental career-related behavior merupakan konstruk yang dikembangkan oleh (Dietrich & Kracke, 2009). Menurutnya sudah banyak variabel terkait dengan orang tua atau keluarga dan perkembangan karier remaja, seperti kelekatan orang tua, pola asuh orang tua, iklim keluarga dan disfungsi kelurga, akan tetapi sebagian besar 35 penelitian terdahulu menunjukkan variabel-variabel tersebut memiliki korelasi yang rendah atau tidak sama sekali terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier (Dietrich & Kracke, 2009). Dietrich dan Kracke (2009) kemudian mengembangkan sebuah variabel baru terkait dengan keterlibatan orang tua secara spesifik dalam perkembangan karier remaja. Perilaku orang tua didefinisikan sebagai tindakan spesifik yang dapat dengan mudah diidentifikasi dan diukur (Keller & Whiston, 2008). Menurut Dietrich dan Kracke (2009), perilaku orang tua terkait karier adalah perilaku spesifik orang tua yang ditandai dengan sejauh mana orang tua berinvestasi dalam pengembangan karier anaknya. Dalam variabel tersebut Dietrich dan Kracke (2009) membedakan tiga aspek dari perilaku orang tua terkait karier anak, yang mana setiap orang tua mungkin memiliki lebih dari satu bentuk perilaku, namun terdapat satu bentuk perilaku yang paling dominan pada diri orang tua. Tiga bentuk perilaku tersebut, antara lain adalah support, interference, dan lack of engagement. Berdasarkan penjelasan mengenai peran orang tua yang berkaitan dengan karier remaja maka definisi parental career-related behavior adalah perilaku spesifik orang tua yang ditandai dengan sejauh mana orang tua berinvestasi dalam pengembangan karier anaknya. Definisi ini sesuai dengan teori Dietrich dan Kracke (2009). 2.4.2 Dimensi parental career-related behavior Menurut Dietrich dan Kracke (2009) terdapat tiga aspek yang setiap orang tua mempunyai ketiga aspek ini, namun hanya salah satu yang mendominasi pada perilaku orang tua yaitu: 36 1. Support Perilaku orang tua yang mendorong dan memberikan nasihat terkait pengetahuan karier kepada anak mereka, seperti mencari informasi pilihan karier, informasi peluang karier, dan kegiatan berkaitan dengan karier (Hlaďo & Ježek, 2018). 2. Inteference Perilaku orang tua yang cenderung memaksakan ide atau pemikiran mereka dan memengaruhi pilihan jurusan atau karier anak bahkan orang tua terlalu terlibat dalam mengambil keputusan karier anak mereka (Hlaďo & Ježek, 2018). 3. Lack of engagement Perilaku orang tua yang menunjukkan rendahnya keterlibatan orang tua terkait masalah karier anak atau ketidakpedulian terhadap karier anak mereka (Hlaďo & Ježek, 2018). 2.4.3 Pengukuran parental career-related behavior Berikut ini beberapa alat ukur terkait perilaku orang tua yang spesifik terhadap perkembangan karier anak. 1. Parent Career Behavior Checklist (PCBC) Parent Career Behavior Checklist (PCBC) dikembangkan oleh Keller dan Whiston (2008) yang mengkur perilaku spesifik orang tua terkait career. Skala ini terdiri dari 23 item dengan dua dimensi yaitu support dan action dengan menggunakan skala likert 5 pilihan jawaban, dari 1 (tidak pernah) hingga 5 (sangat sering) (Keller & Whiston, 2008). 37 2. Parental Career-related Behavior Instrument Parental Career-related Behavior Instrument dikembangkan oleh Dietrich dan Kracke (2009) yang terdiri dari 15 item dan menggunakan pengukuran skala likert dengan 4 pilihan jawaban 1 (sangat tidak sesuai) sampai 4 (sangat sesuai). Skala ini terbagi menjadi tiga dimensi yaitu support, interference dan lack of engagement yang masing-masing dimensinya terdiri dari 5 item (Dietrich & Kracke, 2009). Skala ini menunjukkan reliabilitas cronbach alpha untuk dimensi support sebesar 0.93 untuk anak perempuan dan 0.84 untuk anak lakilaki, dimensi interference sebesar 0.72 untuk anak perempuan dan 0.78 untuk anak laki-laki, dan dimensi lack of engagement sebesar 0.68 untuk anak perempuan dan 0.75 untuk anak laki-laki. 3. Adolescent Parent Career Congruence Scale Adolescent Parent Career Congruence Scale dikembangkan oleh Sawitri et al. (2013). Skala ini terdiri dari 12 item dengan tujuh item untuk dimensi complementary congruence dan lima item untuk dimensi suplementary congruence. Pengukuran skala ini menggunakan skala likert dengan 6 pilihan jawaban dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 6 (sangat setuju). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang dikembangkan oleh Dietrich dan Kracke (2009) yaitu parental career-related behavior instrument yang terdiri dari 15 item dengan masing-masing aspek akan terdiri dari lima item. Pemilihan alat ukur ini dikarenakan sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini dan memiliki reliabilitas internal yang sudah teruji secara psikometrik (Dietrich & Kracke, 2009). 38 2.5 Kerangka Berpikir Pengambilan keputusan karier merupakan suatu proses yang akan di alami oleh remaja khususnya remaja menengah dan remaja akhir. Sebagian remaja mungkin berhasil melewati proses ini, namun sebagian lainnya sulit untuk mengambil keputusan yang tepat baginya. Jika remaja mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan karier maka akan menghambat proses pengambilan keputusan, mencegah atau menunda dalam memulai proses pengambilan keputusan, tidak dapat membuat keputusan karier, atau mengarah pada keputusan yang kurang optimal yang dapat mengakibatkan kurangnya komitmen atau penyesalan saat sudah membuat keputusan karier (Gati et al., 1996). Penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan dalam pengambilan keputusan karier khususnya pada remaja. Faktorfaktor ini dapat berguna untuk melewati kesulitan-kesulitan pada remaja terutama pada anak SMA/SMK/sederajat yang akan segera menentukan pilihan karier mereka kedepannya. Faktor yang paling sering dikaitkan dalam perkembangan karier remaja adalah kepribadian. Kepribadian adalah faktor internal yang memainkan peran penting bagaimana seseorang membentuk suatu karier (Costa et al., dalam Martincin & Stead, 2015). Terdapat banyak teori kepribadian, namun yang paling banyak diteliti adalah teori kepribadian big-five atau model kepribadian five-factor yang terdiri dari lima faktor kepribadian yang mencakup extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience. Kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang berhubungan dengan emosi yang negatif 39 seperti cemas, gugup, sedih dan tegang serta rendahnya kestabilan emosi dalam dirinya (John & Srivastava, 1999). Individu yang cenderung memiliki neuroticism yang tinggi lebih sulit dalam mengambil keputusan kariernya (Albion & Fogarty, 2002; Di Fabio et al., 2015; Pečjak, & Košir, 2007). Sehingga, neuroticism adalah faktor yang paling dapat memprediksi kesulitan dalam pengambilan keputusan karier. Trait kepribadian lainnya yang dapat menentukan seseorang akan lebih mudah dalam mengambil keputusan adalah kepribadian extraversion (Di Fabio & Palazzeschi, 2009). Kepribadian extraversion adalah kepribadian dengan emosi yang lebih positif dan ketertarikan mereka pada dunia luar atau sangat menyukai bersosialisasi (John & Srivastava, 1999). Dengan demikian, kepribadian extraversion dapat memudahkan mereka dalam mendapatkan informasi yang berkaitan dengan karier ,sehingga berkorelasi negatif dengan kesulitan pengambilan keputusan karier. Kepribadian Conscientiousness ditandai dengan seseorang yang tinggi kompetensinya (John & Srivastava, 1999), sehingga mereka akan berupaya mencapai tujuan dan dapat mengarahkanmya untuk mengambil keputusan kariernya dengan penuh pertimbangan yang matang. Oleh karena itu, semakin rendah conscientiousness seseorang maka semakin sulit seseorang dalam mengambil keputusan kariernya dan mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan secara negatif. Kepribadian openness to experience adalah kepribadian dengan rasa ingin tahu yang tinggi, penuh penasaran terhadap sesuatu dan tertarik dengan ha-hal yang 40 baru (John & Srivastava, 1999). Seseorang dengan openness to experience yang tinggi dapat memudahkan seseorang dalam mengumpulkan berbagai jenis pilihan karier sehingga dapat menghindari salah satu kesulitan dalam keputusan karier yaitu lack of information. Dengan demikian, kepribadian openness to experience dapat mempengaruhi kesulitan dalam pengambilan keputusan karier secara negatif. Trait kepribadian big-five terakhir, yakni agreeableness yang ditandai dengan sikap altruisme, selalu mengalah dan bersikap simpatis terhadap orang lain (John & Srivastava, 1999). Agreeableness merupakan faktor yang paling sedikit pengaruhnya dibandingkan dengan faktor kepribadian lainnya dan berkorelasi negatif terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier (Martincin & Stead, 2015). Faktor lainnya yang mempengaruhi kesulitan dalam mengambil keputusan karier adalah perfeksionisme. Perfeksionisme adalah upaya individu menetapkan standar kinerja yang sangat tinggi disertai dengan evaluasi yang sangat kritis ketika standar tersebut tidak terpenuhi, dan selalu memikirkan kesalahan (Hewitt & Flett, 1991). Penelitian terdahulu membahas bahwa perfeksionisme berperan dalam pengambilan keputusan seseorang (Lehmann & Konstam, 2011; Leong & Chervinko, 1996). Namun, dalam penelitian ini hanya dua dimensi yang akan diukur dalam penelitian, karena menyesuaikan hasil penelitian terdahulu yaitu hanya dua dimensi tersebut yang berperan yaitu self-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism (Leong & Chervinko, 1996). Selain itu, variabel lain other oriented perfeksionism tidak dapat diketahui pada tahap perkembangan 41 apa perfeksionisme ini muncul, sehingga pada anak dan remaja dimensi ini belum dimasukkan (Flett et al., 2016). Dimensi self-oriented perfectionism adalah perilaku perfeksionisme dimana individu mempunyai standar yang tinggi dan sempurna dari dirinya sendiri dalam memilih pilihan kariernya (Hewitt & Flett, 1991). Individu dengan self-oriented perfectionism akan terus mencari pilihan karier yang tepat untuk dirinya sehingga nantinya akan lebih mudah mengendalikan apa keinginannya termasuk pilihan kariernya. Dengan begitu, self-oriented perfectionism akan berpengaruh negatif terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier remaja. Sebaliknya, socially prescribed perfectionism merupakan kepercayaan bahwa orang lain menuntut dirinya untuk menjadi sempurna dengan standar yang tinggi (Hewitt & Flett, 1991). Tuntutan tersebut bahkan menimbulkan beban yang pada akhirnya individu tidak dapat memilih kariernya sendiri karena takut akan konsekuensi negatif dari pengharapan yang tidak dapat dicapai. Dengan demikian, socially prescribed perfectionism berpengaruh positif terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Faktor terakhir yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perilaku orang tua terkait karier, penelitian terdahulu menemukan bahwa beberapa bentuk keterlibatan orangtua dapat menjadi penghambat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan karier anak (Dietrich & Kracke, 2009; Koumoundourou et al., 2011). Konstruk parental career-related behavior adalah konstruk yang mengukur perilaku spesifik orang tua yang ditandai dengan sejauh mana orang tua berinvestasi dalam pengembangan karier anaknya yang meliputi tiga bentuk 42 perilaku yaitu support, interference dan lack of engagement (Dietrich & Kracke, 2009). Perilaku orang tua berupa support adalah upaya orang tua mendorong dan memberikan nasihat terkait pengetahuan karier kepada anak mereka (Hlaďo & Ježek, 2018). Perilaku support orang tua ini dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier karena anak akan terbantu oleh bantuan dari orang tua mereka. Sedangkan perilaku orang tua berupa interference dan engagement akan berpengaruh positif terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier anak. Perilaku interference orang tua adalah perilaku orang tua terlalu ikut campur akan urusan karier anaknya (Hlaďo & Ježek, 2018), sehingga anak akan merasa tidak nyaman dalam memilih karier dan cenderung akan memilih pilihan karier bukan berdasarkan minatnya. Perilaku lack of engagement yaitu perilaku dimana orang tua kurang atau sama sekali tidak terlibat dalam perkembangan karier anaknya (Hlaďo & Ježek, 2018), sehingga anak merasa tidak dipedulikan oleh orang tuanya dan akhirnya akan kesulitan mengambil keputusan kariernya. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berhipotesis bahwa kepribadian bigfive, perfeksionisme dan parental career-related behavior dapat mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier pada remaja dengan kerangka berpikir sebagai berikut: 43 Kepribadian big-five Extraversion Agreeableness Conscientiousness Neuroticism Opennes to experience Perfeksionisme Kesulitan pengambilan keputusan karier Self-oriented perfectionism Socially prescribed perfectionism Parental career-related behavior Support Interference Lack of engagement Bagan 2. 1 Bagan kerangka berpikir 2.6 Hipotesis Penelitian H1 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier pada remaja. 44 H2 : Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian extaversion terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. H3 : Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian agreeableness terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. H4 : Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian conscientiousness terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. H5 : Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian neuroticism terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. H6 : Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian openness to experience terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. H7 : Ada pengaruh yang signifikan self-oriented perfectionism terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. H8 : Ada pengaruh yang signifikan socially prescribed perfectionism terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. H9 : Ada pengaruh yang signifikan support parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. H10 : Ada pengaruh yang signifikan interferences parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. H11 :Ada pengaruh yang signifikan lack of engagement parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas 12 SMA/SMK/sederajat dan bersekolah di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Alasan penulis kelas 12 dipilih karena pada jenjang tersebut siswa sudah harus menentukan pilihan kariernya yang tepat. Sampel yang terkumpul dalam penelitian ini adalah 474 sampel, namun yang digunakan sebanyak 471 siswa yang sesuai dengan kriteria penelitian ini. Pertimbangan pengambilan jumlah sampel berdasarkan teori Hair et al. (2009) bahwa rasio jumlah sampel dalam analisis regresi berganda idealnya 15 sampai 20 subjek penelitian per variabel, artinya dalam penelitian ini seminimalnya adalah 220 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat non probability sampling, karena penulis tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah populasi dalam penelitian ini, dengan menggunakan teknik sampling convenience yaitu dengan pertimbangan kemudahan dalam mengumpulkan sampel dan kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini. 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (dependent variable) dan variabel independen (independent variable). Dependent variable yaitu kesulitan pengambilan keputusan karier dan independent variable yang terdiri dari kepribadian big-five 45 (extraversion, agreeableness 46 conscientiousness, neuroticism dan openness to experiences), perfeksionisme (selforiented perfectionism dan socially-prescribed perfectionism) dan parental careerrelated behavior (support, lack of engagement dan interference). 3.2.2 Definisi Operasional Variabel 1. Kesulitan pengambilan keputusan karier adalah kesulitan-kesulitan yang dialami individu sebelum dan/atau saat menentukan pilihan kariernya yang muncul karena individu memiliki kurangnya kesiapan karier, kurangnya informasi tentang karier dan informasi karier yang tidak konsisten (Gati et al., 1996). 2. Kepribadian adalah perilaku individu dalam situasi berbeda dan bertahan lama pada diri seseorang yang terdiri dari lima trait kepribadian (McCrae & Costa, 1992) yaitu: a. Extraversion yaitu individu yang memiliki sikap mudah bergaul, menyenangkan, banyak bicara dan aktif dalam setiap kegiatan. b. Agreeableness yaitu individu yang memiliki sikap memaafkan, selalu mengalah, altruistik ,sopan, rendah hati dan bersikap simpatis pada orang lain. c. Conscieniousnes yaitu individu yang memiliki sikap cenderung terorganisir, tidak ceroboh, tepat waktu, disiplin dan tidak impulsif. d. Neuroticism yaitu individu yang memiliki sikap mudah cemas, mudah marah, depresi, pemalu, impulsif dan rentan. e. Opennes to experiences yaitu individu yang memiliki keingintahuan tinggi, imajinatif, artistik, minat yang luas dan tidak konservatif. 47 3. Perfeksionisme yaitu upaya individu untuk menetapkan standar kinerja yang sangat tinggi, berusaha mencapai standar-standar tinggi tersebut, namun mengevaluasi perilakunya dengan sangat kritis ketika standar tersebut tidak terpenuhi, selalu memikirkan kesalahan-kesalah kecil (Hewitt & Flett, 1991). Flett et al., (2016) berpendapat bahwa perfeksionisme pada anak dan remaja terdiri dari dua bentuk perfeksionisme yaitu: a. Self-oriented perfectionism yaitu individu yang terdorong untuk mencapai standar-standar yang sangat tinggi. b. Socially prescribed perfectionism yaitu kepercayaan atau persepsi bahwa orang lain menuntut kesempurnaan dari dirinya. 4. Parental career-related behavior menurut Dietrich & Kracke (2009) adalah perilaku spesifik orang tua dalam perkembangan karier anaknya yang terbagi menjadi 3 bentuk parental career-related behavior yaitu: a. Support yaitu perilaku orang tua dalam mendorong dan memberikan pengetahuan tentang karier anaknya. b. Interference yaitu perilaku orang tua yang terlalu terlibat dalam proses pengambilan keputusan karier anaknya. c. Lack of engagement yaitu rendahnya perilaku orang tua yang tidak peduli atau kurang terlibat terhadap karier anaknya. 3.3 Instrumen Pengumpulan Data Penulis menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner, dengan bentuk skala Likert yang berisi empat alternatif jawaban. Pilihan jawaban tersebut terdiri dari sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Subjek 48 diminta untuk memilih salah satu dari empat pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri diri subjek melalui kuesioner online pada google form. Setiap individu memiliki jawaban yang berbeda. Tidak ada jawaban benar atau salah. Item pada penelitian ini, berbentuk pernyataan dengan item favorable (mendukung) dan item unfavorable (tidak mendukung). Berikut tabel skor pengukuran skala pada setiap pernyataan favorable dan unfavorable. Tabel 3. 1 Skor pengukuran skala likert Pilihan Jawaban Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai Item Favorable 4 3 2 1 Unfavorable 1 2 3 4 Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat instrumen yaitu skala kesulitan pengambilan keputusan karier, skala kepribadian big-five, skala perfeksionisme, dan skala parental career-related behavior. Skalaskala tersebut diadaptasi dari alat ukur aslinya dan kemudian dimodifikasi sesuai dengan subjek penelitian dan situasi keadaan di Indonesia. 3.3.1 Skala kesulitan pengambilan keputusan karier Dalam penelitian ini, penulis akan mengadaptasi skala kesulitan pengambilan keputusan karier atau Career Decision Difficulties Quetionnaire (CDDQ) oleh Gati dan Saka (2001) dengan jumlah item sebanyak 34 item. Namun, hanya 32 item yang akan diteliti karena 2 item lainnya yaitu item 7 dan item 12 merupakan item validitas (item 7 diharapkan bernilai tinggi >4 dan item 12 diharapkan bernilai rendah <5) agar memiliki validitas konstruk dan concurrent yang tinggi (Osipow & Gati dalam Ali & Shah, 2013). Dimensi dalam pengukuran ini terdiri dari tiga aspek 49 yaitu lack of readiness, lack of information dan inconsistent information. Reliabilitas cronbach alpha sebesar 0.91 pada siswa SMA di Israel dan sebesar 0.88 pada dewasa awal di Israel (Gati & Saka, 2001). Tabel 3. 2 Blueprint skala kesulitan pengambilan keputusan karier Aspek Lack of readiness − − − Lack of − information − − − Inconsistent − information − − Indikator Individu kurang termotivasi untuk membuat keputusan karier Individu memiliki keraguan saat akan membuat keputusan karier Individu memiliki pengharapan yang tidak masuk akal untuk membuat keputusan karier Individu kurang mengetahui proses dalam membuat keputusan karier yang tepat Individu kurang mengetahui informasi tentang diri saat mengambil keputusan karier Individu kurang mengetahui pekerjaan terkait pilihan karier Individu kurang mengetahui caracara mendapatkan informasi lainnya terkait pilihan karier Individu tidak memiliki informasi yang reliabel terkait pilihan karier Individu memiliki konflik internal selama proses pengambilan keputusan karier Individu memiliki konflik eksternal selama proses pengambilan keputusan karier Jumlah item Item 1, 2, 3 4, 5, 6 8, 9, 10, 11 13, 14, 15 Contoh item Jumlah 10 Saya tidak harus memilih karier sekarang karena waktu yang akan membawa saya ke pilihan karier yang tepat 12 Saya sulit membuat keputusan karier karena saya belum yakin dengan pilihan karier saya 10 Saya sulit membuat keputusan karier karena ada keluarga atau teman saya yang tidak setuju dengan pilihan karier saya 16, 17, 18, 19 20, 21, 22 23, 24 25, 26, 27 28, 29, 30, 31, 32 33, 34 32 3.3.2 Skala kepribadian big-five Skala Mini-International Personality Item Pool (Mini-IPIP)ini dikembangkan oleh Donnellan et al. (2006) yang terdiri dari 20 item dengan empat item pada masingmasing trait kepribadian. Skala ini memiliki reliabilitas internal sebesar di atas 0.60 50 dan skala Mini-IPIP ini juga menunjukkan validitas konvergen, diskriminan dan kriteria yang dapat diterima (Donnellan et al., 2006). Tabel 3. 3 Blueprint skala kepribadian big-five Aspek Indikator Extraversion − − − − Agreeableness − − Conscientiousness − − − − Neuroticism − − − − − Opennes to experince − Menyenangkan Banyak bicara Mudah bergaul Aktif dalam kegiatan Simpatis pada orang lain Sering membantu orang lain Tepat waktu Disiplin Teroganisir Tidak gegabah dalam bertindak Emosional Mudah cemas Mudah marah Depresi Penuh daya imajinasi Tertarik pada ideide abstrak Jumlah item Item Jumlah Contoh item 1 6* 11 16* 4 Saya tidak suka menjadi pusat perhatian 2, 12 4 Saya bersimpati dengan perasaan orang lain 3 8* 13 18* 4 Saya segera mengerjakan tugas yang diberikan 4 9* 14 19* 5, 20* 4 Saya memiliki suasana hati yang sering berubah-ubah 4 Saya memiliki imajinasi yang sangat kuat 17*, 7* 10*, 15* 20 Keterangan: *) Reverse item 3.3.3 Skala perfeksionisme Skala yang digunakan adalah skala Child-Adolescent Perfectionism Scale-Short Form (CAPS-SF) dikembangkan oleh Bento et al., (2020). Skala ini adalah bentuk pendek dari skala asli CAPS. Bento et al., (2020) memperpendek item asli CAPS dari 22 item yang terdiri dari empat item untuk dimensi self-oriented perfectionism (SOP) dan lima item untuk dimensi socially precribed perfectionism (SPP). 51 Analisis psikometri pada skala ini menunjukkan konsistensi internal yang tinggi yaitu sebesar 0.84 untuk pertama dan 0.86 untuk sampel kedua. (Bento et al., 2020). Tabel 3. 4 Blueprint skala perfeksionisme Aspek Self-oriented perfectionism − − Socially prescribed perfectionism − − Indikator Individu terdorong untuk mencapai standar yang sangat tinggi Individu merasa harus melakukan yang terbaik sepanjang waktu Individu memiliki keyakinan bahwa orang lain mengharapkan kesempurnaan darinya Individu merasa bahwa orang-orang berharap lebih pada dirinya Jumlah Item Item 1, 3, 5 Jumlah 4 Contoh item Saya berusaha menjadi sempurna dalam segala hal 5 Ada orang-orang yang mengharapkan saya menjadi sempurna 7 2, 4, 6, 8 9 9 3.3.4 Skala parental career-related behavior Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang dikembangkan oleh Dietrich dan Kracke (2009) yaitu parental career-related behavior instrument yang terdiri dari 15 item dengan 3 aspek yaitu support, interference, dan lack of engagement yang masing-masing aspek terdiri dari lima item. Reliabilitas cronbach alpha dalam penelitian Dietrich dan Kracke (2009) untuk dimensi support sebesar 0.93 untuk anak perempuan dan 0.84 untuk anak laki-laki, dimensi interference sebesar 0.72 untuk anak perempuan dan 0.78 untuk anak laki-laki, dan dimensi lack of engagement sebesar 0.68 untuk anak perempuan dan 0.75 untuk anak laki-laki. 52 Tabel 3. 5 Blueprint skala parent career-related behavior Aspek Support − − Interference − − Lack of engagement − − − 3.4 Indikator Individu mendapatkan dukungan dari orang tua akan pilihan karier yang diminati Individu mendapatkan pengetahuan tentang berbagai pilihan karier dari orang tua Individu merasa orang tuanya terlalu memaksakan pilihan karier mereka di masa depan Individu merasa orang tuanya terlalu ikut campur akan pilihan karier dirinya Individu merasa orang tuanya tidak tertarik terhadap masa depan dirinya Individu tidak mendapatkan kepedulian dari orang tuanya akan persiapan kariernya Individu tidak mendapatkan dukungan dari orang tua terkait persiapan pemilihan kariernya Jumlah item Item 1, 2, 3 Jumlah 5 Contoh item Orang tua saya mendorong saya untuk mencari informasi tentang karier yang saya minati 5 Orang tua saya mencoba memaksakan pilihan karier mereka kepada saya 5 Orang tua saya tidak terlalu tertarik dengan masa depan karier saya 4, 5 6, 8, 10 7, 9 11 12 13, 14, 15 15 Uji Validitas Konstruk Sebelum melakukan analisis data, dilakukan uji validitas konstruk terlebih dahulu untuk seluruh instrumen yaitu instrumen kesulitan pengambilan keputusan karier, kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior. Uji validitas konstruk dilakukan untuk memvalidasi atau mengecek kebenaran empat instrumen utama dalam penelitian ini, dalam arti apakah sudah tepat mengukur konstruk yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, uji validitas konstruk menggunakan teori modern yakni CFA (Confirmatory Factor Analysis) yang akan 53 di analisis menggunakan software LISREL versi 8.8. Adapun logika CFA menurut Umar (2011) adalah sebagai berikut. 1. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitu pun juga pada tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya, baik item maupun subtes bersifat unidimensional. 2. Data yang tersedia digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ dengan matriks S atau bisa juga dinyatakan ∑−S = 0. 3. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan dengaan p > 0.05 maka hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya, teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu faktor saja. Tetapi jika Chi-square signifikan ( p < 0.05) maka dilakukan modifikasi dengan cara membebaskan parameter kesalahan pengukuran dengan mengkorelasikan antar item tersebut. Hal tersebut terjadi ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin diukur. Setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk boleh saling berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya. 54 4. Jika model fit, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan melihaat t-value. Jika hasil t-value > 1.96 berarti item absolute dan tidak perlu didrop (tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya). 5. Jika hasil t-value tidak signifikan (t < 1.96) dan bernilai negatif maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, dan item yang demikian dikeluarkan atau didrop (tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya). Berikut adalah hasil uji validitas konstruk dalam penelitian ini. 3.4.1 Hasil uji validitas konstruk skala kesulitan pengambilan keputusan karier Pada konstruk kesulitan pengambilan keputusan karier, penulis menguji 32 item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur kesulitan pengambilan keputusan karier. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chisquare=3564.10 df=464 p-value=0.000 RMSEA=0.119. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah model fit dengan hasil chi-square=324.91 df=286 p-value=0.05634 RMSEA=0.017. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni kesulitan pengambilan keputusan karier. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut 55 valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item kesulitan pengambilan keputusan karier yang disajikan dalam tabel 3.6. Tabel 3. 6 Muatan faktor item kesulitan pengambilan keputusan karier Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 1 0.51 0.05 11.35 √ 2 0.02 0.05 0.41 X 3 0.27 0.05 5.74 √ 4 0.61 0.04 13.92 √ 5 0.18 0.05 3.73 √ 6 0.21 0.05 4.21 √ 8 0.22 0.05 4.70 √ 9 0.11 0.05 2.26 √ 10 -0.12 0.05 -2.42 X 11 -0.06 0.05 -1.17 X 13 0.72 0.04 16.94 √ 14 0.70 0.04 16.61 √ 15 0.73 0.04 17.67 √ 16 0.79 0.04 19.63 √ 17 0.79 0.04 19.57 √ 18 0.71 0.04 16.36 √ 19 0.71 0.04 16.83 √ 20 0.64 0.04 14.94 √ 21 0.65 0.04 15.40 √ 22 0.54 0.05 12.10 √ 23 0.71 0.04 16.63 √ 24 0.54 0.05 11.95 √ 25 0.53 0.04 11.95 √ 26 0.48 0.05 10.68 √ 27 0.53 0.04 11.97 √ 28 0.30 0.05 6.40 √ 29 0.40 0.05 8.45 √ 30 0.54 0.04 12.02 √ 31 0.45 0.05 9.95 √ 32 0.68 0.04 15.91 √ 33 0.26 0.05 5.56 √ 34 0.37 0.05 7.97 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan 56 Berdasarkan tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa 29 item valid dengan nilai tvalue > 1.96 dan bernilai positif, namun terdapat 3 item yang tidak valid dimana item tersebut memiliki t-value < 1.96 dan bernilai negatif. Dengan demikian, item nomor 2, 10 dan 11 perlu didrop karena kemungkinan mengukur hal lain selain konstruk kesulitan pengambilan keputusan karier. 3.4.2 1. Hasil uji validitas konstruk skala kepribadian big-five Hasil uji validitas konstruk dimensi extraversion Pada pengujian validitas konstruk extraversion, penulis menguji empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk extraversion. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=13.88 df=2 p- value=0.000097 RMSEA=0.112 . Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak dua kali, diperoleh hasil chi-square=0.00 df =0 p-value=1.000 RMSEA=0.000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni extraversion. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item extraversion yang disajikan dalam tabel 3.7. 57 Tabel 3. 7 Muatan faktor item extraversion Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 1 0.76 0.05 13.84 √ 6 0.77 0.06 12.94 √ 11 0.90 0.06 15.58 √ 16 0.42 0.05 8.57 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.7 di atas, diketahui bahwa empat item valid dengan nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk extraversion benar hanya mengukur extraversion dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop. 2. Hasil uji validitas konstruk dimensi agreeableness Pada konstruk agreeableness, penulis menguji empat item yang bersifat unidimensional, dalam arti benar hanya mengukur konstruk agreeableness. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=70.79 df=2 p-value=0.000 RMSEA=0.271. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value<0.05 dan RMSEA>0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak dua kali, diperoleh hasil chi-square=0.00 df=2 p-value=1.000 RMSEA=0.000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni agreeableness. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut 58 valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item agreeableness yang disajikan dalam tabel 3.8. Tabel 3. 8 Muatan faktor item agreeableness Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 2 0.33 0.07 4.92 √ 7 0.40 0.08 5.34 √ 12 0.14 0.10 1.42 X 17 0.99 0.15 6.45 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.8 di atas, diketahui bahwa tiga item valid dengan nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif, namun terdapat satu item yang tidak valid dengan nilai t-value < 1.96. Dengan demikian, item nomor 12 perlu didrop karena kemungkinan mengukur hal lain selain konstruk agreeableness. 3. Hasil uji validitas konstruk dimensi conscientiousness Pada konstruk conscientiousness, penulis menguji empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk conscientiousness. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=22.14 df=2 p- value=0.000002 RMSEA=0.146. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu kali, diperoleh hasil chi-square=2.04 df=1 p-value=0.153 RMSEA=0.047. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni conscientiousness. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid 59 adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item conscientiousness yang disajikan dalam tabel 3.9. Tabel 3. 9 Muatan faktor item conscientiousness Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 3 0.38 0.07 5.40 √ 8 0.40 0.07 5.74 √ 13 0.32 0.07 4.74 √ 18 0.71 0.10 6.85 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.9 di atas, diketahui bahwa empat item valid dengan nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk conscientiousness benar hanya mengukur conscientiousness dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop. 4. Hasil uji validitas konstruk dimensi neuroticism Pada konstruk neuroticism, penulis menguji empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk neuroticism. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=43.15 df=2 p-value=0.000 RMSEA=0.209. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu kali, diperoleh hasil chi-square=0.16 df=1 p-value=0.68866 RMSEA=0.000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni neuroticism. 60 Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item neuroticism yang disajikan dalam tabel 3.10. Tabel 3. 10 Muatan faktor item neuroticism Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 4 0.68 0.05 13.04 √ 9 0.51 0.05 9.85 √ 14 0.76 0.05 14.06 √ 19 0.50 0.05 9.64 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.10 di atas, diketahui bahwa empat item valid dengan nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk neuroticism benar hanya mengukur neuroticism dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop. 5. Hasil uji validitas konstruk dimensi openness to experience Pada konstruk openness to experience, penulis menguji empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk openness to experience. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=105.75 df=2 pvalue=0.0000 RMSEA =0.332. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu kali, diperoleh hasil chi-square=0.00 df=1 p-value=0.94867 RMSEA=0.000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA 61 < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni openness to experience. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item openness to experience yang disajikan dalam tabel 3.11. Tabel 3. 11 Muatan faktor item openness to experience Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 5 0.73 0.06 12.51 √ 10 0.38 0.05 7.30 √ 15 0.43 0.05 8.31 √ 20 0.76 0.06 12.75 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.11 di atas, diketahui bahwa empat item valid dengan nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk openness to experience benar hanya mengukur openness to experience dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop. 3.4.3 1. Hasil uji validitas konstruk skala perfeksionisme Hasil uji validitas konstruk dimensi self-oriented perfectionism Pada konstruk self-oriented perfectionism, penulis menguji empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk self-oriented perfectionism. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan Chi-square=54.41, df=2, 62 P-value=0.00000, RMSEA=0.236. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu kali, diperoleh hasil Chi-square=0.18, df=1, Pvalue=0.66756, RMSEA=0.000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni self-oriented perfectionism. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item self-oriented perfectionism yang disajikan dalam tabel 3.12. Tabel 3. 12 Muatan faktor item self-oriented perfectionism Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 1 0.69 0.05 14.64 √ 3 0.59 0.05 12.29 √ 5 0.88 0.05 18.74 √ 7 0.64 0.05 13.68 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.12 di atas, diketahui bahwa empat item valid dengan nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk selforiented perfectionism benar hanya mengukur self-oriented perfectionism dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop. 63 2. Hasil uji validitas konstruk dimensi socially prescribed perfectionism Pada konstruk socially prescribed perfectionism, penulis menguji lima item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk socially prescribed perfectionism. Berdasarkan hasil analisis CFA chi-square=80.18, df=5, P-value=0.00000, RMSEA=0.179. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak tiga kali, diperoleh hasil chi-square=3.46, df=2, Pvalue=0.17705, RMSEA=0.039. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni socially prescribed perfectionism. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item socially prescribed perfectionism yang disajikan dalam tabel 3.13. Tabel 3. 13 Muatan faktor item socially prescribed perfectionism Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 2 0.79 0.04 19.65 √ 4 0.69 0.04 16.38 √ 6 0.95 0.04 26.14 √ 8 0.81 0.04 20.65 √ 9 0.57 0.04 12.95 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.13 di atas, diketahui bahwa lima item valid dengan nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk socially 64 prescribed perfectionism benar hanya mengukur socially prescribed perfectionism dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop. 3.4.4 1. Hasil uji validitas konstruk skala parental career-related behavior Hasil uji validitas konstruk dimensi support Pada konstruk support, penulis menguji lima item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk support. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=143.56, df=5, P-value=0.00000, RMSEA=0.243. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak dua kali, diperoleh hasil Chi-square=3.95, df=3, P-value=0.26729, RMSEA=0.026. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni support. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item support yang disajikan dalam tabel 3.14. Tabel 3. 14 Muatan faktor item support Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 1 0.83 0.04 19.20 √ 2 0.77 0.04 17.50 √ 3 0.49 0.05 9.88 √ 4 0.70 0.04 15.73 √ 5 0.63 0.05 13.60 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan 65 Berdasarkan tabel 3.14 di atas, diketahui bahwa lima item valid dengan nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk support benar hanya mengukur support dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop. 2. Hasil uji validitas konstruk dimensi interference Pada konstruk interference, penulis menguji lima item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk interference. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=7.28, df=5, P-value=0.20050, RMSEA=0.031. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni konstruk interference. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item interference yang disajikan dalam tabel 3.15. Tabel 3. 15 Muatan faktor item interference Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 6 0.76 0.04 18.75 √ 7 0.82 0.04 20.90 √ 8 0.92 0.04 25.18 √ 9 0.65 0.04 15.36 √ 10 0.77 0.04 19.09 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan 66 Berdasarkan tabel 3.15 di atas, diketahui bahwa lima item valid dengan nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk interference benar hanya mengukur interference dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop 3. Hasil uji validitas konstruk dimensi lack of engagement Pada konstruk lack of engagement, penulis menguji lima item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur konstruk lack of engagement. Berdasarkan hasil analisis CFA didapatkan chi-square=168.50, df=5, Pvalue=0.00000, RMSEA=0.264. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, dikarenakan hasil p-value < 0.05 dan RMSEA > 0.05. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak tiga kali, diperoleh hasil chi-square=1.56, df=2, Pvalue=0.45855, RMSEA=0.000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui p-value > 0.05 dan RMSEA < 0.05, maka model dapat dinyatakan fit, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yakni dimensi lack of engagement. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah item signifikan atau valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun cara menentukan item mana yang valid adalah dengan melihat nilai-t (t-value), apabila nilainya > 1.96 maka item tersebut valid, dan jika < 1.96 maka item tersebut tidak valid dan perlu di-drop. Berikut koefisien muatan faktor item support yang disajikan dalam tabel 3.16. 67 Tabel 3. 16 Muatan faktor item lack of engagement Nomor item Koefisien Standard Error T-value Siginifikan 11 0.67 0.05 14.64 √ 12 0.70 0.05 14.66 √ 13 0.75 0.05 16.36 √ 14 0.83 0.05 18.03 √ 15 0.71 0.05 14.68 √ Keterangan: tanda √ = signifikan (t-value = > 1.96) X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.16 di atas, diketahui bahwa lima item valid dengan nilai t-value > 1.96 dan bernilai positif. Hal ini berarti, seluruh item konstruk lack of engagement benar hanya mengukur lack of engagement dan tidak mengukur hal lain. Dengan demikian, seluruh item dapat digunakan dalam analisis berikutnya dan tidak ada item yang perlu didrop. 3.5 Teknik Analisis Data Selanjutnya, setelah diketahui mana item yang perlu didrop maka langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis penelitian. Teknik analisia data digunakan untuk menguji hipotesis dengan menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Berdasarkan hipotesis pada BAB II, penulis menggunakan teknik multiple regression analysis atau analisis regresi berganda yaitu teknik analisis yang melibatkan antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen. Berikut persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini. Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + e 68 Keterangan: Y = Kesulitan pengambilan keputusan karier (dv) X4 = Neuroticism a = Intercept (konstan) X5 = Openness to Experience b = Koefisien regresi untuk masing-masing X X6 = Self-oriented perfectionism e = error/residu X7 = Socially prescribed perfectionism X1 = Extraversion X8 = Support X2 = Agreeableness X9= Interference X3 = Conscientiousness X10= Lack of engagement Melalui analisis regresi berganda akan didapatkan koefisien determinasi berganda atau R2. R2 atau proporsi varians berguna untuk mengetahui berapa besar kemungkinan individu mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan karier disebabkan oleh kepribadian individu yang diukur melalui kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior. R2 didapatkan dengan rumus: 𝑅2 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔 𝑆𝑆𝑦 Penulis juga akan menganalisis apakah pengaruh independent variable yang diteliti signifikan atau tidak terhadap dependent variable melalui uji F. Untuk dapat membuktikan hal tersebut, berikut rumus untuk uji F: 𝑅 2⁄ 𝑘 𝐹= (1 − 𝑅 2 ) ⁄(𝑁 − 𝑘 − 1) 𝑘 dalam rumus adalah banyaknya jumlah independent varieble yang dianalisis, dalam penelitian ini terdapat 10 IV, dan 𝑁 adalah banyaknya sampel 69 yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji F, akan diketahui dari 10 IV mana yang signnifikan memengaruhi DV. Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan dari variabel kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior signifikan terhadap kesulitan pengambilan kepuusan karier, maka penulis melakukan uji T dengan rumus: 𝑡= 𝑏 𝑆𝑏 𝒃 dalam rumus tersebut adalah koefisien regresi, 𝑺𝒃 yang dimaksud adalah stadard deviasi sampling dari koefisien b. Seluruh perhitungan dalam analisis hipotesis ini menggunakan software SPSS versi 23.0. 3.6 Prosedur Penelitian Langkah-langkah prosedur penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut. 1. Menentukan masalah penelitian yang nantinya akan dijadikan inti atau topik dari penelitian ini dan selanjutnya menentukan dependent variabel yang akan dianalisis. Penulis mengangkat topik keputusan karier pada remaja dan menentukan kesulitan pengambilan keputusan karier sebagai dependent variable dalam penelitian ini. 2. Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi masalah dalam penelitian ini. Penentuan faktor-faktor ini dilakukan dengan cara meninjau penelitianpenelitian terdahulu, selanjutnya dari banyaknya faktor/variabel yang didapat tentukan beberapa faktor yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini, 70 penulis memilih 3 faktor/variabel yakni variabel kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior. 3. Melakukan kajian teori untuk seluruh variabel dan mulai menentukan teori utama yang akan digunakan pada masing-masing variabel. Selanjutnya, menentukan alat ukur yang sesuai dengan teori yang telah dipilih untuk masing-masing variabel yaitu skala career decision difficulties quetionnaire (CDDQ) untuk kesulitan pengambilan keputusan karier, mini-international personality item pool untuk kepribadian big-five, child-adolescent perfectionism scale-short form untuk perfeksionisme dan parental careerrelated behavior instrument untuk variabel keterlibatan orang tua terkait karier. 4. Menetukan sampel dan jumlah sampel yaitu siswa SMA/SMK kelas 12 di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang/Tangerang Selatan dan Bekasi) dengan target jumlah responden adalah 400 responden. 5. Pengambilan data dilakukan secara online melalui google form melalui link https://forms.gle/TyYpcbNCmDHnc4FNA yang penulis sebar lewat berbagai media sosial (Twitter dan Instagram) selama 20 hari dari tanggal 13 Mei 2020 sampai 2 Juni 2020. 6. Setelah data terkumpul, maka dilakukan penskoran data. 7. Mengolah data dengan uji validitas konstruk dan dilanjutkan dengan uji analisis data dengan teknik analisis regresi berganda. 8. Membuat kesimpulan dan diskusi dari hasil yang telah diperoleh. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 471 siswa kelas 12 SMA/SMK sederajat di Jabodetabek. Berikut ini adalah gambaran umum subjek penelitian yang disajikan dalam tabel 4.1. Tabel 4. 1 Gambaran umum subjek penelitian Jenis Kelamin Usia Wilayah Sekolah Jenis Lembaga Pendidikan Tingkat Pendidikan Akhir Ayah Tingkat Pendidikan Akhir Ibu Laki-Laki Perempuan 15-17 tahun 18-21 tahun Jakarta Tangerang/Tangerang Selatan Depok Bogor Bekasi SMA/MA SMK/MAK Tidak bersekolah/Tidak tamat SD/MI SD/SMP SMA/MA/SMK Pendidikan lanjutan Tidak bersekolah/Tidak tamat SD/MI SD/SMP SMA/MA/SMK Pendidikan lanjutan Jumlah N=471 133 338 195 276 214 123 25 30 79 277 194 9 70 184 208 8 103 179 181 % 28.2 71.8 41.4 58.6 45.4 26.1 5.30 6.40 16.8 58.8 41.2 1.90 14.9 39.1 44.2 1.70 21.9 38.0 38.4 Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa responden perempuan mendominasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 338 orang (71.8%) dan responden laki-laki sebanyak 133 orang (28.2%). Sedangkan, rentang usia responden dibagi berdasarkan rentang usia remaja menengah yaitu 14-17 tahun dan rentang usia remaja akhir yaitu 18-21 tahun (Steinberg, 2016). Namun dalam penelitian ini usia responden yang mengisi 71 72 dimulai dari 15 tahun sehingga usia remaja menangah dikelompokkan menjadi 1517 tahun. Dari hasil di atas, responden yang mendominasi adalah remaja akhir dengan rentang usia 18-21 tahun sebanyak 276 orang (58.6%), dan responden remaja menengah dengan rentang usia 15-17 tahun sebanyak 195 orang (41.4%). Berdasarkan latar belakang pendidikan responden, responden yang bersekolah di wilayah Jakarta mendominasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 214 orang (45.4%) dan responden yang paling sedikit adalah responden yang bersekolah di wilayah depok yaitu sebanyak 25 orang (5.3%). Selanjutnya, jenis lembaga pendidikan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu SMA/MA/sederajat dan SMK/MAK/sederajat dengan siswa SMA/MA yang mendominasi yaitu sebanyak 277 orang (58.8%) dan siswa SMK sebanayak 194 orang (41.2%). Berdasarkan Latar belakang pendidikan orang tua, responden yang ayahnya memiliki latar belakang pendidikan lanjutan dalam hal ini Diploma, S1, S2 dan S3 mendominasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 208 orang (44.2%), dan yang paling sedikit adalah responden yang ayahnya memiliki latar pendidikan yang tidak bersekolah/tidak tamat SD yaitu sebanyak 9 orang (1.9%). Sedangkan, pada tingkat pendidikan akhir Ibu, reponden yang Ibunya memiliki latar belakang pendidikan lanjutan yaitu Diploma, S1, S2 dan S3 juga mendominasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 181 orang (38.4%), dan yang paling sedikit adalah responden yang Ibunya memiliki latar pendidikan yang tidak bersekolah/tidak taman SD yaitu sebanyak 8 orang (1.7%). 73 4.2 Analisis Deskriptif Statistik Variabel Penelitian Pada analisis deskriptif akan disajikan jumlah responden, skor terendah dan tertinggi, rata-rata serta standar deviasi untuk masing-vasing variabel yang diteliti. Adapun dalam penelitian ini memakai t-score yang diperoleh dari konversi raw score. Hal ini dilakukan untuk memperoleh satuan baku dengan meletakkan skor pada skala yang sama, dengan cara mengonversi raw score menjadi factor score (z score). Kemudian, untuk menghilangkan skor yang negatif pada factor score (z score), maka perlu dilakukan perhitungan T-score = (Factor Score × 10) + 50. Penggunaan rumus ini juga berlaku untuk seluruh variabel dalam penelitian ini. Berikut ini analisis deskriptif pada masing-masing variabel yang disajikan pada tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4. 2 Hasil analisis deskriptif statistik variabel penelitian Variabel Kesulitan pengambilan keputusan karier Extraversion Agreeableness Conscientiousness Nueroticsm Openness to exprience Self-oriented perfectionism Socially prescribed perfectionism Support Interference Lack of engagement Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi 471 21.25 77.11 50.00 9.65323 471 471 471 471 471 471 471 28.10 24.28 23.07 24.33 26.67 25.34 26.67 67.10 65.38 68.10 65.03 68.16 64.07 67.30 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 8.90005 9.18656 7.39223 8.20606 8.24870 8.91399 9.34026 471 471 471 471 19.27 36.00 38.05 65.43 73.68 82.06 50.00 50.00 50.00 9.02606 9.33999 9.10950 Berdasarkan pada tabel di atas, terdapat N yang berarti jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 471 orang. Pada variabel dependen yaitu kesulitan 74 pengambilan keputusan karier memiliki skor terendah sebesar 21.25 dan skor tertingginya sebesar 77.11. Selanjutnya untuk dimensi extraversion memiliki skor terendah sebesar 28.1 dan skor tertingginya sebesar 67.1. Dimensi agreeableness memiliki skor terendah sebesar 24.28 dan skor tertingginya sebesar 65.38. Dimensi conscientiousness memiliki skor terendah sebesar 23.07 dan skor tertingginya sebesar 68.1. Dimensi nueroticsm memiliki skor terendah sebesar 24.33 dan skor tertingginya sebesar 65.03. Dimensi openness to exprience memiliki skor terendah sebesar 26.67 dan skor tertingginya sebesar 68.16. Dimensi self-oriented perfectionism memiliki skor terendah sebesar 25.34 dan skor tertingginya sebesar 64.07. Dimensi socially prescribed perfectionism memiliki skor terendah sebesar 26.67 dan skor tertingginya sebesar 67.3. Dimensi support memiliki skor terendah sebesar 19.27 dan skor tertingginya sebesar 65.43. Dimensi interference memiliki skor terendah sebesar 36 dan skor tertingginya sebesar 73.68. Dimensi lack of engagement memiliki skor terendah sebesar 38.05 dan skor tertingginya sebesar 82.06. 4.3 Kategorisasi Skor Variabel Setelah melakukan analisis deskriptif pada masing-masing variabel dalam penelitian ini, langkah selanjutnya adalah mengkategorikan subjek ke dalam beberapa kelompok secara berjenjang menurut suatu kontinum tertentu. Penulis menggunakan true score dan mean untuk menentukan kategori dalam penelitian ini. Adapun norma yang ditetapkan untuk kategrosasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 75 Tabel 4. 3 Norma kategorisasi skor variabel penelitian Kategori Norma Rendah X < M – 1 SD Sedang M – 1 SD ≤ X ≤ M + 1 SD Tinggi X > M + 1 SD Uraian mengenai kategori skor masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4. 4 Kategorisasi skor variabel penelitian Variabel Kesulitan pengambilan keputusan karier Extraversion Agreeableness Conscientiousness Nueroticsm Openness to exprience Self-oriented perfectionism Socially prescribed perfectionism Support Interference Lack of engagement Rendah 64 (13.6%) 73 106 85 60 64 91 81 (15.5%) (22.5%) (18.0%) (12.7%) (13.6%) (19.3%) (17.2%) 65 (13.8%) 71 (15.1%) 103 (21.9%) Frekuensi Sedang 340 (72.2%) Tinggi 67 (14.2%) 325 288 313 340 350 296 313 73 77 73 71 57 84 77 (69.0%) (61.1%) (66.5%) (72.2%) (74.3%) (62.8%) (66.5%) 340 (72.2%) 322 (68.4%) 304 (64.5%) (15.5%) (16.3%) (15.5%) (15.1%) (12.1%) (17.8%) (16.3%) 66 (14.0%) 78 (16.6%) 64 (13.6%) Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa : 1. Pada variabel kesulitan pengambilan keputusan karier sebanyak 64 orang (13.6%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 340 orang (72.2%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 67 orang (14.2%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya kesulitan pengambilan keputusan karier berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan kesulitan pengambilan keputusan karier pada kategori tinggi lebih banyak 76 dibanding dengan kesulitan pengambilan keputusan karier pada kategori rendah. 2. Pada variabel extraversion sebanyak 73 orang (15.5%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 325 orang (69%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 73 orang (15.5%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya extraversion berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi, keduanya memiliki jumlah yang sama baik extraversion pada kategori rendah maupun pada kategori tinggi. 3. Pada variabel agreeableness sebanyak 106 orang (22.5%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 288 orang (61.1%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 77 orang (16.3%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya agreeableness berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan agreeableness pada kategori rendah lebih banyak dibanding dengan agreeableness pada kategori tinggi. 4. Pada variabel conscientiousness sebanyak 85 orang (18%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 313 orang (66.5%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 73 orang (15.5%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya conscientiousness berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan conscientiousness pada kategori rendah lebih banyak dibanding dengan conscientiousness pada kategori tinggi. 77 5. Pada variabel neuroticsm sebanyak 60 orang (12.7%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 340 orang (72.2%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 71 orang (15.1%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya neuroticism berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan neuroticism pada kategori tinggi lebih banyak dibanding dengan neuroticism pada kategori rendah. 6. Pada variabel openness to experience sebanyak 64 orang (13.6%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 350 orang (74.3%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 57 orang (12.1%) berada pada kategori. Dengan demikian, pada umumnya openness to experience berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan openness to experience pada kategori rendah lebih banyak dibanding dengan openness to experience pada kategori tinggi. 7. Pada variabel self-oriented perfectionism sebanyak 91 orang (19.3%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 296 orang (62.8%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 84 orang (17.8%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya self-oriented perfectionism berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan self-oriented perfectionism pada kategori rendah lebih banyak dibanding dengan selforiented perfectionism pada kategori tinggi. 78 8. Pada variabel socially prescribed perfectionism sebanyak 81 orang (17.2%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 313 orang (66.5%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 77 orang (16.3%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya socially prescribed perfectionism berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan socially prescribed perfectionism pada kategori rendah lebih banyak dibanding dengan socially prescribed perfectionism pada kategori tinggi. 9. Pada variabel support sebanyak 65 orang (13.8%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 340 orang (72.2%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 66 orang (14%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya support berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan support pada kategori tinggi lebih banyak dibanding dengan support pada kategori rendah. 10. Pada variabel interference sebanyak 71 orang (15.1%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 322 orang (68.4%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 78 orang (16.6%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya interference berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan interference pada kategori tinggi lebih banyak dibanding dengan interference pada kategori rendah. 79 11. Pada variabel lack of engagement sebanyak 103 orang (21.9%) berada pada kategori rendah, sedangkan sebanyak 304 orang (64.5%) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 64 orang (13.6%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, pada umumnya lack of engagement berada pada kategori sedang. Namun, apabila diperhatikan pada kategori rendah dan tinggi terdapat variasi dengan lack of engagement pada kategori rendah lebih banyak dibanding dengan lack of engagement pada kategori tinggi. 4.4 Uji Hipotesis Penelitian Pada tahapan ini, penulis akan menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis regresi berganda. Semua perhitungan teknik ini menggunakan software SPSS 23.0. Dalam pengujian ini akan dilihat tiga hal yaitu, pertama untuk melihat seberapa besar proporsi atau persentase R Square pada dependent variable (DV) yang dijelaskan oleh independent variable (IV). Kedua, apakah seluruh independent variable (IV) berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable (DV), dan yang terakhir untuk melihat signifikansi atau tidaknya koefisien regresi masingmasing independent variable (IV). Langkah pertama dalam pengujian ini adalah melihat besaran R Square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Hasil R Square dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4. 5 Hasil R Square Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of The Estimate 1 .492a .242 .226 8.49509 80 Berdasarkan dari tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa hasil R square dalam penelitian ini sebesar 0.242 atau 24.2%. Hal ini berarti, proporsi dependent variabel yakni kesulitan pengambilan keputusan karier dapat dijelaskan oleh seluruh independent variabel yaitu kepribadian big-five (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), perfeksionime (selforiented perfectionism dan socially prescribed perfectionism) dan parental careerrelated behavior (support, interference dan lack of engagement) sebesar 24.2% sedangkan 75.8% lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Langkah selanjutnya, adalah melihat apakah keseluruhan independet variabel (IV) berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable (DV) dari hasil uji F pada tabel berikut ini. Tabel 4. 6 Anova pengaruh keseluruhan independent variable terhadap dependent variable Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 10600.286 10 1060.029 14.689 .000b Residual 33196.613 460 72.167 Total 43796.899 470 Berdasarkan hasil uji F di atas, diketahui nilai p dari kolom (sig.) sebesar 0.000 atau nilai p = 0.000 yang berarti bahwa nilai p < 0.05. Hal ini berarti, hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari kepribadian big-five (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), perfeksionime (self-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism) dan parental career-related behavior (support, interference dan lack of engagement) terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier ditolak. 81 Dengan demikian, ada pengaruh yang signifikan dari kepribadian big-five (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), perfeksionime (self-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism) dan parental career-related behavior (support, interference dan lack of engagement) terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Langkah selanjutnya, melihat koefisien regresi untuk masing-masing independent variable. Jika diperoleh nilai p < 0.05 maka variabel tersebut signifikan mempengaruhi dependent variable, begitupula sebaliknya. Berikut ini hasil koefisien regresi untuk masing-masing independent variable yang disajikan pada tabel 4.7 di bawah ini. Tabel 4. 7 Tabel Koefisien regresi Unstandardized Coefficients B Std. Error 57.839 6.803 -.245 .046 -.028 .044 -.202 .059 .261 .050 -.227 .049 Model 1 (Constant) Extraversion Agreeableness Conscientiousness Neuroticism Openness to experience Self-oriented .006 perfectionism Socially prescribed .068 perfectionism Support -.035 Interference .127 Lack of engagement .118 a. Dependent Variable: CDMD Standardized Coefficients Beta -.226 -.026 -.155 .222 -.194 t 8.502 -5.367 -.633 -3.440 5.201 -4.639 Sig. .000 .000 .527 .001 .000 .000 .052 .006 .124 .902 .052 .066 1.307 .192 .051 .047 .051 -.033 .122 .112 -.690 2.708 2.324 .491 .007 .021 Berdasarkan hasil koefisien regresi di atas, dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut. 82 Kesulitan pengambilan keputusan karier = 57.839 – 0.245 (extraversion)* – 0.028 (agreeableness) – 0.202 (conscientiousness)* + 0.261 (neuroticism)* – 0.227 (openness to experience)* + 0.006 (self-oriented perfectionism) + 0.068 (socially prescribed perfectionism) – 0.035 (support) + 0.127 (interference)* + 0.118 (lack of engagement)* + e Berdasarkan persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa dari sepuluh independent variable (IV) terdapat enam variabel yang memiliki pengaruh signifikan yaitu extraversion, conscientiousness, neuroticism, openness to experience, interference dan lack of engagement. Berikut penjelasan dari koefisien regresi masing-masing independent variable (IV). 1. Variabel trait kepribadian extraversion memiliki nilai koefisien regresi sebesar –0.245 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (sig < 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian extraversion ditolak. Hal ini berarti, variabel trait kepribadian extraversion memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Arah dari nilai koefisien negatif yang berarti bahwa semakin tinggi trait kepribadian extraversion maka semakin rendah kesulitan pengambilan keputusan karier. 2. Variabel trait kepribadian agreeableness memiliki nilai koefisien regresi sebesar –0.028 dengan nilai signifikansi sebesar 0.527 (sig > 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian agreeableness tidak 83 ditolak. Hal ini berarti, variabel trait kepribadian agreeableness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 3. Variabel trait kepribadian conscientiousness memiliki nilai koefisien regresi sebesar –0.202 dengan nilai signifikansi sebesar 0.001 (sig < 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian conscientiousness ditolak. Hal ini berarti, variabel trait kepribadian conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Arah dari nilai koefisien negatif yang berarti bahwa semakin tinggi trait kepribadian conscientiousness maka semakin rendah kesulitan pengambilan keputusan karier. 4. Variabel trait kepribadian nueroticsm memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.261 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (sig < 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian nueroticsm ditolak. Hal ini berarti, variabel trait kepribadian nueroticsm memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Arah dari nilai koefisien positif yang berarti bahwa semakin tinggi trait kepribadian nueroticsm maka semakin tinggi pula kesulitan pengambilan keputusan karier. 5. Variabel trait kepribadian openness to exprience memiliki nilai koefisien regresi sebesar –0.227 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (sig < 0.05). 84 Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian openness to exprience ditolak. Hal ini berarti, variabel trait kepribadian openness to exprience memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Arah dari nilai koefisien negatif yang berarti bahwa semakin tinggi trait kepribadian openness to exprience maka semakin rendah kesulitan pengambilan keputusan karier. 6. Variabel self-oriented perfectionism memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.006 dengan nilai signifikansi sebesar 0.902 (sig > 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari self-oriented perfectionism diterima. Hal ini berarti, variabel self-oriented perfectionism tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 7. Variabel socially prescribed perfectionism memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.068 dengan nilai signifikansi sebesar 0.192 (sig > 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari socially prescribed perfectionism diterima. Hal ini berarti, variabel socially prescribed perfectionism tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 8. Variabel parental career-related behavior support memiliki nilai koefisien regresi sebesar –0.035 dengan nilai signifikansi sebesar 0.491 (sig > 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada 85 pengaruh yang signifikan dari support diterima. Hal ini berarti, variabel support tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 9. Variabel parental career-related behavior interference memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.127 dengan nilai signifikansi sebesar 0.07 (sig < 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari interference ditolak. Hal ini berarti, variabel interference tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Arah dari nilai koefisien positif yang berarti bahwa semakin tinggi interference maka semakin tinggi pula kesulitan pengambilan keputusan karier. 10. Variabel parental career-related behavior lack of engagement memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.118 dengan nilai signifikansi sebesar 0.021 (sig < 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari lack of engagement ditolak. Hal ini berarti, variabel lack of engagement memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Arah dari nilai koefisien positif yang berarti bahwa semakin tinggi lack of engagement maka semakin tinggi pula kesulitan pengambilan keputusan karier. 4.5 Pengujian Proporsi Varians Tahap ini bertujuan untuk mengetahui proporsi masing-masing independent variable (IV) terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Oleh sebab itu, 86 penulis melakukan analisis regresi berganda dengan metode stepwise yaitu menambahkan satu per satu independent variabel (IV) setiap melakukan regresi. Pada pengujian ini, akan diperoleh R Square Change untuk masing-masing independent variable (IV) dan signifikan F Change untuk apakah sumbangan yang diberikan tiap independent variabel (IV) sudah signifikan atau tidak yang dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 4. 8 Proporsi varians kesulitan pengambilan keputusan karier pada setiap independent variable (IV) Model 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 R .248a .254b .323c .392d .438e .440f .458g .466h .483i .492j Std. Adjusted Error of R R the Square Square Estimate .062 .060 9.36062 .064 .060 9.35749 .105 .099 9.16369 .154 .147 8.91673 .192 .183 8.72333 .193 .183 8.72607 .210 .198 8.64724 .217 .203 8.61670 .233 .218 8.53552 .242 .226 8.49509 Change Statistics R Square Change .062 .003 .040 .049 .038 .001 .016 .007 .016 .009 F Change 30.844 1.314 21.005 27.226 21.892 .709 9.498 4.288 9.829 5.399 df1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Sig. F df2 Change 469 .000 468 .252 467 .000 466 .000 465 .000 464 .400 463 .002 462 .039 461 .002 460 .021 Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan penjelasan sebagai berikut. 1. Variabel trait kepribadian extraversion memberikan sumbangan sebesar 6.2% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar 0.000 (sig < 0.05). 2. Variabel trait kepribadian agreeableness memberikan sumbangan sebesar 0.3% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. 87 Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig. F Change sebesar 0.252 (sig > 0.05). 3. Variabel trait kepribadian conscientiousness memberikan sumbangan sebesar 4% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar 0.000 (sig < 0.05). 4. Variabel trait kepribadian neuroticism memberikan sumbangan sebesar 4.9% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar 0.000 (sig < 0.05). 5. Variabel trait kepribadian openness to experience memberikan sumbangan sebesar 3.8% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar 0.000 (sig < 0.05). 6. Variabel self-oriented perfectionism memberikan sumbangan sebesar 0.1% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig. F Change sebesar 0.400 (sig > 0.05). 7. Variabel socially prescribed perfectionism memberikan sumbangan sebesar 1.6% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar 0.002 (sig < 0.05). 88 8. Variabel support memberikan sumbangan sebesar 0.7% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar 0.039 (sig < 0.05). 9. Variabel interference memberikan sumbangan sebesar 1.6% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar 0.002 (sig < 0.05). 10. Variabel lack of engagement memberikan sumbangan sebesar 0.9% terhadap varians kesulitan pengambilan keputusan karier. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan nilai sig. F Change sebesar 0.021 (sig < 0.05). 4.6 Analisis Uji Beda Variabel Demografi Analisis ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan kesulitan pengambilan keputusan karier, kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behaviour berdasarkan jenis kelamin dan jenis lembaga pendidikan, sedangkan untuk latar belakang pendidikan orang tua hanya dilihat dari rata-rata variabel kesulitan pengambilan keputusan karier dan parental career-related behavior. Analisis ini adalah analisis tambahan untuk memperkaya hasil penelitian bukan untuk menjawab masalah penelitian. Pada analisis ini, penulis menggunakan analisis Independent T-Test untuk 2 kategori dan analisis anova untuk lebih dari 2 kategori. Berikut hasil analisis uji beda dalam penelitian ini. 89 4.6.1 Variabel jenis kelamin Pada variabel jenis kelamin dilakukan analisis independent t-test untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata dari variabel kesulitan pengambilan keputusan karier, kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behaviour berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada table 4.9 berikut ini. Tabel 4. 9 Hasil uji beda variabel jenis kelamin Kesulitan pengambilan keputusan karier Extraversion Agreeableness Conscientiousness Neuroticsm Openness to exprience Self-oriented perfectionism Socially prescribed perfectionism Support Interference Lack of engagement Jenis Kelamin N Mean Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 133 338 133 338 133 338 133 338 133 338 133 338 133 338 133 338 133 338 133 338 133 338 48.6742 50.5217 50.7239 49.7151 49.0852 50.3600 48.9730 50.4041 46.7170 51.2918 49.1806 50.3224 50.3410 49.8658 49.8802 50.0471 49.2223 50.3060 49.4699 50.2086 50.8981 49.6466 Levenes’s Test Equality of Variance 0.901 T-tes for Equality of Mean Sig. 0.061 0.694 0.269 0.271 0.175 0.367 0.059 0.246 0.000* 0.662 0.177 0.008 0.603 0.021 0.862 0.634 0.241 0.130 0.440 0.351 0.180 Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa variabel kepribadian neuroticism yang memiliki perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dengan nilai signifikan variabel neuroticism sebesar 0.000 (<0.05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan dengan rata-rata neuroticism pada perempuan lebih tinggi dibanding dengan rata-rata neuroticism pada laki-laki. 90 4.6.2 Variabel jenis Lembaga Pendidikan Pada variabel jenis lembaga pendidikan dilakukan analisis independent t-test untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata dari variabel kesulitan pengambilan keputusan karier, kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behaviour antara siswa SMA dengan siswa SMK. Berikut hasil analisis uji beda variabel jenis lembaga pendidikan yang disajikan pada tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4. 10 Hasil uji beda variable jenis Lembaga Pendidikan Kesulitan pengambilan keputusan karier Extraversion Agreeableness Conscientiousness Neuroticsm Openness to exprience Self-oriented perfectionism Socially prescribed perfectionism Support Interference Lack of engagement Jenis Lembaga Pendidikan N Mean SMA SMK SMA SMK SMA SMK SMA SMK SMA SMK SMA SMK SMA SMK SMA SMK SMA SMK SMA SMK SMA SMK 277 194 277 194 277 194 277 194 277 194 277 194 277 194 277 194 277 194 277 194 277 194 50.5813 49.1699 49.1759 51.1766 49.9871 50.0184 49.5371 50.6610 50.9913 48.5846 49.5753 50.6064 49.1096 51.2713 49.1553 51.2061 50.3689 49.4733 49.8536 50.2091 49.8673 50.1894 Levenes’s Test Equality of Variance 0.033 T-tes for Equality of Mean Sig. 0.118 0.094 0.016* 0.091 0.971 0.555 0.104 0.229 0.002* 0.736 0.182 0.199 0.009* 0.224 0.019* 0.771 0.290 0.057 0.685 0.818 0.706 Berdasarkan tabel 4.10, diperoleh bahwa variabel kepribadian big-five yaitu extraversion dan neuroticism serta perfeksionisme yaitu self-oriented dan socially prescribed yang memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai sig < 0.05 antara siswa SMA dengan siswa SMK. Dengan demikian, ada perbedaan kepribadian neuroticism, extraversion dengan rata-rata tipe kepribadian neuroticism siswa SMA 91 lebih tinggi dibanding siswa SMK dan rata-rata tipe kepribadian extraversion siswa SMK lebih tinggi dibanding siswa SMA. Selain itu, terdapat perbedaan perfeksionisme antara siswa SMA dengan siswa SMK dengan rata-rata perfeksionisme lebih tinggi pada siswa SMK baik self-oriented maupun socially prescribed dibanding dengan siswa SMA. 4.6.3 Variabel Pendidikan akhir orang tua Pada variabel ini, akan dijelaskan berdasarkan latar pendidikan akhir ayah dan ibu, untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata dari variabel kesulitan pengambilan keputusan karier dan parental career-related behaviour antara latar pendidikan orang tua yang tidak bersekolah/tamat SD, SD/SMP, SMK/SMA/sederajat dan pendidikan lanjutan (Diploma, S1, S2 atau S3). Berikut hasil analisis uji beda variabel pendidikan akhir ayah dan ibu dengan uji anova yang disajikan pada tabel 4.11 dan 4.12 di bawah ini. 92 Tabel 4. 11 Hasil uji beda variabel Pendidikan akhir Ayah Latar belakang Pendidikan Ayah Kesulitan Tidak sekolah/Tidak tamat SD pengambilan SD/SMP keputusan SMA/SMK karier Pendidikan lanjutan Support Tidak sekolah/Tidak tamat SD SD/SMP SMA/SMK Pendidikan lanjutan Interference Tidak sekolah/Tidak tamat SD SD/SMP SMA/SMK Pendidikan lanjutan Lack of Tidak sekolah/Tidak tamat SD engagement SD/SMP SMA/SMK Pendidikan lanjutan N Mean 9 70 184 208 9 70 184 208 9 70 184 208 9 70 184 208 55,4535 50,7437 49,3083 50,1256 42,3618 48,4420 49,3508 51,4292 49,0298 47,9490 50,2122 50,5445 57,5925 52,1968 50,6019 48,3997 Latar belakang Pendidikan Ibu N Mean Tidak sekolah/Tidak tamat SD SD/SMP SMA/SMK Pendidikan lanjutan Tidak sekolah/Tidak tamat SD SD/SMP SMA/SMK Pendidikan lanjutan Tidak sekolah/Tidak tamat SD SD/SMP SMA/SMK Pendidikan lanjutan Tidak sekolah/Tidak tamat SD SD/SMP SMA/SMK Pendidikan lanjutan 8 103 179 181 8 103 179 181 8 103 179 181 8 103 179 181 53.7386 49.9516 49.4399 50.4163 45.3722 47.9935 50.0041 51.3423 51.8237 49.0490 49.6124 50.8439 53.4634 52.5450 49.8168 48.5799 Test of Homogeneity of Variances Anova Sig. 0.040 0.234 0.161 0.002* 0.361 0.234 0.165 0.000* Tabel 4. 12 Hasil uji beda Pendidikan akhir Ibu Kesulitan pengambilan keputusan karier Support Interference Lack of engagement Test of Homogeneity of Variances Anova Sig. 0.868 0.545 0.820 0.010* 0.022 0.369 0.380 0.000* Berdasarkan hasil uji beda variabel pendidikan akhir ayah dan ibu, ditemukan bahwa keduanya memiliki perbedaan pada variabel parental careerrelated support dan parental career-related lack of engagement. Pada kedua 93 variabel terdapat perbedaan yang signifikan pada signifikansi anova < 0.05. Pada pendidikan lanjutan memiliki rata-rata paling tinggi untuk variabel parental careerrelated support diantara pendidikan lainnya dan latar belakang pendidikan yang tidak bersekolah atau tidak tamat SD memiliki rata-rata paling tinggi untuk parental career-related lack of engagement diantara pendidikan lainnya. Dengan demikian, orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan lanjutan memberikan dukungan yang lebih tinggi untuk karier anak dibanding latar belakang pendidikan lainnya. Sementara itu, orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan tidak bersekolah/tidak tamat SD memberikan kurangnya kepedulian terhadap karier anak yang tinggi dibanding latar belakang pendidikan lainnya. BAB V KESIMPULAN, HASIL DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pertama-tama dapat disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dari penelitian ini, terdapat pengaruh yang signifikan dari kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier pada remaja siswa kelas 12 SMA/SMK/sederajat di Jabodetabek. Dengan pengaruhnya sebesar 24.2% terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier, sedangkan sisanya 75.8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan uji hipotesis selanjutnya, diperoleh hasil bahwa dari 10 independent variable terdapat 6 variabel yang signifikan yaitu extraversion, conscientiousness, neuroticism, openness to experience interference, dan lack of engagement, sedangkan 4 variabel lainnya yaitu kepribadian agreeableness, selforiented perfectionism, socially prescribed perfectionism, dan support tidak memiliki pengaruh terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Selain itu, berdasarkan hasil gambaran umum dari variabel demografi usia, diketahui bahwa dalam penelitian ini responden perempuan mendominasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 71.8% sedangkan laki-laki hanya sebanyak 28.2%. Siswa SMA juga diketahui paling banyak yaitu 58.8% dan siswa SMK sebesar 41.2%. Selanjutnya, remaja dalam penelitian ini lebih banyak memiliki kesulitan pengambilan keputusan karier yang tinggi dibanding yang rendah, yaitu sebanyak 94 95 14.2% remaja dalam penelitian ini mengalami kesulitan dalam menentukan kariernya. Terakhir, berdasarkan hasil analisis tambahan, diketahui terdapat perbedaan pada variabel kepribadian neuroticism antara laki-laki dengan perempuan, dengan perempuan lebih tinggi rata-rata kepribadian neuroticism dibanding laki-laki. Pada siswa SMA dengan SMK juga memiliki perbedaan pada kepribadian extraversion dan neuroticism, dengan siswa SMA lebih tinggi rata-rata kepribadian neuroticism dibanding siswa SMK sedangkan siswa SMK lebih tinggi rata-rata kepribadian extraversion dibanding siswa SMA. Pada variabel perfeksionisme juga diketahui terdapat perbedaan perfeksionisme, yaitu siswa SMK lebih perfeksionisme dibanding siswa SMA. Pada variabel perilaku orang tua terkait karier yaitu untuk variabel support dan lack of engagement juga diketahui terdapat perbedaan, dengan orang tua yang berlatar pendidikan lanjutan (Diploma, S1, S2 dan S3) lebih memiliki perilaku support terhadap karier anaknya dan orang tua yang berlatar pendidikan tidak bersekolah/tidak tamat SD lebih kurang peduli terhadap karier anaknya. 5.2 Diskusi Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier pada remaja. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental career-related behavior memiliki pengaruh terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Hal ini terbukti pada Uji F yang diketahui bahwa nilai p sebesar 96 0.000 (sig < 0.05) yang berarti seluruh independent variable (IV) signifikan memengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier. Selanjutnya, diketahui bahwa R Square dalam penelitian ini 0.242 yang berarti proporsi atau persentase varians kesulitan pengambilan keputusan karier yang dijelaskan oleh seluruh independent variable (IV) sebesar 24.2%, sisanya 75.8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan keseluruhan independent variabel (IV) yaitu trait kepribadian extraversion, trait kepribadian agreeableness, trait kepribadian conscientiousness, trait kepribadian neuroticism, trait kepribadian openness to experience, selforiented perfectionism, socially prescribed perfectionism, support, interference, dan lack of engagement. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trait kepribadian extraversion, trait kepribadian conscientiousness, trait kepribadian neuroticism, trait kepribadian openness to experience, interference, dan lack of engagement berpengaruh secara signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Pada penelitian ini, variabel extraversion dalam kepribadian big-five memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Hal ini berarti, seseorang yang memiliki extraversion tinggi memiliki hambatan yang rendah dalam mengambil keputusan karier. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pečjak, & Košir (2007) bahwa siswa dengan extraversion yang tinggi lebih gampang dalam membuat keputusan karier. Sejalan dengan hasil tersebut, hasil penelitian Martincin dan Stead (2015) juga menunjukkan bahwa tipe kepribadian extraversion adalah orang yang suka bergaul dan sosial sehingga memiliki hubungan yang negatif terhadap kesulitan 97 pengambilan keputusan karier. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena tipe kepribadian extraversion cenderung untuk mengumpulkan informasi mengenai karier mereka dan mereka tidak takut untuk meminta informasi atau pendapat kepada orang lain mengenai karier mereka (Stauffer et al., 2013). Variabel trait kepribadian agreeableness dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Hasil ini mendukung hasil penelitian oleh Di Fabio et al. (2015) bahwa agreeableness tidak memiliki pengaruh dengan kesulitan pengambilan keputusan karier. Sejalan dengan hal tersebut, Martincin dan Stead (2015) menyatakan bahwa di antara lima kepribadian big-five, kepribadian agreeableness memang memiliki hubungan yang paling rendah dan paling lemah terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Lebih lanjut, tidak berpengaruhnya agreeableness kemungkinan dikarenakan bahwa seseorang dengan agreeableness adalah tipe individu yang kooperatif dan dalam mengatasi perencanaan karier mereka mau menerima saran dari orang terdekatnya, lebih mempercayai informasi terkait karier. Sehingga, mereka tidak terpengaruh oleh tekanan dalam mengambil keputusan kariernya terutama jika pilihan mereka didukung oleh orang lain didekatnya (Martincin & Stead, 2015). Tipe kepribadian constientiousness dalam kepribadian big-five memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Hal ini berarti, seseorang dengan kepribadian constientiousness yang tinggi memiliki kesulitan pengambilan keputusan yang rendah. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Di Fabio dan Palazzeschi (2009) bahwa individu 98 yang menggambarkan diri mereka sebagai refleksif, teliti, rapi, akurat, dan gigih tampaknya lebih sedikit merasakan kesulitan. Albion dan Fogarty (2002) juga menjelaskan bahwa constientiousness adalah faktor penentu dalam pengambilan keputusan karier. Individu dengan constientiousness adalah seorang yang kompeten dan memiliki tujuan walaupun mereka cenderung berpikir hati-hati sebelum bertindak, tingkat ketekunan mereka juga menunjukkan bahwa mereka cenderung untuk secara aktif mencari informasi dan saran yang diperlukan untuk membuat keputusan karier. Marcionetti dan Rossier (2017) berpendapat mereka cenderung berpikir tentang karier masa depan, oleh karena itu mereka menerapkan perilaku yang mengarah pada keputusan karier yang matang. Variabel neuroticism dalam kepribadian big-five pada penelitian ini memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Hal ini berarti, seseorang dengan neuroticism yang tinggi akan memiliki kesulitan dalam pengambilan keputusan karier yang tinggi pula. Diantara tipe kepribadian lainnya, tipe kepribadian neuroticism adalah yang paling beresiko pada kesulitan pengambilan keputusan karier. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. J. Albion dan Fogarty (2002; Marcionetti dan Rossier (2017); Martincin dan Stead (2015); Pečjak, dan Košir (2007) bahwa di antara kepribadian big-five, kepribadian neuroticism yang memiliki pengaruh dan hubungan yang positif. Hal ini jelas, karena neuroticism adalah individu yang ditandai dengan kecemasan, tertekan, suasana hati yang sering berubah-ubah, impulsif dan rentan yang kemungkinan menimbulkan kekhawatiran akan kariernya 99 di masa depan dan mencegah mereka untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam membuat pilihan karier. Variabel kepribadian big-five openness to experience dalam penelitian ini, memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Hal ini berarti, seseorang yang memiliki kepribadian openness to experience yang tinggi maka semakin rendah tingkat kesulitan dalam mengambil keputusan karier. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Di Fabio dan Palazzeschi (2009) bahwa individu yang menggambarkan diri mereka berpengetahuan, tertarik pada dunia luar dan pengalaman baru, kurang memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan karier. Martincin dan Stead (2015) juga berpendapatan bahwa seorang yang kreatif, imajinatif, ingin tahu, dan dengan minat yang luas serta terbuka untuk pengalaman baru dan tertarik dengan budaya yang berbeda memperlihatkan kesulitan keputusan karier yang kurang. Pada variabel self-oriented perfectionism dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Sehingga, hasil penelitian ini menjadi pendukung penelitian sebelumnya bahwa tidak ada pengaruh dari self orietnted perfectionism atau adaptif perfeksionisme terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Lebih lanjut, Lehmann dan Konstam (2011) berpendapat bahwa self-oriented perfectionism atau adaptif perfeksionism kurang dapat memprediksi kesulitan pengambilan keputusan karier dibanding maladapif perfeksionisme. 100 Selanjutnya, pada variabel socially prescribed perfectionism diketahui tidak memiliki pengaruh yang signifikan juga terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian Lehmann dan Konstam (2011); Leong dan Chervinko (1996) bahwa socially prescribed perfectionism atau perfeksionisme maladaptif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Perbedaan hasil dalam penelitian ini, kemungkinan dikarenakan bahwa seseorang yang perfeksionisme cenderung akan aktif mencari karier yang tepat bagi dirinya, terlepas dari apakah individu tersebut perfeksionisme dari orang lain atau dirinya sendiri. Oleh karena itu, seseorang yang perfeksionis cenderung akan berusaha untuk membuat pilihan karier yang paling tepat untuk dirinya dan tidak akan kesulitan dalam mengambil keputusan karier. Kemungkinan lainnya, perbedaan hasil penelitian ini dikarenakan dalam penelitian sebelumnya menggunakan sampel mahasiswa sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berfokus pada remaja. Variabel selanjutnya adalah variabel eksternal yaitu parental career-related support yang diketahui tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Sehingga, hasil penelitian ini menjadi pendukung penelitian sebelumnya yaitu dari penelitian Anastiani dan Primana (2019); Dietrich dan Kracke (2009) bahwa tidak ada pengaruh dari dari variabel parental careerrelated support terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Lebih lanjut, walaupun parental career-related support tidak menentukan kesulitan pengambilan keputusan karier, dalam penelitian Dietrich dan Kracke (2009) lainnya ditemukan hasil bahwa parental career-related support memberikan 101 sumbangan terhadap eksplorasi karier remaja. Hal ini berarti, remaja yang menganggap orang tua memberikan dukungan untuk melakukan eksplorasi karier maka mereka akan semakin terlibat dalam eksplorasi karier dan tidak mempengaruhi kesulitan pengambilan keputusan karier bagi mereka (Dietrich & Kracke, 2009). Variabel berikutnya adalah variabel parental career-related interference yang dalam penelitian ini memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Hal ini berarti, semakin tinggi remaja yang menganggap orang tuanya interference atau mengganggu dalam pengambilan keputusan karier maka akan semakin kesulitan bagi remaja untuk mengambil keputusan karier. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anastiani dan Primana (2019); Dietrich dan Kracke (2009) bahwa interference berperan dalam membuat remaja sulit untuk membuat keputusan karier. Menurut Dietrich dan Kracke (2009) ada kemungkinan bahwa sebenarnya orang tua tidak berniat untuk mengintervensi pilihan karier anak, namun orang tua melihat masalah saat anak mereka sedang kesusahan dalam membuat keputusan karier, yang mana perlakuan ini dianggap sebagai tekanan bagi remaja. Variabel terakhir adalah parental career-related lack of engagement yang diketahui memiliki pengaruh positif terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Hal ini berarti, remaja yang menganggap orang tuanya kurang terlibat akan keputusan kariernya maka semakin sulit bagi dirinya dalam membuat keputusan karier. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anastiani dan Primana (2019) bahwa orang tua yang kurang terlibat memberikan kontribusi 102 yang buruk terhadap pengambilan keputusan karier anak. Ada beberapa asumsi lain bahwa orang tua bersikap kurang terlibat dalam karier anak. Pertama, ketidakpedulian dari orang tua mungkin bertepatan dengan ketidakpedulian orang tua kepada anaknya (Chope dalam Dietrich & Kracke, 2009). Kedua, remaja dan orang tua mungkin menganggap tidak penting untuk menyiapkan pilihan karier, hal ini berarti bahwa remaja sendiri yang kurang aktif dalam mengeksplorasi pilihan kariernya, sehingga kurang mendapatkan kepedulian atau dukungan dalam memilih pilihan karier (Dietrich & Kracke, 2009). Pada uji beda variabel demografi kepribadian neuroticism memiliki perbedaan antara laki-laki dengan perempuan yang jika dilihat dari rata-ratanya, neuroticism perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Selain jenis kelamin, kepribadian neuroticism juga memiliki perbedaan berdasarkan siswa SMA dan siswa SMK, dengan siswa SMA memiliki rata-rata kepribadian neuroticism yang lebih tinggi dibanding siswa SMK. Selain itu, untuk kepribadian extraversion juga memiliki perbedaan, dengan siswa SMK memiliki rata-rata kepribadian extraversion yang lebih tinggi dibanding siswa SMA. Dengan demikian, siswa SMA lebih tinggi neuroticism dan lebih rendah extraversion dibanding siswa SMK. Sedangkan siswa SMK lebih tinggi extraversion dan lebih rendah neuroticism dibanding siswa SMA. Sedangkan pada variabel kepribadian, terdapat perbedaan pada varaibel perfeksionisme antara siswa SMA dengan siswa SMK. Dengan siswa SMK lebih perfeksionis dibanding siswa SMA baik itu self-oriented perfectionism ataupun socially prescribed perfectionism. Pada variabel parental career-related behaviour 103 juga ditemukan perbedaan berdasarkan latar belakang pendidikan orang tua, dengan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan lanjutan (Diploma, S1, S2 dan S3) memberikan dukungan (support) yang tinggi pada karier anak dibanding latar belakang pendidikan lainnya. Sementara itu, untuk latar belakang pendidikan orang tua yang tidak bersekolah atau tidak tamat SD memberikan kurangnya keterlibatan (lack of engagement) yang tinggi dibanding dengan latar pendidikan lainnya. Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu sampel yang kurang merata dimana dalam penelitian ini penulis memiliki keterbatasan dalam melakukan pengambilan sampel yang tidak bisa random sampling. Keterbatasan lainnya yaitu dari kajian teoritis dalam perfeksionisme dimana pada penelitian terdahulu diketahui bahwa beberapa trait dalam kepribadian big five saling tumpang tindih dengan perfeksionisme. Menurut Stoeber et al. (2009) dua trait dari kepribadian big five berperan dalam menghasilkan perfeksionisme dalam diri individu yaitu constientiousness berperan dalam meningkatkan self-oriented perfectionism dan neuroticism berhubungan positif dengan socially prescribed perfectionism. Saling tumpang tindihnya kedua faktor ini, kemungkinan menjadi penyebab kenapa dua variabel perfeksionisme yaitu self-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. 5.3 Saran Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, penulis memberikan saran baik saran teoritis maupun saran praktis. Saran-saran 104 berikut ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 5.3.1 Saran Teoritis 1. Diharapkan untuk penulis selanjutnya untuk menggunakan variabel lain selain dalam penelitian ini, karena dalam penelitian ini diperoleh hasil proporsi varians dari kesulitan pengambilan keputusan karier yang dijelaskan oleh kepribadian big-five, perfeksionisme dan parental careerrelated behavior sebesar 24.2% sisanya 75.8% dijelaskan oleh variabel lain selain dalam penelitian ini. Oleh karena itu, masih cukup banyak variabel lain yang perlu diteliti agar dapat melihat faktor-faktor lain terhadap kesulitan pengambilan keputusan karier. Misalnya, self-efficacy pengambilan keputusan, kecerdasan emosional, lokus kendali eksternal atau variabel lainnya. 2. Diharapkan juga pada penulis selanjutnya, dalam mengumpulkan data penelitian dapat menyebarkan kuesioner dengan cara tatap muka langsung baik klasikal maupun individual. Hal ini dilakukan untuk mencegah responden menjawab yang tidak sesuai dengan dirinya dan agar responden dapat lebih memahami setiap item dalam kuesioner dan dapat mendapatkan sampel yang merata. 3. Dapat mengunakan teknik analisis lainnya seperti Structural Equation Modelling (SEM) agar dapat melihat pengaruh tidak langsung dari variabelvariabel yang tidak berpengaruh dalam penelitian ini. 105 5.3.2 Saran Praktis 1. Penulis menyarankan untuk guru BK dapat memperhatikan profil kepribadian siswa bahkan saat siswa baru masuk sekolah. Jika melihat hasil bahwa kepribadian neuroticism memberikan pengaruh positif yang signifikan, sehingga mengakibatkan siswa dengan neuroticism tinggi lebih beresiko dalam mengambil keputusan karier. Program yang dapat dilakukan oleh guru BK setelah mengenali kepribadian siswanya, maka guru BK dapat mulai mendekati anak yang memiliki kepribadian neuroticism dan dapat melakukan konseling melalui pendekatan yang sesuai dengan karakteristik siswanya, dalam upaya meningkatkan self-efficacy dalam pengambilan keputusan karier dan mengurangi kecemasan. Guru BK juga dapat melakukan program edukasi karier kepada siswa agar siswa mendapatkan lebih banyak informasi mengenai berbagai pilihan karier yang ada. Penerapan dalam konseling berikutnya adalah membantu remaja dalam melakukan koping yang tepat. Perlu diketahui bahwa kepribadian neuroticism diidentifikasi oleh kecemasan yang berlebih, penelitian telah menunjukkan bahwa ketika dihadapkan dengan keragu-raguan, individu lebih cenderung menggunakan strategi koping yang berfokus pada emosi seperti penghindaran diri (Dorn & Matthews dalam Albion dan Fogarty, 2002). Oleh karena itu guru BK bisa membantu remaja untuk malakukan strategi koping yang berfokus pada masalah. 2. Penulis juga menyarankan kepada orang tua untuk membimbing dan peduli terhadap karier anak namun, tidak terlalu ikut campur dalam urusan karier 106 anak. Hindari perilaku kurang peduli terhadap persiapan karier anak walaupun mereka tidak mengatakan bahwa mereka membutuhkan bantuan, yang bisa disebabkan karena mereka tidak dapat mengungkapkan masalahnya. Akan tetapi, akan lebih baik jika orang tua dapat memberikan dukungan dan kepedulian seperti bertanya bagaimana persiapan kariernya, apakah mereka telah membuat pilihan karier ataukah belum yang bisa disebabkan karena mereka sedang kesusahan. Orang tua bisa bersama-sama mencari solusi atas karier yang belum dipilih oleh anak. Untuk guru BK hasil ini bisa dijadikan bahan untuk intervensi atau pendekatan bahwa jika remaja sedang mengalami kesulitan dalam menentukan keriernya bisa disebabkan oleh peran orang tuanya yang terlalu memaksakan pilihannya bukan pilihan si anak dan tidak terlibatnya orang tua dalam membantu persiapan karier anak. Dalam hasil analisis tambahan juga ditemukan perbedaan latar belakang pendidikan orang tua terhadap bentuk perilaku orang tua. Dengan orang tua yang berpendidikan tinggi lebih tinggi dalam memberikan dukungan karier ke anaknya, sedangkan orang tua yang berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD kurang terlibat atau kurang peduli terhadap karier anak. Dengan demikian, untuk sekolah juga diharapkan dapat melibatkan orang tua dengan cara memberikan edukasi karier untuk orang tua untuk memberikan dukungan persiapan karier anak karena pada dasarnya anak membutuhkan dukungan untuk mengeksplorasi karier mereka. 107 DAFTAR PUSTAKA Albion, M. J., & Fogarty, G. J. (2002). Factors Influencing Career Decision Making in Adolescents and Adults. Journal of Career Assessment, 10(1), 91–126. https://doi.org/10.1177/1069072702010001006 Ali, U., & Shah, E. (2013). Career Decision Difficulty as a Predictor of Environmental Mastery and Self Esteem in College Students. Procedia Social and Behavioral Sciences, 84, 1119–1123. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.06.711 Anastiani, A., & Primana, L. (2019). Masihkah keterlibatan orangtua berkontribusi dalam pengambilan keputusan karier mahasiswa tingkat akhir? Inquiry Jurnal Ilmiah Psikologi, 10(1), 57–71. Badan Pusat Statistik. (2019). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2019. Badan Pusat Statistik, 1–20. Bento, C., Pereira, A. T., Azevedo, J., Saraiva, J., Flett, G. L., Hewitt, P. L., & Macedo, A. (2020). Development and Validation of a Short Form of the Child–Adolescent Perfectionism Scale. Journal of Psychoeducational Assessment, 38(1), 26–36. https://doi.org/10.1177/0734282919879834 Burns, D. (1980, November). The perfectionist’s script for self-defeat. Psychology Today, 34–51. Chen, L. S., & Liew, S. A. (2015, Desember). Factors Influencing Career Decision-Making Difficulties among Graduating Students from Malaysian Private Higher Educational Institutions. Proceedings of 8th Asia-Pacific Business Research Conference. (Februari). 1-17. Cervone, D., & Pervin, L. A. (2013). Personality: Theory and research. John Wiley & Sons. Damian, L. E., Stoeber, J., Negru, O., & Băban, A. (2013). On the development of perfectionism in adolescence: Perceived parental expectations predict longitudinal increases in socially prescribed perfectionism. Personality and Individual Differences, 55(6), 688-693. Di Fabio, A., & Palazzeschi, L. (2009). Emotional intelligence , personality traits and career decision difficulties decision difficulties. International Journal for Educational and Vocational Guidance, 9(2), 135–146. https://doi.org/10.1007/s10775-009-9162-3 Di Fabio, A., & Palazzeschi, L. (2012). Incremental variance of the core selfevaluation construct compared to fluid intelligence and personality traits in aspects of decision-making. Personality and Individual Differences, 53(3), 108 196–201. https://doi.org/10.1016/j.paid.2012.03.012 Di Fabio, A., Palazzeschi, L., Asulin-Peretz, L., & Gati, I. (2013). Career Indecision Versus Indecisiveness: Associations With Personality Traits and Emotional Intelligence. Journal of Career Assessment, 21(1), 42–56. https://doi.org/10.1177/1069072712454698 Di Fabio, A., Palazzeschi, L., & Bar-On, R. (2012). The role of personality traits, core self-evaluation, and emotional intelligence in career decision-making difficulties. Journal of Employment Counseling, 49(3), 118–129. https://doi.org/10.1002/j.2161-1920.2012.00012.x Di Fabio, A., Palazzeschi, L., Levin, N., & Gati, I. (2015). The Role of Personality in the Career Decision-Making Difficulties of Italian Young Adults. Journal of Career Assessment, 23(2), 281–293. https://doi.org/10.1177/1069072714535031 Dietrich, J., & Kracke, B. (2009). Career-specific parental behaviors in adolescents’ development. Journal of Vocational Behavior, 75(2), 109–119. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2009.03.005 Donnellan, M. B., Oswald, F. L., Baird, B. M., & Lucas, R. E. (2006). The MiniIPIP scales: Tiny-yet-effective measures of the Big Five factors of personality. Psychological Assessment, 18(2), 192–203. https://doi.org/10.1037/1040-3590.18.2.192 Emmanuelle, V. (2009). Inter-relationships among attachment to mother and father, self-esteem, and career indecision. Journal of Vocational Behavior, 75(2), 91–99. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2009.04.007 Esy (2019, Februari). Hasil Survei: 87 Persen Mahasiswa Pilih Jurusan Tidak Sesuai Minat. JPNN.com. https://www.jpnn.com/news/hasil-survei-87persen-mahasiswa-pilih-jurusan-tidak-sesuai-minat. Dipost tanggal 07 Februari 2019. Diakses tanggal 11 November 2019 Farnia, F., Nafukho, F. M., Petrides, K. V, & Dåderman, A. M. (2018). Predicting Career Decision-Making Difficulties : The Role of Trait Emotional Intelligence , Positive and Negative Emotions. Frontiers in Psychology, 9(1107), 1–6. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.01107 Feist, J., & Feist, G. J. (2018). Theories of personality 9th Edition. McGraw-Hill. Flett, G. L., Hewitt, P. L., Besser, A., Su, C., Vaillancourt, T., Boucher, D., … Gale, O. (2016). The Child–Adolescent Perfectionism Scale: Development, Psychometric Properties, and Associations With Stress, Distress, and Psychiatric Symptoms. Journal of Psychoeducational Assessment, 34(7), 634–652. https://doi.org/10.1177/0734282916651381 109 Frost, R. O., & Marten, P. A. (1990). Perfectionism and evaluative threat. Cognitive Therapy and Research, 14(6), 559-572. Fuqua, D. R., Newman, J. L., & Seaworth, T. B. (1988). Relation of State and Trait Anxiety to Different Components of Career Indecision. Journal of Counseling Psychology, 35(2), 154–158. https://doi.org/10.1037/00220167.35.2.154 Gati, I., Gadassi, R., Saka, N., Hadadi, Y., Ansenberg, N., & Friedmann, R. (2011). Emotional and Personality-Related Aspects of Career DecisionMaking Difficulties: Facets of Career Indecisiveness. Journal of Career Assessment, 19(1), 3–20. https://doi.org/10.1177/1069072710382525 Gati, I., Krausz, M., & Osipow, S. H. (1996). A Taxonomy of Difficulties in Career Decision Making. Journal of Counseling Psychology, 43(4), 510–526. https://doi.org/10.1037/0022-0167.43.4.510 Gati, I., & Saka, N. (2001). High School Students’ Career-Related DecisionMaking Difficulties. Journal of Counseling & Development, 79(3), 75–84. https://doi.org/10.1002/j.1556-6676.2001.tb01978.x Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2009). Multivariate Data Analysis, 7th Edition. Prentice Hall Hewitt, P. L., & Flett, G. L. (1991). Perfectionism in the Self and Social Contexts: Conceptualization, Assessment, and Association With Psychopathology. Journal of Personality and Social Psychology, 60(3), 456–470. https://doi.org/10.1037/0022-3514.60.3.456 Hlaďo, P., & Ježek, S. (2018). Measurement of career-specific parental behaviors perceived by Czech adolescents. Studia Paedagogica, 23(2), 101–136. https://doi.org/10.5817/SP2018-2-7 Hou, C., Wu, L., & Liu, Z. (2013). Decision-Making Difficulties : A Model of Intellectual-Cultural Orientation and Conscientiousness. Social Behavior and Personality, 41(8), 1387–1398. https://doi.org/https://dx.doi.org/10.2224/sbp.2013.41.8.1387 John, O. P., & Srivastava, S. (1999). The Big Five trait taxonomy: History, measurement, and theoretical perspectives. Handbook of Personality: Theory and Research, 2(510), 102–138. Keller, B. K., & Whiston, S. C. (2008). The Role of Parental Influences on Young Adolescents’ Career Development. Journal of Career Assessment, 16(2), 120. doi:10.1177/1069072707313206 Kırdök, O., & Harman, E. (2018). High school students’ career decision-making difficulties according to locus of control. Universal Journal of Educational 110 Research, 6(2), 242–248. https://doi.org/10.13189/ujer.2018.060205 Koumoundourou, G., Tsaousis, I., & Kounenou, K. (2011). Parental influences on Greek adolescents’ career decision-making difficulties: The mediating role of core self-evaluations. Journal of Career Assessment, 19(2), 165–182. https://doi.org/10.1177/1069072710385547 Laturiuw, Y (2019, Juni). Mending Masuk SMA, SMK, atau MA?. Zenius.net https://www.zenius.net/blog/18804/perbedaan-sma-smkma#:~:text=Perbedaan%20yang%20paling%20mencolok%20antara,siswa%2 0untuk%20menghadapi%20dunia%20kerja. Dipost tanggal 12 Juni 2019. Diakses tanggal 17 Juli 2020 Lehmann, I., & Konstam, V. (2011). Growing Up perfect: Perfectionism, problematic internet Use, and career indecision in emerging Adults. Journal of Counseling and Development, 89(2), 155–162. https://doi.org/10.1002/j.1556-6678.2011.tb00073.x Leong, F. T. L., & Chervinko, S. (1996). Construct validity of career indecision: Negative personality traits as predictors of career indecision. Journal of Career Assessment, 4(3), 315–329. https://doi.org/10.1177/106907279600400306 Leung, S. A., Hou, Z., Gati, I., & Li, X. (2011). Effects of parental expectations and cultural-values orientation on career decision-making dif fi culties of Chinese University students. Journal of Vocational Behavior, 78(1), 11–20. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2010.08.004 Lichtenstein, G., Loshbaugh, H. G., Claar, B., Chen, H. L., Jackson, K., & S, S. (2009). An Engineering Major Does Not ( Necessarily ) an Engineer Make : Career Decision Making. Journal of Engineering Education, 3(2), 227–234. https://doi.org/10.1002/j.2168-9830.2009.tb01021.x Marcionetti, J., & Rossier, J. (2017). The Mediating Impact of Parental Support on the Relationship Between Personality and Career Indecision in Adolescents. Journal of Career Assessment, 25(4), 601–615. https://doi.org/10.1177/1069072716652890 Martincin, K. M., & Stead, G. B. (2015). Five-Factor Model and Difficulties in Career Decision Making : A Meta-Analysis. 23(1), 3–19. https://doi.org/10.1177/1069072714523081 Mau, W. C. (2001). Assessing Career Decision-Making Difficulties: A CrossCultural Study. Journal of Career Assessment, 9(4), 353–364. https://doi.org/https://dx.doi.org/10.1177/106907270100900403 Mau, W. C. (2004). Cultural Dimensions of Career Decision-Making Difficulties. The Career Development Quarterly, 53, 67–77. 111 McCrae, R. R., & Costa, P. T. (1987). Validation of the Five-Factor Model of Personality Across Instruments and Observers. Journal of Personality and Social Psychology, 52(1), 81–90. https://doi.org/10.1037/0022-3514.52.1.81 McCrae, R. R., & John, O. P. (1992). An introduction to the five‐factor model and its applications. Journal of personality, 60(2), 175-215. Morgan, T., & Ness, D. (1996). Career Decision-Making Difficulties of First-Year Students. Canadian Journal of Career Development, 2, 33–39. Nilsson, J. E., Flores, L. Y., Berkel, L. V., Schale, C. L., Linnemeyer, R. M., & Summer, I. (2007). International career articles: A content analysis of four journals across 34 years. Journal of Vocational Behavior, 70(3), 602–613. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2007.01.003 Pečjak, S., & Košir, K. (2007). High School Students’ Career Decision-making Difficulties According to Locus of Control. Psihologijske Teme, 16(1), 141– 158. Samosir, J. M., & Suharso, P. L. (2018). Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karier dan Parental Career-Related Behaviors: Berperankah pada Komitmen terhadap Pilihan Karier Remaja? TAZKIYA Journal of Psychology, 6(1), 109–122. https://doi.org/10.15408/tazkiya.v6i1.11000 Sawitri, D. R. (2009). Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir pada Mahasiswa Tahun Pertama di Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip, 5(2), 1–14. Sawitri, D. R., Creed, P. A., & Zimmer-Gembeck, M. J. (2013). The adolescent– parent career congruence scale: Development and initial validation. Journal of Career Assessment, 21(2), 210-226. Siaran Pers Risetdikti. (2018, April). Perusahaan Rintisan Inkubasi Kemenristekdikti “Youthmanual” Bantu Siswa Memilih Jurusan Kuliah Sesuai Potensi Secara Online. Kemenristekdikti, https://ristekdikti.go.id/siaran-pers/perusahaan-rintisan-inkubasikemenristekdikti-youthmanual-bantu-siswa-memilih-jurusan-kuliah-sesuaipotensi-secara-online/. Dipost pada 08 April 2018. Diakses tanggal 11 Novemer 2019. Sidiropoulou-Dimakakou, D., Mylonas, K., Argyropoulou, K., & Tampouri, S. (2012). Career Decision-making Difficulties , Dysfunctional Thinking and Generalized Self-Efficacy of University Students in Greece. World Journal of Education, 2(1), 117–130. https://doi.org/10.5430/wje.v2n1p117 Simon, M. A. (2004). Confirmatory Factor Analysis of the Career Factors Inventory on a Community College Sample. Journal of Career Assesment, 112 12(3), 255–269. https://doi.org/10.1177/1069072703261538 Slaten, C. D., & Baskin, T. W. (2014). Examining the Impact of Peer and Family Belongingness on the Career Decision-making Difficulties of Young Adults: A Path Analytic Approach. Journal of Career Assessment, 22(1), 59–74. https://doi.org/10.1177/1069072713487857 Sovet, L., & Metz, A. J. (2014). Parenting styles and career decision-making among French and Korean adolescents. Journal of Vocational Behavior, 84(3), 345–355. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2014.02.002 Stauffer, S. D., Perdrix, S., Masdonati, J., Massoudi, K., & Rossier, J. (2013). Influence of clients’ personality and individual characteristics on the effectiveness of a career counselling intervention. Australian Journal of Career Development, 22(1), 4–13. https://doi.org/10.1177/1038416213480495 Steinberg, Laurance. (2016). Adolescence. Eleventh Edition. McGraw-Hill Education Stöber, J. (1998). The frost multidimensional perfectionism scale revisited: More perfect with four (instead of six) dimensions. Personality and Individual Differences, 24(4), 481–491. https://doi.org/10.1016/S0191-8869(97)002079 Stoeber, J., Otto, K., & Dalbert, C. (2009). Perfectionism and the Big Five: Conscientiousness predicts longitudinal increases in self-oriented perfectionism. Personality and Individual Differences, 47(4), 363-368. Super, D. E., & Jordaan, P. (1973). Career Development Theory. British Journal of Guidance & Counselling, 1(1), 3–16. https://doi.org/10.1080/03069887308259333 Suryabrata, Sumadi. (2003). Psikologi Kepribadian. Rajawali Pers. Suryadi, B., Sawitri, D. R., & Hanifa, F. (2018). Career orientation of senior secondary school students. In SHS Web of Conferences (Vol. 42, p. 00005). EDP Sciences. Umar, Jahja (2011). Confirmatory facrot analysis: Bahan ajar perkuliahan. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Yunanda, G. M. (2018). Hubungan Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Keluarga terhadap Pengambilan Keputusan Karir Remaja Etnis Minang. Skripsi: Universitas Mihammadiyah Surakarta 113 LAMPIRAN 114 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Assalamu’alaikum wr. wb. Selamat pagi/siang/sore/malam Salam sejahtera, Perkenalkan saya Fitri Hartini mahasiswa semester akhir Program Studi S1 Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam rangka tugas akhir kuliah, saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang pengambilan keputusan karier pada remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Saya mengharapkan Anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Anda diminta untuk mengisi setiap pernyataan sesuai dengan petunjuk pengisian dan yang sesuai dengan keadaan saat ini, bukan menurut norma sosial atau kondisi yang Anda harapkan. TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini. Semua data yang terkumpul pada penelitian ini akan disimpan dan dijamin KERAHASIANNYA. Data yang Anda berikan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian semata. Wassalamu’alaikum wr. wb. Hormat Saya, Fitri Hartini 115 PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Nama/Inisial : Jenis Kelamin* : L/P Usia : Lokasi Sekolah* : Jakarta /Tangerang/Tangerang Selatan/ Depok/ Bogor/ Bekasi Asal Sekolah** : □ SMA/MA/Sederajat □ SMK/MAK/Sederajat Akreditasi Sekolah : Jurusan : Pendidikan Terakhir Orang tua** : Ayah : □ Tidak Tamat □ SMA/SMK/MA SD/Tidak □ D1/D2/D3 Bersekolah □ D4/S1 □ SD/MI □ S2 □ SMP/MTs □ S3 Ibu : □ Tidak Tamat □ SMA/SMK/MA SD/Tidak □ D1/D2/D3 Bersekolah □ D4/S1 □ SD/MI □ S2 □ SMP/MTs □ S3 No. Handphone *** : *) Lingkari yang sesuai **) Centang yang sesuai ***) Informasi digunakan untuk kepentingan hadiah bagi 5 responden yang beruntung Responden ( _______________ ) 116 Petunjuk Pengisian Baca dan pahamilah setiap pernyataan yang ada dengan teliti. Pilihlah salah satu jawaban pada setiap pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan Anda saat ini, bukan menurut norma sosial atau kondisi yang Anda harapkan. Dalam hal ini, tidak ada jawaban bear atau salah, seluruh jawaban adalah benar jika itu sesuai dengan diri Anda. Adapun pilihan jawaban untuk pada masing-masing skala adalah: 1. Sangat Tidak Sesuai 2. Tidak Sesuai 3. Sesuai 4. Sangat Sesuai SKALA 1 No Pernyataan 1 Saya tidak memiliki motivasi untuk menentukan pilihan karier saya sekarang Saya tidak terlalu khawatir akan masalah memilih karier karena pekerjaan bukanlah hal yang terpenting dalam hidup Saya tidak harus memilih karier sekarang karena waktu yang akan membawa saya ke pilihan karier yang tepat Saya sulit untuk mengambil keputusan Setiap keputusan yang saya buat, saya membutuhkan persetujuan dan dukungan dari seorang yang profesional atau orang lain yang saya percayai Saya takut akan kegagalan Saya ingin memilih karier yang sekaligus dapat menyelesaikan masalah pribadi saya Saya percaya bahwa hanya ada satu karier yang cocok untuk saya Saya ingin karier saya dapat memenuhi semua cita-cita saya Saya percaya karier yang saya pilih adalah untuk sekali seumur hidup 2 3 4 5 6 8 9 10 11 Sangat Tidak Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sangat Sesuai 117 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Saya sulit membuat keputusan karier karena saya tidak tahu langkah apa yang harus saya ambil Saya sulit membuat keputusan karier karena saya tidak tahu faktor apa saja yang harus dipertimbangkan Saya sulit mengambil keputusan karier karena saya tidak mengerti bagaimana menyatukan informasi tentang diri saya dengan pilihan karier yang ada Saya sulit membuat keputusan karier karena saya tidak tahu pekerjaan mana yang saya minati Saya sulit membuat keputusan karier karena saya belum yakin dengan pilihan karier saya Saya sulit membuat keputusan karier karena saya kurang mengetahui minat atau bakat saya Saya sulit mengambil keputusan karier karena saya tidak yakin dengan kemampuan saya dimasa yang akan datang Saya sulit membuat keputusan karier karena saya tidak memiliki informasi yang cukup tentang pilihan karier yang ada Saya sulit membuat keputusan karier karena saya kurang memiliki informasi tentang karier yang saya minati Saya sulit mengambil keputusan karier karena saya tidak tahu karier apa yang akan berkembang di masa depan Saya sulit mengambil keputusan karier karena saya tidak tahu apa kelebihan yang saya miliki Saya sulit mengambil keputusan karier karena saya tidak tahu cara memperoleh informasi karier yang terbaru dan akurat Saya sulit membuat keputusan karier karena karier yang saya inginkan selalu berubahubah Saya sulit mengambil keputusan karier karena apa yang saya yakini dengan kemampuan saya, tidak sama dengan apa yang diyakini oleh orang lain 118 27 28 29 30 31 32 33 34 Saya sulit mengambil keputusan karier karena saya mendapatkan informasi yang berbedabeda tentang pilihan karier Saya sulit membuat keputusan karier karena banyak pilihan karier yang saya minati Saya sulit mengambil keputusan karier karena saya tidak menyukai semua pilihan karier yang ada Saya sulit membuat keputusan karier karena pekerjaan yang saya minati mengharuskan saya untuk menjalani proses yang tidak saya senangi Saya sulit mengambil keputusan karier, karena beberapa pilihan karier yang saya minati tidak dapat digabungkan menjadi satu pilihan karier Saya sulit membuat keputusan karier karena saya tidak memiliki kemampuan yang sesuai dengan pilihan karier yang saya minati Saya sulit membuat keputusan karier karena ada keluarga atau teman saya yang tidak setuju dengan pilihan karier saya Saya sulit mengambil keputusan karier karena orang terdekat saya merekomendasikan beberapa karier lain yang berbeda dengan karier yang saya inginkan SKALA 2 No Pernyataan 1 2 3 Saya menghidupkan suasana dalam kelas Saya bersimpati dengan perasaan orang lain Saya segera mengerjakan tugas yang diberikan Saya memiliki suasana hati yang sering berubah-ubah Saya memiliki imajinasi yang sangat kuat Saya seorang yang tidak banyak bicara Saya tidak tertarik dengan masalah orang lain 4 5 6 7 Sangat Tidak Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Sangat Sesuai 119 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Saya sering lupa meletakkan barang kembali ke tempatnya Saya merasa tenang hampir setiap saat Saya tidak tertarik dengan ide-ide abstrak Saya suka berinteraksi dengan banyak orang di kelas Saya memahami perasaan orang lain Saya menyukai keteraturan Saya mudah merasa kesal Saya sulit memahami ide-ide yang bersifat abstrak Saya tidak suka menjadi pusat perhatian Saya tidak terlalu tertarik dengan kondisi orang lain Saya mengacaukan banyak hal Saya jarang merasa bersedih Saya tidak memiliki imajinasi yang baik SKALA 3 No Pernyataan 1 Saya berusaha menjadi sempurna dalam segala hal Ada orang-orang yang mengharapkan saya menjadi sempurna Saya ingin menjadi yang terbaik dalam segala hal Keluarga saya mengharapkan saya menjadi sempurna Ketika saya melakukan sesuatu, hal tersebut harus sempurna Orang lain selalu mengharapkan saya menjadi sempurna Saya merasa sangat terganggu saat saya tidak melakukan segalanya yang terbaik setiap saat Saya merasa sangat terganggu ketika saya tidak melakukan yang terbaik setiap saat Orang-orang disekitar saya mengharapkan saya hebat dalam segala hal 2 3 4 5 6 7 8 9 Sangat Tidak Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Sangat Sesuai 120 SKALA 4 Sangat Tidak Tidak Sesuai Sesuai No Pernyataan 1 Orang tua saya mendiskusikan dengan saya, terkait pilihan karier yang sesuai dengan minat dan bakat saya Orang tua saya mendorong saya untuk mencari informasi tentang karier yang saya minati Orang tua saya mendukung saya untuk mendapatkan karier yang saya minati Orang tua saya memberikan masukan tentang pilihan karier yang ada Orang tua saya membicarakan tentang kesempatan kerja di berbagai pilihan karier dengan saya Orang tua saya telah memiliki karier untuk saya di masa depan dan berusaha untuk memengaruhi saya sesuai keinginan mereka. Orang tua saya terlalu sering ikut campur dalam persiapan karier saya Orang tua saya mencoba memaksakan pilihan karier mereka kepada saya Orang tua saya membicarakan tentang pilihan karier yang mereka tidak sukai kepada saya Orang tua saya berusaha untuk mendorong saya ke arah pilihan karier tertentu Orang tua saya tidak terlalu tertarik dengan masa depan karier saya Orang tua saya tidak peduli dengan persiapan karier saya Orang tua saya tidak dapat mendukung persiapan karier saya, karena mereka kurang mengetahui tentang berbagai karier yang ada Orang tua saya tidak dapat mendukung persiapan karier saya karena terlalu sibuk Orang tua saya tidak dapat mendukung persiapan karier saya karena sedang menghadapi kesulitan di tempat kerjanya 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Terima kasih Sesuai Sangat Sesuai 121 LAMPIRAN 2 FORMAT KUESIONER ONLINE/DARING Informed consent 122 LAMPIRAN 3 SYNTAX DAN PATH DIAGRAM CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS LISREL Kesulitan pengambilan keputusan karier UJI VALIDITAS KONSTRUK KESULITAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER DA NI=32 NO=471 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30 ITEM31 ITEM32 ITEM33 ITEM34 PM SY FI=CDMD.COR MO NX=32 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK CDMD FR TD 32 31 TD 19 18 TD 21 16 TD 26 23 TD 10 8 TD 3 2 TD 9 7 TD 16 14 TD 22 20 TD 12 11 TD 6 4 TD 25 24 TD 30 27 TD 27 8 TD 22 15 TD 14 13 TD 16 11 TD 15 14 TD 17 6 TD 23 15 TD 29 28 TD 5 4 TD 27 6 TD 32 5 TD 12 1 TD 13 12 TD 13 11 FR TD 31 24 TD 32 24 TD 22 18 TD 22 19 TD 15 7 TD 29 14 TD 17 14 TD 21 17 TD 10 9 TD 28 21 TD 28 27 TD 30 28 TD 29 25 TD 28 25 TD 13 4 TD 31 27 TD 25 20 TD 32 25 TD 26 7 TD 15 4 TD 30 20 TD 28 1 TD 31 21 TD 16 15 TD 18 7 TD 4 2 TD 11 5 TD 11 4 TD 17 16 TD 21 6 TD 16 4 TD 27 15 TD 15 6 TD 23 6 TD 28 11 TD 29 9 FR TD 9 8 TD 26 8 TD 23 8 TD 28 7 TD 28 3 TD 25 22 TD 31 25 TD 11 1 TD 11 9 TD 12 7 TD 20 19 TD 20 18 TD 11 6 TD 13 6 TD 19 12 TD 18 12 TD 19 13 TD 26 13 TD 30 16 TD 20 3 TD 25 18 TD 25 19 TD 20 17 TD 20 15 TD 15 10 TD 20 6 TD 23 20 TD 13 8 TD 11 2 TD 15 11 TD 30 21 TD 30 29 TD 30 23 TD 20 14 TD 24 6 TD 24 23 TD 26 24 TD 31 8 TD 32 13 TD 30 13 TD 17 9 TD 24 7 TD 24 17 FR TD 14 1 TD 31 22 TD 31 7 TD 22 12 TD 26 4 TD 26 11 TD 7 6 TD 22 4 TD 22 6 TD 25 7 TD 25 17 TD 31 2 TD 27 1 TD 8 1 TD 32 1 TD 27 14 TD 27 16 TD 27 5 TD 6 5 TD 12 6 TD 26 6 TD 17 5 TD 32 12 TD 22 17 TD 22 21 TD 17 8 TD 25 23 TD 26 25 TD 27 25 TD 28 6 TD 28 4 TD 13 7 TD 11 7 TD 11 8 TD 12 8 TD 16 8 TD 22 13 TD 9 2 TD 24 9 TD 23 10 TD 26 10 TD 25 2 TD 24 13 FR TD 29 12 TD 29 1 TD 27 7 TD 25 16 TD 18 16 TD 21 18 TD 18 14 TD 21 12 TD 21 11 TD 23 22 TD 24 22 TD 3 1 TD 2 1 TD 31 3 TD 16 13 TD 21 19 TD 12 2 TD 12 3 TD 19 3 TD 32 11 TD 30 11 TD 30 10 TD 10 3 TD 9 3 TD 9 1 TD 21 14 TD 27 4 TD 31 30 TD 29 23 PD 123 OU TV SS MI Chi-square=324.91, df=286, P-value=0.05634, RMSEA=0.017 124 Extraversion UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPRIBADIAN EXTRAVERSION DA NI=4 NO=471 MA=PM LA ITEM1 ITEM6 ITEM11 ITEM16 PM SY FI=EXT.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK EXTRAVERSION FR TD 4 2 TD 3 2 PD OU TV SS MI 125 Agreeableness UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPRIBADIAN AGREEABLENESS DA NI=4 NO=471 MA=PM LA ITEM2 ITEM7 ITEM12 ITEM17 PM SY FI=AGB.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK AGREEABLENESS FR TD 3 1 TD 4 3 PD OU TV SS MI 126 Conscientiousness UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPRIBADIAN CONSCIENTIOUSNES DA NI=4 NO=471 MA=PM LA ITEM3 ITEM8 ITEM13 ITEM18 PM SY FI=CONS.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK CONSCIENTIOUSNESS FR TD 3 1 PD OU TV SS MI 127 Conscientiousness UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPRIBADIAN CONSCIENTIOUSNES DA NI=4 NO=471 MA=PM LA ITEM3 ITEM8 ITEM13 ITEM18 PM SY FI=CONS.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK CONSCIENTIOUSNESS FR TD 3 1 PD OU TV SS MI 128 Neuroticism UJI VALIDITAS KONSTRUK NEUROTICISM DA NI=4 NO=471 MA=PM LA ITEM4 ITEM9 ITEM14 ITEM19 PM SY FI=NEURO.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK NEUROTICISM FR TD 4 2 PD OU TV SS MI 129 Openness to Experience UJI VALIDITAS KONSTRUK OPENNESS TO EXPERIENCES DA NI=4 NO=471 MA=PM LA ITEM5 ITEM10 ITEM15 ITEM20 PM SY FI=OPN.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK OPENNESS FR TD 3 2 PD OU TV SS MI 130 Self-oriented Perfectionism UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF-ORIENTED PERFECTIONISM DA NI=4 NO=471 MA=PM LA ITEM1 ITEM3 ITEM5 ITEM7 PM SY FI=SOP.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SOP FR TD 2 1 PD OU TV SS MI 131 Socially Prescribed Perfectionism UJI VALIDITAS KONSTRUK SOCIALLY PRESCRIBED PERFECTIONISM DA NI=5 NO=471 MA=PM LA ITEM2 ITEM4 ITEM6 ITEM8 ITEM9 PM SY FI=SPP.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SPP FR TD 5 4 TD 2 1 TD 5 1 PD OU TV SS MI 132 Parental Career-related Behavior Support UJI VALIDITAS KONSTRUK SUPPORT DA NI=5 NO=471 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=SPRT.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SUPPORT FR TD 5 4 TD 3 2 PD OU TV SS MI 133 Parental Career-related Behavior Interference UJI VALIDITAS KONSTRUK PCB INTERFERENCE DA NI=5 NO=471 MA=PM LA ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 PM SY FI=INT.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK INTERFERNECE PD OU TV SS MI 134 Parental Career-related Behavior Lack of Engagment UJI VALIDITAS KONSTRUK LACK OF ENGAGEMENT DA NI=5 NO=471 MA=PM LA ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 PM SY FI=LACK.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK LACKOFENGAGEMENT FR TD 5 4 TD 2 1 TD 3 2 PD OU TV SS MI 135 LAMPIRAN 4 OUTPUT HASIL ANALISIS SPSS Descriptive Statistics Std. N Minimum Maximum Mean Deviation CDMD 471 21.25 77.11 50.0000 9.65323 Extraversion 471 28.10 67.10 50.0000 8.90005 Agreeableness 471 24.28 65.38 50.0000 9.18656 Conscientiousness 471 23.07 68.10 50.0000 7.39223 Neuroticism 471 24.33 65.03 50.0000 8.20606 Openness 471 26.67 68.16 50.0000 8.24870 Selforiented 471 25.34 64.07 50.0000 8.91399 Sociallyprescribed 471 26.67 67.30 50.0000 9.34026 Support 471 19.27 65.43 50.0000 9.02606 Interference 471 36.00 73.68 50.0000 9.33999 Lackofengagement 471 38.05 82.06 50.0000 9.10950 Valid N (listwise) 471 136 Model Summary Change Statistics Std. Error Mod el R 1 .492a Sig. F R Adjusted R of the R Square F Square Square Estimate Change Change .242 .226 8.49509 .242 Chang 14.689 df1 df2 10 e 460 .000 a. Predictors: (Constant), Lackofengagement, Selforiented, Extraversion, Openness, Agreeableness, Interference, Neuroticism, Conscientiousness, Support, Sociallyprescribed ANOVAa Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Regression 10600.286 10 1060.029 Residual 33196.613 460 72.167 Total 43796.899 470 Sig. 14.689 .000b a. Dependent Variable: CDMD b. Predictors: (Constant), Lackofengagement, Selforiented, Extraversion, Openness, Agreeableness, Interference, Neuroticism, Conscientiousness, Support, Sociallyprescribed Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 57.839 6.803 Extraversion -.245 .046 Agreeableness -.028 Conscientiousness Coefficients Beta t Sig. 8.502 .000 -.226 -5.367 .000 .044 -.026 -.633 .527 -.202 .059 -.155 -3.440 .001 .261 .050 .222 5.201 .000 -.227 .049 -.194 -4.639 .000 Selforiented .006 .052 .006 .124 .902 Sociallyprescribed .068 .052 .066 1.307 .192 -.035 .051 -.033 -.690 .491 Interference .127 .047 .122 2.708 .007 Lackofengagement .118 .051 .112 2.324 .021 Neuroticism Openness Support a. Dependent Variable: CDMD 137 Model Summary Change Statistics Std. Error Mod R Adjusted R of the R Square F Square Square Estimate Change Change Sig. F el R df1 df2 1 .248a .062 .060 9.36062 .062 30.844 1 469 .000 2 .254b .064 .060 9.35749 .003 1.314 1 468 .252 3 .323c .105 .099 9.16369 .040 21.005 1 467 .000 4 .392d .154 .147 8.91673 .049 27.226 1 466 .000 5 .438e .192 .183 8.72333 .038 21.892 1 465 .000 6 .440f .193 .183 8.72607 .001 .709 1 464 .400 7 .458g .210 .198 8.64724 .016 9.498 1 463 .002 8 .466 h .217 .203 8.61670 .007 4.288 1 462 .039 9 .483i .233 .218 8.53552 .016 9.829 1 461 .002 10 .492j .242 .226 8.49509 .009 5.399 1 460 .021 a. Predictors: (Constant), Extraversion b. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness c. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness d. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism e. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness f. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness, Selforiented g. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness, Selforiented, Sociallyprescribed h. Predictors: (Constant), Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness, Selforiented, Sociallyprescribed, Support i. Predictors: (Constant), Sociallyprescribed, Agreeableness, Neuroticism, Extraversion, Openness, Conscientiousness, Selforiented, Support, Interference j. Predictors: (Constant), Sociallyprescribed, Agreeableness, Neuroticism, Extraversion, Openness, Conscientiousness, Selforiented, Support, Interference, Lackofengagement Change