Uploaded by Sholi NurA

15 Esai Terbaik

advertisement
15 Esai Terbaik
Lomba Esai BEM USD 2020
Nama
: Reneldus Maryono Paing
NIM
176114050
Prodi
: Filsafat Keilahian
Judul Esai
: Perkuliahan Daring: Solusi atau Pelarian?
Perkuliahan online bukanlah sebuah sistem baru dalam dunia pendidikan, melainkan
suatu sistem yang telah ada dengan beriringnya perkembangan dunia teknologi. Dunia boleh
saja berbicara bahwa semua lini kehidupan telah diwarnai dan harus beradaptasi dengan
teknologi. Akan tetapi, fakta di lapangan berbicara lain. Salah satunya adalah sistem
pendidikan yang dianjurkan dan diharapkan dengan media digital atau daring masih sangat
minimalis di Indonesia. Perkuliahan daring tidak hanya memvirtualkan bahan pengajaran,
tetapi juga soal fasilitas dan penetrasi jaringan internet. Selain itu, kemampuan para dosen
dalam memberikan materinya dan daya tangkap mahasiswa lewat daring.
Perkuliahan online atau daring menjadi alternatif yang kian membias di tengah
merebaknya virus corona. Pandemic ini menuntut semua lembaga, tanpa pengecualian untuk
menggunakan sarana media digital dalam kegiatan belajarnya semaksimal mungkin. Berbagai
universitas berlomba-lomba menelisik cara-cara yang efektif dalam mentransmisikan sistem
pengajarannya.
Perkembangan
teknologi
yang
kian canggih
mengakomodasi
dan
memobilisasi sistem perkuliahan ini.
Akan tetapi, ada saja kerentanan dalam penerapan sistem perkuliahan darurat yang
ada. Penetrasi jaringan internet yang belum merata ke semua daerah. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik tahun 2019, tingkat penetrasi internet di pedesaan rata-rata 51,91 persen, di
perkotaan pun rata 78,08 persen.1 Hal ini menunjukkan kualitas jaringan yang rendah dan
berdampak pada proses perkuliahan yang “lola” (loading lambat). Efektivitas dan mutu
perkuliahan menjadi rendah dan sukar untuk dipahami dengan cepat.
Kepemilikan media sosial yang standar dengan penerapan daring. Kepemilikan media
pembelajaran jarak jauh juga masih sangat kurang. Tentunya media atau sarana menjadi
penentu. Jika masih sangat kurang, bahkan tidak ada akan tidak tercapainya sistem daring.
1
Kompas, Edisi Kamis, 30 April 2020, 5.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Media bisa menjadi tolok ukur sejauh mana perkuliahan online dinyatakan masih minim atau
telah maksimal. Selain itu, kegagapan para dosen dan mahasiswa dalam mengakses daring.
Bisa saja jaringan dan fasilitas lengkap, tetapi kemampuan kedua belah-pihak sangat dan hal
amat sangat ini berpengaruh dalam penerapan sistem daring. Kegagapan dari keduanya atau
salah satu dari keduanya akan membuat kecanduan minimalis daring tak terobati.
Kerentanan-kerentanan ini yang menghadirkan berbagai potretan ketidakpuasaan dan
ketidakefektivan dari sistem daring darurat selama pandemic Covid-19. Dengan demikian,
perkuliahan daring di tengah pandemi ini adalah sebuah solusi ataukah pelarian semata?
Belajar dari (di) Rumah: “Solusi atau Pelarian?”
Institusi pendidikan dinilai sebagai salah satu sektor yang cepat menanggapi
gelombang penyebaran virus corona. Institusi pendidikan membuat reaksi cepat karena
dinilai potensial meningkatkan penyebaran. Sekolah-sekolah dengan basis jumlah murid yang
cukup banyak sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran Covid-19. Selain sekolahsekolah, universitas-universitas pun ditutup untuk sementara. Perkuliahan dialihkan ke
rumah. Semuanya pun berlangsung dari rumah. Proses belajar-mengajar akhirnya tersendat
mengingat metode distribusi pengetahuan dirasa kurang optimal dan memadai. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pun menerapkan kebijakan sistem belajar dari rumah.
Belajar dari rumah membuat slogan merdeka belajar semakin kelihatan. Apa maksud
merdeka dalam konteks belajar dari rumah? Dari fenomena dan kesan umum yang terlihat,
proses belajar justru di luar kendali. Belajar dari rumah untuk konteks pelajar SD-SMA
adalah liburan. Kita tidak bisa menyangkal bahwa efektivitas kegiatan belajar dengan pantuan
jarak jauh oleh para pendidik dan bimbingan langsung dari orangtua hanya berlangsung di
pekan awal. Berada di rumah selama pandemi diharapkan tetap produkif dalam belajar.2
Akan tetapi, kadang-kadang orang justru merasa bebas-merdeka untuk belajar. Dalam hal ini,
ia menerapkan prinsip “semau gue.” Belajar dari rumah adalah sebuah tameng yang dipakai
untuk menahan tuduhan bahwa selama Covid-19 sistem pendidikan vakum.
Pada jenjang yang lebih tinggi, seperti Perguruan Tinggi (PT), kebijakan belajar dari
rumah ditopang kuat dengan optimalisasi penggunaan sarana teknologi komunikasi. Dari sini,
2
“Saat Industri Telekomunikasi Memasuki Era Normal Baru”, Tempo, Edisi 15-21 Juni 2020, 8.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
kemudian kita mengenal istilah “belajar online.” Sistem belajar ini diperkuat lagi dengan
istilah “e-learning.” Mekanismenya pun sepenuhnya diberikan kepada teknologi. Kuliah
online dengan aplikasi “video-conference,” penilaian dan pengiriman tugas dengan sistem
online, hingga absensi kehadiran juga dilakukan dengan sistem virtual-online. Dalam sistem
belajar berbasis online ini mengandaikan bahwa semua peserta didik dan pendidik paham
tentang teknologi dan fitur-fitur yang dioperasikan.3 Jika tidak, masalah baru muncul karena
ignorance dalam proses belajar.
Selama pandemi, pendidikan terasa adanya leap terhitung sejak awal akhir Februari
2020. Pasca instruksi pemerintah untuk belajar dari rumah, bekerja dari rumah, ataupun
beribadah dari rumah dan lain sebagainya membuat situasi di Indonesia menjadi beda. Hal ini
juga berdampak dalam proses pendidikan. Bagaimana tidak, hampir 100% aktivitas kerja dan
sekolah dilakukan dari (di) rumah. Dengan fenomena ini teknologi menjadi penguasa yang
membius mata masyarakat. Serba-serbi kehidupan diwarnai oleh dunia online. Absensi,
materi pembelajaran, tugas, kuis, ulangan harian, dan berbagai ujian dilakukan dari (di)
rumah via berragam aplikasi yang ada dalam jasa daring. Dengan adanya sistem ini seolah
semua orang telah pandai dengan sistem daring.
Akan tetapi, fenomena di lapangan mengafirmasi adanya kendala yang tak terelakkan.
Hal ini disebabkan oleh ‘dosa’ masa lalu proses pendidikan Indonesia, masih menjadi momok
mematikan bagi proses pembelajaran daring. Kita perlu menyadari bahwa tidak semua
mahasiswa berasal dari keluarga kelas menengah ke atas.4 Tidak semua mahasiswa dan
pengajar di Indonesia menikmati proses ‘milenial’ ini. Tidak semua mereka memiliki gawai
dan leptop. Ada yang punya tetapi susah untuk mendapatkan akses internet. Bahkan di daerah
tertentu tidak ditemukan jaringan internet. Ada yang tidak memiliki dua-duanya.
Selain itu, kapabilitas dan kreativitas para dosen adalah salah satu tuntutan terbesar
dalam sistem perkuliahan daring atau jarak jauh di satu sisi. Di lain sisi, ketekunan,keseriusan
mahasiswa menjadi tuntutan lain. Akan tetapi keduanya tidak terlepas dari jaringan atau
koneksi. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor penentu dalam pelaksaan perkuliahan
online. Sistem ini sebenarnya sebuah peralihan metode face to face (jarak dekat) ke metode
screen to screen (jarak jauh). Dasarnya adalah ketersediaan semua informasi yang relevan
secara real time melalui jaringan dengan menghubungkan orang, benda dan sistem
dioptimalkan, terorganisir secara mandiri dan penciptaan nilai lintas jaringan yang dapat
Bdk. Elena G. Popkova · Yulia V. Ragulina Aleksei V. Bogoviz (Ed), Industry 4.0: Industrial Revolution of
the 21st Century, (Poland: Polish Academy of Sciences, 2019), 98.
4
“Anak-Anak Kelas Bawah Terkendala”, Kompas, Edisi Senin, 13 April 2020, 5.
3
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
sesuai dengan berbagai kriteria, seperti biaya, ketersediaan dan sumber daya.5 Tentunya
sistem ini mempunyai visi yang sangat membantu mahasiswa dan pengajar dalam keadaan
apa pun dan di mana pun tetap bisa melaksanakan perkuliahan.
Lalu, seberapa efektif model pembelajaran online ini berpengaruh bagi proses belajar
para peserta didik atau mahasiswa? Dari fenomena yang terlihat, intensitas ketertarikan
peserta didik dalam mengikuti kuliah online sangat kecil. Bahkan, kebanyakan menciptakan
kejenuhan dalam proses belajar. Beberapa mahasiswa merasa kehilangan momen perjumpaan
langsung dengan dosen-dosen favorit. Seperti tak ada yang dipelajari selama semester ini. Ini
reaksi-reaksi spontan yang disampaikan mahasiswa terkait sistem belajar virtual-online.
Intensitas ketertarikan pada sistem belajar online tentunya membuat seseorang tidak
produktif dan memilih absen. Padahal, kehadiran (presence) merupakan salah satu tolok ukur
dalam membantu proses internalisasi pendidikan dalam kegiatan belajar. Dari sharing banyak
mahasiswa, kebanyakan telah memilih pulang kampung dan berlibur. Tak ada kuliah. Kuliah
memberatkan karena memerlukan data dan harus mencari tempat baik agar terkoneksi.
Kuliah online dengan kata lain menambah beban perkuliahan karena harus membeli data agar
bisa masuk dalam kelas video-conference dan mendownload-upload tugas perkuliahan.
Hemat penulis, sistem perkuliahan daring di tengah pandemi adalah sebuah solusi dan
sekaligus pelarian. Mengapa demikian? Dapat dikatakan solusi jika pihak universitas atau
fakultas telah memberikan input dan praktik skill dalam penetrasi berbagai fasilitas “elearning”. Pemantapan dalam soal fasilitas dan skill para pengajar menjadi salah satu standar
penting dalam perkuliahan daring. Sementara di lain sisi, dapat dikatakan sebagai pelarian
jika proses perkuliahan yang terjadi dalam kebingugan, entah karena sarana maupun skill
minimalis dari para dosen. Hal ini diafirmasi oleh banyaknya keluhan dari mahasiswa.
Perkuliahan online hanyalah judul belaka. Banyak dosen kebingungan, dalam waktu singkat
harus mempelajari macam-macam sarana pembelajaran daring.6 Karena tuntutan segera
melanjutkan proses pembelajaran, metode ralat dan galat (trial and error) terpaksa di
terapkan. Dan yang terjadi adalah para pengajar hanya dan selalu memberikan tugas online
setiap kali jam pelajarannya, tanpa mengadakan tatap muka dengan menggunakan berbagai
aplikasi yang ada.
Tanggungjawab utama dari para pendidik ialah bahwa mereka tidak hanya sadar akan
prinsip-prinsip umum pembentukan pengalaman saat ini dengan menciptakan kondisi
Ulrich Sendler (Ed), The Internet of Things: Industrie 4.0 Unleashed, (Regensburg, Germany:
Zweigniederlassung, 2016), 17.
6
Angga Indraswara, “Pendidikan Solidaritas Kemanusiaan”, Opini Kompas, Jumat, 15 Mei 2020, 7.
5
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
lingkungan tertentu, tetapi mereka juga menerima dalam bentuk konkret hal-hal di sekitarnya
yang sangat kondusif bagi perolehan pengalaman yang menuntun pada pertumbuhan dan
pencapaian ilmu yang diperoleh peserta didik.7 Namun situasi sekaramg sangat memberi
beban pada mahasiswa dan membuat pengalaman perkuliahan menjadi sesuatu yang
membosankan, bahkan bisa sampai pada titik kejenuhan dan berdampak pada tidak
berkualitasnya pendidikan yang diperoleh. Mahasiswa terengah-engah mengikuti proses
pembelajaran. Dalam sekejap tugas menumpuk. Mereka dituntut bertransformasi jadi
pembelajar mandiri dalam waktu semalam.8 Ini didasarkan kegagapan para pengajar yang
tidak mempunyai skill khusus dalam bidang ini atau tidak adanya keseriusan dari pihak
universitas atau fakultas dalam merespon dan memaksimalkan perkembangan teknologi
dalam dunia pendidikan. Hal ini nyata ketika dunia pendidikan berhadapan dengan situasi
pandemi. Ada begitu banyak lembaga pendidikan yang tidak siap untuk melaksanakan sistem
pembelajarannya secara online. Jika terjadi, maka itu bisa saja ikut-ikutan dan terpaksa.
Rasanya pendidikan gaya lama masih sangat dominan.
Akhir Kata
Perkuliahan daring di tengah pandemi Covid-19 sering dikatakan sebagai kurikulum
darurat. Kurikulum ini bisa dikatakan sebagai babak baru dalam sistem pendidikan di
Indonesia. Ketersediaan software (piranti lunak), website, akses internet, listrik, gadget, dan
komputer menjadi ciri khas implementasi model ini.9 Karakteristik proses pendidikan abad
ke-21 selalu menemui tantangan dan juga sekaligus mendatangkan peluang baru. Gejala ini
hadir sebagai konsekuensi dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Reformasi pendidikan yang berasal dari pengembangan model kurikulum virtual akan
berdampak pada terciptanya sistem pendidikan gaya baru. Lyn Haas menegaskan bahwa
pendidikan itu harus bersifat demokratis, yakni; pendidikan untuk semua.10 Hal ini senada
dengan spirit pasal 31 ayat (1) UUD 1945, “semua warga negara berhak mendapatkan
pendidikan”, maka semua mahasiswa dan pengajar seharusnya memperoleh perlakuan yang
sama, memberikan skill dan keterampilan yang sesuai dengan kemajuan teknologi terkini,
kemampuan komunikasi global.
John Dewey . Experience and Education, (India: AAAKAR Books, 2004), 40.
Angga Indraswara, “Pendidikan Solidaritas Kemanusiaan”, 7.
9
Bdk. Ulrich Sendler (Ed), The Internet of Things: Industrie 4.0 Unleashed, 31-33.
10
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), 19.
7
8
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Semoga wabah Covid-19 ini tidak hanya membawa kepanikan di ruang publik, tetapi
ini menjadi salah satu titik pacu bagi bangsa Indonesia, khususnya pemerintah dan
kementerian terkait untuk berkonsentrasi penuh mengerahkan seluruh anggaran pendidikan
tahun ini untuk menciptakan kurikulum virtual; proses belajar mengajar via teknologi daring,
sambil menyiapkan sarana prasarana pendukung, ketersediaan jejaring internet, manajerial
demokratis yang berdaya saing, sampai pada keterlibatan masyarakat secara berkelanjutan.
Pemerataan kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia menjadi kewajiban yang mesti
diprioritaskan, sesuai amanat sila ke-5 Pancasila; keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Indonesia yang adil; sama rasa–satu rasa, proses pendidikan wajib memberi
kenyamanan bagi seluruh peserta didik dan pendidik se-Indonesia Raya.
Daftar Pustaka
Kompas, Edisi Kamis, 30 April 2020.
Tempo, Edisi 15-21 Juni 2020.
Kompas, Edisi Senin, 13 April 2020.
Indraswara, Angga., Opini Kompas, Jumat, 15 Mei 2020, 7.
G. Elena, Popkova, V. Yulia Aleksei, Ragulina Bogoviz, V (Ed).,
Industry 4.0: Industrial Revolution of the 21st Century, Poland: Polish Academy of Sciences,
2019.
Sendler, Ulrich (Ed), The Internet of Things: Industrie 4.0 Unleashed, Regensburg, Germany:
Zweigniederlassung, 2016.
Dewey, John., Experience and Education, India: AAAKAR Books, 2004.
Rosyada, Dede., Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, 2004.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
30,00
48,00
TOTAL
98,00
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: William Christopher Hariandja
NIM
176114058
Prodi
: Program Studi Filsafat Keilahian
Judul Esai
: Mahasiswa Sebagai Bagian Dari Masyarakat Dalam Menghadapi Wabah
Corona Virus Disease-19: Penonton Atau Aktor?
Pengantar
Sejarah menunjukkan bahwa konsekuensi dari penyakit menular tidak ada tandingannya.
Wabah pes di Eropa abad ke-14 menyebabkan kematian 1/3 populasi. Persis seabad lalu, dunia
dihebohkan dengan merebaknya epidemi flu Spanyol yang membunuh 20-100 juta penduduk.
Sementara itu penyakit cacar (smallpox) di sepanjang abad 20 telah membunuh 300-540 juta
penduduk bumi. Dunia juga sudah dihebohkan dengan penyakit-penyakit menular baru yang
muncul diabad ke-20 ini, seperti Ebola, Tuberculosis, Severe Acute Respiratory System (SARS),
dan terakhir Corona Virus Disease-19 ini.
Masyarakat dunia dihebohkan dengan banyaknya dampak yang ‘dihasilkan’ wabah
Corona Virus Disease-19 ini. Bukan hanya terbatas pada persoalan medis, dunia dan segenap
masyarakatnya harus ‘menelan pil pahit’, lantaran wabah Corona Virus Disease-19 ini
berpengaruh terhadap seluruh dimensi kehidupan masyarakat. Bagi kita para mahasiswa, wabah
Corona Virus Disease-19 ini juga berdampak secara langsung terhadap segi-segi kehidupan kita.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Apakah berdiam diri di rumah saja sudah cukup menjadi
‘jalan ninja’ kita dalam menyikapi pandemi ini?
Melihat Sebuah Pandemi dari ‘Kacamata’ Albert Camus
Wabah penyakit memang sesuatu yang menakutkan. Selain karena wabah itu sendiri
mematikan, permasalahan lain yang timbul adalah kecemasan berlebih dari orang-orang yang
menghadapi wabah tersebut. Kalau kata Albert Camus –seorang filsuf eksistensialis dan novelis
dari Aljazair– wabah dapat menjadi momentum manusia untuk memasuki sebuah ruang kosong
bernama absurditas, di mana ketidakjelasan masa depan merupakan hakikat hidup manusia.
Absurditas tidak melulu bernilai negatif. Absurditas bisa jadi hadir sebagai sesuatu yang bernilai
positif, karena dari rasa cemas itulah manusia dapat mempertanyakan identitas dirinya dan
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
menyadari bahwa dirinya ada bersama yang lain, bukan subjek tunggal yang superior dan bisa
bertindak semaunya.
Albert Camus? Siapa dia? Albert Camus merupakan seorang filsuf eksistensialis dan
novelis yang lahir pada 7 November 1913 di Mondovi, sebuah desa kecil di Aljazair, ketika
Aljazair masih berada dalam koloni Perancis. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Lucien
Auguste Camus –seorang tentara– dan Catherine Helene –seorang buruh dan asisten rumah
tangga– yang merantau dari Bordeaux, Perancis. Ayah Camus meninggal saat ia berumur satu
tahun karena tertembak saat menjalani tugas militer selama Perang Dunia Pertama. Kecemasan,
kegamangan, dan ketidakjelasan hidup sudah menjadi makanan sehari-hari Camus, mengingat
ibunya yang hanyalah janda berpendidikan rendah dan tunarungu harus bertarung hidup di
tengah kelas pekerja.1
Cukup beruntung, Camus bisa bersekolah di sebuah sekolah dasar negeri –Ecole
Communale– dan dalam studi di tingkat dasar inilah, Camus senang bereksplorasi akan dunia
sejarah dan menaruh kepedulian kepada dunia kelas pekerja yang penuh dengan kemiskinan.
Walaupun sempat terhambat masalah kesehatannya, Camus mampu menyelesaikan sekolah
dasar, bahkan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah menengah –Grand Lycee– di
Kasbah, sebuah distrik dengan konsentrasi penduduk mayoritas Islam yang membawa Camus
mengenal komunitas di luar dirinya. Di sekolah menengah inilah, Camus mengeksplorasi bakat
dan minatnya dalam bidang filsafat, sastra, seni, teater, film, bahkan olahraga! Walaupun
penyakit tuberculosis yang diidapnya amat mengganggu, Camus tidak menyerah pada nasib,
melainkan terus berupaya melampauinya.2
Tanpa perlu berlama-lama dengan masa hidup Camus, mari kita mengulik lebih dalam
sebuah karya sastra tulisan Camus yang saya gunakan untuk melihat fenomena pandemi Corona
Virus Disease-19 ini. Saya akan mengangkat karya Camus yang berjudul “Sampar” (judul
aslinya “La Peste”), yang ditulisnya pada tahun 1947. Mengapa novel ini? Pertama, novel ini
menempati kedudukan istimewa di antara novel-novel lain pada masanya. Novel “Sampar”
menjadi ujung tombak pemikiran dan pandangan Camus tentang absurditas manusia, yang
mengajak pembacanya untuk melihat dan mempertanyakan tanggapan manusia terhadap seluruh
Disarikan dari Internet Encyclopedia of Philosophy, “Albert Camus (1913-1960)”, diakses dari
https://www.iep.utm.edu/camus/ pada 16 Mei 2020 pukul 12:12.
2
Disarikan dari Internet Encyclopedia of Philosophy, “Albert Camus (1913-1960).
1
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
keberadaan diri manusia beserta ‘masalah’ yang melingkupinya.3 Selain itu, apabila Anda pernah
membaca novel “Sampar” secara utuh, maka Anda akan menemukan hampir semua fakta yang
terjadi dalam komunitas masyarakat dunia saat berada di tengah pandemi Corona Virus Disease19 ini diramalkan jauh-jauh hari oleh Camus dengan amat mirip!
Novel “Sampar” mengambil sudut pandang waktu dan tempat pada tahun 1947 di Oran,
sebuah kota di Aljazair, koloni Perancis. Situasi Oran yang damai tiba-tiba terusik oleh sebuah
wabah penyakit sampar –yang dibawa oleh tikus-tikus secara mendadak– dan lantas membuat
penduduk Oran menjadi cemas. Melalui penokohan yang kuat, Camus mengajak pembacanya
untuk melihat berbagai potret manusia yang bereaksi terhadap keadaan malang tersebut. Dr.
Bernard Rieux yang penuh dedikasi dalam menangani kasus pandemi sampar tersebut, para
penduduk Oran yang penuh kekhawatiran dan menyalahkan pemerintah yang dinilai lamban,
media massa yang memframing kasus sampar di Oran tanpa memberikan sudut pandang
pemberitaan yang lain dan membuat masyarakat menjadi panik dan gelisah, Raymond Rambert
yang hanya mementingkan diri sendiri dan hidupnya (mencoba keluar dari Oran yang
dilockdown karena ingin bertemu dengan kekasihnya) tanpa memperdulikan keselamatan orang
banyak, Pastor Paneloux –seorang imam Yesuit– yang berpandangan bahwa penyakit adalah
kutukan dari Allah karena umat-Nya berdosa, serta Cottard yang meraup keuntungan sebanyakbanyaknya dari penjualan harga barang-barang yang melambung tinggi.
Epidemi sampar yang menyerang kota Oran telah menjadi masalah yang melibatkan
semua penduduk. Bersamaan dengan situasi Oran yang chaos, Dokter Rieux sebagai pengabdi
masyarakat yang mumpuni merasa kalut dengan situasi sampar tersebut, seperti digambarkan
Camus bahwa “Sepanjang hari Dokter Rieux menyadari bahwa rasa peningnya bertambah setiap
kali dia memikirkan sampar. Akhirnya ia mengakui bahwa dia takut. Dua kali dia masuk ke
kedai kopi yang penuh...”.4 Situasi ini semakin chaos tatkala Dokter Rieux harus menghadapi
fakta bahwa “... begitu pintu kota tertutup, mereka sadar bahwa semua, termasuk penulis sendiri,
bisa dikatakan senasib sepenanggungan, dan harus menerima hidup dalam keadaan yang baru”.5
Dengan setting cerita seperti itu, Camus mengajak pembacanya untuk memikirkan ulang
langkah yang bisa diambil. Camus menempatkan eksistensi manusia dalam kemampuan
penduduk Oran untuk mengambil keputusan dan tindakan dalam menghadapi wabah penyakit di
M. Sastrapratedja, Manusia Multi Dimensional, (Jakarta: Gramedia, 1982), 15.
Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), (Jakarta: Yayasan Obor, 1985), 49.
5
Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 56.
3
4
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Oran, sebagai wujud ke-ada-an mereka sebagai manusia. Di tengah kegamangan, kebimbangan,
dan kecemasan masyarakat, pilihan yang tersedia amat terbatas. Pilihan tersebut bermuara ke dua
hal: mementingkan diri sendiri atau mementingkan kepentingan seluruh penduduk. Dengan tidak
menampilkan penilaian moral atas aneka perilaku tokoh-tokoh dalam cerita dan memberi pilihan
kepada pembaca untuk membaca tujuan dan maksud perilaku para tokoh, Camus mempertegas
pandangannya bahwa pergulatan manusia tampak dalam memilih suatu pilihan sikap dan
tindakan tertentu sebagai sebuah wujud ke-ada-an dirinya. Manusia harus siap tatkala harus
berhadapan dengan pilihan-pilihan sosial yang seringkali tidak memberi ruang bagi masingmasing individu untuk memilih sebuah pilihan dan tindakan dengan bebas.
Absurditas sebagai kontradiksi antara dunia irasional dengan keinginan manusia akan
kejelasan mendorong manusia terus-menerus mencari keterangan atas kemalangan, bencana dan
tujuan hidupnya.6 Dalam situasi ambang batas seperti ini, realita menjadi cermin diri, menuntut
seseorang untuk segera mengambil pilihan, berkomitmen untuk mengambil suatu tindakan, serta
berjuang mengatasi irasionalitas peristiwa. Absurditas menjadi kesempatan bagi seseorang untuk
lebih jujur terhadap diri sendiri. Terhadap kegagalan, manusia tidak harus hadir sebagai
‘pahlawan kesiangan’.7 Dalam situasi sulit yang penuh dengan kecemasan –di mana situasi serba
tidak jelas– manusia sesungguhnya mendapat kesempatan untuk membuktikan ke-ada-annya
melalui aneka macam pilihan dan tindakan yang diambil. Kebebasan menjadi kesempatan
manusia untuk melampaui situasi yang absurd. Dengan demikian, Camus seolah-olah mau
mengatakan bahwa: “Kita bukan kaum sado-masokis yang justru menikmati penderitaan tanpa
mencari jalan keluar. Kita harus melawannya!”.
Situasi dunia di tengah pandemi Corona Virus Disease-19 ini kiranya relevan dengan
novel “Sampar” karya Albert Camus ini. Totalitas pelayanan Dr. Rieux sekarang dapat kita lihat
dalam diri para tenaga medis yang sungguh-sungguh memberikan diri untuk menangani para
penderita Corona Virus Disease 19. Kegelisahan dan ketakteraturan diri penduduk Oran dapat
kita lihat dalam diri sebagian masyarakat Indonesia yang cenderung menyalahkan pemerintah
tanpa berbuat banyak untuk membantu meringankan orang-orang yang terkena dampak Corona
Virus Disease 19. Peran media yang memframing kasus pandemi sampar di Oran dapat kita lihat
dalam aneka macam pemberitaan tentang Corona Virus Disease 19 –terlebih media sosial– yang
6
7
M. Sastrapratedja, Manusia Multi Dimensional, 23.
Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 62.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
sering diisi oleh berita palsu (hoax) yang menebar teror dan ketakutan, daripada sebuah
kenyataan dan harapan. Egoisme Rambert dapat kita lihat korelasinya dengan situasi sekarang,
terutama dalam diri beberapa orang yang hanya mementingkan dirinya tanpa memerdulikan
keselamatan orang lain (misalnya tetap berkerumun di tengah ruang publik walaupun ada
larangan untuk tidak berkerumun karena berpotensi ‘ambil bagian’ dalam mata rantai
penyebaran Corona Virus Disease 19). Pandangan Pastor Paneloux yang melihat penyakit
sebagai kutukan dari Allah dapat kita lihat dalam diri beberapa pemuka agama yang
menggunakan momen Corona Virus Disease 19 untuk memolitisir agama tanpa memberikan
solusi praktis apapun terhadap pencegahan atau penanganan Corona Virus Disease 19. Cottard
yang meraup keuntungan melimpah dari harga penjualan barang-barang yang melambung tinggi,
dapat kita lihat dalam sekelompok oknum pedagang yang menggunakan momen Corona Virus
Disease 19 untuk menimbun barang serta menjualnya dengan harga yang sangat tinggi, sehingga
tidak mudah dijangkau orang-orang miskin yang justru lebih rentan terkena Corona Virus
Disease 19.
Lantas, dengan sedikit mengulik ke dalam novel “Sampar” dan mencoba membaca situasi
masyarakat di tengah pandemi Corona Virus Disease-19 ini, apa yang dapat kita lakukan sebagai
mahasiswa? Apakah kita hanya diam saja dan menjadikan forma “Ya sudahlah, terima saja, mau
bagaimana lagi?” sebagai ‘jalan ninja’ kita, dan itu berarti kita pasrah terhadap seluruh situasi
tanpa merasa perlu menghadapinya? Melalui pembacaan saya terhadap novel “Sampar” karya
Albert Camus, setidaknya ada beberapa langkah yang dapat kita ambil dari karya sastra ini, yang
mempertegas identitas kita sebagai manusia yang ‘menolak kalah’ dengan pandemi ini,
misalnya:
•
Pertama, melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk rendah
hati dan mengakui sebuah fakta dalam kehidupan, di mana manusia dan
masyarakatnya tidak pernah lepas dari sebuah masalah. Menurut Camus, seluruh
keberadaan manusia adalah sebuah absurditas. Kejahatan dan kebaikan adalah
sebuah faktisitas murni dalam rangkaian kehidupan manusia, yang seringkali
menyergap secara tak terduga.
•
Kedua, melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk tidak
tinggal diam dalam menghadapi absurditas, melainkan harus menentukan
sikapnya. Absurditas harus dikalahkan dengan pemberontakan (La ravolte),
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
sebagai wujud eksistensi (ke-ada-an) dan kebebasan manusia8. Maka, setelah
dengan penuh kesadaran diri masing-masing individu menerima bahwa dirinya
terbatas, hal yang penting dilakukan adalah berupaya keluar dari keterbatasan itu
dan melampauinya. Dengan cara apa? Dalam novel “Sampar”, hal ini nampak
dalam keinginan masyarakat untuk bahu-membahu dalam ‘mengambil peran’
sosial. Masing-masing tokoh dalam novel “Sampar” sudah mencoba mengambil
peran sosial, entah baik ataupun buruk. Lantas, apa relevansinya untuk situasi
kita saat ini? Dari pembacaan kita akan novel “Sampar” ini, ada beberapa hal
yang bisa kita lakukan. Di tengah situasi yang penuh dengan kegamangan,
kebimbangan, dan kecemasan ini, upaya dasariah yang paling mumpuni untuk
kita lakukan sebagai mahasiswa dan warga negara adalah memilih untuk menaati
perintah physcial distancing dari pemerintah demi memutus mata rantai
penyebaran Corona Virus Disease-19. Pilihan tindakan ini adalah sebuah
tindakan nyata untuk tidak hanya mementingkan diri sendiri, namun membawa
kesejahteraan bersama (bonum commune). Physical distancing dapat menjadi
kesempatan untuk mengembangkan kepekaan sosial dan solidaritas kita terhadap
orang-orang yang membutuhkan. Apabila situasi memungkinkan, kita sebagai
mahasiswa –tentu dengan memperhatikan protokol dari pemerintah– dapat ambil
bagian dalam tindakan karitatif (pelayanan kasih), misalnya dengan menjadi
sukarelawan medis di beberapa rumah sakit ataupun turut berbagi nasi bungkus
dan sembako kepada para pekerja harian yang terkena dampak pandemi ini,
seperti yang dilakukan beberapa teman kita dari berbagai komunitas9
•
Ketiga, melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk
menghadapi masalah eksistensial manusia secara holistik. Seperti yang terdapat
dalam novel “Sampar” dan juga dunia kita saat ini, ada banyak orang yang tidak
hanya mengalami kegelisahan secara ekonomi, melainkan secara psikis pula.
Berada dalam tegangan kejelasan dan ketidakjelasan, amat wajar kalau banyak
8
Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 186.
Misalnya, seperti yang dilakukan oleh komunitas The Messenjah di Pringwulung setiap hari Kamis. Saya sendiri
berusaha untuk berpartisipasi dalam kegiatan membagi nasi bungkus kepada para pekerja harian (pemulung, tukang
becak, tukang sapu jalanan, dan sebagainya) yang terkena dampak pandemi ini.
9
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
orang merasa stress, terasing, dan sepi. Menghadapi keterasingan yang ‘sepi’,
kita sebagai kaum milenial dapat melawannya dengan mengubah arah perhatian
kita untuk tidak melulu fokus pada kabar penularan Corona Virus Disease-19
yang terus meroket –apalagi banyak berita yang disertai dengan hoax– dan
menggunakan waktu-waktu senggang yang ada untuk mengembangkan
kegemaran, sehingga kita dapat menjadi influencer-influencer baru yang dapat
menyebarkan energi positif kepada orang-orang yang kita jumpai. Selain berguna
untuk kesehatan jiwa dan raga kita, energi positif yang kita bawa juga berdampak
terhadap orang-orang yang kita temui. Dengan demikian, Study From Home
tidak lantas membuat kita mati gaya dan tidak produktif, melainkan menjadi
kesempatan yang berlimpah ruah untuk mengaktualisasikan diri kita, mengolah
rasa kebosanan kita secara lebih kreatif dan produktif, serta menjadi ‘kabar baik’
bagi orang-orang di sekitar kita
•
Keempat, bagian akhir novel “Sampar” yang cukup mengagetkan saya sebagai
pembacanya, bahwa “barangkali pada suatu hari, guna kemalangan tikus-tikus,
kemudian menyuruh mereka mati di tempat-tempat terbuka, di suatu kota yang
bahagia”.10 Kalimat ini saya tangkap sebagai semacam ramalan Camus bahwa
sebuah pandemi secara ontologis pasti akan berulang kali dalam hidup manusia.
Lantas, pandemi ini dapat menjadi sebuah momentum yang dapat melatih kita
sebagai kaum muda untuk memiliki tenggang rasa. Langkah-langkah pembiasaan
yang ditetapkan pemerintah untuk rajin mencuci tangan, menggunakan masker
apabila sedang batuk atau flu, makan makanan yang sehat, serta melakukan
karantina diri apabila merasakan simtom-simtom Corona Virus Disease-19 ini
diharapkan dapat menjadi sebuah langkah untuk membiasakan diri dalam
bertenggang rasa. Dengan kata lain, upaya-upaya ini mendidik kita untuk
menyadari bahwa kita tidak sendirian saat tinggal di bumi ini.
10
Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 386.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Kesimpulan dan Penutup
Melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk melihat penderitaan
sebagai realita kehidupan yang tidak bisa ditolak. Lantas, yang seharusnya berbeda adalah cara
pandang kita terhadap penderitaan. Terutama sebagai civitas academica, kita sebagai mahasiswa
harusnya mampu melihat pandemi Corona Virus Disease-19 ini sebagai momen yang
merecovery cara pandang kita terhadap pergulatan hidup. Pengalaman hidup eksistensial
seyogyanya membuat kita dapat melihat sesuatu yang baik di balik penderitaan. Dengan
demikian, cara pandang kita akan kehidupan mencapai sebuah titik baru, di mana dapat kita
temukan bahwa: di dalam yang baik selalu ada yang buruk, dan di dalam yang buruk selalu ada
yang baik.
Sebagai generasi muda, momen wabah Corona Virus Disease-19 ini mengundang kita
untuk menyatakan jati diri kita. Kita diundang untuk tidak lantas berpangku tangan, berpasrah,
dan hanya mengeluh dalam menghadapi pandemi ini. Tindakan-tindakan nyata kita yang kreatif,
kiranya dapat kita aplikasikan dalam kehidupan nyata. Tindakan-tindakan inilah yang menjadi
bukti bahwa kita semua adalah warga dunia yang yang tentu tidak diam atas penderitaan,
melainkan memilih menggunakan kesempatan besar yang tersedia ini untuk menyatakan jati diri
kita sebagai warga dunia yang berani untuk bersolider. Semoga demikian dengan kita!
DAFTAR PUSTAKA:
Buku:
•
Sastrapratedja, M. 1982. Manusia Multi Dimensional. Jakarta: Gramedia.
•
Camus, Albert. 1985. Sampar (terjemahan Nh. Dini). Jakarta: Yayasan Penerbit
Obor
Sumber Internet:
•
Internet Encyclopedia of Philosophy, “Albert Camus (1913-1960)”, diakses dari
https://www.iep.utm.edu/camus/ pada 16 Mei 2020 pukul 12:12.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
20,00
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
30,00
47,88
TOTAL
97,88
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: Laura Enting Sufandy
NIM
171434039
Prodi
: Pendidikan Biologi
Judul Esai
: Blended Learning: Model Pembelajaran Efektif Di Tengah
Pandemi
Penyebaran virus Sars-Cov-19 di Indonesia memberikan dampak besar
terhadap pendidikan di perguruan tinggi. Menteri Pendidikan melalui Surat Edaran
Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa
Darurat Coronavirus Disease (Covid-19), menghendaki agar seluruh peserta didik
bisa mendapatkan layanan pendidikan yang optimal namun tetap mengutamakan
protokol kesehatan guna memutus rantai Covid-19 semaksimal mungkin. Kondisi
ini membuat Universitas Sanata Dharma menerapkan kebijakan kuliah daring atau
kuliah online. Proses perkuliahan yang semula bersifat konvensional (tatap muka di
kelas) harus bertransformasi menjadi perkuliahan daring (online) yang dapat
dilakukan tanpa terbatas tempat dan waktu.
Perubahan sistem pembelajaran yang mendadak membuat banyak pihak
belum siap sepenuhnya untuk melakukan pembelajaran secara daring (online).
Universitas Sanata Dharma sudah melakukan kuliah daring selama lebih dari empat
bulan. Selama perkuliahan daring, banyak mahasiswa yang mengeluh bosan dan
jenuh karena metode pengajaran dirasa semakin monoton dan tidak efektif. Banyak
pengajar yang masih gagap dalam melakukan pengajaran menggunakan sistem
online, karena terbiasa melakukan perkuliahan secara konvensional.
Selama kuliah daring, kebanyakan dosen juga baru memanfaatkan Moodle
sebagai sarana pembelajaran online. Keterbatasan pada aplikasi Moodle membuat
banyak dosen hanya menggunakannya sebagai tempat "meletakkan" bahan ajar dan
tugas. Beberapa dosen juga tidak memberikan umpan balik atau feedback
(penjelasan dan klarifikasi) atas materi yang telah dipelajari. Sebagai gantinya,
dosen justru memberikan tugas yang porsinya lebih besar daripada kegiatan
pengajaran. Harapan bahwa tugas dapat membantu mahasiswa untuk lebih aktif,
kreatif, dan mampu belajar secara mandiri nyatanya tidak sesuai. Tugas-tugas
tersebut justru menambah beban mahasiswa, karena diberikan dalam porsi banyak
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
dan waktu pengerjaan yang singkat serta seringkali bersamaan dengan pengerjaan
tugas pada mata kuliah lainnya.
Proses transisi dari sistem perkuliahan konvensional menjadi perkuliahan
daring menuntut mahasiswa, dosen, dan elemen pembelajaran lainnya untuk
sesegera mungkin beradaptasi dan melek teknologi. Universitas perlu menerapkan
model pembelajaran baru agar perkuliahan tetap berjalan optimal seperti Blended
Learning. Blended learning merupakan perpaduan antara bentuk pembelajaran
online dan konvensional (tatap muka). Model ini banyak mengkombinasikan
metode pembelajaran konvensional (ceramah dan tatap muka) dengan metode
belajar mandiri (proyek, penugasan, dan lab) dan belajar secara online seperti Elearning, ICT (Information and Communication Technology) dan Multimedia.
Model pembelajaran ini bisa digunakan sebagai alternatif selama masa transisi
menuju pembelajaran online yang seutuhnya.
Blended learning dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pembelajaran. Dengan blended learning, para pelaku kegiatan pembelajaran di
perguruan tinggi dapat memanfaatkan aksesibilitas komponen online dengan
instruksi ruang kelas tradisional dan dapat memperluas kurikulum tanpa menambah
waktu penyelesaian program. Proses pembelajaran juga lebih berpusat pada
mahasiswa. Peran dosen yang semula sebagai "pemberi ceramah" akan berubah
menjadi seorang fasilitator, pendamping, pembimbing, sekaligus partner bagi
mahasiswa untuk mengembangkan skill dan pengetahuannya.
Blended learning dengan model Enriched-Virtual sangat cocok diterapkan
untuk perkuliahan selama masa new normal ini. Dengan model Enriched-virtual,
pembelajaran yang selama beberapa bulan terakhir dilakukan secara online
sekarang dapat dipadukan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran dapat
dilakukan secara live event, yaitu pembelajaran secara tatap muka pada tempat dan
waktu yang sama (classroom) atau pada waktu yang berbeda namun di tempat yang
sama
(virtual
classroom).
Virtual
classroom
dapat
digunakan
untuk
memaksimalkan perkuliahan secara online dan meminimalisir perkuliahan secara
tatap muka di kelas. Ini tentu sejalan dengan kerinduan mahasiswa untuk bisa
menghadiri kuliah secara tatap muka di kampus. Dosen dan mahasiswa bisa
melakukan pembelajaran online secara tatap muka dengan memanfaatkan aplikasi
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
video conference seperti google meeting dan zoom. Perkuliahan tatap muka di kelas
dapat dilakukan satu atau dua kali dengan tetap memperhatikan protokol
keselamatan dan membatasi jumlah mahasiswa dalam satu kelas.
Blended learning memberikan peluang kepada mahasiswa untuk melakukan
pembelajaran secara mandiri sesuai dengan gaya belajar mereka. Kombinasi
perkuliahan dengan tatap muka dan kuliah online akan memberikan pengalaman
belajar yang lebih interaktif. Porsi kuliah online yang lebih besar juga dapat
memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan berbagai bentuk materi pembelajaran
yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja dengan internet. Proses belajar juga
akan lebih menyenangkan dan tidak monoton, karena menggunakan metode dan
media pembelajaran lebih variatif.
Pembelajaran juga dapat dilakukan secara Self-Paced Learning, yaitu
mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri yang
tidak terbatas waktu, tempat, dan akses bahan belajar. Materi yang bersifat
konseptual atau pemahaman dapat disajikan dalam bentuk text maupun multimedia,
sedangkan materi yang bersifat prosedural atau membutuhkan praktik di
laboratorium dapat disajikan dalam bentuk animasi atau simulasi berbasis
komputer. Mahasiswa dapat melakukan kegiatan praktik seperti di laboratorium
nyata dengan bantuan virtual laboratory. Akan tetapi, media ini masih memiliki
keterbatasan, yaitu hanya dapat dijadikan sebagai bahan tutorial. Mahasiswa tetap
membutuhkan praktik langsung di dalam laboratorium untuk membuktikan
berbagai macam teori dan fenomena yang telah dipelajari. Seluruh bahan ajar
tersebut dapat dikirimkan secara online dalam bentuk streaming video, streaming
audio maupun e-book yang dapat diakses melalui Moodle, Youtube atau Google
Clasroom.
Dosen dan mahasiswa juga dapat berkolaborasi untuk menciptakan
komunikasi yang aktif dan bermakna melalui berbagai media komunikasi seperti Email, chatroom, website, weblog, atau forum diskusi online lainnya. Komunikasi ini
memberi kesempatan kepada dosen dan mahasiswa untuk melakukan pendalaman
materi maupun problem solving bersama-sama. Dengan ini, hasil belajar
mahasiswa diharapkan dapat terus meningkat.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
Hasil belajar dalam blended learning dapat diukur menggunakan kombinasi
assesment tes (ulangan atau kuis) dan non tes (portofolio, tugas project, pembuatan
produk, dan lain sebagainya). Assesment yang diberikan sebaiknya dapat
dikerjakan secara mandiri menggunakan bantuan ICT dan dapat dikirimkan secara
online. Dengan begitu, mahasiswa akan lebih cepat beradaptasi dengan sistem
pembelajaran online.
Blended learning juga memungkinkan pembelajaran dilaksanakan online
sepenuhnya. Melalui Web Enchanced Course, dosen Dan mahasiswa diharapkan
bisa memanfaatkan internet dan teknologi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas. Dengan internet, mahasiswa dapat melakukan konmunikasi
dengan dosen, dengan teman, dengan anggota kelompok, bahkan dengan
narasumber lain. Pembelajaran online juga membutuhkan bahan ajar yang menarik
dan mudah di pahami. Oleh karena itu, dosen dan mahasiswa harus bisa
bekerjasama untuk mencari dan menemukan metode dan media belajar yang
variatif dan inovatif. Dosen dan mahasiswa juga harus bisa menggunakan,
mengoperasikan, dan mengimplementasikan teknologi dalam proses pembelajaran
online. Dengan begitu, pembelajaran dengan model blended learning dapat
dilaksanakan dengan baik dan diharapkan seluruh elemen pembelajaran bisa lebih
siap untuk melakukan pembelajaran online secara menyeluruh.
Melalui blended learning ini, akses pendidikan, efisiensi serta kualitas
pembelajaran dan pengajaran dapat meningkat. Mahasiswa diharapkan dapat
memanfaatkan media online dan digital untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan problem solving, serta memiliki skill untuk berkomunikasi dan
bekerjasama. Mahasiswa dan dosen juga diharapkan dapat cepat beradaptasi serta
selalu memiliki inisiatif untuk nerkreasi dan berinovasi serta inisiatif untuk
mengakses dan menganalisis informasi guna mencapai pembelajaran online yang
sesungguhnya.
Sumber Pustaka:
Anonim. 2020. Online Learning, Teaching, and Education Continuity Planning for
Schools. United Kingdom: International Baccalaureate Organization.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
Fadianta, Sanjaya, G. Y., dan Widyandana. 2013. Meningkatkan Pengetahuan
Mahasiswa dengan Memberikan Fleksibilitas Belajar Mengajar Melalui
Metode Blended Learning. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia, Vol.
2, No. 2, Hal. 1-6.
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 2016. Kebijakan Pendidikan
Jarak Jauh dan E-learning di Indonesia.
Prabowo, H. T. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Multimedia Siswa Kelas XI Multimedia 1
SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Teknik Information Universitas Negeri
Yogyakarta.
Sari, M. Blended Learning, Model Pembelajaran Abad ke-21 di Perguruan Tinggi.
Padang: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol.
Suartama, K. 2014. E-learning Konsep dan Aplikasinya. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
30,00
47,35
TOTAL
97,35
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
Nama
: Theobaldus Deni
NIM
Prodi
186114041
: Filsafat Keilahian
Judul Esai : Belajar Online: Jangan Asal Belajar
Pendahuluan
“Pandemi mengubah tradisi kita”. Kiranya inilah gagasan yang awam, muncul
berkelindan dalam diskusi publik: mulai dari cuci tangan setiap hari, penggunaan
masker, hingga perjumpaan antar manusia. Tentu ini berat, karena secara budaya dan
psikologi kita tidak disiapkan. Dari semua pola kebiasaan sosietas yang berubah,
sistem pendidikan pun disentuh kultur baru, face to face menuju screen to screen.
Persoalan yang terjadi adalah, sistem pendidikan berubah namun metodologisnya
masih sama.
Nampaknya, pandemi Covid-19 masih dituduh sebagai penyebab perubahan
sistem. Masih sedikit kalangan yang melihatnya sebagai sebuah paradigma berpikir,
yang menantang sistem, metodologis, termasuk konten pembelajaran. Sistem
pembelajaran yang tidak dilandasi oleh orientasi mengakibatkan kebijakan kuliah
online dianggap mengganggu, sesuatu yang tidak biasa, dan semacamnya. Masih
sedikit mahasiswa yang melihat proses pembelajaran virtual sebagai bagian dari cara
sektor pendidikan berkontribusi terhadap persoalan kebangsaan. Menjawabi tantangan
yang ada, dalam tulisan ini, saya ingin menawarkan gagasan mengenai sistem
pendidikan virtual yang dilandasi oleh orientasi yang mengarah pada kecemasan
global, yang dengannya kaum terdidik yang juga adalah saksi mata merebaknya virus
Corona dapat terlibat dalam usaha pengentasan penyebaran virus, sekaligus implikasi
yang ditimbulkan olehnya dalam cakupan yang lebih luas.
Pembelajaran Virtual sebagai Opsi Fundamental
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
1
Menarik untuk dilihat bahwasannya kendati secara psikologi manusia zaman ini
tidak disiapkan untuk menghadapi implikasi wabah Corona, namun kelihatannya
peradaban manusia menunjukkan kesiapan atribut. Dari aspek eksternal, kita
menjumpai masker, handsanytizer, juga produk makanan dengan asupan vitamin C
yang cukup telah ada jauh sebelum terjadi pandemi (kendati awalnya hanya
digunakan oleh sebagaian kalangan). Demikianpun proses relasi virtual, termasuk
belajar online.
Pandemi terjadi di saat digitalisasi merajai generasi. Tiba-tiba saja di jantung
peradaban, setiap negara dengan begitu cepat memanfaatkan kebijakan virtual sebagai
pengganti tatap muka langsung dalam urusan tata kelola kenegaraan. Dalam aspek
internal, manusia telah dilengkapi oleh sistem kekebalan tubuh sekaligus kemampuan
beradaptasi sebagai senjata pribadi melawan musuh yang tak terlihat namun bergerak
dengan skala cepat. Dari dua sisi ini, mari kita melihat ke dalam sektor pendidikan.
Kita mungkin masih mengetahui bahwa sektor pendidikan berkembang di dalam
sejarah, dengan segala dinamika dan kompleksitasnya. Juga dijumpai bahwa setiap
generasi pada zamannya, kendati secara evolutif, mampu menyesuaikan diri dengan
sistem yang demikian, dari batu tulis, papirus, kertas hingga yang non-kertas atau
virtual. Artinya setiap tantangan dalam sektor pendidikan selalu disertai dengan
kapasitas adaptatif manusia. Karena manusia itu progresif sekaligus dinamis. Yang
dibutuhkan hanyalah rekonsiliasi atau kerjasama antara pelaku pendidikan dan sarana
pendidikan.
Dalam konteks pandemi, kita memang disentuh kultur baru, belajar online.
Namun pada saat yang sama, kita generasi pembelajar saat ini tidak lain adalah
generasi milenial dengan sistem digitalisasi sebagai karakter utama. Bahkan di
beberapa tempat, khususnya di negara-negara yang maju secara teknologi, belajar
online adalah sesuatu yang lumrah. Lalu apa artinya belajar online di tengah pandemi?
Sadar atau tidak, belajar online dalam konteks pandemi merupakan sebuah
pilihan yang paling mungkin diterapkan dalam sektor pendidikan. Artinya, setiap
negara wajib melakukan hal yang sama. Ketika sebuah gerakan dilaksanakan secara
serempak dan dalam tataran global, maka ada suatu kesadaran lain yang harus
dipertimbangkan. Sepertinya belajar online bukan hanya sebuah pilihan yang bersifat
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
2
antropologi, sosiologi, ataupun pedagogi, melainkan suatu pilihan moral, yakni
tanggung jawab setiap kita terhadap kehidupan orang lain. Ini adalah pilihan etis,
sebuah optio fundamental.
Kuliah Online
Berikut ini saya ingin menunjukan implikasi-implikasi dari orientasi belajar online
sebagai suatu bentuk keprihatinan dan solidaritas sosial kita.
Solidaritas
Sejak dikeluarkannya Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam
masa darurat penyebaran coronavirus disease (Covid- 19), maka semua sistem
perkuliahan tatap muka diganti dengan sistem belajar dari rumah secara online.
Kebijakan ini mendorong mahasiswa untuk mengisi waktu dengan mempelajari
berbagai materi di rumah tanpa sibuk ke kampus.
Kebijakan ini sejatinya tidak hanya berhenti pada anggapan bahwa ada perubahan
sistem pembelajaran tatap muka menjadi kuliah online. Model kuliah online di tengah
pandemi sungguh berbeda karena yang diperhitungkan bukan sistem atau konstruksi
pendidikan tetapi soal keprihatinan individu terhadap kecemasan bersama.
Keprihatinan ini merupakan suatu bentuk solidaritas sosial di mana seseorang
berusaha untuk menyelamatkan yang lain di tengah situasi krisis.
Mengikuti pemikiran Emmanuel Levinas (1906-1995), penampakan wajah Yang
Lain menuntut saya untuk bertanggung jawab terhadap kehadiran orang lain.
Tanggung jawab ini tidak hanya bersifat individual tetapi juga komunal karena
kehadiran seseorang juga menampilkan orang lain dibelakangnya. Fenomena itulah
yang kita lakukan di tengah pandemi, bahwa kuliah online bukan hanya sekadar
perubahan tempat dan sistem kuliah tetapi kita dihentakkan oleh kenyataan akan
keberadaan
orang
lain
di
tengah
krisis
pandemi
sekaligus
berusaha
menyelamatkannya.
Solidaritas kita di tengah pandemi persisnya demikian; kebijakan dalam institusi
pendidikan untuk melaksanakan kuliah online selama masa darurat Covid-19
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
3
merupakan suatu usaha atau jalan di mana kita diingatkan untuk membatasi ruang
geraknya demi orang lain. Seseorang harus merasa memiliki tanggung jawab dan
keprihatinan besar terhadap keselamatan orang lain. Oleh karena itu, kuliah online
adalah jalan menuju solidaritas sosial sebagai belarasa terhadap Yang Lain. Prinsip
dasar perguruan tinggi harus selalu didahulukan, yaitu misi kemanusiaan.
Ekologi
Solidaritas yang dibangun di tengah pandemi juga tidak hanya sebatas pada
manusia tetapi juga lingkungan hidup. Saat ini kita masih memiliki utang besar
terhadap upaya menyelamatkan bumi. Seruan ini juga pernah disampaikan oleh Paus
Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’ (2015), bahwasannya semua orang harus
bersolider dengan alam dan bertanggung jawab untuk menjaganya demi generasi
mendatang.
Kerusakan sumber-sumber alam baik tanah maupun hutan disebabkan oleh
desakan konsumtif manusia secara berlebihan. Misalnya saja, penebangan hutan di
Amazon untuk kebutuhan kertas dan yang lainnya. Kita menggunakan semua itu
dengan resiko besar bahwa bumi akan semakin rusak. Maka tugas kita adalah
berusaha untuk menemukan inovasi yang memungkinkan agar penggunaan barangbarang yang bersumber pada hutan bisa diminimalisasi. Oleh karena itu, kebijakan
kuliah online nampaknya menjadi inovasi dan jalan untuk berbelarasa terhadap
keselamatan bumi. Pola pendidikan ke dalam sistem online bisa mengurangi
penggunaan barang-barang yang selalu bersumber dari eksploitasi alam.
Kebijakan ini sangat berdampak positif terhadap usaha untuk menghijaukan
kembali planet bumi. Yang menjadi penopang perubahan selalu datang dari generasi
muda yaitu mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa menjadi penggerak utama dalam
usaha ini dan perubahan itu sendiri sepenuhnya bergantung pada mahasiswa sebagai
generasi yang produktif.
Pendidkan Meng-global
Di Indonesia, perbincangan mengenai sistem kuliah online lebih terasa pada masa
pandemi Covid-19. Kalau kita melihat secara global bahwasannya kuliah online sudah
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
4
biasa diterapkan dalam pendidikan di Barat. Dosen dan para mahasiswa bisa
berinteraksi via online. Mahasiswa biasa menggunakan platform digital untuk
berdiskusi. Singkatnya ruang maya sudah sangat biasa dijelajah. Pendidikan seperti
ini tentu menjadi cita-cita bangsa Indonesia. Mahasiswa harus bisa bersaing secara
global dengan memanfaatkan pola pendidikan online.
Kebijakan kuliah online memang sudah cukup biasa dilakukan di tingkat
perguruan tinggi di Indonesia. Misalnya, dosen yang berhalangan bisa memberi
materi via online tetapi mahasiswa tetap hadir di kelas. Namun, bedanya adalah
sebelum pandemi sistem kuliah seperti itu belum diberi perhatian khusus di dalam
sistem pendidikan kita tetapi sekarang di tengah pandemi ini kuliah online serius
dijalankan bahkan diberi perhatian penuh. Mahasiswa mengikuti kuliah via online
dari rumah atau tempat tinggal masing-masing. Mahasiswa tidak perlu hadir di kelas,
semuanya dilakukan secara online.
Di tengah pandemi ini, melalui sistem kuliah online nampaknya pendidkan
Indonesia bisa perlahan mengglobal. Saat ini, mahasiswa memiliki waktu yang cukup
banyak untuk bisa menelusuri berbagai sumber pengetahuan baik yang berbasis
internet maupun media cetak yang bisa dijangkau. Selain itu, tentu akan banyak
kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas yang bisa menunjang perkembangan
wawasan pribadi. Masa pandemi menjadi berkat bagi mahasiswa yang sungguhsungguh mengembangkan kapasitas intelektualnya.
Untuk mengikuti pola pendidikan global yang dilakukan secara online maka
muncul suatu tuntutan baru bagi mahasiswa di mana ada kewajiban untuk fasih
mengeksplor dunia digital. Institusi pendidikan mesti membekali para mahasiswa
dengan pengetahuan yang memadai untuk menjelajah sistem online yang difasilitas
oleh berbagai platform digital seperti Padlet, Google Classroom, Gallery Walk, Line
Group, WAG, Google Hangout, Zoom, Google Meet, Youtube, Whatsapp, Instagram,
LMS Belajar dan patform digital lainnya.
Mahasiswa yang menggunakan berbagai platform digital seperti itu akan
mewajibkan dirinya untuk secara terus menerus mengeksplorasi dan mengasah
kemampuan dalam penggunaan media online.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
5
Ia bisa menjelajah dan memilih sarana digital yang paling baik untuk digunakan.
Dengan itu, mahasiswa kian jauh dari istilah gaptek (gagap teknologi) dan semakin
banyak orang yang lebih maju dalam pengembangan teknologi. Mimpi-mimpi negara
kita untuk memanfaatkan kemajuan industri 4.0. dan persaingan artificial intelligence
di masa mendatang semakin jelas. Indonesia bisa optimis dalam persaingan dan
kolaborasi anak bangsa secara online. Akhirnya, kita menuju era Homo digitalis.
Melalui sistem belajar online ini, cita-cita Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia, Nadiem Anwar Makarim yang pernah membicarakan soal kebijakan
Merdeka Belajar bisa semakin melebarkan jalannya. Merdeka Belajar pada perguruan
tinggi yang bertajuk Kampus Merdeka persisnya terletak di sini, yaitu kemampuan
mahasiswa
untuk
meluaskan
cakrawala
pengetahuan
secara
mandiri
dan
mengembangkan kreatifitas praktis.
Pembimbing akademik ataupun para dosen hanya membantu untuk membenahi
apa yang diperlukan. Selama perkuliahan dilakukan secara online, peluang untuk
menelusuri, mengeksplorasi secara pribadi sumber-sumber pengetahuan dan
membekali diri dengan pengetahuan berbasis digital bisa ditingkatkan. Dalam hal ini,
kemampuan kognisi seseorang benar-benar diuji. Seseorang harus berjuang secara
mandiri dalam belajar. Peluang ini, harus benar-benar dimanfaatkan karena
kemampuan mengeksplorasi pengetahuan akan menentukan kualitas akademis
seorang mahasiswa yang berpengaruh pada peningkatan kualitas pendidikan.
Kebiasaan Umum
Pelaksanaan kuliah online di tengah pandemi terkesan mendadak dan kurang
produktif. Persiapan pendidikan kita belum matang untuk menjalankan kuliah online.
Kebiasaan umum masyarakat Indonesia adalah merasa belum terbiasa dengan kuliah
online. Belum ada pembekalan dan perngenalan kepada masyarakat dan mahasiswa
sebelum pandemi terjadi. Ini semestinya bukan hanya tugas pemerintah tetapi tugas
setiap orang terutama kaum akademis yang bisa mengedukasi masyarakat demi
kemajuan dan kemapanan kemanusiaan kita.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
6
Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya paham soal kuliah online sehingga
hambatan dan tantangan sering terjadi. Hambatan bisa datang dari masyarakat dan
mahasiswa itu sendiri yang tidak disiplin dan tidak menganggap serius pelaksanaan
kuliah online.
Ada kebiasaan bahwa, kita harus mengingatkan keluarga atau orang terdekat jika
ingin melakukan video conference di rumah. Kita harus mencari tempat yang sunyi
dan harus berkompromi dengan banyak orang di sekitar untuk memberikan suasana
tenang. Persoalan sederhana seperti itu bisa menggarisbawahi soal pengetahuan,
pemahaman, dan penerimaan masyarakat tentang kuliah online.
Persoalan seperti ini jarang sekali terjadi di negara maju, sebab mereka sudah
mendidik masyarakat dan memperkenalkan teknologi dan penggunaannya. Misalnya;
untuk negara maju dalam Riset Work From Home ( WFH) selama era new normal,
tercatat koresponden yang bersedia untuk bekerja remote dalam beberapa waktu untuk
sepanjang kariernya sekitar 98 persen. Dari 98 persen tersebut, 32 persen koresponden
yang suka bekerja di rumah karena fleksibel. Ada 26 persen yang suka bekerja di
mana saja dengan internet dan laptop. Sekitar 21 persen, merasa senang karena hemat
energi dan tidak perlu berpergian.
Fasilitas
Keterbatasan fasilitas internet tidak jarang terjadi di Indonesia. Menurut
penelitian dari WebsiteToolTester (11/2019), dari total 207 negara, Indonesia berada
di posisi ke-92 dengan kecepatan rata-rata hanya 6,65 Mbps. Dengan kecepatan
seperti ini, tentu akan banyak hambatan dalam penggunaan internet untuk seluruh
wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, banyak wilayah di Indonesia yang tentunya
belum sejahtera soal pemanfaatan jaringan internet. Apalagi kalau kuliah online
diikuti dari kampung yang berada jauh dari pusat kota.
Pengolahan jaringan yang terbatas dan terlambat memengaruhi jalannya kuliah
online. Hambatan ini akan masih menjadi tugas besar negara Indonesia untuk
menjamin mutu pendidikan ketika sungguh-sungguh dilakukan secara online. Kalau
tidak diatasi maka kuliah online tidak akan membawa kita kepada persaingan
pendidikan global.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
7
Memang internet menyediakan berbagai sumber pengetahuan tetapi tidak
semuanya bisa diakses. Mahasiswa mesti membayar untuk bisa mengakses suatu
artikel, buku, majalah dan lain sebagainya. Ini adalah suatu tantangan yang berat.
Oleh karena itu, umumnya dalam keadaan ini seseorang terjebak pada menurunnya
produktifitas akademis dan masalah psikologi tertentu seperti stres akademis.
Kalau mahasiswa tidak cerdas untuk memaknai proses kuliah online maka bisa
saja hilangnya kreatifitas. Oleh karena itu, masa ini merupakan suatu tantangan bagi
seorang mahasiswa untuk benar-benar mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dirinya
dalam hal kreatifitas dan belajar mandiri.
Penutup
Masa pandemi ini mendorong kita untuk beradaptasi pada suatu keadaan yang
baru atau the new normal. Para mahasiswa dan dosen juga beradaptasi dengan kuliah
online.
Kuliah online harus menjadi bagian dari seruan kemanusiaan. Perguruan tinggi
memiliki prinsip untuk kemanusiaan. Artinya, praktek belarasa dan solidaritas
kemanusiaan di tengah pandemi bisa dijalankan melalui adanya kuliah online.
Kuliah online mesti dilihat sebagai suatu sumbangan solidaritas kemanusiaan dan
solidaritas ekologis di tengah pandemi. Kuliah online tidak hanya sekadar
rekonstruksi bangunan pendidikan tetapi rekoleksi diri terhadap keprihatinan sosial
demi kesejahteraan manusia.
Dengan platform digital, kita akhirnya semakin dekat dengan evolusi sebagai
homo digital. Ruang untuk menjajakan dunia maya atau online semakin berkembang.
Kita optimis menuju pendidikan yang mengglobal melalui jaringan.
Kuliah online juga menjadi kritikan bagi pemerintah untuk menata masyarakat
dan memberikan pendidikan yang jelas agar terbebas dari belenggu keterbelakangan
pendidikan. Masyarakat dan mahasiswa pertama-tama harus dibekali oleh
pengetahuan dan pembentukan sumber daya manusia. Kemudian, barulah
rekonstruksi sistem dan infrastruktur yang selalu menjadi hambatan kita untuk
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
8
berkembang. Sehingga, kesejahteraan di Indonesia adalah kesejahteraan bagi seluruh
rakyat bukan hanya sebagian orang yang cukup beruntung oleh karena kemajuan
teknologi.
Semua implikasi yang saya maksudkan diatas adalah orientasi kuliah online di
tengah pandemi. Kita semua adalah saksi mata dan generasi inilah yang akan
bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa Indonesia di masa mendatang
setelah pandemi ini.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
9
DAFTAR PUSTAKA
Levinas, Emanuel. On thinking of the other, transleted from, entre nous: Essais Sur le
penser-ã-l-autre, by Michael Smith and Barbara Harshav,. (London: The Athlone
Press, 1998).
Hand Seãn. The levinas reader,. (USA: Black Well oxford Uk and Cambridge, 1989).
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Surat Edaran Nomor 4
Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid- 1 9)
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Surat Edaran Nomor I
Tahun 2020 Tentang Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan
Peserta Didiik Dan Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran
2020/2021.
https://tirto.id/evs2, diakses pada 12 Juni 2020, pkl. 18.30 pm.
https://www.mdpi.com/2071-1050/10/2/415, diakses pada 29 Mei 2020, pkl.
21.10.pm.
https://jdih.kemdikbud.go.id/?service=srv:04.0jdih&ref=3ef1o1ea7xi92f90twna66be0
6149056ce8f6a1u513ffgp1f5j555bzfc29eh3afffsevlbqcc6e7a15eaa65956ffafeae56f0f
5f0a1ffrby1bb329m90f31bf9k4bc7e. diakses pada 13 Juni 2020, pkl. 22.11. pm.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
10
https://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/25/180400420/apa-perbedaan-berkomunik
asi-virtual-di-negara-maju-dan-negara-berkembang-?utm_source=nativeinarticle&utm
medium=desktop. diakses pada 2 Juni 2020, pkl. 11.13. am.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
20,00
2. Orisinalitas
30,00
3. Analisis Masalah dan isi 47,34
TOTAL
97,34
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan
dan Penanganan COVID-19
11
Nama
: Yoga A.Pongtuluran
NIM
192314047
Prodi
: Ilmu Ekonomi
Judul Esai
: Penerapan Metode Six Thinking Hats Dalam Menilai Keberlangsungan
Sistem Perkuliahan Online
Pendahuluan
Terhitung sejak diumumkannya wabah covid-19 sebagai pandemi, dan diberlakukannya
rotokol kesehatan di berbagai negara yang berimbas pada pengurangan aktifitas kontak fisik
secara langsung, menyebabkan berbagai Institusi yang ada harus menyesuaikan diri dengan
keadaan tersebut. Institusi pendidikan adalah salah satu yang harus melakukan penyesuaian
dengan mengalihkan kegiatan belajar-mengajar ke sistem daring. Di Indonesia sistem
pembelajaran secara daring saat ini telah diterapkan dalam Institusi pendidikan tinggi. Metode
perkuliahan secara daring ini adalah cara yang paling efektif dan yang terbaik sejauh ini dalam
menghadapi situasi wabah covid-19. Namun ada pertanyaan lanjutan yang perlu kita ketahui,
yaitu apakah metode perkuliahan secara daring harus terus diterapkan setidaknya hingga akhir
tahun, atau hingga virus corona benar-benar menghilang ?, atau apakah metode perkuliahan
tatap muka secara langsung harus segera kembali diterapkan menjelang masuknya perkuliahan
semester ganjil tahun ini dan tentunya dengan penerapan protokol kesehatan ?.
Permasalahan keberlangsungan sistem perkuliahan online tersebut tentu menimbulkan
pro dan kontra di kalangan pelajar dan pengajar. Maka dari itu dalam esai ini akan digunakan
metode Six Thinking Hats yang selanjutnya akan saya sebut sebagai metode ‘enam topi
berpikir’. Jadi metode enam topi berpikir adalah metode penyelesaian permasalahan dengan
melihat suatu masalah dari berbagai prespektif yang berbeda, dan prespektif tersebut di
metaforakan ke dalam berbagai jenis warna topi yang terdiri dari: topi putih yang berfokus
pada informasi dan fakta, topi merah yang berfokus pada intuisi dan emosi, topi hitam yang
mempunyai peran mengkritisi dan selalu melihat sisi negatif suatu subjek, topi kuning yang
berfokus pada nilai positif dan manfaat, topi hijau yang berfokus pada pemikiran kreatif dan
ide-ide baru, dan topi biru yang berfokus pada penyelarasan pemikiran dari kelima topi tersebut
dan memberikan kesimpulan dari hasil pemikiran topi-topi tersebut. Metode ini diperkenalkan
oleh Edward De Bono, dan dikatakan bahwa metode ini jauh lebih baik dalam memberikan
pemaparan secara komprehensif dibandingkan dengan metode berdiskusi secara argumentatif.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Oleh karena itu saya akan menggunakan metode ini dalam merumuskan pertanyaan
seputar keberlanjutan sistem perkuliahan online. Pertanyaan-pertanyaan dasar yang akan
dibahas adalah apakah perkuliahan online harus tetap dilanjutkan pada semester ganjil tahun
ini ?, bagaimana dampaknya terhadap mutu pendidikan di Indonesia ?, dan apa solusi terbaik
yang bisa kita ambil ?.
Pembahasan
Untuk urutan penggunaan topi berpikir terdapat beberapa variasi, namun yang akan saya
gunakan disini adalah variasi orisinal dari Edward De Bono yang secara berurutan dimulai dari:
topi putih untuk mengumpulkan informasi, topi merah untuk mengungkapkan intuisi, topi
hitam untuk mengkritisi, topi kuning untuk melihat nilai, topi hijau untuk memikirkan ide
kreatif, dan topi biru untuk menyimpulkan, serta menentukan langkah-langkah selanjutnya.
•
Perspektif topi putih
Kondisi perkuliahan online di indonesia saat ini pada semester genap telah selesai
(memasuki masa jeda semester) di beberapa kampus termasuk di kampus Sanata Dharma,
hanya beberapa kampus saja yang masih menjalankan kegiatan perkuliahan secara daring.
Sampai saat ini, di Indonesia masih belum ada penetapan protokol perkuliahan online yang
tetap dan masing-masing Kampus/Jurusan/Dosen menggunakan metode perkuliahan dan
aplikasi online yang berbeda, misalnya penggunaan aplikasi Whatsapp, Zoom, Webex,
Discord, Portal belajar, dan lain-lain.
Mengenai keberlanjutan perkuliahan secara daring pada semester depan, khususnya di
Universitas Sanata Dharma masih terus dipertimbangkan, namun untuk Fakultas Ekonomi
telah ditetapkan bahwa semeter berikutnya akan tetap berupa perkuliahan secara daring.
Keputusan tersebut sejalan dengan kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nadiem Makarim yang menginstruksikan agar perkuliahan pada semester depan yang akan
dimulai pada bulan Agustus mendatang harus tetap berupa perkuliahan secara Online
mengingat keadaan yang belum pasti, lagi Ia mengatakan bahwa kemampuan beradaptasi bagi
Mahasiswa dirasa cukup baik dalam menghadapi perubahan dibandingkan dengan Siswa
menengah dan atas.
•
Perspektif topi merah
Saya pribadi sebagai seorang Mahasiswa merasa bahwa keputusan untuk melanjutkan
perkuliahan secara daring pada semester depan membuat saya cukup sedih, pasalnya dengan
keputusan tersebut banyak kegiatan ‘ekskul’ ataupun kepanitiaan yang terganggu atau
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
dibatalkan. Selain itu saya sebagai seorang Mahasiswa merasa cukup kesulitan dalam proses
mengikuti kegiatan perkuliahan secara online dikarenakan keterbatasan interaksi antar
Mahasiswa dan Dosen, dan yang lebih penting lagi yaitu akibat dari penerapan perkuliahan
Online secara daring membuat banyak Mahasiswa merasa stres dikarenakan terputusnya
hubungan sosial secara langsung dengan Mahasiswa lain dan secara perlahan kehilangan
kemampuan dalam bersosialisasi, maka dari itu saya lebih mengapresiasi apabila kebijakan
perkuliahan online pada semester depan tidak diterapkan lagi atau setidaknya harus ada satu
mata kuliah dengan metode tatap muka secara langsung tentunya dengan penerapan protokol
kesehatan yang sesuai. namun disatu sisi, dengan diberlakukanya perkuliahan online saya jadi
mempunyai banyak waktu untuk menyendiri dan mengintrospeksi diri saya, yang mana hal
tersebut jarang saya lakukan pada waktu-waktu biasa.
•
Perspektif topi hitam
Keputusan untuk menerapkan perkuliahan online di masa pandemi tidaklah efektif,
banyak sekali permasalahan-permasalahan yang muncul dikarenakan hal tersebut. Ditambah
lagi adanya kebijakan untuk melanjutkan perkuliahan secara daring di semester depan benarbenar merupakan kebijakan yang keliru dan tidak efektif. Faktor pertama yang menjadi
permasalahan dalam penerapan metode perkuliahan secara online yaitu adanya keterbatasan
Mahasiswa dari segi biaya dalam mencukupi akomodasi untuk menerapkan perkuliahan online,
Mahasiswa yang memiliki kemampuan finansial yang dibawah rata-rata pastinya akan sangat
kesulitan ketika hendak mengikuti kegiatan perkuliahan secara online, selain itu faktor sarana
prasarana di indonesia yang dinilai kurang memadai seperti jaringan internet yang sangat
lambat mengakibatkan keterbatasan komunikasi antar Mahasiswa dan Dosen, dan ketiadaan
alat pendukung seperti laptop atau komputer untuk beberapa Mahasiswa masih menjadi
kendala terbesar dalam menerapkan sistem ini, akibat dari faktor-faktor tersebut, beberapa
Mahasiswa pastinya akan mengalami ketertinggalan dalam memahami materi perkuliahan.
Selain faktor-faktor diatas, ada beberapa alasan pendukung mengapa perkuliahan online
tidaklah efektif yaitu : faktor yang pertama adalah sistem penilaian yang lemah, seperti yang
kita tahu metode perkuliahan online diterapkan dengan tanpa pengawasan terhadap para
mahasiswa, berbeda dengan metode penilaian secara tatap muka dimana Dosen ataupun
Pengawas melakukan fungsi pengawasan misalnya dalam mengerjakan tugas atau ujian,
namun dalam penerapan metode perkuliahan secara online, banyak terdapat kecurangankecurangan yang dilakukan oleh Mahasiswa dikarenakan tidak adanya pengawasan, seperti
contohnya menyontek saat mengerjakan tugas, kerjasama saat mengerjakan ujian, dll.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Akibatnya penilaian yang diberikan Dosen tidak seratus persen merepresentasikan kualitas dari
Mahasiswa tersebut. Faktor kedua mengapa kuliah secara online tidak efektif yaitu tidak
adanya protokol yang tetap dan penggunaan media daring yang tetap, akibat dari hal tersebut,
seringkali Mahasiswa dibuat bingung dengan penggunaan media daring dan metode
perkuliahan online yang berbeda dari setiap Dosen. Dan faktor terakhir mengapa perkuliahan
online tidak efektif yaitu adanya permasalahan keamanan yang beresiko terhadap penggunaan
aplikasi pertemuan online, seperti aplikasi Zoom yang baru-baru ini diketahui bahwa telah
terjadinya kebocoran data para penggunanya dikarenakan tidak adanya sistem enkripsi yang
menjamin keamanan datanya, sehingga sewaktu-waktu bisa saja terjadi peretasan akun.
•
Perspektif topi kuning
Sistem perkuliahan secara online dimasa pandemi adalah langkah yang terbaik yang bisa
diambil untuk saat ini, dan juga perlu terus diterapkan hingga dirasa bahwa memungkinkan
untuk kembali berkuliah secara normal. Dengan diterapkanya perkuliahan secara online, resiko
penyebaran covid-19 dapat diminimalisir. Bukan hanya di Indonesia saja yang saat ini
menerapkan sistem perkuliahan online, namun di berbagai negara di Dunia juga menerapkan
hal yang sama seperti di Universitas Cambridge yang notabene kurva pertambahan pasien
covid-19 telah menurun namun masih tetap menerapkan sistem perkuliahan online sampai
summer 2021. Terlepas dari manfaat terhindar dari penularan covid-19, ada berbagai manfaat
yang dapat kita peroleh dalam penerapan perkuliahan online. Keuntungan yang pertama dari
penerapan perkuliahan secara online yaitu tempat dan waktu-nya yang efisien, hanya dengan
jaringan internet, kita bisa melakukan kegiatan belajar-mengajar dimanapun itu baik di taman,
di kamar, di kafe, atau di perpustakaan. Tidak ada lagi batasan-batasan formal yang
mengharuskan kita untuk hadir dan duduk di kelas, juga waktu yang lebih fleksibel
memberikan kita kesempatan untuk melakukan aktifitas lain seperti menjalani hobi atau
sekedar bersih-bersih. Keuntungan yang kedua dari penerapan perkuliahan online yaitu
menghemat biaya perjalanan, yang mana biasanya kita perlu menghabiskan ongkos
transportasi untuk berangkat kuliah, dan juga mengeluarkan uang fotokopi, dan uang jajan lain,
ditambah lagi adanya subsidi kuota internet juga memperingan biaya-biaya yang kita habiskan.
Keuntungan yang ketiga dari sistem perkuliahan online yaitu mengajarkan kita untuk disiplin
dan bertanggung jawab, dikarenakan kita menghabiskan banyak waktu tanpa adanya interaksiinteraksi yang dapat mempengaruhi pemikiran kita, sehingga kita diberikan kesempatan untuk
benar-benar memfokuskan diri terhadap perkuliahan. Dan keuntungan yang keempat yaitu kita
diberikan kesempatan untuk merasakan teknologi, bukan hanya mengajarkan para Mahasiswa
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
untuk menggunakan teknologi, tetapi juga para Dosen dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang ada sehingga kedua pihak baik Mahasiswa dan Dosen dapat sama-sama belajar
dan terus memikirkan ide-ide kreatif mengenai metode perkuliahan online yang terbaik.
Namun keuntungan yang paling utama dengan penerapan sistem perkuliahan online
yaitu dapat meminimalisir penyebaran virus covid-19, dan dengan cara tersebut kita sudah
berpartisipasi dalam memutus rantai penyebaran virus, sehingga akan mempercepat proses
pemulihan dari segi kesehatan, ekonomi, ataupun pendidikan.
•
Perspektif topi hijau
Solusi terbaik yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan seputar
perkuliahan online tanpa menghilangkan manfaat dari sistem perkuliahan online itu sendiri
seperti manfaat efisiensi dan keamanan, dapat diatasi dengan dua pilihan berikut yaitu :
Solusi yang pertama adalah penerapan perkuliahan online sekaligus perkuliahan ofline
yang menyangkut, praktikum, penelitian, dan mata kuliah tertentu. Dengan memberlakukkan
sistem perkuliahan online sekaligus ofline tentunya dengan penerapan protokol kesehatan dan
pembatasan jumlah Mahasiswa per-ruangan, manfaat yang didapatkan dari sistem perkuliahan
secara online dapat dipertahankan, dan kekurangan-kekurangan dari sistem perkuliahan online
juga dapat diatasi dengan pemberlakuan kuliah tatap muka untuk praktikum, yang mana tidak
memungkinkan dilakukan secara online. kemudian ujian secara ofline/tatap muka juga perlu
diterapkan guna menghindari penyalahgunaan situasi dimana para Mahasiswa bisa saja
melakukan kecurangan apabila ujian dilakukan secara online, dan setidaknya harus ada satu
mata kuliah yang harus berupa tatap muka secara langsung supaya menjaga rasa sosial
Mahasiswa dan juga dapat memudahkan proses pembelajaran tentunya dengan penerapan
social distancing dan protokol kesehatan lainnya seperti penggunaan masker, sanitizer, dan
lain-lain.
Solusi yang kedua yaitu membentuk website perkuliahan online yang dapat menyimpan
rekaman pembelajaran, memberikan tugas dan berdiskusi dalam satu tempat, dan pemberian
potongan uang kuliah bagi Mahasiswa-mahasiswa tertentu yang berkekurangan. Konsep
tersebut mirip seperti aplikasi ‘Quiper’ atau ‘Ruangguru’ namun khusus untuk para
Mahasiswa. Solusi ini dapat mempertahankan kebermanfaatan dari sistem perkuliahan online
dalam situasi yang tidak menentu seperti saat ini, dan juga mengatasi permasalahanpermasalahan perkuliahan online seperti mengatasi permasalahan keamanan data para
Mahasiswa yang biasanya menggunakan aplikasi/website buatan luar negeri yang belum tentu
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
terjamin keamananya. Selain manfaat tersebut, pembuatan website yang dapat menyimpan
video pembelajaran, memuat tugas, dan berdiskusi yang terintegrasi juga dapat mengatasi
permasalahan perbedaan penggunaan media daring yang digunakan para Dosen untuk
mengajar, dan juga lebih mempermudah Mahasiwa.
•
Perspektif topi biru
Inti dari kelima perspektif tersebut dapat dirangkum dengan cara sebagai berikut : yaitu
yang pertama dari perspektif topi putih telah menjelaskan kondisi perkuliahan di masa
pandemi saat ini yang menggunakan sistem perkuliahan secara online dan akan terus
dilanjukan sistemnya sesuai dengan arahan dari Menteri Nadiem Makarim sampai dengan
waktu yang tidak bisa ditentukan. Kemudian dari perspektif topi merah telah dijelaskan keluh
kesah secara pribadi mengenai sistem perkuliahan online yang sedang diterapkan dan juga telah
dijelaskan sisi baik-nya yang bersifat subjektif dari penerapan perkuliahan online ini.
Perspektif topi hitam telah menjelaskan mengenai permasalahan-permasalahan dari penerapan
sistem perkuliahan online dan alasan yang cukup kuat mengenai ketidakefektifan sistem
perkuliahan online. Sedangkan dari perspektif topi kuning sudah memberikan pemaparan
mengenai manfaat dari penerapan perkuliahan secara daring dan keuntungan-keuntungan kecil
yang dapat diperoleh dari penerapan sistem perkuliahan online. Dan yang terakhir dari
perspektif topi hijau telah memberikan pemikiran-pemikiran kreatif mengenai solusi terbaik
yang bisa kita ambil bersama yang dapat meminimalisir sejumlah kekurangan sistem
perkuliahan online sekaligus mempertahankan keuntungan-keuntungannya.
Maksud utama dari penggunaan kelima perspektif dalam menilai keberlangsungan
sistem perkuliahan online saat ini yaitu supaya kita dapat melihat gambaran secara menyeluruh
dan komperhensif mengenai sistem ini, dan tujuan yang diinginkan yaitu untuk mencari metode
perkuliahan yang terbaik dan yang sesuai dalam merespon situasi saat ini. Dan dalam peroses
tersebut telah didapatkan dua ide yaitu yang pertama adalah penerapan perkuliahan online dan
perkuliahan ofline dalam beberapa keadaan khusus seperti praktek, ujian dsb, dan tentunya
dengan penerapan protokol kesehatan, dan ide yang kedua yaitu pembuatan website belajar
untuk Mahasiswa. Dalam website tersebut haruslah mempunyai fitur penyimpanan video,
tugas, dan berdiskusi (seperti Ruangguru dan Quiper), dan juga pemberian subsidi kuota
internet bagi Mahasiswa yang kurang mampu.
Kesimpulan
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Dari penggunaan keenam topi pemikiran di atas telah dijelaskan secara menyeluruh dan
tersusun mengenai sistem perkuliahan online yang mana telah didapatkan dua solusi sementara.
Solusi-solusi tersebut adalah solusi awal yang masih belum tentu dan keduanya perlu kembali
melewati keenam perspektif berpikir lagi agar didapatkan solusi yang terbaik.
Dari contoh penggunaan six thingking hats diatas dalam menilai keberlangsungan
sistem perkuliahan online telah diketahui bahwa metode berpikir secara pararel ini sangat
efisien dalam mendiskusikan atau dalam menilai suatu pemikiran, dibandingkan dengan
metode argumentasi yang dinilai oleh Edward De Bono adalah “metode yang sudah kuno” dan
“tidak cocok lagi digunakan di zaman yang modern ini”. Menurut Edward De Bono metode
berpikir secara pararel ini telah digunakan di berbagai perusahaan multinasional dan telah
menghemat waktu yang mana sebelum penerapan metode berpikir secara pararel ini
dibutuhkan waktu hingga tiga puluh hari dalam pengambilah keputusanya, namun dengan
penerapan metode six thingking hats perusahaan bisa menyelesaikan diskusi tersebut hanya
dalam waktu empat puluh menit.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Daftar pustaka
2020. https://www.bbc.com/news/education-52732814 (Diakses pada tanggal 17 juni 2020)
2020. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200615182023-20-513564/akademikkampus-agustus-nadiem-larang-kuliah-tatap-muka (Diakses pada tanggal 17 juni 2020)
2020.
https://www.dw.com/id/pengguna-zoom-disarankan-beralih-ke-aplikasi-lain/a53279742#:~:text=Zoom%20Tidak%20Aman%2C%20Pengguna%20Disarankan%20Beralih
%20ke%20Aplikasi%20Lain,aplikasi%20besutan%20Eric%20Yuan%20tersebut.&text=Nam
un%20sejumlah%20kalangan%20menilai%20Zoom%20mempunyai%20kelemahan%20siste
m%20keamanan. (Diakses pada tanggal 17 juni 2020)
Bono, Edward D. 2004. How to have a beautifull mind. Jakarta : PT Elex media Kumputindo
Hastusi, Rahajeng Kusumo. 2020. https://www.cnbcindonesia.com/news/20200615171435-4165513/menteri-nadiem-kuliah-dimulai-agustus-2020-tapi-masih-online (Diakses pada
tanggal 17 juni 2020)
Sevima. 2020. https://sevima.com/new-normal-pembelajaran-di-perguruan-tinggi-pascapandemi-covid-19/ (Diakses pada tanggal 17 juni 2020)
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
30,00
47,33
TOTAL
97,33
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: Marssy Diana Sampe
NIM
174214034
Prodi
: Sastra Inggris
Judul Esai
: Peningkatan Konsumsi Media di Masa Pandemi Covid-19
Pengantar
Saat ini, informasi telah masuk dalam jajaran kebutuhan pokok masyarakat. Arus
informasi yang sangat pesat menjadikan manusia semakin haus akan informasi. Tak hanya bagi
yang kalangan kelas atas, masyarakat menengah ke bawah juga membutuhkan informasi dalam
keseharian mereka sebagai kebutuhan untuk menjalani aktivitas. Media sebagai penyedia
informasi tentu menjadi sangat lekat dengan manusia, terlebih peran media sebagai sarana
hiburan. Di masa pandemi covid-19 ini, pemerintah dengan lantang menyerukan gerakan work
from home (WFH) atau bekerja dari rumah. Gerakan WFH merupakan gerakan agar
masyarakat melakukan aktivitas bekerja maupun belajar dari rumah masing - masing untuk
mendukung program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Adanya seruan pemerintah
untuk tetap di rumah dan melakukan pekerjaan dari rumah (WFH) menyebabkan kenaikan pada
konsumsi internet serta media di masyarakat (Admin, 2020).
Media sebagai sarana hiburan sangat berkaitan dengan fenomena new media. New
media atau media baru adalah konvergensi antara teknologi komunikasi digital yang
terkomputerisasi serta terhubung ke dalam jaringan (Efendi, Astuti, & Rahayu, 2017). Bentukbentuk media baru menurut Effendi dkk (2017) yaitu gawai dengan seluruh fiturnya mulai dari
memotret, mengirim berkas, mengunggah, mengunduh, dll; kemudian internet, video gim, jenis
- jenis media sosial seperti whatsapp, instagram, youtube, dll. Selama masa pandemi covid-19
ini, penggunaan new media cenderung terus meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan
karena new media memiliki keunggulan lebih jauh dibandingkan dengan media konvensional.
Menurut Puspita (2015), keunggulan new media adalah kemampuannya untuk memanjakan
masyarakat melalui kemudahan pencarian informasi dan berkomunikasi yang ditawarkan.
Seiring dengan derasnya arus informasi di masa pandemi ini, kemampuan manusia juga
terus tumbuh dan mengalami perkembangan. Kecepatan arus informasi juga berpengaruh
terhadap aspek kognitif manusia, yang kemudian mewujud pada pilihan sikap dan tindakan
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
manusia dalam menghadapi sesuatu. Misalnya dalam hal memilih media atau konten informasi
yang hendak dikonsumsi. Dalam hal ini, manusia telah menjadi subjek yang aktif. Kecerdasan
teknologi telah mendorong manusia untuk memiliki kemampuan dan kekuasaan terhadap
informasi yang hendak dipilih dan kemudian dicerna dalam benaknya. Teori yang sangat tepat
untuk menjelaskan realitas ini adalah teori use and gratification oleh Elihu Katz, Jay G.
Blumer, dan Michael Gurevitch.
Teori use and gratification pada intinya menganalisis audiens atau khalayak yang
menggunakan media berdasarkan motivasi tertentu. Ketika khalayak merasa bahwa kebutuhan
dan kepuasan terhadap media sudah terpenuhi, media tersebut dapat dikatakan sebagai media
yang efektif (Arifin, 2013). Dalam teori ini, konsumen media memiliki kebebasan dalam
menentukan media apa yang hendak digunakan dan bagaimana media tersebut berdampak pada
dirinya (Amalia, 2015). Aktivitas tersebut kemudian ditegaskan oleh teori jika audiens
dianggap sebagai agensi aktif dan telah melek media dengan baik, maka mereka paham atas
harapan dan kepuasan yang mereka harapkan (Arifin, 2013).
Esai ini hendak menganalisis peningkatan akses media yang terjadi di masyarakat
melalui new media dan media konvensional. Dengan didukung oleh teori use and gratification,
penulis hendak mengkolaborasi analisis peningkatan akses media sebagai dampak langsung
dari gerakan WFH dengan motif - motif masyarakat dalam mengakses media.
Isi
Dampak langsung dari gerakan WFH (work from home) selama pandemic covid-19
adalah peningkatan traffic penggunaan media sosial yang cukup signifikan. Pernyataan ini
diperoleh melalui hasil survei oleh lembaga Kantar. Lembaga Kantar menyatakan bahwa
whatsapp merupakan salah satu aplikasi yang jumlah penggunanya meningkat drastis selama
masa pandemi ini. Di Indonesia, pengguna whatsapp mengalami kenaikan mencapai 40%.
Sedangkan di negara lain, lonjakan pengguna whatsapp mencapai sekitar 51%. Lonjakan
jumlah pengguna whatsapp ini dilandasi oleh keunggulannya dalam hal konsumsi paket data.
Whatsapp menjadi salah satu aplikasi yang ramah paket data karena basis media tersebut
berupa pengiriman teks yang tidak memerlukan banyak paket data. Biaya yang murah dalam
penggunaan whatsapp merupakan keunggulan yang sangat tepat di masa pandemi ini
mengingat bahwa banyak masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan hingga
pemutusan hubungan kerja di masa pandemi covid-19 ini. Selain itu, pengiriman teks dalam
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
media ini juga sangat cepat, yakni 0,52 detik (Prabawati, 2014). Meskipun biaya penggunaan
whatsapp ini murah, namun transmisi informasi yang dihasilkan bisa sangat cepat. Transmisi
informasi yang cepat menjadi kebutuhan utama di masa pandemi ini mengingat ruang gerak
masyarakat yang sangat terbatas, yakni di rumah saja. Biaya yang murah dan kecepatan
transmisi informasi menjadi motif peningkatan jumlah pengguna whatsapp di masa pandemi
covid-19 ini.
Selain whatsapp, jumlah pengguna media sosial instagram juga mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Survei dari platform Klear membuktikan bahwa pengguna
instagram mengalami kenaikan dalam setiap minggu. Dalam studinya, Klear memaparkan
bahwa dalam dua minggu terlihat perubahan bahwa rata - rata pengguna instagram
mengunggah story sebanyak 6,1 kali dalam sehari. Impresi stories instagram juga meningkat
sampai dengan 21% selama periode tersebut (Patardo, 2020). Hal ini sangat berkaitan erat
dengan fungsi instagram sebagai media yang identik dengan pengekspresian diri. Meskipun
hanya tinggal di rumah, instagram menjadi media untuk mendorong penggunanya tetap eksis
dan dikenal oleh orang lain melalui dunia maya. Hal tersebut merupakan salah satu motif
mengapa jumlah pengguna instagram mengalami peningkatan selama WFH.
Di samping peningkatan jumlah penggunaan dalam platform whatsapp dan instagram,
rupanya YouTube sebagai video sharing-platform juga mengalami peningkatan. Dengan
menggunakan kata kunci “Homeschool”, jumlah video yang beredar telah meningkat 120%
sejak 13 Maret 2020. Masyarakat, secara khusus kalangan akademisi atau mahasiswa
menggunakan media YouTube sebagai media untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka
memperkaya ilmu atau mencari referensi ketika WFH sedang terjadi. Secara tidak langsung,
YouTube telah menjadi media belajar secara daring mengingat bahwa kegiatan di sekolah
maupun kampus di masa pandemi ini terhenti. Keunggulan YouTube yang di dalamnya terdapat
banyak video yang berisi tentang pembelajaran atau materi kuliah menjadi motif utama
masyarakat mengakses media YouTube. Dari aktivitas pencarian informasi melalui media
YouTube, masyarakat kemudian memperoleh kepuasan dari informasi yang telah diperoleh.
Selain media sosial, penggunaan media konvensional berupa televisi juga mengalami
peningkatan selama masa pandemi covid-19. Nielsen Television Audience Measurement
(TAM) mencatat bahwa mulai pertengahan Maret 2020, rata-rata kepemirsaan televisi di 11
kota meningkat (Andriani, 2020). Peningkatan juga terjadi pada durasi menonton TV yang
melonjak lebih dari 40 menit dari rata-rata 4 jam 48 menit di tanggal 11 Maret dan menjadi 5
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
jam 29 menit pada 18 Maret. Masih dalam Andriani, Katherina sebagai Executive Media
Nielsen Indonesia menambahkan bahwa pemberitaan tentang covid-19 dan kebijakan untuk
tinggal di rumah berkontribusi pada peningkatan kepemirsaan program berita sebanyak 25%.
Meskipun tergolong dalam media konvensional, televisi masih menjadi salah satu media yang
digemari masyarakat karena biaya yang murah. Pengguna televisi (kecuali menggunakan
layanan televisi satelit) tidak perlu membayar biaya langganan akses informasi. Pengguna
televisi hanya cukup membeli televisi dan membayar biaya penggunaan listrik yang sangat
terjangkau. Di samping itu, televisi juga dapat menampilkan informasi dalam bentuk audiovisual. Informasi yang disampaikan menjadi lebih menarik karena didukung oleh aspek audio
dan visual secara bersamaan. Biaya yang murah dan penyampaian informasi yang menarik
menjadikan televisi sebagai media informasi yang masih sangat laku di masyarakat. Kombinasi
antara biaya yang murah dan pengemasan informasi yang menarik telah memberikan kepuasan
masyarakat dalam mengakses informasi. Melalui televisi, masyarakat dapat mengakses berita
mengenai perkembangan pandemi covid-19 dengan biaya murah, namun dengan pengemasan
berita yang menarik.
Kesimpulan
Situasi WFH yang menyebabkan peningkatan akses media merupakan bukti dari
kehadiran teori use and gratification. Masyarakat atau individu memiliki kuasa penuh untuk
memilih dan menggunakan atau mengkonsumsi media. Dengan pilihan akses media tersebut,
masyarakat pun merasa puas karena motif - motif mereka terpenuhi. Seperti yang telah
disebutkan pada contoh - contoh di atas, telah terjadi peningkatan konsumsi media melalui
platform new media seperti whatsapp, instagram, youtube, dan media konvensional televisi.
Jumlah pengguna whatsapp di Indonesia mengalami kenaikan mencapai 40% karena whatsapp
merupakan media yang ramah paket data. Impresi stories instagram meningkat sampai dengan
21% selama masa pandemi karena masyarakat memerlukan media ekspresi diri. Jumlah video
yang beredar di platform youtube meningkat 120% sejak 13 Maret 2020 dengan menggunakan
kata kunci “homeschool” karena kegiatan belajar di sekolah maupun kampus terhenti. Sejak
pertengahan Maret 2020, terdapat peningkatan rata - rata kepemirsaan televisi di 11 kota karena
masyarakat memerlukan informasi perkembangan pandemi covid-19.
Daftar Pustaka
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Admin. (2020). EXCL: Penerapan Work From Home Tingkatkan Akses ke Jaringan Internet.
Diakses
dari
https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?jdl=EXCL
Penerapan_Wor
k_From_Home_Tingkatkan_Akses_ke_Jaringan_Internet&news_id=117047&group_
news=IPOTNEWS&taging_subtype=PG002&name=&search=y_general&q=,&halam
an=1
Amalia, R. (2015). Efek Tayangan on the Spot Terhadap Pesan Media Massa Bagi Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman. Diakses dari http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2015/04/JURNAL (04-09-15-06-48-39).pdf,
Andriani, D. (2020). Dampak Virus Corona, Masyarakat Makin Sering Nonton Berita. Diakses
dari
https://lifestyle.bisnis.com/read/20200323/220/1216873/dampak-virus-corona-
masyarakat-makin-sering-nonton-berita-.
Arifin, P. (2013). Persaingan Tujuh Portal Berita Online Indonesia berdasarkan Analisis Uses
and Gratifications. Diakses dari https://doi.org/10.24002/jik.v10i2.353.
Dyah, Nur Prabawati. (2014). Analisis Perbandingan Kecepatan Pengiriman Pesan Pada
Aplikasi
Instan
Messenger.
Diakses
dari
http://publication.gunadarma.ac.id/handle/123456789/11423
Efendi, A., Astuti, P. I., & Rahayu, N. T. (2017). Analisis Pengaruh Penggunaan Media Baru
Terhadap Pola Interaksi Sosial Anak Di Kabupaten Sukoharjo. Diakses dari
https://doi.org/10.23917/humaniora.v18i2.5188.
Hardyanti, W. (2017). Diskrepansi Kepuasan Pembaca Media Online Islam: Studi Komparatif
Kesenjangan Kepuasan Membaca Situs eramuslim.com di Kalangan Dosen dan
Mahasiswa di Malang. Diakses dari https://doi.org/10.22219/sospol.v3i1.4968.
Haryanto, A. T. (2020). Riset: Ada 175,2 Juta Pengguna Internet di Indonesia. Diakses dari
https://inet.detik.com/cyberlife/d-4907674/riset-ada-1752-juta-pengguna-internet-diindonesia.
Patardo, H. (2020). Trafik media sosial meningkat selama masa pandemi corona. Diakses dari
https://www.tek.id/tek/trafik-media-sosial-meningkat-selama-masa-pandemi-coronab1ZJU9hu4.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Puspita, Y. (2015). Pemanfaatan New Media dalam Memudahkan Komunikasi dan Transaksi
Pelacur Gay. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/222348pemanfaatan-new-media-dalam-memudahkan-k.pdf.
Sandi, R. (2020). Selama WFH, Hasil Pencarian YouTube Terkait Belajar di Rumah
Meningkat Signifikan. Retrieved from AKURAT.CO: https://akurat.co/iptek/id1107220-read-selama-wfh-hasil-pencarian-youtube-terkait-belajar-di-rumahmeningkat-signifikan
Suparmo, L. (2017). Uses and Gratifications Theory dalam Media Sosial WA (WhatsApp).
Diakses dari https://doi.org/10.21009/communicology.062.02.
Utami,
F.
A.
(2020).
Apa
Itu
Self-Quarantine?
Diakses
dari
https://www.wartaekonomi.co.id/read276864/apa-itu-self-quarantine/0
Utomo, D. A. (2013). Motif Pengguna Jejaring Sosial Google + Di Indonesia. Diakses dari
http://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/929.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
29,10
48,15
TOTAL
97,25
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: Yohanes Arkiang
NIM
181224086
Prodi
: Pendidikan Bahasan dan Sastra Indonesia
Judul Esai
: Membenahi Sistem Kuliah Dalam Jaringan (Daring) Selama Masa
Pandemi Covid-19: Sebuah Solusi
PENDAHULUAN
Sistem perkuliahan dalam jaringan (daring) di Indonesia, selama masa pandemi covid19, terlihat kaku dan gagap. Fasilitas mahasiswa tidak lengkap. Keadaan ekonomi tidak
mencukupi. Sistem perkuliahan pun tidak menjamin adanya pertukaran pengetahuan sesuai
disiplin ilmu. Banyak ketimpangan terlihat begitu jelas antara mahasiswa dan kampus.
Berbagai pihak pun memvonis sistem perkuliahan jarak jauh ini tidak efektif.
Sebelum pandemi, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sudah banyak diterapkan di beberapa
kampus. Namun, penerapan PJJ itu sudah mememenuhi prinsip hak dan kewajiban mahasiswa.
Sehingga tidak ada persoalan berarti yang menghambat proses perkuliahan. Persoalan utama
PJJ masa pandemi ialah protokol kesehatan dan kompleksitasnya yang berdampak langsung ke
masyarakat. Hampir seluruh sistem birokrasi mendadak berubah dan saling berbenturan, begitu
pula birokrasi pendidikan. Kita sedang menghadapi situasi yang kompleks sekaligus tantangan
baru dalam pendidikan kita.
Pembelajaran dapat dibilang efektif apabila kegiatan belajar-mengajar dapat mencapai
tujuan pembelajran. Efektivitas proses PJJ masa pandemi harus dijamin oleh fasilitas yang
cukup dan sistem yang teratur. Bila fasilitas (perangkat, jaringan, pulsa) dan sistem perkuliahan
tidak terpenuhi maka perkuliahan itu cacat. Karena menurut Dong (dalam Kamarga, 2002)
menyebut PJJ atau E-Learning merupakan kegiatan belajar asynchronous yang difasilitasi oleh
teknologi informasi seperti perangkat komputer. Perkuliahan daring juga tidak melulu berbasis
teks. Pengajar tidak dengan seenaknya memberikan mahasiswa teks modul yang terkesan
membosankan dan melelahkan. Kreativitas tidak dapat sepenuhnya diserahkan ke mahasiswa,
mengingat aksesibilitas yang sulit. Dosen dituntut untuk kreatif dan kampus wajib
menyediakan sistem yang baku untuk menjamin proses memanusiakan manusia via daring itu.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
PJJ memang memberi peluang kepada mahasiswa untuk melakukan eklplorasi
pengetahuan secara luas dan tak terbatas. Namun bila PJJ dilakukan secara mendadak dan tidak
diimbangi dengan sistem pendukung, maka proses pembelajaran tidak efektif. Pencapaian
pembelajaran akan sulit diukur. Kampus diberi tanggung jawab lebih untuk menjalankan
fungsinya sebagai wadah penjamin masa depan bangsa. Tulisan ini hendak menawarkan solusi
pembelajaran yang efektif selama masa pandemi. Sederhannya, solusi ini menawarkan sebuah
sistem baku koordinasi kampus terhadap mahasiswa. Tawaran ini memang bukan solusi
brilian. Namun kenyataannya, penghambat proses pembelajaran yang efektif selama masa
pandemi ialah sistem yang tidak komprehensif yang memicu ketidakdisiplinan. Oleh karena
itu, penulis menawarkan sebuah panduan pembelajran daring yang efektif selama masa
pandemi.
PEMBAHASAN
Keutamaan selama PJJ masa pandemi ialah kebijakan kampus harus berpihak
sepenuhnya pada mahasiswa. Mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan di sebuah
kampus tentu berasal dari latar belakang yang beragam, gaya belajar yang berbeda, dan
memiliki orientasi yang berbeda. Kampus harus menyiapkan seperangkat kebijakan yang
sekiranya dapat mengakomodasi semua latar belakang mahasiswa. Artinya, kebijakan yang
dirancang dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh mahasiswa yang mengikuti PJJ. Kebijakan
itu juga harus sejalan dengan visi dan misi pendidikan suatu kampus. Solusi berikut
berdasarkan atau dengan pengandaian situasi kampus penulis sendiri; Universitas Sanata
Dharma.
Pertama sekali, rektorat memberikan wewenang penuh kepada Fakultas dan Program
Studi (prodi). Rektor membentuk Tim Khusus untuk mengoordinasi prodi selama masa
pembelajaran daring. Tim ini membuat protokol koordinasi kepada prodi yang isinya meliputi
rambu-rambu dan jalur-jalur koordinasi yang akan digunakan selama pembelajaran masa
pandemi. Dalam protokol itu, prodi diwajibkan memberi laporan mingguan kepada Tim
Khusus. Laporan yang disampaikan meliputi; alamat tinggal mahasiswa saat itu, kondisi
kesehatan mahasiswa, kondisi perekonomian mahasiswa, serta kondisi proses pembelajaran.
Laporan yang diterima Tim Khusus dari semua prodi segera dianalisis lalu dibuat keputusan
sementara, bila itu perlu.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Prodi melaksanakan pembelajaran sesuai disiplin ilmu masing-masing via daring.
Selama pembelajaran satu minggu, prodi melakukan pendataan mahasiswa sesuai protokoler
Tim Khusus. Di sini, prodi juga membentuk Tim Prodi untuk bertugas melakukan pendataan
mahasiswa. Tim Prodi terdiri dari kepala prodi, dosen pembimbing akademik, dosen pengampu
mata kuliah, serta salah satu unsur himpunan mahasiswa tingkat prodi. Pendataan dilakukan
dengan cara menyebarkan google form atau sejenisnya. Artinya tiap dosen memiliki google
form. Sebelum atau sesudah kelas daring dilaksanakan, dosen memberikan google form kepada
mahasiswa untuk diisi. Isi dari google form itu meliputi alamat tinggal mahasiswa, kondisi
kesehatan, kondisi perekonomian, dan keluh kesah mahasiswa.
Hasil pendataan satu minggu tersebut diserahkan ke tiap dosen pembimbing akademik
dan diteruskan ke kepala prodi. Lalu prodi melakukan analisis terhadap data yang diterima. Di
sinilah prodi bisa mengetahui kondisi mahasiswanya. Setelah melakukan analisis, prodi
memberi respon kepada mahasiswa yang mengalami kendala. Misalnya, terdapat mahasiswa
yang perangkat komunikasinya rusak, kesulitan jaringan di tempat tinggal mahasiswa, kondisi
ekonomi memburuk, dan terdapat mahasiswa yang tidak dapat dihubungi saat kelas
berlangsung. Setelah mengetahui kondisi mahasiswa, prodi melakukan pemetaan terhadap
mahasiswa atau mengelompokan mahasiswa berdasarkan kondisi yang dialami. Dalam
melakukan pendataan, mahasiswa diminta untuk jujur dan kooperatif agar prodi dapat bekerja
dengan maksimal.
Kebijakan masa pandemi selalu tidak tetap, terkadang banyak kebijakan pemerintah
yang berbenturan atau mendadak berubah. Oleh karena itu, prodi selalu menyesuaikan sistem
pembelajaran dengan kondisi sosial tiap minggunya. Hasil analisis terhadap mahasiswa di
prodi tadi diserahkan ke Tim Khusus rektorat. Rektorat akan menyimpulkan laporan dari setiap
prodi lalu dapat membuat kebijakan dengan mempertimbangkan kondisi mahasiswa. Data
mahasiswa selama PJJ disimpan dalam sebuah sistem berbasis web agar mudah dianalisis dan
disinkronisasi.
Kemudian untuk mengurangi beban mahasiswa, kampus dapat meringankan beberapa
jenis pembayaran uang kuliah. Bentuk peringanan dapat terdiri dari sebagai berikut;
mengurangi jumlah pembayaran uang Sistem Kredit Semester (SKS) sesuai kondisi,
memperpanjang masa dispensasi terhadap semua jenis pembayaran, dan menekan anggaran
kampus di bidang Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
UKM dan BEM diminta melakukan perubahan terhadap rancangan kegiatan sesuai kondisi,
agar kampus dapat menekan anggaran UKM dan BEM sesuai sasaran.
Apabila sistem koordinasi di atas dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka
rancangan pembelajaran daring yang efektif dapat dengan mudah dilakukan. Misalnya,
mahasiswa yang sudah dikelompokan sesuai kondisi yang dialami, pengajar dapat merancang
pembelajaran daring dengan menyesuaikan kelompok-kelompok belajar tadi. Pengajar dapat
terlebih dahulu fokus memberikan materi ke mahasiswa yang tidak memiliki kendala fasilitas.
Sementara mahasiswa yang memiliki kendala fasilitas dan kesehatan dibikin sebuah kelas
prioritas dengan metode pembelajaran yang berbeda dan waktu yang berbeda pula.
Sistem waktu pembelajaran tiap mata kuliah dapat disesuaikan dengan kondisi
mahasiswa saat pandemi. Misalnya tiga SKS dapat ditempuh selama lebih dari enam jam untuk
mahasiswa yang tidak memiliki kendala fasilitas. Sementara itu, untuk kelompok mahasiswa
yang memiliki kendala fasilitas dan kesehatan, dapat mengikuti kelas pada sesi khusus. Setiap
satu pertemuan, pencapaian pembelajaran—keaktifan mahasiswa—tidak dapat diukur saat itu
juga, karena aplikasi yang tersedia tidak memungkinkan terjaminnya komunikasi pembelajaran
yang aktif. Oleh karena itu, dosen dapat memberikan materi melalui video ajar, power point,
powtoon, quizizz, dan sebagainya. Penugasan terhadap mahasiswa juga disesuaikan dengan
keadaan fasilitas mahasiswa, sehingga beban yang diterima dapat dirasa adil.
Untuk kenyamanan dosen sendiri, tiap dosen pengampu mata kuliah pada satu kelas
saling berkoordinasi dan memegang data kondisi mahasiswa dari prodi. Prinsip-prinsip PJJ
pada masa pandemi memang harus menimbang banyak hal, sehingga dosen tidak dengan
mudah melakukan penilaian terhadap mahasiswa. Dengan memegang data kondisi mahasiswa,
setidaknya dapat membantu dosen dalam melakukan penilaian yang obyektif.
Apabila pembelajaran sudah berjalan sesuai kondisi, pengukuran terhadap pencapaian
kompetensi pembelajaran dapat dilakukan setelah pemberian penugasan. Penugasan tidak
selalu berbasis teks. Mahasiswa dapat mengerjakan tugas dengan video presentasi, menjawab
kuis dari aplikasi tertentu, dan sebagainya. Waktu pengerjaan tugas juga disesuaikan dengan
beban pengerjaan tugas. Sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dan pembelajaran
tersebut efektif.
Pada pembelajaran sesi khusus; bagi mahasiswa yang memiliki kendala fasilitas dan
kesehatan dapat dilakukan sesuai perkembangan. Apabila sudah ada mahasiswa yang
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
mendapat fasilitas maka, pembelajaran dapat ia ikuti sendiri dan mengerjakan tugas sesuai
waktu yang ditentukan. Bagi mahasiswa yang sama sekali tidak dapat mengikuti perkuliahan
secara penuh dan prodi mengetahui keadaannya; kondisi ekonomi keluarga, maka prodi wajib
membantu mahasiswa tersebut dengan pertimbangan yang baik. Sedangkan, bagi mahasiswa
yang tidak bisa dihubungi saat proses PJJ selama pandemi, maka pembelajaran dan
penilaiannya ditangguhkan hingga prodi mendapatkan informasi tentang mahasiswa tersebut.
Diharapkan prodi membuat kebijakan yang adil untuk mahasiswa yang mengalami kendala
seperti di atas.
Untuk mendukung sistem pembelajaran masa pandemi tersebut, prodi menyediakan
media atau aplikasi yang memungkinkan mahasiswa dapat mengaksesnya dengan mudah. Isi
aplikasi tersebut meliputi materi, kelas prioritas, dan informasi terbaru dari prodi ataupun
kampus. berdasarkan hasil pendataan dan analisis data mahasiswa tiap minggu, kampus wajib
memberikan informasi secara rutin kepada mahasiswa melalui aplikasi atau media yang sama.
Mahasiswa dengan sukarela membagikan informasi tersebut ke mahasiswa yang tidak
dijangkau oleh prodi untuk membantu kerja prodi.
SIMPULAN
Dari uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut;
untuk menyelenggarakan pembelajaran efektif selama masa pandemi maka, pertama, sistem
koordinasi harus dibenahi dengan cara; (1) rektorat membentuk tim khusus yang bertugas
mengkoordinasi Fakultas dan Prodi sesuai protokol yang telah disepakati. (2) Prodi membentuk
tim prodi yang terdiri dari kepala prodi, dosen pembimbing, dosen pengampu mata kuliah serta
dari unsur himpunan mahasiswa. Tim prodi ini bertugas melakukan pendataan terhadap kondisi
mahasiswa setiap minggu. (3) Secara berkala, hasil analisis data mahasiswa dilaporkan ke tim
khusus rektorat, lalu rektorat mengolah data tersebut dan jika perlu mengeluarkan kebijaka
yang bermanfaat bagi mahasiswa.
Kedua, sistem pembelajaran mahasiswa dibenahi dengan cara; (1) mahasiswa
dikelompokkan berdasarkan hasil pendataaan prodi; kelompok prioritas dan kelompok bukan
prioritas. Kelompok prioritas terdiri dari mahasiswa yang mengalami kendala fasilitas,
informasi, dan kendala darurat lainnya. Kelompok bukan prioritas terdiri dari mahasiswa yang
memiliki fasilitas dan koneksi jaringan layak. (2) Pembelajaran, penugasan, dan pelatihan
dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta kondisional. Proses pembelajran tidak
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
membebankan atau merugikan mahasiswa. (3) Waktu pembelajaran disesuaikan dengan
kondisi mahasiswa dan kondisi media pembelajaran, sehingga mahasiswa dapat mengeklorasi
pengetahuan secara efektif.
Ketiga, kampus mengeluarkan kebijakan keuangan yang mendukung kondisi
mahasiswa. Kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut; (1) pembayaran uang SKS
dikurangi sesuai kondisi mahasiswa, (2) dispensasi pembayaran diperpanjang untuk semua
jenis pembayaran, dan (3) anggaran dana kampus bidang UKM dan BEM diikurangi, sehingga
dapat dialokasikan untuk kepentingan lainnya pada masa pandemi.
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh tetaplah sebuah solusi yang baik selama masa
pandemi. Namun Pembelajaran Jarak Jauh yang efektif tergantung dari bagaimana kampus
menjalankan sistem yang penulis tawarkan di atas. Walaupun keadaan sedang tidak
mendukung, dengan diterapkannya sistem yang baku dan komprehensif, maka penulis yakin,
Pemebelajaran Jarak Jauh itu dapat berjalan efektif.
DAFTAR RUJUKAN
Munir.2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung, Alfabeta.
Suwardi, Nurhadi. 2010. Evaluasi Pembelajaran yang Efektif dan Menyenangkan. Jakarta,
Multi Kerasi Satudelapan
Rusman. 2008. Manajemen Kurikulum, Bandung. Program Studi Pengembangan Kurikulum
Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
30,00
46,10
TOTAL
96,10
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: Afridus Sonsi Sandru
NIM
186114042
Prodi
: Filsafat Keilahian
Judul Esai
: “UTOPIA” PSBB
Prolog
Sesuatu yang negatif (derita) merupakan kenyataan yang selalu ingin
dihindari oleh setiap manusia. Kebahagiaan atau kebaikan adalah hasrat tertinggi
yang ingin digapai oleh setiap manusia. Berbagai usaha ditempuh—membangun
hidup sosial, ekonomi, spiritualitas, edukasional, dan lain sebagainya—demi
mewujudkan tatanan ideal yang dihasrati. Sesuatu dikatakan negatif bila ia bertolak
belakang dengan idealitas yang diharapkan atau diidami. Namun bukan menjadi
suatu kebaruan, bahwasannya suatu negativitas selalu menghampiri perjalanan
kehidupan manusia. Kebahagiaan sebagai hasrat tertinggi manusia selalu
mendorong manusia baik secara personal maupun komunal berjuang demi
mengembalikan tatanan hidup seperti yang diidealkan. Kita bisa mempersepsi
kenyataan ini di dalam ketersituasian manusia di dalam negativitas Covid-19 saat
ini.
Covid-19 dan PSBB
Covid-19 mulai ramai diperbincangkan dunia akhir Desember 2019.
Perbincangan ini tidak terlepas dari jumlah korban jiwa dan korban yang terinfeksi
Covid-19 di Wuhan Cina. Virolog WHO menyatakan SARS-CoV2-19 merupakan
penyebab penyakit Covid-19. Mula-mula, virus ini bertumbuh di Wuhan, China,
tetapi kemudian terus menyebar ke berbagai pelosok dunia termasuk Indonesia.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam
Jaringan dan Penanganan COVID-19
Wabah ini telah merenggut jutaan manusia. Secara global hingga kini jumlah kasus
positif Covid-19 mencapai 7.183.035 dan jumlah kematian mencapai 408.015 jiwa1.
Sementara, secara nasional tercatat korban positif 16.006 dan meninggal 1.043 jiwa
di Indonesia (Jawa Pos, 5/5/2020). Berbagai upaya telah ditempuh baik secara
global, maupun nasional untuk mengurangi dan memutuskan rantai penyebaran dari
wabah ini. Secara nasional, ada beberapa upaya yang telah ditempuh, seperti
kampanye gerakan #stayathome, social dan psychical distancing, dilarang mudik
dan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Di antara semua bentuk kebijakan yang diambil, kebijakan PSBB patut
dicermati. Hal ini tidak terlepas dari kekacauan pada semua sektor kehidupan yang
dialami manusia, seperti sosial-budaya, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya
sebagai konsekuensi yang harus ditanggung akibat dari penerapan kebijakan PSBB.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 9 tahun 2020
mengenai pedoman PSBB yang bertujuan untuk menangani penyebaran dari wabah
COVID-19. PSBB merupakan pembatasan semua kegiatan manusia dalam satu
teritori yang terduga telah terinfeksi Covid-19. PSBB bertujan untuk memblokir
dan mencegah penyebaran Covid-19 dalam skala yang lebih besar. PSBB mulai
diberlakukakn pada Jumat, 10 April 20202.
Kita mengingat bahwa Penerapan PSBB menjadi tidak mudah karena
hampir bertepatan dengan perayaan bulan puasa dan lebaran dari umat Muslim.
Mayoritas warga di zona merah wabah Covid-19 rata-rata memiliki tradisi mudik
untuk merayakan lebaran. Pemerintah menyeruhkan larangan mudik, tetapi
sebagian warga tetap mudik dengan berbagai alasan dan mengabaikan potensi
https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-01397766/
I Made Adi Widnyana, “Kajian Hukum dan Perbandingan tentang PSBB dengan PKM di Kota
Denpasar dalam Percepatan Penanganan Covid-19” dalam Ida Bagus Subrahmaniam Saitya dan I
Made Pasek Subawa, Covid-19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan, (Denpasar:
Yayasan Kita Menulis, 2020) 10.
1
2
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam
Jaringan dan Penanganan COVID-19
penyebaran virus corona baru. Apalagi bagi mereka yang kehilangan pekerjaan atau
pendapatan tetap di kota, pulang kampung menjadi cara paling mungkin untuk
“menyelamatkan” hidup3. Konsekuensinya jelas, yakni akan ada peningkatan
jumlah kasus positif Covid-19.
Dari sisi ekonomi, PSBB yang bertujuan untuk memutus penyebaran Covid19 menuntut hampir semua orang tidak berinteraksi di ruang publik.
Konsekuensinya kegiatan ekonomi di hampir semua lini mengalami kemacetan.
Yang paling segera merasakan dampak adalah industri pariwisata, sektor usaha
mikro kecil menengah (UMKM), hingga sektor jasa yang berhubungan dengan
hospitality. Banyak industri yang merumahkan karyawan untuk sementara bahkan
sampai pada pemutusan kerja, dan melepas karyawan kontrak. Implikasinya bahwa
jumlah pengganguran dan orang miskin meningkat4.
Secara global, hanya dalam beberapa minggu sebagian besar negara-negara
di dunia telah menutup aktivitas ekonominya, dengan harapan dapat mencegah
peningkatan jumlah korban kematian akibat Covid-19. Pabrik-pabrik berhenti,
restoran dan gerai belanja ditutup, dan angka pengangguran meroket di seluruh
dunia. Tidak hanya itu, dampak resesi global juga telah terasa di negara-negara yang
belum menerapkan karantina wilayah. Resesi global diperkirakan terjadi karena
penurunan drastis permintaan dan perdagangan global5.
Tantangan
semakin
berat.
Keputusan
perlu
dibuat
dengan
mempertimbangkan tentang bagaimana cara terbaik meningkatkan akses kesehatan
dan melindungi kesejahteraan masyarakat, termasuk para pekerja kesehatan yang
”Covid-19 Tantangan bersama”, dalam Kompas, (Rabu, 22 April 2020).
3
4
“Bersiap Menghadapi yang Terburuk”, Kompas (Sabtu 25 April 2020).
Rema Hanna, “Perluasan Perlindungan Sosial untuk Kelas Menengah Bawah”, Kompas (Rabu 22
April 2020)
5
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam
Jaringan dan Penanganan COVID-19
berada di garda terdepan. Lebih dari 15 dokter kurang dari satu bulan berguguran
karena terinfeksi Covid-19. Banyak keluhan dari para dokter yang merasa
kekurangan alat perlindungan diri (APD). Banyak organisasi masayrakat, individu
dan pemerintah pusat ataupun daerah kemudian mengadakan APD, para peneliti
dan
dosen
berinovasi
menciptakan
APD,
perusahan
juga
mencoba
memproduksinya. Peningkatan jumlah pasien dalam pemantauan mengakibatkan
banyak tenaga kesehatan, khusunya dokter, kelelahan. Dalam keadaan kelelahan
dan kurang tidur tentu mengakibatkan daya tahan tubuh menurun, padahal mereka
bekerja dalam lingkungan beresiko. Hal ini diperparah jika persedian APD
terbatas6.
Perlu diingat juga, Covid-19 tidak hanya krisis kesehatan, tapi juga krisis
ekonomi. Dalam krisis seperti saat ini, sangat penting memperluas bantuan sosial
yang disediakan pemerintah. Ketika orang “dikurung”, atau ada pembatasan sosial,
bahkan tanpa pemerintah resmi, mereka tak dapat mencari nafkah. Jika anda tidak
dapat bekerja, implikasi logisnya: anda tidak akan dapat memenuhi kebutuhan
dasar anda. Bahkan, tanpa karantina wilayah secara penuh sekalipun, guncangan
ekonomi terjadi dan megancam mata pencaharian banyak orang7. Dampak sosialekonomi masih akan terus berlanjut. Semuanya bergantung pada seberapa besar dan
seberapa lama wabah Covid-19 melanda dunia.
Dari antara semua sektor dan aspek kehidupan manusia yang terganggu,
sektor ekonomi perlu mendapat pencermatan yang lebih. Ketergangguan sektor
yang lain seperti sosial, kultural, spiritual, edukasional dapat diatasi dengan bantuan
kecanggihan teknologi media komunikasi saat ini. Sementara ekonomi merupakan
Ghufron Mukti “Mengapa Banyak Dokter Gugur di Masa Covid-19?”, dalam Kompas (Rabu, 22
6
April 2020).
Rema Hanna, “Perluasan Perlindungan Sosial untuk Kelas Menengah Bawah,” dalam Kompas
(Rabu 22 April 2020).
7
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam
Jaringan dan Penanganan COVID-19
fondasi bagi kelanacaran dari berbagai aspek yang lainnya. Ketika keadaan
ekonomi stabil, maka manusia dapat memikirkan keluasan dari horison hidupnya.
Akan terjadi sebaliknya, yakni berbagai usaha akan ditempuh agar keadaan
ekonomi baik. Ekonomitas dalam hal ini dipahami secara sederhana, yakni setiap
individu memiliki pendapatan yang tetap dan terpenuhinya kebutuhan primer
(sandang, pangan dan papan). Namun ketika kenyaataan ini diganggu, manusia
akan hidup dalam keserakan karena dihantui berbagai beban psikologis.
Gustav Ranis, Frances Stewart, dan Alejandro Ramires mendefenisikan
perkembangan manusia sebagai keluasan pilihan setiap individu dengan cara yang
memungkinkan setiap individu untuk hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih penuh.
Pertumbuhan ekonomi menyediakan sumber daya untuk memungkinkan
peningkatan berkelanjutan pembangunan manusia8. Tesis yang ingin dikemukakan
oleh Ranis dan kawan-kawan adalah terdapat hubungan yang kuat antara stabilitas
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia. Stabilitas ekonomi adalah
fondasi bagi perkembangan berbagai aspek dan sektor kehidupan manusia.
Erns Bloch pernah mengemukakan bahwa kelaparan merupakan insting
dasariah dari setiap manusia. Setiap kita dapat mengalami kematian hanya dengan
tidak makan untuk beberapa hari. Kita bisa masih tetap hidup, saat tidak bersama
kerabat yang dekat, saat tidak menikmati hiburan, saat tidak berdoa, saat tidak
bersekolah, dan kegiatan yang lainnya selama hidup. Ketika setiap manusia telah
mengatasi kebutuhan untuk mengenyangkan kelaparannya maka ia akan memiliki
bentuk perjuangan yang lainnya. Kecukupan untuk makan membuat manusia
memperluas horison perawatan diri dan kehidupannya9.
Gustav Ranis, Frances Stewart, dan Alejandro Ramires, “Economic Growth and Human
Development “ dalam World Development (Vol. 28, No. 2, 2000), 197-198.
9Bosco Puthur, From the Principle of Hope to the Theology of Hope, (Kerala: Pontifiical Institute
Publications, 1987), 73-74.
8
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam
Jaringan dan Penanganan COVID-19
Kekacauan perekonomian nasional dan global telah menjadi suatu petanda
(signifier) yang sangat signifikan dari kekacauan akibat penerapan dari Lockdown
wilayah dan PSBB. Petanda ini dapat memunculkan penanda-penanda yang lain
seperti kecemasan, ketakutan, kekawatiran dan berbagai disposisi batin destruktif
yang lainnya. Hal ini jelas akan berpengaruh pada perealisasian dari berbagai
proyek komunal dan personal dalam rangka menemukan makna dan tujuan hidup
di dalam ruang yang sedang dimukimi saat ini. Kekacauan ekonomi telah
mendatangkan kekacauan-kekacauan lain yang hampir menyentuh seluruh aspek
kehidupan manusia (fisik, psikis, dan metafisik). Dan hal ini tentu tidak terlepas
dari berbagai kebijakan (baca: PSBB) yang diambil demi mengurangi dan
memutuskan rantai penyebaran dari wabah Covid-19.
Utopianisme PSBB
KBBI mengartikan utopia sebagai sistem sosial politik yang sempurna yang
hanya ada dalam bayangan (khayalan) dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan
dalam kenyataan10. Pengertian ini jelas terinspirasi dari karangan Thomas More
mengenai Utopia. Utopia boleh dibilang merupakan sebuah karangan monumental
More. Karangan inilah yang mengabadikan namanya hingga saat ini. Sebagaimana
terekam dalam memori bahwa pada pertengahan Mei 1515, More, bersama dengan
Cuthbert Tunstall, Richard Sampson, Sir Richard Spenelly, dan John Clifford,
diangkat menjadi duta besar untuk Belanda. Namun mereka dituduh telah
besekongkol dengan penguasa Belanda, yakni Pangeran Charles. Pada pertengahan
Juli, konflik ini menjadi makin kompleks, dan mereka mengalami kebuntuan.
Kebuntuan ini menciptakan situasi yang tidak biasa bagi More. Para ahli
10
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/utopia
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam
Jaringan dan Penanganan COVID-19
memperkirakan bahwa Thomas More menuliskan Utopia-nya di dalam periode
yang sulit ini11.
Banyal ahli yang masih mempertanyakan sekaligus memperdebatkan motif
utama More menulis Utopia-nya. Darko Suvinl mengemukakan bahwa Utopia
adalah konstruksi verbal dari komunitas manusia-semu tertentu. Dikatakan semu
karena More membayangkan dalam Utopia-nya suatu tatanan sosio-politik, norma,
dan hubungan individu yang diorganisasikan berdasarkan prinsip yang sempurna
daripada di komunitas penulis, konstruksi ini didasarkan pada kerenggangan yang
timbul dari suatu hipotesis historis alternatif. Konstruksi tatanan kemasyarakatan
yang dibayangkan More adalah konstruksi sastra masyarakat masa depan yang
sangat sempurna12. Kesemuan dari dunia fururistik yang dibayangkan oleh More di
dalam Utopia tampak pada makna etimologis dari term utopia. Istilah utopia berasal
dari bahasa Yunani 'eu-topia' yang berarti - tempat yang baik, atau lu-topia '- tidak
ada tempat. Secara harafiah kita dapat memahami bahwa tempat baik yang
dibayangkan oleh More tidak mempunyai tempat di dunia ini. Tempat baik yang
dibayangkan oleh More hanya semacam suatu angan-angan semata. Lantas dalam
hal apa kita dapat mengatakan bahwa penerapan kebijakan PSBB adalah sebuah
utopia atau angan-angan semata-mata?
PSBB mungkin dipikirkan sebagai salah satu kebijakan yang paling ampuh
untuk membatasi dan bahkan mengakhiri rantai penyebaran dari wabah Covid-19.
Namun melihat kenyataan di lapangan, tampaknya tidak seperti yang dipikirkan.
Jumlah kasus baru Covid-19 dan kematian terus mengalami peningkatan dari hari
ke hari hingga saat ini. Tujuan utama dari PSBB adalah demi memutuskan rantai
Richard B. Ferguson, More's Utopia And The Golden Age ,Hal.13. diunduh dari https://ttuir.tdl.org/bitstream/handle/2346/22315/31295015503393.pdf;sequence=1
11
https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/136069/9/09_chapter%204.pdf
12
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam
Jaringan dan Penanganan COVID-19
penyebaran wabah Covid-19, tetapi yang ditoreh dari kebijakan ini adalah yang
sebaliknya. Selain tidak tercapainya tujuan utama, malah berakibat pada macetnya
semua sektor kehidupan manusia sebagaimana telah digambarakan pada bagian
sebelumnya. Inilah utopia yang dimaksudkan oleh penulis di balik penerapan
PSBB.
Epilog
Kebijakan PSBB sebagai salah satu dari sekian banyak pilihan kebijakan
memang telah memberi konsekuensi positif dan negatif pada berbagai sektor
kehidupan manusia. Positifnya bahwa PSBB telah menghambat transmisi virus
corona yang sangat signifikan. Bisa dibayangkan apa yang terjadi apabila kebijakan
ini tidak diterapkan, kemungkinan akan terjadinya krisis yang melebihi hari ini.
Kebijakan ini tentu membawa pengaruh negatif seperti yang dialami saat ini.
Kebijakan ini mau tidak mau tetap menjadi opsi yang terbaik dalam ketersituasian
kita sekarang ini. PSSB sebagai salah satu kebijakan terpaksa harus diambil
berdasarkan pada pertimbangan objektif akan konsekuensi kejahatan (baca:
keburukan) yang paling minimum. Dalam konteks ini, prinsip minus malum13
(pilihan yang paling sedikit nilai keburukannya) merupakan prinsip yang dinilai
tepat dan kontekstual.
Daftar Pustaka
1.
Bosco Puthur, From the Principle of Hope to the Theology of Hope, (Kerala:
Pontifiical Institute Publications, 1987).
2.
13
C.B. Kusmaryanto, Bioetika, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2016).
C.B. Kusmaryanto, Bioetika, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2016), 214.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam
Jaringan dan Penanganan COVID-19
3.
I Made Adi Widnyana, “ Kajian Hukum dan Perbandingan tentang PSBB
dengan PKM di Kota Denpasar dalam Percepatan Penanganan Covid-19”
dalam Ida Bagus Subrahmaniam Saitya dan I Made Pasek Subawa, Covid19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan, (Denpasar: Yayasan
Kita Menulis, 2020).
4.
Gustav Ranis, Frances Stewart, dan Alejandro Ramires, “Economic Growth
and Human Development “ dalam World Development (Vol. 28, No. 2,
2000).
5.
Richard B. Ferguson, More's Utopia And The Golden Age ,Hal.13.
diunduh dari
https://ttuir.tdl.org/bitstream/handle/2346/22315/31295015503393.pdf;seq
uence=1
6.
Rema Hanna, “Perluasan Perlindungan Sosial untuk Kelas Menengah
Bawah”, Kompas (Rabu 22 April 2020).
7.
Ghufron Mukti “Mengapa Banyak Dokter Gugur di Masa Covid-19?”,
dalam Kompas (Rabu 22 April 2020).
8.
”Covid-19 Tantangan bersama”, dalam Kompas, (Rabu 22 April 2020).
9.
“Bersiap Menghadapi yang Terburuk”, Kompas (Sabtu 25 April 2020).
10.
https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-01397766/
11.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/utopia
12.
https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/136069/9/09_chapter%
204.pdf
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
20,00
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam
Jaringan dan Penanganan COVID-19
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
30,00
46,00
TOTAL
96,00
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam
Jaringan dan Penanganan COVID-19
Nama
: Dominikus Setio Haryadi
NIM
176114018
Prodi
: Filsafat Keilahian
Judul Esai
: Inspirasi Ayub Dalam Bertahan di Tengah Kejenuhan
dan Kaitannya Untuk Hidup berdamai dengan COVID 19 di Yogyakarta
(Belajar dari Kisah Kitab Suci dan Ajaran Gereja Katolik)
1. Pembukaan
Saat ini, dunia universal sedang mengalami sebuah krisis besar yang terjadi. Covid
19, semua manusia saat ini sedang merasakan penderitaan yang begitu besar oleh karena
wabah penyakit tersebut. Selain wabah ini mematikan nyawa banyak orang, tentu juga
berefek pada kehidupan sosial, politik serta ekonomi suatu bangsa. Kecemasan dan
keresahan ini membuat orang sulit untuk berpikir secara jernih.
Albert Camus, seorang sastrawan sekaligus filsuf Aljazair menyebutkan bahwa
situasi kecemasan dan keresahan ini sebagai situasi absurditas. Dalam novelnya yang
berjudul Sampar, absurditas digambarkan melalui situasi wilayah yang dirundung bencana
besar akan wabah penyakit. Semua orang merasakan kecemasan, keresahan serta berada
dalam situasi ambang batas kemampuan diri.1 Dan disinilah, manusia mulai
mempertanyakan eksistensi diri dan Allah sendiri. Apa yang harus saya lakukan, dan
mengapa ini terjadi?.
2. Isi
2.1. Persoalan Moral Etis2
Dalam sejarah, penyakit menular dapat dipahami sebagai penyakit yang sangat
cepat penyebarannya serta cukup mematikan Hal itu dapat dilihat di Eropa pada abad keAsti Adriani Allien, Makna Kehidupan Menurut Albert Camus, pdf, dalam ejournal.undip.ac.id, diakses pada 10
Juni 2020 pkl 19.45 WIB.
2
D.Bismoko Mahamboro Penalaran Moral untuk Pandemi Penyakit Menular Diktat Mata Kuliah “Berdamai
dengan Sampar”, Fakultas Teologi Wedabhakti, 2020
1
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
14. Saat itu, ada wabah pes yang menyebabkan kematian 1/3 populasi Eropa. Selanjutnya,
muncul epidemi flu Spanyol tahun 1918 yang membunuh 20 – 100 juta penduduk. Selain
itu, juga ada wabah penyakit cacar (smallpox) di sepanjang abad 20 yang telah membunuh
300 – 540 juta penduduk bumi. Tidak hanya itu saja, ada juga penyakit-penyakit menular
baru yang muncul di abad ke-20 ini. Contohnya: HIV/AIDS, Ebola, TBC, SARS, MERS,
dan terakhir Covid-19.
Banyaknya pasien yang positif dan meninggal karena covid 19 ini dapat dikatakan
menjadi salah satu persoalan moral-etis yang begitu tampak. Hal ini ditambah lagi dengan
adanya kasus stigmatisasi negatif terhadap mereka serta ketidakadilan yang mereka alami.
Mengapa hal ini terjadi? Karena banyak orang merasa terlalu ketakutan yang luar biasa dan
memandang mereka-mereka yang dinyatakan positif sangatlah membawa virus yang bgitu
mematikan. Seharusnya, mereka harus mendapatkan dukungan moral yang baik, berupa
penanganan secara medis yang tepat, yakni dengan bantuan alat kesehatan maupun dengan
isolasi. Namun, sayangnya, di beberapa tempat hal ini kurang terjadi dengan baik.
2.2. Kebijakan Publik terkait Covid 19
Kebijakan publik ini sangat penting bagi masyarakat. Para kepala negara dan
pemerintah di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia telah memberlakukan
pembatasan, seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga lockdown dengan
maksud menyelamatkan warga dari covid-19. Salah satunya yang dilakukan adalah
Psysical Distancing. Psycical Distancing ini berguna memutuskan rantai penyebaran
covid-19 yang pada akhirnya berdampak pada persoalan ekonomi, di mana banyak
perusahaan tidak beroperasi, sehingga terpaksa karyawan di PHK. Hal ini mengakibatkan
angka pengangguran melonjak naik dan pekerjaan sektor informal kesulitan mendapatkan
nafkah. Dapat dikatakan, bahwa banyak orang kehilangan pekerjaannya dan itu berimbas
pada perekenomian kelaurga yang menurun.
2.3.
Sejenak Melihat dari Kisah Ayub dalam Kitab Suci3
Situasi dunia yang sedang diterpa covid 19 ini jelas sangat menimbulkan
ketidaknyamanan dalam diri dan hidup. Penderitaan jelas bukanlah suatu hal yang
https://www.youtube.com/watch?v=MJUwoWWBy8o&t=436s "Berdamai dengan Sampar", diakses 7 juni 2020
pkl 17.45WIB
3
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
diinginkan manusia dalam hidupnya. Namun, dalam kisah-kisah perjanjian Lama dalam
Kitab Suci menjelaskan juga situasi-situasi manusia yang tidak diinginkan, namun itu
terjadi, seperti tulah penyakit, pembuangan Israel ke Mesir, hingga kisah seorang saleh
namun ia mengalami penderitaan dalam hidup. Seorang saleh tersebut bernama Ayub.
Ayub merupakan seorang yang berasal dari tanah Us di wilayah sebelah Timur. Dia
digambarkan sebagai salah satu sosok manusia pada umumnya. Yang lebih dari Ayub
adalah dia digambarkan sebagai seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan. Maka lengkaplah gambaran kesempurnan dalam diri Ayub baik di mata dunia
maupun di mata Allah. (Ayub 1). Namun, dalam corak hidupnya yang saleh tersebut, ia
mengalami penderitaan. Mulai dari kehilangan Anak-anak lelaki dan perempuan,
Kambing, domba, dan hingga unta-untanya (Ayub 1:13-22). Kemudian ditambah lagi, ia
mengalami sakit kusta atau barah busuk (Ayub 2:7b-10).
Disini, Ayub mulai geram, mengapa ini semua terjadi ? Lebih baik ia mati daripada
harus mengalami situasi macam ini (Ayub 3). Ayub mulai bertanya pada Allah : Mengapa
Allah memberikan ini semua padanya, padahal ia merupakan seorang yang saleh?. Ayub
mulai mempertanyakan eksistensi dirinya serta Allah. Melihat Ayub yang seperti ini, ketiga
sahabatnya, yakni Elifas, Zofar dan Bildad tidak tinggal diam. Mereka mulai menegur serta
menasihati Ayub. Pertama, Elifas menasehati Ayub bahwa bila ia merupakan orang yang
beriman, maka bukan sepatutnya ia mempertanyakan situasi hidupnya yang menderita.
Kemudian, Bildad berpendapat bahwa Ayub sulit berpikir secara luas dan jernih sehingga
ia mulai mempertanyakan Allah dan keadaan hidupnya. Lalu, Zofar bepikir bahwa Ayub
yang mempertanyakan eksistensi Allah itu menunjukkan bahwa ia kurang rendah diri di
hadapan Allah. Pada intinya, mereka menegur dan menasihati Ayub untuk mengubah pola
pikirnya yang cenderung mempertanyakan hidup dan deritanya. Tentu, hal ini terjadi
karena ketiga sahabat itu tidak mengalami penderitaan tersebut. Ayub merasa bahwa ia
berada dalam situasi kekosongan hidup, tanpa makna. Dibalik rasa itu, Ayub masih
memiliki kepercayaan akan Allah (Ayub 26). Dan diakhir cerita, Ayub mendapatkan
keselamatan dan berkat dari Allah.
2.4.
Situasi Masyarakat Jogja di tengah Pandemi Covid 19
Berita 1 Juni 2020 menyatakan bahwa Update data terkait virus Corona (COVID19) di Yogyakarta, Senin (1/6/2020), terdapat total 237 kasus positif yang terkonfirmasi,
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
dengan rincian 167 orang sembuh, 8 meninggal, dan 153 orang masih menunggu hasil.
Sepanjang 24 jam terakhir, terdapat 6 kasus sembuh di Yogya. Dibandingkan dengan
provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, dsb kota Jogja belum mengalami situasi yang parah
terkait covid 19 ini (terbilang masih sedikit).4
Namun, bila hal ini tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh akan menjadi
situasi yang membahayakan bagi masyarakat Jogja. Kebijakan WFH dan SFH pun sudah
dilakukan dan diterapkan di dunia pendidikan Jogja. Namun, akhir-akhir ini, masih banyak
warga yang nekat bepergian sehingga lalu lintas di kota Jogja ini dapat dikatakan cukup
ramai. Kawasan wisata, seperti alun-alun dan malioboro mulai kembali padat pengunjung.5
Kota Jogja sebagai kota yang terkenal dengan sebutan kota pelajar notabene banyak dihuni
oleh para pelajar dan mahasiswa dari daerah non jogja (perantauan). Banyak dari mereka
pun yang juga memutuskan untuk tidak pulang dan menetap di jogja karena situasi pandemi
ini. Lain dari pada itu, dengan adanya kebijakan physical distancing, banyak para pekerja,
khususnya gojek, tukang becak, dsb yang “kehilangan” nafkah karena banyak orang yang
juga tidak bepergian dan memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi mereka ketika
bepergian. Situasi ini dapat dibilang tidak adil dan cukup memprihatinkan.
2.5. Peran Mahasiswa di tengah Pandemi COVID 19
Dengan melihat situasi yang cukup memprihatinkan tersebut, tentu Mahasiswa
yang notabene ialah generasi penerus bangsa tidak dapat diam begitu saja. Mahasiswa
sebagai pemuda yang masih energik dapat berkesempatan melakukan tindakan pencegahan
dari virus tersebut terhadap diri sendiri, keluarga, serta lingkungan tempat tinggalnya Salah
satu yang dapat dilakukan adalah dengan tetap dirumah saja dan keluar apabila memang
adanya kepentingan yang mendesak.
Mahasiswa dapat memanfaatkan media sosial untuk membuat gerakan bersama
untuk seluruh warga Indonesia. Mahasiswa dapat mengajak masyarakat melalui media
online untuk mematuhi protokol kesehatan dan menjaga jarak fisik serta dapat menggalang
donasi yang ditujukan kepada yang membutuhkan ditengah pandemi. Mahasiswa dapat
pula menjadi relawan dengan menyalurkan bantuan logistik berupa makanan bergizi,
https://tirto.id/update-corona-di-jogja-1-juni-2020-total-237-positif-167-sembuh-fEnw , diakses 7 Juni 2020 pkl
17.30 WIB.
5
https://travel.tempo.co/read/1352021/sultan-marah-malioboro-ramai-wisatawan-nanti-harus-pakaibarcode/full&view=ok, diakses 10 Juni 2020 pkl 20.00 WIB
4
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
vitamin, masker dan lain sebagainya. Hal ini lah sebagai wujud gerakan yang dapat
dijalankan untuk memerangi COVID 19. Dengan ini juga, sikap solidaritas sangatlah
penting untuk diwujudkan. Menumbuhkan solidaritas dengan mengikis sikap egoistik yang
justru malah dapat saling menjatuhkan.6 Banyak orang, dalam situasi pandemi ini yang
sangat menderita. Bahkan, mereka yang miskin menjadi sangat lemah dan tak dapat
berbuat banyak. Cinta dan perhatian pada mereka yang membutuhkan menjadi tindakan
yang harus terus diwujudkan, salah satunya dengan wujud tindakan aksi donasi dan sosial
dengan mengirimkan bantuan.7 Albert Camus dalam novelnya Sampar hendak mengajak
pula bagaimana sikap yang seharusnya muncul dan ada di tengah musibah yang sedang
melanda. Permasalahan pandemi menuntut jadiri diri manusia untuk dapat semakin
bereksistensi, dengan melihat diri yang berguna dan bergerak bagi keadaan di sekitar.8
Mahasiswa dan masyarakat dapat bergerak dan sungguh berjuang menghadapi situasi yang
bisa dibilang absurd ini, dengan berpegang pada prinsip solidaritas dan kesejahteraan
umum, selaras dengan apa yang ada dalam Ajaran Sosial Gereja.9
3. Penutup.
Situasi dunia saat ini merupakan situasi dunia yang sedang kacau dan tidak
mengenakkan untuk dijalani. Situasi ini merupakan situasi yang absurd dan sulit dipahami
manusia. Absurditas ini bukanlah situasi yang melulu negatif, Justru dari sini, manusia
dapat, bercermin serta mengubah sikap dan cara hidup dari yang tidak baik menjadi baik,
tidak kehilangan kepercayaan dan iman akan Allah, serta memunculkan semangat hidup
baru yang dilandasi dengan prinsip solidaritas. COVID 19 telah memunculkan era
kehidupan yang baru (New Normal). Semuanya memiliki aturan dan protokol kesehatan
yang ketat (masker & hand sanitizer menjadi “senjata” bepergian, dsb). Hal ini yang dapat
menjadi gerak bersama untuk saling peduli dengan menaati aturan kesehatan yang ada
demi kesejahteraan bersama. Melihat ini pula, mahasiswa dapat memberikan sumbangan
diri dengan mempelopori gerakan hidup sehat lewat kekreativitasan yang di unggah media
Pope Francis, Life After The Pandemic, Vatican: Vatican Press, 2020, 51.
Inspirasi dari Ajaran Sosial Gereja: “Dalam mengajarkan cinta kasih, Injil mengajari kita untuk secara istimewa
menghormati orang-orang miskin dan situasi khusus mereka di tengah masyarakat….” (OA art. 23)
8
Thomas Flyyn, Existentialism: A Very Short Introduction, New York: Oxford University Press, 2006, 102.
9
Brenda Appleby & Nuala P. Kenny, Relational Personhood, Social Justice and the Common Good: Catholic
Contributions toward a Public Health Ethics, dalam Christian Bioethics, 16(3), 296–313, 2010 Advance Access
publication on December 24, 2010, pdf.
6
7
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
sosial yang juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan menimba inspirasi kisah
Ayub (ketahanan dalam situasi penderitaan dan mencoba menghadapi serta menjalani
dengan penuh perjuangan)
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20
30
45,75
TOTAL
95,75
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: Nathania Putri Maharani
NIM
181334035
Prodi
: Pendidikan Akuntansi
Judul Esai
: Kontestasi Media di Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia
Pengantar
Informasi yang hadir di media saat ini sering menimbulkan kebingungan bagi
masyarakat umum. Setiap media berlomba - lomba menyajikan informasi yang sering
dipengaruhi oleh berbagai kepentingan. Sementara itu, pemerintah juga berusaha menyajikan
berita untuk memberi pengetahuan, pemahaman, dan kepastian di masyarakat, sehingga
masyarakat memiliki pegangan informasi yang akurat.
Saat ini, hampir semua negara di berbagai belahan dunia sedang mengalami pandemi
covid-19. Virus tak kasat mata tersebut telah memakan korban di lebih dari 181 negara, dengan
jumlah lebih dari 10.275.481 orang terinfeksi. Jumlah korban meninggal pun mencapai
505.071 orang, dan pasien sembuh sebanyak 5.577.055 orang (Worldometers, 2020). World
Health Organization (WHO) sudah menetapkan virus covid-19 sebagai pandemi karena terjadi
penyebaran virus yang sangat cepat.
Amerika Serikat saat ini menjadi episentrum covid-19 dengan total jumlah mencapai
2.637.241 kasus, 128.438 kematian, dan 1.093.545 pasien sembuh. Kemudian, di peringkat
kedua disusul oleh Brazil dengan 1.345.470 kasus, 57.659 kematian, 733.848 pasien sembuh.
Setelah itu adalah Rusia dengan 641.156 kasus, 9.166 kematian, dan 403.430 pasien sembuh.
Di Indonesia sendiri, saat ini terdapat 55.092 kasus, 2.805 kematian, dan 23.800 pasien sembuh
(Worldometers, 2020). Angka ini akan terus bertambah apabila masih banyak pelanggaran
yang dilakukan oleh setiap warga negara yang mengabaikan protokol kesehatan dan acuh
terhadap himbauan dari pemerintah.
Di masa pandemi covid-19 ini, media menjadi hal yang paling dekat dengan
masyarakat. Melalui gawai, masyarakat dapat mengakses berita mengenai covid-19 dengan
sangat mudah dan kemudian menjadi konsumsi informasi sehari - hari masyarakat. Akibatnya,
frekuensi media dengan headline mengenai pandemi covid-19 menjadi tinggi. Tagar mengenai
Covid-19 di media elektronik melalui website pun menempati peringkat pertama dalam
pencarian. Media televisi secara masif juga memberikan berita mengenai covid-19 selama 24
jam dalam satu hari. Dalam waktu singkat, pandemi covid-19 telah mengubah media menjadi
salah satu institusi sosial yang sedang berada pada titik keramaian.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Media tidak hanya berinteraksi dengan satu institusi saja, namun juga berinteraksi
dengan berbagai institusi di luar itu. Media akan berinteraksi dengan pemerintah, masyarakat,
dan pasar. Pierre James (1990) dalam hal ini memaknai pemerintah sebagai perwujudan
negara; masyarakat sebagai komunitas audience yang menjadi komunikan dalam proses
bermedia; dan pasar sebagai tempat bertemunya penawaran dan permintaan. James
berpendapat bahwa proses kapitalisasi informasi mengakibatkan media lebih memihak pada
kepentingan pasar. Kepentingan pragmatis seperti clickbait sering menjadi prioritas utama
dalam mendukung proses kapitalisasi informasi bagi media tersebut.
Perlu disadari bahwa media di samping memiliki visi maupun idealisme juga bergerak
untuk mendapatkan profit oriented. Banyaknya media yang ada saat ini seakan menciptakan
arena kontestasi. Bagi media tercepat dalam menyajikan berita, dialah yang mendapat hati di
masyarakat. Padahal, ketika mengutamakan kecepatan tanpa mempedulikan kebenaran melalui
proses cross check pada sumber utamanya justru akan menjadi boomerang bagi media itu
sendiri.
Isi
Salah satu media yang menjadi sorotan pada esai ini adalah The Telegraph. Di dalam
media The Telegraph terdapat banyak artikel mengenai pandemi covid-19 yang informatif,
namun dengan penggunaan bahasa yang justru membangkitkan rasa takut, seperti misalnya
dalam menggambarkan adegan lapangan di Wuhan.
“Pasien yang memakai masker pingsan di jalan; Ratusan warga yang
ketakutan berjejer pingsan di jalan; Ratusan warga yang ketakutan berbaris
berdempetan, berisiko menulari satu sama lain; Di koridor rumah sakit yang sempit
ketika mereka menunggu untuk dirawat oleh dokter dengan pakaian pelindung;
Seorang tenaga medis yang berteriak penuh kekalutan” (Conversation, 2020)
Pilihan kata yang digunakan mengindikasikan kesengajaan dalam penggunaan pilihan
kata yang berlebihan untuk mendapatkan hati masyarakat. Tujuan dari pilihan kata tersebut
adalah untuk membangun rasa penasaran para pembaca (clickbait), sehingga para pembaca pun
akan lekas membaca konten tersebut. Hal ini dapat membahayakan para pembaca karena
berpotensi menjadi infodemik. Pemberitaan media mengenai covid-19 yang membangkitkan
rasa takut jauh lebih membahayakan dari pandemi covid-19 itu sendiri. Seperti yang
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
diungkapkan Hermin (Webinar Fisipol UGM, 7 April 2020) bahwa di saat yang bersamaan
dengan pandemi covid-19 ini, masyarakat juga dihadapkan dengan masalah wabah informasi
(infodemic). Jumlah informasi yang luar biasa membombardir justru membuat masyarakat sulit
mengidentifikasi informasi mana yang benar dan mana yang memberikan tawaran solutif untuk
menghadapi pandemi ini. Persoalan seperti infodemik ini terkadang lebih mengerikan daripada
virus itu sendiri.
Semestinya, media memiliki fungsi seperti yang disampaikan oleh Laswell (McQuail,
1975). Fungsi media yaitu sebagai pemberi informasi yang berada di luar jangkauan
masyarakat; melakukan seleksi, evaluasi dan interpretasi dari informasi. Fungsi media dalam
evaluasi dan interpretasi informasi rupanya belum berjalan dengan baik karena masih banyak
media yang cenderung membuat berita yang menakutkan, hingga berujung pada keresahan
masyarakat.
Dilansir dari situs kominfo, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo)
Johnny G. Plate menyatakan bahwa sebanyak 554 berita hoax atau informasi bohong tentang
pandemi covid-19 telah tersebar di sejumlah platform media (Kominfo, 2020). Saat ini, hampir
semua media dibanjiri informasi mengenai Covid-19. Kecepatan informasi yang membanjiri
media bisa dilihat dengan menggunakan kata kunci “covid-19 atau virus corona” seringkali
menempati top searching. Isi berita pun cenderung berbeda dengan headline berita yang
berujung pada pemberitaan topik secara bombastis namun isinya tidak substantif. Dengan
menulis judul yang bombastis, media seringkali mengesampingkan kualitas isi berita. Media
hanya mengejar sesuatu yang sifatnya populis dan clickbait demi mendukung proses
komersialisasi industri media. Media kemudian berlomba - lomba hanya untuk menjadi yang
tercepat, terupdate dalam menyampaikan berita pandemi covid-19. Hal itu terbukti ketika
media seringkali menuliskan kalimat yang memancing rasa ingin tahu pembaca dengan
menulis judul berita yang bersifat persuasif. Tingkat penasaran para pembaca akan
berimplikasi pada jumlah “klik dan views” guna meraih komersialisasi berita yang terkadang
mengesampingkan kualitas berita dan lebih banyak menyebarkan berita yang bersifat hoax.
Media menjadi bias kepentingan dan menimbulkan ketidakpastian informasi di kalangan
masyarakat
Media televisi pun juga ternyata juga tidak luput memberikan ketakutan pada
masyarakat. Sejak awal pandemi covid-19, media kurang memberi edukasi dalam menghadapi
covid-19. Hal itu tercermin ketika Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan
Agus Putranto mengumumkan tentang dua kasus pertama positif virus corona pada 2 Maret
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
lalu. Masyarakat justru disajikan mengenai dampak mengerikan dari virus covid-19 dengan
cara penggunaan masker respirator oleh reporter. Masker respirator merupakan masker yang
lebih cocok dipakai untuk para pekerja bangunan atau para peneliti untuk menghindari gas
yang berbahaya. Penggunaan masker respirator oleh reporter justru menimbulkan ketakutan
masyarakat awam karena masyarakat akan langsung menginterpretasi bahaya virus covid-19
melalui jenis masker tersebut. Reporter seharusnya cukup menggunakan masker medis yang
sudah lazim dipakai oleh banyak orang.
Kemudian, metode reporter dalam pemberitaan pandemi covid-19. Reporter yang
meliput berita tentang covid-19 secara langsung di dekat rumah pasien positif yang terindikasi
corona di Depok, Jawa Barat (Pos, 2020) justru semakin memberi gambaran betapa
mengerikannya dampak virus covid-19. Ketakutan yang berlebih pada masyarakat ini akan
berdampak pula pada fenomena panic buying. Masyarakat kemudian berbondong - bondong
membeli barang pokok dengan jumlah yang tidak wajar sebagai “amunisi” dalam menghadapi
masa pandemi covid-19. Akibatnya, semua antiseptic, masker, dan hand-sanitizer langsung
habis terjual di pasar. Tingkah laku dan pola pikir masyarakat ini merupakan salah satu dampak
dari pemberitaan pandemi covid-19 yang justru membangkitkan rasa takut.
Fenomena yang terjadi di atas sangat tepat dikaitkan dengan teori spiral keheningan.
Teori ini menyatakan bahwa kelompok minoritas cenderung akan diam atau tidak berani
mengemukakan pendapatnya karena takut terisolasi. Kelompok minoritas akan selalu
mengikuti pendapat kelompok mayoritas, sehingga kaum minoritas tenggelam dalam
kebungkamannya terhadap kaum mayoritas (Noelle-Neumann, 1983). Teori spiral keheningan
menegaskan bahwa ketika seseorang memiliki opini dari berbagai isu yang tengah hangat
diperbincangkan, kaum minoritas akan merasa terbungkam karena memiliki keraguan dan
ketakutan dalam menyampaikan opini. Pemerintah menyatakan bahwa terdapat kasus corona
di Indonesia, namun masyarakat ada yang sepakat dan ada yang meragukan. Mereka yang
meragukan bersikukuh bahwa Indonesia bebas corona. Namun, ketika pemerintah secara resmi
mengumumkan bahwa terdapat kasus positif corona, kepanikan di masyarakat pun terjadi.
Koordinasi yang kurang baik juga terlihat antara pemerintah pusat dengan pemerintah
provinsi maupun daerah. Komunikasi yang kurang baik terlihat ketika masing - masing daerah
melakukan kebijakan sendiri karena pemerintah pusat belum memberikan kepastian dalam
memutuskan suatu kebijakan. Pemerintah saat itu justru terkesan santai dalam menanggapi
pandemi covid-19 yang sudah merajalela di berbagai negara. Saat angka penyebaran Covid-19
mulai tinggi, pemerintah baru mulai merevisi kebijakan yang dilakukan daerah. Misalnya,
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Pemprov DKI yang sudah membuat kebijakan pembatasan transportasi umum, kemudian pusat
baru merevisi kebijakan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah belum kompak
dalam menangani pandemi covid-19.
Survei yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) bersama lembaga survei
Indo Barometer menunjukkan tingginya tingkat kekhawatiran masyarakat mengenai
pemberitaan covid-19, yakni 68%. Data tersebut terbagi menjadi dua, yaitu 21,3 % merasa
sangat takut dan 46,7% merasa cukup khawatir. Salah satu penyebabnya adalah pemberitaan
media yang terkesan menakuti dan tidak mengedukasi masyarakat, sehingga menimbulkan
kebingungan dan keresahan di tengah masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap berita
yang disampaikan media sebagai institusi komunikasi akan menurun karena bias informasi
yang kurang faktual. Produksi berita oleh media pun dapat mengubah suasana masyarakat
menjadi bingung dan takut.
Berkaitan dengan hal ini, masyarakat akan mendapati sikap pro dan/atau kontra dalam
menanggapi berita yang disampaikan oleh media. Masyarakat yang rasional akan melakukan
check and balance dalam membaca sebuah berita. Masyarakat model ini biasanya biasanya
akan sangat waspada dengan judul yang provokatif agar terhindar dari berita hoax.
Membangun pola pikir yang rasional menjadi pilihan tepat di masa infodemik saat ini
mengingat banyak sekali berita provokatif yang beredar. Misalnya, pegawai bank yang
terinfeksi virus covid-19. Media akan segera memberi highlight pada instansi tersebut tempat
orang yang terindikasi covid-19. Namun saat diperiksa lebih lanjut, ternyata isi dari berita
tersebut berupa hasil rapid test yang positif.
Lain halnya dengan tipe masyarakat yang mengedepankan sifat spontan dan inderawi.
Masyarakat tipe ini biasanya akan menerima sesuatu dengan mentah atau spontan dan
menimbulkan bahwa pemerintah belum melakukan penanggulangan pandemi covid-19 dengan
baik. Akibatnya, masyarakat yang sudah blind minded akibat dari pemberitaan media secara
terus - menerus akan selalu kontra dengan pemerintah atau menyalahkan pemerintah. Kominfo
melakukan riset bahwa terdapat 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal
berita, namun yang terverifikasi sebagai situs resmi tak sampai 300 (Kominfo, 2020).
Masyarakat yang kurang mencermati situs dengan teliti akan memiliki asumsi yang bermacam
- macam. Asumsi yang terbangun akibat membaca berita yang tidak resmi justru akan
menghantar masyarakat kepada kebingungan dan keresahan.
Kesimpulan
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Kontestasi media komunikasi dalam era industri informasi sebaiknya tetap mengacu
pada etika dan kearifan, terutama dalam menyajikan sebuah informasi tentang wabah pandemi
covid-19. Masyarakat membutuhkan informasi yang benar atas perkembangan pandemi covid19 sebagai pedoman untuk menumbuhkan kesadaran baru dalam menanggulangi penyebaran
covid-19. Pemerintah dan media sebaiknya bekerja sama untuk menghadirkan portal informasi
yang terjangkau dan akurat bagi masyarakat.
Referensi
CNN Indonesia. (2020). Rentetan Penyebab Corona Merebak di Italia. Diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200324141109-134-486508/rentetanpenyebab-corona-merebak-di-italia
Conversation, T. (2020). Virus Corona: Cara Media Meliput Malah Sering Bikin Takut dan
Panik. Diakses dari https://voxpop.id/virus-corona-cara-media-meliput-malah-seringbikin-takut-dan-panik/
Detik. (2020). Penyebar Hoaks Corona di Bondowoso Ngaku Hanya Ingin Terlihat Keren.
Diakses
dari
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4944059/penyebar-hoaks-
corona-di-bondowoso-ngaku-hanya-ingin-terlihat-keren.
Farisa, Fitria Chusna. (2020). UPDATE: Tambah 1.082, Saat Ini Ada 55.092 Kasus Covid-19
di
Indonesia.
Diakses
dari
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/29/15442781/update-tambah-1082-saatini-ada-55092-kasus-covid-19-di-indonesia?page=all.
Fisipol. (2020). Serial Diskusi Fisipol UGM: Komunikasi Publik Masa Krisis COVID-19.
Diakses dari http://fisipol.ugm.ac.id/serial-diskusi-fisipol-ugm-komunikasi-publikmasa-krisis-covid-19/
Forsyth. (2006). Group Dynamics. New York: Cole-Wadsworth.
Hidayat, Khomarul (Ed.). (2020). Soal wabah corona, Donald Trump remehkan peringatan
badan intelejen AS? Diakses dari https://internasional.kontan.co.id/news/soal-wabahcorona-donald-trump-remehkan-peringatan-badan-intelejen-as
James, P. (1990). State Theories And New Order Indonesia. Melbourne: Monash Papers On
Southeast Asia.
Umah, Anisatul. (2020). Kominfo: Ada 554 Hoax Soal COVID-19 dengan 89 Tersangka.
Diakses
dari
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200418175206-37-
152897/kominfo-ada-554-hoax-soal-covid-19-dengan-89-tersangka
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
McQuail, D. (1975). Toward Sociology of Mass Communication. London: Collier-MacMillan.
Noelle-Neumann, E. (1983). The Effect of Media on Media Effects Research. Diakses dari
https://doi.org/10.1111/j.1460-2466.1983.tb02417.x.
Pos, S. (2020). Istana Sindir Reporter TVOne Pakai Masker Respirator, Ini Reaksi Karni Ilyas.
Diakses
dari
https://www.solopos.com/istana-sindir-reporter-tvone-pakai-masker-
respirator-ini-reaksi-karni-ilyas-1050013.
Worldometers.
(2020).
worldometers.
Diakses
dari
www.worldometers.com:
https://www.worldometers.info/coronavirus/.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
30,00
45,00
TOTAL
95,00
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: Zefta Marcell Wijanarto
NIM
174214161
Prodi
: Sastra Inggris
Judul Esai
: Analisis Resistensi Masyarakat Terhadap Kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) Pemerintah Indonesia Melalui Perspektif Teori Strukturasi
Giddens
Pengantar
Persebaran pandemi covid-19 telah menggegerkan dunia beberapa bulan ini. Sudah
hampir tiga bulan lebih pemerintah Republik Indonesia menggelar konferensi pers guna
mengumumkan kasus positif covid-19, namun publik tampak acuh tak acuh terhadap pandemi
covid-19 ini. Pemerintah dan media sudah gencar mengumumkan bahaya virus covid-19,
antara lain menyebabkan batuk, demam, kesulitan bernafas, hingga menyebabkan kematian.
Untuk menertibkan masyarakat dan mengurangi tingkat penularan virus covid-19, pemerintah
segera membuat kebijakan. Salah satu kebijakan tersebut adalah Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB). PSBB atau bisa diartikan sebagai lockdown parsial merupakan salah satu
intervensi yang dilakukan pemerintah setelah mengimbau masyarakat untuk menjaga jarak
(physical distancing) (Dwirahmadi, 2020).
Terhitung sejak 3 Mei 2020, penerapan PSBB semakin meluas di empat provinsi dan
22 kabupaten/kota (Sakti, 2020). PSBB diyakini sebagai cara efektif untuk memutus
persebaran dan pemerataan kurva eksponensial. Para ahli telah membuktikan penghitungan
tersebut secara matematis. Mereka mengatakan bahwa penyebaran dapat diperlambat jika
masyarakat mempraktikkan “jarak sosial” dengan menghindari ruang publik dan membatasi
pergerakan mereka secara umum (Stevens, 2020). Implikasi dari PSBB bertujuan untuk
membatasi mobilitas masyarakat, yaitu dengan membatasi jumlah penumpang transportasi
umum dan menutup sementara tempat - tempat umum seperti pasar, sekolah, perkantoran,
tempat ibadah, dll.
Di tengah lonjakan kurva sebaran pandemi covid-19 ini, banyak masyarakat yang tidak
mengindahkan kebijakan PSBB. Hal tersebut dibuktikan melalui kurva kasus covid-19 yang
terus meningkat di Indonesia. Ahli Epidemiologi, Pandu Riono Indonesia mengatakan bahwa
Indonesia tengah berjalan menuju puncak kurva pandemi virus covid-19 (Mashabi, 2020). Di
lain sisi, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo menyatakan
sebanyak 81 persen masyarakat ingin segera mengakhiri Pembatasan Sosial Berskala Besar
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
(PSBB). Fenomena ini menunjukkan bahwa terdapat resistensi masyarakat terhadap kebijakan
PSBB. Melalui esai ini, penulis hendak menganalisis resistensi masyarakat terhadap kebijakan
PSBB yang didukung dengan teori strukturasi Anthony Giddens.
Dalam teori strukturasi Giddens, relasi negara-media-masyarakat dilihat sebagai
sebuah sistem yang di dalamnya terdapat perilaku - perilaku yang ditujukan untuk mencapai
cita-cita. Di dalam sistem tersebut, terdapat struktur yang terdiri atas aturan - aturan dan sumber
daya yang digunakan oleh agensi dalam menjaga dan memelihara sistem tersebut. Negara dapat
dipahami sebagai struktur dan masyarakat dapat dipahami sebagai agensi, begitu juga media
yang merupakan salah satu elemen dari masyarakat. Struktur akan dipelajari oleh agensi sesuai
dengan budaya organisasi, pengalaman, dan nilai pribadinya. Struktur dipandang sebagai
sesuatu yang berlaku dan dipatuhi, namun di saat yang bersamaan juga memiliki kemungkinan
untuk berubah. Peraturan - peraturan yang ada di dalam struktur sangat mungkin berubah
karena faktor agensi sangat diperhitungkan. Agensi dapat menyetujui atau melakukan
resistensi terhadap peraturan yang ada di dalam struktur.
Menurut Giddens, struktur dan agensi harus dipandang sebagai dualitas (duality) di
mana hubungan antara keduanya bersifat dialektik. Artinya, kedudukan antara struktur dan
agensi saling mempengaruhi satu sama lain dan hal ini berlangsung terus menerus, tanpa henti
(Ashaf, 2006). Oleh karena itu, fokus utama dari teori ini adalah “social practice”, yaitu
bagaimana hubungan agensi (masyarakat dan media) dengan struktur (negara) dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Dalam proses tersebut, agensi tidak bisa dipandang
sebagai manusia statis yang pasrah menerima segala kondisi yang diciptakan struktur karena
mereka memiliki fungsi dan kesadaran agensi yang digunakan untuk mencapai tujuan personal
yang sangat heterogen.
Isi
Resistensi masyarakat terhadap penerapan kebijakan PSBB dipicu oleh beberapa hal
yang merugikan masyarakat. Yang pertama fenomena penolakan PSBB yang terjadi di daerah.
Situs kompas.com pada tanggal 20 Mei 2020 memberitakan bahwa terdapat penolakan PSBB
oleh pedagang kaki lima (PKL) dan warga di Kota Dumai, Riau (Purnamasari, 2020). PKL dan
warga menolak kebijakan PSBB karena mereka menilai bahwa PSBB telah menyebabkan
penurunan pendapatan. Survei jurnalisme presisi tentang PSBB dan mudik lebaran yang
dilakukan oleh puslitbangdiklat RRI dan Indo Barometer menunjukkan 40,3% responden
mengatakan kesulitan mencari nafkah sebagai alasan utama menolak PSBB. Dalam hal ini
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
terdapat ketidaksesuaian antara kehendak struktur dan agensi. Ketidaksesuaian tersebut
disebabkan karena peraturan yang diciptakan oleh struktur hanya mengutamakan kepentingan
parsial, yakni memutus rantai persebaran virus covid-19. PSBB dinilai telah mengabaikan
masyarakat yang bergantung pada perekonomian harian. Kesadaran agensi untuk bertahan
hidup ternyata tidak sejalan dengan peraturan struktur. Ketidaksesuaian antara idealisme
struktur dengan kesadaran agensi untuk bertahan hidup telah menimbulkan resistensi berupa
penolakan PSBB di daerah.
Di lain sisi, sifat kebijakan PSBB yang tergolong baru ini juga dinilai berpengaruh
terhadap kepatuhan masyarakat. Ketika suatu kebijakan belum pernah diterapkan sebelumnya
atau belum mapan, maka kemungkinan masyarakat untuk patuh dan menjalankan kebijakan
tersebut sangat minim. Masyarakat melakukan tindakan resistensi terhadap kebijakan baru
tersebut karena fakta bahwa kebijakan tersebut sangat merugikan masyarakat dengan tingkat
perekonomian menengah ke bawah. Dalam hal ini, struktur perlu memahami kesadaran
diskursif masyarakat yang merekam bahwa pemerintah sebagai struktur memiliki jejak
inkonsistensi dalam penerapan kebijakan - kebijakan. Kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah menjadi hal yang sangat penting mengingat peran masyarakat sebagai agen yang
melaksanakan kebijakan. Sebagai contoh, masyarakat Selandia Baru memiliki kepercayaan
88% terhadap kebijakan pemerintah menangani covid-19 karena keberhasilan perdana menteri
dalam mengkomunikasikan kebijakan tersebut disertai dengan tindakan yang konsisten (Gunia,
2020). Dengan begitu, pemerintah Indonesia dapat mengambil pelajaran untuk memperbaiki
pola komunikasi terhadap masyarakat melalui media agar dapat memperoleh tingkat
kepercayaan masyarakat yang tinggi.
Di saat yang bersamaan, pemerintah juga harus menyadari bahwa opinion leaders
sangat berpengaruh untuk membangun kepercayaan masyarakat. Media dalam hal ini juga
berperan dalam membentuk pandangan opinion leaders. Dengan memahami dua hal tersebut,
pemerintah bisa bekerja sama dengan media untuk mengedukasikan dan mensosialisasikan
kebijakan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Pasalnya, selama ini terdapat pilihan kata
yang sulit dipahami oleh masyarakat awam dalam pemberitaan terkait PSBB. Salah satu contoh
adalah penggunaan istilah “penutupan tempat ibadah” yang cukup provokatif. Pemerintah
seharusnya mengganti istilah tersebut dengan istilah yang lebih menyejukkan, misalnya
“penundaan jumat berjamaah untuk menjaga keselamatan jiwa umat” (Hayat, 2020).
Pemerintah pun dapat bekerja sama dengan para tokoh agama setempat untuk menjamin
persebaran dan kepatuhan masyarakat.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Yang kedua adalah keterbatasan ruang gerak publik. Selama dalam masa PSBB,
masyarakat yang hendak pergi keluar daerah harus menunjukkan berbagai surat keterangan,
salah satu dari surat - surat tersebut adalah surat keterangan negatif covid-19 berdasarkan
Polymerase Chain Reaction (PCR) Test/Rapid Test atau surat keterangan sehat dari dinas
kesehatan/rumah sakit/puskesmas/klinik kesehatan (Jelita, 2020). Untuk memperoleh surat ini,
masyarakat harus menjalani rangkaian tes kesehatan dan membayar atas rangkaian tes tersebut.
Menurut Patricia (dalam Aditya, 2020), biaya rapid test di rumah sakit Universitas Udayana
Bali sekitar Rp350.000 dan biaya swab test mencapai sekitar Rp900.000. Masa aktif rapid test
adalah tiga hari, sementara masa aktif swab test adalah tujuh hari (Aida, 2020).
Biaya yang mahal atas surat keterangan negatif covid-19 dan masa aktif yang relatif
cepat dinilai sangat menyulitkan masyarakat yang hendak bepergian keluar kota. Biaya keluar
kota jadi membengkak karena harus menjalani rangkaian test. Masyarakat harus memiliki uang
lebih jika hendak bepergian keluar kota. Hal ini tentunya sangat memberatkan bagi para pekerja
penglaju (commuter) yang harus bekerja di luar kota. Peraturan ini sangat merugikan karena
pekerja harus mengeluarkan biaya lebih agar bisa bekerja. Di sisi lain, perusahaan juga
memiliki kemungkinan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) demi menaati
kebijakan pemerintah dalam memutus rantai persebaran virus covid-19. Fakta - fakta tersebut
menjadi motivasi masyarakat untuk menolak PSBB karena PSBB secara langsung mengurangi
pendapatan para pekerja dan juga memiliki kemungkinan menghilangkan pekerjaan
masyarakat. Relasi antara struktur dengan agensi melalui fakta - fakta tersebut
mengindikasikan adanya ketidaksesuaian. Struktur membuat kebijakan dengan sangat tegas,
namun agensi tidak memiliki daya tawar atas kebijakan tersebut. Sebagai reaksi atas
ketidaksesuaian ini, kesadaran agensi pun mendorong terjadinya resistensi kepada struktur.
Dalam perkembangan relasi antara struktur dan agen, ternyata kesadaran agen dalam
melakukan resistensi mampu mendorong struktur untuk melakukan perubahan. Bentuk
perubahan yang terjadi adalah ketika pemerintah mulai melakukan transisi kebijakan PSBB
menjadi kebijakan baru, yaitu kebijakan New Normal. Kebijakan tersebut merupakan tindak
lanjut dari kegagalan efektivitas kebijakan PSBB akibat penolakan agen yang menilai bahwa
aturan tersebut sangat merugikan masyarakat.
Kesimpulan
Masyarakat melakukan resistensi terhadap PSBB karena beberapa hal. Yang pertama,
masyarakat menilai kebijakan PSBB hanya mementingkan pemutusan rantai persebaran covidLomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
19 dan bukan mementingkan aspek kehidupan ekonomi masyarakat. Akibat kebijakan PSBB,
masyarakat yang mengandalkan perekonomian harian mengalami penurunan pendapatan.
Yang kedua, masyarakat menilai PSBB mengakibatkan keterbatasan ruang gerak publik yang
berimbas pada kerugian para pekerja penglaju (commuter). Para pekerja ini harus
mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rapid test atau swab test untuk dapat bekerja di
luar daerah, atau bahkan terancam PHK. Namun pada akhirnya, masyarakat sebagai agen akan
menentukan kebijakan yang akan ditentukan oleh pemerintah. Proses penafsiran atau
reflektifitas informasi oleh setiap agen mampu menyebabkan perubahan - perubahan kebijakan
dalam struktur, sehingga mampu membuat struktur lebih hidup dan berkembang. Strukturasi
pun menjadi pendorong suatu sistem kehidupan agar terus bergerak merespons lingkungan.
Referensi
Aditya, Nicholas Ryan. (2020). Berapa Biaya Naik Pesawat dan Tes Covid-19 Selama
Diakses
Pandemi?.
dari
https://travel.kompas.com/read/2020/06/24/140500227/berapa-biaya-naik-pesawatdan-tes-covid-19-selama-pandemi?page=all.
Aida, Nur Rohmi Aida. (2020). Melakukan Perjalanan, Bawa Hasil Rapid Test, Swab Test,
atau
Surat
Bebas
Influenza?.
Diakses
dari
https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/11/121800765/melakukan-perjalananbawa-hasil-rapid-test-swab-test-atau-surat-bebas?page=all.
Ashaf, A. F. (2006). Pola Relasi Media, Negara, Dan Masyarakat: Teori Strukturasi Anthony
Giddens
Sebagai
Alternatif.
Diakses
dari
https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v8i2.5371.
CNN Indonesia. (2020). 81 Persen Masyarakat Disebut Ingin Segera Akhiri PSBB. Diakses
dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200520164939-20-505411/81-persenmasyarakat-disebut-ingin-segera-akhiri-psbb
Dwirahmadi, F. (2020, 23 April). Tiga salah kaprah penerapan PSBB di Indonesia
dan solusinya.
THE
CONVERSATION.
Diakses
dari
https://theconversation.com/tiga-salah-kaprah-penerapan-psbb-di-indonesia-dansolusinya-136247.
Gunia, A. (2020, 28 April). Why New Zealand’s Coronavirus Elimination Strategy Is Unlikely
to Work in Most Other Places. Diakses dari https://time.com/5824042/new- zealandcoronavirus-elimination/.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Hayat, N. (2020). COVID-19: Apa yang Membuat Kegagalan Komunikasi Pemerintah?
Diakses dari https://www.remotivi.or.id/amatan/586/covid- 19-apa-yang-membuatkegagalan-komunikasi-pemerintah.
Jelita, Insi Nantika. (2020). Boleh Keluar Kota di Saat PSBB Tapi Ada Syaratnya. Diakses dari
https://mediaindonesia.com/read/detail/311902-boleh-keluar-kota-di-saat-psbb-tapiada-syaratnya.
Mashabi, Sania. (2020). Ahli Sebut Indonesia Tengah Berjalan Menuju Puncak Kurva
Pandemi
Diakses
Covid-19.
dari
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/09/11510381/ahli-sebut-indonesia-tengahberjalan-menuju-puncak-kurva-pandemi-covid-19.
Purnamasari, Deti Mega. (2020). Survei: Sebagian Besar Warga Menolak PSBB karena Sulit
Cari
Diakses
Nafkah.
dari
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/23/13541671/survei-sebagian-besarwarga-menolak-psbb-karena-sulit-cari-nafkah.
Sakti,
R.
E.
(2020).
Tantangan
Kebijakan
PSBB
di
Indonesia.
Diakses
dari
https://kompas.id/baca/riset/2020/05/05/tantangan-kebijakan-psbb-diindonesia/?_t=7dZw46OAjf8JglQrRsPCDzzKtH5EMoRK45wORtJS4LFqu9WeXGF
AzAfzLU4Rg9.
Stevens, H. (2020). Why outbreaks like coronavirus spread exponentially, and how to “flatten
the
curve”.
Diakses
dari
https://www.washingtonpost.com/graphics/2020/world/corona-simulator/.
West, R. dan Turner, L. H. (2010). Introducing Communication Theory and Application (4th
ed.). Avenue of the Americas, New York: McGraw Hill.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
30,00
44,21
TOTAL
94,21
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: Olyn Silvania
NIM
169114096
Prodi
: Psikologi
Judul Esai
: Konseling Daring: Pendamping Psikologis Jarak Jauh dalam Kebijakan
PSBB
I. Pembukaan
Pada bulan Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia memberikan “gelar istimewa”
kepada wabah virus corona yaitu status pandemi global karena penyebarannya yang begitu
cepat ke seluruh dunia. Sejak saat itu, wabah corona sering disebut sebagai pandemi virus
Corona (Covid-19) (Putri, 2020). Melihat penyebarannya yang cepat hingga memakan
banyak korban jiwa, pemerintah Indonesia menetapkan suatu kebijakan untuk menangani
penyebaran virus corona yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan
PSBB ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yang tercatat dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020. Secara spesifik, kebijakan PSBB membatasi sejumlah
kegiatan penduduk yang melibatkan banyak orang dalam suatu wilayah yang diduga
terinfeksi Covid-19. Adapun beberapa kegiatan penduduk yang dibatasi adalah sekolah,
tempat kerja, kegiatan keagamaan, tempat atau fasilitas umum, kegiatan sosial budaya,
moda transportasi, dan kegiatan yang terkait dengan aspek pertahanan dan keamanan
(Putsanra, 2020).
Sebelum pandemi Covid-19 berlangsung, masyarakat Indonesia sudah terbiasa
beraktivitas di tempat-tempat umum. Namun, kebijakan PSBB menyebabkan mobilitas
masyarakat Indonesia terbatas sehingga merubah tatanan aspek kehidupan masyarakat
seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, dan pertahanan dan keamanan. Meskipun
demikian di antara kelima aspek kehidupan tersebut, penulis beragumen bahwa aspek
kehidupan ekonomi dan sosial yang paling terdampak secara signifikan dalam kebijakan
PSBB ini.
II. Pembahasan
1. Rekapan Kehidupan Ekonomi dan Sosial dalam Kebijakan PSBB
Dalam aspek kehidupan ekonomi, kebijakan PSBB berdampak pada beberapa
sektor yang tidak bergerak dalam penyediaan kebutuhan dasar publik atau pelayanan
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
masyarakat. Kebijakan PSBB menyebabkan sektor usaha tertentu terancam mati
karena adanya penurunan kinerja perusahaan (Lidyana, 2020). Hal ini terlihat dari
banyaknya perusahaan yang ditutup atau diliburkan. tenaga kerja yang dirumahkan,
dan bahkan tenaga kerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selain itu,
kebijakan PSBB juga menyebabkan permintaan pasar atas pekerja di bidang sektor
informal seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), ojek online, pedagang,
dan pekerja harian lepas mengalami penurunan sehingga pendapatan mereka juga
menurun (Isna, 2020). Jika hal tersebut berlangsung terus-menerus, maka dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.
Beberapa persoalan tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan PSBB dapat
menimbulkan kesulitan ekonomi yang berpengaruh pada keluarga. Tetap tinggal di
rumah adalah salah satu bentuk kontribusi untuk menekan penyebaran virus corona.
Idealnya, seharusnya rumah menjadi tempat berteduh dari berbagai tekanan dan
kesulitan luar sehingga dapat memberikan rasa damai, nyaman, dan tentram. Namun
ironisnya, bagi sebagian orang rumah tidak selalu menjadi tempat yang nyaman
selama kebijakan PSBB berlangsung. Anggota keluarga dapat menjadi sasaran
kekerasan dalam rumah tangga karena faktor ekonomi. Selama pandemi Covid-19
berlangsung, banyak terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang kerap
menimpa kaum yang dianggap lemah oleh beberapa kelompok masyarakat yakni
kaum perempuan dan anak-anak (Bell & Naugle, dalam Asmarany, 2008).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat bahwa
sudah terdapat 643 kasus kekerasan terhadap perempuan dewasa dan anak-anak.
Secara rinci, jumlah tersebut terdiri dari 275 kasus kekerasan pada perempuan dewasa
dan 368 kasus kekerasan pada anak. Tercatat pula bahwa sebanyak 277 perempuan
dewasa dan 407 anak menjadi korban atas kasus kekerasan tersebut (Sucipto, 2020).
Dalam aspek kehidupan sosial, kebijakan PSBB berdampak bagi pasien atau
keluarganya yang didiagnosis positif Covid-19. Mereka dapat mengalami rasa cemas,
tertekan, dan khawatir karena identitasnya bisa dibocorkan ke publik sehingga rentan
mengalami stigma sosial, yakni asosiasi negatif terhadap seseorang atau sekelompok
orang yang mengalami gejala atau penyakit tertentu (Dinas Kesehatan Pemerintah
Provinsi Bali, 2020). Contoh bentuk stigma sosial terkait pandemi Covid-19 adalah
diskriminasi, pengucilan, dan penolakan kepada pasien dan keluarganya. Stigma
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
sosial berpotensi memunculkan sikap dan perilaku tidak jujur untuk menghindari
diskriminasi dari orang lain. Misalnya, tidak jujur pada saat merasakan gejala-gejala
penyakit Covid-19 dan menutupi beberapa informasi penting yang seharusnya
disampaikan kepada tenaga medis seperti riwayat penyakit yang pernah diderita,
perjalanan dan persinggahan ke suatu tempat, dan pernah atau tidaknya menjalin
kontak dengan penderita Covid-19 lainnya (Effendi, Lukman, Eryanti, & Muslimah,
2020). Kondisi tersebut dapat memperburuk status kesehatan dan tingkat kesembuhan
pasien Covid-19 sehingga berkontribusi dalam meningkatkan angka kematian akibat
virus corona (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020).
Selain berdampak pada pasien dan keluarga yang terpapar Covid-19, kebijakan
PSBB juga berdampak pada masyarakat umum. Kebijakan PSBB dapat menimbulkan
terbatasnya mobilitas masyarakat karena tempat atau fasilitas umum ditutup. Sebagai
gantinya, masyarakat dihimbau untuk disiplin dalam beraktivitas rumah atau
mengkarantina dirinya. Padahal, karantina dapat menjadi suatu pengalaman yang
tidak menyenangkan karena seseorang dihadapkan dengan beberapa kondisi seperti
ketidakpastian terkait durasi berlangsungnya kebijakan, kesulitan untuk bertemu
kerabat terdekatnya, mengalami kekhawatiran akan kondisi kesehatan maupun
keberlangsungan hidup sehari-hari, dan bahkan terpapar arus informasi yang
terkadang tidak akurat atau cenderung berlebihan (Brooks, Webster, Smith,
Woodland, Wessely, Greenberg, & Rubin, 2020). Derasnya arus informasi tentang
pandemi Covid-19 yang berasal dari televisi, media sosial, dan internet yang tidak
akurat dan cenderung berlebihan dapat menimbulkan kecemasan, ketakutan, dan
kepanikan. Akibatnya, kondisi tersebut dapat meningkatkan perasaan tertekan yang
memicu seseorang bereaksi secara berlebihan
Kebijakan PSBB berpotensi menimbulkan beberapa perasaan negatif seperti
cemas, khawatir, bingung, marah, dan sedih karena masyarakat dituntut untuk
beradaptasi terhadap situasi krisis, pembatasan, dan bahkan perubahan (Kartika &
Saubani, 2020). Selain itu, kebijakan ini juga berpotensi menimbulkan stress dan
beberapa gangguan mental seperti depresi, gangguan emosi, penurunan suasana hati,
gangguan tidur, gangguan stress pascatrauma, dan kelelahan emosi (Brooks et al.,
2020). Hasil survei yang dilakukan oleh Departemen Medik Kesehatan Jiwa Rumah
Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) menunjukkan bahwa
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
66 persen pasien mengalami gejala emosional, 43 persen mengalami gangguan
depresi, dan 41 persen mengalami gangguan stress pascatrauma akibat pembatasan
jarak sosial. Hasil survei tersebut juga menunjukkan bahwa 50 persen lansia
mengalami kesepian yang beresiko pada kesehatan dan bahkan kematian (Berita Satu,
2020).
2. Layanan Konseling Online sebagai Upaya Preventif dalam Menanggulangi
Pengaruh Kebijakan PSBB terhadap Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Kebijakan PSBB identik dengan kampanye tentang pentingnya melaksanakan
protokol kesehatan untuk menjaga kesehatan fisik dan mencegah penularan Covid-19.
Meskipun demikian, tidak hanya kesehatan fisik saja yang perlu dijaga, melainkan
kesehatan mental juga berperan sebagai benteng pertahanan diri yang perlu dijaga.
Kesehatan mental merupakan kondisi kesejahteraan individu yang tercemin dari
kemampuan dalam mengelola stress secara wajar, kemampuan dalam bekerja secara
produktif, dan kemampuan dalam berperan aktif dalam komunitasnya. Kesehatan
mental memainkan peran penting karena permasalahan psikologis dan gangguan
mental yang berasal dari sejumlah persoalan dalam aspek kehidupan ekonomi dan
sosial. Misalnya, stigma sosial, paparan informasi yang kurang tepat atau cenderung
berlebihan, dampak psikologis ketika melakukan karantina di rumah, kesulitan
ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan
permasalahan psikologis dan gangguan mental dapat memengaruhi hormon manusia
sehingga dapat menurunkan imunitas dan menjadi rentan terserang penyakit.
Permasalahan psikologis yang timbul selama kebijakan PSBB memunculkan
urgensi akan perlunya upaya preventif untuk menanggulangi pengaruh kebijakan
PSBB terhadap aspek kehidupan ekonomi dan sosial. Upaya preventif perlu dilakukan
untuk mencegah masalah psikologis, mengurangi faktor resiko gangguan mental, dan
mencegah timbulnya permasalahan psikososial. Salah satu upaya preventif yang dapat
ditempuh adalah memberikan pendampingan psikologis bagi masyarakat yang
kesulitan mengatasi stress dan kecemasannya (Effendi et al., 2020). Pendampingan
psikologis dapat dilakukan melalui konseling, yaitu suatu proses di mana seseorang
dibantu oleh tenaga profesional untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan
dalam menemukan masalahnya (Surya, dalam Fahmi, Mulyana, Zahara, & Garniasih,
2020). Konseling didesain untuk menolong seseorang dalam memahami dan
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
menjabarkan pandangannya tentang kehidupan, membantu mencapai tujuan
penentuan diri seseorang melalui pilihan yang disediakan, dan membantu seseorang
untuk memecahkan masalah emosionalnya (Burks & Steffire, dalam Ardi, Yendi, &
Ifdil, 2013). Dengan demikian, konseling dapat membuat seseorang menuju kondisi
yang lebih membahagiakan, sejahtera, dan efektif dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan teknologi turut memberikan dampak bagi perkembangan
konseling. Pada awalnya, konseling hanya sebatas pada pertemuan tatap muka antara
tenaga profesional dengan klien. Namun hadirnya teknologi informasi modern dapat
memungkinkan proses konseling dilakukan dalam jarak jauh. Bentuk konseling dalam
jarak jauh dikenal dengan nama konseling daring atau konseling online. Konseling
daring pertama kali dilaporkan muncul pada tahun 1960 dan 1970 dengan
menggunakan perangkat lunak program Eliza dan Parry (Ifdil & Ardi, 2013).
Konseling daring merupakan proses pelayanan kesehatan yang terdiri dari terapi,
konsultasi, dan psikoedukasi yang tidak dilakukan secara bertatap muka dengan
melibatkan teknologi komunikasi seperti telepon, email, situs web, percakapan
(chatting), forum, dan video konferensi (Mallen & Vogel, 2005). Konseling daring
biasanya dilakukan dengan menggunakan perangkat teknologi kehidupan sehari-hari
seperti komputer, smartphone, dan tablet yang bermodalkan koneksi internet. Dalam
proses konseling daring, sebagian besar interaksi antar kedua belah pihak berbasis
teks dan beberapa huruf diubah menjadi kode atau singkatan untuk menggambarkan
emosi berbentuk emoticon.
Dalam kebijakan PSBB ini, penggunaan internet mengalami peningkatan dari 5
sampai 10 persen karena mayoritas pekerjaan dan aktivitas masyarakat dilakukan dari
rumah. Terkait hal tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo)
memberikan instruksi untuk menyediakan layanan akses internet dengan kapasitas dan
kualitas layanan yang baik. Selain itu, Menkominfo juga menginstruksikan untuk
memberi akses gratis terhadap situs resmi penanganan pandemi Covid-19 dan call
center 117 serta 119 (Mashabi, 2020). Ketersediaan layanan akses internet merupakan
peluang bagi pemerintah dan tenaga profesional untuk mengembangkan konseling
daring sebagai upaya preventif dalam rangka menanggulangi permasalahan kesehatan
mental. Konseling daring juga merupakan wadah bagi masyarakat untuk
mengkonsultasikan permasalahan psikologis yang dihadapi tanpa harus bertatap muka
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
sehingga meminimalisir kekhawatiran dan kecemasan tertular penyakit Covid-19.
Dewasa ini, terdapat beberapa layanan konsultasi daring yang muncul selama
kebijakan PSBB. Sebagai contoh, Layanan Psikologi Sehat Jiwa (Sejiwa) yang
dibentuk oleh Kantor Staf Presiden, Layanan Konsultasi Daring di laman Himpunan
Psikolog Indonesia, Hotline Pusat Krisis Covid-19 FIK yang dibentuk oleh Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, dan lain sebagainya. Kemudian, terdapat
banyak situs dan aplikasi konseling daring yang dapat digunakan selama kebijakan
PSBB seperti Bicarakan.id, Halodoc, Alodokter, Sahabatku, dan lain sebagainya
(CNN Indonesia, 2020). Ketersediaan layanan, situs, dan aplikasi tersebut
mengindikasikan bahwa konsultasi daring merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan
masyarakat saat ini. Hal tersebut tak lepas dari kelebihan yang dimiliki konsultasi
daring baik untuk klien maupun tenaga profesional atau konselor.
Bagi pihak klien, konseling daring memudahkan mereka untuk mengaksesnya
kapanpun dan dimanapun. Dalam hal ini, waktu layanan konseling dapat disesuaikan
dengan aktivitas klien dan dapat diatur melalui perjanjian dengan tenaga profesional.
Selain itu, konseling daring dapat menjangkau individu yang mengalami hambatan
fisik maupun psikologis dalam mengakses layanan konseling. Lalu, konseling daring
memberikan kenyamanan bagi klien untuk mendiskusikan masalah sensitif sehingga
klien dapat mengekspresikan diri dengan lebih jujur dan terbuka. Dalam konseling
tatap muka, tidak menutup kemungkinan bahwa klien terkadang merasa tertekan dan
dihakimi dengan umpan balik berupa ekspresi dan ucapan tenaga profesional secara
langsung. Melalui konseling daring, klien akan memiliki banyak waktu untuk
merefleksikan dirinya setelah membaca dan memahami umpan balik dari tenaga
profesional berupa pesan teks atau pesan suara. Terakhir, konseling daring membantu
klien untuk menenangkan diri melalui tulisan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, sebagian besar konseling daring berbasis teks sehingga lebih banyak
melibatkan aktivitas menulis. Aktivitas menulis dapat membantu klien untuk
memusatkan dan mengekspresikan pikiran serta perasaannya dengan mudah tanpa
adanya gangguan. Dalam aktivitas menulis, klien dapat meningkatkan kesadaran
dirinya secara tidak langsung melalui proses menyusun, membaca kembali, dan
menuliskan ulang permasalahannya (Fahmi et al., 2020).
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Sedangkan bagi pihak tenaga profesional atau konselor. Konsultasi daring
memungkinkan konselor untuk menawarkan bentuk bantuan psikologis yang mudah
diakses oleh klien tanpa dibatasi ruang dan waktu (Mallen & Vogel, 2005). Penelitian
yang dilakukan oleh Finn dan Barak (2010) menemukan bahwa konselor merasa puas
dengan praktek konseling daringnya dan menilai bahwa konseling daring juga tidak
kalah efektif dengan konseling tatap muka, terkhususnya ketika diterapkan untuk
mengatasi masalah interpersonal atau sosial. Konseling daring tidak hanya meliputi
komunikasi dua arah antara konselor dengan klien, melainkan juga meliputi
psikoedukasi. Akses internet sebagai sumber daya proses konseling daring
memungkinkan konselor untuk memperluas proses psikoedukasi tentang kesehatan
mental kepada individu di berbagai belahan dunia dalam 24 jam. Psikoedukasi penting
dilakukan karena mampu mengatasi mitos dan kesalahpahaman tentang perawatan,
mempromosikan pentingnya kepatuhan dalam proses pengobatan atau terapi,
memfasilitasi pemantauan dan pengukuran atas perkembangan diri klien, mengajarkan
strategi yang dapat dilakukan klien apabila gejala permasalahan psikologisnya
kambuh, dan merubah pola pikir serta perilaku klien yang dinilai kurang tepat. Selain
itu, konseling daring juga berpotensi membantu konselor agar tetap berkomitmen
untuk meneliti dan mempromosikan kesehatan mental, terutama bagi kelompok
masyarakat yang terpinggirkan, kurang dilayani, dan banyak mengalami stigma sosial
(Mallen & Vogel, 2005).
III. Kesimpulan
“So, it’s okay to ask help because we all need it sometimes.”
Konseling daring merupakan salah satu upaya preventif untuk menanggulangi
pengaruh kebijakan PSBB terhadap aspek kehidupan ekonomi dan sosial. Konseling
daring bertujuan untuk mencegah permasalahan psikologis, gangguan mental, dan
psikososial yang berasal dari sejumlah persoalan ekonomi dan sosial. Misalnya, stigma
sosial, paparan informasi yang kurang tepat atau cenderung berlebihan, dampak
psikologis selama melakukan karantina di rumah, kesulitan ekonomi, kekerasan dalam
rumah tangga, dan lain sebagainya.
Dalam kebijakan PSBB, penggunaan internet mengalami peningkatan secara
signifikan sehingga layanan internet dapat diakses dengan mudah. Ketersediaan layanan
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
akses internet menjadi peluang bagi pemerintah dan tenaga profesional untuk
mengembangkan layanan konseling daring secara lebih luas. Hal ini tercermin dari
banyaknya layanan, situs, dan aplikasi konseling daring yang muncul di dunia maya. Di
sisi lain, konseling daring merupakan wadah bagi masyarakat untuk mengkonsultasikan
permasalahan psikologis secara lebih mudah serta dapat meminimalisir rasa khawatir dan
cemas tertular penyakit Covid-19.
Konsultasi daring menawarkan sejumlah kelebihan bagi pihak klien yaitu mudah
diakses dan dijangkau, memberikan kenyamanan dalam mendiskusikan masalah sensitif,
dan membantu klien untuk menenangkan diri ketika menjabarkan masalah dalam bentuk
tulisan. Selain itu, konsultasi daring juga menawarkan sejumlah kelebihan bagi tenaga
profesional atau konselor yaitu memungkinkan mereka untuk menawarkan bentuk
bantuan psikologis yang mudah diakses oleh klien, memungkinkan mereka memperluas
psikoedukasi tentang kesehatan mental kepada masyarakat tanpa dibatasi ruang dan
waktu, dan berpotensi membantu mereka agar tetap berkomitmen melakukan penelitian
serta mempromosikan kesehatan mental. Dengan demikian, konsultasi daring merupakan
bentuk layanan universal yang berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan
psikologis masyarakat.
IV. Daftar Pustaka
Ardi, Z., Yendi, F. M., & Ifdil, I. (2013). Konseling online: Sebuah pendekatan teknologi
dalam pelayanan konseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1(1), 1-5.
Asmarany, A. I. (2008). Bias gender sebagai prediktor kekerasan dalam rumah tangga.
Jurnal Psikologi, 35(1), 1-20.
Berita
Satu.
(2020,
Mei
9).
Picu
depresi,
PSBB
perlu
segera
diakhiri.
https://www.beritasatu.com/kesehatan/630831-picu-depresi-psbb-perlu-segeradiakhiri
Brooks, S. K., Webster, R. K., Smith, L. E., Woodland, L., Wessely, S., Greenberg, N.,
& Rubin, G. J. (2020). The psychological impact of quarantine and how to reduce it:
Rapid review of the evidence. Rapid Review. https://doi.org/10.1016/ S01406736(20)30460-8
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
CNN Indonesia (2020, Mei 4). Aplikasi konsultasi kesehatan jiwa anti-cemas online.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200429192710-185-498634/aplikasikonsultasi-kesehatan-jiwa-anti-cemas-online
Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Bali (2020, Juni 2). Mari hentikan stigma negatif
terkait Covid-19. https://www.diskes.baliprov.go.id/mari-hentikan-stigma-negatifterkait-covid-19/
Effendi, D. I., Lukman, D., Eryanti, D., & Muslimah, S. R. (2020). Advokasi psikologis
bagi masyarakat terpapar pandemi Covid-19 berbasis Religious E-Counseling
(Artikel ilmiah yang tidak dipublikasikan). Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati.
Fahmi, I., Mulyana, A., Zahara, F. H., & Garnasih, T. R. (2020). Etika konseling daring
dalam penanganan kasus terkait Pandemi Covid-19 perspektif kode etik psikologi.
(Artikel ilmiah yang tidak dipublikasikan). Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati.
Finn, J., & Barak, A. (2010). A descriptive study of e-counsellor attitudes, ethics, and
practice.
Counselling
and
Psychotherapy
Research,
268-277.
10(4),
https://doi/10.1080/14733140903380847
Gugus Tugas Perepatan Penanganan Covid-19 (2020, Mei 1). Kemenkes: stigma
berkontribusi
terhadap
tingginya
angka
kematian
COVID-19.
https://covid19.go.id/p/berita/kemenkes-stigma-berkontribusi-terhadap-tingginyaangka-kematian-covid-19
Ifdil & Ardi, Z (2013). Konseling online sebagai salah satu bentuk pelayanan ekonseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1(1), 15-21.
Isna, T. D. (2020, April 13). Daftar profesi informal yang terdampak penerapan PSBB.
Warta Ekonomi.co.id. https://www.wartaekonomi.co.id/read280915/daftar-profesiinformal-yang-terdampak-penerapan-psbb/3
Kartika, M., & Saubani, A. (2020, Mei 4). Warga dinilai bisa stress karena PSBB, ini
kata
psikiater.
Republika.co.id.
https://republika.co.id/berita/q9tagl409/warga-
dinilai-bisa-stres-karena-psbb-ini-kata-psikiater
Lidyana, V. (2020, April 8). Dampak PSBB ke ekonomi dan pesan untuk Anies.
DetikFinance.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4969028/dampak-
psbb-ke-ekonomi-dan-pesan-untuk-anies/2
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Mallen, M. J., & Vogel, D. L. (2005). Introduction to the major contribution: Counseling
psychology and online counseling. The Counseling Psychologist, 33(6), 761-775.
https://doi.org/10.1177/0011000005278623
Mashabi, S. (2020, April 7). Menkominfo: Penggunaan internet meningkat hingga 10
persen,
paling
banyak
dari
permukiman.
Kompas.com.
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/07/18035891/menkominfo-penggunaaninternet-meningkat-hingga-10-persen-paling-banyak-dari-permukiman
Putsanra, D. V. (2020, April 13). Arti PSBB yang dibuat untuk cegah penyebaran corona
di Indonesia. Tirto.id. https://tirto.id/arti-psbb-yang-dibuat-untuk-cegah-penyebarancorona-di-indonesia-eMXT
Putri, G. S. (2020, Maret 12). WHO resmi sebut virus corona Covid-19 sebagai Pandemi
Kompas.com.
Global.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/12/083129823/who-resmi-sebut-viruscorona-covid-19-sebagai-pandemi-global
Sucipto, T. I. (2020, April 29). 643 kekerasan ke perempuan dan anak selama Pandemi
Covid-19. Media Indonesia. https://mediaindonesia.com/read/detail/308723-643kekerasan-ke-perempuan-dan-anak-selama-pandemi-covid-19
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
30,00
44,00
TOTAL
94,00
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: Wilibrodus Ngongo
NIM
196114054
Prodi
: Filsafat Keilahian
Judul Esai
: “Dilema Kebijakan PSBB bagi Masyarakat”
A. PENDAHULUAN
Dalam usaha pemerintah untuk memerangi virus corona, berbagai cara telah
diupayakan untuk memutus mata rantai penyebarannya. Salah satu usaha pemerintah
(Kementrian Kesehatan) adalah dengan mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB). Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan pada hari
Jumat, 10 April 2020 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).1 Pembatasan ini
dimaksudkan untuk mempercepat penanganan pandemi Covid-19 yang sedang mewabah.
Lebih jelasnya, berikut ini adalah kegiatan dan aktivitas yang akan dibatasi dalam PSBB:
1. Aktivitas dan kegiatan persekolahan dan tempat kerja,
2. Aktivitas dan kegiatan ibadah dan keagamaan,
3. Aktivitas dan kegiatan di tempat dan fasilitas umum,
4. Aktivitas dan kegiatan operasional transportasi umum,
5. Aktivitas dan kegiatan sosial,
6. Aktivitas dan kegiatan lain yang termasuk dalam pertahanan dan keamanan umum.
Penyebaran virus corona (Covid-19) semakin hari semakin meningkat. Pemerintah
menyatakan bahwa masih banyak masyarakat yang terjangkit penularan Covid-19. Dari
perkembangan data yang saya peroleh, memang sangat nampak peningkatan dari penyebaran
virus corona. Menurut data jumlah kasus baru yang terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 5.136
orang, dirawat 4.221, sembuh 446 orang dan meninggal dunia sebanyak 469 (per Tanggal 15
April 2020). Sedangkan data terbaru saat ini di Indonesia untuk yang positif corona
mengalami penambahan 684 orang, jadi total untuk saat ini adalah 28.233 orang positif. Kasus
yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 mencapai 471 jiwa sehingga totalnya ada 8.406 orang.
1
https://idcloudhost.com, diakses 31 Mei 2020.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Pada umumnya orang atau pihak tertentu mencoba mengambil sebuah keputusan yang
baik demi kebaikan seseorang atau kebaikan bersama. Akan tetapi pada kenyataannya tidak
semua keputusan yang baik itu dirasakan oleh semua orang atau di semua lini masyarakat.
Maksud saya adalah bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentang Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak sepenuhnya membawa masyarakat pada rasa aman dan
sejahtera, khususnya bagi masyarakat kecil. Masyarakat yang memiliki status pekerjaan
informal yang sumber pendapatan ekonominya didapat sehari-hari dan tidak memiliki gaji
pokok atau pendapatan tetap (seperti pedagang kaki lima, ojek online, tukang becak, dll)
adalah yang paling merasakan dampak dari kebijakan PSBB. Jika kita melihat dari maksud
pemerinta mengeluarkan aturan PSBB, tentu dampak yang didapat oleh masyarakat sangatlah
baik. Namun di sisi lain juga kebijakan PSBB ini menyebabkan dampak yang merugikan
sebagian masyarakat atau tepatnya bahwa kebijakan PSBB ini menimbulkan persoalan baru.
Dalam tulisan ini, saya mencoba melihat dilemah yang dialami oleh pemerinta dengan
dikeluarkannya peraturan PSSB.
B. ISI
Akhir-akhir ini berbagai negara di dunia khususnya Indenesia, tengah dikejutkan
dengan wabah Covid-19 (Corona virus Diseases-19). Berdasarkan data WHO, persebaran
Covid-19 sudah melingkupi 185 negara dengan jumlah 3.917.366 kasus yang terkonfirmasi,
274.361 kasus meninggal, dan 7,0% angk kematian.2 Hari demi hari persebaran Covid-19
semakin mengkhawatirkan bahkan seolah-olah tidak ada tanda bahwa Covid-19 akan segera
berakhir. Saya mengatakan demikian, karena dari data yang terbaru tentang peningkatan kasus
corona di Indonesia pada 28 Mei 2020 menujukan bahwa jumlah kasus baru ada 687 pasien,
total kasus positif corona saat ini di Indonesia adalah 24.538 pasien, pasien yang meninggal
1.496 orang, pasien yang dinyatakan sembuh ada 6.240 orang, dan yang masih dalam tahap
perawatan 16.802. Sedangkan total jumlah PDP ada 13.250 orang, dan total jumlah ODP ada
48.749 orang.3 Tentu dengan stuasi seperti ini semakin mengkhawatirkan masyarakat.
https://covid19.kemses.go.id, diakses 11 Mei 2020.
Nasya Putri Awalia, “Efektivitas Produktivitas Keluarga Ditengah PSBB selama Covid-19” (April 2020), tersedia dari
https://www.rearchgate.net/publication; diakses 20 Juni 2020.
2
3
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Kita sudah tahu bersama bahwa pemerintah telah berusaha memerangi penyebaran
Covid-19 dengan menetapkan peraturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Yang
mana aturan PSBB ini sudah tercatat di dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun
2020.4 PSBB merupakan sebuah penyelenggaraan pembatasan kegiatan-kegiatan di tempat
umum dan mengkarantinakan diri sendiri di dalam rumah atau komunitas masing-masing.
Tentu tuajuannya adalah untuk mencegah meluasnya penyebaran viris Covid-19 yang sedang
mewabah saat ini. Oleh karena itu, seperti tema yang saya angkat di atas tentang pengaruh
kebijakan PSBB untuk menangani penyebaran Covid-19 terhadap aspek-aspek kehidupan di
dalam masyarakat, saya akan mencoba menjelaskan beberapa aspek kehidupan seperti
ekonomi, sosial dan budaya, agama dan iman, politik, dan pendidikan yang mengalami
perubahan yang signifikan setelah merebaknya Covid-19 di Indonesia.
1) Ekonomi
Bidang ekonomi adalah bidang yang sentral bagi suatu negara maupun masyarakat.
Apabila bidang ini mengalami gangguan, dengan otomatis bidang yang lain pun akan
terganggu. Karena bidang ekonomilah yang menjadi titik stabilizer dari bidang-bidang
lainnya.
Pandemi Covid-19 menyerang perekonomian dengan sangat hebat. Banyak orang
yang mengalami PHK akibat persebaran yang begitu cepat. Hal ini sangat memprihatinkan
karena tidak semua orang memiliki simpanan yang bisa menjadi pendukung dalam situasi
sekarang. Seperti yang saya sudah singgung pada bagian awal bahwa dengan menerapkann
aturan PSBB tidak sepenuhnya memberi kenyamanan pada warga. Menurut saya,
seharusnya pemerintah seharusnya menyiapkan strategi lanjutan setelah penerapan aturan
terseut. Sehinggak tidak memunculkan masalah baru di masyarakat . Jika menurut
pemerintah bahwa bantuan sosial yang disalurkan adalah salah satu cara agar membantu
masyarakat yang miskin dan kurang mampu, saya kurang setujuh dengan pernyataan itu.
Karena pada kenyataannya bantuan yang disalurkan tidak tepat sasaran atau bahkan tidak
memiliki kejelasan kepada siapa dan kemana bantuan itu diarahkan. Menurut analisis saya
4
https://www.suara.com, diakses 28 Mei 2020
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
hal ini dikarenakan pemerintah kurang mengorganisir dengan baik bantuan itu dan juga
pemerintah tidak memiliki data yang jelas.5
2) Pendidikan
Dampak mewabahnya virus corona juga dirasakan oleh dunia pendidikan.
Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau
UNESCO menyebut hampir 300 juta siswa di seluruh dunia kegiatan sekolahnya terganggu
dan hak-hak pendidikan di masa depan terancam (Kompas.TV, 5 April 2020).
Salah satu isi dari aturan PSBB adalah kegiatan belajar dan mengajar dilakukan di
rumah atau secara online. Kebijakan ini diharapkan pemerintah bisa mengurangi mobilitas
pelajar dan mahasiswa sehingga dapat menekan penyebaran virus corona. Namun dalam
praktiknya, sejumlah kesulitan ditemui para guru dan siswa saat menjalankan metode
belajar dari rumah. Memang jika dilihat belajar di rumah menjadi langkah yang paling
ampuh dalm memutus rantai penyebaran virus corona. Tetapi seperti yang saya singgung
di atas, metode seperti ini tidak luput dari berbagai persoalan. Salah satu persoalan adalah
banyak murid atau mahasiswa yang mengalami kesulitan untuk mengakses internet.
Karena memang hal yang utama agar kegiatan belajar online ini berjalan lancar adalah
dengan adanya internet yang baik. Mungkin sebagian murid atau mahasiswa yang berada
di tempat yang akses internetnya mudah tidak mengalami kesulitan dan sangat senang
dengan metode pembelajaran seperti ini. Tetapi bagaimana dengan mereka yang berada di
tempat yang kurang strategis untuk mengakses internet. Tentu akan sangat mengalami
kesulitan. Dan bagi saya dengan metode seperti ini tentu akan sangat mempengaruhi
perkembangan pendidikan di Indonesia.
3) Sosial dan Budaya
Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya. Sampai kapanpun manusia
tidak akan pernah terlepas dari keduanya. Namun dengan adanya Covid-19 maka banyak
hal yang sudah menjadi kebiasaan tidak dilakukan. Misalnya saja budaya silahturami,
nongkrong, dll. Semua itu tidak dapat dilakukan sebagaimana biasanya karena adanya
kebijakan sicial distancing dan PSBB. Sehingga masyarakat pun memiliki aktifitas yang
Vadhia Lidyana, “Dampak PSBB ke Ekonomi dan Pesan untuk Anis” (April 2020), tersedia dari
https://m.detik.com/finance; diakses 9 Juni 2020.
5
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
terbatas yakni hanya melakukan semua kegiatan di rumah. Mungkin bagi mereka yang
memiliki penghasilan tetap, akan sedikit merasa senang. Tetapi bagaimana dengan mereka
yang tidak memiliki penghasilan tetap, yang harus bekerja di luar rumah baru bisa
memenuhi kebutuhan pokoknya.
Selan itu, dampak Covid-19 dalam kehidupan sosial masyarakat, di antaranya
adalah timbulnya rasa curiga dan hilangnya kepercayaan terhadap orang-orang yang ada di
seputar kita atau yang baru kita kenal. Sebagai contoh adalah pada saat kita membeli
makanan, baik di warung yang berlabel maupun di warung kaki lima kita akan mencari
tahu apakah bersih atau tidak. Apakah pelayan ada bersentuhan dengan orang yang
terjangkit virus atau tidak, adakah petugas atau pelayan yang mencuci tangan pada saat
mengolah atau memproses makanan yang kita pesan atau tidak. Sehingga timbul keraguan.
4) Politik
Aspek politik pun tidak luput dari dampak penetapan PSBB. Demi memutus rantai
penyebaran Covid-19, beberapa elite politik mendesak pemerintah untuk melakukan
lockdown. Selain itu, beberapa pihak juga menuntut agar tahanan atau narapidana
dibebaskan. Dalam hal ini, KPK adalah pihak yang mengalami kesulitan untuk mengambil
keputusan yang terbaik demi keselamatan masyarakat dan sekaligus juga tetap menegakan
hukum yang berlaku. Untuk hal ini, akhirnya menimbulkan banyak perdebatan di dalam
masyarakat bahwa pemerintah kurang respect dengan persoaalan ini. Dan akhirnya banyak
berita-berita palsu beredar di berbagai media sisial hanya untuk memojokan pemerintah.
Pada dasarnya itu bukanlah hal yang baru di Indonesia karena situasi politik
memang tidak selalu stabil. Selalu saja ada kelompok-kelompok yang merasa bahwa
kebijakan pemerintah itu tidak tepat. Dan bahkan menurut saya, ada oknum tertentu yang
juga memanfaatkan situasi ini demi kepentingan pribadi.
5) Agama dan Iman
Sejak diberlakukannya peraturan tidak dibenarkan ada kumpulan keramaian seperti
di gereja, masjid dan di tempat ibadat lainnya, maka hampir semua kegiatan keagamaan
dilakukan di rumah dan semua gereja ditutup. Situasi ini menimbulkan kegelisahan bagi
umat beriman. Tak jarang juga orang memunculakan banyak pertanyaan tentang iman dan
kepercayaan mereka. Dengan munculnya pandemi ini, akhirnya orang mulai bertanya
apakah Tuhan menghendaki ini semua? Adakah Tuhan ada di tengah-tengah kita? Apakah
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Tuhan sedang menghukum kita? Tentu masih banyak lagi pertanyaan eksistensial yang ada
dalam setiap hati masyarakat.
Untuk menenangkan kegelisahan masyarakat, pemerintah mencoba bekerjasama
dengan para petinggi atau toko-toko agama untuk memberi penguatan kepada umatnya
masing-masing. Tentang upaya ini, sudah dilakukan dengan cukup baik oleh toko-toko
agama. Melalui artikel-artikel dan juga video singkat, mereka mencoba memberi
pemahaman bagi masyarakat dari sudut padang agama tentang situasi pandemi yang
melanda sebagian umat di dunia ini.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pandemi dunia yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah sebuah sebuah pandemi
global yang menimpah seluruh negara di dunia. Virus corona atau yang dikenal dengan
istilah Covid-19 (Corona virus Disease) merupakan virus yang penularannya sangat cepat
dan bisa menular ke semua kalangan, mulai dari bayi yang baru lahir, balita, hingga
manusia lanjut usia. Covid-19 ini tidak seperti wabah-wabah virus yang perna melanda
dunia sebelumnya, seperti virus ebola ataupun sars. Namun keberadaan wabah ini bisa
membuat dunia berbeda seperti sekarang.
Keberadaan wabah virus corona memaksa kita untuk terus berada di rumah,
menjauhi segala bentuk interaksi dengan orang lain dan membatasi kontak fisik dengan
orang-orang di sekitar kita untuk meminimalisir pemyearan dan penularan yang lebih luas.
Karantina yang telah dilakukan oleh penduduk indonesia sangat penting dilaksanakan
dengan tujuan memutus mata rantai pandemi Covid-19.
Untuk menegaskan kepada masyarakat agar tetap tinggal di rumah, pemerintah
mengeluarkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Tujuan PSBB ini
adalah untuk memblokir dan mencegah penyebaran dari virus corona dalam skala yang
lebih besar lagi dari yang sudah tercatat saat ini.6 Namun seperti yang kita ketahui bersama
dan bahkan kita juga merasakan bahwa kebijakan PSBB di satu pihak juga menimbulkan
6
https://idcloudhost.com, diakses 29 Mei 2020.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
dampak negatif bagi sebagian masyarakat. Hal inilah yang kemudian menimbulkan dilema
bagi pemerintah. Semakin lama kebijakan ini diberlakukan, semakin banyak pula persoalan
yang ditimbulakan. Salah satunya yang paling besar perubahannya adalah bidang ekonomi.
Berbicara mengenai ekonomi berarti juga berbicara soal kehidupan. Karena siapapun pasti
berusaha untuk tetap memenuhi kelangsunagan hidupnya di dunia ini, pasti akan bergulat
dalam bidang ekonomi, entah dalam urusan pangan, sandang, maupun dalam urusan papan.
2. Saran
Secara pribadi saya sangat setuju dengan kebijakan PSBB yang diterapkan oleh
pemerintah karena mengingat tujuannya yang sangat baik, yakni untuk menekan
penyebaran dari virus corona atau untuk memutus mata rantai pebyebarannya. Namun di
sisi lain kiranya pemerintah juga memikirkan atau mempertimbangkan dengan baik akan
apa yang diputuskan agar tidak menimbulkan persoalan lain. Seperti yang sudah terjadi
sekarang ini, bahwa kebijakan PSBB juga menimbulkan dampak negatif dalam berbagai
bidang kehidupan.
Sebagai warag negara yang baik, kiranya masyarakat menaruh kepercayaan yang
tinggi kepada pemerintah. Bolelah kita berpendapat untuk kebaikan bersama tetapi jangan
sampai kita salah menggunakan kebebasan tersebut. Apapun yang diputuskan oleh
pemerintah tentu itu tidak bisa lepas dari ketidak sempurnaan, tetapi yang terpenting adalah
sebagai warga yang baik kiranya kita tetap tabah dalam situasi seperti ini dan juga berusaha
menaati apa yang sudah dihimbau oleh pemerintah, demi kebaikan dan keselamatan
bersama. Sebagai umat yang beriman, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan
terus berdoa menurut kepercayaan kita masing-masing, agar situasi ini boleh berlalu dan
kita kembali hidup normal lagi.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
DAFTAR PUSTAKA
Desy Nia Sari, “Efek Samping PSBB Terhadap Masyarakat” (16 April 2020), tersedia dari
https://www.suara.com/yoursay; diakses 28 Mei 2020.
Nasya Putri Awalia, “Efektivitas Produktivitas Keluarga Ditengah PSBB selama Covid-19” (April
2020), tersedia dari https://www.rearchgate.net/publication; diakses 20 Juni 2020.
Vadhia Lidyana, “Dampak PSBB ke Ekonomi dan Pesan untuk Anis” (April 2020), tersedia dari
https://m.detik.com/finance; diakses 9 Juni 2020.
Dedi Arman, “Penanganan Wabah Covid-19 dengan Pendekatan Budaya” (April 2020), tersedia
dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id; diakses 31 Mei 2020.
Rosmha Widiyani, “Enam Inti Aturan PSBB Serta Sanksi Di Beberapa Wilayah” (20 April 2020),
tersedia dari https://news.detik.com/berita; diakses 20 Juni 2020.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
30,00
43,25
TOTAL
93,25
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: Martha Wiratami Praba Raras
NIM
171114013
Prodi
: Bimbingan dan Konseling
Judul Esai
: Bayaran dari Sebuah Utas
Mengangkat fenomena yang menjadi keprihatinan bagi setiap insan di seluruh dunia.
Terhitung sejak akhir bulan Desember tahun 2019, dunia tengah dihebohkan dengan berita
transmisi virus corona. Diduga virus yang menjadi buah bibir akhir-akhir ini berasal dari Huanan
Seafood Market, Wuhan, Hubei, China. Sementara itu, dilansir dari Kompas.com (02/03/2020),
diumumkan bahwa Indonesia telah mengonfirmasi kasus pertama virus corona yang menginfeksi
dua orang warganya. Berjeda sembilan hari setelahnya, pada 11 Maret 2020, World Health
Organization (WHO) menetapkan wabah virus corona sebagai pandemi global. Hal ini diperkuat
dengan data WHO dua minggu terakhir yang menampilkan peningkatan tiga belas kali lipat jumlah
kasus covid-19 di luar China dan peningkatan tiga kali lipat jumlah negara yang terdampak.
Ditegaskan pula dalam tribunnews.com, Tedros Adhanom Ghebreyesus sebagai Direktur Jenderal
WHO menyatakan istilah pandemi global digunakan sekarang karena kekhawatiran mendalam atas
covid-19. Merebaknya pandemi yang kian hari kian menjadi momok. Kekhawatiran akan segala
hal yang mengancam, layaknya kita yang sekarang sedang berperang melawan hal yang tak kasat
mata. Rasa takut akan kehilangan, tak hanya pekerjaan bahkan kehidupan. Tak sedikit dari kita
yang kehilangan arah mata angin, bahkan busur dan anak panah pun tak lagi ada digenggaman.
Bukan menjadi sebuah ajang perlombaan, tetapi persaingan terjadi dimana-mana. Menjadi kian
miris rasanya ketika manusia kehilangan rasa kemanusiaan. Ada yang rela berjuang sebagai garda
terdepan, berjibaku menumbuhkan kembali rasa kemanusiaan. Namun, tak sedikit pula dari kita
yang justru melelang murah harga kemanusiaan.
Secara resmi dalam Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Joko Widodo
selaku Presiden ketujuh Republik Indonesia menyatakan seruan kepada masyarakat untuk hidup
berdamai dengan covid-19. Di tengah suguhan ancaman dan tantangan yang ada, ‘strategi damai’
seharusnya diletakkan dalam kerangka pikir yang membawa kita pada kepenuhan akan
pemahaman dan kesadaran. Perlu kehati-hatian dalam memaknai apa dan bagaimana ‘strategi
damai’ itu, jangan sampai kita termakan dan jatuh pada kebingungan dan atau kepasrahan. “Si vis
pacem para bellum” yang memiliki arti “jika kau mendambakan perdamaian, maka bersiapLomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
siaplah menghadapi perang”. Sebuah ungkapan dalam adagium Latin yang konon dikutip dari
penulis militer Romawi bernama Publius Flavius Vegetius Renatus: Igitur qui desiderat pacem,
praeparet bellum. Adagium yang terkesan menjadi sebuah paradoks yang lucu. Seolah-olah ada
lakon yang dengan luwes memainkan perannya. Dalam skema strategi yang ditawarkan sudah
seharusnya dan selayaknya didukung dengan komando yang strategis pula. Dalam situasi pandemi,
kosa kata ‘damai’ seakan sarat akan makna. Sintaksis yang mampu menjadikan masyarakat hilang
kepercayaan.
Menutup mata dan membungkam mulut nyatanya semakin memperkeruh keadaan. Tak
terbilang siapa saja yang hampir jatuh, sudah jatuh dan akan jatuh. Nampaknya, lakon dengan
embel-embel virus ini dengan luwes memainkan perannya dalam skenario hidup. Kejutan demi
kejutan dirasakan oleh hampir seluruh aspek dan sektor penunjang kehidupan. Tak terasa sudah
setengah tahun yang lalu kita dikejutkan oleh lakon yang tidak kita duga-duga. Kasus covid-19
terus mengalami lonjakan peningkatan secara global. Dilansir dari Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19 (15/06/2020), sebanyak 215 negara harus menyelamatkan warganya dari
ancaman dan dampak pandemi covid-19. Covid-19 sebagai penguasa tunggal menarik perhatian
dunia. Melihat setiap aspek dan sektor penunjang kehidupan terbelalak akan kejutan yang terpaksa
harus ia terima. Tak kuat hati, rasanya sungguh mengerikan. Mencoba mencerna dan
menguraikannya satu per satu, dengan cara seperti apa kita memaknai setiap ratap di masa pandemi
ini.
Dalam sejarahnya, kemampuan beradaptasi menjadi suatu langkah penuh kerendahan hati
bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia untuk tetap menunjukkan eksistensinya. Hal ini
pun tidak berubah di masa-masa sulit seperti pandemi kali ini. Lalu bagaimana dengan kita?
Bagaimana dengan sikap yang kita ambil? Besar harapan yang disuguhkan bagi kita untuk
mengenali siapa diri kita sesaat sebelum dan sesudah masa pandemi. Apakah identitas yang sudah
kita kantongi cukup memberikan akses eksistensi di masa kritis nan krisis ini? Sebagai pribadi
yang diberi kesempatan untuk mencicipi dunia kemahaan, nantinya ada banyak pintu dan lorong
yang membawa kita pada celah perspektif dalam menilai suatu peristiwa. Tak sekadar pandai
dalam hal menilai, dengan embel-embel mahasiswa, kita diajak untuk menaruh jejak makna
laksana pembawa asa.
Menjadi selingan yang menyakitkan. Sektor pendidikan pun kian terpukul di masa pandemi
covid-19. Dengan berat hati, saya pun tak kuasa membayangkan dan meraba bagaimana wajah
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
pendidikan di pelosok negeri ini. Menjadi PR yang tak kunjung rampung. Secara bersamaan
ditengah hiruk pikuk dan bisunya dunia, tak sedikit mulut bersua membawa jeritan asa. Dengan
gagah, berani dan berapi-api tuntutan demi tuntutan dilayangkan. Bagaimana otak diputar, mulut
diasah dan badan diusung. Banyak kepala berkumpul, bersatu, menumbuh sekaligus membunuh
gagasan. Sikap kritis yang membawa kita pada kritik sebagai ujungnya. John Stuart Mill yang
berkiblat pada Individualisme berpendapat bahwa kebebasan individu adalah nilai tertinggi yang
dimiliki manusia dan tidak dapat ditawar. Hidup dan menjadi bagian dari negara demokrasi akan
menjadikan kita terus menerus menggembar-gemborkan kebebasan ruang berpendapat. Tidak
salah memang. Namun, akan menjadi keliru bilamana manusia menihilkan pijakan rasionalitas.
Tidak mudah untuk dibantah terlebih di masa-masa sulit seperti sekarang ini. Dampak yang luar
biasa pada setiap aspek dan sektor penunjang kehidupan. Seluruh lapisan masyarakat menyadari
hal itu. Bagaimana kita memberi ruang dengan proporsi yang tepat ditengah kemajemukkan
suasana saat ini?
Ketika mengibaratkan diri saya jatuh seperti benih dan tumbuh di Sanata Dharma dengan
formasi refleksi sebagai kekhasannya. Pukulan telak yang memenjarakan temu. Tapi siapa sangka
bahwa penjara temu ini melahirkan kelapangan pikir dan juga kelapangan hati. Saya mengajak diri
saya untuk belajar rendah hati terlebih di masa pandemi kali ini. Sejenak terpintas dalam benak
saya, masa yang cukup berat ini akan tetap menjadi masa dan akan tetap saya kenang. Tanpa harus
mengkambing hitamkan sisi terang ataupun sisi gelap dari dampak yang lahir. Apakah akan
menjadi sebuah pembenaran bahwa pandemi ini lahir sebagai tanda dimulainya habitus baru?
Parameter kontrol sebagai prasyarat penyesuaikan diri diharapkan dapat meredam dilematik
publik. Peralihan proses kegiatan belajar mengajar dalam keadaan darurat ini diharapkan menjadi
sebuah solusi. Apakah peralihan ini benar-benar menjadi sebuah solusi? Atau jangan-jangan hanya
sebuah tawaran guna mengulur waktu untuk menutupi kebobrokan dan ketimpangan pendidikan
di negeri ini? Lepas dari bayang-bayang gelap dunia pendidikan, apresiasi kepada para pendidik
dan tenaga kependidikan diharapkan mampu menjadi angina segar ditengah situasi yang pelik ini.
Setiap emosi yang lahir membawa energi yang menjadikan kita ada, hadir dan berdaya.
Mencoba untuk menyelisik lebih dalam lagi, menaruh perhatian pada sektor pendidikan tinggi
yang juga terkena imbas dari pandemi covid-19. Masa pandemi yang seakan menjadi jalur
akselerasi tercapainya pendidikan yang berintegrasi dengan revolusi 4.0. Pendidikan yang
sejatinya menjadi elevator sosial perlahan kehilangan jati dirinya. Sangat disayangkan bahwa
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
pendidikan sebagai alat yang memerdekakan dan memanusiakan justru terjerembab dalam
lingkaran yang tak berujung. Komitmen sebagai jaminan yang memberi harap dijadikan
kesempatan untuk mencuci tangan bagi beberapa lembaga. Ingin mencoba berbeda dari yang lain,
berbekal semangat dan nilai luhur yang diemban, adaptasi dan adopsi visi filantropis diharap bisa
menempatkan perguruan tinggi untuk tetap menjaga substansi citra pendidikan yang
memerdekakan dan memanusiakan.
Mutu perguruan tinggi menjadi taruhan yang mungkin dinomor sekiankan dalam masa
darurat pandemi saat ini. Menjadi liar ketika beranggapan bahwa dampak yang lahir bisa saja kita
ciptakan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa aksi demi aksi sedang naik daun. Layaknya dalam
seri laga, mahasiswa membawa perannya dalam merawat dan menyelamatkan usia perjuangan.
Belum lagi peran universitas sebagai sebuah lembaga yang dinilai bergerak dibawah radar.
Diskursus pemikiran yang menuntut temu ini melahirkan sebuah dialog pengingat bahwa
reformasi pendidikan merupakan tanggung jawab pelaku, pemberi dan penerima pendidikan itu
sendiri. Seperti yang dinarasikan oleh Najwa Shihab dalam kanal YouTube-nya, kita sudah sejauh
ini, kalah bukan pilihan. Tidak menempati kursi nomor satu sebagai sebuah prioritas di masa krisis
ini bukan berarti pendidikan patut untuk dikesampingkan. Pendidikan tetap penting dan menjadi
yang terpenting. Transformasi sistem pendidikan akan berdampak pada kualitas pendidikan.
Bukan untuk disesali atau diperdebatkan, biarlah momen ini menjadi momen bagi kita untuk
berefleksi. Dampak dan mutu seperti apa yang akan kita kenang selepas masa pandemi ini?
Semoga ini hanya menjadi sebuah selingan yang menyakitkan saja, bukan sebuah mimpi buruk
yang menghantui sepanjang tidur pendidikan di negeri ini.
Realita yang disuguhkan sirat akan disonansi bagi berbagai kalangan. Paradigma yang
mengajak kita matang dalam berarah pikir. Kedinamisan menghanyutkan kita dalam pola pikir
juga sikap yang divergen dan konvergen sekaligus. Mengapa demikian? Tabrakan antar bias yang
lahir acap kali ditangkap setengah-setangah. Satu dua pihak yang mencicipi dunia perguruan tinggi
cenderung gagap dan latah dalam menyikapi keadaan yang sedang tidak biasa-biasa saja.
Komunikasi krisis ditempuh dalam jalur tanggap menanggapi polemik yang justru memantik arah
seperti apa yang akan membarui wajah pendidikan di level perguruan tinggi. Konversi yang
sejatinya berpijak pada Tri Dharma Perguruan Tinggi perlu menata ulang standar yang ditetapkan.
Stabilitas yang benar-benar merangkul semua elemen dan kelas sosial tentunya memerlukan
adaptasi dan antisipiasi sebagai prosesnya. Pertanyaannya, akan seberapa lama lagi kita bertahan
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
dalam fase adaptasi? Pahitnya, daya tarik yang ditawarkan pun tidak menampakkan optimisme
sebagai harapan berdayanya alat yang kita sebut pendidikan. Pendidikan di perguruan tinggi harus
beresiliensi. Pendidikan yang menggembirakan di tengah pandemi dirasa mampu membahasakan
setiap harap. Menjaga eksistensi pendidikan di tengah pandemi ini menjadi PR yang membutuhkan
kontribusi secara kolektif dari berbagai pihak, baik yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
ataupun diluar itu. Sekarang hanya masalah pilihan. Bagaimana kita mengiyakan ajakan untuk
berjuang. Pemahaman dan kesadaran seperti apa yang akan kita ciptakan? Ditengah batasanbatasan yang ada dan pelonggaran-pelonggoran yang diluangkan, sinergisitas antar pihak
diharapan dapat menjadi ramuan penawar di tengah krisis pandemi yang mempertanyakan mutu
perguruan tinggi di negeri ini. Jembatan sinergi yang menjaga eksistensi pendidikan dan menjadi
bayaran dari utas pandemi yang samar lelahnya berada di bumi ini.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
DAFTAR PUSTAKA
Liputan6.com. (2019, 18 Maret). 4 Ciri-ciri Globalisasi yang Tanpa Disadari Mengubah
Kehidupan. Diakses pada 19 Maret 2019, dari https://www.liputan6.com/citizen6/read/3919594/4ciri-ciri-globalisasi-yang-tanpa-disadari-mengubah-kehidupan
Kompas.com. (2020, 02 Maret). Indonesia Umumkan Kasus Pertama Virus Corona, Begini
Pemberitaan
Media
Internasional.
Diakses
pada
05
Maret
2020,
dari
https://www.kompas.com/global/read/2020/03/02/125038370/indonesia-umumkan-kasuspertama-virus-corona-begini-pemberitaan-media
Tribunnews.com. (2020, 12 Maret). WHO Tetapkan Wabah Virus Corona Sebagai Pandemi, Apa
Artinya? Diakses pada 13 Maret 2020, dari https://www.msn.com/id-id/berita/dunia/whotetapkan-wabah-virus-corona-sebagai-pandemi-apa-artinya/ar-BB114eTJ
Mediaindonesia.com. (2020, 19 Mei). Paradigma Berdamai dengan Covid-19. Diakses pada 25
Mei 2020, dari https://mediaindonesia.com/read/detail/314164-paradigma-berdamai-dengancovid-19
Tribunnews.com. (2018, 28 November). “Si Vis Pacem Para Bellum”. Diakses pada 25 Mei 2020,
dari https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/11/28/si-vis-pacem-para-bellum
Covid19.go.id. (2020, 15 Juni). Presiden: Langkah Penanganan Covid-19 Harus Cepat, Tepat, dan
Akuntabel. Dilansir pada 23 Juni 2020, dari https://covid19.go.id/p/berita/presiden-langkahpenanganan-covid-19-harus-cepat-tepat-dan-akuntabel
Hadi, P. Hardono. 1996. Jati Diri Manusia Berdasar Filsafat Organisme Whitehead. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Arga Sumantri. 2020. Filantropi Jadi Modal Sosial Masyarakat Hadapi Pandemi di
https://m.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ybJG30jk-filantropi-jadi-modal-sosialmasyarakat-hadapi-pandemi (diakses 23 Mei).
Shihab, Najwa. “Kenapa Tidak Sia-Sia #dirumahaja | Catatan Najwa.” YouTube. YouTube, 19 Mei
2020. Web. 23 Mei 2020. https://www.youtube.com/watch?v=ZRG5JqGxgzM
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
28,00
45,00
TOTAL
93,00
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Nama
: Anny Angelina S
NIM
191434033
Prodi
: Pendidikan Biologi
Judul Esai
: Aksi Gerak Cepat Mahasiswa Dalam Menghadapi Krisis Akibat Covid19 Bagi Kehidupan Masyarakat
PENDAHULUAN
Saat ini kita sedang berada ditengah-tengah rasa takut dan panik akibat permasalahan
berat yang menyebabkan banyak korban jiwa dengan jumlah yang bertambah setiap jamnya.
Sejarah peradaban manusia telah mencatat bahwa Covid-19 merupakan sejarah besar dalam
kehidupan di bumi yang telah berhasil membuat seluruh dunia gempar dan merubah seluruh
tatanan kehidupan. Covid-19 atau disebut Coronavirus merupakan virus yang dapat menular
secara cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam setiap waktu. Penyebaran virus ini
pertama kali berasal dari Wuhan, China dan mulai tersebar diseluruh dunia akibat adanya
kontak langsung antara penderita dengan orang lain. WHO sebagai Organisasi Kesehatan
Dunia telah menetapkan status Covid-19 sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020.
Sedangkan di Indonesia sendiri, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan bahwa di
Indonesia sudah tercatat 2 orang yang terpapar virus corona dengan status positif pada tanggal
2 Maret 2020. Berita tersebut sontak membuat seluruh masyarakat panik dan ketakutan serta
melakukan berbagai upaya untuk terhindar dari penyebaran virus tersebut. Oleh sebab itu,
Presiden Joko Widodo secara tegas menghimbau masyarakat untuk melakukan physical
distancing atau work from home (WFH) untuk memutus rantai persebaran Covid-19.
Penyebaran Covid-19 di dunia khususnya di Indonesia telah memakan banyak korban
dan semakin mempersempit ruang gerak masyarakat. Berdasarkan data Worldometers.info
(25/03/2020) tercatat total pasien posotif corona virus sebanyak 5.584.211 jiwa, dengan jumlah
pasien sembuh 2.362. 812 jiwa dan jumlah pasien meninggal sebanyak 347.631 jiwa.
Sedangkan di Indonesia berdasarkan data covid.go.id (25/03/2020) total pasien positif corona
sebanyak 22.750 jiwa, dengan jumlah pasien sembuh 5.642 jiwa dan jumlah pasien meninggal
1.391. Kemudian, diperketatnya penerapan social distancing dan WFH juga telah menjadi
dampak yang signifikan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pembatasan yang dibuat oleh
1
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Pemerintah telah menciptakan masalah besar bagi masyarakat. Kebijakan WFH dan sosial
distancing telah membuat banyak masyarakat harus kehilangan pekerjaan dan penghasilnya,
dikarenakan banyaknya karyawan yang di PHK dan kegiatan produksi yang di berhentikan
akibat Covid-19 ini. Hal ini menimbulkan krisis ekonomi di kalangan masyarakat menengah
dan ke bawah. Krisis sosial pun ikut ambil andil dalam kasus penyebaran covid-19, dimana
masyarakat masih belum bisa memahami kebijakan Pemerintah mengenai pandemi Covid-19.
Covid-19 telah menyita banyak perhatian masyarakat dunia khususnya Indonesian.
Penyebaran virus corona menjadi masalah bersama yang harus ditangani oleh seluruh elemen
masyarakat. Namun saat ini, pemberlakuan kebijakan untuk memutuskan rantai persebaran
covid-19 masih menuai banyak pro-kontra di kalangan masyarakat akibat kurangnya
pemahaman masyarakat Indonesia dan banyaknya masyarakat yang terdampak akibat dari
kebijkaan tersebut. Di sinilah sangat diperlukan sosok garda terdepan yang mampu
menjembatani pemerintah dengan masyarakat supaya krisis yang terjadi akibat pandemi Covid19 dapat segera teratasi. Mahasiswa sebagai insan penerus bangsa yang kreatif sebagai
pembawa perubahan dan kontrol sosial masyarakat menjadi sosok garda terdepan yang
diharapkan dapat bergerak cepat dalam mengerahkan kemampuannya demi kesejahteraan
bangsa dan negara. Peran serta mahasiswa sangat dibutuhkan dan sangat berpengaruh dalam
kondisi saat ini, yaitu sebagai penyambung lidah antara pemerintah dan masyarakat, serta rekan
kerja Pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan di tengah masyarakat. Sehingga dengan
demikian, masyarakat akan lebih mudah memahami dan terbantu dengan kehadiran mahasiswa
dalam penanganan Covid-19 ini.
2
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
PEMBAHASAN
Covid-19 sebagai bencana dunia telah mengubah tatanan kehidupan baik dalam
pendidikan, kesehatan, sosial politik, agama dan perekonomian. Dapat dikatakan bahwa
munculnya Covid-19 telah melahap habis kehidupan manusia di bumi. Kebijakan sosial
distancing dan WFH semakin diperketat dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
demi memutus rantai persebaran Covid-19 yang jumlahnya meningkat begitu pesat setiap
jamnya. Secara tidak langsung kebijakan ini memang dianggap mempersulit ruang gerak
masyarakat, sehingga tidak jarang banyak masyarakat yang kurang peduli dan pada akhirnya
mereka ikut menyandang status pasien positif Covid-19. Hal ini tentunya membuat pemerintah
dan aparat setempat kewalahan dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat, yang pada
akhirnya meningkatkan jumlah pasien positif covid. Tidak hanya pemerintah, tenaga kesehatan
pun menjadi korban akibat kurangnya pemahaman masyarakat dalam menanggapi kebijakan
pemerintah. Masyarakat berbondong-bondong membeli masker dan hand sanitizer untuk
melindungi diri, sedangkan orang-orang yang seharusnya lebih membutuhkan tidak dapat
memiliki karena harga yang melonjak drastis dan pasokan yang menurun akibat permintaan
yang meningkat.
Masalah terbesar setelah kesehatan manusia yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19
adalah meningkatnya krisis ekonomi dan sosial. Menurut institusi finansial, diprediksikan
bahwa krisis ekonomi yang terjadi akibat pandemi covid-19 menjadi krisis terburuk sepanjang
sejarah. Kebijakan WFH dan sosial distancing telah memberikan dampak yang luas dan
menyeluruh terhadap berbagai bidang pekerjaan, seperti kegiatan industri, wisata, pertanian,
perdagangan, transportasi, restoran, kedai, perhotelan, dan sebagainya. Semakin ketatnya
kebijakan pemerintah menuntut berbagai bidang pekerjaan tersebut harus berhenti beroperasi
dan mengakibatkan jutaan orang harus kehilangan pekerjaan dan meningkatnya angka
pengangguran serta kemiskinan.
Pemerintah secara signifikan memproyeksikan potensi kenaikan angka kemiskinan dan
pengangguran di Indonesia dapat mencapai jutaan orang. Pada prediksi pertama dikatakan
bahwa jumlah kemiskinan akan bertambah sebesar 1,16 juta dan jumlah pengangguran akan
bertambah sebesar 2,92 juta. Prediksi kedua yaitu dikatakan bahwa jumlah kemiskinan akan
bertambah sebesar 3,78 juta dan jumlah pengangguran akan bertambah sebesar 5.23 juta.
Prediksi tersebut ditetapkan berdasarkan waktu yang tidak pasti, namun pada 13 April 2020
Kemenaker telah mencatat sebanyak 2,8 juta orang di PHK akibat pandemi Covid-19 ini.
3
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Berdasarkan informasi dari INDONESIA.GO.ID, penurunan ekonomi Indonesia diakibatkan
oleh perekonomian Tiongkok yang melemah akibat dampak Covid-19 menyebabkan kegiatan
ekspor-impor dan investasi Indonesia – Tiongkok menurun, serta mengalami defisit neraca
perdagangan sebesar US$ 1,8 miliyar pada tanggal 20 Januari 2020. Jika dilihat dari
melemahnya perekonomian Indonesia saat ini, akan menimbulkan kesenjangan pada
masyarakat dan meningkatnya angka kemiskinan karena banyak masyarakat yang tidak
memiliki pekerjaan dan kemungkinan besar banyak masyarakat yang terkena PHK dalam usia
>40 tahun yang sudah tidak memungkinkan untuk melamar pekerjaan kembali setelah pandemi
Covid-19 berakhir. Pada akhirnya Indonesia akan menanggung krisis besar akibat Covid-19
yang semakin meresahkan masyarakat. Maka dari itu selain memutus rantai persebaran Covid19 pada kesehatan masyarakat, perlu adanya tindakan khusus untuk memutus rantai
kemiskinan dan kesenjangan sosial di masyarakat.
Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control berperan penting dalam
menengahi permasalahan Covid-19 saat ini. Mahasiswa merupakan elemen masyarakat yang
tidak dapat dilepaskan dari dinamika suatu bangsa. Mahasiswa telah menjadi catatan sejarah
dalam perubahan kehidupan suatu bangsa. Meskipun perubahan terus terjadi seiring
berjalannya waktu, keberadaan mahasiswa dengan semangat dan idealismenya akan terus
bergerak. Dalam sejarah Indonesia sendiri, mahasiswa telah menjadi pendorong dan penggerak
lahirnya Orde Baru dan Era Reformasi. Mahasiswa dengan kemampuan dan akhlak mulianya
diharapkan dapat menjadi generasi penerus yang dapat menggantikan generasi lama demi
memajukan kesejahteraan bangsa.
Jika dahulu mahasiswa bergerak untuk masalah yang terlihat, saat ini mahasiswa
dihadapkan dengan masalah yang tidak terlihat namun memberikan dampak yang pasti, yaitu
penyebaran Covid-19. Kondisi yang membuat keadaan Indonesia semakin terpuruk pada
berbagai aspek kehidupan. Di sinilah mahasiswa dan potensinya dituntut untuk bergerak cepat
selain mengenal bahaya Covid-19, penentuan strategi yang efektif untuk memutus krisis pada
masyarakat akibat pandemi Covid-19 sangat diperlukan. Mahasiswa yang menempati posisi di
antara pemerintah dan masyarakat berperan untuk menjembatani dan menangani
permasalahan-permasalah yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh pemerintah kepada
masyarakat.
Mahasiswa sebagai kaum muda berpeluang besar dan sangat dibutuhkan dalam
berkontribusi pada penanganan Covid-19. Mahasiswa dapat berkontribusi sebagai relawan
4
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
maupun penyampai aspirasi atau edukasi kepada masyarakat dalam menghadapi pandemi
Covid-19. Mahasiswa juga dapat bergabung dalam berbagai gerakan-gerakan penanganan
Covid-19 di daerah sekitar. Hal-hal tersebut dapat dilakukan mahasiswa untuk mengisi waktu
luang di tengah kuliah online dan karantina wilayah. Sehingga, dengan menggabungkan diri
untuk turut serta mengambil peran dalam masyarakat akan menghindarkan mahasiswa dari
kegiatan-kegiatan tidak bermanfaat atau berdampak buruk bagi dirinya dan orang lain.
Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control dapat melakukan
tindakan atau aksi gerak cepat tangani Covid-19 dalam memutus krisis pada kehidupan
masyarakat dengan beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Melalui organisasi mahasiswa, mahasiswa dapat menghimpun suara masyarakat dan
meneruskannya kepada pembuat kebijakan di daerah masing-masing.
2. Mengajak kampus dan masyarakat untuk berkolaborasi dalam memutus penyebaran
covid-19 beserta dampak yang ditimbulkan pada berbagai aspek.
3. Berpartisipasi aktif menjadi relawan tanggap penyebaran Covid-19 dan dampaknya
dengan seluruh mahasiswa di Indonesia.
4. Mengadakan suatu sosialisasi atau penyebaran informasi mengenai sikap dalam
menghadapi pandemi Covid-19 dan cara untuk mencegah penyebaran Covid-19.
5. Memberikan penyadartahuan kepada kelompok masyarakat yang masih sering
menumpuk masker, dan produk kesehatan lainnya demi kepentingan pribadi. Hal ini
bertujuan supaya masyarakat sadar bahwa melindungi diri tidak harus dengan
mengegoiskan diri. Jika yang sakit tidak memiliki fasilitas memadai untuk melindungi
diri, maka penyebaran ini akan terus terjadi. Oleh sebab itu perlunya pemahaman bagi
masyarakat untuk tidak mementingkan diri sendiri demi keselamatan bersama.
6. Membantu petugas keamanan setempat dalam mengawasi tempat-tempat berkumpul.
Hal ini dikarenakan masih banyak tempat yang dibuka tanpa protokol kesehatan yang
ditetapkan. Jika di dalam tempat tersebut terdapat orang yang ternyata menderita
Covid-19 dan tidak adanya protokol kesehatan di dalamnya, maka penyebaran Covid19 akan semakin mudah. Oleh sebab itu mahasiswa dapat bekerja sama dengan petugas
keamanan setempat untuk mendeteksi dan mengawasi tempat-tempat yang masih
terbuka tanpa adanya protokol kesehatan.
7. Melalui kreativitas dan teknologi yang dimiliki, mahasiswa dapat mengembangkan
informasi mengenai Covid-19 melalui beberapa media untuk menarik perhatian
5
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan dampak yang ditimbulkannya.
Informasi-informasi tersebut dapat dibuat dalam bentuk poster, audio, maupun visual
melalui youtube dan media sosial lainnya.
8. Melakukan penggalang dana dan mengolah dana tersebut menjadi bahan makanan
pokok atau sembako yang akan disalurkan kepada masyarakat rentan atau masyarakat
yang terkena imbas dari pandemi Covid-19.
9. Melakukan gerakan satu juta buku yang dapat didistrubusikan kepada anak-anak SDSMP yang sulit untuk menjangkau pendidikan atau proses belajar akibat dari pandemi
Covid-19 dan keterbatasan pemahaman dan fasilitas akan teknologi.
10. Melalui semangat solidaritas dan pembangun perubahan bagi bangsa, mahasiswa dapat
turun secara langsung untuk bersama-sama membangun gerakan dalam menangani
krisis ekonomi lokal dan krisis ekonomi rumah tangga agar tetap memiliki penghasilan
untuk menghidupi keluarganya. Mahasiswa dapat membuat suatu inisiatif seperti
berikut :
a) Membentuk UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dengan kegiatan
membuat masker kain dan produk lain seperti t-shirt dan totebag. Kegiatan ini
dapat dipromosikan oleh mahasiswa secara langsung maupun online kepada
orang lain. Para pekerja yang bekerja di dalamnya adalah masyarakat yang
terkena dampak pandemi Covid-19. Masker kain ini juga dapat disalurkan
kepada para tenaga kesehatan untuk menutupi keberadaan masker yang semakin
menipis pasokannya. Hasil distribusi masker kain dapat dijadikan sebagai upah
bagi para pekerja, disalurkan sebagai bantuan pangan bagi masyarakat rentan,
dan dikembangkan untuk memproduksi produk lain sehingga banyak
masyarakat rentan tertolong dengan kegiatan ini.
b) Mahasiswa di bidang kesehatan dapat bersatu untuk menangani krisis akibat
Covid-19, dengan melakukan uji coba pembuatan produk hand sanitizer alami.
Pembuatan produk hand sanitizer alami ini juga dapat didistrubusikan kepada
masyarakat luas dan rumah sakit serta tenaga kesehatan. Kegiatan ini untuk
menangani keberadaan hand sanitizer yang semakin mahal di pasaran dan
banyak masyarakat yang tidak mampu membeli. Hasil distribusi hand sanitizer
ini juga dapat dijadikan sebagai dana untuk membantu masyarakat rentan yang
mengalami krisis akibat Covid-19.
6
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
c) Memfasilitasi dan memberikan pengetahuan dalam menggunakan teknologi
bagi para pedagang dan petani yang mengalami krisis ekonomi akibat Covid-19
yang membuat barang dagangannya atau hasil panennya tidak laku. Mahasiswa
dapat memberikan bantuan kepada kelompok masyarakat ini untuk
mempromosikan produknya melalui online, selain lebih mudah juga lebih
aman.
d) Mahasiswa dapat membantu Ojek online yang saat ini terancam sulit
mendapatkan penghasilan, dengan bekerjasama melalui sistem order online.
Barang-barang yang dipromosikan secara online oleh kelompok masyarakat
sebelumnya dapat dikirim/diantar oleh ojek online dan ini akan menambah
penghasilan bagi ojek online tersebut.
11. Mahasiswa dapat mengajak masyarakat kaum muda dan tua untuk berpartisipasi dalam
gerakan #BerbagiMasker kepada para pengendara, petugas keamanan, pedagang, dan
lainnya yang seringkali lupa untuk memakai masker ditengah pandemi Covid-19 ini.
12. Mahasiswa dapat berinisiatif membuat tempat cuci tangan di berbagai tempat khusus,
dengan ketersediaan hand sanitizer dan masker bagi mereka yang belum memakai
masker.
Negara melalui Pemerintah tidak akan mampu berdiri sendiri pada sendi-sendi
masyarakat saat ini. Oleh sebab itu, kehadiran serta peran mahasiswa sangat dibutuhkan untuk
membantu pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan dan memperbaiki tatanan
kehidupan menjadi lebih baik. Krisis yang dihadapi akibat dampak penyebaran Covid-19
adalah tanggung jawab yang harus dihadapi secara bersama dan menyuarakannya dalam aksi
nyata. Masyarakat juga diminta untuk tidak panik tetapi tetap bersikap baik dalam menghadapi
berita-berita hoax mengenai kabar Covid-19, dan lebih bijak sserateliti dalam membaca atau
mendengarkan suatu berita.
7
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
KESIMPULAN
Covid-19 merupakan masalah serius yang dihadapi dunia termasuk Indonesia saat ini.
Penyebaran Covid-19 telah merubah berbagai tatanan kehidupan masyarakat. Penyebaran
Covid-19 juga telah mengambil peran penting dalam meningkatnya krisis yang terjadi di
Indonesia, baik dalam pendidikan, kesehatan, perekonomian, sosial politik, dan agama. Krisis
ekonomi dan sosial menjadi dampak utama dari pandemi Covid-19 ini. Krisis ekonomi telah
berkontribusi pada naiknya angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Krisis sosial
juga sebagai dampak dari kurangnya pemahaman dan penyadartahuan pada masyarakat untuk
tidak mementingkan kepentingan pribadi demi keselamatan bersama.
Menghadapi pandemi yang tengah mengikat dunia saat ini tidaklah mudah. Kebijakankebijakan yang telah dibuat masih selalu dilanggar karena pengetahuan dan kepedulian yang
kurang pada masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan garda terdepan yang menjadi jembatan
antara pemerintah dan masyarakat juga sebagai pendukung dan rekan pemerintah dalam
memerangi dan mencegah penyebaran Covid-19 serta dampaknya pada masyarakat luas.
Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control berperan penting dalam
menanggulangi pandemi Covid-19 dan dampak yang terjadi, karena kedudukan mahasiswa
yang berada di antara pemerintah dan masyarakat. Mahasiswa dengan semangat dan
idealismenya, juga dengan kemampuan dan akhlak mulia yang memiliki dituntut untuk dapat
menangani secara bersama-sama krisis yang dihadapi masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Melalui 12 cara yang telah dijabarkan, maka mahasiswa dapat berperan secara aktif dan kreatif
dalam membantu masyarakat memutus rantai krisis akibat pandemi Covid-19.
8
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Daftar Pustaka
Angga, Stepanus. 2020. Covid 19 SebagaI Pergumulan Eksistensial Manusia Dalam
Eksistensialisme Søren Kierkegaard. Bentang Filsafat. Malang: STFT, Widya Sasana
Malang.
Covid19.go.id. 2020. Data Sebaran Covid19. Diakses dari https://covid19.go.id/ pada 25 Mei
2020.
Fitriyani, Ika., Nining Sudiyarti., dan M. Nur Fietroh. 2020. Strategi Manajeman Bisnis Pasca
Pandemi Covid-19. Indonesian Journal of Social Sciences and Humanities. Vol. 1 No.
2, 2020: 87-95.
Hartati, Puji., dan Susanto. 2020. Peran Pemuda Tani Dalam Pencegahan Penyebaran Covid19 Di Tingkat Petani (Kasus Di Kabupaten Magelang). Journal of Business and
Entrepreneurship. Magelang: Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan,
Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta. Volume 2 No. 2 April 2020.
INDONESIA.GO.ID. 2020, 25 Februari. Dampak Corona Terhadap Ekonomi Indonesia.
Diakses
dari
https://indonesia.go.id/gallery/dampak-corona-terhadap-ekonomi-
indonesia pada 25 Mei 2020.
Kompas.com. 2020, 8 April. Pentingnya Peran Kaum Muda Lawan Virus Corona Pandemi
Covid-19.
Diakses
dari
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/2020/04/08/090200623/p
entingnya-peran-kaum-muda-lawan-virus-corona-pandemi-covid-19 pada 24 Mei
2020.
Kompas.com. 2020, 12 Maret. WHO Resmi Sebut Virus Corona Covid-19 sebagai Pandemi
Global.
Diakses
dari
https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/12/083129823/who-resmi-sebut-viruscorona-covid-19-sebagai-pandemi-global pada 25 Mei 2020.
Putri, Cantika Adinda. 2020, Corona Picu 5 Juta Pengangguran, 3 Juta Orang RI Jatuh Miskin.
Diakses
dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200414162455-4-
151871/corona-picu-5-juta-pengangguran-3-juta-orang-ri-jatuh-miskin pada 25 Mei
2020
9
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
Salsabila, Gina Marsha. 2020. Bela Negara GENERASI Muda Dalam MENGHADAPI Wabah
Virus Covid-19. Jurnal Bela Negara Generasi Muda. Bogor: STIT Insan Kamil Bogor.
Sari, Yulia Indri. 2020. Sisi Terang Pandemi COVID-19. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Katolik Parahyangan.
Semaun, Syahriyah. 2020. Dampak Pandemi Covid-19 ; Stimulus di Tengah Krisis Ekonomi
Global. Diakses dari http://www.iainpare.ac.id/dampak-pandemi-covid-19-stimulusdi-tengah-krisis-ekonomi-global/ pada 24 Mei 2020.
Supriyanto, Bambang. 2020, 30 April. Ini Peran Milenial dalam Mencegah Penyebaran Covid19.
Diakses
dari
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20200430/101/1235107/iniperan-milenial-dalam-mencegah-penyebaran-covid-19 pada 24 Mei 2020.
TribunJogja.com. 2020, 8 April. Geliat Kreativitas dan Kontribusi Mahasiswa di Yogyakarta
Saat
Pandemi
Covid-19.
Diakses
dari
https://jogja.tribunnews.com/amp/2020/04/08/geliat-kreativitas-dan-kontribusimahasiswa-di-yogyakarta-saat-pandemi-covid-19?page=all pada 24 Mei 2020.
Uisi.ac.id. 2020, 15 April. Di Tengah Covid-19, Mahasiswa Bisa Berbuat Apa? Diakses dari
https://uisi.ac.id/read/di-tengah-covid-19-mahasiswa-bisa-berbuat-apa pada 24 Mei
2020.
Worldometers.info.
2020.
Coronavirus
Update.
Diakses
https://www.worldometers.info/coronavirus/ pada 25 Mei 2020.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian
2. Orisinalitas
3. Analisis Masalah dan isi
20,00
27,33
45,16
TOTAL
92,49
10
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19
dari
Download