PERANCANGAN ALAT PENUKAR KALOR PADA SISTEM PEMANAS AIR DENGAN MEMANFAATKAN PANAS BUANG DARI AC SPLIT 0,7 PK Ainun Putri Khasanah (17/410163/TK/45520) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Indonesia merupakan negara tropis dimana pengkondisian udara dengan menggunakan Air Conditioner (AC) menjadi kebutuhan untuk mendapatkan kenyamanan termal. Pengoperasian sistem refrigerasi pada AC, merupakan siklus yang terjadi secara berulang dan melepaskan panas buang ke lingkungan. Untuk memanfaatkan energi yang terbuang, dirancang sebuah sistem pemanas air dengan memanfaatkan panas buang dari AC split berkapasitas 0,7 PK untuk kebutuhan air mandi dari satu orang penghuni ruangan berdimensi 6 x 5 x 4 m 3. Metode yang digunakan dalam perancangan adalah studi literatur untuk mendapatkan variabel pemodelan sistem, dengan melihat berbagai sumber seperti jurnal, buku, dan standar yang ada. Sistem pemanas air menggunakan alat penukar kalor jenis helikal koil dengan pipa tembaga berdiameter luar dan dalam masing-masing sebesar 34,92 mm dan 32,89 mm yang telah memenuhi standar EN 12735-1 untuk R410A sebagai fluida primer. Penukar kalor dengan Panjang pipa 6,132 meter dan jumlah lilitan sebanyak 20 dimasukkan ke dalam sebuah tangki air, dengan volume air sebesar 100 L. Efektivitas dari penukar kalor yang dirancang sebesar 45,6%. Sistem pemanas air memiliki performansi atau COPHP sebesar 4,68 dan sistem refrigerasi memiliki performansi atau COPR sebesar 3,68 yang dihitung dengan selisih entalpi. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemanasan terhadap 100 L air di dalam tangki adalah 3295,44 sekon. Kata kunci : pengkondisian udara, pemanas air, penukar kalor, helikal koil, efektivitas 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu penggunaan energi yang cukup besar di Indonesia adalah untuk sistem pengkondisian udara, yaitu penggunaan mesin refrigerasi khususnya Air Conditioner (AC). Mesin refrigerasi merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan didinginkan) ke area bertemperatur tinggi (temperatur sekitar atau temperatur lingkungan dengan bantuan energi masukan berupa kerja kompresor. Mayoritas mesin refrigerasi untuk keperluan penyejuk ruagan, beroperasi menggunakan siklus refrigerasi kompresi uap (SKU) [1]. Zat yang ada di dalam system refrigerasi untuk mendinginkan ruangan sekaligus untuk menyerap panas dalam ruangan adalah refrigeran (freon). Penggunaan AC sebagai mesin pendingin Gedung atau bangunan yang berukuran kecil sampai sedang mayoritas berupa AC split atau mesin refrigerasi jenis terpisah dengan kapasitas pendinginan yang tidak terlalu besar. Panas yang dihasilkan dari mesin pengkondisian udara pada ruang tertentu tidak dimanfaatkan lebih lanjut, merupakan pembuangan energi yang sia-sia. Hal ini merupakan dasar penelitian pemanfaatan panas buang dari pengkondisian udara. Mengingat bahwa alat pengkondisian udara yang digunakan pada saat ini, mencakup lingkup rumah tangga, perhotelan, gedung pendidikan, sudah merupakan alat biasa dan jumlah pemakaian yang meningkat, maka perlu dilakukan pemanfaatan sumber panas yang dikeluarkan oleh hasil kerja pengkompressian kompressor dari pengkondisian udara menuju kondensor pada rangkaian siklus pendingin. Salah satu bentuk pemanfaatannya adalah dengan merancang sebuah alat penukar kalor untuk sistem pemanas air yang berfungsi untuk memanaskan air sekaligus mendinginkan refrigeran sebelum masuk ke kondensor untuk didinginkan kembali. I.2. Rumusan Masalah Bagaimana rancangan alat penukar kalor untuk sistem pemanas air yang baik dengan memanfaatkan panas buang AC split 0,7 PK? I.3. Batasan Masalah Batasan penelitian ini adalah pada ruang dengan dimensi 6 x 5 x 4 m3 dengan jumlah penghuni satu orang. 2 I.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah : 1. Menghitung desain optimum dari alat penukar kalor untuk sistem pemanas air dengan memanfaatkan panas buang AC split 0,7 PK. 2. Menghitung performansi sistem pemanas air yang dirancang. 3. Menghitung efektivitas dari alat penukar kalor yang dirancang. I.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah : 1. Mengetahui desain optimum dari alat penukar kalor untuk sistem pemanas air dengan memanfaatkan panas buang AC split 0,7 PK. 2. Mengetahui performansi sistem pemanas air yang dirancang. 3. Mengetahui efektivitas dari alat penukar kalor yang dirancang. 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pada penelitian yang dilakukan oleh Frederikus Konrad, dkk yaitu dengan pemanfaatan energi panas pada mesin pengkondisian udara 2 PK sebagai media pemanas air, yaitu dengan menggunakan AC split 18.000 Btu/h dengan tangka air sebagai media yang akan di panasi dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari kompressor menuju kondensor. Daya dari AC sebesar 1.492 watt, dengan diameter pipa yang digunakan 0,25 inchi. Untuk memulai pengujian sistem pemanas air, AC disetting pada kondisi ON, kemudian tangka emanas diisi dengan air sebanyak 20 liter. Langkah selanjutnya yaitu menyalakan AC selama 2 jam, dan kemudian dilakukan pengamaan terhadap suhu tangki pemanas dan tekanan AC. Hasil dari pengujian yang dilakukan yaitu terjadi kenaikan daya actual sebesar 1,357 kW menjadi 1,447 kW. Kalor yang dibuang kondensor menurun dari 154,546 kJ/kg menjadi 152,137 kJ/kg, dengan temperatur yang dihasilkan dari tangki berkapasitas 20 liter adalah 63 ΛC dalam waktu 120 menit [2]. Penelitian selanjutnya, yaitu perancangan tabung water heater pada aplikasi air conditioning (AC) double system 1 PK dengan menggunakan metode studi referensi, ovservasi, dan eksperimen, yaitu dengan melakukan beberapa ujicoba pada alat hasil rancangan dengan variable penelitian yang ditentukan untuk pengambilan data dan beberapa analisis dari sumber studi referensi yang ada. Alat penukar kalor yang dirancang adalah tipe helix (spring) pada tabung water heater dari panas buang pada kompresor dan diperoleh data desain optimum : panjang pipa APK 1,13 meter dengan jumlah lilitan 3,6 dimasukkan dalam tabung dengan volume 3 liter dengan dimensi diameter 27 cm dan tinggi 52 meter [3]. Untuk membandingkan kinerja sistem pendingin yang digunakan pada water heater, I Wayan Sugita, dkk menggunakan alat penukar kalor jenis serpentine dan circular. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data berupa suhu air input, suhu air output, suhu udara, suhu output kompresor, suhu output kondensor, suhu output evaporator, dan suhu permukaan pipa tembaga pada heat exchanger. Sedangkan dalam pengambilan data penunjangnya dilakukan pengambilan data pada tekanan refrigeran, dan arus sistem. Pengambilan data suhu penelitian dilakukan pada tiga tekanan refrigeran yang berbeda, yaitu 80,75, dan 70 psi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat penukar kalor tipe circular memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan tipe serpentine. Efisiensi penukar kalor tipe circular yaitu sebesar 69,34 % pada tekanan refrigeran 70 psi dan untuk tipe serpentine yaitu sebesar 62,8 % pada tekanan refrigeran yang sama [4]. 4 Penelitian yang berkaitan dengan desain alat penukar kalor selanjutnya, dilakukan oleh Reyhan Kiay Demak, dkk yaitu mengenai pengaruh variasi massa refrigeran terhadap kinerja Air Conditioner Water Heater (ACWH), yang merupakan perangkat AC yang dapat memanaskan air menggunakan panas buang yang ditransfer melalui heat exchanger, perangkat heat exchanger menambah panjang jalur distribusi refrigeran sehingga dibutuhkan penyesuaian massa refrigeran dari standar rekomendasi pabrik. Eksperimen dilakukan pada perangkat ACWH dengan heat exchanger tipe helical dengan panjang pipa 9 meter dan variasi massa refrigeran 700 gram, 750 gram, 800 gram, dan 850 gram dimana massa refrigeran rekomendasi dari perangkat AC tersebut adalah 750 gram. Pengujian dilakukan selama 120 menit dengan volume air pada tangka penyimpanan 60 liter. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan kinerja terbaik didapat ketika massa refrigeran sebesar 800 gram dengan peningkatan temperatur 60 liter air panas sebesar 21,4 ΛC dalam waktu 2 jam, dan COP total sebesar 14,5 [5]. 5 BAB III. DASAR TEORI III.1. ALAT PENUKAR KALOR Alat penukar kalor atau heat exchanger merupakan suatu alat yang dapat memberikan fasilitas perpindahan panas dari satu fluida ke fluida lain yang berbeda temperaturnya, serta menjaga agar kedua fluida tersebut tidak bercampur. Proses perpindahan panas yang paling sederhana adalah proses yang terjadi dimana fluida yang panas dan fluida yang dingin secara langsung, dimana kedua fluida akan mencapai temperature yang sama, dan jumlah panas yang berpindah dapat diperkirakan denan menyamakan kerugian energi dari fluida yang lebih panas dengan perolehan energi yang lebih dingin. Macam-macam alat penukar kalor adalah sebagai berikut : a. Pipa konsentris (pipa ganda) Gambar 1. Pipa konsentris parallel flow (kiri) dan counter flow (kanan) Penukar kalor pipa konsentris disebut aliran parallel jika arah aliran fluida panas searah dengan aliran fluida dingin, dan apabila berlawanan arah, disebut counter flow. Penukar kalor jenis ini merupakan jenis yang paling sederhana. b. Cross flow heat exchanger Gambar 2. Cross flow heat exchanger both fluids unmixed (kiri) dan one fluid mixed, one fluid unmixed (kanan) Penukar kalor cross flow terdiri dari beberapa pipa kecil (tube) yang dirangkai menjadi satu dengan menggunakan satu penahan. Fluida cair dialirkan di dalam tube 6 sedangkan fluida gas dialirkan di luar tube. Penukar kalor jenis ini sering digunakan untuk AC dan sistem refrigerasi. c. Shell and tube heat exchanger Gambar 3. Shell and tube heat exchanger Penukar panas jenis ini sering digunakan untuk keperluan proses industri dan instalasi pembangkit daya. Penukar kalor memiliki sebuah tangka besar yang disebut shell, dimana di dalam shell tersusun atas banyak tube. Sebagai penahan tube diberi baffle yang juga berfungsi membelokkan liran perpindahan panas lebih efisien. III.2. SISTEM KERJA AC SPLIT AC split merupakan seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan menjadi lebih rendah suhunya dibandingkan dengan suhu lingkungan sekitarnya. AC split bekerja dengan menyerap panas udara di dalam ruangan yang diinginkan, kemudian melepaskan panas keluar ruangan. Pada sistem AC split, terdapat refrigeran, yaitu suatu senyawa yang berubah fase secara cepat dari uap ke cair dan sebaliknya. Pada saat terjadi perubahan fase dari uap ke cair, refrigeran akan membuang alor (panas) ke lingkungan sekelilingya. Pada prinsipya, sistem AC split terdiri dari empat macam komponen utama, yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporato seperti pada Gambar 4. Gambar 4. Siklus Air Conditioner Split Sistem 7 Gambar 5. Diagram P-h siklus kompresi uap ideal Kompresor bekerja dengan membuat perbedaan tekanan sehingga refrigeran dapat mengalir dari satu bagian ke bagian lainnya dari sistem. Perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah menyebabkan refrigeran cair dapat mengalir melalui ala pengatur refrigeran (alat ekspansi) ke evaporator. Tekanan uap di evaporator harus lebih tinggi dari tekanan uap dalam saluran hisap, agar uap dingin dari evaporator dapat mengalir melalui saluran hisap kompresor [6]. Besarnya kerja kompresi per satuan massa refrigeran bisa dihitung dengan rumus : wkomp = h2 – h1 dimana : wkomp = kerja kompresi (kJ/kg) h1 = entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg) h2 = entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg) Kondensor merupakan penukar kalor yang berfungsi mengembunkan uap refrigeran yang mengalir dari kompresor. Untuk mengembunkan uap refrigeran yang memiliki tekanan dan temperatur tinggi keluaran kompresor, diperlukan usaha untuk melepaskan kalor sebanyak kalor laten pengembunan dengan cara mendinginkan uap refrigeran tersebut. Jumlah kalor yang dilepaskan pada kondensor sama dengan jumlah kalor yang diserap refrigeran di dalam evaporator ditambah kalor yang ekuivalen dengan energi yang diperlukan untuk melakukan kerja kompresi dalam kompresor [6]. Besar panas persatuan massa refrigeran yang dilepaskan di kondensor dinyatakan sebagai berikut : qc = h2 – h3 Dimana : qc = besarnya panas yang dilepas di kondensor (kJ/kg) h2 = entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg) h3 = entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg) 8 Katup ekspansi digunakan untuk megekspansi secara adiabatik cairan refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi hingga mencapai tingkat keadaan tekanan dan temperatur rendah [6]. Proses ekspansi pada katup ekspansi berlangsung secara isoentalpi, yang berarti tidak terjadi penambahan entalpi, namun terjadi penurunan tekanan dan temperatur. Persamaan entalpi dinyatakan sebagai berikut : h 3 = h4 Dimana h3 adalah entalpi refrigeran masuk katup ekspansi (kJ/kg) dan h4 adalah entalpi refrigeran keluar katup ekspansi (kJ/kg). Evaporator dalam sistem refrigerasi berfungsi memindahkan kalor dari zat-zat yang didinginkan menuju refrigeran. Pada kondensor, panas dilepas atau dibuang oleh refrigeran menuju media pendingin atau fluida pendingin kondensor, sedangkan di dalam evaporator, kalor diserap oleh refrigeran dari media yang diinginkan yang dalam sistem AC split merupakan udara lingkungan [6]. Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator per satuan massa adalah : qe = h1 – h4 Dimana : qe = besarnya panas yang dilepas diserap evaporator (kJ/kg) h1 = entalpi refrigeran saat keluar evaporator (kJ/kg) h4 = entalpi refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg) Koefisien kinerja atau efisiensi keja sistem refrigerasi biasa disebut koefisien refrigerasi (COPR). Parameter ini menyatakan kemampuan sistem untuk menyerap kalor dari sistem atau ruangan melalui evaporator per konsumsi daya kompresor. πππππ πππππππππππ COPR = πππππ π¦πππ ππππ’π‘π’βπππ πππππππ ππ = ππ π€ππππ = πΜπ πΜππππ Di sisi lain, terdapat sistem pompa kalor yang berguna untuk memenuhi kebutuhan pemanasan. Sistem pompa kalor memiliki efisiensi kerja sistem pada sisi pemanasan, yang disebut koefisien kinerja pompa kalor/pemanasan (COPHP) πππππ πππππππ ππ COPHP = πππππ π¦πππ ππππ’π‘π’βπππ πππππππ ππ = ππ π€ππππ = πΜπ Μ πππππ III.3. ANALISIS PERPINDAHAN PANAS & DESAIN HEAT EXCHANGER a. Metode beda temperature rata-rata (LMTD) Metode ini dapat digunakan apabila diketahui temperatur masuk dan temperatur keluar diketahui besarnya atau dapat ditentukan dari persamaan kesetimbangan energi. Apabila diketahui hanya temperature fluida masuk, maka penggunaan metode LMTD 9 membutuhkan prosedur coba-coba sehingga tidak praktis digunakan. Untuk aliran fluida yang berlawanan arah, perhitungan LMTD sebagai berikut [7]: Sedangkan apabila aliran fluida dalam heat exchanger merupakan aliran fluida searah, perhitungan LMTD adalah sebagai berikut [7]: Dimana : T1 = Temperatur fluida panas masuk penukar kalor T2 = Temperatur fluida panas keluar penukar kalor t1 = Temperatur fluida dingin masuk penukar kalor t2 = Temperatur fluida dingin keluar penukar kalor Laju perpindahan panas menjadi : Q = U . A . LMTD b. Metode Kern Metode kern merupakan metode yang digunakan untuk perancangan alat penukar kalor tipe shell and tube, dengan tahapan penyelesaian perancangan masih menggunakan cara coba-coba. Tahap perhitungan pada metode kern, dimulai dari menentukan sifat termofisis dari fluida panas dan dingin pada suhu kalorik atau suhu aritmatik. Kemudian, dari persamaan neraca energi, didapatkan besar kalor yang dipindahkan. Dari metode kern, didapatkan luas area perpindahan panas, jumlah tube, kecepatan fluida pada tube, estimasi koefisien film perpindahan panas pada sisi shell, serta koefisien perpindahan panas secara keseluruhan [7]. c. Metode NTU Metode NTU digunakan untuk mendefinisikan efektivitas suatu penukar kalor, yaitu rasio antara laju perpindahan kalor sebenarnya untuk suatu penukar kalor terhadap laju perpindahan kalor maksimum yang mungkin terjadi. Secara umum, efektivitas dapat dinyatakan sebagai berikut [7]: 10 π= π ππππ₯ Sedangkan NTU (Number Of Transfer Units) merupakan parameter yang tidak berdimensi yang secara luas digunakan dalam analisis suatu penukar kalor. Bilangan ini didefinisikan sebagai berikut : πππ = ππ΄ πΆπππ Berikut merupakan tabel persamaan-persamaan hubungan efektivitas untuk alat penukar kalor : Tabel 1. Persamaan efektivitas Tabel 2. Tabel Persamaan NTU 11 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN Pemanfaatan kalor buang dari AC split untuk digunakan sebagai media pemanas air keperluan rumah tangga, dilakukan dengan menggunakan AC split 0,7 PK dengan memodifikasi bagian kondensor atau alat penukar kalor yang digunakan, yang sebelumnya menggunakan udara sebagai media yang menerima kalor, dan diganti dengan air sebagai penerima kalor dari refrigeran keluaran evaporator. Proses perhitungan dilakukan dengan menghitung kinerja keseluruhan komponen sistem, sehingga diketahui besarnya koefisien performansi kinerja siklus refrigerasi (COPR) dan pompa kalor (COPHP), dan lamanya waktu pemanasan air. IV.1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada ruangan dengan dimensi 6 x 5 x 4 m3 dan jumlah penghuni satu orang. IV.2. Metode Penelitian Pengambilan data pada penelitian ini, dilakukan oleh penulis untuk menganalisis perpindahan panas dan desain dari alat penukar panas yang digunakan. Pengambilan data dilakukan oleh penulis dengan metode studi literatur yang dilakukan untuk mendapatkan bahan-bahan acuan yang dibutuhkan pada proses penelitian dengan cara mempelajari bukubuku referensi dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian penulis. IV.3. Komponen Alat yang Digunakan Komponen yang digunakan dalam penelitian adalah sistem Air Conditioner (AC) tipe split dengan daya sebesar 0,7 PK. Unit indoor terdiri dari evaporator, dan unit outdoor terdiri dari kompresor, kondensor, dan pipa kapiler. Untuk memilih merek AC yang digunakan, digunakan pendekatan daya yan digunakan, yaitu penulis memilih tipe AC dengan daya 0,7 PK, dengan menggunakan refrigeran tipe R410A. IV. 4. Variabel Pemodelan Sistem Tabel 3. Variabel Pemodelan Sistem No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Keterangan PK AC Suhu operasi Suhu lingkungan Kelembaban relatif Tekanan evaporator Variabel Top Tling %RH P4 Nilai 0,7 23,2 ΛC 30,52 ΛC 75% 0,80 Mpa Tekanan heat exchanger P2 3,07 Mpa Theoretical Characteristics of Refrigeration Cycle from Daikin [8] 12 Sumber Perhitungan berdasarkan NIF penulis Perhitungan berdasarkan NIF penulis Perhitungan berdasarkan NIF penulis Perhitungan berdasarkan NIF penulis Theoretical Characteristics of Refrigeration Cycle from Daikin [8] 7. Daya aktual kompresor πΜ elkompresor 0,521 kW 8 Suhu air masuk ke dalam heat exchanger TIN2 26 ΛC 9. TOUT2 45 ΛC 10. Suhu air keluar dari heat exchanger Kalor spesifik udara Cp udara 11. Volume air Vair 1,0065 kJ/kgK 100 L 12. Massa air mair 100 kg https://www.wikikomponen.com/kalkulatoruntuk-menghitung-konversi-satuan-pk-atauhp-ke-watt/ Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing Tabel Properti untuk Udara SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing dengan penghuni 1 orang, dan asumsi dua kali mandi sehari - IV. 5 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Pustaka Pengumpulan Data Perhitungan Analisis Perpindahan Kalor pada Sistem Penentuan Jenis HE Perhitungan Analisis Desain HE Hasil dan Kesimpulan Selesai 13 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Analisis Perpindahan Kalor pada Sistem Untuk menganalisis besarnya kalor dari udara yang diserap oleh evaporator, digunakan persamaan berikut : qe = Cpudara (Tling – Top) = 1,0065 kJ/kgK [(30,52+273)K – (23,2+273)K] = 7,368 kJ/kg Pada evaporator terjadi proses evaporasi, secara isobar termal, dengan tekanan yang konstan, yaitu P4 = P1, yaitu 0,80 Mpa. Pada tekanan 0,80 Mpa, di fase saturated vapor, dapat ditentukan suhu refrigeran yang keluar dari evaporator (T1), entalpi refrigeran keluar dari evaporator (h1), dan entropi refrigeran keluar dari evaporator (s1) yaitu masing-masing sebesar 0,138ΛC, 422,54 kJ/kg, dan 1,8144 kJ/kgK yang merupakan hasil interpolasi pada tekanan 796,5 kPa dan 822,1 kPa yang didapat dari tabel termodinamic properties untuk R410A. Langkah selanjutnya, adalah menentukan besarnya entalpi yang keluar dari kompresor. Pada kompresor, terjadi proses kompresi isentropik adiabatik, dimana s1 = s2, dengan tekanan (P2) sebesar 3,07 Mpa. Besarnya s2 yaitu 1,8144 kJ/kgK. Dengan menggunakan dua variabel independent, yaitu P2 dan s2, maka dapat diketahui refrigeran yang keluar dari kompresor berada pada fase superheated vapor, dengan besar entalpi (h2) dan suhu (T2) dari refrigeran, dihitung metode interpolasi sebagai berikut : Pada tekanan 3000 kPa dan entropi 1,8144 kJ/kg, perhitungan h2 yaitu : β2 − 452,8 1,8144 − 1,7972 = => β2 = 458,69 ππ½/ππ 460,3 − 452,8 1,8191 − 1,7972 Pada tekanan 3200 kPa dan entropi 1,8144 kJ/kg, perhitungan h2 yaitu : β2 − 456,4 1,8144 − 1,8025 = => β2 = 460,53 ππ½/ππ 463,9 − 456,4 1,8241 − 1,8025 Maka, pada tekanan 3070 kPa, dengan entropi 1,8144 kJ/kg, h2 adalah : β2 − 458,69 3070 − 3000 = => β2 = 459,33 ππ½/ππ 460,53 − 458,69 3200 − 3000 Menggunakan metode yang sama dengan perhitungan h2, diperoleh besarnya T2 yaitu 70,23ΛC. Dengan demikian, besarnya kerja kompresi per satuan massa refrigeran bisa dihitung dengan rumus : wkomp = h2 – h1 = 459,33 kJ/kg – 422,54 kJ/kg = 36,79 kJ/kg Besarnya Welkompresor yang merupakan daya aktual kompresor, diketahui dari PK AC yaitu sebesar 0,521 kW, sehingga besarnya laju alir massa refrigeran yang mengalir dalam sistem dapat diketahui dengan persamaan berikut : πΜref = πΜπππππππππ ππ π€ππππ = 0,521 ππ½/π 36,79 ππ½/ππ 14 = 0,014 ππ/π Langkah selanjutnya, yaitu perhitungan perpindahan kalor pada kondensor. Pada kondensor, terjadi proses kondensasi, dengan pendinginan isobar, dimana tekanan refrigeran sebelum dan sesudah masuk kondensor adalah constant (P2 = P3 = 3,07 Mpa). Refrigeran yang bertekanan dan bersuhu tinggi keluaran dari kompresor akan berubah fasa menjadi cair, dimana fasa dari refrigeran keluardari kondensor diasumsikan saturated liquid. Maka, besarnya T3 dan h3, merupakan temperatur saturasi dan entalpi saturated liquid (hf) di tekanan 3,07 Mpa, yang masing-masing sebesar 50,12ΛC dan 287,16 kJ/kg. Pada katup ekspansi, terjadi proses ekspansi secara isoentalpi, dimana besarnya h3 = h4, yaitu 287,16 kJ/kg. Besarnya panas per satuan massa refrigeran yang dilepas di kondensor dinyatakan sebagai berikut : qc = h2 – h3 = 459,33 kJ/kg – 287,16 kJ/kg = 172,17 kJ/kg Besarnya perpindahan panas yang diterima oleh air sebagai fluida sekunder di kondensor, dapat dihitung dengan persamaan berikut : qair = mair x CH20 x βTair = 100 kg x 4,18 kJ/kgK x [(45+273)K –(26+273)K] = 7942 kJ Sedangkan besarnya panas per satuan waktu yang diterima oleh air sama dengan besarnya panas persatuan waktu, yang dilepas oleh refrigeran di kondensor, dan dinyatakan sebagai berikut : ππ πΜπππ = πΜref x (h2 – h3) = 0,014 π π₯ 172,17 kJ/kg = 2,41 kJ/s Maka, lama pemanasan air sebanyak 100 L, dapat diketahui yaitu : π‘πππππππ ππ = ππππ 7942 ππ½ = = 3295,44 π ππππ = 0,92 πππ Μ 2,41 ππ½/π π πππ Untuk mengetahui performansi dari sistem, dapat dihitung besarnya COPR dan COPHP, sebagai berikut : COPR = πππππ πππππππππππ πππππ π¦πππ ππππ’π‘π’βπππ πππππππ ππ = ππ π€ππππ = 7,368 ππ½/ππ 36,79 ππ½/ππ = 0,2 Oleh karena perhitungan beban pendinginan dengan menggunakan selisih temperatur dianggap kurang akurat, maka dapat dihitung dengan selisih entalpi, sehingga COPR menjadi : kJ COPR = πππππ πππππππππππ πππππ π¦πππ ππππ’π‘π’βπππ πππππππ ππ = ππ π€ππππ = (β1 − β4 ) π€ππππ = kJ 422,54kg−287,16kg 36,79 ππ½/ππ = 3,68 Selanjutnya, adalah perhitungan koefisien performansi pompa kalor untuk pemanasan, yaitu : COPHP = πππππ πππππππ ππ πππππ π¦πππ ππππ’π‘π’βπππ πππππππ ππ 15 = ππ π€ππππ = 172,17 ππ½/ππ 36,79 ππ½/ππ = 4,68 V.2 Analisis Desain Alat Penukar Kalor Langkah pertama sebelum menentukan tipe alat penukar kalor yang digunakan, adalah menentukan laju perpindahan kalor yang terjadi, antara dua fluida yaitu fluida primer (R410A), dan fluida sekunder (air) di dalam alat penukar kalor yang akan didesain. Laju perpindahan kalor adalah sebagai berikut : ππΜ = πΜπππ π₯ (β2 − β3 ) = 0,014 ππ ππ½ ππ½ π₯ 172,17 = 2,41 = 8223,261 π΅π‘π’/β π ππ π Setelah diketahui besarnya laju perpindahan kalor, untuk menghitung luas perpindahan kalor secara desain, dibutuhkan variabel koefisien perpindahan kalor total yang diasumsikan (U D). Penentuan UD, dilakukan dengan acuan Tabel 8 pada Process Heat Transfer oleh Kern [7], sebagai berikut : Tabel 4. Koefisien Perpindahan Kalor total pada Heat Exchanger Dikarenakan R410A dan air pada suhu 26ΛC memiliki viskositas yang kurang dari 0,5 centipoise, maka diasumsikan besarnya Ud adalah 50 Btu/hft2ΛF yang terletak pada rentang light organics (hot fluid) to light organics (cold fluid). Setelah UD ditentukan, besarnya A (heat transfer area) ditentukan dengan persamaan berikut : A= LMTD = ππΜ ππ· πΏπππ· π₯ πΉπ (T1 - t2) - (T2 - t1) (70,23ΛπΆ−45ΛπΆ)−(50,12ΛπΆ−26ΛπΆ) = = 24,67ΛC = 76,406ΛF (70,23ΛπΆ−45ΛπΆ) (T1 - t2) ln (50,12ΛπΆ−26ΛπΆ) ln (T2 - t1) Untuk menghitung besarnya faktor koreksi (FT) menurut Kern [7], menggunakan persamaan berikut : 16 Dimana R = 19 (T 1 − T 2) 20,11 (t 2 − t1) = = 1,06 dan S = = = 0,43 maka didapatkan FT 19 (t 2 − t1) (T 1 − t1) 44,23 sebesar 0,88. Dengan demikian, besarnya luas perpindahan kalor (A) dapat dihitung sebagai berikut : A= ππΜ ππ· πΏπππ· π₯ πΉπ = 8223,261 π΅π‘π’/β 50 Btu hft2ΛF x 76,406ΛF x 0,88 = 2,44 ππ‘ 2 Dikarenakan luas perpindahan kalor yang lebih kecil dari 200 ft2, maka penukar kalor jenis shell and tube tidak bisa digunakan. Untuk perancangan alat penukar kalor, penulis memilih menggunakan jenis helikal koil, dengan pemilihan pipa yang digunakan yaitu pipa tembaga dengan diameter luar (do) = 34,92 mm dan diameter dalam (di) sebesar 32,89 mm, sesuai dengan standar EN 12735-1 untuk R410A dengan tekanan kerja yang mendekati 3070 kPa pada temperature 50ΛC dan 800 kPa pada temperatur 70ΛC [9]. Dalam memperkirakan panjang pipa (L) yang digunakan, dibutuhkan asumsi-asumsi yaitu volume air yang akan dipanaskan sebesar 100 L dengan massa air 100 kg, dari temperatur TIN2 = 26ΛC menjadi TOUT2 = 45ΛC seperti pada Tabel 3. Dengan demikian, diperoleh βT untuk air, yaitu sebesar 19ΛC dengan waktu pemanasan 0,92 jam seperti yang telah dianalisis pada sub bab V.1. Dengan nilai panas jenis air, cair = 4200 J/kgΛC, maka pemanasan air memerlukan energi sebesar : π½ W = ππππ π₯ππππ π₯βπ = 100 ππ π₯ 4200 ππ β π₯ 19β = 7,98 ππ½ Nilai dari koefisien perpindahan panas pada sisi luar pipa (ho) ditentukan sebagai berikut : ho = π π ππ πΏ βπ βπ‘ = 7,98 π₯ 106 π½ π π₯ 0,03492 πππ‘ππ π₯ πΏ π₯ 19β π₯ 3295,44 π ππππ = 1151,75 πΏ (W/m2ΛC) Untuk menghitung daya yang disisipasikan oleh penukar kalor, yaitu Qcoil, dibutuhkan variabel-variabel yaitu laju alir massa refrigeran sebesar 0,014 kg/s, suhu refrigeran masuk alat penukar kalor, yaitu Tcin sebesar 70,23ΛC dan suhu refrigeran keluar alat penukar kalor yaitu Tcout sebesar 50,12ΛC, dan suhu rata-rata atau Ta diasumsikan sebesar 49ΛC atau 322,15 K sesuai hasil analisis pada sub bab V.1. Variabel lain adalah panas jenis uap R410A yang didapatkan dari persamaan pada tabel properti R410A [10], yaitu : 17 Gambar 6. Kapasitas kalor spesifik R410A Dengan menggunakan suhu rata-rata R410A yang masuk dan keluar penukar kalor dan persamaan ideal gas heat capacity at constant pressure, diperoleh cref sebesar 0,84282 kJ/kgK. Maka, besar daya yang disisipasikan oleh penukar kalor adalah sebagai berikut : Qcoil = πΜ ππππ π₯ ππππ π₯ (ππππ − ππππ’π‘) = 0,014 (50,12 + 273,15)πΎ = 0,2373 ππ½ π ππ π ππ½ π₯ 0,84282 πππΎ π₯[(70,23 + 273,15)πΎ − = 0,2373 ππ = 237,3π Resistansi termal, Rth, dihitung dihitung dengan persamaan berikut : Rth = ππππ−ππππ’π‘ ππππ−ππ πππππ ln(ππππ’π‘−ππ) = (70,23−50,12)β (70,23−49)β 237,3 π ln(50,12−49)β = 0,0288 β/π Untuk menghitung bilangan Reynolds, digunakan parameter refrigeran yaitu densitas pada tekanan 3070 kPa dan suhu rata-rata 49ΛC yang didekati dengan tekanan 3000 kPa dan suhu 49,26ΛC yaitu sebesar 135,14 kg/m3 pada tabel properti R410A [10]. Parameter lainnya yaitu viskositas, yang didapatkan pada suhu rata-rata 49ΛC, yaitu sebesar 0,0175 cP dengan melihat grafik saturated vapor viscosity pada tabel properti R410A [11]. Besarnya laju kecepatan refrigeran, v, yaitu : π£= πΜππππ π0,25πππ 2 = 0,014 ππ/π ππ 135,14 3 π₯0,25π₯ππ₯0,032892 π4 π = 0,122 π/π Bilangan Reynolds, Re : Re = ππ£ππ π = ππ π3 0,122π π₯ 0,03289 π π −3 0,0175 π₯ 10 πππ 135,14 π₯ 18 = 30986,29 Bilangan Prandtl untuk R410A dihitung dengan parameter kreff sebesar 0,0123 Btu/hrftΛR atau ππ 0.000021273799629 ππΎ dengan rumus berikut : ππ½ Pr = π πΆππππ πππππ = 0,0175 π₯ 10−3 πππ π₯ 0,84282πππΎ ππ 0.000021273799629ππΎ = 0,693 Dengan menetapkan diameter heliks (Di), sebesar 0,1 meter maka bilangan Nusselt bisa dihitung dengan persamaan : ππ Nu = 0,023 π₯ π π 0,85 π₯ ππ 0,4 π₯ (π·π )0,1 = 116,74 Nilai hi (koefisien perpindahan panas pada sisi dalam pipa) dihitung dengan persamaan : hi = ππ’ π₯ πππππ ππ = 116,74 π₯ 0,021273 π/πΛπΆ 32,89 π₯ 10−3 π = 75,51 π/π2 β Nilai dari panjang pipa (L) dapat diketahui dengan menyelesaikan dua persamaan, yaitu : ho = 1151,75 πΏ (W/m2ΛC) dan Dengan Ai = π π₯ 32,89 π₯ 10−3 π π₯ πΏ = 0,1033πΏ (π2 ), dan Ao = π π₯ 34,92 π₯ 10−3 π π₯ πΏ = 0,1097πΏ (π2 ), dan konduktivitas termal pipa tembaga (k) sebesar 400 W/mΛC, sehingga didapatkan nilai L sebesar 6,132 meter. Jumlah lilitan pipa (N) yang membentuk helical dihitung sebagai berikut : πΏ N = ππ·π = 6,132 πππ‘ππ π 0,1 πππ‘ππ = 19,5187 πππππ‘ππ ≈ 20 πππππ‘ππ Besarnya efektivitas dari penukar kalor yang dirancang, dapat diketahui dengan metode NTU, sebagai berikut : π= ππππ‘π’ππ ππππ₯ = πΆππππ π₯ (πππππππ−πππππ ππ’π‘) πΆπππ π₯ (πππππ ππ−ππππππ) , dimana cmin merupakan nilai terkecil diantara creff dan cair. Nilai creff adalah 0,84282 kJ/kgK dan cair pada suhu 26ΛC adalah 4,15 kJ/kgK. Maka, efektivitas dari penukar kalor adalah : π= ππ½ 0,84282 πππΎ π₯[(70,23 + 273,15)πΎ − (50,12 + 273,15)πΎ] ππ½ 0,84282 πππΎ π₯ [(70,23 + 273,15)πΎ − (26 + 273,15)πΎ] 19 = 0,456 = 45,6% BAB VI. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan antara lain : 1. Alat penukar kalor atau heat exchanger yang dirancang, merupakan jenis helikal koil, dengan menggunakan pipa tembaga yang memiliki diameter luar dan dalam masingmasing sebesar 34,92 mm dan 32,89 mm dengan fluida primer berupa R410A dan fluida sekunder berupa air. Pipa tembaga yang digunakan telah memenuhi standar EN 127351 pada Kembla Copper Tube untuk R410A. Penukar kalor dimasukkan ke dalam sebuah tangki air, dengan Panjang pipa tembaga yang digunakan adalah 6,132 meter dengan jumlah lilitan sebanyak 20. 2. Sistem pemanas air dengan memanfaatkan kalor buang dari AC split 0,7 PK memiliki performansi sebesar 4,68 sesuai dengan besar COPHP yang dihitung, sedangkan untuk sistem refrigerasinya sendiri, memiliki performansi atau COPR sebesar 3,68 dengan perhitungan selisih entalpi. 3. Alat penukar kalor yang dirancang, memiliki efektivitas sebesar 45,6%. BAB VII. DAFTAR PUSTAKA A. Aziz, J. Harianto, dan A. Mainil Kurniawan, “POTENSI PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA KONDENSOR AC SENTRAL UNTUK PEMANAS AIR HEMAT ENERGI,” J. Mek., vol. 6, no. 2, hlm. 569–576, Jul 2015. [2] F. Konrard, S. Pradana, dan S. Sari Poernomo, “Pemanfaatan Energi Panas pada Mesin Pengkondisian Udara 2 PK Sebagai Media Pemanas Air Mandi,” J. Mech., vol. 6, no. 1, hlm. 15– 27, Mar 2015. [3] G. Willis Renggani dan A. Farid, “PERENCANAAN TABUNG WATER HEATER PADA APLIKASI AIR CONDITIONING (AC) DOUBLE SYSTEM 1 PK,” J. Tek. Mesin, vol. 14, no. 1, hlm. 1–6, Apr 2017. [4] I. W. Sugita, R. D. Budi Syaka, dan D. E. Saputro, “PERBANDINGAN KINERJA SISTEM PENDINGIN YANG DIGUNAKAN UNTUK WATER HEATER DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SERPENTINE DAN CIRCULAR,” J. Konversi Energi Dan Manufaktur UNJ, hlm. 33–36, Apr 2017. [5] K. R. Demak, Mustafa (last), dan H. M. Basri, “PERBANDINGAN KINERJA SISTEM PENDINGIN YANG DIGUNAKAN UNTUK WATER HEATER DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SERPENTINE DAN CIRCULAR,” SNITT-Politek. Negeri Balikpapan, 2017. [6] S. P. Sari, T. Achirudin, dan Irdiyansyah, “Kajian Awal Analisis Kalor Buang Kondensor Pendingin Ruangan sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif,” J. Energi Dan Manufaktur Univ. Gunadarma Jkt., vol. 9, no. 2, Oktober 2016. [7] D. Kern, Process Heat Transfer. McGraw-Hill Book Company Japan, 1950. [8] Daikin, “Daikin_R32_Handling_Brochure_EN.” Daikin Chemical Europe GmbH, [Daring]. Tersedia pada: https://www.daikinchem.de/sites/default/files/pdf/Refrigerants/Daikin_R32_Handling_Brochure _EN.pdf. [9] Kembla Copper Tube, “AIR CONDITIONING & REFRIGERATION COPPER TUBE AS/NZS 1571 ASTM B280 BSEN 12735.” MM Kembla, 2019. [10] Chemours, “Freon 410A Refrigerant Thermodynamic Properties.” Chemours Company FC, 2019. [11] Chemours, “Freon 410A Transport Properties Grafik.” Chemours Company FC. [1] 20