ASPEK KEPERILAKUAN PADA AUDIT INTERNAL Metode Penelitian Kualitatif Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keprilakuan Pengampu : Salihi, S.E.,M.Ak MAKALAH Oleh : 1. 2. 3. 4. Apriadi Pardosi Siti Rondiah Theresia Anggraeni T. Yuli Elisabeth B. 18622102 18622130 18622135 18622141 PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN TANJUNGPINANG 2021 KATA PENGANTAR Alhamdulillah atas segala karunia Allah SWT, karena atas izinNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keprilakuan berjudul aspek keperilakuan pada audit internal. Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan banyak dukungan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Salihi, S.E.,M.Ak selaku dosen mata kuliah Akuntansi Keperilakuan. 2. Orangtua kami yang banyak memberikan dukungan serta doa. 3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Ucapan maaf kami ucapkan pada para pembaca apabila di dalam makalah ini terdapat kata yang kurang berkenan. Tanjungpinang, 09 Juni 2021 Penulis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor. Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan catatan-catatan suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi organisasi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi antara orang yang dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi dengan para auditor. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa yang mencakup Audit Internal ? 1.2.2 Bagaimana memotivasi pihak yang diaudit ? 1.2.3 Bagaimana hubungan dengan gaya manajemen ? 1.2.4 Bagaimana pengelolaan konflik ? 1.2.5 Bagaimana masalah-masalah hubungan ? 1.2.6 Bagaimana karakteristik umum individu ? 1.2.7 Bagaimana kesadaran pada diri sendiri ? 1.2.8 Bagaimana komunikasi secara efektif ? 1.2.9 Bagaimana pelaksanaan audit partisipatif ? 1.2.10 Bagaimana penggunaan pengetahuan keperilakuan dalam audit ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Audit Internal Sejarah Audit Internal Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai “adik” dari profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas control, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan public maupun privat. Pengertian Audit Internal Menurut Sukrisno Agoes (2004:221), internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuanketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain. Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan. Definisi audit internal menurut IIA (Institute of Internal auditor) yang dikutip oleh Boynton (2001:980) yakni: ”Internal auditing is an independent, objective Tujuan Audit Internal Menurut Hiro Tugiman (2006:11) tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar. Menurut Sukrisno Agoes (2004:222), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut: 1) Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. 3) Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan. 4) Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya. 5) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen. 6) Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas. 2.2 Memotivasi Pihak Yang Diaudit Motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal. Dalam teori motivasi, dikenal dengan lima kebutuhan pokok Maslow. Dua dari kebutuhan pokok tersebut adalah keinginan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat melayani auditor internal secara baik. 1. Kebutuhan Menjadi Bagian dari Organisasi Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi. Para auditor diminta untuk mendekati pihak yang diaudit dengan bahasa yang memperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta dengan mempercayai pihak yang diaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai melalui jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan dicerminkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit. 2. Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain Kebutuhan akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasikan bidang – bidang yang bermasalah, membantu dalam investigasi terhadap kinerja, serta mengembangkan tindakan – tindakan korektif. Aspek terpenting disini adalah auditor mengidentifikasikan tindakan – tindakan pihak yang diaudit secara langsung sebagai bagian dari usaha audit. Pihak yang diaudit biasanya akan menerima rasa hormat dan respons manajemen melalui penerapan audit yang merupakan bagian dari manajemen yang berpengaruh dalam melakukan perbaikan operasional manajemen. 2.3 Hubungan Dengan Gaya Manajemen Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Keempat gaya manajemen tersebut yaitu : a. Gaya mengarahkan Gaya mengarahkan berarti pemimpin memberikan intruksi spesifik dan mengawasi penyelesaian pekerjaan dari dekat. Pada gaya pertama, aturan-aturan manajemen dipatuhi secara sangat ketat. Auditor seharusnya tidak membuat ikatan-ikatan dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi, sehingga harus ambil langkah lain. b. Gaya melatih Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan mengawasi penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan, menawarkan saran, dan mendukung kemajuan bawahannya. c. Gaya mendukung Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya bawahan untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam pembuatan keputusan dengan bawahan. d. Gaya mendelegasikan Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung jawab pembuatan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara relative utuh. Bila audit dilakukan menggunakan pendekatan audit tradisional, maka auditor akan mempercayai atau mau membantu audit tersebut secara penuh. Auditor sebaiknya memilih pendekatan yang membuatnya dapat berhubungan dengan kelompok pihak yang diaudit. Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen dari pihak yang diaudit akan menyebabkan audit kesulitan dalam perolehan bantuan serta kerja sama secara sukarela. 2.4 Pengelolaan Konflik Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit (Chambers at al., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik dapat terjaadi dalam hal – hal seperti berikut : a. Lingkup seperti terhadap manajemen. b. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal. c. Tanggung jawab seperti layanan manajemen. d. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang diaudit. Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung mempertahakan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung mempertahankan lembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang auditor bekerja pada suatu lembaga bisnis professional, yang dikelilingi oleh suatu birokrasi, konflik dan hilangnya nilai – nilai serta norma – norma profesionalisme akan muncul. Di pihhak lain, sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan lingkungan anggota seprofesi sering kali dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang dimunculkan oleh satu atau beberapa orang professional yang mempertahankan nilai – nilai profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik. Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap auditor dan dapat kesimpulan menyatakan bahwa: 1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi dibandingkan dengan konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja dilingkungan organisasi bisnis bukan profesi. 2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding terbalik dengan posisi individu dalam suatu birokrasi. 3. Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan berhubungan secara positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja.Konflik akan muncul ketika di dalam organisasi bisnis profesional terdapat sebagian orang yang memegang teguh nilai –nilai profesionalismenya, sementara sebagian lainnya tidak bahkancenderung untuk menghilangkan nilai – nilai tersebut. Ada empat metode khususyang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik: 1) Arbitrasi Pada metode ini, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi tersebut. Hanya saja banyak pihak yang tidak menggunakan metode ini karna masalah biaya yang dianggap mahal. 2) Mediasi Metode terbaik lainnya adalah mediasi, mediasi merupakan metode kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan seorang juri senderung memegang teguh kepentingan-kepentingan organisasi. 3) Kompromi Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat dikompromikan. 4) Langsung Keempat metode tersebut mencoba untuk mencapai suatu posisi yang dianggap adalah yang terbaik bagi organisasi.Metode tersbut tidak selalu mencoba untuk meredakan perasaan dari masing – masing kelompok yang mengalami konflik.Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat di kompromikan.Metode terbaik lainnya yaitu mediasi.Mediasi merupakan jenis metode kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan sseorang juri cenderung memegang teguh kepentingan – kepentingan organisasi.Pada metode arbitrasi, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi tersebut. 2.5 Masalah-Masalah Hubungan Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep – konsep tersebut merupakan perilaku langsung dan kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk semua hubungan singkat perusahaan. Konsep tersebut meliputi : a. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat – sifat dasar individu. Auditor seharusnya menyadari adanya perbedaan ini dan mempertimbangkan dalam kaitannya dengan karyawan pihak yang diaudit. b. Pengaruh terbesar terhadap perasaan - perasaan dan emosi seharusnya juga dipertimbangkan. Auditor seharusnya mengidentifikasi keberagaman peranan dan mencoba menangani hal tersebut secara efektif. c. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan. Staf pihak yang diaudit tidak memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh stf audit. Beragam pengalaman, pendidikan, dan lingkungan dari kedua kelompok menghasilkan dikotomi terhadap sikap dan interprestasinya.Perbedaan ini dapat berdampak serius pada komunikasi dan dapat menjadi sumber yang konstan dari sikap –sikap yang kurang menyenagkan jika tidak di pertimbangkan secara hati – hati. d. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan. Variasi dari apa yang disebut sebagai kelompok dinamis menghasruskan auditor untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika melakukannya dengan kelompok yang lebih luas. Hal disebabkan karena banyak pendekatan teknis yang tidak mengintegrasikan seluruh variasi perilaku. e. Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagi suatu variasi akhir. Setiap perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang.Auditor seharusnya memasukkan variasi ini ke dalam pertimbangan pada hubungan interpersonal. 2.6 Karakteristik Umum Individu Brink dan Witt (1982) juga telah membuat suatu daftar mengenai karakteristik kelompok individu dari orang-orang yang beradadalam berbagai tingkatan. Auditor seharusnya mempertimbangkan hal tersebut karena hal ituberpengaruh terhadap kepribadian,sikap,dan aktivitas. Pengetahuan dan pertimbangan atas perbedaan inidapat membantu untuk memastikan hubungan yang lebih harmonis. Pada umumnya sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individudari pihak yang diaudit meliputi : 1. Menjadi Produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna. 2. Mempunyai dorongan kearah dedikasi terhadap suatuusaha yang dianggap penting. 3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu lain. 4. Bebas untukmemilihguna mendapatkan indenpendensi dan kebebasan pilihan. 5. Memiliki sifat yang adil dan jujur. 6. Memiliki bias pada diri sendiri,tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji dibandingkan dengan kritik. 7. Mencari kepuasan diri sendiri. 8. Memiliki nilai untukmendapatkan imbalan atas usahanya. 9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik. 10. Menjadi bagian tim yang sukses. 11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain. 12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri. 13. Lebih cenderung untuk sensitive dibandingkandengan membantu orang. 2.7 Kesadaran Pada Diri Sendiri Dalam suatu situasi dimana terdapat banyak hubungan interpersonal sebagaimana yang terdapat didalam audit internal, merupakan hal penting untuk menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandabg diri sendiri sebagaimana orang lain memandangnya (Ratclff et al,1988). Beberapa elemen utama dari aspek yang terpenting kondisi ini adalah: 1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam berhubungan secara mental ,fisik dan karakterisrik pribadi. 2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja. 3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalamlingkungan relative yang dimilki seseorang dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok organisasi yang luas. 4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan- kebutuhan orang lain 5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang. 6. Suatau perasaan keterpaduan yangberasal dari kepercayaan bahwa seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis. 2.8 Komunikasi Secara Efektif Komunikasi ini terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, laporan tertulis. Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan cara yang positif untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dalam menjalankan audit. Terdapat unsur-unsur yang dipresentasikan baik secara lisan maupun tulisan yang dipertimbangkan untuk memiliki hubungan perilaku yang baik unsur tersebut adalah : 1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari manajemen. 2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahan-kesalahan dari pihak yang diaudit. 3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan baik secara verbal maupun tertulis. 4. Ketika memberikan saran pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit sebab hal ini berimplikasi kepadaanggapan mereka . 5. Mengijinkan pihak yang diaudit untuk melakukan perubahan dalam bahasa laporan sepanjang tidak mengubah subtansinya. 6. Jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas, karena auditor mencari fakta dan tidak bertindak sebgai seorang penasihat yang berhungan dengan moral. 7. Menjaga laporan dan memberikan keadilan. 8. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuanya. 9. Mengizinkan paihak yang diaudit sepanjang proses penyusunan laporan untuk mengungkapkan pendapat 10. Sopan dengan seluruh tingkatan staff pihak yang diaudit dan menyambut manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat. 11. Melakukan pertemuan dan wawancara dikantor pihak yangdiaudit. 12. Mempertimbangkan kemungkinatekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit. 2.9 Pelaksanaan Audit Partisipatif Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang baik berasal daripendekatan keprilakuan. Elemen keprilakuan tersebut meliputi: 1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diadit bidang mana yang akan diaudit. 2. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai. 3. Perolehan persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi 4. Dapatkan persetujuan atas isi laporan 5. Memasukan informasi nyata pada laporan audit. Partisipasi didalam audit membantu memecahkan berbagai permasalahan dan mengordinasikan tindakan korektif.Seluruh keberhasilan diatas tergantung pada kredibilitas auditor atas kekejujuran. 2.10 Penggunaan Pengetahuan Keperilakuan Dalam Audit Secara umum penanganan keperilakuan organisasi adalah akibat dari berbagai hal berikut: a. Kondisi, pada umumnya kualitas dri struktur pengendalian internal. b. Motivasi atau kebutuhan dari karyawan kantor untuk membentuk etika dan kejujuran. c. Sikap atas dasar karakteristik pribadi dari seluruh tingkatan karyawan. Diasumsikan bahwa para auditor internal dalam setiap pekerjaannya selalu berhubungan dengan karyawan – karyawan yang ada diorganisasi. Kedekatan ini menghasilkan posisi evaluative yang memungkinkan karyawan untuk menerima atau menolak auditor, di mana hal tersebut akan berdampak pada tingkat kebebasan auditor. Pengalaman dan pemahaman atas aspek keperilakuan serta pertimbangan terkait memberikan kepada auditor alat audit yang kuat. Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami budaya organisasi.Porter et al (1985) dikatakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku auditor. Untuk budaya organisasi, unsur-unsur tercermin, antara lain : 1. Komitmen karyawan 2. Kualitas pelatihan dan Pengembangan staf 3. Identitas perusahaan seperti kebijakan. 4. Pembuatan keputusan. 5. Fokus manajemen. Oleh karena itu, suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika laporan audit dapat diterima dan di implementasikan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya dibicarakan tentang teknik – teknik audit tetapi juga bagaimana auditor mengambil kebijakan untuk menentukan suatu fakta. Sering kali, pertimbangan – pertimbangan yang diambil oleh auditor menjadi penentu dalam memutuskan suatu masalah, terutama dalam hal menetapkan pendapat.Untuk itu, sikap, persepsi, dan perilaku menjadi acuan dalam pembahasan mengenai pertimbangan seorang auditor, baik auditor internal maupun eksternal. Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar. DAFTAR PUSTAKA Lubis, Arfan Ikhsan, 2010, Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta. http://yann-achmad.blogspot.com/2012/04/auditor.html