EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR “PENYAKIT TUBERKULOSIS” P A G E 1 4 Disusun Oleh : Kelompok 1 1. Achmad Sidiq Aqsa (205130052P) 2. Asri Novitasari (205130052P) 3. Dina Ellia Sakti (205130035P) 4. Elsa Maharani (205130035P) 5. Khoirunnisa (205130078P) 6. Noerifani Diah (205130059P) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MITRA INDONESIA 2020 P A G E KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang 1 telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada 4 akhirnya bisa menyelesaikan makalah Epidemiologi Penyakit Menular tentang Penyakit Tuberkulosis tepat pada waktunya. Rasa terimakasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengajar yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga makalah Ilmu Dasar Kesehatan Masyarakat ini dapat disusun dengan baik. Semoga Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca. Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami juga menyadari bahwa Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca. Bandar Lampung, 24 Maret 2021 Penulis P A G E BAB I PENDAHULUAN 1 4 A. Latar Belakang TB Paru atau Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dan sebagainya. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok kuman Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB (Depkes, 2018). TB Paru atau Tuberkulosis merupakan penyakit lama yang masih menjadi pembunuh terbanyak di antara penyakit menular. Dunia pun masih belum bebas dari TB. Berdasarkan laporan WHO 2017 diperkirakan ada 1.020.000 kasus di Indonesia, namun baru terlaporkan ke Kementerian Kesehatan sebanyak 420.000 kasus. Mereka yang belum diperiksa dan diobati akan menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya. Hal ini yang menyebabkan seakan-akan masalah TB tak kunjung selesai. Dunia ingin mencapai eliminasi TB pada tahun 2030 dan Indonesia turut berkomitmen mencapainya. Besar dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam melakukan pencegahan dan pengendalian TB. Kerugian yang diakibatkannya sangat besar, bukan hanya dari aspek kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial maupun ekonomi. Dengan demikian TB merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh, karenanya perang terhadap TB berarti pula perang terhadap kemiskinan, ketidak produktifan, dan kelemahan akibat TB (Depkes, 2018). Besarnya beban TB terutama sarana Infrastruktur yang masih menjadi persoalan mendasar. Misalnya lingkungan pemukiman dan sanitasi umum sebagai faktor kunci meningkatnya penyebaran TB setiap tahun. Selain itu, faktor kemiskinan, menyebabkan rendahnya akses masyarakat ke pendidikan dan pelayanan kesehatan. Beberapa penelitian kesehatan masyarakat di dunia maupun di indonesia menunjukkan bahwa lingkungan sangat dominan mempenagruhi kejadian TB, seperti penelitian di Afrika dan penelitian di Yogyakarta bahwa lingkungan fisik perumahan berhubungan dengan kejadian TB yang disampaikan dalam tesisnya (Marwadi, 2011) bahkan dalam penelitian lainnya. P A Besarnya kesehatan masyarakat akibat TB sehingga WHO memberikan ultimatum G dengan peringatan global, dalam kesepakatan millenium development goals yang bertujuan E membebaskan dunia dari TB pada tahun 2050 (Nizar, 2017). B. Epidemiologi 1 4 Tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang menjadi perhatian di dunia. Dengan berbagai upaya pengendalian yang telah dilakukan, insidens dan kematian akibat turberkulosis sudah menurun. Pada tahun 2014 tuberkulosis diperkirakan menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan kematian 1,2 juta jiwa. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbesar di dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Tuberkulosis adalah salah satu dari sepuluh penyakit yang menyebabkan angka kematian terbesar di dunia. Pada tahun 2015 jumlah penderita TB baru di seluruh dunia sekitar 10,4 juta yaitu laki – laki 5,9 juta, perempuan 3,5 juta dan anak – anak 1,0 juta. Diperkirakan 1.8 juta meninggal antara lain 1,4 juta akibat TB dan 0,4 juta akibat TB dengan HIV (WHO, 2016). TB adalah masalah kesehatan dunia, WHO melaporkan sejak dahulu dan faktanya menurut estimasi WHO prevalensi TB setiap tahun selalu meningkat. Epidemiologi TB di Indonesia, walaupun prevalensinya menunjukkan penurunan yang signifikan survey epidemiologi tahun 1980 – 2004 secara nasional telah mencapai target yang sudah ditetapkan tahun 2015 yaitu 221 per 100.000 penduduk dan WHO memprediksikan kurang lebih 690.000 tau 289/1000 terdapat penderita TB di Indonesia. TB merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke pada usia 15 tahun ke atas dan penyebab kematian pada bayi dan balita (Nizar, 2017). Sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang mengekskresikan dari saluran pernafasan sejumlah besar bakteri M. tuberculosis. Riwayat kontak ( contoh dalam keluarga ) dan sering terpapar ( petugas medis ) menyebabkan kemungkinan tertular melalui droplet. Kerentanan terhadap bakteri M. tuberculosis merupakan faktor yang ditentukan oleh resiko untuk mendapatkan infeksi dan resiko munculnya penyakit klinis setelah infeksi terjadi. Orang beresiko tinggi terkena TB yaitu bayi, usia lanjut, kurang gizi, daya tahan tubuh yang rendah, dan orang yang mempunyai penyakit penyerta (Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner, 2010). C. Etiologi P A G E Agen infeksius utama, M. tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang 1 tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar matahari. M. bovis dan M. 4 avium adalah kejadian yang jarang yang berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberkulosis (Wijaya & Putri, 2013). M. tuberculosis termasuk famili Mycobacteriaceace yang mempunyai berbagai genus, salah satunya adalah Mycobaterium dan salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis. Bakteri ini berbahaya bagi manusia dan mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam. Bakteri ini memerlukan waktu untuk mitosis 12 – 24 jam. M. tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga dalam beberapa menit akan mati. Bakteri ini juga rentan terhadap panas – basah sehingga dalam waktu 2 menit yang berada dalam lingkungan basah sudah mati bila terkena air bersuhu 1000 C. Bakteri ini juga akan mati dalam beberapa menit bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5% (Danusantoso, 2012). M. tuberculosis berbentuk batang berwarna merah dengan ukuran panjang 1- 10 mikron, dan lebar 0,2- 0,6 mikron. Kuman mempunyai sifat tahan asam tehadap pewarnaan metode Ziehl Neelsen. Memerlukan media khusus untuk biakan contoh media lowenstein jensen dan media ogawa. Tahan terhadap suhu rendah dan dapat mempertahankan hidup dalam jangka waktu lama bersifat dorment ( tidur dan tidak berkembang ) pada suhu 4o C sampai – 70 Co. Kuman bersifat sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet. Jika terpapar langsung dengan sinar ultraviolet, sebagain besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Kuman dalam dahak pada suhu antara 30 – 70 oC akan mati dalam waktu kurang lebih 1 minggu (Kementerian Kesehatan RI, 2014). D. Gejala Klinis dan Masa Inkubasi Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang kronis, terkadang penyakit ini tidak menunjukkan gejala sama sekali, sehingga sangat berbahaya untuk penularan. Sering kali gejala permulaan penyakit ini sangat ringan, berupa keringat malam hari tanpa kegiatan fisik, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sesak nafas, dan badan lemas. Gejala utamanya adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, dan demam meriang lebih dari satu bulan. Penderita dengan gejala tersebut dianggap sebagai curiga TB dan harus diperiksakan dahaknya. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali (sewaktu-pagi-sewaktu/SPS) P A (DEPKES RI, 2014:28). Penyebab kematian tuberkulosis adalah bakteri mycobacterium G tuberculosis dan mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikronE x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak 1 mempunyai selubung. Tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama 4 asam mikolat). Seseorang ditetapkan sebagai penderita tuberculosis paru apabila ditemukan gejala klinis utama (cardinal symptom) pada dirinya. Gejala utama pada tersangka TB paru adalah: a. Batuk berdahak lebih dari tiga minggu, b. Batuk berdarah, c. Sesak napas, d. Nyeri dada. Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak tinggi/meriang, dan penurunan berat badan (widoyono, 2011). Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA). Serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100oC selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60oC selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Pada tahun 1993 melaporkn bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam (Widoyono, 2011). E. Gambaran Klinis Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah : a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari. b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum) P c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru A G d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang E sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. 1 e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot 4 dan keringat di waktu di malam hari F. Gambaran Sitopatologi Gambaran Sitopatologi seperti gambaran klinis yang menunjukan bahwa terjadinya penderita menderita penyakit TB atau berupa hasil dan foto yang tertera terkena TB 1. X-ray = Apabila Anda mengidap TB, foto hasil tes akan menunjukkan perubahan pada paru-paru yang khas untuk TB. Langkah ini biasanya dilakukan sebelum pemeriksaan lainnya. 2. CT scan : Jika dibutuhkan pencitraan yang lebih mendetail atau ada kecurigaan penyebaran TB ke jaringan tubuh lain, barulah prosedur CT scan dijalankan. 3. Tes Mantoux atau Tuberculin Skin Test. Tes Mantoux umumnya digunakan untuk menguji keberadaan TB laten. Dalam tes ini, dokter akan menyuntikkan substansi tuberkulin PPD ke lapisan kulit dan memantau reaksi kulit dalam 2 hingga 3 hari. Ukuran pembengkakan pada bagian yang disuntik akan mengindikasikan kemungkinan Anda menderita TB. Jika seseorang mengalami infeksi TB yang aktif, reaksi kulit akan lebih signifikan. Berbeda dengan orang yang telah menerima vaksin TB, dia hanya akan mengalami reaksi kulit yang tergolong ringan. Tetapi ini bukan berarti Anda pasti mengalami TB laten. 4. Pemeriksaan Sampel Dahak : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengecek keberadaan basilMycobacterium tuberculosis. Pemeriksaan sampel dahak juga bisa digunakan untuk menguji basil TB yang resistan atau sensitif terhadap antibiotik tertentu. 5. Tes Darah IGRA (Interferon gamma release assay) : IGRA dapat digunakan untuk mendeteksi tuberkulosis aktif dan laten. Tes ini akan memeriksa reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap basil TB. G. Diagnosis Paru P A G E Untuk mendeteksi TBC (tuberkulosis), pertama-tama dokter akan menanyakan 1 keluhan dan penyakit yang pernah diderita. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan 4 fisik, terutama dengan mendengarkan suara napas di paru-paru menggunakan stetoskop. Dokter juga akan memeriksa ada tidaknya pembesaran kelenjar, bila dicurigai adanya TBC kelenjar. Jika pasien diduga mengalami TBC, dokter akan meminta pasien melakukan pemeriksaan dahak yang disebut pemeriksaan BTA. Pemeriksaan BTA juga dapat dilakukan menggunakan sampel selain dahak, untuk kasus TBC yang terjadi bukan di paru-paru. Jika dokter membutuhkan hasil yang lebih spesifik, dokter akan menganjurkan pemeriksaan kultur BTA, yang juga menggunakan sampel dahak penderita. Tes kultur BTA dapat mengetahui efektif atau tidaknya obat TBC yang akan digunakan dalam membunuh kuman. Namun, tes ini memakan waktu yang lebih lama. Selain pemeriksaan BTA, dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan lain sebagai pendukung diagnosis, meliputi: ● Foto Rontgen ● CT scan ● Tes kulit Mantoux atau Tuberculin skin test ● Tes Darah IGRA (interferon gamma release assay). H. Riwayat Alamiah Penyakit TB Seperti penyakit flu, TB menyebar lewat medium udara. Sumber penularan adalah penderita T B paru B T A positif Kuman T B menyebar di udara dari seorang 3enderita TB paru BTA positif ke orang-orang di sekitamya, saat penderita TB tersebut )atuk, bersin, berbicara atau bemyanyi.Karena pada saat itu kuman TB menyebar ke jdara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman TBini dengan cepat mengering dan dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa 13 jam. Seseorang dapat terinfeksi jika menghirup dropleX tersebut ke dalam saluran pemafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh melalui saluran pcmafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paruparu ke bagian tubuh lainnya melalui system peredaran darah, sistem saluran limfe, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang bclakang dan otak. Kuman TB dapat bertahan berbulan- bulan jika berada dalam dahak basah dan bertahan hidup hanya beberapa minggu jika berada dalam dahak kering (Kim, 2002). TB tidak menular P A melalui makanan, minuman ataupun peralaian bekas dipakai penderita T B (Indo Fos, 12 G Maret 2004). Selain menghirup udara yang mengandung droplet kuman T B , penularan juga E dapat melalui susu sapi yang diminum tanpa dipasteurisir terlebih dahulu (Entjang, 1993). 1 4 Seorang yang terinfeksi kuman T B belum tentu terkena penyakit T B , jika pcrtahanan tubuhnya baik. Jadi walaupun sudah terinfeksi orang tersebut tidak bisa menularkan kuman TB kepada orang lain. Kuman TB dapat bertahan dalam tubuh manusia selama bertahuntahun {dormant) dan akan menyerang kembali saat sistem kekebalan tubuh melemah (Media Indonesia, 10 Maret 2004). Menurut K i m (2002), kurang Icbih 10% dari orang yang telah terinfeksi kuman TB terkena penyakit TB. Masa dua tahun p>ertama setelah terinfeksi kuman TB merupakan masa yang berisiko lebih besar untuk mcngidap penyakit T B . Kurang lebih setengah dari kasus TB terjadi pada saat ini. Dari uraian di atas Kim (2002) dapat menyimpulkan bahwa seseorang akan terinfeksi TB dan akan berkembang menjadi penyakit TB tergantung oleh: 1. Risiko terpapar kuman TB. 2. Keganasan kuman T B yang menyerang tubuh. 3. Mekanisme pertahanan tubuh I. Pathogenesis M. tuberculosis terkandung di dalam droplet ketika penderita TB batuk, bersin atau berbicara. Droplet akan meninggalkan organisme yang cukup kecil untuk terdeposit di dalam alveoli ketika dihirup. Ketika berada di dalam alveoli, sistem imun akan merespon dengan mengeluarkan sitokin dan limfokin yang menstimulasi monosit dan makrofag. M. tuberculosis mulai berkembang biak di dalam makrofag. Dari beberapa makrofag. Beberapa dari makrofag tersebut meningkatkan kemampuan untuk membunuh organisme, sedangkan yang lainnya dapat dibunuh oleh basil. Setelah 1 – 2 bulan pasca paparan, di paru – paru terlihat lesi patogenik yang disebabkan oleh infeksi (Brooks et al., 2010). J. Cara Penularan Penularan penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman Mycobacteriun tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri terhirup oleh orang lain saat bernapas. Sumber penularan adalah pasien Tuberkulosis paru BTA positif, bila penderita batuk, bersin atau P A berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil Tuberkulosis tersembur dan terhisap ke G dalam paru orang sehat dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah E pembuluh limfe atau langsung ke organ terdekat. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan. (Widoyono, 2011) 1 4 Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia di bawah 3 tahun, risiko rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya. risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien Tuberkulosis paru dengan BTA positif memberikan risiko penularan lebih besar dari pasien Tuberkulosis Paru dengan BTA negatif. Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular Tubekulosis adalah 17%. Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali lebih berisiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah) (Widoyono, 2011). Lingkungan yang kurang baik sebagai salah satu reservoir atau tempat baik dalam menularkan penyakit menular seperti penyakit tuberkulosis. Menurut Azwar (1990), peranan faktor lingkungan sebagai predisposing artinya berperan dalam menunjang terjadinya penyakit pada manusia, misalnya sebuah keluarga yang berdiam dalam suatu rumah yang berhawa lembab dalam daerah yang endemis terhadap penyakit Tuberkulosis. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Menurut Depkes RI (2008). Faktor-faktor yang erat hubungannya dengan infeksi basil Tuberkulosis adalah : a. Harus ada sumber penularan b. Jumlah basil yang mempunyai kemampuan mengadakan terjadinya infeksi, cukup c. banyak dan terus menurus. d. Virulensi (keganasan) basil. e. Daya tahan tubuh yang menurun sehingga memungkinkan basil Tuberkulosis berkembang biak. K. Program Penanggulangan TB Strategi DOTS P A G E Dengan meningkatnya insiden dan kematian HIV/AIDS d berbagai belahan dunia 1 sebagai akibat dari TB yang kurang mendapat perhatian serius. Pandeminya TB terutama di 4 neggara bagian Amerika, Afrika dan Eropa tak terkecuali Asia, sehingga WHO menetapkan suasana gawat darurat dengan menyepakati sebuah strategi stop TB dengan menyusun blue print yang terintegrasikan dalam proyek global fund dalam sasaran eliminasi TB pada tahun 2050 menyatakan “Dunia Bebas TB”. Strategi DOT Sebelum penerapan strategi DOTS, di Amerika tahun 1962 upaya pencegahan TB telah mendapatkan prioritas kedua dengan pengobatan INH + streptomisin dan merupakan pencegahan yang paling efektif. Kemudian tahun 1974 berkembang menjadi program eliminasi kerjasama antara national tuberculosis controller assosiation (NTCA) dengan CDC, investigasi kontak merupakan sasaran memutuskan rantai penularan. Sejak tahun 1999/2000 cakupan puskesmas dengan program DOTS telah mencapai 98% meskipun secara intensifikasi terus dilakukan pelatihan-pelatihan, magang (on the job training) dan supervisi secara berkala dan periodik terhadap petugas untuk meningkatkan kapasitas bilding program DOTS. Demikian juga di rumah sakit, sampai tahun 2007 cakupan pelayanan DOTS telah mencapai 37%. Secara umum komitmen pemerintah dalam penanggulangan TB cukup baik, dimana-mana para kepala daerah provinsi dan kabupaten kota memproklamirkan daerahnya bebas TB (Nizar, 2017). L. Cara Pemberantasan Pemberantasan penyakit TB jika si pederita sudah terdiagnosis TB maka cara pemberantasannya dengan: 1. Minum obat TB secara teratur dan sampai selesai dengan masa minum obat yang telah di tentukan 2. pemantauan kemajuan pengobatan pada orang dewasa, dilakukan melalui 3 kali pemeriksaan ulang dahak dengan mikroskop. dahak diambil sebanyak 2 kali setiap pemeriksaan. Jadwal Pemeriksaan ulang dahak selama masa pengobatan: bulan ke-2, ke-5, dan ke-6. P A G E M. Pengobatan TB Paru a. Pengobatan TB dewasa kategori I pengobatan TB berlangsung selama 6 – 8 bulan terbagi dalam dua tahap. tahap awal 1 obat diminum setiap hari selama 2 atau 3 bulan, tahan kedua obat diminum 3 kali 4 seminggu selama 4 atau 5 bulan. b. Pengobatan TB dewasa kategori II pengobatan TB berlangsung selama 8 bulan terbagi dalam 2 tahap. tahap awal obat diminum setiap hari selama 3 bulan ditambah suntikan streptomisin setiap hari selama 2 bulan, tahap lanjutan obat diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan. selama pengobatan pasien harus didampingi oleh pengawas menelan obat (PMO) untuk menjamin kepatuhan berobat kemajuan pengobatan pemantauan kemajuan pengobatan pada orang dewasa, dilakukan melalui 3 kali pemeriksaan ulang dahak dengan mikroskop. dahak diambil sebanyak 2 kali setiap pemeriksaan. Jadwal Pemeriksaan ulang dahak selama masa pengobatan: bulan ke-2, ke-5, dan ke-6. BAB II PENUTUP P A G E 1 4 A. Kesimpulan TB paru merupakan penyakit yang dapat menular, penularan penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman Mycobacteriun tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri terhirup oleh orang lain saat bernapas. Sumber penularan adalah pasien Tuberkulosis paru BTA positif, bila penderita batuk, bersin atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil Tuberkulosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah pembuluh limfe atau langsung ke organ terdekat. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan. B. Saran a. Jika seseorang telah terkena penyakit TB paru sebaiknya melakukan Pengobatan TB dewasa kategori I dan Pengobatan TB dewasa kategori II serta pemantauan kemajuan pengobatan pada orang dewasa, dilakukan melalui 3 kali pemeriksaan ulang dahak dengan mikroskop. dahak diambil sebanyak 2 kali setiap pemeriksaan. Jadwal Pemeriksaan ulang dahak selama masa pengobatan: bulan ke-2, ke-5, dan ke-6. b. Menutup mulut saat batuk atau bersin, membuang dahak atau ludah ditempat yang tertutup, menjemur alat tidur, membuka jendela setiap pagi, makan makanan bergizi, tidak merokok dan minum-minuman keras, olahraga teratur, mencuci pakaian hingga bersih, buang air besar di jamban/di WC, mencuci tangan hingga bersih setelah buang air besar serta sebelum dan sesudah makan, istirahat yang cukup serta jangan tukar menukar peralatan mandi. P A G E DAFTAR PUSTAKA 1 4 Abi,Ira.2011.Https://www.academia.edu/30361540/makalah_epidemiologi_ penyakit_ menular_ tuberculosis. diakses pada 13 januari 2019. alodokter.com/tuberkulosis/diagnosis Budiarto, E. 2002. Biostatika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC. Chandra, Budiman 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Depkes, 2008. repository.upi. edu/15626/ Ta_JKR_1206532_ bibilography.pdf. diakses pada 13 januari 2019. Depkes, 2014. http://www.depkes.go.id/ resources/download /pusdatin/ profil kesehatan-indonesia /profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf. diakses pada 21 maret 2021. DPJ Penyakit, 2009. Buku saku kader program penanggulangan TB http://www.tbindonesia.or.id/opendir/ Buku/buku-saku-tb-revfinal.pdf . diakses pada 31 januari 2019. Erniyasih, 2012. lib.ui.ac.id. diakses pada 21 maret 2021. Fatimah, Siti. 2008. Eprints.undip.ac.id/24695/1/siti_fatimah.pdf. diakses pada 21 maret 2021 Kusumawardani,2016.Repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8620/ 10.daftar %20pustaka.pdf. diakses pada 25 januari 2019. Maryunani, Atik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: trans info media. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika. Muslimah, DD. 2019 https:// e-journal.unair.ac.id/JKL/article/ download/ 9202/6 671 P A G E 1 Nizar,Muhammad. 2017. Pemberantas dan Penanggulangan tuberkulosis. Yogyakarta: 4 Gosyen Publishing. 213 halaman. Noor, Nur Nasry. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat dan ilmu Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Wadjah, NW. 2014. Eprints.uung.ac.id/5870/9/2012-1-13201-811408078-bab4 1508201212 4635.pdf. Widoyono. 2007. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.