Uploaded by noviaanggraini787

Makalah kel 1 Tb Paru

advertisement
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
“PENYAKIT TUBERKULOSIS”
P
A
G
E
1
4
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Achmad Sidiq Aqsa (205130052P)
2. Asri Novitasari (205130052P)
3. Dina Ellia Sakti (205130035P)
4. Elsa Maharani (205130035P)
5. Khoirunnisa (205130078P)
6. Noerifani Diah (205130059P)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2020
P
A
G
E
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
1
telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada
4
akhirnya bisa menyelesaikan makalah Epidemiologi Penyakit Menular tentang Penyakit
Tuberkulosis tepat pada waktunya.
Rasa terimakasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengajar yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya sehingga makalah Ilmu Dasar Kesehatan Masyarakat ini dapat
disusun dengan baik.
Semoga Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular yang telah kami susun
ini turut memperkaya khazanah serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para
pembaca. Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Kami juga menyadari bahwa Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular ini juga
masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan
dari para pembaca.
Bandar Lampung, 24 Maret 2021
Penulis
P
A
G
E
BAB I
PENDAHULUAN
1
4
A. Latar Belakang
TB Paru atau Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain:
M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dan sebagainya. Yang juga dikenal
sebagai
Bakteri
Tahan Asam
(BTA). Kelompok kuman
Mycobacterium selain
Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal
sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB (Depkes, 2018).
TB Paru atau Tuberkulosis merupakan penyakit lama yang masih menjadi pembunuh
terbanyak di antara penyakit menular. Dunia pun masih belum bebas dari TB. Berdasarkan
laporan WHO 2017 diperkirakan ada 1.020.000 kasus di Indonesia, namun baru terlaporkan
ke Kementerian Kesehatan sebanyak 420.000 kasus. Mereka yang belum diperiksa dan
diobati akan menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya. Hal ini yang menyebabkan
seakan-akan masalah TB tak kunjung selesai. Dunia ingin mencapai eliminasi TB pada
tahun 2030 dan Indonesia turut berkomitmen mencapainya. Besar dan luasnya permasalahan
akibat TB mengharuskan semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam
melakukan pencegahan dan pengendalian TB. Kerugian yang diakibatkannya sangat besar,
bukan hanya dari aspek kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial maupun ekonomi.
Dengan demikian TB merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh, karenanya perang terhadap TB
berarti pula perang terhadap kemiskinan, ketidak produktifan, dan kelemahan akibat TB
(Depkes, 2018).
Besarnya beban TB terutama sarana Infrastruktur yang masih menjadi persoalan
mendasar. Misalnya lingkungan pemukiman dan sanitasi umum sebagai faktor kunci
meningkatnya penyebaran TB setiap tahun. Selain itu, faktor kemiskinan, menyebabkan
rendahnya akses masyarakat ke pendidikan dan pelayanan kesehatan. Beberapa penelitian
kesehatan masyarakat di dunia maupun di indonesia menunjukkan bahwa lingkungan sangat
dominan mempenagruhi kejadian TB, seperti penelitian di Afrika dan penelitian di
Yogyakarta bahwa lingkungan fisik perumahan berhubungan dengan kejadian TB yang
disampaikan dalam tesisnya (Marwadi, 2011) bahkan dalam penelitian lainnya.
P
A
Besarnya kesehatan masyarakat akibat TB sehingga WHO memberikan ultimatum
G
dengan peringatan global, dalam kesepakatan millenium development goals yang bertujuan
E
membebaskan dunia dari TB pada tahun 2050 (Nizar, 2017).
B. Epidemiologi
1
4
Tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang menjadi perhatian di dunia.
Dengan berbagai upaya pengendalian yang telah dilakukan, insidens dan kematian akibat
turberkulosis sudah menurun. Pada tahun 2014 tuberkulosis diperkirakan menyerang 9,6 juta
orang dan menyebabkan kematian 1,2 juta jiwa. India, Indonesia dan China merupakan
negara dengan penderita tuberkulosis terbesar di dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Tuberkulosis adalah salah satu dari sepuluh penyakit yang menyebabkan angka kematian
terbesar di dunia. Pada tahun 2015 jumlah penderita TB baru di seluruh dunia sekitar 10,4
juta yaitu laki – laki 5,9 juta, perempuan 3,5 juta dan anak – anak 1,0 juta. Diperkirakan 1.8
juta meninggal antara lain 1,4 juta akibat TB dan 0,4 juta akibat TB dengan HIV (WHO,
2016).
TB adalah masalah kesehatan dunia, WHO melaporkan sejak dahulu dan faktanya
menurut estimasi WHO prevalensi TB setiap tahun selalu meningkat. Epidemiologi TB di
Indonesia, walaupun prevalensinya menunjukkan penurunan yang signifikan survey
epidemiologi tahun 1980 – 2004 secara nasional telah mencapai target yang sudah ditetapkan
tahun 2015 yaitu 221 per 100.000 penduduk dan WHO memprediksikan kurang lebih
690.000 tau 289/1000 terdapat penderita TB di Indonesia. TB merupakan penyebab kematian
kedua setelah stroke pada usia 15 tahun ke atas dan penyebab kematian pada bayi dan balita
(Nizar, 2017).
Sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang mengekskresikan dari saluran
pernafasan sejumlah besar bakteri M. tuberculosis. Riwayat kontak ( contoh dalam keluarga )
dan sering terpapar ( petugas medis ) menyebabkan kemungkinan tertular melalui droplet.
Kerentanan terhadap bakteri M. tuberculosis merupakan faktor yang ditentukan oleh
resiko untuk mendapatkan infeksi dan resiko munculnya penyakit klinis setelah infeksi
terjadi. Orang beresiko tinggi terkena TB yaitu bayi, usia lanjut, kurang gizi, daya tahan
tubuh yang rendah, dan orang yang mempunyai penyakit penyerta (Brooks, Carroll, Butel,
Morse, & Mietzner, 2010).
C. Etiologi
P
A
G
E
Agen infeksius utama, M. tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang
1
tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar matahari. M. bovis dan M.
4
avium adalah kejadian yang jarang yang berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberkulosis
(Wijaya & Putri, 2013).
M. tuberculosis termasuk famili Mycobacteriaceace yang mempunyai berbagai genus,
salah satunya adalah Mycobaterium dan salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis. Bakteri
ini berbahaya bagi manusia dan mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam. Bakteri
ini memerlukan waktu untuk mitosis 12 – 24 jam. M. tuberculosis sangat rentan terhadap
sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga dalam beberapa menit akan mati. Bakteri ini
juga rentan terhadap panas – basah sehingga dalam waktu 2 menit yang berada dalam
lingkungan basah sudah mati bila terkena air bersuhu 1000 C. Bakteri ini juga akan mati
dalam beberapa menit bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5% (Danusantoso, 2012).
M. tuberculosis berbentuk batang berwarna merah dengan ukuran panjang 1- 10
mikron, dan lebar 0,2- 0,6 mikron. Kuman mempunyai sifat tahan asam tehadap pewarnaan
metode Ziehl Neelsen. Memerlukan media khusus untuk biakan contoh media lowenstein
jensen dan media ogawa. Tahan terhadap suhu rendah dan dapat mempertahankan hidup
dalam jangka waktu lama bersifat dorment ( tidur dan tidak berkembang ) pada suhu 4o C
sampai – 70 Co. Kuman bersifat sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar
ultraviolet. Jika terpapar langsung dengan sinar ultraviolet, sebagain besar kuman akan mati
dalam waktu beberapa menit. Kuman dalam dahak pada suhu antara 30 – 70 oC akan mati
dalam waktu kurang lebih 1 minggu (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
D. Gejala Klinis dan Masa Inkubasi
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang kronis, terkadang penyakit ini tidak
menunjukkan gejala sama sekali, sehingga sangat berbahaya untuk penularan. Sering kali
gejala permulaan penyakit ini sangat ringan, berupa keringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
berat badan menurun, nafsu makan menurun, sesak nafas, dan badan lemas.
Gejala utamanya adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, dan demam meriang lebih dari
satu bulan. Penderita dengan gejala tersebut dianggap sebagai curiga TB dan harus
diperiksakan dahaknya. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali (sewaktu-pagi-sewaktu/SPS)
P
A
(DEPKES RI, 2014:28). Penyebab kematian tuberkulosis adalah bakteri mycobacterium
G
tuberculosis dan mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikronE x
0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak
1
mempunyai selubung. Tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama
4
asam mikolat).
Seseorang ditetapkan sebagai penderita tuberculosis paru apabila ditemukan gejala
klinis utama (cardinal symptom) pada dirinya. Gejala utama pada tersangka TB paru adalah:
a.
Batuk berdahak lebih dari tiga minggu,
b.
Batuk berdarah,
c.
Sesak napas,
d.
Nyeri dada.
Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak tinggi/meriang, dan
penurunan berat badan (widoyono, 2011). Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat
bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil
tahan asam (BTA). Serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan
dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.Bakteri tuberkulosis ini mati
pada pemanasan 100oC selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60oC selama 30 menit, dan
dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara
terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan
terhadap sinar atau aliran udara. Pada tahun 1993 melaporkn bahwa untuk mendapatkan
90% udara bersih dari kontminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam
(Widoyono, 2011).
E. Gambaran Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak
spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan
gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent
(menghasilkan sputum)
P
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru A
G
d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
E
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
1
e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot 4
dan keringat di waktu di malam hari
F. Gambaran Sitopatologi
Gambaran Sitopatologi seperti gambaran klinis yang menunjukan bahwa terjadinya penderita
menderita penyakit TB atau berupa hasil dan foto yang tertera terkena TB
1. X-ray = Apabila Anda mengidap TB, foto hasil tes akan menunjukkan perubahan
pada paru-paru yang khas untuk TB. Langkah ini biasanya dilakukan sebelum
pemeriksaan lainnya.
2. CT scan : Jika dibutuhkan pencitraan yang lebih mendetail atau ada kecurigaan
penyebaran TB ke jaringan tubuh lain, barulah prosedur CT scan dijalankan.
3. Tes Mantoux atau Tuberculin Skin Test.
Tes Mantoux umumnya digunakan
untuk menguji keberadaan TB laten. Dalam tes ini, dokter akan menyuntikkan
substansi tuberkulin PPD ke lapisan kulit dan memantau reaksi kulit dalam 2 hingga 3
hari. Ukuran pembengkakan pada bagian yang disuntik akan mengindikasikan
kemungkinan Anda menderita TB. Jika seseorang mengalami infeksi TB yang aktif,
reaksi kulit akan lebih signifikan. Berbeda dengan orang yang telah menerima vaksin
TB, dia hanya akan mengalami reaksi kulit yang tergolong ringan. Tetapi ini bukan
berarti Anda pasti mengalami TB laten.
4. Pemeriksaan Sampel Dahak : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengecek keberadaan
basilMycobacterium tuberculosis. Pemeriksaan sampel dahak juga bisa digunakan
untuk menguji basil TB yang resistan atau sensitif terhadap antibiotik tertentu.
5. Tes Darah IGRA (Interferon gamma release assay) : IGRA dapat digunakan untuk
mendeteksi tuberkulosis aktif dan laten. Tes ini akan memeriksa reaksi sistem
kekebalan tubuh terhadap basil TB.
G. Diagnosis Paru
P
A
G
E
Untuk mendeteksi TBC (tuberkulosis), pertama-tama dokter akan menanyakan
1
keluhan dan penyakit yang pernah diderita. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan
4
fisik, terutama dengan mendengarkan suara napas di paru-paru menggunakan stetoskop.
Dokter juga akan memeriksa ada tidaknya pembesaran kelenjar, bila dicurigai adanya TBC
kelenjar. Jika pasien diduga mengalami TBC, dokter akan meminta pasien melakukan
pemeriksaan dahak yang disebut pemeriksaan BTA. Pemeriksaan BTA juga dapat dilakukan
menggunakan sampel selain dahak, untuk kasus TBC yang terjadi bukan di paru-paru. Jika
dokter membutuhkan hasil yang lebih spesifik, dokter akan menganjurkan pemeriksaan kultur
BTA, yang juga menggunakan sampel dahak penderita. Tes kultur BTA dapat mengetahui
efektif atau tidaknya obat TBC yang akan digunakan dalam membunuh kuman. Namun, tes
ini memakan waktu yang lebih lama.
Selain pemeriksaan BTA, dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan lain sebagai
pendukung diagnosis, meliputi:
●
Foto Rontgen
●
CT scan
●
Tes kulit Mantoux atau Tuberculin skin test
●
Tes Darah IGRA (interferon gamma release assay).
H. Riwayat Alamiah Penyakit TB
Seperti penyakit flu, TB menyebar lewat medium udara. Sumber penularan adalah
penderita T B paru B T A positif Kuman T B menyebar di udara dari seorang 3enderita TB
paru BTA positif ke orang-orang di sekitamya, saat penderita TB tersebut )atuk, bersin,
berbicara atau bemyanyi.Karena pada saat itu kuman TB menyebar ke jdara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman TBini dengan cepat mengering
dan dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa 13 jam. Seseorang dapat
terinfeksi jika menghirup dropleX tersebut ke dalam saluran pemafasan. Setelah kuman TB
masuk ke dalam tubuh melalui saluran pcmafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paruparu ke bagian tubuh lainnya melalui system peredaran darah, sistem saluran limfe, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang bclakang dan otak.
Kuman TB dapat bertahan berbulan- bulan jika berada dalam dahak basah dan bertahan hidup
hanya beberapa minggu jika berada dalam dahak kering (Kim, 2002). TB tidak menular
P
A
melalui makanan, minuman ataupun peralaian bekas dipakai penderita T B (Indo Fos, 12
G
Maret 2004). Selain menghirup udara yang mengandung droplet kuman T B , penularan juga
E
dapat melalui susu sapi yang diminum tanpa dipasteurisir terlebih dahulu (Entjang, 1993).
1
4
Seorang yang terinfeksi kuman T B belum tentu terkena penyakit T B , jika pcrtahanan
tubuhnya baik. Jadi walaupun sudah terinfeksi orang tersebut tidak bisa menularkan kuman
TB kepada orang lain. Kuman TB dapat bertahan dalam tubuh manusia selama bertahuntahun {dormant) dan akan menyerang kembali saat sistem kekebalan tubuh melemah (Media
Indonesia, 10 Maret 2004). Menurut K i m (2002), kurang Icbih 10% dari orang yang telah
terinfeksi kuman TB terkena penyakit TB. Masa dua tahun p>ertama setelah terinfeksi kuman
TB merupakan masa yang berisiko lebih besar untuk mcngidap penyakit T B . Kurang lebih
setengah dari kasus TB terjadi pada saat ini.
Dari uraian di atas Kim (2002) dapat menyimpulkan bahwa seseorang akan terinfeksi TB
dan akan berkembang menjadi penyakit TB tergantung oleh:
1. Risiko terpapar kuman TB.
2. Keganasan kuman T B yang menyerang tubuh.
3. Mekanisme pertahanan tubuh
I. Pathogenesis
M. tuberculosis terkandung di dalam droplet ketika penderita TB batuk, bersin atau
berbicara. Droplet akan meninggalkan organisme yang cukup kecil untuk terdeposit di dalam
alveoli ketika dihirup. Ketika berada di dalam alveoli, sistem imun akan merespon dengan
mengeluarkan sitokin dan limfokin yang menstimulasi monosit dan makrofag. M.
tuberculosis mulai berkembang biak di dalam makrofag. Dari beberapa makrofag. Beberapa
dari makrofag tersebut meningkatkan kemampuan untuk membunuh organisme, sedangkan
yang lainnya dapat dibunuh oleh basil. Setelah 1 – 2 bulan pasca paparan, di paru – paru
terlihat lesi patogenik yang disebabkan oleh infeksi (Brooks et al., 2010).
J. Cara Penularan
Penularan penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman Mycobacteriun tuberculosis
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan
percikan ludah yang mengandung bakteri terhirup oleh orang lain saat bernapas. Sumber
penularan adalah pasien Tuberkulosis paru BTA positif, bila penderita batuk, bersin atau
P
A
berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil Tuberkulosis tersembur dan terhisap ke
G
dalam paru orang sehat dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah
E
pembuluh limfe atau langsung ke organ terdekat. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar
3000 percikan dahak. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan. (Widoyono, 2011)
1
4
Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi
dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi
berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia di bawah 3 tahun, risiko rendah pada masa
kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan dan bisa menyebar ke bagian
tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya.
risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien Tuberkulosis
paru dengan BTA positif memberikan risiko penularan lebih besar dari pasien Tuberkulosis
Paru dengan BTA negatif. Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang
lainnya, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular Tubekulosis adalah 17%. Hasil
studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali
lebih berisiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah) (Widoyono, 2011).
Lingkungan yang kurang baik sebagai salah satu reservoir atau tempat baik dalam
menularkan penyakit menular seperti penyakit tuberkulosis. Menurut Azwar (1990), peranan
faktor lingkungan sebagai predisposing artinya berperan dalam menunjang terjadinya
penyakit pada manusia, misalnya sebuah keluarga yang berdiam dalam suatu rumah yang
berhawa lembab dalam daerah yang endemis terhadap penyakit Tuberkulosis. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman. Menurut Depkes RI (2008).
Faktor-faktor yang erat hubungannya dengan infeksi basil Tuberkulosis adalah :
a. Harus ada sumber penularan
b. Jumlah basil yang mempunyai kemampuan mengadakan terjadinya infeksi,
cukup
c. banyak dan terus menurus.
d. Virulensi (keganasan) basil.
e. Daya tahan tubuh yang menurun sehingga memungkinkan basil Tuberkulosis
berkembang biak.
K. Program Penanggulangan TB Strategi DOTS
P
A
G
E
Dengan meningkatnya insiden dan kematian HIV/AIDS d berbagai belahan dunia
1
sebagai akibat dari TB yang kurang mendapat perhatian serius. Pandeminya TB terutama di
4
neggara bagian Amerika, Afrika dan Eropa tak terkecuali Asia, sehingga WHO menetapkan
suasana gawat darurat dengan menyepakati sebuah strategi stop TB dengan menyusun blue
print yang terintegrasikan dalam proyek global fund dalam sasaran eliminasi TB pada tahun
2050 menyatakan “Dunia Bebas TB”.
Strategi DOT
Sebelum penerapan strategi DOTS, di Amerika tahun 1962 upaya pencegahan TB telah
mendapatkan prioritas kedua dengan pengobatan INH + streptomisin dan merupakan
pencegahan yang paling efektif. Kemudian tahun 1974 berkembang menjadi program
eliminasi kerjasama antara national tuberculosis controller assosiation (NTCA) dengan
CDC, investigasi kontak merupakan sasaran memutuskan rantai penularan.
Sejak tahun 1999/2000 cakupan puskesmas dengan program DOTS telah mencapai 98%
meskipun secara intensifikasi terus dilakukan pelatihan-pelatihan, magang (on the job
training) dan supervisi secara berkala dan periodik terhadap petugas untuk meningkatkan
kapasitas bilding program DOTS. Demikian juga di rumah sakit, sampai tahun 2007
cakupan pelayanan DOTS telah mencapai 37%. Secara umum komitmen pemerintah dalam
penanggulangan TB cukup baik, dimana-mana para kepala daerah provinsi dan kabupaten
kota memproklamirkan daerahnya bebas TB (Nizar, 2017).
L. Cara Pemberantasan
Pemberantasan penyakit TB jika si pederita sudah terdiagnosis TB maka cara
pemberantasannya dengan:
1. Minum obat TB secara teratur dan sampai selesai dengan masa minum obat yang
telah di tentukan
2. pemantauan kemajuan pengobatan pada orang dewasa, dilakukan melalui 3 kali
pemeriksaan ulang dahak dengan mikroskop. dahak diambil sebanyak 2 kali setiap
pemeriksaan. Jadwal Pemeriksaan ulang dahak selama masa pengobatan: bulan ke-2,
ke-5, dan ke-6.
P
A
G
E
M. Pengobatan TB Paru
a. Pengobatan TB dewasa kategori I
pengobatan TB berlangsung selama 6 – 8 bulan terbagi dalam dua tahap. tahap awal
1
obat diminum setiap hari selama 2 atau 3 bulan, tahan kedua obat diminum 3 kali
4
seminggu selama 4 atau 5 bulan.
b. Pengobatan TB dewasa kategori II
pengobatan TB berlangsung selama 8 bulan terbagi dalam 2 tahap. tahap awal obat
diminum setiap hari selama 3 bulan ditambah suntikan streptomisin setiap hari selama
2 bulan, tahap lanjutan obat diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan. selama
pengobatan pasien harus didampingi oleh pengawas menelan obat (PMO) untuk
menjamin
kepatuhan
berobat
kemajuan
pengobatan
pemantauan
kemajuan
pengobatan pada orang dewasa, dilakukan melalui 3 kali pemeriksaan ulang dahak
dengan mikroskop. dahak diambil sebanyak 2 kali setiap pemeriksaan. Jadwal
Pemeriksaan ulang dahak selama masa pengobatan: bulan ke-2, ke-5, dan ke-6.
BAB II
PENUTUP
P
A
G
E
1
4
A. Kesimpulan
TB paru merupakan penyakit yang dapat menular, penularan penyakit Tuberkulosis
disebabkan oleh kuman Mycobacteriun tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet
nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung
bakteri terhirup oleh orang lain saat bernapas. Sumber penularan adalah pasien
Tuberkulosis paru BTA positif, bila penderita batuk, bersin atau berbicara saat
berhadapan dengan orang lain, basil Tuberkulosis tersembur dan terhisap ke dalam
paru orang sehat dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah
pembuluh limfe atau langsung ke organ terdekat. Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan.
B. Saran
a. Jika seseorang telah terkena penyakit TB paru sebaiknya melakukan Pengobatan
TB dewasa kategori I dan Pengobatan TB dewasa kategori II serta pemantauan
kemajuan pengobatan pada orang dewasa, dilakukan melalui 3 kali pemeriksaan
ulang dahak dengan mikroskop. dahak diambil sebanyak 2 kali setiap pemeriksaan.
Jadwal Pemeriksaan ulang dahak selama masa pengobatan: bulan ke-2, ke-5, dan
ke-6.
b. Menutup mulut saat batuk atau bersin, membuang dahak atau ludah ditempat yang
tertutup, menjemur alat tidur, membuka jendela setiap pagi, makan makanan
bergizi, tidak merokok dan minum-minuman keras, olahraga teratur, mencuci
pakaian hingga bersih, buang air besar di jamban/di WC, mencuci tangan hingga
bersih setelah buang air besar serta sebelum dan sesudah makan, istirahat yang
cukup serta jangan tukar menukar peralatan mandi.
P
A
G
E
DAFTAR PUSTAKA
1
4
Abi,Ira.2011.Https://www.academia.edu/30361540/makalah_epidemiologi_
penyakit_ menular_ tuberculosis. diakses pada 13 januari 2019.
alodokter.com/tuberkulosis/diagnosis
Budiarto, E. 2002. Biostatika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta:
EGC.
Chandra, Budiman 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Depkes, 2008. repository.upi. edu/15626/ Ta_JKR_1206532_ bibilography.pdf.
diakses pada 13 januari 2019.
Depkes, 2014. http://www.depkes.go.id/ resources/download /pusdatin/ profil
kesehatan-indonesia /profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf. diakses pada 21 maret
2021.
DPJ
Penyakit,
2009.
Buku
saku
kader
program
penanggulangan
TB
http://www.tbindonesia.or.id/opendir/ Buku/buku-saku-tb-revfinal.pdf . diakses pada
31 januari 2019.
Erniyasih, 2012. lib.ui.ac.id. diakses pada 21 maret 2021.
Fatimah, Siti. 2008. Eprints.undip.ac.id/24695/1/siti_fatimah.pdf. diakses pada 21
maret 2021
Kusumawardani,2016.Repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8620/
10.daftar %20pustaka.pdf. diakses pada 25 januari 2019.
Maryunani, Atik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: trans info
media.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Muslimah, DD. 2019 https:// e-journal.unair.ac.id/JKL/article/ download/ 9202/6 671
P
A
G
E
1
Nizar,Muhammad. 2017. Pemberantas dan Penanggulangan tuberkulosis. Yogyakarta:
4
Gosyen Publishing. 213 halaman.
Noor, Nur Nasry. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular.
Rineka Cipta. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat dan ilmu Seni.
Jakarta: Rineka Cipta.
Wadjah,
NW.
2014.
Eprints.uung.ac.id/5870/9/2012-1-13201-811408078-bab4
1508201212 4635.pdf.
Widoyono. 2007. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Download