Uploaded by Flavio Giancarlo Desaviola

UAS Logika Kelompok 2

advertisement
Ambrosius Aprian Tri Putranto
202001020122/12020001870
Flavio Giancarlo de Saviola
202001020129/12020002543
Luciana Tanjaya
202001020127/12020000479
Kuliah di Tengah Wabah Corona Virus Disease-19: Efektivitas dan Relevansi
Pendahuluan
Secara umum, kuliah merupakan seluruh aktivitas pembelajaran di tingkat perguruan
tinggi. Sebagian orang berpendapat bahwa kuliah belum tentu memiliki dampak yang
signifikan dalam menentukan kesuksesan seseorang. Pandangan tersebut mungkin saja lahir
karena sebagian orang hanya melihat kuliah sebagai proses pembelajaran secara akademik.
Padahal, kuliah memiliki makna yang lebih luas. Kuliah tidak hanya sebatas mendapatkan
pembelajaran secara akademik, tetapi juga proses mengembangkan karakter, soft skills, dan
spesialisasi agar dapat terjun dan berkontribusi dalam masyarakat. Kita juga tahu bahwa
mayoritas lowongan pekerjaan dengan upah yang manusiawi menuntut kita untuk setidaknya
telah menjalankan pendidikan formal sampai ke tingkat Diploma III. Oleh karena itu, kuliah
memiliki peran yang sangat besar dalam pengembangan diri sekaligus masa depan seorang
individu.
Pada situasi dewasa ini, wabah Covid-19 menyebabkan terjadinya perubahan yang
cukup signifikan dalam penyelenggaraan aktivitas perkuliahan. Wabah ini tidak hanya
membuat para tenaga medis dan investor “menelan pil pahit”, tetapi juga menuntut para
tenaga pengajar dan mahasiswa untuk menjadi transformatif. Untuk menekan penyebaran
wabah ini, pemerintah menetapkan berbagai kebijakan dengan tujuan utama membatasi
interaksi tatap muka. Akibatnya, sudah hampir satu tahun lamanya mahasiswa menjalankan
perkuliahan di tengah pandemi secara daring dan mempertaruhkan prestasinya ke dalam
tangan teknologi. Semua aktivitas perkuliahan yang tadinya dilaksanakan secara tatap muka,
sekarang harus dilaksanakan melalui layar dari perangkat elektronik yang tentunya berbeda
dan memiliki keterbatasan.
Sistem perkuliahan yang dijalankan secara daring sebenarnya bukanlah suatu hal
yang benar-benar baru. Pernyataan ini dibuktikan dari eksistensi BINUS UNIVERSITY Online
Learning yang menyediakan program kuliah secara daring. Bagi para penyembah teknologi,
mengadaptasikan teknologi dalam kegiatan pembelajaran mungkin merupakan suatu hal
yang sangat wajar, dan bahkan harus dilakukan karena sesuai dengan tuntutan masa depan.
Namun,
terbukti
masih
terdapat
mengimplementasikan sistem ini.
kerentanan
dalam
kesiapan
Indonesia
untuk
Menurut Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hanya 32,29% masyarakat
Indonesia dapat menikmati akses internet yang memadai.1 Hal ini menandakan bahwa
pemerataan fasilitas jaringan internet di Indonesia masih tergolong rendah. Selain itu, untuk
melaksanakan kuliah secara daring juga diperlukan beberapa perangkat elektronik, seperti
laptop, telepon pintar, dan beberapa perangkat lunak. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),
rata-rata pendapatan penduduk Indonesia adalah Rp 56 juta per tahun.2 Hal ini berarti ratarata pendapatan penduduk Indonesia hanya kurang lebih Rp 4,6 juta per bulan. Hal ini cukup
memprihatinkan karena harga minimal laptop dengan spesifikasi yang dapat digunakan untuk
menjalankan kuliah secara daring adalah sekitar Rp 5 juta.
Bukan hanya dari segi sarana, kesiapan masyarakat Indonesia juga masih rentan.
Melaksakan kuliah secara daring menuntut seluruh pihak yang terlibat untuk memiliki
kemampuan dalam mengakses seluruh fasilitas yang dibutuhkan. Ketidakmampuan salah
satu pihak dalam mengakses fasilitas yang diperlukan tentunya akan mengahambat jalannya
aktivitas perkuliahan. Mengetahui kerentanan tersebut, timbulah suatu pertanyaan, “Apakah
kuliah di tengah wabah Covid-19 ini efektif dan relevan?”
Efektivitas dan Relevansi Kuliah di Tengah Wabah Covid-19
Suatu universitas dapat dikatakan sukses apabila mampu menciptakan mahasiswamahasiswi yang unggul. Mahasiswa yang unggul adalah mereka yang mampu memahami
dan menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya, baik dalam hal akademik maupun
nonakademik. Hal ini biasanya ditunjukkan atau dibuktikan oleh mahasiswa melalui
pencapaian hasil belajar yang memuaskan dalam teori maupun praktiknya.
Perkuliahan yang efektif merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
keberhasilan mahasiswa dalam studinya. Menurut KBBI, efektif berarti dapat membawa hasil.3
Artinya, perkuliahan yang efektif adalah proses belajar yang dapat membawa hasil.
Selanjutnya, menurut Dra. Hj. Tatta Herawari Daulae, M.A., perkuliahan yang efektif adalah
proses belajar yang bermanfaat dan bertujuan kepada para mahasiswa dengan
menggunakan prosedur yang tepat.4
Meutya Hafid, “Pandemi dan Pemerataan Infrastruktur Telekomunikasi”, diakses dari
https://news.detik.com/kolom/d-5059820/pandemi-dan-pemerataan-infrastruktur-telekomunikasi, pada
tanggal 8 Januari 2021 pukul 17.44.
1
Liputan6.com, “Rata-Rata Pendapatan Penduduk Indonesia Naik Jadi Rp 59,1 Juta”, diakses dari
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4172001/rata-rata-pendapatan-penduduk-indonesia-naik-jadi-rp591-juta, pada tanggal 8 Januari 2021 pukul 18.14.
2
KBBI.Kemdikbud.go.id, “Efektif”, diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/efektif, pada tanggal
10 Januari 2021 pukul 08.10
3
Tatta Herawati Daulae, “Menciptakan Pembelajaran yang Efektif”, Forum Paedagogik Vol. 06, No. 02
Juli 2014, hal. 134.
4
Perkuliahan yang efektif utamanya dapat terjadi apabila terjalin komunikasi yang baik
antara dosen dan mahasiswa. Komunikasi memperkenankan dosen untuk menyampaikan
materi dan mahasiswa untuk merespons secara aktif. Selain itu, perkuliahan juga dapat
dikatakan efektif apabila dapat cepat beradaptasi terhadap perubahan. Semakin sering suatu
universitas melakukan “update” atau pembaharuan sistem perkuliahan, semakin relevan pula
kuliah dengan dunia di masa kini maupun di masa depan. Menurut KBBI, relevan berarti
bersangkut paut; berguna secara langsung.5 Artinya, melakukan pembaharuan dapat
membuat perkuliahan berhubungan secara langsung atau sejalan dengan tuntutan dunia di
masa kini. Hal ini menjadi penting karena perkuliahan tentunya harus menyesuaikan diri
terhadap kebutuhan mahasiswanya agar dapat menjadi unggul.
Wabah Covid-19 nyatanya dapat menggagalkan atau menyulitkan banyak universitas
dalam mencapai tujuannya, yakni menghasilkan mahasiswa-mahasiswi yang unggul. Hal ini
disebabkan karena penyelenggaran perkuliahan menjadi kurang efektif akibat banyaknya
kekurangan dalam menjalani perkuliahan secara daring di tengah pandemi ini. Bagaimana
tidak? Untuk melakukan komunikasi antara dosen dan mahasiswa saja masih sering terjadi
kendala akibat kurangnya sarana teknologi dan internet. Memiliki sarana pun belum menjamin
komunikasi dapat terjalin karena isu gagap teknologi yang masih menjamur di Indonesia. Hal
ini juga diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama, M. Ali
Ramdhani, yang mengatakan bahwa masih terdapat banyak kampus Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam (PTKI) yang masih gagap menghadapi situasi ini.6
Belum lagi hal ini diperparah oleh perbedaan pandangan dosen dan mahasiswa
mengenai perkuliahan daring ini. Dosen menganggap bahwa minat mahasiswa dalam
menjalani kuliah daring sangat kecil. Kuliah daring di rumah membuat mahasiswa lebih
leluasa dalam melakukan perkuliahan karena dosen tidak dapat mengontrol mahasiswa
secara langsung. Misalnya, mahasiswa bisa saja secara sengaja tidak mendengarkan
penjelasan materi dari dosen dan melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan ketika
kuliah berlangsung ataupun bisa saja mahasiswa saling menyontek ketika ujian sedang
berlangsung. Di sini kita menyadari bahwa kuliah tidak lagi efektif dan relevan karena
pencapaian hasil belajar pun bisa saja bukan hasil yang orisinal alias bodong.
Di lain sisi, mahasiswa merasa sulit untuk dapat memahami materi yang diberikan
akibat kurang jelasnya penyampaian materi serta kurangnya interaksi langsung antara dosen
dan mahasiswa. Belum lagi kesulitan untuk bertanya kepada teman lainnya yang memiliki
KBBI.Kemdikbud.go.id, “Relevan”, diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/relevan, pada
tanggal 12 Januari 2021 pukul 00.13
5
Bisma Septalisma, “Kemenag Nilai Banyak Kampus Keagamaan yang Gagap Jalani PJJ”, diakes
dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200825142322-20-539059/kemenag-nilai-banyakkampus-keagamaan-yang-gagap-jalani-pjj, pada tanggal 12 Januari 2021 pukul 07.49
6
karakter yang berbeda-beda. Ditambah lagi, mahasiswa juga merasa bahwa dosen mencoba
mempersulit mahasiswa dengan memberikan tugas dan ujian yang cukup sulit dengan waktu
yang singkat. Salah satu bukti bahwa hal ini memang terjadi adalah tulisan dari salah satu
mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Makassar yang mengimbau kepada
tenaga pendidik untuk lebih profesional dan jangan hanya memberikan tugas yang menumpuk
selama kuliah daring.7
Fenomena tersebut menyadarkan kita bahwa masih banyak dosen maupun
mahasiswa yang seakan tidak siap menghadapi perubahan ini, baik dari segi sarana maupun
skill. Beberapa pihak terlihat masih belum mampu bertanggung jawab terhadap kewajibannya
masing-masing. Hal inilah yang membuat perkuliahan tidak lagi relevan karena tidak
tercapainya tujuan yang menjadi garis pembatas antara mereka yang menuntut ilmu di
perguruan tinggi dan yang tidak.
Memang fenomena ini belum sepenuhnya menemukan solusi karena disebabkan oleh
berbagai faktor. Salah satunya ialah keterlambatan warga negara kita untuk mengejar
kemajuan teknologi. Selain itu, karakter dari beberapa masyarakat yang mayoritas masih
menyepelekan pendidikan. Namun, tentunya selalu ada jalan asalkan mau berusaha.
Usaha tersebut harus dimulai dari masing-masing individu. Setiap mahasiswa dan
dosen harus melakukan evaluasi untuk menemukan kekurangan perkuliahan daring ini.
Misalnya, mahasiswa harus mempelajari materi utamanya sebelum dijelaskan oleh dosen
agar ketika masuk kelas sudah tidak lagi mengalami kebingungan. Mahasiswa pun sudah
memiliki pengetahuan mengenai materi yang akan dipelajari dan sudah siap dengan berbagai
pertanyaan. Dengan demikian mahasiswa dapat bertukar pendapat dengan mahasiswa yang
lain dan dengan dosen sehingga pembelajaran berlangsung dengan interaktif. Di samping itu
juga, dosen diharapkan mampu mengemas materi dengan menarik agar terkesan lebih ringan
dan menarik untuk dipelajari. Selain itu, pemberian tugas pun disesuaikan dengan kebutuhan
mahasiswa di era digital sekarang. Walapun berada dalam kondisi pandemi, sebaiknya
mahasiswa mampu berkreativitas dan berinovatif.
Akhir Kata
Kuliah di tengah wabah Covid-19 memang memiliki tantangan tersendiri. Tantangan
tersebut tidak hanya dirasakan oleh negara kita tercinta, tetapi semua negara di seluruh
bagian dunia juga ikut merasakannya. Penyelenggaraan kuliah di tengah wabah ini memang
kurang efektif dan relevan terutama karena sarana yang tersedia terbatas dan kurang
memadai untuk digunakan menghadapi perkulihan secara daring. Kurangnya tanggung jawab
Taufik Hidayat, “[Opini] Polemik Kuliah Online”, diakses dari https://profesiunm.com/2020/05/10/opini-polemik-kuliah-online/, pada tanggal 12 Januari pukul 09.55
7
mahasiswa juga menjadi alasan lain. Situasi wabah Covid-19 ini juga bisa dijadikan sarana
untuk mengevaluasi sistem pendidikan di Indonesia yang masih jauh dari kata sempurna dan
perlu banyak perbaikan.
Oleh karena itu, perlu adanya langkah-langkah perbaikan sistem pendidikan dari
pihak-pihak terkait, seperti pemerintah harus menyediakan sarana yang memadai untuk
menunjang perkuliahan secara daring dan perlu adanya usaha untuk merevolusi perspektif
masyarakat mengenai pendidikan. Selanjutnya, pihak pengajar juga perlu mengganti cara
pembelajaran menjadi lebih ringan dan menarik agar mahasiswa bisa lebih memahami materi
dengan baik. Terakhir, perlu adanya sikap tanggung jawab dalam diri mahasiswa agar
perkuliahan secara daring ini dapat berjalan dengan efektif. Jadi, untuk meningkatkan
efektifvitas dan relevansi dari kuliah di tengah wabah Covid-19 ini, memang diperlukan adanya
kolaborasi antara semua pihak yang terlibat sehingga mutu dan kualitas pendidikan tetap
terjaga dan terjamin.
Daftar Pustaka
Daulae, T. H. 2014. “Menciptakan Pembelajaran yang Efektif”. Forum Paedagogik Vol.06,
No.02, Juli 2014, 134.
Efektif (Def. 3) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/efektif, pada tanggal 10 Januari 2021.
Hafid, M. 2020. “Pandemi dan Pemerataan Infrastruktur Telekomunikasi”. Detiknews 19 Juni
2020.
Diakses
dari
https://news.detik.com/kolom/d-5059820/pandemi-danpemerataan-infrastruktur-telekomunikasi, pada tanggal 8 Januari 2021.
Hidayat, T. “[Opini] Polemik Kuliah Online”. Profesi-UNM 10 Mei 2020. Diakses dari
https://profesi-unm.com/2020/05/10/opini-polemik-kuliah-online/, pada tanggal 12
Januari 2021.
Liputan6.com. 2020. “Rata-Rata Pendapatan Penduduk Indonesia Naik Jadi Rp 59,1 Juta”.
Liputan6
5
Februari
2020.
Diakses
dari
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4172001/rata-rata-pendapatan-pendudukindonesia-naik-jadi-rp-591-juta, pada tanggal 8 Januari 2021.
Paing, R.M. 2020. “Perkuliahan Daring: Solusi atau Pelarian?”. Esai. Lomba Esai Kementrian
Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan
Penanganan COVID-19.
Relevan (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/relevan, pada tanggal 12 Januari 2021.
Septalisma, B. 2020. “Kemenag Nilai Banyak Kampus Keagamaan yang Gagap Jalani PJJ”.
CNNIndonesia
26
Oktober
2020.
Diakses
dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200825142322-20-539059/kemenag-nilaibanyak-kampus-keagamaan-yang-gagap-jalani-pjj, pada tanggal 12 Januari 2021.
Download