ANALISIS CLUSTER PERSEBARAN PENDUDUK DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2018 Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Analisis Penelitian (PLA-209) disusun oleh: Dewi Fortuna Nurtanzila 242018020 Mevran Verreni Zahhran R 242018042 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG 2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................................................................................................................. i BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang ................................................................................................................... 1 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1 Tujuan ................................................................................................................................... 1 BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................................... 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 Analisis Cluster .................................................................................................................. 2 Tujuan Analisis Cluster................................................................................................... 2 Asumsi Analisis Cluster .................................................................................................. 2 Manfaat Analisis Cluster................................................................................................. 3 Metode Analisis Cluster .................................................................................................. 3 Proses Analisis Cluster ................................................................................................... 3 BAB III GAMBARAN UMUM .............................................................................................. 7 3.1 3.2 Kondisi Geografis.............................................................................................................. 7 Kependudukan .................................................................................................................. 9 BAB IV ANALISIS ............................................................................................................... 10 4.1 4.2 4.3 4.4 Studi kasus ........................................................................................................................10 Standarisasi/Transformasi .........................................................................................11 Metode Non-Hierarki ....................................................................................................12 Metode Hierarki ..............................................................................................................17 BAB V KESIMPULAN ........................................................................................................ 24 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 26 i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis cluster merupakan salah satu alat yang penting dalam pengolahan data statistik untuk melakukan analisis data. Analisis cluster merupakan seperangkat metodologi yang secara otomatis mengelompokkan objek ke dalam sebuah cluster berdasarkan kemiripannya. Secara intuitif, objek yang berada pada satu cluster lebih memiliki kemiripan antar satu sama lain dibandingkan objek cluster lain. Analisis cluster memiliki aplikasi yang luas seperti data mining (penambangan data), pencarian informasi, biologi, kesehatan, marketing dan segmentasi gambar (Pande dkk, 2012). Ahuja dan Bal (2014) mengungkapkan bahwa analisis cluster dapat digunakan sebagai sebuah alat untuk mendapatkan pengetahuan mengenai penyebaran/pola data atau dapat digunakan sebagai langkah pra process untuk algoritma lain. Analisis cluster juga dapat digunakan untuk menyimpulkan data sehingga menemukan kelompok yang “natural” atau “real”. Secara umum terdapat dua jenis data dalam analisis cluster yang digunakan yakni data metric dan non metric atau kombinasi dari kedua jenis data tersebut sehingga akan menambah kerumitan data dalam analisis cluster. Persebaran penduduk secara umum adalah bentuk penyebaran atau distribusi penduduk di suatu wilayah atau Negara. Faktor penyebab persebaran penduduk yang tidak merata antara lain adalah kesuburan tanah, iklim, topografi, sumber air, dan transportasi. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengelompokan kecamatan di Kabupaten Majalengka berdasarkan persebaran penduduk dengan menggunakan analisis cluster. 1.3 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengelompokan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Majalengka yang memiliki kemiripan persebaran penduduk ke dalam cluster-cluster 1 yang terbentuk. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Analisis Cluster Analisis Cluster adalah suatu analisis statistik multivariate yang bertujuan untuk mengetahui struktur data dengan menempatkan kesamaan obyek observasi ke dalam satu kelompok data sehingga dapat dibedakan antara kelompok satu dengan kelompok yang lain atau dengan cara memisahkan kasus/obyek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang lain. Dalam analisis ini tiap-tiap kelompok bersifat homogen antara anggota dalam kelompoknya atau dapat dikatakan variasi obyek/individu dalam satu kelompok yang terbentuk sekecil mungkin (Anderberg,1973). Dengan kata lain yang lebih mudah dipahami, analisis cluster adalah analisis yang dilakukan untuk mengelompokkan objek – objek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara objek – objek tersebut. Diharapkan dengan terbentuknya kelompok – kelompok tersebut akan lebih mudah dalam menganalisa dan lebih tepat pengambilan keputusan yang sehubungan dengan masalah tersebut. Perbedaan analisis cluster dengan analisis faktor adalah bahwa analisis cluster terfokus pada pengelompokan objek sedangkan analisis faktor terfokus pada kelompok variabel. 2.2 Tujuan Analisis Cluster Tujuan Analisis Cluster adalah untuk mengelompokan sekelompok data objek ke dalam beberapa kelompok (cluster) berdasarkan kesamaan (similarity) karakteristik tertentu yang dapat dibedakan antara kelompok (cluster) yang satu dengan kelompok (cluster) yang lainnya. Dengan demikian, ciri-ciri suatu cluster yang baik yaitu mempunyai : a. Homogenitas internal (within cluster); yaitu kesamaan antar anggota dalam satu cluster. b. Homogenitas external (between cluster); yaitu perbedaan antara cluster yang satu dengan cluster yang lain. 2.3 Asumsi Analisis Cluster Asumsi yang harus dipenuhi dalam Analisis Cluster yaitu : a. Sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili populasi yang ada (repesentativeness of the sample). 2 b. Multikolinieritas. 2.4 Manfaat Analisis Cluster Beberapa manfaat dari analisis cluster adalah : a. Eksplorasi data peubah ganda, b. Reduksi data, c. Stratifikasi sampling, dan d. Prediksi keadaan obyek. 2.5 Metode Analisis Cluster Adapun metode pengelompokan dalam analisis cluster meliputi: • Metode Hirarkis; memulai pengelompokan dengan dua atau lebih obyek yang mempunyai kesamaan paling dekat. Kemudian diteruskan pada obyek yang lain dan seterusnya hingga cluster akan membentuk semacam ‘pohon’ dimana terdapat tingkatan (hirarki) yang jelas antar obyek, dari yang paling mirip hingga yang paling tidak mirip. Alat yang membantu untuk memperjelas proses hirarki ini disebut “dendogram”. • Metode Non-Hirarkis; dimulai dengan menentukan terlebih dahulu jumlah cluster yang diinginkan (dua, tiga, atau yang lain). Setelah jumlah cluster ditentukan, maka proses cluster dilakukan dengan tanpa mengikuti proses hirarki. Metode ini biasa disebut “K- Means Cluster”. 2.6 Proses Analisis Cluster Sebagaimana teknik multivariat lain, proses analisis cluster dapat dijelaskan dalam enam tahap sebagai berikut : • Tahap Pertama : Tujuan Analisis Cluster Tujuan utama analisis cluster adalah mempartisi suatu set objek menjadi dua kelompok atau lebih berdasarkan kesamaan karakteristik khusus yang dimilikinya. Dalam pembentukan kelompok/cluster dapat dicapai tiga tujuan, yaitu : A. Deskripsi klasifikasi (taxonomy description) Penerapan anallisis cluster secara tradisional bertujuan mengeksplorasi dan membentuk suatu klasisfikasi/taksonomi secara empiris. Karena kemampuan partisinya analisis cluster dapat diterapkan secara luas. Meskipun secara empiris merupakan teknik eksplorasi analisis cluster dapat pula digunakan untuk tujuan konfirmasi. 3 1. Penyederhanaan Data Penyederhanaan data merupakan bagian dari suatu taksonomi. Dengan struktur yang terbatas observasi/objek dapat dikelompokkan untuk analisis selanjutnya. 2. Identifikasi Hubungan (Relationship Identification) Hubungan antar objek diidentifikasi secara empiris. Struktur analisis cluster yang sederhana dapat menggambarkan adanya hubungan atau kesamaan dan perbedaan yang tidak dinyatakan sebelumnya. Pemilihan pada Pengelompokan Variabel Tujuan analisis cluster tidak dapat dipisahkan dengan pemilihan variabel yang digunakan untuk menggolongkan objek ke dalam cluster-cluster. Cluster yang terbentuk merefleksikan struktur yang melekat pada data seperti yang didefinisikan oleh variabelvariabel. Pemilihan variabel harus sesuai dengan teori dan konsep yang umum digunakan dan harus rasional. Rasionalitas ini didasarkan pada teori-teori eksplisit atau penelitian sebelumnya. Variabelvariabel yang dipilih hanyalah variabel yang dapat mencirikan objek yang akan dikelompokkan dan secara spesifik harus sesuai dengan tujuan analisis cluster. • Tahap Kedua : Desain Penelitian dalam Analisis Cluster Ada tiga hal penting dalam tahap ini adalah pendeteksian outlier, mengukur kesamaan, dan standarisasi data. A. Pendeteksian Outlier Outlier adalah suatu objek yang sangat berbeda dengan objek lainnya. Outlier dapat digambarkan sebagai observasi yang secara nyata kebiasaan, tidak mewakili populasi umum, dan adanya undersampling dapat pula memunculkan outlier. Outlier menyebabkan menyebabkan struktur yang tidak benar dan cluster yang terbentuk menjadi tidak representatif. B. Mengukur Kesamaan antar Objek Konsep kesamaan adalah hal yang fundamental dalam analisis cluster. Kesamaan antar objek merupakan ukuran korespondensi antar objek. Ada tiga metode yang dapat diterapkan, yaitu ukuran korelasi, ukuran jarak, dan ukuran asosiasi. 1. Ukuran Korelasi 4 Ukuran ini dapat diterapkan pada data dengan skala metrik, namun jarang digunakan karena titik bertnya pada nilai suatu pola tertentu, padahal tisik berat analisis cluster adalah besarnya objek. Kesamaan antar objek dapat dilihat dari koefisien korelasi antar pasangan objek yang diukur dengan beberapa variabel. 2. Ukuran Jarak Merupakan ukuran yang paling sering digunakan. Diterapkan untuk data berskala metrik. Sebenarnya merupakan ukuran ketidakmiripan, dimana jarak yang besar menunjukkan sedikit kesamaan sebaliknya jarak yang pendek/kesil menunjukkan bahwa suatu objek makin mirip dengan objek lain. Bedanya dengan ukuran korelasi adalah bnahwa ukuran jarak fokusnya pada besarnya nilai. Cluster berdasarkan ukuran korelasi bisa saja tidak memiliki kesamaan nilai tapi memiliki kesamaan pola, sedangkan cluster dberdasrkan ukuran jarak lebih memiliki kesamaan nilai meskipun polanya berbeda. Ada beberapa tipe ukuran jarak antara lain jarak Euklidian, jarak city-Box, dan jarak Mahalanobis. Ukuran yang paling sering digunakan adalah jarak Euklidian. Jarak Euklidian adalah besarnya jarak suatu garis lurus yang menghubungkan antar objek. 3. Ukuran Asosiasi Ukuran asosiasi dipakai untuk mengukur data berskala nonmetrik (nominal atau ordinal). C. Standarisasi Data 1. Standarisasi Variabel Bentuk paling umum dalam standarisasi variabel adalah konversi setiap variabel terhadap skor atandar (dikenal dengan Z score) dengan melakukan substraksi nilai tengan dan membaginyadengan standar deviasi tiap variabel. 2. Standarisasi Data Berbeda dengan standarisasi variabel, standarisasi ndata dilakukan terhadap observasi/objek yang akan dikelompokkan. • Tahap Ketiga : Asumsi-asumsi dalam Analisis Cluster Seperti hal teknik analisis lain,analisis cluster juga menetapkan adanya suatu asumsi. Ada dua asumsi dalam analisis cluster, yaitu : A. Kecukupan Sampel untuk merepresentasikan/mewakili Populasi 5 Biasanya suatu penelitian dilakukan terhadap populasi diwakili oleh sekelompok sampel. Sampel yang digunakan dalam analisis ckuster harus dapat mewakili populasi yang ingin dijelaskan, karena analisis ini baik jika sampel representatif. Jumlah sampel yang diambil tergantung penelitinya, seorang peneliti harus yakin bahwa sampil yang diambil representatif terhadap populasi. B .Pengaruh Multukolinieritas Ada atau tidaknya multikolinieritas antar variabel sangat diperhatikan dalam analisis cluster karena hal itu berpengaruh, sehingga variabel-variabel yang bersifat multikolinieritas secara eksplisit dieprtimbangkan dengan lebih seksama. • Tahap Keempat : Proses Mendapatkan Cluster dan Menilai kelayakan secara keseluruhan Ada dua proses penting yaitu algoritma cluster dalam pembentukan cluster dan menentukan jumlah cluster yang akan dibentuk. Keduanya mempunyai implikasi substansial tidak hanya pada hasil yang diperoleh tetapi juga pada interpretasi yang akan dilakukan terhadap hasil tersebut. 6 BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Majalengka terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 10803’ – 10819’ Bujur Timur, Sebelah Timur 10812’ – 10825’ Bujur Timur, Sebelah Utara antara 637’ – 710’ Lintang Selatan dan Sebelah Selatan 643’ – 744’ Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayahnya : Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Sumedang Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Indramayu Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan Peta administrasi Kabupaten Majalengka 7 2 Luas wilayah Kabupaten Majalengka adalah 1.204,24 Km , berarti Kabupaten Majalengka hanya sekitar 3,40 % dari luas Wilayah Propinsi Jawa Barat (yaitu kurang 2 lebih 35.377,76 Km ) dengan ketinggian tempat antara 19 - 857 m diatas permukaan laut. Wilayah Kabupaten kecamatan, 13 kelurahan Majalengka dan secara administratif 334 desa. Pemekaran wilayah terdiri di dari 26 Kabupaten Majalengka terjadi pada tahun 2007 yaitu pemekaran kecamatan dan pemekaran desa. Jumlah kecamatan semula 23 menjadi 26 kecamatan sedangkan jumlah desa yang semula 318 menjadi 334 desa. Berikut nama-nama kecamatan di Kabupaten Majalengka beserta luas daerah masing- masing. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Lemahsugih Bantarujeg Malausma Cikijing Cingambul Talaga Banjaran Argapura Maja Majalengka Cigasong Sukahaji Sindang Rajagaluh Sindangwangi Leuwimunding Palasah Jatiwangi Dawuan Kasokandel Panyingkiran Kadipaten Kertajati Jatitujuh Ligung Sumberjaya Luas area (Km2) 79,64 66,52 45,04 43,54 37,03 43,50 41,98 60,56 65,21 57,00 24,17 32,52 23,97 34,37 31,76 32,46 38,69 40,03 23,80 31,61 22,98 21,86 138,36 73,66 62,25 32,30 Majalengka 1 204,24 Kecamatan Sumber : BPS Kabupaten Majalengka 8 3.2 Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada Tahun 2018 berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk 2010-2020 adalah 1.199.300 jiwa terdiri dari 599.323 jiwa lakilaki dan 599.977 jiwa perempuan. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan sex ratio 99.89. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Majalengka pada Tahun 2018 adalah 996 Jiwa/Km2, kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jatiwangi dengan kepadatan 2.173 Jiwa/Km2 dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Kertajati dengan kepadatan 311 Jiwa/Km2. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk per Km2 di Kabupaten Majalengka, Tahun 2010 dan 2018. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Kecamatan Lemahsugih Bantarujeg Malausma Cikijing Cingambul Talaga Banjaran Argapura Maja Majalengka Cigasong Sukahaji Sindang Rajagaluh Sindangwangi Leuwimunding Palasah Jatiwangi Dawuan Kasokandel Panyingkiran Kadipaten Kertajati Jatitujuh Ligung Sumberjaya Majalengka Penduduk 2010 56.334 42.282 41.169 57.260 35.086 41.975 23.703 33.366 47.695 68.942 32.989 39.049 14.272 40.899 30.039 56.696 46.081 81.454 44.509 45.641 29.433 42.534 41.147 49.959 55.465 55.247 1.153.226 2018 55.315 44.712 40.330 57.705 36.477 41.711 24.739 35.805 48.897 71.390 32.233 38.864 14.406 41.769 32.576 58.307 47.352 86.975 47.566 48.811 31.876 44.216 43.034 58.506 61.043 54.685 1.199.300 Kepadatan Penduduk per Km2 2010 2018 716 742.0 636 658.0 914 946.0 1.315 1362.0 948 981.0 965 999.0 565 584.0 551 571.0 731 757.0 1.210 1253.0 1.365 1415.0 1.201 1245.0 595 615.0 1.190 1233.0 946 979.0 1.747 1808.0 1.191 1233.0 2.035 2105.0 1.870 1936.0 1.444 1493.0 1.281 1325.0 1.946 2016.0 297 308.0 678 701.0 891 921.0 1.688 1747.0 958 996 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka 9 BAB IV ANALISIS 4.1 Studi kasus Penelitian akan dilakukan terhadap 26 Kecamatan di Kabupaten Majalengka yang bertujuan untuk mengetahui pengelompokan kecamatan-kecamatan tersebut berdasarkan 4 Variabel, yaitu : 1. Luas wilayah (Km2) 2. Jumlah kelurahan (kelurahan) 3. Jumlah penduduk (jiwa) 4. Kepadatan penduduk (jiwa/Km2) Berikut adalah data yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut : No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Lemahsugih Bantarujeg Malausma Cikijing Cingambul Talaga Banjaran Argapura Maja Majalengka Cigasong Sukahaji Sindang Rajagaluh Sindangwangi Lewimunding Palasah Jatiwangi Dawuan Kasokandel Panyingkiran Kadipaten Kertajati Jatitujuh Ligung Sumberjaya Luas wilayah (Km2) Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) 79.64 66.52 45.04 43.54 37.03 43.5 41.98 60.56 65.21 57.0 24.17 32.52 23.97 34.37 31.76 32.52 38.69 40.03 23.8 31.61 22.98 21.86 138.36 73.66 62.25 32.3 19.00 13.00 11.00 15.00 13.00 17.00 13.00 14.00 18.00 14.00 10.00 13.00 07.00 13.00 10.00 14.00 13.00 16.00 11.00 10.00 09.00 07.00 14.00 15.00 19.00 15.00 55315.00 44712.00 40330.00 57705.00 36477.00 41711.00 24739.00 35895.00 48897.00 71390.00 32233.00 38864.00 14406.00 41769.00 32576.00 58307.00 47352.00 86975.00 47566.00 48811.00 31876.00 44216.00 43034.00 58506.00 61043.00 53685.00 10 Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 742.0 658.0 946.0 1362.0 981.0 999.0 584.0 571.0 757.0 1253.0 1415.0 1245.0 615.0 1233.0 979.0 1808.0 1233.0 2105.0 1936.0 1493.0 1325.0 2016.0 308.0 701.0 921.0 1747.0 4.2 Standarisasi/Transformasi Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan standardisasi atau transformasi data. Setelah dilakukan standardisasi, maka akan muncul output seperti tabel di bawah : Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Luas wilayah (Km2) 26 21.86 138.36 46.3412 25.03895 jumlahkelurahan 26 7.00 19.00 13.1923 3.22514 Jumlah Penduduk (jiwa) 26 14406.00 86975.00 4.6092E4 14840.73477 26 308.00 2105.00 1.1513E3 488.09782 kepadatan penduduk (Jiwa/Km2) Valid N (listwise) 26 Data output diatas digunakan untuk melakukan perhitungan saat analisis kmeans untuk menyimpulkan komposisi dari setiap cluster yang terbentuk dan pada tampilan “data view” z-score juga muncul seperti di bawah ini : 11 Hasil z-score inilah yang akan dipakai dasar analisis cluster. Namun apabila data yang terkumpul tidak mempunyai variabel satuan, maka proses analisis cluster dapat langsung dilakukan tanpa terlebih dahulu melakukan transformasi atau standardisasi. Terdapat dua jenis analisis cluster, yaitu non-hierarkis dan hierarkis. Analisis nonhierarkis dilakukan apabila jumlah cluster ingin ditentukan sendiri. Sedangkan apabila analisis hierarkis, dua objek yang paling mirip akan bergabung, kemudian gabungan tersebut akan bergabung lagi dengan satu atau lebih objek yang mirip lainnya. 4.3 Metode Non-Hierarki Selanjutnya akan dilakukan analisis cluster menggunakan metode non hierarkis. Setelah memasukan data dan diolah menggunakan aplikasi SPSS, didapatkan output sebagai berikut : Initial Cluster Centers Cluster 1 Zscore: Luas wilayah (Km2) Zscore(jumlahkelurahan) Zscore: Jumlah Penduduk (jiwa) Zscore: kepadatan penduduk (Jiwa/Km2) 2 3 3.67503 -.89345 -.25205 .25044 -1.92001 .87056 -.20605 -2.13506 2.75479 -1.72766 -1.09869 1.95397 Tabel di atas merupakan tampilan pertama proses clustering data sebelum dilakukan iterasi. Untuk mendeteksi berapa kali proses iterasi yang dilakukan dalam proses clustering dari 26 objek yang diteliti, dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Iteration Historya Change in Cluster Centers Iteration 1 2 3 1 2.362 2.314 1.997 2 .282 .132 .342 3 .207 .158 .000 12 4 .000 .000 .000 a. Convergence achieved due to no or small change in cluster centers. The maximum absolute coordinate change for any center is ,000. The current iteration is 4. The minimum distance between initial centers is 5,450. Dapat diketahui dari tabel di atas, bahwa proses clustering yang dilakukan melalui 4 tahapan iterasi untuk mendapatkan cluster yang tepat. Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa jarak minimum antar pusat cluster yang terjadi dari hasil iterasi adalah 5,450. Adapun hasil akhir dari proses clustering seperti pada tabel di bawah ini : Final Cluster Centers Cluster 1 Zscore: Luas wilayah (Km2) Zscore(jumlahkelurahan) Zscore: Jumlah Penduduk (jiwa) Zscore: kepadatan penduduk (Jiwa/Km2) 2 3 1.09315 -.56616 -.32521 .90932 -.75727 .30211 .17164 -.67076 1.11266 -.90995 .04264 1.12798 Output di atas masih terkait dengan proses standardisasi data sebelumnya, yang mengacu pada zscore dengan ketentuan sebagai berikut : • Nilai negatif (-) berarti data berada di bawah rata-rata total • Nilai positif (+) berarti data berada di atas rata-rata total Data di atas juga digunakan untuk melakukan perhitungan seperti yang sudah dijelaskan di awal. Rumus yang digunakan untuk melakukan perhitungan yaitu : X=µ+Z.σ Dimana : X = Rata-Rata Sampel (Variabel Dalam Cluster) Z = Nilai Standardisasi 13 µ = Rata-Rata Populasi σ = Standar Deviasi • Perhitungan rata- rata jumlah luas wilayah (Km2) setiap cluster : Cluster 1: = 46.3412 + ( 1.09315 X 25.03895 ) = 73.71252819 Cluster 2 : = 46.3412 + (-0.56616 X 25.03895 ) =32.16514807 Cluster 3 : = 46.3412 + ( -0.32521 X 25.03895 ) =38.19828307 • Perhitungan rata rata Jumlah kelurahan/desa Cluster 1 = 13.1923 + (0.90932 x 3.22514) = 16.1249843 Cluster 2 = 13.1923 + (-0.75727x 3.22514) =10.74999823 Cluster 3 = 13.1923 + (0.30211x 3.22514) = 14.16664705 • Rata rata Jumlah penduduk Cluster 1 = 46.092 + (0.17164 x 14840.73477) = 48639.26372 Cluster 2 = 46.092 + (-0.67076 x 14840.73477) = 36137.42875 Cluster 3 = 46.092 + (1.11266 x 14840.73477) = 62604.69195 • Rata-rata Kepadatan Penduduk Cluster 1 =11.513 + (-0.90995 x 488.09782) = 11068.85539 Cluster 2 =11.513 + (0.04264 x 488.09782) = 11533.81249 Clustetr 3 =11.513 + (1.12798 x 488.09782) = 12063.56458 Setelah dilakukan perhitungan dan dilihat dari tabel, pengelompokan cluster dapat didefinisikan sebagai berikut : 14 • Cluster 1 Cluster 1 berisikan kecamatan-kecamatan yang memiliki luas wilayah, jumlah kelurahan dan jumlah penduduk diatas rata-rata sedangkan kepadatan penduduk dibawah rata-rata. Hal ini ditunjukkan dari nilai positif yang terdapat pada tabel Final Cluster Centers. Maka dari itu, dapat diduga bahwa cluster 1 berisi kecamatan dengan penyebaran penduduk yang merata. • Cluster 2 Cluster berisikan kecamatan-kecamatan yang memiliki jumlah kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk diatas ratarata sedangkan luas wilayah dibawah rata-rata. Maka dari itu, dapat diduga bahwa cluster 2 berisi kecamatan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. • Cluster 3 Cluster 3 berisikan kecamatan-kecamatan yang memiliki luas wilayah dibawah rata-rata. Maka dari itu, dapat diduga bahwa cluster 3 berisi kecamatan dengan penyebaran penduduk yang cukup merata. Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah melihat perbedaan variabel pada cluster yang terbentuk. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai F dan nilai probabilitas (sig) pada tiap variabel. ANOVA Cluster Mean Square Error Df Mean Square df F Sig. Zscore: Luas wilayah (Km2) 7.020 2 .476 23 14.734 .000 Zscore(jumlahkelurahan) 7.022 2 .476 23 14.742 .000 6.531 2 .519 23 12.584 .000 7.140 2 .466 23 15.319 .000 Zscore: Jumlah Penduduk (jiwa) Zscore: kepadatan penduduk (Jiwa/Km2) The F tests should be used only for descriptive purposes because the clusters have been chosen to maximize the differences among cases in different clusters. The observed significance levels are not corrected for this and thus cannot be interpreted as tests of the hypothesis that the cluster means are equal. Semakin besar nilai F dan (sig < 0,05), maka semakin besar perbedaan variabel pada cluster yang terbentuk. Dengan begitu dapat diketahui bahwa variabel kepadatan penduduk merupakan variabel yang paling menunjukkan adanya perbedaan 15 antar ketiga cluster yang terbentuk. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F sebesar 15.319 dan nilai sig. sebesar 0,000, diikuti dengan variabel Jumlah kelurahan dengan nilai F sebesar 14.742 dan nilai sig. sebesar 0,000. Untuk mengetahui jumlah anggota masing-masing cluster yang terbentuk, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Number of Cases in each Cluster Cluster 1 8.000 2 12.000 3 6.000 Valid 26.000 Missing .000 Tabel di atas memberi informasi bahwa cluster 1 beranggotakan 8 kecamatan, cluster 2 beranggotakan 12 kecamatan, dan cluster 3 beranggotakan 6 kecamatan. Selanjutnya, untuk mengetahui kecamatan-kecamatan mana saja yang masuk pada setiap cluster, dapat dilihat pada tabel data view di bawah ini : Kecamatan Lemahsugih Bantarujeg Malausma Cikijing Cingambul Talaga Banjaran Argapura Maja Majalengka Cigasong Sukahaji Sindang Rajagaluh Sindangwangi Lewimunding Palasah Jatiwangi Dawuan Kasokandel Panyingkiran QCL_1 1.0 1.0 2.0 3.0 2.0 1.0 2.0 1.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 3.0 2.0 2.0 16 QCL_2 1.02867 1.04954 0.75159 0.84026 0.82356 1.45088 1.63766 1.23501 0.68121 1.32760 0.68770 0.73687 2.21493 0.80872 0.51809 0.43043 1.06828 1.92544 1.59742 1.10278 0.78076 2.0 1.0 1.0 1.0 3.0 Kadipaten Kertajati Jatitujuh Ligung Sumberjaya 2.19250 2.81274 0.75091 1.37651 0.70146 Kolom Kecamatan menunjukkan nama kecamatan, sedangkan kolom QCL_1 menunjukkan nomor cluster, dan kolom QCL_2 menunjukkan jarak antara objek dengan pusat cluster. Dengan demikian dapat diketahui bahwa : Cluster 1 Berisikan Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg, Talaga, Argapura, Maja, Kertajati, Jatitujuh, Ligung dengan masing masing jarak terhadap cluster adalah 1.02867, 1.04954, 1.45088, 1.23501, 0.68121, 2.81274, 0.75091, 1.37651 Cluster 2 Berisikan Kecamatan Malausma, Cingambul, Banjaran, Cigasong, Sukahaji, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi , Palasah, Panyingkiran, Kasokandel, Kadipaten dengan masing-masing jarak terhadap cluster adalah 0.75159, 0.82356, 1.63766, 0.68770, 0.73687, 2.21493, 0.80872, 0.51809, 1.06828, 1.10278, 0.78076, 2.19250 Cluster 3 berisikan Kecamatan Cikijing, Majalengka, Lewimunding, Jatiwangi, Dawuan, Sumberjaya dengan masing-masing jarak terhadap cluster adalah 0.84026, 1.32760, 0.43043, 1.92544, 1.59742, 0.70146. 4.4 Metode Hierarki Case Processing Summarya Cases Valid N Missing Percent 26 100.0% N Total Percent 0 .0% N Percent 26 100.0% a. Squared Euclidean Distance used Tabel di atas menunjukan bahwa semua data sejumlah 26 obyek berupa kecamatan di Kabupaten Majalengka telah diproses tanpa ada data yang hilang. 17 Selanjutnya, dari tabel di atas dapat diketahui matriks jarak antara objek satu dengan objek yang lain. Semakin kecil jarak Euclidean, maka semakin mirip kedua objek tersebut sehingga akan membentuk cluster. Agglomeration Schedule Cluster Combined Stage Cluster 1 Stage Cluster First Appears Cluster 2 Coefficients Cluster 1 Cluster 2 Next Stage 1 12 14 .044 0 0 4 2 11 21 .133 0 0 14 3 16 26 .209 0 0 10 4 12 17 .280 1 0 5 5 5 12 .521 0 4 12 6 2 8 .538 0 0 16 7 1 9 .616 0 0 9 8 3 15 .655 0 0 12 9 1 25 .829 7 0 13 10 4 16 1.012 0 3 17 11 19 20 1.024 0 0 15 12 3 5 1.197 8 5 14 13 1 24 1.679 9 0 18 14 3 11 1.886 12 2 19 15 19 22 1.941 11 0 20 16 2 7 2.004 6 0 19 17 4 10 2.609 10 0 20 18 1 6 2.768 13 0 22 19 2 3 3.595 16 14 21 20 4 19 5.256 17 15 21 21 2 4 5.818 19 20 22 22 1 2 8.033 18 21 23 23 1 13 12.843 22 0 24 24 1 18 15.825 23 0 25 25 1 23 21.260 24 0 0 Tabel di atas merupakan hasil proses clustering dengan metode Between Group Linkage. Maka dilakukan pengelompokan yang dilakukan secara bertingkat. 18 • Stage 1 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Sukahaji dan Rajagaluh dengan jarak 0,044. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 4. • Stage 2 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Cigasong dan Panyingkiran dengan jarak 0.133. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 14. • Stage 3 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Lewimunding dan panyingkiran dengan jarak 0.209. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 10 • Stage 4 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Sukahaji dan Palasah dengan jarak 0.280 Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 5 • Stage 5 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Cingambul dan Sukahaji dengan jarak 0.521. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 12 • Stage 6 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Bantarujeg dan Argapura dengan jarak 0.538.Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 16 • Stage 7 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Lemahsugih dan Maja dengan jarak 0.6161. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 9. • Stage 8 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Malausma dan Sindangwangi dengan jarak 0.655. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 12. • Stage 9 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Lemahsugih dan ligung dengan jarak 0.829. Proses clustering ini selanjutnya pada stage 13 • Stage 10 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Cikijing Lewimunding dengan jarak 1.012 . Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 17. • Stage 11 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Dawuan dan Kasokandel dengan jarak 1,024. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 15 19 • Stage 12 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Malausma dan Cingambul dengan jarak 1,197. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 14 • Stage 13 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Lemahsugih dan Jatitujuh dengan jarak 1.679. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 18 • Stage 14 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Malausma dan cigasong dengan jarak 1.886. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 19 • Stage 15 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Dawuan dan Kadipaten dengan jarak 1.941. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 20. • Stage 16 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Bantarujeg dan Banjaran dengan jarak 2.004. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 19. • Stage 17 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Cikijing dan Majalengka dengan jarak 2.609. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 20 • Stage 18 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Lemahsugih dan Talaga dengan jarak 2.768 Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 22 • Stage 19 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Bantarujeg dan Malasuma dengan jarak 3.595 Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 21 • Stage 20 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Cikijing dan Dawuan dengan jarak 5.256. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 21 • Stage 21 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Bantarujeg dan Cikijing dengan jarak 5.818. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 22 • Stage 22 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Lemahsugih dan Bantarujeg dengan jarak 8.033. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 23 20 • Stage 23 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Lemasugih dan Sindang dengan jarak 12.843. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 24 • Stage 24 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Lemahsugih dan Lewimunding dengan jarak 15.825. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 25 • Stage25 : terbentuk cluster yang beranggotakan Kecamatan Lemahsugih dan Kertajati dengan jarak 21.260. Proses clustering selanjutnya dilakukan pada stage 0 Proses aglomerasi ini bersifat kompleks, khususnya perhitungan koefisien yang melibatkan sekian banyak objek dan terus bertambah. Proses aglomerasi pada akhirnya akan menyatukan semua objek menjadi satu cluster. Hanya saja, dalam prosesnya dihasilkan beberapa cluster dengan masingmasing anggotanya, tergantung dengan jumlah cluster yang dibentuk. Perincian jumlah cluster dengan anggota yang terbentuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Cluster Membership Case 4 Clusters 3 Clusters 2 Clusters 1:Lemahsugih 1 1 1 2:Bantarujeg 1 1 1 3:Malausma 1 1 1 4:Cikijing 1 1 1 5:Cingambul 1 1 1 6:Talaga 1 1 1 7:Banjaran 1 1 1 8:Argapura 1 1 1 9:Maja 1 1 1 10:Majalengka 1 1 1 11:Cigasong 1 1 1 12:Sukahaji 1 1 1 13:Sindang 2 1 1 14:Rajagaluh 1 1 1 15:Sindangwangi 1 1 1 16:Lewimunding 1 1 1 21 17:Palasah 1 1 1 18:Jatiwangi 3 2 1 19:Dawuan 1 1 1 20:Kasokandel 1 1 1 21:Panyingkiran 1 1 1 22:Kadipaten 1 1 1 23:Kertajati 4 3 2 24:Jatitujuh 1 1 1 25:Ligung 1 1 1 26:Sumberjaya 1 1 1 Dapat diketahui dari tabel di atas bahwa : Apabila 4 cluster yang dibentuk, maka : • Anggota cluster 1 adalah Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Talaga, Banjaran, Argapura, Maja, Majalengka, Cigasong, Sukahaji, Rajagaluh, Sindangwangi, Lewimunding, Palasah, Dawuan, Kasokandel, Panyingkiran, Kadipaten, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya. • Anggota cluster 2 adalah Kecamatan Sindang. • Anggota cluster 3 adalah Kecamatan Jatiwangi. • Anggota cluster 4 adalah Kecamatan Kertajati. Apabila 3 cluster yang dibentuk, maka : • Anggota cluster 1 adalah Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Talaga, Banjaran, Argapura, Maja, Cigasong, Sukahaji, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi, Majalengka, Lewimunding, Palasah, Dawuan, Kasokandel, Panyingkiran, Kadipaten, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya. • .Anggota cluster 2 adalah Kecamatan Jatiwangi. • Anggota cluster 3 adalah Kecamatan Kertajati. Apabila 2 cluster yang dibentuk, maka : • Anggota cluster 1 adalah Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Talaga, Banjaran, Argapura, Maja, Majalengka, Cigasong, Sukahaji, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi, Lewimunding, 22 Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Panyingkiran, Kadipaten, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya. • Anggota cluster 2 adalah Kecamatan Kertajati. 23 BAB V KESIMPULAN Adapun simpulan yang didapat dari hasil analisis, yaitu : 1. Pada analisis dengan menggunakan metode non-hierarki, terdapat 3 cluster dengan rincian anggota sebagai berikut : Cluster 1 Berisikan Kecamatan Lemahsugih,Bantarujeg,Talaga,Argapura,Maja, Kertajati, Jatitujuh, Ligung dengan masing masing jarak terhadap cluster adalah 1.02867, 1.04954, 1.45088, 1.23501, 0.68121, 2.81274, 0.75091, 1.37651 Cluster 2 Berisikan Kecamatan Malausma,Cingambul, Banjaran,Cigasong, Sukahaji, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi , Palasah, Panyingkiran, Kasokandel, Kadipaten dengan Masing-masing jarak terhadap cluster adalah 0.75159, 0.82356, 1.63766, 0.68770, 0.73687, 2.21493, 0.80872, 0.51809, 1.06828, 1.10278, 0.78076, 2.19250 Cluster 3 berisikan Kecamatan Cikijing, Majalengka, Lewimunding, Jatiwangi, Dawuan, Sumberjaya dengan masing-masing jarak terhadap cluster adalah 0.84026, 1.32760, 0.43043, 1.92544, 1.59742, 0.70146 2. Pada analisis dengan menggunakan metode hierarki apabila 4 cluster yang dibentuk, maka : • Anggota cluster 1 adalah Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Talaga, Banjaran, Argapura, Maja, Majalengka, Cigasong, Sukahaji, Rajagaluh, Sindangwangi, Lewimunding, Palasah, Dawuan, Kasokandel, Panyingkiran, Kadipaten, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya. • Anggota cluster 2 adalah Kecamatan Sindang. • Anggota cluster 3 adalah Kecamatan Jatiwangi. • Anggota cluster 4 adalah Kecamatan Kertajati. Apabila 3 cluster yang dibentuk, maka : • Anggota cluster 1 adalah Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Talaga, Banjaran, Argapura, Maja, Majalengka, Cigasong, Sukahaji, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi, Lewimunding, Palasah, Dawuan, Kasokandel, Panyingkiran, Kadipaten, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya. • .Anggota cluster 2 adalah Kecamatan Jatiwangi. 24 • Anggota cluster 3 adalah Kecamatan Kertajati. Apabila 2 cluster yang dibentuk, maka : • Anggota cluster 1 adalah Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Talaga, Banjaran, Argapura, Maja, Majalengka, Cigasong, Sukahaji, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi, Lewimunding, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Panyingkiran, Kadipaten, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya. • Anggota cluster 2 adalah Kecamatan Kertajati. 25 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, 2019. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten MajalengkaTahun 2019. Majalengka : Badan Pusat Statistik 26