BREAK EVEN POINT /BEP BEP atau Break Even Point adalah titik dimana pendapatan sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan (Disebut TITIK IMPAS) . Total keuntungan dan kerugian ada pada posisi 0 sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap (fix cost) dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variable. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Komponen Penghitungan Dasar Selain ketiga manfaat break even analysis berikut empat konsep penggunaan break even analysis yang harus Anda ketahui: 1. Fixed cost atau biaya tetap artinya biaya tetap atau tidak berubah meskipun volume produksi berubah. 2. Variabel cost atau biaya variabel, artinya biaya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. 3. Penghasilan atau revenue, merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh penjual barang. 4. Laba atau profit, merupakan sisa penghasilan setelah dikurangi biaya tetap dan biaya variable. Metode Perhitungan dan Rumus BEP = Biaya Tetap : (Harga jual per unit – biaya variabel per unit ) Digunakan JIKA ingin mengetahui margin kontribusi atau jumlah beban setara dengan jumlah biaya dan jumlah uniy yang dikeluarkan BEP = Biaya tetap : Margin kontribusi per unit BEP tidak hanya dapat dihitung dalam bentuk unit, jika Anda sudah mengetahui berapa banyak minimal unit yang harus dijual untuk menutup biaya produksi Anda dapat mengalikannya dengan biaya per unitnya. Misal biaya per unit 5.000 dan untuk impas harus membuat 25 buah maka biaya total produksi adalah 25 x 5.000 Apabila diinginkan break even point dalam rupiah, maka dari formulasi rumus break even point dalam unit dikalikan dengan harganya (P), BEP dalam bentuk mata uang = harga jual per unit x BEP per unit Setelah mengetahui rumus perhitungan BEP Anda juga harus mengetahui Margin Contribution atau margin kontribusi. Margin kontribusi dapat mengetahui berapa keuntungan dari suatu produk yang berhasil dijual, dengan mengukur efek dari sales terhadap keuntungan. Cara menghitungnya hamper sama dengan break even point : Margin kontribusi : Total sales – Biaya variabel Dalam menghitung margin kontribusi, hal penting yang harus perhatikan adalah biaya variabel yang dikenakan, baik relasinya dengan total biaya ataupun dengan total penjualan. Dengan menggunakan margin kontribusi sebuah perusahaan dapat memisahkan biaya tetap produksinya dengan keuntungan yang didapat. Dengan begitu perusahaan mengetahui interval harga produk yang akan dijual.JADI INTERVAL HARGA DIPENGARUHI OLEH BIAYA VARIABEL YANG DIKENAKAN. Misalnya untuk membuat 25 roti dengan biaya 5000 diperlukan biaya 125.000, dan jika penjualan hanya mendapat 125.000 maka itu baru impas artinya biaya tetap yang dipakai untuk produksi= hasil penjualan. Nah karena saudara ingin mendapat keuntungan maka biaya variable juga perlu dipertimbangkan. Karena biaya variable naik turun maka harga perlu dibikin interval missal rentang harga roti 7000 sd 9000. Seorang akuntan manajer perusahaan ABC bertanggung jawab dalam operasional produksi dan persediaan stok barang ingin mengetahui jumlah sales yang diperlukan untuk menutup biaya operasional sebesar Rp.50.000.000,- dan ingin mendapat keuntungan sebesar Rp.20.000.000,- Penyabaran biaya yang dikeluarakan untuk operasinya adalah sebagai berikut: Total biaya tetap = 50.000.000 Biaya variabel per unit = 30.000 Harga jual per unit = 50.000 Keuntungan yang di inginkan = 20.000.000 Carilah nilai break even point terlebih dahulu, saat nilai break even point sudah diketahui maka selanjutnya Anda dapat mengetahui juga nilan margin kontribusi. Break even point = 50.000.000 : (margin kontribusi) Break even point = 50.000.000 : (50.000 – 30.000) Break even point = 50.000.000 : 20.000 Break even point = 2500 Unit Artinya perusahaan harus menjual 2500 Unit agar tidak mengalami kerugian, tetapi jika hanya menjual 2500 unit perusahaan ABC juga tidak akan memperoleh keuntungan. Poin penting selanjutnya bagi akuntan manajer yang mengawasi produksi adalah menghitung dalam bentuk rupiah atau mata uang lainya. Kendalanya semua biaya baik itu biaya tetap ataupun variabel harus dengan jenis mata uang. BEP dalam rupiah = Harga jual per unit x BEP unit BEP dalam rupiah = 50.000 x 2.500 unit BEP dalam rupiah = Rp.125.000.000 Mengitung Break Even Point dan Break Even Analysis Selanjutnya yang merupakan point penting dalam perhitungan break even point (BEP) adalah bagaimana menerapkan BEP untuk menghasilkan keuntungan yang dinginkan dengan menggunakan break even analysis. N unit yang dibutuhkan = (20.000.000 : margin kontibusi) + break even point unit N unit = (20.000.000 : 20.000) + 2.500 N unit = 1.000 +2.500 N unit = 3.500 Dengan menggunakan korelasi dari metode BEP dan break even analysis, manajer produksi ABC dapat mengetahui berapa banyak unit yang harus terjual agar perusahaan ABC mendapat keuntungan yang di inginkan. Dalam contoh kasus Perusahaan ABC harus menjual sebanyak 3.500 unit agar memperoleh keuntungan sebesar Rp.20.000.000. Break Even Point berguna untuk menganalisis studi kelayakan sebuah aktivitas usaha dalam perencanaan bisnis. Selain itu BEP juga berfungsi sebagai landasaan strategis penjualan misalnya penentuan harga barang, pengambilan keputusan, dan metode produksi. Anda dapat menghitung BEP usaha Anda melalui software keuangan, Jurnal. Anda dapat mencoba Jurnal secara gratis selama 14 hari! ROI (RETURN OF INVESMENT) ROI = (Pendapatan yang dihasilkan / Modal yang ditanam) x 100% Sehingga jika Rusli menanamkan modal sebesar Rp.100 juta dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp.125 juta maka tingkat pengembalian investasi tersebut menjadi : ROI = ((125 juta-100 juta) / 100 juta)x100% = (25/100)x100% ROI = 25% Sehingga return of investment yang akan Rusli dapatkan dari hasil investasi uang pada usaha temannya adalah sebesar 25% dari modal awalnya yang ia tanamkan. Investasi ini dianggap cukup menguntungkan karena nilai pengembalian investasi yang cukup besar. Karina membeli sebuah kolam yang dilelang dengan harga Rp.500 juta. Karena kondisi kolam yang tidak begitu baik, ia memutuskan untuk melakukan renovasi. Ia mengeluarkan dana sebesar Rp.100 juta untuk Renovasi. Setelah kolam selesai direnovasi, ia menjual kolam tersebut dengan harga Rp.800 juta rupiah. Berapakah Rate of Investment dari rumah yang Karina jual? Dimana : Modal yang ditanam : Rp.500 juta + Rp.100 juta = Rp.600 juta Pendapatan yang dihasilkan : Rp.800 juta – Rp.600 juta = Rp.200 juta Sehingga : ROI = (Pendapatan yang dihasilkan / Modal yang ditanam) 100% = (Rp.200 juta / Rp.600 juta )x100% = 0,33 x100% = 33 % Dengan angka 33% menunjukkan bahwa sang pembeli rumah lelang tersebut memperoleh keuntungan dari investasinya sebesar 33%. Namun selayaknya di dunia usaha yang awam menemui keuntungan serta kerugian, bagaimana bila anda menemukan ROI sebuah investasi merugi dan bukan mendatangkan keuntungan? Contoh Perhitungan Lainnya : Karina membeli sebuah akuarium raksasa yang dilelang dengan harga Rp.500 juta. Karena kondisi akuarium yang sangat buruk, ia memutuskan untuk melakukan renovasi. Ia mengeluarkan dana sebesar Rp.350 juta untuk Renovasi. Setelah akuarium selesai direnovasi, ia menjual akuarium tersebut dengan harga Rp.800 juta rupiah. Berapakah Rate of Investment dari rumah yang Karina jual? SILAHKAN a. -3.5 % b. B. 5,8 % c. 6.3 % d. -5.8% e. 3.5% NPV (Net Present Value) merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. agi sebuah bisnis, NPV bermanfaat untuk mengukur kemampuan dan peluang sebuah perusahaan dalam menjalankan investasinya hingga beberapa tahun yang akan datang, dikala nilai mata uang berubah dan berdampak pada cash flow perusahaan. Jika Berarti Maka Nilai NPV > 0 Maka investasi yang akan dijalankan, diproyeksikan akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Proyek direkomendasikan untuk dijalankan Maka investasi yang akan dijalankan, diproyeksikan tidak mendatangkan keuntungan maupun kerugian bagi perusahan. Perlu didiskusikan lebih lanjut mengenai keuntungan lain yang akan didapatkan jika investasi tetap dijalankan. Nilai NPV = 0 Maka Investasi yang akan dijalankan, diproyeksikan akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan Nilai NPV < 0 Investasi pasti menguntungkan. Jika merugikan maka hal tersebut bukanlah investasi. Sehingga Proyek direkomendasikan untuk dibatalkan. Cara Menghitung NPV Cara menghitung NPV dapat dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : Tahap yang pertama adalah dengan menghitung Present Value (PV) dari total pengeluaran per tahun dan Present Value (PV) dari total keuntungan per tahun. Tahap kedua adalah dengan menjumlahkan masing-masing Present Value (PV) total keuntungan dan Present Value (PV) total pengeluaran, lalu dicari selisih antara jumlah keduanya. Dimana Present Value (PV) adalah jumlah nilai yang harus diinvestasikan di masa sekarang jika kita menginginkan sejumlah nilai tertentu di masa yang akan datang. Sedangkan Future Value (FV) adalah jumlah nilai di masa yang akan datang dari jumlah nilai yang dibayarkan datau diinvestasikan di masa yang sekarang. Royan menginginkan uangnya berjumlah sebanyak Rp.50.000.000 lima tahun yang akan datang. Dengan tingkat bunga sebesar 6% per tahun, berapa uang yang harus ditabung Royan di saat sekarang agar nilainya mencapai Rp.50 juta lima tahun lagi atau berapa present valuenya? Diketahui : FV (Future Value) : Rp.50 juta i (diskon factor) : 6% atau 0,06 n (lama investasi) : 5 tahun Penyelesaian : PV = FV / (1+i)^n = Rp.50 juta / (1+0,06)^5 = Rp.50 juta / 1.3382255776 PV = Rp.37.362.909 Sehingga untuk mendapatkan uang sebesar Rp.50 juta dimasa yang akan datang, Risa harus menabung sebesar Rp.37.362.909 di masa yang sekarang. Jika anda memiliki sebuah bisnis percetakan dan membutuhkan sebuah kamera digital untuk mendukung bisnis anda. Harga dari kamera tersebut adalah sebesar Rp.10 juta. Apakah membeli kamera tersebut mendatangkan keuntungan ataukah tidak? Jika kita memperkirakan alih-alih membeli kamera, dan jika Rp10 juta didepositokan, kita akan mendapatkan bunga sekitar 5% per tahun, maka kita akan menggunakan tingkat bunga yang sama untuk menghitung NPV. Sehingga dengan n adalah tiga tahun maka perhitungan NPV dapat kita hitung menggunakan rumus berikut : P / (1 + i)t Dimana P adalah perkiraan jumlah arus kas yang didapatkan setelah pembelian kamera. Misalkan Pada tahun 1 = 5 juta /(1+0,05)^1 = 4.761.905 Pada tahun 2 = 4 juta /(1+0,05)^2 = 3.628.118 Pada tahun 3 = 3 juta /(1+0,05)^3 = 2.591.513 Sehingga proyeksi NPV menjadi : Rp (4.761.905 + 3.628.118 + 2.591.513) – Rp.10.000.000 = Rp. 10.981.536 – Rp.10.000.000 = Rp.981.536 Karena Proyeksi NPV selama tiga tahun mendatangkan keuntungan sekitar Rp.981.536 maka pembelian kamera dapat dipertimbangkan karena menunjukkan NPV yang > dari nol. SELAMAT BELAJAR.