TRANSMISI GAYA DAYA MENGGUNAKAN BELT 1. PENDAHULUAN Suatu alat pemindah daya yang cukup sederhana adalah belt yang terpasang secara kuat pada dua buah pulley, yaitu pulley penggerak dan pulley yang digerakkan. Prinsip pemindahan daya disini adalah dengan mengandalkan gesekan antara belt dengan pulleynya. Belt yang umum digunakan untuk pemindahan daya, dibedakan menjadi dua macam jenis belt : a. Belt datar (Flat Belt) yang mempunyai penampang melintang segiempat. b. Belt V (V Belt) yang mempunyai penampang melintang berbentuk trapesium. 2. DASAR TEORI BELT 2.1. Gaya Tarik pada belt Gaya tarik disini adalah tarikan yang terjadi pada bagian belt yang melingkar pada pulleynya. y ππ F + dF x 2 dθ α π ππ r ππ α r 2 ππ F F1 F2 Dengan : F1 dan F2 adalah gaya tarik pada belt, dimana notasi yang digunakan gaya tarik F1 lebih besar dari gaya tarik F2. α : sudut kontak antara belt dan pulley. μ : koefisien gesek antara belt dan pulley Elemen Mesin II, Transmisi Daya menggunakan Belt Erwin Sulistyo, Teknik Mesin UB Page 1 persamaan keseimbangan dalam arah sumbu x : ∑ πΉπ₯ = 0; ππ − (πΉ + ππΉ) sin ππ ππ − πΉ sin =0 2 2 persamaan keseimbangan dalam arah sumbu y : ∑ πΉπ¦ = 0; (πΉ + ππΉ) cos ππ ππ + π ππ − πΉ cos =0 2 2 Untuk sudut yamg kecil, sin ππ 2 ≈ ππ 2 cos dan ππ 2 ≈1 Dengan mengabaikan perkalian keseimbangan menjadi : dua suku diferensial, persamaan ∑ πΉπ₯ = 0; ππ − πΉ ππ = 0 ππ‘ππ’ ππ = πΉ ππ Substitusi harga ππ pada persamaan dibawah ini, ∑ πΉπ¦ = 0; ππΉ + π ππ = 0 Menghasilkan ππΉ + π πΉππ = 0 ππΉ = −π πΉππ ππΉ = −π ππ πΉ Mengintegrasikan persamaan diatas serta memasukkan harga batasannya, πΉ2 πΌ ππΉ ∫ = −π ∫ ππ πΉ1 πΉ 0 πΉ2 πΉ2 ππΉ ∫ = lnπΉ] πΉ1 πΉ πΌ = ln πΉ2 − ln πΉ1 = ππ πΉ1 πΉ2 πΉ1 −π ∫ ππ = −π π]πΌ0 = −π πΌ 0 πΉ2 ππ = −π πΌ πΉ1 Atau ππ πΉ1 = ππΌ πΉ2 Hasil ini dituliskan dalam bentuk yang umum dipakai yaitu : πΉ1 = ππ πΌ πΉ2 Elemen Mesin II, Transmisi Daya menggunakan Belt Erwin Sulistyo, Teknik Mesin UB Page 2 Perencanaan belt didasarkan atas hubungan secara analitis antara fleksibelitas belt terhadap tarikan pada bagian belt yang melingkar pada pulley dan ditemukan oleh L. Euler tahun 1775 sebagai berikut : πΉ1 = ππ πΌ πΉ2 Pada kondisi operasionalnya belt ikut berputar dengan kecepatan tertentu dan belt mempunyai massa, maka gaya sentrifugal yang timbul tidak dapat diabaikan begitu saja. 2.2. Elastic Creep (Rangkaan Elastis) Pada saat belt berputar atau bekerja massa dari belt persatuan waktu yang bergerak, baik yang terdapat pada bagian tegang (F1) dan pada bagian yang tidak tegang (kendor) (F2) dapat dianggap konstan. Pada putaran stabil maka perkalian antara berat persatuan panjang dengan kecepatannya adalah sebagai berikut : π . π£ = ππππ π‘ππ Dimana : π : berat belt persatuan unit panjang π£ : kecepatan dari belt pada titik yang sama Karena sifat elastis dari belt bila tarikan pada belt berubah maka berat belt persatuan panjang juga berubah, serta terjadi perpanjangan relatif ε, sehingga hubungan antara belt persatuan panjang sesudah tarikan dan sebelum tarikan dapat dituliskan sebagai berikut : π0 1+π Dimana : π0 = berat belt persatuan unit panjang sebelum tarikan. Sehingga, π£ = ππππ π‘ππ 1+π π= : Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa kecepatan π£ paling besar terjadi pada perpanjangan yang maksimum dan karena tarikan selama belt berada pada pulleynya berubah, maka berarti ada rangkaan (creep) dari belt terhadap pulleynya. Sejak belt mulai masuk pada pulley penggerak dengan tarikan F1 dan perpanjangan relatif ε1, kemudian meninggalkan pulley dengan tarikan F2 dan perpanjangan relatif ε2, dimana F1 tidak sama dengan F2 dan ε1 tidak sama dengan π£ ε2, dari persamaan 1+π = ππππ π‘ππ, jelas π£1 tidak sama dengan π£2 . Tetapi bila kecepatan keliling pulley konstan, maka partikel dari belt pada bagian F2 akan merangkak kembali kearah pulley. Keadaan seperti ini dapat terjadi karena sifat elastis dari belt dan karena F1 tidak sama dengan F2. Elemen Mesin II, Transmisi Daya menggunakan Belt Erwin Sulistyo, Teknik Mesin UB Page 3 Gerakan yang disebabkan oleh sifat elastis tersebut disebut “Elastic Creep” Gambar kondisi belt dengan sudut kontak πΌππ dan πΌπ Dari percobaan-percobaan yang diadakan, supaya belt dalam beroperasinya dapat beroperasi secara normal dengan tidak terjadinya “Elastic Creep” yang berlebihan, maka dihasilkan suatu kesimpulan bahwa bagian belt yang melingkar pada pulley dapat dibagi atas dua bagian sudut kontak yaitu : 1. 2. Sudut kontak πΌππ untuk daerah dimana akan terjadi “Elastic Creep”. Sudut kontak πΌπ untuk daerah dimana tidak terjadi “Elastic Creep”. Sehingga sudut kontak seluruhnya antara belt dan pulleynya adalah πΌ = πΌππ + πΌπ Bila beban yang diputar bertambah dan sudut kontak πΌπ berkurang. Sehingga bila πΌππ = πΌ, maka “Elastic Creep” yang terjadi disebut terlalu berlebihan, dan terjadi di seluruh bagian dari belt yang berkontak dengan pulley, dan kondisi ini akan menyebabkan terjadinya slip antara belt dan pulley. Oleh karena itu dalam menghindari terjadinya “Elastic Creep” yang berlebihan, maka dalam perencanaan dan perhitungan diusahakan sudut kontak πΌππ sekecil mungkin. (πΌππ = 0, tidak mungkin tercapai karena sifat elastis dan fleksibelnya bahan belt tersebut). 2.3. Velocity Ratio (Perbandingan Kecepatan ) Hubungan antara kecepatan dari belt pada pulley penggerak dan yang digerakkan diperoleh dari persamaan π£ 1+π = ππππ π‘ππ: π£1 π£2 = 1 + π1 1 + π2 Dengan penyederhanaan : π£1 ≈ π£2 [1 + (π1 − π2 )] = π£2 (1 + π ) Dimana : π = (π1 − π2 ) adalah koefisien dari creep belt. Elemen Mesin II, Transmisi Daya menggunakan Belt Erwin Sulistyo, Teknik Mesin UB Page 4 Dalam bentuk lain, kecepatan-kecepatan ini dapat dituliskan dalam radius sumbu netral (π1 , π2 ) dari penampang belt dan kecepatan (π1 , π2 ) dari pulley penggerak dan yang digerakkan, π£1 = 2 π π1 π1 π (π·1 + β)π1 π ⁄π ππ ≈ 60 π₯ 100 60 π₯ 100 Dan π£2 = 2 π π2 π2 π (π·2 + β)π2 π ⁄π ππ ≈ 60 π₯ 100 60 π₯ 100 Dimana h adalah tebal belt dalam cm dan D1, D2 adalah diameter pulley dalam cm. Dengan menyelesaikan persamaan diatas secara simultan diperoleh persamaan untuk perbandingan kecepatan, π π= π1 (π·2 + β) π·2 = (1 + π ) ≈ (1 + π ) π2 (π·1 + β) π·1 Dengan mengasumsikan haraga h << D 2.4. Pull Factor (Faktor Tarikan ) Belt yang terpasang pada pulley-pulley yaitu pulley penggerak dan pulley yang digerakkan secara praktis akan mempunyai panjang yang tetap, bila pada sisi dalam keadaan tegang karena tarikan maka pada sisi yang lain akan mengendor, dengan kata lain bila salah satu sisi diberi tambahan tarikan (gaya tarik) maka sisi yang lain tarikannya akan berkurang, dimana total tarikan dari kedua sisi dijaga sama. Kondisi yang demikian oleh Poncelet’s dirumuskan sebagai berikut : πΉ1 + πΉ2 = 2 πΉ0 Dimana πΉ0 = Tarikan awal (initial tension) yang besarnya sam diantara kedua sisi dari belt. Dalam kenyataannya, jumlah tarikan pada saat operasi atau saat kerja tidak selalu sama dengan dua tarikan awal, karena jumlah tarikan kerja akan dapat lebih besar dari dua kali tarikan awal, apalagi kalau kecepatan belt naik, maka jumlah tarikan kerja juga akan naik. Selain itu tarikan kerja F1 dan F2 juga mempunyai hubungan dengan daya yang dipindahkan yaitu : πΉ1 − πΉ2 = πΉ Dari kedua persamaan akan didapatkan : πΉ1 = πΉ0 + πΉ 2 dan πΉ2 = πΉ0 − πΉ 2 Dengan demikian bila transmisi bekerja tanpa beban maka dapat dikatakan tarikan pada ujung-ujung belt sama dengan πΉ0 . Elemen Mesin II, Transmisi Daya menggunakan Belt Erwin Sulistyo, Teknik Mesin UB Page 5 Apabila kemudian diberikan beban, sehingga timbul gaya keliling F maka tarikan akan didistribusikan yaitu pada bagian belt yang tegang tarikannya πΉ πΉ bertambah sebesar 2 dan pada bagian yang kendor akan berkurang sebesar 2. Hubungan antara tarikan dengan beban dan jumlah tarikan awal dari kedua sisi disebut “Faktor Tarikan” dan didefinisikan sebagai berikut : π= πΉ 2 πΉ0 Dari percobaan-percobaan yang diadakan, diperoleh hubungan antara faktor tarikan dan rangkaan belt, dan terlihat seperti pada ganbar. Gambar grafik hubungan antara elastic creep (s) dan Pull Factor (π) Pada titik 0 menggambarkan bekerjanya belt tanpa beban, dan bila kemudian diberikan beban yang lebih besar dari tarikan awal πΉ0 maka harga s dan π akan mengalami kenaikan yang besarnya berbanding lurus. Jika beban beban terus bertambah pada suatu saat akan terjadi slip. Karena perubahan harga s dan π tidak lagi berbanding linear yaitu membentuk suatu kurva. Kurva didalam grafik tersebut dibagi atas dua bagian yaitu bagian pertama adalah bagian dimana penambahan π masih berbanding linear dengan pertambahan s, daerah ini disebut daerah kerja normal ( area of elastic creep). Bagian yang kedua adalah bagian dimana pertambahan π dan s sudah tidak berbanding linear lagi, sedikit saja terjadi penambahan beban akan mengakibatkan terjadinya slip antara belt dan pulley. Titik dimana mulai terjadinya perubahan kurva dari keadaan stabil ke keadaan tidak stabil disebut sebagai titik kritis (critical point) yaitu π0 , ο ο Untuk belt datar (flat belt ) : π0 = 0,5 π πππππ 0,6 Untuk belt V (V belt ) : π0 = 0,7 π πππππ 0,9 Elemen Mesin II, Transmisi Daya menggunakan Belt Erwin Sulistyo, Teknik Mesin UB Page 6 2.5. Gaya Tarik karena gaya sentrifugal Pada saat belt bekerja, dimana sudah terdapat tarikan awal F 0 dan beban F, disamping kedua gaya tersebut karena belt mempunyai massa dan kecepatan keliling, maka disetiap bagian dari belt akan timbul gaya sentrifugal yang akan memberikan gaya tarik tambahan. Gambar untuk menurunkan gaya tarik akibat gaya sentrifugal Untuk mencari besarnya tarikan yang diakibatkan oleh gaya sentrifugal, yaitu dengan mengambil satu elemen kecil dari belt sepanjang ππ. ο Elemen kecil dari belt sepanjang : ππ = π ππΌ ο Massanya sebesar : ππ ο Gaya sentrifugal yang dihasilkan dari elemen massa ππ = ππ ο Menguraikan gaya tarikan V dalam arah sumbu x dan sumbu y. ο Dalam arah sumbu – x ο Persamaan keseimbangan : ππΌ − ππ + 2 π sin =0 2 ππΌ ππ = 2 π sin 2 ο Gaya sentrifugal dapat dituliskan dengan rumus : π£2 π ππΌ π£ 2 ππ = ππ =ππ₯ π₯ π π π π£2 ππ = π ππΌ π Dengan π = berat persatuan panjang belt. Dengan substitusi harga ππ, maka π π£2 π ππΌ = 2 π sin ππΌ 2 Karena sudut ππΌ dianggap kecil maka sin π π£2 π ππΌ = 2 π ππΌ 2 ≈ ππΌ 2 ππΌ 2 Elemen Mesin II, Transmisi Daya menggunakan Belt Erwin Sulistyo, Teknik Mesin UB Page 7 Atau Dengan : π= π π£2 π V = gaya tarik pada belt akibat gaya sentrifugal π£ = kecepatan belt π = berat belt persatuan panjang Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa akibat gaya sentrifugal pada belt akan timbul gaya tarik yang besarnya tidak tergantung dari kelengkungan belt dan besarnya sama di setiap bagian dari belt, serta tidak akan merubah ukuran belt karena terdapat tarikan dalam dua arah yang sama besar dan berlawanan arah. Gaya tarik karena gaya sentrifugal ini juga tidak berpengaruh terhadap tekanan pada belt pada pulley, hanya berpengaruh memberikan tegangan pada penampang belt, dan dapat berakibat rusaknya belt. 2.6. Tegangan – tegangan pada Belt (Stresses in Belt) Di beberapa bagian dari belt mendapatkan tegangan yang bermacam-macam dan besarnya berbeda, dan secara keseluruhan tegangan yang timbul pada belt adalah : 1) Tegangan tarik akibat tarikan awal F0. 2) Tegangan akibat Daya yang ditransmisikan. 3) Tegangan akibat gaya sentrifugal. 4) Tegangan bending pada bagian-bagian dari belt yang melingkar pada pulley. ο Belt Datar (Flat Belt) : Penampang belt datar dengan lebar =b dan tebal (tinggi) =h, luas penampangnya, A π΄= π β ο Tegangan yang terjadi adalah : o Tegangan karena F0 : π0 = πΉ0 π΄ o Tegangan karena Daya , πΎ = = πΉ π΄ πΉ0 π.β πΉ = π.β , dengan πΉ = πΉ1 − πΉ2 o Tegangan karena gaya sentrifugal : π π π£2 πΎ π£2 ππ = = = π΄ π΄. π 10. π Dengan : πΎ = berat jenis belt ( ππ ππ3 ) π = percepatan gravitasi (π π ππ 2 ) o Tegangan bending : ππ = πΈπ β π· Dengan : πΈπ = modulus elastisitas ( ππ ππ2 ) β = tinggi atau tebal belt (ππ) π· = diameter pulley (ππ) Elemen Mesin II, Transmisi Daya menggunakan Belt Erwin Sulistyo, Teknik Mesin UB Page 8 Tegangan- tegangan yang terjadi pada bagian-bagian belt ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Notasi yang digunakan pada gambar diatas: π0 = πΉ0 ; π1 = π0 + π1 = πΉ1 ; πΎ 2 π2 = πΉ2 π1 = π0 − ; πΎ 2 ; πΎ = π1 − π2 Tegangan-tegangan yang terjadi pada tiap-tiap titik : Tegangan yang diterima Titik Tegangan karena gaya sentrifugal Tegangan karena tarikan awal Tegangan karena daya Tegangan karena bending 0 A ππ = πΎ π£2 10. π π0 = πΉ0 π΄ πΎ πΉ = − 2 2π΄ B ππ = πΎ π£2 10. π π0 = πΉ0 π΄ πΎ πΉ = − 2 2π΄ ππ2 = πΈπ β π·2 C ππ = πΎ π£2 10. π π0 = πΉ0 π΄ πΎ πΉ = + 2 2π΄ ππ2 = πΈπ β π·2 D ππ = πΎ π£2 10. π π0 = πΉ0 π΄ πΎ πΉ = + 2 2π΄ ππ1 = πΈπ β π·1 E ππ = πΎ π£2 10. π π0 = πΉ0 π΄ πΎ πΉ = − 2 2π΄ ππ1 = πΈπ β π·1 A ππ = πΎ π£2 10. π π0 = πΉ0 π΄ πΎ πΉ = − 2 2π΄ Elemen Mesin II, Transmisi Daya menggunakan Belt Erwin Sulistyo, Teknik Mesin UB 0 Page 9 Dari gambar diatas dapat terlihat, bahwa tegangan maksimum yang terjadi pada bagian belt pada titik D yaitu titik awal belt memasuki pulley penggerak. Besarnya tegangan maksimum yang terjadi adalah : πππππ πππ’π = π0 + πΎ + ππ + ππ πππ₯ 2 πππππ πππ’π = π0 + πΎ πΎ π£2 β + + πΈπ 2 10. π π·πππ Persamaan Tegangan maksimum ini dapat juga digunakan pada belt-V dengan mengganti harga luasan A sesuai luas penampang belt. Elemen Mesin II, Transmisi Daya menggunakan Belt Erwin Sulistyo, Teknik Mesin UB Page 10