PENGAWASAN K3 KESEHATAN KERJA DAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA PENGERTIAN SEHAT : - kesejahteraan: - badan, - mental/psikologi - sosial (ekonomis dan produktif) Kesehatan Kerja (ILO – WHO) 1. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan & kapasitas kerja 2. Pemeliharaan Lingkungan dan kondisi kerja menekan Kecelakaan Kerja 3. Pengembangan dan budaya kerja. Kondisi kesehatan pekerja sangat berpengaruh terhadap kualitas SDM, dan kelangsungan usaha perusahaan TEMPAT KERJA RISIKO KESELAMATAN KERJA / CELAKA PENDEKATAN KESEHATAN KERJA RISIKO KESEHATAN KERJA / SAKIT BAHAYA ? RISIKO ? Berbagai Faktor bahaya di Tempat Kerja 5 8 10 1 5. 2 Bahan Kimia 3 • Substitusi : bahan , proses •Otomatisasi •Isolasi sumber kontaminan •Segregasi / pemencilan •Ventilasi : Dilusi, LEV 4 • Diklat •Labelling •MSDS •Housekeeping •Monitoring LK •Pem. Kesehatan •Rotasi pekerjaan 5 •Respirator : Canister Cartridge •Brething App •Mechanical; Filter Resp. •Sarung tangan karet sintetis •Goggles Kesehatan Kerja Work place work Worker healthy PRODUKTIVITAS PEKERJA DAN PERUSAHAAN Penyebab sakit 1. Manusia (host) 2. (Agent) 3. LIngkungan (Environment) - Bahan kimia - bising - Peralatan mesin dll - debu dll UNSUR PRODUKTIVITAS KERJA Manusia (host) Beban Kerja (Agent) Lingkungan Kerja (Environment) Program Kesehatan kerja Pelayanan Kesehatan Kerja Program / Upaya AMAN, SEHAT PRODUKTIF Perlindungan Kesehatan Kerja Penyelenggaraan PELAYANAN KESEHATAN KERJA - DIATUR - DIBINA - DIAWASI Program Kegiatan Kesehatan Kerja dilakukan melalui Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja ( Unit PKK) PKK merupakan upaya/kegiatan kesehatan kerja yang mencakup : 1. 2. 3. 4. Promotif Prevetif Curatif Rehabilitatif dengan mempertimbangkan faktor2 bahaya yang ada di tempat kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja. 16 1. Kesehatan meningkat Peningkatan kapasitas kerja 3. Manfaat 2. Lingkungan kerja terkendali Upaya Kesehatan Kerja 3. Optimalisasi beban kerja Peningkatan Produktivitas MASALAH Pemahaman kurang tentang KETENTUAN / NORMA KESEHATAN KERJA Pelayanan K3 dan hak dasar rendah AHLI K3 UMUM Pembinaan Pengawasan Kerugian berbagai pihak Beberapa Norma Kesehatan Kerja 1. UU No.13 tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan 2. UU No. 1 tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja 3. UU N0. 3 tahun 1969 ttg Higiene Perniagaan dan Perkantoran 4. UU No.24 tahun 2011 ttg BPJS 5. PP.No.44 tahun 2015 ttg JKK-JKM 6. PP No.7 tahun 1973 ttg K3 Pestisida 7. Keppres No.22 tahun 1993 ttg Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja Peraturan Menteri a.l 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. PMP No 7 tahun 1964 Permennakertranskop No.1 tahun 1976 Permenakertranskop No. 1 tahun 1979 Permenaker No.2 tahun 1980 Permenakertrans No.1 /Men/1981 Permenakertrans No.3 tahun 1982 Permenakertrans No 25/men/2008 Kepmenaker No.68/Men/2004 9. 10. 11. 12. 13. Kepmenaker No.333/Men/1989 SE. Menteri Naker No. 01/Men/1979 SE. Dirjen Binawas No.SE.07/BW/1997 SE. Dirjen Binawas 86/BW/89 Dan lain lain. PELAYANAN KESEHATAN KERJA Peraturan Menakertrans No. 3 /MEN/ 1982 - suatu lembaga K3 (di dlm / luar Persh) - sarana melakukan perlindungan - menjalankan upaya kesehatan kerja - sifatnya wajib (Pasal 3 ayat (2) ) Unit Pelayanan Kesehatan Kerja (UPKK) (di dalam Perusahaan) TOP MANAJEMEN DIR A DIR, B DIR . C DIR. D PKK Unit Pelayanan Kesehatan Kerja (UPKK) (di luar Perusahaan) ………………………….. DIR A PKK TOP MANAJEMEN DIR, B DIR . C DIR. D Pelayanan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja Tujuan : 1. Memberikan bantuan terhadap tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental terutama dalam penyesuaian dengan pekerjaannya 2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerjanya 3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga kerja 4. Memberikan pengobatan, perawatan dan rehabilitasi terhadap tenaga kerja yang menderita sakit. FUNGSI PELAYANAN KESEHATAN KERJA Promotif Preventif Curatif Rehabilitatif Sebagai Sarana Perlindungan PROGRAM Fungsi Utama - Menekan gangguan Kesehatan - Menekan PAK Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja (Ps.2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Px.Kesehatan (awal, berkala, khusus) Bin & Was ttg Ergonomi Bin dan Was ttg Lingkungan Kerja Bin dan Was ttg Sanitair Bin danWas Peralatan kesehatan Pencegahan dan pengobatan Penyakit Umum dan PAK 7. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan 8. Diklat petugas PPPK 9. Penasehatan (bangunan, APD, gizi) 10. Membantu rehabilitasi 11. Pengawasan thd TK cacat 12. Memberikan laporan kpd Persh. LANDASAN HUKUM PKK 1. UU No. I tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja 2. Permen Nakertrans No.03/MEN/1982 (Pelayanan Kesehatan Kerja / PKK) 3. Kep.Dirjen Binwasnaker No.22 /2008 (Petunjuk Tehnis Pelaksanaan PKK) . 4. Peraturan terkait a. Permen Nakertranskop No.1 tahun 1976 (Kwajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan) b. Permen Nakertranskop No.1 tahun 1979 (Kwajiban Latihan Hiperkes bagi Paramedis Perusahaan) C. Permenaker No. 15 /Men/2008 tentang PPPK di Tempat Kerja Prinsip penyelenggaraan PKK. 1. Upaya/kegiatan kesehatan kerja menyeluruh (promotif, preventif, curatif, rehabilitatif) 2. Struktur Organisasi - Adanya Penanggung jawab (Dokter Pemeriksa) - pelaksana dokter perusahaan, paramedis, ahli gizi dll. 3. Program / kegiatan berdasarkan risiko yg ada 4. Skala prioritas (tergantung kemampuan, masalah, kondisi masyarakat) 5. Fokus kegiatan - Pencegahan.PAK - Peningkatan derajat kesehatan - Peningkatan kapasitas kerja 6. Integrasi dengan program P2K3 dan P3K 7. Melibatkan unit kerja dan disiplin lainnya 8. Wajib menampaikan Laporan < 3 bulan 9. Mendapat Pengesahan dari Dinas Naker setempat. Bentuk Penyelenggaraan PKK (Pasal 4 ayat.1) 1. Dilakukan sendiri di Perusahaan. - klinik, rumah sakit - wajib dng TK > 1000 / risiko tinggi 2. Bersama sama dengan Perusahaan.lain (kawasan industri) 3. Kerjasama dng Pihak ketiga - MOU/Kerjasama Pihak Ke-3 (Permennaker No.4/Men/1995) Program/Upaya Unit Pelayanan Kesehatan Kerja PROMOTIF PREVENTIF • Pemeliharaan kesehatan kerja • Pembinaan • Gerakan OR • Tdk merokok • Gizi seimbang • Ergonomi • Pengendalian Lingk. Kerja • Hygiene sanitasi • Pemeriksaan Kesehatan Kerja • Imunisasi • Penggunaan APD • Rotasi Kerja • Pengurangan waktu kerja KURATIF • Pengobatan • P3K • Rawat jalan • Rawat Inap REHABILITATIF • Alat bantu dengar • Protese • Mutasi • Kompensasi Contoh2 Penyelenggaraan PKK Penyediaan air minum Mencegah dehidrasi Menjaga kondisi kesehatan Penyediaan Wastafel dan sabun/hand soap Untuk cuci tangan dan muka pada saat istirahat/mau makan/selesai bekerja Mencegah keracunan makan Mencegah penularan penyakit Membersihkan kontaminasi bahan kimia, debu, kotoran dll. Penyediaan Kantin/ruang makan Menunjang kebutuhan gizi seimbang Meningkatkan motivasi dan gairah kerja Menjaga produktivitas Memelihara kesehatan Penyediaan Fasilitas Olah raga/Rekreasi Menjaga kebugaran Meningkatkan motivasi dan gairah kerja Mengurangi stress Memelihara kesehatan Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja: • Sebelum bekerja untuk menentukan pekerjaan yang sesuai • Secara berkala minimal 1 tahun sekali untuk memantau kondisi kesehatan pekerja PEMBINAAN DALAM - Pencegahan Kebakaran - pence. Kecelakaan - Peningkatan K3 - Pemberian PPPK MEMENUHI DAN MENTAATI PERSYARATAN K3 Cara mengangkat : SIKAP DAN CARA KERJA YANG BAIK CARA BERKOMPUTER YG BAIK 1. variasi dlm bekerja (20 – 20 – 20) 2. ambil nafas, jangan menahan 3. kedip mata dengan penuh & sering 4. periksa mata rutin 5. iluminasi yg sesuai 6. suhu 24 – 26 derajat, Rh 65-80% Tidur/ Istirahat yang Cukup PROGRAM REHABILITASI 20 Mei 2014 Prepared by Dewi S Soemarko & Astrid B Sulistomo 46 Permenkes No. 9 Th 2014 ttg KLINIK Syarat Klinik termasuk klinik di perusahaan: Administratif: Wajib mendapat Ijin/Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kab/Kota Fasilitas: sesuai standar kesehatan & lingkungan Ketenagaan: Minimal memiliki 2 orang tenaga medis (dokter atau dokter gigi) dan tenaga keperawatan Tenaga medis wajib memiliki STR dan SIP dari Dinkes Tenaga keperawatan wajib memiliki ijin dari Dinkes Catatan: Klinik di perusahaan sesuai persyaratan tsb di atas dpt menjadi pelengkap PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA Pelayanan kesehatan kerja tidak harus memberikan pelayanan kuratif di perusahaan 47 PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA 1. Tenaga kerja selalu berhadapan dengan potensi bahaya di tempat kerja kesehatan terganggu 2. Gangguan kesehatan dapat dicegah atau dikurangi dengan upaya promotif dan preventif 3. Salah satu upaya preventif yang efektif adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja 49 Tujuan 1. Menilai kemampuan TK melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya; 2. Mendeteksi gangguan kesehatan yang mungkin berkaitan dengan risiko dari pekerjaan dan atau lingkungan kerja; 3. Identifikasi penyakit akibat kerja : 4. Hasil pemeriksaan digunakan untuk: Evaluasi program pengendalian K3 Pemberian kompensasi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 50 MANFAAT PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA PEKERJA / BURUH PENGUSAHA PEMERINTAH MANFAAT PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA A. Bagi pekerja : - Mengetahui kondisi kesehatannya sejak mulai kerja dan secara berkala - Memahami bagaimana cara mencegah gangguan kesehatan akibat faktor bahaya di tempat kerja -.Mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan di tempat kerja khususnya PAK - Memperoleh hak berupa jaminan (pengobatan/perawatan) dan kompensasi (santunan uang) apabila diketahui menderita PAK, baik sewaktu masih bekerja maupun sampai 3 tahun setelah berhenti bekerja 52 B. Bagi pengusaha : - Mengetahui kondisi kesehatan pekerja sejak mulai kerja dan secara berkala Fit for the Job. - Dasar perencanaan dan evaluasi program K3 - Mengurangi biaya pengobatan/perawatan efisiensi - Meningkatkan kuantitas dan kualitas produk - Memenuhi peraturan perundangan dalam melindungi kesehatan tenaga kerja dan memenuhi hak pekerja yang mengalami PAK - Meningkatkan rasa aman dan motivasi kerja 53 C. Bagi pemerintah (Pegawai pengawas, BPJS ). - Tersedianya data pendukung untuk mempermudah dan mempercepat proses penetapan/diagnosis PAK - Mengetahui status kesehatan masyarakat )pekerja) - - Perencanaan program K3 di suatu wilayah - 54 Dasar Hukum 1. Pasal 86 & 87 UU No. 13 Tahun 2013 ttg Ketenagakerjaan 2. Ps 8 Undang-undang No.1 tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja 3. PP 50 tentang Penerapan SMK3 4. Permennakertrans No. Per. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja 5. Peraturan terkait lainnya. 55 1. UU No.1 tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja - Ps.8 (ay.1): - wajib melakukan -Px. Kes (akan diterima & dipindahkan) - sesuai sifat pekerjaan (ay.2) : - wajib melakukan Px Kes. mberkala - oleh dokter yg ditunjuk dan dibenarkan Direktur Dokter Pemeriksa Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja - Ditunjuk oleh pengusaha atau kepala instansi/lembaga - Disahkan oleh Dirjen Binwasnaker & K3-Kemenaker - Surat Keputusan Penunjukan (SKP) sbg Dokter Pemeriksa Kes Tenaga Kerja. Persyaratan Utama: - 1. Memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes/Kesehatan Kerja bagi Dokter 2 Memenuhi ketentuan perundangan terkait lainnya: wajib memiliki ijazah, STR dan SIP Dokter - Kewajiban: Melaporkan hasil pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya 2 bulan setelah pelaksanaan. - Masa berlaku SKP: – 3 tahun dan – dapat diperpanjang 1 Bulan sebelum masa berlakunya berakhir 57 2. Permen Nakertrans No.02/Men/1980 ttg Pemeriksaan.Kesehatan Tenaga Kerja dlm Penyelenggaraan Keselamatan Kerja ( turunan Ps.8 UU No.1 tahun 1970) 3. Permen Nakertrans N0. 01/Men/1981 ttg Kwajiban melapor Penyakit Akibat Kerja (PAK) (turunan Ps.11 UU No.1 tahun 1970) . 4. Permen Nakertrans No.Per.03/Men/1982 Pelayanan Kesehatan Kerja - sbg lembaga K3 di Persh. 5. Kepmen Nakertrans No.Kep 68/Men/2004 ttg Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja 6. S.E.Dirjen Binawas No.SE.07/BW/1997 ttg Pengujian Hepatitis B dlm Pemeriksaan.Kes.TK 7. Kep. Dirjen Hub.Perburuhan dan Perlindungan No. Kept.40/DP/1980 ttg Penetapan Formulir Pemeriksaan.Kesehatan Kepmennakertrans No. 68 Tahun 2004 Program P2 HIV/AIDS Di Tempat Kerja Pasal 5 : 1) Pengusaha/pengurus dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan : a) Sebagai prasarat suatu proses rekruitment b) Untuk menentukan kelanjutan status pekerja/buruh c) Sebagai kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin. 2) Tes HIV dapat dilakukan dg Syarat : a) Atas dasar sukarela, dengan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh b) Pengusaha/pengurus menyediakan konseling sebelum dan sesudah tes c) Dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian khusus d) Kerahasiaan dijamin sebagaimana kerahasiaan medis lainnya 60 SE Dirjen Binawas No. SE 07/BW/1997 Ttg Pengujian Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja • Dasar: hasil beberapa penelitian/studi kepustakaan dan konsultasi dengan pakar penyakit hati : > Seseorang dg HBsAg (+) dalam darahnya belum tentu menderita hepatitis, selama fungsi hati lainnya normal seseorang tidak dianggap terkena Hepatitis. > Prevalensi HBsAg di Indonesia cukup tinggi (5-15 %) Penularan virus Hepatitis B di tempat kerja tidak mudah karena penularan hanya mungkin melalui kontak erat, misalnya transfusi darah, suntikan dan dari ibu ke bayi yang dilahirkan • Berdasarkan hal tersebut di atas dianjurkan kepada semua perusahaan/instansi untuk tidak melakukan pengujian serum HBsAg sebagai alat seleksi pada pemeriksaan kesehatan awal maupun berkala 61 7. Permenaker No. 03 th 1985 Khusus terpajan Asbes • Dilakukan pemeriksaan kesehatan minimal 1 x/tahun, meliputi : – Foto Ro dada yg pembacaan diserahkan kpd radiolog – Riwayat pekerjaan, riwayat merokok - Pengujian kimia, tes fungsi paru • Dokter yang melakukan pemeriksaan membuat laporan beserta masukan tindak lanjut (rekomendasi) kepada pengurus • Hasil pemeriksaan termasuk foto Ro dada disimpan oleh pengurus selama masa kerja TK ybs • Pengurus melaporkan hasil pemeriksaannya < 2 bulan setelah dilaksanakan kpd Menakertrans 8.. (Permenaker No. 03 th 1986 Khusus terpajan Pestisida Tenaga kerja yang terpapar pestisida harus diperiksa kesehatan berkala 1 x/tahun dan pemeriksaan khusus minimal 1x/6 bulan terkait pajanan pestisidanya 62 9. Permenakertrans No. 11 Tahun 2005 (P4GN) Penyalahgunaan NARKOBA di Tempat Kerja • Tes NARKOBA dapat dilakukan atas permintaan perusahaan, terhadap: pekerja/buruh yang diduga atau kelompok pekerja yang rentan menyalahgunakan narkoba • biaya untuk tes dibebankan kepada pihak perusahaan • Hasil tes bersifat rahasia seperti halnya yang berlaku bagi data rekam medis lainnya. • Dalam hal hasil tes dinyatakan positif maka dokter yang telah mendapatkan pelatihan bidang narkoba dapat menentukan apakah pekerja/buruh yang bersangkutan harus mengikuti program perawatan dan atau rehabilitasi. • Program perawatan dan rehabilitasi mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN). • Selama mengikuti program perawatan dan rehabilitasi, pekerja/buruh dilarang melaksanakan pekerjaan yang berpotensi menimbulkan bahaya keselamatan dan kesehatan kerja. Esensi peraturan perundangan berkaitan dengan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja (Norma yang harus diperiksa oleh AK3U) 1. Perusahaan wajib melakukan Px.Kes pra kerja, selama kerja dan khusus 2. Px.Kes. Disesuaikan dengan sifat pekerjaan 3. Wajib membuat pedoman Px.Kes. 4. Wajib membuat rencana Px.Kes 5. Wajib melaporkan hasil Px.Kes. 6. Px.Kes dilakukan oleh dokter pemeriksa 7. Lembaga pemeriksa harus memenuhi peraturan perundangan (Ps.3 ayat 8) PJK3. A. Persiapan Pemeriksaan 1. Wajib menyusun pedoman Px Ps 2 ayat (5) dan Ps 3 ayat (4). - sesuai sifat pekerjaan - ikuti kemajuan ilmu - sesuai kemampuan Persh. - Px.Kes awal disetujui oleh Direktur (Dinas Naker setempat) - pedoman Px berkala dan khusus, dibuat oleh pengurus.; 2. Wajib membuat rencana kerja Ps.6.ayat (1). B. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan 1. Dilakukan oleh dokter pemeriksa 2. Lembaga pemeriksa harus PJK3 3. Lokasi pemeriksaan bisa di RS, layanan kesehatan atau di perusahaan ybs 4. Parameter / item pemeriksaan disesuaikan dengan pedoman yang dibuat 5 Pemeriksaan kesehatan disesuaiakan dengan fasilitas dan kemampuan perusahaan C. Laporan Px. Kes. 1. Wajib membuat laporan Ps.6 ayat (2) 2. Laporan disampaikan kepada Dinas Naker setempat paling lambat 2 bulan setelah pemeriksaan selesai Catatan : Bentuk laporan Kep.DitjenBiwasnaker No. Kpts 40/DPW/1980 Interpretasi hasil 1. Analisa data individu dapat dilakukan dengan membandingkan dengan data base (data terakhir) 2. Interpretasi data hasil Px. Kelompok dilakukan analisis secara statistik. Jenis dan tujuan Pemerikaan.Kesehatan TK 1. Awal (sebelum kerja) - mendapatkan TK yg optimal - tak mempunyai penyakit menular - cocok untuk pekerjaan tertentu - menjamin K3 diri dan orang lain Catatan : bagi TK yang telah diperiksa kesehatan 3 bulan sebelumnya unutk pekerjaan yang sama dipertimbangkan unutk tidak dilakukan pemeriksaan awal. Status Kesehatan hasil Pemeriksaan Kes Awal 1. Layak Kerja (Fit for the Job) - pekerjaan biasa - pekerjaan tertentu 2. Layak kerja dengan cacatan / syarat (Fit with Note) 3. Tidak layak kerja untuk sementara, karena pengobatan (Temporary unfit) 4. Tidak layak kerja (Unfit) 2. Pemeriksaan Kes.TK berkala / periodik - mempertahankan derajat kesehatan optimal - deteksi dini thd pengaruh lainnya 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus - dilakukan thd Tk dengan menilai pekerjaan tertentu dan TK tertentu - menilai kondisi kesehatannya. Hasil Px.Kes berkala, khusus dan purna bakti : 1. Sehat : - Dapat bekerja seperti biasanya 2. Sakit : a. Penyakit umum b. Penyakit akibat kerja c. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan - Bila ditemukan suspek PAK perlu pengkajian lebih lanjut. Bila positif wajib dilaporkan (tidak lebih dari 2 x 24 jam) Obyek / Sasaran Pemeriksaan (Ahli K3 Umum) 1. Rencana dan Pedoman Px. 2. Dokter yg melakukan Px 3. Lembaga yg melakukan Px 4. Jenis Px (sesuai pekerjaannya) 5. Laporan Pelaksanaan 6. Diagnosa PAK 7. Px dan pengkajian PAK Cara pengawasan 1. Menilai dan memeriksa Dokumen 2. Hasil pemeriksaan dicacat dan dianalisis 3. Melakukan verifikasi di lapangan 4. Saran dan rekomendasi (terutama yang sifatnya wajib) Peran Ahli K3 Umum 1. Mengawasi dipatuhinya kwajiban perusahaan sesuai peraturan perundangan, terutama yang sifatnya wajib (mengikat) 2. Membuat analisa secara statistik dari laporan hasil Px.Kes dan meneruskan ke instansi Naakertrans 3. Mengkoordinasikan analisa tersebut kepada Unit kerja setempat 4. 5. 6. Memberikan saran / bimbingan kepada perusahaan dan TK dalam upaya promosi dan pencegahan terhadap PAK Melakukan tindak lanjut terhadap kasus PAK bila ditemukan pada saat PX.Kes. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pimpinan dan TK tentang manfaat yang diperoleh dalam Px.Kes PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) Kemungkinan penyakit yg diderita pekerja 1. Penyakit yang diderita masyarakat umum ( Disease affecting working population ) - malaria, D.M. 2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work related disease) - asma 3. Penyakit akibat kerja (Occupational disease ) - notifiable dan compensable disease. PENGERTIAN Keppres 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja Keppres Pengertian Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan atau Lingkungan Kerja Pemenaker No.1 /Men/1981 tentang Kwajiban melapor PAK Pengertian PAK : Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan atau Lingkungan Kerja PP.44 tahun 2015 Penyelenggaraan JKK dan JKM Pengertian PAK Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan dan atau Lingkungan kerja. Permenaker No.28/Men/2015 ttg Tata cara Pengangkatan dan Pemberhentian dokter Penasehat Pengertian PAK Penyakit yang disebabkan oleh Pekerjaan dan atau Lingkungan Kerja Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja IDENTIK DENGAN Penyakit Akibat Kerja / PAK (ILO , 1955) Penyakit yang diderita karena pemajanan terhadap risiko yang timbul dari kegiatan kerja 4. UU No.24 tahun 2011 ttg BPJS - adanya perlindungan jaminan sosial - ruang lingkup - JKK, JHT, JKM, J.Pensiun PP 44 tahun 2015 ttg Penyelenggaraan JKK dan JKM Peserta (BPJS Ketenagakerjaan) yang mengalami Kecelakaan Kerja dan PAK berhak atas manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) FAKTOR FISIKA BISING/ GETARAN PENCAHAYAAN IKLIM KERJA RADIASI/ GEL. ELEKTROMAGNETIK Postur Janggal DEBU BISING SUHU SANITASI APD SIKAP KERJA / SIKAP TUBUH Kontaminan Debu Loading kuarsa ke dalam truk Loading kuarsa ke dalam truk FAKTOR KIMIA GAS/ UAP DEBU/ PARTIKEL Stress . 93 Silikosis • Simple Silicosis – Small discrete nodules (lesions) • Complicated Silicosis – Lesions increase in size – Grow together to form larger masses 97 2. Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) / Work related disease) - lingk / pek. memperberat, memudahkan - penyebabnya multi faktor - gejala / keluhan tidak khas PERLU DIBEDAKAN PAK (Occupational Disease) • Ada causa di tempat kerja • Disebabkan oleh pekerjaan dan/lingk. kerja • Mendapat kompensasi Jamsostek (Compensable) • Contoh : – Tuli akibat bising – Pneumokoniosis – Leukemia akibat benzen Peny. Terkait Kerja (Work Related Disease) • Ada triger di tempat kerja • Dicetuskan, dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan dan/lingk. kerja • Tidak mendapat kompensasi Jamsostek (Non Compensable) • Contoh : – Ambien – Hernia – Asma dg riwayat keluarga/keturunan 3. Disease affecting working population (Penyakit yang diderita masyarakat umum) - malaria, diabet - TBC - Influensa Dll. DASAR HUKUM 1. UU.No,1 tahun 1970 - Ps.3 (ay.2) : - syarat-2 K3 mencegah dan mengendalikan PAK.. - Bab VII, ps 11 laporan kecelakaan (PAK) - Ps.9 pembinaan K3 2. UU No.3 tahun 1992 UU No.24 tahun 2011 (Jamsostek) (BPJS Ketenagakerjaan) 3. PP no.44 tahun 2015 ttg JKK-JKM 4. Keppres 22 tahun 1993 ttg Penyakit yang timbul karena hubungan kerja 5. Permen Nakertrans No.1 /MEN/ 1981 ttg Kwajiban melapor PAK. 6. Permen 3 / 1982 ttg Pelayanan Kesehatan Kerja 7. Permen Nakertrans No.25 tahun 2008 ttg Pedoman Diagnosis PAK dan Penilaian cacat akibat kecelakaan kerja dan PAK (Pasal 1 ,UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN) Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaiknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja 4. UU No.24 tahun 2011 ttg BPJS - adanya perlindungan jaminan sosial - ruang lingkup - JKK, JHT, JKM, J.Pensiun PP 44 tahun 2015 ttg Penyelenggaraan JKK dan JKM Peserta (BPJS Ketenagakerjaan) yang mengalami Kecelakaan Kerja dan PAK berhak atas manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 5. KEPUTUSAN PRESIDEN NO. 22 TH.1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja Pasal 2 : Setiap Tenaga kerja yang menderita PAK berhak mendapat JKK pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir Pasal 3 : (1) Hak atas JKK bagi tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah berakhir sebagaimana dimaksud pada pasal 2 diberikan, apabila menurut hasil diagnosa dokter yang merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama tenaga kerja yang bersangkutan masih dalam hubungan kerja. (1) Hak JKK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan, apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3(tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja tersebut berakhir. Pasal 4 : Lampiran Keppres 22 tahun 1993 - 31 Kelompok - 25 akibat faktor kimia -5 faktor fisika -1 faktor biologi - Didasarkan atas penyebabnya 7. Permen Nakertrans No.Per.01/MEN/1981 ttg: Kwajiban melapor PAK - Setiap kasus PAK yang ditemukan wajib dilaporkan ke Dinas Ketenagakerjaan setempat (< 2 x 24 jam) - PAK ditemukan saat 1. Pemeriksaan Kesehata Tenaga Kerja 2. Pelayanan / berobat. - Perusahaan wajib melakukan pencegahan dan pengendalian untuk mencegah terjadinya PAK - Terdapat 30 kelompok PAK yang wajib dilaporkan. 9. Permen Nakertrans No.25 tahun 2008 ttg Pedoman Diagnosis PAK dan Penilaian cacat akibat Kecelakaan Kerja dan PAK - Digunakan u/ menetapkan diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan PAK guna memperhitungkan kompensasi yang menjadi hak tenaga kerja. - Terdapat 8 bidang DETEKSI PENYAKIT AKIBAT KERJA Data /Rekaman Data / Rekaman Medis Lingkungan Kerja - Pem.Riksa Kes/MCU dan / pekerjaan yang dilakukan. - Pelayanan Kesehatan /berobat. Mendapatkan hubungan antara sebab dan akibat 1. Pedoman menilai PAK - penyebab tunggal (single factor) - tak menular (kec. Infeksi) - tak menurun - ada kaitan dng istirahat - gejala / keluhan timbulnya lama - masyarakat umum tidak terkena - kasus biasanya lebih dari 1 orang 2. Pendekatan klinis (Individu) 1. Diagnosis klinis 2. Pajanan yang dialami 3. Hubungan pajanan dengan penyakit 4. Pajanan dialami cukup besar 5. Peranan faktor individu 6. Faktor lain di luar pekerjaan 7. Tentukan PAK atau bukan DIAGNOSIS ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG 113 PENEMUAN KASUS PAK MCU berkala / khusus LAYANAN KESEHATAN BEROBAT PERTIMBSNGSN MEDIS DOKTER PENASEHAT Tujuan diagnosis PAK 1. Memenuhi Hak Pekerja 2. Dasar penatalaksanaan (pencegahan, pengobatan dan pengendalian lingkungan kerja) 3. Membatasi kecacatan dan mencegah kematian 4. Melindungi pekerja lain Kemungkinan PAK NORMAL SEMBUH PAK CACAT MENINGGAL PELAPORAN PAK a. Laporan ke Dinas Tenaga Kerja setempat b. Laporan ke BPJS Ketenagakerjaan. 1. Laporan tahap I / Form. KK2 (2 x 24 jam) , setelah didiagnosis 2. Laporan tahap II / Form. KK3 (2 x 24 jam) - setelah dinyatakan a. sembuh (normal atau cacat b. meninggal - Laporan Form KK5 (Laporan dari dokter yg memeriksa / RS) Cacat program RTW. PELAPORAN KK / PAK Kasus KK /PAK BPJS KETENAGAKERJAAN Lapor tahap I Dinas naker Diperiksa Diobati Dirawat BPJS KETENAGAKERJAAN SEMBUH (normal / cacat) MENINGGAL Lapor tahap Ii Dinas naker TATACARA PENILAIAN CACAT KK /PAK CACAT adalah hilang atau berkurangnya fungsi anggota badan karena kecelakaan Kerja atau PAK yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatnak hilang atau berkurangnya kemampuan menjelankan pekerjaannya. (UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN IMPAIRMENT Kehilangan fungsi organ atau bagian tubuh lainnya dibandingkan fungsi sebelumnya DISABILITY Dampak dari impairment tersebut terhadap fungsi kerja dan / sosial HANDICAP Ketidakmampuan melakukan fungsi sosial yang normal PENILAIAN CACAT Tidak semua atau hanya sebagian PAK menyebabkan cacat Cacat karena PAK wajib disertai adanya diagnosa PAK. Apabila cacat anatomis atau hilangnya organ / bagian tubuh tidak dapat dirujukkan kepada ketentuan cacat anatomis atau hilangnya organ / tubuh, maka penilaian cacat didasarkan kepada hilangnya kemampuan kerja fisik Jenis kecacatan penyakit akibat kerja cacat anatomis dan cacat fungsi. cacat anatomis cacat fungsi. 121 Dermatitis kontak (Petroleum) Penatalaksanaan PAK 1. Pencegahan primer : -.promosi kesehatan - specific protection. 2. Pencegahan secondair : - early diagnosis - prompt treatment 3. Pencegahan tertier : - membatasi kecacatan - rehabilitasi - GIZI KERJA DAN PENYELENGGARAAN MAKANAN BAGI TENAGA KERJA Gizi Kerja Gizi untuk TK Sumber tenaga MAKANAN Pertumbuhan Meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja Peningkatan Produktivitas Mengganti sel / jaringan yang rusak Kapasitas kerja Kesehatan Gizi (kerja) Asupan makanan (Bina dan Was penyelenggaraan makanan) - Sebagai upaya perlindungan Unsur dalam Gizi 1. Karbohidrat 2. Protein 3. Lemak 4. Vitamin 5. Mineral Penyediaan Kantin/ruang makan PENYELENGGARAAN MAKANAN BAGI TENAGA KERJA Pemahaman Pengurus dan Pekerja Cara Menyediakan Makanan Kasus Keracunan Makanan MASALAH Diberikan Uang Makan Kapan diberikan Berapa Kalori diberikan Kebutuhan Zat Gizi Tergantung : 1. Ukuran tubuh 2. Umur (th) ; makin tua kebutuhan kurang 3. Jenis kelamin : Laki laki > wanita 4. Kondisi tubuh : sakit / hamil > normal 5. Iklim /lingk 6. Aktivitas Kebutuhan Kalori NO Kelamin Pek. Ringan Pek, Sedang Pek. Berat 1. Laki Laki 2000 – 2400 Kcal 2400 – 2800 Kcal 3000 – 3400 Kcal 2 Perempuan 1800 – 2200 Kcal 2200 – 2400 Kcal 2400 – 2800 Kcal DASAR HUKUM 1. UU No.1 tahun 1970 2. PMP No.7 tahun 1964 ttg Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja Ps.8, mengatur - syarat dapur : tak berhub.dng tempat kerja - syarat air ; periksa laboratorium - syarat alat masak - syarat TK : - Px.Kes berkala - bila sakit dilarang melayani 3. Permen Naker No.02/Men/1980 ttg Px.Kes TK dlm Penyel. Keselamatan Kerja 4. Permen Nakertrans No.Per-03/Men/1982 ttg Pelayanan Kes.Kerja 5. Instr.Menaker No.Ins.03/M/BW/99 ttg Pengawasan Thd Pengelolaan Makanan di Tempat kerja 6. SE.Menaker No.SE.01/Men/1979 ttg Pengadaan Kantin dan Ruang Makan -anjuran : - 50 s/d 200 ruang makan - > 200 menyediakan kantin 7. SE.Dirjen Binawas No.SE.86/BW/89, ttg Perusahaan catering yg mengelola makanan bagi TK - persh.cater.bagi TK rekomendasi - Dinas Naker melakukan pembinaan Rekomendasi Perusahaan Katering Tujuan : - mencegah keracunan - efisiensi - mudah dlm pembinaan / Was - memperbaiki kondisi kerja Rekomendasi dari Disnaker (melakukan pembinaan dan memonitoring) Mekanisme Penyelenggaraan makanan 1. Penyelenggaraan - kelola sendiri / kontrak - syarat : - punya dapur - tenaga gizi - tenaga pelaksana - bertanggungjawab 2. Sistem pelayanan - Kafetaria (memilih tapi membeli) - kantin (cuma-2) - dibagikan di tempat kerja - diberikan di lapangan kerja 3. Petugas penyelenggara makanan syarat : - bebas sakit - punya pengetahuan - disiplin - tak punya kebiasaan buruk 4. Susunan menu dan nilai gizi - - bervariasi - gizi seimbang - kecukupan kalori - makanan biasa (bukan pantangan) 5. Dapur dan Ruang makan - dapur dan ruang makan dekat - tak berhubungan dng tempat kerja - bersih, higiene KEUNTUNGAN MEMBERIKAN MAKANAN BAGI TENAGA KERJA Kemampuan Kerja Produktivitas Kesehatan KEUNTUNGAN Mengatasi Kelelahan Absensi Hubungan Pekerja Pengusaha Senang Motivasi kerja Gairah kerja Bahaya Keselamatan dan Kesehatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Listrik Gas bertekanan (kompor gas) Api dan bahan mudah terbakar Radiasi EMG Cara kerja B3 Peralatan Limbah Lingk.Kerja Px. Kasus keracunan - Pengusaha mengisi Btk KK2 - Lapor ke Disnaker Pengawas - Pengawas Px dan pengkajian - Hasil lapor Ka.Dinas - Pengawas berikan rekomendasi 24 148 KERACUNAN MAKANAN (Perlu melakukan PX khusus) 1. Periksa data umum persh (identitas, informasi kasus, K3 di persh, dll) 2. Periksa data korban (ident, riwayat peny/keluhan, status kesehatan) 3. Periksa hasil Lab.(sumber, sampel makanan, hasil lab.) 4. Upaya yg telah dilakukan persh. 5. Px.lapangan (kantin, katering) 6. Px.rekomendasi katering (pemenuhan thd persyaratan) 7. Px dokumen laporan penyelenggaraan makanan. 8. Kesimpulan Laporan PPPK DI TEMPAT KERJA Pengertian PPPK - pertolongan pertama - tidak mengobati - cepat dan tepat Maksud dan Tujuan P3K 1. Menyelamatkan nyawa 2. Mencegah keparahan 3. Meringankan penderitaan 4. Mempercepat penyembuhan 5. Mempertahankan daya tahan tubuh 6. Mencari pertolongan selanjutnya KECELAKAAN KERJA 157 PPPK DI TEMPAT KERJA Peraturan Perundangan Yang Terkait Pelaksanaan P3K di Tempat Kerja 1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 - Pasal 3: syarat-syarat Keselamatan Kerja untuk memberikan P3K Pasal 9 ayat (3): kewajiban membina tenaga kerja dalam pemberian P3K \ 2. Permennakertrans No.Per.03/Men/1982 - Pasal 2: Tugas pokok PKK diantaranya : Pelaksanaan P3K Pendidikan petugas P3K 3. Undang-undang No. 3 Tahun 1969 Pasal 19 : Setiap badan , lembaga atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini, dengan memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus : - - - Menyediakan Apotik atau pos P3K sendiri atau Memelihara apotik atau pos P3K bersama-sama dengan badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya. Mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan P3K Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008 ttg P3K Di Tempat Kerja Ps 2. Kewajiban pengurus/pengusaha : 1) Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja. 2) Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja. Ps.3 Syarat Petugas P3K Di Tempat Kerja : 1) Harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari instansi ketenagakerjaan (Dinas Prop.). 2) Syarat-syarat pemberian lisensi petugas P3K Di Tempat Kerja : a. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan; b. Sehat jasmani dan rohani; c. Bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K; d. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang P3K di tempat kerja memiliki sertifikat pelatihan P3K di Tempat Kerja. PELAKSANAAN PELATIHAN PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA Penerbitan Sertifikat 1) Penerbitan sertifikat bagi yang baru mengikuti pelatihan : sertifikat dikeluarkan oleh Dirjen Binwasnaker dan K3 c.q Direktur Pengawasan Norma K3. 2) Penerbitan sertifikat bagi yang pernah mengikuti pelatihan sebelum dikeluarkannya Keputusan ini. Dalam hal petugas P3K di tempat kerja yang pernah mengikuti pelatihan sebelum pedoman ini dikeluarkan dan telah memiliki sertifikat dari penyelenggara pelatihan, maka sertifikat dapat diterbitkan oleh Dirjen Binwasnaker c.q Direktur Pengawasan Norma K3, setelah melalui proses evaluasi. Lisensi Petugas P3K di Tempat Kerja • Lisensi Petugas P3K di tempat kerja diterbitkan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat • Pemberian lisensi bagi Petugas P3K di Tempat Kerja dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pengurus harus mengajukan permohonan kepada Instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan setempat disertai lampiran : a) Surat keterangan penunjukkan dari perusahaan sebagai Petugas P3K di tempat kerja. b) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter. c) Surat pernyataan bersedia ditunjuk sebagai Petugas P3K di Tempat Kerja d) Salinan sertifikat e) Pasfoto 2x3 berwarna sebanyak 2 lembar 2. Lisensi petugas P3K di tempat kerja berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal diterbitkan dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan dan lampiran sebagaimana tersebut pada huruf 1, dan disertai laporan kegiatan selama pemberian lisensi. 3) 4) Pemberian lisensi dan buku kegiatan P3K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan biaya. Pedoman tentang pelatihan dan pemberian lisensi diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan DAN K3. Ps. 4 • Petugas P3K dalam melaksanakan tugasnya dapat meninggalkan pekerjaan utamanya untuk memberikan pertolongan bagi pekerja/buruh dan/atau orang lain yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja Ps. 5 1) Petugas P3K di tempat kerja ditentukan berdasarkan jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja (dengan rasio sebagaimana Lampiran I Peraturan ini. RASIO JUMLAH PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA DENGAN JUMLAH PEKERJA BERDASARKAN KLASIFIKASI TEMPAT KERJA Klasifikasi Tempat Kerja Tempat kerja dengan potensi bahaya rendah Tempat kerja dengan potensi bahaya tinggi Jumlah pekerja Jumlah petugas P3K 25 – 150 org 1 org >150 1 orang untuk setiap 150 orang atau kurang ≤100 1 orang >100 1 orang untuk setiap 100 orang atau kurang TIM PPPK DI TEMPAT KERJA 2) Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas P3K pada : a) tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja; b) tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja; c) tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja. Ps 6. Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas : a) Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja; b) Merawat fasilitas P3K di tempat kerja; c) Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan; dan d) Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus. Ps 7. 1) Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi petugas P3K di tempat kerja pada tempat yang mudah terlihat. 2) Petugas P3K di tempat kerja dapat menggunakan tanda khusus yang mudah dikenal oleh pekerja/buruh yang membutuhkan pertolongan. Fasilitas P3K di Tempat Kerja Ps. 8 : 1. Fasilitas P3K di Tempat Kerja meliputi: a) b) c) d) Ruang P3K; Kotak P3K dan isi; Alat evakuasi dan alat transportasi; dan Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus. 2. Alat pelindung diri khusus : peralatan yang disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang digunakan dalam keadaan darurat. 3. Peralatan khusus : alat untuk pembasahan tubuh cepat (shower) dan pembilasan/pencucian mata. Ps 9 : 1) Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a dalam hal : a. mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang atau lebih; b. mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya tinggi . 2) Persyaratan ruang P3K meliputi : a) Lokasi ruang P3K : Dekat dengan toilet/kamar mandi; Dekat jalan keluar; Mudah dijangkau dari area kerja; dan Dekat dengan tempat parkir kendaraan. b) Luas minimal cukup untuk menampung satu tempat tidur pasien dan masih terdapat ruang gerak bagi seorang petugas p3k serta penempatan fasilitas p3k lainnya; c) Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang cukup lebar untuk memindahkan korban; Persyaratan ruang P3K (lanjutan) : d) Diberi tanda yang jelas dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat; e) Sekurang-kurangnya dilengkapi dengan : wastafel dengan air mengalir; Kertas tisue/lap; Usungan/tandu; Bidai/spalk; Kotak P3K dan isi; Tempat tidur dengan bantal dan selimut; Tempat untuk menyimpan alat-alat, seperti : tandu dan/atau kursi roda; Sabun dan sikat; Pakaian bersih untuk penolong; Tempat sampah; dan Kursi tunggu bila diperlukan. Ps 10. Persyaratan Kotak P3K : 1. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambang P3K berwarna hijau; 2. Isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II peraturan ini dan tidak boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K di tempat kerja; 3. Penempatan kotak P3K : a) Pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah yang jelas, cukup cahaya serta mudah diangkat apabila akan digunakan; b) Disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan jumlah kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran III peraturan menteri ini; c) Dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh; d) Dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat, maka masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh. Ps 11. Alat evakuasi dan alat transportasi dalam P3K di Tempat Kerja meliputi : a) Tandu atau alat lain untuk memindahkan korban ke tempat yang aman atau rujukan; dan b) Mobil ambulance atau kendaraan yang dapat digunakan untuk pengangkutan korban. ISI KOTAK P3K No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. ISI Kasa steril terbungkus Perban (lebar 5 cm) Perban (lebar 10 cm) Plester (lebar 1,25 cm) Plester Cepat Kapas (25 gram) Kain segitiga/mittela Gunting Peniti Sarung tangan sekali pakai (pasangan) Masker Pinset Lampu senter Gelas untuk cuci mata Kantong plastik bersih Aquades (100 ml lar. Saline) Povidon Iodin (60 ml) Alkohol 70% Buku panduan P3K di tempat kerja Buku catatan Daftar isi kotak KOTAK A (untuk 25 TK/ kurang) KOTAK B (untuk 50 TK/ kurang) KOTAK C (untuk 100 TK/kurang) 20 2 2 2 10 1 2 1 12 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40 4 4 4 15 2 4 1 12 3 4 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 40 6 6 6 20 3 6 1 12 4 6 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 Pelaksanaan P3K Di Tempat Kerja Pengorganisasian melalui : P2K3 Penerapan melalui : Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja Merupakan bagian dari upaya penanggulangan keadaan darurat (Emergency Respond) Dilakukan oleh petugas terlatih AKIBAT KECELAKAAN KERJA 181 23 TRAINING K3 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN 182 3. Alat evakuasi dan transportasi - tandu, alat pengangkut korban - kendaraan untuk rujukan 4. Fasilitas tambahan (APD, alat khusus) - APD sesuai bahayanya - shower JUMLAH PEKERJA/BURUH, JENIS KOTAK P3K DAN JUMLAH KOTAK P3K Jumlah Pekerja Jenis Kotak P3K < 26 org A 26 s.d 50 org B/A 51 s.d 100 org Jumlah Kotak P3K Tiap 1 (Satu) Unit Kerja 1 kotak A 1 kotak B atau, 2 kotak A C/B/A 1 kotak C atau, 2 kotak B atau, 4 kotak A atau, 1 kotak B dan 2 kotak A C/B/A 1 kotak C atau, 2 kotak B atau, 4 kotak A atau, 1 kotak B dan 2 kotak A Setiap 100 org Keterangan 1 kotak B setara dengan 2 Kotak A 1 kotak C setara dengan 2 kotak B KASUS KASUS K3 189 BANTUAN HIDUP DASAR Adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan nafas, membantu pernafasan, dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu. Tujuan 1. Mencegah berhentinya sirkulasi darah. 2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung dan henti nafas melalui Rsusitasi Jantung Paru (RJP) Kapan dilakukan BHD A. HENTI NAFAS Tanda Tanda 1. Tak ada gerakan dada / perut 2. Aliran udara pernafasan tidak ada 3. Contoh : tenggelam. Tersengat listrik B. HENTI JANTUNG Tanda awal 1. Nafas tersengal sengal Alur HBD (dewasa) 1. Pengenalan diri dan Aktivasi sistem respon A. Pastikan lingkungan aman (Danger / D) B. Beri stimulus :panggil / rangsang / tepuk (Respon / R) Bila respon negatif langsung RJP C. Menelpun minta bantuan (Pastikan penolong pakai APD) 2. Melakukan bantuan sirkulasi (Circulasi/C) A. Kompresi Dada - Tekan dengan keras dan cepat (100 / menit), kedalaman 4 – 6 cm. di tulang dada - Rasio kompresi – ventilasi 30 : 2 Cara memberikan bantuan pernafasan 1. Mulut ke mulut (tutup hidung, Pastikan mulut tertutup semua) 2. Mulut ke hidung 3. Mulut ke stoma (setelah laringotomi) Cara 1 dan 2 tidak boleh dilakukan akibat keracunan bahan kimia toksik. Bila peru gunakan : - Ambibag - Pocket Mask - kain. 1. Satu siklus sekitar 1 menit 2. Observasi. Bila tidak ada respon diulangi 5 kali RJP dihentikan bila : 1. 2. 3. 4. 5. Petugas kesehatan tiba Penolong lelah Henti jantung > 30 menit Korban pulih Atas perintah dokter. PENANGANAN KASUS A. Perdarahan 1. Penolong menggunakan sarung tangan (pengaman) 2. Pedoman 4 T T1 : Tekan langsung keadaan bersih T2 : Tekan pembuluh nadi diatasnya T3 : Tinggikan luka > jantung T4 : Torniquet B. LUKA Tindakan Umum 1. Jangan menyentuh luka 2. Bersihkan luka dengan air / anti septik 3. Tutup luka dengan kasa steril balut (Bila ada darah memancar klem / torniquet) a. Luka perut : perdarahan dalam b. Luka gigitan anjing c. Luka Bakar : d. Luka bahan kimia terbakar C. PATAH TULANG Tanda tanda 1. 2. 3. 4. 5. Lokasi patah bengkak Nyeri tekan di atau sekitarnya Bagian tulang yang patah tak bisa digerakkan Perobahan bentuk (deformitas) Mungkin terdengar bunyi gesekan tulang Priritas pertolongan 1. Patah tulang iga (terbuka), gangguan nefas 2. Patah tulang leher 3. Patah tulang terbuka , tidak sadar Lokasi tersering patah tulang 1. Patah tulang dasar tengkorak Kesadaran menurun dan keluar darah dari hidung dan telinga Tindakan : buka jalan nafas, telinga jangan tutup 2. Patah Tulang belakang - tidur terlentang (tanpa bantaL, bantal tipis di punggung, angkat hati hati (4 orang) 3. Patah tulang rahang mulut - Balut dengan pembalut segitiga yang dibelah sudutnya 4. Patah tulang leher Leher diberi bantal (colar neck) 5. Patah tulang selangka Pakai ransel verban (bagian patah diberi alas) 6. Patah tulang iga / rusuk Beri plester sepanjang rusuk sp tulang punggung 7. Patah tulang lengan atas Pakai bidai dari siku sp bahu / ketiak Pasang mitela untuk imobilisasi 8. Patah tulang lengan bawah - bidai dari siku sp telapak tangan Luar dalam - Pakai mitela 9. Patah tulang pergelangan / telapak tangan - tindakan sama dengan patah tulang lengan bawah 10. Patah tulang paha - bidai dari ketiak sp telapak kaki (luar) - bidai dari pangkal paha sp telapak kaki - fiksasi dengan mitela di sendi sendi dan antara tulang yang patah 11. Patah tulang tungkai bawah - bidai pasang luar dan dalam dari paha sp telapak kaki. - lakukan fiksasi 12. Patah tulang telapak kaki - sepatu jangan dilepas - bidai sama dengan patah tulang tungkai bawah. 13. Patah tulang telapak kaki - pasang bidai sama dengan patah tulang tungkai bawah D. TERKILIR Tindakan 1. Jangan masukkan kembali 2. Pertahankan posisi terkilir 3. Pasang bidai seperti patah tulang 4. Kompres Es 15 – 20 menit 5. Tinggikan kaki E. MEMBALUT LUKA Prinsip 1. Menutup luka dan rapi 2. Tidak terlalu kuat / kendor 3. Bagian distal tetap terbuka untuk melihat adanya perobahan kulit 4. Simpul rata untuk menghindari penekanan pada kulit Tindakan 1. Taruh bbrp kasa steril pada luka 2. Dibalut Pencegahan dan Penanggulangan HIV/ AIDS di Tempat Kerja Human Immunodeficiency Virus HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih (CD 4) di dalam tubuh. Sel darah putih : sel kekebalan yang berfungsi melawan bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh AIDS (AQUIRED IMUNODEFICIENCY SYNDROME) Suatu kumpulan gejala penyakit (Sindrom) berupa menurun/hilangnya kekebalan tubuh yang diakibatkan oleh virus (HIV) dan disertai berbagai penyakit/infeksi ikutan yang berakibat fatal Infeksi ikutan = infeksi opurtunistik DIMANAKAH HIV ITU BERADA? HIV terutama ditemukan di: - Darah - Cairan Vagina - Air Mani (bukan pada sperma) - Air Susu Ibu Penularan terjadi melalui kontak dengan cairan tsb yang mengandung HIV HIV tidak ditemukan di keringat, air kencing, tinja, air ludah KONTAK SOSIAL TIDAK MENULARKAN HIV KONTAK SOSIAL TIDAK MENULARKAN HIV BUTUH KEWASPADAAN BUKAN KEPANIKAN di dalam dan luar tempat kerja - Sebagai pekerja: – Harus waspada terhadap semua potensi bahaya ditempat kerja – Membudayakan “CARA KERJA AMAN” 3/19/2021 AS-Prosedur K3 HIV/AIDS 211 Cara lain mengurangi risiko penularan HIV? • Menolak mendapat suntikan/tindakan medis dari alat suntik/medis yang diragukan sterilannya • Tidak menggunakan pisau cukur/ gunting kuku/sikat gigi/handuk bersama • Menghindari prosedur tatoo dsb. • Menghindari kontak langsung dengan darah/cairan tubuh orang lain 3/19/2021 AS-Prosedur K3 HIV/AIDS 212 PRINSIP TES HIV • Sukarela • Konseling sebelum dan sesudah tes • Kerahasiaan Sumber: Strategi Nasional Penanggulangan AIDS TES HIV Terhadap Tenaga Kerja 1- DILARANG digunakan untuk : - Persyaratan dalam proses rekrutmen - Kelanjutan status pekerja/buruh Kewajiban pemeriksaan kesehatan 2. DAPAT DILAKUKAN atas dasar : - Kesukarelaan - Dengan persetujuan tertulis - Tersedianya konseling sebelum dan sesudah tes - Dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian khusus. CARA PENCEGAHAN Tidak melakukan hubungan seksual dg pasangan yg tidak syah (abstinensia) A Saling setia pada satu pasangan yang tidak terinfeksi HIV (baku setia) B Gunakan kondom untuk hubungan seks yang berisiko C Hindari penggunaan jarum suntik secara bergantian dan tidak steril D SEKTOR YANG RENTAN HIV/AIDS • Bidang transportasi: - (pelaut, pengemudi truk, nelayan) • Bidang Perkebunan, Kehutanan, Pertambangan, dan Perminyakan • Industri lain dengan populasi pekerja laki2 yang berpindah-pindah tempat. LANDASAN HUKUM • Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan peraturan pelaksanaanya • Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan • Kepmennakertrans No. 68/2004 Pencegahan dan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja dan Petunjuk Pelaksanaanya (Kep. Ditjen Binwasnaker No. 20/2005) • Permennakertrans No. 11/2005 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tempat Kerja - Kasus di Indonesia : - - 85 % usia produktif -3M - berdampak pada dunia bisnis • PENGHARGAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI TEMPAT KERJA • Kep. Dirjen Binawas No. Kep 44/PPK/VIII/2012 Jenis Penghargaan 1. Penghargaan Perusahaan 2. Penghagaan Pemeduli Program P2HIV dab AIDS 3. Penghargaan Pembina Program P2 HIV dan AIDS Bentuk Penghargaan 1. Piagam 2. Plakat 3. Lencana 4. Pin TERIMA KASIH MOKASI YO MAULIATE SYUKRON SAUHO GOLO SAKALANGKONG TENG KIYU