Tugas 2-W3: Makrosektoral vs Mikrospasial Perencanaan Sistem Tenaga Listrik Nama : M. Rivandi Fadli NIM : 23220100 1. Apa saja persamaan (irisan) dari pendekatan loadforecasting makro sekoral dan mikrospasial? Persamaan prediksi demand listrik menggunakan metode Makrosektoral dengan Mikrospasial adalah: a) Sama-sama ingin memprediksi data-data demand listrik berupa beban puncak (MV atau MVA) dan energi terjual (GWh) pada cakupan daerah tertentu b) Demand listrik sama-sama dibedakan menjadi beberapa jenis pelanggan. Contohnya adalah pelanggan residensial, industri, bisnis, dan sosial c) Sama-sama menggunakan permodelan regresi multivariabel dengan Y adalah variabel dependen yang ingin dicari dan X adalah variabel independen yang memengaruhi Y. d) Sama-sama menggunakan data ekonomi berupa produk domestik regional bruto, sebagai variabel yang mempengaruhi demand listrik 2. Apa saja perbedaan penting dari pendekatan loadforecasting makro sekoral dan mikrospasial? (Minimal: sumber data, proses, dan luaran) Perbedaan mendasar antara prediksi demand listrik menggunakan metode Makrosektoral dengan Mikrospasial adalah: a) b) c) d) Data yang dibutuhkan Proses Cakupan daerah analisis Hasil analisis Perbedaan Data yang dibutuhkan Makrosektoral Utamanya, dibutuhkan data ekonomi yang cukup lengkap seperti produk domestik regional yang dibagi per tipe pelanggan, kemudian ada data inflasi, dan jumlah penduduk Mikrospasial Selain data ekonomi, dibutuhkan juga data-data perihal penggunaan lahan seperti RUTR dan RTDR. Untuk metode ini, data ekonomi tidak dibutuhkan sedetail metode makrosektoral Data-data cukup berasal dari pusat pengumpul data. Contohnya di Indonesia adalah BPS (Badan Pusat Statistik) Proses Cakupan daerah analisis Hasil analisis Proses berupa Pengumpulan Data ➔ Permodelan ➔ Simulasi Negara atau Provinsi Demand listrik berupa MVA/MW dan GWh suatu negara/provinsi Selain data dari BPS, diperlukan juga data-data penggunaan dan rencana lahan yang berasal dari lembaga daerah seperti Bappeda Proses berupa Pengumpulan Data ➔ Meshing (Grid) ➔ Clustering ➔ Permodelan➔ Simulasi Kota (kecil), Kecamatan atau Desa Demand listrik berupa MVA/MW dan GWh tiap Grid. Dapat juga berupa peta geografis yang digambarkan dengan skema warna. 3. Jelaskan proses (bisa dalam flowchart) mulai dari memperoleh data masukan untuk analisis makro sektoral sampai dengan memperoleh data luaran mikrospasial dalam sebuah perencanaan tenaga listrik! Gambar 1 Flowchart Proses Mikrospasial Gambar di atas merupakan flowchart proses metode mikrospasial. Prose diawali dengan pengumpulan data sebagai variabel input, yakni berupa data ekonomi (PDRB), luas lahan, dan pelanggan listrik berdasarkan jenis. Kemudian dilanjutkan dengan proses Meshing untuk membentuk grid. Batasan grid dapat ditentukan membentuk suatu kotak ataupun garis batas daerah. Setelah grid ditentukan, masuk ke proses clustering dimana grid-grid tersebut dikelompokkan menjadi beberapa bagian seperti bagian industri, pedesaan, komersil, dan cluster-cluster lainnya. Setelah didapat grid-grid yang masuk ke cluster tertentu, dilanjutkan ke analisis faktor dan analisis korelasi. Kemudian proses dilanjutkan dengan permodelan. Untuk setiap cluster, dipilih model yang memiliki MAPE (Mean Absolute Percentage Error, merupakan ukuran kesalahan relatif terhadap data acuan). Kemudian masuk ke forecasting beban listrik yang dilakukan untuk setiap grid dan didapatkan hasil akhirnya. Berikut merupakan contoh dari hasil prediksi beban dengan menggunakan metode mikrospasial. Gambar 2 Hasil Prediksi Beban Listrik dengan Metode Mikrospasial di Daerah Yunani (kiri) dan Tangerang (kanan) Referensi: [1] Christine Widyastuti, Adri Senen, Oktaria Handayani, Micro-Spatial Electricity Load Forecasting Using Clustering Technique, ICENIS, 2020 [2] Hristos Tyralis, Nikos Mamassis, Yorgos N. Photis, Spatial analysis of the electrical energy demand in Greece, Energy Policy, 2017. [3] Nanang Hariyanto, Prediksi Beban Spasial Tangerang, 1996