PERATURAN PERUNDANGAN K3LL M HASYIM PRIBADI INSTRUKTUR ELEKTRIK PUSDIKLAT MIGAS Setelah mengikuti diklat refresh ini peserta dapat : 1. Mengetahui SKKNI Teknik Listrik 2. Mengetahui SKKNI Teknik Listrik Teknisi Sistem Pembangkit 3. Mengetahui SKKNI Teknik Listrik Teknisi Sistem Pembangkit Kelompok Kompetensi Umum 4. Mengetahui SKKNI Teknik Listrik Teknisi Sistem Pembangkit Kelompok Kompetensi Inti 5. Mengetahui SKKNI Teknik Listrik Teknisi Sistem Pembangkit Kelompok Kompetensi Khusus Mengetahui SKKNI Teknik Listrik Teknisi Sistem Pembangkit Kelompok Kompetensi Umum KELOMPOK KOMPETENSI UMUM No Judul Unit Kompetensi 1. Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan Kerja dan Kesehatan serta Lindungan Lingkungan (K3LL) Kelistrikan di Industri Migas 2. Menerapkan Keselamatan Kerja dan Kesehatan (K3) Kelistrikan di Industri Migas 3. Melakukan Kerja Sama Penanggulangan Keadaan Darurat 4. Menerapkan Komunikasi di Tempat Kerja Judul Unit ke 1 : Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan Kerja dan Kesehatan serta Lindungan Lingkungan (K3LL) Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk Menerapkan Peraturan dan Perundangan K3LL Elemen Kompetensi : 1. Menyiapkan dokumen Peraturan dan Perundangan K3LL Kriteria Unjuk Kerja : 1.1 Semua dokumen Peraturan K3LL disiapkan 1.2 Semua dokumen Perundangan K3LL disiapkan 1.3 Semua acuan baku yang terkait disiapkan Undang – Undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Undang – Undang No 1 Tahun 1970 Undang – Undang No 1 Tahun 1970 Undang – Undang No 1 Tahun 1970 Undang – Undang No 1 Tahun 1970 Undang – Undang No 1 Tahun 1970 Undang – Undang No 1 Tahun 1970 Undang – Undang No 1 Tahun 1970 ILO CODE OF PRACTISE ILO CODE OF PRACTISE ILO CODE OF PRACTISE INSTALASI BERESIKO TINGGI INSTALASI BERESIKO TINGGI INSTALASI BERESIKO TINGGI Elemen Kompetensi : 2. Menerapkan Ketentuan Peraturan dan Perundangan K3LL Kriteria Unjuk Kerja : 2.1 Peraturan K3LL diterapkan 2.2 Perundangan KKLL diterapkan 2.3 Acuan baku yang terkait diterapkan MANAJEMEN KESELAMATAN PROSES Manajemen keselamatan proses merupakan upaya proaktif untuk : • Mengidentifikasi • Mengevaluasi • Mitigasi atau Preventif dari proses yang terjadi akibat kegagalan proses, prosedur, atau peralatan. MANAJEMEN KESELAMATAN PROSES Elemen – elemen menurut Occupational Safety and Health Administration dalam OSHA 3132 (2000) : 1. Informasi keselamatan proses 2. Analisis bahaya proses 3. Prosedur operasi 4. Partisipasi pekerja 5. Pelatihan 6. Kontraktor 7. Pre-startup safety review 8. Integritas mekanik 9. Izin kerja 10. Manajemen perubahan 11. Investigasi kecelakaan 12. Kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan 13. Audit keselamatan MANAJEMEN KESELAMATAN PROSES 1. Informasi keselamatan proses Informasi keselamatan terkait spesifikasi tempat kerja, bahaya, peralatan & teknologi yang digunakan proses. Pengenalan dilakukan terhadap tempat kerja dan proses sebelum melakukan analisis terhadap bahaya proses. Informasi keselamatan mencakup bahan/material berbahaya, teknologi, dan perlatan. Berisi tentang spesifikasi dan ciri khas dari material/ Material Safety Data Sheet (MSDS) : toksikitas, nilai batas pajanan (nilai ambang batas) yang diperbolehkan, data fisik, data reaktivitas, data korosivitas, data kestabilan temperatur dan bentuk kimia, dan efek berbahaya jika dicampur dengan bahan/material lain. MANAJEMEN KESELAMATAN PROSES 2. Analisis Bahaya Proses Penilaian terhadap bahaya di tempat kerja, perkiraan dan identifikasi sumber bahaya potensial, identifikasi kejadian terdahulu yang mempunyai konsekuensi katastropik, perkiraan dampak bagi tempat kerja, dan efeknya bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Dilakukan berdasarkan prioritas proses yang dilakukan yang didalamnya terdapat bahaya proses itu sendiri, banyaknya pekerja yang memiliki potensi terpajan, lamanya proses, dan sejarah pengoperasiannya. Dan untuk tahapan ini perlu dilakukan pemutakhiran dan validasi ulang terhadap hasil analisis secara periodik. MANAJEMEN KESELAMATAN PROSES 2. Analisis Bahaya Proses Metode yang digunakan untuk melakukan analisis bahaya proses, didasarkan pada kesesuaian dan kompleksitas dari proses yang dianalisis : a)What-if b)Checklist c)Kombinasi what-if/checklist d)Hazard and operability study (HAZOP) e)Failure mode and effects analysis (FMEA) f)Fault tree analysis (FTA) HAZOP ( Hazard and Operability Studies ) • Didefinisikan sebagai system dan bentuk penilaian dari sebuah perancangan atau proses yang telah ada atau operasi • Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi masalahmasalah yang mewakili resiko-resiko perorangan atau peralatan atau mencegah operasi yang efisien • Merupakan teknik kualitatif yang berdasarkan pada GUIDE-WORDS HAZOP ( Hazard and Operability Studies ) Penekanan sistematika pertanyaan pada prosedur HAZOP nampak pada penggunaan dua kelompok (tingkat) kata kunci, yaitu : 1. Kata kunci primer (primary keywords) Kata-kata yang bertitik tolak pada tujuan perancangan/ berhubungan dengan kondisi/ parameter sebuah proses. Contohnya: aliran (flow), tekanan (pressure), suhu (temperature), kekentalan (viscosity), korosi (corrosion), pengikisan (erosion), ketinggian (level), kepadatan (density). pelepasan/ pembebasan (relief), pencampuran (composition), penambahan (addition), reaksi (reaction) 2. Kata kunci sekunder (secondary keywords) Kata kunci sekunder pada saat digabungkan dengan sebuah kata kunci primer akan menunjukkan “kemungkinan” penyimpangan yang bisa terjadi, Contohnya: Tidak ada (no), kelebihan (more), kekurangan (less), berlawanan (reverse), sama dengan (as well as) HAZOP ( Hazard and Operability Studies ) TUJUAN UTAMA DARI HAZOP ADALAH MENGENALI : 1. Bahaya-bahaya (hazards) yang potential (terutama yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan), 2. Berbagai macam masalah kemampuan operasional (operability) pada setiap proses akibat adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan perancangan (design intent) proses-proses dalam pabrik yang sudah beraktifitas maupun pabrik yang baru/ akan dioperasikan. HAZOP ( Hazard and Operability Studies ) HAZOP ( Hazard and Operability Studies ) JENIS - JENIS : 1. Process HazOp, yang di kembangkan untuk menilai system proses dan pabrik. 2. Human HazOp, lebih fokus pada kesalahan manusia dari pada kegagalan teknik. 3. Procedure HazOp, meninjau kemabali urutan operasi dan cara kerja yang biasanya dinyatakan sebagai opersai pembelajaran SAFOPSAFe. 4. Software HazOp, mengidentifikasi kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam pengembangan perangk lunak. HAZOP ( Hazard and Operability Studies ) Tahap-tahap untuk menyelesaikan analisis : 1. Pilih studi node (vessel, line, operating instruction) 2.Jelaskan desain dari studi node-nya. Sebagai contoh, vessel V-1 didesain untuk menyimpan ketersediaan benzene dan menyediakannya untuk reactor 3.Ambil parameter proses : flow, level, temperature, pressure, concentration, pH, viscosity, keadaan (padat, cair, gas), agitasi, volume, reaksi, sampel, komponen, start, stop, stability, power, inert 4.Terapkan guideword ke parameter proses untuk menyarankan penyimpangan yang memungkinkan 5.Jika penyimpangan dapat dipakai, tentukan kemungkinan penyebabpenyebab dan catat sistem pengaman yang ada 6.Berikan saran (apa? oleh siapa? kapan?) 7.Catat semua informasi 8.Ulangi tahap 4 ke tahap 7 sampai semua guideword yang digunakan diaplikasikan pada parameter yang dipilih 9.Ulangi tahap 3 ke tahap 8 sampai semua parameter proses dipertimbangkan pada studi node yang diberikan. 10.Ulangi tahap 1 ke tahap 9 sampai studi node dipertimbangkan pada bagian yang diberikan dan lanjutkan pada bagian lain diflowsheet. Judul Unit ke 2 : Menerapkan Keselamatan Kerja dan Kesehatan (K3) Kelistrikan di Industri Migas Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk Menerapkan K3 kelistrikan di industri migas Hazardous Area Daerah yang terdapat atau memungkinkan akan terdapat campuran explosive gas dan udara Flammable Range Hazardous Area Klasifikasi menurut American Petroleum Institute (API) : 1. Kelas I, daerah dimana gas atau uap yang mudah terbakar bercampur dengan atmosfir, dalam komposisi tertentu dapat menimbulkan bahaya kebakaran 2. Kelas II, daerah yang banyak mengandung kotoran dan debu yang mudah terbakar 3. Kelas III, daerah dimana banyak terdapat serat-serat berterbangan yang bila tercampur udara dapat menghasilkan campuran penyalaan Hazardous Area Klasifikasi menurut National Electrical Code (NEC) : 1. Divisi 1, lokasi dimana atmosfir berbahaya dalam kondisi kerja normal, selalu ada dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan bahaya kebakaran. Jadi hazardous atmosphere tidak terdapat terusmenerus, namun hanya tergantung keadaan operasi, misalnya pada saat pengisian bahan bakar ataupun pekerjaan lainnya, seperti perbaikan pipa atau tangki minyak 2. Divisi 2, lokasi dimana cairan mudah terbakar, gas, uap atau debu yang dapat menghasilkan atmosfir berbahaya hanya dalam kondisi abnormal, misalnya kebocoran pipa gas atau minyak yang mudah menguap Hazardous Area Tambahan Klasifikasi menurut Institute of Petroleum (IP) : 3. Divisi 0, pada klasifikasi ini atmosfir berbahaya terus menerus selalu ada untuk waktu yang lama. Di industri perminyakan kondisi ini jarang terjadi di lokasi terbuka, jadi hanya ruang-ruang atau tabung-tabung tertutup saja, seperti tabungtabung proses dan tangki-tangki penyimpanan bahan bakar Hazardous Area Klasifikasi Ruang menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) berdasarkan frekuensi terjadinya dan lamanya keberadaan gas yang dapat meledak dalam atmosfir : 1. Zone 0 : Suatu ruang atau lokasi dimana terdapat atmosfer gas ledak secara terus- menerus atau dalam waktu yang lama 2. Zone 1 : Suatu ruang atau lokasi mungkin terdapat atmosfer gas ledak dalam operasi nomal 3. Zone 2 : Suatu ruang atau lokasi dimana mungkin tidak terdapat atmosfer gas ledak dalam operasi normal dan jika hal ini terjadi, kemungkinannya tidak sering dan hanya akan berlangsung dalam waktu singkat Hazardous Area Persyaratan Peralatan Listrik: 1. Kelas I divisi 1 Semua peralatan listrik harus explosion proof dan harus sesuai dengan groupnya. Peralatan listrik pada sisi luarnya harus dioperasikan pada temperatur dibawah temperatur penyalaan dari substansi yang mudah terbakar 2. Kelas I divisi 2 Peralatan listrik sebagian menggunakan type explosion proof dan sebagian yang lain tidak. Kecuali peralatan yang menimbulkan bunga api seperti switch, circuit breaker, slipring, komutator. Surface temperature dari general purpose enclosure, tidak boleh > 80% temperature penyalaan gas atau uap yang berada disekitarnya Hazardous Area Persyaratan Peralatan Listrik: 1. Perlengkapan yang diperuntukkan untuk Zone 0 boleh digunakan untuk Zone 1 atau Zone 2 dengan kelompok gas yang sama. 2. Perlengkapan yang diperuntukkan untuk Zone 1 boleh digunakan untuk Zone 2 dengan kelompok gas yang sama. 3. Perlengkapan yang akan ditempatkan dalam ruang yang mengandung gas ledak harus mempunyai tanda pengenalnya, untuk memperlihatkan zone, kelompok gas, dan kelas suhu berdasarkan suhu sekeliling 40 °C. Hazardous Area Proteksi dari pembusuran yang membahayakan: 1. 2. 3. Bahaya dari bagian bertegangan. Untuk mencegah terjadinya busur api yang dapat menyulut atmosfer gas ledak,maka harus dihindari setiap kontak dengan bagian bertegangan selain bagian yang aman secara intrinsik. Arus gangguan ke bumi pada rangka atau selungkup harus dibatasi (besar dan lamanya) dan mencegah terjadi kenaikan potensial pada penghantar ikatan penyama pontensial. Jika digunakan sistem TN, maka sebaiknya diterapkan sistem TN-S, dengan netral terpisah dan penghantar proteksi terpasang diseluruh sistem. Dalam ruang berbahaya, penghantar netral harus tidak boleh dihubungkan bersama, atau digabung dalam satu penghantar. Hazardous Area Proteksi dari pembusuran yang membahayakan: 4. Jika menggunakan sistem IT (netral terpisah dari bumi atau dibumikan melalui impendans), maka harus dipasang gawai monitor untuk mengetahui secara dini gangguan bumi. Instalasi dalam Zone 0 harus terputus segera setelah terjadi gangguan bumi pertama, oleh gawai monitor isolasi atau oleh GPAS. 5. Untuk instalasi dalam Zone 0 yang menggunakan berbagai tegangan harus diperhatikan, agar arus gangguan bumi sekecil mungkin dalam besar dan jangka waktunya. Harus dipasang proteksi gangguan bumi untuk penggunaan tertentu dalam Zone 1. Hazardous Area Penyama potensial: Untuk mencegah pembusuran yang membahayakan antara bagian logam rangka, maka penyama potensial perlu dipasang untuk instalasi pada Zone 0 dan Zone 1 dan mungkin juga diperlukan untuk instalasi dalam Zone 2. Oleh karena itu semua bagian konduktif terbuka harus dihubungkan ke penghantar ikatan penyama potensial. Sistem ikatan dapat terdiri dari penghantar proteksi, konduit logam, selungkup kabel dari logam, baja pelindung kabel, semua rangka dari logam, tetapi tidak boleh dihubungkan dengan penghantar netral Hazardous Area Tanda Pengenal : Perlengkapan listrik yang dipasang dalam ruang berbahaya harus mempunyai tanda pengenal sebagai berikut: a) Nama pabrikan dan atau merek; b) Identifikasi pabrikan; c) Simbol Ex, yang menandakan bahwa perlengkapan listrik tersebut dibuat dan diuji untuk kondisi atmosfer gas ledak atau tergabung pada aparat dimaksud, Hazardous Area Tanda Pengenal : Perlengkapan listrik yang dipasang dalam ruang berbahaya harus mempunyai tanda pengenal sebagai berikut: d) Tanda untuk setiap jenis proteksi: o untuk aparat dalam minyak; p untuk selungkup bertekanan; q untuk aparat berisi pasir; d aparat untuk selungkup tahan api; e untuk keamanan ditingkatkan; ia untuk keamanan intrinsik katagori a; ib untuk keamanan intrinsik katagori b; e) Simbol untuk kelompok perlengkapan listrik: 1) I untuk perlengkapan listrik dalam tambang dimana terdapat gas tambang 2) II atau IIA atau IIB atau IIC untuk perlengkapan listrik dalam atmosfer gas ledak, Huruf A, B atau C digunakan sesuai dengan kondisi gas. Hazardous Area Jenis-Jenis Proteksi: Hazardous Area Gas dan Group sesuai IEC 79-1 : Hazardous Area Hazard Risk Category Hazardous Area Panduan APD Hazardous Area Panduan APD Elemen Kompetensi : 1. Menyiapkan peralatan K3 kelistrikan di industri migas Kriteria Unjuk Kerja : 1.1 Semua peralatan K3 kelistrikan disiapkan 1.2 Semua perlatan K3 kelistrikan diverifikasi sesuai keperluan Kebakaran Akibat Listrik Sejumlah bahaya dapat muncul pada Pengoperasian Industri Migas, khususnya resiko kebakaran listrik. Pemahaman dan kerja sama dalam pelindungan kebakaran penting untuk keselamatan para pekerja. Terdapat tiga unsur mendasar terjadinya api/kebakaran (segitiga api) yaitu: 1. Bahan bakar/sesuatu yang mudah terbakar. Yaitu zat padat, cair atau gas yang dapat terbakar. 2. Panas dapat berasal dari nyala api, percikan, puntung rokok, gesekan, dan sumber-sumber listrik. 3. Oksigen diperlukan untuk pembakaran Klasifikasi Kebakaran 1. Class A melibatkan bahan sepeti kayu, kain, kertas dan bahanbahan pembungkus. Mendinginkan bahan-bahan pembakar adalah cara yang paling efektif untuk memadamkan kebakaran jenis ini. 2. Class B melibatkan cairan-cairan mudah terbakar seperti bensin, minyak tanah, oli, pelumas, lemak, semir, cat. Pemadaman terbaik dengan menyelimuti atau menutupinya. 3. Class C melibatkan peralatan listrik beraliran seperti fitting lampu, motor, generator, kabel, kawat, saklar, switchboards dan peralatan elektronik. Pemadaman tebaik dengan menyelimuti atau menutupinya dengan pemadam kebakaran yang sesuai. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Alat pemadam kebakaran portable yang mudah dibawa, dioperasikan oleh satu orang, berdiri sendiri, mempunyai berat antara 1-16 Kg dan digunakan pada api awal kebakaran. Mudah dibawa mendekati daerah kebakaran. Peletakan APAR harus ditempatkan di tempat yang memudahkan didalam penggunaannya. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Elemen Kompetensi : 2. Menentukan peralatan K3 kelistrikan di industri migas Kriteria Unjuk Kerja : 2.1 Semua peralatan K3 ditentukan sesuai dengan bahaya potensial 2.2 Semua peralatan K3 yang telah ditentukan disebutkan dengan benar Elemen Kompetensi : 3. Menerapkan peralatan K3 kelistrikan di industri migas Kriteria Unjuk Kerja : 3.1 Peralatan K3 kelistrikan digunakan sesuai SOP 3.2 Peralatan K3 kelistrikan diterapkan sesuai lokasi area