Perdebatan tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara • • • • • • • Perdebatan dalam Konstituante Pembrontakan DI/TII dan PKI Globalisasi Liberalisme Terorisme Argumen tentang Dinamika dan Tantangan dari Ideologi Esensi dan Urgensi dari Ideologi Perdebatan Konstituante • Dewan Konstituante didirikan pada tahun 1955. Bertugas untuk menetapkan UUD untuk menggantikan UUDS 1950. • Kegagalan Dewan Konstituante: 1. Tidak bisa menyelesaikan penyusunan dan pembentukan UUD. 2. Mengutamakan kepentingan golongan tertentu. 3. Situasi yang memburuk. 4. Dibubarkan pada 5 Juli 1959. KEHIDUPAN HANKAM MASA DEMOKRASI LIBERAL KRISIS YANG MEMUNCAK PERGOLAKAN DI DAERAH : o Anggapan bahwa pembangunan hanya dipusatkan dipulau jawa. o Pertentangan politik yang berlarutlaru o Lahirnya konsepsi presiden Soekarno PEMBERONTAKAN PRRI DAN PERMESTA : • Terjadi karena adanya ketidakpuasan beberapa daerah di sumatra dan sulawesi GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI • Pembentukan APRA (1950) • Pemberontakan Andi Aziz (1950) • Pemberontakan RMS (1950) • Pemberontakan DI/TII (1949) 5 Era Orde Lama DI/TII Jawa Barat A. Pemimpin : Sekar Marijan Kartosuwiryo B. Tujuan Awal : Untuk menentang penjajah Belanda di Indonesia C. Latar Belakang : D. Kekecewaan SM Kartosuwiryo terhadap kebijakan Soekarno mengenai paham komunisMenurut Philipus M. Hadjon (1987, h. 90) elemen-elemen penting Negara hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah: 1. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan kerukunan, 2. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaankekuasaan Negara, 3. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir jika musyawarah gagal, 4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menurut Jimly Assidiqie (2010) prinsip-prinsip Negara hukum E. Keinginan Darul Islam untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) A. B. C. D. Pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII) DI/TII Jawa Tengah Pemimpin : Amir Fatah bekerja sama dengan Kartosuwiryo Daerah : bergerak di daerah Tegal, Brebes, dan Pekalongan Kronologi : Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo, Amir Fatah kemudian diangkat sebagai Komandan Pertemburan Jawa Tengah dengan pangkat MayJen TII. Perlawanan : pada Januari 1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara dibawah pimpinan Letkol Sarbini 7 DI/TII Aceh A. Pemimpin : Tengku Daud Beureueh B. Latar Belakang : adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar. C. Kronologi : Pada tanggal September 1953 Tengku Daud memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari NII dibawah pimpinan Kartosuwiryo D. Perlawanan : Kombinasi Operasi Militer dan musyawarah. DI/TII Sulawesi Selatan A. Pemimpin : Kahar Muzakar B. Latar Belakang : Ditolaknya Kahar yang menuntut agar Kesatuaan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan kesatuan gerilya lainnya dmasukkan kedalam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin dibawah pimpinannya karena tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. C. Kronologi : Setelah dilantk sebagai Wakil Panglima Tentara Tetorium VII, Kahar beserta pengikutnya melarikan diri kehutan dengan persenjataan lengkap dan memulai pemberontakan, lalu Kahar mengubah nama pasukannya menjadi TII dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo (7 Agustus 1953) D. Perlawanan : pada 3 Februari 1965, Kahar ditembak mati oleh TNI. DI/TII Kalimantan Selatan A. Pemimpin : Ibnu Hajar (bekas Letnan dua TNI) B. Kronologi : beserta pasukannya yang bernama Kesatuan Rakyat dan Tertindas, melakukan berbagai aksi penyerangan terhadap pos – pos TNI C. Perlawanan : dikarenakan Ibnu Hajar tidak mau menyerah, pada tahun 1959 Ibnu berhasil ditangkap dan pasukannya berhasil dihancurkan Hubungan globalisasi, liberalisme, dan terorisme dengan perdebatan Pancasila sebagai ideologi Globalisasi Liberalisme Terorisme • Proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas. • Merupakan paham yang mempertahankan kebebasan perseorangan • Serangan yang membangkitkan perasaan ketakutan terhadap masyarakat. • Globalisasi tidak dapat dihindari. • Kebebasan ini mencakup bidang agama, ekonomi dan politik. • Mengancam dan bertentangan dengan nilainilai Pancasila. Add a footer 10 Hubungan globalisasi, liberalisme, dan terorisme dengan perdebatan Pancasila sebagai ideologi (cont…) • Unsur-unsur yang dapat menimbulkan perdebatan tentang Pancasila sebagai ideologi negara dapat dilihat sebagai berikut: 1. Unsur individualism dari paham liberalism. Ini tidak sesuai dengan prinsip nilai gotong royong yang merupakan spirit Pancasila yang terdapat dalam sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Terorisme yang dapat mendatangkan rasa takut, cemas dan mengganggu stabilitas internal negara. 3. Kedua hal itu bisa masuk melalui fenomena globalisasi, dimana sebagai bangsa menjadi lebih terbuka terhadap pengaruh timbal balik antar bangsa. Kebudayaan globa terbentuk dari berbagai kepentingan masyarakat dunia. Era orde baru • P4 (Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila) atau eka prasetya panca karsa, sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara semasa bernegara. • Pancasila sebagai asas tunggal bagi semua organisasi politik dan organisasi masyarakat, Pancasila sebagai tuntunan dalam berorganisasi. ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DARI IDEOLOGI Reformasi PENERAPAN OTONOMI DAERAH Ø Faktor eksternal ARGUMEN TENTANG TANTANGAN DARI IDEOLOGI • Pertarungan ideologis antar negara • Menguatnya isu kebudayaan global • Kebutuhan dunia meningkat karena pertambahan jumlah penduduk Ø Faktor internal • Pergantian rezim berkuasa melahirkan kebijakan politik yang berorientasi pada kelompok • Penyalahgunaan kekuasaan (Korupsi) 2 ESENSI DAN URGENSI DARI IDEOLOGI 1. Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang tercamtum di ideologi tersebut mencerminkan kenyataan hidup yang ada di dalam masyarakat dimana ideologi itu ada untuk pertama kalinya. 2. Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang tercamtum dalam nilai dasar tersebut bisa memberikan harapan kepada berbagai kelompok dan Sebagai Ideologi Negara memiliki beberapa peran masyarakat mengenai masa depan yang lebih baik. konkret : 1. 2. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral. Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilainilai yang tidak sesuai dengan sila-sila Pancasila. 3. Dimensi Fleksibilitas, artinya kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya. 1 Buku Acuan • Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia; Pendidikan Pancasila, 2016, hal.130-137