MATERI-MATERI PEMBELAJARAN FILSAFAT MANUSIA DOSEN PEMBIMBING: JAMHARI, S.Ag.M.Fil.l DISUSUN OLEH: NADIA SALSA ANANDA (2030901132) UNIVERSITAS UIN RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS PSIKOLOGI 2020/2021 Nama : Nadia Salsa Ananda Nim : 2030901132 Mata kuliah : Filsafat Manusia Program Studi : Psikologi Islam Dosen Pengasuh : Jamhari,S.Ag.M.FiI.I MATERI KE 1: SEJARAH FILSAFAT MANUSIA Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan filsafat maka kita akan terjun ke masa lampau di zaman yunani kuno. Pada masa itu semua ilmu dinamakan filsafat dari yunanilah kata “filsafat” ini berasal’ yaitu dari kata “philos dan Sophia” artinya kebijakan atau kearifan . Dalam penggunaan popular , filsafat dapat diartikan sabagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga sabagai bagian pandangan masyarakat (masyarakat). Menurut Magnis suseno (1995:20) bahwa filsafat sebagai ilmu kitis . Sadi Gazalba (1974:7) mengatakan bahwa filsafat adalah hasil kegiatan berpikir yang radikal, sistematis, universal. Kata radikal berasal dari bahana latin’radix’ yang artinya akar. Filsafat bersifat radikal, artinya permasalahan yang di kaji. Filsafat bersifat sistematis artinya pernyataan-pernyataan atau kajian-kajiannya menunjukkan adanya hubungan satu sama lain, saling berkait dan bersifat runtut. Filsafat bersifat universal, artinya pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban filsafat bersifat umum dan mengenai semua orang. Dalam Al-Quran dan budaya arab terdapat istilah”hikmah” yang berarti arif atau bijak. Filsafat itu sendiri bukan hikmah , melaikan cinta yang sangat mendalam terhadap hikmat. Ada bebarapa definisi filsafat yang di kemukakan Harold Titus, yaitu: 1.)Fisalfat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta 2.)Filsafat adalah metode berpikir reflektif dan penelitian penalaran 3.)Filsafat adalah suatu perangkatnmasalah-masalah 4.)Filsafat adalah seperangkat teori dan system berpikir Latar belakang lahirnya filsafat ada 2 faktor yaitu: 1.) factor internal cenderung dari dalam diri manusia yaitu rasa ingin tahu. 2.) factor ekstern adanya hal tau sesuatu yang menggejala dihadapan manusia, sehingga menimbulkan rasa heran atau kagum PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA Di dalam KBBI, fisalfat berarti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan , hingga ke ilmu yang beritika, logika, estetika, metafisika, dan epistemology. Filsafat manusia adalah cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai makna menjadi manusia. Filsafat manusia menjadikan manusia ebagai objek studinya. Dalam cabang ilmu filsafat manusia akan mengajukan pertanyaan mengenai diri mereka sebagai manusia. Filsafat manusia terus berkembang karena manusia adalah objek yang penuh dengan miseries. Titik tolak filsafat manusia adalah pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang melingkupinya. Dalam sejarah ada beberapa istilah yang mendahului filsafat manusia, yaitu psikologi filsafat, psikologi radional, eksperimental, dan empiris. Manusia adalaha makhluk tuhan yang otonom, berdiripribadi yang tersusun atas kesatuan harmonic jiwa raga dan eksis sebagai individu bermasyarakat. Didalam diri manusia terkandung potensi-potensi krjiwaan (berpikir,perasaan, dan kemauan) yang sangat menentu bagi esensi (diri) dan eksisten (keberadaan) manusia itu sendiri OBJEK KAJIAN FILSAFAT MANUSIA Bagi filsafat manusia, semua gejala maupun feni=omena manusiawi merupakan objek materil. Mereka di anggap sebagai bahan atau materi untuk penyelidikan. Phainoman yang berarti “menampak”. Filsafat manusia tidak berhenti pada fenomena saja melainkan bermaksud menerobos sampai ke dasarnya. Objek formal bagi filsafat manusia yang sedalam-dalamnya, yang berlaku selu dan dimana-mana dan untuk sembarang orang. -Objek filsafat memiliki objek studi yang meliputi objek materi maupun objek forma. -Objek materi filsafat sering di sebut sebagai segala sesuatu yang ada (dan bahkan yang mungkin ada). Objek ini sering pula di sebut sabagi realitas atau kenyataan. -Objek forma filsafat sering di sebut sebagai pendekatan. Hakikat manusia sebagai objek formal filsafat manusia meliputi dua aspek yaitu manusia mau di pahami seekstensif atau seluas mungkin, dan manusia di pahami secara intensif atau sepadat mungkin. Beberapa metode filsafat manusia: 1.Metode Kritis (Negatif) metode ini bertitik tolak dari pendapatan filsuf-filsuf lain, atau juga dari teor-teori ilmu-ilmu lain, atau pula dari keyakinan-keyakinan sehari-hari yang agak sentral. 2.Metode Analitika bahasa (Linguistic Analysis) metode ini beryitik tolak dari bahasa sehari-hari, 3.Metode Fenomenologis metode ini kembali pada hal-hal sendiri, atau kepada apa adanya, tanpa mulai dengan salah satu interpretasi apiori. 4.Metode (Metafisik) Transendetal metode ini bertitik tolak dari fakta kegiatan berbicara dan berpikir di dalam manusia CIRI-CIRI FILSAFAT MANUSIA 1.Ekstensif, yaitu gambaran yang menyeluruh tentang realitas manusia, dan tentunya filsafat manusia hanya menggambarkan realitas manusia secara garis besar saja. Filsafat manusia berbeda dengan ilmu lain, yaitu tidak mempunyai informasi yang sangat mendetail dan spesifik tentang dimensi-dimensi tertentu dari manusia seperti biologi dan lain-lain. 2.Intensif (mendasar) hal ini berarti filsafat manusia mencari inti, hakikat, akar yang melandasi realitas pada diri manusia, baik yang terlihat pada gejala kehidupan sehari-hari maupun yang terdapat di dalam data-data dan teori-teori ilmiah. 3.Kritis, yaitu peka terhadap objek kajiannya.selain memhami manusia secara ekstensif, filsafat manusia tidak henti-hentinya membahas tentang dasar-dasar atau ideolgi-ideologi yang ada di belakang suatu teori MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA 1.Untuk mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manusia itu 2.Filsafat manusia dapat memberikan kepada kita pemahanam mendalam tentang manusia sehingga kita dapat meninjau secara kritis berbagai asumsi di balik berbagai teori yang terdapat di dalam ilmu manusia. 3.Memahami dan menemukan arti tujuan kenapa manusia diciptakan. 4.Memahami diri dalam konsepn yang menyeluruh sehingga dapat memudahkan dalam mengambil makna dari setiap peristiwa. TUJUAN FILSAFAT SECARA UMUM Keberadaan ilmu filsafat dapat membantu manusia menyelesaikan segala persoalan dalam kehidupan. Setelah mengetahui arti filsafat beserta ciri-ciri umum yang dimilikinya, kali ini akan kita akan membahas mengenai tujuan filsafat secara umum yang telah dijabarkan ke dalam poinpoin berikut ini. 1.Filsafat berguna untuk membuat manusia memiliki sifat yang bijaksana dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2.Filsafat juga bertujuan untuk membuat manusia memiliki perspektif yang luas dalam melihat sesuatu. Dengan hal ini maka manusia dapat memiliki pandangan yang luas dan dapat terhindar dari egosentrisme. 3.Dengan menilai berbagai macam hal di sekitarnya secara objektif, maka melalui filsafat diharapkan manusia akan lebih terdidik dan mampu memiliki pengetahuan yang luas. 4.Filsafat dapat mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan dan lebih mendalami ilmu pengetahuan. 5.mempelajari filsafat maka manusia juga dapat memahami perkembangan, kemajuan pengetahuan, serta sejarah pertumbuhan dari pengetahuan tersebut. 6.Filsafat membuat manusia agar memiliki kemauan untuk berpendapat sendiri, mandiri dalam hal rohaniah, berpikir sendiri, serta dapat menunjukkan sifat yang kritis. 7.Dengan mendalami filsafat maka manusia dapat mendalami pokok ilmu sampai ke cabangcabangnya. Dengan demikian maka akan lebih mudah dalam memahami hakikat ilmu beserta sumber dan tujuannya. 8.Filsafat juga sangat berguna bagi dunia pendidikan, karena baik siswa maupun pengajar punya pedoman yang kuat untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Terutama untuk membedakan mana persoalan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. FUNGSI FILSAFAT fungsi dan pengertian filsafat Mempelajari filsafat sangatlah bermanfaat, karena dengan ilmu ini setiap orang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar yang tidak ada dalam wewenang ilmu-ilmu secara khusus lainnya. Setelah memahami pengertian filsafat, ciri-ciri, dan tujuan yang dimilikinya. Maka tak lengkap rasanya bila tidak membahas fungsi-fungsi yang dimilikinya, fungsi filsafat dapat Anda lihat dalam poin-poin berikut. a . Membentuk Sifat Kritis Seperti yang telah dijelaskan sebelum-sebelumnya, filsafat dapat membentuk pemikiran yang kritis pada seseorang. Hal tersebut tentunya sangat berguna untuk diterapkan dalam kehidupan beragama maupun bermasyarakat. Sehingga ketika menghadapi masalah apapun diharapkan manusia dapat berpikir dengan rasional supaya tidak terjebak oleh segala sifat fanatisme. b . Sebagai Pemecahan Masalah Ilmu filsafat mengajak manusia supaya berpikir secara bijak dalam mengatasi berbagai persoalan. Dengan menggunakan cara berpikir filsafat maka diharapkan manusia dapat mengidentifikasi masalah tersebut dan memudahkannya dalam mendapatkan jawaban. Sehingga masalah dapat dipecahkan tanpa kesulitan. c . Membantu Kemampuan Analisis Berpikir secara filsafat tentunya sangat dibutuhkan oleh para pelajar maupun peneliti. Karena dengan demikian kemampuan dalam menganalisa akan semakin terasah. Sehingga analisa dapat dilakukan dengan kritis dan komprehensif untuk mengatasi berbagai permasalahan ilmiah dalam riset. Pada poin berikut filsafat dilakukan pada konteks pengetahuan yang menomor-satukan kontrol. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa nilai pengetahuan ada karena memiliki fungsi, lain halnya dengan fungsi filsafat yang ada karena nilai yang dimilikinya. d . Menambah Pengalaman Melalui ide-ide baru atau dasar hidup, filsafat dapat dapat membentuk pengalaman kehidupan manusia secara kreatif. Semakin banyak rasa ingin tahu manusia dan keinginan untuk mencarinya, maka pengalaman akan terus bertambah. UNSUR-UNSUR FILSAFAT Jika penjelasan mengenai pengertian filsafat dan pembahasan lainnya sudah Anda mengerti dengan baik, di bawah ini terdapat lagi informasi menarik mengenai unsur-unsur yang ada dalam filsafat. Apa saja unsur-unsur tersebut, silahkan simak di bawah ini. 1. Epistemologi Istilah berikut ini muncul untuk pertama kalinya pada tahun 1854 yang dipelopori J.F. Ferrier. Epistemologi diambil dari bahasa Yunani yaitu episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti teori. Ilmu ini merupakan filsafat yang membahas segala jenis masalah yang berkaitan dengan filosofikal seputar teori pengetahuan. Bagian filsafat ini meneliti sifat-sifat dasar dan asalusul dalam memperoleh sebuah pengetahuan dengan cara yang benar. Melihat dari pengertian epeistemologi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa unsur ini sangat berpengaruh terhadap karakter pengetahuan. Terlebih lagi dalam memilah mana kebenaran yang harus ditolak, dan mana yang harus diterima. Jika pengetahuan-pengetahuan tersebut dikumpulkan dengan benar, kemudian diklarifikasi, dan disusun secara sistematis, maka dapat menjadi metode epistemologi. 2. Axiologi Axiologi atau yang lebih dikenal dengan teori tentang nilai adalah suatu unsur filsafat yang menelusuri tentang kegunaan pengetahuan. Aksiologi ada untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti akan digunakan untuk apa ilmu pengetahuan itu, lalu seperti apa kaitan antara manfaat pengetahuan tersebut dengan kaidah moral yang ada, dan bagaimana cara menentukan obkjek yang dikaji menurut berbagai pilihan moral. 3. Ontologi Ontologi menelusuri tentang sesuatu yang ada secara universal, dan menampilkannya dalam pemikiran semesta universal. Unsur ini tidak terikat oleh perwujudan tertentu serta memiliki upaya untuk mencari sebuah inti yang ada dalam kenyataan. Dengan kata lain objek dari ontologi secara formal yaitu hakikat dari semua realitas. JENIS-JENIS FILSAFAT jenis dan pengertian filsafat Setelah selesai membahas pengertian filsafat, tujuan, fungsi, dan juga unsur-unsurnya, pada bab terakhir ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis filsafat atau cabang filsafat. 1. Estetika Sesuai namanya, estetika ialah filsafat yang membahas dan mempelajari keindahan, serta mencari tahu bagaimana keindahan tersebut dibentuk. Filsafat ini juga mempelajari bagaimana cara manusia dalam merasakan keindahan tersebut. 2. Etika Filsafat berikut ini mempelajari mengenai aturan serta norma yang dipakai masyarakat dalam berprilaku. Dengan kata lain filsafat ini digunakan sebagai pedoman untuk menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk. 3. Metafisika Jenis filsafat ini erat kaitannya dengan hakikat fundamental dan proses analitis terhadap realitas serta keadaan yang menyertainya. Penelitian yang berhubungan dengan metafisika biasanya berpusat pada pertanyaan-pertanyaan seputar keberadaan dan realitas 4. Logika Filsafat logika merupakan cabang yang mendalami bagaimana kemampuan seseorang untuk berpikir secara tepat. 5. Epistemologi Epistemologi merupakan jenis filsafat yang secara khusus membahas mengenai pengetahuan. Adapun beberapa pengetahuan yang dibahas seperti validitas data, asal mula, validitas, struktur, serta metodologi yang bekerja sama dalam menyusun pengetahuan manusia. 6. Filsafat Ilmu Pada dasarnya pengertian filsafat ilmu adalah bagian epistemologi yang merupakan filsafat pengetahuan. Namun, pengkajian filsafat ilmu lebih terpusat kepada pengetahuan yang bersifat ilmiah, dan hakikat ilmu itu sendiri. PENGERTIAN FILSAFAT MENURUT PARA AHLI 1. John Dewey Filsafat menurut John Dewey adalah pengungkapan akan usaha dan perjuangan manusia secara terus-menerus, Menurutnya hal tersebut merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk melakukan penyesuaian terhadap berbagai tradisi. Sehingga hasilnya dapat membentuk budi pekerti yang memiliki cita-cita politik serta kecenderungan ilmiah baru yang tidak sejalan dengan wewenang yang telah diakui. 2. Plato Sedangkan filsafat menurut plato ialah ilmu yang berusaha untuk mendapatkan pencapaian akan kebenaran pengetahuan yang sebenarnya. 3. Aristoteles Filsafat menurut Aristoteles merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berisi kebenaran. Unsur-unsur dalam kebenaran tersebut meliputi ekonomi, metafisika, estetika, retorika, politik dan juga logika. Filsafat yang dikemukakan Aristoteles sering disebut sebagai filsafat keindahan. 4. Johann Gotlich Fickte Pengertian filsafat berdasarkan pendapat Johann Gotlich Fickte adalah ilmu yang menjadi dasar dari segala jenis bidang dan pengetahuan yang digunakan untuk mencari kebenaran. 5. Cicero Kemudian Cierco menyebutkan bahwa filsafat adalah seni kehidupan yang merupakan ibu dari semua seni. 6. Imanuel Kant mengartikan filsafat sebagai ilmu yang menjadi akar dari segala pengetahuan di dalamnya. Filsafat sendiri menurutnya terbagi ke dalam empat golongan yaitu antropologi, metafisika, agama, dan etika. 7. Paul Natorp Filsafat menurut Paul Natorp merupakan ilmu dasar yang digunakan untuk menentukan kesatuan pengetahuan yang dapat digunakan untuk memikul keseluruhannya dan menunjukkan akhir yang sama. 8. M. J. Langeveld Filsafat menurut M. J. Langeveld adalah kesatuan ilmu yang tersusun dari beberapa lingkup masalah seperti masalah keadaan, dan masalah lingkungan. Sedangkan untuk Lingkup masalah pengetahuan terdiri atas teori logika, pengetahuan, dan juga kebenaran. Kemudian lingkup masalah nilai yaitu terdiri atas teori nilai estetika, nilai religi, etika, dan estetika. 9. Bertrand Russel Kemudian menurut Bertrand Russel, filsafat yaitu sebuah teologi yang berisikan berbagai pemikiran mengenai masalah-masalah yang bersifat definitif dan tidak dapat dipastikan. Akan tetapi layaknya sains, filsafat bisa menarik pemikiran manusia jika dibandingkan otoritas wahyu, dan tradisi. PERBEDAAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA Ilmu-ilmu pengetahuan tentang manusia,sedikit mirip dengan ilmu tentang alam, berbudaya untuk menemukan hokum, perbuatan manusia, sejauh perbuatan itu dapat di pelajari secara indrawi/bisa dijadikan objek untuk introspeksi. Adapun filsafat menyerahkan penyelesaiannya terhadap segi yang lebih mendalam dari manusia, Keterbatasan metode observasi tidak memungkinkan ilmuilmu tentang manusia untuk melihat gejala manusia secara utuh dan menyeluruh. Contohnya yaitu tenyang ilmu psikologi, ilmu tersebut hanya menekankan pada aspek psikis dan fisiologis manusia sebagai suatu organisme. Dan tidak menjelaskan tentang pengalaman spiritual dan eksistensinya. Ilmu laianya seperti antropologi dan sosiologi lebih memfokuskan pada gejala budaya dan pranata social, dan tidak enjelaskan dengan pengalaman dan gejala individu. Maka berbedalah filsafat manusia terhadap ilmu-ilmu lain tentang manusia, yakni dengan menggunakan metode sintesis dan reflektif. Dan mempunyai ciri-ciri ekstensif, intensif, dan kritis. Penggunaan metode sintesis dalam filsafat manusia, yang mensistensiskan pengalaman dan pengetahuan kedalam satu visi. Oleh sebab itu daripada hanya berkisar tentang salah satu aspekaspek tertentu dari manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok social, filsafat manusia justru berkenaan dengan totalitas dan keragaman aspek-aspek yang terdapat pada manusia secara universal dan lebih luas pembahasannya. Dan penggunnaan metode refleksi, dalam filsafat manusia tampak dari pemikiran-pemikiran filsafati besar seperti yang dikembangkan misalnnya oleh Descartes, Kant, Edmund Husserl, Karl Jasper dan lain-Nya. Refleksi yang dimaksudkan disini menunjuk pada dua hal : pertama, pada pertanyan tentang esensi sesuatu hal. (misalnya : apakah esensi manusia itu, apakah esensi keindahan itu, apakah esensi alam semesta itu). Dan kedua, pada proses pemahaman diri (selfunderstanding) berdasarkan pada totalitas gejala dan kejadian manusia yang sedang direnungkannya. Maka ada kemungkinan dalam filsafat manusia terdapat keterlibatan pribadi dan pengalaan subjektif dari beberapa filsuf tertentu pada setiap apa yang difikirkannya. Ada yang khas dengan filsafat manusia, dan tidak terdapat pada ilmu-ilmu tentang manusia. Kalau ilmu adalah netral dan bebas nilai. Maka bisa dikatakan juga bahwa ilmu berkenaan hanya dengan das Sein (kenyataan sebagaimana adanya). Nilai, dari manapun asalnya dan apapun bentuknya, diupayakan untuk tidak dilibatkan dalam kegiatan keilmuan. Nilai dipandang sesuatu yang subjektif dan tidak bisa diukur. Sehingga keberadaanya dianggap tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Sebaliknya di dalam filsafat manusia, bukan hanya das Sein yang dipertimbangkan, tetapi juga das Sollen (kenyataan yang seharusnya). Ini berarti bahwa nilai yang selain dipandang subjektif tetapi juga ideal, mewarnai kegiatan filsafat manusia. HAKEKAT MANUSIA Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. Ada pendapat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan. Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa. (Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001). Bagi Iqbal ego adalah bersifat bebas unifed dan immoratal dengan dapat diketahui secara pasti tidak sekedar pengandaian logis. Pendapat tersebut adalah membantah tesis yang dikemukanakn oleh Kant yang mengatakan bahwa diri bebas dan immortal tidak ditemukan dalam pengalaman konkit namun secara logis harus dapat dijatikan postulas bagi kepentingan moral. Hal ini dikarenakan moral manusia tidak masuk akal bila kehidupan manusia yang tidak bebas dan tidak kelanjutan kehidupannya setelah mati. Iqbal memaparkan pemikiran ego terbagi menjadi tiga macam pantheisme, empirisme dan rasionalisme. Pantheisme memandang ego manusia sebagai non eksistensi dimana eksistensi sebenarnya adalah ego absolut. Tetapi bagi Iqabal bahwa ego manusia adalah nyata, hal tersebut dikarenakan manusia berfikir dan manusia bertindak membuktikan bahwa aku ada. Empirisme memandang ego sebagai poros pengalaman-pengalaman yang silih berganti dan sekedar penanaman yang real adalah pengalaman. Benak manusia dalam pandangan ini adalah bagaikan pangging teater bagai pengalaman yang silih berganti. Iqbal menolak empirisme orang yang tidak dapat menyangkal tentang yang menyatukan pengalaman. Iqbal juga menolak rasionalisme ego yang diperoleh memlalui penalaran dubium methodicum (semuanya bisa diragukan kecuali aku sedang ragu-ragu karena meragukan berarti mempertegas keberadaannya). Ego yang bebas, terpusat juga dapat diketahui dengan menggunakan intuisi. Menurut Iqbal aktivitas ego pada dasarnya adalah berupa aktivitas kehendak. Baginya hidup adalah kehendak kreatif yang bertujuan yang bergearak pada satu arah. Kehendak itu harus memiliki tujuan agar dapat makan kehendak tidak sirna. Tujuan tersebut tidak ditetapakan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia kehendak bebas dan berkreatif. (Donny Grahal Adian, Matinya Metafisika Barat, 2001) Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik, dan aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya. Secara subtansial dan moral manusia lebih jelek dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik karena manusia memiliki kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya, sedangkan pada kotauhid hakekat manusai dan fungsinya manusia sebagai ‘adb dan khalifah dan kekasatuan aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara aktual. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999) Bagi Freire dalam memahami hakekat manusia dan kesadarannya tidak dapat dilepaskan dengan dunianya. Hubungan manusia harus dan selalu dikaitkan dengan dunia dimana ia berada. Dunia bagi manusia adalah bersifat tersendiri, dikarenakan manusia dapat mempersepsinya kenyataan diluar dirinya sekaligus mempersepsikan keberadaan didalam dirinya sendiri. Manusia dalam kehadirannya tidak pernah terpisah dari dunidan hungungganya dengan dunia manusia bersifat unik. Status unik manusia dengan dunia dikarenakan manusia dalam kapasistasnya dapat mengetahui, mengetahui merupakan tindakan yang mencerminkan orientasi manusia terhdap dunia. Dari sini memunculkan kesadaran atau tindakan otentik, dikarenakan kesadaran merupakan penjelasnan eksistensi penjelasan manusia didunia. Orientasi dunia yang terpuasat oleh releksi kritiuas serta kemapuan pemikiran adalah proses mengetahui dan memahami. Dari sini manusia sebagaiu suatu proses dan ia adalah mahluk sejarah yang terikat dalam ruang dan waktu. Manusia memiliki kemapuan dan harus bangkit dan terlibat dalam proses sejarah dengan cara untuk menjadi lebih. (Siti Murtiningsih, Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, 2004) Manusia dalam konsep al Quran mengunakan kensep filosofis, seperti halnya dalam proses kejadian adam mengunakan bahasa metaforis filosofis yang penuh makna dan simbol. Kejadian manusia yakni esensi kudrat ruhaniah dan atributnya, sebagaimana dilukiskan dalam kisah adam dapat diredusir menjadi rumus; Ruh Tuhan + Lempung Busuk Manusia Ruh Tuhan dan lempung busuk merupakan dua simbol individu. Secara aktual manusia tidak diciptakan dari lempung busuk (huma’in masnun) ataupun ruh Tuhan. Karena kedua istilah itu harus dikasih makna simbolis. “Lempung busuk” merupakan simbol kerendahan stagnasi dan pasifitas mutlak. Ruh Tuhan merupakan simbol dari gerak tanpa henti kearah kesempurnaan dan kemuliaan yang tak terbatas. Pernyataan al Quran manusia merupakan gabungan ruh Tuhan dan lempung busuk. Manusia adalah suatu kehendak bebas dan bertanggungjawab menempati suatu stasiun antara dua kutub yang berlawanan yakni Allah dan Syaitan. Gabungan tersebut menjadikan mansuia bersifat dialektis. Hal ini yang menjadikan manusia sebagai realitas dialektis. Dari dialektika tersebut menjadikan manusia berkehendak bebas mampu menentukan nasibnya sendiri dan bertanggung jawab. Manusia yang ideal menurut ‘Ali Syariati adalah manusia yang telah mendialektikakan ruh tuhan dengan lempung dan yang dominant dalam dirinya adalah ruh Tuhan.(‘Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001) Manusia merupakan mahluk yang unik yang menjadi salah satu kajian filsafat, bahkan dengan mengkaji manusia yang merupakan mikro kosmos. Dalam filsafat pembagian dalam melihat sesuatu materi yang terbagi menjadi dua macam esensi dan eksistensi. Begitu pula manusia dilihat sebagai materi yang memiliki dua macam bagian esensi dan eksistensi. Manusia dalam hadir dalam dunia merupakan bagian yang berada dalam diri manusia esensi dan eksistensi. Esensi dan eksistensi manusia ini yang menjadikan manusia ada dalam muka bumi. Esensi dan eksistensi bersifat berjalan secara bersamaan dan dalam perjalananya dalam diri manusia ada yang mendahulukan esensi dan juga eksistensi. Manusia yang menjalankan esensi menjadikan ia bersifat tidak bergerak dan menunjau lebih dalam saja tanpa melakukan aktualisasi. Begitu pula manusia yang menjalankan eksistensi tanpa melihat esensi maka yang terjadi ia hanya ada tetapi tidak dapat mengada. Seperti yang telah dikekmukakan oleh ‘Ali Syariati bahwa esensi manusia merupakan dialektika antara ruh Tuhan dengan lempung dari dialektika tersebut menjadikan manusia ada dalam mengada. Proses mengadanya manusia merupakan refleksi kritis terhadap manusia dan realitas sekitar. Sebagaimana perkataan bijak yang dilontarkan oleh socrates bahwa hidup yang tak direfleksikan tak pantas untuk dijalanani. Refleksi tersebut menjadikan manusia dapat memahami diri sendiri, realitas alam dan Tuhan. Manusia yang memahami tentang dirinya sendiri ma ia akan memahami Penciptanya. Proses pemahaman diri dengan pencipta menjadikan manusia berproses menuju kesempurnaan yang berada dalam diri manusia. Proses pemahaman diri dengan refleksi kristis diri, agama dan realitas, hal tersebut menjadikan diri manusia menjadi insan kamil atau manusia sempurna. Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran dalam Filsafat Di dalam filsafat manusia terdapat beberapa aliran. Tiap-tiap aliran memiliki pandangan tentang hakikat atau esensi manusia yang berbeda-beda. Dari sekian banyak aliran, terdapat dua aliran tertua dan terbesar, yaitu materialisme dan idealisme. Sedangkan aliran-aliran lain, pada prinsipnya merupakan reaksi yang berkembang kemudian terhadap kedua aliran tersebut. 1. Materialisme Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah bahwa ia menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (res extansa), dan bersifat objektif. Karena menempati ruang dan waktu serta bersifat objektif, maka ia bisa diukur, dikuantifikasikan (dihitung), dan diobservasi. Para materialis mempercayai bahwa tidak ada kekuatan apa pun bersifat spiritual dibalik suatu gejala atau peristiwa yang bersifat material. Kalau ada suatu gejala yang masih belum diketahui, atau belum dipecahkan oleh akal manusia, maka hal itu bukan berarti ada kekuatan yang bersifat spiritual dibelakang peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan dan akal fikiran kita saja yang belum dapat memahaminya. Penjelasan tentang gejala tersebut tidak perlu dicari dalam dunia spritual, karena tidak ada yang namanya dunia spiritual. Penejalasan tersebut harus berdasarkan pada data-data yang bersifat inderawi. Jenis lain dari materialisme adalah naturalisme. Dikatakan naturalisme, karena isitilah materi diganti dengan istilah alam (nature) atau organisme. Materialisme atau naturalisme percaya bahwa setiap gejala dan setiap gerak dapat dijelaskan menurut hukum stimulus-respon. Contoh tindakan agresif yang dilakukan oleh manusia tidak terjadi begitu saja, melainkan merupakan respons dari bagian-bagian tertentu didalam syaraf pusat manusia terhadap stimulus tertentu, sehingga tanpa dibendung, ia mampu melakukan tindakan agresif. Karena sangat percayapada hukum kausalitas, maka kaum materialis pada umumnya sangat deterministik. Mereka tidak mengakui adanya kebebasan atau independensi manusia. Seorang materialis sangat yakin bahwa tidak ada gerak atau perilaku yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri. Gerak selalu bersifat mekanis, digerakan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya (eksternal). Oleh sebab itu, metafor yang digunakan oleh materialisme untuk menjelaskan gerak atau perilaku adalah mesin, dan benda-benda lain yang bersifat mekanis. Ilmu-ilmu alam – seperti fisika, biologi, kimia, kedokteran – adalah suatu bentuk dari materialisme atau naturalisme, jika beransumsi bahwa esensi alam semesta (termasuk manusia) dan objek kajian ilmu-ilmu alam sepenuhnya bersifat material, sehingga bisa dijelaskan secara kausal dan mekanis. Akan tetapi, ilmu-ilmu manusia seperti psikologi dan sosiologi pun adalah materialisme, jika memiliki asumsi bahwa objek kajianya (yakni, perilaku manusia) adalah materi yang menempati ruang dan waktu, bisa diukur dan dikuantifikasikan dan bergerak (berperilaku) secara kausal. 2. Idealisme Kebalikan dari materialisme adalah idealisme. Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada kekuatan atau kenyataan spiritual dibelakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual dibelakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual ini adalah berpikir (res cogitans). Karena kekuatan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pada pengamatan empiris, maka kita hanya bisa menggunakan metaformetafor kesadaran manusia. Dengan diakuinya kenyataan sejati sebagai bersifat spiritual, tidak berarti bahwa idealis menolak kekuatan-kekuatan yang bersifat fisik (material) dan menolak adanya hukum alam. Sebagaimana dikemukakan oleh Hegel (1770-1831) kekuatan fisik dan hukum alam itu memang ada, tetapi keberadaanya merupakan manifestasi dari kekuatan atau kenyataan yang sejati dan lebih tinggi, yakni Roh Absolut. Seperti halnya kebudayaan dan kesenian merupakan manifestasi lahiriah dari jiwa manusia, alam fisik pun adalah manifestasi lahiriah dari kenyataan yang sejati yakni Roh Absolut atau Tuhan. Para idealis percaya adanya gerak pada setiap planet dan adanya hukum alam, tetapi baik gerak planet-planet maupun hukum alam, sudah didesain terlebih dahulu oleh kekutan spiritual. Jika kenyataan pada dasarnya bersifat spiritual atau nonfisik, maka hal-hal yang bersifat ideal dan normatif, seperti agama, hukum, nilai, cita-cita atau ide, memegang peran penting dalam kehidupan. Hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta agama dan nilai dalam kehidupan sosial dan pribadi, merupakan norma-norma yang menggerakkan perilaku manusia dan masyarakat manusia. Norma-norma atau nilai-nilai tersebut adalah panduan dan sekaligus sasaran kearah mana manusia hendak menuju atau kearah mana perilaku manusia diarahkan untuk mewujudkannya. Jika perilaku manusia diarahkan pada nilai-nilai atau norma-norma, maka hidup manusia adalah bertujuan (teleologis), yakni hendak menggapai dan sekaligus mengaktualisasikan nilai, norma, atau hukum. Perilaku manusia mengandung maksud dan tujuan, bukan semata-mata bergerak secara mekanis. Penggerak utama perilaku bukan kekuatan eksternal, melainkan internal, yakni jiwa, yang hendak mewujudkan dirinya dalam menggapai nilai-nilai pribadinya dan norma-norma atau hukum-hukum masyarakat dan agamanya. 3. Dualisme Menurut aliran dualisme, kenyataan sejati pada dasarnya adalah baik bersifat fisik maupun spiritual. Semua hal dan kejadian di alam semesta ini pada dasarnya tidak bisa diasalkan hanya pada satu substansi atau esensi saja. Esensi kenyataan tidak bersifat fisik material, karena pada dasarnya kejadian didunia ini yang tidak bisa dijelaskan dengan ilmu alam atau pancaindra. Esensi kenyataan juga bukan berarti roh atau jiwa, karena siapapun tidak bisa menyangkal keberadaan dan kekuatan yang nyata dari materi. Yang benar adalah bahwa kenyataan sejati merupakan perpaduan antara materi dan roh. Manusia terdiri dari dua substansi, yakni materi dan roh, atau tubuh dan jiwa. Menurut Descartes (1596-1650), tubuh adalah substansi yang cirinya adalah berkeluasan (res extensa), menempati ruang dan waktu. Karena ciri dari tubuh adalah res extensa, maka siapapun bisa mengamati, menyentuh dan mengukur. Ini berarti bahwa materi atau tubuh itu ada dan tidak bisa ditolak. Akan tetapi, dengan diakuinya keberadaan tubuh bukan berarti menolak keberadaan jiwa. Keberadaan jiwa, meski tidak bisa diamati secara inderawi, tetapi bisa dibuktikan secara rasio (pikiran). Menurut Descartes, keberadaan jiwa karakteristiknya adalah res cogitans (berfikir) justru lebih jelas dan tegas dibandingkan dengan keberadaan tubuh. Untuk membuktikannya maka perlu berfikir secara skeptis, misalnya meragukan keberadaan apa saja yang bersifat fisik (computer, kekasih yang berada disamping kita dan keberadaan tubuh kita sendiri). Semua itu bisa diragukan keberadaannya atau hanya halusinasi kita, hanya dalam mimpi dan bukan kenyataan yang sebenarnya. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak bisa diragukan keberadaannya, yaitu “aku” yang sedang meragukan atau sedang berfikir. Descartes menyebutnya “Cogito ergo sum”- “aku berfikir (meragukan), maka aku ada.” 4. Vitalisme Vitalisme adalah paham didalam filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan sejati pada dasarnya adalah energi, daya, kekuatan atau nafsu yang bersifat irrasional (tidak rasional). Vitalisme percaya bahwa seluruh aktivitas atau perilaku manusia pada dasarnya merupakan perwujudan dari energyenergi atau kekuatan yang tidak rasional atau instingtif. Acuan utama vitalisme adalah ilmu biologi dan sejarah. Biologi mengajarkan bagaimana kehidupan ditentukan bukan oleh rasio, melainkan oleh kekuatan untuk bertahan hidup (survive) yang sifatnya tidak rasional dan instingtif. Agar organisme tetap bisa bertahan hidup, maka tidak ada dan tidak diperlukan pertimbangan rasional, melainkan naluri untuk mempertahankan hidup. Tingkah laku hewan dan semua jenis organism termasuk manusia, menunjukkan bagaimana energy yang bersifat instingtif tersebut sangat menentukan tingkah lakunya. Hewan dan manusia melalui kehendaknya yang tidak rasional dan liar , justru lebih bisa mempertahankan hidupnya daripada menggunakan pikiran yang rasional. 5. Eksistensialisme Eksistensialisme ini tidak membahas esensi manusia secara abstrak, melainkan secara spesifik meneliti kenyataan kongkret manusia sebagaimana manusia itu sendiri berada dalam dunianya. Eksistensialisme tidak mencari esensi atau substansi yang ada dibalik penampakan manusia, melainkan hendak mengungkap eksistensi manusia sebagaimana yang dialami oleh manusia itu sendiri. Istilah eksistensi berasal dari kata existere (eks = keluar, sister = ada atau berada). Dengan demikian, eksistensi memiliki arti sebagai “sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya” atau “sesuatu yang melampaui dirinya sendiri”. Dalam kenyataan hidu sehari-hari tidak ada sesuatupun yang mempunyai ciri existere selain manusia. hanya manusia yang bereksistensi. Hanya manausia yang sanggup keluar dari dirinya, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan fisiknya. Oleh karena itu, para eksistensialis menyebut manusia sebagai suatu proses, “menjadi”, gerak yang aktif dan dinamis. 6. Strukturalisme Strukturalisme dapat diartikan sebagai aliran dalam filsafat yang menempatkan struktur (sistem) bahasa dan nudaya sebagai kekuatan-kekuatan yang menetukan perilaku dan bahkan kesadaran manusia. Berbeda dengan pandangan eksistensialisme, para strukturalis meyakini bahwa manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang tidak bebas, yang terstruktur oleh sistem bahasa dan budayanya. Tidak ada perilaku, pola piker dan kesadaran manusia yang bersifat individual dan unik yang bebas dari sistem bahasa dan budaya yang mengungkapkannya. Artinya aliran ini secara tegas menolak humanisme, menolak pandangan tentang kebebasan dan keluhuran (keagungan) manusia. strukturalisme juga tidak mengakui adanya “ego”, “aku” atau “kesadaran”. Aliran ini berpendapat bahwa “aku” atau manusia bukanlah pusat realitas. Makna dan keberadaaan manusia pada dasarnya tidak tergantung pada diri manusia itu sendiri, melainkan pada kedudukan dan fungsinya dalam sistem. 7. Posmodernisme Aliran posmodernisme ini hampir sama dengan strukturalisme. Kedua ailiran ini bolrh disebut anti humanism, jika humanisme dipahami sebagai pengakuan atas keberadaan dan didominasi “aku” yang terlepas dari sistem atau kondisi yang mengitari hidupnya. Akan tetapi berbeda dengan posmodernisme yang membahas tentang aspek kehidupan manusia yang lebih beragam dan actual. Posmodernisme menentang bukan hanya “aku” yang seolah-olah bebas dan mampu melepaskan diri dari sistem sosial budayanya, tetapi juga menafikkan dominasi sitem sosial, budaya, politik, kesenian, ekonomi bahkan arsitektur. Menurut pandangan posmodernisme, telah terjadi dominasi atau “kolonilisasi yang halus dan diam-diam” dalam semua aspek kehidupan manusia. misalnya : dominasi nilai kesenian barat yang dianggap adi luhung terhadap kesenian yang berasal dari bangsa timur atau Negara berkembang. The one identik dengan kebudayaan barat dan the plural dengan kebudayaan timur. Akibat dari pandangan yang demikian maka ada penghargaan terhadap budaya-budaya lokal atau terhadap sistem budaya yang dianggap penting. Menurut para posmodernisme, the plural harus diperhatikan, di ungkap ke permukaan karena memiliki nilai yang penting yang tidak bisa diukur oleh nilai-nilai yang terkandung dalam the One. (Filsafat Manusia, Zainal Abidin, Rosda Bandung 2011 hal. 25-36) DAFTAR PUSTAKA Zainal Abidin, Filsafat Manusia, Mengenal Manusia dengan Filsafat PT Rosda Remaja, 2006, Bandung). K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, Gramedia Pustaka Utama, 2005, Jakarta Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx, Gramedia Pustaka Utama, 1999, Jakarta FILSAFAT MANUSIA. ZAENAL ABIDIN. PT REMAJA ROSDAKARYA BANDUNG,. 2000 MATERI KE 2 HAKEKAT MANUSIA, ROHANI (JIWA), KEBERSAMAAN ANTARA ROHANI DAN JASMANI, KODRAT DAN FITRAH MANUSIA Hakekat Manusia Hakekat manusia dalam konsep Islam adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, memiliki berbagai potensi untuk tumbuh berkembang menuju kepada kesempurnaan. Adapun implikasi konsep Islam tentang hakekat manusia dan hubungannya dengan pendidikan Islam adalah: 1, Sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep kesatuan antara qalbiyah dan aqliyah untuk dapat menghasilkan manusia intelektual dan berakhlak. 2. pendidikan Islam harus berupaya mengembangkan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal, sehingga dapat diwujudkan bermuatan hard skill dan soft skill. 3. pendidikan Islam harus dijadikan sarana yang kondusif bagi proses transformasi ilmu pengetahuan dan budaya Islami. 4. konsep hakekat manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam perumusan teori-teori pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empirik keilmuan dan rasional filosofis. 5. proses internalisasi nilai-nilai Islam kedalam pribadi seseorang harus dapat dipadukan melalui peran individu maupun orang lain (guru), sehingga dapat meperkuat terwujudnya kesatuan pola dan kesatuan tujuan menuju terbentuknya mentalitas insan kamil Beberapa Pengertian Tentang Hakikat Manusia 1. Kepustakaan Hindu (Ciwa) pada umumnya menyatakan bahwa “atman” manusia datang langsung dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus merupakan penjelmaannya 2. Kepustakaan Agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk sengsara, merupakan wadah dari “the absolute” yang hidupnya penuh dengan kegelapan, sehingga tak sanggup melihat kenyataan. 3. Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, manusia merupakan sari dari semua makhluk. Ia merupakan mikrokosmos, dimana segala sesuatu ada dan berada dalam dirinya serta memiliki kecerdasan. Akan tetapi karena ketidak ketelitiannya akan segala sesuatu maka manusia hidup didalam ilusi, pura-pura, dan palsu. 3. Socrates menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada budinya, yang memungkinkan untuk menentukan hikmah dan kebaikan. Sementara Plato menonjolkan peran pikir yang dapat melahirkan budi baik, dengan demikian hakikat manusia terletak pada idenya. Sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada pikirnya tetapi perlu dilengkapi dengan hasil pengamatan indera. 5. Sejumlah pemikir yang lebih kemudian cenderung terjadi perdebatan. Aliran humanistik menyatakan bahwa manusia merupakan kemenyeluruhandalam segala dimensinya. Spinosa menyatakan bahwa hakikat manusia sama dengan hakikat Tuhan dan alam semesta. Voltaire menyatakan bahwa memerlukan 30 abad untuk memahami struktur manusia dan selamanya untuk memahami sedikit jiwa manusia namun hanya sebentar untuk membunuhnya. Notonagoro menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk monodualisme antara jiwa dan raga tidak dapat dipisahkan. Manusia memiki sifat benda tak hidup, tumbuhan, dan hewani sekaligus. 6. Ahli biologi cenderung melihat hakikat manusia secara ragawi. Aktivitas jiwa merupakan fungsi aktivitas otak. Democritus menganggap manusia itu adalah atom. 7. Para ahli psikologi lebih melihat hakikat manusia sabagai aktivitas rohani, jasmani merupakan alat dari rohani. 8. Pandangan dari dari visi Islam sebagaimana tercermin dalam pandangan Al-Jammaly, menyatakna bahwa manusia dam jagad pada hakikatnya merupakan satu kesatuan. Manusia tidak dibenarkan mementingkan kebendaan atau kerohanian secara tidak seimbang. Hakikat manusia merupakan paduan yang menyeluruh antara akal, emosi, dan perbuatan. Wujud sifat hakekat manusia dalam membenahi konsep pendidikan yaitu:(a). Kemampuan menyadari diri. (b). Kemampuan bereksistensi. (c). Pemilikan kata hati. (d.) Moral. (e). Kemampuan bertanggung jawab. (f.) Rasa kebebasan (kemerdekaan). (g). Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak. (h). Kemampuan menghayati kebahagiaan. Dimensi-dimsensi hakekat manusia: Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat macam dimensi yang akan di bahas, yaitu 1). Dimensi keindividualan 2). Dimensi kesosialan 3) . Dimensi kesusilaan 4) . Dimensi keberagaman 1. Dimensi Keindividualan Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda. 2. Dimensi kesosialan Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya. 3. Dimensi kesusilaan Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilainilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila. 4. Dimensi Keberagaman Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian. Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami hakekat tentang manusia, hal ini dapat kita lihat dari berbagai pendapat berikut; 1. Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan binatang, karena terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat teori descendensi (ilmu turunan) dan teori natural selection (teori pilihan alam) 2. Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal menyerupai binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui 3. Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai binatang yang berakal sehat yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara berdasarkan pikirannya (the animal than reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang berpolitik (zoon politicon) dan binatang yang bersosial (social animal) 4. Harold H. Titus menempatkan manusia sebagai organisme hewani yang mampu mempelajari dirinya sendiri dan mampu menginterpretasi terhadap bentuk-bentuk hidup serta dapat menyelidiki makna eksistensi insani (Endang Saifudin, dalam Muhaimin, 1993;31) 5. Ahli mantiq mendevinisikan manusia sebagai “al-insan hayawanun nathiq” (manusia adalah hewan yang berbahasa) Dalam Islam manusia dipandang sebagai manusia, bukan sebagai binatang, karena manusia memiliki derajat yang tinggi, bertanggung jawab atas segala yang diperbuat, serta makhluk pemikul amanah yang berat. Berikut pemahaman para pemikir Islam tentang manusia Rohani ( Jiwa) Jiwa adalah sumber kekuatan seseorang. Orang yang Jiwanya lemah, akan tampil sebagai sosok yang lemah. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai sosok yang 'kuat' pula. Tentu saja, bukan dalam arti fisik. Melainkan 'kekuatan' dalam menghadapi gelombang kehidupan. Demikian juga dengan perusahaan yang memilik 'jiwa' yang kuat, akan menjadi kokoh dalam situasi topan badai, perusahaan yang ber'jiwa 'lemah akan segera runtuh ketika angin mulai menderu.Herb Kelleher, adalah contoh dari 'jiwa' berharga milik Southwest Airlines. Coba kita lihat dedikasinya pada bisnis dan anak buahnya. Di tahun 2000, perusahaan itu terancam penyusutan laba yang sangat besar karena harga bahan bakar naik sampai 3x lipat. Dengan surat yang diedarkan pada seluruh personel dari tingkat mana pun, Kelleher hashtag: “Saya harap, setiap karyawan mau mencari cara / gagasan gagasan berhemat untuk mengeluarkan perusahaan sebesar $ 5 saja perhari, maka perusahaan akan memberikan $ 50 juta dolar pertahun”Karyawan Southwest Airlines, permintaan permintaan pemimpin mereka, dimana seluruh individu diperusahaan berusaha, bahkan berlomba memberi gagasan untuk memberikan. Dari para karyawan yang memberi kesediaan mereka untuk membersihkan ruang kantor mereka sendiri, sampai mekanik yang berpikir keras untuk teknik memanaskan pesawat yang bisa memberikan bahan bakar, bahkan penerima tiket di counter yang bersedia menjadi penimbang bagasi.Hasil dedikasi dan kepercayaan sejati antara karyawan dan manajemen, maka dalam waktu hanya 6 minggu, Southwest berhasil membukukan sampai2 juta dolar. Sebuah prestasi kerjasama sehati yang pantas ditiru.!Ciri lain dari seseorang yang merupakan jiwa berharga ' adalah respek dengan diri sendiri, juga kepada orang lain serta lingkungannya yang berarti, respek dengan macam-macam pandangan, filsafatfilosofi, percaya dan mempercayai orang, gaya hidup, etnisitas, kemungkinan dari fisik ( seperti cacat), keyakinan dan kepribadian.Mulai dari bangku sekolah kita , banyak b elajar bagaimana cara bersaing, kita kurang belajar artidalam . Di sekolah kita belajar bahwa "kerja tim" dengan bersama dan dengan tim lain bersaing, contoh dalam olahraga, macam-macam permainan / kesenian misalnya lomba paduana suara, menari dan lain sebagainya, yang penekanankan adalah daya saing, harus keluar sebagai pemenang, itu targetnya. Tetapi hubungan yang sangat dekat dan teman-teman adalah bagaimana menjalin kerjasama dalam bidang apapun sekolah dan teman Masalah terjadi, ketika kita masuk di “dunia besar”, sejalan dengan usia anak-anak sekolah yang beranjak menjadi dewasa, dan terjun dalam persaingan dunia, mereka secara kejiwaan Kehilangan daya untuk bisa sportif dalam persaingan, dan yang lebih memprihatikan adalah pendapat, menjadi ketajaman dan tidak bisa dimusyawarahkan untuk mencapai tujuan kerjasama.Pada umumnya kita tidak belajar menjalin kerjasama. Pola lama ini dan sudah terlatih dari kecil, tidak mengakibatkan ada respek dengan kolega, manajemen, karyawan, dan klien kita. Disitulah kesalahan banyak orang, kenapa sulit menjadi 'jiwa berharga' dalam lingkungannya, sebab sudah terbelenggu TRAP yaitu Tradisi Ritual Atribut Predikat.Tradisi meraih puncak prestasi dengan menghalalkan segala cara, termasuk menjilat atasan. Ritual yang penuh dengan mitos-mitos menyesatkan, atribut yang menempel pada nama, yaitu gelar-gelar hanya sebagai embel-embel pelengkap saja. Predikat sebagi orang timur berbudaya dan sebagainya , membuat batasan untuk menerima wawasan yang lebih luas.Hambatan sukses adalah sikap Arogan Sekarang anggap anda sudah menjadi pemimpin dan pebisnis yang sukses, satu hal yang akan membuat kehidupan anda berubah menjadi kelabu hanya karena anda menjadi orang yang arogan. Pemimpin yang arogan akan terjebak kedalam lubang sengsaranya sendiri. Sikap arogan terjadi karena, kita sudahmerasa ‘ serba tahu’ maka tidak lagi mau menerima dari luar, apalagi dari bawahan.Sikap arogan membentuk Anda membuat Anda membuat apapun untuk memesan, anda ‘lebih’ dari, bahkan peraturan perusahaanpun dibuat sedemikian rupa, agar para karyawan anda tahu, anda sangat lemah.! Tiada jebakan yang paling kejam dari kehancuran adalah sikap arogan.!Sering kali karena kearoganan, kita memaki seenaknya, sikap seperti iniibaratkita melihat keatas dan meludahi langit, maka ludah sendiri akan kembali pada muka sendiri. Jiwa yang berintegritas akan selalu waspada dengan ucapannya, karena kita mempertaruhkan kehidupan kita sendiri yaitu, hormat pada jiwa dan hormat pada kehidupan itu sendiri. Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam surah al Qashash (28); 77 : Artinya: Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupa-kan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia disebutkan sebagai bagian dari alam besar karena itu manusia dikatakan alam kecil yang ada di atas muka bumi. Diamerupakan makhluk hidup/bernyawa, makhluk antromorphen dan merupakan binatang yang menyusui, akan tetapi juga merupakan makhluk yang memiliki kekuatan untk menguasai alam baik di luar dan di dalam dirinya, ataupun lahir batin. Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Kebersamaan Antara Rohani dan Jasmani “Mens sana in corpore sano”, tepat sekali pepatah lama dalam bahasa latin tersebut, yang artinya “dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang sehat” atau “jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat” , namun sering pula orang mengatakan” di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”, Hal ini bisa dibuktikan apabila tubuh kita sehat dan bugar, tentu saja fikiran kita juga akan segar dan fit, tetapi apabila tubuh kita kurang sehat, lelah, letih, lesu ,itu akan berpengaruh juga terhadap fikiran kita, daya ingat kita,dan semangat kerja kita. Begitu juga sebaliknya, apabila fikiran kita sedang tidak enak, dalam keadaan sedih, kurang mood,akan mempengaruhi kinerja dan aktifitas kita sehari-hari.Namun ,jauh sebelum adanya pepatah dalam bahasa latin tersebut, Allah SWT sudah terlebih dahulu berfirman dalam kalamnya bahwa beliau lebih mencintai mu`min yang kuat daripada mu`min yang lemah,kuat disini bisa diartikan kuat secara fisik(jasmani)dan psikis(rohani). Sehat jasmani tentu saja tidak semata-mata Allah memberikan kesehatan yang instan terhadap makhluknya, ada yang disebut syari`at dan hakikat, syari`at supaya kita tetap diberikan sehat oleh Allah tentu saja melalui tahapan-tahapan proses yang harus kita lalui,diantaranya: menjaga kesehatan sebagai modal awal atau aset dari Allah, menjaga asupan makanan yang kita konsumsi sehari-hari, menghindari makanan-makanan yang akan menimbulkan penyakit terutama bagi mereka yang mempunyai penyakit tertentu, menjaga keseimbangan asupan gizi, menghindari stres, jangan terlalu memforsir tubuh dengan terlalu banyak bekerja yang berakibat sakit,istirahat yang cukup, imbangi dengan banyak muhasabah,ibadah kepada Allah,dan jangan lupa berdoa dan berolah raga. Sehat jasmani dan sehat rohani juga sudah dicontohkan oleh panutan kita ,rosululloh SAW, beliau sudah memberikan contoh dalam menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh,salah satunya dengan olahraga lari,berkuda, dan memanah, ke semuanya sudah dicontohkan oleh beliau dan dis1aikan dalam hadis-hadis yang soheh. Dengan demikian, erat sekali kaitannya antara kesehatan fisik (jasmani)juga kesehatan psikis (rohani). Bicara tentang kesehatan jasmani dan rohani, alhamdulillah di sekolah kami tercinta telah memadukan kegiatan yang mendukung terlaksananya keseimbangan antara kesehatan jasmaniyah dan rohaniyah, salahsatu pendukung terciptaya kesehatan fisik seluruh warga belajar adalah dengan diadakannya kegiatan “bugar bersama”.Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan dapat berupa upaya penaggulangan dan pencegahan. Menurut WHO (World Health Organization) Kesehatan adalahsuatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan.Hidup sehat tidak cukup sehat secara fisik saja. Sebab, kesehatan rohani menjadi kunci pembentuk sehat tidaknya seseorang. Kesehatan Jasmani yaitu jika koordinasi organ-organ tubuh manusia atau makhluk hidup lainnya dalam keadaan yang stabil atau normal. Sementara Kesehatan Rohani merupakan kesehatan jiwa manusia atau makhluk hidup yang memiliki akal dan pikiran, apabila seorang tersebut memiliki koordinasi pikiran dan hati yang tenang sekaligus nyaman. Kodrat dan fitrah manusia Kodrat atau fitrah manusia itu adalah rohani – jasmani. Dengan kodratnya yang rohani-jasmani itu menyebabkan timbulnya dorongan akan berfilsafat, artinya akan berfikir dan mengerti. Dengan fitrah manusia yang jasmani-rohani itu manusia dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan manusia yang bersifat fisik atau jasmaniah.. Dalam ajaran Islam eksistensi dari fitrah manusia yang rohaniah ini mempunyai unsur tanggung jawab ibadah kepada Allah. Karena fitrah manusia mempunyai dorongan untuk berfikir, maka dalam hal ini pemakalah terlebih dulu akan sampaikan tentang filsafat. Filsafat dipahami sebagai upaya, proses, metode, cara, dambaan untuk terus mencari kebenaran. Dambaan ini muncul dalam sikap kritis untuk selalu mempersoalkan apa saja untuk sampai pada kebenaran paling akhir, yang paling mendalam. Filsafat dilihat sebagai upaya untuk memahami konsep atau ide-ide. Dengan bertanya orang lalu berpikir tentang apa yang ditanyakan. Dengan bertanya orang berusaha menemukan jawaban atas apa yang ditanyakan. Filsafat tidak pernah menemukan titik akhirnya, sebagai sebuah pencarian dan perburuan akan kebenaran yang tak mengenal titik akhir. Atas dasar itulah, filsafat sering disebut sebagai ilmu yang berupaya mencari “yang paling akhir”, “yang paling dalam”, “yang paling benar”. Filsafat, entah dipelajari di ruang kuliah, dibaca, didengar, atau dipraktekkan sendiri sesungguhnya mengajak kita untuk mempertanyakan, mempersoalkan, mengkaji, dan mendalami hidup ini dalam segala aspeknya. Atas dasar inilah, Sokrates mengatakan: “Hidup yang tidak dikaji, tidak layak dihidupi”. Artinya, menjalani kehidupan ini tanpa mempersoalkannya sama dengan dengan hidup sebagai orang buta. Fitrah manusia dalam pendidikan Islam, dalam hal ini pemakalah akan mengkaji tentang fitrah terlebih dulu, fitrah berasal dari kata fathara yang sepadan dengan kata khalaqa dan ansyaa yang artinya mencipta. Biasanya kata fathara, khalaqo dan ansyaa digunakan dalam Al Qur’an untuk menunjukkan pengertian mencipta sesuai yang sebelumnya belum ada dan masih merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan. Kata – kata yang biasanya digunakan dalam Al Qur’an untuk menunjukkan bahwa Allah menyempurnakan atau melengkapi ciptaannya adalah kata Ja’ala yang artinya menjadikannya seperti firman Allah. Sedangkan konsep fitrah manusia yang mengandung pengertian dasar kejadian manusia dapat dijelaskan, bahwa hakekat manusia adalah makhluk jasmani – rohani yang paling mulia, manusia adalah makhluk yang suci ketika lahir, manusia adalah makhluk religious, manusia adalah makhluk individu dan sosial. Hakekat wujud fitrah manusia menurut pandangan Islam, manusia adalah makhluk mukhallaf (makhluk yang diberi amanat.memikul tanggung jawab. Manusia adalah makhluk yang merupakan gambar Tuhan. Implikasi pernyataan ini adalah manusia harus siap memikul tanggung jawab atas kekhalifahannya. Fitrah manusia adalah memiliki rohani – jasmani, fitrah manusia yang jasmani dia dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhannya yang bersifat fisik atau jasmaniah, sedangkan fitrah manusia rohaniah menyebabkan manusia bisa mengadakan abstraksi, dapat mengerti dan memahami segala sesuatu yang ada yang mungkin ada. Bahkan sampai kepada causa prima daripada segala yang ada di dunia ini, yang rohaniah ini mempunyai unsur tanggung jawab ibadah kepada Allah, dalam bentuk zakat fitrah disamping zakat harta dari setiap manusia dalam tiap tahun. MATERI KE 3: JATI DIRI MANUSIA, IDENTITAS, KEPRIBADIAN DAN KEUNIKAN MANUSIA JATI DIRI MANUSIA Mempelajari jati diri untuk kita mengenal diri sendiri, seberapa jauh anda mengenal diri anda sendiri. Jati diri adalah suatu hal yang ada di dalam diri kita yang meliputi karakter, sifat, watak, dan kepribadiaan. Buku Hardono Hadi yang berjudul A Whitehedian Reflection On The Human Person yang memiliki pemikiran tentang jati diri manusia dalam pemikirannya ia memaparkan pemahaman yang mendalam tentang unsur-unsur jati diri manusia yang mampu direlevansikan dengan filsafat barat yaitu filsafat organisme Whitehead. Dengan memahami jati diri maka manusia harus bersikap kritis terhadap pengalaman yang dihadapi. Pandangan Hardono Hadi jika diterjemahkan kedalam bahasa inggris menjadi Human Person. Jati diri mempunyai tiga aspek yaitu pribadi, identitas diri, dan keunikan diri. Hal ini dikarenakan bahwa jati diri manusia mendalami seluruh hakikat manusia secara utuh. Jati diri manusia menunjukakan hakikat manusia atau martabat manusia. Jaati diri manusia mengadaikan adanya pribadi mannusia yang unik. Keunikan manusia karena manusiaa terdiri dari badan jiwa. Manusia mampu menentukan pilihannya sendiri dengan jiwadan pikirannya. Tujuan filsafat manusia ialah mendalami hakikat manusia itu sendiri dengan mendalami esensi manusia maka akan menunjukkan jati dirinya. Jati diri manusia mengandaikan adanya kesatuan yang utuh di dalam diri manusia. kesatuan ini begitu mutlak sehingga terasa begitu jelas ketunggalan di dalam dirinya sendiri yang tidak bisa dibagi-bagi. Kedua, manusia yang terdiri dari bagian-bagian dan aspek-aspek yang begitu kaya. Manusia terdiri dari badan dan jiwa, yang masing-masing mempunyai kegiatan, kemampuan, dan gaya, serta perkembangannya sendiri. Jiwa dan Badan Manusia merupakan makhluk yang bisa disebut monodualis (Notonegoro), satu entiti yang terdiri dari dua unsur, yang pertama jiwa dan kedua badan. Manusia tidak ada jika hanya memiliki jiwa saja atau badan saja, tapi memiliki keduanya sekaligus. Kedua unsur manusia ini menyebabkan manusia menjadi makhluk yang plural dengan banyak dimensi. Jatidiri manusia memuat aspek-aspek unitas kompleksitas, aspek historisitas dan aspek sosialitas. Persoalan jati diri manusia adalah adanya aspek unitas sekaligus kompleksitas dalam diri manusia. Dalam Persoalan kedua jati diri manusia adanya aspek historisitas. Historisitas atau kesejarahan yaitu manusia yang senantiasa berubah dalam kehidupan. Di Dalam Proses historisitas menekankan pentingnya proses kehidupan yang terus-menerus bergulir, tanpa akhir kecuali oleh kematian. Manusia di dalam proses historisitas tidak hanya dinilai dari masa sekarang, namun berkaitan dengan masa lalu dan proyeksi manusia terhadap masa depan. Aspek historisitas menggambarkan pentingnya penilaian yang tidak hanya berhenti pada masa tertentu, namun manusia dinilai dari perubahan di dalam proses kehidupan. Dalam Persoalan ketiga jati diri manusia adalah aspek sosialitas. Di Dalam Aspek sosialitas ini manusia mempunyai martabat kepribadi dengan kebebasannya sehingga, tidak boleh dikorbankan demi kepentingan lainnya sebagai makhluk sosial yang mempunyai martabatnya berkat hubungan erat dengan masyarakat. Jati diri manusia memiliki beberapa aspek, yaitu, aspek unitas kompleksitas, aspek historisitas dan aspek identitas diri. Aspek unitas adanya kesatuan utuh yang mempunyai kesatuan ganda. Jati diri mengandaikan adanya kesatuan yang utuh di dalam diri manusia. Kesatuan ini begitu mutlak sehingga terasa begitu jelas ketunggalan di dalam dirinya sendiri yang tidak bisa dibagi-bagi Jati diri manusia di dalam filsafat menurut tindakan Arendt, pertama, manusia terdiri dari aspek unitaskompleksitas. Manusia terdiri dari aspek-aspek yang utuh, sehingga masing-masing dari aspek saling terkait, tidak dapat hanya dengan mengandalkan pikiran tanpa jiwa atau sebaliknya. Kedua, identitas manusia mengandaikan bahwa manusia berkembang dan berproses dalam kehidupan. Manusia selalu berkembang artinya bahwa identitas diri dapat diketahui di akhir kehidupan manusia. Ketiga, keunikan manusia yang tercermin dari kemampuannya membangun persahabatan di dalam kehidupan yang plural. Keberbedaan bukan halangan untuk membangun komunitas, dengan berbeda maka akan terbentuk sebuah komunitas yang di dalamnya terdapat beragam keunikan diri. Kesimpulan tersebut mengandaikan bahwa jati diri manusia dalam filsafat tindakan Arendt adalah adanya kepribadian yang utuh, yang terdiri dari pikiran dan jiwa; identitas diri yang selalu mengalami perubahan; dan adanya sikap menghargai dan menghormati dengan membangun persahabatan. Pemahaman berdasarkan jatidiri manusia di dalam filsafat tindakan, mampu memberikan jawaban alternatif dalam kasus Genosida dalam KampKonsentrasi. IDENTITAS Dalam filosofi Identitas dalam bahasa latin yaitu kesamaan merupakan hubungan yang dimiliki setiap orang dengan dirinya sendiri. Menurut KBBI Identitas memiliki pengertian ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau jati diri. Identitas sebagai kesamaan ciri-ciri dalam hal tertentu dengan ciri-ciri yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Identitas merupakan bentuk social yang ada pada kita, karena kita bagian dari suatu kelompok tertentu. Ada bermacam bentuk identitas yang ada pada kelompok tertentu seperti, ras, agama, suku, Negara, aliran pemikiran sampai dengan gendre. Kita menerima identitas kita dari kelompok dimana kita lahir. Identitas bisa berubah sejalan dengan meluasnya hubungan kita dengan kelompok-kelompok lainnya. Dalam buku Tentang Manusia: Dari Pikiran, Pemahaman, sampai dengan Perdamaian Dunia, karya Reza A. A. Wattimena, dijelaskan bahwa identitas merupakan sebuah ilusi dan bersifat sementara dan rapuh. Maksudnya adalah identitas itu sebenarnya merupakan sebuah label yang diberikan kepada tiap manusia sejak kecil, dan manusia yang diberi label tersebut tidak mempunyai pilihan lain, selain mengikuti sifat label yang menjadi identitas bagi dia. Kita pasti seringkali mendengar pernyataan bahwa seseorang merupakan bagian dari agama tertentu, hanya karena orang tua mereka yang menyuruh mereka. Atau pun, seseorang juga merupakan bagian dari golongan tertentu dikarenakan mereka diajarkan bahwa mereka bagian dari golongan tersebut. Apabila kita melihat sifat identitas, kita juga dapat memahami bahwa seseorang dapat merubah identitasnya sesuai dengan kehendaknya atau dengan paksaan dari pihak lain. Identitas menjadi suatu pengikat antarmanusia, tetapi identitas dapat menjadi suatu beban bagi manusia. Hal ini dikarenakan orang-orang merasa bahwa mereka harus menjalani dan mematuhi peraturanperaturan tertentu yang terdapat dalam tradisi atau pun dalam kitab suci. Hal ini akan membuat manusia merasa hampa apabila mereka kehilangan identitas atau dipaksa harus mengganti identitasnya. Wattimena juga mengungkapkan bahwa manusia menjadi merdeka apabila ia tidak lagi dikekang oleh identitas Atau pun, seseorang juga merupakan bagian dari golongan tertentu dikarenakan mereka diajarkan bahwa mereka bagian dari golongan tersebut. Apabila kita melihat sifat identitas, kita juga dapat memahami bahwa seseorang dapat merubah identitasnya sesuai dengan kehendaknya atau dengan paksaan dari pihak lain. Maksudnya adalah manusia tidak perlu menjalani hidup sesuai dengan identitas yang menjadi bagian dari kehidupannya, karena identitas itu sendiri hanya bersifat sementara dan rapuh. Kita perlu memiliki kesadaran bahwa kita semua adalah manusia yang sama, dan setara. Tuhan pun tidak menciptakan manusia dengan memberikan identitas-identitas. Manusia yang tinggal di bumi memiliki kesamaan dalam hakekatnya sebagai manusia meskipun terdapat perbedaan dalam cara berpikir. Krisis identitas sebagai seorang muslim sekarang ini sedangmelanda umat Islam. Hal ini terbukti dalam tata pergaulan sikap dantingkah laku umat Islam. Dewasa ini kita tidak dapat membedakan mana yang umat Islam dan mana yang bukan, sehingga jati diri seorang muslim tidak lagi terlihat. Ada yang mengaku muslim tapi sikap dan tingkah lakunya sangat benrtentangan dengan ajaran-ajaran pokok Islam. Masih ada sebagian besar dari umat Islam yang melakukan ritual-ritual yang dilarang dalam Islam seperti misalnya, membuat sesajen, semah, percaya kepada benda-benda keramat, serta meminta berkah pada kuburan yang dianggap keramat hingga sampai pada meminta pertolongan kepada para Dukun atau Paranormal. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (selanjutnya ditulis dengan) Hamka, menjelaskan, pokok agama itu satu. Dan ini dinyatakan oleh Islam terang-terangan. Pokok itu ialah “menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain”, dan tidak boleh memanggil Arbab (Tuhan) selain daripada Allah. Dalam kondisi masyarakat yang hegemoni, umat Islam di Indonesia adalah mayoritas yang minus kualitas. Hal ini dijelaskan oleh Ahmad Syafi’i Maarif dalam tulisannya mengatakan, sekalipun proses pemberantasan buta huruf/buta aksara untuk tingkat dasar telah dapat dihalau sampai batas-batas yang jauh, berkat peluang yang diberikan oleh kemerdekaan bangsa, kualitas pendidikan Indonesia yang mayoritas muslim itu masih jauh dari yang semestinya. KEPRIBADIAN MANUSIA Teori Kepribadian Manusia dalam Perspektif Freud Teori kepribadian manusia menurut Freud dapat diringkas pada tiga permasalahan pokok, yaitu struktur, dinamika, dan kepribadian manusia. Berikut ini akan diuraikan secara ringkas. 1. Struktur Kepribadian Menurut Freud kepribadian manusia terdiri atas tiga sistem, yaitu: Id, Ego, dan Super Ego. ketiga sistem ini mempunyai fungsi, prinsip kerja, sifat, dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan utuh dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Ketika tingkah laku manusia telah dilaksanakan barulah dapat dinilai bahwa tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh system yang mana. bahwa tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh sistem yang mana. Sistem Id sering disebut juga dengan aspek biologis yang merupakan aspek orisinil dari kepribadian manusia. merupakan bagian ketidak sadaran yang primitif didalam pikiran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa asal kepribadian manusia itu adalah Id. Sedangkan sistem Ego dan Super Ego merupakan sistem pendatang ke dalam diri manusia. Id berfungsi mencari kenikmatan dan menghindarkan diri dari “ketidak nyamanan”. Untuk menghilangkan “ketidak nyamanan” itu Id mempunyai dua mekanisme, yaitu refleks dan Primary Process. Refleks atau reaksi-reaksi otomatis ini adalah bentuk paling awal dan asli dari keadaan Id itu sendiri. Prosesnya adalah reflex contohnya Seperti kedipan kelopak mata jika tersentuh cahaya yang menyakitkan mata atau bersin mengeluarkan apa saja yang mengganggu alat sensitif dari hidung dan lain sebagainya. Primary Process merupakan suatu proses yang menimbulkan kenangan dari suatu benda yang diperlukan untuk meredakan suatu ketegangan. Untuk memahami hal ini diperlukan pemahaman tentang perkembangan Id. Sebagaimana diketahui bahwa Id dalam perkembangannya tidak selalu dapat memenuhi kebutuhannya secara otomatis. Id selalu berada pada masa tenggang antara “kebutuhan” dengan “pemenuhan kebutuhan”. Masa tenggang itu menimbulkan masa “Frustasi”. Dalam jiwa manusia terdapat sistem yang terdiri atas Sistem Sensoris (penerima) Sistem Motoris (penggerak), sistem pengamatan, dan sistem ingatan. Sistem Ego atau Das Ich Kedua proses yang dilalui oleh Id untuk meredakan ketegangan,- yaitu Motoris dan Primary Process—tidak berhasil meredakan ketegangan. Agar peroses pemuasan ketegangan itu berhasil dengan baik dan aman diperlukan hubungan dengan dunia nyata. Cara yang ditempuh adalah dengan menyesuaikan diri dengan dunia luar atau menguasai dunia luar itu. Hubungan timbal balik antara pribadi dengan dunia luar itu memerlukan pembentukan sistem rohani baru, yaitu Sistem Ego atau Das Ich. Berlainan dengan Id yang dikuasai oleh prinsip kenikmatan, Ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (Reality Principle).Tujuan dari prinsip kenyataan adalah menangguhkan peredaran energi sampai benda nyata untuk memuaskan ketegangan itu dapat ditemukan Prinsip kenyataan ini Super Ego atau Das UberIch Super Ego merupakan sistem sosiologis dari kepribadian manusia dan merupakan wakil dari nilai-nilai atau norma-norma tradisional citacita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anakanaknya. Proses internalisasi norma-norma itu dilakukan orang tua melalui perintah dan larangan. Super Ego itu dapat dianggap sebagai aspek moral. Menurut Freud dinamika kepribadian itu dimungkinkan karena adanya energi di dalam kepribadian. Energi itu dinamakan dengan “Energi Psikis” yang berasal dari “Energi Fisiologis” yang bersumber dari makanan. Energi psikis ini disimpan di dalam insting-insting. Dalam diri manusia ada dua macam insting, yaitu insting untuk hidup dan insting untuk mati. Insting untuk hidup berfungsi untuk melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuknya antara lain: makan, minum, dan lain-lain. Bentuk energi yang dipakai oleh insting ini disebut dengan libido. Insting mati disebut juga dengan insting merusak. Insting ini sebenarnya kurang jelas dalam uraian Freud. Namun Freud menjelaskan bahwa tujuan semua makhluk hidup adalah mati. Bentuk energi yang dipakai disebut dengan dorongan agresif. Dinamika kepribadian terdiri dari bagaimana cara energi psikis itu digunakan oleh ketiga Sistem Id, Ego, dan Super Ego. Pada mulanya energi itu semuanya dimiliki oleh Id, tetapi karena id tidak bisa memenuhi seluruh 3. Perkembangan Kepribadian Secara sederhana dapat dikatakan bahwa perkembangan kepribadian adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksi tegangan 58 yang timbul karena individu menghadapi sumber tegangan.26 Sumber tegangan yang pokok adalah: (a) Proses Pertumbuhan Fisiologis (b) Frustasi (c) Konflik (d) Ancaman Karena individu selalu menghadapi ketegangan demi ketegangan, maka individu akan berusaha untuk menghilangkan ketegangan. Jika individu telah menemukan cara untuk meredakan ketegangan berarti individu itu telah belajar, selanjutnya telah terjadi perkembangan dalam kepribadiannya. Di antara cara yang terpenting yang selalu digunakan individu untuk menghadapi ketegangan menurut Freud adalah: (a) Identifikasi (b) Pemindahan (c) Sublimasi (d) Mekanisme Pertahanan (e) Perubahan Naluri oleh Fusi dan Kompromi. Kepribadian tersebut bisa diketahui dengan test kepribadian "Personality Plus", tentunya setelah mengikuti test kita bisa mengetahui kepribadian diri kita pribadi dan berusaha menyikapi kepribadian orang lain dengan baik dan sesuai. kepribadian yang dimaksud adalah sebagai berikut : Melankolis (yang sempurna) Kelebihan : (1) Pendiam (2) berhati-hati (3) suka berfikir dalam sebelum bertindak (4) Menuntut kesempurnaan dalam segala hal (5) suka belajar (6) kreatif (7) hidupnya tertata rapi (8) Sensitif (9) perasa (10) mudah iba Kelemahan : (1) Cenderung pesimistis (2) Mudah tersinggung (3) mudah kecewa bila sesuatu terjadi di luar harapan (4) Bersikap kritis (5) pendendam (6) Kurang fleksibel (7) Suka rendah diri Sanguinis (yang populer) Kelebihan : (1) Biasanya periang (2) penuh energy (3) suka bersenang-senang (4) terus terang (5) Penuh rasa ingin tahu (6) lug (7) polos (8) mudah bergaul (9) Ekstrover mencari perhatian (10) ingin diterima oleh lingkungannya Kelemahan : (1) Suka berinisiatif (2) gampang minta maaf (3) Gampang lupa (4) banyak alasan (5) agak ceroboh (6) mulut besar (7) tidak serius. KEUNIKAN MANUSIA Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang yang lahir dari rahim yang berbeda, manusia yang terlahir sebagai kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang dibawanya. Keragaman atas keunikan yang dimiliki manusia tersebut menjadi dasar bagi perlunya optimalisasi potensi personal, sehingga terarah pada jalur yang benar, normatif, sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat tempat dirinya berada. Kajian terhadap keunikan manusia mendorong munculnya pendidikan dalam arti luas yang diarahkan untuk memfasilitasi tumbuh kembangnya karakter-karakter unik yang positif secara optimal. Manusia berbeda dengan entitas benda-benda dan makhluk hidup lain selain manusia, selain itu manusia juga unik dan berbeda antara manusia satu dengan manusia lainnya. Keunikan diantara sesama manusia ini tidak selalu mengemuka, karena itu manusia kadang disebut ‘person’ dan kadang disebut ‘individu’. Makna (Pengertian) Person Manusia mengalami dirinya sebagai pusat konsentrasi yang mutlak; sebagai sumber yang tak dapat diambil alih (incommunicability); sebagai gaya yang meresapi semua bentuk. Kesadaran orang itu tampak sebagai ‘gaya hidup’, sebagai suatu spirit yang memijarkan semua fenomena dan segala aspek yang ada padanya (inner beauty), sehingga semua mendapat warna yang serba unik dan memperlihatkan intensi (arah) yang serba pribadi. Keunikan menurut menurut gaya ini disebut dengan keunikan spiritual manusia, dan itu diungkapkan dengan istilah; personalitas (adanya-person) atau kepribadian. Makna (Pengertian) Individu Sebagai manusia yang unik dalam banyak dimensi yang bersatu padu itu, manusia juga memiliki suatu ‘kebudayaan’ pribadi, sebagai ekspresi yang tertentu yang meliputi segala bidang manusiawi. Di dalam wujud ‘kebudayaan’ pribadi dalam manusia itu, dapat dibedakan beragam unsurnya; seperti nama, warna, cara menulis, psike, mimik; bahkan juga aspek biologis seperti, sidik jari, gigi geligi, struktur sel tubuh (kromosom) dll. Hal itu tidak dijejerkan satu sama lain, melainkan saling melengkapi, organis (saling meresapi) dan saling mewarnai. Di dalam fragmen-fragmen itu lama-kelamaan muncul dengan lebih terperinci keistimewaan orang ini sehingga akhirnya tersusun suatu bentuk atau sinyalemen pribadi yang mengandung seluruh kekhususannya. Keunikan menurut perwujudan ini disebut keunikan materiil, dan itu diungkapkan dengan istilah; individualitas. Sebagimana mahluk hidup lainnya manusia memiliki kemiripan baik secara morfologis maupun anatomis termasuk mekanisme organis yang secara signifikan memiliki kesamaan proses biologis, seperti kebutuhan makan/minim (nutrisi), kebutuhan bernapas (respirasi), berkembang biak (reprodukksi), menerima rangsang (iritabilitasi), bergerak dan lain-lain yang merupakan ciri-ciri mahluk hidup (biotis). Tetapi dibanding mahluk lain, manusia memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya yakni rasa ingin tahuannya (kutriositas) mengalami perkembangan yang signifikan yaitu apa yang disebut dengan daya fikir (budi daya). Secara fisik manusia memiliki banyak kelemahan di banding mahluk lainnya manusia bisa sakit bahkan dapat mengakibatkan kematian. Tetapi karena manusia dilengkapi radar berfikir maka manusia dengan kekuatan fikirnya mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Dengan ilmu dan teknologi itulah manusia dapat menaklukan berbagai kekuatan yang dimilki oleh mahluk lain (hewan).Dengan demikian keunikan dan keunggulan manusia dibanding dengan mahluk lainnya adalah terletak pada daya fikirnya. Setiap manusia diciptakan dengan segala keunikannya masing-masing, disiapkan segala sesuatu dan kebutuhannya lengkap komplit didunia. Terdapat 4 kepribadian yang memang sudah diketahui sejak dahulu dalam dunia psikologi. kepribadian ini dimiliki oleh setiap orang masing-masing satu kepribadian atau bisa lebih dari satu. Semuanya merupakan kepribadian yang memiliki kelebihan dan kelemahan. Semuanya merupakan keunikan yang memang ada pada setiap diri Hal ini tentu berkaitan dengan cara menyikapi, komunikasi, dan menjalakan hubungan yang memang dibutuhkan oleh setiap orang. Semuanya akan bisa menjadi baik dan bisa memrubah kebiasaan - kebiasaan buruk yang terdapat dalam diri. Dengan mengetahui kepribadian ini (Personality Plus) tentu diri kita sendiri pun bisa menyikapinya dengan bijak. Merubah dan melakukan kebiasaan yang memang pantas dan sesuai. Kepribadian tersebut bisa diketahui dengan test kepribadian "Personality Plus", tentunya setelah mengikuti test kita bisa mengetahui kepribadian diri kita pribadi dan berusaha menyikapi kepribadian orang lain dengan baik dan sesuai.manusia. SETIAP ORANG ITU UNIK Setiap manusia itu unik, tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain. Bahkan manusia kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Keunikan itu dapat diamati dari hal-hal fisik, psikis, bakat/ kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Keunikan diri itu merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan diperlakukan secara khusus pula. Bukankah sulit dibayangkan bila semua manusia itu sama dalam segala hal. Tetapi dalam menghadapi keunikan sering ditemukan dua sikap. Yang bersikap positif akan menerima keunikan itu sebagai anugerah. Ia bangga bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur bahwa apapun yang ada pada dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan demikian, ia tidak akan minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti orang lain, ia tidak akan menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan melakukan tindakan yang melawan kehendak Tuhan akibat ketidakpuasan terhadap dirinya, hidupnya akan tenang dan mampu bergaul dengan siapa saja. Ada orang yang kurang menerima keunikan diri. Orang yang demikian akan merasa tidak puas, bahkan dapat melakukan tindakan apapun demi menutupi diri, misalnya operasi plastik. Orang yang demikian sering beranggapan seolah penampilan luar lebih penting. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal, 2000, Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat Manusia, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung Arendt, Hannah,1958, The Human Conditiom, The University of Chicago Press, London Bakker, Anton, 2000, Antropologi Metafisik, Kanisius, Yogyakarta Hamka, 1970 Tasawuf Modern, Jakarta MATERI KE 4: KEMAMPUAN ROHANI ALAM SADAR, ALAM BAWAH SADAR DAN KATA HATI ALAM SADAR Alam Sadar (conscious), yang memainkan peran tidak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran, ini merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke alam sadar. Pintu pertama yaitu melalui sistem kesadaran perseptual(perceptual conscious), yaaitu merupakan terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar. Dengan kata lain, hal-hal yang kita rasakan melalui indera dan tidak dianggap mengancam, masuk ke dalam alam sadar Sumber kedua bagi elemen alam sadar ini datang dari dalam struktur mental serta mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar maupun gambarangambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar. Seperti dijelaskan sebelumnya, gambaran tidak sadar dapat lolos masuk ke alam bawah sadar karena bersembunyi sebagai elemen-elemen yang tidak berbahaya sehingga mampu menembus sensor pertama. Setelah masuk ke alam bawah sadar, mereka terus menyelinap melewati sensor akhir dan masuk ke alam sadar. Ketika gagasan-gagasan tersebut tiba di alam sadar, maka gagasangagasan tersebut sudah berubah wujud dan terselubung dalam bentuk perilaku-perilaku yang defensif ataupun dalam bentuk mimpi. Secara ringkas Freud membayangkan alam tidak sadar sebagai sebuah aula luas berpintu lapang tempat berbagai orang yang saling berbeda satu dengan yang lainnya, penuh semangat tetapi juga ugal-ugalan, sibuk mondar-mandir, berkerumun dan berusaha terus-menerus untuk lolos dari penjagaan dan masuk ke dalam ruang penerimaan tamu. Akan tetapi, penjaga yang waspada menghalang-halangi jalan antara aula yang luas tersebut dengan ruang penerimaan tamu yang sempit. Penjaga ini mempunyai dua cara untuk menghambat tamu-tamu yang tidak diinginkan agar tidak lolos dari aula tersebut, yaitu dengan menutup pintu rapat-rapat atau dengan menendang keluar orang-orang yang berhasil kabur dari pengawasan dan masuk ke ruang penerimaan tamu. Kedua cara tersebut membuahkan hasil yang sama; orang-orang yang tidak bisa diatur dan tidak mau taat, dicegah sedemikian rupa sehingga tamu penting yang duduk di ujung ruang penerima tamu di balik layar tidak bisa melihat kedatangan orang-orang tidak tahu adat ini. Analogi ini mempunyai makna yang gamblang. Mereka yang ada di aula merupakan gambaran-gambaran tidak sadar. Ruang penerimaan tamun yang kecil merupakan alam bawah sadar dan mereka yang ada di ruang tersebut adalah gagasan-gagasan bawah sadar. Sementara mereka yang ada di ruang penerimaan tamu (alam bawah sadar) bisa jadi tidak disadari oleh tamu penting yang sudah tentu, mewakili alam sadar. Penjaga pintu yang memantau pintu gerbang di antara kedua ruang tersebut adalah sensor yang pertama yang mencegah gambaran tidak sadar masuk kekesadaran dan memastikan agar gambaran bawah sadar masuk kembali ke alam tidak sadar. Layar yang menyelimuti si tamu penting tadi adalah sensor akhir yang mencegah sejumlah besar, tetapi tidak semua, elemen bawah sadar agar tidak bisa masuk ke alam sadar. ALAM BAWAH SADAR Alam Bawah Sadar (preconscious) ini memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber yaitu yang pertama merupakan persepsi sadar (conscious perception). Apa yang dipersepsikan oleh orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain. Pikiran yang dapat kelur masuk antara alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya merupakan pemikiran-pemikiran yang bebas dari kecemasan. Antara gambaran sadar dan dorongan tidak sadar nyaris sama satu dengan yang lainnya.Sumber kedua dari gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam tidak sadar. Freud yakin bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk ke dalam alam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi. Beberapa dari gambaran ini tidak pernah kita sadari karena begitu kita menyadari bahwa gambaran-gambaran tersebut datang dari alam tidak sadar, maka kita akan merasa semakin cemas, sehingga sensor akhir pun bekerja untuk menekan gambaran yang memicu kecemasan tersebut dan mendorongnya kembali ke alam tidak sadar. Sedangkan sejumlah gambaran lain dari alam tidak sadar bisa masuk ke alam sadar karena bersembunyi dengan baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang kuat Alam bawah sadar adalah database raksasa yang menyimpan banyak informasi dengan memiliki sistem operasi yang sangat canggih, akan tetapi alam sadar juga sama dengan sistem komputer yang rentan dengan virus. virus yang merusak alam bawah sadar adalah perasaan takut, panik, emosi yang berlebihan trauma serta perasaan negatif lainnya. langkah untuk menyelamatkan alam bawah sadar dari virus tersebut adalah selalu bersikap positif dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Alam bawah sadar bukan berarti tiadanya kesadaran. Sebaliknya, malah di situlah kesadaran tingkat tinggi (high consciousness) berada. Hanya saja kenapa disebut alam pikiran bawah sadar karena yang menilai merupakan pikiran sadar kita yang masih belum memahami kesadaran pikiran bawah sadar kita sendiri. Apabila anda telah bisa mengoptimalkan alam pikiran bawah sadar anda, maka alam pikiran bawah sadar sudah tidak ada lagi, karena alam pikiran sadar anda telah menyadari apa yang menjadi kehendak alam pikiran bawah sadar tersebut. Berdasarkan pengukuran melalui alat yang dinamakan Electro-encepalograph dan perangkat eletronis pengukur kinerja otak lainnya, pada dasarnya otak memiliki 4 Fase Gelombang yaitu meliputi Bheta, Alpha, Theta dan Delta. 1). Bheta Fase gelombang ini otak pada frekuensi/cyclon 12 – 40 Hz/Second. Di mana saat anda sedang sangat aktif seperti mengobrol, mengerjakan sesuatu, gugup, gelisah atau keadaan aktif lainnya. Beta sangat diperlukan jika kita harus memikirkan beberapa hal sekaligus, tapi tidak jika kita ingin menyerap informasi secara cepat. 2). Alpha Fase gelombang ini otak pada frekuensi/cyclon 12-8 Hz/Second. Fase otak penuh kreatifitas, di mana saat otak dalam keadaan yang lebih rileks. Fase ini sangat baik untuk belajar, menyerap informasi, melakukan terapi, mempercepat proses penyembuhan, meningkatkan kekebalan tubuh, dan juga mengurangi stress mental, emosional serta fisik juga. Sering disebut sebagai keadaan Meditasi Dasar. Fase alpha ini adalah jembatan antara kesadaran bheta dengan theta. Pada saat semedi/meditasi Anda dapat menangkap sinyal-sinyal akurat yang dipancarkan oleh kesadaran theta. 3). Theta Fase gelombang ini otak pada frekuensi/cyclon 8-4 Hz/Second. Fase gelombang otak yang lebih dalam, yaitu pada saat anda melakukan meditasi atau trance. Fase ini sangat bagus untuk proses auto-sugesti/auto-hypnosis. Pada fase inilah mimpi terjadi, sehingga dengan teknolgi yang mampu mengontrol fase ini, anda dapat memperoleh mimpi “Extra-Sensory Perception” atau biasa disebut dengan kewaskitaan/wangsit. Melalui fase ini juga anda dapat menemukan jawaban yang tepat atas suatu permasalahan yang rumit dan juga berat. Dapat mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi, tanpa harus bersusah payah melakukan penelitian dan pengumpulan data terlebih dulu. 4). Delta Fase gelombang ini otak pada frekuensi/cyclon 4-0,1Hz/Second. Delta adalah fase gelombang otak yang terakhir dan paling dalam. Keadaan ini diperoleh pada saat anda tidur nyenyak atau keadaan koma. Dengan mampu mengontrol fase ini, anda dapat memperoleh kondisi tidur yang nyenyak dan berkualitas. Dengan teknik tertentu, fase ini dapat menghubungkan theta Anda dengan Energi Kesadaran Astral yang diberikan Tuhan. Melalui fase ini juga anda bisa mewujudkan energi pikiran menjadi materi. Bahkan dapat weruh sadurunge winarah. Gelombang otak pada frekuensi bheta dan alpha berada di level alam pikiran sadar. sedangkan frekuensi theta dan delta disebut sebagai alam pikiran bawah sadar. Sekali lagi, bukan berarti tidak adanya kesadaran otak ataupun pikiran. Melainkan disebut dengan alam bawah sadar, karena kesadaran delta dan theta belum mampu dipahami oleh alpha dan beta (pikiran sadar). Fungsi alam bawah sadar merupakan stockphile atau memory card yang menampung dan menyimpan“bahanbahan” jadi hasil olahan pikiran sadar yang sudah terseleksi oleh RAS (reticular activating system). Sedangkan pikiran sadar berfungsi sebagai “mesin produksi” bahan “olahan jadi” tersebut. Tugas pikiran sadar mengolah pemaknaan, lalu disaring mana yang dianggap memiliki nilai/value untuk dimasukkan ke dalam alam bawah sadar. Pikiran bawah sadar mempunyai fungsi atau menyimpan hal-hal berikut: 1. Kebiasaan (baik, buruk, dan refleks) Kebiasaan baik bersifat positif dan produktif. Kebiasaan buruk bersifat negatif dan destruktif. Seperti merokok, makan secara berlebihan, dan lain-lain. Kebiasaan refleks antara lain dapat dilihat pada aktivitas seperti secara otomatis menutup pintu setelah membuka, menutup mulut saat batuk atau bersin. 2. Emosi Bagaimana perasaan kita mengenai suatu keadaan, hal-hal tertentu, dan terhadap orang lain. 3. Memori jangka panjang panjang adalah tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen. Ada memori yang tidak dapat diingat dalam kondisi sadar, tetapi dapat dimunculkan kembali dengan bantuan hipnosis. 4. Kepribadian adalah karakteristik individual manusia dalam berhubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan yang dijumpai sehari-hari. 5. Intuisi adalah perasaan mengetahui sesuatu secara instingtif, berhubungan dengan spiritual dan/atau metafisik. 6. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan visi, pemikiran, dan impian menjadi kenyataan. 7. Persepsi adalah bagaimana seseorang melihat dunia menurut “kacamatanya.” 8. Belief dan Value adalah segala sesuatu yang diyakini sebagai hal yang benar. Sedangkan value atau nilai adalah segala sesuatu yang dipandang sebagai hal penting. Kedua hal ini sama seperti program komputer. Jika programnya canggih, sehat, dan tidak terinfeksi virus, kinerja komputer pun akan bagus. Demikian pula dengan belief dan value. Suatu program pikiran, baik positif maupun negatif, masuk dan tertanam kuat di pikiran bawah sadar melaui lima jalur berikut: 1. Suatu informasi atau sugesti disampaikan oleh orang yang dianggap sebagai figur otoritas. 2. Suatu informasi disampaikan dengan muatan emosi yang tinggi. 3. Suatu informasi disampaikan secara berulang-ulang atau repetisi ide. 4. Penguatan ide oleh sumber-sumber lain (orang tua, guru, rekan, buku, dan lainnya). Fungsi alam bawah sadar merupakan stockphile atau memory card yang menampung dan menyimpan “bahan-bahan” jadi hasil olahan pikiran sadar yang sudah terseleksi oleh RAS (reticular activating system). Sedangkan pikiran sadar berfungsi sebagai “mesin produksi” bahan “olahan jadi” tersebut. Tugas pikiran sadar mengolah pemaknaan, lalu disaring mana yang dianggap memiliki nilai/value untuk dimasukkan ke dalam alam bawah sadar. Sementara itu cara kerja RAS adalah sebagai berikut : • Data-data (stimulan) diolah oleh rasio/pikiran sadar, lalu masuk ke pikiran bawah sadar melalui proses penyaringan diri, dinamakan RAS (reticular activating system). • RAS tidak hanya menerima bahan jadi dari pikiran sadar. Bahan jadi yang telah diberi nilai pikiran sadar sebagai bahan jadi negatif atau bahan jadi positif. • RAS bekerja otomatis tergantung pada kondisi gelombang otak, pemikiran dan emosi. Fungsi RAS adalah menginstalasi dan uninstalasi program ke atau dari dalam alam bawah sadar. • Kejadian /peristiwa bersifat netral bebas nilai. Sementara itu yang memberi nilai adalah pikiran sadar. Ada tiga hal yang dapat mempengaruhi pola pikir seseorang yaitu sebagai berikut: 1. input informasi, karena adanya alam bawah sadar kita menguasai 2-3 juta bit informasi, maka hendaknya kita dapat memilah-milah informasi yang kita dapat, jadi kita harus berkomitmen untuk menyaring informasi ke dalam pikiran kita dengan hal-hal yang positif, kaarena itu akan masuk ke dalam alam bawah sadar kita nanti. 2. lingkungan sekitar, lingkungan yang positif akan membangun pola pikir yang positif, dan sebaliknya. Karena kemungkinan kita akan terbawa oleh suasana yang ada di sekitar kita dan akan menjadi kebiasaan sehingga kebiasaan tersebut oleh otak sadar kita dipindahkan ke alam bawah sadar kita. 3. pengalaman masa lalu, mengutip kata-kata Mario Teguh Masa lalu tidak akan berpengaruh pada masa depan anda, yang mempengaruhi masa depan anda adalah masa sekarang. Karena jika kita melihat masa lalu, maka kita tidak mendapat apa-apa hanya penyesalan atau trauma. Seperti saat kita masih kecil, ketika kita mulai belajar jalan pasti akan sering terjatuh Alam Tidak Sadar Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata mendorong pernyataan, perasaan, dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya, seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita tetapi tidak benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja bersifat tidak rasional. Apabila alam tidak sadar ini tidak bisa dijangkau oleh pikiran yang sadar, maka bagaimana kita tahu bahwa alam tidak sadar ini benar-benar ada? Freud meyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan secara tidak langsung. Baginya, alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada dibalik mimpi, kesalahan ucap (slip of the tongue), dan berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression). Mimpi adalah sumber yang kaya akan materi alam tidak sadar. Contohnya, Freud meyakini bahwa pengalaman masa kanak-kanak bisa muncul dalam mimpi orang dewasa sekalipun yang bermimpi boleh jadi tidak ingat secara sadar akan pengalaman-pengalaman tersebut. Kadang-kadang proses tidak sadar ini lolos sensor dan masuk ke alam sadar secara terselubung atau dengan wujud yang berbeda. menggunakan analogi seorang penjaga atau sensor yang menghalang-halangi jalan yang menghubungkan alam sadar dengan alam bawah sadar dan mencegah agar kenangan yang tidak diinginkan dan memicu kecemasan tidak bisa masuk ke sensor pertama (primary censor), dan kemudian gambaran tersebut harus menerobos sensor akhir (final censor) yang menjaga jalan antara alama bawah sadar dan alam sadar. Ketika ingatan-ingatan tersebut masuk ke dalam alam sadar kita, kita tidak lagi mengenali mereka seperti apa adanya; kita justru melihatnya sebagai pengalaman yang relatif menyenangkan dan tidak mengancam. Pada kebanyakan kasus, gambaran-gambaran tersebut memiliki motif-motif seksual atau agresi yang kuat, karena perilaku sesksual atau agresi semasa kanak-kanak sering kali diganjar hukuman atau ditekan. Hukuman dan tekanan(suppression) ini sering kali menciptakan perasaan cemas, dan kecemasan tersebut kemudian memicu represi (repression), yaitu dorongan agar pengalaman yang tidak diinginkan serta membawa kecemasan mauk ke alam tidak sadar yang melindungi kita dari rasa sakit akibat kecemasan tersebut..Akan tetapi, tidak semua proses tidak sadar tersebut muncul dari represi pengalaman masa kanak-kanak. Freud meyakini bahwa sebagian dari alam tidak sadar kita berasal dari pengalaman-pengalaman nenek moyang kita yang diwariskan dari generasi ke generasi lewat proses pengulangan. Tentu saja, alam tidak sadar bukan berarti bersifat tidak aktif atau dorman. Dorongan- dorongan di alam tidak sadar terus-menerus berupaya agar disadari, dan kebanyakan berhasil masuk ke alam sadar, sekalipun tidak lagi muncul dalam bentuk asli. Pikiran-pikiran yang tidak disadari ini bisa dan memang memotivasi manusia. Contohnya, amarah seorang anak terhadap sang ayah bisa terselubung dalam bentuk kasih sayang yang berlebihan. Apabila tidak bisa disembunyikan, rasa marah seperti ini sudah tentu akan menyebabkan si anak merasa sangat cemas. Oleh karena itu alam bawah sadarnya memotivasinya untuk mengekspresikan rasa marah melalui ungkapan rasa cinta dan pujian yang berlebihan. KATA HATI Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan tentang yang baik-benar dan yang buruksalah bagi manusia. Dalam kaitannya moral ataupun perbuatan. Hati nurani memerintahkan serta melarang kita melakukan sesuatu. Ia tidak berbicara tentang yang umum, melainkan tentang situasi yang sangat konkret. Kata hati merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh serta berkembang di dalam hati manusia dalam situasi konkret. Suara hati menilai suatu tindakan manusia benar ataupun salah , baik maupun buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru. Dalam hati, manusia sebelum bertindak atau melakukan sesuatu, ia sudah mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang buruk nya. Setiap orang memiliki kesadaran moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda– beda. Pada saat-saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan mengatakan perbuatan itu baik ataupun buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati muncul sebagai suara yang menyuruh dan jika perbuatan itu buruk, kata hati akan muncul sebagai suara yang melarang. Kata hati yang muncul pada saat ini disebut prakata hati. Fungsi hati nurani yaitu sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk menilai suatu tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk. Kata hati berfungsi sebagai pegangan atau praturan- peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-hari dan menyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya. Tujuan pokok pembinaan kata hati adalah hati nurani yang secara subyektif dan obyektif benar. Dengan kata hati yang baik dan benar, seseorang akan selalu terdorong untuk bertindak melakukan kebenaran kehendak Tuhan dan menuruti norma-norma moral obyektif. Kata hati tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kebenaran dan nilai-nilai, ataupun kemapuan untuk memecahkan dilema moral, tetapi juga harus memasukkan ke dalamnya pembinaan karakter moral seseorang secara lebih penuh. Hati nurani atau hati kecil adalah hati yang selalu diliputi cahaya Sang Maha Pencipta, mengikuti irama alam semesta yang memang diciptakan Tuhan untuk manusia maka tatkala manusia yang berhati nurani melihat ketidak sesuaian atau adanya ketidak selarasan dengan alam ini maka dirinya kan tergerak untuk merubahnya dan menyesuaikan dengan keselarasan alam tadi. Ketika seseorang dengan hati nurani, melihat ada orang lain yang patut ditolong pasti akan ditolongnya tanpa menghiraukan apa jenis warna kulitnya dari bangsa atau kelompok mana yang ditolong itu berasal. Dengan hati nurani juga manusia bisa berbuat baik untuk seluruh mahluk yang ada di alam ini dengan memberi perlindungan secara maksimal dengan menjaga keseimbangannya. Inilah manusia yang dapat memberi rahmat atas alam ini, pembawa damai dan toleransi. Hati nurani berarti hati manusia memiliki pengetahuan. Hati nurani ialah hati yang mengetahui. Sebenarnya proposisi “hati yang mengetahui” sama sekali tidak tepat. Soal pengetahuan tak pernah merupakan soal hati, melainkan soal akal budi (rasio). Dan sebab itu, jika dikatakan hati nurani mengetahui, maksudnya ialah hati kita memiliki semacam pertimbangan yang membimbing kehendak kita. Pengetahuan hati sering kali lebih merupakan pengetahuan yang dicurahkan, ke dalam hati kita. Karena hati tidak bisa berpikir (hanya akal budi saja yang bisa berpikir), hati nurani sering kali disebut sebagai “suara Allah”. nurani disebut juga “synderesis”. Dalam bahasa Inggris disebut “conscience”yang berkaitan langsung dengan kesadaran .Hati nurani menjadi seperti kapasitas/daya/kekuatan yang pertimbangan dan pemeriksaannya mengatasi hukum, fenomen baik/buruk sebagaimana digagas oleh public kebanyakan, mengatasi larangan/perintah dalam peraturan-peraturan yang dimiliki dalam hidup manusia. Hati nurani – dalam pengertian ini– lantas dipahami sebagai suatu kesadaran batin/interior yang ada dalam hati manusia yang membimbing hidupmanusia,yangpemeriksaannyaatasproblemkehidupanbersifat sekaligus,serentak,menyeluruh Karena hati nurani adalah “suara Tuhan,” aneka pertimbangan yang diberikannya mengantar manusia kepada Allah. Jadi, hati nurani tidak sekadar berurusan dengan salah benar secara etis, melainkan langsung menunjuk kepada relasi manusia dengan Allah dalam cara-cara yang tidak bisa direduksi sekadar dalam agama-agama formal. Pemahaman Hati secara Filosofis dan Antropologis. Pengertian hati secara filosofis kita bisa menemukan minimal melalui pemikiran filsuf jenius asal Perancis, Blaise Pascal (1623-1662). hati adalah hal yang sangat penting dalam menggapai kebenaran yang hakiki. Melawan paham rasionalitas yang marak pada zamannya, Pascal menegaskan keseluruhan realitas tidak bisa dijelaskan hanya dengan rasio. kalau itu dilakukan, akibatnya akan banyak terjadi hal yang bertentangan, misalnya problem jiwa dan badan sebagaimana yang dialami Descartes. Hanya dengan hati, kita mampu memahami kebenaran-kebenaran yang melampaui semua kebenaran itu, misalnya pengetahuan tentang Allah Keunggulan hati yang dikemukakan Pascal terletak pada kalimat terkenalnya ini: “Hati mempunyai alasan-alasan yang tidak dimengerti oleh akal”. Kata hati di sini kata Pascal tidak boleh dipahami sebagai pusat emosi, melainkan pusat aktivitas jiwa manusia terdalam yang mampu menangkap sesuatu secara intuitif dan spontan. Hati adalah inti eksistensi. “Kita mengenal kebenaran tidak hanya lewat akal, melainkan juga lewat hati”, . Maka hal yang jelas adalah bahwa hati memiliki daya intuitif yang cukup mendalam dan melampaui rasio yang terbatas pada logika akal budi. Sementara pengertian hati secara antropologi dapat diuraikan oleh Adelbert Snijders, OFM dalam “Antropologi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan”. Snijders mengartikan hati dengan kata afeksi berasal dari bahasa latin “afficere” yang artinya menyentuh. Hati manusia tersentuh dan tergerak (emosi). Menurutnya, dunia perasaan adalah dunia yang beraneka ragam. Manusia merasa takut, cemas, gelisah, senang, gembira, perasaan dan bahagia. Perasaan mengatakan sesuatu tentang cara relasi menusia dengan sesamanya seperti rasa benci, cemburu, kasihan, acuh tak acuh, simpati atau antipati, kasih dan cinta. Segala relasi dengan sesama disertai dengan suatu perasaan yang khas. Demikian juga perasaan yang menyertai relasi manusia dengan Tuhan: rasa damai, rasa sesal, harapan, rasa terlindung dan rasa pasrah. Dengan demikian menurut Adelbert, hati bisa dikatakan sebagai pusat di mana budi dan kehendak yang di dalamnya bersatu. Budi memperlihatkan kepada kehendak suatu kebenaran yang menarik, menyenangkan dan menyentuh. Suatu keinginan kodrati menggerakkan manusia untuk bahagia. DAFTAR PUSTAKA Freud,Sigmund. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. Editor dan penerjemahan K. Bertens. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fiest, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian (Theories of Personality). Jakarta: Salemba Humanika. Gunawan, Adi W. Hypnotherapi: Thr Art of Subconscious Restucturing, Jakarta: Gramedai Pustaka Utama, 2007. MATERI KE 5: PENGERTIAN INTELEGENSIA, KEKUATAN INTELEGENSIA MANUSIA, DAN KEKUATAN UNTUK MANSUIA KEKUATAN INTELEGENSIA MANUSIA Pengertian intelegensia Intelegensi berasal dari bahasa Inggris Intelligence. Intelligence sendiri adalah terjemahan dari bahasa Latin intellectus dan intelligentiae. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol tahun 1951 Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Intelegensi atau kecerdasan diartikan dalam berbagai dimensi oleh para ahli. Donald Stener, seorang Psikolog menyebut intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan pegetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Tingkat intelegensi dapat diukur dengan kecepatan memecahkan masalah-masalah tersebut. Intelegensi secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu. Sedangkan menurut Claparde dan Stern intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Para ahli psikologi memiliki pendapat yang berbeda tentang definisi psikologi, berikut adalah pengertian intelegensi yang diuraikan oleh beberapa tokoh : 1. Andrew Crider Tahun (1983), mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, mudah untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan. 2. Alfred Binet, tokoh utama perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri atas tiga komponen, yaitu : a. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan; b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan; c. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto criticism; 3 .David Wechsler (1958), pencipta skala-skala intelegensi Wechsler yang popular mendefinisikan intelegensi sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara nasional dan rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif. 4. Walters dan Gardnes (1986), mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuankemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. 5. Flynn (1987), mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Meskipun terdapat berbagai pendapat para ahli dalam mendefinisikan intelegensi, namun pada dasarnya sama, yaitu intelegensi merupakan kekuatan yang dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati. Ciri-ciri Perbuatan Intelegensi Suatu perbuatan dapat dianggap intelegen bila memenuhi beberapa ciri, antara lain: 1. Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan. 2. Perbuatan intelegen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. 3. Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan. 4. Keterangan pemecahan masalahnya harus dapat diterima oleh masyarakat. 5. Perbuatan intelegen bercirikan kecepatan, cepat tanggap dan tangkas. 6. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang dihadapi Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Hal ini seperti yang disebutkan diatas ada pandangan yang menekankan pada bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan pada proses belajar (pandangan kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan pandangan tersebut dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh faktorfaktor sebgai berikut : 1 .Pengaruh Faktor Bawaan, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka 2. Pengaruh Faktor Lingkungan, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka). 3. Stabilitas Intelegensi Dan IQ, intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan organik otak 4 Pengaruh Faktor Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya. 5. Pengaruh Faktor Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. 6. Minat Dan Pembawaan yang Khas, minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motifmotif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. 7. Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Ada beberapa macam intelegensi, antara lain : 1 . Inteligensi keterampilan verbal Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengungkapkan makna. Contohnya: seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip. Contoh pertanyaannya “Apa persamaan Singan dan Harimau”?. Cenderung arah profesinya menjadi: (penulis, jurnalis, pembicara). 2 . Inteligensi keterampilan matematis Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis. Peserta didik dengan kecerdasan logical mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Cenderung profesinya menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan) 3 . Inteligensi kemampuan ruang Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi. Cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (Internal imagery) sehingga cenderung imaginaif dan kreatif. Contohnya seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan mewarnai agar sama dengan rancangan yang ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik, organisasi persepsi, dan kemampuan untuk memvisualisasi dinilai secara terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek, seniman, pelaut. 2 . Inteligensi kemampuan musical Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi music. 3 . Inteligensi Keterampilan kinestetik tubuh Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki control pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Cenderung berprofesi menjadi ahli bedah, seniman yang ahli, penari. 4 . Inteligensi Keterampilan intrapersonal Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan efektif mengarahkan hidup seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog, psikolog. 5 . Inteligensi keterampilan interpersonal Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif berinteraksi dengan orang lain. Pintar menjalin hubungan social, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain. 6 . Inteligensi keterampilan naturalis Yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta memahami system buatan manusia dan alam. Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, diusia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul binatang, peumbuhan tanaman, dan tata surya. 7 . Inteligensi emosional Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara akurat dan adaftif (seperti memahami persfektif orang lain). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah intelegensi, antara lain : a. Inteligensi Dengan Bakat Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat keampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dengan segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga, karena rangsang lingkungan dengan tidak sadar selalu diarahkan pada kemampuan-kemampuan khusus ini maka bakat tidak selalu dengan sendirinya menampakkan diri. Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test atau tes bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap kemampuan yang amat spesifik. b. Inteligensi dan Kreativitas Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga merupakan manifestsi dari suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dengan inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun ada anggapan kreatifitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tetapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung pendapat itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti tingkat kreativitas yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak selalu diikuti oleh tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masih dapat korelasi yang cukup berarti. Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu jawabannya diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan c. Hubungan inteligensi dengan kehidupan Memang kecerdasan/intelegensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks, intelegensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain, seperti faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun intelegensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat gagal pula. Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di antara orangorang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan/karena misalnya, kekurangan-mampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk mencapainya. Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja, dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelejensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: Kecerdasan atau intelejensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang. 1. Kecerdasan Intelektual (IQ) Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun. Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri kita. Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup. IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak. 2. Kecerdasan Emosional (EQ) EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi. Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk mengendalikan emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi. Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual. Beberapa pengertian EQ yang lain, yaitu :Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain (Golleman, 1999). Emosi adalah perasaan yang dialami individu sebagai reaksi terhadap rangsang yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang dan takjub (Santrock, 1994). Manusia dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan bertanggung jawab penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu membuat keputusan yang manusiawi, dan berpegang pada komitmen. Makanya, orang yang EQ-nya bagus mampu mengerjakan segala sesuatunya dengan lebih baik. Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ merupakan kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi tidak hanya didapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebut terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca indra. Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karena orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat . Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra personal) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik . Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memiKecerdasan Emosional (EQ) 3. Kecerdasan Spiritual (SQ) Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang kecerdasan spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia. Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensi dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan juga ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta. Denah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan tersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karena diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwaraga yang penuh keseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual). Selain itu menurut Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001, IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi terkapling-kapling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Mengenalkan SQ Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. Kekuatan untuk membaca yang tersirat dan tersurat Membaca memahami dengan menangkap gagasan atau informasi baik yang tersurat maupun tersirat di dalam bacaan atau bahasa tulis. Jadi, yang paling mendasar dalam kegiatan membaca yaitu pemahaman isi bacaan untuk memperoleh makna yang tepat. Untuk sampai pada tahap pemahaman ini, tentu saja pertama-tama pembaca akan selalu berusaha untuk mengerti arti dari setiap kata yang ada dalam bacaan, kemudian pembaca berusaha untuk mengerti hubungan arti antarkata dalam kalimat. Selanjutnya pembaca akan berusaha untuk mengerti hubungan arti antar kalimat dalam bacaan. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap individu. kemampuan membaca seseorang dapat diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan yang sudah terlatih dengan baik dan cermat untuk memahami dan merangkap informasi atau pesan yang disampaikan oleh pihak lain (penulis) melalui sarana tertulis. Dengan membaca, pembaca memperoleh banyak manfaat, yaitu dapat memperluas pengetahuannya dan menggali pesan-pesan tertulis yang terdapat dalam bahan bacaan. tujuan membaca yang paling utama adalah untuk mencari informasi, memahami dan menanggapi pesan yang ada, dan memperoleh kesenangan. Dengan membaca, seseorang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan. Tujuan membaca menduduki peran yang sangat penting karena akan berpengaruh pada proses dan pemahaman membaca. DAFTAR PUSTAKA Purwanto, M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011 Somadyo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. http://eprints.uny.ac.id/23131/1/Afiefa%20Repsa%20Khaniefati%2009201244077.pdf (Diakses pada tanggal 19 November 2020) MATERI KE 6: MANUSIA SEBAGAI PESONA Pengertian Persona Selain kata ‘individu’, kata ‘persona’ juga dikenakan pada manusia. Di zaman sekarang kata ini bahkan lebih banyak digunakan dari pada kata ‘individu’. Secara etimologis, kata ‘persona’ berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah topeng yang kemudian diserap kedalam bahasa inggris menjadi personality yang berarti kepribadian, dalam pengertian sehari-hari personality mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh kelompok masyarakat, di mana individu tersebut diharapkan bertingkah laku sesuai dengan peran yang diterima. Konon dalam tradisi seni drama masyarakat Yunani, para pemain sandiwara harus mengenakan topeng ketika memainkan peran tokoh tertentu. Melalui topeng sang aktor/aktris menghadirkan watak tokoh yang dimainkan. Dengan demikian topeng sesungguhnya dipakai sebagai media untuk menghadirkan pribadi seseorang di hadapan penonton. Ia bahkan harus bisa ‘menjadi’ diri tokoh yang dilakonkan. Dalam perkembangan selanjutnya, ‘persona’ tidak lagi dimengerti sebagai sebuah topeng, melainkan kualitas-kualitas pribadi yang ada dalam diri seseorang. Dengan demikian, arti ‘persona’ tidak lagi menunjuk pada topeng, melainkan pada makna yang ada di baliknya, yakni jati diri. Manusia secara kodrati memiliki dua dimensi yaitu dimensi personal dan sosial. Dimensi personal pada manusia menyatakan sisi rohani atau kualitas dalam diri. Sebagai person manusia memiliki keunikan yang membedakan dengan yang lain. Sisi personal ini membuat manusia mampu menyadari dirinya serta segala tindakannya. Manusia mampu menentukan dirinya sendiri. Sehingga segala tindakan dan kehendaknya berasal dari dirinya sendiri. Dengan segala kebebasan dan tanggungjawab atas dirinya manusia dapat menentukan perkembangan dirinya. Namun manusia tidak hanya sebagai person tetapi juga sebagai individu. Dalam diri manusia, person dan individu merupakan dua hal yang saling terkait satu dengan yang lain. Meskipun berbeda person dan individu tidak dapat dipisahkan dalam diri manusia. Hal ini dikarenakan manusia ialah jiwa yang memiliki badan. Individu dalam diri manusia terkait dengan sisi luar manusia atau jasmani. Dengan individualitasnya manusia ada didunia, sehingga ia mampu berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya. Dalam diri manusia individualitas berbeda dengan makluk yang lain. Individualitas dalam diri manusia berdasarkan pada sisi rohani. Manusia itu berharga karena dirinya sendiri dan bukan karena kesamaan dengan jenisnya. Perbedaan manusia dengan sesamanya tidak bersifat kuantitatif tetapi bersifat kualitatif. Hal ini terjadi karena antara sisi personal dan individu dalam diri manusia saling memberikan daya pada yang lain. Individualitas membuat manusia mampu menampakkan sisi personalitasnya. Kesatuan antara individu dan person dalam diri manusia membuat manusia memiliki keunikan dari sesamanya. Selain dimensi personal, manusia juga memilki dimensi sosial. Dimensi sosial ini mambuat manusia tidak dapat hidup seorang diri. Manusia senantiasa membutuhkan sesamanya. Kehadiran sesama dalam hidup manusia semakin membuat manusia menyadari dirinya. Oleh karena itu, manusia selalu hidup pada suatu kelompok sosial tertentu, di mana ia dapat belajar tentang nilai-nilai budaya yang diciptakan oleh generasi sebelumnya. Kondisi ini akan membuat manusia bertindak secara khas sebagai manusia. Kehadiran sesama bagi manusia juga membuat hidupnya semakin memiliki arti. Hidup bersama-sama dengan sesama membuat hidup manusia selalu terkait dalam relasi dengan sesamanya. Dalam berelasi manusia hendaknya selalu menghargai sesamanya sebagai subjek. Hal ini terjadi karena sesama juga person yang memiliki keunikan seperti diri kita. Sesama bukan hanya individu seperti benda atau hewan tetapi kesatuan yang tak terpisahkan antara person dan individu. Sesama memiliki martabat yang sama dengan kita. Martabat manusia bisa di jelaskan dengan konsep persona yaitu Martabat manusia (human dignity) terletak dalam status manusia sebagai persona yang mempunyai ciri-ciri: berdiri sendiri, utuh sebagai manusia (tak terbagi-bagi), tujuan pada dirinya sendiri, dan unik. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bagaimana definisi dari persona (status manusia sebagai persona). Dari definisi-definisi ini menjadi sangat jelas bahwa persona merupakan penjelasan atau tepatny aadalah ungkapan komprehensif dari identitas manusia itu secara utuh. Bahwa persona mencakup seluruh aspek kemanusiaan manusia itu. Dengan kata lain, persona adalah pribadi manusia secara keseluruhan. Martabat manusia bukan hanya menyangkut salah satu aspek yang terdapat dalam pribadi manusia itu. Martabat manusia tidak berupa bagian-bagian yang bias dilepas pisahkan dari bagian/aspek lainnya. Akan tetapi, martabat manusia melekat dalam keseluruhan atau keutuhan kemanusiaan manusia itu. Berbicara tentang martabat manusia berarti berbicara tentang manusia secara utuh, tak terbagikan. Telah dikatakan bahwa persona adalah sebutan komprehensif bagi manusia. Dan, martabat manusia mencakup seluruh aspek kemanusiaan manusia. Lalu? Merendahkan martabat manusia berarti merendahkan atau mereduksi ke-persona-an manusia secara utuh. Itu berarti merendahkan manusia itu sendiri. Kesimpulannya, persona adalah manusia secara utuh (dengan seluruh aspek kemanusiaannya), itu juga berarti mencakup martabat manusia itu sendiri. Elemen Persona Pribadi manusia bukan konsep yang abstrak. Ia adalah mahluk yang konkret. Sifat konkret itu terungkap dalam berbagai elemen yang ada dalam dirinya. Ada enam elemen dasar yang mengungkapkan pribadi seseorang. 1). Karakter Setiap pribadi memiliki karakter yang unik. Karakter merupakan kebiasaan hidup seseorang. Kebiasaan ini melekat dalam diri seseorang dan tidak bisa diubah dengan mudah. Karakter alamiah terbentuk melalui lingkunga di mana seseorang hidup. Pembentukan karakter ini dipengaruhi oleh berbagai macam factor eksternal seperti latar belakang budaya dan pendidikan. 2). akal budi merupakan elemen persona yang paling hakiki. Dibandingkan dengan mahluk lainnya, akal budi merupakan keistimewaan manusia. Akal budi merupakan dasar bagi manusia untuk mencari kebenaran. 3). Wacana mengenai kebebasan juga bersifat personal karena yang dapat menentukan hanya diri seseorang. Dalam proses pengambilan keputusan, seseorang harus menentukan pilihannya menurut suara hatinya. John Dewey (1859-1952) bahkan mengataka, kebebasan merupakan bagian dari martabat kemanusiaan yang tidak bisa dibungkam oleh siapapun. 4). Nama Setiap orang memiliki nama. Nama merupakan perwujudan dan pengejawantahan sekaligus menjadi identitas pribadi seseorang. Menyebut nama tidak sekedar mengeluarkan bunyi melalui huruf-huruf yang tersusun, melainkan mengandung makna pengakuan terhadap eksistensi pemilik nama. 5). suara hati Suara hati merupakan bagian hakiki dari kepribadian seseorang. Suara hati ada dalam diri setiap orang. Hati nurani selalu bersifat personal. Suara hati berfungsi etis, karena mengarahkan manusia untuk mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam tindakannya. Selain itu suara hati juga menjadi dasar bagi setiap pribadi dalam mengambil keputusan. Karena itu hatu nurani merupakan lambang martabat dan hakikat kemanusiaan yang paling dalam dari seorang individu. 6). perasaan merupakan ungkapan lubuk hati yang mendalam dari setiap pribadi. Perasaan tidak dibicarakan secara kolektif, melainkan dikaitkan dengan pribadi. Karena perasaan terkait dengan pribadi, maka menghargai perasaan seseorang jua berarti menghargai hakikat dan martabatnya sebagai manusia. Untuk menambah ilmu cara pandang kita tentang pribadi baiklah kita menyinggung berbagai pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan personalitas manusia. Baptista Mondin mengelompokkan tiga pendekatan yang pada umumnya dipakai untuk tujuan tersebut, yakni pendekatan ontologism, pendeketan psikologis, dan pendekatan dialogis. a. Pandangan Ontologis Dalam pandangan ontologis, tekanan manusia sebagai pribadi diletakkan pada rasionalitas dan individualistis. Artinya, manusia dilihat sebagai mahluk yang rasional dan bersifat individual. Dengan demikian subtansi manusia dipandang dalam dua hal, yakni pertama, ia adalah mahluk yang berpikir; kedua, ia memiliki kodrat sebagai individu. Para filsuf seperti Anicius Severinus Manlius Boethius (480-524), dan Thomas Aquinas (12251274) mengaitkan hakikat pribadi pada dua elemen di atas. Severinus Boethius dengan jelas menunjukkan hakikat manusia itu dalam definisinya yang bertuliskan, “persona et rationalis naturae individual subtantia”. Dalam ungkapan ini kepribadian manusia diletakkan pada kodratnya sebagai individu dan mahluk berpikir. Bagi Thomas Aquinas, pribadi adalah manusia yang nyata dan individual dalam segala keunikannya, serta yang tidak terulang dalam dirinya. Itu berarti bagi filsuf dan sekaligus teolog ini, pemaknaan pribadi berkaitan dengan bagaimana seorang individu bertindak dalam kehidupan yang nyata. b. Pandangan Psikologis Pendekatan psikologis meletakkan pribadi manusia pada aspek psikis. Fokus perhatian psikologi adalah emosi dan afeksi. Pintu bagi pemahaman psikologi dibukakan oleh Rene Descartes (15961650). Ungkapan yang terkenal dari tokoh ini adalah “Cogito ergo sum”, artinya, “saya berpikir maka saya ada”. Dalam ungkapan ini konsep persona diletakkan pada animus atau jiwa. Jaminan tentang keberadaan manusia ada pada kejiwaannya. Seorang pemikir yang sangat berpengaruh serta pemikirannya disebut revolusioner dalam psikologi adalah Sigmund Freud (1856-1939). Melalui teori psikoanalisanya Freud memetakan manusia dalam tiga bagian, yakni superego, ego dan Id. Ia menyatakan bahwa kepribadian manusia sangat tergantung pada alam bawah sadar(Id). Dalam bidang filsafat Sigmund Freud memberikan paradigma baru bagi masyarakat modern tentang keakuan. Paradigma keakuan yang baru itu dapat dirumuskan dengan kalimat, “Aku bukan hanya aku yang sadar, tetapi juga aku adalah aku yang dikuasai alam bawah sadar”. c. Pandangan Dialogis Pandangan dialogis mengaitkan pribadi manusia dengan hubungan antara satu manusia dengan manusia yang lain. Dalam pandangan ini manusia adalah mahluk relasional. Pribadi setiap manusia terbentuk melalui relasi, yakni jiwa dan badan, relasi individu dengan masyarakat, sebaliknya relasi masyarakat dengan individu. Konsep dialogis dikembangkan oleh sejumlah pemikir. Kita menyebut dua nama di sini, yakni Mounier (1758-1806) dan Martin Buber (1878-1965). Mounier menyatakan bahwa pribadi manusia melekat pada tiga hal berikut. Pertama, ia dipanggil untuk melakukan sesuatu untuk dunianya. Artinya, panggilan untuk berbuat sesuatu pada orang lain adalah bagian dari persona. Kedua, tindakan. Menjadi pribadi menuntut perbuatan yang tidak bisa ditunda-tunda. Artinya, pribadi menjadi pribadi kalau ia bertindak. Pribadi adalah the act of being. Jadi, kualitas pribadi seseorang dilihat dari perbuatan sehari-hari. Ketiga, komunikasi. Mounier melihat bahwa kebersamaan merupakan wadah pengungkapan eksistensi pribadi. Komunikasi adalah bagian dari eksistensi manusia. Dengan komunikasi manusia mengungkapkan diri, kemauan, dan keunikannya. Makna hidup ini menurut pandangan dialogis terletak pada usaha untuk membangun komunikasi dengan baik. Martin Buber memperkaya pemahaman dialogis dengan meletakkan dasar dalam relasi social. Ia membedakan dua bentuk relasi dalam dunia manusia, yakni relasi ‘Aku-Engkau’ dan ‘Aku-Itu’. MANUSIA SEBAGAI PERSONA Manusia sebagai persona adalah manusia yang mengerti akan keutuhan dirinya. Ia menjadi mahluk yang dapat berkata AKU dengan sadar dan insaf. Persona manusia tidak pernah menjadi objek, tidak pernah diperlakukan sebagai alat. Persona manusia adalah subjek yang harus kita ungkap lewat pengalaman dan pengetahuan. Persona manusia ingin menunjukan kerohanian atau religiusitas manusia. Dalam persona hubungan dengan sesama berbasis cinta kasih. Persona tidak menimbulkan konflik atau tidak memandang yang lain sebagai mahluk jasmani semata. Hubungan yang ada adalah saling memberi dan menerima atau saling menyerahkan diri. Dalam hubungan persona ini tidak akan ada lagi yang dikurangi atau yang hilang, melainkan menjadi penuh atau utuh. Religiusitas manusia yang persona akan memperlihatkan manusia yang terbuka bagi orang lain dan yang mau menyerahkan diri dalam cinta kepada orang lain. Maka, untuk sampai ke diri yang rela dengan penuh hati dan cinta untuk memberikan dan menerima yang lain tersebut dibutuhkan pengalaman penyangkalan diri dan kerendahan hati. Dengan demikian, egoisme manusia persona akan berkurang. Persona mampu memberikan diri sendiri dengan tak habis-habisnya. Pengalaman semacam ini tidak ditemukan oleh mahluk lain. Dengan demikian, hubungan antar persona merupakan hubungan antar subjek (subjek-subjek). Dalam hubungan ini muncul inter-komunikasi yang mampu masuk ke kedalaman diri manusia. Makin banyak subjek menerima, makin tegak ia berdiri sebagai persona. Bila hal ini berlanjut maka kemurnian persona akan terwujud. KEMURNIAN PERSONA Manuisa itu persona sejak lahir. Pemahaman ini sepertinya ingin mengatakan bahwa manusia dari sananya sempurna. Pemahaman ini juga didukung oleh pandangan yang mengatakan bahwa manusia itu berdaulat dan berkuasa, berdiri sendiri, mampu mengalahkan alam sekitarnya sehingga pandangan kesempurnaan sepertinya mutlak. Namun, kita juga tidak boleh melupakan kalau manusia itu ada juga yang persona, namun juga tidak sempurna. Manusia dapat sampai pada personanya bila manusia mau mengerti dan memahami arti dari pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman akan mendidik manusia untuk bisa sampai pada personanya, yang murni. Persona manusia harus terus diungkap dengan pengetahuan dan pengalaman tersebut. Jadi, manusia harus mengungkap dirinya untuk mencapai kepersonaannya. Mengungkap persona membutuhkan kedewasaan manusia untuk mampu memilih untuk pikiran dan perbuatannya. Ketika manusia masih bayi, manusia belum dapat menjalankan diri sebagai persona; kepribadiannya masih terpendam. Ia sudah bersifat persona, akan tetapi kepersonaannya belum dapat teraktualisasi. Inilah yang khas dari manusia di mana manusia harus selalu mengungkap dirinya. Buat hewan segalanya sudah tertulis, semua sudah dipastikan oleh dan dalam alam. Sedangkan, manusia harus kreatif mengungkap dirinya. Ketetapan diri manusia itu menjadi ada karena ada kesadaran kebebasan untuk menentukan diri. Manusia menjadi ada karena ia dapat menentukan dirinya sendiri. Ketika ia semakin mengungkapkan diri dan menemukan dirinya, ia menjadi persona. Namun, manusia juga bisa hanyut pada dirinya dengan menuruti kecenderungan-kecenderungan yang rendah. Jika demikian, manusia menyerahkan kedaulatannya, menghianati tahtanya, dan memperbudak dirinya. Manusia menggunakan kebebasan untuk mengkikat diri atau menggunakan kebebasan untuk kepuasan dirinya semata. Jika manusia menjalankan hidupnya menurut dorongan-dorongan yang luhur sambil mengalahkan dorongan-dorongan yang rendah (ada pengendalian diri), manusia menjadi berdaulat dan berarti tidak dibelenggu oleh faktor-faktor jasmani yang buta. Proses menuju persona tidak ada habis-habisnya, walaupun akan berakhir. Manusia tiap-tiap detik bebas dan tiap-tiap detik pula ia dapat menginjak-injak kodrat dirinya. Perjuangan menuju persona tidak pernah berakhir, namun dapat sampai ke posisi stabil hingga pendirian tak akan mudah digoyahkan. Pengetahuan dan pengalaman sangat dibutuhkan dalam hal ini. Seorang yang tua bisa saja belum memiliki kestabilan persona dan bisa juga seorang yang muda yang pengalaman hidupnya masih segelintir telah mendapatkan kestabilan dan akan mampu menuju kesempurnaan pribadi. Ketidak sadaran personal terdiri dari seluruh pengalaman yang terlupakan, ditekan, atau dipersepsikan secara sublimasi pada seseorang. Ketidaksadaran tersebut mengandung ingatan dan implus masa silam, kejadian yang terlupakan, seta berbagai pengalaman yang disimpan dalam alam bawah sadar kita. Terbentuknya ketidak sadaran personal kita karena pengalaman individual. Setiap orang memiliki alam bawah sadar yang berbeda, tergantung dengan pengalaman yang telah dilewati masing-masing. Oleh sebab itu, karakteristik setiap individu serta cara menyelasaikan masalah yang dihadapi akan berbeda satu sama lain. DAFTAR PUSTAKA Sam. B (2011, maret jumat). tentang manusia sebagai pesona. Retrieved from Blogspot.com: http://pikiranitubebas.blogspot.com/2011/03/tentang-manusia-sebagai-pesona.html?m=1 Kusmayanti, R. (2015, maret sabtu). manusia sebagai persona. Retrieved from Blogspot.com: http://28inggris2arenikusmayanti.blogspot.com/2015/03/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html?m=1 Unknow. (2013, November Sabtu). Manusia sebagai persona. Retrieved from Blogspot.com: http://bluesgeezers.blogspot.com/2013/11/normal-0-7.html?m=1 MATERI KE 7 : MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT Manusia merupakan makhluk Mukallaf yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab. Dengan menggunakan akal pikirannya manusia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan juga teknologi. Manusia juga bagian dari realitas kosmos yang menurt para ahli pikir disebut ssebagai al-kain an-natiq, “makhluk yang berbicara dan makhluk yang memiliki nilai luhur”. Menurut Al-Aqqad (1973:21), manusia lebih tepat dijuluki “manusia yang berbicara” dari pada sebagai “malaikat yang turun ke bumi atau binatang yang berevolusi “ karna manusia lebih mulai mulai mempertimbang semua itu. Alasan ‘Aqqad ini tidaklah berlebihan, sebab menurutnya, “malaikat yang turun ke bumi“ tidak mempunyai kedudukan sebagai pembimbing ke jalan yang baik maupun yang buruk, demikian pula “binatang yang berevolusi”. Hanya manusialah yang mampu memikul beban dan juga tanggung jawab yang diamanatkan oleh Allah kepadanya. Oleh karena itu, tidak heran jika ada yang mengatakan, bahwa manusia merupakan “pencipta kedua” setelah Tuhan. Hal itu dapat kita pahami, betapa manusia yang dianugerahi rasio oleh Tuhan itu mampu menciptakan kreasi canggih berupa sains dan juga teknologi, sementara malaikat juga diperintah sujud kepadanya karena tak mampu bersaing secara intelektual. Kelebihan intelektual inilah yang menjadikan manusia lebih unggul dari pada makhluk lainya, tetapi manusia pun akan bisa menjadi dekaden, bahkan bisa lebih rendah nilainya dari binatang jika melakukan tindakan yang destruktif, melepaskan imannya ( Q.S At-Tin 5-6 dan Al-A’raf: 179). Dalam al-Qur’an istilah manusia disebut dengan kata-kata: al-Insan, al-Basyar dan Banu Adam. 1). Sebagian ulama berpendapat, al-Insan diambil dari kata nasiya-yansa nasyan yang berarti lupa, maksudnya manusia sering melupakan janjinya kepada Tuhan. 2). Al-Insan diambil dari kata nasa-yanusu yang berarti bergoncang. 3). Al-Insan diambil dari kata ins yang berarti jinak. Al-Basayar berarti tampak baik dan indah, gembira, menguliti. Sebanyak 123 x kata al-Basyar disebut dalam al-Al-Qur’an pada umumnya bermakna gembira, 37 x bermakna manusia dan 2 x berkaitan dengan hubungan seks. Kata al-Insan mengandung pengertian manusia sebagai makhluk sosial dan kultural/keilmuan. Al-Basyar mengandung pengertian realitas manusia sebagai pribadi yang kongkret, manusia dewasa yang sedang memasuki kehidupan bertanggung jawab sebagai khalifah di bumi (A. Mu’in, 1994:81). Manusia terdiri dari jiwa dan raga. Dia adalah unik. Tidak ada makhluk seunik dan seajaib seperti manusia. Manusialah yang mampu menguasai alam semesta ini. Binatang sebuas apapun dengan kreativitas akalnya bisa ditaklukkan. Dialah manusia ajaib. Secara etimologi, al-basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. penamaan ini menunjukkan makna bahwa secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya, disbanding rambut atau bulunya. Al-basyar juga dapat diartikan mulamasah ( ) م لم سه, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. makna etimologis ini dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk biologis yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan,kebahagiaan, dan lainlain sebagainya. Kata al-insan dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi, al-insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampat, dan pelupa. Kata al-insan digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani, dan rohani. Perpaduan antara aspek fisik dan psikis telah menbantu manusia untuk mengekspirasikan dimensi al-insan al- bayan, sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahuai baik dan buruk, mengembangkan ilmu dan peradaban, dan lain sebagainya. Kata al-insan juga digunakan al-Qur’an untuk menjelaskan sifat umum, serta sisi-sisi kelebihan dan kelemahan mausia. Hal ini terlihat dari firman-firman Allah dalam al-Qur’an, seperti: 1. Tidak semua cita-cita yang diinginkan manusia berhasil dengan hanya usahanya, bila Allah tidak menginginkannya. Terlihat secara jelas adanya unsur keterlibatan Tuhan dalam realitas apa yang dicita-citakan dan kelemahan manusia sebagai makhluk pada sisi yang lainnya 2. Gembira bila dapat nikmat, serta susah bila dapat cobaan. Kesemuaan ini terjadi karena manusia sering melupakan nikmat yang diberikan Allah (ingkar nikmat). 3. Manusia sering bertindak bodoh dan zalim, baik terhadap dirinya dan manusia maupun makhluk Allah lainnya. 4. Manusia sering kali ragu dan memutuskan persoalan sikap 5. Manusia bila mendapat suatu kenikmatan materi, sering kali lupa diri dan kikir. 6. Manusia adalah makhluk yang lemah, gelisah, dan tergesa-gesa. 7. Kewajiban manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya 8. Kewajiban Allah agar manusia waspada terhadap bujukan oaring-orang munafik, adanya kebangkitan dari alam kubur, dan memperhatikan makanannya. Kata al-insan digunakan juga dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses kejadian manusia sesudah adam. Dari pemaknaan manusia yang digunakan Allah melalui kata Al-insan, terlihat sesungguhnya manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki sifat-sifat manusiawi yang bernlai positif dan bernilai negatif. agar manusia bisa selamat dan mampu memfungsikan tugas dan kedudukannya dimuka bumi dengan baik, maka manusia harus senantiasa mengarahkan seluruh aktifitasnya , baik fisik maupun psikis sesuai dengan nilai-nilai islam. Kata al-nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat. kata alnas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secra keseluruhan, tanpa terlihat status keimanan atau kekafiran. Secara umum, penggunaan kata al-nas memiliki arti peringatan Allah kepada manusia akan semua tindakannya, seperti jangan bersifat kikir dan ingkar nikmat, riya’, tidak menyembah dan meminta pertolongaan selain padanya, larangan berbuat zalim, mengingatkan manusia akan adanya ancaman dari kaum yahudi dan musyrik, semua amal manusia akan dibalas kelak diakhirat, sebagai konsekuensi dari perbuatannya dimuka bumi, manusia merupakan objek utama ajaran islam, kewajiban menjaga keharmonisan sosial antara sesamanya, menjadikan ka’bah sebagai pusat peribadatan umat islam, dan penjelasan Allah terhadap kebebasan-nya melalui fenomena alam semesta, agar manusia bisa mengambil pelajaran dan menambah keimanannya pada khaliqnya. Tentang Jiwa Sebagaimana umumnya para filosuf beranggapan-termasuk Ibn Sina, al-Farabi dan juga al-Ghazali- bahwa jiwa itu tersusun dari tiga jenis: jiwa nabatiyah, jiwa hayawaniyah dan jiwa insaniyah. Jiwa nabatiyah adalah jiwa yang berfungsi untuk makan, tumbuh dan melahirkan, jiwa hayawaniyah adalah jiwa yang berfungsi mengetahui hal-hal kecil dan bergerak sesuai iradah dan jiwa insaniyah adalah jiwa yang melakukan perbuatan dan mengatahui hal-hal yang bersifat umum. Menurut Muhammad Iqbal, insan kamil merupakan puncak dari perkembangan ego manusia, yang memiliki kekuatan berhadapan dengan Tuhan. Dari kekuatan ego tersebut juga menyebabkan manusia terangkat menjadi khalifah Tuhan. Menurut Iqbal, insan kamil adalah manusia yang mampu menyerap kebaikan-kebaikan Tuhan dalam dirinya. Tuhan dan manusia menurut Iqbal adalah dua entitas yang berbeda. Relasi Tuhan dengan manusia menurut Iqbal bersifat bottom up, artinya bergerak dari manusia menuju Tuhan (At-Tafkir fi Khalqil-Llahi Ilat-Tafkir fi-llah) . Ini diambil dari hadis: Tafakkaru fi Khalqi-llahi wa La Tafakkaru fi Zatihi dan Man ‘Arafa Nafsahu Faqad ‘Arafa Nafsahu. Pada hakikatnya, penciptaan manusia dapat ditinjau dari dua asal pendekatan, yaitu; pertama, asal jauh, proses Nabi Adam yang tercipta dari tanah. Kedua, asal dekat, proses penciptaan manusia pasca Adam (keturunan Adam) yang tercipta dari nutfah, dan kemudian mengalami proses panjang dan bertahap. Allah berfirman dalam (QS. 32: 7-9). Manusia berproses dalam pertumbuhan biologisnya sejak dalam periode pra-natal, sehingga menjadi bentuk manusia yang sempurna. Proses inilah manusia dilihat dari segi biologisnya suatu yang alamiah sesaui dengan prinsip-prinsip ilmu biologi modern sekarang. Hakikat manusia menurut pandangan umum mempunyai arti bermacam-macam, karena tedapat berbagai ilmu dan perspektif yang memaknai hakekat manusia itu sendiri. Seperti dalam perspektif filsafat menyimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dalam perspektif ekonomi mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi. Perspektif Sosiologi melihat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya. Sedangkan, perspektif antropologi berpendapat manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Dan dalam perspektif psikologi, manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Sudut pandang Antropologi terdapat 3 sudut pandang hakekat manusia yaitu manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk susila. Ilmu yang menyelidiki dan memandang manusia dari segi fisik “Antropologi Fisik”.Yang memandang manusia dari sudut pandangan budaya disebut “Antropologi Budaya”. Sedangkan yang memandang manusia dari segi “ada”nya atau dari segi “hakikat”nya disebut “Antropologi Filsafat”. Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu Apa, dari mana dan kemana manusia itu. Berbicara mengenai apa manusia itu, ada 4 aliran yaitu: a. Aliran serba zat Mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat dari sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi, dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu hakikat manusia itu adalah zat atau materi. Manusia sebagai makhluk materi, maka pertumbuhannya berproses dari materi juga. Sel telur dari sang ibu bergabung dengan sel sperma dari sang ayah, tumbuh menjadi janin yang akhirnya kedunia sebagai manusia. Adapun apa yang disebut Ruh atau jiwa pikiran, perasaan(tanggapan, kemauan, kesadaran, ingatan, khayalan, asosiasi, penghayatan dan sebagainya) dari zat atau materi yaitu sel-sel tubuh. Oleh karena itu manusia sebagai materi, maka keperluan-keperluannya juga bersifat materi, ia mendapatkan kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya dari materi, maka terbentuklah suatu sikap pandangan yang materialistis. b. Aliran serba ruh Berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah “Ruh”, Juga hakikat manusia adalah ruh. Ruh adalah sesuatu yang tidak menempati ruang, sehingga tidak dapat disentuh atau dilihat oleh panca indra. Jadi berlawanan dengan zat yang menempati ruang betapapun kecilnya zat itu. Dasar pikiran dari aliran ini adalah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari ada materi. Hal ini dapat kita buktikan sendiri dalam kehidupan sehari-hari. c. Aliran dualisme Mencoba untuk mengawinkan kedua aliran tersebut diatas. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani, badan dan ruh. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh juga sebaliknya ruh tidak berasal dari badan. d . Aliran Eksistensialisme Aliran filsafat modern berpikir tentang hakekat manusia merupakan eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Hakikat manusia itu yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini manusia di pandang dari serba zat, serba ruh atau dualisme dari kedua aliran itu , tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri di dunia. Berdasarkan kenyataan bahwa manusia itu mempunyai badan jasmani dan mempunyai roh, jiwa atau rohani, ada beberapa pandangan tentang badan manusia: 1. Pandangan idealisis tentang badan manusia Pandangan ini mengatakan bahwa badan adalah sinar dari roh. Dalah hal ini roh diibaratkan sebagai listrik, badan adalah cahaya. Badan dan roh tidak pernah bertentangan satu sama lain. Badan seolah-olah tidak ada, yang ada hanyalah roh. 2. Pandangan materialistis tentang badan manusia. Pandangan ini dengan tegas mengatakan yang ada hanya badan. Orang tidak perlu berfiir lebih lanjut apa dibalik badan itu. Yang tampak pada kita ialah bahwa manusia berbadan yang bersifat materi, yang terdiri dari darah, daging, tulang dan sebagainya seperti makhluk-makhluk hidup yang lain. Dengan begitu kesenangan, kebahagian atau sukarianya tidak dapat dilepaskan dari barang materi. Jadi seluruh manusia itu adalah jasmani. 3. Pandangan ketiga ini berpendapat bahwa badan adalah merupakan musuh dari roh. Antara badan dan roh selalu bertentangan satu sama lain. Badan dianggap menarik kebawah kejahatan. Pandangan ini biasanya juga dualistis artinya tidak memandang badan dan jiwa sebagai satu hal yang ada, melainkan sebagai dua hal yang berdiri sendiri. 4. Pandangan keempat ini memandang badan manusia sebagai jasmani yang di “rohani”kan, atau rohani yang di “jasmani”kan. Badan bukan hanya materi. Daging kita tidak sama dengan daging sapi atau kambing. Pancaindera kita tidak sama dengan panca indera hewan. Jadi kejasmanian manusia itu dengan segala-galanya, jika dilihat kedudukannya dari keseluruhan manusia, tidak sama dengan kejasmanian hewan. Sebab jasmani manusia adalah jasmani yang dirohanikan atau dalam jasmani manusia itu ruh-lah yang menjasmani. Dari sumber lain mengatakan manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum mengenal lainnya.Maka hakekat manusia adalah sebagai berikut : a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. b. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. c. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati. d. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. e. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial. (Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 1996). Asal Mula Manusia “Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam a.s” Jika kita berdebat tentang asal mula manusia, maka yang terpikir pertama kali dipikiran adalah teori evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusi Charles Darwin dijelaskan bahwa manusia pertama adalah kera, sedangkan dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa manusia pertama adalah Nabi adam a.s. Namun, hingga saat ini para ilmuwan masih terus mencari bukti untuk memastikan asal mula manusia. 1. Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah empat kelompok dasar sebagai berikut di bawah ini : a. Australophithecines b. Homo habilis c. Homo erectus d. Homo sapiens Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari selatan". Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang telah punah, ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan kuat dan tegap, sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis> Homo erectus > Homo sapiens," evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya. 2. Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s) Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat “cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan. "...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29). Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39. Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi: "...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70) Demikianlah dua pendapat tentang asal mula manusia. Tentang siapa sebenarnya manusia pertama di bumi, mugkin kami lebih memilih bahwa Adam a.s adalah manusia pertama sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Quran. Apakah kalian setuju bahwa Nabi Adam a.s adalah nenek moyang manusia Tergantung pada kepercayaan kalian masing-masing. Dengan berbagai macam kedudukannya baik sebagai makhluk biologis, makhluk istimewa (bernalar, pembawa amanah, bertanggung jawab), dan makhluk sosial, manusia diberi dua peran sekaligus dituntut bertanggung jawab dalam menjalankan perannya yaitu sebagai khalifatullah dan sebagai ‘abdullah. Peran sebagai khalifatullah digambarkan QS. Al-Baqarah : 30 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi”(QS.al-Baqarah : 30) sedang peran sebagai ‘abdullah dinyatakan dalam QS. Al-Dzariyat : 56 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku” (QS.alDzariyat : 56) Yang penting untuk dicatat adalah peran manusia sebagai khalifatullah dan sebagai ‘abdullah tidak bisa lepas dari realitas kedudukan manusia sebagai makhluk biologis, makhluk istimewa dan makhluk sosial. Diantara contohnaya adalah : Manusia diperintahkan untuk mengerjakan shalat dan hukum shalat adalah berdiri. Tetapi pada saat manusia mengalami sakit parah diperbolehkan melaksanakan shalat dengan duduk atau berbaring. Artinya manusia diberi dispensasi karena masalah sakit adalah persoalan biologis manusia. Contoh lain dalam keadaan perjalanan jauh seseorang boleh men-jama’ dan meng-qashar shalat. Begitupun wanita menyusui, orang yang lanjut usia diperbolehkan untuk tidak berpuasa, dan lain sebagainya. Hal yang sama berlaku pada kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Contohnya nabi Muhammad saw yang biasanya shalat khusyu’ dan zikirnya panjang, berulangkali mempercepat shalatnya gara-gara ada tamu yang menunggu. Nabi juga mengingatkan para imam tidak memperpanjang shalat dengan pertimbangan sosial pada makmumnya Berikut pandangan filsafat terhadap manusia dari beberapa sudut pandang yakni dari: 1.Teori descendensi Teori ini meletakkan manusia sejajar dengan hewan berdasarkan sebab mekanis. Artinya manusia tidaklah jauh berbeda dengan hewan, dimana manusia termasuk hewan yang berfikir, melakukan segala aktivitas hidupnya, manusia juga tidak beda dengan binatang yang menyusui. Beberapa ahli filsafat berbeda pemikiran dalam mendefinisikan manusia. Manusia adalah makhluk yang concerned (menaruh minat yang besar) terhadap hal-hal yang berhubungan dengannya, sehingga tidak ada henti-hentinya selalu bertanya dan berpikir. Aristoteles (384-322 SM), seorang filosof besar Yunani mengemukakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akalpikirannya. Juga manusia adalah hewan yang berpolitik (zoonpoliticon, political animal), hewan yang membangun masyarakat di atas famili-famili menjadi pengelompokkan yang impersonal dari pada kampung dan negara. Manusia berpolitik karena ia mempunyai bahasa yang memungkinkan ia berkomunikasi dengan yang lain. Dan didalam masyarakat manusia mengenal adanya keadilan dan tata tertib yang harus dipatuhi. Ini berbeda dengan binatang yang tidak pernah berusaha memikirkan suatu cita keadilan. Berdasarkan Thomas Hobbes, Homo homini lupus artinya manusia yang satu serigala manusia yang lainnya (berdasarkan sifat dan tabiat) Nafsu yang paling kuat dari manusia adalah nafsu untuk mempertahankan diri, atau dengan kata lain, ketakutan akan kehilangan nyawa. Menurut Nietsche, bahwa manusia sebagai binatang kekurangan (a shortage animal). Selain itu juga menyatakan bahwa manusia sebagai binatang yang tidak pernah selesai atau tak pernah puas ( das rucht festgestelte tier ). Artinya manusia tidak pernah merasa puas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Julien, bahwa manusia manusia tak ada bedanya dengan hewan karena manusia merupakan suatu mesin yang terus bekerja ( de lamittezie). Artinya bahwa dari aktivitas manusia dimulai bangun tidur sampai ia tidur kembali manusia tidak berhenti untuk beraktivitas. Menurut Ernest Haeskel, bahwa manusia merupakan (animalisme), tak ada sanksi bahwa segala hal manusia sungguh-sungguh ialah binatang beruas tulang belakang yakni hewan menyusui. Artinya bahwa tidak diragukan lagi manusia adalah sejajar dengan hewan yang menyusui. Menurut Adi Negara bahwa alam kecil sebagian alam besar yang ada di atas bumi. Sebagian dari makhluk yang bernyawa, sebagian dari bangsa antropomoker, binatang yang menyusui, akan tetapi makhluk yang mengetahui keadaan alamnya, yang mengetahui dan dapat menguasai kekuatan alam di luar dan di dalam dirinya (lahir dan batin). 2. Metafisika adalah teori yang memandang keberadaan sesuatu dibalik atau di belakang fisik. Dalam teori ini manusia dipandang dari dua hal yakni: a. Fisik, yang terdiri dari zat. Artinya bahwa manusia tercipta terdiri dari beberapa sel, yang dapat di indera dengan panca indera. b. Ruh, manusia identik dengan jiwa yang mencakup imajinasi, gagasan, perasaan dan penghayatan semua itu tidak dapat diindera dengan panca indera. 3. Psikomatik memandang manusia hanya terdiri atas jasad yang memiliki kebutuhan untuk menjaga keberlangsungannya artinya manusia memerlukan kebutuhan primer (sandang, pangan dan papan) untuk keberlangsungan hidupnya. Manusia terdiri dari sel yang memerlukan materi cenderung bersifat duniawi yang diatur oleh nilainilai ekonomi (dinilai dengan harta / uang) artinya manusia memerlukan kebutuhan duniawi yang harus dipenuhi, apabila kebutuhan tersebut sudah terpenuhi maka mereka akan merasa puas terhadap pencapaiannya. Manusia juga terdiri dari ruh yang memerlukan nilai spiritual yang diatur oleh nilai keagamaan (pahala). Dalam menjalani kehidupan duniawi manusia membutuhkan ajaran agama, melalui ceramah keagamaan untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Dalam hal ini manusia ingin menjadi manusia yang paling sempurna. Untuk menjadi manusia sempurna haruslah memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1. Rasionalitas 2. Kesadaran 3. Akal budi 4. Spiritualitas 5. Moralitas 6. Sosialitas 7. Keselarasan dengan alam Manusia merupakan makhluk ciptaan allah yang palingg sempurna, karena manusia di bekali dengan berbagai kelebihan dibandingkan makhluk lain, yaitu nafsu (sifat dasar iblis), taat, patuh, tunduk, (sifat dasar malaikat) dan juga akal (sifat keistimewaan manusia). Ketiga kesempurnaan tadi mambuat manusia memiliki kedudukan yang tinggi dihadapannya. Jika manusia dapat mengatur ketiganya tadi dan dapat memposisikan diri sebagaimana yang dititiskan oleh sang Robb. Manusia merupakan makhluk yang sangat unik. Upaya hakekat manusia sudah dilakukan sejak dahulu. Hingga saat ini belum mendapat pernyataan yang benar-benar tepat dan pas, dikarenakan manusia itu sendiri yang memang unik, antara manusia satu dengan manusia yang lain berbedabeda. Bahkan orang kembar identik sekalipun mereka pasti memiliki perbedaan. Mulai dari fisik, ideologi, pemahaman, kepentingan dan lian-lain. Para ahli pikir dan juga ahli filsafat memberi sebutan kepada manusia dengan kemampuaun yangg dapat dilakukan manusia di bumi ini yaitu: a . Manusia adalah Homo Sapiens yang artinya makhluk yang mempunyai budi b . Manusia adalah Animal Rational yang artinya binatang yang berpikir c . Manusia adalah Homo Laquen yang artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikira manusa dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun d . Manusia adalah Homo Faber yang artinya makhluk yang terampil e . Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerja sama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya f . Manusia adalah Homo Economicus, yang artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis g . Manusia adalah Homo Religious yaitu makhluk yang beragama DAFTAR PUSTAKA Zainuddin. 2013. “Manusia Dalam Perspektif Filsafat” https://www.uin- malang.ac.id/r/131101/manusia-dalam-perspektif-filsafat.html Arifin. “Filsafat Pendidikan Islam”, (Jakarta: Bumi Aksara. 1996). Musaddad. Ja’far. 2013. Manusia Dalam Perspektif http://jafarmusaddad.blogspot.co.id/2013/02/makalah-manusia-dalam-perspektif-al.html Hamdani, Faud. “Filsafat Pendidikan Islam”, (Bandung: Pustaka. 2007), hal.9 Filsafat MATERI KE 8: UTS MEMBUAT VIDEO PEMAPARAN DARI MATERI YANG TELAH DI BERIKAN MATERI KE 9: MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI MANUSIA SEBAGAI KHALIFA DI BUMI Manusia bertanggung jawab terhadap keberlanjutan ekosistem karena manusia diciptakan sebagai khalifah. Dalam konteks Al-Quran memandang manusia sebagai “wakil” atau “khalifah” Allah di bumi, untuk memfungsikan kekhalifahannya Tuhan telah melengkapi manusia potensi intelektual dan spiritual sekaligus . Sesuai dengan UU RI Nomor 23 Tahun 1997 yang menyatakan pengertian lingkungan hidup itu sendiri yang didalamnya telah melibatkan peranan manusia dan perilakunya dalam menyejahterakan makhluk hidup dan dirinya. Karena secara etika manusia berkewajiban dan bertanggung jawab terbesar terhadap lingkungan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Allah menganugrahi akal kepada manusia, dan dengan akal itulah Allah menurunkan agama. agama sebagai petunjuk dan pedoman dalam kehidupan, merupakan dasar untuk mengatur bagaimana berhubungan dengan sang pencipta dan hubungan dengan alam semesta. Manusia dalam agama merupakan bagian dari lingkungan hidupnya, sehingga manusia ditunjuk sebagai khalifah di muka bumi ini. Seperti di dalam firman Allah Swt dalam (QS. Al- Baqarah [2] : 30). Khalifah adalah orang yang mewakili umat dalam menjalankan pemerintahan, kekuasaan dan penerapan hukum-hukum syariah. Khalifah adalah wakil umat dalam kehidupan di muka bumi. Seperti dalam firman Allah Swt dalam (Q.S. An-Nur [24]: 55). Khalifah adalah sebutan yang diberikan kepada pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu pemerintahan islam, muncul pertama kali di Tsaqifah (Rumah) Bani Sa’idah yang merupakan suku di Madinah, berdasarkan prinsip pemilihan khalifah dari suku Quraisy . Makna khalifah dalam islam sebagai satu-satunya pemimpin di seluruh penjuru dunia, sehingga khalifah menjadi pemimpin seluruh umat islam dari segala penjuru dunia. Peranan manusia sebagai khalifah (Khalifah Allah di Muka bumi) Kekhalifahan manusia di satu pihak berperan sebagai subjek dan di sisi lain menjadi objek, sebagai subjek, manusia mempunyai tanggung jawab yang lebih kompleks dalam meningkatkan kualitas dirinya. Seperti dalam LKNU menyatakan bahwa Manusia berkualitas harus bercermin keimanannya, sehat jasmani dan rohani, berpendidikan, mengerjakan amal saleh, berbuat baik kepada orang lain, bertanggung jawab terhadap keluarganya, bertanggung jawab terhadap keluarganya, arif terhadap lingkungan hidupnya . Tugas manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga dan bertanggungjawab atas dirinya, sesama manusia dan alam yang menjadi sumber penghidupan. Karena sudah menjadi kewajiban bagi manusia yang merupakan khalifah di bumi memiliki dua bentuk sunatullah yang harus dilakukan, yaitu baik kewajibannya antara manusia dengan tuhannya, antara sesama manusia sendiri, dan antara manusia dengan ekosistemnya. Kewajiban tersebut haru dilaksanakan karena merupakan amanah dari Allah sang pencipta. Tanggung jawab manusia terhadap moral agama sebagai khalifah di bumi yaitu mengelola sebaik-baiknya alam semesta dan kehidupan sosial didalamnya. Kehidupan manusia sangat tergantung kepada komponen-komponen lain dalam ekosistem sehingga secara moral manusia terhadap alam dituntut untuk bertanggungjawa kepada kelangsungan, keseimbangan dan kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupannya. Tugas dari seorang khalifah menjadikan perlindungan bagi umat dan menjaga kelestarian alam (ekosistem), sehingga khalifah dan umat harus bersatu dan saling mencintai guna menjalankan kehidupan sesuai dengan syariat islam dan keberlangsungan hidup.Tugas khalifah dalam Al Qur’an biasa disebut imaratul ardh (memakmurkan bumi) dan ibadatullah (beribadah kepada Allah). Allah menciptakan manusia dari bumi ini dan menugaskan manusia untuk melakukan imarah dimuka bumi dengan mengelola dan memeliharanya. Tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) meliputi : a. Mengulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar dibudayakan, sehingga menghasilkan karya- karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia. b. Mengulturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasi karya manusia harus disesuaikan dengan kondisi aam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup, agar tidakmenimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya. c. MengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap komitmen dengan nilai- nilai Islam yang rahmatan lil-‘alamin, sehingga berbudaya berarti mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran Ilahi. Khalifah bermakna mengganti, menggantikan, menempati tempatnya, atau belakang. Khalifah juga bermakna pengganti yang lain baik karena kegaiban/ ketiadaan yang digantikannya, ada kalanya karena kematian, kelemahan, atau karena kemuliaan yang digantikannya. Pada makna yang terakhir inilah digunakan pengertian Allah mengangkat wali-wali-Nya sebagai khalifah di bumi. Karena wali Allah berarti menggantikan posisi kemuliaan Allah di bumi ini. Banyak ayat Alquran yang membicarakan tentang kekhalifahan manusia di bumi. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya di bumi yang berarti menunjukkan keutamaan dan kemuliaan manusia. Manusia mendapatkan kemuliaan dari Allah menjadi khalifah-Nya di bumi ini untuk menjalankan tugas dan fungsi yang akan diberikan kepada mereka. Pernyataan tentang kekhalifahan manusia disebutkan dalam QS. al-Baqarah/2:30 Artinya:"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Ayat ini mengungkapkan dialog antara Allah dengan malaikat. Allah menegaskan kepada malaikat bahwa Ia akan menjadikan seorang khalifah di bumi ini. Penegasan itu menunjukkan bahwa Allah memberikan kehormatan dan kemuliaan kepada makhluk tersebut untuk menggantikan posisi kemulian-Nya. Malaikat yang menyadari status khalifah Allah yang akan diberikan kepada Adam, bertanya kepada Allah tentang penunjukkan itu. Apakah pantas manusia mendapatkan kehormatan tersebut? Sementara itu, menurut mereka, makhluk yang akan menjadi khalifah Allah itu adalah makhluk yang akan membuat keonaran, kerusakan terhadap bumi ini, sehingga mereka pantas disebut mufsidun (orang yang berbuat kerusakan). Selain itu, mereka akan melakukan penumpahan darah yaitu melakukan saling bunuh di antara sesamanya. Padahal, posisi khalifah Allah adalah posisi terhormat. Apakah posisi ini pantas diperoleh makhluk yang akan melakukan hal demikian? Sedangkan malaikat, sebagai makhluk Allah yang terlebih dahulu diciptakan telah menunjukkan ketundukan, kepatuhan dan pengabdiannya kepada Allah, dan senantiasa bertasbih dan bertahmid kepada-Nya. Dengan demikian, menurut malaikat, merekalah yang pantas untuk mendapatkan posisi tersebut di bumi ini. Mejawab pertanyaan malaikat Allah menegaskan bahwa Ia mengetahui apa yang tidak diketahui malaikat. Allah Yang Menciptakan seluruh makhluk dan Pemberi pengetahuan, tentu mengetahui apa tujuan dari penciptaan makhluk yang diciptakan-Nya. Hanya Allah yang mengetahui hikmah yang terdapat dibalik penciptaan-Nya. Malaikat, sekalipun senantiasa menyucikan dan memuji Allah, dan makhluk yang paling dekat dengan Allah, tidak mengetahui hikmah dari penciptaan, bila Allah tidak memberitahukannya. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya dalam pengertian menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapanNya. Allah mengangkat manusia sebagai khalifah bertujuan untuk menguji manusia dan memberinya penghormatan. Kekhalifahan merupakan wewenang yang diberikan Allah kepada Adam dan anak cucunya untuk direalisasikan di bumi ini. Dengan demikian, kekhalifahan mengharuskan makhluk yang diserahi tugas tersebut melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah. Seluruh perbuatan atau tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifahan. Menjadi khalifah Allah di bumi ini ternyata bukan tugas yang ringan atau main-main. Sebagai khalifah Allah di bumi yang akan menjalankan kehendak dan ketetapan-Nya, Adam –sebagai bapak manusiadibekali Allah dengan segala pengetahuan yang dibutuhkannya untuk menjalankan tugas tersebut. Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruh benda. Dengan demikian berarti Allah memberinya pengetahuan tentang nama-nama atau kata-kata yang digunakan untuk menunjuk benda-benda atau fungsi benda-benda tersebut. Dengan adanya pengetahuan tentang nama-nama benda dan fungsinya berarti Adam telah dipersiapkan untuk mampu melaksanakan amanah atau tugas yang diberikan Allah kepadanya yaitu sebagai khalifah Allah di bumi ini. Adanya pengetahuan tentang nama-nama benda, menunjukkan bahwa Adam telah diberi potensi untuk mampu berbahasa. Kemampuan berbahasa atau bertutur kata merupakan potensi yang diberikan kepada manusia untuk dapat berkomunikasi yang nantinya dapat mengembangkan pengetahuan melalui komunikasi yang terjadi di antara mereka. Kekhalifahan bukanlah sebuah hadiah yang diperoleh untuk bersenang-senang. Kekhalifahan merupakan tugas yang harus dijalankan dengan baik dan pada akhirnya akan diminta pertanggungjawabannya. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan dalam sebuah hadis yaitu setiap orang merupakan pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban terhadap kepemimpinan yang dijalankannya. (Hadis riwayat Bukhari no. 844). Pengangkatan khalifah sangat terkait juga dengan pemberian Allah terhadap sebagian manusia melalui wahyu sebagai syari’at. Khalifahini juga mencakup seluruh manusia yang mempunyai kemampuan berfikir yang luar biasa, sekalipun tidak mengerti secara pasti rahasia khalifah, termasuk tidak mengetahui secara pasti prosesnya. Dengan kemampuan akal manusia dapat mengelola alam semesta ini secara bebas, dan dapat mengolah segala sesuatu yang ada pada alam ini menjadi bernilai dan bermanfaat. Pada diri manusia sudah tersedia unsur pasilitas untukbisa melaksanakan tugas secara sempurna, dibidang ilmu pengetahuan lebih jauh jangkauannya dari makhluk lain termasuk Malaikat. Berdasarkan inilah manusia lebih diutamakan menjadi khalifah Allah dari pada Malaikat.Allah telah mengajari Adam berbagai namamakhluk yang telah diciptakan-Nya, kemudian Allah memberinya petunjuk untuk mengetahui nama-nama tersebut, juga diberi keistimewaan-keistimewaan. Dalam penuturan Adam kepada para Malaikat terkandung tujuan untuk memuliakan kedudukan Adam dengan mengangkatnya sebagai khalifah. Sekaligus menunjukan bahwa Allah hanya menganugerahkan ilmu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Perintah Allah kepada Adam menyebutkan nama-nama benda itu juga diharapkan kepada para malaikat yang sejak awal sudah menyatakan ketidak mampuannya. Ini merupakan isyarat bahwa Adam sudah menguasai pengetahuan, sehingga tidak perlu melalui ujian. Hal ini jug merupakan isyarat bahwa Adam sudah pantas dikedepankan dari makhluk lain dengan ilmu yang dikuasainya. Ia sudah dapat untuk dijadikan anutan atau pemimpin yang dapat memberikan kenyamanan. Hal ini juga merupakan penghargaan terhadap diri Adam berkat pengetahuan yang dikuasainya.Allah menciptakan khalifah di bumi bukan untuk hal sia-sia. Aku kata Allah mengetahui perkataan kalian yang tersembunyi; “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya”. Dan apa yang terpendam di dalam diri kalian. Pengertian yang mengatakan; “Bahwa Allah tidak akan menciptakan makhluk lain yang lebih mulia dibandingkan (malaikat), yang hanya (malaikat) yang berhak menjadi khalifah di bumi”.Kandungan ayat diatas menunjukan keutamaan manusia, lebih dari makhluk lainnya. Sekaligus menunjukan keutamaan ilmu dibanding masalah ibadah. Karena para malaikat lebih banyakmelakukan ibadah dibandingkan Adam, sekalipun mereka bukan ahli dalam memegang tampuk kekhalifahan, bahkan ilmu pengetahuan merupakan pendukung yang penting bagi berdirinya kekhalifahan itu sendiri. Dalam hal ini, Adam mempunyai keahlian lebih baik dibandingkan makhluk lain, karena Adam lebih memungkinkan menguasai ilmu pengetahuan. Dalam masalah pengangkatan Adam sebagai khalifah di bumi terkandung makna yang luhur, yang hikmah lahiriyahnya samar-samar bagi malaikat. Jika para malaikat itu diberi wewenangsebagai khalifah di bumi, jelas mereka tidak akan mampu mengetahui rahasia-rahasia alam. Disamping itu, para malaikat tidak mempunyai kebutuhan terhadap bumi ini, karena asal kejadian para malaikat dengan kejadian manusia berlainan. Mereka tidak akan mengetahui bahwa bumi ini bisa ditanami dengan tumbuh-tumbuhan, dan mereka tidak akan mengetahui bahwa di dalam perut bumi terdapat aneka ragam logam, bahkan mereka tidak mengetahui bagaimana cara mengeluarkan logam dan barang tambang lainnya dalam perut bumi tersebut. Mereka pun tidak akan mengetahui susunan kimia bumi dan tabiat alam. Mereka tidak akan mengetahui masalah antropologi, ilmu kedokteran. Jelasnya Malaikat tersebut tidak akan dapat menguasai ilmu pengetahuan seperti manusia, yang memiliki keinginan, semangat dan ketekunan untuk menguasai dan mengembangkannya. Sejarah telah mencatat bahwa pemikir telah berusaha menjelaskan hakikat manusia, melalui metoda berfikir filosofis untuk menyelidiki hakikat keberadaan manusia. Terkait dengan keberadaan manusia ini, dikenal dengan istilah eksistensi. Filsafat eksistensi bukanlah pengganti agama, tetapi ia bermula dari pemikiran filosofis untuk mengajak manusia menjadi dirinya sendiri. Manusia mampu mencapai derjatnya ketika manusia memiliki kebebasan, kebebasan manusia dapat dicapai, ketika manusia percaya pada dirinya sendiri. Untuk mendalami dan memahami dirinya, manusia perlu adanya kajian secara filosofis. Kajian disini bukan sebatas pada kepercayaan terhadap diri manusia saja, tetapi juga mencari penjelasan untuk apa manusia itu ada di bumi ini.Filosuf-filosuf modern menegaskan bahwa manusia menjadi ukuran bagi dirinya sendiri dan ukuran dari segala hal, karena itu tidak ada yang lebih bermakna dari manusia itu sendiri, manusia bernilai karena manusianya (Russel, 1972, hal. 491-498). Pertanyaan tentang manusia ini masih tetap relevan diangkat hingga sekarang, apalagi dikaitkan dengan eksistensinya, semakin menjadi pertannyaan penting dan relevan masa kini. Munculnya pertannyaan manusia terus menerus menandakan bahwa persoalan itu penting untuk diteliti. Untuk menggali makna hidup, dan eksistensi manusia ditempatkan pada alam semesta ini, agar mendapatkan penjelasan yang mendalam dan lebih luas, di rasa perlu diadakan penelitan. Penelitian ini diberi judul “Konsep Khalifah fil Ardhi dalam Perspektif Filsafat (Kajian Eksistensi Manusia sebagai khalifah). Muhammad Baqir dalam bukunya, Al-Sunan Al-Tarikhiyah fi al-Qur’an, yang antara lain mengupas ayat 30 surat Al-Baqarah dengan menggunakan metoda tematik, mengemukakan bahwa kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling berkaitan. Kemudian menentukan arti kekhalifahan dalam pandangan Al-Qur’an. Ketiga unsur tersebut adalah: a.Manusia, dalam hal ini dinamai khalifah. b.Alam raya, yang disebut oleh ayat Al-Baqarah sebagai ardh. c.Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia(Shihab, 1993, hal. 158). Pengangkatan Daud dan semua khalifah yang terlibat dengan masyarakat, dituntut untuk memperhatikan kehendak masyarakat (umat), karena ketika itu mereka termasuk sebagai mustakhlif.Supaya tidak dikhawatirkan adanya perlakuan sewenang-wenang dari khalifah yang diangkat Allah, selama mereka benar-benar menyadari arti kekhalifahannya. Allah sendiri memerintahkankepada khalifah-Nya untuk selalu bermusyawarah dalam segala urusan dan berlaku adil terhadap umat manusia. Khalifahdi sini, adalah bentuk tugas dan tanggung jawab yang akan diberikan kepada makhluk sebelumnya, dan dapat juga diartikan sebagai pengganti Allah untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap umat manusia (Al-Maraghi, 1986, hal. 129).. Adam as. adalah manusia pertama yang direncanakan Allah untuk memimpin, menata dan mengelola alam semesta sebagai tempat manusia berkeluarga dan berketurunan. Adam dibekali Allah ilmu dan petunjuk, Ia diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola alam semesta, tanggung jawab yang diberikan Allah kepada Adam as. ini berfungsi sebagai khalifah di bumi, fungsi ini dapat merupakan nikmat dan bisa juga merupakan ujian terhadap tugas yang diberikan kepada Adam sebagai khalifah. Sebagai khalifahAdam bertanggung jawab terhadap pengelolaan alam semesta, penataan, pengolahan dan pemafaatan segala yang ada di bumi sebagai pelestariannya, untuk kelanjutan kehidupan anak cucunya nanti. Kekhalifahan yang di emban Adam dan anak cucunya di bumi sebagai manusia yang diserahi pengelolaannya akan dipertanggung jawapan kepada Allah sebagai pencipta dan pemberi tugas di bumi ini.Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan manusia antara sesamanya, bukanlah merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukan, tetapi hubungan bersamaan dengan ketundukan kepada Allah. Walaupun manusia mampu mengelola (menguasai), namun hal tersebut bukan akibat kekuatan yang dimilikinya, melainkan akibat Tuhan menundukannya untuk manusia. Hal ini tergambar dalam surat Ibrahim ayat 32 yang menjelaskan; “Allah lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rizki untukmu; dan Dia lah menundukan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukan (pula) bagimu sungai-sungai”. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam sesuai dengan petunjuk-petunjuk Allah yang tertera dalam Al-Qur’an. Prinsip pokok yang merupakan landasan interaksi antara sesama manusia dan keharmonisan hubungan itu pulalah yang menjadi tujuan dari segala etika agama. Keharmonisan hubungan inilah yang mengasilkan etika its’ar, sehingga etika agama tidak mengenal prinsip boleh melakukan apa saja selama tidak melanggar hak orang lain, dan mempersilakan mendahulukan pihak lain dari diri sendiri walau diri sendiri membutuhkan. Semua itu harus ditemukan kandungannya oleh manusia sambil memperhatikan perkembangan dan situasi lingkungannya. Dapat juga dikemukakan bahwa hanya kemampuan (kekuatan) seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, dan dari keistimewaan inilah lahirnya sifat terpuji. Sifat terpuji ini ditunjukan oleh kesabaran dan ketabahan yang sudah menjadi akhlak terpuji (beretika). Ia menjadi kekuatan sesorang dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin bagi dirinya dan pemimpin bagi orang lain atau masyarakat lingkungkungannya, bahkan menjadi seorang khalifah.Semakin baik interaksi manusia dengan manusia, interaksi manusia dengan alam, interaksi manusia dengan Tuhan, pasti semakin banyak yang dapat dimanfa’atkan di bumi ini. Karena manusia saling membantu dan bekerja sama, dan Tuhan akan menolong mereka, seperti yang dijelaskan dalam surat Jin ayat 16 yang artinya: “Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam) benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak)”. Ada dua dari hukumhukum kemasyarakatan (kekhalifahan) dari sekian banyak hukum kemasyarakatan yang dikemukakan Al-Qur’an sebagai petunjuk pelaksaan fungsi kekhalifahandan menjadi etika dan keharmonisan dalam membangun bumi ini. Hal seperti inilah yang ingin dibangun dalam masyarakat religius yang Islami. Sebagaimana yang digambarkan oleh Al-Qur’an surat Al-Fath ayat 29. menjelaskan; “.... sebagai tanaman yang tumbuh berkembang sehingga mengeluarkan tunas menjadikan tanaman tersebut kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokokn ya...”. Bagi Daud sebagai seorang khalifah melaksanakan keputusan yang adil saja dan tidak mengikuti hawa nafsu, belumlah cukup. Tetapi ia harus mampu juga untuk merealisasikan kandungan permintaan kedua orang yang berselih itu, yakni Wa ihdina ila sawa’ al-shirath. Dalam penjelasan ayat ini ada kaitannya dengan sifat-sifat terpuji seorang khalifah, akan bertambah jelas jika dikaitkan dengan ayat-ayat yang menjelaskan tentang Imam/a’immah, yang ada kaitanya dengan pemimpin-pemimpin yang menjadi tauladan dalam kebaikan. Kata a’immah terdapat dalam lima ayat Al-Qur’an, dua diantaranya dalam konteks pembicaraan tentang pemimpin-pemimpin yang ditauladani oleh orang-orang kafir, yakni At-Taubah ayat 9, dal Al-Qashash ayat 4. Sedangkan tiga lainnya berkaitan dengan pemimpin-pemimpin yang terpuji”. sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin-pemimpin yang terpuji, yaitu: a. Yahduna bi amrina b. Wa awhayna ilayhim fi’la al-khayrat. c. ‘Abidin (termasuk Iqam Al-Al-shalat dan Ita’ al Zakat). d. Yuqinyn. e. Shabaru Eksistensi manusia sebagai khalifah dapat menjalankan fungsinya sebagai penerima amanah dalam mengelola, menata, dan memanfaatan segala yang ada di alam ini untuk untuk kepentingan manusia, menjaga dari kerusakan dan kehancuran. Terhadap sesama manusia khalifah dapat memimpin manusia lain menuju kehidupan yang adil, makmur dan sejahtera, serta menuju kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Eksistensi manusia sebagai khlaifah menjadi tauladan bagi umat manusia. Dalam bentuk lain eksistensi manusia sebagai khalifah merupakan bentuk pengabdian kepada Allah. Seorang khalifah memiliki sifat-sifat: Yahduna bi amrina; wa awhayna ilayhim fi’la al-khayra; ‘abidin (termasuk Iqam Al-Al-shalat dan Ita’ al Zakat); yaqiny; shabaru. Sifat ‘al-shabru’menjadi konsedran dalam menjadikan seorang pada khalifah, ia menjadikan sifat yang amat mendasar dari seorang khalifah, sifat yang lainnya menggambarkan sifat mental diperagakan dalam kenyataan. DAFTAR PUSTAKA Mardliyah, W., Sunardi, S., & Agung, L. (2018). Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi: Perspektif Ekologis dalam Ajaran Islam. Jurnal Penelitian, 12(2), 355-378. Hafsin, Abu. 2007. Islam dan Humanisme: Akulturasi Humanisme Islam di Tengah Krisis Humanisme Universal. Yogyakarta : IAIN Walisongo dengan Pustaka Pelajar Usmani, Ahmad Rofi’. 2016. Jejak-jejak Islam. Yogyakarta : Bunyan. Mufid, Sofyan Anwar. 2010. Ekologi Manusia. Bandung : Remaja Roesdakarya. Rahmat, Aibdi. 2014. “Manusia Sebagai Khalifah Allah” https://analisadaily.com/berita/arsip/2014/5/23/31871/manusia-sebagai-khalifah-allah/ Zulhelmi, Z. (2018). Konsep Khalifah Fil Ardhi dalam Perspektif Filsafat (Kajian Eksistensi Manusia sebagai Khalifah). Intizar, 24(1), 37-54. MATERI KE 10: MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ALL-QUR’AN DAN HADITS Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Hadits penting kiranya mengkaji manusia dan segala yang terkait dalam sumber ajaran Islam yaitu alQur’an dan hadis dengan menggunakan metode tematik sehingga akan menjadi jelas posisi manusia, proses penciptaannyadan sifat-sifatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia diartikan sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Namun selaku umat Islam yang menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai sumber ajaran perlu mengkaji dan meneliti apa dan bagaimana manusia dalam gambaran keduanya dengan pendekatan istilah yang digunakan untuk manusia.Menurut M. Dawam Raharjo istilah manusia yang diungkapkan dalam al-Qur’an yaitu basyar, insan, unas, ins, ‘imru’ atau yang mengandung pengertian perempuan seperti imra’ah, nisa’ atau niswah atau dalam ciri personalitas, seperti al-atqa, al-abrar, atau ulu alalbab, juga sebagai bagian kelompok sosial seperti al-asyqa, zu al-qurba, al-du‘afa atau almustad‘afin yang semuanya mengandung petunjuk sebagai manusia dalam hakekatnya dan manusia dalam bentuk kongkrit. Meskipun demikian untuk memahami secara mendasar dan pada umumnya ada tiga kata yang sering digunakan al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan dengan segala modelnya, yaitu ins, al-nas, unas atau insan, dan kata basyar serta kata bani Adam atau zurriyat Adam. 1 . Al-Basyar Dalam al-Qur’an, kata al-basyar, baik dalam bentuk mufradatau tasniyah berulang sebanyak 37 kali dan tersebar dalam 26 surat.Satu kali dalam bentuk tasniyah dan 36 dalam bentuk mufrad. Dari 37 kali kata al-basyarberulang dalam al-Qur’an, hanya 4 kali disebutkan dalam surah-surah Madaniyah, yaitu pada Q.S. Ali ‘Imran/3: 47, 79, Q.S. al-Maidah/5: 18 dan Q.S. al-Tagabun/64: 6. Sedangkan 33 kali disebutkan dalamsurah-surah Madaniyah. Secara etimologi al-basyaryang terdiri dari ba-sya-rabermakna sesuatu yang tampak dengan baik dan indah.Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang pada umumnya berarti menampakkan sesuatu dengan baik dan indah. Dari kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamakan basyarah karena kulitnya tampak jelas dan berbeda di banding dengan kulit hewan lainnya. Penamaanal-basyar dengan kulit menunjukkan makna bahwa secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya, dibanding rambut atau bulunya. Pada aspek ini,terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih didominasi bulu atau rambut.Dengan demikian, kata basyar dalam al-Qur’an secara khusus merujuk kepada tubuh dan lahiriah manusia. Al-Basyar, juga dapat diartikan mulasamah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. Makna etimologi dapat dipahami adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Penunjukan kata al-basyar ditujukan Allah kepada seluruhmanusia tanpa terkecuali, termasuk eksistensi Nabi dan Rasul. kata basyar dikaitkan dengan kedewasaan di dalam kehidupan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab. penelitian manusia dengan menggunakan kata basyar merujuk pada mahkluk fisik atau biologis yang suka makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang menyebut pengertian basyar mencakup anak keturunan Adam secara keseluruhan. Al-Basyar mengandung pengertian bahwa manusia akan berketurunan yaitu mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa berupaya untuk memenuhi semua kebutuhan biologisnya, memerlukan ruang dan waktu, serta tunduk terhadap hukum sunnatullah. Semuanya itu merupakan konsekuensi logis dari proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, Allah swt. memberikan kebebasan dan kekuatan kepada manusia sesuai dengan batas kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola dan memanfaatkan alam semesta, sebagai salah satu tugas kekhalifahannya di muka bumi. 2 . Al- Insan Kata al-insan dalam al-Qur’an digunakan sebanyak 61 kali. Secara etimologi, ula`ma berbeda pendapat tentang asal katanya. Sebagian mengatakan bahwa al-insan berasal dari akar nawasa yang berarti bergerak, ada juga yang mengatakan berasal dari kata anasa yang berarti jinak, dan ada juga yang berkata dari kata nasiyayang berarti lupa. Penamaan manusia dengan kata al-insan yang berasal dari kata al-uns, dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi, al-insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Menurut M. Quraish Shihab, manusia dalam al-Qur’an disebut dengan al-insan yang terambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak. Pendapat ini jika ditinjau dari sudut pandang al-Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (yang berarti lupa), atau nasayansu (yang berarti bergoncang). Kata insan digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan kepada manusia dengan seluruh totalitas, jiwa dan raga. Manusia berbeda antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasannya. Dengan kata lain, al-insan digunakan alQur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Kata al-insan juga digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses kejadian manusia sesudah Adam. Kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam di dalam rahim. Q.S. al-Nahl/16: 78; Q.S. al-Mu’minun/23: 12-14. Menurut ‘Aisyah bint al-Syati’, bahwa term al-insan yang terdapat dalam Al-Qur’an menunjukkan kepada ketinggian derajat manusia yang membuatnya layak menjadi khalifah di bumi dan mampu memikul beban berat dan aktif (tugas keagamaan) dan amanah kehidupan. Hanya manusialah yang dibekali keistimewaan ilmu (punya ilmu pengetahuan), al-bayan (pandai bicara), al-‘aql (mampu berpikir), al-tamyiz (mampu menerapkan dan mengambil keputusan) sehingga siap menghadapi ujian, memilih yang baik, mengatasi kesesatan dan berbagai persoalan hidup yang mengakibatkankedudukan dan derajatnya lebih dari derajat dan martabat berbagai organisme dan makhluk-makhluk lainnya. 3 . Al- Ins Kata al-ins dalam al-Qur’an digunakan sebanyak 18 kali dan selalu ditandemkan dengan kataaljinn atau jann. Jika merujuk penggunaan al-Qur’an terhadap kata al-ins maka yang dimaksudkan adalah jenis makhluk sehingga diperhadapkan dengan jenis Jin. Dalam Q.S. al-An‘am/6: 130. Secara etimologi, kata al-ins berasal dari kata a-na-sa yang berarti sesuatu yang tampak dan setiap sesuatu yang menyalahi cara liar. Namun, jika diperhatikan bahwa al-Qur’an senantiasa menandemkan dengan kata al-jinyang berarti tertutup, maka makna yang paling ideal untuk makna al-insadalah sesuatu yang tampak.Sementara pembahasan tentang al-insterkait dengan perintah Allah terhadap mereka untuk melaksanakan ibadah kepada Allah. Dalam Q.S. al-Z|ariyat/51: 56. Al-Ins diperintahkan untuk beribadah kepada Allah swt., karena potensi untuk membangkang sangat besar, bahkan al-Qur’an mengungkapkan bahwa Allah swt. menjadikan al-insdan al-jinn sebagai musuh setiap nabi, seperti yang terekam dalam Q.S. al-An‘am/6: 112. Kata al-ins juga biasa digunakan untuk menujuk kelompok makhluk sebagaimana dalam Q.S. al-A‘raf/7: 38. Dengan demikian, kata al-ins digunakan oleh Allah swt. jika ingin menjelaskan tentang jenis makhluk yang diberi taklifsehingga dominan kata al-insdigunakan pada makna-makna yang bersifat negative, meskipun ada beberapa ayat yang tidak terkait dengan positif dan negatif. Hal tersebut dapat dipahami karena potensi yang ada pada al-ins danal-jinn untuk menyeleweng dari tujuan penciptaan sangat besar. 4 . Al- Nas Kata al-nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat. Kata alnas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dan sosial. Secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya. Kata al-nas dipakaial-Qur’an untuk menyatakan adanya sekelompok orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan (aktivitas) untuk mengembangkan kehidupannya. Dalam menunjuk makna manusia, kata al-naslebih bersifat umum bila dibandingkan dengan kata al-insan. Keumumannya tersebut dapat dilihat dari penekanan makna yang dikandungnya. Kata al-nasmenunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah dan pengisi neraka bersama iblis. Hal ini terlihat pada firman Allah Q.S. al-Baqarah/2: 24. Manusia merupakan satu hakekat yang mempunyai dua dimensi,yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Itulah Tuhan yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Dialah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya,dan memulai menciptakan manusia dari segumpal tanah, dan Dia ciptakan keturunannya dari jenis saripati berupa air yang hina, lalu Dia sempurnakan penciptaannya, kemudian Dia tiupkan ke dalam tubuhnya ruh (ciptaan) Nya, dan Dia ciptakan bagimu pendengaran,penglihatan dan hati, namun kamu sedikit sekali bersyukur dalam Q.S. alSajadah/32: 6-9. 5 . Bani Adam Dalam al-Qur’an, kata bani Adam berulang sebanyak 7 kali, sekali dengan meggunakan ibnaiAdam (dalam bentuk tasniyah/dua) dan sekali dengan menggunakan zurriyah. Penggunaan kata ibnai Adam dalam al-Qur’an ditujukan langsung terhadap anak kandung Adam as. yang diabadikan dalam Q.S. al-Maidah/5: 27-31 yang bercerita tentang dua saudara kembar Habil dan Qabil. Secara harfiah, lafal bani merupakan bentul flural dari lafal ibn, sedangkan asal katanya adalah banawayang bermakna sesuatu yang keluar dari sesuatu yang lain, seperti anak manusia atau anak lain.40Bani bisa juga dikaitkan dengan makna membangun. Oleh karena itu, ibn bisa bermakna bangunan karena ia merupakan bangunan bapak dan menjadi penyebab keberadaannya. Dari kedua makna tersebut, bani dapat diartikan sebagai makhluk yang lahir dari sperma seorang yang sejenis dengannya. Jika dikaitkan dengan lafal Adam, maka yang dimaksud dengan bani Adam adalah anak-anak yang dilahirkan dari Adam dan dari anak-anak Adam dan seterusnya, sehingga dapat dikatakan bani Adam adalah keturunan Adam as. Sementara 7 lafal bani Adam dapat dikelompokan dalam dua bagian besar, yakni lafal yang diawali dengan ya nida’/seruan dan bani Adamyang tidak diawali dengan ya nida’. Bani Adamyang tidak diawali dengan ya nida’berulang 2 kali. Pertama, ayat yang berbicara tentang janji dan persaksian setiap keturunan Adam dalam kandungan tentang hanya Allah yang menjadi Tuhan yang berhak disembah sebagaimana dalam Q.S. al-A‘raf/7: 172. Kedua, ayat yang berbicara tentang kemulyaan anak keturunan Adam dengan segala fasilitas yang disediakan di muka bumi, seperti dalam Q.S. al-Isra’/17: 70. Sementara bani Adam yang diawali dengan yanida’ dapat dikelompokan dalam tiga bagian besar. Bagian pertama, 2 ayat berbicara tentang kewaspadaan terhadap setanyang menjadi musuh Adam as. Kewaspadan dalam bentuk tidak menjadikannya sebagai sesembahan, seperti dalam Q.S. Yasin/36: 60. Dengan demikian, makna manusia dalam istilah al-basyar, al-insan, al-Ins, al-nas dan bani Adam mencerminkan karakteristik dan kesempurnaan penciptaan Allah terhadap makhluk manusia, bukan saja sebagai makhluk biologis dan psikologis melainkan juga sebagai makhluk religius, makhluk sosial dan makhluk bermoral serta makhluk kulturalyang kesemuanya mencerminkan kelebihan dan kemuliaan manusia daripada makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Oleh karena itu, manusia senantiasa diingatkan dengan apa yang menimpa dan dialami oleh nenek moyang mereka, baik terkait dengan musuhnya maupun terkait dengan pakaiannya. Proses penciptaan manusia Dalam al-Qur’an dan hadis, penciptaan manusia setidaknya ada 3 macam. Pertama penciptaan Adam as atau manusia pertama. Kedua penciptaan Hawa’ atau manusia kedua dan ketiga penciptaan anak cucu Adam atau melalui reproduksi.Ketika berbicara tentang penciptaan manusia pertama, al-Qur’an menunjuk kepada sang pencipta dengan menggunakan kata mufrad(tunggal) dalam QS. Sad/38: 71. Hal ini menunjukkan ada perbedaan proses kejadian manusia secara umum dengan proses kejadian Adam as. Penciptaan manusia secara umum melalui proses keterlibatan Allah bersama yang lain yaitu bapak-ibu sehingga Allah menggunakan kata jam‘, sedangkan dalam penciptaan Adam, Allah tidak melibatkan orang lain, sebab itulah Allah menggunakan kata mufradsebagaiman yang tertera dalam dua ayat di atas. Betapa pun banyaknya istilah yang digunakan al-Qur’an dalam proses penciptaan manusia pertama tetapi antara satu ayat dengan ayat lain tidak pernah saling bertentangan bahkan perbedaan itu akan mengantar pada pemahaman bahwa dalam penciptaan manusia pertama (Adam as.) melalui beberapa proses. Sementara dalam hadis, Nabi saw. hanya menjelaskan bahwa manusia tercipta dari segenggam tanah yang terambil dari semua unsur-unsur tanah sehingga berpotensi pada perbedaan warna kulit dan prilakunya. Adam tercipta dari segenggam tanah yang diambil dari semua unsur-unsur tanah, sehingga anak cucunya berpotensi untuk berbeda warna dan tabiat atau wataknya sesuai dengan pengaruh tanah yang dominan dalam diri manusia melalui makanan yang dimakannya. Oleh karena itu,warna asli dari kulit manusia adalah merah, putih dan hitam, sedangkan warna di luar itu merupakan hasil persilangan dari ketiga warna tersebut. Sedangkan keempat kata terakhir yang menggambarkan tentang watak, tabiat atau karakter anak cucu Adam as. Menurut al-Tibi maksud dari al-sahl adalah manusia yang mempunyai watak lemah lembut, sedangkan al-khazn sebaliknya yakni bengis, kejam dan bodoh. Sementara al-tayyib sebagai gambaran tentang manusia yang berguna dan bermanfaat karena dari tanah yang subur dan al-khabissebagai gambaran dari manusia yang tidak berguna karena dari tanah yang gersang. Dalam al-Qur’an, proses penciptaan Adam as. jauh lebih jelas dibandingkan hadis, di mana alQur’an menggunakan istilah-istilah yang berbeda, meskipun semuanya menunjuk pada tanah, mulai dari kata turab, tin, hama’in masnun dan salsal. Dengan demikian, manusia sudah pasti tercipta dari tanah. Ia adalah putra bumi yang semua kebutuhannya berasal dari bumi, berkembang juga di tanah mulai dari masa bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa bahkan sampai ia mati manusia tidak pernah berpisah dari tanah karena memang dia berasal dari tanah. Bahkan tak satupun unsur dalam jasad manusia yang tidak memiliki persamaan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam bumi mulai zat besi, zat gula dan sebagainya kecuali rahasia yang sangat halus yaitu ruh ciptaan Tuhan. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa manusia merupakan kesatuan dari dua unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena adanya unsur tanah maka ia dipengaruhi oleh kekuatan alam, sama halnya dengan makhluk-makhluk hidup di bumi lainnya. Ia butuh makan, minum, hubungan perkawinan dan lain-lainnya. Sedangkan unsur ruh menjadikan manusia meningkat dari dimensi kebutuhan tanah menuju dimensi kebutuhan ilahi walau ia tidak dapat melepaskan diri dari tanah karena tanah merupakan subtansi kejadiannya. Ruh juga memiliki kebutuhan-kebutuhan agar dapat terus menghiasi manusia. Dengan ruh, manusia diantar menuju tujuan non materi yang tidak dapat dikenal oleh alam materi. Meningkatnya manusia dari alam materi ke alam fikir dan ruh merupakan langkah yang tidak mungkin terlaksana melalui evolusi material akan tetapi melalui kekuatan yang maha dahsyat yaitu Sang pencipta. Dimensi ruhaniyah itulah yang mengantar manusia cenderung kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan, peribadatan dan lain-lain sebagainya. manusia pertama diciptakan dari tanah dan tidak mengalami evolusi dalam artian perubahan dari kera seperti yang diyakini oleh Charles Darwin cs. dengan adanya penemuan fosil-fosil purba yang hidup ratusan ribu tahun yang silam. Hal tersebut diperkuat oleh hadis Nabi saw. yang mengindikasikan penolakan terhadap evolusi manusia melalui sabdanya. tanggungjawab terpenting bagi manusia adalah ibadah kepada Allah. Peran khilafah dan isti‟mar harus diniati dan berrtujuan untuk ibadah kepada Allah. Dalam melakukan khilafah, kita tidak akan lepas dari isti‟mar. Demikian juga jika kita sudah melakukan isti‟mar, berarti kita telah melakukan khilafah. Dalam kaitannya dengan tanggungjawab ibadah, kita dituntut untuk memiliki keshalihan spiritual. Dalam kaitannya dengan tanggungjawab khilafah dan isti‟mar, kita dituntut untuk memiliki keshalihan sosial, keshalihan akademik, keshalihan institusional yang di dalamnya juga meliputi keshalihan managerial. Allah memberikan tanggungjawab ini hanya kepada manusia, tidak kepada makhluk lainnya. Tanggungjawab ini, pernah diminta oleh Malaikat kepada Allah. Tetapi Allah tidak memberikannya. Disebutkan dalam Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 30. Ketika Allah menyampaikan kepada Malaikat bahwa akan menjadikan manusia khalifah di muka bumi, maka Malaikat memprotes karena Malaikatlah yang banyak bertasbih dan mensucikan Allah. Dan manusia dikhawatirkan akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Tapi Allah menjawab bahwa Allahlah yang mengetahui hal tersebut.Pengertian khalifah adalah tanggungjawab manusia dalam kaitannya dengan menegakkan kebenaran dan keadilan serta berprilaku dengan akhlak Allah Ta‟ala dengan kapasitas manusiawi. Ada yang berpendapat bahwa kata khalifah dalam ayat tadi berbentuk mufrad. Ini berarti yang dimaksud khalifah adalah Adam saja. Ada juga yang berpendapat, yang disebut khalifah adalah masing-masing manusia. dapat dipahami bahwa bukti adanya hari kebangkitan adalah: 1.Proses penciptaan manusia 2.Pertumbuhan dan perkembangan manusia dari lahir sampaimati 3.Penciptaan tumbuh-tumbuhan Setelah Allah memerintahkan untuk ibadah, maka Allah menyebutkan 4 macam tanda adanya Allah dan kekuasan Allah yaitu: menciptakan manusia, menciptakan langit dengan 7 lapis, menurunkan air hujan dan menciptakan bermacam-macam hewan yang memiliki manfaat tersendiri. Allah menunjukkan beberapa bukti adanya hari kebangkitan pada orang-orang yang meragukannya sebagai berikut: 1.Oleh karena Allah kuasa menciptakan asal proses kejadian manusia, maka pasti mampu mengembalikan proses kejadian tersebut di hari kebangkitan nanti. 2.Oleh karena Allah kuasa menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada (dalam kandungan dan di dunia) kemudian ditiadakan (mati), maka Allah pasti mampu membangkitkannya kembali (menjadi ada kembali) 3.Oleh karena Allah mampu menciptakan pertumbuhan dan perkembangan manusia dari anakanak, dewasa, tua bahkan pikun (seperti anak-anak kembali), maka Allah pasti mampu membangkitkannya kembali. 4.Oleh karena Allah mampu menciptakan bumi dari kering menjadi hidup dan subur, maka Allah pasti mampu membangkitkan manusia kembali DAFTAR PUSTAKA Gaffar, A. (2016). Manusia dalam Perspektif al-Qur’an. Dawam Raharjo, Pandangan al-Qur’an Tentang Manusia Dalam Pendidikan Dan Perspektif alQur’an (Yogyakarta : LPPI, 1999), h. 18. Rif’at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia Menurut al-Qur’an dalam Metodologi Psikologi Islami, Ed. Rendra (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000), h. 5. Aisyah bintal-Syati’, Manusia dalam Perspektif al-Qur’an,terj. Ali Zawawi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), h. 1-2. MATERI KE 11: MANUSIA DALAM PESPEKTIF PSIKOLOGI Manusia dalam Perspektif Psikologi Banyak teori teori komunikasi yang dilatar belakangi konsep-konsep psikologi tentang manusia. Teori komunikasi dipengaruhi oleh psikologi humanistik yang menyatakan manusia sebagai pelaku aktif dalam interaksi dengan lingkungannya (Homo Ludens). Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berperan sebagai subjek maupun objek. Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat menarik. Manusia berperan sebagai subjek dalam melaksanakan tindakan atau tingkah laku dalam lingkungannya selain itu manusia juga bisa memikirkan dirinya sebagai objek pikiran dan renungan. Konsep manusia menurut aliran psikologi modern: 1. Psikologi analisis yaitu suatu aliran psikologi yang dipelopori Sigmund Freud, berpandangan bahwa manusia adalah makhluk yamg hidup atas bekerjanya dorongan-dorongan libido (id) dan memandang manusia sangat ditentukan oleh masa lalunya. Konsep semacam ini sangat mungkin mengandung pesimisme yang besar pada setiap upaya pengembangan diri manusia. 2. Psikologi Behaviorisme (aliran perilaku), yang dimotori B.F. Skinner, memandang bahwa pada dasarnya ketika dilahirkan manusia tidak membawa bakat apa-apa dan bahwa manusia sematamata melakukan respons (tanggapan) terhadap suatu rangsangan 3. Psikologi Humanistik yang dipandegani Abraham Maslow, berpandangan bahwa pada dasarnya manusia adalah baik dan bahwa potensi manusia adalah tidak terbatas. Pandangan ini sangat optimistik dan bahkan terlampau optimietik terhadap upaya pengembangan sumber daya manusia, sehingga manusia dipandang sebagai penentu tunggal yang mampu melakukan playgod (peran Tuhan). Karena tingginya kepercayaan terhadap manusia, maka sangat mungkin muncul sikap membiarkan terhadap perilaku apapun yag dilakukan oleh orang lain. 4. Psikologi Transpersonal (Transpersonal Psychology)Psikologi Transpersonal merupakan kelanjutan Psikologi Humanistik. Aliran ini disusun oleh S.I.Shapiro dan Denise H.Lajoie. Unsurunsur yang menjadi telaah Psikologi Transpersonal: potensi- potensi luhur (the highest potensials), yaitu transendensi diri, keruhanian, potensi luhur dan paripurna, pengalaman mistik, pengalaman spiritual dan sebagainya. Fenomena keadaan (states of consciousness) manusia adalah pengalaman seseorang melewati batas- batas kesadaran biasa. Misalnya memasuki alam- alam kebatinan, kesatuan mistik, komunikasi kebatinan, pengalaman meditasi dan sebagainya. Manusia adalah keyword yang harus dipahami terlebih dahulu bila kita ingin memahami pendidikan. Untuk itu perlu kiranya melihat secara lebih rinci tentang beberapa pandangan mengenai hakikat manusia: 1.Pandangan Humanistik Para humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan dari dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan berkembang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik. Mereka juga mengatakan selain adanya dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam hidupnya juga digerakkan oleh rasa tanggung jawab sosial dan keinginan mendapatkan sesuatu. Dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. 2. Pandangan Psikoanalitik Dalam pandangan psikoanalitik diyakini bahwa pada hakikatnya manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Hal ini menyebabkan tingkah laku seorang manusia diatur dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang memang ada dalam diri manusia. Terkait hal ini diri manusia tidak memegang kendali atau tidak menentukan atas nasibnya seseorang tapi tingkah laku seseorang itu semata-mata diarahkan untuk mememuaskan kebuTuhan dan insting biologisnya 3. Pandangan Behavioristik Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia sebagai makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari luar dirinya, yaitu lingkungannya. Lingkungan merupakan faktor dominan yang mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum belajar, seperti adanya teori conditioning atau teori pembiasaan dan keteladanan. Mereka juga meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena pengaruh lingkungan. Dari uraian di atas bisa diambil beberapa kesimpulan yaitu; a. Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya. b. Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu. c. Manusia pada hakikatnya dalam proses ‘menjadi’, dan terus berkembang. d. Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengendalikan dirinya dan mampu menentukan nasibnya sendiri. e. Dalam dinamika kehidupan individu selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membuat dunia menjadi lebih baik. f. Manusia merupakan suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan. Namun potensi itu bersifat terbatas. g. Manusia adalah makhluk Tuhan, yang yang kemungkinan menjadi ‘baik’ atau’buruk’. h. Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu merupakan kemampuan yang dipelajari. 4. Pandangan Martin Buber Martin Buber mengatakan bahwa pada hakikatnya manusia tidak bisa disebut ‘ini’ atau ‘itu’. Menurutnya manusia adalah sebuah eksistensi atau keberadaan yang memiliki potensi namun dibatasi oleh kesemestaan alam. Namun keterbatasan ini hanya bersifat faktual bukan esensial sehingga apa yang akan dilakukannya tidak dapat diprediksi. Dalam pandangan ini manusia berpotensi utuk menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’, tergantung kecenderungan mana yang lebih besar dalam diri manusia. Hal ini memungkinkan manusia yang ‘baik’ kadang-kadang juga melakukan ‘kesalahan’. Beberapa pendapat lain tentang hakikat manusia adalah: 1.Pandangan Organismik Pandangan organismik menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan (gestalt), yang lebih dari pada hanya penjumlahan dari bagian-bagian. Dalam pandangan ini dunia dianggap sebagai sistem yang hidup seperti halnya tumbuhan dan binatang. Organismik menyatakan bahwa pada hakikatnya manusia bersifat aktif, keuTuhan yang terorganisasi dan selalu berubah. Manusia menjadi sesuatu karena hasil dari apa yang dilakukannya sendiri, karena hasil mempelajari. Menurut penulis pandangan ini mengakui adanya kemampuan aktualisasi diri manusia melalui pengembangan potensi-potensi yang telah ada pada diri manusia. 2.Pandangan Mekanistik Dalam pandangan mekanistik semua benda yang ada di dunia ini termasuk makhluk hidup dipandang sebagai sebagai mesin, dan semua proses termasuk proses psikologi pada akhirnya dapat diredusir menjadi proses fisik dan kimiawi. Lock dan Hume, berdasarkan asumsi ini memandang manusia sebagai robot yang pasif yang digerakkan oleh daya dari luar dirinya. Menurut penulis pendapat ini seperti menafikan keberadaan potensi diri manusia sehingga manusia hanya bisa diaktivasi oleh kekuatan yang ada dari luar dirinya. 3.Pandangan Kontekstual Dalam pandangan kontekstual manusia hanya dapat dipahami dalam konteksnya. Manusia tidak independent, melainkan merupakan bagian dari lingkungannya. Manusia adalah individu yang aktif dan organisme sosial. Untuk bisa memahami manusia maka pandangan ini megharuskan mengenal perkembangan manusia secara utuh seperti memperhatihan gejala-gejala fisik, psikis, dan juga lingkungannya, serta peristiwa-peristiwa budaya dan historis. Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu dikenal dengan penjelasan ”nature” - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan ”nurture”. Penjelasan ”nature” dirumuskan oleh ilmuwan Inggris Charles Darwin pada abad kesembilan belas di mana dalam teorinya dikemukakan bahwa semua perilaku manusia merupakan serangkaian instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup. Mc Dougal sebagai seorang psikolog cenderung percaya bahwa seluruh perilaku sosial manusia didasarkan pada pandangan ini (instinktif). Namun banyak analis sosial yang tidak percaya bahwa instink merupakan sumber perilaku sosial. Misalnya William James, seorang psikolog percaya bahwa walau instink merupakan hal yang mempengaruhi perilaku sosial, namun penjelasan utama cenderung ke arah kebiasaan - yaitu pola perilaku yang diperoleh melalui pengulangan sepanjang kehidupan seseorang. Hal ini memunculkan ”nurture explanation”. Tokoh lain yang juga seorang psikolog sosial, John Dewey mengatakan bahwa perilaku kita tidak sekedar muncul berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah oleh lingkungan - ”situasi kita” - termasuk tentunya orang lain. Berbagai alternatif yang berkembang dari kedua pendekatan tersebut kemudian memunculkan berbagai perspektif dalam psikologi sosial - seperangkat asumsi dasar tentang hal paling penting yang bisa dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial. Ada empat perspektif, yaitu : perilaku (behavioral perspectives) , kognitif (cognitive perspectives), stuktural (structural perspectives), dan interaksionis (interactionist perspectives). Perspektif perilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para psikolog sosial yang berakar pada psikologi. Mereka sering menawarkan jawaban yang berbeda atas sebuah pertanyaan : ”Seberapa besar perhatian yang seharusnya diberikan oleh para psikolog sosial pada kegiatan mental dalam upayanya memahami perilaku sosial?”. Perspektif perilaku menekankan, bahwa untuk dapat lebih memahami perilaku seseorang, seyogianya kita mengabaikan informasi tentang apa yang dipikirkan oleh seseorang. Lebih baik kita memfokuskan pada perilaku seseorang yang dapat diuji oleh pengamatan kita sendiri. Dengan mempertimbangkan proses mental seseorang, kita tidak terbantu memahami perilaku orang tersebut, karena seringkali proses mental tidak reliabel untuk memprediksi perilaku. Misalnya tidak semua orang yang berpikiran negatif tentang sesuatu, akan juga berperilaku negatif. Orang yang bersikap negatif terhadap bangsa A misalnya, belum tentu dia tidak mau melakukan hubungan dengan bangsa A tersebut. Intinya pikiran, perasaan, sikap (proses mental) bukan sesuatu yang bisa menjelaskan perilaku seseorang. Sebaliknya, perspektif kognitif menekankan pada pandangan bahwa kita tidak bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka. Manusia tidak menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku mereka tergantung pada bagaimana mereka berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi untuk memperoleh informasi yang bisa dipercaya maka proses mental seseorang merupakan hal utama yang bisa menjelaskan perilaku sosial seseorang. Perspektif struktural dan interaksionis lebih sering digunakan oleh para psikolog sosial yang berasal dari disiplin sosiologi. Pertanyaan yang umumnya diajukan adalah : ” Sejauh mana kegiatan-kegiatan individual membentuk interaksi sosial ?”. Perspektif struktural menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik jika diketahui peran sosialnya. Hal ini terjadi karena perilaku seseorang merupakan reaksi terhadap harapan orang-orang lain. Seorang mahasiswa rajin belajar, karena masyarakat mengharapkan agar yang namanya mahasiswa senantiasa rajin belajar. Seorang ayah rajin bekerja mencari nafkah guna menghidupi keluarganya. Mengapa ? Karena masyarakat mengharapkan dia berperilaku seperti itu, jika tidak maka dia tidak pantas disebut sebagai ”seorang ayah”. Perspektif interaksionis lebih menekankan bahwa manusia merupakan agen yang aktif dalam menetapkan perilakunya sendiri, dan mereka yang membangun harapan-harapan sosial. Manusia bernegosiasi satu sama lainnya untuk membentuk interaksi dan harapannya. Untuk lebih jelas, di bawah ini diuraikan satu persatu keempat prespektif dalam psikologi sosial. 1. Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective) Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar pendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam itu, yang menurutnya bersifat ”mistik”, ”mentalistik”, dan ”subyektif”. Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang ”dapat diamati” (observable), yaitu pada ”apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang dilakukan (doings)”. Dalam hal ini pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey, karena keduanya percaya bahwa berperan dalam menyelaskan proses perilaku mental sosial. dan Para juga perilaku ”behaviorist” yang memasukan teramati perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan ”tanggapan” (responses), dan lingkungan ke dalam unit ”rangsangan” (stimuli). Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan ” seorang teman datang ”, lalu memunculkan tanggapan misalnya, ”tersenyum”. Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya bahwa rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan ”kotak hitam (black-box)” . Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak hitam tadi - srtuktur internal atau proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara langsung (not directly observable), bukanlah bidang kajian para behavioris tradisional. Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorisme melalui percobaan yang dinamakan ”operant behavior” dan ”reinforcement”. Yang dimaksud dengan ”operant condition” adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut. Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan menghasilkan senyuman yang datangnya dari orang lain tersebut. Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan ”operant behavior”. Yang dimaksud dengan ”reinforcement” adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu di masa datang . Misalnya, jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal sebelumnya), dan mereka tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan bahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing maka kita akan tersenyum. Perlu diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas merupakan penguat positif. Contoh penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing tersebut diam saja atau bahkan menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung tidak tersenyum (diam saja). Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan secara lebih mendalam mengapa fenomena sosial yang diutarakan dalam pendekatan perilaku bisa terjadi. Beberapa teori antara lain adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) dan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory). a) Teori Pembelajaran Sosial. Di tahun 1941, dua orang psikolog Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil percobaannya mengatakan bahwa peniruan (imitation) diantara manusia tidak disebabkan oleh unsur instink atau program biologis. Penelitian kedua orang tersebut mengindikasikan bahwa kita belajar (learn) meniru perilaku orang lain. Artinya peniruan tersebut merupakan hasil dari satu proses belajar, bukan bisa begitu saja karena instink. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan ”social learning ” - ”pembelajaran sosial”. Perilaku peniruan (imitative behavior) kita terjadi karena kita merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru perilaku orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Agar seseorang bisa belajar mengikuti aturan baku yang telah ditetapkan oleh masyarakat maka ”para individu harus dilatih, dalam berbagai situasi, sehingga mereka merasa nyaman ketika melakukan apa yang orang lain lakukan, dan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukannya.”, demikian saran yang dikemukakan oleh Miller dan Dollard. Dalam penelitiannya, Miller dan Dollard menunjukan bahwa anak-anak dapat belajar meniru atau tidak meniru seseorang dalam upaya memperoleh imbalan berupa permen. Dalam percobaannya tersebut, juga dapat diketahui bahwa anak-anak dapat membedakan orang-orang yang akan ditirunya. Misalnya jika orang tersebut laki-laki maka akan ditirunya, jika perempuan tidak. Lebih jauh lagi, sekali perilaku peniruan terpelajari (learned), hasil belajar ini kadang berlaku umum untuk rangsangan yang sama. Misalnya, anak-anak cenderung lebih suka meniru orang-orang yang mirip dengan orang yang sebelumnya memberikan imbalan. Jadi, kita mempelajari banyak perilaku ”baru” melalui pengulangan perilaku orang lain yang kita lihat. Kita contoh perilaku orang-orang lain tertentu, karena kita mendapatkan imbalan atas peniruan tersebut dari orang-orang lain tertentu tadi dan juga dari mereka yang mirip dengan orang-orang lain tertentu tadi, di masa lampau. Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963), mengusulkan satu perbaikan atas gagasan Miller dan Dollard tentang belajar melalui peniruan. Bandura dan Walters menyarankan bahwa kita belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang kita terima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut ”observational learning” - pembelajaran melalui pengamatan. Contohnya, percobaan Bandura dan Walters mengindikasikan bahwa ternyata anak-anak bisa mempunyai perilaku agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif sesosok model, misalnya melalui film atau bahkan film karton. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial seyogianya diperbaiki lebih jauh lagi. Dia mengatakan bahwa teori pembelajaran sosial yang benar-benar melulu menggunakan pendekatan perilaku dan lalu mengabaikan pertimbangan proses mental, perlu dipikirkan ulang. Menurut versi Bandura, maka teori pembelajaran sosial membahas tentang (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement) dan observational learning, (2) cara pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan observational opportunity kemungkinan bisa diamati oleh orang lain. b) Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory) Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran sosial, teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan. Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya ”Elementary Forms of Social Behavior, 1974 mengeluarkan beberapa proposisi dan salah satunya berbunyi :”Semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satu bentuk tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi ”. Proposisi ini secara eksplisit menjelaskan bahwa satu tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika ada imbalannya. Proposisi lain yang juga memperkuat proposisi tersebut berbunyi : ”Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali”. Bagi Homans, prinsip dasar pertukaran sosial adalah ”distributive justice” aturan yang mengatakan bahwa sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan dengan prinsip tersebut berbunyi ” seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang telah dikeluarkannya - makin tingghi pengorbanan, makin tinggi imbalannya - dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya - makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan”. Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran sosial adalah perilaku sosial seseorang hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses mentalistik (black-box). Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini menekankan hubungan langsung antara perilaku yang teramati dengan lingkungan. 1. Perspektif Kognitif (The Cognitive Perspective) Kita telah memberikan indikasi bahwa kebiasaan (habit) merupakan penjelasan alternatif yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial seseorang di samping instink (instinct). Namun beberapa analis sosial percaya bahwa kalau hanya kedua hal tersebut (kebiasaan dan instink) yang dijadikan dasar, maka dipandang terlampau ekstrem karena mengabaikan kegiatan mental manusia. Seorang psikolog James Baldwin (1897) menyatakan bahwa paling sedikit ada dua bentuk peniruan, satu didasarkan pada kebiasaan kita dan yang lainnya didasarkan pada wawasan kita atas diri kita sendiri dan atas orang lain yang perilakunya kita tiru. Walau dengan konsep yang berbeda seorang sosiolog Charles Cooley (1902) sepaham dengan pandangan Baldwin. Keduanya memfokuskan perhatian mereka kepada perilaku sosial yang melibatkan proses mental atau kognitif . Kemudian banyak para psikolog sosial menggunakan konsep sikap (attitude) untuk memahami proses mental atau kognitif tadi. Dua orang sosiolog W.I. Thomas dan Florian Znaniecki mendefinisikan psikologi sosial sebagai studi tentang sikap, yang diartikannya sebagai proses mental individu yang menentukan tanggapan aktual dan potensial individu dalam dunia sosial”. Sikap merupakan predisposisi perilaku. Beberapa teori yang melandasi perpektif ini antara lain adalah Teori Medan (Field Theory), Teori Atribusi dan Konsistensi Sikap (Concistency Attitude and Attribution Theory), dan Teori Kognisi Kontemporer. DAFTAR PUSTAKA Khasinah, S. (2013). Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat. JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran, 13(2). Mustafa, H. (2011). Perilaku manusia dalam perspektif psikologi sosial. Jurnal Bisnis, 7(2). Administrasi MATERI KE 12: MANUSIA DALAM PERSEKTIF ONTOLOGI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ONTOLOGI Kata ontologi berasal dari perkataan yunani, yaitu Ontos: being,dan Logos:logic.Jadi, ontologi adalah the theory of being qua being(teori tentang keberadaan sebagai keberadaan) atau ilmu tentang yang ada. Ontologi diartikan sebagai suatu cabang metafisika yang berhubungan dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Ontologi mengkaji sesuai yang ada, sepanjang sesuatu itu ada. Secara etimologi kata ontologi berasal dari bahasa Yunani sebagaimana sebagaimana Adib, dalam konteks ini dapat kita pahami bahwa ontologi berasal dari kata ontos dan logos. Ontos memiliki makna suatu wujud sedangkan makna logos berarti ilmu Sedangkan dalam Sosanto dengan akar kata “on” sama dengan “being” dan “logos” sama dengan “logic”. Yang memiliki makna teori tentang “keberadaan tentang keberadaan”. Sedangkan secara terminologi ontologi adalah “cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup”. Sedangkan objek kajian ontologi meliputi, ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak-Tuhan Yang Maha Esa. Istilah ontologi ini lebih banyak digunakan ketika membahas yang ada dalam konteks filsafat.7 Dari apa yang telah dipaparkan di atas dapat dipahami bahwa ontologi adalah hakikat tentang keberadaan yang meliputi keberadaan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Thales, misalnya, melalui perenungannya terhadap air yangada di mana-mana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan “substansi terdalam” yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Yang penting bagi kita sesungguhnya bukanlah ajarannya yang mengatakan air itulah asal mula segala sesuatu, melainkan pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala sesuatu berasal dari satu substansi belaka.” Clauberg menyebut ontologi sebagai “ilmu pertama,”yaitu studi tentang yang ada sejauh ada. Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas, termasuk Allah dan semua ciptaan, dan mendasari teologi serta fisika. Pertanyaan yang berhubungan obyek apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi), bagaimana cara mengetahui pengetahuan tersebut (epistemologi), dan apa fungsi pengetahuan tersebut (aksiologi). Kemudian dalam Ensiklopedi Britannicadijelaskan bahwa ontologi adalah teori atau studi tentang yang ada (being/wujud) seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda tersebut Menurut The Liang Gie, ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan berikut: (a) apakah artinya ada, hal yang ada?; (b) apakah golongan-golongan dari hal yang ada?; (c) apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada?; (d) apakah cara-cara yang berbeda dalam entitas dari kategorikategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian unuiversal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada? Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada. Ontologi sering diindetikan dengan metafisika yang juga disebut proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya11Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada. Objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang ada. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas, bagi pendekatan kualitif, realitas tranpil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya menjadi telaah monism, paralerisme atau plurarisme Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang komprehensif yang berusaha memahami persoalanpersoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia. Dengan demikian filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaanpertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan manusia, termasuk masalah kehidupan dalam bidang pendidikan. Jawaban hasil pemikiran filsafat bersifat sistematis, integral, menyeluruh dan mendasar. Filsafat dalam mencari jawaban dilakukan dengan cara ilmiah, objektif, memberikan pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada akal budi manusia, demikian halnya untuk menjawab persoalan-persoalan manusia dalam bidang pendidikan, (Jalaludin, 2007: 125). Pada prinsipnya filsafat menempatkan sesuatu berdasarkan kemampuan daya nalar manusia. Kebenaran dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya pada kemampuan daya nalar manusia. Kemampuan berpikir atau bernalar merupakan satu bentuk kegiatan akal manusia melalui pengetahuan yang diterima melalui panca indera, diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Ada beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang ontologi, epistemologi dan aksiologi (Jalaludin, 2007: 126). Ontologi seringkali diidentifikasikan dengan metafisika, yang juga disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama. Persoalan tentang ontologi menjadi pembahasan yang utama dalam bidang filsafat, yang membahas tentang realitas. Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada sesuatu kebenaran. Realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini?; apakah realitas yang tampak ini sesuatu realita materi saja? Adakah sesuatu di balik realita itu? Apakah realitas ini terdiri dari satu bentuk unsur (monisme), dua unsur (dualisme) atau pluralisme? Dalam pendidikan, kegiatan membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita merupakan stimulus menyelami kebenaran tahap pertama. Dengan demikian potensi berpikir kritis anak-anak untuk mengerti kebenaran telah dibina sejak awal oleh guru di sekolah atau pun oleh orangtua.di keluarga. Epistemologi adalah nama lain dari logika material atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yaitu pengetahuan. Epistemologi merupakan studi tentang pengetahuan, bagaimana mengetahui benda-benda. Pengetahuan ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui manusia. Dengan demikian epistemologi ini membahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas, dan hakekat pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya. Aksiologi adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai dan implikasi aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai (nilai tindakan moral, nilai ekspresi keindahan dan nilai kehidupan sosio-politik) di dalam kehidupan manusia dan membinanya ke dalam kepribadian anak. Pertanyaan yang berkaitan dengan aksiologi adalah apakah yang baik atau bagus? (Muhammad Noor Syam, 1986 dalam Jalaludin, 2007: 84). Dari ketiga teori kebenaran menurut pandangan filsafat yang telah diuraian di atas selanjutnya sebagai dasar untuk menganalisis persoalan manajemen pendidikan berbasis teori belajar sibernetik. Manusia tidak hanya dipahami sebagai individu, melainkan sebagai persona. Sifat individual berarti ia sebagai “ada” yang dapat dibedakan dengan “ada” yang lain dari satu jenis yang sama. Akan tetapi, lebih dari itu ia merupakan persona. Sekurang-kurangnya terdapat tiga alasan untuk ini, yakni pertama, manusia sebagai persona pertama-tama karena ke-diri-annya (self). Artinya, self menunjukkan bahwa manusia berbeda dengan “ada-ada” yang lain karena kesadarannya. Kesadaran ini berakar pada kemampuan intelektual dan kehendaknya. Berkat kesadaran diri ini, manusia sebagai persona mampu “hadir di dalam dan pada dirinya sendiri” (exist in itself and for itself). Kedua, manusia sebagai persona karena ia memiliki kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri (self-determination). Terakhir, personalitas manusia juga dicirikan oleh kemandiriannya atau otonominya (self-existence). Secara ontologis perkembangan psikologi sebenarnya telah mengalami kemajuan pesat, sehingga mampu menjawab ruang lingkup obyek yang dipelajarinya, yaitu perilaku. Landasan epistemologi ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasar metode ilmiah. Oleh karena itu pengetahuan ilmiah sangat dipengaruhi oleh teori-teori pengetahuan pada bidang ilmu seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme, positivisme dan fenomenologi. Dunia keilmuan di Barat, terutama ilmu-ilmu alam, banyak dipengaruhi oleh positivisme. Positivisme sebagai epistemologi berpendapat bahwa yang positif adalah yang konkret, nyata dan mengingkari metafisika (sesuatu yang abstrak). Metode yang digunakan dalam mencapai ilmu adalah observasi, eksperimen dan komparasi. Psikologi juga mengikuti jejak-jejak ilmu alam dengan menggunakan pendekatan tersebut, ini diamati dengan banyaknya penelitian psikologi menggunakan pendekatan kuantitatif. Para peneliti psikologi mengkuantifikasikan manusia dalam alat ukur, prosedur penelitian dan analisis data. Dapat dikatan bahwa psikologi sangat mendewakan pendekatan kuantitatif. Secara ontologis, menurut pendekatan kuantitatif adalah menyusun bangunan ilmu nomothetik, yaitu ilmu yang berupaya membuat hukum dari generalisasinya. Kebenaran dicari lewat hubungan kasual. Secara aksiologis, penelitian kuantitatif adalah penelitian bebas nilai. Objektifitas terjaga dengan alat ukur dan berlaku dalam dimensi waktu dan tempat yang bebas. Di Indonesia, psikologi berkiblat pada psikologi Barat, sehingga penelitian-penelitian yang dilakukan saat ini lebih condong pada pendekatan kuantitatif. Banyak anggapan yang keliru bahwa pendekatan kuantitatif dengan teknik statistik merupakan pendekatan yang bergengsi dibanding pendekatan yang lain. Akibat lebih jauh adalah para peneliti banyak yang terlalu asyik dalam teknik-teknik statistik yang canggih dan tidak tahu filsafat yang mendasari terjadinya pendekatan kuantitatif beserta segala kelebihan dan keterbatasannya. Ontologi merupakan apa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan atau hakikat apa yang dikaji. Apa di sini adalah mengenai objek dari suatu peristiwa. Dalam pembahasannya, ada metafisika yang membahas mengenai basic atau hal yang dasar. Faktor panca indera akan sangat berperan dalam mengkaji objekobjek dalam kehidupan. Panca indera akan membantu mengkaji mengenai teori keberadaan, dimana sesuatu yang ada pasti nyata dan ada. Ada dua tafsiran utama tentang metafisika, yaitu mengenai pemikiran supernaturalisme dan naturalisme. Supernaturalisme berarti ada kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan kekuatan manusia yang ada pada dunia nyata. Dalam kehidupan, ada semacam wujud gaib yang berupa roh yang menjadi kepercayaan. Kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme adalah animisme, dimana terdapat kepercayaan terhadap roh nenek moyang manusia. Ada juga tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti pohon, jalan, dan air terjun. Sementara itu, pemikiran yang merupakan lawan dari supernaturalisme adalah pemikiran naturalisme, dimana orang beranggapan bahwa semua yang ada di alam ini terjadi dengan sendirinya yang merupakan proses di alam nyata. Aliran yang mengikuti pemikiran naturalisme ini adalah materialisme. Materialisme memandang segala sesuatu itu berdasarkan wujud bahwa sesuatu itu dianggap ada jika mempunyai wujud. Adanya asumsi memungkinkan manusia untuk mengeluakan berbagai kemungkinankemungkinan untuk menjawab persoalan. Persoalan yang ada akan digunakan sebagai cara untuk memperoleh kesimpulan yang akan menjadi pengetahuan. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan diperlukan adanya hukum, dimana hukum ini akan menjadi semacam aturan main agar bisa digunakan unuk menjadi pengatur dalam proses pemecahan masalah. Di dalam suatu asumsi biasanya terdapat pembatasan-pembatasan mengenai beberapa hal yang menjadi inti kajian. Sebagai contoh ilmu fisika mengasumsikan bahwa halhal yang dipelajari adalah mengenai keaadan fisik dan perhitungan di dalam alam semesta. Sedangkan sosiologi membatasi bahasannya pada perilaku dan tindakan masyarakat di dalam kehidupan. Di dalam kehidupan, sifat ilmu tidak akan selamanya mutlak. Ketika ada suatu permasalahan, ilmu akan memunculkan beberapa kemungkinankemungkinan jawaban. Kemungkinan-kemungkinan inilah yang dinamakan probababilitas. Ada peluang untuk menyelesaikan permasalahan dengan alternatif jawaban yang lebih dari satu. Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (benar- salah), (b) etika (baik- buruk), dan (c) estetika (indah-jelek). Ketiga cabang utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik. Kelima cabang filsafat inilogika, etika, estetika, metafisika dan politik-menurut Suriasumantri, kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik lagi yang disebut filsafat ilmu. Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348SM) dengan teori ideanya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik yang hidup ataupun yang sudah mati. Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua mana pun di dunia ini. Demikian pula manusia punya idea. Idea manusia menurut Plato adalah badan hidup yang kita kenal dan dapat berpikir. Dengan kata lain, idea manusia adalah "binatang berpikir". Konsep binatang berpikir ini bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia besar-kecil, tua- muda, lelaki-perempuan, manusia Eropa, Asia, India, Cina, dan sebagainya. Tiap- tiap sesuatu di alam ini mempunyai idea. Idea inilah yang merupakan hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-idea itu berada di balik yang nyata dan idea itulah yang abadi. Benda-benda yang kita lihat atau yang dapat ditangkap dengan pancaindra senantiasa berubah. Karena itu, ia bukanlah hakikat, tetapi hanya bayangan, kopi atau gambaran dari idea-idea- nya. Dengan kata lain, bendabenda yang dapat ditangkap dengan panca-indra ini hanyalah khayal dan ilusi belaka. Argumen ontologis kedua dimajukan oleh St. Augustine (354-430 M). Menurut Augustine, manusia mengetahui dari pengalaman hidupnya bahwa dalam alam ini ada kebenaran. Namun, akal manusia terkadang merasa bahwa ia mengetahui apa yang benar, tetapi terkadang pula merasa ragu- ragu bahwa apa yang diketahuinya itu adalah suatu kebenaran. Menurutnya, akal manusia mengetahui bahwa di atasnya masih ada suatu kebenaran tetap (kebenaran yang tidak berubahubah), dan itulah yang menjadi sumber dan cahaya bagi akal dalam usahanya mengetahui apa yang benar. Kebenaran tetap dan kekal itulah kebenaran yang mutlak. Kebenaran mutlak inilah oleh Augustine disebut Tuhan. Hakikat kenyataan atau realitas memang dapat didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang: (i) kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak? (ii) Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang beraroma harum. Ontologi, secara sederhana dapat dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan antara lain secara: (a) Metodis; menggunakan cara ilmiah; (b) Sistematis; saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan; (c) Koheren; unsurunsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan; (d) Rasional; harus berdasar pada kaidah berpikir yang benar (logis); (e) Komprehensif; melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional-atau secara keseluruhan (holistik); (f) Radikal; diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya; (g) Universal; muatan kebe- narannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja. Beberapa aliran dalam ontologi, yakni realisme, naturalisme, dan empirisme. Istilah-istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah: (i) yang-ada (being); (ii) kenyataan/ realitas (reality); (iii) eksistensi (existence); (iv) esensi (essence); (v) substansi (substance); (vi) perubahan (change); (vii) tunggal (singular, one); dan (viii); jamak (plural/many). Adapun karakteristik (ontologi) ilmu pengetahuan antara lain adalah:(i) ilmu berasal dari riset (penelitian); (ii) tidak ada konsep wahyu; (iii) adanya konsep pengetahuan empiris; (iv) pengetahuan rasional, bukan keyakinan; (v) pengetahuan objektif; (vi) pengetahuan sistematik; (vii) pengetahuan metodologis; (viii) pengetahuan observatif (observable); (ix) menghargai asas verifikasi (pembuktian); (x) menghargai asas eksplanatif (penjelasan); (xi) menghargai asas keterbukaan dan dapat diulang kembali; (xii) menghargai asas skeptikisme yang radikal; (xiii) melakukan pembuktian bentuk kausalitas (causality); (xiv) mengakui pengetahuan dan konsep yang relatif (bukan absolut); (xv) mengakui adanya logika-logika ilmiah; (xvi) memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori ilmiah; (xvii) memiliki konsep tentang hukum-hukum alam yang telah dibuktikan; (xviii) pengetahuan bersifat netral atau tidak memihak; (xix) menghargai berbagai metode eksperimen, dan (xx) melakukan terapan ilmu menjadi teknologi. Ontologi ilmu, layak dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya). DAFTAR PUSTAKA Muhammad Kristiawan, Filsafat pendidikan; The choice is yours, (Yogyakarta: Valia Pustaka, 2016), hal. 141. Nunu Burhanuddin, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal. 49. Jalaluddin Abdullah Idi,Filsafat Pendidikan,(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 104-105 Susanto,Filsafat Ilmu...,h. 92 Mahfud,. M. MENGENAL ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN ISLAM Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 69. A.Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologi, Epistemologis, dan Aksiologis (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 91. KBBI-Kamus Besar Bahasa Indonesia-digital 7 Susanto, Filsafat Ilmu., 91 Muhammad Kristiawan, Filsafat pendidikan; The choice is yours, (Yogyakarta: Valia Pustaka, 2016), hal. 141. Nunu Burhanuddin, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal. 49 Mubun,. F. FILSAFAT MODERN: ASPEK ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS Suminar, T. TINJAUAN FILSAFATI (ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI SIBERNETIK Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. AHMAD TAFSIR, A. T. (2009). Filsafat Ilmu: Mengural Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan. Remaja Rosdakarya. MATERI KE 13: MANUSIA DALAM PERSPEKTIF EPISTIMOLOGI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF EPISTIMOLOGI Epistemologi berasal dari bahasa yunani dari kata “Epistem” yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Sedangkan “Logos” yang berarti pengetahuan juga. Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas mengenai ilmu pengetahuan yang melipti berbagai ruang lingkup yaitu meliputi sumber-sumber, watak dan juga kebenaran manusia. Epistemologi harus diletakkan dalam kerangka bangunan filsafat manusia. Hal ini lebih mengarah kepada hakikat manusia yang terdiri dari beberapa unsur, di antaranya adalah mengenai ilmu pengetahuan. Maka berbicara tentang hakikat manusia dalam kerangka ini maka mau tidak mau harus berbicara tentang upaya manusia memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam hal ini Ahamad Tafsir sependapat bahwa epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperolehnya. Dan bagi Ahmad Tafsir, tatkala manusia baru lahir, manusia tidak memiliki pengetahuan apa pun. Apa yang di sampaikan Ahmad Tafsir hal ini sejalan dengan Al-Quran yang Artinya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun”. Akan tetapi berbeda dengan pandangan Plato mengenai hal ini, bagi Plato bahwasanya manusia itu telah memperoleh pengetahuannya sejak dia dilahirkan, atau lebih tepatnya di sebut dengan innate idea atau ide bawaan.26 Dalam hal ini, pengetahuan manusia dapat di kelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan manusia itu diperoleh dengan berbagai cara dan alat untuk memperolehnya. Adapun aliran yang berbicara tentang masalah ini atau masalah cara memperoleh pengetahuan adalah aliran empirisme, rasionalisme, positivisme, dan intuisionisme. Dari semua jenis pengetahuan di atas maka dalam ranah inilah epistemologi sebagai suatu alat untuk mengukur kebenaran tersebut. Di dalam epistemologi dibicarakan tentang sumber pengetahuan dan sistematikanya, di samping itu pula epistemologi hadir guna memperbincangkan tentang hakikat ketepatan susunan berpikir yang secara akut pula digunakan untuk masalah-masalah yang memiliki korelasi dengan maksud untuk menemukan kebenaran isi sebuah pertanyaan. Sedangkan isi pertanyaan itu adalah sesuatu yang ingin diketahui. Oleh karena itu, epistemologi relevan dengan ilmu pengetahuan yang disebut dengan filsafat ilmu. Oleh karena epistemologi dalam hal ini adalah mencoba mempertanyakan tentang pengetahuan, maka juga harus mengenal tentang pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini kebenaran pengetahuan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kebenaran mutlak atau absolut dan kebenaran relatif atau nisbi. Kebenaran absolut adalah kebenaran yang abadi tidak berubah-ubah dan tidak bisa dipengaruhi oleh yang lain (kebenaran tentang adanya Tuhan). Sedangkan kebenaran nisbi, adalah kebenaran yang dapat berubah-ubah (misalkan seperti penglihatan) akan dipengaruhi oleh keadaan yang dilihatnya. Dalam kajian epistemologi Islam, ilmu pengetahuan bersumber dari lima sumber pokok, yaitu indra, akal, intuisi, ilham, dan wahyu. Tiga sumber terakhir, yaitu intuisi, ilham, dan wahyu. Walaupun dalam kajian ini dibedakan secara tajam, tetapi dapat dikatakan bahwa intuisi dan ilham secara substantif merupakan “wahyu” dalam pengertian yang lebih luas, sebab antara ilham dan intuisi diberikan melalui kekuatan spiritual. Wahyu merupakan sumber pengetahuan secara normatif-doktriner. Ketika wahyu hanya diberikan kepada manusia yang dipilih-Nya sebagai seorang utusan, dalam hal ini walaupun wahyu sebagai pemberian Allah, akan tetapi ilham dan intuisi diberikan tidak melalui utusan. Ilham merupakan cahaya Allah yang jatuh di atas nurani manusia secara bersih dan lembut, yang bisa datang dengan sendirinya atau juga datang dengan cara memohon secara sungguh-sungguh sehingga ilham, sama dengan wahyu, keduanya tidak memerlukan pengkajian dan pencarian dalil. Intuisi pun demikian adanya, merupakan pemberian langsung dari Allah sehingga memerlukan logika atau pola pikir tertentu. secara epistemologi landasan pendidikan mengacu pada fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia adalah menginginkan agar hidupnya bermakna, baik untuk dirinya maupun untuk lingkungannya. Kehidupan yang bermakna akan membawa kesadaran pada diri manusia bahwa eksistensinya dihargai. Pandangan Jalaluddin sebagaimana dalam Anas, menggambarkan bahwa epistemologi pendidikan, terutama pendidikan Islam berdasarkan pada sumber-sumber yang diwahyukan Tuhan. Formulasi epistemologi pendidikan Islam pada prinsipnya adalah untuk memperjelas kedudukan manusia di dalam ranah pendidikan. Ketika kita mencoba untuk menjelaskan kedudukan manusia di ranah pendidikan, dan mengenai bagaimana memperoleh pengetahuan. Dalam hal ini Tuhan merupakan sumber tertinggi dalam konteks pendidikan Islam di samping pengetahuan-pengetahuan yang lain. Ketika mencoba membicarakan Tuhan sebagai sumber ilmu pengtahuan. Pengetahuan tentang Tuhan sendiri adalah bagian yang tak terpisahkan dalam konteks pendidikan Islam. Adapun epistemologi yang dapat dipergunakan untuk sampai pada pengetahuan tentang manusia, alam dan Tuhan di dalam pendidikan Islam. Islam sendiri memiliki bentuk epistemologi tersendiri. Yang kemudian dikenal dengan epistemologi bayani, burhani, dan irfani. Dan ketiga metode ini dalam paparan di atas pada prinsipnya ada dalam setiap metode pendidikan Islam secara umum. banyak sumber yang mendefinisikan pengertian epistemologi di antaranya: a. Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang mengenarahi masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. b. Epistemologi adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas, dankebenaran pengetahuan (ilmiah). c. Epistemologi adalah cabang atau bagian filsafat yang membicarakan tentang pengetahuan, yaitu tentang terjadinya pengetahuan dan kesahihan atau kebenaran pengetahuan. d. Epistemologi adalah cara bagaimana mendapatkan pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan. Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinyaproses penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolak ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaanpertanyaan yang lain. Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya. Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya. Berikut adalah aliran-aliran dalam epistemologis: a. Rasionalisme Aliran ini berpendapat semua pengetahuan bersumber dari akal pikiran atau rasio. Tokohnya antara lain Rene Descartes (1596-1650), yang membedakan adanya tiga ide, yaitu innate ideas (ide bawaan), sejak manusia lahir atau juga dikenal dengan adventitinous ideas, yaitu ide yang berasal dari luar manusia, dan faktitinousideas, atau ide yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh lain yaitu Spinoza (1632-1677), Leibniz (16661716). b. EmpirismeAliran ini berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman indra. Indra memperoleh pengalaman (kesan-kesan) dari alam empiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut terkumpul dalam diri manusia menjadi pengalaman. c. Realisme Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa objek-objek yang kita serap lewat indra adalah nyata dalam diri objek tersebut. Objek-objek tersebut tidak bergantung pada subjek yang mengetahui atau dengan kata lain tidak bergantung pada pikiran subjek. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, tetapi interaksi tersebut memengaruhi sifat dasar dunia tersebut. d. Kritisisme Kritisisme menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri (yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudian akal akan menempatkan, mengatur, dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akal merupakan pembentukannya. Tokoh aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Kant mensintesiskan antara rasionalisme dan empirisme. e. Positivisme Tokoh aliran ini di antaranya August Comte, yang memiliki pandangan sejarah perkembangan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu: 1)Tahap Theologis, yaitu manusia masih percaya pengetahuan atau pengenalan yang mutlak. Manusia pada tahap ini masih dikuasai oleh takhayul-takhayul sehingga subjek dengan objek tidak dibedakan. 2)Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami dan memikirkan kenyataan, tetapi belum mampu membuktikan dengan fakta. 3)Tahap Positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk menemukan hukumhukum dan saling hubungan lewat fakta. Oleh karena itu, pada tahap ini pengetahuan manusia dapat berkembang dan dibuktikan lewat fakta.f.Skeptisisme Menyatakanbahwa indra adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun, pada zaman modern berkembang menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengalaman diakui benar. Tokoh skeptisisme adalah Rene Descartes (1596-1650). g. Pragmatisme Aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan, namun mempertanyakan tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai saranabagi suatu perbuatan. Tokoh aliran ini, antara lain C.S Pierce (1839-1914), menyatakan bahwa yang terpenting adalah manfaat apa (pengaruh apa) yang dapat dilakukan suatu pengetahuan dalam suatu rencana. Pengetahuan kita mengenai sesuatu hal tidak lain merupakan gambaran yang kita peroleh mengenai akibat yang dapat kita saksikan. Tokoh lain adalah Willian James (1824-1910) menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu hal adalah ditentukan oleh akibat praktisnya. manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang diberi kesempurnaan baik fisik, rohani, dan akalnya agar mampu menjadi khalifahdi bumi ini. Diberikan akal dan indra agar mampu berpikir, memahami alam semesta, mempelajarinya, mencari manfaatnya bagi diri dan makhluk lain. Tubuh manusia yang mempunyai daya fisik atau jasmani, yang terdiri dari indra penglihatan, penciuman, perasa, perabaan, pendengaran, daya gerak. Semuanya berhubungan dengan unsurunsur materi. Manusia adalah makhluk somato-psiko-sosial-spiritual, yang terdiri dari fisik, jiwa, spiritual, dan makhluk yang harus berinteraksi secara sosial dengan orang lain yang keempatnya saling berinteraksi karena unsur-unsur tersebut saling berkait, dan saling mempengaruhi sejak saat pembuahan sampai akhir hayatnya. Semua permasalahan yang timbul harus dicari keterkaitannya dengan melihat keempat unsur tersebut, agar pemecahannya masalah manusia lebih optimal. Di samping itu Allah menciptakan manusia dilengkapi pula dengankelemahannya. Kelemahan manusia harus dikendalikan dengan pengembangan diri melalui pengetahuan yang diperolehnya, sedangkan kelebihan manusia lebih ditingkatkan dengan pengembangan diri pula agar berkembang lebih optimal. Pengembangan diri ini secara hakikat adalah untuk memanusiakan manusia. Manusia mempunyai potensi untuk mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap karena manusia mampu berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Manusia mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Oleh karena itu, manusia sering diistilahkan sebagai makhluk yang mampu berpikir Perkembangan ilmu pengetahuan manusia akan menentukan perkembangan kehidupannya secara individu juga masyarakat bahkan negara atau dunia. Dengan kata lain, dengan ilmu pengetahuan manusia dapat berkembang dengan pesat dan maju. Pengembangan ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia ternyata merupakan kekuatan yang sangat dominan dalam menentukan perkembangan kualitas kehidupan. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap karena manusia mampu berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Manusia mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Al-Qur‟an adalah Kitab Suci yang memberikan banyak isyarat tentang epistemologibagi pengembangan sumber daya manusia, walaupun kita tidak bisa mengatakan bahwa al-Qur‟an adalah kitab ilmu pengetahuan, karena sifat kebenaran al-Qur‟an adalah pasti benarnya, sementara ilmu pengetahuan adalah bersifat relatif. Firman Allah dalam Qs. al-Nahl (12): 72, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apa pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. Al-Qur‟an dengan begitu jelas mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak tahu apa-apa ketika dilahirkan, namun Allah memberikan bekal manusia untuk mengembangkan dirinya dengan modal indra yang bisa menangkap fenomena empiri pengetahuan, berupa pendengaran, penglihatan, dan hati. Jika dihubungkan dengan epistemologiidea Plato yang telah dijelaskan di muka bahwa manusia sudah membawa apa-apa, tentu sangat bertolak belakang. Dalam pembahasan filsafat, epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat, yang sering dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi. Ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi, epistemologi kemudian aksiologi. Dengan gambaran sederhana dapat dikatakan bahwa; ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi), lalu dicari cara-cara memikirkannya (epistemologi), kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (Aksiologi) Keterkaitan ini membuktikan betapa sulitnya untuk menyatakan salah satu yang lebih penting dari yang lain, karena ketiga sub ini memiliki fungsi masing-masing yang berurutan dalam mekanisme pemikiran. Namun apabila kita membahas lebih jauh mengenai epistemologi, kita akan menemukan betapa pentingnya epistemologi. Istilah epistemologi pertama kali digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854. Sebagai sub filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri” pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi ini, cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda dalam mengungkapkannya. Sehingga didapat pengertian yang berbeda-beda, bukan saja pada redaksinya melainkan juga pada subtansi persoalan, yang menjadi sentral dalam memahami pengertian suatu konsep. Pembahasan konsep harus diawali dengan memperkenalkan definisi (pengertian) secara teknis, guna menangkap subtansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut. Ada beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang dapat dijadikan sebagai pijakan dalam memahami, apa sebenarnya epistemologi itu. P. Hardono Hadi menyatakan, epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. D.W. Hamlyn mendefenisikan, epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaianpengandaiannya, serta secara umum dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Dagobert D. Runes meyatakan, epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode, dan validitas pengetahuan. Azyumardi Azra menyatakan, epistemologi sebagai Ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, validitas ilmu pengetahuan. Adnin Armas menyatakan, epistemologi sebagai cabang filsafat yang membahas proses/cara mendapat ilmu, sumber-sumber ilmu dan klasifikasi ilmu, teori tentang kebenaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan filsafat ilmu. Amsal Bakhtiar menyatakan, epistemologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, setidaknya dapat memberikan pemahaman terhadap, apa sebenarnya epistemology itu? Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas dan mudah dipahami, ditinjau dari etimologi dan terminologinya. Secara etimologi, epistemologi berasal dari bahasa yunani “episteme”, yang berarti ilmu, dan “logos” berarti ilmu sistematika atau teori, uraian, dan alasan. Jadi epistemologi adalah teori tentang ilmu yang membahas ilmu dan bagaimana memperolehnya, kemudian membahasnya secara mendalam (subtantif). Kendati ada sedikit perbedaan dari pengertian-pengertian sebelumnya, tetapi pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahami. Landasan epistemologi ilmu sering di sebut juga metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Jadi ilmu pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah, tapi tidak semua ilmu disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Namun dikatakan juga oleh Mujamil Qomar bahwa “metode ilmiah adalah gabungan antara metode induktif dan deduktif atau “Perkawinan” antara rasionalisme dengan empirisme.” Sehingga apabila ditinjau dari cara berfikir manusia, terdapat dua pola dalam memperoleh pengetahuan, yaitu berfikir secara rasional yang mengembangkan paham rasionalisme dan berpikir berdasarkan fakta yang mengembangkan paham empirisme. Jadi landasan yang utama adalah mampu mengembangkan ilmu yang memiliki kerangkan penjelasan yang masuk akal dan sekaligus mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. Sehingga dengan pemaduan metode induktif dan deduktif ini, dapat mengatasi masing-masing kelemahan metode tersebut. Akan tetapi, hal yang sangat mendasar berkaitan dengan landasan epistemologi itu sendiri terletak pada worldview (pandangan hidup). Sebab, epistemologi dan worldview keduanya berada dan bekerja dalam pikiran manusia. Oleh karenanya, epistemologi dan worldview mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya. Ia bahkan dapat digambarkan sebagai lingkaran setan (vicious circle), dimana yang satu dapat mempengaruhi yang lain. Jadi, bukan sekedar persoalan rasonalisme-empirisme atau deduktif-induktif saja, jauh lebih mendasar lagi tentang hal yang mendasari terhadap pola berfikir di dalam memperoleh pengetahuan tersebut baik secara rasionalempiris ataupun deduktif-induktif. Di sinilah kemudian yang akan menunjukkan bahwa ilmu adalah merupakan hasil dari produk suatu pandangan hidup yang tidak serta merta bebas nilai, namun sarat akan nilai. Secara filsafati, epistemologi adalah ilmu untuk mencari hakikat dan kebenaran ilmu; secara metode, berorientasi untuk mengantar manusia dalam memperoleh ilmu, dan secara sistem berusaha menjelaskan realitas ilmu dalam sebuah hierarki yang sistematis. Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasi sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya.” Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui” adalah masalah-masalah sentral epistemologi. hakikatnya epistemologi merupakan gabungan antara barfikir rasional dan berfikir secara empiris. Kedua cara berfikir tersebut dalam mempelajari gejala alam dalam menemukan kebenaran, sebab secara epistemologis ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam, yakni pemikiran dan indera. Oleh sebab itulah epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan bahwa kita mengetahui kenyataan yang lain dari diri sendiri . Jadi hakikat epitemologi terletak pada metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif), dengan kata lain hakikat epistemologi bertumpu pada landasannya, karena lebih mecerminkan esensi dari epistemologi. Dari pemahaman ini memperkuat bahwa epistemologi itu rumit, sebagaimana diungkapkan oleh Stanley M. Honer dan Thomas C. Hunt bahwa “epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi.” epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah. Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya. Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia, karena tidak mungkin satu peradaban akan bangkit tanpa didahului oleh tradisi ilmu. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari ilmu filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang merekayasa fenomena alam, sehingga mencapai kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi. Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut, maka epistemologi bukan hanya mungkin, melainkan mutlak untuk dikuasai. Namun sayang sekali, sarjana-sarjana kontemporer, baik yang modernis maupun tradisionalis tampaknya mengesampingkan peranan kunci yang bisa dimainkan oleh epistemologi dalam membangun masyarakat. Epistemologi membekali seseorang yang menguasainya untuk menjadi produsen, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, bisnis, maupun secara umum, peradaban. Jadi, pengaruh epistemologi terhadap perkembangan kemajuan sebuah bangsa atau peradaban sangatlah menentukan, sebab tidak ada suatu bangsa atau peradaban besar manapun, di dunia ini yang maju tanpa didahului oleh tradisi ilmu, tak terkecuali peradaban Islam. DAFTAR PUSTAKA Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam: Menguatkan Epistemologi Islam dalam Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 21 Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (Bogor: IPB Press, 2016), hal. 91 Kurniawan, A. (2013). Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Perspektif epistEmologi Filsafat Islam. Ulumuna, 17(1), 213-230. Armas, Adnin, Islamisasi Ilmu Konsep dan Epistemologi, Malang: Islamic thought and Civilization (ICON) forum, 2008. MATERI KE 14: MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI Aksiologi adalah bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia mempergunakan ilmunya. Aksiologi meliputi nilai kegunaan ilmu, penyelidikan tentang prinsipprinsip nilai. Secara etimologis istilah aksiologi berasal dari bahasa yunani kuno, yang terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Berikut ini beberapa definisi aksiologi menurut john sinclair, dalam lingkup kajaian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, agama , dan sosial. Mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai suatu bentuk pengendali terhadap satu institusi dapat terwujud. Menurut suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi dibagi kepada tiga bagian menurut Sumantri, yaitu: (1) Moral Conduct (tindakan moral), bidang ini melahirkan disiplin ilmu khusus yaitu “ilmu etika” atau nilai etika. (2) Esthetic Expression (Ekspresi Keindahan), bidang ini melahirkan konsep teori keindahan atau nilai estetika. (3) Sosio Political Live (Kehidupan Sosial Politik), bidang ini melahirkan konsep Sosio Politik atau nilai-nilai sosial dan politik. Aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian manusia. Socrates berpendapat bahwa masalah yang pokok adalah kesusilaan, tetapi semenjak masa hidup socrates masalah hakikat yang-baik senantiasa menarik banyak kalangan dan dipandang bersifat hakiki serta penting untuk dapat mengenal manusia. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan. Sejalan dengan itu, Sarwan menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas, dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan, dan kebenaran). Dengan demikian aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika. Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good). Demikianlah aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai. mengenai aksiologi dapat dijumpai dalam kehidupan seperti kata-kata adil dan tidak adil, jujur dan tidak jujur. Salah satu yang mendapat perhatian adalah masalah etika/kesusilaan dan dalam etika obyek materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan secara sadar. Sedangkan obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral dari suatu perbuatan atau perilaku manusia. Aksiologi dalam pandangan aliran filsafat dipengaruhi oleh cara pandang dan pemikiran filsafat yang dianut oleh masing-masing aliran filsafat, yakni : 1 . Pandangan Aksiologi Progresivisme Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah William James (1842-1910), Hans Vahinger, Ferdinant Sciller, Georger Santayana, dan Jhon Dewey. Menurut progressivisme, nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa. dengan demikian, adanya pergaulan dalam masyarakat dapat menimbulkan nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, dan kecerdasan dan individu-individu. Dalam hubungan ini kecerdasan merupakan faktor utama yang mempunyai kedudukan sentral. Kecerdasan adalah faktor yang dapat mempertahankan adanya hubungan antara manusia dan lingkungannya, baik yang terwujud sebagai lingkungan fisik maupun kebudayaan atau manusia. Aliran filsafat progressivisme telah memberikan sumbangan yang besar terhadap ilmu karena telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan, dan kebebasan kepada anak didik. Oleh karena itu, filsafat ini tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Setiap pembelajar mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang dimilikinya yang berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Potensi tersebut bersifat kreatif dan dinamis untuk memecahkan problema-problema yang dihadapinya. Oleh karena itu sekolah harus mengupayakan pelestarian karakteristik lingkungan sekolah atau daerah tempat sekolah itu berada dengan prinsip learning by doing (sekolah sambil berbuat). Tegasnya, sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge (pemindahan pengetahuan), melainkan juga sebagai transfer of value (pendidikan nilai-nilai) sehingga anak menjadi terampil dan berintelektual. Aliran progressivisme ini bersifat based personal dan social experince sebagai problem solving 2 . Pandangan Aksiologi Essensialisme Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah Desiderius Erasmus, John Amos Comenius (1592- 1670), John Locke (1632-1704), John Hendrick Pestalalozzi (1746- 1827), John Frederich Frobel (1782-1852), Johann Fiedirich Herbanrth (1776-1841),dan William T. Horris (1835 1909). Bagi aliran ini, nilai-nilai berasal dari pandangan- pandangan idealisme dan realisme karena aliran essensialisme terbina dari dua pandangan tersebut. Aliran essensialisme berpandangan bahwa ilmu pengetahuan harus berpijak pada nilai-nilai budaya yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Kebudayaan yang diwariskan kepada kita telah teruji oleh seluruh zaman, kondisi, dan sejarah. Kesalahan kebudayaan modern sekarang menurut aliran ini ialah cenderung menyimpang dari nilai- nilai yang diwariskan itu. Esessialisme memandang bahwa seorang pebelajar memulai proses pencarian ilmu pengetahuan dengan memahami dirinya sendiri, kemudian bergerak keluar untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju makrokosmo. a. Teori Nilai Menurut Idealisme Idealisme berpandangan bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos karena itu seseorang dikatakan baik, jika banyak berinteraksi dalam pelaksanaan hukum-hukum itu. Menurut idealisme, sikap, tingkah laku, dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk. Orang yang berpakaian serba formal seperti dalam upacara atau peristiwa lain yang membutuhkan suasana tenang haruslah bersikap formal dan teratur. Untuk itu, ekspresi perasaan yang mencerminkan adanya serba kesungguhan dan kesenangan terhadap pakaian resmi yang dikenakan dapat menunjukkan keindahan pakaian dan suasana kesungguhan tersebut. b. Teori Nilai Menurut Realisme Menurut realisme, sumber semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Realisme memandang bahwa baik dan buruknya keadaan manusia tergantung pada keturunan dan lingkungannya. Perbuatan seseorang adalah hasil perpaduan antara pembawapembawa fisiologis dan pengaruh-pengaruh lingkungannya George Santayana memadukan pandangan idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan menyatakan bahwa “nilai” itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian, dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas. tertentu. Walaupun idealisme menjunjung tinggi asas otoriter atau nilai-nilai, namun tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendir. 3. Pandangan Aksiologi Perenialisme Tokoh utama aliran ini diantaranya Aristoteles (394 SM) St. Thomas Aquinas. Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpangsiuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial dan kultural yang lain. Sedangkan menyangkut nilai aliran ini memandangnya berdasarkan asas-asas ‘supernatular‘, yakni menerima universal yang abadi. Dengan asas seperti itu, tidak hanya ontologi, dan epistemolagi yang didasarkan pada teologi dan supernatural, tetapi juga aksiologi. Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh potensi kebaikan dan keburukan yang ada pada dirinya. Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam perenialisme, karena ia berdasarkan pada asas supernatural yaitu menerima universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia. Jadi hakikat manusia terletak pada jiwanya. Oleh karena itulah hakikat manusia itu juga menentukan hakikat perbuatan-perbuatannya. Parenialisme menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi yaitu nafsu, kemauan, dan pikiran. Karena itu ilmu pengetahuan hendaknya berorientasi pada potensi itu dan kepada masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat dapat terpenuhi. Sedangkan Aristoteles lebih menekankan pada dunia kenyataan. Tujuan perolehan ilmu adalah kebahagiaan untuk mencapai tujuan itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelektual harus dikembangkan secara seimbang. 4. Pandangan Aksiologi Rekonstruksionisme Aliran rekonstruksionalisme adalah aliran yang berusaha merombak kebudayaan modern. Sejalan dengan pandangan perenialisme yang memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan,dan kesimpangsiuran. Aliran rekonstruksionalisme dalam memecahkan masalah, mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan manusia yang memerlukan kerja sama. Aliran rekonstruksionisme ingin melakukan pembaharuan kebudayaan lama dan membangun kebudayaan baru melalui lembaga dan proses ilmu pengetahuan melalui pendidikan. Perubahan ini dapat terwujud bila melalui usaha kerja sama semua umat manusia atau bangsa-bangsa. Masa depan umat manusia adalah suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh suatu golongan. Cita-cita demokrasi yang sebenarnya bukan hanya dalam teori melainkan harus menjadi kenyataan, dan terlaksana dalam praktik. Hanya dengan demikian dapat pula diwujudkan satu dunia yang dengan potensi-potensi teknologi mampu meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, dan jaminan hukum bagi masyarakat, tanpa membedakan warna kulit, nasionalitas, kepercayaan, dan agama C. Karakteristik dan Jenis-jenis Nilai Aksiologi 1. Karakteristik Nilai Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teroi nilai, yaitu : a) Nilai objektif atau subjektif Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai; sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik. b) Nilai absolute atau berubah Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta abash sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas social. Dipihak lain ada yang beranggapan bahwa semua nilai relative sesuai dengan keinginan atau harapan manusia. 2. Jenis- jenis Nilai Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2 yaitu: a) Etika Istilah etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyubutkan dengan moral, berasal dari bahasa Yunani, juga berarti kebiasaan. Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu kesusilaan yang meuat dasar untuk berbuat susila. Sedangkan moral pelaksanaannya dalam kehidupan. Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbutan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat- pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. b) Estetika Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola dan bentuk. Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai- nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni. Esetetika berasal dari Bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike. Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan. Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir. Dalam masyarakat akan turut memengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda. Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan. Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan mengintegrasikan nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan membinakannya dalam kepribadian peserta didik. Memang untuk menjelaskan apakah yang baik itu, benar, buruk dan jahat bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi, baik, benar, indah dan buruk, dalam arti mendalam dimaksudkan untuk membina kepribadian ideal anak, jelas merupakan tugas utama pendidikan. Pendidikan harus memberikan pemahaman/pengertian baik, benar, bagus, buruk dan sejenisnya kepada peserta didik secara komprehensif dalam arti dilihat dari segi etika, estetika dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilainilai itu terintegrasi dan saling berinteraksi. Nilai-nilai di dalam rumah tangga/keluarga, tetangga, kota, negara adalah nilai-nilai yang tak mungkin diabaikan dunia pendidikan bahkan sebaliknya harus mendapat perhatian. Ajaran Islam merupakan perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup secara Islami, sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Aksiologi Pendidikan Islam berkaitan dengan nilai- nilai, tujuan, dan target yang akan dicapai dalam pendidikanIslam. Sedangkan tujuan Aksiologi dalam Pendidikan pendidikan Islam menurut Abuddin Nata adalah untuk mewujudkan manusia yang shaleh, taat beribadah dan gemar beramal untuk tujuan akherat Aksiologi bagi ilmu dan teknologi Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek dan dimensi pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan manusia. Pemahaman tersebut secara potensial dapat dipergunakan untuk lebih mengembangkan konsep-konsep ilmiah pendidikan, baik dalam arti meningkatkan mutu (validitas dan signifikan) konsep-konsep ilmiah pendidikan yang telah ada, maupun melahirkan atau menciptakan konsep-konsep baru, yang secara langsung dan tidak langsung bersumber pada konsep-konsep ilmiah pendidikan yang telah ada. Dengan kata lain, pemahaman terhadap konsep-konsep ilmiah pendidikan secara potensial mempunyai nilai kegunaan untuk mengembangkan isi dan metode ilmu pendidikan, mengembangkan mutu professional teoretikus dan praktisi pendidikan. Aksiologi Kegunaan bagi praktek pendidikan Pemahaman tenaga kependidikan secara konprehensif dan sistematis turut serta dalam menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam melakukan tugas-tugas profesionalnya. Hal ini terjadi karena konsep-konsep ilmiah pendidikan menerangkan prinsip-prinsip bagaimana orang melakukan pendidikan. Penguasaan yang mantap terhadap konsep-konsep ilmiah pendidikan memberikan pencerahan tentang bagaimana melakukan tugas-tugas profesional pendidikan. Apabila hal ini terjadi, maka seorang tenaga pendidikan akan dapat bekerja konsisten dan efisien, karena dilandasi oleh prinsip-prinsip pendidikan yang jelas terbaca dan kokoh. Tindakan tindakannya akan menunjukan arah yang lebih jelas, dan bentuknya pun tidak asal-asalan, tetapi lebih terpola yang dipilih berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip pendidikan yang diyakini dan dianutnya. Akslologi ilmu meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatuconditio sine qua nonyang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etikdan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan. Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, khususnya kajian tentang nilai-nilai etika. Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Di sinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan sebaik-baiknya. Dalam filsafat penerapan teknologi meninjaunya dari segi aksiologi keilmuan. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan yang dapat dipakai untuk kemaslahatan manusia atau sebaliknya dapat pula disalahgunakan seperti nuklir dan rekayasa genetika. Suriasumantri (1990) mendefinisikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Aksiologi dalam Kamus Bahasa Indonesia (1995) adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono seperti yang dikutip Surajiyo (2007), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value and valuation.Bramel seperti yang dikutip Amsal (2009) membagi aksiologi dalam tiga bagian, yakni moral conduct, estetic expression, dan socio-political life. Moral Conduct, yaitu tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan yang mana bidang ini melahirkan keindahan. Dan terakhir yang mebidani lahirnya filsafat kehidupan sosial politik. Moral dalam KBBI (2003) didefinisikan sebagai ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai akhlak; akhlak dan budi pekerti; kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetapbersemangat, berani, disiplin, dan sebagainya. Suseno (1993) mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik dan buruknya manusia sebagai manusia. Baik buruk di sini tidak merujuk profesi/pekerjaan manusia itu sendiri sebagai dosen, guru, pemain bulu tangkis, atau sebagai ustad/ustadah; tetapi sebagai manusia.Ada yang mendefinisikan etika dan moral sebagai teori mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal. Moral adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia (baik dan buruk) menurut situasi yang tertentu. Fungsi etika itu ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku perbuatan manusia (baik dan buruk) akan tetapi dalam praktiknya etika banyak sekali mendapatkan kesukarankesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidaklah sama (relatif) yaitu tidal terlepas dari alam masing masing. Namun demikian etika selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika. Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral (suara batin) dari norma-norma dan konsep-konsep etis secara deskriptif (Hamersma, 1985; Rapar, 1996). Pengalaman moral di sini memiliki arti luas, misalnya adat istiadat, anggapan tentang baik dan buruk, tindakan yang diperbolehkan ataupun tidak. Semuanya dideskripsikan secara ilmiah dan ia tidak memberikan penilaian. Karenanya, etika deskriptif ini tergolong dalam bidang ilmu pengetahuan empiris serta terlepas dari filsafat. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, etika deskripsi berupaya untuk menemukan dan menjelaskan kesadaran, keyakinan, dan pengalaman moral dalam suatu kultur maupun subkultur. Dalam hal ini etika deskriptif berhubungan erat dengan sosiologi, antropologi, psikologi, maupun sejarah. Etika normatif sering disebut filsafat moral (moral philosophy) atau etika filsafati (philosophical ethics). Etika normatif dibagi ke dalam dua teori, yaitu teori-teori nilai (theories of value) dan teori-teori keharusan (theories of obligtion).Teori-teori nilai mempersoalkan sifat kebaikan. Sifat teori ini ada dua, yakni monistis dan pluralistis. Yang termasuk dalam kategori monistis adalah hedonisme spiritualistis maupun hedonistis materialistis sensualistis. Sedangkan teori teori keharusan membahas tingkah laku. Teori-teori yang tergolong dalam theories of obligationadalah aliran egoisme dan formalisme. Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang berasal dari kata Yunani yaitu aisthetika atau aisthesis. Kata tersebut berarti hal-hal yang dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika sebagai bagian dari aksiologi selalu membicarakan permasalahan, pertanyaan, dan isu-isu tentang keindahan, ruang lingkupnya, nilai, pengalaman, perilaku pemikiran seniman, seni, serta persoalan estetika dan seni dalam kehidupan manusia (Wiramiharja, 2006). Pada zaman Yunani Kuno, filsafat keindahan yang saat ini lebih banyak dianggap sebagai bagian dari aksiologi, lebih banyak dibicarakan dalam metafisika karena sifatnya yang abstrak. Tokoh yang membicarakan estetika di masa itu adalah Sokrates dan Plato. Plato berpendapat bahwa seni (art) adalah keterampilan untuk memproduksi sesuatu. Hasil seni adalah sebuah tiruan (imitasi). Lukisan merupakan contoh dari hasil seni yang berupa tiruan tentang alam atau sesuatu yang ideal. Karya seni merupakan tiruan yang ada dalam dunia ide dan tidak memiliki sifat yang sempurna. Seni bagi Plato tidaklah penting karena tidak memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia. DAFTAR PUSTAKA Fithriani, F. (2019). IMPLIKASI AKSIOLOGI DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN. Intelektualita, 5(1). Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakata: Kencana, 2008), hlm. 2 Aksiologi dalam Pendidikan| 11 Abadi, T. W. (2016). Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika. KANAL: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(2), 187-204.