Uploaded by ferdiantono tono

UAS FILSAFAT MANUSIA

advertisement
MATERI-MATERI PEMBELAJARAN FILSAFAT MANUSIA
DOSEN PEMBIMBING:
JAMHARI, S.Ag.M.Fil.l
DISUSUN OLEH:
NADIA SALSA ANANDA (2030901132)
UNIVERSITAS UIN RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020/2021
Nama
: Nadia Salsa Ananda
Nim
: 2030901132
Mata kuliah
: Filsafat Manusia
Program Studi
: Psikologi Islam
Dosen Pengasuh
: Jamhari,S.Ag.M.FiI.I
MATERI KE 1:
SEJARAH FILSAFAT MANUSIA
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan filsafat maka kita akan
terjun ke masa lampau di zaman yunani kuno. Pada masa itu semua ilmu dinamakan filsafat dari
yunanilah kata “filsafat” ini berasal’ yaitu dari kata “philos dan Sophia” artinya kebijakan atau
kearifan . Dalam penggunaan popular , filsafat dapat diartikan sabagai suatu pendirian hidup
(individu) dan dapat juga sabagai bagian pandangan masyarakat (masyarakat).
Menurut Magnis suseno (1995:20) bahwa filsafat sebagai ilmu kitis . Sadi Gazalba (1974:7)
mengatakan bahwa filsafat adalah hasil kegiatan berpikir yang radikal, sistematis, universal. Kata
radikal berasal dari bahana latin’radix’ yang artinya akar.
Filsafat bersifat radikal, artinya permasalahan yang di kaji. Filsafat bersifat sistematis artinya
pernyataan-pernyataan atau kajian-kajiannya menunjukkan adanya hubungan satu sama lain,
saling berkait dan bersifat runtut. Filsafat bersifat universal, artinya pertanyaan-pertanyaan dan
jawaban-jawaban filsafat bersifat umum dan mengenai semua orang. Dalam Al-Quran dan budaya
arab terdapat istilah”hikmah” yang berarti arif atau bijak. Filsafat itu sendiri bukan hikmah ,
melaikan cinta yang sangat mendalam terhadap hikmat. Ada bebarapa definisi filsafat yang di
kemukakan Harold Titus, yaitu:
1.)Fisalfat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta
2.)Filsafat adalah metode berpikir reflektif dan penelitian penalaran
3.)Filsafat adalah suatu perangkatnmasalah-masalah
4.)Filsafat adalah seperangkat teori dan system berpikir
Latar belakang lahirnya filsafat ada 2 faktor yaitu: 1.) factor internal cenderung dari dalam diri
manusia yaitu rasa ingin tahu. 2.) factor ekstern adanya hal tau sesuatu yang menggejala dihadapan
manusia, sehingga menimbulkan rasa heran atau kagum
PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA
Di dalam KBBI, fisalfat berarti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu
kegiatan , hingga ke ilmu yang beritika, logika, estetika, metafisika, dan epistemology. Filsafat
manusia adalah cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai makna menjadi manusia. Filsafat
manusia menjadikan manusia ebagai objek studinya. Dalam cabang ilmu filsafat manusia akan
mengajukan pertanyaan mengenai diri mereka sebagai manusia. Filsafat manusia terus
berkembang karena manusia adalah objek yang penuh dengan miseries. Titik tolak filsafat manusia
adalah pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang melingkupinya. Dalam sejarah ada
beberapa istilah yang mendahului filsafat manusia, yaitu psikologi filsafat, psikologi radional,
eksperimental, dan empiris. Manusia adalaha makhluk tuhan yang otonom, berdiripribadi yang
tersusun atas kesatuan harmonic jiwa raga dan eksis sebagai individu bermasyarakat. Didalam diri
manusia terkandung potensi-potensi krjiwaan (berpikir,perasaan, dan kemauan) yang sangat
menentu bagi esensi (diri) dan eksisten (keberadaan) manusia itu sendiri
OBJEK KAJIAN FILSAFAT MANUSIA
Bagi filsafat manusia, semua gejala maupun feni=omena manusiawi merupakan objek materil.
Mereka di anggap sebagai bahan atau materi untuk penyelidikan. Phainoman yang berarti
“menampak”. Filsafat manusia tidak berhenti pada fenomena saja melainkan bermaksud
menerobos sampai ke dasarnya. Objek formal bagi filsafat manusia yang sedalam-dalamnya, yang
berlaku selu dan dimana-mana dan untuk sembarang orang.
-Objek filsafat memiliki objek studi yang meliputi objek materi maupun objek forma.
-Objek materi filsafat sering di sebut sebagai segala sesuatu yang ada (dan bahkan yang mungkin
ada). Objek ini sering pula di sebut sabagi realitas atau kenyataan.
-Objek forma filsafat sering di sebut sebagai pendekatan.
Hakikat manusia sebagai objek formal filsafat manusia meliputi dua aspek yaitu manusia mau di
pahami seekstensif atau seluas mungkin, dan manusia di pahami secara intensif atau sepadat
mungkin.
Beberapa metode filsafat manusia:
1.Metode Kritis (Negatif) metode ini bertitik tolak dari pendapatan filsuf-filsuf lain, atau juga dari
teor-teori ilmu-ilmu lain, atau pula dari keyakinan-keyakinan sehari-hari yang agak sentral.
2.Metode Analitika bahasa (Linguistic Analysis) metode ini beryitik tolak dari bahasa sehari-hari,
3.Metode Fenomenologis metode ini kembali pada hal-hal sendiri, atau kepada apa adanya, tanpa
mulai dengan salah satu interpretasi apiori.
4.Metode (Metafisik) Transendetal metode ini bertitik tolak dari fakta kegiatan berbicara dan
berpikir di dalam manusia
CIRI-CIRI FILSAFAT MANUSIA
1.Ekstensif, yaitu gambaran yang menyeluruh tentang realitas manusia, dan tentunya filsafat
manusia hanya menggambarkan realitas manusia secara garis besar saja. Filsafat manusia berbeda
dengan ilmu lain, yaitu tidak mempunyai informasi yang sangat mendetail dan spesifik tentang
dimensi-dimensi tertentu dari manusia seperti biologi dan lain-lain.
2.Intensif (mendasar) hal ini berarti filsafat manusia mencari inti, hakikat, akar yang melandasi
realitas pada diri manusia, baik yang terlihat pada gejala kehidupan sehari-hari maupun yang
terdapat di dalam data-data dan teori-teori ilmiah.
3.Kritis, yaitu peka terhadap objek kajiannya.selain memhami manusia secara ekstensif, filsafat
manusia tidak henti-hentinya membahas tentang dasar-dasar atau ideolgi-ideologi yang ada di
belakang suatu teori
MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA
1.Untuk mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manusia itu
2.Filsafat manusia dapat memberikan kepada kita pemahanam mendalam tentang manusia
sehingga kita dapat meninjau secara kritis berbagai asumsi di balik berbagai teori yang terdapat di
dalam ilmu manusia.
3.Memahami dan menemukan arti tujuan kenapa manusia diciptakan.
4.Memahami diri dalam konsepn yang menyeluruh sehingga dapat memudahkan dalam
mengambil makna dari setiap peristiwa.
TUJUAN FILSAFAT SECARA UMUM
Keberadaan ilmu filsafat dapat membantu manusia menyelesaikan segala persoalan dalam
kehidupan. Setelah mengetahui arti filsafat beserta ciri-ciri umum yang dimilikinya, kali ini akan
kita akan membahas mengenai tujuan filsafat secara umum yang telah dijabarkan ke dalam poinpoin berikut ini.
1.Filsafat berguna untuk membuat manusia memiliki sifat yang bijaksana dan bisa menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
2.Filsafat juga bertujuan untuk membuat manusia memiliki perspektif yang luas dalam melihat
sesuatu. Dengan hal ini maka manusia dapat memiliki pandangan yang luas dan dapat terhindar
dari egosentrisme.
3.Dengan menilai berbagai macam hal di sekitarnya secara objektif, maka melalui filsafat
diharapkan manusia akan lebih terdidik dan mampu memiliki pengetahuan yang luas.
4.Filsafat dapat mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan dan lebih mendalami ilmu
pengetahuan.
5.mempelajari filsafat maka manusia juga dapat memahami perkembangan, kemajuan
pengetahuan, serta sejarah pertumbuhan dari pengetahuan tersebut.
6.Filsafat membuat manusia agar memiliki kemauan untuk berpendapat sendiri, mandiri dalam hal
rohaniah, berpikir sendiri, serta dapat menunjukkan sifat yang kritis.
7.Dengan mendalami filsafat maka manusia dapat mendalami pokok ilmu sampai ke cabangcabangnya. Dengan demikian maka akan lebih mudah dalam memahami hakikat ilmu beserta
sumber dan tujuannya.
8.Filsafat juga sangat berguna bagi dunia pendidikan, karena baik siswa maupun pengajar punya
pedoman yang kuat untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Terutama untuk membedakan mana
persoalan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah.
FUNGSI FILSAFAT
fungsi dan pengertian filsafat Mempelajari filsafat sangatlah bermanfaat, karena dengan ilmu ini
setiap orang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar yang tidak ada dalam wewenang
ilmu-ilmu secara khusus lainnya. Setelah memahami pengertian filsafat, ciri-ciri, dan tujuan yang
dimilikinya. Maka tak lengkap rasanya bila tidak membahas fungsi-fungsi yang dimilikinya,
fungsi filsafat dapat Anda lihat dalam poin-poin berikut.
a . Membentuk Sifat Kritis
Seperti yang telah dijelaskan sebelum-sebelumnya, filsafat dapat membentuk pemikiran yang
kritis pada seseorang. Hal tersebut tentunya sangat berguna untuk diterapkan dalam kehidupan
beragama maupun bermasyarakat. Sehingga ketika menghadapi masalah apapun diharapkan
manusia dapat berpikir dengan rasional supaya tidak terjebak oleh segala sifat fanatisme.
b . Sebagai Pemecahan Masalah
Ilmu filsafat mengajak manusia supaya berpikir secara bijak dalam mengatasi berbagai persoalan.
Dengan menggunakan cara berpikir filsafat maka diharapkan manusia dapat mengidentifikasi
masalah tersebut dan memudahkannya dalam mendapatkan jawaban. Sehingga masalah dapat
dipecahkan tanpa kesulitan.
c . Membantu Kemampuan Analisis
Berpikir secara filsafat tentunya sangat dibutuhkan oleh para pelajar maupun peneliti. Karena
dengan demikian kemampuan dalam menganalisa akan semakin terasah. Sehingga analisa dapat
dilakukan dengan kritis dan komprehensif untuk mengatasi berbagai permasalahan ilmiah dalam
riset. Pada poin berikut filsafat dilakukan pada konteks pengetahuan yang menomor-satukan
kontrol. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa nilai pengetahuan ada karena memiliki fungsi, lain
halnya dengan fungsi filsafat yang ada karena nilai yang dimilikinya.
d . Menambah Pengalaman
Melalui ide-ide baru atau dasar hidup, filsafat dapat dapat membentuk pengalaman kehidupan
manusia secara kreatif. Semakin banyak rasa ingin tahu manusia dan keinginan untuk mencarinya,
maka pengalaman akan terus bertambah.
UNSUR-UNSUR FILSAFAT
Jika penjelasan mengenai pengertian filsafat dan pembahasan lainnya sudah Anda mengerti
dengan baik, di bawah ini terdapat lagi informasi menarik mengenai unsur-unsur yang ada dalam
filsafat. Apa saja unsur-unsur tersebut, silahkan simak di bawah ini.
1. Epistemologi
Istilah berikut ini muncul untuk pertama kalinya pada tahun 1854 yang dipelopori J.F. Ferrier.
Epistemologi diambil dari bahasa Yunani yaitu episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang
berarti teori. Ilmu ini merupakan filsafat yang membahas segala jenis masalah yang berkaitan
dengan filosofikal seputar teori pengetahuan. Bagian filsafat ini meneliti sifat-sifat dasar dan asalusul dalam memperoleh sebuah pengetahuan dengan cara yang benar. Melihat dari pengertian
epeistemologi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa unsur ini sangat berpengaruh terhadap
karakter pengetahuan. Terlebih lagi dalam memilah mana kebenaran yang harus ditolak, dan mana
yang harus diterima. Jika pengetahuan-pengetahuan tersebut dikumpulkan dengan benar,
kemudian diklarifikasi, dan disusun secara sistematis, maka dapat menjadi metode epistemologi.
2. Axiologi
Axiologi atau yang lebih dikenal dengan teori tentang nilai adalah suatu unsur filsafat yang
menelusuri tentang kegunaan pengetahuan. Aksiologi ada untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti akan digunakan untuk apa ilmu pengetahuan itu, lalu seperti apa kaitan antara manfaat
pengetahuan tersebut dengan kaidah moral yang ada, dan bagaimana cara menentukan obkjek yang
dikaji menurut berbagai pilihan moral.
3. Ontologi
Ontologi menelusuri tentang sesuatu yang ada secara universal, dan menampilkannya dalam
pemikiran semesta universal. Unsur ini tidak terikat oleh perwujudan tertentu serta memiliki upaya
untuk mencari sebuah inti yang ada dalam kenyataan. Dengan kata lain objek dari ontologi secara
formal yaitu hakikat dari semua realitas.
JENIS-JENIS FILSAFAT
jenis dan pengertian filsafat Setelah selesai membahas pengertian filsafat, tujuan, fungsi, dan juga
unsur-unsurnya, pada bab terakhir ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis filsafat atau cabang
filsafat.
1. Estetika
Sesuai namanya, estetika ialah filsafat yang membahas dan mempelajari keindahan, serta mencari
tahu bagaimana keindahan tersebut dibentuk. Filsafat ini juga mempelajari bagaimana cara
manusia dalam merasakan keindahan tersebut.
2. Etika
Filsafat berikut ini mempelajari mengenai aturan serta norma yang dipakai masyarakat dalam
berprilaku. Dengan kata lain filsafat ini digunakan sebagai pedoman untuk menunjukkan mana
yang baik dan mana yang buruk.
3. Metafisika
Jenis filsafat ini erat kaitannya dengan hakikat fundamental dan proses analitis terhadap realitas
serta keadaan yang menyertainya. Penelitian yang berhubungan dengan metafisika biasanya
berpusat pada pertanyaan-pertanyaan seputar keberadaan dan realitas
4. Logika
Filsafat logika merupakan cabang yang mendalami bagaimana kemampuan seseorang untuk
berpikir secara tepat.
5. Epistemologi
Epistemologi merupakan jenis filsafat yang secara khusus membahas mengenai pengetahuan.
Adapun beberapa pengetahuan yang dibahas seperti validitas data, asal mula, validitas, struktur,
serta metodologi yang bekerja sama dalam menyusun pengetahuan manusia.
6. Filsafat Ilmu
Pada dasarnya pengertian filsafat ilmu adalah bagian epistemologi yang merupakan filsafat
pengetahuan. Namun, pengkajian filsafat ilmu lebih terpusat kepada pengetahuan yang bersifat
ilmiah, dan hakikat ilmu itu sendiri.
PENGERTIAN FILSAFAT MENURUT PARA AHLI
1. John Dewey Filsafat menurut John Dewey adalah pengungkapan akan usaha dan perjuangan
manusia secara terus-menerus, Menurutnya hal tersebut merupakan upaya yang dilakukan manusia
untuk melakukan penyesuaian terhadap berbagai tradisi. Sehingga hasilnya dapat membentuk budi
pekerti yang memiliki cita-cita politik serta kecenderungan ilmiah baru yang tidak sejalan dengan
wewenang yang telah diakui.
2. Plato Sedangkan filsafat menurut plato ialah ilmu yang berusaha untuk mendapatkan pencapaian
akan kebenaran pengetahuan yang sebenarnya.
3. Aristoteles Filsafat menurut Aristoteles merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berisi
kebenaran. Unsur-unsur dalam kebenaran tersebut meliputi ekonomi, metafisika, estetika, retorika,
politik dan juga logika. Filsafat yang dikemukakan Aristoteles sering disebut sebagai filsafat
keindahan.
4. Johann Gotlich Fickte Pengertian filsafat berdasarkan pendapat Johann Gotlich Fickte adalah
ilmu yang menjadi dasar dari segala jenis bidang dan pengetahuan yang digunakan untuk mencari
kebenaran.
5. Cicero Kemudian Cierco menyebutkan bahwa filsafat adalah seni kehidupan yang merupakan
ibu dari semua seni.
6. Imanuel Kant mengartikan filsafat sebagai ilmu yang menjadi akar dari segala pengetahuan di
dalamnya. Filsafat sendiri menurutnya terbagi ke dalam empat golongan yaitu antropologi,
metafisika, agama, dan etika.
7. Paul Natorp Filsafat menurut Paul Natorp merupakan ilmu dasar yang digunakan untuk
menentukan kesatuan pengetahuan yang dapat digunakan untuk memikul keseluruhannya dan
menunjukkan akhir yang sama.
8. M. J. Langeveld Filsafat menurut M. J. Langeveld adalah kesatuan ilmu yang tersusun dari
beberapa lingkup masalah seperti masalah keadaan, dan masalah lingkungan. Sedangkan untuk
Lingkup masalah pengetahuan terdiri atas teori logika, pengetahuan, dan juga kebenaran.
Kemudian lingkup masalah nilai yaitu terdiri atas teori nilai estetika, nilai religi, etika, dan estetika.
9. Bertrand Russel Kemudian menurut Bertrand Russel, filsafat yaitu sebuah teologi yang
berisikan berbagai pemikiran mengenai masalah-masalah yang bersifat definitif dan tidak dapat
dipastikan. Akan tetapi layaknya sains, filsafat bisa menarik pemikiran manusia jika dibandingkan
otoritas wahyu, dan tradisi.
PERBEDAAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA
Ilmu-ilmu pengetahuan tentang manusia,sedikit mirip dengan ilmu tentang alam, berbudaya untuk
menemukan hokum, perbuatan manusia, sejauh perbuatan itu dapat di pelajari secara indrawi/bisa
dijadikan objek untuk introspeksi. Adapun filsafat menyerahkan penyelesaiannya terhadap segi
yang lebih mendalam dari manusia, Keterbatasan metode observasi tidak memungkinkan ilmuilmu tentang manusia untuk melihat gejala manusia secara utuh dan menyeluruh. Contohnya yaitu
tenyang ilmu psikologi, ilmu tersebut hanya menekankan pada aspek psikis dan fisiologis manusia
sebagai suatu organisme. Dan tidak menjelaskan tentang pengalaman spiritual dan eksistensinya.
Ilmu laianya seperti antropologi dan sosiologi lebih memfokuskan pada gejala budaya dan pranata
social, dan tidak enjelaskan dengan pengalaman dan gejala individu.
Maka berbedalah filsafat manusia terhadap ilmu-ilmu lain tentang manusia, yakni dengan
menggunakan metode sintesis dan reflektif. Dan mempunyai ciri-ciri ekstensif, intensif, dan kritis.
Penggunaan metode sintesis dalam filsafat manusia, yang mensistensiskan pengalaman dan
pengetahuan kedalam satu visi. Oleh sebab itu daripada hanya berkisar tentang salah satu aspekaspek tertentu dari manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok social, filsafat
manusia justru berkenaan dengan totalitas dan keragaman aspek-aspek yang terdapat pada manusia
secara universal dan lebih luas pembahasannya.
Dan penggunnaan metode refleksi, dalam filsafat manusia tampak dari pemikiran-pemikiran
filsafati besar seperti yang dikembangkan misalnnya oleh Descartes, Kant, Edmund Husserl, Karl
Jasper dan lain-Nya. Refleksi yang dimaksudkan disini menunjuk pada dua hal : pertama, pada
pertanyan tentang esensi sesuatu hal. (misalnya : apakah esensi manusia itu, apakah esensi
keindahan itu, apakah esensi alam semesta itu). Dan kedua, pada proses pemahaman diri (selfunderstanding) berdasarkan pada totalitas gejala dan kejadian manusia yang sedang
direnungkannya. Maka ada kemungkinan dalam filsafat manusia terdapat keterlibatan pribadi dan
pengalaan subjektif dari beberapa filsuf tertentu pada setiap apa yang difikirkannya.
Ada yang khas dengan filsafat manusia, dan tidak terdapat pada ilmu-ilmu tentang manusia. Kalau
ilmu adalah netral dan bebas nilai. Maka bisa dikatakan juga bahwa ilmu berkenaan hanya dengan
das Sein (kenyataan sebagaimana adanya). Nilai, dari manapun asalnya dan apapun bentuknya,
diupayakan untuk tidak dilibatkan dalam kegiatan keilmuan. Nilai dipandang sesuatu yang
subjektif dan tidak bisa diukur. Sehingga keberadaanya dianggap tidak bisa dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Sebaliknya di dalam filsafat manusia, bukan hanya das Sein yang
dipertimbangkan, tetapi juga das Sollen (kenyataan yang seharusnya). Ini berarti bahwa nilai yang
selain dipandang subjektif tetapi juga ideal, mewarnai kegiatan filsafat manusia.
HAKEKAT MANUSIA
Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini didasarkan atas
humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. Ada pendapat bahwa agama telah
menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan.
Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia tidak
berkuasa. (Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001). Bagi Iqbal ego adalah bersifat bebas
unifed dan immoratal dengan dapat diketahui secara pasti tidak sekedar pengandaian logis.
Pendapat tersebut adalah membantah tesis yang dikemukanakn oleh Kant yang mengatakan bahwa
diri bebas dan immortal tidak ditemukan dalam pengalaman konkit namun secara logis harus dapat
dijatikan postulas bagi kepentingan moral. Hal ini dikarenakan moral manusia tidak masuk akal
bila kehidupan manusia yang tidak bebas dan tidak kelanjutan kehidupannya setelah mati. Iqbal
memaparkan pemikiran ego terbagi menjadi tiga macam pantheisme, empirisme dan rasionalisme.
Pantheisme memandang ego manusia sebagai non eksistensi dimana eksistensi sebenarnya adalah
ego absolut. Tetapi bagi Iqabal bahwa ego manusia adalah nyata, hal tersebut dikarenakan manusia
berfikir dan manusia bertindak membuktikan bahwa aku ada. Empirisme memandang ego sebagai
poros pengalaman-pengalaman yang silih berganti dan sekedar penanaman yang real adalah
pengalaman. Benak manusia dalam pandangan ini adalah bagaikan pangging teater bagai
pengalaman yang silih berganti. Iqbal menolak empirisme orang yang tidak dapat menyangkal
tentang yang menyatukan pengalaman. Iqbal juga menolak rasionalisme ego yang diperoleh
memlalui penalaran dubium methodicum (semuanya bisa diragukan kecuali aku sedang ragu-ragu
karena meragukan berarti mempertegas keberadaannya). Ego yang bebas, terpusat juga dapat
diketahui dengan menggunakan intuisi. Menurut Iqbal aktivitas ego pada dasarnya adalah berupa
aktivitas kehendak. Baginya hidup adalah kehendak kreatif yang bertujuan yang bergearak pada
satu arah. Kehendak itu harus memiliki tujuan agar dapat makan kehendak tidak sirna. Tujuan
tersebut tidak ditetapakan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia kehendak
bebas dan berkreatif. (Donny Grahal Adian, Matinya Metafisika Barat, 2001)
Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada tahap ini
semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik, dan aktualisasi kekinian
yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya. Secara subtansial dan moral manusia
lebih jelek dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik karena manusia memiliki
kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya,
sedangkan pada kotauhid hakekat manusai dan fungsinya manusia sebagai ‘adb dan khalifah dan
kekasatuan aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara
aktual. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)
Bagi Freire dalam memahami hakekat manusia dan kesadarannya tidak dapat dilepaskan dengan
dunianya. Hubungan manusia harus dan selalu dikaitkan dengan dunia dimana ia berada. Dunia
bagi manusia adalah bersifat tersendiri, dikarenakan manusia dapat mempersepsinya kenyataan
diluar dirinya sekaligus mempersepsikan keberadaan didalam dirinya sendiri. Manusia dalam
kehadirannya tidak pernah terpisah dari dunidan hungungganya dengan dunia manusia bersifat
unik. Status unik manusia dengan dunia dikarenakan manusia dalam kapasistasnya dapat
mengetahui, mengetahui merupakan tindakan yang mencerminkan orientasi manusia terhdap
dunia. Dari sini memunculkan kesadaran atau tindakan otentik, dikarenakan kesadaran merupakan
penjelasnan eksistensi penjelasan manusia didunia. Orientasi dunia yang terpuasat oleh releksi
kritiuas serta kemapuan pemikiran adalah proses mengetahui dan memahami. Dari sini manusia
sebagaiu suatu proses dan ia adalah mahluk sejarah yang terikat dalam ruang dan waktu. Manusia
memiliki kemapuan dan harus bangkit dan terlibat dalam proses sejarah dengan cara untuk menjadi
lebih. (Siti Murtiningsih, Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, 2004)
Manusia dalam konsep al Quran mengunakan kensep filosofis, seperti halnya dalam proses
kejadian adam mengunakan bahasa metaforis filosofis yang penuh makna dan simbol. Kejadian
manusia yakni esensi kudrat ruhaniah dan atributnya, sebagaimana dilukiskan dalam kisah adam
dapat diredusir menjadi rumus;
Ruh Tuhan + Lempung Busuk Manusia
Ruh Tuhan dan lempung busuk merupakan dua simbol individu. Secara aktual manusia tidak
diciptakan dari lempung busuk (huma’in masnun) ataupun ruh Tuhan. Karena kedua istilah itu
harus dikasih makna simbolis. “Lempung busuk” merupakan simbol kerendahan stagnasi dan
pasifitas mutlak. Ruh Tuhan merupakan simbol dari gerak tanpa henti kearah kesempurnaan dan
kemuliaan yang tak terbatas. Pernyataan al Quran manusia merupakan gabungan ruh Tuhan dan
lempung busuk. Manusia adalah suatu kehendak bebas dan bertanggungjawab menempati suatu
stasiun antara dua kutub yang berlawanan yakni Allah dan Syaitan. Gabungan tersebut menjadikan
mansuia bersifat dialektis. Hal ini yang menjadikan manusia sebagai realitas dialektis. Dari
dialektika tersebut menjadikan manusia berkehendak bebas mampu menentukan nasibnya sendiri
dan bertanggung jawab. Manusia yang ideal menurut ‘Ali Syariati adalah manusia yang telah
mendialektikakan ruh tuhan dengan lempung dan yang dominant dalam dirinya adalah ruh
Tuhan.(‘Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001)
Manusia merupakan mahluk yang unik yang menjadi salah satu kajian filsafat, bahkan dengan
mengkaji manusia yang merupakan mikro kosmos. Dalam filsafat pembagian dalam melihat
sesuatu materi yang terbagi menjadi dua macam esensi dan eksistensi. Begitu pula manusia dilihat
sebagai materi yang memiliki dua macam bagian esensi dan eksistensi. Manusia dalam hadir dalam
dunia merupakan bagian yang berada dalam diri manusia esensi dan eksistensi. Esensi dan
eksistensi manusia ini yang menjadikan manusia ada dalam muka bumi. Esensi dan eksistensi
bersifat berjalan secara bersamaan dan dalam perjalananya dalam diri manusia ada yang
mendahulukan esensi dan juga eksistensi. Manusia yang menjalankan esensi menjadikan ia
bersifat tidak bergerak dan menunjau lebih dalam saja tanpa melakukan aktualisasi. Begitu pula
manusia yang menjalankan eksistensi tanpa melihat esensi maka yang terjadi ia hanya ada tetapi
tidak dapat mengada. Seperti yang telah dikekmukakan oleh ‘Ali Syariati bahwa esensi manusia
merupakan dialektika antara ruh Tuhan dengan lempung dari dialektika tersebut menjadikan
manusia ada dalam mengada. Proses mengadanya manusia merupakan refleksi kritis terhadap
manusia dan realitas sekitar. Sebagaimana perkataan bijak yang dilontarkan oleh socrates bahwa
hidup yang tak direfleksikan tak pantas untuk dijalanani. Refleksi tersebut menjadikan manusia
dapat memahami diri sendiri, realitas alam dan Tuhan. Manusia yang memahami tentang dirinya
sendiri ma ia akan memahami Penciptanya. Proses pemahaman diri dengan pencipta menjadikan
manusia berproses menuju kesempurnaan yang berada dalam diri manusia. Proses pemahaman diri
dengan refleksi kristis diri, agama dan realitas, hal tersebut menjadikan diri manusia menjadi insan
kamil atau manusia sempurna.
Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran dalam Filsafat
Di dalam filsafat manusia terdapat beberapa aliran. Tiap-tiap aliran memiliki pandangan tentang
hakikat atau esensi manusia yang berbeda-beda. Dari sekian banyak aliran, terdapat dua aliran
tertua dan terbesar, yaitu materialisme dan idealisme. Sedangkan aliran-aliran lain, pada
prinsipnya merupakan reaksi yang berkembang kemudian terhadap kedua aliran tersebut.
1.
Materialisme
Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi
manusia bersifat material atau fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah bahwa ia
menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (res extansa), dan bersifat objektif. Karena
menempati ruang dan waktu serta bersifat objektif, maka ia bisa diukur, dikuantifikasikan
(dihitung), dan diobservasi.
Para materialis mempercayai bahwa tidak ada kekuatan apa pun bersifat spiritual dibalik suatu
gejala atau peristiwa yang bersifat material. Kalau ada suatu gejala yang masih belum diketahui,
atau belum dipecahkan oleh akal manusia, maka hal itu bukan berarti ada kekuatan yang bersifat
spiritual dibelakang peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan dan akal fikiran kita saja
yang belum dapat memahaminya. Penjelasan tentang gejala tersebut tidak perlu dicari dalam dunia
spritual, karena tidak ada yang namanya dunia spiritual. Penejalasan tersebut harus berdasarkan
pada data-data yang bersifat inderawi.
Jenis lain dari materialisme adalah naturalisme. Dikatakan naturalisme, karena isitilah materi
diganti dengan istilah alam (nature) atau organisme. Materialisme atau naturalisme percaya bahwa
setiap gejala dan setiap gerak dapat dijelaskan menurut hukum stimulus-respon. Contoh tindakan
agresif yang dilakukan oleh manusia tidak terjadi begitu saja, melainkan merupakan respons dari
bagian-bagian tertentu didalam syaraf pusat manusia terhadap stimulus tertentu, sehingga tanpa
dibendung, ia mampu melakukan tindakan agresif.
Karena sangat percayapada hukum kausalitas, maka kaum materialis pada umumnya sangat
deterministik. Mereka tidak mengakui adanya kebebasan atau independensi manusia. Seorang
materialis sangat yakin bahwa tidak ada gerak atau perilaku yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri.
Gerak selalu bersifat mekanis, digerakan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya (eksternal). Oleh
sebab itu, metafor yang digunakan oleh materialisme untuk menjelaskan gerak atau perilaku adalah
mesin, dan benda-benda lain yang bersifat mekanis.
Ilmu-ilmu alam – seperti fisika, biologi, kimia, kedokteran – adalah suatu bentuk dari materialisme
atau naturalisme, jika beransumsi bahwa esensi alam semesta (termasuk manusia) dan objek kajian
ilmu-ilmu alam sepenuhnya bersifat material, sehingga bisa dijelaskan secara kausal dan mekanis.
Akan tetapi, ilmu-ilmu manusia seperti psikologi dan sosiologi pun adalah materialisme, jika
memiliki asumsi bahwa objek kajianya (yakni, perilaku manusia) adalah materi yang menempati
ruang dan waktu, bisa diukur dan dikuantifikasikan dan bergerak (berperilaku) secara kausal.
2.
Idealisme
Kebalikan dari materialisme adalah idealisme. Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat
spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga spiritualisme). Para idealis percaya bahwa
ada kekuatan atau kenyataan spiritual dibelakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari
kenyataan spiritual dibelakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual
ini adalah berpikir (res cogitans). Karena kekuatan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau
dijelaskan berdasarkan pada pengamatan empiris, maka kita hanya bisa menggunakan metaformetafor kesadaran manusia.
Dengan diakuinya kenyataan sejati sebagai bersifat spiritual, tidak berarti bahwa idealis menolak
kekuatan-kekuatan yang bersifat fisik (material) dan menolak adanya hukum alam. Sebagaimana
dikemukakan oleh Hegel (1770-1831) kekuatan fisik dan hukum alam itu memang ada, tetapi
keberadaanya merupakan manifestasi dari kekuatan atau kenyataan yang sejati dan lebih tinggi,
yakni Roh Absolut. Seperti halnya kebudayaan dan kesenian merupakan manifestasi lahiriah dari
jiwa manusia, alam fisik pun adalah manifestasi lahiriah dari kenyataan yang sejati yakni Roh
Absolut atau Tuhan. Para idealis percaya adanya gerak pada setiap planet dan adanya hukum alam,
tetapi baik gerak planet-planet maupun hukum alam, sudah didesain terlebih dahulu oleh kekutan
spiritual.
Jika kenyataan pada dasarnya bersifat spiritual atau nonfisik, maka hal-hal yang bersifat ideal dan
normatif, seperti agama, hukum, nilai, cita-cita atau ide, memegang peran penting dalam
kehidupan. Hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta agama dan nilai dalam
kehidupan sosial dan pribadi, merupakan norma-norma yang menggerakkan perilaku manusia dan
masyarakat manusia. Norma-norma atau nilai-nilai tersebut adalah panduan dan sekaligus sasaran
kearah mana manusia hendak menuju atau kearah mana perilaku manusia diarahkan untuk
mewujudkannya.
Jika perilaku manusia diarahkan pada nilai-nilai atau norma-norma, maka hidup manusia adalah
bertujuan (teleologis), yakni hendak menggapai dan sekaligus mengaktualisasikan nilai, norma,
atau hukum. Perilaku manusia mengandung maksud dan tujuan, bukan semata-mata bergerak
secara mekanis. Penggerak utama perilaku bukan kekuatan eksternal, melainkan internal, yakni
jiwa, yang hendak mewujudkan dirinya dalam menggapai nilai-nilai pribadinya dan norma-norma
atau hukum-hukum masyarakat dan agamanya.
3.
Dualisme
Menurut aliran dualisme, kenyataan sejati pada dasarnya adalah baik bersifat fisik maupun
spiritual. Semua hal dan kejadian di alam semesta ini pada dasarnya tidak bisa diasalkan hanya
pada satu substansi atau esensi saja. Esensi kenyataan tidak bersifat fisik material, karena pada
dasarnya kejadian didunia ini yang tidak bisa dijelaskan dengan ilmu alam atau pancaindra. Esensi
kenyataan juga bukan berarti roh atau jiwa, karena siapapun tidak bisa menyangkal keberadaan
dan kekuatan yang nyata dari materi. Yang benar adalah bahwa kenyataan sejati merupakan
perpaduan antara materi dan roh.
Manusia terdiri dari dua substansi, yakni materi dan roh, atau tubuh dan jiwa. Menurut
Descartes (1596-1650), tubuh adalah substansi yang cirinya adalah berkeluasan (res extensa),
menempati ruang dan waktu. Karena ciri dari tubuh adalah res extensa, maka siapapun bisa
mengamati, menyentuh dan mengukur. Ini berarti bahwa materi atau tubuh itu ada dan tidak bisa
ditolak. Akan tetapi, dengan diakuinya keberadaan tubuh bukan berarti menolak keberadaan jiwa.
Keberadaan jiwa, meski tidak bisa diamati secara inderawi, tetapi bisa dibuktikan secara rasio
(pikiran). Menurut Descartes, keberadaan jiwa karakteristiknya adalah res cogitans (berfikir) justru
lebih jelas dan tegas dibandingkan dengan keberadaan tubuh. Untuk membuktikannya maka perlu
berfikir secara skeptis, misalnya meragukan keberadaan apa saja yang bersifat fisik (computer,
kekasih yang berada disamping kita dan keberadaan tubuh kita sendiri). Semua itu bisa diragukan
keberadaannya atau hanya halusinasi kita, hanya dalam mimpi dan bukan kenyataan yang
sebenarnya. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak bisa diragukan keberadaannya, yaitu “aku” yang
sedang meragukan atau sedang berfikir. Descartes menyebutnya “Cogito ergo sum”- “aku berfikir
(meragukan), maka aku ada.”
4.
Vitalisme
Vitalisme adalah paham didalam filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan sejati pada dasarnya
adalah energi, daya, kekuatan atau nafsu yang bersifat irrasional (tidak rasional). Vitalisme percaya
bahwa seluruh aktivitas atau perilaku manusia pada dasarnya merupakan perwujudan dari energyenergi atau kekuatan yang tidak rasional atau instingtif. Acuan utama vitalisme adalah ilmu biologi
dan sejarah. Biologi mengajarkan bagaimana kehidupan ditentukan bukan oleh rasio, melainkan
oleh kekuatan untuk bertahan hidup (survive) yang sifatnya tidak rasional dan instingtif. Agar
organisme tetap bisa bertahan hidup, maka tidak ada dan tidak diperlukan pertimbangan rasional,
melainkan naluri untuk mempertahankan hidup. Tingkah laku hewan dan semua jenis organism
termasuk manusia, menunjukkan bagaimana energy yang bersifat instingtif tersebut sangat
menentukan tingkah lakunya. Hewan dan manusia melalui kehendaknya yang tidak rasional dan
liar , justru lebih bisa mempertahankan hidupnya daripada menggunakan pikiran yang rasional.
5.
Eksistensialisme
Eksistensialisme ini tidak membahas esensi manusia secara abstrak, melainkan secara spesifik
meneliti kenyataan kongkret manusia sebagaimana manusia itu sendiri berada dalam dunianya.
Eksistensialisme tidak mencari esensi atau substansi yang ada dibalik penampakan manusia,
melainkan hendak mengungkap eksistensi manusia sebagaimana yang dialami oleh manusia itu
sendiri.
Istilah eksistensi berasal dari kata existere (eks = keluar, sister = ada atau berada). Dengan
demikian, eksistensi memiliki arti sebagai “sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya” atau
“sesuatu yang melampaui dirinya sendiri”. Dalam kenyataan hidu sehari-hari tidak ada sesuatupun
yang mempunyai ciri existere selain manusia. hanya manusia yang bereksistensi. Hanya manausia
yang sanggup keluar dari dirinya, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan fisiknya. Oleh
karena itu, para eksistensialis menyebut manusia sebagai suatu proses, “menjadi”, gerak yang aktif
dan dinamis.
6.
Strukturalisme
Strukturalisme dapat diartikan sebagai aliran dalam filsafat yang menempatkan struktur (sistem)
bahasa dan nudaya sebagai kekuatan-kekuatan yang menetukan perilaku dan bahkan kesadaran
manusia. Berbeda dengan pandangan eksistensialisme, para strukturalis meyakini bahwa manusia
pada dasarnya merupakan makhluk yang tidak bebas, yang terstruktur oleh sistem bahasa dan
budayanya. Tidak ada perilaku, pola piker dan kesadaran manusia yang bersifat individual dan
unik yang bebas dari sistem bahasa dan budaya yang mengungkapkannya.
Artinya aliran ini secara tegas menolak humanisme, menolak pandangan tentang kebebasan dan
keluhuran (keagungan) manusia. strukturalisme juga tidak mengakui adanya “ego”, “aku” atau
“kesadaran”. Aliran ini berpendapat bahwa “aku” atau manusia bukanlah pusat realitas. Makna
dan keberadaaan manusia pada dasarnya tidak tergantung pada diri manusia itu sendiri, melainkan
pada kedudukan dan fungsinya dalam sistem.
7.
Posmodernisme
Aliran posmodernisme ini hampir sama dengan strukturalisme. Kedua ailiran ini bolrh disebut anti
humanism, jika humanisme dipahami sebagai pengakuan atas keberadaan dan didominasi “aku”
yang terlepas dari sistem atau kondisi yang mengitari hidupnya. Akan tetapi berbeda dengan
posmodernisme yang membahas tentang aspek kehidupan manusia yang lebih beragam dan actual.
Posmodernisme menentang bukan hanya “aku” yang seolah-olah bebas dan mampu melepaskan
diri dari sistem sosial budayanya, tetapi juga menafikkan dominasi sitem sosial, budaya, politik,
kesenian, ekonomi bahkan arsitektur. Menurut pandangan posmodernisme, telah terjadi dominasi
atau “kolonilisasi yang halus dan diam-diam” dalam semua aspek kehidupan manusia. misalnya :
dominasi nilai kesenian barat yang dianggap adi luhung terhadap kesenian yang berasal dari
bangsa timur atau Negara berkembang. The one identik dengan kebudayaan barat dan the plural
dengan kebudayaan timur. Akibat dari pandangan yang demikian maka ada penghargaan terhadap
budaya-budaya lokal atau terhadap sistem budaya yang dianggap penting. Menurut para
posmodernisme, the plural harus diperhatikan, di ungkap ke permukaan karena memiliki nilai yang
penting yang tidak bisa diukur oleh nilai-nilai yang terkandung dalam the One. (Filsafat Manusia,
Zainal Abidin, Rosda Bandung 2011 hal. 25-36)
DAFTAR PUSTAKA
Zainal Abidin, Filsafat Manusia, Mengenal Manusia dengan Filsafat PT Rosda Remaja, 2006,
Bandung).
K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, Gramedia Pustaka Utama, 2005, Jakarta
Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx, Gramedia Pustaka Utama, 1999, Jakarta
FILSAFAT MANUSIA. ZAENAL ABIDIN. PT REMAJA ROSDAKARYA BANDUNG,. 2000
MATERI KE 2 HAKEKAT MANUSIA, ROHANI (JIWA), KEBERSAMAAN ANTARA
ROHANI DAN JASMANI, KODRAT DAN FITRAH MANUSIA
Hakekat Manusia
Hakekat manusia dalam konsep Islam adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, memiliki
berbagai potensi untuk tumbuh berkembang menuju kepada kesempurnaan. Adapun implikasi
konsep Islam tentang hakekat manusia dan hubungannya dengan pendidikan Islam adalah:
1, Sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep kesatuan antara qalbiyah dan aqliyah
untuk dapat menghasilkan manusia intelektual dan berakhlak.
2. pendidikan Islam harus berupaya mengembangkan potensi yang dimiliki manusia secara
maksimal, sehingga dapat diwujudkan bermuatan hard skill dan soft skill.
3. pendidikan Islam harus dijadikan sarana yang kondusif bagi proses transformasi ilmu
pengetahuan dan budaya Islami.
4. konsep hakekat manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta harus sepenuhnya
diakomodasikan dalam perumusan teori-teori pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan,
empirik keilmuan dan rasional filosofis.
5. proses internalisasi nilai-nilai Islam kedalam pribadi seseorang harus dapat dipadukan melalui
peran individu maupun orang lain (guru), sehingga dapat meperkuat terwujudnya kesatuan pola
dan kesatuan tujuan menuju terbentuknya mentalitas insan kamil
Beberapa Pengertian Tentang Hakikat Manusia
1. Kepustakaan Hindu (Ciwa) pada umumnya menyatakan bahwa “atman” manusia datang
langsung dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus merupakan penjelmaannya
2. Kepustakaan Agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk sengsara,
merupakan wadah dari “the absolute” yang hidupnya penuh dengan kegelapan, sehingga tak
sanggup melihat kenyataan.
3. Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa manusia adalah
manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena
itu, manusia merupakan sari dari semua makhluk. Ia merupakan mikrokosmos, dimana segala
sesuatu ada dan berada dalam dirinya serta memiliki kecerdasan. Akan tetapi karena ketidak
ketelitiannya akan segala sesuatu maka manusia hidup didalam ilusi, pura-pura, dan palsu.
3. Socrates menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada budinya, yang memungkinkan untuk
menentukan hikmah dan kebaikan. Sementara Plato menonjolkan peran pikir yang dapat
melahirkan budi baik, dengan demikian hakikat manusia terletak pada idenya. Sedangkan
Aristoteles menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada pikirnya tetapi perlu dilengkapi
dengan hasil pengamatan indera.
5. Sejumlah pemikir yang lebih kemudian cenderung terjadi perdebatan. Aliran humanistik
menyatakan bahwa manusia merupakan kemenyeluruhandalam segala dimensinya. Spinosa
menyatakan bahwa hakikat manusia sama dengan hakikat Tuhan dan alam semesta. Voltaire
menyatakan bahwa memerlukan 30 abad untuk memahami struktur manusia dan selamanya untuk
memahami sedikit jiwa manusia namun hanya sebentar untuk membunuhnya. Notonagoro
menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk monodualisme antara jiwa dan raga tidak dapat
dipisahkan. Manusia memiki sifat benda tak hidup, tumbuhan, dan hewani sekaligus.
6. Ahli biologi cenderung melihat hakikat manusia secara ragawi. Aktivitas jiwa merupakan fungsi
aktivitas otak. Democritus menganggap manusia itu adalah atom.
7. Para ahli psikologi lebih melihat hakikat manusia sabagai aktivitas rohani, jasmani merupakan
alat dari rohani.
8. Pandangan dari dari visi Islam sebagaimana tercermin dalam pandangan Al-Jammaly,
menyatakna bahwa manusia dam jagad pada hakikatnya merupakan satu kesatuan. Manusia tidak
dibenarkan mementingkan kebendaan atau kerohanian secara tidak seimbang. Hakikat manusia
merupakan paduan yang menyeluruh antara akal, emosi, dan perbuatan.
Wujud sifat hakekat manusia dalam membenahi konsep pendidikan yaitu:(a). Kemampuan
menyadari diri. (b). Kemampuan bereksistensi. (c). Pemilikan kata hati. (d.) Moral. (e).
Kemampuan bertanggung jawab. (f.) Rasa kebebasan (kemerdekaan). (g). Kesediaan
melaksanakan kewajiban dan menyadari hak. (h). Kemampuan menghayati kebahagiaan.
Dimensi-dimsensi hakekat manusia: Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada
bagian ini sifat hakikat tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain.
Ada empat macam dimensi yang akan di bahas, yaitu 1). Dimensi keindividualan 2). Dimensi
kesosialan 3) . Dimensi kesusilaan 4) . Dimensi keberagaman
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan
yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi . Karena
adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan,
semangat dan daya tahan yang berbeda.
2. Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan
menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan
sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang
di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya
di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang
menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam
kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas
atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih.
Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda
yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan
diartikan mencakup etika dan etiket. Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilainilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.
4. Dimensi Keberagaman Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan
kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang. Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses
pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya
memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping itu
mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.
Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami hakekat tentang manusia, hal
ini dapat kita lihat dari berbagai pendapat berikut;
1. Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan binatang, karena
terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat teori descendensi (ilmu turunan)
dan teori natural selection (teori pilihan alam)
2. Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal menyerupai binatang
beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui
3. Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai binatang yang berakal sehat
yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara berdasarkan pikirannya (the
animal than reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang berpolitik (zoon
politicon) dan binatang yang bersosial (social animal)
4. Harold H. Titus menempatkan manusia sebagai organisme hewani yang mampu
mempelajari dirinya sendiri dan mampu menginterpretasi terhadap bentuk-bentuk hidup
serta dapat menyelidiki makna eksistensi insani (Endang Saifudin, dalam Muhaimin,
1993;31)
5. Ahli mantiq mendevinisikan manusia sebagai “al-insan hayawanun nathiq” (manusia
adalah hewan yang berbahasa)
Dalam Islam manusia dipandang sebagai manusia, bukan sebagai binatang, karena manusia
memiliki derajat yang tinggi, bertanggung jawab atas segala yang diperbuat, serta makhluk
pemikul amanah yang berat. Berikut pemahaman para pemikir Islam tentang manusia
Rohani ( Jiwa)
Jiwa adalah sumber kekuatan seseorang. Orang yang Jiwanya lemah, akan tampil sebagai sosok
yang lemah. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai sosok yang 'kuat' pula. Tentu
saja, bukan dalam arti fisik. Melainkan 'kekuatan' dalam menghadapi gelombang kehidupan.
Demikian juga dengan perusahaan yang memilik 'jiwa' yang kuat, akan menjadi kokoh dalam
situasi topan badai, perusahaan yang ber'jiwa 'lemah akan segera runtuh ketika angin mulai
menderu.Herb Kelleher, adalah contoh dari 'jiwa' berharga milik Southwest Airlines. Coba kita
lihat dedikasinya pada bisnis dan anak buahnya. Di tahun 2000, perusahaan itu terancam
penyusutan laba yang sangat besar karena harga bahan bakar naik sampai 3x lipat. Dengan surat
yang diedarkan pada seluruh personel dari tingkat mana pun, Kelleher hashtag: “Saya harap, setiap
karyawan mau mencari cara / gagasan gagasan berhemat untuk mengeluarkan perusahaan sebesar
$ 5 saja perhari, maka perusahaan akan memberikan $ 50 juta dolar pertahun”Karyawan Southwest
Airlines, permintaan permintaan pemimpin mereka, dimana seluruh individu diperusahaan
berusaha, bahkan berlomba memberi gagasan untuk memberikan. Dari para karyawan yang
memberi kesediaan mereka untuk membersihkan ruang kantor mereka sendiri, sampai mekanik
yang berpikir keras untuk teknik memanaskan pesawat yang bisa memberikan bahan bakar, bahkan
penerima tiket di counter yang bersedia menjadi penimbang bagasi.Hasil dedikasi dan kepercayaan
sejati antara karyawan dan manajemen, maka dalam waktu hanya 6 minggu, Southwest berhasil
membukukan sampai2 juta dolar. Sebuah prestasi kerjasama sehati yang pantas ditiru.!Ciri lain
dari seseorang yang merupakan jiwa berharga ' adalah respek dengan diri sendiri, juga kepada
orang lain serta lingkungannya yang berarti, respek dengan macam-macam pandangan, filsafatfilosofi, percaya dan mempercayai orang, gaya hidup, etnisitas, kemungkinan dari fisik ( seperti
cacat), keyakinan dan kepribadian.Mulai dari bangku sekolah kita , banyak b elajar bagaimana
cara bersaing, kita kurang belajar artidalam . Di sekolah kita belajar bahwa "kerja tim" dengan
bersama dan dengan tim lain bersaing, contoh dalam olahraga, macam-macam permainan /
kesenian misalnya lomba paduana suara, menari dan lain sebagainya, yang penekanankan adalah
daya saing, harus keluar sebagai pemenang, itu targetnya. Tetapi hubungan yang sangat dekat dan
teman-teman adalah bagaimana menjalin kerjasama dalam bidang apapun sekolah dan teman
Masalah terjadi, ketika kita masuk di “dunia besar”, sejalan dengan usia anak-anak sekolah yang
beranjak menjadi dewasa, dan terjun dalam persaingan dunia, mereka secara kejiwaan Kehilangan
daya untuk bisa sportif dalam persaingan, dan yang lebih memprihatikan adalah pendapat, menjadi
ketajaman dan tidak bisa dimusyawarahkan untuk mencapai tujuan kerjasama.Pada umumnya kita
tidak belajar menjalin kerjasama. Pola lama ini dan sudah terlatih dari kecil, tidak mengakibatkan
ada respek dengan kolega, manajemen, karyawan, dan klien kita. Disitulah kesalahan banyak
orang, kenapa sulit menjadi 'jiwa berharga' dalam lingkungannya, sebab sudah terbelenggu TRAP
yaitu Tradisi Ritual Atribut Predikat.Tradisi meraih puncak prestasi dengan menghalalkan segala
cara, termasuk menjilat atasan. Ritual yang penuh dengan mitos-mitos menyesatkan, atribut yang
menempel pada nama, yaitu gelar-gelar hanya sebagai embel-embel pelengkap saja. Predikat
sebagi orang timur berbudaya dan sebagainya , membuat batasan untuk menerima wawasan yang
lebih luas.Hambatan sukses adalah sikap Arogan Sekarang anggap anda sudah menjadi pemimpin
dan pebisnis yang sukses, satu hal yang akan membuat kehidupan anda berubah menjadi kelabu
hanya karena anda menjadi orang yang arogan. Pemimpin yang arogan akan terjebak kedalam
lubang sengsaranya sendiri. Sikap arogan terjadi karena, kita sudahmerasa ‘ serba tahu’ maka tidak
lagi mau menerima dari luar, apalagi dari bawahan.Sikap arogan membentuk Anda membuat Anda
membuat apapun untuk memesan, anda ‘lebih’ dari, bahkan peraturan perusahaanpun dibuat
sedemikian rupa, agar para karyawan anda tahu, anda sangat lemah.! Tiada jebakan yang paling
kejam dari kehancuran adalah sikap arogan.!Sering kali karena kearoganan, kita memaki
seenaknya, sikap seperti iniibaratkita melihat keatas dan meludahi langit, maka ludah sendiri akan
kembali pada muka sendiri. Jiwa yang berintegritas akan selalu waspada dengan ucapannya,
karena kita mempertaruhkan kehidupan kita sendiri yaitu, hormat pada jiwa dan hormat pada
kehidupan itu sendiri.
Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok,
manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam surah al Qashash (28); 77 : Artinya:
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupa-kan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia disebutkan sebagai bagian dari alam
besar karena itu manusia dikatakan alam kecil yang ada di atas muka bumi. Diamerupakan
makhluk hidup/bernyawa, makhluk antromorphen dan merupakan binatang yang menyusui, akan
tetapi juga merupakan makhluk yang memiliki kekuatan untk menguasai alam baik di luar dan di
dalam dirinya, ataupun lahir batin. Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya
bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan.
Kebersamaan Antara Rohani dan Jasmani
“Mens sana in corpore sano”, tepat sekali pepatah lama dalam bahasa latin tersebut, yang artinya
“dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang sehat” atau “jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat” ,
namun sering pula orang mengatakan” di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”, Hal
ini bisa dibuktikan apabila tubuh kita sehat dan bugar, tentu saja fikiran kita juga akan segar dan
fit, tetapi apabila tubuh kita kurang sehat, lelah, letih, lesu ,itu akan berpengaruh juga terhadap
fikiran kita, daya ingat kita,dan semangat kerja kita. Begitu juga sebaliknya, apabila fikiran kita
sedang tidak enak, dalam keadaan sedih, kurang mood,akan mempengaruhi kinerja dan aktifitas
kita sehari-hari.Namun ,jauh sebelum adanya pepatah dalam bahasa latin tersebut, Allah SWT
sudah terlebih dahulu berfirman dalam kalamnya bahwa beliau lebih mencintai mu`min yang kuat
daripada mu`min yang lemah,kuat disini bisa diartikan kuat secara fisik(jasmani)dan
psikis(rohani).
Sehat jasmani tentu saja tidak semata-mata Allah memberikan kesehatan yang instan terhadap
makhluknya, ada yang disebut syari`at dan hakikat, syari`at supaya kita tetap diberikan sehat oleh
Allah tentu saja melalui tahapan-tahapan proses yang harus kita lalui,diantaranya: menjaga
kesehatan sebagai modal awal atau aset dari Allah, menjaga asupan makanan yang kita konsumsi
sehari-hari, menghindari makanan-makanan yang akan menimbulkan penyakit terutama bagi
mereka yang mempunyai penyakit tertentu, menjaga keseimbangan asupan gizi, menghindari
stres, jangan terlalu memforsir tubuh dengan terlalu banyak bekerja yang berakibat sakit,istirahat
yang cukup, imbangi dengan banyak muhasabah,ibadah kepada Allah,dan jangan lupa berdoa dan
berolah raga.
Sehat jasmani dan sehat rohani juga sudah dicontohkan oleh panutan kita ,rosululloh SAW, beliau
sudah memberikan contoh dalam menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh,salah satunya dengan
olahraga lari,berkuda, dan memanah, ke semuanya sudah dicontohkan oleh beliau dan dis1aikan
dalam hadis-hadis yang soheh. Dengan demikian, erat sekali kaitannya antara kesehatan fisik
(jasmani)juga kesehatan psikis (rohani). Bicara tentang kesehatan jasmani dan rohani,
alhamdulillah di sekolah kami tercinta telah memadukan kegiatan yang mendukung terlaksananya
keseimbangan antara kesehatan jasmaniyah dan rohaniyah, salahsatu pendukung terciptaya
kesehatan fisik seluruh warga belajar adalah dengan diadakannya kegiatan “bugar
bersama”.Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan dapat berupa
upaya penaggulangan dan pencegahan. Menurut WHO (World Health Organization) Kesehatan
adalahsuatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya tidak adanya penyakit
atau kelemahan.Hidup sehat tidak cukup sehat secara fisik saja. Sebab, kesehatan rohani menjadi
kunci pembentuk sehat tidaknya seseorang. Kesehatan Jasmani yaitu jika koordinasi organ-organ
tubuh manusia atau makhluk hidup lainnya dalam keadaan yang stabil atau normal. Sementara
Kesehatan Rohani merupakan kesehatan jiwa manusia atau makhluk hidup yang memiliki akal
dan pikiran, apabila seorang tersebut memiliki koordinasi pikiran dan hati yang tenang sekaligus
nyaman.
Kodrat dan fitrah manusia
Kodrat atau fitrah manusia itu adalah rohani – jasmani. Dengan kodratnya yang rohani-jasmani itu
menyebabkan timbulnya dorongan akan berfilsafat, artinya akan berfikir dan mengerti. Dengan
fitrah manusia yang jasmani-rohani itu manusia dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan
manusia yang bersifat fisik atau jasmaniah.. Dalam ajaran Islam eksistensi dari fitrah manusia yang
rohaniah ini mempunyai unsur tanggung jawab ibadah kepada Allah. Karena fitrah manusia
mempunyai dorongan untuk berfikir, maka dalam hal ini pemakalah terlebih dulu akan sampaikan
tentang filsafat. Filsafat dipahami sebagai upaya, proses, metode, cara, dambaan untuk terus
mencari kebenaran. Dambaan ini muncul dalam sikap kritis untuk selalu mempersoalkan apa saja
untuk sampai pada kebenaran paling akhir, yang paling mendalam. Filsafat dilihat sebagai upaya
untuk memahami konsep atau ide-ide. Dengan bertanya orang lalu berpikir tentang apa yang
ditanyakan. Dengan bertanya orang berusaha menemukan jawaban atas apa yang ditanyakan.
Filsafat tidak pernah menemukan titik akhirnya, sebagai sebuah pencarian dan perburuan akan
kebenaran yang tak mengenal titik akhir. Atas dasar itulah, filsafat sering disebut sebagai ilmu
yang berupaya mencari “yang paling akhir”, “yang paling dalam”, “yang paling benar”. Filsafat,
entah dipelajari di ruang kuliah, dibaca, didengar, atau dipraktekkan sendiri sesungguhnya
mengajak kita untuk mempertanyakan, mempersoalkan, mengkaji, dan mendalami hidup ini dalam
segala aspeknya. Atas dasar inilah, Sokrates mengatakan: “Hidup yang tidak dikaji, tidak layak
dihidupi”. Artinya, menjalani kehidupan ini tanpa mempersoalkannya sama dengan dengan hidup
sebagai orang buta.
Fitrah manusia dalam pendidikan Islam, dalam hal ini pemakalah akan mengkaji tentang fitrah
terlebih dulu, fitrah berasal dari kata fathara yang sepadan dengan kata khalaqa dan ansyaa yang
artinya mencipta. Biasanya kata fathara, khalaqo dan ansyaa digunakan dalam Al Qur’an untuk
menunjukkan pengertian mencipta sesuai yang sebelumnya belum ada dan masih merupakan pola
dasar yang perlu penyempurnaan. Kata – kata yang biasanya digunakan dalam Al Qur’an untuk
menunjukkan bahwa Allah menyempurnakan atau melengkapi ciptaannya adalah kata Ja’ala yang
artinya menjadikannya seperti firman Allah.
Sedangkan konsep fitrah manusia yang mengandung pengertian dasar kejadian manusia dapat
dijelaskan, bahwa hakekat manusia adalah makhluk jasmani – rohani yang paling mulia, manusia
adalah makhluk yang suci ketika lahir, manusia adalah makhluk religious, manusia adalah
makhluk individu dan sosial. Hakekat wujud fitrah manusia menurut pandangan Islam, manusia
adalah makhluk mukhallaf (makhluk yang diberi amanat.memikul tanggung jawab. Manusia
adalah makhluk yang merupakan gambar Tuhan. Implikasi pernyataan ini adalah manusia harus
siap memikul tanggung jawab atas kekhalifahannya. Fitrah manusia adalah memiliki rohani –
jasmani, fitrah manusia yang jasmani dia dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhannya yang
bersifat fisik atau jasmaniah, sedangkan fitrah manusia rohaniah menyebabkan manusia bisa
mengadakan abstraksi, dapat mengerti dan memahami segala sesuatu yang ada yang mungkin ada.
Bahkan sampai kepada causa prima daripada segala yang ada di dunia ini, yang rohaniah ini
mempunyai unsur tanggung jawab ibadah kepada Allah, dalam bentuk zakat fitrah disamping zakat
harta dari setiap manusia dalam tiap tahun.
MATERI KE 3: JATI DIRI MANUSIA, IDENTITAS, KEPRIBADIAN DAN KEUNIKAN
MANUSIA
JATI DIRI MANUSIA
Mempelajari jati diri untuk kita mengenal diri sendiri, seberapa jauh anda mengenal diri anda
sendiri. Jati diri adalah suatu hal yang ada di dalam diri kita yang meliputi karakter, sifat, watak,
dan kepribadiaan. Buku Hardono Hadi yang berjudul A Whitehedian Reflection On The Human
Person yang memiliki pemikiran tentang jati diri manusia dalam pemikirannya ia memaparkan
pemahaman yang mendalam tentang unsur-unsur jati diri manusia yang mampu direlevansikan
dengan filsafat barat yaitu filsafat organisme Whitehead. Dengan memahami jati diri maka
manusia harus bersikap kritis terhadap pengalaman yang dihadapi. Pandangan Hardono Hadi jika
diterjemahkan kedalam bahasa inggris menjadi Human Person. Jati diri mempunyai tiga aspek
yaitu pribadi, identitas diri, dan keunikan diri. Hal ini dikarenakan bahwa jati diri manusia
mendalami seluruh hakikat manusia secara utuh.
Jati diri manusia menunjukakan hakikat manusia atau martabat manusia. Jaati diri manusia
mengadaikan adanya pribadi mannusia yang unik. Keunikan manusia karena manusiaa terdiri dari
badan jiwa. Manusia mampu menentukan pilihannya sendiri dengan jiwadan pikirannya. Tujuan
filsafat manusia ialah mendalami hakikat manusia itu sendiri dengan mendalami esensi manusia
maka akan menunjukkan jati dirinya. Jati diri manusia mengandaikan adanya kesatuan yang utuh
di dalam diri manusia. kesatuan ini begitu mutlak sehingga terasa begitu jelas ketunggalan di dalam
dirinya sendiri yang tidak bisa dibagi-bagi. Kedua, manusia yang terdiri dari bagian-bagian dan
aspek-aspek yang begitu kaya. Manusia terdiri dari badan dan jiwa, yang masing-masing
mempunyai kegiatan, kemampuan, dan gaya, serta perkembangannya sendiri. Jiwa dan Badan
Manusia merupakan makhluk yang bisa disebut monodualis (Notonegoro), satu entiti yang terdiri
dari dua unsur, yang pertama jiwa dan kedua badan. Manusia tidak ada jika hanya memiliki jiwa
saja atau badan saja, tapi memiliki keduanya sekaligus. Kedua unsur manusia ini menyebabkan
manusia menjadi makhluk yang plural dengan banyak dimensi.
Jatidiri manusia memuat aspek-aspek unitas kompleksitas, aspek historisitas dan aspek sosialitas.
Persoalan jati diri manusia adalah adanya aspek unitas sekaligus kompleksitas dalam diri manusia.
Dalam Persoalan kedua jati diri manusia adanya aspek historisitas. Historisitas atau kesejarahan
yaitu manusia yang senantiasa berubah dalam kehidupan. Di Dalam Proses historisitas
menekankan pentingnya proses kehidupan yang terus-menerus bergulir, tanpa akhir kecuali oleh
kematian. Manusia di dalam proses historisitas tidak hanya dinilai dari masa sekarang, namun
berkaitan dengan masa lalu dan proyeksi manusia terhadap masa depan. Aspek historisitas
menggambarkan pentingnya penilaian yang tidak hanya berhenti pada masa tertentu, namun
manusia dinilai dari perubahan di dalam proses kehidupan.
Dalam Persoalan ketiga jati diri manusia adalah aspek sosialitas. Di Dalam Aspek sosialitas ini
manusia mempunyai martabat kepribadi dengan kebebasannya sehingga, tidak boleh dikorbankan
demi kepentingan lainnya sebagai makhluk sosial yang mempunyai martabatnya berkat hubungan
erat dengan masyarakat. Jati diri manusia memiliki beberapa aspek, yaitu, aspek unitas
kompleksitas, aspek historisitas dan aspek identitas diri. Aspek unitas adanya kesatuan utuh yang
mempunyai kesatuan ganda. Jati diri mengandaikan adanya kesatuan yang utuh di dalam diri
manusia. Kesatuan ini begitu mutlak sehingga terasa begitu jelas ketunggalan di dalam dirinya
sendiri yang tidak bisa dibagi-bagi
Jati diri manusia di dalam filsafat menurut tindakan Arendt, pertama, manusia terdiri dari aspek
unitaskompleksitas. Manusia terdiri dari aspek-aspek yang utuh, sehingga masing-masing dari
aspek saling terkait, tidak dapat hanya dengan mengandalkan pikiran tanpa jiwa atau sebaliknya.
Kedua, identitas manusia mengandaikan bahwa manusia berkembang dan berproses dalam
kehidupan. Manusia selalu berkembang artinya bahwa identitas diri dapat diketahui di akhir
kehidupan manusia. Ketiga, keunikan manusia yang tercermin dari kemampuannya membangun
persahabatan di dalam kehidupan yang plural. Keberbedaan bukan halangan untuk membangun
komunitas, dengan berbeda maka akan terbentuk sebuah komunitas yang di dalamnya terdapat
beragam keunikan diri. Kesimpulan tersebut mengandaikan bahwa jati diri manusia dalam filsafat
tindakan Arendt adalah adanya kepribadian yang utuh, yang terdiri dari pikiran dan jiwa; identitas
diri yang selalu mengalami perubahan; dan adanya sikap menghargai dan menghormati dengan
membangun persahabatan. Pemahaman berdasarkan jatidiri manusia di dalam filsafat tindakan,
mampu memberikan jawaban alternatif dalam kasus Genosida dalam KampKonsentrasi.
IDENTITAS
Dalam filosofi Identitas dalam bahasa latin yaitu kesamaan merupakan hubungan yang dimiliki
setiap orang dengan dirinya sendiri. Menurut KBBI Identitas memiliki pengertian ciri-ciri atau
keadaan khusus seseorang atau jati diri. Identitas sebagai kesamaan ciri-ciri dalam hal tertentu
dengan ciri-ciri yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Identitas merupakan
bentuk social yang ada pada kita, karena kita bagian dari suatu kelompok tertentu. Ada bermacam
bentuk identitas yang ada pada kelompok tertentu seperti, ras, agama, suku, Negara, aliran
pemikiran sampai dengan gendre. Kita menerima identitas kita dari kelompok dimana kita lahir.
Identitas bisa berubah sejalan dengan meluasnya hubungan kita dengan kelompok-kelompok
lainnya.
Dalam buku Tentang Manusia: Dari Pikiran, Pemahaman, sampai dengan Perdamaian Dunia,
karya Reza A. A. Wattimena, dijelaskan bahwa identitas merupakan sebuah ilusi dan bersifat
sementara dan rapuh. Maksudnya adalah identitas itu sebenarnya merupakan sebuah label yang
diberikan kepada tiap manusia sejak kecil, dan manusia yang diberi label tersebut tidak
mempunyai pilihan lain, selain mengikuti sifat label yang menjadi identitas bagi dia. Kita pasti
seringkali mendengar pernyataan bahwa seseorang merupakan bagian dari agama tertentu, hanya
karena orang tua mereka yang menyuruh mereka. Atau pun, seseorang juga merupakan bagian dari
golongan tertentu dikarenakan mereka diajarkan bahwa mereka bagian dari golongan tersebut.
Apabila kita melihat sifat identitas, kita juga dapat memahami bahwa seseorang dapat merubah
identitasnya sesuai dengan kehendaknya atau dengan paksaan dari pihak lain. Identitas menjadi
suatu pengikat antarmanusia, tetapi identitas dapat menjadi suatu beban bagi manusia. Hal ini
dikarenakan orang-orang merasa bahwa mereka harus menjalani dan mematuhi peraturanperaturan tertentu yang terdapat dalam tradisi atau pun dalam kitab suci. Hal ini akan membuat
manusia merasa hampa apabila mereka kehilangan identitas atau dipaksa harus mengganti
identitasnya. Wattimena juga mengungkapkan bahwa manusia menjadi merdeka apabila ia tidak
lagi dikekang oleh identitas Atau pun, seseorang juga merupakan bagian dari golongan tertentu
dikarenakan mereka diajarkan bahwa mereka bagian dari golongan tersebut. Apabila kita melihat
sifat identitas, kita juga dapat memahami bahwa seseorang dapat merubah identitasnya sesuai
dengan kehendaknya atau dengan paksaan dari pihak lain.
Maksudnya adalah manusia tidak perlu menjalani hidup sesuai dengan identitas yang menjadi
bagian dari kehidupannya, karena identitas itu sendiri hanya bersifat sementara dan rapuh. Kita
perlu memiliki kesadaran bahwa kita semua adalah manusia yang sama, dan setara. Tuhan pun
tidak menciptakan manusia dengan memberikan identitas-identitas. Manusia yang tinggal di bumi
memiliki kesamaan dalam hakekatnya sebagai manusia meskipun terdapat perbedaan dalam cara
berpikir. Krisis identitas sebagai seorang muslim sekarang ini sedangmelanda umat Islam. Hal ini
terbukti dalam tata pergaulan sikap dantingkah laku umat Islam. Dewasa ini kita tidak dapat
membedakan mana yang umat Islam dan mana yang bukan, sehingga jati diri seorang muslim tidak
lagi terlihat. Ada yang mengaku muslim tapi sikap dan tingkah lakunya sangat benrtentangan
dengan ajaran-ajaran pokok Islam. Masih ada sebagian besar dari umat Islam yang melakukan
ritual-ritual yang dilarang dalam Islam seperti misalnya, membuat sesajen, semah, percaya kepada
benda-benda keramat, serta meminta berkah pada kuburan yang dianggap keramat hingga sampai
pada meminta pertolongan kepada para Dukun atau Paranormal. Haji Abdul Malik Karim
Amrullah (selanjutnya ditulis dengan) Hamka, menjelaskan, pokok agama itu satu. Dan ini
dinyatakan oleh Islam terang-terangan. Pokok itu ialah “menyembah kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain”, dan tidak boleh memanggil Arbab (Tuhan) selain daripada
Allah. Dalam kondisi masyarakat yang hegemoni, umat Islam di Indonesia adalah mayoritas yang
minus kualitas. Hal ini dijelaskan oleh Ahmad Syafi’i Maarif dalam tulisannya mengatakan,
sekalipun proses pemberantasan buta huruf/buta aksara untuk tingkat dasar telah dapat dihalau
sampai batas-batas yang jauh, berkat peluang yang diberikan oleh kemerdekaan bangsa, kualitas
pendidikan Indonesia yang mayoritas muslim itu masih jauh dari yang semestinya.
KEPRIBADIAN MANUSIA
Teori Kepribadian Manusia dalam Perspektif Freud Teori kepribadian manusia menurut Freud dapat
diringkas pada tiga permasalahan pokok, yaitu struktur, dinamika, dan kepribadian manusia. Berikut ini
akan diuraikan secara ringkas. 1. Struktur Kepribadian Menurut Freud kepribadian manusia terdiri atas
tiga sistem, yaitu: Id, Ego, dan Super Ego. ketiga sistem ini mempunyai fungsi, prinsip kerja, sifat, dan
dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan utuh dan tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya. Ketika tingkah laku manusia telah dilaksanakan barulah dapat dinilai bahwa tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh system yang mana. bahwa tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh sistem yang mana.
Sistem Id sering disebut juga dengan aspek biologis yang merupakan aspek orisinil dari kepribadian
manusia. merupakan bagian ketidak sadaran yang primitif didalam pikiran. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa asal kepribadian manusia itu adalah Id. Sedangkan sistem Ego dan Super Ego merupakan
sistem pendatang ke dalam diri manusia. Id berfungsi mencari kenikmatan dan menghindarkan diri dari
“ketidak nyamanan”. Untuk menghilangkan “ketidak nyamanan” itu Id mempunyai dua mekanisme, yaitu
refleks dan Primary Process. Refleks atau reaksi-reaksi otomatis ini adalah bentuk paling awal dan asli
dari keadaan Id itu sendiri. Prosesnya adalah reflex contohnya Seperti kedipan kelopak mata jika tersentuh
cahaya yang menyakitkan mata atau bersin mengeluarkan apa saja yang mengganggu alat sensitif dari
hidung dan lain sebagainya. Primary Process merupakan suatu proses yang menimbulkan kenangan dari
suatu benda yang diperlukan untuk meredakan suatu ketegangan. Untuk memahami hal ini diperlukan
pemahaman tentang perkembangan Id. Sebagaimana diketahui bahwa Id dalam perkembangannya tidak
selalu dapat memenuhi kebutuhannya secara otomatis. Id selalu berada pada masa tenggang antara
“kebutuhan” dengan “pemenuhan kebutuhan”. Masa tenggang itu menimbulkan masa “Frustasi”. Dalam
jiwa manusia terdapat sistem yang terdiri atas Sistem Sensoris (penerima) Sistem Motoris (penggerak),
sistem pengamatan, dan sistem ingatan.
Sistem Ego atau Das Ich Kedua proses yang dilalui oleh Id untuk meredakan ketegangan,- yaitu Motoris
dan Primary Process—tidak berhasil meredakan ketegangan. Agar peroses pemuasan ketegangan itu
berhasil dengan baik dan aman diperlukan hubungan dengan dunia nyata. Cara yang ditempuh adalah
dengan menyesuaikan diri dengan dunia luar atau menguasai dunia luar itu. Hubungan timbal balik antara
pribadi dengan dunia luar itu memerlukan pembentukan sistem rohani baru, yaitu Sistem Ego atau Das
Ich. Berlainan dengan Id yang dikuasai oleh prinsip kenikmatan, Ego dikuasai oleh prinsip kenyataan
(Reality Principle).Tujuan dari prinsip kenyataan adalah menangguhkan peredaran energi sampai benda
nyata untuk memuaskan ketegangan itu dapat ditemukan Prinsip kenyataan ini
Super Ego atau Das UberIch Super Ego merupakan sistem sosiologis dari kepribadian manusia dan
merupakan wakil dari nilai-nilai atau norma-norma tradisional citacita masyarakat sebagaimana yang
ditafsirkan orang tua kepada anakanaknya. Proses internalisasi norma-norma itu dilakukan orang tua
melalui perintah dan larangan. Super Ego itu dapat dianggap sebagai aspek moral. Menurut Freud
dinamika kepribadian itu dimungkinkan karena adanya energi di dalam kepribadian. Energi itu dinamakan
dengan “Energi Psikis” yang berasal dari “Energi Fisiologis” yang bersumber dari makanan. Energi psikis
ini disimpan di dalam insting-insting. Dalam diri manusia ada dua macam insting, yaitu insting untuk hidup
dan insting untuk mati. Insting untuk hidup berfungsi untuk melayani maksud individu untuk tetap hidup
dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuknya antara lain: makan, minum, dan lain-lain. Bentuk energi yang
dipakai oleh insting ini disebut dengan libido. Insting mati disebut juga dengan insting merusak. Insting ini
sebenarnya kurang jelas dalam uraian Freud. Namun Freud menjelaskan bahwa tujuan semua makhluk
hidup adalah mati. Bentuk energi yang dipakai disebut dengan dorongan agresif. Dinamika kepribadian
terdiri dari bagaimana cara energi psikis itu digunakan oleh ketiga Sistem Id, Ego, dan Super Ego. Pada
mulanya energi itu semuanya dimiliki oleh Id, tetapi karena id tidak bisa memenuhi seluruh
3. Perkembangan Kepribadian Secara sederhana dapat dikatakan bahwa perkembangan kepribadian
adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksi tegangan 58 yang timbul karena individu
menghadapi sumber tegangan.26 Sumber tegangan yang pokok adalah:
(a) Proses Pertumbuhan
Fisiologis (b) Frustasi (c) Konflik (d) Ancaman
Karena individu selalu menghadapi ketegangan demi ketegangan, maka individu akan berusaha untuk
menghilangkan ketegangan. Jika individu telah menemukan cara untuk meredakan ketegangan berarti
individu itu telah belajar, selanjutnya telah terjadi perkembangan dalam kepribadiannya. Di antara cara
yang terpenting yang selalu digunakan individu untuk menghadapi ketegangan menurut Freud adalah:
(a) Identifikasi (b) Pemindahan (c) Sublimasi (d) Mekanisme Pertahanan (e) Perubahan Naluri oleh Fusi
dan Kompromi.
Kepribadian tersebut bisa diketahui dengan test kepribadian "Personality Plus", tentunya setelah
mengikuti test kita bisa mengetahui kepribadian diri kita pribadi dan berusaha menyikapi kepribadian
orang lain dengan baik dan sesuai. kepribadian yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Melankolis (yang sempurna) Kelebihan : (1) Pendiam (2) berhati-hati (3) suka berfikir dalam sebelum
bertindak (4) Menuntut kesempurnaan dalam segala hal (5) suka belajar (6) kreatif (7) hidupnya tertata
rapi (8) Sensitif (9) perasa (10) mudah iba
Kelemahan : (1) Cenderung pesimistis (2) Mudah tersinggung (3) mudah kecewa bila sesuatu terjadi di
luar harapan (4) Bersikap kritis (5) pendendam (6) Kurang fleksibel (7) Suka rendah diri Sanguinis (yang
populer)
Kelebihan : (1) Biasanya periang (2) penuh energy (3) suka bersenang-senang (4) terus terang (5) Penuh
rasa ingin tahu (6) lug (7) polos (8) mudah bergaul (9) Ekstrover mencari perhatian (10) ingin diterima
oleh lingkungannya
Kelemahan : (1) Suka berinisiatif (2) gampang minta maaf (3) Gampang lupa (4) banyak alasan (5) agak
ceroboh (6) mulut besar (7) tidak serius.
KEUNIKAN MANUSIA
Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan
perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang yang lahir dari rahim
yang berbeda, manusia yang terlahir sebagai kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui
sifat-sifat non-fisik yang dibawanya. Keragaman atas keunikan yang dimiliki manusia tersebut
menjadi dasar bagi perlunya optimalisasi potensi personal, sehingga terarah pada jalur yang benar,
normatif, sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat tempat dirinya berada. Kajian terhadap
keunikan manusia mendorong munculnya pendidikan dalam arti luas yang diarahkan untuk
memfasilitasi tumbuh kembangnya karakter-karakter unik yang positif secara optimal. Manusia
berbeda dengan entitas benda-benda dan makhluk hidup lain selain manusia, selain itu manusia
juga unik dan berbeda antara manusia satu dengan manusia lainnya. Keunikan diantara sesama
manusia ini tidak selalu mengemuka, karena itu manusia kadang disebut ‘person’ dan kadang
disebut ‘individu’.
Makna (Pengertian) Person Manusia mengalami dirinya sebagai pusat konsentrasi yang mutlak;
sebagai sumber yang tak dapat diambil alih (incommunicability); sebagai gaya yang meresapi
semua bentuk. Kesadaran orang itu tampak sebagai ‘gaya hidup’, sebagai suatu spirit yang
memijarkan semua fenomena dan segala aspek yang ada padanya (inner beauty), sehingga semua
mendapat warna yang serba unik dan memperlihatkan intensi (arah) yang serba pribadi. Keunikan
menurut menurut gaya ini disebut dengan keunikan spiritual manusia, dan itu diungkapkan dengan
istilah; personalitas (adanya-person) atau kepribadian.
Makna (Pengertian) Individu Sebagai manusia yang unik dalam banyak dimensi yang bersatu padu
itu, manusia juga memiliki suatu ‘kebudayaan’ pribadi, sebagai ekspresi yang tertentu yang
meliputi segala bidang manusiawi. Di dalam wujud ‘kebudayaan’ pribadi dalam manusia itu, dapat
dibedakan beragam unsurnya; seperti nama, warna, cara menulis, psike, mimik; bahkan juga aspek
biologis seperti, sidik jari, gigi geligi, struktur sel tubuh (kromosom) dll. Hal itu tidak dijejerkan
satu sama lain, melainkan saling melengkapi, organis (saling meresapi) dan saling mewarnai. Di
dalam fragmen-fragmen itu lama-kelamaan muncul dengan lebih terperinci keistimewaan orang
ini sehingga akhirnya tersusun suatu bentuk atau sinyalemen pribadi yang mengandung seluruh
kekhususannya. Keunikan menurut perwujudan ini disebut keunikan materiil, dan itu diungkapkan
dengan istilah; individualitas.
Sebagimana mahluk hidup lainnya manusia memiliki kemiripan baik secara morfologis maupun
anatomis termasuk mekanisme organis yang secara signifikan memiliki kesamaan proses biologis,
seperti kebutuhan makan/minim (nutrisi), kebutuhan bernapas (respirasi), berkembang biak
(reprodukksi), menerima rangsang (iritabilitasi), bergerak dan lain-lain yang merupakan ciri-ciri
mahluk hidup (biotis). Tetapi dibanding mahluk lain, manusia memiliki keunikan yang tidak
dimiliki oleh mahluk lainnya yakni rasa ingin tahuannya (kutriositas) mengalami perkembangan
yang signifikan yaitu apa yang disebut dengan daya fikir (budi daya).
Secara fisik manusia memiliki banyak kelemahan di banding mahluk lainnya manusia bisa sakit
bahkan dapat mengakibatkan kematian. Tetapi karena manusia dilengkapi radar berfikir maka
manusia dengan kekuatan fikirnya mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Dengan ilmu dan teknologi itulah manusia dapat menaklukan berbagai kekuatan yang
dimilki oleh mahluk lain (hewan).Dengan demikian keunikan dan keunggulan manusia dibanding
dengan mahluk lainnya adalah terletak pada daya fikirnya. Setiap manusia diciptakan dengan
segala keunikannya masing-masing, disiapkan segala sesuatu dan kebutuhannya lengkap komplit
didunia. Terdapat 4 kepribadian yang memang sudah diketahui sejak dahulu dalam dunia
psikologi. kepribadian ini dimiliki oleh setiap orang masing-masing satu kepribadian atau bisa
lebih dari satu. Semuanya merupakan kepribadian yang memiliki kelebihan dan kelemahan.
Semuanya merupakan keunikan yang memang ada pada setiap diri Hal ini tentu berkaitan dengan
cara menyikapi, komunikasi, dan menjalakan hubungan yang memang dibutuhkan oleh setiap
orang. Semuanya akan bisa menjadi baik dan bisa memrubah kebiasaan - kebiasaan buruk yang
terdapat dalam diri. Dengan mengetahui kepribadian ini (Personality Plus) tentu diri kita sendiri
pun bisa menyikapinya dengan bijak. Merubah dan melakukan kebiasaan yang memang pantas
dan sesuai. Kepribadian tersebut bisa diketahui dengan test kepribadian "Personality Plus",
tentunya setelah mengikuti test kita bisa mengetahui kepribadian diri kita pribadi dan berusaha
menyikapi kepribadian orang lain dengan baik dan sesuai.manusia.
SETIAP ORANG ITU UNIK
Setiap manusia itu unik, tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain.
Bahkan manusia kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Keunikan itu dapat diamati dari
hal-hal fisik, psikis, bakat/ kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Keunikan
diri itu merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan
diperlakukan secara khusus pula. Bukankah sulit dibayangkan bila semua manusia itu sama dalam
segala hal. Tetapi dalam menghadapi keunikan sering ditemukan dua sikap. Yang bersikap positif
akan menerima keunikan itu sebagai anugerah. Ia bangga bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur
bahwa apapun yang ada pada dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan
demikian, ia tidak akan minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti orang lain, ia tidak akan
menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan melakukan tindakan yang melawan kehendak
Tuhan akibat ketidakpuasan terhadap dirinya, hidupnya akan tenang dan mampu bergaul dengan
siapa saja. Ada orang yang kurang menerima keunikan diri. Orang yang demikian akan merasa
tidak puas, bahkan dapat melakukan tindakan apapun demi menutupi diri, misalnya operasi plastik.
Orang yang demikian sering beranggapan seolah penampilan luar lebih penting.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal, 2000, Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat Manusia, PT.Remaja
Rosdakarya, Bandung
Arendt, Hannah,1958, The Human Conditiom, The University of Chicago Press, London
Bakker, Anton, 2000, Antropologi Metafisik, Kanisius, Yogyakarta
Hamka, 1970 Tasawuf Modern, Jakarta
MATERI KE 4: KEMAMPUAN ROHANI ALAM SADAR, ALAM BAWAH SADAR DAN
KATA HATI
ALAM SADAR
Alam Sadar (conscious), yang memainkan peran tidak berarti dalam teori psikoanalisis,
didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran, ini
merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu
yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke alam sadar. Pintu pertama yaitu melalui sistem
kesadaran perseptual(perceptual conscious), yaaitu merupakan terbuka pada dunia luar dan
berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar. Dengan kata lain, hal-hal
yang kita rasakan melalui indera dan tidak dianggap mengancam, masuk ke dalam alam sadar
Sumber kedua bagi elemen alam sadar ini datang dari dalam struktur mental serta mencakup
gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar maupun gambarangambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.
Seperti dijelaskan sebelumnya, gambaran tidak sadar dapat lolos masuk ke alam bawah sadar
karena bersembunyi sebagai elemen-elemen yang tidak berbahaya sehingga mampu menembus
sensor pertama. Setelah masuk ke alam bawah sadar, mereka terus menyelinap melewati sensor
akhir dan masuk ke alam sadar. Ketika gagasan-gagasan tersebut tiba di alam sadar, maka gagasangagasan tersebut sudah berubah wujud dan terselubung dalam bentuk perilaku-perilaku yang
defensif ataupun dalam bentuk mimpi. Secara ringkas Freud membayangkan alam tidak sadar
sebagai sebuah aula luas berpintu lapang tempat berbagai orang yang saling berbeda satu dengan
yang lainnya, penuh semangat tetapi juga ugal-ugalan, sibuk mondar-mandir, berkerumun dan
berusaha terus-menerus untuk lolos dari penjagaan dan masuk ke dalam ruang penerimaan tamu.
Akan tetapi, penjaga yang waspada menghalang-halangi jalan antara aula yang luas tersebut
dengan ruang penerimaan tamu yang sempit. Penjaga ini mempunyai dua cara untuk menghambat
tamu-tamu yang tidak diinginkan agar tidak lolos dari aula tersebut, yaitu dengan menutup pintu
rapat-rapat atau dengan menendang keluar orang-orang yang berhasil kabur dari pengawasan dan
masuk ke ruang penerimaan tamu. Kedua cara tersebut membuahkan hasil yang sama; orang-orang
yang tidak bisa diatur dan tidak mau taat, dicegah sedemikian rupa sehingga tamu penting yang
duduk di ujung ruang penerima tamu di balik layar tidak bisa melihat kedatangan orang-orang
tidak tahu adat ini. Analogi ini mempunyai makna yang gamblang. Mereka yang ada di aula
merupakan gambaran-gambaran tidak sadar. Ruang penerimaan tamun yang kecil merupakan alam
bawah sadar dan mereka yang ada di ruang tersebut adalah gagasan-gagasan bawah sadar.
Sementara mereka yang ada di ruang penerimaan tamu (alam bawah sadar) bisa jadi tidak disadari
oleh tamu penting yang sudah tentu, mewakili alam sadar. Penjaga pintu yang memantau pintu
gerbang di antara kedua ruang tersebut adalah sensor yang pertama yang mencegah gambaran tidak
sadar masuk kekesadaran dan memastikan agar gambaran bawah sadar masuk kembali ke alam
tidak sadar. Layar yang menyelimuti si tamu penting tadi adalah sensor akhir yang mencegah
sejumlah besar, tetapi tidak semua, elemen bawah sadar agar tidak bisa masuk ke alam sadar.
ALAM BAWAH SADAR
Alam Bawah Sadar (preconscious) ini memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bisa
muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar ini datang dari dua
sumber yaitu yang pertama merupakan persepsi sadar (conscious perception). Apa yang
dipersepsikan oleh orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam alam
bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain. Pikiran yang dapat kelur masuk
antara alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya merupakan pemikiran-pemikiran yang bebas
dari kecemasan. Antara gambaran sadar dan dorongan tidak sadar nyaris sama satu dengan yang
lainnya.Sumber kedua dari gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam tidak sadar. Freud yakin
bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk ke dalam alam bawah sadar
dalam bentuk yang tersembunyi. Beberapa dari gambaran ini tidak pernah kita sadari karena begitu
kita menyadari bahwa gambaran-gambaran tersebut datang dari alam tidak sadar, maka kita akan
merasa semakin cemas, sehingga sensor akhir pun bekerja untuk menekan gambaran yang memicu
kecemasan tersebut dan mendorongnya kembali ke alam tidak sadar. Sedangkan sejumlah
gambaran lain dari alam tidak sadar bisa masuk ke alam sadar karena bersembunyi dengan baik
dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang kuat Alam bawah
sadar adalah database raksasa yang menyimpan banyak informasi dengan memiliki sistem operasi
yang sangat canggih, akan tetapi alam sadar juga sama dengan sistem komputer yang rentan
dengan virus. virus yang merusak alam bawah sadar adalah perasaan takut, panik, emosi yang
berlebihan trauma serta perasaan negatif lainnya. langkah untuk menyelamatkan alam bawah sadar
dari virus tersebut adalah selalu bersikap positif dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
Alam bawah sadar bukan berarti tiadanya kesadaran. Sebaliknya, malah di situlah kesadaran
tingkat tinggi (high consciousness) berada. Hanya saja kenapa disebut alam pikiran bawah sadar
karena yang menilai merupakan pikiran sadar kita yang masih belum memahami kesadaran pikiran
bawah sadar kita sendiri.
Apabila anda telah bisa mengoptimalkan alam pikiran bawah sadar anda, maka alam pikiran bawah
sadar sudah tidak ada lagi, karena alam pikiran sadar anda telah menyadari apa yang menjadi
kehendak alam pikiran bawah sadar tersebut. Berdasarkan pengukuran melalui alat yang
dinamakan Electro-encepalograph dan perangkat eletronis pengukur kinerja otak lainnya, pada
dasarnya otak memiliki 4 Fase Gelombang yaitu meliputi Bheta, Alpha, Theta dan Delta.
1). Bheta
Fase gelombang ini otak pada frekuensi/cyclon 12 – 40 Hz/Second. Di mana saat anda sedang
sangat aktif seperti mengobrol, mengerjakan sesuatu, gugup, gelisah atau keadaan aktif lainnya.
Beta sangat diperlukan jika kita harus memikirkan beberapa hal sekaligus, tapi tidak jika kita ingin
menyerap informasi secara cepat.
2). Alpha
Fase gelombang ini otak pada frekuensi/cyclon 12-8 Hz/Second. Fase otak penuh kreatifitas,
di mana saat otak dalam keadaan yang lebih rileks. Fase ini sangat baik untuk belajar, menyerap
informasi, melakukan terapi, mempercepat proses penyembuhan, meningkatkan kekebalan tubuh,
dan juga mengurangi stress mental, emosional serta fisik juga. Sering disebut sebagai keadaan
Meditasi Dasar. Fase alpha ini adalah jembatan antara kesadaran bheta dengan theta. Pada saat
semedi/meditasi Anda dapat menangkap sinyal-sinyal akurat yang dipancarkan oleh kesadaran
theta.
3). Theta
Fase gelombang ini otak pada frekuensi/cyclon 8-4 Hz/Second. Fase gelombang otak yang lebih
dalam, yaitu pada saat anda melakukan meditasi atau trance. Fase ini sangat bagus untuk proses
auto-sugesti/auto-hypnosis. Pada fase inilah mimpi terjadi, sehingga dengan teknolgi yang mampu
mengontrol fase ini, anda dapat memperoleh mimpi “Extra-Sensory Perception” atau biasa disebut
dengan kewaskitaan/wangsit. Melalui fase ini juga anda dapat menemukan jawaban yang tepat
atas suatu permasalahan yang rumit dan juga berat. Dapat mengetahui apa yang sesungguhnya
terjadi, tanpa harus bersusah payah melakukan penelitian dan pengumpulan data terlebih dulu.
4). Delta
Fase gelombang ini otak pada frekuensi/cyclon 4-0,1Hz/Second. Delta adalah fase gelombang
otak yang terakhir dan paling dalam. Keadaan ini diperoleh pada saat anda tidur nyenyak atau
keadaan koma. Dengan mampu mengontrol fase ini, anda dapat memperoleh kondisi tidur yang
nyenyak dan berkualitas. Dengan teknik tertentu, fase ini dapat menghubungkan theta Anda
dengan Energi Kesadaran Astral yang diberikan Tuhan. Melalui fase ini juga anda bisa
mewujudkan energi pikiran menjadi materi. Bahkan dapat weruh sadurunge winarah. Gelombang
otak pada frekuensi bheta dan alpha berada di level alam pikiran sadar. sedangkan frekuensi theta
dan delta disebut sebagai alam pikiran bawah sadar. Sekali lagi, bukan berarti tidak adanya
kesadaran otak ataupun pikiran. Melainkan disebut dengan alam bawah sadar, karena kesadaran
delta dan theta belum mampu dipahami oleh alpha dan beta (pikiran sadar). Fungsi alam bawah
sadar merupakan stockphile atau memory card yang menampung dan menyimpan“bahanbahan” jadi hasil olahan pikiran sadar yang sudah terseleksi oleh RAS (reticular activating system).
Sedangkan pikiran sadar berfungsi sebagai “mesin produksi” bahan “olahan jadi” tersebut. Tugas
pikiran sadar mengolah pemaknaan, lalu disaring mana yang dianggap memiliki nilai/value untuk
dimasukkan ke dalam alam bawah sadar.
Pikiran bawah sadar mempunyai fungsi atau menyimpan hal-hal berikut:
1. Kebiasaan (baik, buruk, dan refleks) Kebiasaan baik bersifat positif dan produktif. Kebiasaan
buruk bersifat negatif dan destruktif. Seperti merokok, makan secara berlebihan, dan lain-lain.
Kebiasaan refleks antara lain dapat dilihat pada aktivitas seperti secara otomatis menutup pintu
setelah membuka, menutup mulut saat batuk atau bersin.
2. Emosi Bagaimana perasaan kita mengenai suatu keadaan, hal-hal tertentu, dan terhadap orang
lain.
3. Memori jangka panjang panjang adalah tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen.
Ada memori yang tidak dapat diingat dalam kondisi sadar, tetapi dapat dimunculkan kembali
dengan bantuan hipnosis.
4. Kepribadian adalah karakteristik individual manusia dalam berhubungan dengan orang lain dan
dengan lingkungan yang dijumpai sehari-hari.
5. Intuisi adalah perasaan mengetahui sesuatu secara instingtif, berhubungan dengan spiritual
dan/atau metafisik.
6. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan visi, pemikiran, dan impian
menjadi kenyataan.
7. Persepsi adalah bagaimana seseorang melihat dunia menurut “kacamatanya.”
8. Belief dan Value adalah segala sesuatu yang diyakini sebagai hal yang benar. Sedangkan value
atau nilai adalah segala sesuatu yang dipandang sebagai hal penting. Kedua hal ini sama seperti
program komputer. Jika programnya canggih, sehat, dan tidak terinfeksi virus, kinerja komputer
pun akan bagus. Demikian pula dengan belief dan value.
Suatu program pikiran, baik positif maupun negatif, masuk dan tertanam kuat di pikiran bawah
sadar melaui lima jalur berikut:
1. Suatu informasi atau sugesti disampaikan oleh orang yang dianggap sebagai figur otoritas.
2. Suatu informasi disampaikan dengan muatan emosi yang tinggi.
3. Suatu informasi disampaikan secara berulang-ulang atau repetisi ide.
4. Penguatan ide oleh sumber-sumber lain (orang tua, guru, rekan,
buku, dan lainnya).
Fungsi alam bawah sadar merupakan stockphile atau memory card yang menampung dan
menyimpan “bahan-bahan” jadi hasil olahan pikiran sadar yang sudah terseleksi oleh RAS
(reticular activating system). Sedangkan pikiran sadar berfungsi sebagai “mesin produksi” bahan
“olahan jadi” tersebut. Tugas pikiran sadar mengolah pemaknaan, lalu disaring mana yang
dianggap memiliki nilai/value untuk dimasukkan ke dalam alam bawah sadar. Sementara itu cara
kerja RAS adalah sebagai berikut :
• Data-data (stimulan) diolah oleh rasio/pikiran sadar, lalu masuk ke pikiran bawah sadar melalui
proses penyaringan diri, dinamakan RAS (reticular activating system).
• RAS tidak hanya menerima bahan jadi dari pikiran sadar. Bahan jadi yang telah diberi nilai
pikiran sadar sebagai bahan jadi negatif atau bahan jadi positif.
• RAS bekerja otomatis tergantung pada kondisi gelombang otak, pemikiran dan emosi. Fungsi
RAS adalah menginstalasi dan uninstalasi program ke atau dari dalam alam bawah sadar.
• Kejadian /peristiwa bersifat netral bebas nilai. Sementara itu yang memberi nilai adalah pikiran
sadar.
Ada tiga hal yang dapat mempengaruhi pola pikir seseorang yaitu sebagai berikut:
1. input informasi, karena adanya alam bawah sadar kita menguasai 2-3 juta bit informasi,
maka hendaknya kita dapat memilah-milah informasi yang kita dapat, jadi kita harus
berkomitmen untuk menyaring informasi ke dalam pikiran kita dengan hal-hal yang
positif, kaarena itu akan masuk ke dalam alam bawah sadar kita nanti.
2. lingkungan sekitar, lingkungan yang positif akan membangun pola pikir yang positif, dan
sebaliknya. Karena kemungkinan kita akan terbawa oleh suasana yang ada di sekitar kita
dan akan menjadi kebiasaan sehingga kebiasaan tersebut oleh otak sadar kita dipindahkan
ke alam bawah sadar kita.
3. pengalaman masa lalu, mengutip kata-kata Mario Teguh Masa lalu tidak akan berpengaruh
pada masa depan anda, yang mempengaruhi masa depan anda adalah masa sekarang.
Karena jika kita melihat masa lalu, maka kita tidak mendapat apa-apa hanya penyesalan
atau trauma. Seperti saat kita masih kecil, ketika kita mulai belajar jalan pasti akan sering
terjatuh
Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting
yang tidak kita sadari tetapi ternyata mendorong pernyataan, perasaan, dan tindakan kita.
Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental
yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya, seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik
pada seorang wanita tetapi tidak benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa
saja bersifat tidak rasional. Apabila alam tidak sadar ini tidak bisa dijangkau oleh pikiran yang
sadar, maka bagaimana kita tahu bahwa alam tidak sadar ini benar-benar ada? Freud meyakini
bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan secara tidak langsung. Baginya, alam
tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada dibalik mimpi, kesalahan ucap (slip of the
tongue), dan berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression). Mimpi adalah sumber
yang kaya akan materi alam tidak sadar. Contohnya, Freud meyakini bahwa pengalaman masa
kanak-kanak bisa muncul dalam mimpi orang dewasa sekalipun yang bermimpi boleh jadi tidak
ingat secara sadar akan pengalaman-pengalaman tersebut. Kadang-kadang proses tidak sadar ini
lolos sensor dan masuk ke alam sadar secara terselubung atau dengan wujud yang berbeda.
menggunakan analogi seorang penjaga atau sensor yang menghalang-halangi jalan yang
menghubungkan alam sadar dengan alam bawah sadar dan mencegah agar kenangan yang tidak
diinginkan dan memicu kecemasan tidak bisa masuk ke sensor pertama (primary censor), dan
kemudian gambaran tersebut harus menerobos sensor akhir (final censor) yang menjaga jalan
antara alama bawah sadar dan alam sadar. Ketika ingatan-ingatan tersebut masuk ke dalam alam
sadar kita, kita tidak lagi mengenali mereka seperti apa adanya; kita justru melihatnya sebagai
pengalaman yang relatif menyenangkan dan tidak mengancam. Pada kebanyakan kasus,
gambaran-gambaran tersebut memiliki motif-motif seksual atau agresi yang kuat, karena perilaku
sesksual atau agresi semasa kanak-kanak sering kali diganjar hukuman atau ditekan. Hukuman dan
tekanan(suppression) ini sering kali menciptakan perasaan cemas, dan kecemasan tersebut
kemudian memicu represi (repression), yaitu dorongan agar pengalaman yang tidak diinginkan
serta membawa kecemasan mauk ke alam tidak sadar yang melindungi kita dari rasa sakit akibat
kecemasan tersebut..Akan tetapi, tidak semua proses tidak sadar tersebut muncul dari represi
pengalaman masa kanak-kanak.
Freud meyakini bahwa sebagian dari alam tidak sadar kita berasal dari pengalaman-pengalaman
nenek moyang kita yang diwariskan dari generasi ke generasi lewat proses pengulangan. Tentu
saja, alam tidak sadar bukan berarti bersifat tidak aktif atau dorman. Dorongan- dorongan di alam
tidak sadar terus-menerus berupaya agar disadari, dan kebanyakan berhasil masuk ke alam sadar,
sekalipun tidak lagi muncul dalam bentuk asli. Pikiran-pikiran yang tidak disadari ini bisa dan
memang memotivasi manusia. Contohnya, amarah seorang anak terhadap sang ayah bisa
terselubung dalam bentuk kasih sayang yang berlebihan. Apabila tidak bisa disembunyikan, rasa
marah seperti ini sudah tentu akan menyebabkan si anak merasa sangat cemas. Oleh karena itu
alam bawah sadarnya memotivasinya untuk mengekspresikan rasa marah melalui ungkapan rasa
cinta dan pujian yang berlebihan.
KATA HATI
Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan tentang yang baik-benar dan yang buruksalah bagi manusia. Dalam kaitannya moral ataupun perbuatan. Hati nurani memerintahkan serta
melarang kita melakukan sesuatu. Ia tidak berbicara tentang yang umum, melainkan tentang situasi
yang sangat konkret. Kata hati merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh serta
berkembang di dalam hati manusia dalam situasi konkret. Suara hati menilai suatu tindakan
manusia benar ataupun salah , baik maupun buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik
dan jujur, walaupun dapat keliru. Dalam hati, manusia sebelum bertindak atau melakukan sesuatu,
ia sudah mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang buruk
nya. Setiap orang memiliki kesadaran moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda–
beda. Pada saat-saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan mengatakan
perbuatan itu baik ataupun buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati muncul sebagai suara yang
menyuruh dan jika perbuatan itu buruk, kata hati akan muncul sebagai suara yang melarang. Kata
hati yang muncul pada saat ini disebut prakata hati.
Fungsi hati nurani yaitu sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk menilai suatu tindakan,
apakah tindakan itu baik atau buruk. Kata hati berfungsi sebagai pegangan atau praturan- peraturan
konkret di dalam kehidupan sehari-hari dan menyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya.
Tujuan pokok pembinaan kata hati adalah hati nurani yang secara subyektif dan obyektif benar.
Dengan kata hati yang baik dan benar, seseorang akan selalu terdorong untuk bertindak melakukan
kebenaran kehendak Tuhan dan menuruti norma-norma moral obyektif. Kata hati tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kebenaran dan nilai-nilai, ataupun
kemapuan untuk memecahkan dilema moral, tetapi juga harus memasukkan ke dalamnya
pembinaan karakter moral seseorang secara lebih penuh. Hati nurani atau hati kecil adalah hati
yang selalu diliputi cahaya Sang Maha Pencipta, mengikuti irama alam semesta yang memang
diciptakan Tuhan untuk manusia maka tatkala manusia yang berhati nurani melihat ketidak
sesuaian atau adanya ketidak selarasan dengan alam ini maka dirinya kan tergerak untuk
merubahnya dan menyesuaikan dengan keselarasan alam tadi. Ketika seseorang dengan hati
nurani, melihat ada orang lain yang patut ditolong pasti akan ditolongnya tanpa menghiraukan apa
jenis warna kulitnya dari bangsa atau kelompok mana yang ditolong itu berasal. Dengan hati nurani
juga manusia bisa berbuat baik untuk seluruh mahluk yang ada di alam ini dengan memberi
perlindungan secara maksimal dengan menjaga keseimbangannya. Inilah manusia yang dapat
memberi rahmat atas alam ini, pembawa damai dan toleransi. Hati nurani berarti hati manusia
memiliki pengetahuan. Hati nurani ialah hati yang mengetahui. Sebenarnya proposisi “hati yang
mengetahui” sama sekali tidak tepat. Soal pengetahuan tak pernah merupakan soal hati, melainkan
soal akal budi (rasio). Dan sebab itu, jika dikatakan hati nurani mengetahui, maksudnya ialah hati
kita memiliki semacam pertimbangan yang membimbing kehendak kita. Pengetahuan hati sering
kali lebih merupakan pengetahuan yang dicurahkan, ke dalam hati kita. Karena hati tidak bisa
berpikir (hanya akal budi saja yang bisa berpikir), hati nurani sering kali disebut sebagai “suara
Allah”. nurani disebut juga “synderesis”. Dalam bahasa Inggris disebut “conscience”yang
berkaitan langsung dengan kesadaran .Hati nurani menjadi seperti kapasitas/daya/kekuatan yang
pertimbangan dan pemeriksaannya mengatasi hukum, fenomen baik/buruk sebagaimana digagas
oleh public kebanyakan, mengatasi larangan/perintah dalam peraturan-peraturan yang dimiliki
dalam hidup manusia. Hati nurani – dalam pengertian ini– lantas dipahami sebagai suatu kesadaran
batin/interior
yang
ada
dalam
hati
manusia
yang
membimbing
hidupmanusia,yangpemeriksaannyaatasproblemkehidupanbersifat sekaligus,serentak,menyeluruh
Karena hati nurani adalah “suara Tuhan,” aneka pertimbangan yang diberikannya mengantar
manusia kepada Allah. Jadi, hati nurani tidak sekadar berurusan dengan salah benar secara etis,
melainkan langsung menunjuk kepada relasi manusia dengan Allah dalam cara-cara yang tidak
bisa direduksi sekadar dalam agama-agama formal.
Pemahaman Hati secara Filosofis dan Antropologis. Pengertian hati secara filosofis kita bisa
menemukan minimal melalui pemikiran filsuf jenius asal Perancis, Blaise Pascal (1623-1662). hati
adalah hal yang sangat penting dalam menggapai kebenaran yang hakiki. Melawan paham
rasionalitas yang marak pada zamannya, Pascal menegaskan keseluruhan realitas tidak bisa
dijelaskan hanya dengan rasio. kalau itu dilakukan, akibatnya akan banyak terjadi hal yang
bertentangan, misalnya problem jiwa dan badan sebagaimana yang dialami Descartes. Hanya
dengan hati, kita mampu memahami kebenaran-kebenaran yang melampaui semua kebenaran itu,
misalnya pengetahuan tentang Allah Keunggulan hati yang dikemukakan Pascal terletak pada
kalimat terkenalnya ini: “Hati mempunyai alasan-alasan yang tidak dimengerti oleh akal”. Kata
hati di sini kata Pascal tidak boleh dipahami sebagai pusat emosi, melainkan pusat aktivitas jiwa
manusia terdalam yang mampu menangkap sesuatu secara intuitif dan spontan. Hati adalah inti
eksistensi. “Kita mengenal kebenaran tidak hanya lewat akal, melainkan juga lewat hati”, . Maka
hal yang jelas adalah bahwa hati memiliki daya intuitif yang cukup mendalam dan melampaui
rasio yang terbatas pada logika akal budi.
Sementara pengertian hati secara antropologi dapat diuraikan oleh Adelbert Snijders, OFM dalam
“Antropologi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan”. Snijders mengartikan hati dengan kata
afeksi berasal dari bahasa latin “afficere” yang artinya menyentuh. Hati manusia tersentuh dan
tergerak (emosi). Menurutnya, dunia perasaan adalah dunia yang beraneka ragam. Manusia merasa
takut, cemas, gelisah, senang, gembira, perasaan dan bahagia. Perasaan mengatakan sesuatu
tentang cara relasi menusia dengan sesamanya seperti rasa benci, cemburu, kasihan, acuh tak acuh,
simpati atau antipati, kasih dan cinta. Segala relasi dengan sesama disertai dengan suatu perasaan
yang khas. Demikian juga perasaan yang menyertai relasi manusia dengan Tuhan: rasa damai, rasa
sesal, harapan, rasa terlindung dan rasa pasrah. Dengan demikian menurut Adelbert, hati bisa
dikatakan sebagai pusat di mana budi dan kehendak yang di dalamnya bersatu. Budi
memperlihatkan kepada kehendak suatu kebenaran yang menarik, menyenangkan dan menyentuh.
Suatu keinginan kodrati menggerakkan manusia untuk bahagia.
DAFTAR PUSTAKA
Freud,Sigmund. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. Editor dan penerjemahan K. Bertens. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Fiest, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian (Theories of Personality). Jakarta:
Salemba Humanika.
Gunawan, Adi W. Hypnotherapi: Thr Art of Subconscious Restucturing, Jakarta: Gramedai
Pustaka Utama, 2007.
MATERI KE 5: PENGERTIAN INTELEGENSIA, KEKUATAN INTELEGENSIA
MANUSIA, DAN KEKUATAN UNTUK MANSUIA
KEKUATAN INTELEGENSIA MANUSIA
Pengertian intelegensia
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris Intelligence. Intelligence sendiri adalah terjemahan dari
bahasa Latin intellectus dan intelligentiae. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan
oleh Spearman dan Wynn Jones Pol tahun 1951 Spearman dan Wynn mengemukakan adanya
konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia
tunggal pengetahuan sejati. Intelegensi atau kecerdasan diartikan dalam berbagai dimensi oleh
para ahli. Donald Stener, seorang Psikolog menyebut intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk
menerapkan pegetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Tingkat intelegensi
dapat diukur dengan kecepatan memecahkan masalah-masalah tersebut. Intelegensi secara umum
dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk
tugas atau keterampilan tertentu. Sedangkan menurut Claparde dan Stern intelegensi adalah
kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru.
Para ahli psikologi memiliki pendapat yang berbeda tentang definisi psikologi, berikut adalah
pengertian intelegensi yang diuraikan oleh beberapa tokoh :
1. Andrew Crider Tahun (1983), mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, mudah untuk
diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan.
2. Alfred Binet, tokoh utama perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri
atas tiga komponen, yaitu :
a. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan;
b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan;
c.
Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto criticism;
3 .David Wechsler (1958), pencipta skala-skala intelegensi Wechsler yang popular mendefinisikan
intelegensi sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir
secara nasional dan rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.
4. Walters dan Gardnes (1986), mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuankemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai
konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.
5. Flynn (1987), mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan
kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
Meskipun terdapat berbagai pendapat para ahli dalam mendefinisikan intelegensi, namun pada
dasarnya sama, yaitu intelegensi merupakan kekuatan yang dapat melengkapi akal pikiran manusia
dengan gagasan abstrak yang universal untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati.
Ciri-ciri Perbuatan Intelegensi
Suatu perbuatan dapat dianggap intelegen bila memenuhi beberapa ciri, antara lain:
1. Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang
bersangkutan.
2. Perbuatan intelegen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis.
3. Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.
4. Keterangan pemecahan masalahnya harus dapat diterima oleh masyarakat.
5. Perbuatan intelegen bercirikan kecepatan, cepat tanggap dan tangkas.
6. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya
pemecahan masalah yang dihadapi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda.
Hal ini seperti yang disebutkan diatas ada pandangan yang menekankan pada bawaan (pandangan
kualitatif) dan ada yang menekankan pada proses belajar (pandangan kuantitatif) sehingga dengan
adanya perbedaan pandangan tersebut dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh faktorfaktor sebgai berikut :
1 .Pengaruh Faktor Bawaan, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang
berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka
2. Pengaruh Faktor Lingkungan, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi
seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat
penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan
lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
3. Stabilitas Intelegensi Dan IQ, intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep
umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang
notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung
perkembangan organik otak
4 Pengaruh Faktor Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
5. Pengaruh Faktor Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi.
6. Minat Dan Pembawaan yang Khas, minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motifmotif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
7. Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga
bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Ada beberapa macam intelegensi, antara lain :
1 . Inteligensi keterampilan verbal
Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan makna. Contohnya: seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak untuk
menjawab sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip. Contoh
pertanyaannya “Apa persamaan Singan dan Harimau”?. Cenderung arah profesinya menjadi:
(penulis, jurnalis, pembicara).
2 . Inteligensi keterampilan matematis
Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis. Peserta didik dengan kecerdasan logical
mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka
sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis
dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang
berhitung. Cenderung profesinya menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan)
3 . Inteligensi kemampuan ruang
Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi. Cenderung berpikir secara visual. Mereka
kaya dengan khayalan internal (Internal imagery) sehingga cenderung imaginaif dan kreatif.
Contohnya seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan mewarnai agar sama dengan
rancangan yang ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik, organisasi persepsi, dan
kemampuan untuk memvisualisasi dinilai secara terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek,
seniman, pelaut.
2 . Inteligensi kemampuan musical
Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat
mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka
pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosa kata
musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi
music.
3 . Inteligensi Keterampilan kinestetik tubuh
Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang bergerak dan
menyentuh. Mereka memiliki control pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan
dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Cenderung berprofesi
menjadi ahli bedah, seniman yang ahli, penari.
4 . Inteligensi Keterampilan intrapersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan efektif mengarahkan hidup seseorang.
Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan
mampu mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa
yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social. Mereka mengetahui kepada siapa harus
meminta bantuan saat memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog, psikolog.
5 . Inteligensi keterampilan interpersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif berinteraksi dengan orang lain. Pintar
menjalin hubungan social, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat
berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang
lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
6 . Inteligensi keterampilan naturalis
Yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta memahami system buatan manusia dan
alam. Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang,
diusia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan
fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul binatang, peumbuhan tanaman,
dan tata surya.
7 . Inteligensi emosional
Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara akurat dan adaftif (seperti
memahami persfektif orang lain).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah intelegensi, antara lain :
a.
Inteligensi Dengan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan umum individu dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat keampuan-kemampuan yang
amat spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan
tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan.
Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang khusus untuk
menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dengan segera diketahui lewat
tes inteligensi. Demikian juga, karena rangsang lingkungan dengan tidak sadar selalu diarahkan
pada kemampuan-kemampuan khusus ini maka bakat tidak selalu dengan sendirinya
menampakkan diri.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test atau tes bakat.
Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap kemampuan yang amat
spesifik.
b.
Inteligensi dan Kreativitas
Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga merupakan
manifestsi dari suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dengan
inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun ada anggapan kreatifitas
mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tetapi bukti-bukti yang
diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung pendapat itu. Skor IQ yang rendah memang
diikuti tingkat kreativitas yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak selalu diikuti oleh
tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masih dapat korelasi yang cukup
berarti.
Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu jawabannya
diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang
bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban berdasarkan informasi
yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berfikir yang
bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang
logis berdasarkan informasi yang diberikan
c.
Hubungan inteligensi dengan kehidupan
Memang
kecerdasan/intelegensi
seseorang
memainkan
peranan
yang
penting
dalam
kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks, intelegensi bukan satu-satunya
faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain,
seperti faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun
intelegensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya.
Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat gagal
pula.
Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di antara orangorang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan
dalam kehidupannya. Ini disebabkan/karena misalnya, kekurangan-mampuan bergaul dengan
orang-orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga
tidak/kurang adanya usaha untuk mencapainya.
Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja, dapat lebih
maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan tidak
banyak faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelejensi yang rendah
menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan
bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: Kecerdasan atau intelejensi
seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam
kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada
kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi
yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.
1. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai
perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan
untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara
efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati
secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence
Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya
memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan
kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang
pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut.
Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13
tahun.
Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri kita. Tingkat
kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient)
memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau
daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat
dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping
faktor gizi makanan yang cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada
sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan
seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan
penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik
(demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak
adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak
dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya
akan cepat dan banyak.
2. Kecerdasan Emosional (EQ)
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para
neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua
potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh
kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional
digerakkan oleh emosi.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk mengendalikan emosi dan
mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi
intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari
berbagai segi.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara
satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam
diri yang memiliki kecerdasan intelektual.
Beberapa pengertian EQ yang lain, yaitu :Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu
untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola
dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain (Golleman, 1999).
Emosi adalah perasaan yang dialami individu sebagai reaksi terhadap rangsang yang berasal dari
dirinya sendiri maupun dari orang lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan
kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang dan takjub (Santrock,
1994).
Manusia dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan bertanggung jawab penuh pada
pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu membuat keputusan yang manusiawi, dan berpegang
pada komitmen. Makanya, orang yang EQ-nya bagus mampu mengerjakan segala sesuatunya
dengan lebih baik.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami secara efektif menerapkan daya
dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi.
Dapat dikatakan bahwa EQ merupakan kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber
informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi tidak hanya didapat lewat panca indra
semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber
infomasi yang disebut terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca
indra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk
kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang
lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non
verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan
sosialnya juga baik. Tidak lain karena orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya
dengan tepat .
Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi,
kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan
bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra personal) seperti self awamess (percaya diri),
self motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain
(interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang
memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik .
Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas". Pusat dari EQ adalah
"qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan
menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak.
Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber
energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama,
memiKecerdasan Emosional (EQ)
3. Kecerdasan Spiritual (SQ)
Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang kecerdasan spiritual (SQ = Spritual
Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate
Intellegence, Danah Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala
intelejensia. Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai
spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai kebahagiaan
hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensi dalam
dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan juga ada kekurangannya. Intinya,
bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat
menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.
Denah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup
kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri
kita. Dari pernyataan tersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karena
diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi seharusnya IQ, EQ
dan SQ pada diri setiap orang mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwaraga yang penuh keseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang
merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual).
Selain itu menurut Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001, IQ bekerja
untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan),
maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’
Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat
internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik
kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh
kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi terkapling-kapling sedemikian rupa.
Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu
memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah,
bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu
membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Mengenalkan SQ
Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan agama.
Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun
dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang
ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
Kekuatan untuk membaca yang tersirat dan tersurat
Membaca memahami dengan menangkap gagasan atau informasi baik yang tersurat maupun
tersirat di dalam bacaan atau bahasa tulis. Jadi, yang paling mendasar dalam kegiatan membaca
yaitu pemahaman isi bacaan untuk memperoleh makna yang tepat. Untuk sampai pada tahap
pemahaman ini, tentu saja pertama-tama pembaca akan selalu berusaha untuk mengerti arti dari
setiap kata yang ada dalam bacaan, kemudian pembaca berusaha untuk mengerti hubungan arti
antarkata dalam kalimat. Selanjutnya pembaca akan berusaha untuk mengerti hubungan arti antar
kalimat dalam bacaan. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai
oleh setiap individu. kemampuan membaca seseorang dapat diartikan sebagai kesanggupan atau
kecakapan yang sudah terlatih dengan baik dan cermat untuk memahami dan merangkap informasi
atau pesan yang disampaikan oleh pihak lain (penulis) melalui sarana tertulis. Dengan membaca,
pembaca memperoleh banyak manfaat, yaitu dapat memperluas pengetahuannya dan menggali
pesan-pesan tertulis yang terdapat dalam bahan bacaan.
tujuan membaca yang paling utama adalah untuk mencari informasi, memahami dan menanggapi
pesan yang ada, dan memperoleh kesenangan. Dengan membaca, seseorang dapat memperluas
wawasan dan pengetahuan. Tujuan membaca menduduki peran yang sangat penting karena akan
berpengaruh pada proses dan pemahaman membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Syaiful
Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011
Somadyo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://eprints.uny.ac.id/23131/1/Afiefa%20Repsa%20Khaniefati%2009201244077.pdf (Diakses
pada tanggal 19 November 2020)
MATERI KE 6: MANUSIA SEBAGAI PESONA
Pengertian Persona
Selain kata ‘individu’, kata ‘persona’ juga dikenakan pada manusia. Di zaman sekarang kata ini
bahkan lebih banyak digunakan dari pada kata ‘individu’. Secara etimologis, kata ‘persona’ berasal
dari bahasa Yunani, yang artinya adalah topeng yang kemudian diserap kedalam bahasa inggris
menjadi personality yang berarti kepribadian, dalam pengertian sehari-hari personality mengacu
pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh kelompok masyarakat, di mana individu tersebut
diharapkan bertingkah laku sesuai dengan peran yang diterima. Konon dalam tradisi seni drama
masyarakat Yunani, para pemain sandiwara harus mengenakan topeng ketika memainkan peran
tokoh tertentu. Melalui topeng sang aktor/aktris menghadirkan watak tokoh yang dimainkan.
Dengan demikian topeng sesungguhnya dipakai sebagai media untuk menghadirkan pribadi
seseorang di hadapan penonton. Ia bahkan harus bisa ‘menjadi’ diri tokoh yang dilakonkan. Dalam
perkembangan selanjutnya, ‘persona’ tidak lagi dimengerti sebagai sebuah topeng, melainkan
kualitas-kualitas pribadi yang ada dalam diri seseorang. Dengan demikian, arti ‘persona’ tidak lagi
menunjuk pada topeng, melainkan pada makna yang ada di baliknya, yakni jati diri.
Manusia secara kodrati memiliki dua dimensi yaitu dimensi personal dan sosial. Dimensi personal
pada manusia menyatakan sisi rohani atau kualitas dalam diri. Sebagai person manusia memiliki
keunikan yang membedakan dengan yang lain. Sisi personal ini membuat manusia mampu
menyadari dirinya serta segala tindakannya. Manusia mampu menentukan dirinya sendiri.
Sehingga segala tindakan dan kehendaknya berasal dari dirinya sendiri. Dengan segala kebebasan
dan tanggungjawab atas dirinya manusia dapat menentukan perkembangan dirinya. Namun
manusia tidak hanya sebagai person tetapi juga sebagai individu. Dalam diri manusia, person dan
individu merupakan dua hal yang saling terkait satu dengan yang lain. Meskipun berbeda person
dan individu tidak dapat dipisahkan dalam diri manusia. Hal ini dikarenakan manusia ialah jiwa
yang memiliki badan. Individu dalam diri manusia terkait dengan sisi luar manusia atau jasmani.
Dengan individualitasnya manusia ada didunia, sehingga ia mampu berinteraksi dengan sesama
dan lingkungannya.
Dalam diri manusia individualitas berbeda dengan makluk yang lain.
Individualitas dalam diri manusia berdasarkan pada sisi rohani.
Manusia itu berharga karena dirinya sendiri dan bukan karena kesamaan dengan jenisnya.
Perbedaan manusia dengan sesamanya tidak bersifat kuantitatif tetapi bersifat kualitatif. Hal ini
terjadi karena antara sisi personal dan individu dalam diri manusia saling memberikan daya pada
yang lain. Individualitas membuat manusia mampu menampakkan sisi personalitasnya. Kesatuan
antara individu dan person dalam diri manusia membuat manusia memiliki keunikan dari
sesamanya. Selain dimensi personal, manusia juga memilki dimensi sosial. Dimensi sosial ini
mambuat manusia tidak dapat hidup seorang diri. Manusia senantiasa membutuhkan sesamanya.
Kehadiran sesama dalam hidup manusia semakin membuat manusia menyadari dirinya. Oleh
karena itu, manusia selalu hidup pada suatu kelompok sosial tertentu, di mana ia dapat belajar
tentang nilai-nilai budaya yang diciptakan oleh generasi sebelumnya. Kondisi ini akan membuat
manusia bertindak secara khas sebagai manusia. Kehadiran sesama bagi manusia juga membuat
hidupnya semakin memiliki arti. Hidup bersama-sama dengan sesama membuat hidup manusia
selalu terkait dalam relasi dengan sesamanya. Dalam berelasi manusia hendaknya selalu
menghargai sesamanya sebagai subjek. Hal ini terjadi karena sesama juga person yang memiliki
keunikan seperti diri kita. Sesama bukan hanya individu seperti benda atau hewan tetapi kesatuan
yang tak terpisahkan antara person dan individu. Sesama memiliki martabat yang sama dengan
kita.
Martabat manusia bisa di jelaskan dengan konsep persona yaitu Martabat manusia (human
dignity) terletak dalam status manusia sebagai persona yang mempunyai ciri-ciri: berdiri sendiri,
utuh sebagai manusia (tak terbagi-bagi), tujuan pada dirinya sendiri, dan unik. Pada bagian
sebelumnya telah dijelaskan bagaimana definisi dari persona (status manusia sebagai persona).
Dari definisi-definisi ini menjadi sangat jelas bahwa persona merupakan penjelasan atau tepatny
aadalah ungkapan komprehensif dari identitas manusia itu secara utuh. Bahwa persona mencakup
seluruh aspek kemanusiaan manusia itu. Dengan kata lain, persona adalah pribadi manusia secara
keseluruhan. Martabat manusia bukan hanya menyangkut salah satu aspek yang terdapat dalam
pribadi manusia itu. Martabat manusia tidak berupa bagian-bagian yang bias dilepas pisahkan dari
bagian/aspek lainnya. Akan tetapi, martabat manusia melekat dalam keseluruhan atau keutuhan
kemanusiaan manusia itu. Berbicara tentang martabat manusia berarti berbicara tentang manusia
secara utuh, tak terbagikan. Telah dikatakan bahwa persona adalah sebutan komprehensif bagi
manusia. Dan, martabat manusia mencakup seluruh aspek kemanusiaan manusia. Lalu?
Merendahkan martabat manusia berarti merendahkan atau mereduksi ke-persona-an manusia
secara utuh. Itu berarti merendahkan manusia itu sendiri. Kesimpulannya, persona adalah manusia
secara utuh (dengan seluruh aspek kemanusiaannya), itu juga berarti mencakup martabat manusia
itu sendiri.
Elemen Persona
Pribadi manusia bukan konsep yang abstrak. Ia adalah mahluk yang konkret. Sifat konkret itu
terungkap dalam berbagai elemen yang ada dalam dirinya. Ada enam elemen dasar yang
mengungkapkan pribadi seseorang.
1). Karakter
Setiap pribadi memiliki karakter yang unik. Karakter merupakan kebiasaan hidup seseorang.
Kebiasaan ini melekat dalam diri seseorang dan tidak bisa diubah dengan mudah. Karakter alamiah
terbentuk melalui lingkunga di mana seseorang hidup. Pembentukan karakter ini dipengaruhi oleh
berbagai macam factor eksternal seperti latar belakang budaya dan pendidikan.
2). akal budi merupakan elemen persona yang paling hakiki. Dibandingkan dengan mahluk
lainnya, akal budi merupakan keistimewaan manusia. Akal budi merupakan dasar bagi manusia
untuk mencari kebenaran.
3). Wacana mengenai kebebasan juga bersifat personal karena yang dapat menentukan hanya diri
seseorang. Dalam proses pengambilan keputusan, seseorang harus menentukan pilihannya
menurut suara hatinya. John Dewey (1859-1952) bahkan mengataka, kebebasan merupakan bagian
dari martabat kemanusiaan yang tidak bisa dibungkam oleh siapapun.
4). Nama Setiap orang memiliki nama. Nama merupakan perwujudan dan pengejawantahan
sekaligus menjadi identitas pribadi seseorang. Menyebut nama tidak sekedar mengeluarkan bunyi
melalui huruf-huruf yang tersusun, melainkan mengandung makna pengakuan terhadap eksistensi
pemilik nama.
5). suara hati Suara hati merupakan bagian hakiki dari kepribadian seseorang. Suara hati ada
dalam diri setiap orang. Hati nurani selalu bersifat personal. Suara hati berfungsi etis, karena
mengarahkan manusia untuk mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam
tindakannya. Selain itu suara hati juga menjadi dasar bagi setiap pribadi dalam mengambil
keputusan. Karena itu hatu nurani merupakan lambang martabat dan hakikat kemanusiaan yang
paling dalam dari seorang individu.
6). perasaan merupakan ungkapan lubuk hati yang mendalam dari setiap pribadi. Perasaan tidak
dibicarakan secara kolektif, melainkan dikaitkan dengan pribadi. Karena perasaan terkait dengan
pribadi, maka menghargai perasaan seseorang jua berarti menghargai hakikat dan martabatnya
sebagai manusia.
Untuk menambah ilmu cara pandang kita tentang pribadi baiklah kita menyinggung berbagai
pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan personalitas manusia. Baptista Mondin
mengelompokkan tiga pendekatan yang pada umumnya dipakai untuk tujuan tersebut, yakni
pendekatan ontologism, pendeketan psikologis, dan pendekatan dialogis.
a. Pandangan Ontologis
Dalam pandangan ontologis, tekanan manusia sebagai pribadi diletakkan pada rasionalitas dan
individualistis. Artinya, manusia dilihat sebagai mahluk yang rasional dan bersifat individual.
Dengan demikian subtansi manusia dipandang dalam dua hal, yakni pertama, ia adalah mahluk
yang berpikir; kedua, ia memiliki kodrat sebagai individu.
Para filsuf seperti Anicius Severinus Manlius Boethius (480-524), dan Thomas Aquinas (12251274) mengaitkan hakikat pribadi pada dua elemen di atas. Severinus Boethius dengan jelas
menunjukkan hakikat manusia itu dalam definisinya yang bertuliskan, “persona et rationalis
naturae individual subtantia”. Dalam ungkapan ini kepribadian manusia diletakkan pada kodratnya
sebagai individu dan mahluk berpikir. Bagi Thomas Aquinas, pribadi adalah manusia yang nyata
dan individual dalam segala keunikannya, serta yang tidak terulang dalam dirinya. Itu berarti bagi
filsuf dan sekaligus teolog ini, pemaknaan pribadi berkaitan dengan bagaimana seorang individu
bertindak dalam kehidupan yang nyata.
b. Pandangan Psikologis
Pendekatan psikologis meletakkan pribadi manusia pada aspek psikis. Fokus perhatian psikologi
adalah emosi dan afeksi. Pintu bagi pemahaman psikologi dibukakan oleh Rene Descartes (15961650). Ungkapan yang terkenal dari tokoh ini adalah “Cogito ergo sum”, artinya, “saya berpikir
maka saya ada”. Dalam ungkapan ini konsep persona diletakkan pada animus atau jiwa. Jaminan
tentang keberadaan manusia ada pada kejiwaannya.
Seorang pemikir yang sangat berpengaruh serta pemikirannya disebut revolusioner dalam
psikologi adalah Sigmund Freud (1856-1939). Melalui teori psikoanalisanya Freud memetakan
manusia dalam tiga bagian, yakni superego, ego dan Id. Ia menyatakan bahwa kepribadian manusia
sangat tergantung pada alam bawah sadar(Id). Dalam bidang filsafat Sigmund Freud memberikan
paradigma baru bagi masyarakat modern tentang keakuan. Paradigma keakuan yang baru itu dapat
dirumuskan dengan kalimat, “Aku bukan hanya aku yang sadar, tetapi juga aku adalah aku yang
dikuasai alam bawah sadar”.
c. Pandangan Dialogis
Pandangan dialogis mengaitkan pribadi manusia dengan hubungan antara satu manusia dengan
manusia yang lain. Dalam pandangan ini manusia adalah mahluk relasional. Pribadi setiap manusia
terbentuk melalui relasi, yakni jiwa dan badan, relasi individu dengan masyarakat, sebaliknya
relasi masyarakat dengan individu.
Konsep dialogis dikembangkan oleh sejumlah pemikir. Kita menyebut dua nama di sini, yakni
Mounier (1758-1806) dan Martin Buber (1878-1965). Mounier menyatakan bahwa pribadi
manusia melekat pada tiga hal berikut. Pertama, ia dipanggil untuk melakukan sesuatu untuk
dunianya. Artinya, panggilan untuk berbuat sesuatu pada orang lain adalah bagian dari persona.
Kedua, tindakan. Menjadi pribadi menuntut perbuatan yang tidak bisa ditunda-tunda. Artinya,
pribadi menjadi pribadi kalau ia bertindak. Pribadi adalah the act of being. Jadi, kualitas pribadi
seseorang dilihat dari perbuatan sehari-hari. Ketiga, komunikasi. Mounier melihat bahwa
kebersamaan merupakan wadah pengungkapan eksistensi pribadi. Komunikasi adalah bagian dari
eksistensi manusia. Dengan komunikasi manusia mengungkapkan diri, kemauan, dan
keunikannya. Makna hidup ini menurut pandangan dialogis terletak pada usaha untuk membangun
komunikasi dengan baik. Martin Buber memperkaya pemahaman dialogis dengan meletakkan
dasar dalam relasi social. Ia membedakan dua bentuk relasi dalam dunia manusia, yakni relasi
‘Aku-Engkau’ dan ‘Aku-Itu’.
MANUSIA SEBAGAI PERSONA
Manusia sebagai persona adalah manusia yang mengerti akan keutuhan dirinya. Ia menjadi mahluk
yang dapat berkata AKU dengan sadar dan insaf. Persona manusia tidak pernah menjadi objek,
tidak pernah diperlakukan sebagai alat. Persona manusia adalah subjek yang harus kita ungkap
lewat pengalaman dan pengetahuan.
Persona manusia ingin menunjukan kerohanian atau religiusitas manusia. Dalam persona
hubungan dengan sesama berbasis cinta kasih. Persona tidak menimbulkan konflik atau tidak
memandang yang lain sebagai mahluk jasmani semata. Hubungan yang ada adalah saling memberi
dan menerima atau saling menyerahkan diri. Dalam hubungan persona ini tidak akan ada lagi yang
dikurangi atau yang hilang, melainkan menjadi penuh atau utuh. Religiusitas manusia yang
persona akan memperlihatkan manusia yang terbuka bagi orang lain dan yang mau menyerahkan
diri dalam cinta kepada orang lain. Maka, untuk sampai ke diri yang rela dengan penuh hati dan
cinta untuk memberikan dan menerima yang lain tersebut dibutuhkan pengalaman penyangkalan
diri dan kerendahan hati. Dengan demikian, egoisme manusia persona akan berkurang. Persona
mampu memberikan diri sendiri dengan tak habis-habisnya. Pengalaman semacam ini tidak
ditemukan oleh mahluk lain. Dengan demikian, hubungan antar persona merupakan hubungan
antar subjek (subjek-subjek). Dalam hubungan ini muncul inter-komunikasi yang mampu masuk
ke kedalaman diri manusia. Makin banyak subjek menerima, makin tegak ia berdiri sebagai
persona. Bila hal ini berlanjut maka kemurnian persona akan terwujud.
KEMURNIAN PERSONA
Manuisa itu persona sejak lahir. Pemahaman ini sepertinya ingin mengatakan bahwa manusia dari
sananya sempurna. Pemahaman ini juga didukung oleh pandangan yang mengatakan bahwa
manusia itu berdaulat dan berkuasa, berdiri sendiri, mampu mengalahkan alam sekitarnya sehingga
pandangan kesempurnaan sepertinya mutlak. Namun, kita juga tidak boleh melupakan kalau
manusia itu ada juga yang persona, namun juga tidak sempurna. Manusia dapat sampai pada
personanya bila manusia mau mengerti dan memahami arti dari pengetahuan dan pengalaman.
Pengetahuan dan pengalaman akan mendidik manusia untuk bisa sampai pada personanya, yang
murni. Persona manusia harus terus diungkap dengan pengetahuan dan pengalaman tersebut. Jadi,
manusia harus mengungkap dirinya untuk mencapai kepersonaannya.
Mengungkap persona membutuhkan kedewasaan manusia untuk mampu memilih untuk pikiran
dan perbuatannya. Ketika manusia masih bayi, manusia belum dapat menjalankan diri sebagai
persona; kepribadiannya masih terpendam. Ia sudah bersifat persona, akan tetapi kepersonaannya
belum dapat teraktualisasi. Inilah yang khas dari manusia di mana manusia harus selalu
mengungkap dirinya. Buat hewan segalanya sudah tertulis, semua sudah dipastikan oleh dan dalam
alam. Sedangkan, manusia harus kreatif mengungkap dirinya. Ketetapan diri manusia itu menjadi
ada karena ada kesadaran kebebasan untuk menentukan diri. Manusia menjadi ada karena ia dapat
menentukan dirinya sendiri. Ketika ia semakin mengungkapkan diri dan menemukan dirinya, ia
menjadi persona.
Namun, manusia juga bisa hanyut pada dirinya dengan menuruti kecenderungan-kecenderungan
yang rendah. Jika demikian, manusia menyerahkan kedaulatannya, menghianati tahtanya, dan
memperbudak dirinya. Manusia menggunakan kebebasan untuk mengkikat diri atau menggunakan
kebebasan untuk kepuasan dirinya semata. Jika manusia menjalankan hidupnya menurut
dorongan-dorongan yang luhur sambil mengalahkan dorongan-dorongan yang rendah (ada
pengendalian diri), manusia menjadi berdaulat dan berarti tidak dibelenggu oleh faktor-faktor
jasmani yang buta.
Proses menuju persona tidak ada habis-habisnya, walaupun akan berakhir. Manusia tiap-tiap detik
bebas dan tiap-tiap detik pula ia dapat menginjak-injak kodrat dirinya. Perjuangan menuju persona
tidak pernah berakhir, namun dapat sampai ke posisi stabil hingga pendirian tak akan mudah
digoyahkan. Pengetahuan dan pengalaman sangat dibutuhkan dalam hal ini. Seorang yang tua bisa
saja belum memiliki kestabilan persona dan bisa juga seorang yang muda yang pengalaman
hidupnya masih segelintir telah mendapatkan kestabilan dan akan mampu menuju kesempurnaan
pribadi. Ketidak sadaran personal terdiri dari seluruh pengalaman yang terlupakan, ditekan, atau
dipersepsikan secara sublimasi pada seseorang. Ketidaksadaran tersebut mengandung ingatan dan
implus masa silam, kejadian yang terlupakan, seta berbagai pengalaman yang disimpan dalam
alam bawah sadar kita. Terbentuknya ketidak sadaran personal kita karena pengalaman individual.
Setiap orang memiliki alam bawah sadar yang berbeda, tergantung dengan pengalaman yang telah
dilewati masing-masing. Oleh sebab itu, karakteristik setiap individu serta cara menyelasaikan
masalah yang dihadapi akan berbeda satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sam. B (2011, maret jumat). tentang manusia sebagai pesona. Retrieved from Blogspot.com:
http://pikiranitubebas.blogspot.com/2011/03/tentang-manusia-sebagai-pesona.html?m=1
Kusmayanti, R. (2015, maret sabtu). manusia sebagai persona. Retrieved from Blogspot.com:
http://28inggris2arenikusmayanti.blogspot.com/2015/03/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html?m=1
Unknow. (2013, November Sabtu). Manusia sebagai persona. Retrieved from Blogspot.com:
http://bluesgeezers.blogspot.com/2013/11/normal-0-7.html?m=1
MATERI KE 7 : MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
Manusia merupakan makhluk Mukallaf yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab. Dengan
menggunakan akal pikirannya manusia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan
juga teknologi. Manusia juga bagian dari realitas kosmos yang menurt para ahli pikir disebut
ssebagai al-kain an-natiq, “makhluk yang berbicara dan makhluk yang memiliki nilai luhur”.
Menurut Al-Aqqad (1973:21), manusia lebih tepat dijuluki “manusia yang berbicara” dari pada
sebagai “malaikat yang turun ke bumi atau binatang yang berevolusi “ karna manusia lebih mulai
mulai mempertimbang semua itu. Alasan ‘Aqqad ini tidaklah berlebihan, sebab menurutnya,
“malaikat yang turun ke bumi“ tidak mempunyai kedudukan sebagai pembimbing ke jalan yang
baik maupun yang buruk, demikian pula “binatang yang berevolusi”. Hanya manusialah yang
mampu memikul beban dan juga tanggung jawab yang diamanatkan oleh Allah kepadanya. Oleh
karena itu, tidak heran jika ada yang mengatakan, bahwa manusia merupakan “pencipta kedua”
setelah Tuhan. Hal itu dapat kita pahami, betapa manusia yang dianugerahi rasio oleh Tuhan itu
mampu menciptakan kreasi canggih berupa sains dan juga teknologi, sementara malaikat juga
diperintah sujud kepadanya karena tak mampu bersaing secara intelektual. Kelebihan intelektual
inilah yang menjadikan manusia lebih unggul dari pada makhluk lainya, tetapi manusia pun akan
bisa menjadi dekaden, bahkan bisa lebih rendah nilainya dari binatang jika melakukan tindakan
yang destruktif, melepaskan imannya ( Q.S At-Tin 5-6 dan Al-A’raf: 179). Dalam al-Qur’an
istilah manusia disebut dengan kata-kata: al-Insan, al-Basyar dan Banu Adam.
1). Sebagian ulama berpendapat, al-Insan diambil dari kata nasiya-yansa nasyan yang berarti lupa,
maksudnya manusia sering melupakan janjinya kepada Tuhan.
2). Al-Insan diambil dari kata nasa-yanusu yang berarti bergoncang.
3). Al-Insan diambil dari kata ins yang berarti jinak.
Al-Basayar berarti tampak baik dan indah, gembira, menguliti. Sebanyak 123 x kata al-Basyar
disebut dalam al-Al-Qur’an pada umumnya bermakna gembira, 37 x bermakna manusia dan 2 x
berkaitan dengan hubungan seks. Kata al-Insan mengandung pengertian manusia sebagai makhluk
sosial dan kultural/keilmuan. Al-Basyar mengandung pengertian realitas manusia sebagai pribadi
yang kongkret, manusia dewasa yang sedang memasuki kehidupan bertanggung jawab sebagai
khalifah di bumi (A. Mu’in, 1994:81). Manusia terdiri dari jiwa dan raga. Dia adalah unik. Tidak
ada makhluk seunik dan seajaib seperti manusia. Manusialah yang mampu menguasai alam
semesta ini. Binatang sebuas apapun dengan kreativitas akalnya bisa ditaklukkan. Dialah manusia
ajaib. Secara etimologi, al-basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat
tumbuhnya rambut. penamaan ini menunjukkan makna bahwa secara biologis yang mendominasi
manusia adalah pada kulitnya, disbanding rambut atau bulunya. Al-basyar juga dapat diartikan
mulamasah ( ‫) م لم سه‬, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. makna
etimologis ini dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk biologis yang memiliki segala
sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan,kebahagiaan, dan lainlain sebagainya.
Kata al-insan dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara
etimologi, al-insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampat, dan pelupa. Kata al-insan
digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani, dan rohani.
Perpaduan antara aspek fisik dan psikis telah menbantu manusia untuk mengekspirasikan dimensi
al-insan al- bayan, sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahuai baik dan
buruk, mengembangkan ilmu dan peradaban, dan lain sebagainya. Kata al-insan juga digunakan
al-Qur’an untuk menjelaskan sifat umum, serta sisi-sisi kelebihan dan kelemahan mausia. Hal ini
terlihat dari firman-firman Allah dalam al-Qur’an, seperti:
1. Tidak semua cita-cita yang diinginkan manusia berhasil dengan hanya usahanya, bila Allah
tidak menginginkannya. Terlihat secara jelas adanya unsur keterlibatan Tuhan dalam realitas apa
yang dicita-citakan dan kelemahan manusia sebagai makhluk pada sisi yang lainnya
2. Gembira bila dapat nikmat, serta susah bila dapat cobaan. Kesemuaan ini terjadi karena manusia
sering melupakan nikmat yang diberikan Allah (ingkar nikmat).
3. Manusia sering bertindak bodoh dan zalim, baik terhadap dirinya dan manusia maupun makhluk
Allah lainnya.
4. Manusia sering kali ragu dan memutuskan persoalan sikap
5. Manusia bila mendapat suatu kenikmatan materi, sering kali lupa diri dan kikir.
6. Manusia adalah makhluk yang lemah, gelisah, dan tergesa-gesa.
7. Kewajiban manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya
8. Kewajiban Allah agar manusia waspada terhadap bujukan oaring-orang munafik, adanya
kebangkitan dari alam kubur, dan memperhatikan makanannya.
Kata al-insan digunakan juga dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses kejadian manusia
sesudah adam. Dari pemaknaan manusia yang digunakan Allah melalui kata Al-insan, terlihat
sesungguhnya manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki sifat-sifat manusiawi yang
bernlai positif dan bernilai negatif. agar manusia bisa selamat dan mampu memfungsikan tugas
dan kedudukannya dimuka bumi dengan baik, maka manusia harus senantiasa mengarahkan
seluruh aktifitasnya , baik fisik maupun psikis sesuai dengan nilai-nilai islam.
Kata al-nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat. kata alnas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secra keseluruhan, tanpa terlihat
status keimanan atau kekafiran. Secara umum, penggunaan kata al-nas memiliki arti peringatan
Allah kepada manusia akan semua tindakannya, seperti jangan bersifat kikir dan ingkar nikmat,
riya’, tidak menyembah dan meminta pertolongaan selain padanya, larangan berbuat zalim,
mengingatkan manusia akan adanya ancaman dari kaum yahudi dan musyrik, semua amal manusia
akan dibalas kelak diakhirat, sebagai konsekuensi dari perbuatannya dimuka bumi, manusia
merupakan objek utama ajaran islam, kewajiban menjaga keharmonisan sosial antara sesamanya,
menjadikan ka’bah sebagai pusat peribadatan umat islam, dan penjelasan Allah terhadap
kebebasan-nya melalui fenomena alam semesta, agar manusia bisa mengambil pelajaran dan
menambah keimanannya pada khaliqnya.
Tentang Jiwa Sebagaimana umumnya para filosuf beranggapan-termasuk Ibn Sina, al-Farabi dan
juga al-Ghazali- bahwa jiwa itu tersusun dari tiga jenis: jiwa nabatiyah, jiwa hayawaniyah dan
jiwa insaniyah. Jiwa nabatiyah adalah jiwa yang berfungsi untuk makan, tumbuh dan melahirkan,
jiwa hayawaniyah adalah jiwa yang berfungsi mengetahui hal-hal kecil dan bergerak sesuai iradah
dan jiwa insaniyah adalah jiwa yang melakukan perbuatan dan mengatahui hal-hal yang bersifat
umum.
Menurut Muhammad Iqbal, insan kamil merupakan puncak dari perkembangan ego manusia, yang
memiliki kekuatan berhadapan dengan Tuhan. Dari kekuatan ego tersebut juga menyebabkan
manusia terangkat menjadi khalifah Tuhan. Menurut Iqbal, insan kamil adalah manusia yang
mampu menyerap kebaikan-kebaikan Tuhan dalam dirinya. Tuhan dan manusia menurut Iqbal
adalah dua entitas yang berbeda. Relasi Tuhan dengan manusia menurut Iqbal bersifat bottom up,
artinya bergerak dari manusia menuju Tuhan (At-Tafkir fi Khalqil-Llahi Ilat-Tafkir fi-llah) . Ini
diambil dari hadis: Tafakkaru fi Khalqi-llahi wa La Tafakkaru fi Zatihi dan Man ‘Arafa Nafsahu
Faqad ‘Arafa Nafsahu.
Pada hakikatnya, penciptaan manusia dapat ditinjau dari dua asal pendekatan, yaitu; pertama, asal
jauh, proses Nabi Adam yang tercipta dari tanah. Kedua, asal dekat, proses penciptaan manusia
pasca Adam (keturunan Adam) yang tercipta dari nutfah, dan kemudian mengalami proses panjang
dan bertahap. Allah berfirman dalam (QS. 32: 7-9).
Manusia berproses dalam pertumbuhan biologisnya sejak dalam periode pra-natal, sehingga
menjadi bentuk manusia yang sempurna. Proses inilah manusia dilihat dari segi biologisnya suatu
yang alamiah sesaui dengan prinsip-prinsip ilmu biologi modern sekarang.
Hakikat manusia menurut pandangan umum mempunyai arti bermacam-macam, karena tedapat
berbagai ilmu dan perspektif yang memaknai hakekat manusia itu sendiri. Seperti dalam perspektif
filsafat menyimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar
intelektual. Dalam perspektif ekonomi mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi.
Perspektif Sosiologi melihat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sejak lahir hingga
matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya. Sedangkan, perspektif antropologi berpendapat
manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Dan dalam
perspektif psikologi, manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa.
Sudut pandang Antropologi terdapat 3 sudut pandang hakekat manusia yaitu manusia sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk susila.
Ilmu yang menyelidiki dan memandang manusia dari segi fisik “Antropologi Fisik”.Yang
memandang manusia dari sudut pandangan budaya disebut “Antropologi Budaya”. Sedangkan
yang memandang manusia dari segi “ada”nya atau dari segi “hakikat”nya disebut “Antropologi
Filsafat”. Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah yang menyebabkan
orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang
mendasar tentang manusia yaitu Apa, dari mana dan kemana manusia itu. Berbicara mengenai apa
manusia itu, ada 4 aliran yaitu:
a. Aliran serba zat
Mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah
hakikat dari sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi, dan manusia adalah unsur dari alam. Maka
dari itu hakikat manusia itu adalah zat atau materi. Manusia sebagai makhluk materi, maka
pertumbuhannya berproses dari materi juga. Sel telur dari sang ibu bergabung dengan sel sperma
dari sang ayah, tumbuh menjadi janin yang akhirnya kedunia sebagai manusia. Adapun apa yang
disebut Ruh atau jiwa pikiran, perasaan(tanggapan, kemauan, kesadaran, ingatan, khayalan,
asosiasi, penghayatan dan sebagainya) dari zat atau materi yaitu sel-sel tubuh. Oleh karena itu
manusia sebagai materi, maka keperluan-keperluannya juga bersifat materi, ia mendapatkan
kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya dari materi, maka terbentuklah suatu sikap pandangan
yang materialistis.
b. Aliran serba ruh
Berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah “Ruh”, Juga hakikat manusia
adalah ruh. Ruh adalah sesuatu yang tidak menempati ruang, sehingga tidak dapat disentuh atau
dilihat oleh panca indra. Jadi berlawanan dengan zat yang menempati ruang betapapun kecilnya
zat itu. Dasar pikiran dari aliran ini adalah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari
ada materi. Hal ini dapat kita buktikan sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
c. Aliran dualisme
Mencoba untuk mengawinkan kedua aliran tersebut diatas. Aliran ini menganggap bahwa manusia
itu pada hakatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani, badan dan ruh. Kedua
substansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama lain.
Jadi badan tidak berasal dari ruh juga sebaliknya ruh tidak berasal dari badan.
d . Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berpikir tentang hakekat manusia merupakan eksistensi atau perwujudan
sesungguhnya dari manusia. Hakikat manusia itu yaitu apa yang menguasai manusia secara
menyeluruh. Disini manusia di pandang dari serba zat, serba ruh atau dualisme dari kedua aliran
itu , tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri di dunia.
Berdasarkan kenyataan bahwa manusia itu mempunyai badan jasmani dan mempunyai roh, jiwa
atau rohani, ada beberapa pandangan tentang badan manusia:
1. Pandangan idealisis tentang badan manusia
Pandangan ini mengatakan bahwa badan adalah sinar dari roh. Dalah hal ini roh diibaratkan
sebagai listrik, badan adalah cahaya. Badan dan roh tidak pernah bertentangan satu sama lain.
Badan seolah-olah tidak ada, yang ada hanyalah roh.
2. Pandangan materialistis tentang badan manusia.
Pandangan ini dengan tegas mengatakan yang ada hanya badan. Orang tidak perlu berfiir lebih
lanjut apa dibalik badan itu. Yang tampak pada kita ialah bahwa manusia berbadan yang bersifat
materi, yang terdiri dari darah, daging, tulang dan sebagainya seperti makhluk-makhluk hidup
yang lain. Dengan begitu kesenangan, kebahagian atau sukarianya tidak dapat dilepaskan dari
barang materi. Jadi seluruh manusia itu adalah jasmani.
3. Pandangan ketiga ini berpendapat bahwa badan adalah merupakan musuh dari roh. Antara
badan dan roh selalu bertentangan satu sama lain. Badan dianggap menarik kebawah kejahatan.
Pandangan ini biasanya juga dualistis artinya tidak memandang badan dan jiwa sebagai satu hal
yang ada, melainkan sebagai dua hal yang berdiri sendiri.
4. Pandangan keempat ini memandang badan manusia sebagai jasmani yang di “rohani”kan,
atau rohani yang di “jasmani”kan. Badan bukan hanya materi. Daging kita tidak sama dengan
daging sapi atau kambing. Pancaindera kita tidak sama dengan panca indera hewan. Jadi
kejasmanian manusia itu dengan segala-galanya, jika dilihat kedudukannya dari keseluruhan
manusia, tidak sama dengan kejasmanian hewan. Sebab jasmani manusia adalah jasmani yang
dirohanikan atau dalam jasmani manusia itu ruh-lah yang menjasmani.
Dari sumber lain mengatakan manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara
makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan
dirinya sebelum mengenal lainnya.Maka hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
c. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
d. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
e. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak
bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
(Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 1996).
Asal Mula Manusia “Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam a.s”
Jika kita berdebat tentang asal mula manusia, maka yang terpikir pertama kali dipikiran adalah
teori evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusi Charles Darwin dijelaskan bahwa manusia
pertama adalah kera, sedangkan dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa
manusia pertama adalah Nabi adam a.s. Namun, hingga saat ini para ilmuwan masih terus mencari
bukti untuk memastikan asal mula manusia.
1. Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin
Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang
mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun
yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan nenek
moyangnya. Ditetapkanlah empat kelompok dasar sebagai berikut di bawah ini :
a. Australophithecines
b. Homo habilis
c. Homo erectus
d. Homo sapiens
Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh evolusionis
digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari selatan". Australophitecus, yang
tidak lain adalah jenis kera purba yang telah punah, ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa
dari mereka lebih besar dan kuat dan tegap, sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah.
Dengan menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis>
Homo erectus > Homo sapiens," evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap jenis
ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya.
2. Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat “cerita” tentang
asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan berbuat kerusakan
di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan. "...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap dalam
kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama kali
dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi
makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa
sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu
buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi
yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada
akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa
menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa menerima ilmu
pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia yang Allah ciptakan
untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari
Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan
Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi;
menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di
lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]:
70)
Demikianlah dua pendapat tentang asal mula manusia. Tentang siapa sebenarnya manusia pertama
di bumi, mugkin kami lebih memilih bahwa Adam a.s adalah manusia pertama sesuai dengan apa
yang ada dalam Al-Quran. Apakah kalian setuju bahwa Nabi Adam a.s adalah nenek moyang
manusia Tergantung pada kepercayaan kalian masing-masing.
Dengan berbagai macam kedudukannya baik sebagai makhluk biologis, makhluk istimewa
(bernalar, pembawa amanah, bertanggung jawab), dan makhluk sosial, manusia diberi dua peran
sekaligus dituntut bertanggung jawab dalam menjalankan perannya yaitu sebagai khalifatullah dan
sebagai ‘abdullah. Peran sebagai khalifatullah digambarkan QS. Al-Baqarah : 30
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan khalifah di muka bumi”(QS.al-Baqarah : 30)
sedang peran sebagai ‘abdullah dinyatakan dalam QS. Al-Dzariyat : 56
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku” (QS.alDzariyat : 56)
Yang penting untuk dicatat adalah peran manusia sebagai khalifatullah dan sebagai ‘abdullah
tidak bisa lepas dari realitas kedudukan manusia sebagai makhluk biologis, makhluk istimewa
dan makhluk sosial. Diantara contohnaya adalah : Manusia diperintahkan untuk mengerjakan
shalat dan hukum shalat adalah berdiri. Tetapi pada saat manusia mengalami sakit parah
diperbolehkan melaksanakan shalat dengan duduk atau berbaring. Artinya manusia diberi
dispensasi karena masalah sakit adalah persoalan biologis manusia. Contoh lain dalam keadaan
perjalanan jauh seseorang boleh men-jama’ dan meng-qashar shalat. Begitupun wanita menyusui,
orang yang lanjut usia diperbolehkan untuk tidak berpuasa, dan lain sebagainya. Hal yang sama
berlaku pada kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Contohnya nabi Muhammad saw yang
biasanya shalat khusyu’ dan zikirnya panjang, berulangkali mempercepat shalatnya gara-gara ada
tamu yang menunggu. Nabi juga mengingatkan para imam tidak memperpanjang shalat dengan
pertimbangan sosial pada makmumnya
Berikut pandangan filsafat terhadap manusia dari beberapa sudut pandang yakni dari:
1.Teori descendensi
Teori ini meletakkan manusia sejajar dengan hewan berdasarkan sebab mekanis. Artinya manusia
tidaklah jauh berbeda dengan hewan, dimana manusia termasuk hewan yang berfikir, melakukan
segala aktivitas hidupnya, manusia juga tidak beda dengan binatang yang menyusui.
Beberapa ahli filsafat berbeda pemikiran dalam mendefinisikan manusia. Manusia adalah makhluk
yang concerned (menaruh minat yang besar) terhadap hal-hal yang berhubungan dengannya,
sehingga tidak ada henti-hentinya selalu bertanya dan berpikir.
Aristoteles (384-322 SM), seorang filosof besar Yunani mengemukakan bahwa manusia adalah
hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akalpikirannya. Juga manusia adalah hewan yang berpolitik (zoonpoliticon, political animal), hewan
yang membangun masyarakat di atas famili-famili menjadi pengelompokkan yang impersonal dari
pada kampung dan negara. Manusia berpolitik karena ia mempunyai bahasa yang memungkinkan
ia berkomunikasi dengan yang lain. Dan didalam masyarakat manusia mengenal adanya keadilan
dan tata tertib yang harus dipatuhi. Ini berbeda dengan binatang yang tidak pernah berusaha
memikirkan suatu cita keadilan.
Berdasarkan Thomas Hobbes, Homo homini lupus artinya manusia yang satu serigala manusia
yang lainnya (berdasarkan sifat dan tabiat) Nafsu yang paling kuat dari manusia adalah nafsu untuk
mempertahankan diri, atau dengan kata lain, ketakutan akan kehilangan nyawa. Menurut Nietsche,
bahwa manusia sebagai binatang kekurangan (a shortage animal). Selain itu juga menyatakan
bahwa manusia sebagai binatang yang tidak pernah selesai atau tak pernah puas ( das rucht
festgestelte tier ). Artinya manusia tidak pernah merasa puas dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Menurut Julien, bahwa manusia manusia tak ada bedanya dengan hewan karena manusia
merupakan suatu mesin yang terus bekerja ( de lamittezie). Artinya bahwa dari aktivitas manusia
dimulai bangun tidur sampai ia tidur kembali manusia tidak berhenti untuk beraktivitas. Menurut
Ernest Haeskel, bahwa manusia merupakan (animalisme), tak ada sanksi bahwa segala hal manusia
sungguh-sungguh ialah binatang beruas tulang belakang yakni hewan menyusui. Artinya bahwa
tidak diragukan lagi manusia adalah sejajar dengan hewan yang menyusui. Menurut Adi Negara
bahwa alam kecil sebagian alam besar yang ada di atas bumi. Sebagian dari makhluk yang
bernyawa, sebagian dari bangsa antropomoker, binatang yang menyusui, akan tetapi makhluk yang
mengetahui keadaan alamnya, yang mengetahui dan dapat menguasai kekuatan alam di luar dan
di dalam dirinya (lahir dan batin).
2. Metafisika adalah teori yang memandang keberadaan sesuatu dibalik atau di belakang fisik.
Dalam teori ini manusia dipandang dari dua hal yakni:
a. Fisik, yang terdiri dari zat. Artinya bahwa manusia tercipta terdiri dari beberapa sel, yang dapat
di indera dengan panca indera.
b. Ruh, manusia identik dengan jiwa yang mencakup imajinasi, gagasan, perasaan dan
penghayatan semua itu tidak dapat diindera dengan panca indera.
3. Psikomatik memandang manusia hanya terdiri atas jasad yang memiliki kebutuhan untuk
menjaga keberlangsungannya artinya manusia memerlukan kebutuhan primer (sandang, pangan
dan papan) untuk keberlangsungan hidupnya.
Manusia terdiri dari sel yang memerlukan materi cenderung bersifat duniawi yang diatur oleh nilainilai ekonomi (dinilai dengan harta / uang) artinya manusia memerlukan kebutuhan duniawi yang
harus dipenuhi, apabila kebutuhan tersebut sudah terpenuhi maka mereka akan merasa puas
terhadap pencapaiannya.
Manusia juga terdiri dari ruh yang memerlukan nilai spiritual yang diatur oleh nilai keagamaan
(pahala). Dalam menjalani kehidupan duniawi manusia membutuhkan ajaran agama, melalui
ceramah keagamaan untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Dalam hal ini manusia ingin menjadi
manusia yang paling sempurna. Untuk menjadi manusia sempurna haruslah memiliki unsur-unsur
sebagai berikut : 1. Rasionalitas 2. Kesadaran 3. Akal budi 4. Spiritualitas 5. Moralitas 6.
Sosialitas 7. Keselarasan dengan alam
Manusia merupakan makhluk ciptaan allah yang palingg sempurna, karena manusia di bekali
dengan berbagai kelebihan dibandingkan makhluk lain, yaitu nafsu (sifat dasar iblis), taat, patuh,
tunduk, (sifat dasar malaikat) dan juga akal (sifat keistimewaan manusia). Ketiga kesempurnaan
tadi mambuat manusia memiliki kedudukan yang tinggi dihadapannya. Jika manusia dapat
mengatur ketiganya tadi dan dapat memposisikan diri sebagaimana yang dititiskan oleh sang Robb.
Manusia merupakan makhluk yang sangat unik. Upaya hakekat manusia sudah dilakukan sejak
dahulu. Hingga saat ini belum mendapat pernyataan yang benar-benar tepat dan pas, dikarenakan
manusia itu sendiri yang memang unik, antara manusia satu dengan manusia yang lain berbedabeda. Bahkan orang kembar identik sekalipun mereka pasti memiliki perbedaan. Mulai dari fisik,
ideologi, pemahaman, kepentingan dan lian-lain.
Para ahli pikir dan juga ahli filsafat memberi sebutan kepada manusia dengan kemampuaun yangg
dapat dilakukan manusia di bumi ini yaitu:
a . Manusia adalah Homo Sapiens yang artinya makhluk yang mempunyai budi
b . Manusia adalah Animal Rational yang artinya binatang yang berpikir
c . Manusia adalah Homo Laquen yang artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan
menjelmakan pikira manusa dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun
d . Manusia adalah Homo Faber yang artinya makhluk yang terampil
e . Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerja sama, bergaul dengan orang
lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
f . Manusia adalah Homo Economicus, yang artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip
ekonomi dan bersifat ekonomis
g . Manusia adalah Homo Religious yaitu makhluk yang beragama
DAFTAR PUSTAKA
Zainuddin.
2013.
“Manusia
Dalam
Perspektif
Filsafat”
https://www.uin-
malang.ac.id/r/131101/manusia-dalam-perspektif-filsafat.html
Arifin. “Filsafat Pendidikan Islam”, (Jakarta: Bumi Aksara. 1996).
Musaddad.
Ja’far.
2013.
Manusia
Dalam
Perspektif
http://jafarmusaddad.blogspot.co.id/2013/02/makalah-manusia-dalam-perspektif-al.html
Hamdani, Faud. “Filsafat Pendidikan Islam”, (Bandung: Pustaka. 2007), hal.9
Filsafat
MATERI KE 8: UTS MEMBUAT VIDEO PEMAPARAN DARI MATERI YANG TELAH
DI BERIKAN
MATERI KE 9: MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI
MANUSIA SEBAGAI KHALIFA DI BUMI
Manusia bertanggung jawab terhadap keberlanjutan ekosistem karena manusia diciptakan sebagai
khalifah. Dalam konteks Al-Quran memandang manusia sebagai “wakil” atau “khalifah” Allah di
bumi, untuk memfungsikan kekhalifahannya Tuhan telah melengkapi manusia potensi intelektual
dan spiritual sekaligus . Sesuai dengan UU RI Nomor 23 Tahun 1997 yang menyatakan pengertian
lingkungan hidup itu sendiri yang didalamnya telah melibatkan peranan manusia dan perilakunya
dalam menyejahterakan makhluk hidup dan dirinya. Karena secara etika manusia berkewajiban
dan bertanggung jawab terbesar terhadap lingkungan dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Allah menganugrahi akal kepada manusia, dan dengan akal itulah Allah menurunkan agama.
agama sebagai petunjuk dan pedoman dalam kehidupan, merupakan dasar untuk mengatur
bagaimana berhubungan dengan sang pencipta dan hubungan dengan alam semesta. Manusia
dalam agama merupakan bagian dari lingkungan hidupnya, sehingga manusia ditunjuk sebagai
khalifah di muka bumi ini. Seperti di dalam firman Allah Swt dalam (QS. Al- Baqarah [2] : 30).
Khalifah adalah orang yang mewakili umat dalam menjalankan pemerintahan, kekuasaan dan
penerapan hukum-hukum syariah. Khalifah adalah wakil umat dalam kehidupan di muka bumi.
Seperti dalam firman Allah Swt dalam (Q.S. An-Nur [24]: 55). Khalifah adalah sebutan yang
diberikan kepada pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu pemerintahan islam, muncul pertama
kali di Tsaqifah (Rumah) Bani Sa’idah yang merupakan suku di Madinah, berdasarkan prinsip
pemilihan khalifah dari suku Quraisy . Makna khalifah dalam islam sebagai satu-satunya
pemimpin di seluruh penjuru dunia, sehingga khalifah menjadi pemimpin seluruh umat islam dari
segala penjuru dunia.
Peranan manusia sebagai khalifah (Khalifah Allah di Muka bumi)
Kekhalifahan manusia di satu pihak berperan sebagai subjek dan di sisi lain menjadi objek, sebagai
subjek, manusia mempunyai tanggung jawab yang lebih kompleks dalam meningkatkan kualitas
dirinya. Seperti dalam LKNU menyatakan bahwa Manusia berkualitas harus bercermin
keimanannya, sehat jasmani dan rohani, berpendidikan, mengerjakan amal saleh, berbuat baik
kepada orang lain, bertanggung jawab terhadap keluarganya, bertanggung jawab terhadap
keluarganya, arif terhadap lingkungan hidupnya .
Tugas manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga dan bertanggungjawab atas dirinya, sesama
manusia dan alam yang menjadi sumber penghidupan. Karena sudah menjadi kewajiban bagi
manusia yang merupakan khalifah di bumi memiliki dua bentuk sunatullah yang harus dilakukan,
yaitu baik kewajibannya antara manusia dengan tuhannya, antara sesama manusia sendiri, dan
antara manusia dengan ekosistemnya. Kewajiban tersebut haru dilaksanakan karena merupakan
amanah dari Allah sang pencipta. Tanggung jawab manusia terhadap moral agama sebagai
khalifah di bumi yaitu mengelola sebaik-baiknya alam semesta dan kehidupan sosial didalamnya.
Kehidupan manusia sangat tergantung kepada komponen-komponen lain dalam ekosistem
sehingga secara moral manusia terhadap alam dituntut untuk bertanggungjawa kepada
kelangsungan, keseimbangan dan kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupannya.
Tugas dari seorang khalifah menjadikan perlindungan bagi umat dan menjaga kelestarian alam
(ekosistem), sehingga khalifah dan umat harus bersatu dan saling mencintai guna menjalankan
kehidupan sesuai dengan syariat islam dan keberlangsungan hidup.Tugas khalifah dalam Al
Qur’an biasa disebut imaratul ardh (memakmurkan bumi) dan ibadatullah (beribadah kepada
Allah). Allah menciptakan manusia dari bumi ini dan menugaskan manusia untuk melakukan
imarah dimuka bumi dengan mengelola dan memeliharanya. Tugas kekhalifahan terhadap alam
(natur) meliputi :
a. Mengulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar
dibudayakan, sehingga menghasilkan karya- karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan
hidup manusia.
b. Mengulturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasi karya manusia harus
disesuaikan dengan kondisi aam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup, agar
tidakmenimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya.
c. MengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap
komitmen dengan nilai- nilai Islam yang rahmatan lil-‘alamin, sehingga berbudaya berarti
mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan
menemukan kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan
kebesaran Ilahi.
Khalifah bermakna mengganti, menggantikan, menempati tempatnya, atau belakang. Khalifah
juga bermakna pengganti yang lain baik karena kegaiban/ ketiadaan yang digantikannya, ada
kalanya karena kematian, kelemahan, atau karena kemuliaan yang digantikannya. Pada makna
yang terakhir inilah digunakan pengertian Allah mengangkat wali-wali-Nya sebagai khalifah di
bumi. Karena wali Allah berarti menggantikan posisi kemuliaan Allah di bumi ini. Banyak ayat
Alquran yang membicarakan tentang kekhalifahan manusia di bumi. Allah menjadikan manusia
sebagai khalifah-Nya di bumi yang berarti menunjukkan keutamaan dan kemuliaan manusia.
Manusia mendapatkan kemuliaan dari Allah menjadi khalifah-Nya di bumi ini untuk menjalankan
tugas dan fungsi yang akan diberikan kepada mereka. Pernyataan tentang kekhalifahan manusia
disebutkan dalam QS. al-Baqarah/2:30 Artinya:"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui".
Ayat ini mengungkapkan dialog antara Allah dengan malaikat. Allah menegaskan kepada malaikat
bahwa Ia akan menjadikan seorang khalifah di bumi ini. Penegasan itu menunjukkan bahwa Allah
memberikan kehormatan dan kemuliaan kepada makhluk tersebut untuk menggantikan posisi
kemulian-Nya. Malaikat yang menyadari status khalifah Allah yang akan diberikan kepada Adam,
bertanya kepada Allah tentang penunjukkan itu. Apakah pantas manusia mendapatkan kehormatan
tersebut? Sementara itu, menurut mereka, makhluk yang akan menjadi khalifah Allah itu adalah
makhluk yang akan membuat keonaran, kerusakan terhadap bumi ini, sehingga mereka pantas
disebut mufsidun (orang yang berbuat kerusakan). Selain itu, mereka akan melakukan
penumpahan darah yaitu melakukan saling bunuh di antara sesamanya. Padahal, posisi khalifah
Allah adalah posisi terhormat. Apakah posisi ini pantas diperoleh makhluk yang akan melakukan
hal demikian? Sedangkan malaikat, sebagai makhluk Allah yang terlebih dahulu diciptakan telah
menunjukkan ketundukan, kepatuhan dan pengabdiannya kepada Allah, dan senantiasa bertasbih
dan bertahmid kepada-Nya. Dengan demikian, menurut malaikat, merekalah yang pantas untuk
mendapatkan posisi tersebut di bumi ini. Mejawab pertanyaan malaikat Allah menegaskan bahwa
Ia mengetahui apa yang tidak diketahui malaikat. Allah Yang Menciptakan seluruh makhluk dan
Pemberi pengetahuan, tentu mengetahui apa tujuan dari penciptaan makhluk yang diciptakan-Nya.
Hanya Allah yang mengetahui hikmah yang terdapat dibalik penciptaan-Nya. Malaikat, sekalipun
senantiasa menyucikan dan memuji Allah, dan makhluk yang paling dekat dengan Allah, tidak
mengetahui hikmah dari penciptaan, bila Allah tidak memberitahukannya. Allah menjadikan
manusia sebagai khalifah-Nya dalam pengertian menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapanNya. Allah mengangkat manusia sebagai khalifah bertujuan untuk menguji manusia dan memberinya
penghormatan. Kekhalifahan merupakan wewenang yang diberikan Allah kepada Adam dan anak cucunya
untuk direalisasikan di bumi ini. Dengan demikian, kekhalifahan mengharuskan makhluk yang diserahi
tugas tersebut melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah. Seluruh perbuatan atau tindakan
yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifahan.
Menjadi khalifah Allah di bumi ini ternyata bukan tugas yang ringan atau main-main. Sebagai khalifah
Allah di bumi yang akan menjalankan kehendak dan ketetapan-Nya, Adam –sebagai bapak manusiadibekali Allah dengan segala pengetahuan yang dibutuhkannya untuk menjalankan tugas tersebut. Allah
mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruh benda. Dengan demikian berarti Allah memberinya
pengetahuan tentang nama-nama atau kata-kata yang digunakan untuk menunjuk benda-benda atau
fungsi benda-benda tersebut.
Dengan adanya pengetahuan tentang nama-nama benda dan fungsinya berarti Adam telah
dipersiapkan untuk mampu melaksanakan amanah atau tugas yang diberikan Allah kepadanya
yaitu sebagai khalifah Allah di bumi ini. Adanya pengetahuan tentang nama-nama benda,
menunjukkan bahwa Adam telah diberi potensi untuk mampu berbahasa. Kemampuan berbahasa
atau bertutur kata merupakan potensi yang diberikan kepada manusia untuk dapat berkomunikasi
yang nantinya dapat mengembangkan pengetahuan melalui komunikasi yang terjadi di antara
mereka. Kekhalifahan bukanlah sebuah hadiah yang diperoleh untuk bersenang-senang.
Kekhalifahan merupakan tugas yang harus dijalankan dengan baik dan pada akhirnya akan diminta
pertanggungjawabannya. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan dalam sebuah hadis yaitu setiap
orang merupakan pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban terhadap
kepemimpinan yang dijalankannya. (Hadis riwayat Bukhari no. 844).
Pengangkatan khalifah sangat terkait juga dengan pemberian Allah terhadap sebagian manusia
melalui wahyu sebagai syari’at. Khalifahini juga mencakup seluruh manusia yang mempunyai
kemampuan berfikir yang luar biasa, sekalipun tidak mengerti secara pasti rahasia khalifah,
termasuk tidak mengetahui secara pasti prosesnya. Dengan kemampuan akal manusia dapat
mengelola alam semesta ini secara bebas, dan dapat mengolah segala sesuatu yang ada pada alam
ini menjadi bernilai dan bermanfaat. Pada diri manusia sudah tersedia unsur pasilitas untukbisa
melaksanakan tugas secara sempurna, dibidang ilmu pengetahuan lebih jauh jangkauannya dari
makhluk lain termasuk Malaikat. Berdasarkan inilah manusia lebih diutamakan menjadi khalifah
Allah dari pada Malaikat.Allah telah mengajari Adam berbagai namamakhluk yang telah
diciptakan-Nya, kemudian Allah memberinya petunjuk untuk mengetahui nama-nama tersebut,
juga diberi keistimewaan-keistimewaan. Dalam penuturan Adam kepada para Malaikat
terkandung tujuan untuk memuliakan kedudukan Adam dengan mengangkatnya sebagai khalifah.
Sekaligus menunjukan bahwa Allah hanya menganugerahkan ilmu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Perintah Allah kepada Adam menyebutkan nama-nama benda itu juga
diharapkan kepada para malaikat yang sejak awal sudah menyatakan ketidak mampuannya. Ini
merupakan isyarat bahwa Adam sudah menguasai pengetahuan, sehingga tidak perlu melalui ujian.
Hal ini jug merupakan isyarat bahwa Adam sudah pantas dikedepankan dari makhluk lain dengan
ilmu yang dikuasainya. Ia sudah dapat untuk dijadikan anutan atau pemimpin yang dapat
memberikan kenyamanan. Hal ini juga merupakan penghargaan terhadap diri Adam berkat
pengetahuan yang dikuasainya.Allah menciptakan khalifah di bumi bukan untuk hal sia-sia. Aku
kata Allah mengetahui perkataan kalian yang tersembunyi; “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya”. Dan apa yang terpendam di
dalam diri kalian. Pengertian yang mengatakan; “Bahwa Allah tidak akan menciptakan makhluk
lain yang lebih mulia dibandingkan (malaikat), yang hanya (malaikat) yang berhak menjadi
khalifah di bumi”.Kandungan ayat diatas menunjukan keutamaan manusia, lebih dari makhluk
lainnya. Sekaligus menunjukan keutamaan ilmu dibanding masalah ibadah. Karena para malaikat
lebih banyakmelakukan ibadah dibandingkan Adam, sekalipun mereka bukan ahli dalam
memegang tampuk kekhalifahan, bahkan ilmu pengetahuan merupakan pendukung yang penting
bagi berdirinya kekhalifahan itu sendiri. Dalam hal ini, Adam mempunyai keahlian lebih baik
dibandingkan makhluk lain, karena Adam lebih memungkinkan menguasai ilmu pengetahuan.
Dalam masalah pengangkatan Adam sebagai khalifah di bumi terkandung makna yang luhur, yang
hikmah lahiriyahnya samar-samar bagi malaikat. Jika para malaikat itu diberi wewenangsebagai
khalifah di bumi, jelas mereka tidak akan mampu mengetahui rahasia-rahasia alam. Disamping
itu, para malaikat tidak mempunyai kebutuhan terhadap bumi ini, karena asal kejadian para
malaikat dengan kejadian manusia berlainan. Mereka tidak akan mengetahui bahwa bumi ini bisa
ditanami dengan tumbuh-tumbuhan, dan mereka tidak akan mengetahui bahwa di dalam perut
bumi terdapat aneka ragam logam, bahkan mereka tidak mengetahui bagaimana cara
mengeluarkan logam dan barang tambang lainnya dalam perut bumi tersebut. Mereka pun tidak
akan mengetahui susunan kimia bumi dan tabiat alam. Mereka tidak akan mengetahui masalah
antropologi, ilmu kedokteran. Jelasnya Malaikat tersebut tidak akan dapat menguasai ilmu
pengetahuan seperti manusia, yang memiliki keinginan, semangat dan ketekunan untuk menguasai
dan mengembangkannya.
Sejarah telah mencatat bahwa pemikir telah berusaha menjelaskan hakikat manusia, melalui
metoda berfikir filosofis untuk menyelidiki hakikat keberadaan manusia. Terkait dengan
keberadaan manusia ini, dikenal dengan istilah eksistensi. Filsafat eksistensi bukanlah pengganti
agama, tetapi ia bermula dari pemikiran filosofis untuk mengajak manusia menjadi dirinya sendiri.
Manusia mampu mencapai derjatnya ketika manusia memiliki kebebasan, kebebasan manusia
dapat dicapai, ketika manusia percaya pada dirinya sendiri. Untuk mendalami dan memahami
dirinya, manusia perlu adanya kajian secara filosofis. Kajian disini bukan sebatas pada
kepercayaan terhadap diri manusia saja, tetapi juga mencari penjelasan untuk apa manusia itu ada
di bumi ini.Filosuf-filosuf modern menegaskan bahwa manusia menjadi ukuran bagi dirinya
sendiri dan ukuran dari segala hal, karena itu tidak ada yang lebih bermakna dari manusia itu
sendiri, manusia bernilai karena manusianya (Russel, 1972, hal. 491-498). Pertanyaan tentang
manusia ini masih tetap relevan diangkat hingga sekarang, apalagi dikaitkan dengan eksistensinya,
semakin menjadi pertannyaan penting dan relevan masa kini. Munculnya pertannyaan manusia
terus menerus menandakan bahwa persoalan itu penting untuk diteliti. Untuk menggali makna
hidup, dan eksistensi manusia ditempatkan pada alam semesta ini, agar mendapatkan penjelasan
yang mendalam dan lebih luas, di rasa perlu diadakan penelitan. Penelitian ini diberi judul “Konsep
Khalifah fil Ardhi dalam Perspektif Filsafat (Kajian Eksistensi Manusia sebagai khalifah).
Muhammad Baqir dalam bukunya, Al-Sunan Al-Tarikhiyah fi al-Qur’an, yang antara lain
mengupas ayat 30 surat Al-Baqarah dengan menggunakan metoda tematik, mengemukakan bahwa
kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling berkaitan. Kemudian menentukan arti
kekhalifahan dalam pandangan Al-Qur’an. Ketiga unsur tersebut adalah:
a.Manusia, dalam hal ini dinamai khalifah.
b.Alam raya, yang disebut oleh ayat Al-Baqarah sebagai ardh.
c.Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia(Shihab,
1993, hal. 158).
Pengangkatan Daud dan semua khalifah yang terlibat dengan masyarakat, dituntut untuk
memperhatikan kehendak masyarakat (umat), karena ketika itu mereka termasuk sebagai
mustakhlif.Supaya tidak dikhawatirkan adanya perlakuan sewenang-wenang dari khalifah yang
diangkat Allah, selama mereka benar-benar menyadari arti kekhalifahannya. Allah sendiri
memerintahkankepada khalifah-Nya untuk selalu bermusyawarah dalam segala urusan dan
berlaku adil terhadap umat manusia. Khalifahdi sini, adalah bentuk tugas dan tanggung jawab yang
akan diberikan kepada makhluk sebelumnya, dan dapat juga diartikan sebagai pengganti Allah
untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap umat manusia (Al-Maraghi, 1986, hal. 129)..
Adam as. adalah manusia pertama yang direncanakan Allah untuk memimpin, menata dan
mengelola alam semesta sebagai tempat manusia berkeluarga dan berketurunan. Adam dibekali
Allah ilmu dan petunjuk, Ia diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola alam semesta, tanggung
jawab yang diberikan Allah kepada Adam as. ini berfungsi sebagai khalifah di bumi, fungsi ini
dapat merupakan nikmat dan bisa juga merupakan ujian terhadap tugas yang diberikan kepada
Adam sebagai khalifah.
Sebagai khalifahAdam bertanggung jawab terhadap pengelolaan alam semesta, penataan,
pengolahan dan pemafaatan segala yang ada di bumi sebagai pelestariannya, untuk kelanjutan
kehidupan anak cucunya nanti. Kekhalifahan yang di emban Adam dan anak cucunya di bumi
sebagai manusia yang diserahi pengelolaannya akan dipertanggung jawapan kepada Allah sebagai
pencipta dan pemberi tugas di bumi ini.Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan
manusia antara sesamanya, bukanlah merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukan,
tetapi hubungan bersamaan dengan ketundukan kepada Allah. Walaupun manusia mampu
mengelola (menguasai), namun hal tersebut bukan akibat kekuatan yang dimilikinya, melainkan
akibat Tuhan menundukannya untuk manusia. Hal ini tergambar dalam surat Ibrahim ayat 32 yang
menjelaskan; “Allah lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari
langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rizki
untukmu; dan Dia lah menundukan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan
kehendak-Nya, dan Dia telah menundukan (pula) bagimu sungai-sungai”.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan
alam sesuai dengan petunjuk-petunjuk Allah yang tertera dalam Al-Qur’an. Prinsip pokok yang
merupakan landasan interaksi antara sesama manusia dan keharmonisan hubungan itu pulalah
yang menjadi tujuan dari segala etika agama. Keharmonisan hubungan inilah yang mengasilkan
etika its’ar, sehingga etika agama tidak mengenal prinsip boleh melakukan apa saja selama tidak
melanggar hak orang lain, dan mempersilakan mendahulukan pihak lain dari diri sendiri walau diri
sendiri membutuhkan. Semua itu harus ditemukan kandungannya oleh manusia sambil
memperhatikan perkembangan dan situasi lingkungannya. Dapat juga dikemukakan bahwa hanya
kemampuan (kekuatan) seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, dan dari
keistimewaan inilah lahirnya sifat terpuji. Sifat terpuji ini ditunjukan oleh kesabaran dan ketabahan
yang sudah menjadi akhlak terpuji (beretika). Ia menjadi kekuatan sesorang dalam menjalankan
fungsinya sebagai pemimpin bagi dirinya dan pemimpin bagi orang lain atau masyarakat
lingkungkungannya, bahkan menjadi seorang khalifah.Semakin baik interaksi manusia dengan
manusia, interaksi manusia dengan alam, interaksi manusia dengan Tuhan, pasti semakin banyak
yang dapat dimanfa’atkan di bumi ini. Karena manusia saling membantu dan bekerja sama, dan
Tuhan akan menolong mereka, seperti yang dijelaskan dalam surat Jin ayat 16 yang artinya: “Dan
bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam) benar-benar Kami
akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak)”. Ada dua dari hukumhukum kemasyarakatan (kekhalifahan) dari sekian banyak hukum kemasyarakatan yang
dikemukakan Al-Qur’an sebagai petunjuk pelaksaan fungsi kekhalifahandan menjadi etika dan
keharmonisan dalam membangun bumi ini. Hal seperti inilah yang ingin dibangun dalam
masyarakat religius yang Islami. Sebagaimana yang digambarkan oleh Al-Qur’an surat Al-Fath
ayat 29. menjelaskan; “.... sebagai tanaman yang tumbuh berkembang sehingga mengeluarkan
tunas menjadikan tanaman tersebut kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokokn ya...”.
Bagi Daud sebagai seorang khalifah melaksanakan keputusan yang adil saja dan tidak mengikuti
hawa nafsu, belumlah cukup. Tetapi ia harus mampu juga untuk merealisasikan kandungan
permintaan kedua orang yang berselih itu, yakni Wa ihdina ila sawa’ al-shirath. Dalam penjelasan
ayat ini ada kaitannya dengan sifat-sifat terpuji seorang khalifah, akan bertambah jelas jika
dikaitkan dengan ayat-ayat yang menjelaskan tentang Imam/a’immah, yang ada kaitanya dengan
pemimpin-pemimpin yang menjadi tauladan dalam kebaikan. Kata a’immah terdapat dalam lima
ayat Al-Qur’an, dua diantaranya dalam konteks pembicaraan tentang pemimpin-pemimpin yang
ditauladani oleh orang-orang kafir, yakni At-Taubah ayat 9, dal Al-Qashash ayat 4. Sedangkan
tiga lainnya berkaitan dengan pemimpin-pemimpin yang terpuji”.
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin-pemimpin yang terpuji, yaitu:
a. Yahduna bi amrina
b. Wa awhayna ilayhim fi’la al-khayrat.
c. ‘Abidin (termasuk Iqam Al-Al-shalat dan Ita’ al Zakat).
d. Yuqinyn.
e. Shabaru
Eksistensi manusia sebagai khalifah dapat menjalankan fungsinya sebagai penerima amanah
dalam mengelola, menata, dan memanfaatan segala yang ada di alam ini untuk untuk kepentingan
manusia, menjaga dari kerusakan dan kehancuran. Terhadap sesama manusia khalifah dapat
memimpin manusia lain menuju kehidupan yang adil, makmur dan sejahtera, serta menuju
kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Eksistensi manusia sebagai khlaifah menjadi tauladan bagi
umat manusia. Dalam bentuk lain eksistensi manusia sebagai khalifah merupakan bentuk
pengabdian kepada Allah.
Seorang khalifah memiliki sifat-sifat: Yahduna bi amrina; wa awhayna ilayhim fi’la al-khayra;
‘abidin (termasuk Iqam Al-Al-shalat dan Ita’ al Zakat); yaqiny; shabaru. Sifat ‘al-shabru’menjadi
konsedran dalam menjadikan seorang pada khalifah, ia menjadikan sifat yang amat mendasar dari
seorang khalifah, sifat yang lainnya menggambarkan sifat mental diperagakan dalam kenyataan.
DAFTAR PUSTAKA
Mardliyah, W., Sunardi, S., & Agung, L. (2018). Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka
Bumi: Perspektif Ekologis dalam Ajaran Islam. Jurnal Penelitian, 12(2), 355-378.
Hafsin, Abu. 2007. Islam dan Humanisme: Akulturasi Humanisme Islam di Tengah Krisis
Humanisme Universal. Yogyakarta : IAIN Walisongo dengan Pustaka Pelajar
Usmani, Ahmad Rofi’. 2016. Jejak-jejak Islam. Yogyakarta : Bunyan.
Mufid, Sofyan Anwar. 2010. Ekologi Manusia. Bandung : Remaja Roesdakarya.
Rahmat,
Aibdi.
2014.
“Manusia
Sebagai
Khalifah
Allah”
https://analisadaily.com/berita/arsip/2014/5/23/31871/manusia-sebagai-khalifah-allah/
Zulhelmi, Z. (2018). Konsep Khalifah Fil Ardhi dalam Perspektif Filsafat (Kajian Eksistensi
Manusia sebagai Khalifah). Intizar, 24(1), 37-54.
MATERI KE 10: MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ALL-QUR’AN DAN HADITS
Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Hadits
penting kiranya mengkaji manusia dan segala yang terkait dalam sumber ajaran Islam yaitu alQur’an dan hadis dengan menggunakan metode tematik sehingga akan menjadi jelas posisi
manusia, proses penciptaannyadan sifat-sifatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia
diartikan sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Namun selaku
umat Islam yang menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai sumber ajaran perlu mengkaji dan
meneliti apa dan bagaimana manusia dalam gambaran keduanya dengan pendekatan istilah yang
digunakan untuk manusia.Menurut M. Dawam Raharjo istilah manusia yang diungkapkan dalam
al-Qur’an yaitu basyar, insan, unas, ins, ‘imru’ atau yang mengandung pengertian perempuan
seperti imra’ah, nisa’ atau niswah atau dalam ciri personalitas, seperti al-atqa, al-abrar, atau ulu alalbab, juga sebagai bagian kelompok sosial seperti al-asyqa, zu al-qurba, al-du‘afa atau almustad‘afin yang semuanya mengandung petunjuk sebagai manusia dalam hakekatnya dan
manusia dalam bentuk kongkrit. Meskipun demikian untuk memahami secara mendasar dan pada
umumnya ada tiga kata yang sering digunakan al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu
insan dengan segala modelnya, yaitu ins, al-nas, unas atau insan, dan kata basyar serta kata bani
Adam atau zurriyat Adam.
1 . Al-Basyar
Dalam al-Qur’an, kata al-basyar, baik dalam bentuk mufradatau tasniyah berulang sebanyak 37
kali dan tersebar dalam 26 surat.Satu kali dalam bentuk tasniyah dan 36 dalam bentuk mufrad.
Dari 37 kali kata al-basyarberulang dalam al-Qur’an, hanya 4 kali disebutkan dalam surah-surah
Madaniyah, yaitu pada Q.S. Ali ‘Imran/3: 47, 79, Q.S. al-Maidah/5: 18 dan Q.S. al-Tagabun/64:
6. Sedangkan 33 kali disebutkan dalamsurah-surah Madaniyah.
Secara etimologi al-basyaryang terdiri dari ba-sya-rabermakna sesuatu yang tampak dengan baik
dan indah.Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang pada umumnya
berarti menampakkan sesuatu dengan baik dan indah. Dari kata yang sama lahir kata basyarah
yang berarti kulit. Manusia dinamakan basyarah karena kulitnya tampak jelas dan berbeda di
banding dengan kulit hewan lainnya. Penamaanal-basyar dengan kulit menunjukkan makna bahwa
secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya, dibanding rambut atau bulunya.
Pada aspek ini,terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih didominasi
bulu atau rambut.Dengan demikian, kata basyar dalam al-Qur’an secara khusus merujuk kepada
tubuh dan lahiriah manusia.
Al-Basyar, juga dapat diartikan mulasamah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan
perempuan. Makna etimologi dapat dipahami adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan,
kebahagiaan, dan lain sebagainya. Penunjukan kata al-basyar ditujukan Allah kepada
seluruhmanusia tanpa terkecuali, termasuk eksistensi Nabi dan Rasul. kata basyar dikaitkan
dengan kedewasaan di dalam kehidupan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung
jawab.
penelitian manusia dengan menggunakan kata basyar merujuk pada mahkluk fisik atau biologis
yang suka makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang menyebut pengertian basyar
mencakup anak keturunan Adam secara keseluruhan. Al-Basyar mengandung pengertian bahwa
manusia akan berketurunan yaitu mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa berupaya
untuk memenuhi semua kebutuhan biologisnya, memerlukan ruang dan waktu, serta tunduk
terhadap hukum sunnatullah. Semuanya itu merupakan konsekuensi logis dari proses pemenuhan
kebutuhan tersebut. Untuk itu, Allah swt. memberikan kebebasan dan kekuatan kepada manusia
sesuai dengan batas kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola dan memanfaatkan
alam semesta, sebagai salah satu tugas kekhalifahannya di muka bumi.
2 . Al- Insan
Kata al-insan dalam al-Qur’an digunakan sebanyak 61 kali. Secara etimologi, ula`ma berbeda
pendapat tentang asal katanya. Sebagian mengatakan bahwa al-insan berasal dari akar nawasa yang
berarti bergerak, ada juga yang mengatakan berasal dari kata anasa yang berarti jinak, dan ada juga
yang berkata dari kata nasiyayang berarti lupa. Penamaan manusia dengan kata al-insan yang
berasal dari kata al-uns, dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat.
Secara etimologi, al-insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Menurut
M. Quraish Shihab, manusia dalam al-Qur’an disebut dengan al-insan yang terambil dari kata uns
yang berarti jinak, harmonis dan tampak. Pendapat ini jika ditinjau dari sudut pandang al-Qur’an
lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (yang berarti lupa), atau nasayansu (yang berarti bergoncang). Kata insan digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan kepada
manusia dengan seluruh totalitas, jiwa dan raga. Manusia berbeda antara seseorang dengan yang
lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasannya. Dengan kata lain, al-insan digunakan alQur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Kata al-insan
juga digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses kejadian manusia sesudah Adam.
Kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam di dalam
rahim. Q.S. al-Nahl/16: 78; Q.S. al-Mu’minun/23: 12-14.
Menurut ‘Aisyah bint al-Syati’, bahwa term al-insan yang terdapat dalam Al-Qur’an menunjukkan
kepada ketinggian derajat manusia yang membuatnya layak menjadi khalifah di bumi dan mampu
memikul beban berat dan aktif (tugas keagamaan) dan amanah kehidupan. Hanya manusialah yang
dibekali keistimewaan ilmu (punya ilmu pengetahuan), al-bayan (pandai bicara), al-‘aql (mampu
berpikir), al-tamyiz (mampu menerapkan dan mengambil keputusan) sehingga siap menghadapi
ujian, memilih yang baik, mengatasi kesesatan dan berbagai persoalan hidup yang
mengakibatkankedudukan dan derajatnya lebih dari derajat dan martabat berbagai organisme dan
makhluk-makhluk lainnya.
3 . Al- Ins
Kata al-ins dalam al-Qur’an digunakan sebanyak 18 kali dan selalu ditandemkan dengan kataaljinn atau jann. Jika merujuk penggunaan al-Qur’an terhadap kata al-ins maka yang dimaksudkan
adalah jenis makhluk sehingga diperhadapkan dengan jenis Jin. Dalam Q.S. al-An‘am/6: 130.
Secara etimologi, kata al-ins berasal dari kata a-na-sa yang berarti sesuatu yang tampak dan setiap
sesuatu yang menyalahi cara liar. Namun, jika diperhatikan bahwa al-Qur’an senantiasa
menandemkan dengan kata al-jinyang berarti tertutup, maka makna yang paling ideal untuk makna
al-insadalah sesuatu yang tampak.Sementara pembahasan tentang al-insterkait dengan perintah
Allah terhadap mereka untuk melaksanakan ibadah kepada Allah. Dalam Q.S. al-Z|ariyat/51: 56.
Al-Ins diperintahkan untuk beribadah kepada Allah swt., karena potensi untuk membangkang
sangat besar, bahkan al-Qur’an mengungkapkan bahwa Allah swt. menjadikan al-insdan al-jinn
sebagai musuh setiap nabi, seperti yang terekam dalam Q.S. al-An‘am/6: 112. Kata al-ins juga
biasa digunakan untuk menujuk kelompok makhluk sebagaimana dalam Q.S. al-A‘raf/7: 38.
Dengan demikian, kata al-ins digunakan oleh Allah swt. jika ingin menjelaskan tentang jenis
makhluk yang diberi taklifsehingga dominan kata al-insdigunakan pada makna-makna yang
bersifat negative, meskipun ada beberapa ayat yang tidak terkait dengan positif dan negatif. Hal
tersebut dapat dipahami karena potensi yang ada pada al-ins danal-jinn untuk menyeleweng dari
tujuan penciptaan sangat besar.
4 . Al- Nas
Kata al-nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat. Kata alnas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dan sosial. Secara keseluruhan,
tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya. Kata al-nas dipakaial-Qur’an untuk menyatakan
adanya sekelompok orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan (aktivitas) untuk
mengembangkan kehidupannya. Dalam menunjuk makna manusia, kata al-naslebih bersifat umum
bila dibandingkan dengan kata al-insan. Keumumannya tersebut dapat dilihat dari penekanan
makna yang dikandungnya. Kata al-nasmenunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan
kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah
dan pengisi neraka bersama iblis. Hal ini terlihat pada firman Allah Q.S. al-Baqarah/2: 24.
Manusia merupakan satu hakekat yang mempunyai dua dimensi,yaitu dimensi material (jasad) dan
dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Itulah Tuhan yang Maha Mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Dialah yang telah menciptakan
segala sesuatu dengan sebaik-baiknya,dan memulai menciptakan manusia dari segumpal tanah,
dan Dia ciptakan keturunannya dari jenis saripati berupa air yang hina, lalu Dia sempurnakan
penciptaannya, kemudian Dia tiupkan ke dalam tubuhnya ruh (ciptaan) Nya, dan Dia ciptakan
bagimu pendengaran,penglihatan dan hati, namun kamu sedikit sekali bersyukur dalam Q.S. alSajadah/32: 6-9.
5 . Bani Adam
Dalam al-Qur’an, kata bani Adam berulang sebanyak 7 kali, sekali dengan meggunakan
ibnaiAdam (dalam bentuk tasniyah/dua) dan sekali dengan menggunakan zurriyah. Penggunaan
kata ibnai Adam dalam al-Qur’an ditujukan langsung terhadap anak kandung Adam as. yang
diabadikan dalam Q.S. al-Maidah/5: 27-31 yang bercerita tentang dua saudara kembar Habil dan
Qabil.
Secara harfiah, lafal bani merupakan bentul flural dari lafal ibn, sedangkan asal katanya adalah
banawayang bermakna sesuatu yang keluar dari sesuatu yang lain, seperti anak manusia atau anak
lain.40Bani bisa juga dikaitkan dengan makna membangun. Oleh karena itu, ibn bisa bermakna
bangunan karena ia merupakan bangunan bapak dan menjadi penyebab keberadaannya. Dari kedua
makna tersebut, bani dapat diartikan sebagai makhluk yang lahir dari sperma seorang yang sejenis
dengannya. Jika dikaitkan dengan lafal Adam, maka yang dimaksud dengan bani Adam adalah
anak-anak yang dilahirkan dari Adam dan dari anak-anak Adam dan seterusnya, sehingga dapat
dikatakan bani Adam adalah keturunan Adam as. Sementara 7 lafal bani Adam dapat
dikelompokan dalam dua bagian besar, yakni lafal yang diawali dengan ya nida’/seruan dan bani
Adamyang tidak diawali dengan ya nida’. Bani Adamyang tidak diawali dengan ya nida’berulang
2 kali. Pertama, ayat yang berbicara tentang janji dan persaksian setiap keturunan Adam dalam
kandungan tentang hanya Allah yang menjadi Tuhan yang berhak disembah sebagaimana dalam
Q.S. al-A‘raf/7: 172. Kedua, ayat yang berbicara tentang kemulyaan anak keturunan Adam dengan
segala fasilitas yang disediakan di muka bumi, seperti dalam Q.S. al-Isra’/17: 70. Sementara bani
Adam yang diawali dengan yanida’ dapat dikelompokan dalam tiga bagian besar. Bagian pertama,
2 ayat berbicara tentang kewaspadaan terhadap setanyang menjadi musuh Adam as. Kewaspadan
dalam bentuk tidak menjadikannya sebagai sesembahan, seperti dalam Q.S. Yasin/36: 60.
Dengan demikian, makna manusia dalam istilah al-basyar, al-insan, al-Ins, al-nas dan bani Adam
mencerminkan karakteristik dan kesempurnaan penciptaan Allah terhadap makhluk manusia,
bukan saja sebagai makhluk biologis dan psikologis melainkan juga sebagai makhluk religius,
makhluk sosial dan makhluk bermoral serta makhluk kulturalyang kesemuanya mencerminkan
kelebihan dan kemuliaan manusia daripada makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Oleh karena itu,
manusia senantiasa diingatkan dengan apa yang menimpa dan dialami oleh nenek moyang mereka,
baik terkait dengan musuhnya maupun terkait dengan pakaiannya.
Proses penciptaan manusia
Dalam al-Qur’an dan hadis, penciptaan manusia setidaknya ada 3 macam. Pertama penciptaan
Adam as atau manusia pertama. Kedua penciptaan Hawa’ atau manusia kedua dan ketiga
penciptaan anak cucu Adam atau melalui reproduksi.Ketika berbicara tentang penciptaan manusia
pertama, al-Qur’an menunjuk kepada sang pencipta dengan menggunakan kata mufrad(tunggal)
dalam QS. Sad/38: 71.
Hal ini menunjukkan ada perbedaan proses kejadian manusia secara umum dengan proses kejadian
Adam as. Penciptaan manusia secara umum melalui proses keterlibatan Allah bersama yang lain
yaitu bapak-ibu sehingga Allah menggunakan kata jam‘, sedangkan dalam penciptaan Adam,
Allah tidak melibatkan orang lain, sebab itulah Allah menggunakan kata mufradsebagaiman yang
tertera dalam dua ayat di atas.
Betapa pun banyaknya istilah yang digunakan al-Qur’an dalam proses penciptaan manusia
pertama tetapi antara satu ayat dengan ayat lain tidak pernah saling bertentangan bahkan perbedaan
itu akan mengantar pada pemahaman bahwa dalam penciptaan manusia pertama (Adam as.)
melalui beberapa proses. Sementara dalam hadis, Nabi saw. hanya menjelaskan bahwa manusia
tercipta dari segenggam tanah yang terambil dari semua unsur-unsur tanah sehingga berpotensi
pada perbedaan warna kulit dan prilakunya. Adam tercipta dari segenggam tanah yang diambil
dari semua unsur-unsur tanah, sehingga anak cucunya berpotensi untuk berbeda warna dan tabiat
atau wataknya sesuai dengan pengaruh tanah yang dominan dalam diri manusia melalui makanan
yang dimakannya. Oleh karena itu,warna asli dari kulit manusia adalah merah, putih dan hitam,
sedangkan warna di luar itu merupakan hasil persilangan dari ketiga warna tersebut.
Sedangkan keempat kata terakhir yang menggambarkan tentang watak, tabiat atau karakter anak
cucu Adam as. Menurut al-Tibi maksud dari al-sahl adalah manusia yang mempunyai watak lemah
lembut, sedangkan al-khazn sebaliknya yakni bengis, kejam dan bodoh. Sementara al-tayyib
sebagai gambaran tentang manusia yang berguna dan bermanfaat karena dari tanah yang subur dan
al-khabissebagai gambaran dari manusia yang tidak berguna karena dari tanah yang gersang.
Dalam al-Qur’an, proses penciptaan Adam as. jauh lebih jelas dibandingkan hadis, di mana alQur’an menggunakan istilah-istilah yang berbeda, meskipun semuanya menunjuk pada tanah,
mulai dari kata turab, tin, hama’in masnun dan salsal.
Dengan demikian, manusia sudah pasti tercipta dari tanah. Ia adalah putra bumi yang semua
kebutuhannya berasal dari bumi, berkembang juga di tanah mulai dari masa bayi, anak-anak,
remaja hingga dewasa bahkan sampai ia mati manusia tidak pernah berpisah dari tanah karena
memang dia berasal dari tanah. Bahkan tak satupun unsur dalam jasad manusia yang tidak
memiliki persamaan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam bumi mulai zat besi, zat gula dan
sebagainya kecuali rahasia yang sangat halus yaitu ruh ciptaan Tuhan.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa manusia merupakan kesatuan dari dua unsur pokok
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena adanya unsur tanah maka ia dipengaruhi oleh
kekuatan alam, sama halnya dengan makhluk-makhluk hidup di bumi lainnya. Ia butuh makan,
minum, hubungan perkawinan dan lain-lainnya. Sedangkan unsur ruh menjadikan manusia
meningkat dari dimensi kebutuhan tanah menuju dimensi kebutuhan ilahi walau ia tidak dapat
melepaskan diri dari tanah karena tanah merupakan subtansi kejadiannya. Ruh juga memiliki
kebutuhan-kebutuhan agar dapat terus menghiasi manusia. Dengan ruh, manusia diantar menuju
tujuan non materi yang tidak dapat dikenal oleh alam materi. Meningkatnya manusia dari alam
materi ke alam fikir dan ruh merupakan langkah yang tidak mungkin terlaksana melalui evolusi
material akan tetapi melalui kekuatan yang maha dahsyat yaitu Sang pencipta. Dimensi ruhaniyah
itulah yang mengantar manusia cenderung kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan,
peribadatan dan lain-lain sebagainya.
manusia pertama diciptakan dari tanah dan tidak mengalami evolusi dalam artian perubahan dari
kera seperti yang diyakini oleh Charles Darwin cs. dengan adanya penemuan fosil-fosil purba yang
hidup ratusan ribu tahun yang silam. Hal tersebut diperkuat oleh hadis Nabi saw. yang
mengindikasikan penolakan terhadap evolusi manusia melalui sabdanya.
tanggungjawab terpenting bagi manusia adalah ibadah kepada Allah. Peran khilafah dan isti‟mar
harus diniati dan berrtujuan untuk ibadah kepada Allah. Dalam melakukan khilafah, kita tidak akan
lepas dari isti‟mar. Demikian juga jika kita sudah melakukan isti‟mar, berarti kita telah melakukan
khilafah. Dalam kaitannya dengan tanggungjawab ibadah, kita dituntut untuk memiliki keshalihan
spiritual. Dalam kaitannya dengan tanggungjawab khilafah dan isti‟mar, kita dituntut untuk
memiliki keshalihan sosial, keshalihan akademik, keshalihan institusional yang di dalamnya juga
meliputi keshalihan managerial.
Allah memberikan tanggungjawab ini hanya kepada manusia, tidak kepada makhluk lainnya.
Tanggungjawab ini, pernah diminta oleh Malaikat kepada Allah. Tetapi Allah tidak
memberikannya. Disebutkan dalam Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 30. Ketika Allah
menyampaikan kepada Malaikat bahwa akan menjadikan manusia khalifah di muka bumi, maka
Malaikat memprotes karena Malaikatlah yang banyak bertasbih dan mensucikan Allah. Dan
manusia dikhawatirkan akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Tapi Allah menjawab
bahwa Allahlah yang mengetahui hal tersebut.Pengertian khalifah adalah tanggungjawab manusia
dalam kaitannya dengan menegakkan kebenaran dan keadilan serta berprilaku dengan akhlak
Allah Ta‟ala dengan kapasitas manusiawi. Ada yang berpendapat bahwa kata khalifah dalam ayat
tadi berbentuk mufrad. Ini berarti yang dimaksud khalifah adalah Adam saja. Ada juga yang
berpendapat, yang disebut khalifah adalah masing-masing manusia.
dapat dipahami bahwa bukti adanya hari kebangkitan adalah:
1.Proses penciptaan manusia
2.Pertumbuhan dan perkembangan manusia dari lahir sampaimati
3.Penciptaan tumbuh-tumbuhan
Setelah Allah memerintahkan untuk ibadah, maka Allah menyebutkan 4 macam tanda adanya
Allah dan kekuasan Allah yaitu: menciptakan manusia, menciptakan langit dengan 7 lapis,
menurunkan air hujan dan menciptakan bermacam-macam hewan yang memiliki manfaat
tersendiri. Allah menunjukkan beberapa bukti adanya hari kebangkitan pada orang-orang yang
meragukannya sebagai berikut:
1.Oleh karena Allah kuasa menciptakan asal proses kejadian manusia, maka pasti mampu
mengembalikan proses kejadian tersebut di hari kebangkitan nanti.
2.Oleh karena Allah kuasa menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada (dalam kandungan
dan di dunia) kemudian ditiadakan (mati), maka Allah pasti mampu membangkitkannya kembali
(menjadi ada kembali)
3.Oleh karena Allah mampu menciptakan pertumbuhan dan perkembangan manusia dari anakanak, dewasa, tua bahkan pikun (seperti anak-anak kembali), maka Allah pasti mampu
membangkitkannya kembali.
4.Oleh karena Allah mampu menciptakan bumi dari kering menjadi hidup dan subur, maka Allah
pasti mampu membangkitkan manusia kembali
DAFTAR PUSTAKA
Gaffar, A. (2016). Manusia dalam Perspektif al-Qur’an.
Dawam Raharjo, Pandangan al-Qur’an Tentang Manusia Dalam Pendidikan Dan Perspektif alQur’an (Yogyakarta : LPPI, 1999), h. 18.
Rif’at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia Menurut al-Qur’an dalam Metodologi Psikologi Islami,
Ed. Rendra (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000), h. 5.
Aisyah bintal-Syati’, Manusia dalam Perspektif al-Qur’an,terj. Ali Zawawi (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1999), h. 1-2.
MATERI KE 11: MANUSIA DALAM PESPEKTIF PSIKOLOGI
Manusia dalam Perspektif Psikologi
Banyak teori teori komunikasi yang dilatar belakangi konsep-konsep psikologi tentang manusia.
Teori komunikasi dipengaruhi oleh psikologi humanistik yang menyatakan manusia sebagai
pelaku aktif dalam interaksi dengan lingkungannya (Homo Ludens). Manusia merupakan makhluk
hidup yang dapat berperan sebagai subjek maupun objek. Manusia merupakan makhluk hidup
yang sangat menarik. Manusia berperan sebagai subjek dalam melaksanakan tindakan atau tingkah
laku dalam lingkungannya selain itu manusia juga bisa memikirkan dirinya sebagai objek pikiran
dan renungan.
Konsep manusia menurut aliran psikologi modern:
1. Psikologi analisis yaitu suatu aliran psikologi yang dipelopori Sigmund Freud, berpandangan
bahwa manusia adalah makhluk yamg hidup atas bekerjanya dorongan-dorongan libido (id) dan
memandang manusia sangat ditentukan oleh masa lalunya. Konsep semacam ini sangat mungkin
mengandung pesimisme yang besar pada setiap upaya pengembangan diri manusia.
2. Psikologi Behaviorisme (aliran perilaku), yang dimotori B.F. Skinner, memandang bahwa pada
dasarnya ketika dilahirkan manusia tidak membawa bakat apa-apa dan bahwa manusia sematamata melakukan respons (tanggapan) terhadap suatu rangsangan
3. Psikologi Humanistik yang dipandegani Abraham Maslow, berpandangan bahwa pada dasarnya
manusia adalah baik dan bahwa potensi manusia adalah tidak terbatas. Pandangan ini sangat
optimistik dan bahkan terlampau optimietik terhadap upaya pengembangan sumber daya manusia,
sehingga manusia dipandang sebagai penentu tunggal yang mampu melakukan playgod (peran
Tuhan). Karena tingginya kepercayaan terhadap manusia, maka sangat mungkin muncul sikap
membiarkan terhadap perilaku apapun yag dilakukan oleh orang lain.
4.
Psikologi Transpersonal (Transpersonal Psychology)Psikologi Transpersonal merupakan
kelanjutan Psikologi Humanistik. Aliran ini disusun oleh S.I.Shapiro dan Denise H.Lajoie. Unsurunsur yang menjadi telaah Psikologi Transpersonal:

potensi- potensi luhur (the highest potensials), yaitu transendensi diri, keruhanian, potensi
luhur dan paripurna, pengalaman mistik, pengalaman spiritual dan sebagainya.

Fenomena keadaan (states of consciousness) manusia adalah pengalaman seseorang melewati
batas- batas kesadaran biasa. Misalnya memasuki alam- alam kebatinan, kesatuan mistik,
komunikasi kebatinan, pengalaman meditasi dan sebagainya.
Manusia adalah keyword yang harus dipahami terlebih dahulu bila kita ingin memahami
pendidikan. Untuk itu perlu kiranya melihat secara lebih rinci tentang beberapa pandangan
mengenai hakikat manusia:
1.Pandangan Humanistik
Para humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan dari dalam dirinya untuk
mengarahkan dirinya mencapai tujuan yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan
dapat menentukan nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan berkembang
untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota
kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik. Mereka juga mengatakan selain adanya
dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam hidupnya juga digerakkan oleh rasa tanggung jawab
sosial dan keinginan mendapatkan sesuatu. Dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk
individu dan juga sebagai makhluk sosial.
2. Pandangan Psikoanalitik Dalam pandangan psikoanalitik diyakini bahwa pada hakikatnya
manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Hal ini
menyebabkan tingkah laku seorang manusia diatur dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang
memang ada dalam diri manusia. Terkait hal ini diri manusia tidak memegang kendali atau tidak
menentukan atas nasibnya seseorang tapi tingkah laku seseorang itu semata-mata diarahkan untuk
mememuaskan kebuTuhan dan insting biologisnya
3. Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia sebagai makhluk yang reaktif dan
tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari luar dirinya, yaitu lingkungannya.
Lingkungan merupakan faktor dominan yang mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur
oleh hukum-hukum belajar, seperti adanya teori conditioning atau teori pembiasaan dan
keteladanan. Mereka juga meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena pengaruh lingkungan.
Dari uraian di atas bisa diambil beberapa kesimpulan yaitu;
a. Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya.
b. Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial individu.
c. Manusia pada hakikatnya dalam proses ‘menjadi’, dan terus berkembang.
d. Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan
mengendalikan dirinya dan mampu menentukan nasibnya sendiri.
e. Dalam dinamika kehidupan individu selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membuat dunia menjadi lebih baik.
f. Manusia merupakan suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudannya merupakan
ketakterdugaan. Namun potensi itu bersifat terbatas.
g. Manusia adalah makhluk Tuhan, yang yang kemungkinan menjadi ‘baik’ atau’buruk’.
h. Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu merupakan kemampuan
yang dipelajari.
4. Pandangan Martin Buber
Martin Buber mengatakan bahwa pada hakikatnya manusia tidak bisa disebut ‘ini’ atau ‘itu’.
Menurutnya manusia adalah sebuah eksistensi atau keberadaan yang memiliki potensi namun
dibatasi oleh kesemestaan alam. Namun keterbatasan ini hanya bersifat faktual bukan esensial
sehingga apa yang akan dilakukannya tidak dapat diprediksi. Dalam pandangan ini manusia
berpotensi utuk menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’, tergantung kecenderungan mana yang lebih besar
dalam diri manusia. Hal ini memungkinkan manusia yang ‘baik’ kadang-kadang juga melakukan
‘kesalahan’.
Beberapa pendapat lain tentang hakikat manusia adalah:
1.Pandangan Organismik
Pandangan organismik menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan (gestalt), yang lebih dari
pada hanya penjumlahan dari bagian-bagian. Dalam pandangan ini dunia dianggap sebagai sistem
yang hidup seperti halnya tumbuhan dan binatang. Organismik menyatakan bahwa pada
hakikatnya manusia bersifat aktif, keuTuhan yang terorganisasi dan selalu berubah. Manusia
menjadi sesuatu karena hasil dari apa yang dilakukannya sendiri, karena hasil mempelajari.
Menurut penulis pandangan ini mengakui adanya kemampuan aktualisasi diri manusia melalui
pengembangan potensi-potensi yang telah ada pada diri manusia.
2.Pandangan Mekanistik
Dalam pandangan mekanistik semua benda yang ada di dunia ini termasuk makhluk hidup
dipandang sebagai sebagai mesin, dan semua proses termasuk proses psikologi pada akhirnya
dapat diredusir menjadi proses fisik dan kimiawi. Lock dan Hume, berdasarkan asumsi ini
memandang manusia sebagai robot yang pasif yang digerakkan oleh daya dari luar dirinya.
Menurut penulis pendapat ini seperti menafikan keberadaan potensi diri manusia sehingga manusia
hanya bisa diaktivasi oleh kekuatan yang ada dari luar dirinya.
3.Pandangan Kontekstual
Dalam pandangan kontekstual manusia hanya dapat dipahami dalam konteksnya. Manusia tidak
independent, melainkan merupakan bagian dari lingkungannya. Manusia adalah individu yang
aktif dan organisme sosial. Untuk bisa memahami manusia maka pandangan ini megharuskan
mengenal perkembangan manusia secara utuh seperti memperhatihan gejala-gejala fisik, psikis,
dan juga lingkungannya, serta peristiwa-peristiwa budaya dan historis.
Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan pada dua
kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu
dikenal dengan penjelasan ”nature” - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari
hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan ”nurture”. Penjelasan
”nature” dirumuskan oleh ilmuwan Inggris Charles Darwin pada abad kesembilan belas di
mana dalam teorinya dikemukakan bahwa semua perilaku manusia merupakan serangkaian
instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup. Mc Dougal sebagai seorang psikolog cenderung
percaya bahwa seluruh perilaku sosial manusia didasarkan pada pandangan ini (instinktif).
Namun banyak analis sosial yang tidak percaya bahwa instink merupakan sumber perilaku sosial.
Misalnya William James, seorang psikolog percaya bahwa walau instink merupakan hal yang
mempengaruhi perilaku sosial, namun penjelasan utama cenderung ke arah kebiasaan - yaitu pola
perilaku yang diperoleh melalui pengulangan sepanjang kehidupan seseorang. Hal ini
memunculkan ”nurture explanation”. Tokoh lain yang juga seorang psikolog sosial, John Dewey
mengatakan bahwa perilaku kita tidak sekedar muncul berdasarkan pengalaman masa lampau,
tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah oleh lingkungan - ”situasi kita” - termasuk
tentunya orang lain.
Berbagai alternatif yang berkembang dari kedua pendekatan tersebut kemudian memunculkan
berbagai perspektif dalam psikologi sosial - seperangkat asumsi dasar tentang hal paling penting
yang bisa dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial.
Ada empat perspektif, yaitu : perilaku (behavioral perspectives) , kognitif (cognitive perspectives),
stuktural (structural perspectives), dan interaksionis (interactionist perspectives).
Perspektif perilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para psikolog sosial yang berakar
pada psikologi. Mereka sering menawarkan jawaban yang berbeda atas sebuah pertanyaan :
”Seberapa besar perhatian yang seharusnya diberikan oleh para psikolog sosial pada kegiatan
mental dalam upayanya memahami perilaku sosial?”. Perspektif perilaku menekankan, bahwa
untuk dapat lebih memahami perilaku seseorang, seyogianya kita mengabaikan informasi tentang
apa yang dipikirkan oleh seseorang. Lebih baik kita memfokuskan pada perilaku seseorang yang
dapat diuji oleh pengamatan kita sendiri. Dengan mempertimbangkan proses mental seseorang,
kita tidak terbantu memahami perilaku orang tersebut, karena seringkali proses mental tidak
reliabel untuk memprediksi perilaku. Misalnya tidak semua orang yang berpikiran negatif tentang
sesuatu, akan juga berperilaku negatif. Orang yang bersikap negatif terhadap bangsa A misalnya,
belum tentu dia tidak mau melakukan hubungan dengan bangsa A tersebut. Intinya pikiran,
perasaan, sikap (proses mental) bukan sesuatu yang bisa menjelaskan perilaku seseorang.
Sebaliknya, perspektif kognitif menekankan pada pandangan bahwa kita tidak bisa memahami
perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka. Manusia tidak menanggapi
lingkungannya secara otomatis. Perilaku mereka tergantung pada bagaimana mereka berpikir dan
mempersepsi lingkungannya. Jadi untuk memperoleh informasi yang bisa dipercaya maka proses
mental seseorang merupakan hal utama yang bisa menjelaskan perilaku sosial seseorang.
Perspektif struktural dan interaksionis lebih sering digunakan oleh para psikolog sosial yang
berasal dari disiplin sosiologi. Pertanyaan yang umumnya diajukan adalah : ” Sejauh mana
kegiatan-kegiatan individual membentuk interaksi sosial ?”.
Perspektif struktural menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan
sangat baik jika diketahui peran sosialnya. Hal ini terjadi karena perilaku seseorang merupakan
reaksi terhadap harapan orang-orang lain. Seorang mahasiswa rajin belajar, karena masyarakat
mengharapkan agar yang namanya mahasiswa senantiasa rajin belajar. Seorang ayah rajin bekerja
mencari nafkah guna menghidupi keluarganya. Mengapa ? Karena masyarakat mengharapkan dia
berperilaku seperti itu, jika tidak maka dia tidak pantas disebut sebagai ”seorang
ayah”. Perspektif interaksionis
lebih menekankan bahwa manusia merupakan agen
yang
aktif dalam menetapkan perilakunya sendiri, dan mereka yang membangun harapan-harapan
sosial. Manusia bernegosiasi satu sama lainnya untuk membentuk interaksi dan harapannya. Untuk
lebih jelas, di bawah ini diuraikan satu persatu keempat prespektif dalam psikologi sosial.
1. Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective) Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John
B. Watson (1941, 1919). Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di
antara tahun 1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar
pendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami
perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada pikiran, kesadaran,
atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam itu, yang menurutnya bersifat
”mistik”, ”mentalistik”, dan ”subyektif”. Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada
sesuatu yang ”dapat diamati” (observable), yaitu pada ”apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang
dilakukan (doings)”. Dalam hal ini pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey, karena
keduanya
percaya
bahwa
berperan dalam menyelaskan
proses
perilaku
mental
sosial.
dan
Para
juga
perilaku
”behaviorist”
yang
memasukan
teramati
perilaku
ke dalam satu unit yang dinamakan ”tanggapan” (responses), dan lingkungan ke dalam unit
”rangsangan” (stimuli). Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan
tertentu
bisa berasosiasi satu sama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional.
Contohnya, sebuah rangsangan ” seorang teman datang ”, lalu memunculkan tanggapan misalnya,
”tersenyum”. Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para behavioris
tadi percaya bahwa rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada
pertimbangan mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para
behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan ”kotak hitam
(black-box)” . Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan.
Mekanisme di dalam kotak hitam tadi - srtuktur internal atau proses mental yang mengolah
rangsangan dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara langsung (not directly observable),
bukanlah bidang kajian para behavioris tradisional.
Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorisme melalui
percobaan yang dinamakan ”operant behavior” dan ”reinforcement”. Yang dimaksud dengan
”operant condition” adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara
tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut. Misalnya, jika kita
tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan menghasilkan senyuman
yang datangnya dari orang lain tersebut. Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut
merupakan ”operant behavior”. Yang dimaksud dengan ”reinforcement” adalah proses di mana
akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu di masa datang
. Misalnya, jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal
sebelumnya), dan mereka tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan bahwa jika
di kemudian hari kita bertemu orang asing maka kita akan tersenyum. Perlu diketahui,
reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas merupakan penguat
positif. Contoh penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing
lalu kita tersenyum dan orang asing tersebut diam saja atau bahkan menunjukan rasa tidak suka,
maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung tidak tersenyum
(diam saja). Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan secara
lebih mendalam mengapa fenomena sosial yang diutarakan dalam pendekatan perilaku bisa
terjadi. Beberapa teori antara lain adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) dan
Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory).
a) Teori Pembelajaran Sosial.
Di tahun 1941, dua orang psikolog Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil percobaannya
mengatakan bahwa peniruan (imitation) diantara manusia tidak disebabkan oleh unsur instink atau
program biologis. Penelitian kedua orang tersebut mengindikasikan bahwa kita belajar (learn)
meniru perilaku orang lain. Artinya peniruan tersebut merupakan hasil dari satu proses belajar,
bukan bisa begitu saja karena instink. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan
”social learning ” - ”pembelajaran sosial”. Perilaku peniruan (imitative behavior) kita terjadi
karena kita merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru perilaku orang lain,
dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Agar seseorang bisa belajar mengikuti
aturan
baku
yang
telah
ditetapkan
oleh
masyarakat
maka
”para
individu
harus
dilatih, dalam berbagai situasi, sehingga mereka merasa nyaman ketika melakukan apa yang orang
lain lakukan, dan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukannya.”, demikian saran yang
dikemukakan oleh Miller dan Dollard.
Dalam penelitiannya, Miller dan Dollard menunjukan bahwa anak-anak dapat belajar meniru atau
tidak meniru seseorang dalam upaya memperoleh imbalan berupa permen. Dalam percobaannya
tersebut, juga dapat diketahui bahwa anak-anak dapat membedakan orang-orang yang akan
ditirunya. Misalnya jika orang tersebut laki-laki maka akan ditirunya, jika perempuan tidak. Lebih
jauh lagi, sekali perilaku peniruan terpelajari (learned), hasil belajar ini kadang berlaku umum
untuk rangsangan yang sama. Misalnya, anak-anak cenderung lebih suka meniru orang-orang yang
mirip dengan orang yang sebelumnya memberikan imbalan. Jadi, kita mempelajari banyak
perilaku ”baru” melalui pengulangan perilaku orang lain yang kita lihat. Kita contoh
perilaku orang-orang lain tertentu, karena kita mendapatkan imbalan atas peniruan tersebut dari
orang-orang lain tertentu tadi dan juga dari mereka yang mirip dengan orang-orang lain tertentu
tadi, di masa lampau.
Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963), mengusulkan satu
perbaikan atas gagasan Miller dan Dollard tentang belajar melalui peniruan. Bandura dan Walters
menyarankan bahwa kita belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat
(reinforcement) sekalipun yang kita terima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui
pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses
belajar semacam ini disebut ”observational learning” - pembelajaran melalui pengamatan.
Contohnya, percobaan Bandura dan Walters mengindikasikan bahwa ternyata anak-anak bisa
mempunyai perilaku agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif
sesosok model, misalnya melalui film atau bahkan film karton. Bandura (1971), kemudian
menyarankan agar teori pembelajaran sosial seyogianya diperbaiki lebih jauh lagi. Dia mengatakan
bahwa teori pembelajaran sosial yang benar-benar melulu menggunakan pendekatan perilaku dan
lalu mengabaikan pertimbangan proses mental, perlu dipikirkan ulang.
Menurut versi Bandura, maka teori pembelajaran sosial membahas tentang (1) bagaimana perilaku
kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement) dan observational learning, (2)
cara pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya,
bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement)
dan observational opportunity kemungkinan bisa diamati oleh orang lain.
b) Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John
Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan
Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang
lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan
orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran sosial,
teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang
saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain,
maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling
mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan
(reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang
diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan
keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran
paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku
di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan hanya akan langgeng manakala kalau semua
pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan
perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan
maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya ”Elementary Forms of Social Behavior,
1974 mengeluarkan beberapa proposisi dan salah satunya berbunyi :”Semua tindakan yang
dilakukan oleh seseorang, makin sering satu bentuk tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin
cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi ”. Proposisi ini secara eksplisit
menjelaskan bahwa satu tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika ada imbalannya. Proposisi
lain yang juga memperkuat proposisi tersebut berbunyi : ”Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan
bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali”. Bagi
Homans, prinsip dasar pertukaran sosial adalah ”distributive justice” aturan yang mengatakan
bahwa sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan
dengan prinsip tersebut berbunyi ” seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan
mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang telah
dikeluarkannya - makin tingghi pengorbanan, makin tinggi imbalannya - dan keuntungan yang
diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya - makin tinggi investasi, makin
tinggi keuntungan”. Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran sosial adalah perilaku sosial
seseorang hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses mentalistik
(black-box). Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini menekankan hubungan langsung
antara perilaku yang teramati dengan lingkungan.
1. Perspektif Kognitif (The Cognitive Perspective)
Kita telah memberikan indikasi bahwa kebiasaan (habit) merupakan penjelasan alternatif yang bisa
digunakan untuk memahami perilaku sosial seseorang di samping instink (instinct). Namun
beberapa analis sosial percaya bahwa kalau hanya kedua hal tersebut (kebiasaan dan instink) yang
dijadikan
dasar,
maka
dipandang terlampau
ekstrem
karena
mengabaikan
kegiatan
mental manusia.
Seorang psikolog James Baldwin (1897) menyatakan bahwa paling sedikit ada dua bentuk
peniruan, satu didasarkan pada kebiasaan kita dan yang lainnya didasarkan pada wawasan kita atas
diri kita sendiri dan atas orang lain yang perilakunya kita tiru. Walau dengan konsep yang berbeda
seorang sosiolog Charles Cooley (1902) sepaham dengan pandangan Baldwin. Keduanya
memfokuskan perhatian mereka kepada perilaku sosial yang melibatkan proses mental atau
kognitif .
Kemudian banyak para psikolog sosial menggunakan konsep sikap (attitude) untuk memahami
proses mental atau kognitif tadi. Dua orang sosiolog W.I. Thomas dan Florian Znaniecki
mendefinisikan psikologi sosial sebagai studi tentang sikap, yang diartikannya sebagai proses
mental individu yang menentukan tanggapan aktual dan potensial individu dalam dunia sosial”.
Sikap merupakan predisposisi perilaku. Beberapa teori yang melandasi perpektif ini antara lain
adalah Teori Medan (Field Theory), Teori Atribusi dan Konsistensi Sikap (Concistency Attitude
and Attribution Theory), dan Teori Kognisi Kontemporer.
DAFTAR PUSTAKA
Khasinah, S. (2013). Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat. JURNAL
ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran, 13(2).
Mustafa, H. (2011). Perilaku manusia dalam perspektif psikologi sosial. Jurnal
Bisnis, 7(2).
Administrasi
MATERI KE 12: MANUSIA DALAM PERSEKTIF ONTOLOGI
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ONTOLOGI
Kata ontologi berasal dari perkataan yunani, yaitu Ontos: being,dan Logos:logic.Jadi,
ontologi adalah the theory of being qua being(teori tentang keberadaan sebagai keberadaan) atau
ilmu tentang yang ada. Ontologi diartikan sebagai suatu cabang metafisika yang berhubungan
dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Ontologi mengkaji sesuai yang ada, sepanjang
sesuatu itu ada.
Secara etimologi kata ontologi berasal dari bahasa Yunani sebagaimana sebagaimana
Adib, dalam konteks ini dapat kita pahami bahwa ontologi berasal dari kata ontos dan logos. Ontos
memiliki makna suatu wujud sedangkan makna logos berarti ilmu Sedangkan dalam Sosanto
dengan akar kata “on” sama dengan “being” dan “logos” sama dengan “logic”. Yang memiliki
makna teori tentang “keberadaan tentang keberadaan”. Sedangkan secara terminologi ontologi
adalah “cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup”.
Sedangkan objek kajian ontologi meliputi, ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak
terbatas, ada universal, ada mutlak-Tuhan Yang Maha Esa. Istilah ontologi ini lebih banyak
digunakan ketika membahas yang ada dalam konteks filsafat.7 Dari apa yang telah dipaparkan di
atas dapat dipahami bahwa ontologi adalah hakikat tentang keberadaan yang meliputi keberadaan
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh yunani yang memiliki
pandangan yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Thales, misalnya, melalui
perenungannya terhadap air yangada di mana-mana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air
merupakan “substansi terdalam” yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Yang penting bagi
kita sesungguhnya bukanlah ajarannya yang mengatakan air itulah asal mula segala sesuatu,
melainkan pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala sesuatu berasal dari satu substansi belaka.”
Clauberg menyebut ontologi sebagai “ilmu pertama,”yaitu studi tentang yang ada sejauh
ada. Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas, termasuk Allah dan semua ciptaan, dan
mendasari teologi serta fisika. Pertanyaan yang berhubungan obyek apa yang dikaji oleh
pengetahuan itu (ontologi), bagaimana cara mengetahui pengetahuan tersebut (epistemologi), dan
apa fungsi pengetahuan tersebut (aksiologi).
Kemudian dalam Ensiklopedi Britannicadijelaskan bahwa ontologi adalah teori atau studi
tentang yang ada (being/wujud) seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim
dengan metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari
suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda tersebut
Menurut The Liang Gie, ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap
makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan berikut: (a)
apakah artinya ada, hal yang ada?; (b) apakah golongan-golongan dari hal yang ada?; (c) apakah
sifat dasar kenyataan dan hal ada?; (d) apakah cara-cara yang berbeda dalam entitas dari kategorikategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian unuiversal, abstraksi dan
bilangan) dapat dikatakan ada?
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang
berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek
fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontologi dianggap
sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya
akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
Ontologi sering diindetikan dengan metafisika yang juga disebut proto-filsafia atau filsafat
yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan,
persekutuan, sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya11Dengan demikian,
metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar
atau dalam dari segala sesuatu yang ada.
Objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada
tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah
kematian maupun sumber segala yang ada. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas,
bagi pendekatan kualitif, realitas tranpil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya menjadi telaah
monism, paralerisme atau plurarisme
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang komprehensif yang berusaha memahami persoalanpersoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia. Dengan
demikian filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaanpertanyaan yang timbul
dalam berbagai lapangan kehidupan manusia, termasuk masalah kehidupan dalam bidang
pendidikan. Jawaban hasil pemikiran filsafat bersifat sistematis, integral, menyeluruh dan
mendasar. Filsafat dalam mencari jawaban dilakukan dengan cara ilmiah, objektif, memberikan
pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada akal budi manusia, demikian halnya untuk
menjawab persoalan-persoalan manusia dalam bidang pendidikan, (Jalaludin, 2007: 125).
Pada prinsipnya filsafat menempatkan sesuatu berdasarkan kemampuan daya nalar
manusia. Kebenaran dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya pada
kemampuan daya nalar manusia. Kemampuan berpikir atau bernalar merupakan satu bentuk
kegiatan akal manusia melalui pengetahuan yang diterima melalui panca indera, diolah dan
ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran.
Ada beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang ontologi,
epistemologi dan aksiologi (Jalaludin, 2007: 126). Ontologi seringkali diidentifikasikan dengan
metafisika, yang juga disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama. Persoalan tentang
ontologi menjadi pembahasan yang utama dalam bidang filsafat, yang membahas tentang realitas.
Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada sesuatu kebenaran.
Realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: apakah sesungguhnya
hakikat realitas yang ada ini?; apakah realitas yang tampak ini sesuatu realita materi saja? Adakah
sesuatu di balik realita itu? Apakah realitas ini terdiri dari satu bentuk unsur (monisme), dua unsur
(dualisme) atau pluralisme? Dalam pendidikan, kegiatan membimbing anak untuk memahami
realita dunia dan membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita merupakan
stimulus menyelami kebenaran tahap pertama. Dengan demikian potensi berpikir kritis anak-anak
untuk mengerti kebenaran telah dibina sejak awal oleh guru di sekolah atau pun oleh orangtua.di
keluarga.
Epistemologi adalah nama lain dari logika material atau logika mayor yang membahas dari
isi pikiran manusia, yaitu pengetahuan. Epistemologi merupakan studi tentang pengetahuan,
bagaimana mengetahui benda-benda. Pengetahuan ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti: cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan.
Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari pemeriksaan dan
penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui manusia. Dengan demikian epistemologi ini
membahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas, dan hakekat pengetahuan yang memberikan
kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.
Aksiologi adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai dan implikasi aksiologi
di dalam pendidikan ialah pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai (nilai
tindakan moral, nilai ekspresi keindahan dan nilai kehidupan sosio-politik) di dalam kehidupan
manusia dan membinanya ke dalam kepribadian anak. Pertanyaan yang berkaitan dengan aksiologi
adalah apakah yang baik atau bagus? (Muhammad Noor Syam, 1986 dalam Jalaludin, 2007: 84).
Dari ketiga teori kebenaran menurut pandangan filsafat yang telah diuraian di atas
selanjutnya sebagai dasar untuk menganalisis persoalan manajemen pendidikan berbasis teori
belajar sibernetik.
Manusia tidak hanya dipahami sebagai individu, melainkan sebagai persona. Sifat
individual berarti ia sebagai “ada” yang dapat dibedakan dengan “ada” yang lain dari satu jenis
yang sama. Akan tetapi, lebih dari itu ia merupakan persona. Sekurang-kurangnya terdapat tiga
alasan untuk ini, yakni pertama, manusia sebagai persona pertama-tama karena ke-diri-annya
(self). Artinya, self menunjukkan bahwa manusia berbeda dengan “ada-ada” yang lain karena
kesadarannya. Kesadaran ini berakar pada kemampuan intelektual dan kehendaknya. Berkat
kesadaran diri ini, manusia sebagai persona mampu “hadir di dalam dan pada dirinya sendiri”
(exist in itself and for itself). Kedua, manusia sebagai persona karena ia memiliki kemampuan
untuk menentukan dirinya sendiri (self-determination). Terakhir, personalitas manusia juga
dicirikan oleh kemandiriannya atau otonominya (self-existence).
Secara ontologis perkembangan psikologi sebenarnya telah mengalami kemajuan pesat,
sehingga mampu menjawab ruang lingkup obyek yang dipelajarinya, yaitu perilaku. Landasan
epistemologi ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Penelitian ilmiah adalah
penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasar metode ilmiah. Oleh karena itu pengetahuan
ilmiah sangat dipengaruhi oleh teori-teori pengetahuan pada bidang ilmu seperti rasionalisme,
empirisme, kritisisme, positivisme dan fenomenologi.
Dunia keilmuan di Barat, terutama ilmu-ilmu alam, banyak dipengaruhi oleh positivisme.
Positivisme sebagai epistemologi berpendapat bahwa yang positif adalah yang konkret, nyata dan
mengingkari metafisika (sesuatu yang abstrak). Metode yang digunakan dalam mencapai ilmu
adalah observasi, eksperimen dan komparasi. Psikologi juga mengikuti jejak-jejak ilmu alam
dengan menggunakan pendekatan tersebut, ini diamati dengan banyaknya penelitian psikologi
menggunakan pendekatan kuantitatif. Para peneliti psikologi mengkuantifikasikan manusia dalam
alat ukur, prosedur penelitian dan analisis data. Dapat dikatan bahwa psikologi sangat
mendewakan pendekatan kuantitatif.
Secara ontologis, menurut pendekatan kuantitatif adalah menyusun bangunan ilmu
nomothetik, yaitu ilmu yang berupaya membuat hukum dari generalisasinya. Kebenaran dicari
lewat hubungan kasual. Secara aksiologis, penelitian kuantitatif adalah penelitian bebas nilai.
Objektifitas terjaga dengan alat ukur dan berlaku dalam dimensi waktu dan tempat yang bebas.
Di Indonesia, psikologi berkiblat pada psikologi Barat, sehingga penelitian-penelitian yang
dilakukan saat ini lebih condong pada pendekatan kuantitatif. Banyak anggapan yang keliru bahwa
pendekatan kuantitatif dengan teknik statistik merupakan pendekatan yang bergengsi dibanding
pendekatan yang lain. Akibat lebih jauh adalah para peneliti banyak yang terlalu asyik dalam
teknik-teknik statistik yang canggih dan tidak tahu filsafat yang mendasari terjadinya pendekatan
kuantitatif beserta segala kelebihan dan keterbatasannya.
Ontologi merupakan apa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan atau hakikat apa yang
dikaji. Apa di sini adalah mengenai objek dari suatu peristiwa. Dalam pembahasannya, ada
metafisika yang membahas mengenai basic atau hal yang dasar. Faktor panca indera akan sangat
berperan dalam mengkaji objekobjek dalam kehidupan. Panca indera akan membantu mengkaji
mengenai teori keberadaan, dimana sesuatu yang ada pasti nyata dan ada. Ada
dua
tafsiran
utama tentang metafisika, yaitu mengenai pemikiran supernaturalisme dan naturalisme.
Supernaturalisme berarti ada kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan kekuatan manusia yang ada
pada dunia nyata.
Dalam kehidupan, ada semacam wujud gaib yang berupa roh yang menjadi kepercayaan.
Kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme adalah animisme, dimana terdapat
kepercayaan terhadap roh nenek moyang manusia. Ada juga tempat-tempat yang dianggap
keramat, seperti pohon, jalan, dan air terjun. Sementara itu, pemikiran yang merupakan lawan dari
supernaturalisme adalah pemikiran naturalisme, dimana orang beranggapan bahwa semua yang
ada di alam ini terjadi dengan sendirinya yang merupakan proses di alam nyata. Aliran yang
mengikuti pemikiran naturalisme ini adalah materialisme. Materialisme memandang segala
sesuatu itu berdasarkan wujud bahwa sesuatu itu dianggap ada jika mempunyai wujud.
Adanya asumsi memungkinkan manusia untuk mengeluakan berbagai kemungkinankemungkinan untuk menjawab persoalan. Persoalan yang ada akan digunakan sebagai cara untuk
memperoleh kesimpulan yang akan menjadi pengetahuan. Dalam menyelesaikan suatu
permasalahan diperlukan adanya hukum, dimana hukum ini akan menjadi semacam aturan main
agar bisa digunakan unuk menjadi pengatur dalam proses pemecahan masalah. Di dalam suatu
asumsi biasanya terdapat pembatasan-pembatasan mengenai beberapa hal yang menjadi inti
kajian. Sebagai contoh ilmu fisika mengasumsikan bahwa halhal yang dipelajari adalah mengenai
keaadan fisik dan perhitungan di dalam alam semesta. Sedangkan sosiologi membatasi bahasannya
pada perilaku dan tindakan masyarakat di dalam kehidupan.
Di dalam kehidupan, sifat ilmu tidak akan selamanya mutlak. Ketika ada suatu
permasalahan, ilmu akan memunculkan beberapa kemungkinankemungkinan jawaban.
Kemungkinan-kemungkinan inilah yang dinamakan probababilitas. Ada peluang untuk
menyelesaikan permasalahan dengan alternatif jawaban yang lebih dari satu.
Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek kajian
filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (benar- salah), (b) etika (baik- buruk), dan (c) estetika
(indah-jelek). Ketiga cabang utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi
yakni, pertama, teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran serta kaitan
antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai
organisasi sosial/pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik. Kelima cabang filsafat inilogika, etika, estetika, metafisika dan politik-menurut Suriasumantri, kemudian berkembang lagi
menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik lagi yang disebut
filsafat ilmu.
Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348SM) dengan teori
ideanya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya. Idea yang dimaksud
oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor
kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang
ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik yang hidup
ataupun yang sudah mati. Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau konsep universal yang
berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua mana pun di dunia ini.
Demikian pula manusia punya idea. Idea manusia menurut Plato adalah badan hidup yang
kita kenal dan dapat berpikir. Dengan kata lain, idea manusia adalah "binatang berpikir". Konsep
binatang berpikir ini bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia besar-kecil, tua- muda,
lelaki-perempuan, manusia Eropa, Asia, India, Cina, dan sebagainya. Tiap- tiap sesuatu di alam
ini mempunyai idea. Idea inilah yang merupakan hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud sesuatu
itu. Idea-idea itu berada di balik yang nyata dan idea itulah yang abadi. Benda-benda yang kita
lihat atau yang dapat ditangkap dengan pancaindra senantiasa berubah. Karena itu, ia bukanlah
hakikat, tetapi hanya bayangan, kopi atau gambaran dari idea-idea- nya. Dengan kata lain, bendabenda yang dapat ditangkap dengan panca-indra ini hanyalah khayal dan ilusi belaka.
Argumen ontologis kedua dimajukan oleh St. Augustine (354-430 M). Menurut Augustine,
manusia mengetahui dari pengalaman hidupnya bahwa dalam alam ini ada kebenaran. Namun,
akal manusia terkadang merasa bahwa ia mengetahui apa yang benar, tetapi terkadang pula merasa
ragu- ragu bahwa apa yang diketahuinya itu adalah suatu kebenaran. Menurutnya, akal manusia
mengetahui bahwa di atasnya masih ada suatu kebenaran tetap (kebenaran yang tidak berubahubah), dan itulah yang menjadi sumber dan cahaya bagi akal dalam usahanya mengetahui apa yang
benar. Kebenaran tetap dan kekal itulah kebenaran yang mutlak. Kebenaran mutlak inilah oleh
Augustine disebut Tuhan.
Hakikat kenyataan atau realitas memang dapat didekati ontologi dengan dua macam sudut
pandang: (i) kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
(ii) Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki
kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang
beraroma harum. Ontologi, secara sederhana dapat dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari
realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu
hendaknya diuraikan antara lain secara: (a) Metodis; menggunakan cara ilmiah; (b) Sistematis;
saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan; (c) Koheren; unsurunsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan; (d) Rasional; harus berdasar pada
kaidah berpikir yang benar (logis); (e) Komprehensif; melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut
pandang, melainkan secara multidimensional-atau secara keseluruhan (holistik); (f) Radikal;
diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya; (g) Universal; muatan kebe- narannya sampai
tingkat umum yang berlaku di mana saja.
Beberapa aliran dalam ontologi, yakni realisme, naturalisme, dan empirisme. Istilah-istilah
terpenting yang terkait dengan ontologi adalah: (i) yang-ada (being); (ii) kenyataan/ realitas
(reality); (iii) eksistensi (existence); (iv) esensi (essence); (v) substansi (substance); (vi) perubahan
(change); (vii) tunggal (singular, one); dan (viii); jamak (plural/many). Adapun karakteristik
(ontologi) ilmu pengetahuan antara lain adalah:(i) ilmu berasal dari riset (penelitian); (ii) tidak ada
konsep wahyu; (iii) adanya konsep pengetahuan empiris; (iv) pengetahuan rasional, bukan
keyakinan; (v) pengetahuan objektif; (vi) pengetahuan sistematik; (vii) pengetahuan metodologis;
(viii) pengetahuan observatif (observable); (ix) menghargai asas verifikasi (pembuktian); (x)
menghargai asas eksplanatif (penjelasan); (xi) menghargai asas keterbukaan dan dapat diulang
kembali; (xii) menghargai asas skeptikisme yang radikal; (xiii) melakukan pembuktian bentuk
kausalitas (causality); (xiv) mengakui pengetahuan dan konsep yang relatif (bukan absolut); (xv)
mengakui adanya logika-logika ilmiah; (xvi) memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori ilmiah;
(xvii) memiliki konsep tentang hukum-hukum alam yang telah dibuktikan; (xviii) pengetahuan
bersifat netral atau tidak memihak; (xix) menghargai berbagai metode eksperimen, dan (xx)
melakukan terapan ilmu menjadi teknologi. Ontologi ilmu, layak dipelajari bagi orang yang ingin
memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris
(misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan
sebagainya).
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Kristiawan, Filsafat pendidikan; The choice is yours, (Yogyakarta: Valia Pustaka,
2016), hal. 141.
Nunu Burhanuddin, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal. 49.
Jalaluddin Abdullah Idi,Filsafat Pendidikan,(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 104-105
Susanto,Filsafat Ilmu...,h. 92
Mahfud,. M. MENGENAL ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI
DALAM
PENDIDIKAN ISLAM
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 69.
A.Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologi, Epistemologis, dan Aksiologis
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 91.
KBBI-Kamus Besar Bahasa Indonesia-digital 7 Susanto, Filsafat Ilmu., 91
Muhammad Kristiawan, Filsafat pendidikan; The choice is yours, (Yogyakarta: Valia Pustaka,
2016), hal. 141.
Nunu Burhanuddin, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal. 49
Mubun,. F. FILSAFAT MODERN: ASPEK ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN
AKSIOLOGIS
Suminar, T. TINJAUAN FILSAFATI (ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI
MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI SIBERNETIK
Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
AHMAD TAFSIR, A. T. (2009). Filsafat Ilmu: Mengural Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Pengetahuan. Remaja Rosdakarya.
MATERI KE 13: MANUSIA DALAM PERSPEKTIF EPISTIMOLOGI
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF EPISTIMOLOGI
Epistemologi berasal dari bahasa yunani dari kata “Epistem” yang berarti pengetahuan atau
ilmu pengetahuan. Sedangkan “Logos” yang berarti pengetahuan juga. Epistemologi adalah
cabang filsafat yang membahas mengenai ilmu pengetahuan yang melipti berbagai ruang lingkup
yaitu meliputi sumber-sumber, watak dan juga kebenaran manusia. Epistemologi harus diletakkan
dalam kerangka bangunan filsafat manusia. Hal ini lebih mengarah kepada hakikat manusia yang
terdiri dari beberapa unsur, di antaranya adalah mengenai ilmu pengetahuan. Maka berbicara
tentang hakikat manusia dalam kerangka ini maka mau tidak mau harus berbicara tentang upaya
manusia memperoleh ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini Ahamad Tafsir sependapat bahwa epistemologi membicarakan sumber
pengetahuan dan bagaimana cara memperolehnya. Dan bagi Ahmad Tafsir, tatkala manusia baru
lahir, manusia tidak memiliki pengetahuan apa pun. Apa yang di sampaikan Ahmad Tafsir hal ini
sejalan dengan Al-Quran yang Artinya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun”. Akan tetapi berbeda dengan pandangan Plato mengenai
hal ini, bagi Plato bahwasanya manusia itu telah memperoleh pengetahuannya sejak dia dilahirkan,
atau lebih tepatnya di sebut dengan innate idea atau ide bawaan.26 Dalam hal ini, pengetahuan
manusia dapat di kelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan
filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan manusia itu diperoleh dengan berbagai cara dan alat
untuk memperolehnya. Adapun aliran yang berbicara tentang masalah ini atau masalah cara
memperoleh pengetahuan adalah aliran empirisme, rasionalisme, positivisme, dan intuisionisme.
Dari semua jenis pengetahuan di atas maka dalam ranah inilah epistemologi sebagai suatu alat
untuk mengukur kebenaran tersebut.
Di dalam epistemologi dibicarakan tentang sumber pengetahuan dan sistematikanya, di
samping itu pula epistemologi hadir guna memperbincangkan tentang hakikat ketepatan susunan
berpikir yang secara akut pula digunakan untuk masalah-masalah yang memiliki korelasi dengan
maksud untuk menemukan kebenaran isi sebuah pertanyaan. Sedangkan isi pertanyaan itu adalah
sesuatu yang ingin diketahui. Oleh karena itu, epistemologi relevan dengan ilmu pengetahuan yang
disebut dengan filsafat ilmu. Oleh karena epistemologi dalam hal ini adalah mencoba
mempertanyakan tentang pengetahuan, maka juga harus mengenal tentang pengetahuan itu sendiri.
Dalam hal ini kebenaran pengetahuan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kebenaran mutlak
atau absolut dan kebenaran relatif atau nisbi. Kebenaran absolut adalah kebenaran yang abadi tidak
berubah-ubah dan tidak bisa dipengaruhi oleh yang lain (kebenaran tentang adanya Tuhan).
Sedangkan kebenaran nisbi, adalah kebenaran yang dapat berubah-ubah (misalkan seperti
penglihatan) akan dipengaruhi oleh keadaan yang dilihatnya.
Dalam kajian epistemologi Islam, ilmu pengetahuan bersumber dari lima sumber pokok,
yaitu indra, akal, intuisi, ilham, dan wahyu. Tiga sumber terakhir, yaitu intuisi, ilham, dan wahyu.
Walaupun dalam kajian ini dibedakan secara tajam, tetapi dapat dikatakan bahwa intuisi dan ilham
secara substantif merupakan “wahyu” dalam pengertian yang lebih luas, sebab antara ilham dan
intuisi diberikan melalui kekuatan spiritual. Wahyu merupakan sumber pengetahuan secara
normatif-doktriner. Ketika wahyu hanya diberikan kepada manusia yang dipilih-Nya sebagai
seorang utusan, dalam hal ini walaupun wahyu sebagai pemberian Allah, akan tetapi ilham dan
intuisi diberikan tidak melalui utusan. Ilham merupakan cahaya Allah yang jatuh di atas nurani
manusia secara bersih dan lembut, yang bisa datang dengan sendirinya atau juga datang dengan
cara memohon secara sungguh-sungguh sehingga ilham, sama dengan wahyu, keduanya tidak
memerlukan pengkajian dan pencarian dalil. Intuisi pun demikian adanya, merupakan pemberian
langsung dari Allah sehingga memerlukan logika atau pola pikir tertentu.
secara epistemologi landasan pendidikan mengacu pada fitrah manusia. Salah satu fitrah
manusia adalah menginginkan agar hidupnya bermakna, baik untuk dirinya maupun untuk
lingkungannya. Kehidupan yang bermakna akan membawa kesadaran pada diri manusia bahwa
eksistensinya dihargai. Pandangan Jalaluddin sebagaimana dalam Anas, menggambarkan bahwa
epistemologi pendidikan, terutama pendidikan Islam berdasarkan pada sumber-sumber yang
diwahyukan Tuhan. Formulasi epistemologi pendidikan Islam pada prinsipnya adalah untuk
memperjelas kedudukan manusia di dalam ranah pendidikan. Ketika kita mencoba untuk
menjelaskan kedudukan manusia di ranah pendidikan, dan mengenai bagaimana memperoleh
pengetahuan. Dalam hal ini Tuhan merupakan sumber tertinggi dalam konteks pendidikan Islam
di samping pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Ketika mencoba membicarakan Tuhan sebagai sumber ilmu pengtahuan. Pengetahuan
tentang Tuhan sendiri adalah bagian yang tak terpisahkan dalam konteks pendidikan Islam.
Adapun epistemologi yang dapat dipergunakan untuk sampai pada pengetahuan tentang manusia,
alam dan Tuhan di dalam pendidikan Islam. Islam sendiri memiliki bentuk epistemologi tersendiri.
Yang kemudian dikenal dengan epistemologi bayani, burhani, dan irfani. Dan ketiga metode ini
dalam paparan di atas pada prinsipnya ada dalam setiap metode pendidikan Islam secara umum.
banyak sumber yang mendefinisikan pengertian epistemologi di antaranya:
a. Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang mengenarahi masalah-masalah filosofikal yang
mengitari teori ilmu pengetahuan.
b. Epistemologi adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentang terjadinya pengetahuan,
sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan,
validitas, dankebenaran pengetahuan (ilmiah).
c. Epistemologi adalah cabang atau bagian filsafat yang membicarakan tentang pengetahuan, yaitu
tentang terjadinya pengetahuan dan kesahihan atau kebenaran pengetahuan.
d. Epistemologi adalah cara bagaimana mendapatkan pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan,
ruang lingkup pengetahuan. Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan, dan
kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan
seperti dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinyaproses penciptaan alam? Apa hakikat
manusia? Tolak ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa
manusia? Mana pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa keadilan itu ialah baik? Pada derajat
berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaanpertanyaan yang lain. Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya
mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan
dihadapinya. Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui
sesuatu yang tidak diketahuinya.
Berikut adalah aliran-aliran dalam epistemologis:
a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat semua pengetahuan bersumber dari akal pikiran atau rasio.
Tokohnya antara lain Rene Descartes (1596-1650), yang membedakan adanya tiga ide,
yaitu innate ideas (ide bawaan), sejak manusia lahir atau juga dikenal dengan adventitinous
ideas, yaitu ide yang berasal dari luar manusia, dan faktitinousideas, atau ide yang
dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh lain yaitu Spinoza (1632-1677), Leibniz (16661716).
b. EmpirismeAliran
ini berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman indra.
Indra memperoleh pengalaman (kesan-kesan) dari alam empiris, selanjutnya kesan-kesan
tersebut terkumpul dalam diri manusia menjadi pengalaman.
c. Realisme Realisme
merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa objek-objek yang kita serap lewat
indra adalah nyata dalam diri objek tersebut. Objek-objek tersebut tidak bergantung pada
subjek yang mengetahui atau dengan kata lain tidak bergantung pada pikiran subjek.
Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, tetapi interaksi tersebut memengaruhi sifat dasar
dunia tersebut.
d. Kritisisme Kritisisme
menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri (yang meliputi
indra dan pengalaman). Kemudian akal akan menempatkan, mengatur, dan menertibkan
dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu. Pengamatan merupakan
permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akal merupakan pembentukannya. Tokoh
aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Kant mensintesiskan antara rasionalisme
dan empirisme.
e. Positivisme
Tokoh aliran ini di antaranya August Comte, yang memiliki pandangan sejarah
perkembangan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu:
1)Tahap Theologis, yaitu manusia masih percaya pengetahuan atau pengenalan yang
mutlak. Manusia pada tahap ini masih dikuasai oleh takhayul-takhayul sehingga subjek
dengan objek tidak dibedakan.
2)Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami dan memikirkan
kenyataan, tetapi belum mampu membuktikan dengan fakta.
3)Tahap Positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk menemukan hukumhukum dan saling hubungan lewat fakta. Oleh karena itu, pada tahap ini pengetahuan
manusia dapat berkembang dan dibuktikan lewat fakta.f.Skeptisisme Menyatakanbahwa
indra adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun, pada zaman modern berkembang
menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu
pengalaman diakui benar. Tokoh skeptisisme adalah Rene Descartes (1596-1650).
g. Pragmatisme
Aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan, namun mempertanyakan
tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari pengetahuan tersebut. Dengan kata
lain kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai saranabagi
suatu perbuatan. Tokoh aliran ini, antara lain C.S Pierce (1839-1914), menyatakan bahwa
yang terpenting adalah manfaat apa (pengaruh apa) yang dapat dilakukan suatu
pengetahuan dalam suatu rencana. Pengetahuan kita mengenai sesuatu hal tidak lain
merupakan gambaran yang kita peroleh mengenai akibat yang dapat kita saksikan. Tokoh
lain adalah Willian James (1824-1910) menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu hal
adalah ditentukan oleh akibat praktisnya.
manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang diberi kesempurnaan baik fisik, rohani,
dan akalnya agar mampu menjadi khalifahdi bumi ini. Diberikan akal dan indra agar mampu
berpikir, memahami alam semesta, mempelajarinya, mencari manfaatnya bagi diri dan makhluk
lain. Tubuh manusia yang mempunyai daya fisik atau jasmani, yang terdiri dari indra penglihatan,
penciuman, perasa, perabaan, pendengaran, daya gerak. Semuanya berhubungan dengan unsurunsur materi. Manusia adalah makhluk somato-psiko-sosial-spiritual, yang terdiri dari fisik, jiwa,
spiritual, dan makhluk yang harus berinteraksi secara sosial dengan orang lain yang keempatnya
saling berinteraksi karena unsur-unsur tersebut saling berkait, dan saling mempengaruhi sejak saat
pembuahan sampai akhir hayatnya. Semua permasalahan yang timbul harus dicari keterkaitannya
dengan melihat keempat unsur tersebut, agar pemecahannya masalah manusia lebih optimal.
Di samping itu Allah menciptakan manusia dilengkapi pula dengankelemahannya.
Kelemahan manusia harus dikendalikan dengan pengembangan diri melalui pengetahuan yang
diperolehnya, sedangkan kelebihan manusia lebih ditingkatkan dengan pengembangan diri pula
agar berkembang lebih optimal. Pengembangan diri ini secara hakikat adalah untuk memanusiakan
manusia. Manusia mempunyai potensi untuk mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan
mantap karena manusia mampu berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Manusia
mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi
tersebut. Oleh karena itu, manusia sering diistilahkan sebagai makhluk yang mampu berpikir
Perkembangan ilmu pengetahuan manusia akan menentukan perkembangan kehidupannya secara
individu juga masyarakat bahkan negara atau dunia. Dengan kata lain, dengan ilmu pengetahuan
manusia dapat berkembang dengan pesat dan maju. Pengembangan ilmu pengetahuan dan sumber
daya manusia ternyata merupakan kekuatan yang sangat dominan dalam menentukan
perkembangan kualitas kehidupan. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan
cepat dan mantap karena manusia mampu berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Manusia mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi
tersebut.
Al-Qur‟an adalah Kitab Suci yang memberikan banyak isyarat tentang epistemologibagi
pengembangan sumber daya manusia, walaupun kita tidak bisa mengatakan bahwa al-Qur‟an
adalah kitab ilmu pengetahuan, karena sifat kebenaran al-Qur‟an adalah pasti benarnya, sementara
ilmu pengetahuan adalah bersifat relatif. Firman Allah dalam Qs. al-Nahl (12): 72, “Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apa pun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. Al-Qur‟an dengan
begitu jelas mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak tahu apa-apa ketika dilahirkan,
namun Allah memberikan bekal manusia untuk mengembangkan dirinya dengan modal indra yang
bisa menangkap fenomena empiri pengetahuan, berupa pendengaran, penglihatan, dan hati. Jika
dihubungkan dengan epistemologiidea Plato yang telah dijelaskan di muka bahwa manusia sudah
membawa apa-apa, tentu sangat bertolak belakang.
Dalam pembahasan filsafat, epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat, yang
sering dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi. Ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara
berurutan mulai dari ontologi, epistemologi kemudian aksiologi. Dengan gambaran sederhana
dapat dikatakan bahwa; ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi), lalu dicari cara-cara
memikirkannya (epistemologi), kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat
atau kegunaan (Aksiologi)
Keterkaitan ini membuktikan betapa sulitnya untuk menyatakan salah satu yang lebih
penting dari yang lain, karena ketiga sub ini memiliki fungsi masing-masing yang berurutan dalam
mekanisme pemikiran. Namun apabila kita membahas lebih jauh mengenai epistemologi, kita akan
menemukan betapa pentingnya epistemologi.
Istilah epistemologi pertama kali digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854. Sebagai sub
filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri” pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah
dipahami. Pengertian epistemologi ini, cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki
sudut pandang yang berbeda dalam mengungkapkannya. Sehingga didapat pengertian yang
berbeda-beda, bukan saja pada redaksinya melainkan juga pada subtansi persoalan, yang menjadi
sentral dalam memahami pengertian suatu konsep. Pembahasan konsep harus diawali dengan
memperkenalkan definisi (pengertian) secara teknis, guna menangkap subtansi persoalan yang
terkandung dalam konsep tersebut.
Ada beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang dapat dijadikan sebagai
pijakan dalam memahami, apa sebenarnya epistemologi itu. P. Hardono Hadi menyatakan,
epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki. D.W. Hamlyn mendefenisikan, epistemologi sebagai cabang
filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaianpengandaiannya, serta secara umum dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang
memiliki
pengetahuan.
Dagobert D. Runes meyatakan, epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber,
struktur, metode-metode, dan validitas pengetahuan. Azyumardi Azra menyatakan, epistemologi
sebagai Ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, validitas ilmu
pengetahuan. Adnin Armas menyatakan, epistemologi sebagai cabang filsafat yang membahas
proses/cara mendapat ilmu, sumber-sumber ilmu dan klasifikasi ilmu, teori tentang kebenaran, dan
hal-hal
lain
yang
terkait
dengan
filsafat
ilmu.
Amsal Bakhtiar menyatakan, epistemologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan
lingkup
pengetahuan,
pengandaian-pengandaian,
dan
dasar-dasarnya,
serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dari beberapa
pengertian yang telah dipaparkan di atas, setidaknya dapat memberikan pemahaman terhadap, apa
sebenarnya epistemology itu? Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas dan mudah
dipahami, ditinjau dari etimologi dan terminologinya. Secara etimologi, epistemologi berasal dari
bahasa yunani “episteme”, yang berarti ilmu, dan “logos” berarti ilmu sistematika atau teori,
uraian, dan alasan. Jadi epistemologi adalah teori tentang ilmu yang membahas ilmu dan
bagaimana memperolehnya, kemudian membahasnya secara mendalam (subtantif). Kendati ada
sedikit perbedaan dari pengertian-pengertian sebelumnya, tetapi pengertian ini telah menyajikan
pemaparan yang relatif lebih mudah dipahami.
Landasan epistemologi ilmu sering di sebut juga metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan
ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Jadi ilmu pengetahuan didapatkan melalui metode
ilmiah, tapi tidak semua ilmu disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Namun dikatakan juga oleh Mujamil
Qomar bahwa “metode ilmiah adalah gabungan antara metode induktif dan deduktif atau
“Perkawinan”
antara
rasionalisme
dengan
empirisme.”
Sehingga apabila ditinjau dari cara berfikir manusia, terdapat dua pola dalam memperoleh
pengetahuan, yaitu berfikir secara rasional yang mengembangkan paham rasionalisme dan berpikir
berdasarkan fakta yang mengembangkan paham empirisme. Jadi landasan yang utama adalah
mampu mengembangkan ilmu yang memiliki kerangkan penjelasan yang masuk akal dan
sekaligus mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. Sehingga dengan pemaduan metode induktif
dan deduktif ini, dapat mengatasi masing-masing kelemahan metode tersebut.
Akan tetapi, hal yang sangat mendasar berkaitan dengan landasan epistemologi itu sendiri
terletak pada worldview (pandangan hidup). Sebab, epistemologi dan worldview keduanya berada
dan bekerja dalam pikiran manusia. Oleh karenanya, epistemologi dan worldview mempunyai
hubungan yang sangat erat kaitannya. Ia bahkan dapat digambarkan sebagai lingkaran setan
(vicious circle), dimana yang satu dapat mempengaruhi yang lain. Jadi, bukan sekedar persoalan
rasonalisme-empirisme atau deduktif-induktif saja, jauh lebih mendasar lagi tentang hal yang
mendasari terhadap pola berfikir di dalam memperoleh pengetahuan tersebut baik secara rasionalempiris ataupun deduktif-induktif. Di sinilah kemudian yang akan menunjukkan bahwa ilmu
adalah merupakan hasil dari produk suatu pandangan hidup yang tidak serta merta bebas nilai,
namun sarat akan nilai.
Secara filsafati, epistemologi adalah ilmu untuk mencari hakikat dan kebenaran ilmu;
secara metode, berorientasi untuk mengantar manusia dalam memperoleh ilmu, dan secara sistem
berusaha menjelaskan realitas ilmu dalam sebuah hierarki yang sistematis. Epistemologi berusaha
memberi
definisi
ilmu
pengetahuan,
membedakan
cabang-cabangnya
yang
pokok,
mengidentifikasi sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya.” Apa yang bisa kita ketahui
dan bagaimana kita mengetahui” adalah masalah-masalah sentral epistemologi.
hakikatnya epistemologi merupakan gabungan antara barfikir rasional dan berfikir secara
empiris. Kedua cara berfikir tersebut dalam mempelajari gejala alam dalam menemukan
kebenaran, sebab secara epistemologis ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam
mempelajari alam, yakni pemikiran dan indera. Oleh sebab itulah epistemologi adalah usaha untuk
menafsir dan membuktikan bahwa kita mengetahui kenyataan yang lain dari diri sendiri . Jadi
hakikat epitemologi terletak pada metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau
deduktif dengan induktif), dengan kata lain hakikat epistemologi bertumpu pada landasannya,
karena lebih mecerminkan esensi dari epistemologi. Dari pemahaman ini memperkuat bahwa
epistemologi itu rumit, sebagaimana diungkapkan oleh Stanley M. Honer dan Thomas C. Hunt
bahwa “epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi.”
epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah. Sebagai teori pengetahuan ilmiah,
epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu
pengetahuan dalam membentuk dirinya. Secara global epistemologi berpengaruh terhadap
peradaban manusia, karena tidak mungkin satu peradaban akan bangkit tanpa didahului oleh tradisi
ilmu. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari ilmu filsafat dan ilmu murni sampai
ilmu sosial. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan
teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan
epistemologi.
Tidak ada bangsa yang merekayasa fenomena alam, sehingga mencapai kemajuan sains
dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan
alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk
sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi.
Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi
sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun
peradaban tersebut, maka epistemologi bukan hanya mungkin, melainkan mutlak untuk dikuasai.
Namun sayang sekali, sarjana-sarjana kontemporer, baik yang modernis maupun tradisionalis
tampaknya mengesampingkan peranan kunci yang bisa dimainkan oleh epistemologi dalam
membangun masyarakat. Epistemologi membekali seseorang yang menguasainya untuk menjadi
produsen, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, bisnis, maupun secara umum,
peradaban. Jadi, pengaruh epistemologi terhadap perkembangan kemajuan sebuah bangsa atau
peradaban sangatlah menentukan, sebab tidak ada suatu bangsa atau peradaban besar manapun, di
dunia ini yang maju tanpa didahului oleh tradisi ilmu, tak terkecuali peradaban Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam: Menguatkan Epistemologi Islam dalam Pendidikan
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 21
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (Bogor: IPB Press, 2016), hal. 91
Kurniawan, A. (2013). Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Perspektif epistEmologi
Filsafat Islam. Ulumuna, 17(1), 213-230.
Armas, Adnin, Islamisasi Ilmu Konsep dan Epistemologi, Malang: Islamic thought and
Civilization (ICON) forum, 2008.
MATERI KE 14: MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI
Aksiologi adalah bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
mempergunakan ilmunya. Aksiologi meliputi nilai kegunaan ilmu, penyelidikan tentang prinsipprinsip nilai. Secara etimologis istilah aksiologi berasal dari bahasa yunani kuno, yang terdiri dari
kata “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari nilai. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Berikut ini beberapa
definisi aksiologi menurut john sinclair, dalam lingkup kajaian filsafat nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, agama , dan sosial. Mempunyai rancangan bagaimana
tatanan, rancangan dan aturan sebagai suatu bentuk pengendali terhadap satu institusi dapat
terwujud. Menurut suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.
Aksiologi dibagi kepada tiga bagian menurut Sumantri, yaitu:
(1) Moral Conduct (tindakan moral), bidang ini melahirkan disiplin ilmu khusus yaitu “ilmu etika”
atau nilai etika.
(2) Esthetic Expression (Ekspresi Keindahan), bidang ini melahirkan konsep teori keindahan atau
nilai estetika.
(3) Sosio Political Live (Kehidupan Sosial Politik), bidang ini melahirkan konsep Sosio Politik
atau nilai-nilai sosial dan politik. Aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan
mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya
di dalam kepribadian manusia. Socrates berpendapat bahwa masalah yang pokok adalah
kesusilaan, tetapi semenjak masa hidup socrates masalah hakikat yang-baik senantiasa menarik
banyak kalangan dan dipandang bersifat hakiki serta penting untuk dapat mengenal manusia.
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut
kefilsafatan. Sejalan dengan itu, Sarwan menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat
tertinggi, realitas, dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan, dan kebenaran). Dengan demikian
aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika. Tetapi dewasa
ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam dialog filosofis. Jadi, aksiologi
bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian
tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan
tujuan (means and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk
perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good). Demikianlah aksiologi terdiri dari
analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan
atau menemukan suatu teori nilai. mengenai aksiologi dapat dijumpai dalam kehidupan seperti
kata-kata adil dan tidak adil, jujur dan tidak jujur. Salah satu yang mendapat perhatian adalah
masalah etika/kesusilaan dan dalam etika obyek materialnya adalah perilaku manusia yang
dilakukan secara sadar.
Sedangkan obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau
tidak bermoral dari suatu perbuatan atau perilaku manusia.
Aksiologi dalam pandangan aliran filsafat dipengaruhi oleh cara pandang dan pemikiran filsafat
yang dianut oleh masing-masing aliran filsafat, yakni :
1 . Pandangan Aksiologi Progresivisme Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah William
James (1842-1910), Hans Vahinger, Ferdinant Sciller, Georger Santayana, dan Jhon Dewey.
Menurut progressivisme, nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa. dengan demikian,
adanya pergaulan dalam masyarakat dapat menimbulkan nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi
yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, dan kecerdasan dan individu-individu. Dalam
hubungan ini kecerdasan merupakan faktor utama yang mempunyai kedudukan sentral.
Kecerdasan adalah faktor yang dapat mempertahankan adanya hubungan antara manusia dan
lingkungannya, baik yang terwujud sebagai lingkungan fisik maupun kebudayaan atau manusia.
Aliran filsafat progressivisme telah memberikan sumbangan yang besar terhadap ilmu karena telah
meletakkan dasar-dasar kemerdekaan, dan kebebasan kepada anak didik. Oleh karena itu, filsafat
ini tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Setiap pembelajar mempunyai akal dan kecerdasan
sebagai potensi yang dimilikinya yang berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Potensi tersebut
bersifat kreatif dan dinamis untuk memecahkan problema-problema yang dihadapinya. Oleh
karena itu sekolah harus mengupayakan pelestarian karakteristik lingkungan sekolah atau daerah
tempat sekolah itu berada dengan prinsip learning by doing (sekolah sambil berbuat). Tegasnya,
sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge (pemindahan pengetahuan),
melainkan juga sebagai transfer of value (pendidikan nilai-nilai) sehingga anak menjadi terampil
dan berintelektual. Aliran progressivisme ini bersifat based personal dan social experince sebagai
problem solving
2 . Pandangan Aksiologi Essensialisme
Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah Desiderius Erasmus, John Amos Comenius
(1592- 1670), John Locke (1632-1704), John Hendrick Pestalalozzi (1746- 1827), John Frederich
Frobel (1782-1852), Johann Fiedirich Herbanrth (1776-1841),dan William T. Horris (1835 1909).
Bagi aliran ini, nilai-nilai berasal dari pandangan- pandangan idealisme dan realisme karena aliran
essensialisme terbina dari dua pandangan tersebut. Aliran essensialisme berpandangan bahwa ilmu
pengetahuan harus berpijak pada nilai-nilai budaya yang telah ada sejak awal peradaban manusia.
Kebudayaan yang diwariskan kepada kita telah teruji oleh seluruh zaman, kondisi, dan sejarah.
Kesalahan kebudayaan modern sekarang menurut aliran ini ialah cenderung menyimpang dari
nilai- nilai yang diwariskan itu. Esessialisme memandang bahwa seorang pebelajar memulai
proses pencarian ilmu pengetahuan dengan memahami dirinya sendiri, kemudian bergerak keluar
untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju makrokosmo.
a. Teori Nilai Menurut Idealisme
Idealisme berpandangan bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos karena itu seseorang
dikatakan baik, jika banyak berinteraksi dalam pelaksanaan hukum-hukum itu. Menurut idealisme,
sikap, tingkah laku, dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan
buruk. Orang yang berpakaian serba formal seperti dalam upacara atau peristiwa lain yang
membutuhkan suasana tenang haruslah bersikap formal dan teratur. Untuk itu, ekspresi perasaan
yang mencerminkan adanya serba kesungguhan dan kesenangan terhadap pakaian resmi yang
dikenakan dapat menunjukkan keindahan pakaian dan suasana kesungguhan tersebut.
b. Teori Nilai Menurut Realisme
Menurut realisme, sumber semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan
hidupnya. Realisme memandang bahwa baik dan buruknya keadaan manusia tergantung pada
keturunan dan lingkungannya. Perbuatan seseorang adalah hasil perpaduan antara pembawapembawa fisiologis dan pengaruh-pengaruh lingkungannya George Santayana memadukan
pandangan idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan menyatakan bahwa “nilai” itu tidak
dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian, dan pengalaman seseorang
turut menentukan adanya kualitas. tertentu. Walaupun idealisme menjunjung tinggi asas otoriter
atau nilai-nilai, namun tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif menentukan nilai-nilai itu atas
dirinya sendir.
3. Pandangan Aksiologi Perenialisme
Tokoh utama aliran ini diantaranya Aristoteles (394 SM) St. Thomas Aquinas. Perenialisme
memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang
terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpangsiuran. Berhubung dengan itu dinilai
sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan
lingkungan sosial dan kultural yang lain. Sedangkan menyangkut nilai aliran ini memandangnya
berdasarkan asas-asas ‘supernatular‘, yakni menerima universal yang abadi. Dengan asas seperti
itu, tidak hanya ontologi, dan epistemolagi yang didasarkan pada teologi dan supernatural, tetapi
juga aksiologi. Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh potensi kebaikan dan keburukan yang ada
pada dirinya. Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam perenialisme, karena ia berdasarkan
pada asas supernatural yaitu menerima universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia. Jadi
hakikat manusia terletak pada jiwanya. Oleh karena itulah hakikat manusia itu juga menentukan
hakikat perbuatan-perbuatannya.
Parenialisme menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi yaitu nafsu, kemauan,
dan pikiran. Karena itu ilmu pengetahuan hendaknya berorientasi pada potensi itu dan kepada
masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat dapat terpenuhi. Sedangkan
Aristoteles lebih menekankan pada dunia kenyataan. Tujuan perolehan ilmu adalah kebahagiaan
untuk mencapai tujuan itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelektual harus dikembangkan secara
seimbang.
4. Pandangan Aksiologi Rekonstruksionisme
Aliran rekonstruksionalisme adalah aliran yang berusaha merombak kebudayaan modern. Sejalan
dengan pandangan perenialisme yang memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman
kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan,dan kesimpangsiuran. Aliran
rekonstruksionalisme dalam memecahkan masalah, mengembalikan kebudayaan yang serasi
dalam kehidupan manusia yang memerlukan kerja sama. Aliran rekonstruksionisme ingin
melakukan pembaharuan kebudayaan lama dan membangun kebudayaan baru melalui lembaga
dan proses ilmu pengetahuan melalui pendidikan. Perubahan ini dapat terwujud bila melalui usaha
kerja sama semua umat manusia atau bangsa-bangsa. Masa depan umat manusia adalah suatu
dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh
suatu golongan. Cita-cita demokrasi yang sebenarnya bukan hanya dalam teori melainkan harus
menjadi kenyataan, dan terlaksana dalam praktik. Hanya dengan demikian dapat pula diwujudkan
satu dunia yang dengan potensi-potensi teknologi mampu meningkatkan kesehatan, kesejahteraan,
kemakmuran, keamanan, dan jaminan hukum bagi masyarakat, tanpa membedakan warna kulit,
nasionalitas, kepercayaan, dan agama
C. Karakteristik dan Jenis-jenis Nilai Aksiologi
1. Karakteristik Nilai
Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teroi nilai, yaitu :
a) Nilai objektif atau subjektif
Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai; sebaliknya
nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek
yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik.
b) Nilai absolute atau berubah
Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak
masa lampau dan akan berlaku serta abash sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa
memperhatikan ras, maupun kelas social. Dipihak lain ada yang beranggapan bahwa semua nilai
relative sesuai dengan keinginan atau harapan manusia.
2. Jenis- jenis Nilai
Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2 yaitu:
a) Etika
Istilah etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah lain, para
ahli yang bergerak dalam bidang etika menyubutkan dengan moral, berasal dari bahasa Yunani,
juga berarti kebiasaan. Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang
nilai, ilmu kesusilaan yang meuat dasar untuk berbuat susila. Sedangkan moral pelaksanaannya
dalam kehidupan. Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbutan manusia.
Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku
manusia. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat- pendapat
spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita
tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk
mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal
menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan
sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu
ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain
yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika
melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
b) Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman
kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang
dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola dan bentuk. Estetika adalah salah satu cabang filsafat.
Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk,
dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah
sebuah filosofi yang mempelajari nilai- nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Esetetika berasal dari Bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike. Pertama kali digunakan oleh
filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa
dirasakan lewat perasaan. Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam
membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir.
Dalam masyarakat akan turut memengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada
masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada
masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya.
Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna
dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda. Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa
keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat
terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam
penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi
standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan
dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata
memperlihatkan keindahan.
Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan mengintegrasikan nilai
tersebut dalam kehidupan manusia dan membinakannya dalam kepribadian peserta didik. Memang
untuk menjelaskan apakah yang baik itu, benar, buruk dan jahat bukanlah sesuatu yang mudah.
Apalagi, baik, benar, indah dan buruk, dalam arti mendalam dimaksudkan untuk membina
kepribadian ideal anak, jelas merupakan tugas utama pendidikan. Pendidikan harus memberikan
pemahaman/pengertian baik, benar, bagus, buruk dan sejenisnya kepada peserta didik secara
komprehensif dalam arti dilihat dari segi etika, estetika dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilainilai itu terintegrasi dan saling berinteraksi. Nilai-nilai di dalam rumah tangga/keluarga, tetangga,
kota, negara adalah nilai-nilai yang tak mungkin diabaikan dunia pendidikan bahkan sebaliknya
harus mendapat perhatian. Ajaran Islam merupakan perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup
secara Islami, sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Aksiologi Pendidikan Islam berkaitan dengan
nilai- nilai, tujuan, dan target yang akan dicapai dalam pendidikanIslam. Sedangkan tujuan
Aksiologi dalam Pendidikan pendidikan Islam menurut Abuddin Nata adalah untuk mewujudkan
manusia yang shaleh, taat beribadah dan gemar beramal untuk tujuan akherat
Aksiologi bagi ilmu dan teknologi Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah
tentang aspek dan dimensi pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan manusia. Pemahaman
tersebut secara potensial dapat dipergunakan untuk lebih mengembangkan konsep-konsep ilmiah
pendidikan, baik dalam arti meningkatkan mutu (validitas dan signifikan) konsep-konsep ilmiah
pendidikan yang telah ada, maupun melahirkan atau menciptakan konsep-konsep baru, yang secara
langsung dan tidak langsung bersumber pada konsep-konsep ilmiah pendidikan yang telah ada.
Dengan kata lain, pemahaman terhadap konsep-konsep ilmiah pendidikan secara potensial
mempunyai nilai kegunaan untuk mengembangkan isi dan metode ilmu pendidikan,
mengembangkan mutu professional teoretikus dan praktisi pendidikan.
Aksiologi Kegunaan bagi praktek pendidikan Pemahaman tenaga kependidikan secara
konprehensif dan sistematis turut serta dalam menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam
melakukan tugas-tugas profesionalnya. Hal ini terjadi karena konsep-konsep ilmiah pendidikan
menerangkan prinsip-prinsip bagaimana orang melakukan pendidikan. Penguasaan yang mantap
terhadap konsep-konsep ilmiah pendidikan memberikan pencerahan tentang bagaimana
melakukan tugas-tugas profesional pendidikan. Apabila hal ini terjadi, maka seorang tenaga
pendidikan akan dapat bekerja konsisten dan efisien, karena dilandasi oleh prinsip-prinsip
pendidikan yang jelas terbaca dan kokoh. Tindakan tindakannya akan menunjukan arah yang lebih
jelas, dan bentuknya pun tidak asal-asalan, tetapi lebih terpola yang dipilih berdasarkan
pertimbangan prinsip-prinsip pendidikan yang diyakini dan dianutnya.
Akslologi ilmu meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material.
Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatuconditio sine qua
nonyang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam
menerapkan ilmu.Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada
Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etikdan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi
kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti
maknanya bagi kehidupan.
Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, khususnya kajian
tentang nilai-nilai etika. Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat.
Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga
bisa menjadi bencana bagi manusia. Di sinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus
diperhatikan sebaik-baiknya. Dalam filsafat penerapan teknologi meninjaunya dari segi aksiologi
keilmuan. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan
yang dapat dipakai untuk kemaslahatan manusia atau sebaliknya dapat pula disalahgunakan seperti
nuklir dan rekayasa genetika.
Suriasumantri (1990) mendefinisikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Aksiologi dalam Kamus Bahasa Indonesia (1995)
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya
etika. Menurut Wibisono seperti yang dikutip Surajiyo (2007), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai
tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta
penerapan ilmu. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan
dengan value and valuation.Bramel seperti yang dikutip Amsal (2009) membagi aksiologi dalam
tiga bagian, yakni moral conduct, estetic expression, dan socio-political life. Moral Conduct, yaitu
tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika. Estetic expression, yaitu
ekspresi keindahan yang mana bidang ini melahirkan keindahan. Dan terakhir yang mebidani
lahirnya filsafat kehidupan sosial politik.
Moral dalam KBBI (2003) didefinisikan sebagai ajaran tentang baik buruk yang diterima
umum mengenai akhlak; akhlak dan budi pekerti; kondisi mental yang mempengaruhi seseorang
menjadi tetapbersemangat, berani, disiplin, dan sebagainya. Suseno (1993) mengatakan bahwa
moral selalu mengacu pada baik dan buruknya manusia sebagai manusia. Baik buruk di sini tidak
merujuk profesi/pekerjaan manusia itu sendiri sebagai dosen, guru, pemain bulu tangkis, atau
sebagai ustad/ustadah; tetapi sebagai manusia.Ada yang mendefinisikan etika dan moral sebagai
teori mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal.
Moral adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia (baik dan buruk) menurut situasi yang
tertentu. Fungsi etika itu ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku perbuatan manusia
(baik dan buruk) akan tetapi dalam praktiknya etika banyak sekali mendapatkan kesukarankesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidaklah sama
(relatif) yaitu tidal terlepas dari alam masing masing. Namun demikian etika selalu mencapai
tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum atau dapat diterima
oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti
pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh
etika.
Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral (suara
batin) dari norma-norma dan konsep-konsep etis secara deskriptif (Hamersma, 1985; Rapar, 1996).
Pengalaman moral di sini memiliki arti luas, misalnya adat istiadat, anggapan tentang baik dan
buruk, tindakan yang diperbolehkan ataupun tidak. Semuanya dideskripsikan secara ilmiah dan ia
tidak memberikan penilaian. Karenanya, etika deskriptif ini tergolong dalam bidang ilmu
pengetahuan empiris serta terlepas dari filsafat. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, etika
deskripsi berupaya untuk menemukan dan menjelaskan kesadaran, keyakinan, dan pengalaman
moral dalam suatu kultur maupun subkultur. Dalam hal ini etika deskriptif berhubungan erat
dengan sosiologi, antropologi, psikologi, maupun sejarah.
Etika normatif sering disebut filsafat moral (moral philosophy) atau etika filsafati
(philosophical ethics). Etika normatif dibagi ke dalam dua teori, yaitu teori-teori nilai (theories of
value) dan teori-teori keharusan (theories of obligtion).Teori-teori nilai mempersoalkan sifat
kebaikan. Sifat teori ini ada dua, yakni monistis dan pluralistis. Yang termasuk dalam kategori
monistis adalah hedonisme spiritualistis maupun hedonistis materialistis sensualistis. Sedangkan
teori teori keharusan membahas tingkah laku. Teori-teori yang tergolong dalam theories of
obligationadalah aliran egoisme dan formalisme.
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang berasal dari
kata Yunani yaitu aisthetika atau aisthesis. Kata tersebut berarti hal-hal yang dapat dicerap dengan
indera atau cerapan indera. Estetika sebagai bagian dari aksiologi selalu membicarakan
permasalahan, pertanyaan, dan isu-isu tentang keindahan, ruang lingkupnya, nilai, pengalaman,
perilaku pemikiran seniman, seni, serta persoalan estetika dan seni dalam kehidupan manusia
(Wiramiharja, 2006).
Pada zaman Yunani Kuno, filsafat keindahan yang saat ini lebih banyak dianggap sebagai
bagian dari aksiologi, lebih banyak dibicarakan dalam metafisika karena sifatnya yang abstrak.
Tokoh yang membicarakan estetika di masa itu adalah Sokrates dan Plato. Plato berpendapat
bahwa seni (art) adalah keterampilan untuk memproduksi sesuatu. Hasil seni adalah sebuah tiruan
(imitasi). Lukisan merupakan contoh dari hasil seni yang berupa tiruan tentang alam atau sesuatu
yang ideal. Karya seni merupakan tiruan yang ada dalam dunia ide dan tidak memiliki sifat yang
sempurna. Seni bagi Plato tidaklah penting karena tidak memiliki pengaruh terhadap kehidupan
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Fithriani, F. (2019). IMPLIKASI AKSIOLOGI DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN.
Intelektualita, 5(1).
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakata: Kencana, 2008), hlm. 2
Aksiologi dalam Pendidikan| 11
Abadi, T. W. (2016). Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika. KANAL: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 4(2), 187-204.
Download