BAB I PENDAHULUAN Demam berdarah dengue yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypty masih merupakan masalah kesehatan penting di dunia. Di Indonesia, demam berdarah dengue mulai dikenal pertama kali pada tahun 1968 di DKI Jakarta dan Surabaya, dan terus menyebar ke seluruh tiga puluh tiga provinsi di Indonesia.1 Pada tahun 2008 didapatkan angka kesakitan 58,85/100.000 penduduk. Angka kematian menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak tahun 2000, dan pada tahun 2008 angka kematian menurun menjadi 0,86%. Semua serotipe virus dengue ditemukan di Indonesia, namun serotipe virus DEN-3 masih dominan menyebabkan kasus dengue yang berat dan fatal.1 Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) dan demam berdarah dengue disertai syok (dengue shock syndrome = DSS). Gambaran manifestasi klinis bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung es, DBD dan DSS sebagai kasus yang dirawat di rumah sakit merupakan puncak gunung es yang kelihatan diatas permukaan laut, sedangkan kasus dengue ringan (silent dengue infection dan demam dengue) merupakan dasarnya.2,3 Pertolongan yang cepat dan tepat sangat membantu penyelamatan hidup pada kasus kegawatan demam berdarah dengue. Disfungsi sirkulasi atau syok pada DBD, dengue shock syndrome (DSS), disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskular yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya perfusi organ. Pemberian cairan resusitasi yang tepat dan adekuat pada fase awal syok merupakan dasar utama pengobatan DSS. Prognosis kegawatan DBD tergantung pada peengenalan, pengobatan yang tepat segera dan pemantauan ketat syok. Oleh karena itu peran dokter sangat membantu untuk menurunkan angka kematian.4 1 KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : An. A Umur : 7 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Tanggal Masuk : 3 Oktober 2016 ANAMNESIS Keluhan Utama : Panas Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien masuk dengan keluhan panas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, panas terus menerus, panas turun dengan pemberian obat penurun panas namun kemudian panas naik lagi. Panas tidak disertai menggigil dan keringat, kejang tidak ada, mimisan tidak ada. Selain itu, pasien juga mengeluh sakit kepala selama demam. Batuk (+), Flu (+), sesak (-), mual (+), muntah (+) 1x pada malam hari sebelum masuk rumah sakit berisi makanan. BAB lancar, BAK lancar Riwayat Penyakit Dahulu : Menurut keluarga, pasien pernah menderita demam seperti sekarang namun tidak dirawat dirumah sakit. Riwayat Penyakit Keluarga : Anak tetangga sementara menderita keluhan yang sama Riwayat Sosial-ekonomi : Pasien berasal dari keluarga menengah ke-atas Riwayat Kehamilan dan Persalinan : Pasien lahir di rumah sakit secara spontan, dengan usia kehamilan cukup bulan. Orang tua 2 pasien mengaku rutin melakukan pemeriksaan antenatal care selama masa kehamilan. Anamnesis Makanan : ASI diberikan dari usia 0 sampai 1 tahun. Susu formula diberikan mulai usia 6 bulan. Bubur saring diberikan mulai usia 4 bulan Riwayat Imunisasi : Lengkap PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis Berat Badan : 19 kg Tinggi Badan : 104 cm Status Gizi CDC : 111% Overweight Tanda Vital : Denyut Nadi Kulit : 115 x/menit Respirasi : 26 x/menit Suhu : 38,5°C Tekanan Darah : 100/70 mmHg : Warna sawo matang, Ruam (-), Turgor < 2 detik, Rumple Leed Test (-), Kepala : Normosefal, rambut hitam, tidak mudah dicabut Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks kornea kesan normal, refleks cahaya normal, tidak cekung, edem palpebral (+) Hidung : Rhinorrhea (-), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-) Mulut : Sianosis (-), mukosa bibir kering(+), Tonsil T1/T1 tidak hiperemia Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid 3 Paru Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi (-) Palpasi : Vocal fremitus kanan sama dengan kiri Perkusi : Sonor pada lapang paru kanan dan kiri Auskultasi : Suara napas bronkovesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-) Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis pada SIC V misclavicula sinistra Perkusi : Batas atas pada SIC II para sternal sinistra, Batas kiri jantung pada SIC V midclavicula sinistra Batas kanan pada SIC IV para sternal dextra Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop Abdomen Inspeksi : Datar. Tidak tampak sikatrik, dan tidak tampak massa Auskultasi : Peristaltik usus (+), kesan normal Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Genitalia : Dalam batas normal Anggota Gerak : Akral hangat, kekuatan otot normal, tidak dijumpai edema Punggung : Deformitas (-), Tidak skoliosis, Lordosis, maupun Kifosis PEMERIKSAAN PENUNJANG 3 Oktober 2016 Laboratorium: Reaksi Widal Jenis Pemeriksaan Hasil Salmonella Typhi O : 1/80 4 Salmonella Typhi H : 1/80 Salmonella Paratyphi AH : 1/40 Salmonella Paratyphi BH : 1/40 RESUME Pasien anak laki-laki usia 7 tahun, berat badan 19 kg, panjang badan 104 cm, datang dengan keluhan panas sejak 3 hari yang lalu. Panas terus menerus, turun dengan obat penurun panas namun naik kembali. Panas tidak disertai menggigil dan keringat, kejang tidak ada, mimisan tidak ada. Selain itu, pasien juga mengeluh sakit kepala selama demam. Batuk (+), Flu (+), sesak (-), mual (+), muntah (+) 1x pada malam hari sebelum masuk rumah sakit. BAB lancar, BAK lancar Pada pemeriksaan fisik didapat keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda vital, Nadi 115 x/menit, Respirasi 26 x/menit, Suhu 38,5°C, dan Tekanan Darah 100/70 mmHg. Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil reaksi widal normal. DIAGNOSIS: Diagnosa Kerja : Demam Dengue TERAPI: Terapi UGD - IVFD Asering 16 tpm - Ceftriaxone 300mg/12jam - Dexametasone 1,2mg/8jam - Paracetamol syrup 3x1 cth Advice dr. Alwi - IVFD Asering 24 tpm - Cetriaxone 500mg/12jam - Dexametasone 2,5mg/8jam - Paracetamol syrup 3x2 cth 5 ANJURAN Pemeriksaan Darah Lengkap Pemeriksaan Serologi Dengue Anti IgM dan Dengue Anti IgG FOLLOW UP Follow Up Hari-1 4 Oktober 2016 S : Demam (+) Demam hari ke-4, Pusing (+), Batuk (+), Sesak (-), Mual (-), Muntah (-), Nafsu makan (-), BAB lancar, BAK lancar O : Suhu : 38,3°C Nadi : 112 x/menit Pernafasan : 24 x/menit Tekanan Darah : 100/70 mmHg Kepala Bentuk : Normosefal Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), edem palpebra (+) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-) Paru-paru Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral, retraksi (-), Palpasi : Vocal fremitus bilateral kesan normal Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen Inspeksi : Tampak cembung Auskultasi : Terdengar peristaltik usus (+), kesan normal Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen Palpasi : Nyeri tekan (-), Organomegali (-) Ekstremitas Akral hangat, edema (-) 6 A : Demam Dengue P : IVFD Asering 24 tpm Injeksi Ceftriaxone 500mg/12jam/IV Injeksi Dexametason 2,5mg/8jam/IV Paracetamol Syr. 3x2 cth Elkana Cl Syr. 1x1 cth Follow Up Hari-2 5 Oktober 2016 S : Demam (-) Bebas panas hari-1, Pusing (+), Batuk (+) berlendir, Sesak (-), Mual (+), Muntah (+) muntah darah, Nafsu makan (-), BAB tidak lancar, BAK lancar O : Suhu : 36,6°C Nadi : 110 x/menit Pernafasan : 26 x/menit Tekanan Darah : 90/60 mmHg Kepala Bentuk : Normosefal Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), edem palpebral (+) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-) Paru-paru Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral, retraksi (-), Palpasi : Vocal fremitus bilateral kesan normal Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen Inspeksi : Tampak membengkak Auskultasi : Terdengar peristaltik usus (+), kesan normal Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen Palpasi : Nyeri tekan (-), Organomegali (-) 7 Ekstremitas Akral hangat, edema ekstremitas bawah dan palpebral Hasil Pemeriksaan Darah Jenis Komponen Nilai Hasil Nilai Rujukan Satuan Red Blood Cell 4.2 4.70 – 6.10 106/mm3 Hemoglobin 10.9 14 – 18 g/dL Hematokrit 31.2 42 – 52 % Platelet 127 150 - 450 103/mm3 White Blood Cell 6.4 4.8 – 10.8 103/mm3 A : Demam Dengue P : IVFD Asering 24 tpm Injeksi Ceftriaxone 500 mg/12 jam/IV Injeksi Ranitidin ½ amp/12 jam/IV Injeksi Ondansentron ½ amp/8 jam/IV Paracetamol Syr. 3x2 cth Elkana Cl Syr. 1x1 cth Anjuran: Foto Polos Abdomen Follow Up Hari-3 6 Oktober 2016 S : Demam (-) Bebas panas hari-2, Pusing (+), Batuk (+) berlendir, Sesak (-), Mual (+), Muntah (+) muntah darah 4x, ± 1 cc tiap muntah, Nafsu makan (-), BAB tidak lancar, BAK lancar O : Suhu : 36,5°C Nadi : 108 x/menit RR : 24 x/menit Tekanan Darah : 90/60 mmHg Kepala Bentuk : Normosefal 8 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), edem palpebral (+) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-) Paru-paru Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral, retraksi (-), Palpasi : Vocal fremitus bilateral kesan normal Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen Inspeksi : Tampak membengkak Auskultasi : Terdengar peristaltik usus (+), kesan menurun Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen Palpasi : Nyeri tekan (-), Organomegali (-) Ekstremitas Akral hangat, edema (-) Hasil Pemeriksaan Foto Polos Abdomen (06 Oktober 2016) Distribusi udara sampai distal colon Tidak tampak dilatasi loop usus Fecal mass pada colon sigmoid dan descendens Preperitoneal fat line intak, psoas line tidak tervisualisasi Tulang-tulang intak Kesan: Fecal mass A : Demam Dengue P : O2 1-2 lpm IVFD Asering + Adona 25mg 24 tpm Injeksi Ceftriaxone 500 mg/12 jam/IV Injeksi Ranitidin ½ amp/12 jam/IV Injeksi Transamin ½ amp/8 jam/IV Injeksi Ondansentron ½ amp/8 jam/IV Anjuran: - USG Abdomen 9 - Kontrol Darah Lengkap Follow Up Hari-4 7 Oktober 2016 S : Demam (-) Bebas panas hari-3, Pusing (+), Batuk (+) berlendir, Sesak (-), Mual (-), Muntah (-), Nafsu makan (-), BAB tidak lancar, BAK lancar O : Suhu : 36,3°C Nadi : 112 x/menit Pernafasan : 28 x/menit Tekanan Darah : 90/60 mmHg Kepala Bentuk : Normosefal Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), edem palpebral (+) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-) Paru-paru Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral, retraksi (-), Palpasi : Vocal fremitus bilateral kesan normal Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen Inspeksi : Tampak cembung Auskultasi : Terdengar peristaltik usus (+), kesan menurun Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen Palpasi : Nyeri tekan (-), Organomegali (-) Ekstremitas Akral hangat, edema (-) 10 Hasil Pemeriksaan Darah (06 Oktober 2016) Jenis Komponen Nilai Hasil Nilai Rujukan Satuan Red Blood Cell 2.8 4.70 – 6.10 106/mm3 Hemoglobin 7.2 14 – 18 g/dL Hematokrit 20.4 42 – 52 % 64 150 - 450 103/mm3 16.2 4.8 – 10.8 103/mm3 Platelet White Blood Cell Hasil USG Abdomen Tampak echo cairan bebas dalam cavum peritoneum dan cavum pleura bilateral Kesan: Ascites Efusi pleura bilateral A : Demam Berdarah Dengue P : O2 1-2 lpm IVFD Asering + Adona 25mg 24 tpm Injeksi Ceftriaxone 500 mg/12 jam/IV Injeksi Ranitidin ½ amp/12 jam/IV Injeksi Transamin ½ amp/8 jam/IV Injeksi Ondansentron ½ amp/8 jam/IV Follow Up Hari-5 8 Oktober 2016 S : Demam (-) Bebas panas hari-4, Pusing (+), Batuk (+) berlendir, Sesak (-), Mual (-), Muntah (-), Nafsu makan (+), BAB tidak lancar, BAK lancar O : Suhu : 36,5°C Nadi : 110 x/menit Pernafasan : 25 x/menit Tekanan Darah : 100/70 mmHg 11 Kepala Bentuk : Normosefal Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-) Paru-paru Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral, retraksi (-), Palpasi : Vocal fremitus bilateral kesan normal Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen Inspeksi : Tampak cembung Auskultasi : Terdengar peristaltik usus (+), kesan menurun Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen Palpasi : Nyeri tekan (-), Organomegali (-) Ekstremitas Akral hangat, edema (-) Hasil Pemeriksaan Darah Rutin Jenis Komponen Nilai Hasil Nilai Rujukan Satuan Red Blood Cell 4.12 4.00 – 5.40 106/mm3 Hemoglobin 11.2 11.5 – 14.5 g/dL Hematokrit 32.8 37.0 – 45.0 % Platelet 115 200 - 400 103/mm3 White Blood Cell 25.3 4.5 – 13.5 103/mm3 A : Demam Berdarah Dengue P : IVFD Asering + Adona habiskan, selanjutnya Asering 16 tpm, Adona stop Injeksi Ranitidin ½ amp/12 jam/IV Puyer Batuk : - Salbutamol 2 mg - Ambroxol 9 mg 3x1 pulv - Mebhidrolin 15 mg Cefixime Syr. 2x¾ cth 12 Follow Up Hari-6 9 Oktober 2016 S : Demam (-) Bebas panas hari-5, Pusing (+), Batuk (+) berlendir, Sesak (-), Mual (-), Muntah (-) , Nafsu makan (-), BAB tidak lancar, BAK lancar O : Suhu : 36°C Nadi : 110 x/menit Pernafasan : 28 x/menit Tekanan Darah : 100/70 mmHg Kepala Bentuk : Normosefal Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-) Paru-paru Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral, retraksi (-), Palpasi : Vocal fremitus bilateral kesan normal Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen Inspeksi : Tampak cembung, Auskultasi : Terdengar peristaltik usus (+), kesan menurun Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen Palpasi : Nyeri tekan (-), Organomegali (-) Ekstremitas Akral hangat, edema (-) A : Demam Berdarah Dengue P : Cefixime Syr. 2x¾ cth Puyer batuk 3x1 Elkana Cl Syr. 1x1 cth 13 Follow Up Hari-7 10 Oktober 2016 S : Demam (-) Bebas demam hari ke-7, Pusing (-), Batuk (+) berlendir, Sesak (-), Mual (-), Muntah (-), Nafsu makan (+), BAB tidak lancar, BAK lancar O : Suhu : 36,5°C Nadi : 108 x/menit Pernafasan : 24 x/menit Tekanan Darah : 90/60 mmHg Kepala Bentuk : Normosefal Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-) Bibir : Sianosis (-), Kering (-) Paru-paru Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral, retraksi (-), Palpasi : Vocal fremitus bilateral kesan normal Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen Inspeksi : Tampak cembung, Auskultasi : Terdengar peristaltik usus (+), kesan menurun Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen Palpasi : Nyeri tekan (-), Organomegali (-) Ekstremitas Akral hangat, edema (-) A : Demam Berdarah Dengue P : Cefixime Syr. 2x¾ cth Puyer batuk 3x1 Elkana Cl Syr. 1x1 cth 14 DISKUSI Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Transmisi virus tergantung dari faktor biotik dan abiotik. Termasuk dalam faktor biotik adalah faktor virus, vektor nyamuk dan pejamu manusia; sedangkan faktor abiotik adalah suhu lingkungan, kelembaban dan curah hujan.1 Secara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi berbagai komponen dari respon imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara terintegrasi. Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue yaitu sel dendrit, monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit. Akibat interaksi tersebut akan dikeluarkan berbagai mediator antara lain sitokin, peningkatan aktivitas sistem komplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila aktivasi sel imun tersebut berlebihan, akan diproduksi sitokin (terutama proinflamasi), kemokin dan mediator inflamasi lain dalam jumlah banyak. Akibat produksi berlebih dari zat-zat tersebut akan menimbulkan berbagai kelainan yang akhirnya menimbulkan berbagai bentuk dan gejala infeksi virus dengue.1 Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan demam dengue (DD) sebagai infeksi dengue ringan; sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue. Perembesan plasma sebagai akibat plasma leakage merupakan tanda patognomonik DBD, sedangkan kelainan organ lain serta manifestasi yang tidak lazim dikelompokkan ke dalam expanded dengue syndrome atau isolated organopathy. Secara klinis, DD dapat disertai dengan perdarahan atau tidak, sedangkan DBD dapat disertai syok atau tidak. Berikut spektrum klinis infeksi virus dengue:5 15 Gambar 3.1 Kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011 Virus dengue termasuk dalam genus falvivirus, famili Flaviviridae yang mempunyai 4 serotipe yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue dilakukan sejak tahun 1975, di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun.4 Pada kasus ini tergolong ke dalam demam berdarah dengue karena adanya perembesan plasma dengan adanya edema palpebra dan perubahan pada perut anak yang mengalami asites yang menunjukkan terjadinya akumulasi cairan akibat kebocoran plasma, juga didapatkan gejala demam tinggi yang timbul mendadak, terus-menerus, dan tetangga pasien juga ada yang mengalami keluhan panas. Pada pemeriksaan lab terdapat peningkatan konsentrasi hematokrit dan trombositopenia serta adanya perdarahan yaitu muntah darah. 16 Secara teori diagnosis klinis demam berdarah dengue dapat ditegakkan apabila ditemukan gejala demam ditambah dua atau lebih tanda dan gejala lain, ditambahkan bukti perembesan plasma dan trombositopenia seperti:1 1) Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, kontinu 2) Manifestasi perdarahan baik spontan seperti peteki, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji torniquet positif 3) Nyeri kepala, mialgia, atralgia, nyeri retroorbital 4) Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, atau sekitar rumah 5) Hepatomegali 6) Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda/gejala: a. Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari pemeriksaan awal atau dari data populasi menurut umur b. Ditemukan adanya efusi pleura, ascites c. Hipoalbuminemia, hipoproteinemia 7) Trombositopenia < 100.000/mm3 Perlu mendapat perhatian bahwa yang disebut mendadak adalah tidak didahului oleh demam ringan, seperti misalnya anak pulang sekolah belum demam, kemudian tidur, bangun tidur anak menderita demam tinggi di atas 38,5°C. Masalah yang timbul dalam menilai pola demam ini adalah tidak selalu orang tua mengukur tingginya demam dan pengaruh pemberian obat penurun panas oleh orang tua. Tingginya demam dapat diperkirakan melalui pertanyaan mengenai akibat demam terhadap pasien, seperti anak rewel/gelisah, kulit kemerahan terutama wajah (flushing) dan fotofobia.1 Anak yang dicurigasi DBD maka harus diperhatikan beberapa hal seperti minum, jumlah urin sesuai dengan teori yaitu warning sign:1 1) Demam turun tetapi keadaan anak memburuk 2) Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen 3) Muntah yang menetap 4) Letargi, gelisah 5) Perdarahan mukosa 17 6) Pembesaran hati 7) Akumulasi cairan 8) Oliguria Pemeriksaan Lab 1) Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat jumlah trombosit 2) Hematokrit awal tinggi Tatalaksana dengue sesuai dengan perjalanan penyakit yang terbagi atas 3 fase yakni fase demam, fase kritis dan fase penyembuhan. Pada fase demam hanya diperlukan pengobatan simtomatik dan suportif. Pada kasus ini pasien masuk rumah sakit pada hari ketiga dan masih demam. Keadaan ini masih termasuk dalam fase demam. Pada fase demam, pengobatan yang diberikan adalah simtomatik berupa pemberian parasetamol dengan dosis 10-15 mg/kgBB/dosis yang dapat diulang setiap 6 jam. Cairan intravena diberikan apabila terlihat kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan Hematokrit 10-20% atau pasien tidak mau makan dan minum melalui oral. Pada pasien ini diberikan cairan intravena berupa asering karena telah memenuhi indikasi pemberian yaitu Demam Berdarah Dengue. Pemberian cairan diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan secara bertahap sesuai alur penanganan demam dengue atau demam berdarah dengue. Selain itu diberikan terapi suportif berupa kompres hangat dan anak dianjurkan untuk cukup minum, boleh air putih atau teh, namun lebih baik jika diberikan cairan yang mengandung elektrolit seperti jus buah, oralit atau air tajin. Tanda kecukupan cairan adalah diuresis setiap 4-6 jam. Pada pasien DBD dapat terjadi perdarahan spontan, salah satunya pada saluran cerna. Pemberian antitukak pada kasus ini yaitu ranitidin untuk mencegah terjadinya perdarahan spontan pada saluran cerna.1 Pada fase kritis, pemberian cairan sangat diperlukan yaitu kebutuhan rumatan + deficit, disertai monitor keadaan klinis dan laboratorium setiap 4-6 jam. Banyak ditemukan klinis pasien dengan peningkatan hematokrit yang belum berarti namun dikhawatirkan merupakan fase awal DBD, maka volume cairan 18 yang diberikan cukup rumatan atau sesuai kebutuhan. Kebutuhan cairan berdasarkan berat badan ideal.1 Tabel 3.1 Cairan yang dibutuhkan berdasarkan berat badan BB Ideal (kg) Rumatan (mL) Rumatan + Defisit 5% (mL) 5 500 750 10 1000 1500 15 1250 2000 20 1500 2500 25 1600 2850 30 1700 3200 Pada fase penyembuhan diperlukan cairan rumatan atau cairan oral, serta monitor setiap 12-24 jam.1 Maka pasien dengan gejala DD atau DBD harus dipantau terutama dengan beberapa gejala warning sign, pemantauan yang dilakukan antara lain: 1) Selama perawatan pantau keadaan umum pasien, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan tanda peringatan seperti yang ada pada warning sign 2) Perfusi perifer, harus sering dilakukan untuk mendeteksi awal gejala syok 3) Tanda-tanda vital, seperti suhu, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan tekanan darah harus dilakukan setiap 2-4 jam sekali. 4) Pemeriksaan Hct awal dilakukan sebelum resusitasi cairan atau pemberian IV 5) Volume urin ditampung minimal 8-12 jam dan diupayakan jumlah urin >1 mL/kgBB/jam. Pada pasien dengan resiko tinggi, misalnya obesitas, bayi, ibu hamil, komorbid (diabetes mellitus, hipertensi, thalassemia, sindrom nefrotik dan lain-lain) diperlukan pemeriksaan laboratorium atas indikasi. 6) Pantau: darah perifer lengkap, kadar gula darah, uji fungsi hari dan sistem koagulasi sesuai indikasi 7) Apabila diperlukan pemeriksaan radiologi untuk mendeteksi adanya efusi pleura, pemeriksaan yang diminta adalah foto radiologi dada dengan posisi lateral kanan dekubitus (right lateral decubitus) 19 8) Periksa golongan darah 9) Pemeriksaan lain atas indikasi, misalnya ultrasonografi abdomen, EKG dan lainnya. Setelah fase kritis terlampaui yaitu sekitar hari ke-6-7 sakit, pasien akan masuk dalam fase penyembuhan. Cairan intravena tetap harus diberikan sesuai kebutuhan agar sirkulasi intravaskular tetap memadai.6 Pada kasus ini, dapat terlihat pasien mengalami pembengkakan perut sehingga terdapat adanya kecurigaan asites yang menandakan adanya kebocoran plasma dan dilakukannya pemeriksaan radiologi. Hal ini disebabkan karena infeksi dengue dapat menginduksi maturasi sel dendrit. Melalui sel dendrit virus Dengue dapat memicu ekspresi enzim-enzim matrix metalloprotease, MMP-2 dan MMP-9, meningkatkan permeabilitas yang berakibat kebocoran plasma dan perdarahan. Perlakuan sel-sel endotel umbilikus manusia dengan pembiakan selsel dendrit yang terinfeksi juga menunjukkan kenaikan permeabilitas, berkaitan dengan turunnya respon Platelet Endothelial Cell Adhesion Molecule-1, ekspresi VE-cadherin, dan reorganisasi dari F-actin. Isolasi jaringan kulit menunjukkan bahwa sel dendrit dapat pula terinfeksi lokal oleh inokulasi virus Dengue. Aktivitas sel T lebih tinggi pada DBD dibanding pada demam Dengue; menunjukkan bahwa pada infeksi sekunder sel T CD8+ spesifik berjumlah lebih banyak dari infeksi sebelumnya. Sitokin dan kemokin yang diinduksi oleh sel-sel T berdampak pada permeabilitas vaskuler sebagai penyebab kebocoran plasma DBD.6 Komplikasi pada infeksi dengue adalah: 1) Kelebihan cairan Kelebihan cairan dapat ditemukan saat fase kritis dan fase konvalesens. Hal ini serius karena dapat menyebabkan edema paru atau gagal jantung yang akan menyebabkan gagal napas dan kematian. Untuk mencegah hal ini, harus dilakukan monitor ketat dengan memantau pemberian cairan intravena dari minimal sampai rumatan.1 2) Perdarahan masif 20 Adanya aktivasi koagulasi yang luas menyebabkan pembentukan fibrin intravaskular dan oklusi pembuluh darah kecil yang mengakibatkan timbulnya trombosis. Peningkatan penggunaan trombosit menyebabkan makin menurunnya jumlah trombosit dan faktor pembekuan sehingga memicu perdarahan hebat.1 3) Kelainan ginjal Gagal ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal syok, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diatasi dengan mengisi intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan >1 ml/kgBB/jam. Oleh karena itu, jika syok belum teratasi dengan baik sedangkan volume cairan telah dikurangi, dapat terjadi acute kidney failure (AKI), ditandai dengan penurunan jumlah urin, dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.1 Penderita dapat dipulangkan apabila dalam 24 jam tidak terdapat demam tanpa antipiretik, kondisi klinis membaik, nafsu makan baik, nilai hematokrit stabil, tiga hari setelah syok teratasi jika syok, tidak ada sesak napas atau takipnea, dan jumlah trombosit ≥50.000/mm3.6 Pencegahan infeksi virus dengue bertujuan untuk memutus rantai penularan. Hal ini dapat dicapai dengan cara: 1. Menggunakan insektisida: a. Malathion (adultisida) dengan pengasapan b. Temephos (larvasida) dimasukkan ketempat penampungan air bersih 2. Tanpa Insektisida: a. Menguras bak mandi dan tempat penampungan air bersih minimal 1x seminggu b. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat c. Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.6 21 DAFTAR PUSTAKA 1. IDAI. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue Pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia 2. IDAI. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatric Tropis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia 3. Aryu, C. 2010. Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis dan Faktor Risiko Penularan. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 4. Mulya. 2013. Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Dengue. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 5. FKUI. 2012. Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 6. Rizal. 2011. Kebocoran Plasma Pada Demam Berdarah Dengue. Vol. 38 No. 2. Diakses tanggal 15 November 2016 <www.kalbemed.com/portals/6/1_06_183kebocoranplasmadbd.pdf> 22