Uploaded by Fatqur Rohman

RINITIS-ATROFI-PPT

advertisement
RINITIS ATROFI
Fatqur Rohman, S.Ked
Pembimbing:
dr. Densy Tette, Sp.THT – KL,
Anatomi Hidung
HIDUNG LUAR :
 Pangkal hidung (bridge)
 Batang hidung (dorsum nasi)
 Puncak hidung (tip)
 Ala nasi
 Kolumela
 Lubang hidung (nares anterior)
Hidung dalam :
Vestibulum berada tepat di belakang nares
anterior yang dilapisi oleh kulit yang mempunyai
banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut
panjang yang disebut vibrise.
 Cavum nasi (rongga hidung)
 Superior  Lamina cribriformis os ethmoidale,
disini terdapat n. Olfaktorius
 Inferior  Processus palatinus os maxilla dan
lamina horizontalis os palatina
 Lateral  Os maxilla, os nasale
 Medial  Septum nasi
Nervus Olfaktorius turun melalui
lamina kribosa dari permukaan bawah
bulbus
olfaktorius
dan
kemudian
berakhir pada sel-sel reseptor penghidu
pada mukosa olfaktorius di daerah
sepertiga atas hidung.
Terdapat
tonjolan
&
lipatan
selaput lendir hidung, yg disebut konka,
terdiri dari :
• Konka
nasalis inferior
• Konka nasalis media
• Konka nasalis superior
• Konka suprema (rudimenter)
 Nervus
 Syaraf
olfaktorius
facialis
pembauan
gerakan muskulus
respiratorius pada
nasus eksternus
sistem syaraf
otonom

Ganglion
sfenopalatina
mengontrol diameter
vena & arteri hidung
produksi
mukus
Fisiologi Hidung
1.
2.
3.
4.
5.
Fungsi respirasi
Fungsi pembauan
Fungsi fonetik
Fungsi static dan mekanik
Reflek nasal
Neuroepitel olfactorius
Letaknya bervariasi
Ukurannya mengecil – umur
Umumnya terletak
- atap rongga hidung (cribriformis plate)
- superolateral dari septum
- permukaan atas dan medial konka media
Luasnya 1-4 cm2
Tebalnya 200 µm
Sekresi kelenjar di hidung
 Berperan
dalam pelembaban udara
pernafasan dan transport partikel
 Mukus diproduksi oleh
sel goblet
kelenjar submukosa
kelenjar seromukus
Fungsi mukosiliar
 Yang
terdiri
- epithel respiratori bersilia
- mukus blanket
- produksi mukus dari kelenjar
 Semuanya berperan :
- mempertahankan kelembaban
- pembersihan udara pernafasan
- eliminasi debris
Rinitis Atrofi
Merupakan
penyakit
kronik
nonspesifik yang ditandai dengan
mukosa dan konka yang atrofi,
kelainan mukosa yang menyebabkan
terbentuknya krusta, kavum nasal yang
luas, hiposmia - anosmia, dan bau
busuk.
OZAENA / RHINITIS
ATROFICANS
Epidemiologi
Pada satu studi dilaporkan bahwa 69.6%
penderita berasal dari rural area dan 43.5%
merupakan pekerja pabrik. Rinitis atrofi banyak
menyerang orang dengan sosial ekonomi rendah,
dan higienis yang buruk. Angka kejadian enam
kali lebih sering pada wanita dibandingkan
dengan laki-laki.
 Sering
terjadi dinegara berkembang
 Endemi di daerah subtropis dan bersuhu panas
 Wanita >> pria
 Cenderung pada usia pubertas
Etiologi
1.
Primer : ???
a. Herediter
b. Infeksi setempat / kronik
(Klebsiella Ozaena, stafilokokkus, streptokokkus,
Pseudomonas aeroginosa, kokobasilus, Bacillus mucosus,
Diphteroid bacili, cocobacilus ozaena)
c. Defisiensi Vit . A
d. Defisiensi Fe
e. Sinusitis Kronis
f. Ketidak seimbangan Otonom dan sistem hormonal
g. Penyakit Kolagen
2.
Skunder :
a. Trauma
b. radiasi
Patologi
ETIOLOGI
Fibrosis tunika
propria
TIPE 1
TIPE 2
Metaplasia
Sel Epitel
Endartritis /
periartritis
arteriole
TIPE TERBANYAK DARI
KASUS
TIPE 1
endarteritis
periarteritis
Terdapat pada
arteriole terminal
Akibat infeksi
kronik
Tx esterogen
Efek Vasodilator
TIPE 2
vasodilatasi kapiler (+)
Tx
esterogen
Terjadi Perubahan
Histopatologi
 Mukosa
hidung normal  epitel
pseudostratifikatum, kolumnar, glandula
mukosa dan serosa
 Pada rhinitis atrofi  lapisan epitel
megalami metaplasi dan kehilangan silia
KLASIFIKASI
Pembagian Berdasarkan Klinis
mukosa
Tingkat I :
atrofi mukosa
hidung
krusta
sedikit
berlendir
kemeraha
n
Tingkat
II :
warna makin
pudar
krusta
banyak
keluhan
anosmia
belum jelas
Atrofi
mukosa
hidung >>
mukosa makin
keringmukosa
makin kering
Tingkat
Atrofi
III :
berat mukosa dan tulang
ditemukan krusta di nasofaring
terdapat anosmia yang jelas
Gejala Klinis





Gangguan Penghidu
sekret kental berwarna hijau,
ada krusta hijau,
Keluhan hidung tersumbat
sakit kepala.
Tidak
tahan dengan udara dingin
 atrofi konka
Diagnosis
Anamnesa
 adanya perasaan hidung yang tersumbat
dikarenakan adanya blunting effect, dan
krusta yang besar yang mengahalangi aliran
udara.
Keluhan lain yang juga sering dikeluhkan
pasien adalah bau busuk yang dikeluhkan
orang sekitar, yang membuat pasien jadi
memiliki masalah sosial, pasien sendiri tidak
dapat mencium bau busuk tersebut, karena
pasien mengalami anosmia.
 Riwayat
epistaksis
 Riwayat gangguan hormonal
 Riwayat sakit kepala
 Riwayat trauma
 Riwayat foto/radio therapy
Pemeriksaan Fisik
(1)
(2)
Pada 100% kasus ditemui :
krusta, disusul dengan
kavum nasi yang lapang dan tidak ditemuinya
konka inferior (atrofi) pada rhinoskopi anterior,
atrofi konka media pada 57% kasus, adanya (3)
sekret pada 52% kasus, dan (4) perforasi septum
yang hanya ditemui pada 10% kasus.
Pemeriksaan Penunjang
 Radiologi
> penebalan mukoperiostal pada SPN
> hipoplasia sinus maksilaris
> pembesaran kavum nasi dengan erosi
dan bowing pada dinding lateralnya
> resorpsi tulang dan atrofi mukosa konka
inferior dan konka media
 Mikrobiologi
Ditemuinya kuman Klebsiella Ozaena,
Pseudomonas Aeroginosa dan lainnya
seperti yang tertera di etiologi pada hasil
kultur bakteri.
 Biopsi (Histopatologi)
Mukosa Normal
Rinitis Atrofi
Epitel kolumnar bertingkat semu
Metaplasia skuamosa
Terdapat kelenjar serosa dan kelenjar
Atrofi kelenjar mucus
mukus
Absensi silia
Endarteritis obliterans
Penatalaksanaan
Konservatif
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Antibiotik spektrum luas
Obat cuci hidung / irigasi nasal
Vitamin A
Preparat Fe
Pengobatan sinusitis sampai
tuntas apabila ada
hormonal
 Operatif
(trubinoplasty)
Jika dengan pengobatan konservatif tidak ada
perbaikan, maka dilakukan operasi. Teknik operasi
antara lain operasi penutupan lubang hidung atau
penyempitan lubang hidung dengan implantasi
atau dengan jabir osteoperiosteal.
Tindakan ini diharapkan akan mengurangi turbulensi
udara dan pengeringan sekret, inflamasi mukosa
berkurang, sehingga mukosa akan kembali normal.
Penutupan rongga hidung dapat dilakukan pada
nares anterior atau pada koana selama 2 tahun.
Untuk menutup koana dipakai flat palatum.
Komplikasi
 Perforasi
 Sinusitis
 Faringitis
septum
Diagnosa banding
 Rinitis
kronik tbc,
 Rinitis kronik lepra,
 rinitis kronik sifilis,
 Sinusitis
 Nasofaringitis kronis
KESIMPULAN
 Ozaena
= Rhinitis kronik atropikan foetida
 merupakan penyakit kronik
 Wanita > Pria, terutama pada usia pubertas
 Gejala:
 foetor ex nasi

epitaksis
 Krusta

cephalgia
 obstruksi
hidung
 Penatalaksanaan:
Konservatif
 Pembedahan
 Prognosis: dubia ad bonam

TERIMA KASIH
Download