Case 3 SCABIES AND DERMATOMYCOSIS Case Identifications: Problem cc: itchy skin rash on his finger webs, wrist, armpit, and his penis since two weeks ago took chlorpheniramin maleat over the counter pills The itch relieved but the skin rash had not resolved. itchy-redness-scaly patches on his groin area since 7 weeks ago hypopigmented patches on his back, shoulder, and around axillae since 3 months ago. itching on finger webs, wrist, armpit, and penis, worse at night, had to scratch it all night lives in a dormitory in a crowded room Some of his roomates have the same symptoms skin rashes with itchy especially at night. patches on his groin and back became itchier when sweating rarely taking bath after playing Before going to bed, without changing his sport shirt exchanges clothes or towel with his friends. pruritic erythematous papular lesions @ finger webs, wrist, axillary folds, and scrotum. canaliculies @ interdigital areas of his hands Skin scraping (finger webs): an oval and ventrally flattened mite with 0.4 mm long, some eggs and scybala hypopigmented macules with irregular borders @ back, shoulders, and axilla. Diameter lesion: 0.5 cm to 3 cm. Some of the lesions were covered by fine-scales. Wood’s lamp exam: positive of yellow fluorescence (back, shoulders, and axilla) Direct microscopic using 10% KOH (back, shoulders, and axilla): “spaghetti/ziti and meat balls” appearance. left groin: well-defined pruritic-erythro-papulo-skuamous patch, 5 x 7 cm, with an irregular border. Papules and scales were more prominent on its border. patch gave an impression of being more active on its border area creating “central clearing” area Direct microscopic using 10% KOH (left groin): long branches septate-hyphae with some arthrospores. After 3 weeks: itching subside but did not completely disappear lesions on his back, shoulders, and axilla still showed hypopigmented macules but without finescales groin patch showed hyper-pigmented macules No new lesions No more medication Direct microscopic (all patches): no spores neither hyphae fungi culture examination: negative 1. Histologyy of Skin and Types of Skin Lesion (Brief Review) Histology of Skin: Skin also known as integument or cutaneous layer Skin is the largest single organ 15% - 20% of total body weight Presenting 1.5 – 2 m2 of body surface terdiri dari dermis dan epidermis yang berada di atas lapisan jaringan subkutan/kutis Fungsi kulit: 1) fungsi proteksi; 6) proses perbaikan serta regenerasi 2) containment (mengatur keluar luka; masuknya cairan tubuh); 7) fungsi estetika; 3) regulasi panas tubuh; 8) terdapat innate immunity system 4) sensasi; juga APC (dendritic cells) yang ada di 5) sintesis dan penyimpanan (vitamin epidermis sebagai proteksi dari agen D); yang dapat menginfeksi tubuh Epidermis: lapisan terluar kulit yang terdiri dari 5 lapisan (dari bawah ke atas): o Stratum corneum 15-20 lapisan stratified squamous keratinized epithelium, dengan sel keratin berisi filamentous keratins (sel-sel mati) o Stratum lucidum hanya ditemukan pada lapisan kulit yang tebal, flattened eosinophilic keratinocytes (tanpa organel dan nuclei), terdiri dari sel kulit mati o Stratum granulosum beberapa lapis sel yang mengalami proses terminal differentiation keratinization. Sitoplasmanya terdapat keratohyaline granules. o Stratum spinosus lapisan paling tebal, berisi sel polyhedral yang aktif mensistesis keratin. o Stratum basale single layer dari sel basophilic cuboidal atau columnar yang berada di basement membrane (pada dermalepidermal junction), mitosis yang tinggi dan terdapat sel progenitor untuk seluruh lapisan epidermis. Di kasus: stratum korneum: lapisan tempat infeksi scabies serta dermatomycosis terjadi. Pada scabies, Sarcoptes scabiei dapat membuat burrow/canaliculi yang mengarah dari stratum korneum menuju stratum granulosum, meskipun kerusakan sel yang dihasilkan terjadi hanya pada stratum korneum. Beberapa contoh sel yang terdapat di epidermis yaitu: keratinosit, melanosit, Langerhans cells (sebagai APCs), juga Merkel cells (tactile epithelial cells sensitive mechanoreceptor untuk light touch). Di kasus: Melanosit banyak ditemukan di antara sel di basal layer dan folikel rambut. Sintesis melanin dikatalisasi oleh tyrosinase (mengubah tyrosine 3,4 dihydroxyphenylananine (DOPA)) melanin. Pityriasis versicolor mampu menghambat aktivitas tyrosinase sehingga pembentukan eumelanins (pigmen coklat/hitam) menurun. Dermis: lapisan jaringan ikat yang menyokong epidermis dan mengikatkannya ke hypodermis, permukaan irregular dengan adanya tonjolan (papillae). Terdapat dua tipe lapisan: o Papillary layer (superficial dermis) membentuk dermal papillae, terdiri dari loose connective tissue, mast cells, macrophage, leukosit. o Reticular layer (deep dermis) dense irregular connective tissue Subcutaneous Tissue (Hypodermis) Consists of loose connective tissue that binds into the skin loosely to the subjacent organs Contains adipocytes, that: Vary in number depends on body regions Vary in size according to nutritional state TYPES OF SKIN LESION 2. PRURITUS / ITCH Definisi: Pruritus/gatal: sensasi tidak nyaman yang dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan garukan Acute: Rasa gatal yang terbatas untuk periode waktu tertentu (seconds to a week). Chronic: Rasa gatal yang bertahan hingga beberapa bulan; (>6 weeks). Pruritus yang kronis dapat memengaruhi tidur, mood, dan hubungan pribadi, sehingga secara signifikan ↓ kualitas hidup. Keterlibatan saraf: Pruritus berasal dari the skin’s free nerve endings (banyak terdistribusi di epidermis, sementara saraf di reticular dermis dan subkutan tidak dapat menginisiasi persepsi gatal (hanya persepsi nyeri saja)) sinyal ini ditransmisikan melalui C fibers menuju dorsal horn spinal cord spinothalamic tract cerebral cortex. Eksaserbasi pruritus dapat terjadi apabila terdapat peradangan kulit, kondisi lingkungan yang kering/terlalu panas, vasodilatasi, serta stressor psikologis. Patogenesis: Berdasarkan International Forum for Study of Itch (IFSI), pruritus dapat dibagi menjadi tiga: 1. Pruritus on diseased (inflamed skin) masalah dermatologi 2. Pruritus on nondiseased (noninflamed) 3. Pruritus presenting with severe chronic secondary scratch lesion *cat: nomor 2 dan 3 pasien dg gangguan sistemik (kehamilan, obat-obatan, neuropati, penyakit psikologi, dll.) • Itch-Scratch Cyle: Menggaruk dapat mengaktivasi area prefrontal korteks. Aktivitas yang diinduksi oleh aktivasi di prefrontal korteks menyebabkan keingin untuk terus menggaruk aspek rewarding system dari menggaruk. • Neuropeptide/mediators Histamin pada kulit sebagian besar berasal dari dermal mast cells (epidermis), berhubungan dengan reaksi alergi. 5-HT Serotonin merupakan endogenous biogenic amine, mampu menstimulasi potensial aksi pada sebagian cutaneous C fiber meskipun sensasi yang ditimbulkan lebih lemah dibandingkan sensasi dari kerja histamin. Acetylcholine bersifat less pruritogenic dibandingkan dengan histamine, dan di saat yang bersamaan dapat memicu sensasi nyeri. Substance P (SP) neuropeptide, banyak di temukan pada cutaneous nociceptive nerve terminals. Berperan dalam mengaktivasi mast cells dan berujung pada pelepasan histamin. Lainnya: leukotrienes, bradykinin, interleukin/IL-31, protease Di kasus: pasien merasakan gatal baik di lesi scabies, tinea cruris, maupun pityriasis versicolor 3. Microbiology A. SARCOPTES SCABIEI A. Taksonomi - Famili: Sarcoptidae - Kelas: Arachnida - Famili: sarcoptidae - Genus: sarcoptes B. Karakteristik • Arthropod, obligate human parasite • Membentuk burrow • Dapat menginfeksi anjing, kucing, babi, dan kuda tetapi gejala tidak lebih parah dari manusia. • Dapat bertahan hidup 3 hari tanpa inang pada sterile test tube; dan 7 hari jika ditempatkan pada mineral oil mounts • Tidak dapat terbang atau melompat. C. Morfologi - Pearl-like - Tanpa mata - Berbentuk oval dengan 4 pasang kaki yang pendek dan gemuk. - Fase dewasa dan nimfa memiliki 8 kaki; larva 6 kaki. - Pada sisi dorsum dan lateral memiliki proyeksi mirip duri; dengan kakinya memiliki stalked pulvili (suckers; pada dua pasang kaki depan) dan/atau spur-like claws - Adult female: 0.4x0.3 mm; yang jantan lebih kecil sedikit - Female life span 4-6 minggu - Mikroskopik Translusen; putih D. Faktor Virulensi - Enzim yang bisa melarutkan kulit seluruh fase hidup dapat mememetrasi epidermis yang intak - Skin entry (masuk dalam <30 menit); hanya betina yang sudah dibuahi yang dapat membuat burrow permanen pada epidermis - Saliva: memodulasi inflamasi atau respons imun - memicu sekresi anti-inflammatory cytokine interleukin-1 receptor antagonist (IL-1ra) dmenghambat aktivitas sitokin proinflamasi IL-1 dari sel fibroblas dan keratinosit - menekan ekspresi ICAM-1 dan VCAM-1 serta E-selectin menurunkan ekstravasasi limfosit, neutrofil dan sel lain ke dalam dermis mengganggu respons pertahanan hospes - - menghambat interaksi ko-stimulasi antara limfosit T dan sel penyaji antigen (antigen presenting cell) memicu sel limfosit T regulator untuk memproduksi IL-10 (anti-inflamasi poten) menekan sekresi sitokin proinflamasi dan ekspresi MHC-II di permukaan APC produksi antibodi menjadi berkurang atau terhambat memproduksi protein pengikat IL-8 menghambat kemotaksis neutrophil Inhibitor protease serin di pencernaannya menghambat kaskade komplemen E. Distrubusi - Area yang sedikit atau tanpa folikel rambut (ex, stratum korneum yang tipis dan halus seperti sela-sela jari, pergelangan tangan, siku-siku, axilla, batang penis, telapak kaki, pantat, telapak kaki) - Pada bayi mungkin distribusi pada kepala dan leher. F. Siklus Hidup - Sepenuhnya terjadi pada kulit manusia. - Berlangsung selama 10-13 hari dari telur hingga dewasa. - - - Betina membentuk terowongan (burrow) di bawah kulit (stratum corneum stratum granulosum) meletakkan 2-3 telur saat membentuk terowongan. Telur menetas pada hari ke 3-4 larva migrasi ke permukaan kulit sampai di stratum korneum intak menggunakan sucker-like pulvili membentuk moulting pouches (short burrow). Molting pouches memiliki 3 kaki 3-4 hari kemudian berkembang menjadi tritonymph 2-3 hari kemudian mengalami fase molting 2 5-6 hari kemudian berkembang menjadi mites dewasa. Perkawinan terjadi setelah mites jantan bertemu dengan mites betina mites jantan akan mati dan mites betina yang telah dibuahi meninggalkan molting pouches menuju permukaan kulit menemukan tempat permanent burrow yang baik membuat burrow baru dan bertelur dalam prosesnya mites betina menetep di permanent burrow dan terus menerus bertelur hingga masa hidupnya (1-2 bulan) dan 10% akan berkembang menjadi mites dewasa. G. Transmisi - Kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi - Mites dapat menetap hidup > 2hari pada baju dan bedding. Pasien yang memiliki banyak mites dapat menyebarkan mites di sekitar lingkungannya sehingga orang lain mudah terkena scabies. MALESSIA FURFUR A. Taksonomi -Phylum: Basidiomikota -Family: Malasseziaceae -Genus: Malassezia -Species: Malassezia furfur -Malassezia furfur merupakan lipophylic yeast B. Karakteristik - Lipophylic yeast - Tidak menular - Normal berada pada keratin kulit dan hair follicle - Opportunistic pathogen menyebabkan infeksi Pityriasis Versicolor dan Pytorosporum Folliculitis - Juga berperan pada penyakit Seborrhoid Dermatitis, Atopic Dermatitis, dan Psoriasis. C. Faktor yang mempengaruhi - Lingkungan yang suhunya tinggi dan lembab - keadaan imunitas pasien, imunosupresi - faktor genetik - Hipehidrosis - Kontrasepsi oral - Penggunaan CTS oral - Cushing’s - Kondisi malnutrisi D. Faktor virulensi (metabolit) - Pityriacitrin : senyawa kuning yang menyerap sinar UV -> mengganggu normal tanning - Lipase: memetabolisme berbagai FA (seperti arachidonic acid atau vaccenic acid) -> melepas azelaic acid sebagai metabolit - Azelaic acid: menghambat kerja tyrosinase pada pathway pembentukan melanin -> hipopigmentasi persisten (dalam jangka bulan, kadang tahun) pada kulit yang terkena - Mallassezin: aryl hydrocarbon receptor agonist -> menginduksi apoptosis pada melanosit - Pityrialactone: – indole alkaloid (derivat tryptophan) yang berpendar pada sinar UV 366 nm - Pityriarubins: red indole alkaloids yang menghambat neutrophil respiratory burst in vitro dan menghambat 5-lipoxygenase activity (mengubah AA jadi leukotrien) -> hambat sistem imun E. Karakteristik Lesi - Lesi macula, sharply marginated - Warna hypo/hyperpigmented (nontanned skin lightbrown to pink, tanned skin hypopigmented, brown or black skin dark brown macule) - Menyebar dan berkelok (serpentine) - Dapat membesar dan bergabung membentuk geographic areas. - Scaling, inflamasi, dan iritasi minim terjadi. - Distribusi: Leher, upper trunk, upper arm, axilla, upper abdomen, groins, thighs, genitalia. - Facial, neck, or scalp lesions occur in persons applying creams or ointments or topical gluco- corticoid preparations. F. Morfologi • Makroskopis membutuhkan medium yang ditambahkan dengan lipid (olive oil dan lanolin) • Berubah dari saprophytic yeast menjadi parasitic mycelial form (menyebabkan gejala klinis) • M. furfur complex grow as cream-colored to tan yeastlike colonies composed of budding yeastlike cells; hyphae are infrequently produced. • • • • • Mikroskopis Scraping dari lesi yang ada di kulit dicampurkan dengan KOH 10% atau pewarnaan H&E atau Periodic Acid Shiff. Yeast yang pendek, spherical to oval, thick-walled yeastlike cells, 3 to 8 μm in diameter, hyphae nonpigmented. The yeastlike cells represent phialoconidia. Pada saat pathogenis, terdapat pertumbuhan hypha bercabang (spaghetti-meatballs appearance) Wood’s Lamp: Berfluoresce dengan warna kuning-keputihan C. TRYCOPHYTON RUBRUM A. Taksonomi - Anthrophilic dermatophyte - Famili: arthrodermataceae - Genus: tricophyton B. Karakteristik Dermatophyte yang menyebabkan beberapa penyakit tinea corporis, pedis, cruris, barbae, dan onchomycosis Bukan normal flora C. Morfologi - Makroskopois Koloni – bagian tengah membentuk gundukan dan berwarna putih; bagian perifer berwarna marun (permukaan dan bagian dasar); urease - Mikroskopis few tear-shaped micronidia, rare pencil-shaped macronidia; hifa panjang; bercabang; dan bersepta. Hair perforation. D. Faktor Virulensi > 20 proteases: exopeptidase dan endopeptidase -> mencerna keratin, kolagen, dan elastin pada kulit E. Transmisi - Restricted to human host - Transmisi via kontak langsung dan fomite (reservoir) F. Diagnosis - Morfologi koloni; - Mikroskopis; - Rambut terinfeksi tidak berpendar dengan Wood’s lamp; - Terdapat invasi endothrix (dermatophyte growth pattern with spore formation within the hair shaft) atau ectothrix (dermatophyte growth pattern with spores forming a sheath on the outside of the hair shaft) 4. Dermatomycosis Definisi: Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur Klasifikasi • Risk Factor: Faktor Eksogen: Cuaca/iklim panas, kelembapan tinggi, menggunakan pakaian yang terlalu ketat/tebal (biasa bahan sintetis yang tidak mudah menyerap keringat/air) Faktor Endogen: Underlying disease (contoh: diabetes mellitus), penggunaan steroid sistemik dalam jangka panjang, penggunaan obat-obat immunosuppressant, serta penyakit kronis. • Epidemiology: dermatomycosis dapat menginfeksi seluruh kategori usia, ras, tapi lebih banyak terjadi di daerah beriklim tropis 5. Dermatophytosis Definition: Penyakit kulit yang diakibatkan oleh spesies dermatophyte (fungi yang “memakan” komponen kulit) memiliki kemampuan untuk melekat dan menginvasi jaringan berkeratin memanfaatkan degradation products di kulit sebagai sumber nutrisi. Characteristic: Dermatofit hanya bertahan di non-viable skin (kulit mati) karena sebagian besar tidak dapat tumbuh pada suhu 370C maupun saat terdapat serum. Infeksinya tidak bersifat life-threatening Gambaran hasil pemeriksaan mikroskopis dari skin scraping deteksinya melalui keberadaan hyaline, septate, hyphae bercabang, maupun rantai arthroconidia. Kata kunci: Menginfeksi jaringan berkeratin Classification: Berdasarkan etiologi: 1. Epidermophyton: Hanya produksi macroconidia, Contoh: Epidermophyton floccosum (satu-satunya patogen pada genusnya) 2. Microsporum: Cenderung memproduksi multicellular macroconidia dengan echinulate walls 3. Trichophyton Berdasarkan habitat/asal penyakit: 1. Anthropophilic: terbatas pd human, ditransmisikan melalui direct contact/fomites. Contoh: Epidermophyton floccosum, Trichophyton mentagrophyte, T. rubrum, T. tonsurans 2. Zoophilic: ditransmisikan dari hewan. Contoh: Microsporum canis (kucing dan anjing), Microsporum gallinae (unggas), M. nanum (babi), Trichophyton equinum (horses), T. verrucosum (ternak) 3. Geophilic: sporadic dari tanah. Contoh: Microsporum gypseum Berdasarkan lokasi anatomis: o Tinea capitis: rambut, kulit kepala o Tinea corporis: glabrous skin (kulit tanpa rambut), kecuali telapak o Tinea barbae: area sekitar janggut o Tinea manus: telapak tangan dan interdigital o Tinea cruris: groin, genitalia, pubis, perineal, kulit perineal Jock itch o Tinea pedis: kaki bentuk gambaran Athlete’s foot o Tinea unguium: kuku, disebut juga onychomycosis 6. SCABIES • Etiology: Sarcoptes scabiei var. Hominis (human) • Epidemiology: Penyakit scabies ditemukan di seluruh dunia dan dapat menyerang semua kelompok usia, ras, sosioekonomi. • Transmission - Risk factor: Transmisi utama melalui kontak langsung antara kulit/direct (1), sedangkan transmisi indirect (2) yaitu melalui benda-benda sekitar/fomites (sprei, lantai, kursi, handuk, dll.) yang dapat menyimpan sisa kulit mati yang dihinggapi kutu. Di kasus, pasien memiliki faktor risiko Scabies pasien tinggal di asrama di sebuah kamar berukuran kecil (6x6 cm) yang dihuni oleh 8 orang. Teman sekamar pasien juga memiliki gejala serupa dengan pasien. • Pathogenesis: Scabies hidup dengan cara memakan epidermal protein dan host plasma menyebabkan downregulation dari keratinocytes, dermal fibroblast, serta dermal microvascular endothelial cells. Protective immune response oleh Th1 (CD4+) Terjadi peningkatan IL-10, akumulasi eosinophil, dan produksi total dan specific IgE pada host • Clinical manifestation: Beberapa individu dapat bertahan pada kondisi asimptomatik meskipun infestasi scabies telah terjadi (carriers). CC: Pruritus yang disertai/berhubungan dengan lesi dg predileksi di Circle of Hebra. Lesi muncul 4-6 minggu setelah infestasi awal (bersamaan dengan sensasi gatal), dan 2 hari pada kondisi re-infestasi. PE: o Ekskoriasi, eczematous dermatitis terutama pada sela dan pinggiran jari, palmar dan lateral palmar, siku, ketiak, skrotum, penis, labia, dan areola (wanita). Bagian kepala dan leher dewasa jarang terkena, kecuali pada pasien immunocompromised, lansia, maupun bayi dapat mengenai seluruh permukaan tubuh. o Indurasi, nodul, krusta biasanya di bagian intertriginous pada anak. Pada jenis crusted scabies/Norwegian scabies plak hiperkeratotik. o Pathognomonic lesion: Burrow (akibat perpindahan kutu di daerah stratum korneum). • Diagnosis: harus memenuhi setidaknya 2 dari 4 cardinal signs berikut: 1. Pruritus di malam hari 2. Menyerang sekelompok orang 3. Terdapat burrow/canaliculi sesuai predileksi (Circle of Hebra) 4. Ditemukan Sarcoptes scabiei dg skin scrapping (+) definitive diagnosis Untuk mendapatkan bukti cardinal sign poin 3 dan 4, dapat dilakukan dengan pemeriksaan berikut: Pemeriksaan mikroskopis melihat ada atau tidaknya kutu, telur, maupun fecal matters (scybala). Cara pengambilan sampel: dg meletakkan setetes mineral oil di atas burrow, kemudian dilakukan scraping menggunakan scalpel blade 15 sepanjang terowongan dg tetap menghindari terjadinya pendarahan Burrow ink test (gambar berikut) burrow terlihat seperti wavy line dimana tinta mengisi terowongan di stratum corneum • DDx: atopic dermatitis, dyshyrotic eczema, pyoderma, contact dermatitis, insect bite reaction, etc Tatalaksana PENCEGAHAN a. Hindari kontak dengan penderita b. c. a. b. Hindari penggunaan barang milik penderita PHBS KOMPLIKASI Bullous pephigo Infeksi sekunder yang berkaitan dengan infeksi streptococcus atau staphylococcus 7. PYTIRIASIS (TINEA) VERSICOLOR • Definition: Infeksi jamur superficial kronik yang bersifat ringan, akibat jamur Malassezia sp. Nama lainnya: panu (Indonesia) • Etiology: Ragi/yeast: Malassezia sp. (M. furfur, M. pachydermatis, M. sympodialis, M. obstusa, M. globosa, M. restricta, M. nana, M dermatis, M. Sloffiae, M. yamatoensis, M. caprae) tipe fungi: saprophyte • Epidemiology: Infeksi jamur yang paling sering ditemukan. Prevalensi di Amerika Serikat yaitu 2- 8% penduduk. Prevalensi lebih tinggi di daerah tropis (suhu panas, kelembapan tinggi), mencapai 50% dan hanya 1,1% di daerah dingin. Paling sering menginfeksi kelompok usia 13-24 tahun • Clinical manifestation: Bersifat mild, chronic Predileksi: seluruh bagian tubuh, sebagian besar di trunks, axilla, wajah, serta leher Fine scale patch warnanya bermacam-macam (bisa berupa hipopigmentasi, maupun hiper (lebih jarang)) • Diagnosis: ` Lihat dari clinical manifestation Scraping Pemeriksaan mikroskopis (dengan penambahan 10% KOH Preparation (20% KOH + Parker Ink/ diwarnai oleh calcofluor white) Ditemukan: hyphae pendek tidak bercabang, short cigar-butt, dan spora bundar/oval, terlihat seperti gambaran “spaghetti and meatballs” Hasil pemeriksaan Wood’s lamp: orange-yellow, bright yellow/golden yellow • Differential diagnosis: Pityriasis alba: Distribusi lesi lebih banyak pada bagian wajah, berwarna keputihan, kadang disertai dengan gatal. Pemeriksaan Wood’s lamp (-), KOH (-). Morbus Hansen: Lesi sangat kronik, anaesthetic, juga dapat ditemukan pembesaran saraf. Pemeriksaan Wood’s lamp (-), KOH (-), AFB dari Ziehl Neelsen (+) Vitiligo: Itching (-), scaling (-), warna sangat putih/seperti susu, pemeriksaan Wood’s lamp (-), KOH (-) • Management: Topikal: o Azole group 1-2%: miconazole 2%, ketoconazole 2%, ketoconazole shampoo 2% o Larutan Na toiosulfat 25% 2x1 hari sehabis mandi selama 2 minggu o Shampo Selenium sulphide 1.8-2.5% 2-3x1 minggu digosokkan pd lesi & diamkan 15-30 menit sebelum mandi o Salisilat dan sulfur presipitate o Ketoconazole tab. 200 mg/hari untuk yang reisten atau memiliki lesi kulit sangat luas Sistemik: Indikasi: untuk extensive dan recurrent disease DIAGNOSIS BANDING a. Most likely - Pityriasis alba - Pityriasis rosea - Seborrheic dermatitis - Dermatophyte infections b. Consider - Erythrasma - Vitiligo - Psoriasis - Pityriasis rubra pilaris - Confluent and reticulated papillomatosis of gougerot and carteaud c. Always rule out - Secondary syphilis - Hypopigmented mycosis fungoides COMPLICATION -Main complication: skin discoloration that persists for weeks after treatment because the melanocytes require time to recover and properly pigment the skin -There are no permanent complications of tinea versicolor -As an entirely surface infection/colonization, there is no concern for deeper invasion in patients with intact immune systems. -Malassezia may be a factor in pityrosporum folliculitis and, in stem-cell-transplant patients, may be a cause of lung problems. 8. Tinea Cruris • Epidemiology: Terjadi di seluruh dunia, mayoritas di negara tropis (diperparah iklim lembab). Laki-laki > perempuan • Transmission: 1) Autoinfeksi mungkin terjadi, dari T. rubrum atau T. interdigitale di kaki; 2) Direct contact dengan penderita, maupun indirect contact (melalui benda-benda) • Pathogenesis: Fungi akan membentuk hyphae rantai arthroconidia. Lesi melebar secara sentrifugal pertumbuhan hifa aktif di bagian tepi lesi. Mannan (komponen dinding sel fungi) supresi sistem imun. • Differential Diagnosis: Intertrigo (superficial cutaneous candidiasis) Contact dermatitis: Setelah kontak dengan penyebab iritasi, Biasanya punya riwayat penyakit serupa, tetapi active border (-), pemeriksaan KOH (-) untuk hyphae/arthrospore Candidiasis cutis: Sensasi sangat gatal, terbakar/perih. Lesi berbentuk corymbiformis (lesi besar, dengan banyak satellite lesions), macerated juga erosi (+). Pemeriksaan KOH (+) untuk yeast, blastospores, juga pseudohyphae. Psoriasis inversa: chronic recurrent disease, scaling lebih tebal dibandingkan tinea, active border dan hasil KOH keduanya (-) Erythrasma: coral-red fluorescence Non-farmakologi Penting! Karena tinea cruris sering mengalami infeksi berulang/recurrence, sehingga pencegahannya: o Tetap menjaga daerah sekitar genitalia tetap kering dan dalam kondisi bersih o Menghindari memakai pakaian yang ketat untuk menghindari pembentukan kelembapan berlebih o Menurunkan berat badan untuk yang obesitas menghindari gesekan atau area yang menempel di lipat paha sekitar genitalia o o Menggunakan antifungal powder membantu area yang pernah terinfeksi tetap kering