Bab VI Pengujian Mulur 6.1 Tujuan 1. Mengetahui persiapan dan proses pemasangan spesimen untuk pengujian creep atau mulur, 2. Mempelajari bagaimana pengaruh dari temperatur dan tegangan dalam pengujian mulur, 3. Mempelajari dan mengetahui hal - hal yang terjadi selama pengujian creep. 6.2 Teori dasar Stainless steel atau di singkat SS merupakan sebuah material yang tahan korosi dan banyak di manfaatkan di banyak bidang seperti, makanan, listrik, perternakan dan lain – lain. Material ini sangat sering di manfaatkan karena daya tahan yang bagus saat di gunakan karena tahan terhadap korosi.[11] Gambar 6.1 Stainless Steel (https://hardluckcastle.com/know-more-about-stainless-steel-bars/) Stainless steel atau baja tahan karat ini memiliki berbagai jenis berdasarkan spesifikasi saat pengaplikasiannya, Stainless steel yang sering di pakai adalah Stainless steel austenitik karena jenis Stainless steel ini yang paling baik ketahanan korosinya dan sifat mekaniknya.[11] Contoh jenis stainless steel austenitik adalah stainless steel 304 dan stainless steel 304 L, komposisi kimia yang terkandung dalam kedua jenis stainless steel memiliki koposisi kimia yang sama tetapi yang membedakan adalah komposisi carbon yang berada di dalamnya untuk Stainless steel 304 memiliki kandungan 71 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR karbon berjumlah lebih dari 0,8%, kandungan karbon yang tinggi mengakibatkan jumlah karbida dalam Stainless steel menjadi tinggi.[11] Stainless steel merupakan material baja yang tahan korosi karena di padukan dengan unsur cromium dengan batas minimum sebesar 10,5% Cr, ada terdapat jenis - Stainless steel yang di hasilkan dari berbagai jenis paduan antara lain, austenitic, ferritic, duplex(ferritic-asutenitic) dan martensitic. pemberian nama Stainless steel berdasarkan AISI diberikan 3 angka untuk memberi seri.[11] antara lain : a. Stainless steel Austenitik, dengan pemberian nomor seri (2xx-3xx) pada Stainless steel jenis ini memiliki komposisi kimia antara lain, Cr : 16 – 26 %, Mn : 0,75 – 19%, Ni : 1 – 40%, C: 0,03 – 0,35%.[11] b. Stainless steel Ferritik, dengan pemberian nomor seri (4xx) pada Stainless steel jenis ini memiliki komposisi kimia antara lain, Cr : 10,5 – 30%, dengan tambahan Mn, Si, selain di padukan dengan 3 unsur ini terkadang di tambahkan Mo, Mi, Al, dan Nb sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Stainless steel jenis ini memiliki kekurangan yaitu tidak dapat dilakukan peningkatan kekerasan dengan heat treatment.[11] c. Stainless steel Martensitik, dengan pemberian nomor seri (4xx) pada Stainless steel jenis ini memiliki komposisi kimia antara lain, Cr : 11,5 – 18%, dan C : 0,08 – 1,20% dan paduan lainnya antara < 2 – 3%. Pada jenis SS ini dapat ditingkatkan kekerasanya.[11] d. Stainless steel percipitation hardened stainless steel, jenis ini memiliki komposisi kimia antara lain C : 0,08%, Cr : 18 – 20%, Ni 8 – 10,5%, Mn 2%, Si 0,75%. Seri SS ini adalah seri dengan spesifikasi yang paling tinggi.[11] Ketika temperatur suatu logam naik maka kekuatan dari logam tersebut akan menurun ini di sebabkan karena atom – atom di dalam logam tersebut bergerak karena terkena panas. Ketika temperatur logam naik dapat terjadi perubahan bentuk pada batas butir (deformasi). Lamanya logam dalam kondisi temperatur tinggi mejadi penyebab kesetabilan logam dan paduannya.[3] Dalam pemakaian logam dalam jangka waktu yang panjang dengan temperatur yang tinggi contoh nya seperti pada alat pembangkit listrik tenaga uap, penambangan minyak, dan indutsri kimia.[3] Laboratorium Logam T.A 2019-2020 72 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR Kekuatan dalam temperatur tinggi mempunyai ciri penting yaitu kekuatan tersebut harus dapat di jelaskan terhadap waktu tertentu, saat temperatur tinggi kekuatan material di tentukan oleh perubahan waktu dan regangan dalam temperatur tinggi. Logam akan mengalami mulur pada temperatur tinggi seiring diberikan pemebebana tarik yang kosntan dan terjadi perpajangan seiring berjalannya waktu.[3] Pengujian creep ini di lakukan untuk mengetahui perubahan bentuk yang dialami oleh material yang mengalami pembebanan pada suhu tinggi.[3] Creep dapat di definisika sebagai perubahan bentuk dari suatu material yang berkerja pada suhu tinggi dan menerima beban yang teteap atau konstan yang mengakibatkan dimensi berubah secara permanen.[9] Gambar 6.2 Mesin Uji Creep Pengujian creep ini biasa di lakukan pada suhu yang tinggi yang berada pada 40 % dari titik lebur material yang di ujikan, sebenarnya bisa saja kurang dari 40 % tetapi hal ini akan mengakibatkan perubahan bentuk sangat sulit untuk dilihat.[9] Kurva uji creep Untuk mendapatkan kurva uji creep dari logam yang diujikan, spesimen yang di ujikan harus diberikan pembebanan tarik yang konstan atau tetap dan Laboratorium Logam T.A 2019-2020 73 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR dikondisikan pada suhu yang konstan, pertambahan panjang yan terjadi merupakan fungsi dari waktu.[3] Pada pengukuran creep ini cukup sederhana, untuk pengujian mulur ini dilakukan berbulan – bulan atau bahkan dapat dilakukan bertahun – tahun.[3] Gambar 6.3 Kurva Uji Creep (Sumber : http://achmadarifin.com/wp-content/uploads/2018/01/Tahapan-deformasi-pengujiancreep.jpg) pada kurva di atas adalah kurva uji mulur yang semestinya, dimana kemiringan pada daerah secondary merupakan laju mulur, pada awal spesimen mengalami perpanjangan secara singkat atau perubaha bentuk secara cepat 𝜀0 , setelah itu kelajuan dari mulur turun terhadap waktu sampai kondisi mendekati simbang. Pada prosesnya laju dari mulur hanya akan mengalami perubahan yang sedikit pada waktu .[4] dalam kondisi terakhir, kelajuan dari mulur ini meningkat terus hingga terjadi patah pada spesimen, temperatur dan tegangan yang di gunakan dapat berpengaruh terhadap kurva uji mulur.[4] Pada pengujian creep ini menghasilkan kurva dan di dalam kurva tersebut terdapat 3 kondisi yaitu primay creep , secondary creep dan tertiary creep. 1. Kondisi primary pada kondisi primary ini kelajuan dari mulur menurun dan spesimen mengalami perpanjangan secara cepat jika di lihat pada tahap ini creep strain meningkat lalu melambat kemudian tetap, hal ini dikarenakan terkena beban besar sekaligus dalam waktu yang pendek.[4][3] Laboratorium Logam T.A 2019-2020 74 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR 2. Kondisi Secondary pada kondisi secondary creep jika di lihat di kurva proses creep sedang berjalan dan dalam proses pemuluran yang tetap, hal ini dikarenakan kecepatan pengerasan regangan dan proses perbaikan (recovery) mengalamai kesimbangan, pada kondisi secondary terjadi laju mulur minimum dimana nilai rata – rata laju mujur merupakan laju mulur minimum, disini prediksi waktu pemakaian material ketika diaplikasikan bisa di lakukan. .[4][3] 3. Kondisi Tertiary pada proses tertiary ini terjadi karena adanya pengecilan luas penampang akibat dari mengalami perpanjagan mulur dengan sangat singkat dan akhirnya patah ( fracture).[4] Pada pengujian creep ini menggunakan temperatur di atas equicohesive dimana temperatur kekuatan butir sama temperatur ini memiliki kesamaan dengan temperatur homologos atau suhu homolog adalah perbandingan temperatur uji dengan temperatur leleh sesuai dengan skala temoeratur mutlak, dimana temperatur homolog lebih dari 0,5 memiliki rumus sebagai berikut.[4][3] Temperatur Homologous = temperatur pengujian > 0.5 Temperatur leleh Pada pengujian creep ini menggunakan standar ASTM E 139-00 (American standar testing and material) .[4] Pada proses pengujian mulur terjadi perubahan struktur pada temperatur tinggi yang disebut pergelinciran atau pergelinciran pada batas butir, logam – logam yang berada pada temperatur tinggi terjadi perubahan bentur secara sekunder ,hal ini terjadi karena adanya pergelinciran ganda, terbentuknya lipatan pada batas butir, dan perpindahan batas butir. Proses perubahan bentuk pada gelincir sangat tergantung pada besar laju regangan yang terjadi dan temperatur.[3] Pergelinciran dapat terjadi pada saat logam mencapai temperatur tinggi contohnya pergelinciran pada material aluminium pada temperatur lewat dari 500℉ pergelinciran terjadi pada bidang kristal {1,1,1}, {1,0,0} atau pun {2,1,1}. Pada metarial yang memiliki struktur kristal HCP sangat mudah terjadi pergelinciran jika temperatur semakin tinggi contohnya seperti pada material zirkonium.[3] Laboratorium Logam T.A 2019-2020 75 KELOMPOK 25 6.3 BAB VI PENGUJIAN MULUR Tata cara praktikum 6.3.1 Skema proses A. skema proses pengujian creep Alat dan bahan persiapkan Ukur spesimen yang akan diuji Siapkan mesin uji creep Pasangkan spesimen ke mesin uji creep Pasangkan termokopel dengan baik Atur suhu hingga 500 °C Berikan beban sebesar 45 kg Lepaskan penopang beban Amati perubahan panjang selama 5 menit sekali Lakuakan analisan dari data yang di dapat Berikan kesimpulan Gambar 6.4 Skema Proses Pengujian Creep Laboratorium Logam T.A 2019-2020 76 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR 6.3.2 Penejelasan skema proses A. Pengujian creep 1. Persiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan 2. Ukur spesimen uji creep dengan menggunakan jangka sorong seperti pada uji tarik dari gage length, pajang keseluruan dan diameter 3. Siapkan mesin uji creep dan topang pembebanan 4. Pasangkan spesimen pada mesin uji creep dengan pelantara holder yang yang mana holder akan di pasangkan pada alat uji creep 5. Pasangkan termokopel dengan baik agar tidak terjadi kesalahan pada pengukuran suhu 6. Atur temperatur sebesar 500 °C tunggu hingga temperatur 500 °C 7. Berikan pembebanan sebesar 45 kg lakukan dengan cara hati hati agar spesimen tidak langsung tertarik dan mengalami perpanjangan 8. Lepaskan penopang yang menopang pengungkit beban 9. Amati perubahan panjang selama 5 menit sekali dan catat, hal ini dilakukan terus hingga spesimen mengalami fracture 10. Lakukan analisa setelah mendapatkan hasil pengujian 11. Berikan kesimpulan dari analisa yang dilakukan. 6.4 Alat dan Bahan 6.4.1 Alat 1. Mesin uji creep : 1 buah 2. Water pass : 1 buah 3. Beban : 45 Kg 4. Termocouple : 1 buah 5. Penopang beban : 1 buah 6. Jangka sorong : 1 buah 7. Dial gauge : 1 buah 6.4.2 Bahan 1. Spesimen uji Laboratorium Logam T.A 2019-2020 : 1 buah 77 KELOMPOK 25 6.5 BAB VI PENGUJIAN MULUR Pengumpulan data dan pengolahan data 6.5.1 Pengumpulan data Panjang awal : 71 mm Panjang akhir : 87 mm Diameter awal : 6 mm Diameter akhir : 2,6 mm Panjang gage length awal : 36 mm Panjang gage length akhir : 42 mm 1. Gambar diagram benda bebas 500 mm 50 mm w2 w1 Gambar 6.5 Diagram Benda Bebas Gambar 6.6 Panjang Spesimen Sebelum Dilakukan Pengujian Gambar 6.7 Spesimen Setelah Dilakukan Pengujian Laboratorium Logam T.A 2019-2020 78 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR Tabel 6.1 Pengujian Creep Proses Waktu 20 35 55 175 295 1265 1430 1505 11575 11865 13090 16980 17065 18670 20130 21165 22245 22770 23465 23640 Primary Secondary Tertiary Perpanjangan 5,41 5,46 5,67 5,78 5,86 6 6,03 6,05 7,17 7,21 7,43 8,19 8,23 8,67 9,32 10,03 11,28 12,24 13,98 16 6.5.2 pengolahan data 1. Perhitungan Momen Diketahui : Dit : w2 ? 1. Beban = 45 kg 2. Jarak A ke B = 500 mm 3. Jarak B ke C = 50 mm Dijawab : εm = -ma + mc 0 = (-45 kg x 500 mm) + (w2 x 50 mm) w2 x 50 mm = 45 kg x 500 mm w2 = w2 = 450 kg 45 kg x 500 mm 50 mm 2. Perhitungan Luas Penampang Awal dan Akhir 1 A0 = πd0 4 2 Laboratorium Logam T.A 2019-2020 Af 1 = πdf 4 2 79 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR 1 1 = 4 3,14 (6 mm)2 = 4 3,14 (2,55 mm)2 = 28,26 mm2 = 5,104 mm2 3. Perhitungan Tegangan Maksimal 1. Fkerja = εm = 0 Fkerja =wxg = 450 kg x 9,8 m/s2 = 4410 N σu = Fkerja A0 4410 = 28,26 = 156,050 N/mm2 4. Perhitungan Laju Regangan 1. Spesimen Uji = l0 = 71 mm A. Daerah Primary a. ε1 = = ∆l l0 5,41 mm 71 mm = 0,0761 mm b. ε2 = = ∆l l0 5,46 mm 71 mm = 0,0769 mm c. ε3 = = ∆l l0 5,67 mm 71 mm = 0,0798 mm d. ε4 = = ∆l l0 5,78 mm 71 mm = 0,0814 mm e. ε5 = ∆l l0 Laboratorium Logam T.A 2019-2020 80 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR = 5,86 mm 71 mm = 0,0825 mm B. Daerah Secondary a. ε1 = = ∆l l0 6 mm 71 mm = 0,0845 mm b. ε2 = = ∆l l0 6,03 mm 71 mm = 0,0849 mm c. ε3 = = ∆l l0 6,05 mm 71 mm = 0,0852 mm d. ε4 = = ∆l l0 7,17 mm 71 mm = 0,1009 mm e. ε5 = = ∆l l0 7,21 mm 71 mm = 0,1015 mm f. ε6 = = ∆l l0 7,43 mm 71 mm = 0,1046 mm g. ε7 = ∆l l0 Laboratorium Logam T.A 2019-2020 81 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR = 8,19 mm 71 mm = 0,1153 mm h. ε8 = = ∆l l0 8,23 mm 71 mm = 0,1159 mm i. ε9 = = ∆l l0 8,67 mm 71 mm = 0,1221 mm j. ε10 = = ∆l l0 9,32 mm 71 mm = 0,1312 mm C. Daerah Tertiery a. ε1 = = ∆l l0 10,03 mm 71 mm = 0,1412 mm b. ε2 = = ∆l l0 11,28 mm 71 mm = 0,1588 mm c. ε3 = = ∆l l0 12,24 mm 71 mm = 0,1723 mm d. ε4 = = ∆l l0 13,98 mm 71 mm = 0,1969 mm Laboratorium Logam T.A 2019-2020 82 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR e. ε5 = ∆l l0 16 mm = 71 mm = 0,2253 mm 5. Perhitungan Laju mulur A. Spesimen pengujian mulur 1 (T = 500°𝐶) Fase Primary ε= ∆ε 0,0825 − 0 × 100% = × 100% = 0,027% menit −1 ∆t 295 Fase Secondary ε= ∆ε 0,1312 − 0,0845 × 100% = × 100% ∆t 20130 − 1265 = 2,74 × 10−4 % menit −1 Fase Tertiery ε= ∆ε 0,2253 − 0,1412 × 100% = × 100% ∆t 23640 − 21165 = 3,39 × 10−3 % menit −1 6. Perhitungan Laju Mulur Rata – Rata A. Rata – rata Primary = ∑ε nData = ∑ε B. Rata – rata Secondary = n Data C. Rata – rata Tertiery = Laboratorium Logam T.A 2019-2020 ∑ε nData 0,396 5 = = = 0,0792 1,0461 10 0,894 5 = 0,1046 = 0,1789 83 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR Regangan(𝜀) Kurva uji mulur Primary 0,0825 0,083 0,082 0,081 0,08 0,079 0,078 0,077 0,076 0,075 0,0814 0,0798 0,0769 0,0761 0 50 100 150 200 250 300 350 Waktu (t) Gambar 6.8 Kurva Uji Mulur Primary Kurva uji mulur Secondary 0,14 0,1046 0,1015 0,1009 Regangan(𝜀) 0,12 0,1312 0,1221 0,1159 0,1153 0,0852 0,0849 0,1 0,0845 0,08 0,06 0,04 0,02 0 0 5000 10000 15000 20000 25000 Waktu (t) Gambar 6.9 Kurva Uji Mulur Secondary Kurva uji mulur Tiertiery 0,2253 0,1969 Regangan(𝜀) 0,25 0,2 0,15 0,1588 0,1412 0,1723 0,1 0,05 0 21000 21500 22000 22500 23000 23500 24000 Waktu (t) Gambar 6.10 Kurva Uji Mulur Tiertiery Laboratorium Logam T.A 2019-2020 84 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR Kurva uji mulur 0,25 Regangan(ε) 0,2 0,15 0,1046 0,1015 0,1009 0,0852 0,0849 0,0845 0,0825 0,0814 0,0798 0,0769 0,10,0761 0,2253 0,1969 0,1723 0,1588 0,1412 0,1312 0,1221 0,1159 0,1153 0,05 0 0 5000 10000 15000 20000 25000 waktu (t) Gambar 6.11 Kurva Uji Mulur Keseluruhan Laboratorium Logam T.A 2019-2020 85 KELOMPOK 25 6.6 BAB VI PENGUJIAN MULUR Analisa Dan Pembahasan Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pegujian creep atau mulur dengan jangka watu pengujian sekitar 3 minggu lebih. alat uji creep ini seperti uji tarik tetapi pembeban menggunakan beban tetap sebesar 45 Kg dan pengujian spesimen dilakukan dalam temperatur tinggi sesuai dengan pengujian yaitu 500 °C. Jenis spesimen uji creep ini seperti spesimen uji tarik yang menggunakan standar ASTM E8, tetapi pengujian creep ini memiliki standar ASTM E 139-00 yang mana memiliki panjang 71 mm dan gage length 36mm dan diameter 6 mm pada sebelum pengujian. Hasil pengujian creep ini memiliki perpanjangan sebesar 16 mm dimana panjang awal spesimen adalah 71mm kemudian setelah di dilakukan uji creep sebesar 87, dan juga memiliki besar diameter akhir 2,6 mm. Pada daerah Creep Primary spesimen uji memngalami perpanjangan sebesar 5,86 dalam waktu 296 menit, di daerah Creep Secondary spesimen uji mengalami perpanjanngan sebesar 9,32 mm dalam waktu 20130 menit dan didaerah Creep tertiery spesimen uji mengalami perpanjangan hingga putus sebesar 16 mm dalam waktu 23640. Dalam pengujian spesimen creep ini harus dipasang tanpa tanpa beban terlebih dahulu agar spesimen tidak mengalami perpanjangan dengan sangat cepat, dalam pemasangan spesimen dan pemasangan thermocouple arus di pasang dengan benar karena jika tidak temperatur tidak akan terkontrol secara baik. Pengujian creep ini pengaruhi oleh beberapa hal seperti, jenis material, suhu pengujian dan waktu yang dihasilkan dari pengujian creep ini. Dalam pengujian mulur atau creep ini jenis patahan pada SUS 304 berbentuk cup and cone hal ini mengindikasikan patahan ulet atau (ductile). pada pengujian creep ini patah sebelum waktunya karena material SUS ini di prediksi patah dalam waktu kurang lebih 1 bulan tetapi spesimen ini patah hanya dalam waktu lebih dari 2 minggu hal ini dapat di pengaruhi oleh temperatur yang terkadang melampaui temperatur 500°C dan beban yang menggantung pada lengan mesin uji creep tidak lurus tetapi menyentuh mesin uji creep Laboratorium Logam T.A 2019-2020 86 KELOMPOK 25 BAB VI PENGUJIAN MULUR Dalam hasil pengujian creep ini terdapat 3 kondisi yaitu primary, secondariy, dan tertiery, pada kodisi primary spesimen mengalami perpanjangan secara singkat dan setelah perpanjangan secara singkat regangan atau perpanjangan spesimen mengurang dan menjadi konstan. Setelah kodisi primary menuju kondisi secondary pada kondisi ini spesimen mengalami rengangan yang sangat kecil dan perpanjangan yang sangat lama, pada kondisi ini kita dapat menentukan masa pakai dari spesimen tersebut ketika di aplikasikan. Kondisi terakhir tertiery spesimen mulai mengalami perubahan panjag yang tidak tentu dimana perpanjanga terkadang locat 2 kali dari panjang sebelumya hal ini terjadi karena spesimen mulai mengalami necking akan menuju patah . 6.7 Kesimpulan 1. Pengujian creep atau mulur ini menggunakan spesimen uji dengan material SUS 304 atai Stainless steel 304, Temperatur 500°C. 2. Material Stainless steel 304 merupakan logam yang tahan karat meskipun dipanaskan pada temperatur tinggi. 3. Pada pengujian spesimen SUS 304 ini patahan berbentuk cup and cone hal ini mengindikasikan patah ulet karena dalam temperatur tinggi. 4. Persiapan untuk pengujian creep harus di lakukan secara teliti dan benar agar hasil yang didapat sesuai harapan. 5. Pada kondisi secondary dapat di tentukan umur dari material tersebut. 6. Pada hasil pengujian creep di dapatkan kurva yang terbagi 3 kosidi yaitu Primary, secondary, dan tertiery. 7. Pengujian creep pada material SUS 304 menghasilkan perpanjangan sebesar 16 mm. Laboratorium Logam T.A 2019-2020 87